perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SIKAP KONSUMEN JAMU TRADISIONAL PADA PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh :
YUANI NOVITASARI H 0306105
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN SIKAP KONSUMEN JAMU TRADISIONAL PADA PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKOHARJO
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Yuani Novitasari H 0306105
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal: Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.
Susunan Dewan Penguji
Ketua
Anggota I
Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. NIP. 19780708 200312 2 002
Anggota II
Umi Barokah, SP. MP. . NIP. 19730129 200604 2 001
Surakarta,
2012
Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. commit to user NIP. 19560225 198601 1 001
ii
Ir. Sugiharti Mulya H., MP. NIP. 19650626 199003 2 001
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, hidayah, serta kemudahan-Nya sehingga Penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Sikap Konsumen Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas Maret Surakarta. Pelaksanaan penelitian serta penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta serta Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan saran, kritik dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP., MP selaku Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Utama yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat dan petunjuk selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Umi Barokah, SP., MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang dengan sabar selalu memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis. 7. Kantor Bappeda Kabupaten Sukoharjo, Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo beserta Staf, Lurah Pasar Sukoharjo; Pasar Nguter, commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pasar Kepuh; dan Pasar Bekonang yang telah memberi izin Penulis melakukan penelitian. 8. Pedagang jamu tradisional di pasar tradisional tempat penelitian serta Bapak/Ibu, saudara dan saudari yang membeli jamu tradisional dan berkenan menjadi responden dalam penelitian ini. 9. Orangtuaku Bapak Sugino dan Ibu Kasinem, kakak-kakakku tercinta Mbak Yanti-Mas Bedu, Mbak Mami-Mas Sar, Mas Ari-Mbak Asih, Kakak padyMbak Kini, Mbak Ami, Mas Muji, Mas Santo dan adekku tersayang Febrian Arif serta keponakan-keponakanku yang lucu ekha, sani, ayu, melan, bagus dan hanif terima kasih atas segala dukungan, semangat, nasehat dan doa yang tiada pernah putus, serta cinta dan kasih sayang yang diberikan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabatku tersayang, Eska, Luthfia, Putri Wulandari, Dwi Putri, pury, ani, atik, rani terima kasih atas support, saran dan kritik serta semua bantuan yang telah diberikan pada Penulis. Semoga persahabatan ini terjaga utuh selamanya. 11. Teman-teman kos cengkir gading putri, Mbak Yeni. Mbak Ria, Mbak Pur, Mbak Ita, Mbak galuh, Mbak Mila, Emoy, Kiki, Sinta, Jojo, Tanti, Wulan, Titik terimakasih atas dukungan dan semangat yang diberikan pada penulis serta terimakasih atas kebersamaan kita di kos tercinta selama ini. 12. Seluruh keluarga besar Agrobisnis 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas support dan kebersamaan yang telah kita lalui selama kuliah, ini merupakan kenangan terindah dan tidak akan pernah terlupakan. 13. HIMASETA FP UNS, seluruh pengurus dan anggota periode 2007-2008 dan periode
2008-2009,
memberikan
khususnya
kesempatan
bidang
penulis
untuk
Kebendaharaan, berkembang
yang
dan
telah
mendapat
pengalaman yang luar biasa dalam berorganisasi. 14. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua bantuannya commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan. Akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Surakarta,
commit to user
v
Januari 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi RINGKASAN .................................................................................................. xii SUMMARY....................................................................................................... xiii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang....................................................................................... B. Perumusan Masalah ............................................................................... C. Tujuan Penelitian ................................................................................... D. Kegunaan Penelitian ..............................................................................
1 4 6 6
II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu .............................................................................. B. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 1. Jamu Tradisional ............................................................................. 2. Pemasaran ........................................................................................ 3. Atribut Produk ................................................................................. 4. Sikap Konsumen.......................................................................... ... 5. Perilaku Konsumen ......................................................................... 6. Point Ideal ....................................................................................... 7. Pasar Tradisional ............................................................................. C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah .................................................... D. Hipotesis ................................................................................................ E. Asumsi-asumsi ...................................................................................... F. Pembatasan Masalah.............................................................................. G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ....................................
7 9 9 10 11 11 13 14 15 16 19 19 19 19
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian......................................................................... B. Metode Penentuan Lokasi ...................................................................... C. Metode Pengambilan Sampel ............................................ .................... D. Jenis Dan Sumber Data ..................................................................... .... E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... F. Metode Analisis Data ............................................................................ IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis ................................................................................ B. Keadaan Penduduk ............................................................................... 1. Pertumbuhan Penduduk................................................................... 2. Keadaan Penduduk Menurut Kelamin .................................. commitJenis to user 3. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur ...............................
vi
22 22 24 27 28 28 31 32 32 33 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........................... 5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ............................. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden........................................................................ B. Perilaku Beli Konsumen......................................................................... C. Analisis Tingkat Kepentingan Konsumen dan Ideal Konsumen Terhadap Masing-Masing Atribut Jamu Tradisional ............................ D. Analisis Kualitas Ideal dan Kepercayaan Konsumen Terhadap jamu Tradisional .................................................................................... E. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional .........................
35 36 38 45 56 70 78
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................ 83 B. Saran .................................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Nomor
Judul
Tabel 1.
Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Jamu Tradisional di Pasar Tradisional di Kabupaten Sukoharjo ...................
Tabel 2.
Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14.
Tabel 15. Tabel 16.
Pembagian Responden Berdasarkan Presentase Penjualan Jamu Tradisional pada Pasar Tradisional di kabupaten Sukoharjo......................................................
Halaman 23 25
Pembagian Jumlah Responden Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional di kabupaten Sukoharjo …………….
26
Banyak Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ..................................
32
Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 20052009...................................................................................
33
Jumlah Penduduk Menurut jenis Kelamin di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009.....................................................
33
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2009........................................................
35
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 .................................
36
Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ..................................
37
Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional menurut jenis Kelamin ................................................................
38
Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan kelompok Umur ..............................................................
39
Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan Tingkat Pendidikan .........................................................
41
Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan Jenis Pekerjaan.................................................................
42
Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan Jenis Pendapatan Rumah Tangga Konsumen (dalam 1 bulan)……………………………………
43
Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga ...............................................
44
Jenis jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo ......................................................
45
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 17.
Kemasan Jamu Tradisional Pada Pasar Tadisional Di Kabupaten Sukoharjo..........................................................
48
Tabel 18.
Harga Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo........................................................
49
Tabel 19.
Alasan Pembelian Jamu Tradisional.................................
51
Tabel 20.
Dampak Yang Konsumen Rasakan Ketika Tidak Mengkonsumsi Jamu Tradisional ...................................
52
Alasan Pembelian Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo ...............................
54
Waktu Pembelian Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo ...............................
55
Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Jamu Tradisional........................................................................
57
Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Kemasan Jamu Tradisional.……………………
61
Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Kepraktisan Jamu Tradisionaal..................................
62
Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Khasiat Jamu Tradisional.....................................
63
Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Informasi Pemakaian Jamu Tradisional………..
65
Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Batas Waktu Penggunaan Jamu Tradisional ...............
66
Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Komposisi Jamu Tradisional......................................
67
Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Keamanan Produk Jamu Tradisional..........................
69
Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Serbuk instan.....................................................................
70
Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Rebusan.............................................................................
73
Kepercayaan Konsumen Terhadap Atribut Pada Jamu Tradisional........................................................................
76
Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Serbuk instan.................................................................................
79
Tabel 21.
Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25. Tabel 26. Tabel 27. Tabel 28. Tabel 29. Tabel 30. Tabel 31. Tabel 32. Tabel 33. Tabel 34. Tabel 35.
Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Rebusan... commit to user
ix
80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Nomor
Judul
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional ......................................
commit to user
x
Halaman 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
1.
Karakteristik Responden Jamu Tradisional
3.
Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Jamu Tradisional
4.
Performansi Ideal Jamu Tradisional
5.
Kepercayaan Tradisional
6.
Foto Jamu Tradisional
7.
Peta Kabupaten Sukoharjo
8.
Kuisioner
9.
Surat izin penelitian
Konsumen
Terhadap
commit to user
xi
Atribut
Jamu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
Yuani Novitasari, H0306105. 2012. Sikap Konsumen Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukodarjo. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas bimbingan Erlyna Wida Riptanti, SP., MP dan Umi Barokah, SP., MP. Jamu tradisonal dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu jamu tradisional serbuk instan dan jamu tradisional rebusan. Kebiasaan masyarakat Indonesia mengkonsumsi jamu tradisonal telah ada sejak lama. Jamu tradisional biasanya dikonsumsi sebagai minuman kesehatan ataupun untuk pengobatan suatu penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atribut jamu tradisional yang memenuhi sifat ideal serta sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo terhadap berbagai atribut jamu tradisional. Produk jamu tradisional yang diteliti adalah produk jamu tradisional serbuk instan dan rebusan. Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Teknik pelaksanaan penelitian menggunakan metode survei. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) yaitu pada Kabupaten Sukoharjo dengan mengambil 5 pasar tradisional. Penentuan sampel dilakukan dengan metode judgement sampling, dengan jumlah responden 96 yang terdiri dari 77 responden jamu serbuk instan dan 19 responden jamu tradisional rebusan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dianalisis menggunakan Analisis Model Sikap Angka Ideal (The Ideal-Point Model). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden jamu tradisional serbuk instan dan rebusan berjenis kelamin perempuan, pada kelompok umur 50-54 tahun, tingkat pendidikan adalah SD (Sekolah Dasar), jenis pekerjaan sebagai wiraswasta, tingkat pendapatan mayoritas adalah >Rp1.250.000,00, jumlah anggota keluarga pada masing-masing jamu tradisional adalah 4-5 orang. Berdasarkan analisis tingkat kepentingan atribut produk jamu tradisional serbuk instan dan rebusan, atribut yang dipertimbangkan dalam melakukan pembelian adalah keamanan produk, batas waktu penggunaan, komposisi jamu, khasiat, informasi pemakaian, kemasan dan kepraktisan. Berdasarkan analisis masing-masing atribut menurut sifat ideal, atribut jamu tradisional serbuk instan yang memenuhi ideal adalah komposisi jamu, batas waktu penggunaan, keamanan produk, kepraktisan, kemasan, dan informasi pemakaian. Untuk jamu tradisional rebusan atribut yang memenuhi ideal adalah kepraktisan, informasi pemakaian dan khasiat. Hasil penelitian sikap konsumen terhadap jamu tradisional serbuk instan adalah sangat baik, sedangkan jamu tradisional rebusan adalah baik. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan hendaknya produsen jamu tradisional rebusan menyantumkan atribut-atribut seperti komposisi jamu, batas waktu penggunaan dan izin dari DEPKES atau Badan POM dalam kemasan jamu tradisional rebusan. Hendaknya produsen jamu tradisional rebusan membuat kemasan primer yang lebih rapi, misalnya dengan bok karton berbentuk kubus yang salah satu sisi dari kubus tersebut dibuat transparan agar bahan-bahan penyusun jamu rebusan dapat dilihat oleh konsumen. commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SUMMARY
Yuani Novitasari. H0306105. 2012. Consumers Attitude toward Traditional Herbs at Traditional Market in Sukoharjo Regency. Agriculture Faculty of Sebelas Maret University, under guidance of Erlyna Wida Riptanti, SP., MP. and Umi Barokah, SP., MP. Traditional herbs are arranged into 2 kinds, they are powder instant and boiling traditional herb. The habit of consuming traditional herbs is existence for a long time ago. Traditional herbs sometimes used as healthy drinks or to curing some disease. These research aims are to knowing traditional herbs attribute which fulfill ideal characteristic also its consumer attitude toward various attribute of traditional herbs at Sukoharjo Regency. This research was focused on powder and boiling traditional herb products. The research basic method is used descriptive analytic method. While to implementation technique was choose by purposive at Sukoharjo Regency with taking 5 markets as targets. The sample was determined by judgment sampling method. There are 96 respondents are chosen, consist of 77 respondents are consumer of powder traditional herbs and 19 respondents are consumer of boiling traditional herbs. The data which used in this research are primary and secondary data. The primary data was analyzed using ideal point model. The result showed that majority respondents whose consume both powder and boiling traditional herbs are women at level age amount 50-54 years, with elementary education level, their jobs are entrepreneur at income level more than Rp 1.250.000,00 and their total family number amount 4-5 people. Based on attribute importance level analyzed of traditional herbs product, there are some attribute that influencing consumer to buy traditional herbs such as product safety, user expired date, herbal composition, practically, package and using product information. Attribute that fulfill the ideal point model are practically, using product information, and its merit. From this research there are suggested to traditional herb producer to attach the time product usage and product license from DEPKES or Badan POM to boiling traditional herbs package. The producer of traditional herbs better to making primary package cubes box from carton which transparent on one side so that consumers can see the traditional herbs boiling contains.
commit to user
xiii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan jenis tanaman yang berkhasiat
obat.
Hal
ini
merupakan
salah
satu
faktor
pendukung
dikembangkannya industri jamu tradisional di Indonesia, karena bahan-bahan untuk membuat jamu tradisional telah tersedia di negara Indonesia. Jika bahan-bahan tersebut mampu dikelola dengan baik menjadi jamu tradisional yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, maka industri jamu tradisional negara ini akan berkembang menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan produksi jamu tradisional tersebut. Selain itu diharapkan nama jamu tradisional akan lebih terangkat di mata masyarakat, sehingga jamu tradisional yang merupakan jamu ramuan asli Indonesia ini diminati dan dikonsumsi oleh semua kalangan masyarakat Indonesia. Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal dari alam atau biasa disebut dengan jamu. Menurut Suharmiati dan Handayani (2006), jamu tradisional adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut. Pada umumnya, jamu tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Satu jenis jamu disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5-10 macam. Jamu tidak perlu pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris dan memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu. Ada beberapa bentuk formula jamu yang siap pakai. Bentuk bubuk atau powder merupakan bentuk yang paling umum. Namun adanya perkembangan teknologi membuat bentuk jamu menjadi bermacam-macam, antara lain dalam bentuk pil, kapsul, kaplet, maupun cair. Belum dapat dipastikan sejak kapan tradisi meracik dan meminum jamu muncul. Tetapi diyakini tradisi ini telah berjalan ratusan bahkan ribuan tahun. Tradisi meracik dan meminum jamu sudah membudaya pada periode kerajaan Hindu-Jawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya Prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit yang menyebut to user adanya profesi tukang meracikcommit jamu yang disebut Acaraki (Anonim, 2007).
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Kebiasaan masyarakat Indonesia mengkonsumsi jamu tradisional telah ada sejak lama. Selama ini masyarakat yang mengkonsumsi jamu tradisional hanya masyarakat yang tinggal dipedesaan saja, sebab masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa mengkonsumsi jamu tradisional adalah cara kuno. Namun dewasa ini, dengan kesadaran back to nature atau kembali ke alam, nampaknya penggunaan jamu tradisional yang berbahan baku dari alam perlu dipertimbangkan dibandingkan dengan obat modern yang berbahan baku kimia. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dengan cara mengkonsumsi obat alami tanpa bahan kimia maka semakin meningkat pula jumlah masyarakat yang mengkonsumsi jamu tradisional guna menjaga kesehatan ataupun mengobati penyakit. Dengan peningkatan jumlah konsumen jamu tradisional maka meningkat juga jumlah industri jamu tradisional yang memproduksi jamu tradisional, khususnya di Kabupaten Sukoharjo. Menurut Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 di Kabupaten Sukoharjo terdapat 67 unit usaha industri kecil jamu tradisional. Selain itu di Kabupaten Sukoharjo juga terdapat Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI). Organisasi ini mulai dirintis tahun 1977, dimana KOJAI saat itu masih bergabung dalam wadah Gabungan Perusahaan Jamu Indonesia (GPJI). Pada tanggal 30 Juli 1995, organisasi tersebut resmi berbadan hukum dengan nama organisasi Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) yang diketuai oleh Ibu Suwarsi Moertedjo hingga sekarang. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua KOJAI Kabupaten Sukoharjo Ibu Suwarsi Moertedjo, KOJAI Sukoharjo saat ini mempunyai 120 anggota yang terdiri dari 70 produsen jamu dan 50 penjual jamu gendong yang berasal dari penduduk asli Kabupaten Sukoharjo. KOJAI mempunyai kegiatan utama menghimpun pengrajin jamu, melakukan pembimbingan, serta pengarahan bagaimana membuat jamu yang sehat, aman, dan baik. Selain melakukan pembinaan, KOJAI memberikan fasilitas kepada para anggotanya untuk kemudahan dalam pengurusan perizinan, baik pendaftaran izin prinsip commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional), maupun pendaftaran izin edar produk obat tradisional secara kolektif. Jenis jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo antara lain jamu serbuk instan, jamu rebusan dan jamu cair. Jamu serbuk instan adalah jenis jamu serbuk yang telah dikemas sesuai resep dan kegunaannya. Jamu rebusan merupakan jenis jamu tradisional yang berupa simplisia kering. Sedangkan jamu cair yaitu jenis jamu tradisional yang berupa cair dan siap untuk dikonsumsi langsung. Jamu cair biasanya dijual dengan cara dikelilingkan mendatangi rumah-rumah warga dan biasanya disebut jamu gendong. Sebutan jamu gendong diberikan karena penjual menjual jamunya dengan cara digendong. Namun sekarang penjual jamu gendong sudah banyak yang menggunakan sepeda atau motor. Salah satu tempat konsumen untuk melakukan pembelian jamu tradisional adalah pada pasar tradisional. Jamu tradisional yang dijual pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo pada umumnya adalah jamu serbuk instan dan jamu rebusan, jamu cair biasanya dijual secara berkeliling. Jamu serbuk instan dan jamu rebusan yang dijual oleh pedagang di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo terdiri dari berbagai merek baik yang dibuat oleh produsen jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo maupun buatan pabrikpabrik besar seperti Air Mancur dan Sido Muncul. Jamu serbuk instan biasanya dikemas dalam kemasan primer berupa kantong kertas kecil ataupun plastik kecil (sachet), kemudian dipak dalam kemasan sekunder berupa plastik bening ataupun dalam bok karton, satu pak terdiri dari 5-10 sachet. Untuk jamu rebusan biasanya dikemas dalam kemasan primer berupa plastik bening ataupun mika, kemasan ini terdiri dari berbagai ramuan simplisia kering yang telah disesuaikan dengan resep dan kegunaannya. Pedagang jamu tradisional yang ada di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo ada yang memproduksi jamu sendiri dan ada yang hanya menjual jamu saja tanpa memproduksinya. Sikap konsumen terhadap permintaan jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo dipengaruhi oleh adanya selera dan to user pengetahuan konsumen yang commit tercermin dari perilaku konsumen. Pengkajian
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
mengenai perilaku konsumen khususnya mengenai sikap konsumen tentu menjadi hal yang penting untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Sumarwan (2003), konsumen memiliki keinginan akan suatu produk sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya sehingga diharapkan produk tersebut dapat memberikan manfaat bagi konsumen. Jika produk yang dikonsumsi sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen dan bermanfaat bagi konsumen maka konsumen akan melakukan pembelian sehingga dapat memberikan keuntungan bagi produsen. Dalam pemasarannya produsen jamu tradisional perlu untuk memahami sikap konsumen yang erat kaitannya dengan konsep kepercayaan dan perilaku. Hal inilah yang mendorong peneliti mengadakan suatu penelitian mengenai sikap konsumen jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo. B. Perumusan Masalah Jamu tradisional telah dipasarkan diberbagai tempat, seperti pasar swalayan, pasar tradisional, outlet jamu dan dikelilingkan oleh pedagangnya dengan ditawarkan langsung pada konsumen. Para pengusaha jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo menjual jamu produksinya pada pasar tradisional. Semakin banyaknya industri jamu tradisional yang ada akan menumbuhkan persaingan antar industri dalam pemasaran jamu tradisional, sehingga produk jamunya laku di pasaran. Jamu tradisional yang telah dipasarkan di pasar tradisional memiliki berbagai variasi jenis dan kemasan. Maka dari itu seorang pengusaha atau pemasar jamu tradisional perlu menetapkan strategi pemasaran yang tepat dengan memberikan kepuasan kepada konsumennya sehingga perlu untuk memahami sikap konsumen terhadap jamu tradisional. Sikap konsumen terhadap produk jamu tradisional merupakan salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Konsep sikap terkait dengan adanya konsep kepercayaan dan perilaku. Sikap konsumen biasanya akan mengarah dalam pembentukan perilaku. Perilaku konsumen sangat terkait dengan atribut produk jamu commit to user konsumen pada saat melakukan tradisional yang dapat menjadi pertimbangan
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelian produk jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Konsumen
yang
akan
membeli
jamu
tradisional
akan
mempertimbangkan hal-hal yang melekat pada produk jamu tradisional, misalnya kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk. Kemasan menjadi pertimbangan konsumen dalam pembelian jamu tradisional, karena biasanya konsumen akan lebih tertarik melihat produk yang memiliki kemasan yang meyakinkan dan menarik. Kepraktisan dipertimbangkan, karena konsumen akan lebih memilih produk yang cara konsumsinya lebih praktis, dalam hal ini jamu serbuk instan lebih praktis dalam mengkonsumsinya bila dibandingkan dengan jamu jenis rebusan. Khasiat menjadi pertimbangan konsumen, karena konsumen akan memilih jamu yang lebih berkhasiat sehingga konsumen dapat merasakan maanfaat dari jamu yang dikonsumsi. Informasi pemakaian menjadi pertimbangan, karena konsumen jamu akan sangat membutuhkan informasi pemakaian untuk mengkonsumsinya. Batas waktu pemakaian menjadi pertimbangan konsumen, biasanya konsumen akan melihat terlebih dahulu batas waktu pemakaian jamu, bila jamu telah habis batas waktu pemakaiannya maka jamu tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Komposisi jamu menjadi pertimbangan konsumen, karena konsumen akan memilih jamu yang mempunyai komposisi atau bahan-bahan sesuai dengan apa
yang dibutuhan
konsumen. Keamanan
produk
dipertimbangkan
konsumen, karena setiap konsumen pasti akan memilih produk yang aman untuk dikonsumsinya dan tidak menimbulkan bahaya pada dirinya jika dia mengkonsumsinya. Dari penjelasan tersebut maka atribut-atribut produk jamu tradisional yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli jamu tradisional yang akan diteliti adalah kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk. Jika jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo memiliki atribut-atribut tersebut diatas maka jamu tradisional di Kabupaten commit user Sukoharjo telah memenuhi sifat ideal toatau dengan kata lain sifat produk jamu
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tradisional telah sesuai dengan keinginan konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Selain itu sikap konsumen terhadap jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo adalah baik, yaitu konsumen di Kabupaten Sukoharjo memberikan tanggapan yang baik terhadap produk jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut : 1. Apakah atribut jamu tradisional sudah memenuhi sifat ideal yang diinginkan oleh konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo? 2. Bagaimana sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo terhadap berbagai atribut jamu tradisional? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Mengetahui apakah atribut jamu tradisional sudah memenuhi sifat ideal bagi konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo. 2. Mengetahui bagaimana sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo terhadap berbagai atribut jamu tradisional. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi produsen dan pemasar jamu tradisional, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memberikan wawasan dan pertimbangan mengenai sikap konsuman yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam keputusan pembelian sehingga dapat dijadikan dasar untuk menyusun strategi pemasaran. 3. Bagi pihak lain (akademisi dan peminat masalah pemasaran), penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian sejenis maupun penelitian selanjutnya. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu Penelitian Putricia (2002) mengenai Analisis Positioning Produk Jamu Kesehatan Merek Bukti Mentjos pada Industri Jamu Tradisional Bukti Mentjos, Jakarta Pusat menggunakan analisis metode citra dan biplot, yang menilai atribut terhadap produk jamu tradisional yang terdiri dari lima merek yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan positioning produk jamu kesehatan merek bukti mentjos lebih unggul dibandingkan dengan merek kesehatan merek pesaing dilihat dari atribut rasa pahit yang pas, aroma yang wangi dan kesegaran, khasiat yang cukup tinggi dan kangdungan yang lengkap dan tercantum nomor DepKes yang jelas. Sedangkan positioning jamu kesehatan Sido Muncul dilihat dari atribut merek terkenal, kemasan yang menarik, harga yang murah, tanggal kadaluwarsa yang lama, informasi pemakaian yang jelas. Positioning jamu kesehatan merek Nyonya Meneer dilihat unggul pada mutu kualitas yang terjamin, produk yang higinis, label yang lebih informatif, nomor DepKes tercantum jelas, kandungan zat yang lengkap dan khasiat yang tinggi. Positioning jamu kesehatan Darmi dan Air Mancur dilihat dari atribut tidak dekat dengan atribut manapun karena produk tersebut kurang mendapat perhatian dari responden. Penelitian Febiyanti (2006) mengenai Sikap dan Minat Konsumen Pasar Tradisional Terhadap Produk Teh di Surakarta, menggunakan analisis model sikap angka ideal, menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut produk teh, yang diprioritaskan konsumen adalah rasa, harga, kemasan, dan kepraktisan produk. Rasa teh produk teh seduh sudah ideal dengan keinginan konsumen, sedangkan atribut lain mendekati ideal. Produk teh celup dan teh serbuk, yang paling mendekati ideal adalah atribut kepraktisan produk. Sikap konsumen terhadap produk teh seduh dan teh celup sangat baik, sedangkan untuk produk teh serbuk adalah baik. Ketiga produk, yang mendekati ideal adalah produk teh seduh. Sifat ideal produk teh seduh adalah mudah commit to user dikonsumsi, rasa teh kuat, kemasan tidak dipentingkan, dan harga murah. Sifat 7
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
ideal teh celup adalah mudah dikonsumsi, rasa teh sangat kuat, kemasan tidak dipentingkan, dan harga murah. Sifat ideal produk teh serbuk adalah mudah dikonsumsi, rasa teh sangat kuat, kemasan menarik, dan harga sangat murah. Penelitian Pramandya (2010) mengenai Sikap dan Minat Konsumen Pasar Tradisional Terhadap Produk The di Surakarta, menggunakan analisis sikap angka ideal yang menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut produk teh teh celup, teh seduh dan teh siap saji yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam melakukan pembelian adalah atribut rasa, keamanan produk, manfaat kesehatan, kepraktisan, kemasan, volume dan harga. Konsumen memberikan nilai kepercayaan tertinggi terhadap atribut kepraktisan dan volume pada teh celup, sedangkan atribut kemanan dan volume pada teh seduh dan untuk teh siap saji nilai kepercayaan tertinggi terdapat pada atribut volume. Hasil penelitian juga menunjukan sikap dan minat konsumen terhadap poduk teh celup dan teh siap saji adalah baik, sedangkan sikap dan minat konsumen tehadap teh seduh adalah sangat baik. Berdasarkan penelitian Putricia dapat diketahui bahwa penelitian yang dilaksanakan sama yaitu penelitian mengenai jamu tradisional dan mengidentifikasi atribut-atribut yang ada pada produk jamu tradisional tersebut. Walaupun menggunakan analisis yang berbeda tetapi penelitian Putricia dapat dijadikan penelitian terdahulu karena sama-sama meneliti produk jamu tradisional. Berdasarkan penelitian Febiyanti dan Pramandya dapat diketahui bahwa penelitian yang dilaksanakan adalah sama yaitu tentang sikap konsumen terhadap suatu produk dengan menggunakan analisis model sikap angka ideal yang menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut konsumen mempunyai kepercayaan terhadap atribut pada suatu produk. Atribut merupakan pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk. Dalam penelitian sikap konsumen jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo ini juga menggunakan analisis model sikap angka ideal, dengan tingkat kepentingan atribut yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian produk jamu tradisional yang akan diteliti adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk. B. Tinjauan Pustaka 1. Jamu Tradisional Jamu tradisional adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut. Pada umumnya, obat tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Satu jenis jamu disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5-10 macam. Jamu tidak perlu pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris dan memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu (Suharmiati dan Handayani, 2006). Obat tradisional adalah obat yang dibuat dari bahan atau paduan bahan-bahan yang diperoleh dari tanaman, hewan atau mineral yang belum berupa zat murni. Obat tradisional meliputi simplisia, jamu gendong,jamu berbungkus dan obat kelompok fitoterapi. Penggunaan obat tradisional sebaiknya yang memenuhi criteria prevalensi tinggi, insiden tinggi, tersebar pada area luas, fasilitas kesehatan yang rendah dan mudah dikenal oleh masyarakat. Penyakit yang memenuhi kriteria tersebut antara lain adalah demam, sakit gigi,sakit kepala, batuk, diare, obstipasi, mual, penyakit kulit, cacingan dan anemia (Soeselo, 1992). Secara umum produk jamu dapat berupa jamu cair, jamu rebusan berupa sirnplisia kering dan jamu serbuk baik dari ekstraksi kasar maupun yang sudah mengalami pemurnian. Produk jamu cair pada umumnya berupa minuman fungsional berdasarkan pengetahuan tentang hubungan antara makanan-minuman atau komponen makanan-minuman dan kesehatan diharapkan mempunyai manfaat tertentu. Produk jamu rebusan merupakan produk jamu yang dalam penyajiannya harus direbus terlebih dahulu. Proses pengolahan produk ini hanya dilakukan dengan pengeringan sehingga produk yang dihasilkan berupa simplisia kering. Produk jamu yang paling umum digunakan adalah produk berupa serbuk commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang
dapat
diseduh
dengan
air
untuk
diminum
(Kusnandar dan Marimin, 2003). 2. Pemasaran Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain. Tugas pemasaran dalam pasar pelanggan secara formal dilakukan oleh manajer pemasaran, tenaga penjual, manajer iklan dan promosi, periset pemasaran, manajer pelayanan pelanggan, manajer produk dan merek, manajer pasar dan industri, dan direktur pemesaran. Masing-masing pekerjaan tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas (Kotler dan Susanto, 2000). Pemasaran adalah suatu seni mengidentifikasi dan memahami kebutuhan atau keinginan pelanggan serta menciptakan pemecahan yang mengarah pada pemberian kepuasan kepada pelanggan atau konsumen, dan memberikan keuntungan pada produsen. Pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa seleranya, dan bagaimana konsumen mengambil keputusan sehingga pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan meningkatkan pasar dan dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli apapun yang ditawarkan pemasar (Sumarwan, 2003). Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Terdapat tiga unsur pokok dalam konsep pemasaran yaitu: a. Orientasi pada konsumen b. Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral c. Kepuasan konsumen (Dharmmesta dan Handoko, 1997) commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Atribut Produk Atribut produk merupakan karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki oleh suatu objek. Atribut produk dibedakan menjadi dua yaitu atribut intrinsik dan atribut ekstrisik. Atribut intrinsik yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat produk dan atribut ekstrinsik yaitu segala sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk seperti nama merk, label, dan kemasan (Mowen dan Minor, 2002). Atribut produk meliputi dimensi-dimensi yang terkait dengan produk atau merek, seperti daya tahan, kehandalan, gaya, reputasi dan lain-lain. Selain dimensi-dimensi produk juga menyangkut apa saja yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan untuk membeli atau memperhatikan produk, seperti harga, kerersediaan produk, merek, harga jual kembali, ketersediaan suku cadang, harga suku cadang, layanan setelah penjualan dan seterusnya ( Simamora, 2004). Kemampuan
konsumen
berbeda-beda
dalam
menyebutkan
karakteristik atau atribut dari produk-produk tersebut. Hal ini disebabkan konsumen memiliki pengetahuan yang berbeda mengenai suatu produk, sehingga para pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh konsumen, atribut apa saja yang dikenal dari suatu produk, atribut mana yang dianggap paling penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai atribut tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengetahuan yang lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan memudahkan konsumen untuk memilih produk yang akan dibelinya (Sumarwan, 2003). 4. Sikap Konsumen Menurut Sumarwan (2003), sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behaviour). Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga menggambarkan commit berbagai to user atribut dan manfaat dari objek kepercayaan konsumen terhadap
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut. Kepercayaan, sikap, dan perilaku juga terkait dengan konsep atribut
produk
(product
attribute).
Kepercayaan
konsumen
atau
pengetahuan konsumen menyangkut kepercayaan bahwa suatu produk memiliki berbagai atribut, dan manfaat dari berbagai atribut tersebut. Terdapat beberapa pengertian sikap yang disampaikan oleh para ahli. Intinya sikap adalah perasaan dari konsumen (positif dan negatif) dari suatu objek setelah dia mengevaluasi objek tersebut. Semakin banyak objek yang dievaluasi akan semakin banyak sikap yang terbentuk. Sikap memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, ego defensive, ekspresi nilai, dan pengetahuan. Untuk lebih memahami sikap perlu dipahami beberapa karakteristik sikap, diantaranya memiliki objek, konsisten, intensitas dan dapat dipelajari. Sikap yang terbentuk biasanya didapatkan dari pengetahuan yang berbentuk pengalaman pribadi. Sikap juga dapat terbentuk berdasarkan informasi yang diterima dari orang lain, yang memiliki pengaruh. Kelompok juga menjadi sumber pembentukan sikap yang cukup berpengaruh (Sofa, 2008). Menurut Simamora (2004) terdapat tiga komponen sikap, yaitu : a. Komponen Kognitif (cognitive component) Komponen ini terdiri dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang obyek. Kepercayaan tentang atribut suatu produk biasanya dievaluasi secara alami. Semakin positif kepercayaan terhadap suatu merk dan semakin positif setiap kepercayaan, maka akan semakin mendukung keseluruhan komponen kognitif, yang pada akhirnya akan mendukung keseluruhan dari sikap itu. b. Komponen Afektif (affective component) Perasaan dan reaksi emosional kepada suatu obyek merupakan komponen afektif sikap. Misalnya, seorang konsumen menyukai produk A. Hal tersebut merupakan hasil emosi atau evaluasi afektif terhadap suatu produk. Evaluasi ini terbentuk tanpa informasi kognitif atau kepercayaan tentang produk tersebut. Atau merupakan hasil commit to user evaluasi atas penampilan produk pada setiap atributnya.
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Komponen Perilaku (behavioral component) Komponen ini adalah respon dari seseorang terhadap obyek atau aktivitas. Seperti keputusan untuk membeli atau tidak suatu produk akan memperlihatkan komponen perilakunya. Model-model sikap yang berkembang akan mempunyai relevansi bagi para pemasar jika model itu mampu memprediksi perilaku konsumen. Dengan kata lain, sejauh mana sikap konsumen mampu dijadikan dasar untuk memprediksi perilakunya. Pengukuran sikap yang tepat seharusnya didasarkan pada tindakan pembelian atau penggunaan merek produk bukan pada merek itu sendiri. Tindakan pembelian dan mengkonsumsi produk pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan konsumen (Setiadi, 2003). 5. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen (consumen behavior) merupakan disiplin ilmu yang masih baru dan menyatakan bahwa proses pertukaran melibatkan serangkaian langkah-langkah, dimulai dengan tahap perolehan akuisisi (acquisition phase), lalu ke tahap konsumsi (consumption phase), dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide. Pada saat menginvestigasi tahap
perolehan,
para
peneliti
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pilihan produk dan jasa. Tahap konsumsi, para peneliti menganalisis bagaimana para konsumen sebenarnya menggunakan produk atau jasa dan pengalaman yang dilalui mereka saat menggunakannya. Tahap disposisi mengacu pada apa yang dilakukan oleh seorang konsumen ketika mereka selesai menggunakannya (Mowen dan Minor, 2002). Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang atau organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa to user tahap yaitu tahap sebelumcommit pembelian, pembelian, dan setelah pembelian.
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan (Sofa, 2008). Menurut Simamora (2004), terdapat beberapa kesimpulan dari definisi perilaku konsumen, yaitu: 1. Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga. 2. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian
serta
tindakan
dalam
memperoleh,
memakai,
mengkonsumsi dan menghabiskan produk. 3. Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi. Juga termasuk variabel-variabel yang tidak dapat diamati seperti nilai-nilai yang dimiliki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka mengevaluasi alternatif, dan apa yang mereka rasakan tentang kepemilikan dan penggunaan produk yang bermacam-macam. Model-model sikap menunjukkan bahwa sikap mempengaruhi perilaku. Namun sering kali terjadi perilaku mempengaruhi sikap sehingga menjadi sikap berikutnya, yang mungkin lebih kuat atau lebih lemah dari sikap sebelumnya, atau bahkan menjadi berlawanan. Ada tiga situasi yang mungkin menyebabkan perilaku mempengaruhi sikap, yaitu: disonansi kognitif, pembelajaran pasif dan diskonfirmasi harapan. Ketiga situasi tersebut dapat mengurangi peran penting sikap dalam menjelaskan perilaku konsumen. Teori-teori itu menunjukkan bahwa perubahan sikap bukanlah kondisi yang diperlukan bagi perubahan dalam perilaku pembelian (Ni Wayan, 2010). 6. Point Ideal Model sikap yang sering digunakan untuk menganalisis sikap commit to user konsumen terhadap suatu produk adalah model sikap angka ideal
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(the ideal-poin model). Pada prinsipnya, model angka ideal ini memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang dirasakan (yang sesungguhnya) oleh konsumen dan apa yang sesuai dengan keinginan konsumen (yang ideal). Model ini mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang sesungguhnya dirasakan oleh konsumen. Model angka ideal digambarkan sebagai berikut: n
Ab =
å
Wi │ Ii - Xi │
i =1
Di mana : Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i Ii
= performansi ideal konsumen terhadap atribut i
Xi = kepercayaan konsumen terhadap atribut i n
= jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen
(Sumarwan, 2003). Menurut Simamora (2004) mengemukakan bahwa pemahaman model poin ideal diawali oleh pemikiran bahwa setiap orang memiliki produk atau merek ideal bagi dirinya. Ditinjau dari sikap, semakin dekat ke poin ideal, sebuah produk atau merek semakin baik posisinya. sikap konsumen juga bisa diukur melalui jarak antara posisi produk atau merek dengan posisi ideal di benak konsumen. Posisi tersebut diukur dengan cara mengkualifikasikan kepercayaan konsumen mengenai prestasi produk pada atribut dan tingkat kepentingan atribut tersebut bagi konsumen. 7. Pasar Tradisional Pasar merupakan sarana jual beli berbagai komoditas. Sesuai dengan perkembangannya terdapat pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual, dilaksanakan dengan manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan mereka lebih mewakili commit to user golongan pedagang menengah kebawah dan tersebar baik di kampung-
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
kampung, kota-kota kecil maupun kota-kota besar dengan masa operasi rata-rata dari subuh sampai siang atau sore hari serta ada sebagian yang beroperasi malam hari (Anonim, 2006). Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar (Anonim, 2010). C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan, pemukiman, dan pendidikan karena hanya dalam keadaan sehat manusia dapat hidup, tumbuh dan berkarya lebih baik, oleh sebab itu kesehatan merupakan salah satu prioritas ekonomi yang utama. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan menyebabkan adanya peningkatan konsumsi obat-obatan dari bahan alami. Pemenuhan obat-obatan alami yang aman bagi kesehatan salah satunya dengan mengkonsumsi jamu tradisional. Jamu tradisional merupakan hasil ramuan tumbuh-tumbuhan asli dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia sebagai aditif. Harga jamu tradisioanal lebih murah bila dibandingkan dengan obat-obatan modern yang menggunakan bahan kimia. Konsumen memiliki keinginan akan suatu produk sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, sehingga jika produk yang dikonsumsi sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen maka konsumen akan melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Jamu tradisional yang dijual diharapkan commitoleh to user sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen sehingga konsumen akan
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melakukan pembelian jamu tradisional tersebut. Sebelum melakukan pembelian, konsumen akan mempertimbangkan atribut-atribut yang terdapat pada produk jamu tradisional. Atribut yang diteliti meliputi kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk. Sikap konsumen tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan dan pendapatan yang dimilikinya. Semakin tinggi pendidikan maka semakin luas pengetahuan dan wawasan yang dimiliki. Seorang produsen dapat menjadikan sikap konsumen sebagai acuan untuk menyediakan dan memberikan kualitas maupun mutu suatu produk yang dikehendaki oleh konsumen. Hal ini disebabkan karena permintaan jamu tradisional salah satunya dapat dipengaruhi adanya sikap konsumen dan kepercayaan, sedangkan kepercayaan konsumen dapat dinilai dari adanya sikap konsumen terhadap suatu produk. Sikap dan kepercayaan dapat membentuk sebuah perilaku konsumen. Dengan mengetahui sikap konsumen, maka produsen dapat menyediakan produk sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Menurut Sumarwan (2003), konsumen memiliki poin ideal pada setiap produk. Ditinjau dari sikap, semakin dekat atribut produk ke poin ideal, maka semakin baik posisinya. Sikap konsumen dapat diketahui dengan analisis model sikap angka ideal
(The Ideal-Point Model). Model angka ideal
memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang dirasakan oleh konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) dibenak konsumen. Model ini mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang sesungguhnya dirasakan konsumen. Semakin kecil gap maka perbedaan antara apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat, dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen. Analisis model sikap angka ideal dapat dirumuskan sebagai berikut : n
Ab =
å
Wi
Ii - Xi
i =1
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Di mana : Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden terhadap jamu tradisional Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap jamu tradisional Ii
= performansi ideal konsumen terhadap jamu tradisional
Xi = kepercayaan konsumen terhadap jamu tradisional n
= jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1 berikut ini: Jamu Tradisional
Pasar Tradisional
Atribut Jamu Tradisional: 1. Kemasan 2. Kepraktisan 3. Khasiat 4. Informasi Pemakaian 5. Batas Waktu Penggunaan 6. Komposisi Jamu 7. Keamanan Produk
Konsumen Jamu Tradisional
Kepercayaan
Evaluasi
Perilaku Konsumen Sikap Konsumen
Model Point Ideal
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis 1. Atribut jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo sudah memenuhi sifat ideal sesuai dengan keinginan konsumen. 2. Sikap konsumen terhadap jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo adalah baik. E. Asumsi-asumsi Responden merupakan pengambil keputusan dalam pembelian yang mewakili rumah tangga. F. Pembatasan Masalah 1. Jamu tradisional yang diteliti adalah jamu tradisional yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo yang berupa jamu serbuk instan dan jamu rebusan. Jamu tradisional yang berupa jamu cair atau sering disebut jamu gendong tidak diteliti, karena jamu ini dijual oleh pedagangnya dengan cara dikelilingkan dan tidak menetap pada pasar tradisional, sehingga tidak ada data pedagang jamu cair atau jamu gendong di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo. 2. Atribut jamu tradisional yang diteliti adalah kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk. 3. Penelitian ini terbatas pada konsumen yang membeli jamu tradisional di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo untuk di konsumsi sendiri dan tidak dijual kembali. 4. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2010 hingga Februari 2011. 5. Harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian. G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 1. Jamu tradisional adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut. Pada umumnya, obat tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Satu jenis jamu disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5-10 macam. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
Jenis jamu tradisional yang akan diteliti yaitu jamu serbuk instan dan jamu rebusan. 2. Konsumen jamu tradisional adalah seseorang yang membeli jamu tradisional yang mewakili rumah tangga di pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo untuk dikonsumsi sendiri dan tidak dijual kembali. 3. Sikap konsumen merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu obyek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari obyek tersebut. 4. Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologi yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan kegiatan mengevaluasi. 5. Point ideal merupakan suatu model analisis yang pada prinsipnya memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang dirasakan (yang sesungguhnya) oleh konsumen dan apa yang diingginkan (yang ideal) oleh konsumen. 6. Jamu serbuk instan adalah salah satu jenis jamu tradisional berupa bubuk yang cara mengkonsumsinya dengan diseduh air panas terlebih dahulu. 7. Jamu rebusan adalah salah satu jenis jamu tradisional berupa bahan-bahan jamu kering yang cara mengkonsumsinya dengan direbus terlebih dahulu. 8. Atribut jamu tradisional adalah karakteristik atau ciri yang melekat pada produk jamu tradisional yang berfungsi sebagai kriteria penilaian dalam pengambilan keputusan. Dalam penelitian atribut yang diteliti adalah kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk. 9. Kemasan adalah tampilan luar yang membungkus jamu tradisional sehingga lebih menarik dan terjaga kebersihannya. 10. Kepraktisan adalah kemudahan dalam mengkonsumsi jamu tradisional. 11. Khasiat adalah maanfat jamu tradisional yang akan dirasakan oleh to user konsumen jamu tradisionalcommit tersebut
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12. Informasi pemakaian adalah anjuran tertulis dalam mengkonsumsi jamu tradisional yang tertera pada kemasan jamu, yang meliputi cara pemakaian dan takaran konsumsi jamu. 13. Batas waktu penggunaan adalah waktu yang telah ditentukan untuk pemakaian atau mengkonsumsi jamu tradisional. 14. Komposisi jamu adalah bahan-bahan penyusun jamu tradisional. 15. Keamanan produk adalah jaminan bahwa jamu tradisional tersebut merupakan jamu yang terbuat dari bahan-bahan alami dan aman untuk dikonsumsi, serta telah mendapatkan izin dari DEPKES ataupun BP POM. 16. Sikap konsumen terhadap suatu produk (Ab) adalah penilaian kognitif baik maupun tidak baik sebagai tanggapan dari jamu tradisional yang diperoleh dan pengalaman atau informasi yang didapatkan. 17. Tingkat kepentingan atribut (Wi) adalah evaluasi yang dilakukan konsumen terhadap kepentingan suatu atribut, yaitu dengan menyatakan pilihan skala yang menggambar sama sekali tidak penting (1) sampai kategori sangat penting (5). 18. Performansi ideal atribut ke I (Ii) adalah keinginan performansi konsumen dari atribut yang dievaluasi. 19. Kepercayaan terhadap atribut ke i (Xi) adalah penilaian aktual suatu atribut produk seperti yang dirasakan konsumen. 20. Pasar tradisional adalah tempat berkumpulnya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar. 21. Sifat ideal yaitu sifat produk jamu tradisional yang sesuai dengan keinginan atau minat konsumen jamu tradisional.
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
III.
METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dilakukan analisis kemudian dijelaskan (Surakhmad, 1998). Teknik pelaksanaan dari penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sample dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data (Singarimbun dan Effendi, 1995). B. Metode Penentuan Lokasi Metode
Penentuan
lokasi
penelitian
dilakukan
secara
sengaja
(purposive), yaitu penentuan daerah penelitian berdasarkan pertimbanganpertimbangan
tertentu
sesuai
dengan
tujuan
penelitian
(Singarimbun dan Effendi, 1995). Penelitian ini dilaksanakan di pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini dikarenakan pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo terdapat pedagang yang menjual jamu tradisional. Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008, Kabupaten Sukoharjo memiliki 26 pasar tradisional dengan 6 pasar tradisional yang terdapat pedagang jamu tradisional, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini:
commit to user
22
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Jamu Tradisional di Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo No
Nama Pasar
Jumlah Pedagang Jamu Tradisional
1
Pasar Tawangsari
-
2
Pasar Ngalian
-
3
Pasar Bulu
-
4
Pasar Lengking
-
5
Pasar Tawangkuno
-
6
Pasar Watukelir
-
7
Pasar Purwo
-
8
Pasar Sukoharjo
9
Pasar Carikan
-
10
Pasar Nguter
109
11
Pasar Kepuh
2
12
Pasar Grogol
-
13
Pasar Telukan
-
14
Pasar Cuplik
-
15
Pasar Kedunggudel
-
16
Pasar Kartasura
-
17
Pasar Sraten
-
18
Pasar Gawok
17
19
Pasar Baki
-
20
Pasar Bekonang
8
21
Pasar Plumbon
-
22
Pasar Mulur
-
23
Pasar Glondongan
3
24
Pasar Glondongan Baru
-
25
Pasar Sedayu
-
26
Pasar Mojolaban
-
34
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, 2008 Berdasarkan Tabel 1 maka lokasi penelitian yang terpilih sebagai tempat penelitian adalah 6 pasar. Namun setelah dilakukan survey pada lokasi penelitian di Pasar Gawok ternyata tidak terdapat pedagang jamu tradisional, maka dari itu hanya 5 pasar yang di tetapkan sebagai lokasi penelitian yaitu: Pasar Sukoharjo dengan jumlah pedagang jamu tradisional 34 pedagang, commit to user Pasar Nguter sebanyak 109 pedagang, Pasar Kepuh sebanyak 2 pedagang,
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pasar Bekonang sebanyak 8 pedagang dan Pasar Glondongan sebanyak 3 pedagang. C. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode judgement sampling atau disebut juga sebagai sampel bertujuan (purposive sampling). Metode judgement sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan apa yang dipertimbangkan bahwa unit atau unsur penarikan sampel tersebut akan dapat membantu dalam menjawab pertanyaan riset yang sedang dikerjakan (Kinnear dan Taylor, 1995). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah konsumen yang membeli jamu tradisional di pasar-pasar tradisional yang telah ditentukan. Menurut Djarwanto dan Pangestu (1994), pengambilan sampel menggunakan probabilitas sebesar 95%, dikarenakan besarnya populasi tidak diketahui. Apabila dalam penentuan jumlah sampel ketika besar populasi tidak diketahui, maka dilakukan dengan pendugaan proporsi menggunakan sampel dengan keyakinan (1-α) dan besarnya error tidak melebihi suatu harga tertentu maka rumus (E) dapat digunakan untuk menentukan besarnya sampel yang harus diambil, dapat dirumuskan sebagai berikut : E = 1 , 96
P (1 - P N
)
Dimana : E = error P = proporsi populasi N = jumlah sampel Karena besarnya populasi tidak diketahui, maka P (1-P) juga tidak diketahui, tetapi karena P selalu berada diantara 0 dan 1, maka besarnya populasi maksimal adalah : f (P)
= P – P2
df (P) = 1-2P dP 0
= 1-2P
2P
=1
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
P
= 0,5
Harga maksimal dari f(P) adalah P (1-P) = 0,5 (0,5) = 0,25 Jadi besarnya sampel jika digunakan probabilitas 95% dan kesalahan yang terjadi adalah 0,1 adalah :
æ 1 , 96 N = ( 0 , 25 ) ç è 0 ,1 Berdasarkan perhitungan
2
ö ÷ = 96,04 dibulatkan menjadi 96 sampel ø dari rumus di atas, sampel yang akan diambil
adalah sebanyak 96 responden yang tersebar di lokasi pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo yang telah ditentukan. Dari 96 responden tersebut dibagi menjadi dua menurut jenis jamu tradisional yang akan diteliti yaitu jamu serbuk instan dan jamu rebusan. Berdasarkan keterangan dari pedagang jamu tradisional di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo, setiap pedagang jamu tradisional menjual jamu jenis serbuk instan maupun rebusan, namun jumlah jamu serbuk instan lebih banyak daripada jamu rebusan. Biasanya para pedagang jamu tradisional menjual jamu dengan perbandingan 8 : 2 atau dengan presentase 80% untuk jamu serbuk instan dan 20% untuk jamu rebusan. Untuk lebih jelasnya pembagian responden jamu tradisional menurut presentase penjualan jamu pada pasar tradisional di Kabupaten sukoharjo dapat dilihat dalam tabel berikut ini: Tabel 2. Pembagian Responden Berdasarkan Presentase Penjualan Jamu Tradisional pada Pasar Tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Jenis jamu Serbuk Instan Rebusan Total
Presentase 80% 20% 100%
Jumlah Responden 77 19 96
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari Informasi Pedagang Jamu Tradisional pada Pasar Tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, total responden sebanyak 96 akan terbagi menjadi dua menurut presentase penjualan jamu tradisional oleh pedagang pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo, responden jamu serbuk instan sebanyak 80% dari total responden yaitu 77 responden dan untuk responden jamu rebusan sebanyak 20% dari total responden yaitu 19 responden. commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembagian responden jamu tradisional jenis serbuk instan maupun rebusan pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo adalah menurut jumlah pedagang jamu tradisional yang terdapat di lima pasar tradisional yang telah ditentukan secara proporsional. Pembagian responden untuk masing-masing pasar tradisional tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Responden jamu serbuk instan = JumlahPedagangJamuPadaPasarX (77 ) JumlahTotalPedagangJamudiPasarKabupatenSukoharjo
Responden jamu rebusan = JumlahPedagangJamuPadaPasarX (19 ) JumlahTotalPedagangJamudiPasarKabupatenSukoharjo
Dengan rumus diatas maka pembagian responden jamu tradisional menurut jumlah pedagang jamu pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Pembagian Jumlah Responden Pada Pasar Tradisional Kabupaten Sukoharjo. No
Nama Pasar
Jumlah Pedagang Jamu Tradisional 34
Jumlah Responden Jamu Serbuk Instan 17
Jumlah Responden Jamu Rebusan 4
1
Pasar Sukoharjo
2
Pasar Nguter
109
53
13
3
Pasar Kepuh
2
1
-
4
Pasar Bekonang
8
4
1
5
Pasar Glondongan
3
2
1
156
77
19
Total
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, 2008. Tabel 3 menunjukkan jumlah responden jamu tradisional untuk masingmasing pasar tradisional di kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut: untuk Pasar Sukoharjo diambil 21 responden yang terdiri dari 17 responden jamu serbuk instan dan 4 responden jamu rebusan; Pasar Nguter sebanyak 66 responden yang terdiri dari 53 responden jamu serbuk instan dan 13 commit to 1user responden jamu rebusan; Pasar Kepuh responden jamu serbuk instan; Pasar
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bekonang sebanyak 5 responden yang terdiri dari 4 responden jamu serbuk instan dan 1 responden jamu rebusan, dan Pasar Glondongan sebanyak 3 yang terdiri dari 2 responden jamu serbuk instan 1 responden jamu rebusan. D. Jenis Dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data primer Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden maupun pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan serta dengan cara melakukan observasi/pengamatan langsung di daerah penelitian. Data primer pada penelitian ini meliputi informasi mengenai jamu tradisional dan jenis-jenis jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo, informasi tentang KOJAI Kabupaten Sukoharjo, data karakteristik responden, prilaku pembelian jamu tradisional, dan sikap konsumen terhadap produk jamu tradisional. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti serta berupa data penelitian yang diperoleh dengan mencatat laporan atau dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian. Data-data tersebut diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data industri kecil dan industri skala rumah tangga, data pasar tradisional dan jumlah pedagang di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo, kondisi umum Kabupaten Sukoharjo yang berupa keadaan alam (geografis), keadaan penduduk, dan keadaan perekonomian. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti dan kegiatan konsumen dalam melakukan pembelian. 2. Wawancara Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara berpatokan, merupakan wawancara secara langsung kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (kuesioner) agar pertanyaan dapat lebih terarah. 3. Pencatatan Teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data yang diperoleh dari segala sumber yang berkaitan dengan penelitian, baik dari hasil wawancara maupun hasil pengamatan langsung di lapangan. F. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi sifat ideal yang diinginkan konsumen jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo, maka digunakan analisis kualitas ideal konsumen terhadap atribut jamu tradisional, dengan rumus sebagai berikut : Kualitas Ideal = | Ii―Xi | Dimana : Ii = perfomansi ideal konsumen terhadap jamu tradisional Xi = kepercayaan konsumen terhadap jamu tradisional Sifat ideal terhadap atribut jamu tradisional adalah jika hasil kualitas ideal mendekati nol maka atribut sebuah produk sesuai dengan keinginan atau minat konsumen, sedangkan jika lebih dari 0,5 maka atribut sebuah produk ideal tidak sesuai dengan keinginan konsumen atau belum ideal. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Untuk mengidentifikasi sikap konsumen jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo, maka digunakan analisis model angka ideal yang dirumuskan sebagai berikut : n
Ab =
å
Wi
Ii - Xi
i =1
Di mana : Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden terhadap jamu tradisional Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap jamu tradisional Ii
= performansi ideal konsumen terhadap jamu tradisional
Xi
= kepercayaan konsumen terhadap jamu tradisional
n
= jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen Ab adalah sikap keseluruhan konsumen terhadap suatu produk yang
akan digambarkan oleh angka dari nol sampai jumlah tertentu. Semakin kecil skor Ab (mendekati nol), artinya perbedaan antara apa yang diharapkan (yang ideal) dengan sesungguhnya semakin dekat. Dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen. Wi menggambarkan evaluasi terhadap kepentingan suatu atribut. Konsumen diminta untuk menyatakan pilihan dalam skala. Sedangkan Ii menyatakan keinginan performansi ideal dari atribut yang dievaluasinya. Langkah kemudian adalah mengukur komponen Xi, yaitu memberikan penilaian aktual suatu atribut produk seperti yang dirasakan konsumen. Keidealan suatu produk dinilai dengan cara melihat skor atau point selisih antara performansi ideal dan kepercayaan terhadap atribut. Semakin kecil atau semakin mendekati nol selisih antara performansi ideal dengan kepercayaan maka atribut tersebut semakin ideal. Kriteria sikap konsumen dinilai dengan menggunakan skala linear numerik dengan rumus :
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
x =
å Wi (Ii - 1 ) Skala
Skala linear numerik : 0
£ Ab < x sangat baik
x
£ Ab < 2x baik
2x £ Ab < 3x netral 3x £ Ab < 4x buruk 4x £ Ab < 5x sangat buruk (Simamora, 2004).
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Kekuatan Pasar Tradisional. http://pikiran-rakyat.com/cetak. Diakses tanggal 30 April 2010. . 2007. Apakah Jamu Itu? http://www.jamuiboe.com/produk/php. Diakses tanggal 30 April 2010. . 2010. Pasar Tradisional. http://id.wikipedia.org/wiki/pasar. Diakses tanggal 30 April 2010. Dharmmesta, B.S dan T. Hani Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen. BPFE UGM. Yogyakarta. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo. 2008. Daftar Pasar Tradisional Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo. . 2009. Daftar Potensi Sentra Industri Kecil dan Industri Skala Rumah Tangga. Kabupaten Sukoharjo Djarwanto, P. dan S. Pangestu. 1994. Statistik Induktif Edisi Keempat. BPFE UGM. Yogyakarta. Febiyanti, D. 2006. Sikap dan Minat Konsumen Tradisional Terhadap Produk Teh di Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta. Kinnear, T.C. dan James R. Taylor. 1995. Riset Pemasaran Pendekatan Terpadu Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Kotler, P dan Susanto. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Salemba Empat. Jakarta. Kusnandar dan Marimin. 2003. Pengembangan Produk Agroindustri Jamu dan Analisis Struktur Kelembagaannya. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. XlV, No. 1. Mowen, J. dan M. Minor. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Ni Wayan. 2010. Perilaku Konsumen Pemahaman Dasar dan Aplikasinya dalam Strategi Pemasaran. Udayana Universitas Press. Bali. Pramandya, Y.S. 2010. Sikap dan Minat Konsumen Pasar Tradisional Terhadap Produk The di Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta. Putricia, D. 2002. Analisis Positioning Produk Jamu Kesehatan Bukti Mentjos pada Industri Jamu Tradisional Bukti Mentjos, Jakarta Pusat. Skripsi S1 Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Setiadi, N. 2003. Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi Strategi dan Penelitian Pemasaran. Prenada Media. Jakarta Timur. Singarimbun, M dan Effendi, S. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia. Jakarta. Soesilo, S. 1992. Peranan Jamu Dan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta. Sofa. 2008. Perilaku Konsumen. http://www.sofa.wordpress.com. Diakses pada tanggal 20 Mei 2010. Suharmiati dan Handayani, L. 2006. Cara Benar Meracik Jamu Tradisional. AgroMedia Pustaka. Depok. Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen Teori dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik. Penerbit Tarsito. Bandung.
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IV.
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam 1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif Kabupaten Sukoharjo adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Sukoharjo terletak diantara 110° 42’ 6,79” sampai 110° 57’ 33,70” LS (Lintang Selatan) dan 7° 32’ 17,00” sampai 7° 49’ 32,00” BT (Bujur Timur). Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Sukoharjo antara lain: Sebelah utara
:
Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah timur
:
Kabupaten Karanganyar
Sebelah selatan
:
Kabupaten Gunung Kidul dan (DIY) dan Kabupaten Wonogiri
Sebelah barat
:
Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali
Kabupaten Sukoharjo secara administrasi terbagi menjadi 12 kecamatan yang terdiri dari 167 desa/ kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Sukoharjo adalah 46.666 Ha atau sekitar 1,43% luas Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Polokarto yaitu 6.218 Ha (13%), sedangkan yang paling sempit adalah Kecamatan Kartasura yaitu 1.923 Ha (4%) dari luas Kabupaten Sukoharjo. 2. Keadaan Iklim Faktor iklim antara lain mencakup aspek lamanya musim kemarau dan musim penghujan serta banyaknya curah hujan dan hari hujan akan berpengaruh terhadap lingkungan seperti tingkat kesuburan lahan, kekeringan, banjir dan sebagainya. Data mengenai banyak hari hujan dan curah hujan di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:
commit to user 31
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. Banyak Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Hari Hujan (hari) 21 17 11 10 8 4 1 0 0 5 10 9
Curah Hujan (mm) 490 312 241 162 183 48 1 0 0 103 151 132
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan tertinggi di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2009 terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 490 mm dengan rata-rata hari hujan sebanyak 21 hari. Rata-rata curah hujan terendah pada bulan Agustus dan September sebesar 0 mm dan rata-rata hari hujan terendah sama pada bulan Agustus dan September sebanyak 0 hari. B. Keadaan Penduduk 1. Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan migrasi. Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir. Kenaikan jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 5. Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009 No.
Tahun
1. 2. 3. 4. 5.
2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah Rata-rata
Jumlah Penduduk (Jiwa) 821.213 826.289 831.613 837.279 843.127 4.159.521 831.904,2
Persentase Pertumbuhan (%) 0,75 0,62 0,64 0,68 0,70 3,39 0,68
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2005-2009 disebabkan jumlah penduduk yang lahir dan penduduk yang datang menetap lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mati dan penduduk yang pergi atau keluar dari Kabupaten Sukoharjo. Rata-rata jumlah penduduk selama 5 tahun terakhir sebesar 831.904,2 jiwa atau 0,68% per tahun. 2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo yang tersebar dalam 12 kecamatan adalah sebanyak 843.127 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 No. 1. 2.
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah Penduduk (Jiwa) 417.276 425.851 843.127
Persentase (%) 49,49 50,51 100
Sex Ratio
97,99
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 6 jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo sebesar 843.127 jiwa yang terdiri dari 417.276 jiwa penduduk laki-laki dan 425.851 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk perempuan sebesar 50,51% lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 49,49%.
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sex ratio merupakan perbandingan antara jumlah penduduk lakilaki dengan jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Sex ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Sex Ratio
=
Jumlah Penduduk Laki - Laki X 100% Jumlah Penduduk Perempuan
Sex Ratio
=
417.276 x100% 425.851
= 97,99% Berdasarkan Tabel 6 nilai Sex Ratio Kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar 97,99%, menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan di Kabupaten Sukoharjo terdapat 98 orang penduduk laki-laki. Jumlah penduduk perempuan yang lebih banyak daripada penduduk laki-laki ini akan berpengaruh pada pengambilan keputusan dalam membeli dan mengkonsumsi suatu produk salah satunya adalah keputusan dalam membeli dan mengkonsumsi jamu tradisional. 3. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Sukoharjo dengan luas wilayah 46.666 Ha mempunyai penduduk sebesar 843.127 jiwa dengan beragam umur. Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo menurut umur dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 2009 No.
Tahun
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 26.171 24.862 30.168 28.510 33.621 32.088 36.057 35.775 39.496 42.041 39.602 42.615 35.887 38.149 31.937 33.644 30.160 30.746 26.149 25.688 21.778 20.470 16.660 16.313 14.178 15.166 12.093 13.615 10.184 11.945 12.589 14.224 417.276 425.851
Jumlah Total 51.579 58.678 65.709 71.832 81.537 82.217 74.036 65.581 60.906 51.837 42.248 32.973 29.344 25.708 22.129 26.813 843.127
Sumber: Badan Pusat Statistik kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 7 mengenai penduduk Kabupaten Sukoharjo menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2009, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak yaitu kelompok umur 25-29 tahun sebesar 82.217, sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu pada kelompok umur 70-74 tahun sebesar 22.219. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Sukoharjo adalah kelompok usia produktif yaitu dalam pemenuhan konsumsinya memperhatikan kualitas, mutu, dan pentingnya suatu produk untuk dikonsumsi bagi kesehatan tubuh, salah satunya adalah pada saat mengkonsumsi jamu tradisional. 4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kemajuan pembangunan suatu wilayah. Kaitan pendidikan dengan pembangunan wilayah adalah semakin tinggi tingkat pendidikan maka kualitas sumber daya manusianya semakin baik, sehingga akan berpengaruh terhadap kemajuan dan perkembangan suatu wilayah. Keadaan commitpembangunan to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 8 berikut: Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 No. 1. 2. 4. 5. 6. 7. 8.
Tingkat Pendidikan Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD Tamat SD/ MI Tamat SLTP/ MTS Tamat SLTA/MA Akademi/Diploma S1/S2/S3 Jumlah
Jumlah (jiwa) 74.208 68.957 123.972 163.644 173.669 15.651 32.728 652.829
Persentase (%) 11,37 10,56 18,99 25,07 26,60 2,40 5,01 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui sebagian besar tingkat pendidikan di Kabupaten Sukoharjo adalah tamat SLTA/MA yaitu sebesar 176.669 jiwa atau sebesar 26,60%. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Sukoharjo memiliki pendidikan dasar yang cukup dan memahami
akan
pentingnya pendidikan.
Semakin
tinggi
tingkat
pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu informasi pada suatu produk. Salah satunya merupakan pengetahuan akan pentingnya produk yang akan dikonsumsi baik dari segi kualitas, mutu maupun tentang kesadaran pentingnya produk untuk kesehatan yaitu pada saat mengkonsumsi jamu tradisional. 5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Keadaan penduduk di Kabupaten Sukoharjo berdasar lapangan usaha utama dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Sukoahrjo Tahun 2009 No.
Jenis Lapangan Usaha
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pertanian Pertambangan dan Galian Industri Listrik Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Komunikasi Keuangan Jasa Jumlah
Jumlah Penduduk (Jiwa) 104.955 0 93.651 1.063 28.604 102.050 18.313 3.638 61.784 414.058
Persentase (%) 25,35 0 22,62 0,26 6,91 24,65 4,42 0,88 14,92 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang bermata pencaharian paling besar adalah sebagai petani yaitu 104.955 jiwa atau sebesar 25,35%, dan diposisi kedua adalah penduduk yang bermata pencaharian sebagai pedagang yaitu 102.050 jiwa atau 24,65%. Sedangkan pada mata pencaharian sebagai penambang dan pengali tambang tidak ada, hal ini dikarenakan di Kabupaten Sukoharjo tidak ada tempat untuk penambangan dan pengaliam bahan tambang. Jenis pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima oleh seseorang dan tingkat pendapatan yang diterima dapat mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan. Pengeluaran tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan, salah satunya yaitu dengan cara mengkonsumsi jamu tradisional.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteritik Konsumen Karakteristik konsumen yang diteliti dalam penelitian ini adalah jenis kelamin konsumen, umur konsumen, tingkat pendidikan konsumen, pekerjaan konsumen, pendapatan keluarga konsumen per bulan, serta jumlah anggota keluarga konsumen. Seorang pemasar membutuhkan beberapa karakteristik konsumen untuk menentukan sasaran konsumennya agar produk dapat diterima ataupun dijangkau oleh konsumen. 1. Jenis Kelamin Konsumen Karakteristik konsumen berupa jenis kelamin adalah perempuan dan laki – laki. Karakteristik tersebut dapat dibedakan sebagai berikut : Tabel 10. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
1. 2.
Perempuan Laki-laki Jumlah
Serbuk Instan Jumlah Persentase Konsumen (%) 68 88,31 9 11,69 77 100,00
Rebusan Jumlah Persentase Konsumen (%) 16 84,21 3 15,79 19 100,00
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 10 menunjukkan bahwa konsumen jamu tradisional dengan jenis kelamin perempuan memiliki jumlah yang lebih banyak dari konsumen jamu tradisional dengan jenis kelamin laki-laki. Konsumen jamu tradisional serbuk instan berjumlah 77 konsumen yang terdiri dari 68 perempun dan 9 laki-laki. Sedangkan konsumen jamu tradisional rebusan berjumlah 19 konsumen yang terdiri dari 16 perempuan dan 3 laki-laki. Berdasarkan jumlah konsumen diatas diketahui konsumen dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak membeli jamu tradisional di pasar tradisional dari pada konsumen dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan sebagian besar perempuan melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional. Perempuan lebih berperan sebagai pengambil keputusan to user dalam pembelian berbagaicommit kebutuhan rumah tangga dan bertugas untuk 38
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melakukan kegiatan belanja pada pasar tradisonal. Jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo memang banyak di jual pada pasar tradisional, oleh sebab itu banyak ibu-ibu yang melakukan pembelian jamu tradisional bersamaan dengan belanja kebutuhan rumah tangga sehari-hari d pasar tradisional. 2. Umur Konsumen Memahami usia konsumen adalah hal yang penting, karena perbedaan usia pada konsumen akan menyebabkan perbedaan selera dalam membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Karakteristik konsumen menurut kelompok umur adalah sebagai berikut : Tabel 11. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan Kelompok Umur. Kelompok No Umur 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ Jumlah
Serbuk Instan Rebusan Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%) Konsumen Konsumen 2 2,60 3 3.90 10 12,98 18 23.38 4 21,05 23 29,87 8 42,10 13 16,88 4 21,06 4 5,19 2 10,53 2 2,60 1 5,26 2 2,60 77 100,00 19 100,00
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa kelompok umur 50-54 tahun paling banyak membeli jamu tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan. Berdasarkan data tersebut maka pembelian jamu tradisional banyak dilakukan oleh konsumen yang berumur 50-54 tahun commit to user baik jamu tradisional yang berupa serbuk instan maupun jamu tradisional
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rebusan. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen jamu tradisional berada pada kelompok umur yang telah matang. Pada kelompok umur tersebut konsumen rata-rata sudah memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan tentang jamu tradisional. Misalnya saja pengalaman dan pengetahuan tentang tanaman-tanaman yang digunakan sebagai bahan-bahan untuk membuat jamu tradisional, biasanya orang yang usianya lebih tua mempunyai lebih banyak pengalamam dan pengetahuan tersebut bila dibandingkan dengan usia muda dan remaja. Kebanyakan anak muda sekarang memang kurang begitu tahu tentang tanaman yang berkhasiat obat, karena sekarang ini tanaman-tanaman obat jarang di temukan beda dengan dulu tanaman obat masih banyak ditemukan dipekarangan-pekarangan rumah. Selain itu konsumen juga memiliki pertimbangan tertentu dalam mengambil keputusan pembelian jamu tradisional pada pasar tradisional untuk dikonsumsi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki tentang jamu tradisional, sehingga jamu tradisional yang mereka beli sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Untuk golongan umur yang lebih muda kebanyakan kurang tertarik pada jamu tradisional, mereka beranggapan mengkonsumsi jamu tradisional adalah cara kuno. Tidak jauh berbeda dengan golongan umur yang lebih muda, golongan umur 35-50 tahun kurang begitu tertarik mengkonsumsi jamu tradisional. Golongan umur ini biasanya memiliki pendidikan yang lebih tinggi dengan penghasilan yang lebih tinggi pula, mereka lebih memilih cara yang modern saat merasakan capek ataupun pegal-pegal, misalnya dengan pijat refleksi atau ke salon untuk perawatan. Sedangkan untuk golongan umur yang lebih tua cenderung enggan melakukan pembelian jamu tradisional di pasar tradisional, hal tersebut mungkin karena faktor umur yang sudah tua sehingga mereka tidak mau repot pergi ke pasar tradisional untuk membeli jamu tradisional. commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Tingkat Pendidikan Konsumen Tingkat pendidikan akan mempengaruhi keputusan konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin tinggi informasi dan pengetahuan yang diterima seseorang. Karakteristik konsumen berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut: Tabel 12. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan Tingkat Pendidikan. No
1. 2. 3. 4. 5.
Tengkat Pendidikan SD/SR SMP/SLTP SMA/SMK D1,D3 S1 Jumlah
Serbuk Instan Rebusan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Konsumen (%) Konsumen (%) 33 42,86 10 52,63 23 29,87 7 36,84 19 24,67 2 10,53 2 2,60 77 100,00 19 100,00
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan konsumen jamu tradisional serbuk instan dan rebusan paling banyak adalah SD dengan jumlah 33 konsumen jamu tradisional serbuk instan dan 10 konsumen jamu tradisional rebusan, sedangkan diurutan yang kedua adalah konsumen dengan tingkat pendidikan SMP/SLTP yaitu sebanyak 23 konsumen jamu tradisional serbuk instan dan 7 konsumen jamu tradisional rebusan. Hal ini menunjukkan konsumen yang mengkonsumsi jamu tradisional dikatakan memiliki tingkat pendidikan yang rendah, sebab sebagian besar konsumen jamu tradisional hanya menyelesaikan pendidikannya sampai pada Sekolah Dasar (SD). Walaupun demikian, mereka juga memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang jamu tradisional, karena pengalaman dan pengetahuan tentang jamu tradisional tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber tidak hanya di bangku pendidikan saja. Namun dapat diperoleh melalui iklan melalui media elektronik seperti radio dan televisi juga melalui surat kabar. commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Pekerjaan Konsumen Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan konsumen. Dan selanjutnya profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya. Pendapatan dan pendidikan tersebut kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi seseorang (Sumarwan, 2003). Karakteristik konsumen jamu tradisional berdasarkan jenis pekerjaan adalah sebagai berikut : Tabel 13. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan Jenis Pekerjaan. No
Jenis Pekerjaan
1. 2.
PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Petani Ibu Rumah Tangga Lain-lain Jumlah
3. 4. 5. 6.
Serbuk Instan Rebusan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Konsumen (%) Konsumen (%) 2 3,90 10 12,99 2 10,53 48 10 5
62,34 12,99 6,49
12 3 2
63,15 15,79 10,53
2 77
1,29 100,00
19
100,00
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa sebagian besar konsumen yang mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta. Konsumen yang mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan yang memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 48, sedangkan konsumen yang mengkonsumsi jamu tradisional rebusan yang memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 12. Terkait dengan umur konsumen jamu tradisional yang paling banyak menkonsumsi jamu adalah 50-54 tahun dan pendidikan yang rendah hanya sampai tingkat SD, pekerjaan sebagai wiraswasta yang banyak dimiliki konsumen jamu tradisional adalah sebagai pedagang. Misalnya pedagang makanan serta commit bakul warung kelontong dan sayur.to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Seorang wiraswasta pastilah bekerja keras dalam usahanya, mereka membutuhkan minuman kesehatan seperti jamu tradisional untuk menyehatkan badan mereka sehingga pegal-pegal dan rasa capek yang dikeluhkan akibat pekerjaannya yang melelahkan dapat hilang atau terobati. Wiraswasta sebagai konsumen yang banyak menkonsumsi jamu tradisional, hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk Kabupaten Sukoharjo selain sebagai petani adalah sebagai wiraswasta. 5. Pendapatan Konsumen Menurut Simamora (2004), jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang erat kaitannya dengan tingkat pendapatan yang diperoleh, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap daya beli rumah tangga konsumen. Pendapatan sangat mempengaruhi seseorang dalam memilih produk yang akan dikonsumsi. Karakteristik konsumen jamu tradisional berdasarkan pendapatan konsumen adalah sebagai berikut : Tabel 14. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan Jenis Pendapatan Rumah Tangga Konsumen (dalam satu bulan). No
Pendapatan per bulan
1. 2.
< Rp 750.000,00 Rp 750.000,00 – Rp 1.250.000,00 >Rp 1.250.000,00 Jumlah
3.
Serbuk instan Jumlah Persenta Konsumen se (%) 3 3,90 27 35,06 47 77
61,04 100,00
Rebusan Jumlah Persenta Konsumen se (%) 2 10,53 8 42,10 9 19
47,37 100,00
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa konsumen yang mengkonsumsi jamu tradisional terbanyak adalah konsumen yang Berpenghasilan >Rp 1.250.000,00 yaitu terdiri dari 47 konsumen jamu tradisional serbuk instan dan 9 konsumen jamu tradisional rebusan. Selanjutnya konsumen jamu tradisional dengan penghasilan antara Rp 750.000,00 – Rp 1.250.000,00 yaitu 27 konsumen jamu tradisional serbuk instan dan 8 konsumen jamu rebusan. Jumlah yang terendah yaitu konsumen dengan penghasilan
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menunjukkan
bahwa
sebagian
besar
konsumen
jamu
tradisional
mempunyai pendapatan yang cukup tinggi yaitu >Rp 1.250.000,00. Kebanyakan dari konsumen ini bermata pencaharian sebagai wiraswasta. Mereka membuka usaha sendiri dan pendapatan rumah tangganya tidak terpatok pada gaji. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka akan mendorong seseorang dalam melakukan kegiatan belanja atau pembelian, termasuk membeli jamu tradisional guna kebutuhan kesehatan konsumen. 6. Jumlah Anggota Keluarga Konsumen Setiap anggota keluarga dapat saling mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dalam mengkonsumsi produk dimana semakin banyak jumlah anggota keluarga maka keputusan untuk membeli sebuah produk
semakin
besar.
Karakteristik
konsumen
jamu
tradisional
berdasarkan jumlah anggota keluarga adalah sebagai berikut : Tabel 15. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga. No
1. 2. 3.
Jumlah Anggota Keluarga 2-3 4-5 6-7 Jumlah
Serbuk instan Jumlah Persentase Konsumen (%) 15 19,48 45 58,44 17 22,08 77 100,00
Rebusan Jumlah Persentase Konsumen (%) 2 10,53 13 68,42 4 21,05 19 100,00
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa sebagian besar jumlah anggota keluarga yang mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan dan rebusan yaitu sebanyak 4-5 orang yang terdiri dari 45 konsumen jamu tradisional serbuk instan dan 13 konsumen jamu tradisional rebusan. Walaupun jumlah anggota keluarga dari konsumen jamu tradisional adalah 4 hingga 5 orang tapi yang mengkonsumsi jamu tradisional biasanya hanya bapak dan ibu ataupun kakek dan nenek saja, jadi tidak semua anggota keluarga mengkonsumsi jamu tradisional. Walaupun demikian setiap anggota keluarga dapat saling mempengaruhi pada saat pengambilan keputusan mengkonsumsicommit jamu totradisional. Semakin banyak jumlah user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
anggota keluarga maka kemungkinan pengambilan keputusan yang dipengaruhi keluarga juga semakin besar. Anggota keluarga dapat memberikan sumbangan pendapat dalam melakukan pemilihan atribut jamu tradisional yang akan dibeli. Menurut Sumarwan (2003), anggota keluarga saling mempengaruhi dalam keputusan pembelian dan konsumsi suatu produk. Beberapa peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan antara lain inisiator, pemberi pengaruh, penyaring informasi, pengambil keputusan, pembeli, dan pengguna. B. Perilaku Beli Konsumen Menurut Simamora (2004), perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai mengkonsumsi dan menghabiskan produk.
Perilaku beli konsumen jamu
tradisional di Kabupaten Sukoharjo yang diteliti adalah meliputi jenis jamu,volume/berat, kemasan, frekuensi, jumlah pembelian, harga dan uji kesehatan sebagai berikut : 1. Jenis Jamu Tradisional Jenis jamu tradisional yang diteliti dalam penelitian ini adalah jenis jamu tradisional serbuk instan dan rebusan. Adapun jumlah konsumen untuk masing-masing jenis jamu tradisional yang diteliti adalah sebagai berikut: Tabel 16. Jenis Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo No Jenis Jamu 1. Serbuk Instan 2. Rebusan Total
Jumlah Konsumen 77 19 96
Presentase 80,21 19,79 100
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa jumlah konsumen untuk jamu tradisional serbuk instan lebih banyak dari pada jamu tradisional rebusan. Hal tersebut dikarenakan jenis jamu tradisional yang lebih banyak dijual pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo adalah commit to user jamu tradisional serbuk instan. Presentase perbandinga antara jamu
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
tradisional serbuk instan dan jamu tradisional rebusan adalan 80% : 20%. Jenis jamu tradisional serbuk instan yang sering dibeli oleh konsumen antara lain pegal linu, rematik, asam urat, kunyit asam, kunyit asam sirih, sepet wangi, galian singset, rapet wangi, raket wangi, sehat wanita, dan peluruh lemak. Sedangkan untuk jenis jamu rebusan yang sering dibeli oleh konsumen adalah pegal linu, rematik, asam urat, dan gadung crobo. Kedua jenis jamu tradisional tersebut berasal dari berbagai merek jamu, ada yang berasal dari industri jamu di Kabupaten Sukoharjo dan sekitarnya seperti jamu Sabdo Palon, Narodo, Kresno, Anoman, Werkudoro, Gatotkaca, Bisma, Wisanggeni, Gujati, Suti Sehati, Ny.Tinah, Ny.Satiman, Khasiat Alam dan lain sebagainya, serta ada jamu yang dari pabrik besar seperti jamu Jago, Nyonya Meneer, Leo, Sido Muncul, dan Air Mancur. Dari berbagai jenis jamu dan produsen jamu diatas yang paling banyak dibeli oleh konsumen baik untuk jamu tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan adalah jamu pegal linu. Untuk jamu tradisional serbuk instan yang paling banyak dibeli adalah jamu pegal linu komplit yang di produksi oleh pabrik jamu Sidomuncul, karena jamu ini telah dikemas dalam satu paket komplit yang terdiri dari jamu pegal linu, beras kencur, jahe wangi, pil gingseng dan madu. Sedangkan untuk jamu rebusan adalah jamu pegal linu dari berbagai merek dan produsen jamu, karena memang jamu rebusan pegal linu yang biasa dibeli oleh konsumen. 2. Volume/Berat Jamu Tradisional Volume/berat jamu tradisional serbuk instan dan jamu tradisional rebusan yang dibeli oleh konsumen pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo beraneka ragam beratnya tergantung dari jenis jamu yang konsumen beli. Setiap jenis jamu memiliki berat yang berbeda sesuai dengan bahan menyusun jamu tersebut dan besar kecilnya kemasan. Jenis jamu tradisional serbuk instan memiliki berat per bungkus kecil atau sachet berkisat antara 5-10 gram. Sedangkan untuk jenis jamu tradisional rebusan biasanya mempunyai berat antara 150-300 gram. commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Kemasan Jamu Tradisional Jamu tradisional yang dijual pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo dikemas dalam beberapa kemasan, diantaranya menggunakan plastik, kertas, mika dan ada yang menggunakan kardus. Jumlah jamu tradisional serbuk instan dan jamu tradisional rebusan untuk masingmasing kemasan dapat diketahui pada tabel berikut: Tabel 17. Kemasan Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo. No Kemasan
1. 2. 3. 4.
Plastik Kertas Mika Karton Jumlah
Serbuk instan Jumlah Persentase Konsumen (%) 64 83,12 4 5,19 9 11,69 77
100,00
Rebusan Jumlah Persentase Konsumen (%) 16 84,21 2 10,53 1 5,26 19
100,00
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar kemasan yang digunakan pada jamu tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan yang dibeli oleh konsumen adalah kemasan plastik, yaitu untuk jamu tradisional serbuk instan sebesar 64 konsumen dan untuk jamu tradisional rebusan ada 16 responden. Selain plastik ada juga kemasan jamu tradisional serbuk instan yang menggunakan kertas dan juga karton. Kemasan karton biasanya digunakan untuk satu pak jamu tradisional serbuk instan yang terdiri dari 10 sachet jamu serbuk instan kemasan plastik. Untuk jamu tradisional rebusan selain menggunakan plastik juga ada yang menggunakan mika plastik dan karton. 4. Frekuensi Pengkonsumsian Jamu Tradisional Dalam 1 Bulan Frekuensi pengkonsumsian jamu tradisional dalam 1 bulan beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen jamu tradisional. Untuk jenis jamu tradisional serbuk instan frekuensi pengkonsumsian konsumen berkisar antara 2-10 kali konsumsi jamu dalam 1 bulan. Sedangkan untuk jenis jamu tradisional rebusan berkisar antara 4-8 kali commit to user konsumsi jamu dalam 1 bulan. Konsumen jamu tradisional tidak setiap
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hari mengkonsumsi jamu, mereka mengkonsumsi jamu pada saat merasa capek atau ada keluhan yang dirasakan saja. 5. Jumlah Pembelian Jamu Tradisional Dalam 1 bulan Konsumen jamu tradisional serbuk instan dalam 1 bulan rata-rata mengbeli jamu sebanyak 2-10 bungkus sachet, sedangkan untuk jamu rebusan dalam 1 bulan rata-rata konsumen membeli jamu sebanyak 4 bungkus. Untuk jamu tradisional serbuk instan kemasan 1 pak berisi 5-10 sachet dapat dikonsumsi selama 5-10 kali pemakaian, sedangkan untuk 1 bungkus jamu tradisional rebusan dapat direbus ulang selama 2-3 hari dan untuk sehari biasanya diminum 2 kali yaitu pagi dan sore. Konsumen membeli jamu tradisional sesuai dengan jumlah yang akan dikonsumsi sehingga mereka tidak perlu bolak-balik untuk membeli jamu ke pasar. 6. Harga Jamu Tradisional Per Bungkus Harga jamu tradisional yang dijual pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo sangat bervariasi dan tergolong murah. Harga jamu tradisional tersebut dipengaruhi oleh merek, kemasan, dan volume jamu. Adapun harga jamu tradisional yang sering dibeli oleh konsumen adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
Tabel 18. Harga Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo. No Jenis dan Merek Jamu 1. Serbuk Pegel Linu Komplit Sido Muncul 2. Serbuk Pegel Linu Super Sabdo Palon (pak) 3. Serbuk Pegel Linu Biasa Sabdo palon, Werkudoro, Narodo, dll. (pak) 4. Serbuk Tolak Angin Komplit Sido Muncul 5. Serbuk Kunyit Asam Sido Muncul (isi 5) 6. Serbuk Kunyit Asam Sirih Sido Muncul (isi 5) 7. Serbuk Kunyit Asam (sachet) 8. Serbuk Rematik Super (pak) 9. Serbuk Rematik Biasa (pak) 10. Serbuk Sehat Wanita (sachet) 11. Serbuk Galian Singset (pak) 12. Serbuk Peluntur Lemak (pak) 13. Serbuk Cuci Darah (sachet) 14. Serbuk Sepet Wangi Super (pak) 15. Serbuk Raket Wangi Super (pak) 16. Rebusan Sabdo Seger (300 gr) 17. Rebusan Sabdo Seger (200 gr) 18 Rebusan Seger Waras, Seribu Waras, dll. (300 gr) 19. Rebusan Seger Waras, Seribu Waras, dll. (200 gr) 20. Rebusan Kalajengking (300 gr) 21. Rebusan (100 gr)
Harga Jamu Rp 2.000,Rp 5.000,Rp 2.500,Rp 2.000,Rp 5.500,Rp 6.000,Rp 1.500,Rp 5.000,Rp 2.000,Rp 1.500,Rp 3.000,Rp 3.000,Rp 1.500,Rp 5.000,Rp 5.000,Rp 7.500,Rp 6.000,Rp 6.000,Rp 5.000,Rp 5.000,Rp 2.500,-
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 18. Dapat diketahui bahwa harga jamu serbuk instan sachet berkisar antara Rp 1.000,- hingga Rp 2.500, untuk kemasan kardus berisi 5 sachet ada yang harganya Rp 5.500,- dan ada yang harganya Rp 6.000,-, sedangkan untuk jamu kemasan satu pak yang berisi 10 jamu sachet harganya antara Rp 2.000,- hingga Rp 6.000,-. Untuk jamu tradisional rebusan harganya berkisar antara Rp 2.500,- hingga Rp 7.500,sesuai dengan ukuran dan kemasannya. 7. Uji Kesehatan Sebagian besar jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo telah terdapat uji kesehatan yaitu dengan terteranya izin dari BP POM dan DEPKES pada produk jamu. Untuk jamu tradisonal serbuk instan yang dibeli oleh konsumen jamu semua telah terdapat uji kesehatan, commit to user sedangkan untuk jamu tradisional rebusan terdapat satu produk jamu
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
tradisional yang yang belum ada uji kesehatannya, karena pada produk jamu tersebut tidak tertera izin dari BP POM maupun DEPKES. Selai izin dari BP POM dan DEPKES juga terdapat tangggal batas waktu penggunaan jamu tradisional tersebut. Untuk jamu tradisional serbuk instan dapat digunakan selama kurang lebih 3 tahun setelah diproduksi, dan untuk jamu tradisional rebusan belum tertera secara jelas batas waktunya. Biasanya untuk mengetahui apakah jamu tersebut masih layak dikonsumsi yaitu dengan melihat bentuk dari bahan-bahan yang digunakan untuk membuatnya. Kebanyakan jamu tradisional rebusan dikemas dalam plastik bening atau mika dan yang dkemas dalam bok karton juga terdapat salah satu sisi yang dibuat transparan dari plastik, sehingga konsumen jamu dapat melihat bahan-bahan penyusun jamu tradisional rebusan masih layak dikonsumsi atau tidak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dari 77 jumlah konsumen yang membeli jamu tradisional serbuk instan terdapat 34 konsumen yang membeli produk jamu tradisional dengan izin dari BP POM dan 43 konsumen yang membeli jamu tradisional dengan izin dari DEPKES. Jamu tradisional serbuk instan yang memiliki izin dari PB POM tersebut yaitu jamu produksi dari pabrik jamu Sidomuncul jamu produksi dari industry di Sukoharjo yaitu Sabdo Palon. Untuk jamu tradisional rebusan dari 19 konsumen jamu tradisional rebusan terdiri dari 9 konsumen telah membeli jamu tradisional dengan izin dari BP POM, 9 konsumen membeli jamu yang hanya mempunyai izin dari DEPKES, dan terdapat satu konsumen membeli jamu tradisional rebusan belum menyantumkan izin baik dari DEPKES maupun BP POM. Jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo yang merupakan produksi Kabupaten Sukoharjo sendiri masih banyak yang belum menperoleh izin dari BP POM. Hal ini karena industri jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo masih tergolong industri kecil rumah tangga dan untuk mendapatkan izin dari BP POM memerlukan biaya yang mahal. Ada satu commit to userSukoharjo yang cukup besar dan industri jamu tradisional di Kabupaten
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ternama yaitu Sabdo Palon, semua jamu tradisional produksi Sabdo Palon baik jamu tradisional serbuk instan dan jamu tradisional rebusan telah memperoleh izin dari BP POM. 8. Alasan pembelian Jamu Tradisional Setiap konsumen memiliki alasan yang berbeda-beda dalam melakukan pembelian jamu tradisional di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo. Adapun alasan pembelian dan jumlah konsumen untuk jamu tradisional serbuk instan dan jamu rebusan adalah sebagai berikut: Tabel 19. Alasan Pembelian Jamu Tradisional. No
Alasan Pembelian
1.
Menyehatkan Badan Menyembuhkan Penyakit Terbuat Dari Bahan Alami Kebiasaan Mengkonsumsi Jamu Alasan lain Jumlah
2. 3. 4.
5.
Serbuk instan Rebusan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Konsumen (%) Konsumen (%) 23 29,87 4 21,05 -
-
-
-
46
59,74
15
78,95
6
7,79
-
-
2 77
2,60 100,00
19
100,00
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan
Tabel 19 dapat diketahui bahwa konsumen jamu
tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan mempunyai alasan yang sama untuk membeli jamu tradisional, yaitu jamu tradisional terbuat dari bahan alami yang aman untuk dikonsumsi dengan jumlah konsumen jamu serbuk instan sebanyak 46 konsumen dan konsumen jamu tradisional rebusan sebanyak 15 konsumen. Alasan kedua konsumen dalam membeli jamu tradisional baik jamu rebusan maupun jamu serbuk instan adalah karena jamu tradisional menyehatkan badan, yaitu dengan jumlah konsumen jamu tradisional serbuk instan sebanyak 23 konsumen dan jamu tradisional rebusan sebanyak 4 konsumen. Selanjutnya ada 6 konsumen jamu tradisionalcommit serbuktoyang usermembeli jamu tradisional dengan
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
alasan, karena kebiasan mengkonsumsi jamu dan ada 2 konsumen serbuk instan yang memilih alasan lain-lain. Alasan lain-lain tersebut yaitu mereka beranggapan bahwa jamu tradisional lebih murah dan lebih enak rasanya bila dibandingkan dengan obat kimia. Konsumen mengkonsumsi jamu tradisional dengan tujuan untuk mengobati rasa capek dan keluhan yang dialami konsumen. Setiap konsumen mempunyai alasan yang berbeda-beda dalam melakukan pembelian jamu. Ada yang membeli jamu tradisional karena jamu tradisional dapat menyehatkan badan, ada juga yang alasannya karena jamu tradisional terbuat dari bahan-bahan alami yang aman dikonsumsi, dan ada konsumen yang memilih jamu tradisional karena sudah terbiasa minum jamu tradisional. Alasan-alasan tersebut diatas merupakan suatu keistimewaan dari jamu tradisional yang menjadi salah satu daya tarik konsumen sehingga konsumen membeli jamu tradisional. 9. Dampak Tidak Mengkonsumsi Jamu Tradisional Konsumen mengkonsumsi jamu tradisional pastilah untuk tujuan tertentu, misalnya saja untuk menghilangkan capek-capek atau pegal-pegal yang
dirasakan
oleh
konsumen.
Dan
ketika
konsumen
tidak
mengkonsumsi jamu tradisional yang biasa mereka konsumsi pasti ada dampak yang akan mereka rasakan. Adapun dampak yang konsumen rasakan saat tidak mengkonsumsi jamu tradisional adalah sebagai berikut: Tabel 20. Dampak Yang Konsumen Rasakan Ketika Tidak Mengkonsumsi Jamu Tradisional. No
1. 2. 3. 4. 5.
Dampak
Pegal-pegal Nyeri/Sakit Capek Gatal Tidak Ada Jumlah
Serbuk instan Jumlah Persentase Konsumen (%) 31 40,26 2 2,60 2 2,60 1 1,30 41 53,24 77 100,00
Sumber : Analisis Data Primer commit to user
Rebusan Jumlah Persentase Konsumen (%) 16 84,22 1 5,26 1 5,26 1 5,26 19 100,00
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa untuk konsumen jamu tradisional serbuk instan yang berjumlah 77 konsumen terdapat 41 konsumen menyatakan jika tidak merasakan dampak apapun ketika mereka tidak mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan. Dan terdapat 31 konsumen yang merasakan pegal-pegal ketika mereka tidak mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan yang biasa mereka konsumsi. Selanjutnya ada 2 konsumen merasakan nyeri atau sakit pada bagian kaki, tangan atau bagian tubuh lainnya, 2 konsumen merasa capekcapek dan 1 konsumen merasakan dampak gatal-gatal saat tidak mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan, hal ini disebabkan konsumen mengalami darah kotor yang mengakibatkan konsumen bentol-bentol dan merasakan gatal. Sedangkan untuk konsumen jamu rebusan terdapat 16 konsumen yang merasakan pegal-pegal ketika mereka tidak mengkonsumsi jamu tradisional rebusan yang biasa mereka minum, dan terdapat masing-masing satu konsumen yang merasakan nyeri atau sakit,
capek
dan
tidak
merasakan
dampak
apapun
saat
tidak
mengkonsumsi jamu tradisional rebusan. Banyak konsumen yang tidak merasakan dampak apapun ketika mereka tidak mengkonsumsi jamu tradisional dikarenakan kebanyakan dari konsumen memang tidak menderita penyakit yang serius, mereka minum jamu tradisional sebagai minuman kesehatan untuk menghilangkan pegal-pegal dan rasa capek. Sehingga konsumen tidak akan merasakan dampak yang berbahya ketika mereka tidak mengkonsumsi jamu tradisional yang biasa mereka konsumsi. 10. Alasan Pembelian Jamu Tradisional Di Pasar Tradisional Salah satu tempat yang banyak menjual jamu tradisional baik jamu tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan di Kabupaten Sukoharjo adalah pasar tradisonal. Berikut ini adalah alasan konsumen membeli jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo: commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 21. Alasan Pembelian Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo. No
Alasan Pembelian
1.
Menyediakan Berbagai Merek Menyediakan Berbagai Kemasan Murah Dekat Dengan Rumah Alasan lain Jumlah
2.
3. 4. 5.
Serbuk instan Rebusan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Konsumen (%) Konsumen (%) 14 18,18 1 5,26
4
5,20
1
5,26
38 6
49,35 7,79
11 -
57,90 -
15 77
19,48 100,00
6 19
31,58 100,00
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa alasan paling banyak baik konsumen jamu tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan untuk membeli jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo adala karena jamu tradisional yang dijual di pasar tradisional lebih murah bila dibandingkan dengan jamu yang dijual pada outlet jamu, yaitu sebanyak 38 konsumen jamu tradisional serbuk instan dan 11 konsumen jamu tradisional rebusan. Alasan selanjutnya adalah lain-lain, alasan lain-lain ini diantaranya adalah karena konsumen sudah berlangganan untuk membeli jamu di pasar tradisional, adapula yang menjawab jamu yang di jual pada pasar tradisional lebih komplit. Alasan lain selain alasan diatas adalah karena pada pasar tradisional menyediakan berbagai merek jamu, berbagai kemasan jamu dan karena jarak rumah konsumen yang dekat dengan pasar tradisional. Konsumen jamu tradisional serbuk instan dan jamu tradisional rebusan mempunyai alasan terbanyak memilih membeli jamu tradisional pada pasar tradisional yaitu karena harga jamu tradisional lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat. Hal tersebut karena jamu yang dijual di pasar tradisional lebih murah bilang dibandingkan dengan jamu yang dijual di commit to user outlet jamu atau di warung. Pasar Nguter merupakan salah satu pasar
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tradisional di Kabupaten sukoharjo yang merupakan sentral penjualan jamu. Di pasar tersebut kita dapat membeli jamu secara grosir maupun eceran. Para penjual jamu yang berasal dari Kabupaten sukoharjo dan sekitarnya yang merantau di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya biasanya membeli jamu tradisional yang akan mereka dagangkan di pasar ini. Selain harganya yang murah pasar ini juga menyediakan bermacam-macam jamu mulai dari jamu hasil produksi Kabupaten Sukoharjo hingga jamu produksi pabrik-pabrik besar. 11. Waktu Membeli Jamu Tradisional Konsumen jamu tradisional dalam membeli jamu tradisional biasanya pada saat belanja di pasar tradisional maupun secara khusus membeli jamu tradisonal saja. Adapun waktu pembelian jamu tradisional pada pasar tradisional oleh konsumen adalah sebagai berikut: Tabel 22. Waktu Pembelian Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo. No
Waktu Pembelian
1.
Pada Saat Membeli Keperluan Rumah Tangga Khusus Untuk Membeli Jamu Tradisonal Jumlah
2.
Serbuk instan Rebusan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Konsumen (%) Konsumen (%) 69 89,61 16 84,21
8
10,39
3
15,79
77
100,00
19
100,00
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa sebagian besar konsumen jamu tradisional baik jamu tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan membeli jamu di pasar tradisional pada saat membeli keperluan rumah tangga, yaitu sebanyak 85 konsumen jamu yang terdiri dari 69 konsumen jamu tradisional serbuk instan dan 16 konsumen untuk jamu rebusan. sedangkan konsumen yang pergi ke pasar tradisional khusus membeli jamu tradisional terdapat 11 konsumen jamu yang terdiri commit to user dari 8 konsumen tradisional serbuk instan dan 3 konsumen jamu rebusan.
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
Sebagian besar konsumen yang membeli jamu tradisional di pasar tradisional pada saat membeli keperluan rumah tangga adalah konsumen dengan jenis kelamin perempuan atau ibu-ibu yang berbelanja ke pasar tradisional untuk membeli keperluan rumah tangga sehari-hari. Untuk konsumen yang pergi ke pasar khusus untuk membeli jamu kebanyakan adalah konsumen denan jenis kelamin laki-laki, mereka memang pergi ke pasar tradisional untuk membeli jamu saja tidak untuk berbelanja. 12. Alokasi Pembelian Jamu Tradisional Konsumen jamu tradisional serbuk instan dan jamu tradisional rebusan yang membeli jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo dalam pembelian ini mempunyai alokasi pembelian jamu yang cukup murah. Alokasi pembelian jamu tradisional serbuk instan untuk 1 bulan berkisar antara Rp 3.000,- hingga Rp 15.000,- dan untuk jamu tradisional rebusan alokasi pembelian jamu dalam 1 bulan sebesar Rp 10.000,- hingga Rp 30.000,-. Hal ini dikarenakan harga jamu yang cukup murah dan terjangkau oleh masyarakat, untuk jamu serbuk instan sachet berkisar antara Rp 1.000,- hingga Rp 2.500, untuk kemasan kardus berisi 5 sachet ada yang harganya Rp 5.500,- hingga Rp 6.000,-, sedangkan untuk jamu kemasan satu pak yang berisi 10 jamu sachet harganya antara Rp 2.000,- hingga Rp 6.000,-. Untuk jamu tradisional rebusan harganya berkisar antara Rp 2.500,- hingga Rp 7.500,- sesuai dengan ukuran dan kemasannya. C. Analisis Tingkat Kepentingan Konsumen dan Ideal Konsumen Terhadap Masing-Masing Atribut Jamu Tradisional 1. Analisis Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Jamu Tradisional Konsumen yang membeli jamu tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan akan mempertimbangkan atribut-atribut menurut kepentingannya. Atribut-atribut yang melekat pada jamu tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan merupakan salah satu daya tarik commit topada user saat melekukan membeli jamu bagi konsumen jamu tradisional
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tradisional khususnya pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Salah satunya yaitu kemasan, kemasan yang melekat pada jamu tradisional serbuk instan dapat berupa kertas maupun plastik dan jenis yang ditawarkan bermacam-macam sehingga konsumen dapat memilih sesuai dengan kebutuhanya. Kemasan yang melekat pada jamu tradisional rebusan berupa plastik bening, mika dan bok karton dengan ukuran berbeda-beda sehingga konsumen dapat membeli sesuai yang diinginkan. Tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut jamu tradisional dapat diketahui dengan cara perangkingan atribut-atribut yang ada pada jamu tradisional berdasarkan data yang dihimpun dari konsumen jamu tradisional pada saat penelitian, yaitu sebagai berikut : Tabel 23. Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Jamu Tradisional. Atribut Kemasan Kepraktisan Khasiat Informasi pemakaian Batas waktu penggunaan Komposisi jamu Keamanan
STP TP [1] [2] -
N [3] 12 24 -
PT [4] 76 72 80 82
SPT [5] 8 16 14
Total
N
Wi
380,16 359,04 400,32 398,40
96 96 96 96
3,96 3,74 4,17 4,15
Rangking 6 7 4 5
-
-
-
7
89
473,96
96
4,93
2
-
-
-
54
42
424,32
96
4,42
3
-
-
-
4
92
476,16
96
4,96
1
Sumber : Analisis Data Primer Keterangan : STP : Sangat Tidak Penting TP
: Tidak Penting
N
: Netral
PT
: Penting
SPT : Sangat Penting N
: Jumlah Konsumen Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa dalam mengkonsumsi
commit to user jamu tradisional, atribut yang paling dipertimbangkan konsumen adalah
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atribut keamanan produk dengan nilai total 476,16. Atribut yang dipertimbangkan selanjutnya batas waktu pengunaan, komposisi jamu, khasiat, informasi pemakaian, kemasan dan kepraktisan jamu tradisional yang bernilai total antara lain 473,96; 424,32; 400,32; 398,40; 308,16 dan 359,04. Atribut
keamanan
produk
menjadi
pertimbangan
pertama
konsumen dalam melakukan pembelian jamu tradisional, karena konsumen jamu tradisional menginginkan jamu yang mereka beli merupakan jamu yang benar-benar aman dikonsumsi dan terbuat dari bahan-bahan alami. Sebagai tanda bahwa jamu tradisional yang dipasarkan merupakan jamu tradisional yang aman untuk dikonsumsi dan telah teruji kesehatannya,
biasanya
produsen
jamu
menyantumkan
izin
dari
Departemen Kesehatan ataupun dari badan POM. Dengan dicantumkannya izin tersebut maka konsumen jamu tradisional dapat memilih jamu yang aman dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebagian besar jamu yang dijual pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo hanya memiliki izin dari DEPKES saja, hanya beberapa saja yang telah menyantumkan izin dari BP POM, misalnya dari pabrik-pabrik besar dan Sabdo Palon. Atribut yang dipertimbangkan konsumen jamu tradisional yang kedua adalah batas waktu penggunaan. Batas waktu penggunaan tersebut berupa tanggal, bulan dan tahun yang tertera pada kemasan jamu tradisional yang menunjukkan batas akhir menggunaan jamu tersebut dan setelah tanggal tersebut maka jamu tradisional sudah tidak layak dikonsumsi lagi. Atribut ini sangat dipertimbangkan oleh konsumen jamu tradisional karena dengan adanya batas waktu penggunaan pada produk jamu tradisional, maka konsumen jamu tradisional akan dapat mengetahui tanggal kadaluwarsa dari jamu tradisional yang dikonsumsinya, sehingga konsumen dapat pembelian jamu tradisional produksi baru yang aman dikonsumsi. Atribut yang ketiga yaitu, komposisi jamu. Seseorang yang akan commit to useringin mengetahui dari bahan apa mengkonsumsi suatu produk pastilah
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
produk terebut dibuat atau diolah, demikian halnya jamu tradisional. Atribut ini dipertimbagkan oleh konsumen jamu tradisional guna mengetahui bahan-bahan apa saja yang digunakan untuk meramu jamu tradisional, serta memastikan bahwa jamu tradisional yang dikonsumsi merupakan jamu yang terbuat dari bahan-bahan yang alami dan tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Jamu tradisional biasanya terbuat dari tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat, dapat berupa rimpang (kunyit, temulawak, kencur, jahe, temu hitam, lempuyang, dan lengkuas); buah (adas, cengkeh, asam, jambu biji); daun (daun papaya, daun sirih, daun katup, sembukan, sambiloto, kumis kucing, kecibeling, tempuyung daun beluntas); kayu (kayu manis, kayu secang);
dan masih banyak
bahan-bahan lain. Bahan-bahan tersebut ada yang dikeringkan untuk jamu rebusan dan ada yang dibuat serbuk untuk jamu serbuk instan. Komposisi dari jamu rebusan antara lain sambiloto, kunyit, jahe, temulawak, kayu manis, kayu secang, adas, dawung, sere dan lain sebagainya. Atribut
khasiat
merupakan
atribut
yang
dipertimbangkan
selanjutnya setelah komposisi jamu. Konsumen mempertimbangkan khasiat pada jamu tradisional karena konsumen yang mengkonsumsi jamu pasti mempunyai tujuan agar jamu yang dikonsumsinya bermanfaat untuk kesehatannya. Maka dari itu konsumen akan memilih jamu yang menurut mereka berkhasiat dan memberikan manfaat untuk dikonsumsinya. Khasiat atau kegunaan dari sebuah produk jamu tradisional berbeda-beda sesuai dengan jamunya, misalnya jamu pegal linu berkhasiat untuk mengobati sakit encok seperti rasa kejang pada otot, pinggang pegal, dan sendi-sendi terasa nyeri/linu. Dengan ada khasiat atau kegunaan yang ditawarkan oleh jamu tradisional tersebut, maka konsumen jamu dapat menentukan jamu apa yang akan mereka beli sesuai dengan keluhan yang mereka rasakan. Informasi
pemakaian
adalah
atribut
urutan
kelima
yang
dipertimbangkan konsumen dalam membeli produk jamu tradisional. commit user Dengan informasi pemakian yangtoada pada produk jamu tradisional maka
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
konsumen akan mengetahui cara-cara dan aturan penggunaan untuk mengkonsumsi jamu tradisional. Informasi pemakaian menjadi atribut yang dipertimbangkan kelima, karena menurut konsumen bukan suatu hal yang susah untuk mengkonsumsi jamu tradisional dan sebagian besar dari konsumen telah mengetahui cara serta penggunaan jamu tradisional baik jamu tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan. Atribut yang dipertimbangkan selanjutnya adalah kemasan. Kemasan menjadi pertimbangan konsumen jamu tradisional karena dari kemasan suatu produk yang menarik pastilah akan menarik perhatian konsumen untuk membelinya. Produk jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo dinilai konsumen telah memiliki kemasan yang cukup baik. Hanya saja masih ada beberapa jamu yang kemasannya kurang menarik, misalnya jamu rebusan yang dikemas dengan kemasan primer berupa plastik bening. Konsumen mengginginkan kemasannya dibuat lebih rapi dengan menggunakan bok karton. Atribut terakhir yang dipertimbangkan konsumen jamu tradisional adalah kepraktisan. Atribut ini menjadi pertimbangan terakhir konsumen jamu tradisional karena konsumen merasa mengkonsumsi jamu tradisional adalah hal yang cukup praktis dan cepat. Untuk jamu serbuk instan tinggal disedu dengan air panas sebanyak 100 ml atau setengah gelas kecil dan langsung siap dikonsumsi, sedangkan untuk jamu rebusan konsumen harus merebus jamu tersebut terlebih dahulu, walaupun merebusnya terlebih dahulu tetapi konsumen merasa tidak repot dan dianggap cukup praktis. 2. Analisis Masing-masing Atribut Menurut Ideal Konsumen terhadap Jamu Tradisional Jamu tradisional dikonsumsi oleh konsumen sebagai minuman yang menyehatkan ataupun sebagai obat suatu penyakit. Pada penelitian ini yang diteliti adalah jamu tradisional serbuk instan dan rebusan. Hasil mengenai performansi ideal konsumen dan kepercayaan konsumen dari penelitian ini terhadap Jamu tradisional serbuk instan dan rebusan adalah sebagai commit to user sebagai berikut :
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Kemasan Konsumen yang mengkonsumsi jamu tradisional mempunyai tipe
ideal
terhadap
atribut
kemasan
jamu
tradisional
yang
dikonsumsinya tetapi kenyataannya masih terdapat kesenjangan antara sifat ideal yang diinginkan konsumen dengan kenyataan yang terdapat pada produk. Adapun performansi ideal dan kepercayaan konsumen terhadap atribut kemasan jamu tradisional adalah sebagai berikut : Tabel 24. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen Atribut Kemasan Jamu Tradisional. Atribut Kemasan 5 4 3 2 1 n Total X
Serbuk Instan (Ii) 13 64 77 321 4,17
(Xi) 57 20 77 288 3,74
terhadap
Rebusan [Ii-Xi]
0,43
(Ii) 11 8 19 87 4,58
(Xi) 3 16 19 60 3,16
[Ii-Xi]
1,42
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa pada jamu tradisional serbuk instan nilai antara performansi ideal atribut kemasan dan kepercayaan konsumen terdapat kesenjangan sebesar 0,43. Nilai ini menunjukkan bahwa atribut kemasan pada jamu tradisional serbuk instan telah memenuhi ideal. Sedangkan untuk jamu tradisional rebusan antara performansi ideal dan kepercayaan konsumen terdapat kesenjangan sebesar 1,42. Nilai ini menunjukkan bahwa atribut kemasan pada jamu tradisional rebusan belum memenuhi ideal. Kemasan pada jamu tradisional serbuk instan telah memenuhi ideal atau sesuai dengan keinginan konsumen, yaitu jamu tradisional serbuk dikemas dengan kemasan primer menggunakan kantong kertas kecil dan ada yang menggunakan plastik kecil (sachet), kemudian dipak dalam kemasan sekunder menggunakan plastik bening ataupun commit to userdari lima sampai sepuluh sachet. dalam bok karton, satu pak terdiri
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konsumen dapat membeli secara eceran/sachet dan juga dapat membeli dalam kemasan pak. Konsumen jamu tradisional serbuk instan menilai bahwa kemasan tersebut cukup menarik minat konsumen untuk membelinya. Kemasan untuk jamu tradisional rebusan dinilai belum memenuhi ideal karena konsumen menganggap bahwa kemasan pada jamu tradisional rebusan belum begitu menarik. Jamu tradisional rebusan kebanyakan hanya dikemas dalam kemasan primer dengan plastik bening, hanya beberapa merek saja yang telah menggunakan bok karton. Kemasan yang ideal pada jamu tradisional rebusan sesuai dengan
keinginan
konsumen
adalah
kemasan primer dengan
menggunakan bok karton yang berbentuk kubus atau segi empat yang salah satu sisi kubus tersebut dibuat transparan sehingga konsumen dapat mengetahui bahan-bahan yang digunakan untuk membuat jamu tersebut. b) Kepraktisan Konsumen mempunyai tipe ideal terhadap kepraktisan pada jamu tradisional yaitu kemudahan konsumen pada saat mengkonsumsi jamu tradisional. Performansi ideal dan kepercayaan konsumen terhadap atribut kepraktisan jamu tradisional adalah sebagai berikut : Tabel. 25. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Kepraktisan Jamu Tradisional. Atribut Kepraktisan 5 4 3 2 1 n Total X
Serbuk Instan (Ii) 4 73 77 312 4,05
(Xi) 66 11 77 297 3,86
[Ii-Xi]
Sumber : Analisis Data Primer commit to user
0,19
Rebusan (Ii) 2 17 19 59 3,10
(Xi) 15 4 19 53 2,79
[Ii-Xi]
0,31
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa pada jamu tradisional serbuk instan selisih antara performansi ideal dengan kepercayaan konsumen adalah sebesar 0,19 sedangkan pada jamu tradisional rebusan sebesar 0,31. Hal ini menunjukkan bahwa atribut kepraktisan pada jamu tradisional serbuk instan dan rebusan sudah memenuhi ideal menurut konsumen. Kepraktisan yang ideal yang sesuai dengan keinginan konsumen, yaitu konsumen merasa mudah dan praktis untuk mengkonsumsi jamu tradisional. Untuk jamu tradisional serbuk instan konsumen tinggal menyedu jamu dengan air panas sebanyak 100 ml atau setengah gelas kecil untuk satu bungkus (sachet) jamu, maka jamu tradisional serbuk instan dapat dikonsumsi. Dan untuk mengkonsumsi jamu tradisional rebusan konsumen harus merebusnya terlebih dahulu, namun menurut konsumen merebus bukanlah tindakan yang merepotkan dan dirasa praktis untuk mengkonsumsi sebuah jamu rebusan. c) Khasiat Konsumen jamu tradisional pastilah mempunyai tujuan agar memperoleh manfaat dari jamu tradisional yang dikonsumsinya, atau dengan kata lain jamu yang dikonsumsinya berkhasiat. Performansi ideal dan kepercayaan konsumen terhadap atribut khasiat jamu tradisional adalah sebagai berikut : Tabel 26. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen Atribut Khasiat Jamu Tradisional. Atribut Khasiat 5 4 3 2 1 n Total X
Serbuk Instan
(Ii) (Xi) [Ii-Xi] 62 9 15 68 77 77 370 317 4,80 4,12 0,68 Sumber : Analisis Datacommit Primerto user
terhadap
Rebusan (Ii) 14 5 19 90 4,74
(Xi) 5 14 19 81 4,26
[Ii-Xi]
0,48
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui bahwa selisih antara performansi ideal dengan kepercayaan konsumen pada jamu tradisional serbuk instan adalah 0,68. Nilai ini menunjukkan bahwa atribut khasiat pada jamu tradisional serbuk instan belum memenuhi ideal. Sedangkan untuk jamu tradisional rebusan selisih nilai antara performansi ideal dengan kepercayaan konsumen adalah 0,48. Hal ini menunjukkan bahwa atribut khasiat telah memenuhi ideal. Secara umum jamu tradisional berguna sebagai minuman kesehatan, namun khasiat atau kegunaan jamu tradisional itu berbedabeda sesuai dengan jamunya. Atribut khasiat yang ideal yang diinginkan konsumen adalah konsumen langsung merasakan manfaat dari jamu tradisional yang dikonsumsinya tersebut, misalnya dengan meminum jamu tradisional keluhan yang dirasakan konsumen seperti pegal-pegal langsung hilang. Atribut khasiat pada jamu tradisonal serbuk instan belum memenuhi ideal. Konsumen jamu tersebut berharap mendapatkan khasiat yang besar dari jamu tradisional serbuk instan yang dikonsumsinya, misalnya dengan sekali memgkonsumsi jamu maka keluhan akan dirasakan konsumen langsung sembuh. Mungkin ini adalah prinsip ekonomi dari konsumen jamu yaitu mendapatkan khasiat yang besar dari jamu tradisional yang harganya cukup terjangkau. Berbeda halnya untuk jamu rebusan, atribut khasiat pada jamu ini sudah memenuhi ideal. Konsumen jamu tradisional rebusan telah mendapatkan khasiat yang diinginkan dari jamu tradisional rebusan yang mereka konsumsi. d) Informasi Pemakaian Informasi pemakaian merupakan salah satu atribut yang dipertimbangkan konsumen pada saat membeli jamu tradisional. Informasi ini berupa cara dan takaran dalam penyajian jamu tradisional. Performansi ideal dan kepercayaan konsumen terhadap atribut informasi pemakaian jamu tradisional adalah sebagai berikut : commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 27. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen Atribut Informasi Pemakaian Jamu Tradisional. Atribut Informasi Pemakaian 5 4 3 2 1 n Total X
Serbuk Instan (Ii)
(Xi)
64 13 77 373 4,83
27 50 77 335 4,35
terhadap
Rebusan
[Ii-Xi]
(Ii)
(Xi)
[Ii-Xi]
0,48
8 11 19 84 4,42
5 14 19 75 3,39
0,47
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 27 dapat diketahui bahwa selisih antara performansi ideal dengan kepercayaan konsumen pada jamu tradisional adalah sebesar 0,48. Sedangkan untuk jamu tradisional rebusan selisih antara performansi ideal dengan kepercayaan konsumen adalah sebesar 0,47. Nilai tersebut menunjukkan bahwa atribut informasi pemakaian pada jamu tradisional serbuk instan dan jamu tradisional rebusan sudah memenuhi ideal atau sesuai dengan keinginan konsumen. Informasi pemakaian berupa cara penyajian jamu, dan takaran atau ukuran penyajian jamu sudah tertera lengkap pada produk jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo. e) Batas Waktu Penggunaan Batas waktu penggunaan atau tanggal kadaluwarsa dari jamu tradisional serbuk instan merupakan atribut yang sangat diperhatikan oleh konsumen jamu tradisional. Performansi ideal dan kepercayaan konsumen terhadap atribut batas waktu penggunaan jamu tradisional adalah sebagai berikut :
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 28. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Batas Waktu Penggunaan Jamu Tradisional. Atribut Batas Waktu Penggunaan 5 4 3 2 1 n Total X
Serbuk Instan (Ii)
(Xi)
77 77 385 5
70 7 77 378 4,91
Rebusan
[Ii-Xi]
(Ii)
(Xi)
[Ii-Xi]
0,09
8 11 19 84 4,42
1 18 19 39 2,05
2,37
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 28 dapat diketahui bahwa selisih antara performansi ideal dengan kepercayaan konsumen jamu tradisional serbuk instan adalah sebesar 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa atribut batas waktu penggunaan untuk jamu tradisional serbuk instan sudah memenuhi ideal menurut konsumen. Sedangkan selisih antara performansi ideal dengan kepercayaan konsumen jamu tradisional rebusan adalah sebesar 2,37. Hal ini menunjukkan bahwa atribut batas waktu penggunaan pada jamu tradisional rebusan belum memenuhi ideal menurut konsumen. Batas waktu penggunaan jamu tradisional adalah tanggal, bulan dan tahun dimana pada saat itu merupakan batas terakhir untuk mengkonsumsi jamu tersebut, setelah terlewat batas tersebut maka jamu tradisional sudah tidak layak untuk dikonsumsi atau sudah kadaluwarsa. Jamu tradisional mempunyai batas waktu penggunaan yang cukup lama. Berdasarkan informasi dari pedagang jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo, untuk jamu tradisional serbuk instan dapat digunakan selama kurang lebih 3 tahun setelah diproduksi, dan untuk jamu tradisional rebusan belum tertera secara jelas batas waktunya. Biasanya untuk mengetahui apakah jamu tersebut masih layak dikonsumsi, maka dilihat bentuk dari bahancommit to user bahan yang digunakan untuk membuatnya. Jika bentuknya sudah rusak
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(terdapat serbuk-serbuk dari bahan-bahan jamu) maka jamu tersebut sudah tidak layak dikonsumsi. Atribut batas waktu penggunaan pada jamu tradisional serbuk instan telah memenuhi ideal sesuai dengan keingginan konsumen, karena batas waktu penggunaan jamu tersebut telah tertera jelas pada produk jamu tradisional. Sedangkan pada jamu tradisional rebusan atribut batas waktu penggunaan belum memenuhi ideal, sebab pada jamu tradisional rebusan tidak terdapat batas waktu penggunaan jamu seperti pada jamu tradisional serbuk instan, padahal konsumen mengingginkan adanya batas waktu penggunaan yang jelas sehingga konsumen dapat mengetahui sapai kapan jamu tersebut dapat dikonsumsi. f) Komposisi Jamu Atribut
komposisi
jamu
merupakan
atribut
yang
dipertimbangkan oleh konsumen jamu tradisional untuk melihat bahan-bahan yang digunakan dalam peracikan jamu tradisional. Performansi ideal dan kepercayaan konsumen terhadap atribut komposisi jamu tradisional adalah sebagai berikut: Tabel 29. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Komposisi Jamu Tradisional. Atribut Komposisi Jamu 5 4 3 2 1 n Total X
Serbuk Instan (Ii) 10 67 77 375 4,87
(Xi) 62 15 77 370 4,80
[Ii-Xi]
0,07
Rebusan (Ii) 15 4 19 91 4,79
(Xi) 12 7 19 50 2,63
[Ii-Xi]
2,16
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 29 dapat diketahui bahwa selisih antara performansi ideal dengan kepercayaan konsumen adalah sebesar 0,07. commitatribut to userkomposisi jamu sudah memenuhi Hal ini menunjukkan bahwa
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ideal menurut konsumen. Untuk jamu tradisional rebusan selisih antara performansi ideal dengan kepercayaan konsumen adalah sebesar 2,16. Hal ini menunjukkan bahwa atribut komposisi jamu belum memenuhi ideal menurut konsumen. Komposisi jamu tradisional adalah bahan-bahan yang digunakan untuk membuat jamu tradisional. Bahan-bahan tersebut berasal dari tanaman-tanaman obat yang berupa rimpang (kunyit, temulawak, kencur, jahe; buah (adas, cengkeh, asam); kayu (kayu manis, kayu secang); daun (daun papaya, daun sirih, daun katup, daun beluntas) dan masih banyak bahan-bahan lainnya. Atribut komposisi jamu pada jamu tradisional telah memenuhi ideal sesuai keinginan konsumen, yaitu pada produk jamu tradisional serbuk instan telah dicantumkan komposisi jamu dengan cukup jelas, sehingga konsumen dapat melihat bahan-bahan yang digunakan untuk membuat jamu tradisional serbuk instan tersebut. Sedangkan pada jamu tradisional rebusan hanya beberapa merek jamu saja yang menyantumkan komposisi jamunya. Oleh sebab itu konsumen jamu tradisional rebusan menganggap atribut komposisi jamu belum ideal. g) Keamanan Produk Atribut keamanan produk merupakan atribut yang sangat dipertimbangkan oleh konsumen jamu tradisional. Konsumen jamu sudah pasti mengingginkan jamu tradisional yang dibelinya aman untuk dikonsumsi. Performansi ideal dan kepercayaan konsumen terhadap atribut keamanan produk jamu adalah sebagai berikut :
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 30. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Keamanan Produk Jamu Tradisional. Atribut Keamanan 5 4 3 2 1 n Total X
Serbuk Instan (Ii) 77 77 385 5
(Xi) 63 14 77 371 4,82
[Ii-Xi]
0,18
Rebusan (Ii) 15 4 19 91 4,79
(Xi) 12 7 19 50 2,63
[Ii-Xi]
2,16
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 30 dapat diketahui bahwa selisih antara performansi ideal dengan kepercayaan konsumen jamu tradisional serbuk instan adalah sebesar 0,18. Hal ini menunjukkan bahwa atribut keamanan produk jamu tradisional serbuk instan sudah memenuhi ideal menurut konsumen. Sedangkan selisih antara performansi ideal dengan kepercayaan konsumen jamu tradisional rebusan adalah sebesar 1,74. Hal ini menunjukkan bahwa atribut keamanan produk jamu tradisional rebusan belum memenuhi ideal menurut konsumen. Keamanan dari jamu tradisional dapat dilihat dari izin yang diberikan Departemen Kesehatan ataupun izin dari Badan POM, jika tertera izin dari salah satu lembaga tersebut maka konsumen yakin bahwa jamu tradisional yang mereka konsumsi terbuat dari bahanbahan yang aman dikonsumsi dan teruji kesehatannya. Atribut keamanan pada jamu tradisional serbuk instan sudah memenuhi ideal, yaitu pada jamu tradisional serbuk instan telah mendapatkan izin dari Departeman Kesehatan ataupun dari Badan POM. Dan untuk jamu tradisional rebusan atribut keamanan belum memenuhi ideal karena pada jamu tradisional rebusan tidak semua menyantumkan izin dari Departemen Kesehatan ataupun dari Badan POM, jadi masih ada jamu tradisional rebusan di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo yang to user konsumen mengingginkan jamu belum mendapatkan commit izin. padahal
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang mereka konsumsi telah mendapat izin, sehingga konsumen yakin bahwa jamu yang dikonsumsi adalah jamu yang aman. D. Analisis Kualitas Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Jamu Tradisional 1. Analisis Kualitas Ideal Konsumen Sikap konsumen terhadap berbagai atribut jamu tradisional dapat menggambarkan bahwa atribut jamu tradisional sudah sesuai keinginan konsumen atau belum. Analisis sikap konsumen terhadap atribut jamu tradisional serbuk instan dan rebusan adalah sebagai berikut: a) Jamu Tradisional Serbuk Instan Konsumen jamu tradisional serbuk instan menginginkan atribut yang melekat pada suatu produk yang dikonsumsi sudah sesuai dengan selera ataupun keinginannya. Data untuk kualitas ideal konsumen terhadap Jamu Tradisional serbuk instan dapat diringkas sebagai berikut : Tabel 31. Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Serbuk instan. Atribut
Ideal (Ii)
Kemasan Kepraktisan Khasiat Informasi Pemakaian Batas Waktu Penggunaan Komposisi Jamu Keamanan Produk
4,17 4,05 4,80 4,83 5 4,87 5
Kepercayaan Konsumen (Xi) 3,74 3,86 4,12 4,35 4,91 4,80 4,82
/Ii-Xi/ 0,43 0,19 0,68 0,48 0,09 0,07 0,18
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 31 dapat diketahui adanya kualitas ideal konsumen terhadap jamu tradisional serbuk instan yaitu diketahui adanya atribut-atribut jamu tradisional yang paling sesuai dengan keinginan konsumen atau belum memenuhi ideal menurut konsumen. Atribut jamu tradisional serbuk instan yang paling memenuhi sifat ideal menurut konsumen adalah atribut komposisi jamu. Selanjutnya commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berturut-turut adalah atribut batas waktu penggunaan, keamanan produk, kepraktisan, kemasan, informasi pemakaian dan khasiat. Atribut komposisi jamu tradisional serbuk instan merupakan atribut yang paling memenuhi ideal menurut konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan selisih poin antara sifat ideal yang diinginkan konsumen dengan kenyataan pada atribut komposisi jamu bernilai paling kecil yaitu sebesar 0,07 yang berarti atribut komposisi jamu dianggap paling sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Menurut konsumen jamu tradisional serbuk instan komposisi jamu tradisional serbuk instan telah tertulis dengan jelas pada produk jamu tradisional serbuk instan. Atribut selanjutnya yang memenuhi ideal adalah atribut batas waktu penggunaan. Selisih nilai antara performansi ideal dan kenyataan produk menurut konsumen adalah sebesar 0,09. Hal ini dapat diketahui bahwa atribut batas waktu penggunaan pada jamu tradisional serbuk instan sudah sesuai dengan keinginan konsumen. Menurut konsumen, batas waktu penggunaan berupa tanggal, bulan dan tahun yang menunjukkan batas akhir mengkonsumsi jamu tradisional telah jelas tertera pada produk jamu tradisional serbuk instan. Atribut keamanan produk merupakan atribut yang sudah memenuhi sifat ideal konsumen. Atribut ini memiliki selisih nilai antara apa yang diharapkan konsumen dengan kenyataan yang ada pada produk sebesar 0,18. Konsumen beranggapan bahwa jamu tradisional serbuk instan yang ditawarkan di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo aman dikonsumsi. Hal ini ditunjukkan dengan dicantumkannya izin dari Departemen Kesehatan ataupun dari Badan POM pada produk jamu tradisional serbuk instan. Atribut kepraktisan pada jamu tradisional serbuk instan merupakan atribut yang telah memenuhi sifat ideal konsumen dengan to user nilai antara apa yang commit diharapkan konsumen dengan kenyataan yang
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ada pada produk adalah sebesar 0,19. Menurut konsumen jamu mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan sangat mudah dan praktis, hanya dengan menyedu jamu tersebut dengan air panas maka jamu tradisional serbuk instan siap untuk dikonsumsi. Atribut selanjutnya adalah atribut kemasan yang memiliki selisih nilai antara sifat ideal dengan kenyataan pada produk sebesar 0,43. Hal ini dapat diketahui bahwa atribut kemasan pada jamu tradisional serbuk instan ini telah memenuhi ideal. Menurut konsumennya, jamu tradisional serbuk instan telah memiliki kemasan yang cukup menarik. Jamu ini dikemas dengan rapi dalam kemasan primer, ada yang menggunakan plastik dan ada yang menggunakan kertas. Kemudian tiap paknya dikemas lagi dalam kemasan sekunder menggunakan plastik bening ataupun bok karton, biasanya satu pak berisi 5-10 bungkus kecil (sachet) jamu tradisional serbuk instan. Atribut informasi pemakaian pada jamu tradisional juga sudah memenuhi ideal. Selisih poin antara sifat ideal dan kenyataan pada produk yaitu sebesar 0,48. Konsumen berpendapat bahwa informasi pemakaian pada jamu tradisional ini sudah jelas tertera pada kemasan jamu tradisional serbuk instan tersebut. Informasi pemakaian ini berupa cara menyajian jamu dan takaran penyajian jamu. Atribut yang terakhir adalah khasiat jamu tradisional. Atribut ini memiliki selisih poin antara sifat ideal dan kenyataan pada produk yaitu sebesar 0,68. Nilai ini menunjukkan bahwa atribut khasiat belum memenuhi idea. Walaupun jamu tradisional serbuk instan yang ada di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo berkhasiat, namun konsumen jamu tradisional serbuk instan menginginkan manfaat atau khasiat yang besar dari jamu tradisional tersebut. Konsumen menginginkan khasiat atau kegunaan jamu dapat dirasakan segera setelah mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan, misalnya dengan sekali mengkonsumsi jamu tersebut maka keluhan yang dirasakan konsumen commit to user akan sembuh.
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Jamu Tradisional Rebusan Setiap konsumen memiliki kualitas ideal pada setiap produk yang akan dibelinya termasuk untuk jamu tradisional rebusan. Data untuk kualitas ideal konsumen terhadap Jamu Tradisional rebusan adalah sebagai berikut : Tabel 32. Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Rebusan. Atribut
Ideal (Ii)
Kemasan Kepraktisan Khasiat Informasi Pemakaian Batas Waktu Penggunaan Komposisi Jamu Keamanan Produk
4,58 3.10 4,74 4,42 4,42 4,79 5
Kepercayaan Konsumen (Xi) 3,16 2,79 4,26 3,95 2.05 2,63 3,26
/Ii-Xi/ 1,42 0.31 0,48 0,47 2,37 2,16 1,74
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 32 dapat diketahui adanya kualitas ideal konsumen terhadap jamu tradisional rebusan yaitu diketahui adanya atribut-atribut jamu tradisional yang paling sesuai dengan keinginan konsumen atau belum memenuhi ideal menurut konsumen. Atribut jamu tradisional rebusan yang paling memenuhi sifat ideal menurut konsumen adalah atribut kepraktisan. Selanjutnya berturut-turut adalah atribut informasi pemakaian, khasiat, kemasan, keamanan produk, komposisi jamu dan batas waktu penggunaan. Atribut kepraktisan memiliki selisih nilai antara sifat ideal dengan kenyataan pada produk sebesar 0,31. Hal ini menunjukkan bahwa atribut kepraktisan telah memenuhi sifat idea konsumen. Untuk mengkonsumsi jamu tradisional rebusan konsumen harus merebusnya terlebih dahulu, namun hal tersebut tidak membuat konsumen jamu tradisional merasa repot, konsumen sadar bahwa yang namanya jamu rebusan itu harus direbus terlebih dahulu untuk mengkonsumsinya, untuk itu konsumen menganggap bahwa atribut kepraktisan telah commit to user sesuai dengan keingginan konsumen.
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Atribut selanjutnya yang memenuhi ideal adalah atribut informasi pemakaian. Atribut informasi pemakaian memiliki selisih nilai antara sifat ideal dengan kenyataan pada produk sebesar 0,47. Hal ini menunjukkan bahwa informasi pemakaian yang ada pada jamu tradisional rebusan telah sesuai dengan keinginan konsumen. Menurut konsumen informasi pemakaian yang ada pada jamu tradisional rebusan tersebut sudah lengkap dan bisa dimengerti oleh konsumen. Informasi pemakaian tersebut berupa petunjuk pemakaian dan takaran mengkonsumsi jamu tradisional rebusan. Atribut khasiat memiliki selisih poin antara sifat ideal dan kenyataan pada produk yaitu sebesar 0,48. Hal ini dapat diketahui bahwa atribut khasiat sudah memenuhi ideal. Konsumen jamu tradisional rebusan beranggapan bahwa khasiat yang mereka peroleh dari jamu tradisional yang mereka konsumsi sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Khasiat yang diperoleh tersebut adalah manfaatmanfaat yang dapat dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi jamu tradisional rebusan. Atribut kemasan memiliki selisih nilai antara sifat ideal dengan kenyataan pada produk sebesar 1,42. Hal ini menunjukkan bahwa atribut kemasan jamu tradisional rebusan belum memenuhi ideal. Konsumen merasa kemasan jamu tradisional belum begitu menarik, sebagian besar jamu tradisional rebusan yang dijual pada pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo menggunakan kemasan primer berupa plastik bening. Sedangkan konsumen mengginginkan kemasan yang lebih menarik, misalnya dengan bok karton. Atribut keamanan produk merupakan atribut yang belum memenuhi sifat ideal konsumen. Atribut ini memiliki selisih nilai antara apa yang diharapkan konsumen dengan kenyataan yang ada pada produk sebesar 1,74. Keamanan produk jamu tradisional rebusan belum bisa sepenuhnya dipercaya oleh konsumen, karena masih ada commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jamu tradisional rebusan yang belum memyantumkan izin dari Departemen Kesehatan ataupun dari Badan POM. Atribut komposisi jamu tradisional rebusan merupakan atribut yang belum memenuhi ideal menurut konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan selisih poin antara sifat ideal yang diinginkan konsumen dengan kenyataan pada atribut kepraktisan bernilai lebih besar dari 0,5 yaitu sebesar 2,16 yang berarti atribut komposisi jamu dianggap belum sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Atribut komposisi jamu tradisional dianggap belum sesuai dengan keingginan konsumen, karena hanya beberapa merek jamu saja yang menyantumkan komposisi
jamun
pada
produk
jamu,
sedangkan
konsumen
mengingginkan komposisi jamu tertulis secara lengkap pada smua produk jamu tradisional rebusan, sehingga konsumen mengetahui bahan-bahan yang digunakan untuk membuat jamu tradisional rebusan tersebut. Atribut selanjutnya adalah atribut batas waktu penggunaan. Atribut ini belum memenuhi idea menuruk konsumen yaitu dengan selisih nilai antara performansi ideal dan kenyataan produk menurut konsumen adalah sebesar 2,37. Pada jamu tradisional rebusan belum dicantumkan batas waktu penggunan jamu tersebut, sehingga atribut batas waktu penggunaan belum sesuai dengan keinginan konsumen. Konsumen mengingginkan batas waktu penggunaan berupa tanggal, bulan dan tahun tertera jelas pada kemasan jamu tradisional rebusan. 2. Kepercayaan Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk dapat menimbulkan keinginan untuk membeli produk tersebut. Kepercayaan konsumen terhadap atribut jamu tradisional terhadap jamu tradisional serbuk instan dan jamu tradisional rebusan adalah sebagai berikut:
commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 33. Kepercayaan Konsumen Terhadap Atribut Pada Jamu Tradisional. Atribut Kemasan Kepraktisan Khasiat Informasi pemakaian Batas waktu penggunaan Komposisi jamu Keamanan
Kepercayaan Konsumen Serbuk Instan Rebusan 3,74 3,16 3,86 2,97 4,12 4,26 4,35 3,95 4,35 2,05 4,80 2,63 4,82 3,26
Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 33 dapat diketahui bahwa kepercayaan konsumen terhadap atribut kemasan untuk jamu tradisional serbuk instan sebesar 3,74 sedangkan kepercayaan yang diberikan konsumen untuk jamu tradisional rebusan sebesar 3,16. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen terhadap kemasan jamu tradisional serbuk instan lebih tinggi daripada jamu tradisional rebusan. Dengan kata lain kemasan dari jamu tradisional serbuk instan telah sesuai dengan keinginan konsumen, karena kemasan yang digunakan lebih menarik dan lebih rapi dari pada jamu tradisional rebusan yang kebanyakan hanya dikemas dalam kemasan primer berupa plastik bening. Kepercayaan konsumen terhadap atribut kepraktisan untuk jamu tradisional serbuk instan sebesar 3,86 sedangkan kepercayaan konsumen untuk jamu tradisional rebusan sebesar 2,97. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kepercayaan yang diberikan konsumen terhadap kepraktisan lebih tinggi pada jamu tradisional serbuk instan. Kepraktisan jamu tradisional serbuk instan sudah sesuai dengan keinginan konsumen, karena konsumen hanya tinggal menyedu dengan air panas jamu tradisional serbuk instan tersebut dan langsung siap untuk dikonsumsi. Kepercayaan yang diberikan oleh konsumen terhadap khasiat jamu tradisional rebusan lebih besar dari pada jamu tradisional serbuk instan yaitu sebesar 4,26 untuk rebusan dan 4,12 untuk serbuk instan. Hal ini commit to user dapat menunjukkan bahwa kepercayaan yang diberikan konsumen
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
terhadap khasiat jamu tradisional rebusan lebih tinggi daripada jamu tradisional serbuk instan. Konsumen jamu tradisional rebusan merasa mendapatkan khasiat dari jamu yang dikonsumsinya. Kepercayaan konsumen terhadap atribut informasi pemakaian untuk jamu tradisional serbuk instan yaitu sebesar 4,35 sedangkan kepercayaan konsumen untuk jamu tradisional rebusan sebesar 3,95. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kepercayaan yang diberikan konsumen terhadap informasi pemakaian jamu tradisional serbuk instan lebih tinggi daripada jamu tradisional rebusan. Dalam produk jamu tradisional serbuk instan maupun rebusan sama-sama telah tertera informasi pemakaian jamu tradisional tersebut, tetapi konsumen menganggap bahwa informasi pada jamu tradisional serbuk instan lebih lengkap dan sesuai dengan keinginan konsumen. Kepercayaan konsumen terhadap atribut batas waktu penggunaan untuk jamu tradisional serbuk instan dengan jamu tradisional rebusan untuk atribut batas waktu penggunaan berbeda jauh, kepercayaan untuk jamu serbuk instan sebesar 4,35 sedangkan kepercayaan konsumen untuk jamu tradisional rebusan sebesar 2,05. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kepercayaan yang diberikan konsumen terhadap batas waktu penggunaan jamu tradisional serbuk insatan lebih tinggi daripada jamu tradisional rebusan. Hal tersebut dikarenakan pada jamu tradisonal serbuk instan telah tercantum tanggal batas waktu penggunaan secara jelas, sedangkan untuk jamu tradisional rebusan tidak tercantum. Kepercayaan konsumen terhadap atribut komposisi jamu untuk jamu tradisional serbuk instan dengan jamu tradisional rebusan untuk atribut komposisi jamu sangat berbeda, kepercayaan untuk jamu serbuk instan sebesar 4,80 sedangkan kepercayaan konsumen untuk jamu tradisional rebusan sebesar 2,63. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kepercayaan yang diberikan konsumen terhadap komposis jamu tradisional serbuk instan lebih tinggi daripada jamu tradisional rebusan. Hal tersebut dikarenakan commit totelah user tercantum komposisi jamu secara pada jamu tradisional serbuk instan
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
jelas sehingga konsumen dapat mengetahui bahan-bahan untuk membuat jamu serbuk instan, sedangkan untuk jamu tradisioan rebusan tidak semua produk jamu tradisional rebusan menyantumkan komposisi jamunya, masih banyak jamu tradisional rebusan yang belum menyantumkan komposisi jamunya. Kepercayaan konsumen terhadap atribut keamanan untuk jamu serbuk instan sebesar 4,82 sedangkan kepercayaan konsumen untuk jamu tradisional rebusan sebesar 3,26. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kepercayaan yang diberikan konsumen terhadap keamanan produk jamu tradisional serbuk insatan lebih tinggi daripada jamu tradisional rebusan. Sebab pada jamu tradisional serbuk instan telah tercantun izin dari Departemen Kesehatan maupun Badan POM, sedangkan pada jamu tradisional rebusan ada beberapa jamu yang belum mempunyai izin tersebut. Atribut yang melekat pada jamu tradisional serbuk instan dan rebusan baik berupa kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk dapat menimbulkan suatu kepercayan pada konsumen pada saat akan membeli jamu tradisional. Konsumen lebih memberikan kepercayaan pada jamu tradisional serbuk instan untuk atribut kemasan, kepraktisan, informasi pemakaian, batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk sedangkan untuk jamu tradisional serbuk instan konsumen hanya memberikan kepercayaan satu atribut saja yaitu atribut khasiat. E. Analisis Sikap Konsumen terhadap Jamu Tradisional Jamu tradisional biasanya dikonsumsi sebagai minuman kesehata dan pengobatan suatu penyakit. Permintaan terhadap jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo bebeda-beda. Untuk itu seorang produsen ataupun pemasar jamu tradisional harus dapat mengetahui bagaimana selera konsumen yang tercermin dari perilaku konsumen, khususnya sikap konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan commit to user perilaku. Sikap biasanya memainkan peranan utama dalam membentuk
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perilaku. Setiap konsumen memiliki produk ideal bagi dirinya. Ditinjau dari sikap, semakin dekat sebuah produk ke poin ideal, semakin baik posisinya. Dengan mengetahui sikap konsumen, sangat penting bagi produsen untuk memenuhi selera konsumen akan jamu tradisional yang diinginkan sehingga dapat memberikan keuntungan bagi produsen. Setelah mengetahui sikap konsumen terhadap masing-masing atribut jamu tradisional, maka dapat diketahui pula sikap konsumen terhadap produk secara keseluruhan. Analisis sikap konsumen terhadap atribut jamu tradisional adalah sebagai berikut: 1. Jamu Tradisional serbuk instan Berbagai atribut jamu tradisional serbuk instan dapat menjadi bahan pertimbangan konsumen pada saat membeli. Sikap konsumen terhadap jamu tradisional serbuk instan adalah sebagai berikut : Tabel 34. Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Serbuk instan. Atribut Kemasan Kepraktisan Khasiat Informasi Pemakaian Batas Waktu Penggunaan Komposisi Jamu Keamanan Produk Sikap (Ab)
Tingkat Kepentingan (Wi) 3,96 3,74 4,17 4,15 4,93 4,42 4,96
/Ii – Xi/ 0,43 0,19 0,68 0,48 0,09 0,07 0,18
Wi/Ii – Xi/ 1,7020 1,7106 2,8356 1,9920 0,4437 0,3094 0,8928 9,89
Sumber : Analisis Data Primer Kriteria sikap konsumen terhadap jamu tradisional serbuk instan dinilai dengan menggunakan skala linear numerik, yaitu : x=
å Wi ( Ii - 1) skala
x = 22,47322
skala linear numerik : 0 £ Ab< 22,47322
: sangat baik
22,4732 £ Ab< 44,94644 commit to user : baik
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
44,94644£ Ab< 67,41966
: netral
67,41966£ Ab< 89,89288
: buruk
89,89288£ Ab< 112,3661
: sangat buruk
Berdasarkan Tabel 34 dapat diketahui bahwa nilai sikap konsumen terhadap jamu tradisional serbuk instan adalah sebesar 9,89. Hasil ini menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap jamu tradisional sangat baik yang berarti atribut yang melekat pada jamu tradisional serbuk instan sudah sesuai dengan keinginan konsumen. Sikap konsumen tersebut ditunjukkan dengan perilaku beli konsumen yang mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan. Atribut pada Jamu Tradisional serbuk instan sudah sesuai dengan keinginan konsumen bahkan lebih sesuai dari sifat ideal yang diinginkan konsumen karena hasil analisis menunjukkan nilai sikap yang sangat baik. 2. Jamu Tradisional Rebusan Berbagai atribut jamu tradisional rebusan dapat menjadi bahan pertimbangan konsumen pada saat membeli. Adapun sikap konsumen terhadap jamu tradisional rebusan adalah sebagai berikut : Tabel 35. Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Rebusan. Atribut Kemasan Kepraktisan Khasiat Informasi Pemakaian Batas Waktu Penggunaan Komposisi Jamu Keamanan Produk Sikap (Ab)
Tingkat Kepentingan (Wi) 3,96 3,74 4,17 4,15 4,93 4,42 4,96
/Ii – Xi/ 1,42 0.31 0,48 0,47 2,37 2,16 1,74
Wi/Ii – Xi/ 5,6232 1,1594 2,0016 1,9505 11,6841 9,5472 8,6304 40,60
Sumber : Analisis Data Primer Kriteria sikap konsumen terhadap jamu tradisional rebusan dinilai dengan menggunakan skala linear numerik, yaitu :
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
x=
å Wi ( Ii - 1) skala
x = 21,1457
Skala linear numerik : 0 £ Ab< 21,1457
: sangat baik
21,1457£ Ab< 42,2914
: baik
42,2914£ Ab< 63,4371
: netral
63,4371 £ Ab< 84,5828
: buruk
84,5828£ Ab< 105,7285
: sangat buruk
Berdasarkan Tabel 35 dan analisis di atas dapat diketahui bahwa jamu tradisional rebusan mendapatkan sikap baik dari konsumen yang berarti atribut yang melekat pada jamu tradisional rebusan telah sesuai dengan selera konsumen dan sikap konsumen tersebut ditunjukkan dengan perilaku beli konsumen yang mengkonsumsi jamu tradisional rebusan. Hal ini dapat dilihat dari skor dari skala numerik dapat diketahui sikap konsumen terhadap jamu tradisional yaitu sebesar 40,60. Berdasarkan hasil penelitian maka hasil penelitian sikap konsumen jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo telah sesuai dengan hipotesis penelitian. Dinyatakan bahwa hipotesis penelitian sikap konsumen terhadap jamu tradisional adalah baik, dan pada hasil penelitian sikap konsumen terhadap jamu tradisional serbuk instan adalah sangat baik dengan nilai sikap sebesar 9,89. Sedangkan untuk sikap konsumen jamu tradisional rebusan adalah baik dengan nilai sikap sebesar 40,60. Hal ini ditunjukkan bahwa sebagian besar dari atribut-atribut pada jamu tradisional serbuk instan maupun rebusan telah memenuhi sifat ideal sesuai dengan keinginan konsumen. Walaupun masih terdapat atribut yang belum sesuai dengan keinginan konsumen, tetapi sebagian besar konsumen tetap mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan dan rebusan karena konsumen lebih mengutamakan kebiasaan dalam mengkonsumsi jamu commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tradisional sebagai minuman kesehatan ataupun penyembuhan suatu penyakit. Atribut jamu tradisional serbuk instan yang paling belum ideal menurut konsumen adalah khasiat sedangkan untuk jamu tradisional rebusan adalah batas waktu penggunaan, komposisi jamu, keamanan produk dan kemasan. Belum semua atribut jamu tradisional memenuhi sifat ideal konsumen. Peran produsen mengetahui sifat ideal produk, diharapkan sebagai dasar pertimbangan menyediakan jamu tradisional sesuai dengan keinginan konsumen serta produsen dapat meningkatkan kualitas produknya dan menarik konsumen untuk membeli produk.
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan analisis yang dilakukan mengenai Sikap Konsumen jamu tradisional Pada Pasar Tradisonal Di Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut : 1. Atribut-atribut jamu tradisional serbuk instan yang memenuhi ideal adalah komposisi jamu, batas waktu penggunaan, keamanan produk, kepraktisan, kemasan, dan informasi pemakaian sedangkan atribut yang belum memenuhi ideal adalah atribut khasiat. Atribut-atribut jamu tradisional rebusan yang memenuhi ideal adalah kepraktisan, informasi pemakaian dan khasiat sedangkan atribut yang belum memenuhi ideal adalah atribut kemasan, keamanan produk, komposisi jamu, dan batas waktu penggunaan. 2. Sikap konsumen terhadap jamu tradisional serbuk instan adalah sangat baik, sedangkan sikap konsumen jamu tradisional rebusan adalah baik. B. Saran 1. Hendaknya produsen jamu tradisional khususnya jamu tradisional rebusan menyantumkan atribut-atribut seperti komposisi jamu, batas waktu penggunaan dan izin dari DEPKES atau Badan POM dalam kemasan jamu tradisional rebusan sebagai bukti bahwa jamu tersebut aman untuk dikonsumsi. 2. Hendaknya produsen jamu tradisional rebusan menggunakan kemasan primer yang lebih rapi, misalnya dengan bok karton berbentuk kubus yang salah satu sisi dari kubus tersebut dibuat transparan yang terbuat dari mika agar bahan-bahan penyusun jamu rebusan dapat dilihat oleh konsumen.
commit to user 83