Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
ISOLASI dan KARAKTERISASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI EKSTRAK KLOROFORM BATANG TUMBUHAN BAKAU MERAH (Rhizophora stylosa.Griff) dan UJI AKTIVITAS BIOLARVASIDA TERHADAP LARVA Aedes aegypti Mohamad Zulkarnaen1, Tukiran2, Sri Hidayati Syarief 3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Jln. Ketintang Surabaya (60231) Email:
[email protected] Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang isolasi dan karakterisasi senyawa fenolik dari ekstrak kloroform batang tumbuhan bakau merah sebagai biolarvasida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengisolasi dan mengkarakterisasi senyawa fenolik yang terdapat pada ekstrak kloroform batang tumbuhan bakau merah (Rhizophora stylosa.Griff) dan mengetahui aktivitas biolarvasida isolat pada konsentrasi 0,40, 60, 80, 100 ppm. Isolasi senyawa fenolik ekstrak kloroform batang tumbuhan bakau merah dilakukan beberapa tahap, yaitu ekstraksi, KCV, KKG, dan KLT dan setelah didapatkan isolat dilakukan proses rekristalisasi. Karakterisasi senyawa fenolik dilakukan dengan tiga pengujian, yaitu pengujian sifat fisika, kimia dan spektrofotometri. Uji sifat fisika yang meliputi uji kelarutan dan uji titik leleh, pengujian sifat kimia yang meliputi uji dengan reagen (FeCl3 dan Shinoda test), dan pengujian spektofometer meliputi IR, UV-Vis dan GC-MS. Hasil isolasi diperoleh dua isolat yaitu pada fraksi ke-5 KKG seberat 157 mg. Berdasarkan pengujian sifat fisika isolat tersebut larut kedalam pelarut kloroform dan mempunyai titil leleh sebesar uji sifat fisika senyawa ini larut sempurna didalam pelarut kloroform dan diukur titik lelehnya didapat sebesar 298-299 oC, 299300 oC, dan 299-300 oC. Berdasarkan analisis IR isolat 5 mempunyai gugus fungsi OH, CH3 alkil, C=C aromatis, dan C-O. Berdasarkan analisis spektofotometer UV-Vis isolat 5 mempunyai serapan pada panjang gelombang 311 nm , berdasarkan uji GC-MS isolat 5 mempunyai m/z sebesar 426. Berdasarkan pengujian tersebut isolat 5 merupakan senyawa flavonoid golongan katekin yang mempunyai gugus hidroksil pada C-3, C-7 dan C-4’ serta memiliki gugus O-Glikosida. Hasil pengujian aktivitas biolarvasida didapat nilai LC50 sebesar 104,376 ppm; 84,7241 ppm; dan 58,6507 ppm. Kata-kata kunci : Ekstrak kloroform, batang bakau merah, Rhizophora stylosa. Griff, senyawa fenolik, uji aktivitas biolarvasida.
PENDAHULUAN Famili Rhizophoraceae merupakan salah satu famili tumbuhan yang sebagian besar tumbuh di daerah pesisir pulau-pulau di indonesia. Famili Rhizoporaceae terdiri dari 11 spesies yang semua anggotanya terdiri dari atas pohon meliputi, Bruguiera cylindrica, B. exaristata, B. gymnorrhiza, B.sexangula, Ceriops decandra, C. tagal, Kandelia candel, R. apiculata, R. mucronata, dan R.stylosa (Kartawinata dkk., 1978).
Rhizophora stylosa termasuk famili Rhizophoraceae. Spesies ini dalam bahasa Indonesia disebut bakau merah, dalam bahasa jawa disebut juga dengan “tanjang lanang”. Tumbuhan ini memiliki daun berbentuk lonjong dan runcing pada ujungnya dan terdapat bintik-bintik hitam pada bagian belakang daunnya, kulit batang berwarna keabuabuan, dan memiliki bunga sebanyak 4 pasang.
C - 89
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Tumbuhan Rhizophora stylosa (Rhizophoraceae, Bakau Merah dalam bahasa indonesia) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang keberadaannya melimpah di kawasan pulau-pulau bagian timur Indonesia. Kulit batang dari genus Rhizophora telah dimanfaatkan oleh masyarakat tradisional sebagai obat-obatan untuk berbagai penyakit. Di India kulit batang Rhizophora mucronata digunakan sebagai terapi penyakit diabetes, dan sebagai astringent untuk diare. Ekstrak beberapa spesies dari genus ini telah dilaporkan memiliki aktivitas anti bakteri, aktivitas antiinflamasi, dan melindungi dari disfungsi mitokondria akibat induksi naphthalene. Menurut penelitian Chalista, (2008) melaporkan bahwa ekstrak polar dari R. mucronata yang merupakan kerabat dekat dari R. stylosa berpotensi untuk melawan larva Spodoptera litura instar II karena dapat membunuh 50% dari populasi dengan masa pemaparan 24 jam pada konsentrasi 83,4586% (LC50 24 jam=83,4586%). Beberapa tumbuhan bakau genus Rhizoporacea telah dilakukan uji terhadap daya toksisitas terhadap larva suatu serangga diantaranya adalah Brugueira cylindrica, Ceriops decandra, Rhizophora apiculata, Rhizophora lamarckii, dan Rhizophora mucronata dari tanaman-tanaman tersebut, ekstrak petroleum eter dari tanaman Rhizophora apiculata yang paling efektif terhadap larva nyamuk Culex quinquefasciatus dengan nilai LC50 sebesar 25,7 mg/L (Thangam & Kathiresan, 1997 dalam Anonim, 2009) Penelitian tentang kandungan senyawa tumbuhan ini telah dilakukan. Dong Li.,dkk (2007) telah berhasil mengisolasi senyawa asetilasi flavanol yang baru yaitu, 3,7-O-diacetil (-)epicatechin dan tujuh turunan flavanol yang telah diketahui seperti, (-)epicatechin, 3-O-acetyl(-)-epicatechin,
3,3′,4′,5,7-Opentaacetyl (–)-epicatechin, (+)-afzelechin, (+)-catechin, cinchonain Ib dengan fraksi etil asetat dan proanthocyanidin B2 dengan fraksi nbutanol dari batang bakau merah (Rhizophora stylosa. Griff). Selain senyawa tersebut, dua senyawa flavan-3ol glikosida dengan tujuh senyawa flavan-3-ol juga berhasil di isolasi dari batang Rhizophora stylosa dengan menggunakan pelarut metanol, senyawasenyawa tersebut adalah flavon-3-ol glikosida, glabraosida A dan glabraosida B. bersama dengan tujuh turunan flavanol, diantaranya (+)-katekin, (-)epikatekin, cinchonain IIa, cinchonain IIb, (+)-katekin 3-O-α-L-rhamnoside, cinchonain Ia dan cinchonain Ib (Takara, Kensaku, dkk., 2008). Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa penelitian ini pada tumbuhan genus Rhizophora, khususnya bakau merah (Rhizophora stylosa) guna menemukan senyawasenyawa yang terkandung dalam bagian tumbuhan tersebut masih memiliki peluang yang besar, mengingat tumbuhan dari genus tersebut mengandung senyawa yang berpotensi untuk memberikan efek aktivitas biolarvasida yang luar biasa jika dilihat dari pendekatan kemotaksonomi, maka peneliti akan melakukan kegiatan eksplorasi, isolasi, dan identifikasi senyawa yang terkandung dalam tumbuhan bakau merah (Rhizophora stylosa). Dalam penelitian ini yang diisolasi adalah batang tumbuhan bakau merah (Rhizophora stylosa). Diharapkan senyawa hasil isolasi dari tumbuhan bakau merah (Rhizophora stylosa) ini adalah senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas sebagai biolarvasida yang aman untuk menanggulangi larva nyamuk. Oleh karena itu juga akan dilakukan uji aktivitas biolarvasida ekstrak kloroform dan senyawa hasil isolasi dari tumbuhan
C - 90
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
bakau merah (Rhizophora stylosa) terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.
beberapa fraksi senyawa. Fraksifraksi senyawa tersebut kemudian dimonitor dengan kromatografi lapis tipis dengan menggunakan eluen nheksan : etil asetat (9:1). Tiap-tiap fraksi yang memiliki Rf sama, digabung selanjutnya dilakukan pemisahan lebih lanjut dengan kromatografi cair vakum (KCV) bertingkat dengan eluen n-heksan 100% sebanyak 4 kali, n-heksan : etil asetat = 9:1 sebanyak 4 kali dan metanol 100% sebanyak 2 kali. Tiaptiap fraksi dari kromatografi kolom gravitasi dimonitor dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan eluen n-heksan: etil asetat (9:1), dan fraksi yang mempunyai Rf yang sama digabung selanjutnya dipisahkan kembali dengan metode kromatografi kolom gravitasi menggunakan fasa diam silica gel dengan eluen campuran yang terdiri dari campuran n-heksan: etil asetat (9:1). Hasil pemisahan dimonitor dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan pelat KLT dengan berbagai eluen, dan selanjutnya tiap fraksi di uji dengan FeCl3 dan Shinoda test untuk mengetahui keberadaan senyawa flavonoid. Fraksi-fraksi yang dihasilkan selanjutnya dimurnikan dengan cara rekristalisasi berulang-ulang dengan menggunakan pelarut kloroform dan metanol dengan perbandingan kloroform: n-heksan = 1:5 hingga diperoleh isolat murni. Uji kemurnian isolat dilakukan dengan penentuan titik leleh dan kromatografi lapis tipis dengan 3 sistem eluen.
METODE PENELITIAN 1. Tahap Pengumpulan dan Persiapan Sampel 10 kg batang bakau merah (R. stylosa) diperoleh dari Margomulyo, Surabaya, Jawa Timur. Sebelum diteliti lebih dahulu diidentifikasi ke LIPI UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jawa Timur. Batang tumbuhan tersebut selanjutnya dikeringkan dengan cara diangin-anginkan untuk mengurangi penguapan yang mengikutkan senyawa yang terkandung di dalamnya, sehingga diperoleh sampel batang bakau merah (R. stylosa), kemudian digiling hingga berbentuk serbuk. 2. Tahap Isolasi Senyawa Fenolik Ekstrak Kloroform Serbuk halus batang bakau merah (R. stylosa. Griff) sebanyak 3 kg dimaserasi menggunakan pelarut kloroform dengan ketinggian pelarut pada waktu merendam ±1 cm di atas sampel. Maserasi dilakukan sebanyak 3 kali masing-masing selama 5 hari pada suhu kamar. Hasil maserasi disaring secara vakum menggunakan penyaring Buchner dan filtrat yang diperoleh diuapkan secara vakum menggunakan penguap putar vacuum rotary evaporator untuk memperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh, dipisahkan senyawanya dengan metode KCV menggunakan pelarut nheksan 100% sebanyak 2 kali, n-heksan: etil asetat (9:1), (8:2), (7:3) dan (6:4) kemudian dilanjutkan dengan etil asetat 100% dan metanol 100% sehingga menghasilkan
3. Tahap Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi Karakterisasi senyawa hasill isolasi dilakukan dengan beberapa pengujian yaitu uji sifat fisika, kimia
C - 91
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
dan spektrofotometer. Uji sifat fisika yang meliputi uji kelarutan dan uji titik leleh , pengujian sifat kimia yang meliputi uji dengan reagen (FeCl3 dan Shinoda test), dan pengujian spektofometer meliputi IR, UV-Vis dan GC-MS. 4. Tahap Pengujian Aktivitas Biolarvasida Terhadap Larva Aedes aegypti. Tahap uji aktivitas biolarvasida senyawa ekstrak kloroform batang bakau merah (R. stylosa) adalah sebagai berikut : melarutkan isolat bakau merah dengan larutan tween 80 agar isolat dapat larut kedalam air, mengencerkan larutan uji dengan air pada variasi konsentrasi 0, 40, 60, 80 dan 100 ppm, Memasukkan larutan uji (stok, isolat dan larvasida sintetik) sebanyak 5 mL pada botol vial kecil, memasukkan larva nyamuk Aedes aegypti instar 3 sebanyak 20 ekor ke dalam larutan uji dengan menggunakan pipet, Pengamatan dilakukan setelah 24 jam terhadap kematian larva nyamuk, melakukan pengulangan sebanyak 4 kali dan menghitung tingkat mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti : Persentase mortalitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Keterangan : P : persentase mortalitas X : jumlah larva yang mati Y : jumlah larva yang diamati Apabila mortalitas pada perlakuan kontrol lebih besar 0% dan lebih kecil 20%, maka mortalitas larva pada perlakuan dikoreksi dengan formula Abbot (dalam Negara, 2003) dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : P : persentase mortalitas P1 : mortalitas larva pada saat pengamatan C : kematian kontrol Pendugaan nilai toksisitas larvasida terhadap larva uji nyamuk Aedes aegypti diukur dengan nilai LC50, yaitu suatu konsentrasi atau dosis yang dapat menyebabkan kematian 50% serangga yang diuji (Moekasan, 1993 dalam Negara, 2003). Penentuan LC50 dihitung dengan analisis Probit menggunakan program minitab 13. Analisis probit digunakan dalam pengujian biologis untuk mengetahui respon subyek yang diteliti oleh adanya stimuli dalam hal ini larvasida untuk mengetahui respon berupa mortalitas (Umniyati, 1990 dalam Negara, 2003). Hasil analisis ini akan diperoleh nilai LC50 untuk masing-masing bahan bioaktif larvasida yang paling efektif atau kuat pengaruhnya terhadap serangga uji larva nyamuk Aedes aegypti. Bahan-bahan alami yang digunakan sebagai biolarvasida, dapat dikatakan memiliki aktivitas biolarvasida yang tinggi apabila nilai LC50 setelah 48 jam adalah kurang dari 100 µg/mL dan berkisar antara 13.9-56.2 µg/mL. Sedangkan dikatakan pertengahan apabila harga LC50 setelah 48 jam adalah kurang dari 200 µg/mL yang berkisar antara 82,6-130,3 µg/mL. (Suwannee, dkk., 2006) HASIL DAN PEMBAHASAN: 1. Isolasi dan Karakterisasi Isolat Ekstrak Kloroform Batang Tumbuhan Bakau Merah (R.stylosa) Dalam penenelitian ini sampel serbuk batang bakau merah dimaserasi dengan pelarut kloroform p.a selama 5 hari dan diulang sebanyak 3 kali, setelah itu ekstrak
C - 92
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator dan didapat ekstrak kental sebanyak 15,342g. Selanjutnya diambil sebanyak 10,173 untuk dilakukan KCV dengan eluen H =100 % sebanyak 2 kali, H:E= 9:1 sampai 6:4 dan E = 100% dan metanol 100%) dan dihasilkan 8 fraksi (volume tiap fraksi 150 ml) selanjutnya hasil pemisahan dimonitor dengan KCVseperti tampak pada gambar 1:
berat fraksi gabungan sebesar 1,78 g dan dielusi menggunakan eluen n-heksan : etil asetat = 9:1 menghasilkan 25 fraksi dan Pada fraksi ke-5 pada hasil KKG terdapat kristal amorf berwarna jingga sebanyak 157 mg.
Gambar 3. Isolat Pada Fraksi ke-5 Selanjutnya kristal yang didapat dilakukan rekristalisasi dalam pelarut n-heksan dan kloroform dengan perbandingan 3:1. Isolat yang didapat, diuji kemurniannya dengan KLT menggunakan sistem 3 eluen yang berbeda. Pada isolat ke-5 yang diperoleh dari proses KKG diuji kemurniannya menggunakan sistem 3 eluen yang berbeda metanol : kloroform= 8:2 (Rf= 0,88) : n-heksan : kloroform = 8:2 (Rf 0,42) ; dan metanol : kloroform = 9:1 (Rf = 0,93)
Gambar 1. Kromatogram Hasil KCV Ekstrak Kloroform Batang Bakau Merah. Selanjutnya pada fraksi 1 sampai 5 digabung untuk selanjutnya dilakukan KCV bertingkat dengan menggunakan eluen n-heksan 100% , n-heksan : Etil asetat = 9:1 dan metanol 100%. Selanjutnya hasil KCV2 dimonitor dengan KLT dengan eluen n-heksan : etil asetat = 9:1 sehingga didapat kromatogram sebagai berikut :
Gambar 2. Kromatogram Hasil KCV2 Ekstrak Kloroform Batang Bakau Merah. Berdasarkan hasil kromatogram di atas, fraksi 5 dan 6 digabung untuk selanjutnya dilakukan KKG dengan
2. Tahap Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi Selanjutnya isolat 5 dan 4 diuji dengan FeCl3 dan shinoda test untuk isolat ke-5 dengan FeCl3 menjadi berwarna hijau sedangangkan dengan shinoda test tetap tidak berwarna, hal ini menandakan bahwa isolat mengandung senyawa fenolik yang tergolong senyawa flavan. Dengan pengujian titik leleh isolat 5 mempunyai titik leleh sebesar 298299 oC, 299-300 oC, dan 299-300 oC Berdasarkan pengukuran titik leleh isolat tersebut cukup murni karena memiliki rentang tidak lebih dari 20C.
C - 93
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Untuk mengetahui gugus fungsi pada isolat ke-5 dilakukan uji spektrofotometer IR (Infra-Red) berdasarkan pengukuran IR serapan dari isolat 5 disajikan didalam gambar 3 dibawah ini :
Gambar 6. Spektra UV-Vis isolat 5 + metanol + NaOH
Gambar 3. Spektra IR isolat 5 Berdasarkan spektra diatas dapat dilihat adanya pita kuat pada 3406,1 cm-1 yang spesifik terhadap gugus OH, puncak tajam pada 2939,7 dan 2866,4 cm-1 menunjukkan adanya serapan pada gugus fungsi CH3 alkil, serapan pada daerah 1667 dan 1596,1 cm-1 menunjukkan serapan khas untuk gugus fungsi C=C aromatik, sedangkan serapan pada daerah 1284,7 dan 1172,9 cm-1 menunjukkan serapan pada gugus fungsi C-O. Hasil analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis isolat ke-5 memberikan satu serapan yang karakteristik untuk senyawa flavonoid golongan katekin, yaitu serapan pada panjang gelombang 311 nm dan dapat ditunjukkan pada gambar 5 dibawah ini :
Gambar 5. Spektra UV-Vis isolat 5 + metanol. Dengan penambahan pereaksi geser isolat 5 ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
C - 94
Gambar 7. Spektra UV-Vis isolat 5 + metano +NaOAc+ H3BO3
Gambar 8. Spektra UV-Vis isolat 5 + metano + AlCl3 + HCl Berdasarkan spektra diatas isolat ini memiliki kerangka katekin diperoleh dari diagnostik pereaksi geser seperti: NaOH, NaOAc, NaOAc-H3BO3, AlCl3, dan AlCl3HCl. Hasil pergeseran panjang gelombang setelah penambahan tiaptiap pereaksi geser tersebut dapat disimpulkan bahwa kemungkinan letak substituen gugus hidroksi pada kerangka katekin adalah pada posisi atom C-3, C-7 dan C-4’. Spektrum UV-vis sebelum dan sesudah penambahan pereaksi geser dan data tabulasinya dipaparkan pada tabel berikut :
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Tabel 1. Tabel pergeseran panjang gelombang Pereaksi geser
+ Metanol + Metanol + NaOH + Metanol + NaOAc + Metanol + NaOAc + H3BO3 + Metanol + AlCl3 + Metanol + AlCl3 + HCl
Panjang Gelombang λmaks(nm) 311 nm 359 nm, 311 (bh) 307 nm
OH
Geseran Panjang Gelombang λmaks (nm) 48 nm
HO
O
OH HO
O
OH
m/z 426
O
m-2
HO OH
4 nm
OH
m-2
OH HO
O OH
HO
307 nm
4 nm
m/z 135 O m/z 149
O
CH 3
HO
300 nm
11 nm
298 nm
13 nm
m/z 119 OH
Gambar 11. Pola Fragmentasi Isolat 5
Hasil analisis menggunakan spektrofotometri GC-MS isolat 5 menunjukkan ada 3 puncak akan tetapi puncak dominan ada pada puncak ke-3 dengan waktu retensi sebesar 32,058 menit merupakan senyawa yang mempunyai kelimpahan tertinggi (98 %), berikut merupakan kromatogram GC-MS
3. Tahap Uji Aktivitas Biolarvasida Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti Uji aktivitas biolarvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti dilakukan pada didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Biolarvasida Konsentrasi mg/L
Jumlah larva total N
0 40 60 80 100
20 20 20 20 20
Jumlah total larva mati setelah pemaparan 24 jam
48 jam
72 jam
0 2 5 7 8
0 5 6 9 12
2 8 10 13 16
Gambar 9. Kromatogram Isolat 5 Sedangkan fragmentasi puncak ketiga sebagai berikut :
Gambar 10. Spektra MS puncak ke-3 Berdasarkan gambar 10, pola fragmentasi pada isolat 5 seperti gambar diwah ini
C - 95
Untuk mengetahui nilai LC50 tiap-tiap lama pemaparan digunakan analisis probit dengan menggunakan program minitab versi 13. Tabel 3. Nilai LC50 Dalam Rentang Waktu 24,48, dan 72 jam pemaparan Pengamatan (jam) 24 48 72
LC50 (mg/L) 104,376 84,7241 58,6507
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Berdasarkan tabel 3 isolat 5 bersifat toksik, dan dikatakan efektif untuk mematikan larva nyamuk Aedes aegypti. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dalam ekstrak kloroform batang tumbuhan tumbuhan bakau merah (Rhizophora stylosa. Griff) ditemukan senyawa flavonoid golongan katekin yang mempunyai gugus hidroksil pada C-3, C-7 dan C-4’ serta memiliki gugus O-Glikosida. Uji aktivitas biolarvasida pada isolat 5 memiliki nilai LC50 sebesar 104,376 mg/L; 84,7241 mg/L; dan 58,6507 mg/L untuk 24, 48, dan 72 jam pemaparan
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada lembaga penelitian Universitas Negeri Surabaya yang telah memndanai penelitian ini dengan nomor kontrak 385.19/H.38.12/PL.05.07/2011. DAFTAR PUSTAKA Backer dan Bakhuizen. 2000. R. stylosa .Griff. Ding Hou, Fl. Males. www.scribd.com. (diakses pada tanggal 30 Oktober 2010.
Chalista,vivid. 2010. Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang R. Mucronata terhadap Larva Spodoptera litura. http://www.ITS-umdergraduate10.co.id. (diakses pada tanggal 2 Desember 2010) Dong Li Li; Xiao-Ming Li; Bin-Gui Wang. 2007.Flavanol Derivatives from Rhizophora stylosa and their DPPH Radical Scavenging Activity. Molekul. ISSN 14203049 Markham, K.R.,1988.Cara Identifikasi Flavonoid. Penerjemah : Padmawinata, K. Bandung : Penerbit ITB Negara, Abdi. 2003. Penggunaan Analisis Probit untuk Pendugaan Tingkat Kepekaan Populasi Spodoptera exigua terhadap Deltrametrin Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Informatika Pertanian. Volume 12. http://www.litbang.deptan.go.id/ warta-ip/pdf-file/abdinegara12.pdf. (Diakses pada tanggal 2 September 2008) Takara, Kensaku; Ayako Kuniyoshi, Koji Wada, Kazuhiko Kinjyo, and Hironori Iwasaki. 2008. Antioxidative Flavan-3-ol Glycosides from Stems of Rhizophora stylosa. Biosci. 72, 2191-2194.
C - 96