Si Musuh Kulit Kepala Anak-Anak
Microsporum canis Microsporum canis termasuk ke dalam organisme fungi dermatoifit zoofilik
yaitu organisme fungi yang menyerang kulit (terutama kulit kepala dan rambut) dan merupakan fungi yang umumnya hidup dan tumbuh pada hewan (kucing dan anjing). Penyebarannya meluas di seluruh dunia. Microsporum canis ini merupakan fungi yang memiliki hifa yang bersepta, dan maksokonidia serta mikrokonidia sebagai alat reproduksinya. Organisme fungi ini dapat menyebabkan penyakit pada manusia khususnya pada anak-anak. Penyakit yang ditimbulkannya merupakan penyakit kulit yang menyerang kulit kepala yang lebih dikenal dengan nama tinea capitis. Tinea capitis ini umumnya menyerang anak-anak terutama anak lakilaki. Gejala umum dari penyakit ini adalah pengeringan kulit kepala sehingga menyebabkan kulit kepala menjadi bersisik, Selain itu, penyakit ini dapat menyebabkan luka pada kulit kepala dan mengakibatkan kebotakan pada bagian kulit kepala yang terinfeksi. Pengobatannya dapat dilakukan secara oral, dan juga secara topical.
Klasifikasi Klasifikasi ilmiah Microsporum canis Kingdom Division Class Orde Family Genus Species
Fungi Ascomycota Eurotiomycetes Onygenales Arthrodermataceae Microsporum
Microsporum canis
Morfologi • Morfologi secara makroskopis Microsporum canis tumbuh dengan cepat dan memiliki diameter koloni yang mencapai 3 sampai 9 cm setelah masa inkubasi selama 7 hari pada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) dengan suhu 25o C. Tekstur atau permukaannya berbulu seperti wol atau halus dan datar. Warna koloninya bervariasi, dari berwarna putih sampai kekuningan. Bentuk koloninya adalah menyebar atau spreading.
•
Morfologi secara mikroskopis Microsporum canis memiliki hifa bersepta, makrokonidia, dan mikrokonidia. Makrokonidianya berbentuk gelendong dengan kenop apikal yang asimetris. Terdiri dari 6 sampai 5 sel, panjang, kasar, dan memiliki dinding sel bagian luar yang tebal. Dinding septalnya tipis. Meskipun
memliki mikrokonidia, namun pada Microsporum canis, mikrokonidianya merupakan hialin, jarang dan uniseluler. Reproduksi Proses reproduksi pada Microsporum canis ini terbagi atas 2 fase atau tahap, yaitu tahap non-parasit dan tahap parasit. Pada tahap non-parasit, organ reproduksi aseksualnya adalah makrokonidia dan mikrokonidia. Lain halnya dengan tahap parasit. Pada tahap parasit, organ reproduksi aseksualnya adalah arthrokonidia. Microsporum canis mempunyai spora seksual yaitu askospora, namun pada fase parasit, spora ini tidak ada. Habitat
Microsporum canis ini merupakan organisme zoofilik, yaitu organisme yang
pada umumnya tumbuh dan hidup di hewan daripada manusia. Karena itu, habitat Microsporum canis adalah hewan, yaitu kucing dan anjing. Penyakit yang ditimbulkan Walaupun sifatnya yang dermatofit zoofilik, Microsporum canis dapat menyebabkan infeksi pada kulit kepala manusia atau yang dikenal sebagai penyakit tinea capitis. Penyakit ini dapat disebabkan karena adanya kontak dengan kucing atau anjing yang terinfeksi. Tinea capitis paling lazim ditemukan pada anak-anak berumur 3-7 tahun dan lebih banyak menyerang anak laki-laki daripada anak perempuan. Seseorang diduga terinfeksi dan terserang tinea capitis jika terjadi kombinasi dari kebotakan, serta perubahan kulit kepala menjadi kering dan bersisik. Gejala Penyakit tinea capitis ini menunjukkan beberapa gejala, yaitu: • dengan rontoknya rambut. • Timbul bintik atau titik hitam – rontoknya rambut pada daerah permukaan kulit kepala yang bersisik • Timbul kerion, seperti abses dan sangat meradang (inflamasi). • Timbul favus – seperti kerak berwarna kuning pada kulit kepala.
Pada fase atau tahap carrier, tidak menunjukkan adanya symptoms, hanya kulit kepala menjadi bersisik (sclaing), namun tidak parah.
Tinea capitis pada kulit kepala Tinea capitis dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar limfe pada sisi belakang leher. Selain itu, dapat pula menimbulkan luka permanen dan kebotakan apabila kerion dan favus yang timbul tidak diobati. Efek Patologis Organisme dermatofit dapat menghidrolisis keratin dan menyebabkan kerusakan pada epidermis dan folikel rambut. Reaksi hipersensitif ini mengalami peningkatan dan menyebabkan Microsporum canis bergerak dari bagian kulit yang meradang ke bagian kulit yang normal. Pengobatan Apabila seorang anak terinfeksi, semua anggota keluarga yang lain seharusnya diperiksa dan diobati jika perlu. Bahkan di beberapa negara anak yang terinfeksi tidak diperbolehkan untuk masuk sekolah. Carrier mungkin tidak menunjukkan adanya symptom. Namun, pengobatan pada carrier ini perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi. Pengobatannya cukup dengan menggunakan shampoo anti fungi 2 kali seminggu selama 4 minggu. Shampoo yang cocok tersebut mengandung: • 2.5 % selenium sulfide • 1-2 % zinc pyrithione • povidone-iodine • 2 % ketoconazole
Selain menggunakan shampoo, adapula pengobatan secara kemoterapi yang lain, yaitu: • Pengobatan secara topical Clotrimazole, Tolnaftate, Natamycin, Ketoconazole, Lime sulfur, Miconazole • Pengobatan secara oral Griseofulvin dan Ketonazole (dalam tablet Nizoral), Itraconazole (dalam kapsul Spornox atau larutan oral Itrafungol), Fluconazole (dalam tablet Diflucan).
Miconazole, salah satu obat bagi tinea capitis Sumber: http://dermnetnz.org/fungal/tinea-capitis.html http://doctorfungus.org/thefungi/microsporum_canis.htm http://en.wikipedia.org/wiki/Microsporum http://en.wikipedia.org/wiki/Tinea_capitis http://www.mycology.adelaide.edu.au/Fungal_Description/Dermatophytes/Mi crosporum/Microsporum_canis.html http://www.vetstreamfelis.com/ACI/January08/VMD1/bug00270.asp
Created by: Marsella Widjaja (O7.8114.030) Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta