SETTING AND MAINTENANCE TELESCOPE CELESTRON 2000 AT ASTRONOMY LABORATORY, DEPARTMENT OF PHYSICS, STATE UNIVERSITY OF MALANG 1
Novia Ekawanti1, Sutrisno2, Nugroho Adi P3. Mahasiswa Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 2 Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 3 Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang Email:
[email protected] ABSTRAK
Teleskop merupakan instrumen dalam astronomi yang sangat penting karena dapat memperjelas objek langit. Teleskop Celestron 2000 merupakan salah satau teleskop yang digunakan dalam penelitian astronomi di Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang. Teleskop ini belum pernah dilakukan perawatan dan setting ulang. Kondisi optiknya berdebu dan berjamur, serta kinerja teleskopnya memburuk. Teleskop tidak dapat mencari objek langit secara otomatis dan belum dapat mengikuti pergerakan objek langit yang dicarinya. Teleskop Celestron 2000 ini berjenis equatorial mount, dimana pergerakannya mengikuti arah pergerakan arah putaran bintang. Metodologi yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa gambar setting dan perawatan teleskop, serta nilai tegangan keluaran cahaya suatu benda untuk mengetahui perbedaan perlakuan teleskop sebelum dan setelah dilakukan perawatan. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi langsung dan wawancara kepada ahli. Observasi langsung ini dilakukan di Laboratorium Astronomi Universitas Negeri Malang dengan objek penelitiannya yaitu Teleskop Celestron 2000. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa teleskop sudah dapat mencari objek langit secara otomatis serta dapat mengikuti pergerakannya. Yang dahulunya teleskop belum dapat mencarai objek secara otomatis dikarenakan setting teleskop yang kurang tepat terutama pada penandaan arah mata angin dan pengaturan kedataran tempatnya. Untuk kondisi optiknya masih tergolong baik karena tidak ada pengaruh yang signifikan yang ditunjukkan oleh distribusi cahaya benda yang diamati sebelum dan setelah dilakukan perawatan. Hanya saja, hal yang perlu dipahami yaitu pengaturan fokus pada pemasangan lensa dan cerminnya. Apabila fokus ini belum tepat, cahaya yang dikumpulkan optik tidak sempurna. Keywords: setting, perawatan, teleskop celestron 2000 PENDAHULUAN Teleskop optik merupakan instrumen yang paling penting dalam pengamatan astronomi. Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang sendiri memiliki tiga buah teleskop yang digunakan untuk pengamatan astronomi, salah satunya yaitu teleskop Celestron 2000 yang merupakan teleskop terbesar. Teleskop Celestron 2000 ini merupakan teleskop berjenis equatorial, dimana pergerakannya mengacu pada sistem koordinat equatorial yang dapat mengikuti arah putaran bintang. Pada sistem koordinat equatorial, kedudukan benda langit ditentukan oleh right ascension dan deklinasi. Right ascension (RA) merupakan jarak proyeksi bintang pada khatulistiwa langit. Sedangkan deklinasi adalah jarak sudut antara benda langit dengan proyeksinya pada lingkaran khatulistiwa (Kunjaya, Chatief, Dr, MSc, 2010: 48). Menurut hasil wawancaradengan Bapak Dr. Dhani Herdiwijaya menjelaskan bahwa sebelum menggunakan teleskop untuk pengamatan, sebaiknya pengamat mengetahui cara setting latitude pengamat dan pemasangan komponen-komponen teleskopnya.
Hal ini sangat berguna untuk kinerja teleskop ketika mencari objek langit secara otomatis. Berdasarkan observasi langsung, teleskop Celestron 2000 ini tidak dapat mencari dan mengikuti objek langit secara otomatis. Hal ini dimungkinkan karena pengaturan koordinat lokasi yang kurang tepat. Letak geografis Laboratorium Astronomi Universitas Negeri Malang yaitu 070 57` 39`` LS dan 1120 37` 9,2`` BT, tetapi pada mounting teleskop menunjukkan angka 10,50 untuk latitude pengamatnya. Hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa jurusan Fisika Universitas Negeri Malang menyebutkan bahwa mereka belum mengetahui cara membongkar pasang teleskop yang akan digunakan dan mereka juga tidak diperbolehkan untuk mengubah setting awal teleskop yang telah disettting oleh pihak kampus. Selain pengetahuan dalam penggunaannya, pengamat juga harus mengetahui cara perawatannya. Pengamat harus peduli dengan keadaan teleskop yang digunakan. Oleh karena tabung teleskopnya berjenis katadioptrik, maka memerlukan adanya pemeliharaan 1
dan perawatan optik yang digunakan. Minimal lima tahun sekali dilakukan perawatan optik. Kondisi optik dari teleskop Celestron 2000 saat ini yaitu berdebu dan berjamur. Berdasarkan observasi, teleskop ini tidak pernah dilakukan pemeliharaan dan perawatan selama kurang lebih 8 tahun lamanya. Pencegahan terhadap tumbuhnya jamur juga sangat diperlukan. Meade LX200 Instruction Manual, menyebutkan bahwa pencegahan merupakan rekomendasi terbaik bagi pemilik teleskop dalam menjaga peralatan astronominya. Menurut Panjaitan (2008: 1), perawatan dan kebersihan lensa/ cermin pada sebuah teleskop sangatlah penting, karena lensa/ cermin adalah suatu komponen yang sangat penting sebagai pengumpul cahaya dari objek dan sebagai data mentah, yang selanjutnya diolah menjadi informasi yang memerlukannya. Untuk itu, lensa/ cermin merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan citra objek untuk dijadikan informasi selanjutnya. Adapun hal-hal mendasar yang perlu diingat dalam perawatan optik teleskop. seperti yang dijelaskan Arditti (2008: 196) bahwa secara umum, kita dapat membersihkan semua permukaan optik sendiri asalkan kita cukup hati-hati dan berkompeten., karena apabila kita membersihkannya terlalu keras, maka akan merusak permukaan optiknya. Selain itu, penjadwalan juga sangatlah penting. Karena dengan terlalu sering membersihkannya juga dapat merusak permukaan optik tersebut. Jadi, “bersihkan hanya ketika benarbenar diperlukan pembersihan” (Sherrod, Dr. Clay, 2008: 1). Ada beberapa prosedur yang perlu dilakukan dalam pembersihan optik teleskop yaitu penentuan jadwal, penyediaan sarana/ alat, penyediaan personil, dan tahap pelaksanaan (Panjaitan, 2008: 2). Permasalahan yang peneliti angkat dari penelitian ini yaitu pengaruh perawatan terhadap distribusi cahaya sebuah benda, kinerja teleskop Celestron 2000, dan cara setting teleskop Celestron 2000 secara baik dan benar. Dengan beberapa permasalahan di atas, peneliti mempunyai wawasan perencanaan untuk mulai memelihara dan melakukan perawatan teleskop, serta mengatur ulang posisi teleskop agar dapat digunakan untuk mencari objek langit secara otomatis dengan baik. Dari fenomena di atas, peneliti bermaksud mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat ketika melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Observatorium Bosscha ITB tentang maintenance dan setting teleskop demi kemajuan pemanfaatan dan perkembangan teleskop Celestron 2000 yang ada di jurusan Fisika Universitas Negeri Malang. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai acuan mahasiswa dalam melaksanakan perawatan dan
pengaturan ulang teleskop Celestron 2000 secara baik dan benar, sehingga peneliti selanjutnya dapat memanfaatkan teleskop ini untuk penelitian lebih lanjut. Selain itu, dengan adanya penelitian ini dapat memotivasi mahasiswa maupun pihak kampus untuk memelihara dan merawat teleskop Celestron 2000 ini dengan baik. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan objek penelitian Teleskop Celestron 2000. Penelitian kuantitatif deskriptif disini yaitu data yang dikumpulkan berupa gambar pengaturan teleskop dan angka dari nilai tegangan keluaran cahaya suatu benda serta sebagian merupakan pendeskripsian dari hasil observasi lapangan. Prosedur yang dilakukan pertama kali yaitu mengecek kondisi teleskop dan menabelkan beberapa permasalahan yang ada. Kemudian melakukan pembuatan sensor fotodioda, setting ulang teleskop dan perawatan optik teleskop Celestron 2000. Teknik pengambilan datanya dapat dilihat pada bagan 1.
Mulai Cek Kondisi Teleskop Buat sensor fotodioda Setting teleskop Pengamatan 1 Wawancara Ahli Perawatan Optik Pengamatan 2 Analisis Data Selesai Bagan 1. Skema penelitian
2
HASIL DAN PEMBAHASAN Permasalahan-permasalahan Celestron 2000 dapat dilihat pada tabel 1. No 1
2 3 4 5 6 7 8 9
2)
Memasang kaki tiga dengan cara membuka kaki tiga selebar mungkin hingga leg bracket tidak bisa menutup kembali. 3) Setelah kaki tiga terpasang, mengatur kedataran tempat dengan menggunakan waterpass. Caranya: waterpass diletakkan diatas kepala tripod kemudian diputar searah luasan kepala tripod. Mengatur posisi tripod untuk mendapatkan tempat yang benar-benar datar dengan cara mengendorkan kunci kaki tiga kemudian menaik turunkan tripod leg-nya. Kedataran ditunjukkan ketika rongga air yang ada di dalam waterpass tepat berada di tengah. 4) Memasang mounting pada kaki tiga. Kemudian memasang pemberat. 5) Mengatur posisi lintang pengamat pada mounting, yaitu -70 LS untuk kota Malang. 6) Memasang tabung teleskop arah timur-barat dan eyepiece yang digunakan. 7) Menyeimbangkan sudut deklinasi dan sudut jam pada teleskop. 8) Menghubungkan SkySensor 2000 dengan mounting. 9) Melakukan pengaturan awal SkySensor 2000 dengan cara: a) menghidupkan tombol ON pada remote. b) kemudian akan muncul tampilan set scope in horiz. c) menekan tombol ENTER pada remote. Kemudian pada display akan muncul main: menu selection. d) menekan tombol SETUP. Lalu akan muncul menu setup (current). Memilih #0 default values dengan menekan tombol ENTER. e) lalu, pada remote akan tertera menu lokasi dan waktu. Menekan ENTER untuk mengatur tanggal, jam dan zona waktu sesuai dengan waktu pada lokasi setting. f) setelah pengaturan waktu terpenuhi, kemudian menekan tombol NEXT untuk mengatur longitude dan latitude lokasi. Pada display remote akan tertera menu longitude dan latitude lokasi. g) setelah pengaturan awal SkSensor 2000 selesai, mematikan tombol OFF pada remote. Data akan tersimpan dengan baik. h) lalu menyalakannya kembali. Dan setelah lampu pada remote menyala merah, mengecek operasi motor mounting dengan menggunakan pengontrol arah pada remote. Selain melakukan setting ulang, peneliti juga membuat sensor fotodioda yang digunakan untuk mengukur tegangan/ distribusi cahaya objek sebelum dan setelah dilakukan perawatan. Untuk membedakan hasil sebelum dan sesudahnya
teleskop
Permasalah Lensa korektor berjamur dan berdebu. Cermin sferis sekunder terdapat bercak gosong di salah satu sisinya. Eyyepiece berdebu dan berjamur. Arah mounting terbalik Kedataran tempat kurang pas Latitude pada mounting kurang tepat Finder copot Pelumas pada sendi-sendi teleskop sudah kering Koordinat lokasi pada SkySensor kurang tepat Teleskop tidak dapat mencari objek langit secara otomatis Teleskop belum dapat mengikuti pergerakan objek langit
Tabel 1. Permasalahan yang ada pada teleskop Celestron 2000
Kemudian permasalahan-permasalahan tersebut dianalisis dan memulai untuk penelitian. Proses penelitian pertama yaitu melakukan setting ulang teleskop yang pertama. Pada pengaturan teleskop yang pertama ini, teleskop masih belum bisa mencari objek secara otomatis. Kemudian pada setting yang kedua peneliti mereset SkySensor 2000 yang digunakan dengan cara menekan 4 tombol arah pada remote dan secara bersamaan menekan tombol ON. Kemudian peneliti mengatur ulang bahasa, waktu dan koordinat lokasi serta jenis mounting yang digunakan. Langkah selanjutnya, peneliti melakukan setting teleskop yang ketiga. Pada setting ketiga ini teleskop juga masih belum bisa bekerja dengan baik. Kemudian peneliti melakukan setting kembali. Setting keempat, teleskop dapat bekerja dengan baik. Teleskop secara kasar sudah dapat mencari objek langit secara otomatis dan dapat mengikuti pergerakannya dengan ω= 1`/ 2s. Peneliti menemukan kesalahan pada setting pertama sampai setting ketiga. Teleskop belum bisa bekerja dengan baik dikarenakan penandaan arah mata angin dan pengaturan kedataran tempatnya kurang benar. Hal ini dapat mempengaruhi penempatan arah mountingnya juga. Sehingga teleskop belum bisa mencari objek langit secara otomatis. Hal yang peneliti lakukan dalam setting teleskop yaitu: 1) Menandai arah mata angin agar mudah dalam penempatan posisi teleskop.
3
dilakukan perawatan. Rangkaian fotodioda dapat dilihat pada gambar 1.
Grafik distribusi cahaya lampu sebelum dilakukan perawatan dengan perlakuan fokus dapat dilihat pada gambar 3. Sedangkan grafik distribusi cahaya lampu sebelum dilakukan perawatan dengan perlakuan tidak fokus dapat dilihat pada gambar 4. Grafik Distribusi Cahaya Lampu Sebelum Dilakukan Perawatan (Perlakuan: Fokus)
(V)
15 10 5 Gambar 1. Rangkaian Fotodioda
0
Sebelum melakukan perawatan optik, peneliti mengukur tegangan keluaran pada objek yang diamati untuk mengetahui distribusi cahayanya. Berdasarkan observasi pada hari Jumat, 11 April 2014 pukul 23:53:18 WIB sampai dengan hari Sabtu, 12 April 2014 pukul 00:21:20 WIB di Laboratorium Astronomi Fisika UM didapatkan 4 data tegangan keluaran yang dihasilkan dari sebuah objek lampu dengan perlakuan yang berbeda (fokus dan tidak fokus). Data gambar objek yang teramati dapat dilihat pada gambar 2.
0,4 0,7 1 1,3 1,6 1,9 2,2 2,5 2,8 3,1 3,4 variasi jarak sepanjang sumbu x (a)
Grafik Distribusi Cahaya Lampu Sebelum Dilakukan Perawatan (Perlakuan: Fokus)
(V)
15 10 5 0 0,40,7 1 1,31,61,92,22,52,83,13,4 variasi jarak sepanjang sumbu y (a) (b) Gambar 3 (a) Grafik Distribusi Cahaya Lampu Sebelum Dilakukan Perawatan dengan Perlakuan Fokus sepanjang Sumbu x (b) Grafik Distribusi Cahaya Lampu Sebelum Dilakukan Perawatan dengan Perlakuan Fokus sepanjang Sumbu y
(b) Gambar 2 (a) Lampu Jalan sebelum perawatan dengan perlakuan Fokus (b) Lampu Jalan sebelum perawatan dengan perlakuan Tidak Fokus
4
d) Membersihkan debu dengan menggunakan blower/ vacuum cleaner pada area sekitar permukaan tabung teleskop dan cermin primer. e) Membuat larutan pembersihan dengan mencampurkan 500 ml aqua bidestilata dan 1 ml Alkohol 96%. f) Membuat bulatan kapas dan merendamnya pada larutan pembersih yang telah dibuat. g) Menotolkan kapas yang telah basah ke permukaan lensa. Dengan catatan: untuk pergerakan satu kali jalan tanpa harus diulang dan kapas yang digunakan sekali pakai langsung dibuang. Mengulangi langkah ini sampai tidak ada jamur pada lensa. h) Setelah melakukan langkah (g), dipastikan bahwa terdapat sisa-sisa genangan. Kemudian peneliti mengeringkan sisa-sisa genangan tersebut dengan kapas pada langkah (f). Dengan catatan: kapas yang digunakan telah diperas hingga kering. i) Menyempurnakan sisa pembersihan dengan menggunakan paper lens cleaner. Diusahakan arahnya sama/ searah (jika arah berlawanan atau ke segala arah dapat menimbulkan bekas/ baretan pada lensa) dan tekanan yang diberikan adalah tekanan minimum. j) Tahap selanjutnya, membersihkan sisa kapas pada lensa dengan menggunakan blower dan kuas halus yang ada pada set lens cleaner. k) Mengulangi langkah (g) sampai (j) untuk mendapatkan hasil yang maksimal. l) Setelah permukaan lensa terkondisikan bersih, menyimpan lensa korektor pada tempat kering dan aman. Setelah membersihkan lensa korektor, peneliti membersihkan cermin sferis dan eyepiece. Cermin sekunder hanya dibersihkan menggunakan tisu halus yang ditetesi dengan lens cleaner. Perlu diingat bahwa tekanan yang diberikan ketika membersihkan cermin harus tekanan minimum agar lapisan pada cermin tidak mengelupas dan arahnya juga searah. Untuk pembersihan eyepiecenya menggunakan cotton bud yang telah ditetesi lens cleaner. Peneliti hanya membersihkan dua sisi bagian luar dari lensanya saja. Disini peneliti melepas barelnya (barel adalah tabung logam berulir biasanya terbuat dari nikel berlapis baja, kuningan atau aluminium, digunakan untuk mengamankan lensa mata di focuser atau pemegang lensa mata) saja, tidak sampai membongkar eyepiece, guna memudahkan pembersihan lensa luarnya. Setelah semua pembersihan optik selesai, kemudian peneliti memasang kembali cermin sekunder ke dalam piringan hitam yang berada di belakang lensa korektor. Peletakan cermin sekudernya sesuai dengan kode angka yang terdapat di pinggir cermin. Hal ini agar sesuai dengan perhitungan awal si pembuat teleskop dalam
Grafik Distribusi Cahaya Lampu Sebelum Dilakukan Perawatan (Perlakuan: Tidak Fokus)
(V)
15 10 5 0 0,40,7 1 1,31,61,92,22,52,83,13,4 variasi jarak sepanjang sumbu x (a)
Grafik Distribusi Cahaya Lampu Sebelum Dilakukan Perawatan (Perlakuan: Tidak Fokus)
(V)
15 10 5 0 0,4 0,7 1 1,3 1,6 1,9 2,2 2,5 2,8 3,1 3,4 variasi jarak sepanjang sumbu y (b) Gambar 4 (a) Grafik Distribusi Cahaya Lampu Sebelum Dilakukan Perawatan dengan Perlakuan Tidak Fokus sepanjang Sumbu x (b) Grafik Distribusi Cahaya Lampu Sebelum Dilakukan Perawatan dengan Perlakuan Tidak Fokus sepanjang Sumbu y
Setelah mendapatkan data sebelum perawatan, peneliti melakukan perawatan optik. Adapun alat dan bahan yang peneliti gunakan yaitu: 1. Aqua bidestilata 2. Alkohol 96% 3. Lens Cleaner 4. Kapas Steril 5. Obeng 6. Vacuum Cleaner Hal-hal yang telah dikerjakan oleh peneliti dalam perawatan optik (lensa korektor) yaitu: a) Mempersiapkan alat dan bahan untuk perawatan optik, diantaranya: Alkohol 96%, aqua bidestilata, kapas steril, wadah, blower, set lens cleaner, dan obeng. b) Melepas lensa korektor dan cermin sekunder dengan menggunakan obeng. c) Menyimpan lensa di tempat yang kering. 5
menentukan fokus cerminnya. Setelah cermin sekunder dipastikan pas, peneliti mengencangkan tiga buah sekrup yang ada di dekat logo Celestron agar cermin sekunder kuat dan tidak jatuh. Jika cermin sudah benar-benar terpasang dengan kuat, kemudian peneliti memasangnya bersamaan dengan lensa korektor di tabung teleskop semula dengan mengencangkan sekrup yang ada disekeliling lensa. Setelah dilakukan perawatan optik, peneliti kembali melakukan pengambilan data objek menggunakan teleskop Celestron 2000 yang sudah dirawat untuk membedakan distribusi cahayanya. Pengambilan data dilakukan pada hari Rabu, 30 April 2014 pukul 23:37:48 WIB sampai pukul 23:50:20 WIB di Laboratorium Astronomi Fisika UM didapatkan 4 data tegangan keluaran yang dihasilkan dari sebuah objek lampu dengan perlakuan yang berbeda (fokus dan tidak fokus). Data gambar objek yang diamati dapat dilihat pada gambar 5.
Grafik Distribusi Cahaya Lampu Setelah Dilakukan Perawatan (Perlakuan: Fokus)
(V)
15 10 5 0 0,4 0,7 1 1,3 1,6 1,9 2,2 2,5 2,8 3,1 3,4 variasi jarak sepanjang sumbu x (a)
Grafik Distribusi Cahaya Lampu Setelah Dilakukan Perawatan (Perlakuan: Tidak Fokus)
15 (V)
10 5 0 0,4 0,7 1 1,3 1,6 1,9 2,2 2,5 2,8 3,1 3,4 variasi jarak sepanjang sumbu y
(a)
(b) Gambar 4.7 (a) Grafik Distribusi Cahaya Lampu Setelah Dilakukan Perawatan dengan Perlakuan Fokus sepanjang Sumbu x (b) Grafik Distribusi Cahaya Lampu Setelah Dilakukan Perawatan dengan Perlakuan Fokus sepanjang Sumbu y
KESIMPULAN Dari hasil analisis dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah dilakukan setting ulang, kinerja teleskop telah membaik. Teleskop dapat mencari objek langit secara otomatis dan juga dapat tracking dengan baik. 2. Dalam melakukan setting teleskop, kita harus paham apa saja yang harus dilakukan sebelum memasang teleskop. hal-hal yang terpenting yaitu: penandaan arah mata angin, pengukuran kedataran tempat peletakan teleskop, pemasangan mounting harus sesuai dengan dibelahan Bumi mana pengamat berada, pengaturan latitude pengamat di mounting teleskop, penguncian
(b) Gambar 5 (a) Lampu Jalan setelah perawatan dengan perlakuan Fokus (b) Lampu Jalan setelah perawatan dengan perlakuan Tidak Fokus
Grafik distribusi cahaya lampu setelah dilakukan perawatan dengan perlakuan fokus dapat dilihat pada gambar 6. Sedangkan grafik distribusi cahaya lampu setelah dilakukan perawatan dengan perlakuan tidak fokus dapat dilihat pada gambar 7.
6
tabung teleskop pada waktu pemasangan harus kuat agar tidak jatuh, serta balancing sudut deklinasi dan sudut HA harus terpenuhi ketika memasang eyepiece/ CCD yang akan digunakan sewaktu pengamatan. 3. Kondisi lensa masih tergolong baik. Tidak ada pengaruh yang berarti terhadap distribusi cahaya dari lensa sebelum dan setelah perawatan. DAFTAR RUJUKAN Anonim. 1949. Astronomical Telescope Accessories Sky Sensor 2000 User`s Guide. Cybersky Software. Versi 5 http://www.canon.co.uk/For_Home/Product_Finder/ Cameras/Digital_Camera/PowerShot/PowerSh ot_A3200_IS/ (diakses tanggal 20 November 2013) meade LX200 Instruction Manual. Kerrod, Robbin. 2005. Bengkel Ilmu Astronomi. Jakarta: Erlangga. Kunjaya, Chatief Dr., Msc. 2010. Tata Koordinat Benda Langit. Bandung: Tim Pembina Olimpiade Astronomi. Panjaitan, Edward. 2008. Prosedur Pembersihan Lensa/ Cermin pada Sebuah Teropong. Bandung: Observatorium Bosscha. Sherrod, Clay Dr. 2008. ASO Cleaning System. The Arkansas Sky Observatory. Kendall, Matew. 2011.Vixen Atlux German Equatorial Mount. Australia: Iceinspace http://www.iceinspace.com.au/44-437-0-0-10.html (diakses tanggal 28 November 2013).
7