SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DUSUN IX DESA BINGKAT KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015
Oleh SRI ARIHTA SEBAYANG 11.02.042
PRORGAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN 2015
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DUSUN IX DESA BINGKAT KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015
Skripsi ini diajuakan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
Oleh SRI ARIHTA SEBAYANG 11.02.042
PRORGAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN 2015
HALAMAN PENGESAHAN Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015
Telah dipertahankan di depan Tim penguji Skripsi Pada Hari Rabu 29 Juli 2015
Ketua Penguji : Taruli Rohana Sinaga, SP, M.KM
(
)
Anggota
: Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS
(
)
Ns. Flora Sijabat, S.Kep, MNS
(
)
Ns. Rumondang Gultom, M.KM
(
)
Medan, 29 Juli 2015
PERNYATAAN ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DUSUN IX DESA BINGKAT KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015
SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dicantumkan dalam naskah ini dan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2015 Peneliti
(Sri Arihta Sebayang)
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Mahasiswa 1.
Nama
: Sri Arihta Sebayang
2.
Nim
: 11.02.042
3.
Tempat/Tanggal Lahir
: Bingkat, 22 Oktober 1993
4.
Jenis Kelamin
: Perempuan
5.
Agama
: Islam
6.
Anak ke
: 3 (tiga) dari 3 (tiga) bersaudara
7.
Nama Ayah
: MHD.Hamid Sebayang
8.
Nama Ibu
: Rosanna Surbakti
9.
Alamat
: Desa Bingkat Kec. Pegajahan
B. Riwayat Pendidikan 1. 1999 – 2005
: SD Negeri 101948 Bingkat
2. 2004 – 2008
: SMP Negeri 1 Perbaungan
3. 2008 – 2011
: SMA Nusantra Lubuk Pakam
4. 2011 – Sekarang
: Menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan di Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Indonesia
ii
Universitas
Sari
Mutiara
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA Skripsi, Juli 2015 Sri Arihta Sebayang Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 xi + 40 hal + 6 tabel + 1 skema + 10 lampiran
ABSTRAK Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti.Munculnya kejadian DBD dikarenakan penyebab majemuk, artinya munculnya karena faktor-faktor yang saling berinteraksi, diantaranya faktor agent (virus dengue), faktor host dan faktor lingkungan.Di kelurahan Desa Bingkat tahun 2015 terdapat 156 kasus DBD dari X Dusun dan paling tinggi penderita DBD terdapat di Dusun IX. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu : faktor pejamu (perilaku) dan faktor lingkungan (kondisi tempat penampungan air). Jenis penelitian ini bersifat analitik observasional dengan desain case control . Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga salah satu anggota keluarganya pernah menderita DBD (kelompok kasus) dan tidak pernah menderita DBD (kelompok kontrol) di Desa Dusun IX pada Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015. Sampel terdiri dari 27 kasus dan 27 kontrol.Metode analisi data meliputi analisa univariat dan bivariat (chi-square). Hasil analisis chisquare menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu faktor pejamu (perilaku) (p=0,005), faktor lingkungan (kondisi tempat penampungan air) (p=0,010). Disarankan kepada tenaga kesehatan untuk melakukan secara intensif dalam kegiatan survey jentik.Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk.
Kata Kunci Daftar Pustaka
: DBD, Faktor Pejamu, Faktor Lingkungan : 28 (2003-2015)
iii
SCHOOL OF NURSING FACULTY OF NURSING AND MIDWIFERY SARI MUTIARA INDONESIA UNIVERSITY Thesis, July 2015 Sri Aritha Sebayang Analysis of Factors Related With Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)’ Genesis in Bingkat Village of XI Subvillage in Serdang Bedagai District 2015 xi + 42 pages + 8 tables + 1 scheme + 10 appendices ABSTRACT Dengue Hemorrhagis Fever (DHF) is an infectious caused by virus dengue and transmitted by aedes aegypty mosquito, DHF incident caused by majemuk. it means comes of DHF because factor intractions, including factor agent (dengue’s virus), host and envirotment. in subvillage bingkat at 2015 there are 156 cases. DHF from x subvillage and the most high sufferer DHF there are in subvillage ix. The objective of this research to was determine and analyzed factors related with DHF genesis are ; factor behaviour and factor envirotment (conditions of water reservoir). Design of this research is analytic observation with case control. the population in this study is the head of family, one of member family suffered DHF (case group) and never suffer DHF (control group) in subvillage IX on October 2014 till march 2015. The sample used was 27 cases, and 27 control. Analysis metode including analysis unvariat and bivariat (chi-square).the result analysis chi-square showed variable associated with incidence of dengue that host factor (behaviour) (p = 0,005), environment factor (condition of water reservoirs) (p=0,010), for health worker is expected to do intensively in jentik survey activity, increasing participation of community in mosquito eradication activites.
Keywords References
: DHF, Host, Environment : 28 (2003-2015)
iv
KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Dusun IX Desa Bingkat Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan sarjana di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terimakasih yang setulusnya kepada yang terhormat : 1. Perlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua YayasanSari Mutiara Medan. 2. Dr. Ivan Elisabeth Purba M. Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia. 3. Ns. Janno Sinaga, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 4. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sari Mutiara dan selaku Penguji Iyang telah memberikan kritik dan saran dalam perbaikan skripsi ini. 5. Taruli Rohana Sinaga, SP, M.KM, selaku Ketua Penguji yang telah membantu dan meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Ns.Flora Sijabat,MNS, selaku Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran dalam perbaikan skripsi ini. 7. Ns.Rumondang Gultom,S.kep,M.KM, selaku Penguji III yang telah membantu dan meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Legio.M, sebagai Kepala Desa Bingkat Kabupaten Serdang Bedagai yang telah memberikan izin dalam pengambilan data dan penelitian.
v
9. Seluruh dosen dan staff di lingkungan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. 10. Kepada kedua orang tua tercinta Mhd.Hamid Sebayang dan Rosanna Surbakti, abang dan kakak tersayang, serta keluarga besar peneliti yang tidak hentihentinya memberikan dukungan moral maupun materil, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsiini. 11. Terima kasih kepada seluruh teman-teman Mahasiswa/i PSIK Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan KebidananUniversitasSari Mutiara Indonesia yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi, dan upaya dalam membantu menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menyadari masih banyak kekurangan, oleh sebab itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan dan kebaikan skripsi ini serta peneliti berharap kiranya skripsi ini akan bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih.
Medan, Juli 2015 Peneliti
(Sri Arihta Sebayang)
vi
DAFTAR ISI Hal COVER DALAM PERNYATAAN PERSETUJUAN PERNYATAAN ........................................................................................... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... ABSTRAK ...................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR SKEMA ......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
i ii iii iv v vii ix x xi
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................... A. Latar Belakang ........................................................................... B. Rumusan Masalah...................................................................... C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 1. Tujuan Umum ...................................................................... 2. Tujuan Khusus ..................................................................... D. Manfaat Penelitian .....................................................................
1 1 5 5 5 5 6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ................................................................ A. Demam Berdarah Dengue ......................................................... 1. Defenisi ................................................................................ 2. Vektor Penyakit ................................................................... 3. Cara Penularan ..................................................................... 4. Tanda dan Gejala Klinis ...................................................... 5. Pencegahan Penyakit ........................................................... 6. Pengamatan Kepadatan Vektor............................................ 7. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD B. Kejadian Demam Berdarah Dengue .......................................... 1. Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa DBD ........ 2. Kejadian Luar Biasa DBD ................................................... 3. Kegiatan Penanggulangan KLB DBD ................................. 4. Penyuluhan .......................................................................... 5. Evaluasi Kegiatan Penangulangan KLB .............................. C. Kerangka Konsep Penelitian ..................................................... D. Hipotesis Penelitian ...................................................................
7 7 7 7 8 8 10 11 12 19 19 19 20 22 22 23 23
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. A. Desain Penelitian ....................................................................... B. Populasi dan sampel .................................................................. 1. Populasi................................................................................ 2. Sampel .................................................................................
vii
24 24 24 24 24
C. D. E. F.
Lokasi Penelitian ....................................................................... Waktu Penelitan ......................................................................... Defenisi Operasional ................................................................. Aspek Pengukuran ..................................................................... 1. Pengukuiran Faktor Pejamu ................................................. 2. Pengukuran Faktor Lingkungan .......................................... 3. Pengukuran Kejadian DBD ................................................. G. Alat Dan Prosedur Pengumpulan Data ...................................... H. Etika Penelitian .......................................................................... I. Pengolahan Dan Analisa Data ...................................................
25 25 26 27 27 27 28 28 30 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ A. Gambaran Umum Lokasi Peneliatian ........................................ B. Hasil Penelitian .......................................................................... 1. Analisis Univariat ................................................................ 2. Analisis Bivariat .................................................................. C. Pembahasan ............................................................................... 1. Hubungan Faktor Pejamu Dengan Kejadian DBD .............. 2. Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian DBD ....... D. Keterbatasan Penelitian .............................................................
32 32 32 33 35 36 36 39 41
BAB V
42 42 42
PENUTUP ...................................................................................... A. Kesimpulan ................................................................................ B. Saran ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1. DefinisiOperasional .......................................................................
Hal 26
Tabel 4.1. Disrtibusi Frekuensi Karakteristik Responden di Desa Bingkat Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 .....................................
33
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Pengetahuan Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 .....................................
33
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Sikap Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 .....................................
34
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Tindakan Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 .....................................
34
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Faktor Lingkungan Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 ....................
34
Tabel 4.6. Tabulasi Silang Faktor Pejamu Dengan Kejadian DBD di Desa Bingkat Dusun IX Tahun 2015 .....................................................
35
Tabel 4.7. Tabulasi Silang Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian DBD di Desa Bingkat Dusun IX Tahun 2015 ...............................
36
ix
DAFTAR SKEMA Skema 2.1. KerangkaKonsepPenelitian .........................................................
x
Hal 23
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
LembarInformed Consent
Lampiran 2.
LembarPersetujuanMenjadiResponden
Lampiran 3.
LembarKuesionerPenelitian
Lampiran 4.
Surat Izin Memperoleh Data Dasar Dari Pendidikan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 5.
Surat Balasan Memperoleh Data Dasar Dari Desa Bingkat Kabupaten Serdang Bedagai
Lampiran 6.
Surat Izin Melaksanakan Penelitian Dari Pendidikan Universitas Sari Mutiara
Lampiran 7.
Surat Balasan Melaksanakan Penelitian Dari Desa Bingkat Kabupaten Serdang Bedagai
Lampiran 8.
Master Data
Lampiran 9.
Out Put SPPS
Lampiran 10.
Lembar Kegiatan Bimbingan Skripsi
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti dan dapat juga ditularkan oleh aedes albopictus, yang ditandai dengan demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan termasuk Uji
TourniquetPositif,
Trombositopeni
(jumlah
trombosit
≤
100.000/µl),
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20%), disertai dengan atau tanpa perbesaran hati (Depkes RI, 2005).
Tempat potensial untuk perindukan nyamuk aedes aegypti adalah tempat penampungan air (TPA) yang digunakansehari-hari yaitu drum, bak mandi, bak WC, gentong, ember dan lain-lain. Tempat perindukan lainnya yang non TPA adalah vas bunga, ban bekas, botol bekas, tempat minum burung, tempat sampah dan lain-lain. Adanya kontainer di tempat ibadah, pasar dan saluran air hujan yang tidak lancar di sekitar rumah juga merupakan tempat perkembangbiakan yang baik (Soegijanto, 2004).
Munculnya kejadian DBD dikarenakan penyebab majemuk, artinya munculnya kesakitan karena berbagai faktor-faktor yang saling berinteraksi, diantaranya agent (virus dengue), host yang rentan serta lingkungan yang memungkinan tumbuh dan berkem- bangbiaknya nyamuk aedes. Selain dipengaruhi faktor predisposisi diantaranya kepadatan dan mobilitas penduduk, kualitas perumahan, jarak antar rumah, pendidikan, pekerjaan, sikap hidup, golongan umur, suku bangsa, kerentanan terhadap penyakit, dan lainnya.Berdasarkan faktor-faktor tersebut pemerintah program
dalam
pengendalian
vektor
DBD
dilakukan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) (Oktadika, 2009).
1
dengan
pelaksaan
2
Pencegahan penularan dari DBD tergantung pada kegiatan-kegiatan dalam pengendalian nyamuk tersebut yaitu program pemberantasan sarang nyamuk dengan kegiatan
3M
yaitu
menguras,menutup
dan
memanfaatkan
tempat-tempat
penampungan air. Saat ini kegiatan 3M berkembang menjadi 3M Plus.Kegiatan ini ditunjukan kepada masyarakat agar ikut berperan serta dalam pengendalian DBD.Faktor lingkungan yang baik dan praktik pemberantasan sarang nyamuk yang baik dapat menekan angka kejadian demam berdarah dengue. Faktor lingkungan yang baik merupakan hasil dari perilaku keluarga yang menguras, menutup tempat penampungan air dan melakukan abatisasi dan pencegahan gigitan nyamuk dengan penggunaan kelambu, anti nyamuk, repellent(Zulkoni, 2011).
Selama ini partisipasi dalam upaya pencegahan DBD baru dilakukan oleh ibu rumah tangga saja di tingkat keluarga. Pernyataan ini diperkuat oleh subjek penelitian dalam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk adalah ibu rumah tangga sedangkan anggota keluarga yang lain belum banyak terlibat. Hal itu terlihat dari masih kurangnya partisipasi atau keikutsertaan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di lingkungan baik dalam bentuk kegiatan gotong royong, membersihkan lingkungan, melakukan 3M (menguras, menutup dan mengubur) (Hanifah 2011).
Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia.Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD meningkat dengan pesat diseluruh belahan dunia. Diperkirakan 50 juta orang terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk dunia) orang tinggal di daerah endemik DBD.Pada tahun 2013 di Australia terdapat 611 kasus dengan tidak ada kematian, Kamboja 14.652 kasus dengan CFR 0,45%, Laos 3.317 kasus dengan CFR 0,18%, Malaysia 16.300 kasus dengan CFR 0,17%, Filipina 95.178 kasus dengan CFR 0,54% dan Vietnam 38.684 kasus dengan CFR 0,08%. Di singapura terdapat sebanyak 8.826 kasus demam berdarah dengue dengan CFR 0,27%, di Timor Leste melaporkan 336 kasus Demam Berdarah Dengue dengan 22 kematian (CFR= 6,5%) (WHO, 2014).
3
Kejadian luar biasa (KLB) DBD masih sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Pada tahun 1998 terjadi KLB dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang dan merupakan wabah terbesar dengan 1.411 kematian atau Case Fatality Rate (CFR) 1,956%. Pada KLB tahun 2004, sejak Januari sampai April jumlah penderita sebanyak 58.861 orang dan 669 kematian (CFR : 1,14%). Kemudian tahun 2005 jumlah kasus 3.336 orang dengan kematian sebanyak 55 orang (CFR : 1,65% dan tahun 2006 kasus menurun dengan jumlah kasus 1.323 orang dan meninggal 21 orang (CFR : 1,59%). Pada tahun 2011 sampai bulan Agustus ada 24.362 kasus dengan kematian 196 orang (CFR : 0,80%)(DepKes RI, 2012)
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 jumlah kasus demam berdarah dengue di seluruh Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2008 sebanyak 2251 kasus yang ditangani sebanyak 2251 kasus (100%), pada tahun 2009 sebanyak 4529 kasus yang ditangani sebanyak 4514 (99,67%), pada tahun 2010 sebanyak 4401 kasus yang ditangani sebanyak 4372 (99,34%), dan pada tahun 2011 sebanyak 4737 kasus yang ditangani sebanyak 4722 (99,68%).
Peningkatan jumlah kasus DBD mencapai 33% selama periode tahun 2014 sebanyak 1698 kasus dari tahun 2013 sebanyak 1270 kasus. Pada lima kecamatan tertinggi dalam kasus DBD tahun 2014, yakni Kecamatan Medan Sunggal sebanyak 171 kasus, Medan Helvetia 158 kasus, Medan Deli 141 kasus, Medan Selayang 121 kasus, Medan Johor 120 kasus dan Medan Amplas sebanyak 135 kasus (DinKes Medan, 2015)
Hasil penelitian Syarif Usman tahun 2008, dalam penelitiannya di Bandar Lampung, diketahui jika karakteristik penduduk (pengetahuan OR=2,78), berpengaruh terhadap pencegahan penyakit DBD. Sementara menurut Amrul Hasan tahun 2007 dalam penelitiannya di Bandar Lampung, menyebutkan jika keberadaan barang bekas yang dapat menampung air di sekitar rumah (OR=2,79), berhubungan dengan kejadian penyakit DBD. Hal ini di dukung oleh penelitian Erliyanti tahun 2009,
4
dalam penelitiannya menyebutkan jika pengetahuan (OR=2,09) dan keberadaan jentik (OR=9,80) berhubungan dengan kejadian penyakit DBD.
Berdasarkan penelitian Yudhastuti tahun 2005 di Rantau Parapat, mendapatkan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keberadaan jentik dan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden dengan keberadaan jentik aedes aegypti dan hal ini di dukung oleh penelitian Umi tahun 2008 di Semarang, tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD menunjukkan bahwa ada hubungan antara keberadaan jentik nyamuk aedes aegypti pada kontainer, ketersediaan tutup pada kontainer, frekuensi pengurasan container, pengetahuan responden tentang DBD terhadap kejadian DBD.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti secara geografis Desa Bingkat Kecamatan Pegajahan dari Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2º57' – 3º16' Lintang Selatan, 98º 33' – 99º27' Bujur Timur dengan luas ± 595,96 Ha yang terdiri 10 Dusun dengan 80.401 Jiwa dan diperoleh hasil data di puskesmas pada tahun 2013 terdapat 108 kasus DBD, tahun 2014 terdapat 156 kasus DBD dari X Dusun dan paling tinggi penderita DBD terdapat di Dusun IX. Hal ini didukung oleh wawancara yang di lakukan peneliti di Dusun IX Desa Bingkat pada beberapa ibu rumah tangga di peroleh hasil 4 orang ibu rumah tangga mengatakan salah satu anggota keluarganya perna mengalami demam berdarah dengue, 3 orang ibu rumah tangga mengatakan tidak menguras atau membersihkan bak mandi dalam seminggu sekali, 2 orang ibu mengatakan mengabaikan barang-barang bekas yang dapat menampung air seperti kaleng, ban, botol, dll. Dari hasil wawancara dengan Kepala Desa Bingkat didapatkan bahwa belum ada yang meneliti dengan kejadian demam berdarah dengue di Desa tersebut.
Berdasarkan pemaparan hal tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) di masyarakat Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai 2015.
5
B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan faktor pejamu (host), faktor lingkungan (enviroment)dengan kejadianDBD di masyarakat Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai 2015?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai 2015.
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan faktor pejamu (host) dengan kejadian DBD di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai 2015. b. Untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan (enviroment ) dengan kejadian DBD di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai 2015.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat sebagai bahan informasi dan bahan tambahan yang dapat menambah pengetahuan tentang perilaku pencegahan penyakit DBD melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M di lingkungan tempat tinggal mereka.
2. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi tenaga kerja yang ada di Puskesmas Desa Bingkat dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdarah dengue di masa yang akan datang.
6
3. Bagi Profesi Keperawatan Sebagai masukan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bagi profesi keperawatan mengenai Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD).
4. Bagi Penelitian Sebagai data dasar dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya yang sama.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue (DBD) 1. Defenisi Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina).DBD dapat menyerang anak, remaja, dewasa dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita (Effendy, 2010).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut terutama menyerang anak-anak namun tidak jarang juga menyerang orang dewasa yang disertai dengan manifestasi perdarahan, menimbulkan shock yang dapat menyebabkan kematian (Sucipto, 2011).
2. Vektor Penyakit Nyamuk aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam dengan bintik- bintik putih pada bagian badan, kaki, dan sayapnya.Nyamuk aedes aegypti yang betina mengisap darah karena hanya nyamuk betina yang menggigit darah manusia yang dibutuhkan untuk bertelur.Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari.Aktivitas menggigit biasanya pagi (pukul 9.00-10.00) sampai petang hari (pukul 16.00-17.00).Aedes aegypti mempunyai kebiasan mengisap darah berulang kali untuk memenuhi lambungnya dengan darah.Dengan demikian nyamuk ini sangat infektif sebagai penular penyakit.Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) didalam atau diluar rumah.Tempat hinggap yang disenangi adalah benda-benda yang tergantung dan biasanya ditempat yang agak gelap dan lembab. Disini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Selanjutnya nyamuk betina akan meletakkan telurnya didinding tempat perkembangbiakan, sedikit diatas permukaan air. Pada
7
8
umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah terendam air. Jentik kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa (Anggraeni,2010).
3. Cara Penularan Virus dengue ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina yang terinfeksi virus dengue.Dan juga dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes albopictus.Virus ini bersirkulasi dalam tubuh manusia selama 2 – 7 hari atau selama terjadi demam.Pada masa inilah penularan terjadi. Apabila penderita digigit oleh nyamuk penular, maka virus dengue juga akan terhisap dalam tubuh nyamuk. Virus tersebut kemudian berada dalam lambung nyamuk dan akan memperbanyak diri selanjutnya akan berpindah ke kelenjar ludah nyamuk. Proses tersebut membutuhkan waktu 8 – 10 hari sebelum virus dengue dapat ditularkan kembali ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Lama waktu yang dibutuhkan selama masa inkubasi ekstrinsik ini tergantung pada kondisi lingkungan, terutama faktor suhu dan udara (Hairani, 2010).
4. Tanda dan Gejala Klinis Kriteria diagnosa penyakit DBD dapat ditegakkan dengan melihat gejala secara klinis. Gejala secara klinis penderita DBD dapat dilihat seperti berikut (Hairani, 2010) : a. Demam Demam secara mendadak dan berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian kembali ke suhu normal atau bahkan lebih rendah.Demam ini dapat disertai nyeri punggung, nyeri tulang dan sendi, nyeri kepala dan rasa lemah. b. Pendarahan Pendarahan biasanya terjadi pada hari kedua dan pada umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa hasil uji tourniquet yang positif. c. Pembesaran Hati/ Hepatemogali Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga dapat teraba. Bila terjadi peningkatan dari
9
hepatomegali dan hati teraba kenyal kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita. d. Renjatan/ Syok Permulaan renjatan biasanya terjadi pada hari ketiga sejak penderita sakit, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung jari, jari tangan dan kaki serta di sekitar mulut sianosis.Bila renjatan terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukkan prognosis yang buruk. Tekanan darah sistolikakan menurun sampai di bawah angka 80mmHg.
Menurut Fadjari (2008) diagnosa penyakit DBD ditegakkan berdasarkan adanya dua kriteria klinis atau lebih, ditambah dengan adanya minimal satu kriteria laboratories. Kriteria klinis: a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, yang dapat mencapai 40°C. Demam sering disertai gejala tidak spesifik, seperti tidak nafsu makan (anoreksia), lemah badan, nyeri sendi dan tulang, serta rasa sakit di daerah belakang bola mata dan wajah yang kemerah-merahan. b. Manifestasi perdarahan seperti mimisan (epitaksis), perdarahan gusi, perdarahan pada kulit tes rumpeleede (+), ptekiae dan ekimosis, serta buang air besar berdarah berwarna merah kehitaman (melena). c. Adanya pembesaran organ hati (hepatomegali). d. Kegagalan sirkulasi darah, yang ditandai dengan denyut nadi yang teraba lemah dan cepat, ujung-ujung jari terasa dingin serta dapat disertai penurunan kesadaran dan renjatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian. Kriteria laboratories: 1) Penurunan jumlah trombosit (Trombositopenia) < 100.000/mm3, biasanya ditemukan antara hari ke 3 - 7 sakit. 2) Peningkatan kadarhematokrit> 20 % dari nilai normal.
10
5. Pencegahan Penyakit Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011), cara pencegahan DBD yaitu dengan PSN DBD melalui 3M Plus. a. Menguras tempat penampungan air sekurangnya seminggu sekali. b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air. c. Mengubur, memanfaatkan atau menyingkirkan barang-barangbekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas,plastik bekas, dll. d. Plus 1) Ganti air vas bunga, tempat minuman burung dan tempat lainyaseminggu sekali. 2) Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak. 3) Tutup lubang pada potongan bambu, pohon, dan lainya misalnyadengan tanah. 4) Menaburi
racun
pembasmi
jentik
(larvasidasi)
khususnya
bagi
tempatpenampungan air yang sulit dikuras atau daerah sulit air. 5) Menebar
ikan
pemakan
jentik
seperti
kepala
timah,
gepi,
ditempatpenampungan air yang ada disekitar rumah. 6) Tidur memakai kelambu. 7) Memakai anti nyamuk. 8) Memasang kawat kasa pada lubang angin di rumah. Menurut Misnadiarly (2009), pencegahan penyakit demam berdarah dengue mencakup: a. Terhadap Nyamuk 1) Pemberantasan nyamuak aedes aegypti telur dan induknya yaitu dengan cara 3 M yaitu menguras, menutup dan mengubur. Kuras bak mandi seminggu sekali (menguras), tutup penyimpanan air rapat-rapat (menutup), dan kubur kaleng, ban bekas dan lain-lain (mengubur). Menaburkan bubuk abate (abatisasi) pada kolam atau tempat penampungan bak air yang sulit dikuras untuk membunuh jentik nyamuk.
11
2) Memberantas nyamuk dewasa, yaitu membersihkan tempat-tempat yang disukai nyamuk untuk beristirahat, antara lain: tidak menggantung baju bekas pakai, memasang kasa nyamuk pada ventilasi dan jendela rumah, melindungi anak ketika tidur dipagi dan siang hari dengan kelambu, menyemprot anti nyamuk di rumah pada pagi dan sore hari (jam 08.00 dan 18.00). Pengasapan atau fogging dilakukan apabila dijumpai ada penderita yang dirawat atau meninggal.
b. Terhadap Lingkungan 1) Mengubah perilaku hidup sehat terutama kesehatan lingkungan. 2) Buang atau timbun benda-benda yang tidak berguna yang dapat menampung air atau simpan sedemikian rupa sehingga tidak menampung air. 3) Tabur serbuk abate pada bak mandi dan tempat penampungan air lainya, pada parit atau selokan didalam dan sekitar rumah terutama apabila selkan itu airnya tidak mengalir atau kurang mengalir. 4) Kolam atau aquarium jangan dibiarkan kosong tanpa ikan atau isi dengan ikan pemakan jentik nyamuk. 5) Semprot sudut-sudut rumah dan halaman yang merupakan tempat berkeliaran nyamuk dengan obat semprot anti nyamuk apabila tampak nyamuk berkeliaran dipagi, siang atau sore hari.
6. Pengamatan Kepadatan Vektor Pelaksanaan survei ada 2 (dua) metode yang meliputi (Depkes RI, 2010) : a. Metode single survei Survei ini di lakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan air yang di temukan ada jentiknya untuk identifikasi lebih lanjut jentiknya. b. Metode visual Survei ini di lakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genagan air tanpa melakuan pengambilan jentik.
12
Cara melakukan pemeriksaan jentik dengan metode visual : 1) Periksa bak mandi/WC, drum dan tempat-tempat penampungan air lainnya. 2) Jika tidak tampak, tunggu
0,5-1 menit, jika ada jentik ia akan muncul
kepermukaan air untuk bernafas. 3) Ditempat yang gelap gunkan senter. 4) Periksa juga vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng, plastik, ban bekas, dan lain-lain. Tempat-tempat lain perlu diperiksa oleh antara lain talang/saluran air yang rusak/ tidak lancar, lubang-lubang pada potongan bambu, pohon, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan air tergenang. Jentik-jentik yang di temukan di tempat-tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah (bak mandi, drum, sampah-sampah dan barang-barang bekas yang dapat manampung air hujan) dapat di pastikan bahwa jentik tersebut adalah nyamuk aedes aegypti penular demam berdarah dengue (DBD). Jentik-jentik yang terdapat di selokan bukan jentik nyamuk aedes aegypti.
7. Faktor-Faktor
Yang
Berhubungan
Dengan
Kejadian
Demam
BerdarahDengue (DBD) Menurut (Widoyono 2010) terjadinya suatu penyakit disebabkan oleh lebih dari satu faktor (Multiple Causal).Faktor-faktor tersebut adalah penyebab penyakit (agent), pejamu (host), dan lingkungan (environment).
a. Peyebab (agent) Virus merupakan parasit yang hanya dapat hidup dalam sel hidup.Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B, yaitu arthropod-borne atau virus yang disebarkan oleh artropoda.Virus ini termasuk genus flavivirus dari famili flaviviridae.Nyamuk aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat menghisap darah dari seseorang yang sedang berada pada tahap demam akut (viraemia). Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik selama 8 sampai 10 hari, kelenjar ludah aedes akan menjadi terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk
13
menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya kedalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi instrinsik selama 3-14 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit secara mendadak, yang ditandai dengan demam, pusing, nyeri otot (myalgia), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala non spesifik seperti mual-mual (nausea), muntah dan ruam pada kulit (rash). Viraemia biasanya muncul pada saat atau persis sebelum gejala awal penyakit tampak dan berlangsung selama kurang lebih 5 hari setelah dimulainya penyakit.Saat-saat tersebut merupakan masa kritis dimana penderita dalam masa sangat infektif untuk vektor nyamuk yang berperan dalam siklus penularan (Widoyono 2010).
b. Faktor Pejamu (Host) Virus
dengue
dapat
menginfeksi
manusia
dan
beberapa
spesies
primata.Manusia merupakan reservoir utama virus dengue di daerah perkotaan.Beberapa variable yang berkaitan dengan karakteristik pejamu adalah umur, jenis kelamin, pendidikan dan pengetahuan (Muliani & Maryani, 2010).
1) Umur dan Jenis Kelamin Usia merupakan variabel yang penting dari seseorang karena angka kesakitan dan kematian hampir semua keadaannya menunjukkan hubungan usia.Jenis kelamin mempengaruhi status kesehatan karena ada penyakit yang terjadi lebih banyak atau hanya ditemukan mungkin pada wanita atau hanya laki-laki (Muliani & Maryani, 2010). Wibisono (2010) mengemukakan bahwa kerentanan penjamu terhadap DBD yaitu umur dan jenis kelamin. Yang banyak terinfeksi DBD adalah kelompok umur 15-19 tahun dan jenis kelamin yang terbanyak menderita DBD adalah perempuan.
2) Perilaku manusia
14
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat (Sunaryo,2004). Perilaku kesehatan (health behaviour) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang memengaruhi sehatsakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Oleh sebab itu perilaku kesehatan ini pada garis besarnya dikelompokkan menjadi tiga yakni (Notoatmodjo, 2010) : a) Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilku yang tidak didasari oleh pengetahuan, biasanya pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya. Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : (1). Tahu (know), yang termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu tentang speifik seluruh bahan
15
yang dipelajari atau merangsang yang diterima, oleh sebab itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. (2). Memahami (Comprehension), orang yang telah paham objek atau materi
harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainyaterhadap objek yang dipelajari (3). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi sebenarnya. (4). Analysis, merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur dan masih ada kaitan satu sama lain. (5). Sintesis, suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formuasi yang lama. (6). Evaluasi, yaitu berkaitan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan pada suatu cerita yang ditentukan sendiri menggunakan cerita yang telah ada.
b) Sikap Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek, baik yang bersifat interen maupun eksteren sehingga manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut.Tingkatan sikap adalah menerima, merespon, menghargai
dan
bertanggung
jawab.Sikap
seseorang
sangat
mempengaruhi perilaku baik sikap positif maupun negatif. Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni : (1). Kepercayaan (keyakinan), ide atau konsep terhadap suatu objek (2). Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
16
(3). Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, atau keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan sikap, yaitu : (a). Menerima (receiving) artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh objek. (b). Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan
dan
menyelesaikan
tugas
yang
lain
untuk
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. (c). Menghargai
(valuing)
mengajak
orang
mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga (kecenderungan untuk bertindak). (d). Bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
c) Praktik atau tindakan Menurut Notoatmodjo (2007), praktik atau tindakan adalah sesuatu yang dilakukan atau perbuatan. Tindakan terdiri dari empat tingkatan yaitu: (1) Persepsi (Perception), mengenal dan memilih berbagai object sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. (2) Respon terpimpin (Guided response), melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh. (3) Mekanisme
(Mechanism),
apabila
seseorang
telah
dapat
melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
17
(4) Adoption (Adopsi), suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan. Hasil penelitian Tedi (2005), membuktikan bahwa pengetahuan, sikap, dan praktik (tindakan) ada hubungan yang signifikan dengan kejadian demam berdarah dengue.
c.
Faktor Lingkungan (Enviroment) Habitat vektor mempelajari hubungan antara vektor dan lingkungannya atau mempelajari bagaimana pengaruh lingkungan terhadap vektor (Muliani & Maryani, 2010).
1) Lingkungan Fisik Lingkungan fisik diantaranya jenis tempat penampung air/container dan keberadaan benda yang dapat menampung air di sekitar rumah(Muliani & Maryani, 2010).
a) Kondisi Tempat Penampungan Air Secara fisik macam tempat penampungan air dibedakan lagi berdasarkan bahan tempat penampungan air (logam, plastik, porselin, fiberglass,
semen,
tembikar
dan
lain-lain),
warna
tempat
penampungan air (putih, hijau, coklat dan lain-lain), letak tempat penampungan air (di dalam atau di luar rumah), penutup tempat penampungan air (ada atau tidak ada), pencahayaan pada tempat penampungan air (terang atau gelap). Untuk meletakkan telurnya, nyamuk betina tertarik pada kontainer berair yang berwarna gelap, terbuka dan terutama yang terletak di tempat-tempat yang terlindung dari sinar matahari.Telur diletakkan di dinding kontainer di atas permukaan air, setelah 5-10 hari larva menjadi pupa dan 2 hari kemudian nyamuk dewasa. (Depkes RI, 2010). Berdasarkan (Satun Setiawan, 2009) dalam penelitiannya kejadian DBD di Kabupaten
18
Banyumas , menyatakan jenis tempat penampungan air (OR = 5,500) dengan hasil analisis menunjukkan ada hubungan dengan kejadian DBD (Depkes RI, 2011). 2) Lingkungan Biologi Nyamuk
Aedes
aegypti
pada
perkembangannya
mengalami
metamorphosis lengkap, mulai dari telur-larva-pupa-dewasa.Telur nyamuk Aedes aegypti berukuran kurang lebih 50 mikron, berwarna hitam berbentuk oval seperti torpedo. Bila berada di dalam air dengan suhu 20-40 C akan menetas menjadi larva instar I dalam waktu 1-2 hari. Pada kondisi optimum larva I akan terus berkembang menjadi II,III dan IV yang kemudian menjadi nyamuk dewasa dalam 2-3 hari. Pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes aegypti lebih banyak ditemukan berturut-turut pada bejana yang terbuat dari logam, tanah lihat, semen dan plastik.Lingkungan biologi yang mempengaruhi tempat perindukan adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman di perkarangan yang mempengaruhi kelebapan dan pencahayaan di dalam ruamah (Herra Superiyatna, 2011).
3) Lingkungan Sosial Ekonomi Pendapatan keluarga, aktifitas sosial, kepadatan hunian, kemiskinan dan kondisi rumah adalah faktor-faktor yang ikut berperan di dalam penularan DBD.Semakin baik tingkat pendapatan keluarga, semakin mampu keluarga itu untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk dalam hal pencegahan dan pengobatan suatu penyakit. Semakin sering seseorang beraktifitas secara massal di dalam ruangan ( arisan , kantor, sekolah, dll) pada waktu puncak aktifitas nyamuk aedes aegypty mengigit, semakin besar resiko orang tersebut untuk tertular dan menderita penyakit DBD. Hunian yang padat akan memudahkan penularan DBD dari satu orang ke orang lainnya..Kondisi rumah yang lembab, dengan pencahayaan yang kurang ditambah dengan saluran air yang tidak lancar mengalir,
19
disenangi oleh nyamuk penular DBD, sehingga risiko menderita DBD pun semakin besar.
B. Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) 1. Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue (KLB DBD) Pemantauan kemungkinan terjadinya KLB DBD dilaksanakan oleh setiap unit pelayanan kesehatan dan masyarakat, baik terhadap penderita maupun pemantaun jentik berkala intensifikasi pemantauan kemungkinan terjadinya KLB DBD. Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas kesehatan Propinsi dan Kementerian kesehatan terutama berdasarkan data dan informasi adanya peningkatan serangan kejadian DBD yang diperoleh dari laporan bulanan KLB Dinas kesehatan Kabupaten/Kota sesuai pedoman penyelenggaran system surveilans penyakit menular dan tidak menular. SKD-KLB DBD juga berdasarkan data curah hujan serta perkembangan nyamuk melalui pemantauan jentik berkala.Pemantauan jentik berkala sebaiknya wajib dilaksanakan di tempat-tempat umum, seperti sekolah, mesjid, pasar, gedung pertemuan (Depkes RI, 2010).
2. Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue (KLB DBD) Penangulangan KLB DBD terutama diarahkan pada upaya pemutusan mata rantai penularan kasus-nyamuk-orang sehat.Pengobatan bersifat simptomatis. Upaya pencegahan terutama diarahkan dalam upaya pencegahan terjadinya KLB sebagai berikut (Depkes RI, 2010) : a. Penyelidikan Epidemilogi Penyelidikan dilakukan terhadap dugaan DBD.Adanya KLB DBD sering rancu dengan adanya KLB DBD, oleh karena itu disamping distribusi gejala dan tanda-tanda dari sekelompok penderita yang dicurigai, diagnosis dapat didukung dengan pemeriksaan laboratoris (Elisa) pada sebagian penderita. b. Upaya Penanggulangan
20
Penaggulangan KLB dilaksanakan terhadap 3 kegiatan utama, yaitu penyelidikan KLB, upaya pengobatan dan upaya pencegahan KLB serta penegakan system surveilans ketat selama periode KLB. Untuk memutus mata rantai penularan kasus-nyamuk-orang sehat perlu dilakukan tindakan pemberantasan KLB DBD yaitu gerakan pemberantasan sarang nyamuk, pemberian larvasida, memelihara ikan pemakan jentik, perlindungan diri menggunakan reppelant, anti nyamuk bakar dan sejenisnya, penggunaan kelambu serta isolasi penderita agar tidak digigit nyamuk. Pada daerah KLB dapat dilakukan penyeprotan (fogging) untuk membunuh nyamuk dewasa terinfeksi yang dilakukan pada wilayah KLB sebanyak 2 kali penyemprotan dengan interval satu minggu. c. Surveilans Ketat Pada KLB Perkembangan kasus dan kematian setiap hari disampaikan ke Dinas kesehatan
Kabupaten/Kota.Dilakukan
analisis
mingguan
terhadap
perkembangan kasus dan kematian.
3. Kegiatan Penanggulangan KLB DBD Jika terjadi KLB, maka kegiatan tersebut di bawah ini harus dilakukan (Depkes RI, 2006) : a. Pengobatan/perawatan penderita. b. Penyelidikan epidemiologi. c. Pemberantasan vector. d. Penyuluhan kepada masyarakat. e. Evaluasi/penilaian penanggulangan KLB.
Menurut Hanim (2013), dalam Program Pengendalian Penyakit Menular : Demam
Berdarah
Dengue
dua
prinsip
pemberantasan vektor, yaitu:
a. Pemberantasan vektor stadium dewasa
dalam
membuat
perencanaan
21
Pemberantasan vektor penyakit DBD pada waktu terjadi wabah sering dilakukan fogging atau penyemprotan lingkungan rumah dengan insektisida malathionyang ditujukan pada nyamuk dewasa. Caranya adalah dengan menyemprot atau mengasapkan dengan menggunakan mesin pengasap yang dapat dilakukan melalui darat maupun udara. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengasapan rumah dengan malathionsangat efektif untuk pemberantasan vektor. Namun kegiatan ini tanpa didukung dengan aplikasi abatisasi, dalam beberapa hari akan meningkat lagi kepadatan nyamuk dewasanya, karena jentik yang tidak mati oleh pengasapan akan menjadi dewasa, untuk itu dalam pemberantasan vector stadium dewasa perlu disertai aplikasi abatisasi.
b. Pemberantasan vektor stadium jentik. Pemberantasan vektor stadium jentik dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida maupun tanpa insektisida. 1) Pemberantasan jentik dengan insektisida. Insektisida yang digunakan untuk memberantas jentik Aedes aegypti disebut larvasida yaitu abate. Abate SG 1 % diketahui sebagai larvasida yang paling aman disbanding larvasida lainnya, dengan rekomendasi WHO untuk dipergunakan sebagai pembunuh jentik nyamuk yang hidup pada persediaan air minum penduduk, sehingga kegiatannya sering disebut abatisasi.Untuk pemakaiannya dengan dosis 1 ppm (part permillion), yaitu setiap 1 gram abate 1 % untuk setiap 10 liter air. Abate setelah ditaburkan ke dalam air maka butiran pasirnya akan jatuh sampai ke dasar dan racun aktifnya akan keluar serta menempel pada poripori dinding tempat air, dengan sebagian masih tetap berada dalam air. Tujuan abatisasi adalah untuk menekan kepadatan vektor serendah rendahnya secara serentak dalam jangka waktu yang lebih lama, agar transmisi virus dengue selama waktu tersebut dapat diturunkan.Sedang fungsi abatisasi bisa sebagai pendukung kegiatan fogging yang dilakukan
22
secara bersama-sama, juga sebagai usaha mencegah letusan atau meningkatnya penderita DBD.
2) Pemberantasan jentik tanpa insektisida. Cara pemberantasan vektor stadium jentik tanpa menggunakan insektisida
lebih
dikenal
dengan
pembersihan
sarang
nyamuk
(PSN).Kegiatan ini merupakan upaya sanitasi untuk melenyapkan kontainer yang tidak terpakai, agar tidak member kesempatan pada nyamuk ades aegypti untuk berkembang biak pada kontainer tersebut. Tindakan pembersihan sarang nyamuk meliputi tindakan menguras air kontainer secara teratur seminggu sekali, menutuprapat kontainer air bersih, dan menguburkontainer bekas seperti kaleng bekas, gelas plastik, barang bekas lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga menjadi sarang nyamuk (dikenal dengan istilah tindakan ‘3M’).
4. Penyuluhan Kegiatan penyuluhan dikoordinasikan dengan kepala wilayah setempat (Bupati/Walikota/Camat/Lurah). Kegiatan ini dapat berupa beberapa macam kegiatan yakni (Fathi dan Catharina, 2005) : a. Pertemuan dengan lintas sektor terkait (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Departmen Agama, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Kelurahan/Desa dsb). b. Penyuluhan melalui media elektronik dan media cetak. c. Penyuluhan di sekolah, tempat ibadah, tempat pemukiman, pasar, dsb. d. Penyuluhan melalui Ketua RT/RW.
5. Evaluasi Kegiatan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Hanim (2013, dalam Program Pengendalian Penyakit Menular : Demam Berdarah Dengue ) kegiatan dan evaluasi epidemiologi setelah penanggulangan KLB. Penilaian operasional kegiatan ditujukan untuk mengukur
23
% (jangkauan) pemberantasan vektor dari jumlah yang direncanakan.Penilaian ini dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah penderita secara acak dan kunjungan ke wilayah yang direncanakan untuk dilakukan pengasapan, larvasida dan penyuluhan.Pada saat kunjungan itu, dilakukan wawancara untuk mengetahui
apakah
kegiatan
pemberantasan
vektor
memang
sudah
dilakukan.Tujuan evaluasi epidemiologi adalah mengetahui dampak upaya penanggulangan terhadap jumlah penderita dan jumlah kematian akibat DBD. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan data kasus/kematian sebelum dan sesudah usaha penanggulangan DBD. Data kemudian dibandingkan pula dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya.
C. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen 1. Faktor Pejamu (host) Pengetahuan Sikap Tindakan
Variabel Dependen
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)
2. Faktor Lingkungan (environment) Kondisi tempat penampungan air
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
D. Hipotesis Penelitian Ha : ada hubungan faktor pejamu (host) dengan kejadianDBD di masyarakat Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai 2015.
24
Ha : ada hubungan faktor lingkungan (environment) dengan kejadian DBD di masyarakat Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai 2015.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional. Desain yang digunakan pada penelitian ini case control (retrospective) yaitu untuk menetapkan ada tidaknya faktor resiko yang berperan pada kelompok kasus, dengan membandingkan ada tidaknya faktor resiko yang berperan pada kelompok kontrol yang dilihat secara retrospective.
B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga salah satu anggota keluarganya perna penderita DBD dan tidak perna penderita DBD di Desa Bingkat Dusun IX pada Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015.
2. Sampel Sampel adalah obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini adalah : a. Sampel penelitian untuk Kelompok kasus adalah keluarga yang salah satu anggotanya ada yang menderita demam berdarah melalui diagnosa dokter atau pemeriksaan laboratorium dan tercatat di wilayah kerja Puskesmas Desa Bingkat Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai pada Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015. Teknik pengambilan sampel pada kelompok kasus adalah dengan teknik total sampling. b. Sampel kontrol adalah keluarga yang salah satu anggotanya tidak/belum perna ada yang menderita demam berdarah dengan jumlah yang sama dengan kelompok kasus. Teknik pengambilan sampel pada kelompok kontrol adalah dengan simple random sampling yaitu memilih beberapa keluarga yang dalam satu lingkungan dengan kelompok kasus.
25
26
Besar sampel pada penelitian adalah 54 keluarga dengan 27 keluarga untuk kelompok kasus dan berdasarakan jenis penelitian case control, sampel pada penelitian ini menggunakan perbandingan kasus dan kontrol 1:1. Maka kelompok kontrol 27 keluarga.Sasaran wawancara dalam rangka pengisian kuesioner adalah ibu rumah tangga sebagai orang yang memperhatikan kebersihan lingkungan rumah. Apabila karena sesuatu dan lain hal ibu rumah tangga tidak dapat diwawancarai maka digantikan dengan anggota keluarga yang lain (orang yang tinggal satu rumah) yang dianggap bertanggung jawab dalam hal mengatur kebersihan lingkungan rumah.
C. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai.
D. Waktu penelitian Waktu penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2015.
27
E. Defenisi Operasional Penelitian Tabel 3.1. Defenisi Operasional No 1
2
Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Penelitian V. Independen Faktor Pejamu (Host) a. Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner diketahui responden yang berkaitan dengan pengertian, cara penularan, tanda dan gejala, pencegahan DBD.
Hasil Ukur
b. Sikap
Tanggapan atau reaksi Kuesioner responden mengenai sikap penanggulangan dan perlindungan terhadap DBD.
Baik (>75%) Cukup (50-74%) Kurang (<50%)
c. Tindakan
Segala sesuatu yang Kuesioner telah dilakukan responden sehubungan dengan pengetahuan, pemberantasan sarang nyamuk, pencegahan dan penularan tentang DBD.
Faktor Lingkungan (Environment) a. Kondisi tempat penambungan air
Benda-benda yang dapat menampung air seperti gentong, bak mandi, Kuesioner ember,atau bendabendan dengan kondisi tertutup atau terbuka dan keberadaan jentik nyamuk.
V. Dependen Kejadian DBD
Masyarakat yang kuesioner bertempat tinggal di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang
Skala Ukur
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Baik : 6-11 Buruk : 0-5
Ordinal
1. Pernah anggota keluarga yang Ordinal mengalami penyakit DBD.
28
Bedagai yang perna di diagnose dengan DBD.
2. Tidak pernah anggota keluarga mengalami penyakit DBD.
F. Aspek Pengukuran Kuesioner telah di uji kevaliditasannya oleh penguji sebelumnya yaitu Meutia Wardhanie Ganie.Dimana instrument telah disusun bersifat dapat dipercaya atau reliable dengan Cronbach’s alpha > 0.6 yaitu pengetahuan bernilai 0.622, sikap bernilai 0.728, tindakan bernilai 0.605. 1.Pengukuran Faktor Pejamu (Host) Kuesioner yang berisi pertanyaan dan peryataan tentang DBD sebanyak 16 dengan 6 item untuk pertanyaan pengetahuan dan 5 item untuk pernyataan sikap dan 5 item pertanyaan untuk mengukur tindakan. Dimana jika ya maka skor 2 dan tidak maka skor 0. Adapun kriteria yang digunakan peneliti dalam penelitin ini mengacu pada teori Nursalam (2003) yaitu : 1. Baik
: Bila pertanyaan dijawab benar oleh responden >75%.
2. Cukup
: Bila pertanyaan dijawab benar oleh responden 40 – 74%
3. Kurang
: Bila pertanyaan dijawab benar oleh responden <40%
Adapun rumus persentase yang digunakan adalah sebagai berikut :
Keterangan : P : Persentase a : Jumlah pertanyaan yang dijawab benar b : Jumlah semua pertanyaan 2.Pengukuran Faktor Lingkungan (Enviroment) Menggunakan lembar observasi dengan keberadaan jentik yaitu Tidak ada di beri skor 1 dan Ada diberi skor 0. Keadaan tempat penampungan air Bersih diberi skor 1 dan Kotor diberi skor 0, Tertutup diberi skor 1 dan Terbuka diberi skor 0.
29
p= Keterangan : P
: panjang kelas
Rentang
: skor tertinggi-skor terendah
Banyak kelas : jumlah kategori
P= P= P= 5,5 Berdasarkan jumlah yang didapat pada lembar observasi jika didapat skor tinggi maka lingkungan baik sebaliknya jika didapat skor rendah maka lingkungan buruk dan dapat dikategorikan sebagai berikut :
Baik: 6 - 11 Buruk : 0 – 5 3.Pengukuran Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Untuk mengukur kejadian DBD terdapat satu pertanyaan.Untuk mengetahui penderita DBD dengan pilihan jawaban Perna untuk penderita DBD dan Tidak Perna untuk tidak penderita DBD.
G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Alat Pegumpulan Data a. Kuesioner Tingkat pengetahuan responden tentang PSN DBD diukur dengan menggunakan pertanyaan kuesioner, pertanyaan meliputi pengetahuan reponden tentang kejadian penyakit DBD (penyebab dan vektornya), pengetahuan tentang 3M (menguras, menutup dan mengubur) pengertian dan manfaatnya, serta pengetahuan tentang abatisasi dan manfaatnya. Tingkat sikap
responden
tentang
DBD
diukur
dengan
menggunakan
30
kuesioner.Pernyataan sikap meliputi pendapat tentang bahaya nyamuk, pernyataan tentang 3M (menguras, menutup dan mengubur) dan pernyataan tentang abatisasi.Tindakan responden tentang DBD diukur dengan menggunakan kuesioner.Pertanyaan meliputi tindakan yang sudah dilakukan oleh reponden sebagai tindakan untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
b. Obeservasi Obeservasi yang akan dilakukan penelitian ini pada lingkungan rumah responden terkait dalam benda-benda yang dapat penampung air seperti bak mandi,bak WC, gentong, ember dll. Dalam kondisi tertutup atau terbuka.Keberadaan jentik nyamuk yang ada di tempat penampungan air didalam rumah ataupun diluar rumah.
2. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data, sebagai berikut : a. Peneliti meminta izin kepada bagian akedemik FKK USM-Indonesia untuk melakukan penelitian. b. Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Kepala Desa Bingkat Dusun IX untuk melakukan penelitian. c. Peneliti mendatangi ke rumah responden dengan kelompok kasus ataupun kelompok kontrol, peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan diadakan penelitian ini, serta meminta persetujuan responden untuk mengisi kuesioner dan bersedia lingkungan rumhanya di observasi. d. Peneliti
memberikan
informed
consent
kepada
responden
sebagai
persetujuan untuk memberikan tanda tangannya pada lembar persetujuan tersebut. e. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden. f. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden cara pengisian kuesioner. g. Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.
31
h. Peneliti memberikan waktu 15 menit kepada responden untuk mengisi kuesioner. i. Peneliti mengumpulkan kembali lembar kuesioner setelah selesai mengisi. j. Peneliti memeriksa kelengkapan kuesioner yang telah diserahkan dan meminta responden melengkapinya apabila ada jawaban kuesioner yang belum lengkap dan mengumpulkannya kembali. k. Peneliti melakukan observasi dengan bantuan tenaga kesehatan setempat dengan keadaan yang sebenarnya.
H. Etika Penelitian Etika penelitian untuk melindungi hak-hak responden, menjamin kerahasiaan responden, dan peneliti dalam kegiatan penelitian. Penelitian ini bersifat sukarela dan responden berhak untuk mengundurkan diri dari proses penelitian bila dikehendaki. Menurut Hidayat (2007) etika penelitian yang harus diperhatikan oleh setiap peneliti antara lain:
1. Lembar persetujuan (Informed Consent) Informed consent diberikan sebelum subjek mengatakan kesediaannya untuk menjadi responden.Informed consent bertujuan untuk mengetahui informasi tentang penelitian yang akan dilakukan. Untuk itu responden dapat memutuskan kesediaannya untuk menjadi responden atau tidak.
2. Tanpa nama (Anonymity) Peneliti memberikan jaminan pada responden dalam menggunakan subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama atau responden dalam lembar alat ukur. Peneliti akan menggunakan kode saat mengolah data dan mempublikasikannya.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
32
Informasi yang telah diberikan oleh responden akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti, kecuali sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
I. Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan data penelitian dilakukan dengan tahap-tahap : a. Editing Editing dilakukan dengan cara meneliti kembali isian lembar daftar pertanyaan sudah lengkap atau belum. Hal ini dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga apabila terdapat kekurangan dapat segera diperbaiki. b. Coding Memberi kode pada karakteristik responden maupun pertanyaan yang terdapat didalam kuesioner untuk mempermudah pengolahan data. c. Tabulasi Menyusun data yang telah diberi kode kedalam program komputer, kemudian dijumlahkan, disusun dan disajiakan dalam bentuk table. Setelah itu menginterprestasikan data tersebut dalam bentuk narasi. d. Analisa Data 1) Univariat Analisa data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentasi tiap variable yang diteliti.Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan proposinya. 2) Bivariat Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan antar variable, yaitu variable independen dan variable dependen, akan dianalisa dengan uji statistik chisguare menggunakan hitungan statistik yang sesuai ( Notoatmodjo, 2007), dimana kemaknaan
= 0,05. Apabila nilai p value< 0,05, maka Ho ditolak
yang artinya ada hubungan faktor dengan kejadian DBD dan apabila p value > 0.05 maka Ho diterima yang artinya tidak ada hubungan faktor dengan kejadian DBD . Analisa akan dilakukan dengan menggunakan program komputer.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Bingkat merupakan salah satu desa yang ada di wilayah Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai terdiri atas 10 Dusun yaitu Dusun Berkah, Dusun Tegalsari, Dusun I, Dusun IX, Dusun XA , Dusun XB , Dusun XI, Dusun 50, Dusun Jawa, Dusun Bersama, dimana jarak antara Dusun dengan Dusun lain hanya dibatasi oleh jalan. Jumlah penduduk keseluruhan 80.401 jiwa, yang terdiri dari 40.705 jiwa laki-laki dan 39.696 jiwa perempuan luas wilayah 598,96 Km2 dengan sebagian besar tanah dipergunakan untuk pemungkiman, pertanian dansarana umum (kantor, sekolah, kuburan dll) dan terdapat pelayanan kesehatan yaitu satu puskesmas dan tiga posyandu. Jarak antar rumah saling berdekatansehingga Dusun IX termasuk padat penduduk di bandingkan antara Dusun yang lainnya.Tempat pembuangan sampah sangat dekat dengan rumah warga. Selokan yang berada didepan rumah warga tidak berfungsi dan penuh dengan sampah sehingga jika hujan turun maka akan adanya banyak genangan air yang tidak mengalir. Pekerjaan penduduk Desa Bingkat Dusun IX adalah bertani dan berdagang, sebagian besar penduduk lainnya bekerja sebagai pegawai negeri/swasta (Wiraswasta) dan mayoritas para istri tidak bekerja, dari pekerjaan penduduk terjadi tingkat mobilitas tinggi disebabkan oleh perpindahan atau perjalanan masyarakat keluar daerah dalam alasan lokasi pendidikan dan lokasi perkerjaan.
B. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian mengenai Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Derdarah Dengue (DBD) Di masyarakat Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015, maka hasil penelitian sebagai berikut:
33
34
1. Analisis Univariat a. Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Desa Bingkat Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 ( n= 54) Umur < 20 Tahun 20 – 30 Tahun < 30 Tahun Pendidikan SD SMP SMA Sarjana
(n) 3 16 35 54 (n) 21 20 9 4 54
(%) 5,6 29,6 64,8 100 (%) 38,9 37,0 16,7 7,4 100
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa umur responden mayoritas >30 tahun sebanyak 35 orang (64,8%), pendidikan responden mayoritas tamatan SD sebanyak 21 orang (38,9%).
b. Faktor Pejamu Berdasarkan data penelitian dapat dilihat gambaran umum responden berdasarkan faktor pejamu pada tabel berikut: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Tentang Pengetahuan Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 (n= 54) Pengetahuan Baik Cukup Kurang
(n) 3 17 34 54
(%) 5,6 31,5 63,0 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden mayoritas kurang sebanyak 34 orang (63%).
35
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Tentang Sikap Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 ( n= 54) Sikap Baik Cukup Kurang
(n) 6 9 39 54
(%) 11,1 16,7 72,2 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden mayoritas kurang sebanyak 39 orang (72,2%). Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Tentang Tindakan Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 ( n= 54) Tindakan Baik Cukup Kurang
(n) 4 8 42 54
(%) 7,4 14,8 77,8 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden mayoritas kurang sebanyak 42 orang (77,8%).
c. Faktor Lingkungan Berdasarkan data penelitian dapat dilihat gambaran umum responden berdasarkan faktor lingkungan pada tabel berikut : Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Tentang Faktor Lingkungan Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015 ( n= 54) Faktor Lingkungan Baik Buruk
(n) 19 35 54
(%) 35,2 64,8 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa faktor lingkungan responden mayoritas buruk sebanyak 35 orang (64,8%).
36
2. Analisis Bivariat a. Analisis Hubungan Faktor Pejamu Dengan Kejadian DBD Tabel 4.6 Tabulasi Silang Hubungan Faktor Pejamu Dengan Kejadian DBD di Desa Bingkat Dusun IX Tahun 2015 (n=54) Faktor Pejamu Baik Cukup Kurang Total
Kejadian DBD Pernah Tidak Pernah n % N % 1 1,9 2 3,7 2 3,7 12 22,2 24 44,4 13 24,1 27 50,0 27 50,0
Jlh n 3 14 37 54
P (value) % 5,6 25,9 68,5 100
0,005
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 5,6 % faktor pejamu (perilaku) responden dalam kategori baik sebanyak 3 orang dimana terdapat 1 (1,9%) responden pada kelompok kasus dan 2 (3,7%) responden pada kelompok kontrol, dan dari 25,9% faktor pejamu (perilaku) responden dalam kategori cukup sebanyak 14 orang dimana terdapat 2 (3,7%) responden pada kelompok kasus dan 12 (22,2%) responden pada kelompok kontrol, dan dari 68,5% faktor pejamu (perilaku) responden dalam kategori kurang sebanyak 37 orang dimana terdapat 24 (44,4%) responden pada kelompok kasus dan 13 (24,1%) responden pada kelompok kontrol.
Hasil perhitungan statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p (value) = 0,005 yang berarti ada hubungan antara faktor pejamu (perilaku) terhadap kejadian DBD di Desa Bingkat Dusun IX.
37
b. Analisis Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian DBD Tabel 4.7 Tabulasi Silang Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian DBD di Desa Bingkat Dusun IX Tahun 2015 (n=54) Faktor Lingkungan Baik Buruk Total
Kejadian DBD Pernah Tidak Pernah n % n % 5 9,3 14 25,9 22 40,7 13 24,1 27 50,0 27 50,0
Jlh n 19 35 54
P (value) % 35,2 64,8 100
0,010
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari 35,2% faktor lingkungan responden dalam kategori baik sebanyak 19 orang dimana terdapat 5 (9,3%) responden pada kelompok kasus dan 14 (25,9%) responden pada kelompok kontrol, dan dari 64,8% faktor lingkungan responden dalam kategori buruk sebanyak 35 orang dimana terdapat 22 (40,7%) responden pada kelompok kasus dan 13 (24,1%) responden pada kelompok kontrol.
Hasil perhitungan statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p (value) = 0,010 yang berarti ada hubungan antara faktor lingkungan terhadap kejadian DBD di Desa Bingkat Dusun IX.
C. Pembahasan 1. Hubungan Faktor Pejamu Dengan Kejadian DBD Perilaku responden terhadap upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue
(PSN-DBD)
khususnya
pelaksanaan
3M
(Menutup,
Mengubur, dan Menguras Tempat Penampungan air) adalah untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui tentang adanya penyakit DBD tersebut disekitarnya dan sampai sejauh mana responden mengetahui cara-cara untuk memberantasnya sehingga penyakit tersebut dapat dihindari. Perilaku manusia merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat (Sunaryo,2004).
38
Pengetahuan menurut Notoadmodjo (2003) adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (over behavior). Menurut Rogers dalam Notoadmodjo (2003) menyatakan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku, didalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan yaitu :Awareness (kesadaran), Interest (tertarik), Evaluation (menimbang-nimbang), Trial (mencoba) dan Adoption.
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut.Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuain respons terhadap stimulus tertentu. Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni : Menerima (receiving), Merespon (responding), Menghargai (valuing) dan Bertanggung jawab (responsible).
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang diperoleh dari responden dapat dilihat bahwa faktor pejamu (perilaku) responden masih kurang banyak ibu rumah tangga yang tidak mengetahui perilaku dalam PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) seperti dalam pertanyaan untuk pengetahuan, sikap dan tindakan seperti menguras bak penampungan air walaupun air terlihat bersih, menutup tempat penampungan air yang tidak terpakai, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampunng air, menaburkan bubuk abate pada bak penampungan air yang di pakai setiap hari.
Bila dilihat dari penelitian ini, ibu rumah tangga tidak mengetahui banyak tentang informasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), hal ini didukung dari pendidikan responden mayoritas lulusan SD (38,9%) dan SMP (37,0%). Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat di peroleh dari informasi yang di sampaikan orang lain, di dapat dari buku, surat kabar atau
39
media masa, elektronik. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap dan tindakan seseorang. Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang di hadapi (Notoatmodjo,2007).
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa faktor pejamu responden mayoritas kurang sebanyak 68,5%. Bila dilihat dari penelitian ini, masih banyak ibu yang tidak mengetahui perilaku dalam pemeberantasan sarang nyamuk, jika nyamuk penyebab demam berdarah berkembangbiak di air yang bersih dan nyamuk menggigit di waktu siang hari dari pada malam hari, hal ini terjadi karena bila dilihat dari pendidikan responden, mayoritas pendidikan ibu rumah tangga adalah tamatan SD dan SMP sehingga informasi tentang faktor penyebab DBD masih kurang. Selain itu kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan atau informasi yang dapat diberikan dari tenaga kesehatan dalam pencegahan DBD dan ketidaktauan masyarakat akan fogging.
Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai p value = 0,005, yang berarti ada hubungan yang signifikan terhadap faktor pejamu (perilaku) dengan kejadian DBD. Hal ini sesuai dengan penelitianSumekar (2005), dalam penelitiannya menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor perilaku dengan keberadaan jentik (p = 0,001) dan didukung oleh penelitian Fathi, dkk (2007) menemukan bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan memiliki hubungan dengan kejadian DBD (p = 0,003) di Kota Mataram Nusa tenggara Barat.
Menurut peneliti, faktor pejamu ibu rumah tangga dalam pemberantasan sarang nyamuk masih kurang di akibatkan ibu tidak jelas mengetahui bagaimana melakukan pemberantasan sarang nyamuk dan pencegahan terhadap penyakit DBD.Hal ini di sebabkan mayoritas ibu rumah tangga hanya menghabiskan waktunya di rumah dan kurangnya informasi yang didapatkan dari media
40
informasi tentang pemberantasan sarang nyamuk (PSN) seperti spanduk, slogan dll, yang dapat memberikan pengetahuan kepada ibu-ibu rumah tangga.
2. Hubungan Faktor Lingkungan Dengan Kejadian DBD Tempat potensial untuk perindukan nyamuk aedes aegypti adalah tempat penampungan air (TPA) yang digunakansehari-hari yaitu drum, bak mandi, bak WC, gentong, ember dan lain-lain. Tempat perindukan lainnya yang non TPA adalah vas bunga, ban bekas, botol bekas, tempat minum burung, tempat sampah dan lain-lain (Soegijanto, 2004).Tempat perindukan Aedes aegypti berupa genangan-genangan air yang tertampung di suatu wadah yang biasa disebut kontainer (bukan genangan-genangan air di tanah) dan lebih menyukai kontainer yang di dalam rumah dari pada di luar rumah. Hal ini disebabkan suhu di dalam rumah relative lebih stabil ( Sumadji, 2009).
Faktor lingkungan yang berperan terhadap timbulnya penyakit DBD diantaranya lingkungan pekarangan yang tidak bersih, seperti bak mandi yang jarang dikuras, pot bunga, genangan air di berbagai tempat, ban bekas, batok kelapa, potongan bambu, drum, kaleng-kaleng bekas serta botol-botol yang dapat menampung air dalam jangka waktu yang lama. Lingkungan non fisik yang berperan dalam penyebaran DBD adalah kebiasaan menyimpan air serta mobilitas masyarakat yang semakin meningkat (Depkes, 2004).
Salah satu peran lingkungan adalah sebagai reservoir.Secara umum lingkungan dibedakan atas lingkungan fisik dan lingkungan non fisik.Lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar manusia, sedangkan lingkungan non fisik ialah lingkungan yang muncul akibat adanya interaksi antar manusia (Mansjoer A et al., 2001).
Faktor lingkungan fisik yang berperan terhadap timbulnya penyakit DBD meliputi kelembaban, cuaca, kepadatan larva dan nyamuk dewasa, lingkungan di dalam rumah, lingkungan di luar rumah dan ketinggian tempat tinggal.Unsur-
41
unsur tersebut saling berperan dan terkait pada kejadian infeksi virus dengue (Soegijanto S, 2003).
Hasil penelitian dapat dilihat bahwa kondisi tempat penampungan air reponden mayoritas buruk sebanyak 64,8%. Bila dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan dengan observasi pada pemukiman responden di Desa Bingkat Dusun IX banyak ditemukan jentik nyamuk di bak mandi dan bak WC dan keberadaan pembuangan sampah dekat dengan tempat tinggal responden sehingga plastik, kaleng-kaleng, botol, ember, ban bekas, tempurung kelapa berserakan atau menumpuk. Hal ini menggakibatkan tingginya risiko berkembangbiaknya nyamuk aedes aegypti.Untuk menghindari agar nyamuk tidak meletakkan telurtelurnya pada tempat penampungan air bersih dilakukan pengurasan maksimal 1 kali seminggu, dari hasil kuesioner responden tidak melakukan pengurasan maksimal 1 kali seminggu dan penguburan barang bekas, hal ini berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan PSN.
Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai p value =0,010 , yang berarti ada hubungan faktor lingkungan (kondisi tempat penampungan air) dengan kejadian DBD. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Duma, dkk (2010), menyebutkan terdapat hubungan yang bermakna antara TPA dengan kejadian DBD di Kota Kendari (p = 0,000) dan di dukung oleh penelitian Awinda (2008) bahwa ada perbedaan kemungkinan risiko terkena DBD pada masyarakat yang di lingkungan rumahnya terdapat TPA dengan yang tidak terdapat TPA di lingkungan rumahnya di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekan Baru (p= 0,000).
Menurut peneliti, faktor lingkungan masih buruk di akibatkan ibu tidak jelas mengetahui bagaimana melakukan pemeberantasan sarang nyamuk dan pencegahan terhadap penyakit DBD.Hal ini terjadi di sebabkan mayoritas ibu rumah tangga dalam pengetahuan, sikap, tindakan masih kurang sehingga dalam melakukan praktek untuk PSN masih kurang maksimal.
42
D. Keterbatasan Penelitian Didalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasanatau kelemahan penelitian sebagai berikut : 1. Penelitian ini menggunakan case control dengan pendekatan retrospectivedan tidak menggunakan pendekatan prospective 2. Penelitian ini tidak menganalisis faktor sosidemografi yaitu pendidikan, pekerjaan, mobilisasi dan faktor lingkungan biologi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD di Desa Bingkat Dusun IX Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan faktor pejamu (perilaku) dengan kejadian DBD dimana nilai p value = 0,005 2. Ada hubungan faktor lingkungan (kondisi tempat penampungan air) dengan kejadian DBD dimana nilai p value = 0,010
B. Saran 1. Kepada para Masyarakat Kepada masyarakat agar lebih aktif mengukuti kegiatan penyuluhan dari tenaga kesehatan dan keikutsertaan dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan.
2. Kepada Puskesmas Di harapkan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan secara berkala dan kegiatan survey jentik, bahkan dapat di adakan kegiatan jumat bersih yang melibatkan semua kader posyandu, dan aparat kelurahan sebaiknya semakin di tingkatkan sehingga masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga lebih bertanggung jawab atas kesehatan diri sendiri dan keluarga
3. Peneliti Selanjutnya Diperlukan penelitian lain untuk menggunakan desain case control dengan pendekatan prospective serta penambahan faktor sosidemografi dan faktor lingkungan biologi.
43
DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, D.S. (2010). Stop! Demam berdarah dengue. Bandung: Universitas Padjadjaran. Amrul Hasan, (2007). Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue dan Pencegahan Gigitan Nyamuk (Aedes Aegipty) Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Bandar Lampung Tahun 2007. Tesis Program Pasca Sarjana, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Burns, N.; & Grove, S.K. (2009).The practice of nursing research : Appraisal, synthesis, and generation of evidence (6 th ed). St Louis: Saunders Elsevier. Doarest, (2010).Hubungan Perilaku Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk Dan Kebiasaan Keluarga Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kecamatn Medan Perjuangan.Yogyakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(2011).Pokok-pokok Kegiatan dan Pengolahan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM dan PL, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB),Keputusan Menkes Nomor. 949/ Menkes/ SK/VIII/2004, Depkes RI, Jakarta. Deprtemen Kesehatan Republik Indonesia.(2005). Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Depertemen Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2012). Prosedur Penanggulangan KLB dan Bencana Provinsi Sumatera Utara.Sumut.
Tetap
Dinas Kesehatan Kota Medan. (2015) Laporan Evaluasi Program Demam Berdarah di kota Medantahun 2015. Medan. Effendy.(2010). Kajian Manajemen Lingkungan Terhadap Kejadian Demam Berdarah. Jakarta. Fathi, Soedjadjadi K dan Chatarina, U W. (2005).Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram.JurnalKesehatan Lingkungan .2 (1), 1-10. Fadjari, (2008).Demam Berdarah Dengue.Jakarta. Hanim & Diffah (2013).Modul Field Lab. Program Pengendalian Penyakit Menular : Demam Berdarah Dengue.
Hairani. (2010). Demam Berdarah Dengue ( DBD ),Publishing House.Bogor. Hanifah. (2011). Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD Kecamatan Pacitan, Jawa Timur.Jawa Timur. Maryani, L. & Muliani, R (2010).Pengendalian Terpadu Vektor Virus DBD, Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Misnadiarly, (2009).Hubungan perilaku tentang pemberantsan sarang nyamuk dan kebiasaan keluarga dengan kejadian DBD di Kecamatan Perjuangan Kota Medan. Notoatdmodjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Rineka Cipta. Notoatdmodjo.(2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku.Jakarta FKUI. Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 88-92. Oktadika. (2009). Hubungan tingkat pengetahuan dengan keberadaan jentik. Yogyakarta. Soegijanto, Soegeng. (2006). Demam Berdarah Dengue Edisi Kedua. Surabaya. Airlangga Universitay Press. Sucipto, C. (2011). Vektor Penyakit Tropis.Yogyakarta: Gosyen Publishing. Widiyanto, Teguh. (2007). Kajian Manajemen Lingkungan Terhadap Kejadian Demam Berdarah. Widoyono, (2008).Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga. Widoyono, (2010).Parasitologi.Bandung: Universitas Padjadjaran. World Health Organization.(2014). Dengue and Dengue Hemmoragic Fever. Available from http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/ [Accesed at April 2013] Zulkoni A. 2011. Parasitologi.Yogyakarta: Erlangga.
Lampiran 1
INFORMED CONSENT ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DUSUN IX DESA BINGKAT KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015
Assalamu’alaykum wr,wb
Nama : Sri Arihta Sebayang Nim
: 11.02.042
Saya mahasiswi Universitas Sari Mutiara Indonesia Fakultas Keperawatan dan Kebidanan sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan sebagai sarjana keperawatan (S.Kep). Lampiran ini dibuat sebagai lembar persetujuan untuk mengikuti proses penelitian saya dari awal hingga akhir penelitian nanti. Sehubungan dengan hal tersebut, saya dengan ini meminta kesediaan Bapak/ Ibu/ saudar/I untuk menjadi respoden pada penelitiaan saya. Dengan segala kerendahan hati dan harapan agar Bapak/ ibu/ saudara/I bersedia meluangkan waktunya untuk mengikuti proses penelitian ini sesuai dengan rancaangan penelitian. Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/I dalam kegiatan penelitian ini. Wassalamu’alykum wr.wb
Hormat saya
(Sri Arihta Sebayang)
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswi Universitas Sari Mutiara Indonesia Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan yang sedang melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MASYARAKAT DESA BINGKAT DUSUN IX KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”.Dengan segala hormat saya mengharapkan sekali kesediaan saudara/i untuk meluangkan waktunya dalam mengisi kuisioner yang telah peneliti sediakan dan juga bersedia untuk di observasi (pengamatan) lingkungan rumah oleh peneliti.Identitas dan informasi yang saudara/I berikan / paparkan maka menjamin kerahasiannya. Partisipasi saudara/I bersifat sukarela, tanpa memeberikan sanksi apapun jika saja saudara/I menolak untuk menjadi reponden.Jika saudara/i bersedia menjadi responden, maka saudara/I di persilahkan untuk menandatangani kolon yang disediakan di bawah ini.Sebelumnya peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas partisipasinya dalam penelitian ini.
Medan,Juli2015 PENELITI
(
)
Responden
(
)
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DUSUN IX DESA BINGKAT KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015
I. Identitas Responden No. Responden ( ) Nama Responden
:.................................................................................
Umur
: ..................................................................... .Tahun
Pendidikan : 1. Tamat SD 2. Tamat SLTP 3. Tamat SLTA 4. Tamat Sarjana
No
PERTANYAAN
1
Apakah salah satu anggota keluarga ibu perna mengalami DBD ?
PERNAH
TIDAK PERNAH
II. Faktor Pejamu (Perilaku) Berhubungan Dengan Kejadian DBD : Dibawah ini ada beberapa perntayaan.Berilah tanda silang (√) chek list pada jawaban yang paling sesuai dengan diri anda. No
Pertanyaan
Ya
1
Apakah anda menguras bak penampungan air walaupun air masih terlihat sangat jernih ?
2
Apakah
anda
merasa
dengan
menguras
bak
penampungan air saja sudah bersih, sehingga anda merasa tidak perlu menyikatnya kembali karena tidak perlu mengeluarkan tenaga tambahan ? 3
Apakah anda mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air seperti botol bekas dll ?
4
Apakah anda menutup bak penampungan air yang tidak terpakai setiap hari ?
5
Apakah anda menaburkan bubuk abate pada bak penampungan air yang di pakai setiap hari ?
6
Apakah karena alasan takut terminum airnya, anda tidak pernah menaburkan bubuk abate pada bak penampungan air?
7
Saya akan mengubur barang-barang dan kaleng bekas jika keberadaanya sudah sangat mengganggu keindahan lingkungan saya.
8
Menutup
tempat-tempat
penampungan
air,
dan
menguras tempat penampungan air merupakan salah satu cara mencegah penyebaran penyakit DBD. 9
Saya sebaiknya memberikan contoh tentang cara melakukan 3M kepada anak-anak saya dan anggota keluarga lainnya, karena 3M merupakan tanggung jawab bersama.
Tidak
10
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) hanya tanggung jawab pemerintah.
11
Saya hanya akan rutin melaksanakan 3M setiap minggunya jika salah satu dari anggota keluarga saya menderita penyakit DBD.
12
Saya menggantung baju, handuk, kelambu, dan lain-lain di dalamrumah
13
Apakah dalam tiga bulan terakhir ini, anda perna melakukan bimbingan kepada keluarga tentang cara membersihkan rumah dan perkarangan dengan cara 3M?
14
Apakah dalam tiga bulan terakhir, anda dan keluarga melakukan kerja bakti bersama warga lain untuk membersihkan lingkungan dari air yang tergenang walaupun
tidak
mendapat
anjuran
dari
petugas
kelurahan? 15
Jika anda melihat kaleng bekas, pecahan botol, dan barang bekas lain yang dapat menampung air hujan berserakan di lingkungan rumah anda, maka anda mengubur barang-barang tersebut tanpa menunggu petugas kebersihan?
16
Saya & keluarga tidak membuang sampah plastik dan kaleng bekas sembarangan
17
Saya menguras bak penampungan air minimal satu kali dalam seminggu
18
Adakah ibu/keluarga menggunakan kelambu pada anak jika tidur siang hari?
III. Faktor Lingkungan (Environment)Berhubungan Dengan Kejadian DBD PetunjukPengisian : Berilah tanda chek list (√) pada lembar observasi dengan keadaan sebenarnya. No Jenis Tempat
JENTIK
KEADAAN
Penampungan Air
TIDAK ADA
1
Gentong
2
Bak mandi
3
Bak WC
4
Tempat penampungan air minum
5
Ember
6
Vas bunga
7
Ban bekas
8
Botol bekas
9
Kaleng bekas
10
Tempat minum hewan
11
Tempurung kelapa
12
Dan lain-lainnya ……………….. ……………….. ………………..
ADA
BERSIH
KOTOR
TERBUKA
TERTUTUP
Statistics Umur N
Valid Missing
54 0
Umur
Frequency Vali d
<20 tahun 20-30 tahun >30 tahun Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7
13.0
13.0
13.0
35 12 54
64.8 22.2 100.0
64.8 22.2 100.0
77.8 100.0
Statistics Pendidikan N Valid Missing
54 0
Pendidikan
Valid SD SMP SMA SARJA NA Total
Frequency 16 10 22
Percent 29.6 18.5 40.7
Valid Percent 29.6 18.5 40.7
Cumulative Percent 29.6 48.1 88.9
6
11.1
11.1
100.0
54
100.0
100.0
Statistics Pengetahuan N
Valid Missing
54 0 Pengetahuan
Frequency 34 11
Valid Baik Cukup Kuran g Total
Percent Valid Percent 63.0 63.0 20.4 20.4
9
16.7
16.7
54
100.0
100.0
Cumulative Percent 63.0 83.3 100.0
Statistics Sikap N
Valid Missing
54 0 Sikap
Valid Baik Cukup Kurang Total
Frequency 32 14 8 54
Percent 59.3 25.9 14.8 100.0
Valid Percent 59.3 25.9 14.8 100.0
Cumulative Percent 59.3 85.2 100.0
Statistics Tindakan N
Valid Missing
54 0
Tindakan
Valid Baik Cukup Kurang Total
Frequency 3 14 37 54
Percent 5.6 25.9 68.5 100.0
Valid Percent 5.6 25.9 68.5 100.0
Cumulative Percent 5.6 31.5 100.0
Statistics Kondisi Tempat Penampungan Air N Valid Missing
54 0
Kondisi Tempat Penampungan Air
Valid Baik Buruk Total
Frequency 19 35 54
Percent 35.2 64.8 100.0
Valid Percent 35.2 64.8 100.0
Cumulative Percent 35.2 100.0
Case Processing Summary
Valid N Percent Pengetahuan * Kejadian DBD
54
100.0%
Cases Missing N Percent 0
.0%
Total N Percent 54
100.0%
Pengetahuan * Kejadian DBD Crosstabulation
Pengetahuan
Baik Cukup Kurang
Total
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
Kejadian DBD Pernah Tidak Pernah 18 16 33.3% 29.6% 6 5 11.1% 9.3% 3 6 5.6% 11.1% 27 27 50.0% 50.0%
Total Pernah 34 63.0% 11 20.4% 9 16.7% 54 100.0%
Chi-Square Tests Value 1.209(a) 1.228
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
.781
df
Asymp. Sig. (2-sided) 2 2
.546 .541
1
.377
54
a 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50. Case Processing Summary
Valid N Percent Sikap * Kejadian DBD
54
Cases Missing N Percent
100.0%
0
Total N Percent
.0%
54
100.0%
Sikap * Kejadian DBD Crosstabulation
Sikap Baik Cukup Kurang Total
Kejadian DBD Pernah Tidak Pernah 15 17 27.8% 31.5% 8 6 14.8% 11.1% 4 4 7.4% 7.4% 27 27 50.0% 50.0%
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
Total Pernah 32 59.3% 14 25.9% 8 14.8% 54 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value .411(a) .412 .134 54
df 2 2 1
Asymp. Sig. (2-sided) .814 .814 .714
a 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
Case Processing Summary
Valid Percent
N Tindakan * Kejadian DBD
Cases Missing N Percent
54
100.0%
0
Total Percent
N
.0%
54
100.0%
Tindakan * Kejadian DBD Crosstabulation
Tindakan
Baik Cukup Kurang
Total
Kejadian DBD Pernah Tidak Pernah 1 2 1.9% 3.7% 1 13 1.9% 24.1% 25 12 46.3% 22.2% 27 27 50.0% 50.0%
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total
Total Pernah 3 5.6% 14 25.9% 37 68.5% 54 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 15.187(a) 17.210 10.347
df 2 2 1
Asymp. Sig. (2-sided) .001 .000 .001
54
a 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.50. Case Processing Summary
N Kondisi Tempat Penampungan Air * Kejadian DBD
Valid Percent 54
100.0%
Cases Missing N Percent 0
.0%
N
Total Percent 54
100.0%
Kondisi Tempat Penampungan Air * Kejadian DBD Crosstabulation Kejadian DBD Pernah Tidak Pernah Kondisi Tempat Baik Penampungan Air Buruk Total
Total Pernah
Count
% of Total Count % of Total Count % of Total
5
14
19
9.3% 22 40.7% 27 50.0%
25.9% 13 24.1% 27 50.0%
35.2% 35 64.8% 54 100.0%
Chi-Square Tests
Value 6.577(b) 5.197 6.779
df
Asymp. Exact Exact Sig. Sig. Sig. (2-sided) (2-sided) (1-sided) .010 .023 .009 .021 .011
Pearson Chi-Square 1 Continuity Correction(a) 1 Likelihood Ratio 1 Fisher's Exact Test Linear-by-Linear 6.456 1 .011 Association N of Valid Cases 54 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50.