PERBEDAAN EFIKASI DIRI GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PENDIDIKAN INKLUSI DITINJAU DARI LAMA MENGAJAR DAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN GRABAG
SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Semarang
Oleh Ririn Masynu’atul Khairiyah NIM 1601409050
JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi berjudul “Perbedaan Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Pendidikan Inklusi Ditinjai Dari Lama Mengajar Dan Latar Belakang Pendidikan Di Kecamatan Grabag“ benar-benar hasil tulisan karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah
Semarang,
Ririn Masynu’atul Khairiyah NIM. 1601409050
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia ujian skripsi pada:
Hari
:
Tanggal
:
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Ali Formen, S.Pd, M.Ed NIP. 197705292003121001
Wulan Adiarti, M. Pd NIP.198106132005012001
Mengetahui, Ketua Jurusan PG PAUD FIP Unnes
Edi Waluyo, M.Pd NIP. 19790425 200501 1 001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan PG PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universits Negeri Semarang, pada : Hari
:
Tanggal
: Panitia Ujian Skripsi
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Haryono, M.Psi
Diana, S. Pd, M. Pd
NIP 196202221986011001
NIP 19791220 200604 2 001
Penguji I
Diana, S. Pd, M. Pd NIP 19791220 200604 2 001
Penguji II
Penguji III
Ali Formen, S. Pd, M. Ed
Wulan Adiarti, M. Pd
NIP. 197705292003121001
NIP. 19810613 2005012001
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO “Mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa.” (5cm) PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada: Bapak Muhamad Nur Khotim dan Ibu Siti Nurjanah atas do’a, kasih sayang dan dukunngannya. Pak War dan adikku Muhamad Reza Ul’ahkam dan seluruh keluarga yang selalu mendukungku. Kepada sahabat-sahabatku Ithuk, Santi, Wulan dan Mamah yang selalu memberi dukungan dan semua teman-teman PG PAUD 2009 rombel 2 atas kebersamaanya. Almamaterku
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah dan karuniaNYA sehingga penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Perbedaan Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Pendidikan Inklusi Ditinjai Dari Lama Mengajar Dan Latar Belakang Pendidikan Di Kecamatan Grabag“. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:.
1. Drs. Hardjono, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam menempuh pembelajaran di Fakultas Ilmu Pendidikan. 2. Edi Waluyo, S. Pd. M. Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) Universitas Negeri Semarang. 3. Ali Formen, S. Pd., M. Ed., Dosen pembimbing skripsi I yang membimbing, memberikan arahan, perhatian dan masukan yang sangat berarti selama penyusunan skripsi. 4. Wulan Adiarti, M.Pd., Dosen pembimbing skripsi II yang telah membimbing, memberikan arahan, perhatian dan masukan yang sangat berarti selama penyusunan skripsi.
vi
5. Bapak ibu dosen jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di bangku kuliah. 6. Dinas UPTD Kecmatan Grabag yang telah memberikan ijin penelitian. 7. Guru pendidikan anak usia dini di kecamatan grabag kabupaten magelang yang telah membantu dan mempermudah dalam melakukan penelitian. 8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama masa kuliah dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya. Semarang, 2014
Penyusun
vii
Abstrak Masynu’atul Kairiyah, Ririn. 2013. Perbedaan Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Pendidikan Inklusi Ditinjau Dari Latar Belakang Pendidikan Dan Lama Mengajar Di Kecamatan Grabag. Skripsi. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Univesitas Negeri Semarang. Pembimbing: 1. Ali Formen, S. Pd, M.Ed, 2.Wulan Adiarti, M.Pd Kata kunci: Efikasi Diri Guru, Pendidikan Inklusi Pendidikan inklusi merupakan suatu layanan pendidikan yang dicanangkan pemerintah agar anak berkebutuhan khusus dapat masuk dalam pendidikan reguler. Hal tersebut tidaklah mudah untuk dilakukan. Karena itu efikasi guru pendidikan anak usia dini untuk melakukan program pendidikan inklusi perlu dikaji secara mendalam. Untuk mengetahui level efikasi diri guru dalam pendidikan inklusi penelitian ini mengkaji dua permasalahan: (1) adakah perbedaan efikasi guru pendidikan anak usia dini dalam pendidikan inklusi ditinjau dari latar belakang pendidikan?; (2) adakah perbedaan efikasi guru pendidikan anak usia dini dalam pendidikan inklusi ditinjau dari lama mengajar? Penellitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain penelitian statistik deskriptif ANOVA (one way analysis of variance). Penelitian ini melibatkan 58 orang guru di Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Sampel ini dipilih dengan cara teknik simple random sampling dari 133 guru Di Kecamatan Grabag Kabupaten Megelang. Dari studi yang dilakukan mayoritas guru berada di level sedang dan diperoleh temuan sebagai berikut: (1) terdapat perbedaan yang signifikan efikasi diri guru ditinjau dari latar belakang pendidikan dengan F hitung (10.752) dan signifikan pada p<0.05; (2) efikasi guru ditinjau dari lama mengajar tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan dengan F hitung (3.254) dan p>0.05. Artinya tingkat pendidikan memberikan kontribusi terhadap tingkat efikasi pendidik, guru memperoleh informasi tentang pendidikan inklusi yang membuat mereka lebih percaya diri (efikasi tinggi). Sementara lama mengajar tidak selalu memperolah informasi tentang pendidikan inklusi. Berdasarkan temuan tersebut peneliti menyarankan agar dalam upaya pengembangan pendidikan inklusi, guru pendidikan anak usia dini untuk lebih meningkatkan akses informasi melalui pendidikan dan berbagai pelatihan yang berkaitan dengan pendidikan inklusi. Di sisi lain pemerintah daerah khususnya, harus lebih meningkatkan kompetensi guru pendidikan anak usia dini dibidang pendidikan inklusi melalui sosialisasi dan pelatihan terhadap guru pendidikan anak usia dini.
viii
Abstract Masynu’atul Kairiyah, Ririn. 2013. Difference of self efficacy teacher early chldhood in inclusive education by graduate degree and teaching experience in Grabag. Final Project. Early Childhood Education Departement. Faculty of Education. Semarang State University. Supervisor I: Ali Formen, S. Pd., M. Ed., Supervisor II: Wulan Ardiarti M.Pd. Key Word: teacher self efficacy, inclusive education Inclusive education as a service who was made goverment so that student with disabilities acceptable included reguler education. It is not easy to can be done. Therefore teacher efficacy early childhood education to do inclusive program must investigated exhaustively. To know about levels teachers efficacy in inclusive education this study to examine two problems: (1) is there differences teacher efficacy by graduate degree? (2) is there differences teacher efficacy in inclusive education by teaching experinces? This study used kuantitave, with statistik descriptive and ANOVA (one way analysis of variance). This study involve 58 teachers in kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. This sample selected by simple random sampling technique from 133 teachers in Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Majority teachers there is medium level from study to do and obtained the following findings: (1) there differences self efficacy teacher by graduate degree with F (10.725); (2) no differences self efficacy by teaching experiences with F (3.254) and p>0.05. that mean graduate degree give contribution toward level teachers efficacy, so teachers obtained information about inclusive education who make them more confidence (high efficacy). While teaching experiance not always obtained information about inclusive education. The result from this study sugestion reasecher so that for development inclusive education early childhood teacher for more increase information acces through education and training variety link o inclusive education. In the other side local goverment must more increase teacher competences inclusive education through socialization and training toward early childhood teacher.
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i PERNYATAAN .............................................................................................. ii PERSETUJUAN BIMBINGAN ................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v KATA PENGANTAR ................................................................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................... viii ABSTRACT ................................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................. x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 9 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 9 1.4.1 manfaat teoritis ....................................................................................... 9 1.4.2 manfaat praktis ....................................................................................... 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Efikasi Diri Guru ....................................................................................... 11 2.1.1 pengertian Efikasi Diri Guru .................................................................. 11 2.1.2 Sumber Efikasi Diri ............................................................................... 15
x
2.1.3 Dimensi Efikasi Diri ............................................................................. 17 2.1.4 Proses Efikasi Diri .................................................................................. 19 2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Guru .............................................. 21 2.2 Pendidikan Inklusi ..................................................................................... 23 2.2.1 Pengertian Pendidikan Inklusi ................................................................ 23 2.2.2 Tujuan Pendidikan Inklusi ..................................................................... 27 2.2.3 Manfaat Pendidkan inklusi ..................................................................... 29 2.2.3.1 manfaat bagi siswa .............................................................................. 29 2.2.3.2 Bagi Pendidik ...................................................................................... 31 2.2.4. Landasan Hukum Pendidikan Inklusi .................................................. 32 2.2.5. Peserta Didik dalam Pendidikan Inklusi ............................................... 34 2.2.6. Kompetensi Guru Dalam Pendidikan Inklusi ....................................... 38 2.3 Penelitian Sebelumnya .............................................................................. 44 2.4 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 45 2.5 Hipotesis .................................................................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian .................................................................................... 48 3.2 Definisi Operasional .................................................................................. 48 3.3 populasi dan sampel ................................................................................... 49 3.3.1 Populasi ................................................................................................... 49 3.3.2 Sampel .................................................................................................... 49 3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 50
xi
3.5 Uji Validitas dan Reabilitas ...................................................................... 52 3.5.1 uji validitas ............................................................................................. 52 3.5.2 Uji Reabilitas .......................................................................................... 54 3.6 Analisis Data ............................................................................................. 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 57 4.1.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian ......................................................... 57 4.1.2 Identitas Responden ............................................................................... 57 4.1.2.1 Jenis Kelamin Responden .................................................. ................. 55 4.1.2.2 Latar Belakang Pendidikan ............................................... .................. 58 4.1.2.3 Lama Mengajar ................................................................. .................. 59 4.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................. ......... 60 4.1.3.1 Kategori Skor Variabel Efikasi Guru dalam Pendidikan Inklusi .. ...... 61 4.1.4 Analisis Data .......................................................................................... 62 4.1.4.1 Uji Asumsi ........................................................................ ................. 62 4.1.4.2 Uji Hipotesis ........................................................................................ 62 4.2 PEMBAHASAN ............................................................................... ........ 70 4.2.1 Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Pendidikan Inklusi .............................................................................................................. 70 4.2.1.1 Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Pendidikan Inklusi Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan .............. .............................. 73 4.2.1.2 Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Pendidikan Inklusi Ditinju Dari Lama Mengajar ..................................... .......................... 77
xii
KETERBATASAN PENELITIAN ................................................................. 83 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ................................................................................................... 84 5.2 Saran .......................................................................................................... 85 Daftar Pustaka ................................................................................................. 86 Lampiran 1 (Surat Ijin Penelitian) ................................................................... 90 Lampiran 2 (Daftar Lembaga) ........................................................................ 91 Lampiran 3 (Kisi-Kisi Instrumen) ................................................................... 92 Lampiran 4 (Tabulasi Data Hasi Uji Coba Instrumen) ................................... 93 Lampiran 5 (Uji Validitas Dan Reabilitas) ..................................................... 94 Lampiran 6 (Blue Print Efikasi Diri Guru) ..................................................... 95 Lampiran 7 (Instrumen Penelitian) ................................................................. 96 Lampiran 8 (Data Responden) ........................................................................ 97 Lampiran 9 (Tabulasi Data Hasil Penelitian) .................................................. 98 Lampiran 10 (hasil uji normaitas dan homogenitas) ....................................... 99 Lampiran 11 (Hasil Uji Anova ) ...................................................................... 100
xiii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Skor Jawaban Kuisioner .................................................................. 51 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen ......................................................................... 51 Tabel 3.2 item valid dan gugur ....................................................................... 53 Tabel 3.3 Hasil Uji Reabilitas Item Pada Uji Coba Instrumen ....................... 55 Tabel 4.1 Jenis Kelamin .................................................................................. 58 Tabel 4.3 Latar Belakang Pendidikan Responden .......................................... 59 Tabel 4.4 Lama Mengajar ............................................................................... 60 Tabel 4.5 Kategori Skor Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini ........ 61 Tabel 4.6 Deskripsi Statistik Hasil Uji Normalitas ......................................... 63 Tabel 4.7 Deskripsi Statistik Uji Homogenitas ............................................... 63 Tabel 4.8 Deskripsi Hasil Analisis Varian Latar Belakang Guru Pendidikan Anak Usia Dini ................................................................................................ 64 Tabel 4.9 Hasil Post Hoc Test latar belakang pendidikan .............................. 65 Tabel4.10 Tabel Deskripsi Hasil Analisis Varian Lama Mengajar Guru Pendidikan Anak Usia Dini ............................................................................. 67 Tabel 4.11 Hasil Post Hoc Test Lama Mengajar .......................................... .. 67
xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan inklusi merupakan amanah pemerintah yang sudah tercantum dalam perundang-undangan sebagai wujud kepedulian pemerintah dalam dunia pendidikan. Upaya untuk menjangkau layanan pendidikan pada generasi sekarang dan yang akan datang, mereka berkebutuhan khusus, serta secara geografis, sosial, ekonomi, dan budaya terperangkap dan sulit mendapat akses pendidikan. Mereka semua mempunyai hak-hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Komitmen pemerintah untuk untuk memberikan layanan pendidikan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial....”. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa inilah diperlukan layanan pendidikan yang menyeluruh bagi segenap warga Indonesia. Begtu pula bunyi Pasal 31 (1) yang berbunyi bahwa setiap warga berhak mendapat pendidikan. Termasuk untuk anak berkebutuhan khusus dan yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Hal ini sejalan dengan seruan international education for all ( EFA) yang dikumandangkan UNESCO sebagai kesepakatan global yaitu World Education Forum di Dakar, Sinegal Tahun 2000 bahwa penuntasan EFA diharapkan tercapai pada tahun 2015. Indonesia termasuk dalam kesepkatan ini (Mudjito,dkk, 2012). Suparno (2010:11) mengungkapkan sesuai dengan perundangan yang ada pendidikan inklusif hanya berlaku bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Melalui
1
2
pendidikan inklusi diharapkan hak anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan seperti anak-anak normal seusianya bisa terpenuhi. Meskipun demikian pelaksanaan pendidikan menjadi tanggung jawab semua pihak, tidak hannya pemerintah akan tetapi orang tua, guru dan masyarakat. Di sisi lain melalui pendidikan inklusi diharapkan terjalin interaksi yang positif dan mengenalkan kepada anak-anak normal bahwa mereka yang berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama seperti mereka. Deklarasi Bandung yang dilaksanakan pada 8 – 14 Agustus 2004 menjadi awal pelaksanaan pendidikan inklusi. Meskipun program ini sudah dicanangkan sejak lama, namun keberadaan dan informasi sekolah inklusi masih terbatas. Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 4 (1) telah mendorong terwujudnya sistem pendidikan inklusif dengan menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan yang melaksanakan pendidikan inklusif harus memiliki tenaga kependidikan yang mempunyai kompetensi menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik dengan berkebutuhan khusus. Suara karya online Kamis 29 Maret 2012 menjelaskan bahwa program inklusi khususnnya di Jawa Tengah sudah mulai dibuka sejak tahun 2003. Pada awalnya sekolah itu baru digarap di 12 sekolah saja, sambil melihat seperti apa respon masyarakat yang memiliki anak berkelainan. Begitu muncul respon sangat positif dari masyarakat, Dinas P dan K Jateng melalui Kasubdin PLB langsung mengembangkannya ke berbagai daerah. Hingga kini jumlah Sekolah Inklusi di
3
Jateng sudah mencapai 117 unit. Dari jumlah tersebut, untuk tingkat SMP/MTs terdapat 10 unit, SMA/MA 1 unit, sedang selebihnya Sekolah Inklusi untuk tingkat SD. Fakta tersebut menunjukkan bahwa pendidikan inklusi sampai dengan tahun 2012 baru mencakup pendidikan dasar sampai dengan menengah atas. Padahal dalam upaya peningkatan mutu kualitas sumber daya manusia seharusnya dimulai sejak dini. Hal ini menjadi penting karena anak usia dini merupakan masa keemasaan, anak dapat menyerap 80% informasi yang diterimanya. Fawzia dalam Suparno (2007:12) mengungkapkan bahwa pengaruh yang paling mengena dan dapat meninggalkan kesan yang lama harus dilakukan pada saat yang tepat yaitu pada masa kritis, keterlambatan atau pengabaian pemberian rangsangan pada saat yang tepat akan memberi dampak negatif pada perkembangan anak. Di sisi lain anak berkebutuhan khusus yang di lembaga pendidikan anak usia dini juga membutuhkan pelayanan khusus. Ini menjadi suatu alasan yang kuat mengapa pendidikan inklusi sangat penting jika diterapkan dalam pendidikan anak usia dini, dan berdampak positif bagi anak yang berkebutuhan khusus. Dampak positif dari pendidikan inklusi sejak dini yaitu pertumbuhan dan perkembangan anak akan lebih optimal jika sejak dini berada di lingkungan yang sesuai dengan kebutuhannya, selain itu juga dapat mengajarkan dan membiasakan bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Dampak tersebut tidak hanya bagi anak berkebutuhan khusus saja tetapi juga bagi anak-anak pada umumnya, mereka akan belajar menyayangi, menghargai dan menghormati temannya yang berbeda. Sehingga anak-anak tersebut akan terbiasa dengan segala perbedaan.
4
Das
Asim
dalalm
Journal
Of
International
Development
And
Coorporation Volume 18 Nomor 3 Tahun 2012 dalam penelitianya yang berjudul In-sevice Teachers’ Perception Toward Inclusion of Student With Disabilities in Mainstream Primary Classroom: Case Of Some Selected Primary School in Shourtern Bangladesh, menyatakan bahwa guru adalah kunci sukses dari program inklusi, jadi kompetensi pendidik menjadi hal utama yang dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Seperti yang tercantum dalam pedoman penyelenggaraan pendidikan inklusi tahun 2007 bahwa untuk mendirikan atau melaksanakan pendidikan inklusi guru harus menguasai beberapa kompetensi, baik itu guru umum ataupun guru pendidik khusus sehingga program pendidikan inklusi akan berjalan dengan baik. Di samping kompetensi guru yang tidak kalah penting adalah self efficacy guru. Self efficacy guru menurut Guskey & passaro dalam Hartman (Summer 2010 AER Journal: Teacher Self Eficacy and Deaf-Blindness) yaitu teachers’ beliefs or conviction that they can influence how well a student learns, even those who may be difficult or unmotivated. Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa guru yang mempunyai keyakinan dan pendirian mereka dapat mempengaruhi siswa dalam belajar bahkan siswa yang mengalami kesulitan maupun yang tanpa motivasi. (diakses pada 13 Maret 2013 tersedia dalam www.aerbvi.org/modules.php?name=avantGo&file=print&sid=1963) Guru mempunyai peranan penting dalam pembangunan pendidikan terutama guru pendidikan anak usia dini, diharapkan tidak sekedar mempunyai kompetensi saja tetapi efikasi yang tinggi pula. Harapan dari kompetensi dan efikasi guru dapat menjadikan proses dan sistem pendidikan dapat berjalan
5
dengan baik, terlebih pendidikan bagi anak- anak yang berkebutuhan khusus usia dini yang membutuhkan sistem dan perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Harapan tersebut yang menjadi dasar pentingnya efikasi guru pendidikan usia dini dalam dunia pendidikan, terlebih dalam pendidikan inklusi. Hartmann dalam Summer 2010 AER Journal: Teacher Self Eficacy and Deaf-Blindness mengemukakan bahwa guru dengan efikasi yang tinggi berbeda dengan guru dengan efikasi yang rendah. Guru dengan efikasi yang tinggi mempunyai dampak positif dalam pembelajaran siswa, mempunyai perencnaan yang strategis serta mempunyai tanggung jawab yang besar. Sehingga dalam proses pelaksanaan program guru mempunyai keyakinan yang positif dalam dirinya bahwa guru mampu menjalankan dan mengani anak-anak dengan berkebutuhan khusus tanpa ada rasa beban di dalam dirinya. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sangat penting guru mempunyai efikasi yang tinggi. Efikasi sebagai sisi lain yang harus dimiliki guru di samping kompetensi. Efikasi dan kompetensi yang tinggi akan menjadi senjata dalam pembangunan pendidikan indonesia. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan Gibson Dan Dembo dalam Bandura (1997: 241) bahwa menyelenggarakan sebuah study observasi mikroanalitik tentang aktifitas guru mengatur kelas berdasarkan tinggi rendahnya efikasi mereka. Hasil dari studi tersebut adalah bahwa guru dengan efikasi tinggi lebih mampu menyediakan waktu lebih untuk aktifitas akademik, memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan untuk sukses dan
6
memanfaatkan prestasi akademik mereka. Berbanding terbalik dengan guru yang efikasi rendah bahwa mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk liburan, siap menyerah jika siswa tidak berhassil dengan cepat dan mencela kegagalan mereka (siswa). Pentingnya efikasi jika dilihat dari hasil uraian di atas menjadi begitu penting terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Efikasi guru yang tinggi akan menjadi awal yang baik dalam peningkatan kompetensi guru dalam rangka perwujudan pendidikan inklusi di Indonesia. Pelaksanaan pendidikan inklusi tidaklah mudah disamping terbatasnya sumber daya yang relevan dan tidak mudahnya mengubah sekolah reguler menjadi sekolah inklusif. Untuk itu disamping kerja keras guru juga harus mempunyai motivasi dan keyakinan yang tinggi. Pendidikan inklusi sebagai upaya untuk mensetarakan anak-anak berkebutuhan khusus dalam dunia pendidikan, karena fakta menunjukan bahwa jumlah anak berkebutuhan khusus berdasarkan data dari Dirjen Pendidikan Luar Biasa Kementerian Pendidikan Nasional (Maret 2010) dalam Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 10 Tahun 2011, jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia sebanyak 324.000 orang. Dari jumlah tersebut, baru 75.000 anak yang bersekolah, sedangkan sisanya belum terpenuhi hak pendidikannya. Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia tiap tahun cenderung meningkat. Berdasrkan hasil survei yang dilakukan pusat data dan informasi departemen sosial tahun 2007 jumlah penyandang cacat mencapai 3,11% dari jumlah populasi penduduk Indonesia. Jumlah anak penyandang cacat
7
usia
0-17
berdasarkan
data
penyandang
masalah
kesejahteraan(PMKS)
departemen sosial republik indonesia tahun 2008 mencapai 56.711. Seiring meningkatnya jumlah anak berkebutuhan khusus pendidikan inklusi menjadi titik terang dalam upaya pemerataan pendidikan yang tidak memandang apakah mereka berkebutuhan atau tidak. Pendidikan inklusi sebagai solusi idola bagi orang tua yang mempunyai anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga para orang tua tidak harus memasukan anak-anaknya di sekolah luar biasa. Keberadaan pendidikan inklusi menandai bahwa pendidikan di Indonesia berkembang dengan baik, meskipun masih sangat terbatas, bukan menjadi sebuah alasan bahwa guru tidak mengetahui tentang pendidikan inklusi. Sebagai bagian dari provinsi Jawa Tengah, Grabag yang terletak di wilayah timur Kabupaten Magelang mengalami perkembangan pendidikan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat munculnnya sekolah-sekolah baru terutama di bidang pendidikan anak usia dini. Berdasarkan data dari UPTD Kecamatan Grabag jumlah lembaga sampai dengan 2010 sebanyak 44 dan meningkat di tahun 2012 menjadi 50 lembaga pendidikan anak usia dini. Dengan kata lain banyak pendidik pendidikan anak usia dini yang berkompetensi di bidang tersebut. Bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan bahwa efikasi guru di Kecamatan Grabag dalam bidang pendidikan inklusi yang berorientasi pada anak berkebutuhan khusus belum dapat diketahui, inilah yang menjadikan alasan Grabag sebagai tempat penelitian. Hal ini dikarenakan dengan keyakinan yang tinggi para guru, guru akan mempunyai
8
rasa percaya diri yang tinggi pula dalam menerima dan mengajar anak berkebutuhan khusus. Alasan penting dalam latar belakang penelitian ini adalah latar belakang pendidikan, dan lama mengajar para guru. Efikasi guru terbukti berkorelasi dengan faktor-faktor pengalaman instruksional yaitu pengalaman mengajar atau lama mengajar. Seperti yang di ungkapkan Erawati Dalam Jurnal Inferensial Volume 6 Nomor 2 Desember 2012 yang berjudul Profil dan Faktor Yang Mempengaruhi
Efikasi Guru Madrasah Ibtida’iyah Peserta Dual Modem System bahwa sikap keterbukaan dan pengalaman menguasai inovasi pembelajaran dan teknologi. Guru yang lebih lama mengajar, lebih terbuka dengan perkembangan inovasi pembelajaran dan teknologi dijumpai lebih efikasius. Alasan lain yang melatar belakangi penelitian ini adalah tidak semua lembaga memiliki atau pernah menerima anak berkebutuhan khusus. Hal ini tidak menjadi
suatu alasan bahwa guru tidak mempunyai keyakinan dan motivasi dalam melaksanakan pendidikan inklusi. Keyakinan, rasa percaya diri serta motivasi yang tinggi dari para guru pendidikan anak usia dini penerimaan terhadap anak berkebutuhan khusus di lembaga pendidikan menjadi awal yang baik dalam dunia pendidikan di Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Berdasarkan paparan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan menyusun dalam sebuah skripsi yang berjudul “Perbedaan Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usis Dini Terhadap Pendidikan Inklusi Ditinjau Dari Latar Belakang Pendidikan Dan Lama Di Kecamatan Grabag”
9
1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang timbul agar masalah menjadi jelas, maka rumusan masalahnya adalah 1. Adakah perbedaan efikasi guru pendidikan anak usia dini dalam pendidikan inklusi ditinjau dari latar belakang pendidikan? 2. Adakah perbedaan efikasi guru pendidikan anak uisa dini dalam pendidikan inklusi ditinjau dari lama mengajar? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Dari rumusan masalah di atas tujuan yanng ingin dicapai yaitu 1.
Untuk mengetahui perbedaan efikasi guru pendidikan anak usia dini dalam pendidikan inklusi ditinjau dari latar belakang pendidikan.
2.
Untuk mengetahui perbedaan efikasi guru pendidikan anak usia dini dalam pendidikan inklusi ditinjau dari lama mengajar.
1.4 MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah 1. Manfaat teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan kepada pendidik PAUD b. Mengembangkan potensi untuk penelitian karya ilmiah, khususnya bagi pribadi peneliti maupun kalangan akademisi, dalam memberikan informasi kepada dunia pendidikan.
10
2. Manfaat Praktis a. Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi sekolah tentang program pelaksanaan pendidikan inklusi. b. Guru Dapat memberikan informasi bagi guru untuk mengetahui pentingnnya mempunyai self efficacy dalam dunia pendidikan anak usia dini. c. Orang tua Untuk memberikan informasi bagi orang tua tentang pendidikan inklusi sebagai pemenuhan hak asasi manusia dalam memperoleh pendidikan.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Efikasi Diri Guru 2.1.1 Pengertian Efikasi Diri Guru Konsep self efficacy guru didasarkan pada Bandura (1997) teori kognitif sosial yang menyatakan bahwa orang-orang melatih kontrol atas apa yang mereka lakukan dan perilaku mereka dipengaruhi oleh faktor-faktor penentu paling bergantung seperti faktor personal internal dan faktor eksternal lingkungan. Efikasi diri didasarkan pada kerangka teori sosial kogntif Bandura (1997: 3) bahwa Perceived self efficacy refers to Beliefs in ones’s capabilies to organize and execute the courses of action required to produce given attainments. Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan dalam kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk membuat pencapaian yang diberikan. Bandura mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. Bandura beranggapan bahwa keyakinan atas efikasi seseorang adalah landasan dari agen manusia. Manusia yang yakin bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang mempunyai potensi untuk dapat mengubah kejadiannya di lingkunganya, akan lebih mungkin untuk bertindak dan lebih mungkin untuk menjdi sukses dari pada yang mempunyai efikasi rendah (Feist, 2010: 212)
12
13
Menurut Alwisol (2009: 287) efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (citacita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dapat dicapai, sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa efikasi diri merupakan penilaian diri terhadap keyakinan dan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan yang dapat mengubah lingkungan sekitarnya. Efikasi diri bukan merupakan ekspektasi dari hasil tindakan kita. Bandura dalam Feist (2010: 212) membedakan antara ekspektasi mengenai efikasi dan ekspektasi mengenai hasil. Efikasi merujuk pada keyakinan diri seseorang bahwa orang tersebut memiliki kemampuan untuk melakukan suatu perilaku, sementara ekspektasi atas hasil merujuk pada prediksi dari kemungkinan mengenai konsekuensi perilaku tersebut. Efikasi diri berlaku juga pada guru yang mengacu pada keyakinankeyakinan pribadi tentang kapabilitas-kapabilitas si pengajar untuk untuk membantu siswa belajar. Efikasi diri pengajar akan mempengaruhi aktivitasaktifitas, usaha dan keuletan guru dalam mendidikk siswa (Schunk,2012: 212). Schunk (2012: 213) efikasi diri guru merupakan sebuah prediktor yang signifikan untuk memprediksi prestasi siswa. Bandura dalam Hartmann (Summer 2010 AER Journal: Teacher Self Efficacy an Deaf-Blindness), menyebutkan bahwa efikasi diri guru sebagai pertimbangan guru dari kemampuan mereka untuk menghasilkan keinginan hasil
14
dalam pembelajaran anak-anak. diakses pada tanggal 13 Maret 2013 dalam www.aerbvi.org/modules.php?name=avantGo&file=print&sid=1963 Bandura dalam Oneyda (2006: 99) mengungkapkan bahwa: “Teacher efficacy is the teacher’s belief in his or her capability to organize and execute courses of action to succesfully accompllish specific instructional task or, more simply, his or her capacity to affect student performance.” Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa efikasi guru merupakan keyakinan guru dalam kemampuanya untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan untuk berhasil menyelesaikan tugas instruksional
tertentu atau
kapasitasnya untuk mempengaruhi prestasi siswa. Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi guru adalah keyakinan guru terhadap kemampuannya dalam mengajar, untuk mengatur dan mempengaruhi para siswa saat proses pembelajaran, sehingga guru mampu memprediksi perkembangan prestasi belajar siswa. Bandura dalam Feist (2010: 213) efikasi yang tinggi dan rendah berkombinasi dengan lingkungan yang responsif dan tidak responsif untuk menghasilkan empat variabel prediktif. Ketika efikasi diri tinggi dan lingkungan responsif, hasilnya kemungkinan besar akan tercapai. Saat efikasi rendah berkombinasi dengan lingkungan yang responsif, manusia mungkin akan merasa depresi karena mengobservasi bahwa orang lain dapat berhasil melakukan tugas yang terlalu sulit untuknya. Seseorang dengan efikasi tinggi menemukan situasi lingkungan yang tidak responsif, biasannya akan meningkatkan usahanya untuk mengubah lingkungan. Sedangkan untuk efikasi yang rendah jika menemukan
15
situasi lingkungan yang tidak responsif , orang-orang akan merasa apatis, segan dan tidak berdaya (feist, 2010:213) Gibson dan Dembo dalam Bandura (1997: 241) menjelaskan bahwa mengukur keyakinan guru dalam efikasi mereka untuk memotivasi dan mendidik kesulitan siswa dalam belajar dan untuk menetralkan permusuhan yang dapat mempengaruhi perkembangan akademik siswa. Efikasi diri mempengarui pengaturan aktivitas dalam kelas. Guru dengan dengan self efikasi yang tinggi dapat menyediakan waktu yang lebih dalam aktivitas akademik, memberikan bimbinga bagi murid yang mengalami kesulitan dan memuji akademik mereka. Berbanding terbalik dengan guru yang memilliki self efficacy rendah. Guru dengan self efficacy rendah akan membutuhkan waktu yang lama dalam aktivitas non akademik, selain itu juga menyerah terhadap siswa dan mencela kegagalan mereka. Sejalan dengan yang diungkapkan Melby (1995) dalam santrock (2008: 524) self efficacy guru sangat berpengaruh besar terhadap kualitas pembelajran siswa. Guru dengan self efficacy rendah seringkali kebingungan menghadapi problem kelas. Guru dengan self efficacy rendah tidak punya rasa percaya diri dalam kemampuan mereka untuk mengelola kelas menjadi stress dan marah pada perilaku murid yang tidak tepat, pesimis terhadap kemampuan murid untuk berkembang, memandang pekerjaan mereka sebagai rutinitas belaka, sering menggunakan hukuman dan dan larangan, dan mengatakan bahwa mereka punya pilihan lain, mereka tidak akan memilih profesi guru atau pengajar.
16
2.1.2 Sumber Efikasi Diri Alwisol (2009: 288) Perubahan tingkah laku, dalam sistem Bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi (efikasi diri). Sumber efikasi merupakan faktor self efikasi yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya self efikasi. Sumber dari self efikasi antara lain: a. Pengalaman Performance Prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu. Sebagi sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yanng bagus meningkatkan ekspektasi efkasi, sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan memberi dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaianya (Alwisol, 2009:288) Sedangkan
Bandura
(1997:79)
tidak
menyebutkan
performance
accomplishment dalam sumber efikasi melainkan enactive mastery experience. Enactive mastery experience merupakan sumber yang paling mempengaruhi karena memberikan bukti paling asli dari seseorang apakah bisa mengerahkan apaun yang membawanya pada kesuksesan. Kesuksesan membangun sebuah keyakinan yang kuat dalam personal efikasi. Kekuatan dari enactive untuk menciptakan dan memperkuat keyakinan efikasi. b. Pengalaman Vikarius Diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain. Sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kemampunya kira-kira sama ternyata gagal. Mengamati perilaku dan
17
pengalaman orang lain sebagai proses belajar individu.melalaui model ini efiasi diri individu dpat meningkat, terutama jika merasa lebih baik dari pada orang yang menjadi subyek belajarnya. Ia akan mempunyai kecenderungan merasa mampu melakukan hal yang sama. c. Persuasi sosial Efikasi diri juga dapat diperoleh , diperkuat atau dilemahkan oleh melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan. Seseorang mendapat sugesti untuk percaya bahwa ia dapat mengatasi masalah-masalah yang akan dihadapi. Persuasi verbal ini dapat menngarah individu untuk berusaha lebih giggih untuk untuk mencapai tujuan dari kesuksessan. d. Keadaan emosi Keaaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan kan mempenngaruhi efikasi dibidang itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa terjadi, peningkaktan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan efikasi diri Gejolak emosi, kegelisahan yang mendalam, dan keadan fisiologis yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagaisuatu isyarat akan terjadi suatu peristiwa yang tidak diinginkan. Kecemasan dana stress yang terjadi dalam diri seseorang ketika melakukan tugas sering diartikan sebagi suatu kegagalan.
18
Pada umumnya, seseorang cenderung akan mengharapkan keberhasilan dalam kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan atau gangguan semantik. Efikasi diri itu dapat diperolah, diubah, dapat ditingkatkan
atau
diturunkan, melalui salah satu atau kombinasi embat sumber efikasi yang merupakan pngaruh dari self efficacay yaitu menguasai suatu kompetensi (performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious experience), persuasi sosial (social persuation), pembangkitan emosi (emotionall physiological states). 2.1.3 Dimensi Efikasi Diri Bandura (1997:42) menyatakan ada tiga dimensi penting dalam efikasi yaitu dimensi tingkatan (level),dimensi keadaan umum( generality), dimensi ketahanan( strenght). 1. Dimensi tingkatan (level). Kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas setiap individu berbeda. Individu dengan efikasi tinggi akan mempunyai keyakinan yang tinggi tentang kemampuan dalam melakukan suatu tugas yaitu keyakinan suatu usaha yang digeluti akan sukses. Sebaliknya individu yang mempunyai efikasi rendah akan memiliki efikasi yang rendah pula tentang setiap usaha yang dilakukan. efikasi diri dapat ditujukkan dengan tingkatan yang dibebankan pada individu, terhadap tantangan dengan tingkatan yang berbeda dalam rangka menuju keberhasilan. Individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu dilakukan dan akan menghindari tinghkah laku yang dirasa diluar batas kemampuan yang dirasakannya. Kemampuan dapat dilihat
19
dalam bentuk tingkat kecerdasan usaha, ketepatan, produktivitas, dan cara mengatasi tantangan. Hasil dari perbandingan antara perbandingan antara tantangan yang timbul ketika individu mencapai performansi dengan kemampuan yang dimiliki individu akan bermacam-macam tergantung aktivitas yang dilakukan. 2. Generality (keluasaan). Berkaitan dengan cakupan luas bidang tingkah laku dimana individu merasa yakin terhadap kemampuanya. Individu mampu menilai keyakinan dirinya dalam menyelasaikan tugas. Mampu tidaknya individu mengerjakan bidang-bidang dan konteks tertentu terungkap gambaran secara umum tentang efikasi diri individu yang berkaitan generalisasi bisa bervariasi dalam beberapa bentuk dimensi berbeda, termasuk tingkat kesamaan aktifitas dan modalitas dimana kemampuan diekspresikan dalam bentuk tingkah laku, kognitif dan afeksi. 3. Strenght (ketahanan).berkaitan dengan kekukatan. Individu pada keyakinan individu atas kemampuanya. Individu memmpunyai keyakinan yang kuat dan ketekunan dalam usaha yang akan dicapai meskipun terdapat kesulitan dan rintangan. melalui efikasi, kekuatan usaha yang lebih besar mampu didapatkan. Semakin kuat perasaaan efikasi diri dan semakin besar ketekunan, maka semakin tinggi kemungkinan kegiatan yang dipilih dan dilak ukan berhasil. Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa dimensi efikasi yang merupakan pengukuran efikasi ada tiga yaitu dimensi tingkatan (level), dimensi keadaan umum( generality), dimensi ketahanan( strenght).
20
2.1.4 Proses Efikasi Diri Efikasi diri yang telah terbentuk akan mempengaruhi dan memberi fungsi pada aktifitas individu. Bandura (1997: 116) menjelaskan tentang pengaruh dan fungsi efikasi diri tersebut adalah sebagai berikut : 1. Proses Kognitif Bandura mengatakan bahwa pengaruh dari efikasi diri pada proses kognitif seseorang sangat bervariasi. Pertama, efikasi diri yang kuat akan mempengaruhi tujuan pribadinya. Semakin kuat efikasi diri, semakin tinggi tujuan yang ditetapkan oleh individu bagi dirinya sendiri dan akan memperkuat komitmen individu terhadap tujuan tersebut. Individu dengan efikasi diri yang kuat akan mempunyai cita-cita yang tinggi, mengatur rencana dan berkomitmen pada dirinya untuk mencapai tujuan tersebut. Kedua, individu dengan efikasi yang kuat akan memudahkan individu dalam menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi kegagalan. 2. Proses Motivasi Efikasi diri memainkan peranan penting dalam pengaturan motivasi diri. Sebagian besar motivasi manusia dibangkitkan secara kognitif. Individu memotivasi dirinya sendiri dan menuntun tindakan-tindakannya dengan menggunakan pemikiran-pemikiran tentang masa depan. Sehingga individu tersebut akan membentuk kepercayaan mengenai apa yang dapat dilakukan. Individu juga akan mengantisipasi hasil-hasil dari tindakan-tindakan yang prospektif serta dapat menciptakan tujuan bagi dirinya sendiri dan merencanakan
21
bagian dari tindakan-tindakannya untuk merealisasikan masa depan yang berharga. Efikasi ini mendukung motivasi dalam berbagai cara untuk menentukan tujuan-tujuan yang diciptakan individu bagi dirinya sendiri dengan seberapa besar ketahanan individu terhadap kegagalan. Ketika menghadapi kesulitan dan kegagalan, individu yang mempunyai keraguan terhadap kemampuan dirinya akan lebih cepat menyerah dan mengurangi usaha-usaha yang dilakukannya. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan dirinya akan melakukan usaha yang lebih besar. Ketekunan yang kuat akan mendukung pencapaian performansi yang maksimal individu dalam menyelesaikan suatu tugas. Efikasi juga akan berpengaruh terhadap aktifitas yang di pilih individu, keras atau tidaknya dan tekun atau tidaknya individu dalam usaha mengatasi masalah yang sedang di hadapi bergantung dengan keyakinan dan kemantapan hati seseorang dalam mencapai tujuan yang diinginkan. 3. Proses Afeksi Individu yang yakin pada dirinya sendiri bahwa dirinya mampu mengontrol situasi yang mengancam tidak akan sampai membangkitkan pola-pola pikiran yang menganggu, sedangkan individu yang tidak dapat mengatur situasi yang mengancam akan cenderung mengalami kecemasan yang tinggi. Individu yang memikirkan ketidakmampuan coping dalam dirinya dan memandang banyak aspek dari lingkungan sekeliling sebagai situasi ancaman yang penuh bahaya akhirnya akan membuat individu membesar-besarkan ancaman yang mungkin
22
terjadi dan kekhawatiran terhadap hal-hal yang sangat jarang terjadi. Melalui pikiran-pikiran tersebut individu menekan dirinya sendiri dan meremehkan kemampuan dirinya sendiri. 4. Proses Selektif Fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau tujuan yang akan di ambil oleh individu. Individu menghindari aktivitas dan situasi yang individu percayai telah melampaui batas kemampuan coping dalam dirinya namun individu tersebut telah siap melakukan aktivitas-aktivitas yang menantang dan memilih situasi yang dinilai mampu untuk di atasi. Perlakuan yang individu buat ini akan memperkuat kemampuan, minat-minat dan jaringan sosial yang mempengaruhi kehidupan dan akhirnya akan mempengaruhi arah perkembangan personal. Hal ini karena pengaruh sosial berperan dalam pemilihan lingkungan, berlanjut untuk meningkatkan kompetensi, nilai-nilai dan minat-minat tersebut dalam waktu yang lama setelah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan keyakinan telah memberikan pengaruh awal. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat pokok proses penting dalam efikasi diri yang mengatur fungsi manusia yaitu proses kognitif, proses motivasi, proses afeksi dan proses selektif. Proses efikasi ini yang dapat memberikan efek bagaimana seseorang merasakan, memotivasi dan bertindak. 2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Efikasi Guru Erawati dalam jurnal inferensial nomor 6 volume 2 tahun 2012 yang berjudul profil dan faktor yang mempengaruhi efikasi guru madrassah ibtida’iyah peserta Dual Modem System menjelaskan bahwa berdasarkan teori efikasi dari
23
Bandura (1997: 779-115) dan teman-teman yang relevan dengan faktor yang mempengaruhi efikasi guru, maka diperoleh tiga kelomok faktor yang memengaruhi efikasi guru yaitu a. Faktor demografi Menurut bandura (1997) ada beberapa faktor yang mempengaruhi efikasi diri guru, yaitu usia, pendidikan tertinggi dan lama pengalaman mengajar. Kondisi-kondisi yang menguntungkan dalam faktor demografi, memiliki pengalaman instruksional yang beragam, dan kualitas afektif yang positif akan meningkatkan efikasi guru. Sebaliknya, guru yang skornya lebih rendah dalam aspek status sosial ekonomi, usia, pengalaman, religiusitas, etnisitas, persepsi terhadap kompetensi, persepsi terhadap kesejahteraan, persepsi terhadap sertifikasi guru, dan indeks prestasinya, maka cenderung kurang efikasinya dalam menjalankan tugas.
b. Pengalaman instruksional instriksional bersifat pengajaran, jadi pengalaman instruksional merupakan pengalaman mengajar. Bandura (1977) dalam Santrock (2008: 524) menyebutkan pengalaman instruksianal mencakup kemampuan dalam mengelola kelas menjadi tempat yang menyenangkan untuk brelajardan bisa mengajak orang tua ikut dalam proses pembelajaran. c. Personal tingkah laku dalam situsi personal tergantung pada lingkungan dan kognitif. Bandura dalam Santrock (2008: 285) faktor person mencakup ekspektassi, keyakinan, setrategi, pemikiran, dan kecerdasan. Kesimpulan yang dapat diambil peneliti dari uraian di atas bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya efikasi guru antara lain faktor pengalaman
24
instrusional, personal dan faktor demografi yang terdiri dari usia, pengalaman mengajar, pendidikan tertinggi. 2.2 Pendidikan Inklusi 2.2.1 Pengertian Pendidikan Inklusi Inklusi dari kata bahasa inggris inclusion merupakan istilah terbaru yang dipergunakan untuk mendeskripsikan penyatuan bagi anak berkelainan dalam program sekolah. Bagi sebagian pendidik istilah ini dillihat sebagai deskripsi yanng lebih positif dalam usaha-usaha menyatukan anak-anak yang memiliki hambatan dengan cara-cara yang realistis dan komperhensif dalam kehidupan pendidikan yang menyeluruh. Inklusi juga dapat diartikan bahwa tujuan pendidikan bagi siswa yang memilliki hambatan adalah, keterlibatan yang dari tiap anak dalam kehidupan sekolah menyeluruh (Smith, 2012:45). Inklusi dalam pendidikan merupakan proses peningkatan partisipasi siswa dan mengurangi keterpisahanya dari budaya kurikulum dan komunitas sekolah setempat (Sue Stubbs, 2002:39). UNESCO, dalam kajianya terhadap aktivitasnya selama lima tahun setelah konferensi Salamnca menggambarkan inklusi sebagai gerakan, dan mengkaitkanya langsung dengan peningkatan mutu sekolah (sue stubbs, 2002: 40). Sue Stubbs (2002: 37) pendidikan inklusi dalam arti sempit atau didasarkan pada asumsi “ anak sebagai masalah”. Cartwright dalam Elisa (2013: 3) pendidikan inklusi merupakan praktek yang bertujuan untuk pemenuhan hak azasi manusia atas pendidikan, tanpa adanya diskriminasi, dengan memberi kesempatan pendidikan yang berkualitas kepada semua anak tanpa perkecualian,
25
sehingga semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk secara aktif mengembangkan potensi pribadinya dalam lingkungan yang sama. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan yang menyeluruh dalam arti bahwa pendidikan sebagai pemenuhan hak asasi manusia tanpa adanya diskriminasi yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tanda dari pendidikan inklusi adalah kesediaan guru untuk menerima siswa yang berkebutuhan khusus. Inklusi menunjukkan pada semua siswa dihargai, diterima, dan menghormati tanpa memperhatikan etnik dan latar belakang budaya, kemampuan, jenis kelamin, umur, agama, kepercayaan dan perilaku (Das Asim, 2012:149). Indeks for inclusion dalam sue tubbs (2002: 38) inklusi atau pendidikan inklusi bukan nama lain untuk pendidikan khusus. Pendidikan inklusi menurut Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindugan Anak Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 tentang kebijakan penanganan anak berkebutuhan khusus adalah pendidikan reguler yang disesuaikan dengan kebuutuhan peserta didik yang memiliki kelainan dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa pada sekolah reguler dalam satu kesatuan yang sistematik. Pendidikan inklusi merupakan suatu sistem layanan pendidikan khusus yang mensyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus dilayani disekolah terdekat di kelas biasa bersama teman teman seusianya. Untuk itu perlu adanya restrukturisasi di sekolah sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan bagi setiap anak (Pratiningsih, 2010: 34).
26
Sunanto (2004) dalam Hargio (2012:12) pendidikan inklusi merujuk pada kebutuhan belajar bagi semua peserta didik dengan suatu fokus spesifik bagi mereka yanng rentan terhadap marjinalisasi atau pemisahan. Melalui pendidikan inklusi berati sekolah harus menciptakan dan membangun pendidikan yang berkualitas dan mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, sosial, intelektual,bahasa, dan kondisi lainya (Hargio, 2012:18) Pengertian-pengertian di atas jika disimpulkan pendidikan inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang melayani semua anak baik itu anak berkebutuhan khusus maupun anak-anak normal tanpa memandang etnik, suku, ras, agama dan latar belakang untuk membangun pendidikan yang berkualitas. Sistem pendidikan harus memungkinkan terjadinya pergaulan dan interaksi antar siswa yang beragam sehingga mendorong sikap silih asah, silih asih dan silih asuh denagn semangat toleransi seperti halnya dalam kehidupan sehari-hari. Berkembangnya pendidikan inklusi merupakan implementasi atau gambaran dari masyarakat inklusi. Masyarakat inklusi adalah semua anak dan orang dewasa sebagi orang dewasa sebagai anggota kelompok yang sama dengan interaksi satu sama lain, membantu satu sama lain, saling tenggang rasa, menerima kenyataan bahwa sebagian anak atau orang dewasa mempunyai tingkat kebutuhan yang berbeda dari mayoritas, kemudian masyarakat yang cenderung bekerja sama dari pada bersaing. Skjorten (2003) dalam Hargio (2012:18) masyarakat inklusi di artikan sebagi semua anak atau orang dewasa mempunyai rasa memilliki dan bermitra. Setiap orang akan memandang sesuatu sabagai hal yang alami.
27
Buletin education for all tahun 2000, UNESCO menjelaskan dalam Abraham (2004: 25) bahwa “ inclusive education is not concerned with removing all barriers to learning, and with the participation of all learners vulnerabel to exclusion and marginalization. It is strategic approach designed to facilitate learning succss for all children it address the common goals of decreasing and overcoming all exclusion from human right to education, at least at the elementary level, and enhancing access, participation and learning success in quality basic education for all” Penjelasan tersebut tidak terkait dengan menghapus semua hambatan untuk belajar dan dengan partisipasi semua peserta didik yang rentan akan pemisahan dan marginalisasi. Itu adalah pendekatan strategis yang dirancang untuk memfasilitasi keberhasilan pembelajaran bagi semua anak untuk mnyampaikan tujuan-tujuan umum dari penurunn dan mengatasi semua pengecualian dari hak manusia untuk pendidikan setidaknya pada tingkat dasar, dan akses pertisipasi serta menungkakan akses pembelajaran pedidikan dasar yang berkulitas bagi semua. Point penting dalam pendidikan inklusi bahwa mengikutsertakan anakanak dengan disabilitas. Akan tetapi Sevin (2007: 29) definisi sebuah inklusi jauh melebihi dari anak-anak dengan disabilitas dan melihat berbagai cara pandangan bahwa siswa berbeda antara satu sama lainya, seperti ras, kelas, gender, etnik, latar belakang keluarga, orientasi seksual, bahasa, kemampuan, ukuran, agama,dan seterusnya. Pendidikan inklusi berarti bahwa pendidikan dipandang sebagai upaya memberdayakan individu yang memiliki keragaman. Anak tidak lagi berbedabeda berdasarkan label atau arakteristik tertentu dan tidak ada diskriminasi antara anak yang satu dengan yang lain, dengan demikian berati semua anak berada
28
dalam satu sistem pendidikan yang sama. Oleh karena itu misi pendidikan sangat penting adalah meminimalkan hambatan belajar dan memenuhi kebutuhan belajar anak. Setiap anak dihargai eksisitensinya, ditumbuhkan harga dirinya, dikembangkan motivasinya dan diterima sebagaimana adanya, sehingga setiap anak berkembang opitomal sejalan denga potensi masing-masing. Pendidikan inklusi terkadang terlihat seperti sebuah strategi politik yang didasarkan pada hak asasi manusia dan prinsip demokrasi, bahwa menghadapi semua kondisi dari diskriminasi, seperti bagian dari sebuah perhatian dari berkembangnnya masyarakat inklusif dan untuk memastikan bahwa beberapa siswa menerima tambahan sumber dan tidak di abaikan dan disisa-siakan (Abraham, 2004:25). Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi adalah pendidikan umum yang mampu memberikan pelayanan terhadap setiap anak tanpa adanya diskriminasi dalam sistem pendidikan yang sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. 2.2.2 Tujuan Pendidikan Inklusi Pendidikan inklusi yang merupakan program pendidikan dalam upaya pemerataan hak pendidikan bagi semua anak mempuyai tujuan untuk membantu mempercepat program program wajib belajar pendidikan dasar serta membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekankan angka tinggal kelas dan putus sekolah pada seluruh warga negara (pedoman umum penyelenggaraan pendidikan inklusi, 2007) Tujuan pendidikan inklusi menurut Balai Pengembangan Pendidikan Khusus dinas pendidian Jawa Tengah (balai pengembangan pendidikan khusus
29
jawa tengah, diakses pada 30 April 2013, tersedia dalam www.bpdiksus.org) yaitu: 1. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak ( termasuk anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kebutuhanya). 2. Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar. 3. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah. 4. Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif serta ramah terhadap pembelajaran. 5. Memenuhi amanat undang-undang dasar 1945 khususnya pasal 32 ayat (1) yang berbunyi ’setiap warga negara negara berhak mendapat pendidikan’, dan ayat 2 yang berbunyi ’setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya’. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pasal 5 ayat 1 yang berbunyi ’setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, khususnya Pasal 51 yang berbunyi ’anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikana kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa. Menurut Hargio (2012: 25) dalam pendidikan inklusi memiliki dua tujuan yaitu:
30
1. Menciptakan dan membangun pendidikan yang berkualitas mencitakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat, menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan. 2. memberikan kesempatan agar memperoleh pendidikan yang sama dan dan terbaik bagi semua anak dan orang dewasa yang memerlukan pendidikan bagi yang memiliki kecerdasan tinggi,bagi yang secara fisik memperoleh hambatan dan kesulitan baik yang permanen maupun sementara. Dari uraian di atas tujuan dari pendidikan inklusi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan inklusi bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan serta memberikan pelayanan pendidikan kepada semua orang tanpa adanya diskriminasi. 2.2.3 Manfaat Pendidkan inklusi Keberadaan pendidikan inklusi dalam dunia pendidikan bermanfaat untuk mempersiapkan kehidupan yang terjadi di masyarakat bila semua siswa berbeda latarbelakang, kemampuan belajar dan bersosialisasi di dalam kelas dan ditempat lain, sehingga semua mendapat kesempatan berbagai hal. Pendidikan inklusi juga memberikan manfaat bagi banyak pihak diantaranya: 2.2.3.1 bagi siswa a. Siswa yang tidak berkelainan mendapat manfaat dari dari inklusi sebagai berikut (Smith, 2012:422): 1. Mengurangi ketakutan akan perbedaan manusia seiring denngan munculnya perasaan nyaman dan kesadaran 2. Tumbuh dalam kesadaran sosial
31
3. Meningkatkan aspek konsep diri 4. Perkembangan prinsip-prinsip pribadi 5. Persahabatan yang hangat dan penuh perhatian. b. Siswa yang berkelainan juga mendapat manfaat dari pendidikan inklusi (Smith, 2012:424) antara lain: 1. Lingkungan inklusif lebih merangsang, memiliki keragaman (variatif), dan respon dibanding lingkungan terpisah. 2. Lingkungan inklusif lebih memungkinkan perkembangan kurikulum dari pada kurikulum baru yang banyak kekurangan 3. Lingkungan inklusif dapat memberikan kesempatan yang lebih besar bagi siswa berkebutuhan khusus untuk berinteraksi dengan siswa lain guna mendapatkan tingkat kemampuan sosial, bahasa, dan kognitif yang lebih tinggi untuk menyamakan kemampuan-kemampuan tersebut. 4. Lingkungan yang lebih inklusif dapat memberikan kesempatan yang lebih besar bagi siswa-siswaberkebutuhan khusus untuk belajar kemampuan akademis yang sebenarnya lebih mudah di pelajari dari teman sebaya ketimbang dari guru. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidilan inklusi memberikan banyak manfaat bagi semua anak baik tanpa terkecuali. Anak-anak mempunyai banyak kesempatan untuk berinteraksi dan peduli terhadap lingkungan sekitar.
32
2.2.3.2 Bagi Pendidik Beberapa manfaat pendidikan inklusi bagi pendidik dalam Smith (2012: 426) antara lain: 1. Pengajaran dan pembelajaran mencakup berbagai hambatan (Teahing and learning about disabilities). Guru mendapatkan pelajaran dan pengalaman dari kelas inklusi, sehingga bisa menangani anak-anak dengan berbagai hambatan. 2. Kurikulum dan materi ajar (curriculum and material). Guru menjadi lebih kreatif dalam menyusun materi serta metode yang digunakan saat proses pembelajaran sebab anak-anak berkebutuhan khusus memiliki kemampuan dan kelebihan yang berbeda-beda. 3. Sukses untuk semua (succes for all). Pendidikan inklusi dapat meningkatkan rasa percaya diri guru untuk berkomitmen dalam membantu anak-anak berkebutuhan khusus. 4. Kerja sama pemecahan masalah ( collaborative problem solving). Melalui pendidikan inklusi dapat meningkatkan kerjasama guru dan siswa dan belajar. 5. Harapan atas inklusi (expectation of inclusion). Guru dan murid mempunyai harapan siswa anak berkebutuhan khusus berperan serta dalam kelas umum, sehingga menumbuhkan rasa kekeluargaan yang membuat inklusi semakin besar dan percaya diri untuk mewujudkan suatu lingkungan inklusif. 6. Penilaian siswa dan IPK (student assesment and IEPS). Pendidikan inklusi menjadikan guru berperan aktif dalam proses penilaian. Keterlibatan guru mempermudah pemahaman terhadap siswa untuk membantu mencapai
33
tujuan-tujuan mereka, seerta meningkatkan rasa memiliki yang lebih besar terhadap anak-anak yang berkebutuhan khusus. 7. Fleksibilitas (Flexibillity). Guru menjadi lebih fleksibel dalam gaya mengajar, struktur, dan desai kelas serta dalam menciptakan aktivitas yang akan menciptakan aktivitas yang meningkatkan keberhasilan bagi seluruh siswa. 8. Biarkan berjalan (let it go). Melalui pendidikan inklusi guru menjadi lebih cermat dalam memikirkan kepentingan dan harapan bagi siswa, serta membiarkan siswa mengerjakan sendiri. 9. Akuntabilitas (Accountability). Kelas inklusi dapat menumbuhkan etika dan tanggunng
jawab
pengajaran
berkebutuhan khusus dapat
guru.
Pengaruh
memiliki
anak-anak
memberi rangsangan peningkatan yang
terceermin dalam praktik yang membawa keuntungan kepada semua siswa dan sekolah. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusi memberikan banyak manfaat bagi siswa maupun guru. Bagi siswa dapat memberikan efek yang positif dalam proses pembelajran maupun sosial anak. sedangkan manfaat pendidikan inklusi bagi guru yaitu guru menjadi lebih kraetif dan bertanggung jawab. 2.2.4. Landasan Hukum Pendidikan Inklusi Menurut Mulyono dalam Hargio (2012:19) landasan filosofis utama penerapan pendidikan inklusi di Indonesia adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita-cita yang didirikan atas fondasi yang lebih mendasar lagi, yang disebut bhineka tunggal ika .
34
Landasan yuridis memiliki hirarki dari undang-undang dasar, peraturan pemerintah, praturan daerah, kebijakan direktur, hingga peraturan sekolah, juga melibatkan kesepakatan internasiaonal. Hargio (2012: 20) landasan yuridis internasional penerapan pendidikan inklusi adalah deklarasi salamnca (UNESCO, 1994). Deklarasi ini sebenarrnya penegasan kembalil atas deklarasi PBB tentanng HAM tahun 1984 dan berbagi deklarasi lanjutan yang berujung pada peraturan standar PBB tahun 1993 tentang kesempatan yang sama bagi individu berkelainan memperoleh pendidikan sebagi bagian integral dan sistem pendidkan yang ada. Landasan yuridis nasional pendidikan inklusi tercantum dalam 1.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat pasal 5 yang berbunyi “setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.”
2.
Deklarasi Bandung (Nasional) ”Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif” 8-14 Agustus 2004 .
3.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan inklusi
memberikan jaminan secara hukum dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan inklusi. Landasan yanng menaungi pendidikan inklusi antara lain undang-undang nomor 4 tahun 2007, deklarsi bandunng serta peraturan menteri nomor 70 tahun 2009.
35
2.2.5. Peserta Didik dalam Pendidikan Inklusi Berdasarkan pedoman penyelenggaraan pendidikakan inklusi tahun 2007 definisi dari pendidikan inklusi ada dua kategori sisiwa yaitu siswa yang berkebutuhan khusus dan siswa yang tidak berkebutuhan khusus. Peraturan mentri nomor 22 tahun 2006 yang berbunyi: “Peserta didik pendidikan inklusi adalah peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata yanng berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan sampai kejenjang pendidikan tinggi. Berkelainan dalam hal ini adalah tuna netra, tuna rungu, tuna daksa ringan, dan tuna laras.” Peserta didik yang berkelainan antara lain: a.
Tuna Netra Tuna netra menurut Koestler dalam Smith (2012: 141) yaitu ketajaman
penglihatan pusat 20/200 atau kurang pada bagian mata yang lebih baik dengankaca mata koreksi atau ketajaman penglihatan pusat lebih dari 20/200 jika terjadi penurunan ruang penglihatan dimana terjadi pengerutan suatu bidang penglihatan sampai tingkat tertentu sehingga diameter terlebar dari 20 derajat pada bagian mata yang lebih baik. Dari uraian tersebut, anak tuna netra adalah individu yang indera penglihatanya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang-orang awas. b.
Tuna Rungu Sutjihati (2006:93) mendefinisikan tuna rungu Tuna rungu sebagai suatu
keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengaranya. Smith
36
(2012: 278) menjelakan bahwa ada dua faktor penyebab tuna rungu yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan atau pengalaman yang meliputi lahir prematur, campak, virus, ketidaksesuaian RH darah, dan radang telinga tengah. c.
Tuna Daksa dan Cerebal Palsy Tuna daksa adalah kelainan yang meliputi cacat tubuh atau kerusakan tubuh
atau kerusakan tubuh, kelainan atau kerusakan pada fisik dan kesehatan dan kelainan atau kerusakan otak dan saraf tulang belakang (Hargio, 2012: 47). Cerebal palsy merupakan gangguan pada sistem serebai yang disebabkan oleh kelainan yang terletak pada sistem saraf pusat (Hargio, 2012:47). Hargio (2012: 48) juga menjelaskan bahwa faktor penyebab tuna daksa antara lain masa sebelum lahir, pada saat lahir dan setelah proses kelahiran. d.
Anak Berbakat Memiliki Kemampuan dan Kecerdasan Luar Biasa Renzuli dalam Smith (2012: 308) keberbakatan adalah mencerminkan suatu
interaksi diantara tiga kelompok dasar sifat-sifat manusia. Kelompok tersebut diatas rata-rata (namun tidak selalu tinggi )kemampuan umum dan/atau tertentu, tingkat komitmen tugas yang tinggi (motivasi), dan tingkat kreativitas yang tinggi. mereka yang memiliki kemampuan mengembangkan sifat-sifat gabungan tersebut dan menerapkanya terhadap bidang yang bernilai potensial dari prestasi manusia. Anak
berbakat
mengalami
pertumbuhan
dan
perkembangan
yang
dipengaruhi oleh pengalaman lingkunngan, sehingga karakteristik anak berbakat dapat terlihat melalui tiga hal seperti yang diungkapkan Hargio (2012: 60) yaitu potensi, cara menghadapi masalah dan prestasi.
37
e.
Tuna grahita/ Keterbelakangan Mental. Gorrad dalam Smith (2012: 105) menggambarkan mengenai keterbalkangan
mental yaitu suatu kondisi dimana seseorang memiliki otak yang lemah, sehingga perkembangan kecerdasanya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai pada tahap perkembangan yang optimal.
Penyebab terbelakang mental yang telah
teridentifikasi oleh American Sociation On Mental Retardation dalam Smith (2012: 110) yaitu faktor genetik, faktor selama masa kehamilan, trauma kelahiran, penyakit dan cedera selama masa anak-anak dan remaja f.
Anak Dengan Gangguan Belajar Gangguan
belajar
meliputi
ketidak mampuan
untuk
memperoleh,
menyimpan, atau menggunakan keahlian khusus atau informasi secara luas, dihasilkan
dari
kekuranngan
perhatian,
ingatan
atau
pertimbangan,dan
mempengaruhi performa akademik (Hargio, 2012:77). Terdapat tiga macam gangguan belajar yaitu gangguan membaca, menuliskan ekspresi dan gangguan matematik. g.
Anak Tuna Laras Anak tuna laras memiliki kecerdasan yang tidak berbeda dengan anak-anak
pada umumnya. Prestasi yang rendah di sekolah disebabkan mereka kehilangan minat dan konsentrasi belajar karena masalah ganguan emosi yang mereka alami. Kegagalan dalam belajar seringkali dianggap intelegensi mereka rendah (Sutjihati, 2006:139). Istilah tuna laras atau gangguan emosi/perilaku merupakan ketidak mampuan yanng ditandai dengan respon perilaku dan emosional dalam program-
38
program pembelajaran sangat tidak sesuai dengan usia, budaya, atau norma-norma etnis yang berdampak buruk secara nyata pada pendidikanya (Smith, 2012: 146). h.
Tuna Wicara Tuna wicara atau kelainan bicara merupakan suatu kesulitan dalam
mengungkapkan pesan-pesan yang diucapkan (Smith, 2012: 203). Menurut definisi tersebut merupakan suatu kesullitan dalam menggunakan kata-kata atau pengetahuan kata yang buruk, sehingga akan menciptakan ketidaknyamanan dalam berkomunikasi. i.
Autisme Autisme adalah suatu kelainan neurologis, yanng seringkali mengakibatkan
ketidak mampuan interaksi komunikasi dan sosial (Smith, 2012: 150). Anak-anak autis sering kali menunjukkan sifat kelainan sejak bayi seperti tidak tanggap terhadap orang lain, gerak diulang-ulang, menghindari kontak mata, tetap dalam kebiasaan, aneh dan sikap-sikap yang ritualitas (Smith, 2012: 150) j.
ADHD ADHD atau attention deficit hiperakctive disorder adalah gangguan yang
muncul pada anak usia dini. ADHD tidak dianggap sebagai ketidakmampuan belajar tetapi mengganggu proses belajar. Anak-anak ADHD sering mengalami masalah dengan duduk diam tetap fokus, mengikuti instruksi, suka berorganisassi dan menyelesaikan pekerjaan rumah (Hargio, 2012:93). Hargio (2012: 97) juga menjelaskan ada empat karakteristik anak ADHD yaitu hiperaktif, menggeliat, pendiam/penghayal dan kurangnya perhatian.
39
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adapun peserta didik dalam pendidikan inklusi terdiri dari anak yang berkebutuhan khusus dan anak yang berkebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus antara lain tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, cerebral palsy, anak berbakat, tuna grahita, anak dengan gangguan belajar, tuna laras, tuna wicara, autis dan ADHD. 2.2.6. Kompetensi Guru Dalam Pendidikan Inklusi Guru dalam undang-undang nomor 14 tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidika formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru sebagai tenaga kependidikan diharapkan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena guru mempunyai peranan sangat penting dalam proses pendidikan. Seperti yang dikemukakan syaodih dalam Mulyasa (2009: 13) bahwa guru memegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. lebih lanjut dikemukakanya bahwa guru adalah perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Karena guru juga merupakan barisan pengembang kurikulum maka guru pulalah yanng melakukan evaluasi. Menyadari hal tersebut betapa pentingnya untuk meningkatkan aktivitas, kreatifitas, kualitas dan profesionalisme guru. Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan inklusi kompetensi seorang guru merupakan kunci sukses dalam pelaksanaan pendidikan. Kompetensi guru dalam megajar akan menunjukan kemampuan yang sebenar-benarnya, maka guru dituntut
mempunyai
kemampuan
lebih
dalam
melaksanankan
proses
40
pembelajaran. Menurut Praptiningsih dalam jurnal pendidikan khusus volume 7 nomor 2 tahun 2010 yang berjudul Fenomena penyelenggaraan pendidikan inklusi kemampuan yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus 2. Pemahaman akan pentingnya mendorong rasa penghargaan anak berkaitan dengan perkembangan, motivasi dan belajar melalui suatu interaksi positif dan berorientasi pada sumber belajar. 3. Pemahaman tentang konvensi
hak anak
dan
implikasinya
terhadap
implementasi pendidikan dan perkembangan semua anak. 4. Pemahaman tentang pentingnyamenciptakan linngkungan yang ramah terhadap pembelajaran yang beraitan dengan isi, hubungan sosial, pendekatan dan bahan pembelajaran. 5. Pemahaman arti pentingnya belajar aktif dan pengembangan pemikiran kkreatif dan logis. 6. Pemahaman pentingnya evaluasi dan asessmen berkesinambungan oleh guru 7. Pemahaman konsep inklusi dan pengayaan serta cara pelaksanaan inklusi dan pembelajaran yang berdeferensi. 8. Pemahaman terhadap hambatan belajar termasuk yanng disebab oleh kelainan fisik maupun mental. 9. Pemahaman konsep pendidikan berkuallitas dan kebutuhan implementasi pendekatan dan metode baru. Kompetensi mengajar dapat dikatakan sebagai kemampuan dasar yang mengaplikasikan apa yang seharusnya dilaksanakan guru dalam melaksanakan
41
tugasnya. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Berdasarkan Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pedidikan Inklusi (2007: 12-6) terdapat dua kompetensi yaitu: a. Kompetensi Guru Umum Seorang guru senantiasa dituntut untuk mengembangkan pribadi dan profesinya secara terus menerus, juga dituntut untuk mampu dan siap berperan secara profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu mengembangkan empat aspek kompetensi bagi diri dan profesinya, yaitu: kompetensi pedagogik kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi dimaksud masingmasing dimaknai sebagai berikut: a. Kompetensi Pedagogik Memiliki kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengoptimalkan dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. b. Kompetensi Kepribadian Memiliki sikap kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan badi peserta didik, dan berakhlak mulia, atau matang sehingga mampu berfungsi sebagai tokoh identitas bagi peserta didik, serta dapat menjadi panutan bagi peserta didik dan masyarakat.
42
c. Kompetensi Profesional Memiliki kemampuan sebagai pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan. d. Kompetensi Sosial Kemampuan pendidik berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekitarnya, termasuk dengan para peserta didik, orangtua/wali peserta didik, teman sejawat, atasan, dengan pegawai sokolah, dan dengan masyarakat luas. b. Kompetensi Guru Khusus Kompetensi guru pendidikan khusus dilandasi oleh empat kompetensi utama yaitu pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Secara khusus kompetensi guru diorientasikan pada tiga kemampuan utama seperti yang tercantum dalam Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (2007: 15) yaitu 1. Kemampuan Umum (general ability): Kemampuan umum adalah kemampuan yang di perlukan untuk mendidik peserta didik pada umumnya (anak normal), sedangkan kemampuan dasar adalah kemampuan yang diperlukan untuk mendidik peserta didik berkebutuhan khusus, kemudian kemampuan khusus adalah kemampuan yang diperlukan untuk mendidik peserta didik kebutuhan khusus jenis tertentu (spesialis).
43
2. Kemampuan Dasar (basic ability) Kemampuan dasar guru pendidikan khusus dalam Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (2007: 15) diharapkan guru dapat memiliki beberapa kemampuan diantaranya: a. memahami dan mampu mengidentifikasi anak berkebutuhan khusus. b. Memahami konsep dan mampu mengembangkan alat asesmen serta c. Melakukan asesmen anak berkebutuhan khusus. d. Mampu merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pelajaran bagi anak berkebutuhan khusus. e. Mampu merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi program bimbingan dan konseling anak berkebutuhan khusus. f. Mampu melaksanakan menajemen pendidikan khusus g. Mampu mengembangkan kurikulum Pendidikan Khusus sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus serta dinamika masyarakat. h. Memiliki pengetahuan tentang aspek-aspek medis dan implikasinya terhadap penyelenggaraan pendidikan khusus i. Memiliki pengetahuan tentang aspek-aspek psikologis dan implikasi nya terhadap penyelenggaraan pendidikan khusus j. Mampu melakukan penelitian dan pengembangan di bidang
pendidikan
khusus. k. Memiliki sikap dan perilaku empati terhadap anak berkebutuhan khusus.
44
l. Memiliki sikap professional di bidang pendidikan khusus m. Mampu merancang dan melaksanakan program kampanye kepeduliasn PLB di masyarakat. n. Mampu merancang program advokasi. 3. Kemampuan Khusus (specific ability) Kemampuan khusus merupakan kemampuan keahlian yang dipilih sesuai dengan minat masing-masing tenaga kependidikan. Pada umumnya masingmasing guru memiliki satu kemampuan khusus (specific ability). Kemampuan khusus yang harus dimiliki guru berdasarkan Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (2007: 16) antara lain: a.
Mampu melakukan modifikasi perilaku.
b.
Menguasai konsep dan keterampilan pembelajaran bagi anak yang mengalami gangguan/kelainan penglihatan.
c.
Menguasai konsep dan keterampilan pembelajaran bagi anak yang mengalami gangguan/kelainan pendengaran/komunikasi.
d.
Menguasai konsep dan keterampilan pembelajaran bagi anak yang mengalami gangguan/kelainan intelektual.
e.
Menguasai konsep dan keterampilan pembelajaran bagi anak yang mengalami gangguan/kelainan anggota tubuh dan gerakan.
f.
Menguasai konsep dan keterampilan pemnbelajaran bagi anak yang mengalami gangguan/kelainan perilaku sosial.
g.
Menguasai konsep dan keterampilan pemnbelajaran bagi anak yang mengalami kesulitan belajar.
45
Uraian di atas menunjukan bahwa betapa pentingnya kompetensi guru dalam pendidikan inklusi. Beberapa kompeensi yang harus dimiliki guru dalam pendidikan inklusi antara lain kompetensi guru secara umum yang meliputi kompetensi pedagogik, sosial, pribadi seta kompetensi profesional dan kompetensi guru khusus yang meliputi kemampuan umum, kemampuan dasar dan kemampuan khusus. 2.3 Penelitian Sebelumnya Hasil penelitian sebelumnya oleh Oneyda M. Paneque, dkk dalam judul “A study of teacher efficacy of special education teachers of engllish language leaners with disabilities” menunjukkan bahwa Variabel guru yang merupakan prediktor keberhasilan guru dan salah satu yang statistik signifikan berhubungan dengan efikasi guru adalah kemahiran dalam bahasa siswa sasaran. Hasil penelitian lain dari Elizabeth S Hartmann, PhD yang berjudul “understanding teachers self efficacy to support children with deaf and blindness” dari hasil penelitianya menyebutkan bahwa terdapat tiga tingkatan efikasi yaitu efikasi sangat rendah, efikasi cukup tinggi, efikasi sangat tinggi. Hasil tersebut mengungkapkakn bahwa dengan efikasi yang rendah guru tidak memiliki pelatihan formal dan pengalaman mengajar terhadap anak-anak yang mengalami kebutaan dan tuli. Sedangkan guru dengan efikasi tinggi dipengaruhi faktor keinginan yang kuat dan mempunyai pengetahuan yang luas.
46
2.4 Kerangka Berpikir
Latar belakang pendidikan Efikasi guru pendidikan anak usia dini dalam pendidikan inklusi Lama mengajar
Efikasi guru murupakan keyakinan guru dalam kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan program tindakan untuk berhasil menyelesaikan tugas instruksi terrtentu kapasitasnya untuk mempengaruhi kinerja siswa. Hal-hal yang mempengaruhi efikasi diri guru yaitu pengalaman instruksional, personal dan faktor demografi. Dalam penelitian ini yang menjadi titik ukur tinggi rendahnya efikasi terbatas pada faktor demografi yaitu latar belakang pendidikan, dan lama mengajar. Sedangkan faktor personal dan pengalaman instruksional tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Selanjutnya hubungan ini akan berpengaruh terhadap efikasi guru pendidikan anak usia dini dalam pendidikan inklusi. Guru yang memiliki efikasi tinggi akan merasa yakin dalam melaksanakan dan mengembngkan pendidikan inklusi. Sedangkan guru dengan efikasi rendah akan merasa kesulitan dan menyerah dalam melaksanakan dan merintis pendidikan inklusi.
47
2.5 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk pentanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data (Sugiyono, 2010: 96). Hipotesis dalam penelitian ini bersifat komparatif. Hipotesis komparatif merupakan dugaan ada tidaknya perbedaan secara signifikan nilai-nilai dua kelompok atau lebih (Sugiyono, 2010: 212). Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut terdapat tiga model hipotesis nol dan alternatif, yaitu: 2.5.1 Hipotesis nol : 1. Tidak terdapat perbedaan signifikan berdasarkan latar belakang pendidikan mengenai pendidikan inklusi di lembaga PAUD Kecamatan Grabag. 2. Tidak terdapat perbedaan signifikan berdasarkan lama mengajar mengenai pendidikan inklusi di lembaga PAUD Kecamatan Grabag. 2.5.2 Hipotesisi alternatif : 1. Ha : Terdapat perbedaan signifikan berdasarkan latarbelakang pendidikan mengenai pendidikan inklusi di lembaga PAUD Kecamatan Grabag.
48
2. Ha : Tidak terdapat perbedaan signifikan berdasarkan lama mengajar mengenai pendidikan inklusi di lembaga PAUD Kecamatan Grabag.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu kebenaran pengetahuan dengan menggunakan cara-cara ilmiah. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yanng telah ditetapkan. Berdasarkan hipotesis yang telah ditetapkan, jenis penelitian ini adalah penelitian komparasi. Menurut Sudjud dalam Arikunto (2010:310) melalui penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda, orang, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. 3.1 Variabel Penelitian Variabel pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 60). Variabel dalam penelitian ini yaitu efikasi diri guru yang berfungsi untuk mengetahui seberapa besar efikasi guru terhadap pendidikan inklusi jika ditinjau dari latar belakang pendidikan dan lama mengajar.
49
3.2 Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Self efficacy guru merupakan keyakinan guru terhadap kemampuanya dalam mengatur, mempengaruhi, dan mendidik siswa. 2. Latar belakang pendidikan adalah pendidikan yang pernah dilakukan oleh guru sesuai dengan ijazah terakhir. 3. Lama mengajar adalah masa kerja guru selama menjalankan tugas menjadi seorang pendidik anak usia dini. 3.3 populasi dan sampel 3.3.1 Populasi Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas tiga elemen yaitu: obyek/subyek yang mempunyai kulaitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penenliti untuk dipelajari. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pendidik paud, baik itu pendidik taman kanak-kanak, roudhotut adfal, kelompok bermain, maupun tempat penitipan anak. Data tahun 2012 yang diperoleh dari UPT Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang dan ketua RA sekecamatan Grabag terdapat 50 lembaga pendidikan anak usia dini, yang terdiri dari 19 taman kanak-kanak, dan 8 kelompok bermain dan 2 tempat penitipan anak serta 21 lemabaga RA. Jumlah pendidik secara keseluruhan yaitu 133 guru. 3.3.2 Sampel sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (sugiyono, 2010:118). Teknik pengambilan sampel dalam
50
penelitian ini yaitu random sampling. Cara penentuan jumlah sampel adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010:126): a.
Sample
Keterangan: Taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10% P = Q = 0,5 d = 0,05 s = jumlah sampel s= s=
= 57,33 = 57
Jadi dari 133 populasi terpilih 57 sampel yang terpilih secara acak. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 3.5.1 Kuesioner (Angket) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (sugiyono, 2010:198). kuesioner juga cocok digunakan jika jumlah responden cukup besar. Dalam penelitian ini angket atau kuesioer diberikan kepada guru pendidikan anak usia dini untuk lebih memperjelas pemahaman dan efikasi guru
51
terhadap pendidikan inklusi. Kuisioner dalam penelitian ini berbentuk pernyataan tertutup. Pernyataan tertutup sangat membantu responden untuk menjawab dengan cepat. Untuk mengukur jawaban dari responden menggunakan skala likert. Responden menjawab dengan menggunakan chek list (√), dengan skala sebagai berikut: 3.1 Tabel Skor Jawaban Kuisioner Skor No
Pilihan Jawaban
Pernyataan Favourable
Pernyataan Unfavourable
1
Sangat setuju
4
1
2
Setuju
3
2
3
Tidak setuju
2
3
4
Sangat tidak setuju
1
4
Alasan peneliti menggunakan metoden kuisioner karena metode tersebut sangat memudahkan untuk mengambil data dalam jumlah sampel yang cukup banyak. Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Yang Diberlakukan Untuk Mengukur Nilai Efikasi Diri Guru Paud Dalam Pendidikan Inklusi Item Variabel Efikasi diri guru
Aspek 1. Level
Indiktor 1. Memotivasi untuk
F diri 3,
UF
Jumlah
24, 10, 25, 58, 10 butir
melakukan 56, 65, 68, 74
sesuatu.
77
2. Mempunyai
4,
keyakinan terhadap
22, 1, 20, 28, 10 butir
tinggi 47, 50, 42, 61, 79
52
kemampuanya. 3. Selalu
merasa 23, 33, 2, 5, 11, 10 butir
optimis
69, 73, 34, 71 78
4. Mempunyai
6,
30, 8, 29, 55,
10 butir
kemampuan dalam 51, 60, 63, 64, mengatasi berbagai 66 hambatan 2. Generality
5. Mempunyai
12, 31, 9, 15, 41, 10 butir
keyakinan
52, 54, 46, 70
dalam
62,
melaksanakan tugas 6. Meyakini
14, 57, 38, 43, 49, 8 butir
kemampunya
72, 80
53
dalam mengatasi berbagai masalah 3. strenght
7. mempunnyai rasa 13, 32, 17, 36, 67, 10 butir percaya diri yang
37, 40, 75, 44, 76
tinggi 8. tidak
mudah 7,
16, 18, 21, 27, 12 butir
menyerah dalam 19, 26, 45, 48, 35 berbagai
39, 59
kesulitan. Jumlah
3.5 Uji Validitas dan Reabilitas 3.5.1 uji validitas
80 butir
53
Hasil penelitian yang valid bila terdapat dua kesamaan antara data yang terkumpul dengan dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mengukur data itu valid (Sugiono, 2010:173). Instrumen yang diuji cobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Pengujian instrumen jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Bila korelasi tiap faktor positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct dan kuat (Sugiyono, 2010: 177178). Untuk memperoleh koefisien korelasi item dengan total menggunakan teknik korelasi product momen dari Pearson, dengan rumus :
rxy
(X)(Y) N (X ) 2 (Y ) 2 2 Y N N XY -
X
2
Keterangan : rxy
= Koefisien korelasi
∑XY
= Jumlah perkalian skor item dengan skor total
∑X
= Jumlah skor tiap item X
∑Y
= Jumlah skor tiap item Y
Tabel 3.2 item valid dan gugur
Varibel Efikasi diri guru
Aspek
Indiktor
1. level
1. Memotivasi untuk sesuatu.
Item
valid
gugur
diri 3, 10, 24, 10, 24, 3,
25,
melakukan 25, 56 ,58, 56, 74, 58, 65, 65, 68, 74, 77
68
54
77 2. Mempunyai
1, 4, 20, 22, 1,
keyakinan
tinggi 28, 42, 47, 22, 42,
terhadap
50, 61, 79
kemampuanya. 3. Selalu
47, 50, 61
merasa 2, 5, 11, 23, 2,5, 11, 33, 71,
optimis
33, 34, 69, 34, 69, 73, 23 71, 73, 78
4. Mempunyai kemampuan
4, 28, 79
78
6, 8, 29, 30, 29, 30, 6,
8,
dalam 51, 55, 60, 51, 55, 63, 64,
mengatasi berbagai 63, 64, 66
60,
66
hambatan 5. Genera
6. Mempunnyai
lity
keyakinan
9, 12, 15, 9,
15, 12, 41
dalam 31, 41, 46, 31, 46,
melaksanakan tugas
52, 54, 62, 52, 54, 70
7. Meyakini
62, 70
14, 38, 43, 38, 43, 14
kemampunya dalam 49, 53, 57, 49, 53,
8. strenght
mengatasi berbagai 72, 80
57, 72,
masalah
80
9. mempunnyai percaya diri
rasa 13, 17, 32, 17, 32, 13, 36, yang 36, 37, 40, 40, 44, 37, 75
tinggi
44, 67, 75, 67, 76
10. tidak menyerah
75,76
mudah 7, 16, 18, 16, 26, 7,
18,
dalam 19, 21, 26, 27, 35, 19, 21,
berbagai kesulitan.
27, 35, 39, 59, 45, 39, 59, 45, 48,
Jumlah item yang gugur 30 dan jumlah item yang valid 50
48.
55
3.5.2 Uji Reabilitas Pengujian rebilitass instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat dilakukan dengan test-retest, equivalent, dan gabungan keduanya. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik Koefisien Alpha dari Cronbach dengan rumus:
b2 k rII = 1 2 (k 1) 1 Keterangan : rII
= realibilitas instrumen
k
= banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal.
∑ b2
= jumlah varians butir
12
= varians total Perhitugan reliabilitas instrumen penelitian dapat menggunakan bantuan
program komputer yaitu dengan menggunakan program SPSS 16.0 For Windows. Adapaun hasil dari uji reabilitas instrumen adalah sebagi berikut: Tabel 3.3 Hasil Uji Reabilitas Item Pada Uji Coba Instrumen Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .917
N of Items .915
80
dari hasil uji rebilitas dengan SPSS 16.0 For Windows dapat diperoleh bahwa nilali cornbach alpha 0,917 , maka data tersebut dapat dikatakan reabel.
56
3.6 Analisis Data Analisis ini bertujuan untuk mengetahui adanya kesamaan kondisi awal populasi yaitu bersifat homogen. Data yang digunakan adalah hasil dari sebaran kuesioner tentang efikasi diri guru terhadap pendidikan inklusi. Data tersebut dianalisis melalui uji normalitas, uji homognitas dan F tes atau analisis varian. a. Uji normalitas Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang dinalisis berdistribusi normal atau tidak. Pengitungan niliai normalitas ddalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 16.0 for Windows. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika populasi mempunyai varians yang sama maka populasi tersebut dikatakan homogen. Jika nilai probabilitasnya <0,05 maka varian populasinya beda, dan sebaliknya jika nilai probabilitasnya >0,05 maka mempunyai varian yang sama (Ghozali,2009:64). Perhitungan uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 16.0 for Windows. c. Analisis varian (ANOVA) Analisis varian merupakan metode untuk menguji hubunngan antara satu variabel dependen. Pengujian dalam hipotesis komparatif ini menggunakan analisis varian satu jalan (one away anova). Pengujian analisis varian satu jalan menggunakan SPSS 16.0 for Windows.
57
58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENELITIAN 4.1.1
Gambaran Umum Hasil Penelitian Kecamatan Grabag merupakan sebuah kecamatan yang berada di sebelah
timur Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Grabag terdiri dari 28 desa. Secara administratif batas wilayah Kecamatan Grabag adalah: a. Sebelah Timur
: Kecamatan Ngablak
b. Sebelah Barat
: Kecamatan Secang dan Kecamatan Pringsurat
c. Sebelah Utara
: Kabupaten Semarang
d. Sebelah Selatan
: Kecamatan Tegalrejo
Pada saat ini dengan seiring waktu kecamatan Grabag telah berkembang baik terlebih dalam dunia pendidikan anak usia dini. Berdasarkan data yang diperoleh dari UPT Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang dan ketua RA sekecmatan Grabag terdapat 50 lembaga pendidikan anak usia dini, dengan jumlah pendidik secara keseluruhan yaitu 133. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Grabag menggunakan sampel sebanyak 57 responden dari 15 lembaga pendidikan anak usia dini. Berikut adalah data dari responden: 4.1.2
Identitas Responden
4.1.2.1 Jenis Kelamin Responden Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perbandingan jenis kelamin guru pendidikan anak usia dini di Kecamatan Grabag adalah sebagai berikut:
59
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Presentase (%)
Laki-laki
1
1,8
Perempuan
56
98,2
Jumlah
57
100
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.2 menunjukan bahwa semua responden yang ikut berpartisipasi dalam penelitian tentang efikasi diri guru pendidikan anak usia dini adalah berjenis kelamin perempuan kecuali satu berjenis kelamin laki-laki. Diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan mendominasi dengan jumlah sebanyak 56 orang (98,2 %) dan laki-laki hanya 1 orang (1,8%). 4.1.2.2 Latar Belakang Pendidikan Latar belakang pendidikan menjadi salah satu faktor penting dalam fase kehidupan manusia. Baik itu dalam dunia kerja maupun ekonomi, terlebih lagi dalam dunia pendidikan. Sebagai seorang guru latar belakang pendidikan merupakan standart yang wajib dicapai bagi para guru. Berikut ini tingkat pendidikan atau latar belakang pendidikan responden:
60
Sumber: Data primer yang di olah Tabel 4.3 menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan guru pendidikan anak usia dini di Kecamatan Grabag sangatlah beragam mulai dari tingakat SMP, SMA/SMK, D2, sampai dengan S1. Berdasarkan data dari tabel diatas , maka dapat diketahui bahwa responden dengan tamat SMP sebanyak 2 (3,5 %). Responden yang tamat SMA sebanyak 19 orang (33,3 %). Responden yang mengenyam pendidikan D2 sebanyak 20 (35,1 %) dan S1 sebanyak 16 orang (28,1 %). Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui sebagian besar responden dalam hal ini para guru pendidikan anak usia dini berlatar belakang pendidikan D2 dan SMA atau SMK sederajat. 4.1.2.3 Lama Mengajar Pengalaman mengajar dalam dunia pendidikan dapat dilihat melalui lama mengajar dari seorang guru. Pengalaman dalam mengajar menujukkan bahwa
61
guru sudah merasakan asam manisnya dalam melakukan proses pembelajaran. Tabel berikut ini akan menunjukkan pengalaman para guru dalam mendidik siswanya dilihat dari lama mengajarnya:
Sumber: Data primer yang diolah Hasil penelitian tabel 4.4 menunjukkan bahwa pengalaman mengajar guru pendidikan anak usia dini. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lama mengajar guru 1 - 6 tahun sebanyak 30 guru (52,6 %). Lama mengajar 7 -12 tahun sebanyak 16 (28,1 %), lama mengajar 13 – 18 tahun sebanyak 5 orang (8,7 %). Guru yang lama mengajar dengan 19 - 24 tahun sebanyak 3 orang (3,5 %) dan responden yang mengajar 25-30 tahun sebanyak 3 orang (3,5 %) . Berdasarkan hasil dari penelitian yang ditunjukakn paada tabel 4.3 rata-rata pengalaman mengajar guru yaitu 1 – 6 tahun. 4.1.3 Deskripsi Hasil Penelitian
62
Untuk mengetahui tinggi rendah nilai subjek, maka peneliti melakukan kategorisasi pada nilai efikasi. Kategorisasi yang dilakukan didasari oleh suatu asumsi bahwa skor subjek dalam kelompoknya merupakan estiminasi terhadap skor subjek dalam populasi dan skor subjek dalam populasinya terdistribusi secara normal. Peneliti menggunakan kategorisasi sebagai berikut, rendah ( x = m + -1 SD ), sedang ( + -1 SD < x = m + 1 SD ), dan tinggi ( x > m + -1 SD ). Kategorisasi subjek diatas digunakan untuk mengelompokkan skor dari kedua variabel dalam penelitian ini. 4.1.3.1 Kategori Skor Variabel Efikasi Guru dalam Pendidikan Inklusi Skor variabel efikasi diri guru dalam pendidikan inklusi dikategorikan untuk mengetahui tinggi rendahnya skor subjek. Skor maksimal yang diperoleh subjek adalah 50 x 4 = 200 dan skor minimal adalah 50 x 1= 50. Jarak sebaran skor adalah 200 – 50 = 150 dan standar deviasinya 150 : 6 = 25. Sedangkan rerata hipotetiknya ( 200 + 50) : 2 = 125. Data penelitian skor subjek diktegorikan dalam 3 kategori. Kategori data skor dalam penelitian terhadap subjek adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Kategori Skor Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini No
Skor
Kategori
Frekuensi
Presentase
1
x ≤ 125
Rendah
7
12,3 %
2
125 < x ≤ 150
Sedang
21
36,8 %
3
x >150
Tinggi
29
50,9 %
63
Jumlah
57
100 %
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel kategori 4.5 di atas diketahui bahwa sebanyak 7 responden (12,3 %) responden berada pada tingkat keteori rendah, 21 responden (36,8 % )berada dalam kategpri sedang, dan 29 responden ( 50,5%) berada dalam kategori yang tinggi. Jika dilihat secara keseluruhan maka rata-rata nilai efikasi diri guru terhadap pendidikan inklusi yaitu dikategorikan sedang dengan nilai 139. 4.1.4
Analisis Data
4.1.4.1 Uji Asumsi Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian. Analisis ini dilakukan dengan multiple regression analysis. Untuk melakukannya harus terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi, yaitu uji normalitas dan uji linieritas. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi tersebut. Uji asumsi dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16 for Windows. 1.
Uji Normalitas Uji asumsi normalitas menggunakan teknik statistic non parametik one
sample Kolmogrov-Smirnov, yang digunakan adalah jika p >0,05, maka sebarannya normal, sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya tidak normal. Hal ini diperkuat dengan pendapat pendapat Ghozali (2005: 74) yang menyatakan
64
bahwa jika nilai signifikansi lebih besar dari 5%, maka disimpulkan data berdistribusi normal. Berikut ini adalah hasil output SPSS 16.0 Tabel 4.6 Deskripsi Statistik Hasil Uji Normalitas No
Variabel
Koef. Normalitas
keterangan
1
Efikasi diri guru
0,158
Normal
Sumber: Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai probabilitasnya lebih dari 5% atau 0,05. Variabel efikasi guru dalam pendidikan inklusi menghasilkan probabilitas sebanyak 0,158. Berdasarkan hasil tersebut bahwa sebaran skor variabel tersebut adalah normal. 2.
Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang
terjadi pada uji statistik parametrik benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan. Uji asumsi homegenitas menggunakan teknik statistic non parametik one sample Kolmogrov-Smirnov, kaidah yang digunakan adalah jika p >0,05, maka sebarannya normal, sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya tidak homogen. Berikut ini adalah hasil output SPSS 16.0: Tabel 4.7 Deskripsi Statistik Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances nilaiefikasi Levene Statistic
df1
df2
Sig.
65
Test of Homogeneity of Variances nilaiefikasi Levene Statistic
df1
df2
.073
2
Sig. 54
.930
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.7 menunjukkan bahwa hasil dari nilai p >0,05 maka sebaran distribusinya normal, dengan nilai 0,930 sehingga sebaranya homogen atau sama. 4.1.4.2 Uji Hipotesis Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa data yang terkumpul memenuhi syarat untuk analisis selanjutnya, yaitu menggunakan uji f untuk menguji hipotesis yang diajukan. Hasil analisis hipotesis menggunakan cara uji f untuk melihat perbandingan latar belakang pendidikan dan lama mengajar guru. Analisis dengan menggunakan One Way ANOVA untuk melihat seberapa besar perbedaan yang terjadi pada efikasi diri guru dalam pendidikan inklusi jika ditinjau dari latar belakang pendidikan dan lama mengajar. Berdasarkan perhitungan one way ANOVA dengan bantuan SPSS 16 for Windows maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut: 4.8 Tabel Deskripsi Hasil Analisis Varian Latar Belakang Guru Pendidikan Anak Usia Dini Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:nilaiefikasi df
Type III Sum of Source Corrected Model
Mean Square
F
Sig.
Squares a
5625.355
3
1875.118
10.752
.000
66
Intercept
415257.276
1
415257.276
2.381E3
.000
latrpendidikan
5625.355
3
1875.118
10.752
.000
Error
9242.645
53
174.390
Total
1116165.000
57
14868.000
56
Corrected Total
a. R Squared = ,378 (Adjusted R Squared = ,343)
Tabel 4.8 menunjukan bahwa variabel latar belakang pendidikan signifikan pada 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa latar belakang pendidikan mempengaruhi efikasi diri guru. Besar nilai adjusted R squared 0,343 mempunyai arti bahwa variabilitas latar belakang pendidikan memberikan sumbangan sebesar 34,3 %. Tabel 4.9 Hasil Post Hoc Test Multiple Comparisons Dependent Variable:nilaiefikasi (I)
(J)
latrpendidik latrpen
Tukey
95% Confidence Interval Mean
an
didikan Difference (I-J) Std. Error
smp
sma
-35.71
*
9.817
.003
-61.75
-9.67
d2
-31.15
*
9.794
.013
-57.13
-5.17
s1
-48.69
*
9.904
.000
-74.96
-22.42
35.71
*
9.817
.003
9.67
61.75
d2
4.56
4.231
.704
-6.66
15.78
s1
-12.98
*
4.481
.027
-24.86
-1.09
smp
31.15
*
9.794
.013
5.17
57.13
sma
-4.56
4.231
.704
-15.78
6.66
-17.54
*
4.429
.001
-29.29
-5.79
smp
48.69
*
9.904
.000
22.42
74.96
sma
12.98
*
4.481
.027
1.09
24.86
d2
17.54
*
4.429
.001
5.79
29.29
-35.71
*
9.817
.004
-62.62
-8.80
HSD
sma
d2
smp
s1 s1
Bonferron smp
sma
Sig.
Lower Bound Upper Bound
67
i
-31.15
*
9.794
.015
-57.99
-4.31
-48.69
*
9.904
.000
-75.83
-21.54
35.71
*
9.817
.004
8.80
62.62
d2
4.56
4.231
1.000
-7.04
16.16
s1
-12.98
*
4.481
.033
-25.26
-.70
smp
31.15
*
9.794
.015
4.31
57.99
sma
-4.56
4.231
1.000
-16.16
7.04
-17.54
*
4.429
.001
-29.68
-5.40
48.69
*
9.904
.000
21.54
75.83
sma
12.98
*
4.481
.033
.70
25.26
d2
17.54
*
4.429
.001
5.40
29.68
d2 s1 sma
d2
smp
s1 s1
smp
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 174,390. *. The mean difference is significant at the ,05 level.
Hasil post hoc test di atas menunjukan bahwa perbedaan antara SMP dan SMA sebesar (-35.71) dengan nilai signifikan (0.003), perbedaan antara SMA dan D2 sebesar (4.56) dengan nilai signifikan (0.704), perbedaan antara D2 dan S1 sebesar (-17.54) dengan nilai signifikan 0.001. Kemudian perbedaan antara S1 dan SMP sebesar (48.69) dengan nilai signifikan (0.000) dan perbedaan antara S1 dan SMA sebesar (12.98) dengan nilai signifikan 0.033. Hasil penelelitian dalam post hoc test bahwa semakin jauh perbedaan pendidikan tertinggi guru, maka semakin tinggi pula nilai signifikasi yang dihasilkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi latar belakang pendidikan guru maka perbedaan nilai efikasi semakin jelas terlihat.
68
Tabel 4.10 Tabel Deskripsi Hasil Analisis Varian Lama Mengajar Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:efikasidiri Type III Sum of Source
Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
2976.462
a
4
744.116
3.254
.019
559397.024
1
559397.024
2.446E3
.000
2976.462
4
744.116
3.254
.019
Error
11891.537
52
228.683
Total
1116165.000
57
14868.000
56
Corrected Model Intercept lamangajar
Corrected Total
a. R Squared = ,200 (Adjusted R Squared = ,139)
Tabel 4.9 di atas menunjukan bahwa nilai P=0.19, hal ini menunjukkan bahwa p >0,05 yang berarti dapat dsimpulkan bahwa variabel lama mengajar tidak signifikan dalam memberikan perbedaan terhadap efikasi guru. Besar nilai R Squared yaitu 0.139 yang berarti variabilitas lama mengajar hanya memberikan sumbangan sebesar 13,9%. Tabel 4.11 Hasil Post Hoc Test Multiple Comparisons Dependent Variable:efikasidiri (I)
(J)
95% Confidence Interval
lamanga lamanga Mean Difference
Tukey HSD
jar
jar
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
1-6
7-12
-4.30
4.681
.888
-17.53
8.92
13-18
-16.07
7.305
.196
-36.71
4.58
69
7-12
13-18
19-24
25-30
Bonferroni
1-6
7-12
13-18
19-24
19-24
-21.20
9.157
.157
-47.08
4.68
25-30
-21.53
9.157
.145
-47.41
4.34
4.30
4.681
.888
-8.92
17.53
13-18
-11.76
7.748
.556
-33.66
10.13
19-24
-16.90
9.514
.398
-43.78
9.99
25-30
-17.23
9.514
.378
-44.11
9.66
1-6
16.07
7.305
.196
-4.58
36.71
7-12
11.76
7.748
.556
-10.13
33.66
19-24
-5.13
11.044
.990
-36.34
26.07
25-30
-5.47
11.044
.987
-36.67
25.74
1-6
21.20
9.157
.157
-4.68
47.08
7-12
16.90
9.514
.398
-9.99
43.78
13-18
5.13
11.044
.990
-26.07
36.34
25-30
-.33
12.347
1.000
-35.22
34.56
1-6
21.53
9.157
.145
-4.34
47.41
7-12
17.23
9.514
.378
-9.66
44.11
13-18
5.47
11.044
.987
-25.74
36.67
19-24
.33
12.347
1.000
-34.56
35.22
7-12
-4.30
4.681
1.000
-18.03
9.42
13-18
-16.07
7.305
.323
-37.48
5.35
19-24
-21.20
9.157
.246
-48.05
5.65
25-30
-21.53
9.157
.225
-48.38
5.31
4.30
4.681
1.000
-9.42
18.03
13-18
-11.76
7.748
1.000
-34.48
10.95
19-24
-16.90
9.514
.816
-44.79
11.00
25-30
-17.23
9.514
.759
-45.12
10.66
1-6
16.07
7.305
.323
-5.35
37.48
7-12
11.76
7.748
1.000
-10.95
34.48
19-24
-5.13
11.044
1.000
-37.51
27.24
25-30
-5.47
11.044
1.000
-37.84
26.91
1-6
21.20
9.157
.246
-5.65
48.05
1-6
1-6
70
25-30
7-12
16.90
9.514
.816
-11.00
44.79
13-18
5.13
11.044
1.000
-27.24
37.51
25-30
-.33
12.347
1.000
-36.53
35.87
1-6
21.53
9.157
.225
-5.31
48.38
7-12
17.23
9.514
.759
-10.66
45.12
13-18
5.47
11.044
1.000
-26.91
37.84
19-24
.33
12.347
1.000
-35.87
36.53
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 228,683.
Berdasarkan tabel 4.11 hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan antara 1-6 tahun dan 7- 12 tahun sebesar (-4.30) dengan nilai signifikan (0.888), perbedaan lama mengajar 13-18 tahun dan 19-24 sebesar (-11.76) dengan nilai signifikan (0.556), sedangkan lama mengajar 25-30 dan 1-6 sebesar (21.53) dengan nilai signifikan (0.145). Hasil dari post hoc test tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai mean difference tidak menunjukkan adanya nilai yang signifikan, begitu pula dalam hasil F tes, sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan nilai efikasi guru ditinjau dari lama mengajar.
71
4.2 PEMBAHASAN 4.2.1
Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Pendidikan Inklusi Efikasi didasarkan pada teori kognitif bandura (1997) yang menyatakan
bahwa orang-orang menjalankan kontrol atas apa yang mereka lakukan dan perilaku mereka dipengaruhi oleh banyak faktor penentu yang saling bergantung seperti personal kontrol atas tindakan, regulassi diri dan proses befikir, motivasi, avektif atau fisiologis. Dimopulou (2012) dalam jurnal Literacy Information and Computer Education Journal (LICEJ), Volume 3, Issue 1, March 2012 yang berjudul Self Efficacy and Collective Efficacy Beliefs Of Teacher For Children With Autism menyebutkan bahwa efikasi diri harus melakukan dengan self perception dari kompetensi dari pada level kompetensi yang sesungguhnya. Teori self efikasi mempertahankan proses psikologis mengubah jalan melalui perubahan individu. Efikasi adalah kemampuan generatif di mana kognitif, subskills sosial, emosional dan perilaku harus diorganisir dan efektif diatur untuk melayani tujuan yang tak terhitung ada perbedaan yang ditandai antara memiliki subskills dan mampu mengintegrasikan kemudian ke program telah sesuai tindakan dan mengeksekusinya maka baik dalam keadaan sulit (Bandura, 1997:36). Woodcoock (2012) dalam Australian Journal Of Teacher Education Volume 37 Issue 6 yang berjudul Does Study of an Inclusive Education Subject Influence Pre-Service teachers' Concerns and Self-Efficacy about Inclusion?
72
Mengungkapkan bahwa guru dapat menambah pengalaman dan pengetahuan melalui bekerja sama dengan siswa dengan pendidikan khusus dalam ruang kelas yang bisa memberikan pengaruh besar terhadap sikap dan efikasi, hal itu memberikan hubungan kuat anatara efikasi diri guru dan kemampuan guru. Ungkapan tersebut kaitanya dalam penelitian ini bahwa untuk membangun efikasi diri, guru memerlukan pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan anak berkebutuhan khusus. Efikasi guru sebagai keyakinan guru terhadap kemampuannya dalam mengajar, untuk mengatur dan mempengaruhi para siswa saat proses pembelajaran, sehingga guru mampu memprediksi perkembangan prestasi belajar siswa. Efikasi guru telah terbukti menjadi variabel penting dalam efektifitas guru. Penelitian juga memberikan bukti bahwa ini juga berhubungan pada pencapaian siswa. Efikasi yang rendah mengarahkan kepada rendahnya efikasi dan prestassi siswa (Dimopulou, 2012). Penelitian juga menunjukkan efikasi diri guru mempengaruhi prestasi siswa, dan level sekolah dalam membangun operasional sekolah. Efikasi diri menjadi karakteristik penting bagi siswa dan hasil guru (Shaughnessy, 2004). Sumber-sumber yang dapat memepengaruhi efikasi diri yaitu menguasai suatu kompetensi, pengalaman vikarius, persuasi sosial dan keadaan emosi. Pengembangan pengetauan diri adalah stuktur kognitif bukan hanya audit teknis pertunjukan, melainkan gagasan tentang diri mereka sendiri atau lingkungan mereka (Bandura, 1997:80 ). Bandura (1997:42) menyatakan terdapat tiga aspek
73
penting dalam menetukan efikasi diri yaitu generality, level, strenght dengan indikator sebagi berikut: 1. Memotivasi diri untuk melakukan sesuatu 2. Mempunyai keyakinan tinggi terhadap kemampuannya 3. Selalu merasa optimis 4. Mempunyai kemampuan dalam mengatasi berbagai hambatan 5. Keyakinan dalam melaksanakan tugas 6. Meyakini kemampuanya dalam berbagai situasi Berdasarkan indikator dari ketiga aspek tersebut maka identifikasi hasil penelitian efikasi diri guru pendidikan anak usia dini terhadap pendidikan inklusi yang menunjukan mempunyai efikasi tinggi sebesar 50,9 % dan disusul urutan guru yang mempunyai efikasi sedang yaitu 36,8 % dan diurutan terakhir guru dengan efikasi rendah hanya 12,3 %. Meskipun mayoritas lama mengajar 1-6 tahun dengan latar belakang pendidikan responden D2 dan S1 nilai efikasi guru dalam pendidikan tidaklah buruk, level efikasi berada di level tingkat sedang. Melby dalam santrock (2008:524) menyatakan bahwa efikasi diri guru akan berpengaruh besar terhadap kualitas pembelajaran. Akan tetapi kondisi ini lantas tidak membuat para guru dengan jam terbang terbatas dan usia masih muda menjadi minder, mereka masih punya cukup keyakinan untuk menjadi lebih baik dan hal ini khususnya dalam pendidikan inklusi masih punya banyak harapan untuk mengembangkan pendidikan inklusi. Efikasi diri guru yang tinggi akan menjadi modal dalam upaya pengembangan pendidikan inklusi. Seperti apa yang diungkapkan Feist (2012:212 ) manusia yang
74
yakini bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang mempunyai potensi untuk dapat mengubah kejadiannya di lingkunganya, akan lebih mungkin untuk bertindak dan lebih mungkin untuk menjdi sukses dari pada yang mempunyai efikasi rendah. Artinya bahwa dengan keyakinan dalam melakasanakan program pendidikan inklusi akan menjadi sebuah kemungkinan yang bisa terjadi. Keadaan ini didasarkan pada teori kogntif dari Bandura (1997) yang menyatakan bahwa orang-orang melatih kontrol atas apa yang mereka lakukan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu dari faktor tersebut yang menjadi bahan utama dalam penelitian ini adalah latar belakang pendidikan dan lama mengajar guru. Sehingga melalui faktor tersebut peneliti dapat melihat tingkat efikasi guru pendidikan anak usia dini terhadap pendidikan inklusi di Kecamatan Grabag. 4.2.1.1 Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Pendidikan Inklusi Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan. Latar belakang pendidikan menjadi dasar dalam upaya pengembangan profesionalitas pendidik dalam pendidikan anak usia dini, seperti yang tercatat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa bagi guru pendidikan anak usia dini baik formal maupun non formal harus mempunyai kualifikasi akademik, seperti memiliki ijazah S1 dari perguruan tinggi terakreditasi, dan pendidikan minimal D2 yang mempunyai sertifikat pelatihan atau pendidikan/kursus pendidikan anak usia dini. Kualifikasi tersebut sangat beralasan mengingat pentingnya tingkat pendidikan
75
bagi seorang guru. Sehingga kedepanya dengan potensi dan kemampuan guru pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Namun pada kenyataanya masih banyak guru terlebih guru pendidikan anak usia dini yang pendidikanya masih pada tingkat sekolah menengah atas. Woolfolk hoy dalam Shaughnessy (2004) mengemukakan profesionalisme guru, mempunyai hubungan yang sederhana antara efikasi dan kualitas fasilitas, dan antara efikasi dan profesionalisme guru. Salah satu dari sumber efikasi adalah menguasai
suatu
kompetensi.
Kompetensi
dalam
teknik
pedoman
penyelenggaraan pendidikan khusus tahun 2007 adalah seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diperoleh dari pendidikan atau latihan. Berdasarkan hasil penelitin, peneliti menemukan bahwa efikasi diri guru yang didasarkan pada latar belakang pendidikan ( R Square=0.378, P=0.00) hal ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan memberikan sumbangan sebesar 37,8%. Meskipun latar belakang pendidikan S1 mempunyai jumlah sedikit akan tetapi nilai rata-rata nilai efikasinya menduduki peringkat paling tinggi yaitu sebesar 151,19. Sedangkan guru dengan latar belakang D2 dan SMA/SMK sederajat mempunyai nilai efikasi yang cukup, dan SMP mempunyai nilai efikasi yang sangat rendah yaitu sebesar 102,50. Hal ini menunjukan bahwa latar belakang pendidikan mempunyai andil yang besar terhadap tingkat efikasi diri para guru pendidikan anak usia dini dalam pendidikan inklusi.
76
Penemuan ini sejalan dengan apa yang ungkapkan Hartman (2010) dalam Summer 2010 AER journal: self teacher efficacy and deaf blindness bahwa guru yang mempunyai self efikasi tinggi faktor utamanya terletak pada latar belakng pendidikan/ pelatihan. Penelitin lain yang dilakukan oleh Gotshall dan Stefanou dalam Journal Penelitian Education Volume 132 Nomor 2 yang berjudul The Effect On Going Consultation For Accommodating Students With Disabilities On Teacher Self Efficacy And Learned Helplessness bahwa pelatihan selama 5 – 10 jam atau lebih dari 10 jam tidak berpengaruh terhadap efikasi diri guru terhadap anak berkebutuhan khusus. Begitu pula dengan Velthuis (2013) dalam penelitianya yang berjudul Teacher Training and Pre-service Primary Teachers’ Self-Efficacy for Science Teaching menghasilkan bahwa pelatihan mempunyai hubungan yang positif terhadap efkasi diri guru. . Penemuan ini dapat diartikan bahwa untuk meningkatkan efikasi diri guru dalam pendidikan tidak cukup dengan pendidikan yang sebentar, akan tetapi butuh waktu yang lama dalam mengenyam pendidikan, terlebih dalam bidang pendidikan khusus sebagai bekal dalam pelaksanaan program pendidikan inklusi, sehingga beberapa pengetahuan dan wawasan yang luas akan sangat berarti di masa mendatang. Sebagai upaya untuk mengembangkan pendidikan inklusi yang masih menjadi harapan agar kelak akan segera terwujud melalui keyakinan guru dalam melaksnakan proses pembelajaran. Liu (2006) mengungkaokan bahwa bahwa efikasi yang tinggi akan memberikan pengaruh terhadap hasil ekspektasi guru. Ekspektasi Guru yang yakin akan kekuatan efikasi mereka cenderung terbuka terhadap ide-ide baru, lebih ikhlas untuk mencoba metode baru, lebih
77
merasa terikat dengan mengajar, lebih ulet menghadapi kesulitan dalam kondisi kerja, dan cenderung jarang mengkritik terhadap sisiwa yang melakukan kesalahan (Ashton dalam Dimpulou, 2006). Pendidikan inklusi sebagai sebuah hal yang baru bagi responden dalam penelitian ini maka untuk mengetahui program pendidikan inklusi pengalaman saja tidak cukup. Pengalaman tanpa didasari pengetahuan akan menjadi suatau hal yang bukan apa-apa. Program inklusi bukan perkara yang mudah untuk dilaksanakan tentu saja harus membutuhkan pengetahuan dalam mengatasi setiap permasalahan yang dialami setiap anak didik. Bagaimana mungkin guru hanya akan tinggal diam tanpa melakukan apapun saat melihat anak didiknya tak berdaya di dalam kelas karena tidak tahu apa yang harus dilakukan. Woodcock dkk (2012) dalam Australian Jornal Of Teacher Education Volume 37 Issue 6 yang berjudul Does Study of an Inclusive Education Subject menyebutkan bahwa partisipasi dalam mata pelajaran berhadapan dengan pendidikan inklusi berdampak baik pada ketidaknyamanan, simpati, ketidaktentuan, ketakutan, coping, dan kepercayaan. Dalam penambahanya, sebuah studi menemukan sebuah statistik hubungan yang signifikan antara pengetahuan dari siswa dengan disabilitas dan sikap terhadap sikap terhadap inklusi. Karena itu perlu yang adannya pengetahuan yang cukup agar guru mampu mengidentifikasi setiap muncul masalah yanga ada pada anak didik mereka, sehingga dari identifikasi maka guru akan mempunyai seribu satu cara untuk membantu anak-anaknya yang sedang dalam masalah.
78
Berdasarkan penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa latar belakang pendidikan merupakan faktor dalam pembentukan efikasi diri bagi guru. Beberapa kemungkinannya bahwa guru dengan latar belakang pendidikan yang tinggi mempunyai akses dan wawasan yang lebih luas di bidang pendidikan, guru lebih menyadari akan pentingnya pendidikan terutama dalam pendidikan inklusi, guru lebih merasa siap dalam mengjadapi berbagai tantangan, seperti yang diungkapkan Hoy Wooflok dalan Nauman (2008) bahwa guru yang dengan gelar sarjana memiliki efikasi yang lebih tinggi dan merasa lebih siap. . Pernyataan ini dapat diartikan latar belakang pendidikan guru memberikan dampak penting terhadap tingkat efikasi guru dalam pendidikan inklusi. Hasil penelitian menunjukan perbedaan yang jelas nilai efikasi yang didasarkan pada latar belakang pendidikan guru. Sehingga dalam upaya pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan inklusi guru membutuhkan pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus. Berbekal pengetahuan tentu keyakinan guru dalam melaksanankan pendidikan inklusi akan jauh lebih merasa siap. Hal ini berarti tolok ukur efikasi diri guru ditinjau dari latar belakang pendidikan
dapat
memberikan
gambaran
keberhasilan
dalam
upaya
pengembangan pendidikan inklusi yang nantinya akan menemui banyak kesulitan. 4.2.1.2 Efikasi Diri Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Pendidikan Inklusi Ditinju Dari Lama Mengajar Guru dengan pengalaman mengajar yang banyak tentu saja sudah merasakan bagaimana asam manisnya dalam dunia pendidikan. Melalui
79
pengalaman seseorang dapat belajar untuk menjadi lebih baik. Begitu juga dalam penelitian ini yang memperlihatkan gambaran bagaimana pengalaman dapat mempengaruhi kepercayaan diri dalam efikasi diri para guru pendidikan anak usia dini terhadap pendidikan inklusi. Berdasarkan hasil penellitian pada tabel 4.3 halaman 57 menunjukkan bahwa pengalaman guru didominasi pada pengalaman 1 – 6 tahun sebesar 52,6%, dan disusul 7 – 12 tahun sebesar 28,1% dengan nilai efikasi pada tingkat sedang. Sedangkan pengalaman mengajar lebih dari 13 tahun mempunyai nilai efikasi yang tinggi yaitu di atas 150. Hasil ini berarti bahwa meskipun mayoritas guru mengajar 1- 6 tahun, akan tetapi nilai efikasinya berada di tingkat dibandingkan dengan guru dengan pengalaman lebih lama meskipun jumlahnya lebih sedikit efikasi mereka dapat dikategorikan pada tingkat diatas rata-rata. Hasil dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama mengajar terhadap efikasi diri guru yanng ditunjukan dengan nilai R sebesar 0,139 dengan P=0.19 (P>0,05), dan hasil post hoc test kelompok lama mengajar juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan akan tetapi tetap saja faktor lama mengajar juga mempunyai andil terhadap efikasi diri guru memberikan sumbangan sebesar 13,9%. Nilai tersebut tidak terlalu besar keadaan ini dipengaruhi juga oleh bagaimana latar belakang pendidikan guru yang bersangkutan serta mayoritas lama mengajar guru yang ditemukan di lapangan yaitu mengajar 1 – 6 tahun. Di sisi lain pendidikan inklusi merupakan sesuatu yang baru. Sehingga satu-satunya informasi yang bisa diakses melalui pendidikan. Pengalaman mengajar yang tidak di latar belakangi pendidikan yang mencukupi,
80
guru akan merasa kesulitan karena tidak mempunyai pengetahuan yang cukup. Schunk (2012: 214) menyatakan bahwa terdapat beberapa sumber yang dapat mempengaruhi efektifitas efikasi salah satunya yaitu pengalaman-pengalaman melalui pengamatan. Orang-orang memberikan pengalaman baru dan bagaimana mereka merekonstruksi dalam memori mereka juga sebagian tergantung pada sifat dan kekuatan keyakinan diri di mana pengalaman tersebut harus diintegrasikan. Keyakinan efikasi dengan demikian kedua produk dan bentuk dari pengalaman. Meskipun banyak penelitian yang menyebutkan bahwa pengalaman mengajar memberikan dampak perbedaan yang signifikan seperti Elizabeth Hartman (2010) tentang efikasi guru terhadap siswa deaf-blindness menunjukkan bahwa guru yang memiliki efikasi rendah mereka mempunyai pengalaman mengajar dan pengetahuan yang terbatas, sedangkan guru dengan efikasi tinggi rata-rata mereka memiliki pengalaman mengajar yang lama. Sebagai contoh HA seorang guru veteran spesialis deaf blindness mengatakan bahwa seorang yang berpengalaman dalam bidangnya, mereka mempunyai kepercayaan diri yang tinggi terhadap kemampuanya, dan akan terus belajar untuk menambah pengatahuan dan mengaplikasi pengetahuannya tersebut. Begitu pula dengan responden lain yang mempunyai tingkat efkasi yang tinggi dapat diilustrasikan bahwa faktor yang mempengaruhi tingkat efikasi yaitu banyak pengalaman, kerjasama dan selalu berfikir positif. Ternyata dengan nilai efikasi yang cukup tinggi ini guru lebih terbuka dan lebih cermat saat menghadapi berbagi masalah yang terjadi. Hal ini sangat penting untuk pertahankan atau dimiliki sebagai
81
bagian dari kepribadian seorang guru karena akan sangat membantu saat guru menghadapi suatu permasalahan. Sama seperti apa yang diungkapkan oleh Liu, dkk(2006) dalam International Journal of Science and Mathematics Education mengenai Taiwan elementary teachers_ views of science Teaching self-efficacy and outcome expectations, menerangkan bahwa lama mengajar mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap self efikasi guru. Sejalan dengan Al Awidi (2012) dalam temuanya yng berjudul The Effect Of Student Teaching Experience On Preservice Elementary Teachers’ Self-Efficacy Beliefs For Technology Integration In The UAE dalam education tech reseach menyebutkan bahwa guru berpengalaman merasa lebih sukses dalam mendorong siswa belajar dan mengorganisasi kelas sebagai guru yang mempunyai level yang lebih tinggi dari efikasi diri guru dari pekerjaan dan pengajaran. Penelitian tersebut menunjukan bahwa lama mengajar memeberikan pengaruh besar terhadap tingkat efikasi guru. Sedangkan dalam penelitian ini tidak menunjukan hal yang sama. Faktor penyebab tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam penelitian ini adalah bahwa mayoritas guru mempunyai pengalaman mengajar 1 – 6 tahun, dalam kurun waktu tersebut belum banyak pengalaman yang diserap guru, terlebih dalam bidang pendidikan inklusi, yang berhubungan dengan anak berkebutuhan khusus. Untuk mendukung keterampilan dan kompetensi serta pengetahuan guru dibidang pendidikan khusus tidak hanya dibutuhkan pengalaman mengajar, akan tetapi faktor pendidikan dan pelatihan menjadi hal utama untuk meningkatkan
82
kemampuan dan kompetensi guru dibidang pendidikan khusus, sehingga guru merasa mampu dan yakin bisa melaksanakan pendidikan yang berbasis inklusi. Sementara itu studi lain tidak menemukan keterkaitannya antara pengalaman mengajar dan latar belakang pendidikan terhadap efikasi seseorang. Seperti yang diungkapkan oleh paneque (2006) dalam (Research Article) A Study Of Teacher Efficacy Of Special Education Teachers Of Engllish Language Leaners With Disabilities menjelaskan dalam bahwa dari faktor persiapan guru, status sekolah, dan pengalaman tidak ada perbedaan skor yang siginifikan terhadap efikasi guru, paneque (2006) menyebutkan bahwa dari yang memberikan sumbangan besar terhadap efikasi guru yaitu keahlian. Begitu juga Milson (2001) dalam penelitianya tentang teacher efficacy and character education dalam paper presented at the annual meeting of the american reseach education association mengungkapkan hal yang sama bahwasanya pada skala usia, gelar tertinggi dan lama mengajar secara statistik tidak signifikan, meskipun demikian hasil signifikan diperoleh pada personal teacher efficacy dan general teacher efficacy hasilnya signifikan untuk tipe institusi tingkat sarjana. Berdasarkan temuan Milson (2001) dapat menyebutkan bahwa lama mengajar maupun latar belakang pendidikan tertinggi tidak cukup berpengaruh pada efikasi guru, hal ini karena latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar tidak sertai dengan keahlian yang menjadi kekhususanya. Artinya pengalaman dan latar belakang pendidikan tidak cukup untuk menjadi bekal dalam mengajar anak berkebutuhan khusus. salah satu cara untuk memperoleh keahlian dan pengetahuan dalam bidang pendidikan khusus tentu saja melalui berbagai pelatihan dan pendidikan yang
83
berkaitan dengan pendidikan khusus. Demikian pula dalam penelitian ini bahwa pengalaman yang terbatas dalam bidang pendidikan khusus guru pendidikan anak usia dini di Kecamatan Grabag membuat faktor pengalaman mengajar menjadi tidak ada perbedaan yang berarti dalam memberikan tingkat perbedaan nilai efikasi pada diri guru. Berdasarkan hasil dan penemuan dari Paneque (2006) tentang (Research Article)A Study Of Teacher Efficacy Of Special Education Teachers Of Engllish Language Leaners With Disabilities, Milson (2001) tentang teacher efficacy and character education dalam paper presented at the annual meeting
of the
american reseach education association, Liu (2006) tentang Taiwan elementary teachers_ views of science Teaching self-efficacy and outcome expectations di atas sejalan dengan penelitian ini bahwa pengalaman mengajar bukan satu-satunya faktor dalam tingkat eikasi guru. Guru yang mempunyai pengalaman mengajar kurang dari 10 tahun ternyata tidak efikasius, begitu pula dalam penelitian ini yang respondennya mayoritas pengalaman mengajarnya 1 – 6 tahun. Sehingga latar belakang pendidikan maupun pelatihan menjadi sumber dan informasi yang tepat dalam upaya pengembangan pendidikan inklusi. Disisi lain fakta lain muncul dalam penelitian ini bahwa guru dengan minim kualifikasi mempunyai efikasi yang cukup tinggi. Fenomena ini sama seperti yang ditemukan oleh Hartman (2010) Summer 2010 AER journal: self teacher efficacy and deaf blindness bahwa seorang guru dengan keterbatasan pengalaman dan pengtahuan mempunyai efikasi yang tinggi. Guru tersebut menyatakan bahwa meskipun guru kurang dalam pengalaman dan pengetahuan,
84
tetapi mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dan tidak mudah menyerah juga menjadikan nilai efikasi seseorang menjadi tinggi. Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa efikasi diri guru dengan variabel latar belakang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan p=0.00 (p<0.05). Variabel lama mengajar tidak menunjukan adanya perbedaan dengan p=0.19 (p>0.05), demikian juga dalam hasil post hoc test tidak menunjukan adanya perbedaan yang signifikan. Meskipun demikian dari hasil penelitian menunjukan bahwa nilai efikasi guru pendidikan anak usia dini di Kecamatan Grabag berada ditingkat sedang. Hal ini disebabkan karena pendidikan inklusi memiliki banyak tantangan dalam pelaksanaanya, di sisi lain bahwa seorang guru pendidikan anak usia dini mempunyai rasa kasih sayang dan ketulusan yang tinggi dalam mendidik anak-anak, seperti halnya anak mereka sendiri. Sehingga kaitanya terhadap pelaksanaan pendidikan inklusi guru tentu saja akan menerima berbagai macam keadaan anak tanpa membeda-beda dari sudut pandang manapun. 4.3 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian merupakan hambatan dan kedala saat melakukan penelitian. Adapun kendala dalam penelitian ini yaitu beberapa angket yang telah disebar tidak kembali. Di sisi lain juga beberapa lembaga menolak untuk mengisi kuisioner yang disediakan peneliti.
85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai efikasi diri guru pendidikan anak usia dini dengan pendidikan inklusi nilai efikasinya berada si tingkat sedang. Hasil penelitian efikasi guru ditinjau dari latar belakang pendidikan mempunyai perbedaan yang signifikan p=0.00 (p<0.05), dengan demikian Ha diterima. Sedangkan efikasi diri guru ditinjau dari lama mengajar tidak menunjukan adanya perbedaan maka Ha ditolak denganp=0.19 (p>0.05). Artinya latar belakang pendidikan memberikan kontribusi terhadap tingkat efikasi pendidik dalam pendidikan inklusi, sehingga guru lebih percaya diri dalam melaksanakan pendidikan inklusi (efikasi tinggi). Sementara lama mengajar tidak selalu memperolah informasi tentang pendidikan inklusi, sehingga guru merasa kurang yakin akan kemampuannya perihal pendidikan inklusi. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan simpulan di atas masih banyak kekurangan maka saran dalam penelitin ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini menyarankan agar pemerintah daerah khususnya, harus lebih meningkatkan kompetensi guru pendidikan anak usia dibidang pendidikan inklusi melalui sosialisasi dan pelatihan terhadap guru pendidikan anak usia dini.
86
2. Penellitian ini juga menyarankan kepada pemerintah untuk meningkatkan pembinaan dan informasi terhadap guru pendidikan anak usia dini terutama mengenai pendidikan inklusi. 3. Penelitian ini hanya terbatas pada Kecamatan Grabag, disarankan untuk penelitian selanjutnya melakukan penelitian pada lingkup yang lebih besar, baik itu jumlah klasifikasi maupun jumlah responden, sehingga nilai efikasi dapat dilihat dari berbagia sudut pandang manapun.
87
Daftar pustaka Al-Awidi, Hamed Mubarak dan Iman Mohammad Alghazo. 2012. The Effect Of Student Teaching Experience On Preservice Elementary Teachers’ SelfEfficacy Beliefs For Technology Integration In The UAE. Education Tech Research. Diunduh di http://link.springer.com/article/10.1007/s11423-0129239-4 tanggal 22 Desember 2013. Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Asim, Das. 2012. Research Article (In-sevice Teachers’ Perception Toward Inclusion of Student With Disabilities in Mainstream Primary Classroom: Case Of Some Selected Primary School in Shourtern Bangladesh). Diunduh di http://ir.lib.hiroshimau.ac.jp/metadb/up/kiyo/AN1048291/JIDC_18-3_149.pdf tanggal 30 April 2013. Bandura, A.1997. Self Efficacy The Exercise Of Control. New York: RR Donelley & Sons Company. Balai pengembangan pendidikan khusus dinas pendidikan jawa tengah.2013. pendidikan inklusif jawa tengah. Diunduh www.bpdiksus.org tanggal 30 April 2013. Departemen pendidikan nasional. 2007. Pedoman khusus penyelenggaraan pendidikan inklusi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dimopulou, Evelina. 2012. Self Efficacy and Collective Efficacy Beliefs Of Teacher For Children With Autism. Literacy Information and Computer Education Journal (LICEJ), Volume 3, Issue 1, March 2012. Erawati, Muna. 2010. Profil Dan Faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Guru Madrassah Ibtida’iyah Peserta Dual Modem System. Jurnal inveresial volume 6 nomor 2 Desember 2012. Feist, J Gregory. 1998. Theories of Personality Fourth Edition. United States of America. Gotshall,Christine, and Candice Stefanou. 2010. The Effects Of On-Going Consultation For Accomodating Students With Disabilities On Teacher Self-Efficacy and Learned Helplessness. Universitas bucknell: Journal Of Education Vol.132 No.2
88
Hartman, Elizabeth S. 2010. Understanding Teacher Self Efficacy and Deaf Blindness. Summer 2012 AER Journal: teacher self efficacy and deaf blindness. Diunduh di www.aerbvi.org/modules.php?name=avantGo&file=print&sid=1963 pada tanggal 13 Maret 2013. Hidayah Sofi Fitria dan Prof. Dr. MMW. Tairas, MA.Procoun. 2013. Perbedaan Tingkat Teacher Efficacy ditinjau dari Status Sertifikasi pada Guru Sekolah Menengah Atas di Tuban.2013. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Vol. 2, No. 01, Februari 2013. Kepres. 2005. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Kepres Liu, Chia-Ju, Brady Michael Jack And Houn-Lin Chiu. 2006. Taiwan Elementary Teachers Views Of Science Teaching Self-Efficacy And Outcome Expectations. Taiwan: International Journal of Science and Mathematics Education (2007). Milson, Andrew J. 2001. teacher efficacy and character education. paper presented at the annual meeting of the american reseach education association. Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru profesional Menciptakan pembelajarankreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. M Paneque, Oneyda. 2006. (Research Article)A Study Of Teacher Efficacy Of Special Education Teachers Of Engllish Language Leaners With Disabilities. Diunduh di www.tandfonline.com/doi/ab5/10.1080/15235882.2006.10162871#previe w pada tanggal 2 Mei 2013. Mudjito, Harizal Dan Elfindri. 2012. Pendidikan Inklusif. Jakarta: Banduose Media Jakarta. Naumann, Luisa Maria. 2008. Collective Efficacy As Identified By Teachers At Heritage Middle School, East Central Independent School District, San Antonio,Texas. Texas A&M University. Diunduh di http://repository.tamu.edu/bitstream/handle/1969.1/85922/Naumann.pdf?s equence=1 pada tanggal 13 Desember 2013. Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Isi Satuan Standar Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas
89
Kepres. 2013. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Kepres. Diunduh di sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/173768/PP0322013.pdf pada tanggal 14 Januari 2013. Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kulifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas. Praptiningsih. 2010. Fenomena penyelenggaraan pendidikan inklusi. Jurnal pendidikan khusus: Vol 7 Nomor 2. November 2010. Puri, Dumitha & Abraham, George. 2004. Hand Book Of Inclusive Education For Educators, Administrators, And Planners. New Dehli: Sage Publication. Santoso, Hargio. 2012. Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana. Shaughnessy, F Michael. 2004. An Interview With Anita Woolfolk: The Educational Psychology Of Teacher Efficacy. Educational Psychology Review, Vol. 16 Nomor 2. June 2004. Schunk, Daleh H. 2012. Learning Theories ( Teori-Teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan). Yogyakarta: Pustaka Belajar. Shevin & Sapon, Mara. 2007. Wedening The Circel: The Power Of Inclusion Classroom. Boston: Beacon Press. Smith, J David. 2012. Sekolah Inklusif: Konsep dan Penerapan Pembelajaran. Bandung: Nuansa Stubs, Sue. 2002. Pendidikan Inklusif (Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber). Bandung: Upi Suara karya online. 2012. Dunia kampus PLB Pendidikan Inklusi Di Jateng Berkembang Pesat Edisi Rabu 18 Oktober 2006. Diunduh pada Kamis 29 Maret 2012. www.suarakarya-online.com/news.html?id=158522. Suparno. 2010. Pendidikan Inklusif Untuk Anak Usia Dini. Jurnal pendidikan khusus nomor volume 7 nomor 2. Diunduh di http://journal.uny.ac.id/index.php/jpk/article/viewFile/775/602 pada 2 januari 2013. Velthuis ,Chantal, dkk. 2013. Teacher Training and Pre-service Primary Teachers’ Self-Efficacy for Science Teaching. University of Twente.
90
Woodcock, Stuart, Brian Hemming Dan Russel Kay. 2012. Does Study Of An Inclusive Education Subject Influence Pre-Service teachers' Concerns and Self-Efficacy About Inclusion?. Australian Journal Of Teacher Education Volume 37 Issue 6. Diunduh di http://ro.uow.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=2436&context=edupapers pada tanggal 22 Oktober 2013.
91
LAMPIRAN 1 (SURAT IJIN PENELITIAN)
LAMPIRAN 2 (DAFTAR LEMBAGA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI)
NO.
LEMBAGA
ALAMAT
NAMA
1
TK PGRI VI NGRANCAH
Komplek Ngrancah
2
TK PGRI X BANJARSARI
Kepatran Banjarsari
3. Anik Supriyanti, S.Pd 4. Inti Khobiyah
3
TK PGRI V LOSARI
Wates, Grabag
5. Fitriyani 6. Sri Purwatiningsih
4
TK PGRI VII KALIPUCANG
Pijahan, Grabag
7. Muryati, S. Pd 8. Ninuk Budiyati, S. Pd 9. Herllin Mauiska R
5
TK PERTIWI 05 GRABAG
Pasanggrahan, Tirto
10. Rofiul Chasanah 11. Winda
6
TK PERTIWI 07 GRABAG
Dsn.kleteran Grabag
7
TK IT AT TAQWA
Komplaks Maasjid UBK
8
TK PGRI 1 GRABAG
Komplek SD I, II, IV / SD kampus Grabag Magelang
9
TK PGRI 02 GRABAG
Komplek SDN Susukan Grabag.
perumnas
II,
SDN
Kleteran,
III
Grabag,
1. Titi Handayani, S. Pd 2. Yuni Wulandari
12. Triharyani, S. Pd 13. Kurniasih 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.
Murikhatu T, S. Pd Muniroh Rahmawati Nurul Kholifah Eli Dwi S, S. Pd Endang Tri M Anif M, S. Pd K. Saniyati H. D. Pratiwi, S. Psi Ajib Hidayati S. Munawaroh, S. Pd Siti Anisah Siti Asiyah Rahma Zudiyya S Intan Lestariyani Lucia Sri Aryanti, A.Ma 30. Siti Aisah, A.Ma 31. KUSRINI Pudyastuti, S.Pd 32. Desy Ariyanti, S.Pd
10
TK PGRI III GRABAG
Paingan, Grabag
33. Rowiyati, S.Pd 34. Amrih Rahayu, A.Ma 35. Nana Widyawati
11
TK PGRI VIII BANARAN GRABAG
Banaran, Banaran, Grabag
36. Rochaniyati 37. Sriyani
12
TK SATU ATAP SALAM
Salam, Salam, Grabag
38. Budiarti, S.Pd 39. Istianani M
13
TK PGRI IX KETAWANG
Bawang, Ketawang, Grabag
40. Sri Hidayati, S.Pd 41. Supriyanti 42. Esti Susanti
14
TK PERTIWI IX PUCUNGSARI
Krajan, Pucungsari, Grabag
43. Heri Suparyanti 44. Siti Mahrifah
15
TK TUNAS HARAPAN
Komplek Grabag
16
TK PERTIWI III LEBAK
Jln. Suwiti grabag
17
TK PERTIWI X KARTOHARJO
Krajan II, Kutoharjo
49. Lestari 50. Umi Atikah
18
TK SATU ATAP BANYUSARI
Banyusari, Grabag, Maagelang
51. Alfiah 52. Agil Setyaningtias
19
TK PERTIWI II KALIKUTHO
Kalikuto, Grabag
53. Marnayati 54. Ekaningsugiyati 55. Erma widiyantari
20
TPA MAWAR SARI
Wates, Losari, Grabag
21
TPA PERMATA HATI
Jln. Sunan Geseng, Kalangan, Grabag.
22
KB PERMATA HATI
56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66.
23
KB TUNAS NUSANTARA
SDN
Giri
wetan,
45. Dedeh Kurniasih 46. Rahayu Praptiningsih
Pandak,
lebak,
47. Yanik Puji lestari, S.Pd 48. Siyamah, S.Pd
Jln. Kh. Syiroj 98, Gowak, Grabag
Tri Hapsari Indrat S Endang Werdanigsih Siarohwati Islamiah Helena Yuliati Hermani D Pratiwi Herlin Maviska Emi Ita Mirzana Ainiyati Sholehah Tri Widyawati Nur Kholifah
67. Ulfah nurlina, S.Ip 68. Leksi Nur Khasanah 69. Nurul Hidayah
70. Khoirawati Pamillih 71. Dayu Hapsari 24
SEKAR WANGI
Bletukan, Sumur arum, Grabag
25
KB RESTU IBU
Cokro, Grabag
26
KB TUNAS HARAPAN
Jebreng, Giri wetan, Grabag
78. Dwi Santi Anggraini 79. Tholib Khanniyati
27
KB AL HIDAYAH
Karanglo, Sambungreja, Grabag
80. Dwi Ernawati 81. Sulistyowati
28
KB AL HIKMAH
Prinngapus, Grabag.
29
KB AL FIRDAUS
Ngleter, Tlogorejo, Grabag
82. 83. 84. 85. 86. 87. 88.
30
RA MUSLIMAT NU NGLETER
31
Sambungrejo,
Sakur Fashiatul Aminah Nanik Ariyati Aningsih Istianani Lestari Prasetianingsih
Nariyah Sri Munawaroh Siti Muawanah Siti Maesaroh Anhar Latifah Eko Wati Titah Arum Mumpuni
Ngencek Kalikuto
89. Siti Afifah 90. Wahyuni Restuningsih
Ketitang, Kalikuto
91. Litik Marini
Kayupuring, Banyusari
92. Rochyati Sariyah 93. Shohfatul Hidayati Maghfiroh
Jantur, Banyusari
94. Nuryanti 95. Roikhatus Sholihah 96. Sri Diyah Nurul Faizah 97. Atik Yuliyani 98. Fatchiyatun 99. Sri Nursiyah
BA KALIKUTO 32
72. 73. 74. 75. 76. 77.
RA AL MUJTAHIDIN KETITANG 33 BA BANYUSARI 2 34 RA MUSLIMAT NU BANYUSARI 1 35
Krajan I RA PERWANIDA
36
RA MUSLIMAT NU GRABAG 3
39
40
41
42
RA MUSLIMAT NU GRABAG 2
Tegalrandu, Grabag
RA MUSLIMAT NU SUMURARUM
Purwogondo, Sumurarum
RA MUSLIMAT NU BALEAGUNG
Kupen, Baleagung
RA ATTHOYYIBAH BANARAN 1
Ngandong, Banaran
RA MUSLIMAT NU GIRIWETAN
Giriwetan
RA MUSLIMAT NU PESIDI
Pesidi
43 RA MUSLIMAT NU BANARAN 2
Pendem, Banaran
RA MUSLIMAT NU TIRTO
Tirto
44
45 RA MUSLIMAT NU NIPIS
107. 108. 109. 110. 111. 112.
Lani Susanti Eni Pujiati Fidie Dwi Jayanti Fita Ariyani Umi Habibah Wahyu Fitriyani
113.
Kristanti
114. 115.
Laela Purnami Elmi Muniroh
116.
Suciyati
117.
Budi Rahayu
118. 119. 120. 121. 122. 123.
Sri Haryati Siti Munawaroh Himatul Aliyah Khoirul Azizah Sutiyani Firly Hidayah
124.
Fauziyati
Nipis, Sambungrejo
46
47
Sri Nuryati Sakdiyah Laily Fadliyah Sri Hidayati Fitria Mufida Umi Mintarti Tanti Pujiati
Kaligandu, Grabag
37
38
100. 101. 102. 103. 104. 105. 106.
BA AL ITTIHAAD CITROSONO
Citrosono, Grabag
RA MUSLIMAT NU SOKA
Soka, Citrosono
125. Istikomah 126. Ika Lestari 127. Nur Indah Rahmatika 128. Suriyati
48
49
50
RA MUSLIMAT NU SIDOGEDE
Nasri, Sidogede
RA MUSLIMAT NU BANJARSARI
Salakan, Banjarsari
RA MUSLIMAT NU KALIPUCANG
129. 130. 131.
Ikhda Kartikasari Tetie Lailiyati Intan Ayu Puspita
132.
Mutmainah
133.
Siti Maesaroh
Ngaglik, Kalipucang
LAMPIRAN 3 ( KISI-KISI INSTRUMEN )
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Yang Diberlakukan Untuk Mengukur Nilai Efikasi Diri Guru Paud Dalam Pendidikan Inklusi
Item Varibel Efikasi diri guru
Aspek 2. Level
3. Generality
3. strenght
Indiktor 9. Memotivasi diri untuk melakukan sesuatu. 10. Mempunyai keyakinan tinggi terhadap kemampuanya. 11. Selalu merasa optimis
Jumlah UF 3, 24, 10, 25, 58, 10 butir 56, 65, 68, 74 77 4, 22, 1, 20, 28, 10 butir 47, 50, 42, 61, 79 F
23, 33, 69, 73, 78 12. Mempunyai 6, 30, kemampuan dalam 51, 60, mengatasi berbagai 66 hambatan 13. Mempunyai 12, 31, keyakinan dalam 52, 54, melaksanakan 62, tugas 14. Meyakini 14, 57, kemampunya 72, 80 dalam mengatasi berbagai masalah 15. mempunnyai 13, 32, rasa percaya diri 37, 40, yang tinggi 44, 76 16. tidak mudah 7, 16, menyerah dalam 19, 26, berbagai kesulitan. 39, 59 Jumlah
2, 5, 11, 10 butir 34, 71 8, 29, 55, 63, 64,
11 butir
9, 15, 41, 10 butir 46, 70
38, 43, 49, 8 butir 53
17, 36, 67, 10 butir 75, 18, 21, 27, 12 butir 45, 48, 35 80 butir
LAMPIRAN 4 ( TABULAI DATA HASIL UJI COBA INSTRUMEN)
Tabulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3
3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3
4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 2 3 4 3 2 4 4 3 3 3
4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 4 4 3 4 3 3
3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3
3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3
3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 2 4 1 3 3 3
3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3
3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3
3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3
3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3
4 4 2 3 4 4 4 2 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3
3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4
3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3
3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3
3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 1 3 3 4 2 2 3 4 3 1 2 3
3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3
2 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 2
3 4 3 3 4 3 4 3 2 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3
4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3
23 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 24 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 25 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 1 2 3 3 3 26 1 4 4 1 1 1 1 4 1 3 4 4 4 3 1 2 4 3 4 2 27 1 2 4 4 2 4 4 2 1 1 1 1 3 4 3 2 2 2 3 4 28 4 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 2 3 2 3 29 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 30 3 4 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 R= 431 355 -147 446 631 277 240 223 631 344 355 213 055 018 462 105 335 286 256 446 Ket: valid valid tidak valid valid tidak tidak tidak valid valid valid tidak tidak tidak valid tidak valid tidak tidak valid
o. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 4 2 4 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3
4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3
2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2
2 3 3 4 3 3 2 2 3 3 1 3 3 3 4 2 4 3 2 3 2 2 3 4 3
4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3
2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 1 3 3 4 4 3 3
3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 1 3 2 2 3 4 3
3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 4 4 2 3 1
3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 2 3 3 3
4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 4 2
2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 1 3 3 4 4 3 3
3 4 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 3 4 4 4
3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3
4 3 4 4 4 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3
3 4 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3 2 3 4 1 4 2 3 3 2 3 3 4 3
4 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 2 4 3
4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 2 4 3 3 3 3 4 3
3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 4 1 3 3 2 3 3 4 3
3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3
26 27 28 29 30 R= Ket:
4 1 4 3 3
1 4 3 3 3
4 2 4 2 3
4 1 2 3 4
4 2 3 2 3
3 1 3 4 2
2 2 4 3 3
3 4 3 3 3
1 4 3 3 3
1 2 3 4 3
3 1 4 3 3
2 2 4 3 3
4 3 4 3 3
2 1 2 3 2
1 2 3 3 4
3 4 2 3 3
2 2 4 3 3
2 2 2 3 3
4 3 3 3 2
1 1 4 3 3
063 446 -136 355 023 356 405 030 551 442 393 405 130 556 632 -009 123 408 069 631 tidak valid tidak valid tidak valid valid tidak valid valid valid valid tidak valid valid tidak tidak valid tidak valid
o. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3
4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 2 4 3 3 3 3 4 3
3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 1 4 3 1 3 3 4 3
3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3
3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 4 4 2 3 1
3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 2 3 4
3 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4
3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4
3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 2 3 4
2 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 2 3 1
3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 1
3 4 2 3 4 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 4 4 4 3 3 1
3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 2 3 4 4 3 3 4
4 3 4 4 4 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3
3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3
3 3 3 4 4 1 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 2 4
3 3 3 4 4 1 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 4 4
3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4
3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 3
3 3 3 3 4 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 1
26 27 28 29 30 R= Ket:
1 4 3 4 3 177 Tidak
2 2 2 3 3 408 Valid
1 1 2 3 3 489 Valid
1 3 2 3 4 345 Valid
1 4 3 3 3 551 Valid
3 1 3 4 3 475 Valid
4 2 3 3 3 434 Valid
1 4 3 3 3 335 Valid
3 1 3 4 3 475 Valid
2 3 2 3 2 420 Valid
4 3 4 2 3 429 Valid
4 3 3 3 3 366 Valid
2 3 3 3 3 433 Valid
1 2 3 3 4 632 Valid
1 3 3 2 3 670 Valid
1 2 3 4 3 510 Valid
1 3 3 3 3 499 Valid
3 4 3 3 3 140 Tidak
4 3 3 3 3 282 Tidak
3 3 3 3 3 357 Valid
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item Item 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 3
3
3
3
1
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3 3
3 3
3 4
4 4
4 2
3 4
4 4
3 4
3 3
4 4
3 3
4 4
3 3
3 3
4 3
2 4
3 4
3 4
3 3
3 3
3
3
3
4
4
2
4
3
3
3
4
4
3
4
3
4
3
4
3
3
4 3
4 2
4 3
4 2
4 2
4 4
4 2
4 4
3 3
4 3
4 2
4 2
4 2
4 2
4 2
4 4
4 4
4 3
3 2
4 4
3
3
3
3
4
4
4
3
3
4
3
4
4
4
3
3
3
4
4
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
4
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3 4
3 3
3 4
3 3
3 3
3 3
3 4
3 3
3 3
3 3
3 3
3 4
3 4
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
3
3
4
4
4
3
3
4
3 4
4 4
3 3
4 4
3 4
4 4
3 4
4 4
3 3
4 4
3 4
3 4
3 4
3 3
3 1
3 4
3 4
3 3
3 3
4 4
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
4
4
3
4
4
3
3
3
4 3
4 3
3 3
3 3
3 4
3 3
4 3
3 3
3 2
4 3
4 3
4 3
3 3
4 3
4 3
3 3
3 2
4 2
3 3
3 3
4
3
3
4
3
4
4
4
4
3
3
4
1
4
4
4
4
3
3
4
3 2
3 2
3 3
3 4
3 3
3 3
3 2
3 3
3 3
3 2
3 1
3 2
3 3
3 3
3 3
2 3
3 2
3 3
3 4
3 3
4
3
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 R= Ket:
4 3
3 1
4 4
4 4
4 4
3 2
4 3
4 4
3 4
4 3
4 3
4 3
3 2
3 4
4 3
3 4
4 4
4 3
4 4
4 4
3
3
3
3
4
4
3
3
2
3
3
3
3
3
4
2
3
3
2
1
1 2 2 4 2 3 3 395 Valid
3 3 2 3 3 3 3 349 Valid
3 4 3 4 3 3 3 140 Tidak
3 2 4 3 3 3 3 290 Tidak
3 4 1 4 3 3 1 215 Tidak
3 1 4 3 3 3 4 131 Tidak
3 3 4 3 3 3 4 397 Valid
3 1 4 3 3 2 3 283 Tidak
3 4 2 3 2 3 3 303 Valid
3 3 1 3 4 2 3 566 Valid
2 4 4 3 4 4 3 -021 Tidak
3 3 4 3 3 3 4 397 Valid
3 2 4 3 3 4 4 -029 tidak
3 1 2 3 4 3 4 528 Valid
2 3 1 4 4 4 4 290 Tidak
3 2 2 4 3 3 3 332 Valid
3 3 2 4 3 3 4 316 Valid
3 2 1 2 3 2 3 750 Valid
2 4 1 3 3 3 3 261 Tidak
3 3 4 2 3 3 3 301 Valid
LAMPIRAN 5 (UJI VALIDITAS DAN REABILITAS )
Hasil Validitas Dan Reabilitas Hasil Reabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's
Standardized
Alpha
Items .917
N of Items .915
80
Hasil Validitas
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Item Deleted
Total Correlation
Correlation
Alpha if Item Deleted
item1
249.97
393.068
.431
.
.916
item2
249.70
394.424
.355
.
.916
item3
249.67
408.851
-.147
.
.919
item4
249.70
392.700
.446
.
.915
item5
249.97
388.999
.631
.
.914
item6
249.63
397.068
.277
.
.917
item7
249.87
397.568
.240
.
.917
item8
249.77
400.185
.223
.
.917
item9
249.83
385.592
.631
.
.914
item10
249.93
396.616
.344
.
.916
item11
249.70
394.424
.355
.
.916
item12
249.70
398.562
.213
.
.917
item13
249.67
404.161
.055
.
.918
item14
249.67
404.851
.018
.
.918
item15
250.10
395.817
.462
.
.916
item16
250.20
401.062
.105
.
.918
item17
249.70
394.424
.355
.
.916
item18
250.00
398.759
.286
.
.917
item19
249.83
399.247
.256
.
.917
item20
249.57
394.668
.466
.
.916
item21
249.73
403.030
.063
.
.918
item22
249.70
392.700
.446
.
.915
item23
250.07
408.133
-.136
.
.919
item24
249.70
394.424
.355
.
.916
item25
250.17
404.144
.023
.
.918
item26
249.60
394.731
.356
.
.916
item27
249.93
394.202
.405
.
.916
item28
249.87
404.189
.030
.
.918
item29
249.80
386.648
.551
.
.915
item30
249.87
393.361
.442
.
.916
item31
249.80
394.028
.393
.
.916
item32
249.93
394.202
.405
.
.916
item33
249.83
401.730
.130
.
.917
item34
249.90
389.748
.556
.
.915
item35
249.67
386.230
.632
.
.914
item36
250.03
405.068
-.009
.
.919
item37
249.87
401.706
.123
.
.918
item38
249.83
394.833
.408
.
.916
item39
249.97
403.206
.069
.
.918
item40
249.83
385.592
.631
.
.914
item41
249.83
400.557
.177
.
.917
item42
249.83
394.833
.408
.
.916
item43
250.07
387.582
.489
.
.915
item44
250.00
397.448
.345
.
.916
item45
249.80
386.648
.551
.
.915
item46
249.70
390.976
.475
.
.915
item47
249.43
394.185
.434
.
.916
item48
249.63
396.171
.335
.
.916
item49
249.70
390.976
.475
.
.915
item50
250.07
392.202
.420
.
.916
item51
249.63
391.964
.429
.
.916
item52
249.77
393.771
.366
.
.916
item53
249.87
394.602
.433
.
.916
item54
249.67
386.230
.632
.
.914
item55
249.90
386.714
.670
.
.914
item56
249.83
387.385
.510
.
.915
item57
249.80
389.200
.499
.
.915
item58
249.67
402.575
.140
.
.917
item59
249.73
398.685
.282
.
.917
item60
250.10
396.093
.357
.
.916
item61
249.87
392.947
.395
.
.916
item62
250.00
396.483
.349
.
.916
item63
249.67
402.575
.140
.
.917
item64
249.57
397.840
.290
.
.916
item65
249.80
396.372
.215
.
.917
item66
249.67
400.920
.131
.
.918
item67
249.50
395.086
.397
.
.916
item68
249.67
396.989
.283
.
.917
item69
250.00
399.241
.303
.
.916
item70
249.70
388.355
.566
.
.915
item71
249.77
405.495
-.021
.
.919
item72
249.50
395.086
.397
.
.916
item73
249.83
405.730
-.029
.
.919
item74
249.73
389.720
.528
.
.915
item75
249.77
394.944
.290
.
.917
item76
249.80
395.683
.332
.
.916
item77
249.67
396.782
.316
.
.916
item78
249.93
383.789
.750
.
.913
item79
249.93
397.995
.261
.
.917
item80
249.70
396.631
.301
.
.916
LAMPIRAN 6 (BLUE PRINT EFIKASI DIRI GURU)
Bluprint Efikasi Diri Dengan Pendidikan Inklusi
Varibel Efikasi Diri Guru
Aspek 2. Level
Indiktor Item 11. Memotivasi diri 3, 10, 24, untuk melakukan 25, 56 ,58, sesuatu. 65, 68, 74, 77 12. Mempunyai 1, 4, 20, 22, keyakinan tinggi 28, 42, 47, terhadap 50, 61, 79 kemampuanya. 13. Selalu merasa 2, 5, 11, 23, optimis 33, 34, 69, 71, 73, 78 14. Mempunyai 6, 8, 29, 30, kemampuan 51, 55, 60, dalam mengatasi 63, 64, 66 berbagai hambatan 3. Generality 15. Mempunnyai 9, 12, 15, keyakinan dalam 31, 41, 46, melaksanakan 52, 54, 62, tugas 70 16. Meyakini 14, 38, 43, kemampunya 49, 53, 57, dalam mengatasi 72, 80 berbagai masalah 4. strenght 17. mempunnyai rasa 13, 17, 32, percaya diri yang 36, 37, 40, tinggi 44, 67, 75, 76 18. tidak mudah 7, 16, 18, menyerah dalam 19, 21, 26, berbagai 27, 35, 39, kesulitan. 59, 45, 48, Jumlah item yang gugur 30 dan jumlah item yang valid 50
valid gugur 10, 24, 3, 25, 56, 74, 58, 65, 77 68 1, 22, 47, 61 2,5, 34, 78 29, 51, 60,
4, 28, 79 42, 50, 11, 33, 71, 69, 73, 23 30, 6, 8, 55, 63, 64, 66
9, 15, 31, 46, 52, 54, 62, 70 38, 43, 49, 53, 57, 72, 80 17, 32, 40, 44, 67, 75,76 16, 26, 27, 35, 59, 45, 48.
12, 41
14
13, 36, 37, 75
7, 18, 19, 21, 39,
LAMPIRAN 7 ( INSTRUMEN PENELITIAN)
No.
Pernyataan
SS
S
TS
STS
No. 1. 2. 3.
4.
5.
6.
7. 8.
9.
10. 11.
12.
13.
14 15.
Saya merasa tidak mampu untuk mengembangkan kelas biasa menjadi kelas inklusif. Saya berfikir bahwa anak berkebutuhan khusus di masukkan ke dalam sekolah luar biasa saja. Saya tidak pernah meragukan kemampuan saya dalam mengelola kelas, apalagi jika di dalamnya terdapat anak berkebutuhan khusus. Saya tidak berharap ilmu dan pengetahuan yang saya miliki memberikan manfaat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan khusus. saya akan menyerahkan tugas kepada orang lain jika saya mengajar anak berkebutuhan khusus karena saya belum pernah melakukan Saya merasa khawatir dalam membuka kelas inklusif, karena lembaga lain belum ada yang melakukannya Saya merasa bahwa pengembangan pendidikan inklusi masih sangat jauh dari harapan. Saya merasa keberatan jika saya harus mengubah kelas saya menjadi kelas inklusi, meskipun tugas yang harus saya jalankan Saya merasa terbebani jika saya harus menjadi shadow teacher bagi anak berkebutuhan khusus selama proses pembelajaran. Saya merasa ragu-ragu jika mengelola ataupun mengajar anak berkebutuhan khusus. Saya berusaha meyakinkan orang tua/ wali murid yang meragukan kemampuan saya dalam mengajar anak berkebutuhan khusus. Saya selalu mendorong diri saya untuk melakukan hal yang belum pernah saya lakukan dalam bidang pendidikan yaitu pendidikan inklusi Jika saya gagal dalam meberikan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus maka saya akan berusaha lagi agar tidak terulang untuk yang kedua kalinya. Jika saya menerima anak berkebutuhan khusus, cukup saya perlakukan sama sperti anak yang lain Saya merasa kempuan yang ada dalam diri saya
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22. 23. 24. 25.
26. 27. 28.
29.
tidak mempengaruhi apapun dalam mengatasi masalah di dalam kelas, terlebih jika ada anak berkebutuhan khusus itu akan lebih membebani bagi saya. Saya merasa bahwa kemamapuan yang saya miliki mempermudah dalam mengelola kelas, meskipun ada anak berkebutuhan khusus sekalipun Saya merasa tidak keberatan jika saya harus menjalankan tugas baru, seperti menjadi seorang shadow teacher Saya merasa mampu jika saya diberi tanggunng jawab untuk membantu anak berkebutuhan khusus selama proses pembelajaran Terkadang saya merasa pesimis terhadap kemampuan saya jika mengajar anak berkebutuhan. saya merasa khawatir jika mengajar anak berkebutuhan khusus dan lebih baik saya menolaknya Saya lebih memilih untuk menjadi guru pendamping jika saya harus mengajar anak yang berkebutuhan khusus. Saya merasa bahwa anak berkebutuhan khusus dapat mengganggu saya dalam mengajar. Saya bersedia jika suatu saat saya harus mengajar anak berkebutuhan khusus Saya merasa kemampuan saya ditingkat rata-rata jadi saya ragu mengajar anak berkebuthan khusus. kreativitas dan kemampuan saya dalam mengajar anak berkebutuhan khusus tergantung pada sarana dan media yang tersedia. Saya merasa sangat siap untuk menerima anak berkebutuhan khusus. saya menyerah jika dalam menangani anak berkebutuhan khusus menemui banyak kesulitan. Jika saya mendapat tugas untuk membuat kegiatan bagi anak berkebutuhan khusus, lebih baik jika saya berikan tugas tersebut kepada orang lain. Saya merasa kemampuan saya sangat luar biasa jadi saya yakin jika mengajar anak berkebutuhan
30.
31. 32. 33. 34.
35. 36.
37. 38.
49.
40.
41.
42. 43.
44.
khusus. saya merasa kesulitan dalam mengajar ank berkebutuhan khusus, sehingga saya menjadi takut untuk mnegulangi lagi. Saya merasa bahwa suasana hati maupun kondisi fisik saya mempengaruhi performa saat mengajar. Saya merasa yakin dengan kemampuan saya dalam mengelola kelas bahkan kelas inklusif sekalipun. Saya merasa anak-anak berkebutuhan bukanlah masalah bagi saya. saya merasa mampu untuk mengajar anak dengan berkebutuhan khusus sekalipun saya belum pernah melakukannya. Terkadang masalah pribadi terbawa saat saya sedang mengajar Saya merasa apapun tugas yang diberikan kepada saya, saya bisa melaksanakan dengan sebaikbaiknya termasuk mulai menerima anak berkebutuhan khusus di kelas saya Saya merasa kelas inklusi akan menimbulkan berbagai hambatan dan masalah Saya merasa saya harus melakukan perubahan dalam pendidikan, yaitu mulai menerima anak berkebutuhan khusus dalam kelas saya Saya yakin bahwa saya bisa fokus dalam menjalankan tugas meskipun suasana hati maupun badan saya sedang tidak enak. Saya berfikir bahwa saya harus terus belajar terutama mengenai pendidikan luar biasa, sehingga saya siap dengan berbagai keadaan anak yang berkebutuhan khusus. Saya merasa anak berkebutuhan khusus bukan sebuah hambatan bagi pembelajaran yang saya lakukan. Saya merasa kelas inklusif membuat saya bingung dan kerepotan. Saya merasa jika saya selalu layak mendapat tugas apapun, meskipun saya harus mengubah lembaga saya menjadi sekolah inklusi Saya ragu jika harus menerima anak berkebutuhan
45. 46.
47.
48. 49. 50.
51. 52.
khusus. Saya merasa siap jika nanti saya mendapatkan murid dengan berkebutuhan khusus. Berdasarkan kemampuan saya, saya keberatan jika saya harus beralih menjadi seorang shadow teacher. saya merasa bahwa keberadaan anak berkebutuhan khusus bukanlah sebuah situasi yang dapat mempengaruhi kemampuan saya dalam mengajar saya merasa nyaman dengan siswa saya yang semuanya normal. Saya merasa pendidikan inklusi harus segera dikembangakan dan dilaksanakan. Saya merasa saya harus melakukan sesuatu yang berbeda yang belum orang lain lakukan seperti membuka kelas inklusif. Saya berkeyakinan apa yang saya lakukan dalam mengajar anak berkebutuhan khusus akan sukses. meskipun sarana prasarana sekolah kurang, itu tidak mempengaruhi kemampuan saya dalam mengajar terhadap anak berkebutuhan khusus.
LAMPIRAN 8 ( DATA RESPONDEN)
Data Reponden No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nuraini Istianani Sakur Nanik aryanti Aningsih Fasichtul aminah Murikhatu Muniroh Rahmawati Eli dwi s Endang tri m Anif M K saniyati H pratiwi Ajib hidayati S munawaroh Siti anisah Siti asiyah Latifah ekowati Tiah arum mumpuni Yuni wulandari Titi handayani Anik supriyanti Inti khobiyah Intan lestariyani Siti aisah Lucia sri aryanti Rowiyati Amrih rahayu Nana widyawati Fitriyani
Latar Belakang Pendidikan SMP SMA SMA SMA S1 S1 S1 D2 SMA S1 S1 SMA SMA SMA SMA SMA S1 SMA SMA S1 SMA S1 SMA S1 D2 S1 D2 S1 SMA D2 D2
Lama Mengajar (Tahun) 1 10 2 3 8 3 8 8 8 18 20 6 6 5 5 4 25 2 3 21 7 14 17 10 3 6 13 20 18 8 28
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
Sripurwatiningsih Agil setiyaningtiyas Alfiah Haermani d pratiwi Herlin maviska r Emi ita mirzana Ainiyati sholehah Triwidyawati Nur kholifah Atik yuliani Fatchiyatun Sri nursiyah Sri nuryati Laily fadliyah Sakdiyah Sri hidayati Ftria mufida Umi mintarti Lani susanti Eni Pujiati Fidie dwi jayanti Fita ariyani Umi habibah Sri hidayati Supriyanti Esti susanti
SMA D2 SMA SMA D2 S1 SMA D2 S1 D2 SMK SMA
S1 SMK SMK SMA SMA SMA S1 S1 SMP SMA SMA D2 SMA S1
7 3 27 5 1 5 6 8 1 5 7 7 11 6 6 7 8 2 10 8 8 3 3 10 4 7
LAMPIRAN 9 ( TABULASI DATA HASIL PENELITIAN)
Tabulasi Data Hasil Penelitian Responden Nuraini Istianani Sakur Nanik aryanti Aningsih Fasichtul A Murikhatu Muniroh Rahmawati Eli dwi s Endang tri m Anif m K saniyati H pratiwi Ajib hidayati S munawaroh Siti anisah Siti asiyah Latifah ekowati Tiah arum Yuni wulandari
Ite m1
Item 2
Ite m3
Ite m4
Ite m5
Ite m6
Ite m7
Ite m8
Ite m9
Ite m 11 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 3 3 3 1 3 3
Ite m 12 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3
Ite m13
2 3 2 3 2 3 4 2 3 3 3 3 2 2 3 2 4 3
Ite m 10 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3
1 1 3 2 3 2 3 3 1 4 3 1 3 2 1 1 3 3
1 2 2 3 2 3 4 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3
2 4 2 3 2 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4
2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3
2 3 2 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 4 3
3 2 1 2 1 3 3 3 2 4 3 2 2 1 3 1 3 3
2 1 2 2 2 3 3 2 1 3 4 1 3 2 3 3 2 3
2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3
2 3
2 4
4 4
2 4
3 3
2 3
2 4
2
2
4
3
2
2
3
Ite m15
4 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3 3
Ite m 14 2 3 2 2 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
2 3
3 4
3 4
3 3
3
2
3
3
item 17
2 2 2 3 2 3 3 2 2 4 3 2 4 2 3 3 3 3
Ite m 16 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3
4 3
4 4
3
3
Ite m 19 1 2 4 3 4 3 4 2 2 4 3 2 1 2 2 1 4 3
Ite m20
2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3
Ite m 18 1 2 1 2 1 3 3 3 2 4 3 2 2 2 2 1 4 3
3 4
3 4
3 4
2 4
2 4
3 3
2 4
3
3
3
2
3
3
3
2 2 4 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3
Responden
Item 21
Item 22
Item 23
Item 24
Item 25
Item 26
Item 27
Item 28
Item 29
Item 30
Item 31
Item 32
Ite m3 3
Ite m3 4
Item 35
Ite m3 6
Item 37
Ite m3 8
Item 39
Item 40
Nuraini Istianani Sakur Nanik aryanti Aningsih Fasichtul A Murikhatu Muniroh Rahmawati Eli dwi s Endang tri m Anif m K saniyati H pratiwi Ajib hidayati S munawaroh Siti anisah Siti asiyah Latifah ekowati Tiah arum Yuni wulandari
3 3 3
2 3 3
2 1 1
1 1 1
1 3 3
1 2 4
2 3 4
1 2 1
2 2 3
1 1 3
2 2 2
1 3 3
2 3 2
2 1 3
2 3 3
3 2 2
2 2 4
2 2 3
2 4 4
2 3 3
4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2
3 3 3 4 3 1 3 4 1 2 3 2
2 1 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2
2 1 2 3 4 2 3 3 2 1 1 3
2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 2 3
2 4 3 3 3 2 3 3 2 2 1 2
3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2
1 1 3 3 2 2 4 4 2 3 2 2
3 3 3 3 3 2 4 4 2 3 2 2
2 3 3 2 2 1 3 3 1 1 2 2
3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2
2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2
2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3
4 3 4 4 3 1 3 3 1 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
1 2 3 3 3 2 4 3 2 2 2 2
3 4 3 3 3 2 1 3 2 3 2 2
3 3 4 3 2 2 3 3 2 2 2 2
3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3
2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 1 3
1 3 3
3 3 3
1 3 2
3 3 2
3 3 3
2 4 3
3 4 3
2 3 2
1 4 3
2 3 2
3 3 3
2 2 2
2 3 2
3 4 3
2 3 3
3 3 2
2 3 3
3 3 3
4 3 3
2 3 3
3 4
3 4
3 3
2 3
3 4
2 4
3 4
2 3
3 4
2 3
1 4
2 4
3 3
3 4
1 4
3 3
2 3
2 3
4 4
3 4
3
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
3
2
3
2
2
3
4
3
Responden Nuraini Istianani Sakur Nanik aryanti Aningsih Fasichtul aminah Murikhatu Muniroh Rahmawati Eli dwi s Endang tri m Anif m K saniyati H pratiwi Ajib hidayati S munawaroh Siti anisah Siti asiyah Latifah ekowati Tiah arum Yuni wulandari
Item 41 3 2 4 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 2 4 2 3 4 3
Item 42 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 1 3 3 2 3 2
Item 43 1 2 4 3 4 3 3 2 2 4 4 2 2 1 2 3 4 2 2 4 2
Item 44 1 2 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 1 2 4 4 3 3 4 3
Item 45 3 3 3 2 3 3 4 2 2 4 4 2 2 1 2 3 3 3 3 4 3
Item 46 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 1 4 2 2 4 2 3 3 3
Item 47 1 1 2 3 2 2 4 2 1 4 3 1 1 2 1 2 4 3 2 3 2
Item 48 4 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 1 3 3 4 2 3 4 3
Item 49 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 2 1 3 3 3 3 3
Item 50 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 1 2 3 4 3 3 2 2
Jumlah 99 118 138 128 138 149 161 131 118 161 158 118 121 104 117 115 165 140 131 179 130
kategori Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang
Responden
Item 1
Item 2
Item 3
Item 4
Item 5
Item 6
Item 7
Item 8
Item 9
Item 10
Item 11
Item 12
Item 13
Item 14
Item 15
Item 16
Item 17
Item 18
Item 19
Item 20
Titi handayani Anik supriyanti Inti khobiyah Intan lestariyani Siti aisah Luci Sri Rowiyati Amrih rahayu Nana W Fitriyani Sri P Agil S Alfiah Haermani D P Herlin M Emi ita Ainiyati S Triwidyawati Nur kholifah Atik yuliani Fatchiyatun Sri nursiyah
3 3 2 3 3 2 2 4 2 3 3 1 2 4 3 3 1 2 3 3 2 4
3 2 2 3 3 3 1 3 3 1 2 3 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4
4 3 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4 3 2 3 3 3 1 3 3 1
3 2 3 1 3 4 3 2 2 4 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3
3 3 3 3 2 4 3 1 2 4 1 3 2 3 4 3 2 3 3 3 2 1
3 3 2 2 3 2 3 2 2 4 2 3 3 1 2 4 1 3 2 3 4 3
3 2 3 3 2 4 1 3 2 3 4 3 1 3 3 3 3 3 4 3 2 3
3 3 3 3 3 3 1 2 4 1 3 2 4 2 3 3 3 4 3 2 3 4
3 2 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
3 3 4 3 4 1 3 3 1 4 2 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3
3 3 3 3 4 1 2 3 2 3 4 3 4 2 3 3 1 4 2 3 3 3
3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 2 4 1 4 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4
4 2 3 3 4 4 2 4 2 1 1 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 1
3 2 2 3 4 4 2 4 1 1 1 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 1
3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 1 4 2 4 2
3 2 3 3 2 4 1 3 2 3 4 3 1 3 3 3 1 2 3 2 3 4
3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 3 3 2 4 1 4 3 3 4 2
4 2 3 3 4 2 3 3 1 2 4 3 3 1 3 3 1 2 4 1 3 2
3 3 3 3 3 3 1 2 4 1 3 2 4 2 3 3 3 3 4 3 2 2
Responden Titi handayani Anik supriyanti Inti khobiyah Intan lestariyani Siti aisah Luci Sri Rowiyati Amrih rahayu Nana W Fitriyani Sri P Agil S Alfiah Haermani D P Herlin M Emi ita Ainiyati S Triwidyawati Nur kholifah Atik yuliani Fatchiyatun Sri nursiyah
Item 21 3 3 2 3 3 2 2 4 2 3 3 1 2 4 3 3 1 2 3 3 2 4
Item 22 3 2 2 3 3 3 1 3 3 1 2 3 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4
Item 23 4 3 4 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4 3 2 3 3 3 1 3 3 1
Item 24 3 2 3 1 3 4 3 2 2 4 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3
Item 25 3 3 3 3 2 4 3 1 2 4 1 3 2 3 4 3 2 3 3 3 2 1
Item 26 3 3 2 2 3 2 3 2 2 4 2 3 3 1 2 4 1 3 2 3 4 3
Item 27 3 2 3 3 2 4 1 3 2 3 4 3 1 3 3 3 3 3 4 3 2 3
Item 28 3 3 3 3 3 3 1 2 4 1 3 2 4 2 3 3 3 4 3 2 3 4
Item 29 3 2 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
Item 30 3 3 4 3 4 1 3 3 1 4 2 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3
Item 31 3 3 3 3 4 1 2 3 2 3 4 3 4 2 3 3 1 4 2 3 3 3
Item 32 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Item 33 3 3 3 3 3 3 2 4 1 4 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4
Item 34 4 2 3 3 4 4 2 4 2 1 1 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 1
Item 35 3 2 2 3 4 4 2 4 1 1 1 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 1
Item 36 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 1 4 2 4 2
item 37 3 2 3 3 2 4 1 3 2 3 4 3 1 3 3 3 1 2 3 2 3 4
Item 38 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 3 3 2 4 1 4 3 3 4 2
Item 39 4 2 3 3 4 2 3 3 1 2 4 3 3 1 3 3 1 2 4 1 3 2
Item 40 3 3 3 3 3 3 1 2 4 1 3 2 4 2 3 3 3 3 4 3 2 2
Responden Titi handayani Anik supriyanti Inti khobiyah Intan lestariyani Siti aisah Luci Sri Rowiyati Amrih rahayu Nana W Fitriyani Sri P Agil S Alfiah Haermani D P Herlin M Emi ita Ainiyati S Triwidyawati Nur kholifah Atik yuliani Fatchiyatun Sri nursiyah
Item 41 4 3 3 3 2 4 3 1 2 4 1 3 2 3 4 3 2 3 3 3 2 1
Item4 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 4 2 3 3 1 2 4 1 3 2 3 4 3
Item 43 3 2 2 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3 2 2 1 2 2 3 3 2 3
Item 44 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3
Item 45 4 2 3 3 4 2 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 2 3 2 3 4 3
Item 46 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3
Item 47 3 2 2 2 3 3 3 3 4 4 2 3 3 4 4 2 4 3 4 3 3 4
Item 48 4 3 4 3 3 4 3 2 2 4 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3
Item 49 3 2 3 4 2 4 3 1 2 4 1 3 2 3 4 3 2 3 3 3 2 1
Item 50 3 2 2 4 3 2 3 2 2 4 2 3 3 1 2 4 1 3 2 3 4 3
Jumlah 168 131 143 144 156 152 129 139 127 152 126 148 150 139 148 147 113 143 137 144 153 141
Kategori Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang
Responden Sri nuryati Laily fadliyah Sakdiyah Srihidayati Ftria mufida Umi mintarti Lani susanti Eni pjiati Fidie dwi jayanti Fita ariyani Umi habibah Sri hidayyati Supriyanti Esti susanti
Responden Sri nuryati Laily fadliyah Sakdiyah Srihidayati Ftria mufida Umi mintarti Lani susanti Eni pjiati Fidie dwi jayanti Fita ariyani
Item 1 2 3 3 1 2 3 3 1 2 3 2 2 4 2
Item 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 1 3 3
Item 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3
Item 4 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 4 3 2 2
Item 21 3 3 2 1 3 3 2 1 2 3
Item 22 4 2 1 1 4 2 1 1 2 4
Item 23 3 2 2 3 3 2 2 3 1 4
Item 24 4 2 3 2 4 2 3 2 2 3
Item 5 3 3 4 3 3 3 4 3 2 2 4 3 1 2
Item 25 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3
Item 6 2 3 2 3 2 4 4 4 2 4 3 3 3 4
Item 26 3 3 2 2 3 3 2 2 2 4
Item 7 3 3 3 1 3 4 3 4 2 3 3 3 2 4
Item 27 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3
Item 8 3 2 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4
Item 28 2 3 4 3 2 3 4 3 1 3
Item 9 3 3 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4
Item 29 2 3 3 1 1 2 3 4 2 2
Item 10 3 3 4 2 3 4 3 3 2 4 4 4 4 4
Item 20 3 2 3 2 3 2 2 3 2 4
Item 11 3 3 4 2 3 3 4 2 3 4 1 2 3 2
Item 31 2 3 3 3 2 3 3 4 1 3
Item 12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
Item 32 3 3 4 3 3 2 2 2 2 3
Item 13 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 1
Item 33 3 3 4 3 3 3 2 3 2 2
Item 14 4 2 3 4 4 2 3 4 2 4 4 2 4 2
Item 34 4 2 3 3 4 2 3 3 3 4
Item 15 3 2 3 4 3 2 3 4 2 4 4 2 4 1
Item 35 2 3 4 3 2 3 4 3 3 3
Item 16 1 1 4 4 1 1 4 4 2 2 3 3 3 3
Item 36 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3
item 17 3 4 2 3 3 4 2 3 2 2 4 1 3 2
item 37 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4
Item 18 4 1 1 1 4 1 1 1 2 4 3 4 4 3
Item 38 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3
Item 19 4 2 3 3 4 2 3 3 2 4 2 3 3 1
Item 39 3 4 3 4 3 4 2 2 3 3
Item 20 4 2 3 3 4 2 3 3 1 3 3 1 2 4
Item 40 3 3 4 3 3 3 4 2 2 3
Umi habibah Sri hidayyati Supriyanti Esti susanti
1 2 3 2
2 3 3 1
4 3 4 3
3 4 3 4
3 4 3 4
3 3 4 4
3 4 3 4
3 2 3 3
3 3 2 4
3 2 4 3
4 3 3 4
3 2 3 2
3 4 3 3
3 3 3 2
4 3 3 4
3 2 3 2
2 3 3 2
3 2 3 3
3 4 2 2
3 3 4 2
esponden Sri nuryati Laily fadliyah Sakdiyah Srihidayati Ftria mufida Umi mintarti Lani susanti Eni pjiati Fidie dwi jayanti Fita ariyani Umi habibah Sri hidayyati Supriyanti Esti susanti
Item 41 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 2 4 3 4
Item4 2 2 3 2 3 2 4 4 3 2 3 3 4 3 2
Item 43 2 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3
Item 44 2 3 2 3 2 4 3 3 2 3 3 2 2 3
Item 45 3 3 2 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4
Item 46 3 2 3 2 3 3 4 3 2 3 4 3 2 2
Item 47 3 4 3 4 3 3 4 3 3 2 4 3 1 2
Item 48 3 3 4 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2
Item 49 3 3 4 3 3 3 3 1 3 2 4 1 3 2
Item 50 2 3 2 3 3 3 3 1 2 2 4 1 3 2
Jumlah 143 134 149 133 143 143 147 138 106 157 155 139 149 138
Kategori Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang
LAMPIRAN 10 ( HASIL UJI NORMAITAS DAN HOMOGENITAS)
Hasil Uji Normalitas Dan Homogenitas
1. Hasil Uji Normallitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov Statistic nilaiefikasi
df
.107
a
Shapiro-Wilk
Sig. 57
Statistic
.158
df
.985
57
a. Lilliefors Significance Correction
2. Hasil Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances nilaiefikasi Levene Statistic .073
df1
df2 2
Sig. 54
Sig.
.930
.724
LAMPIRAN 11 ( HASIL UJI ANOVA )
Hasil Uji ANOVA Latar Belakang Pendidikan Hasil Uji Homogenity Of Variance Levene's Test of Equality of Error Variances
a
Dependent Variable:nilaiefikasi F
df1
df2
Sig.
.748
3
53
.529
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + latrpendidikan
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:nilaiefikasi Type III Sum of Source
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
5625.355
a
3
1875.118
10.752
.000
415257.276
1
415257.276
2.381E3
.000
latrpendidikan
5625.355
3
1875.118
10.752
.000
Error
9242.645
53
174.390
Total
1116165.000
57
14868.000
56
Corrected Model Intercept
Corrected Total
a. R Squared = ,378 (Adjusted R Squared = ,343)
Hasil Post Hoc Test Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Multiple Comparisons Dependent Variable:nilaiefikasi (I) (J) latrpend latrpend Mean Difference idikan idikan (I-J) Std. Error Tukey HSD
smp
sma d2 s1
sma
35.71 4.56
smp
31.15
sma
-4.56
d2
s1
*
*
-17.54
smp
48.69
*
sma
12.98
*
17.54
*
*
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
9.817
.003
-61.75
-9.67
9.794
.013
-57.13
-5.17
9.904
.000
-74.96
-22.42
9.817
.003
9.67
61.75
4.231
.704
-6.66
15.78
4.481
.027
-24.86
-1.09
9.794
.013
5.17
57.13
4.231
.704
-15.78
6.66
4.429
.001
-29.29
-5.79
9.904
.000
22.42
74.96
4.481
.027
1.09
24.86
4.429
.001
5.79
29.29
sma
-35.71
*
9.817
.004
-62.62
-8.80
d2
-31.15
*
9.794
.015
-57.99
-4.31
-48.69
*
9.904
.000
-75.83
-21.54
9.817
.004
8.80
62.62
4.231
1.000
-7.04
16.16
4.481
.033
-25.26
-.70
9.794
.015
4.31
57.99
4.231
1.000
-16.16
7.04
s1 sma
*
-12.98
smp
d2 Bonferroni
-48.69
*
d2
s1 s1
-31.15
*
smp s1
d2
-35.71
*
95% Confidence Interval
smp
35.71
d2
4.56
*
s1
-12.98
smp
31.15
sma
-4.56
*
*
*
s1
-17.54
4.429
.001
-29.68
-5.40
smp
48.69
*
9.904
.000
21.54
75.83
sma
12.98
*
4.481
.033
.70
25.26
d2
17.54
*
4.429
.001
5.40
29.68
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 174,390. *. The mean difference is significant at the ,05 level.
Hasil Uji ANOVA Lama Mengajar
Hasil Uji Homogenity Of Variance
Levene's Test of Equality of Error Variances
a
Dependent Variable:efikasidiri F
df1
1.464
df2 4
Sig. 52
.227
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + lamangajar
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:efikasidiri Type III Sum of Source
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
2976.462
a
4
744.116
3.254
.019
559397.024
1
559397.024
2.446E3
.000
2976.462
4
744.116
3.254
.019
Error
11891.537
52
228.683
Total
1116165.000
57
14868.000
56
Corrected Model Intercept lamangajar
Corrected Total
a. R Squared = ,200 (Adjusted R Squared = ,139)
Hasil Post Hoc Test Berdasarkan Lama Mengajar Multiple Comparisons Dependent Variable:efikasidiri (I) (J) lamanga lamanga Mean Difference jar jar (I-J) Tukey HSD
1-6
7-12
13-18
19-24
25-30
1-6
7-12
13-18
19-24
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
7-12
-4.30
4.681
.888
-17.53
8.92
13-18
-16.07
7.305
.196
-36.71
4.58
19-24
-21.20
9.157
.157
-47.08
4.68
25-30
-21.53
9.157
.145
-47.41
4.34
4.30
4.681
.888
-8.92
17.53
13-18
-11.76
7.748
.556
-33.66
10.13
19-24
-16.90
9.514
.398
-43.78
9.99
25-30
-17.23
9.514
.378
-44.11
9.66
1-6
16.07
7.305
.196
-4.58
36.71
7-12
11.76
7.748
.556
-10.13
33.66
19-24
-5.13
11.044
.990
-36.34
26.07
25-30
-5.47
11.044
.987
-36.67
25.74
1-6
21.20
9.157
.157
-4.68
47.08
7-12
16.90
9.514
.398
-9.99
43.78
13-18
5.13
11.044
.990
-26.07
36.34
25-30
-.33
12.347
1.000
-35.22
34.56
1-6
21.53
9.157
.145
-4.34
47.41
7-12
17.23
9.514
.378
-9.66
44.11
13-18
5.47
11.044
.987
-25.74
36.67
1-6
19-24 Bonferroni
95% Confidence Interval
.33
12.347
1.000
-34.56
35.22
7-12
-4.30
4.681
1.000
-18.03
9.42
13-18
-16.07
7.305
.323
-37.48
5.35
19-24
-21.20
9.157
.246
-48.05
5.65
25-30
-21.53
9.157
.225
-48.38
5.31
4.30
4.681
1.000
-9.42
18.03
13-18
-11.76
7.748
1.000
-34.48
10.95
19-24
-16.90
9.514
.816
-44.79
11.00
25-30
-17.23
9.514
.759
-45.12
10.66
1-6
16.07
7.305
.323
-5.35
37.48
7-12
11.76
7.748
1.000
-10.95
34.48
19-24
-5.13
11.044
1.000
-37.51
27.24
25-30
-5.47
11.044
1.000
-37.84
26.91
1-6
21.20
9.157
.246
-5.65
48.05
7-12
16.90
9.514
.816
-11.00
44.79
13-18
5.13
11.044
1.000
-27.24
37.51
1-6
25-30 25-30
-.33
12.347
1.000
-36.53
35.87
1-6
21.53
9.157
.225
-5.31
48.38
7-12
17.23
9.514
.759
-10.66
45.12
13-18
5.47
11.044
1.000
-26.91
37.84
19-24
.33
12.347
1.000
-35.87
36.53
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 228,683.