Semantik Metabahasa Versi Wierzbicka Sufiamfano
1. Pend ahuluan A da be berapa ca re untuk menjelaskan
.L1.arti atau konsep yang terkandung dalam suatu kata atau satuan kebahasaan. Salah satu care untuk menje laskan arti tersebut ialah d engan menterjemahkannya ke dala m bahasa lain. Apabila kita login menjelaskan amyang terkandung dalam kata beja da lam ba ha · sa Jawa, misal nya, kita dapat menqete kannya bah wa beja ialah apa yang dalam bahasa Indonesia disebut beruntung
atau epa yang dalam bahasa Inggris disebut lucky. Me njel aska n am kata dengan ca re ini memang relatif mudah . namun ada ketemahannya. Kelemahannya ya ng pa ling menonjol ialah ba hwa penerjemahan tidak dapat menjelaskan arti kata secara akurat Hal itu karena padanan kata dalam dua bahasa atau lebih tidak dapat persi s sarna, lebih apab ila kata tersebut mengandung konsep yang komp leks . Arti keta beja tidaklah perste sarna dengan arti kata beruotung etau lucky. Dalam beja terkanclung pa ndangan budaya tert entu yang kha s Jawa (Javanese-specific) yan g t id ak ada d al a m beruntung a ta u p un lucky. Dem ikian pula dalam lucky terkandung pandangan budaya tertentu yang khas Inggris (English-specific) yang tidak ada dalam beja ataupu n beruntung. Arti yang terkandung dalam suat u kata a tau satuan kebahasaan yang lain pada umumnya bersifat tenkat buda ya (cui·
tUfe-dependent) sehingga tidak dapat dlpadankan deng an tepat secara lintas bahasa. Menyadari bahwa ttdak ada kate untuk konsep yang kompleks yan g dapat dipadankan dengan tepat secara llntas bahasa . Lutz (1987) , misalnya, ketika mediskripsikan kata-kata emosi daJam baha sa lfaluk, sebuah behasa di Mikronesia menciptakan cara tersendlri. la ttdak begit u saja mengatakan bahwa kef, misalnya , adalah apa yang daJam 00hasa Inggns disebut happiness. Katakata emosi dala m bahasa lfaluk antara lain dijelaska n dengan menggunakan skema-skema sepertl berikut ini. ( 1) Jika kejadian X. maka muncul emosi Y. (2) Jika kita mengalami emosi X. Jalu mungkin kita berbuat Y (3) Jika kita mengalami emosi X, orang lain dapa t atau mungkin menga lami emosi Y. (4) Jika kita mengalami emosi X, Ialu kita dapat mengalami emosi Y. Dalam skema ltu kata-keta emoel dije laskan d en gan mengaitkannya d engan penyebab dan akibat yang be rkaitan denga n timbulnya emosi. Sayangnya, tidak semua peneJiti sepe rti Lutz dalam artl menyada ri ba hwa tidak ada kata untuk konsep yang kompleks yang dapat dipadankan secara lintas bahasa. Seperti ditu njukka n ole h Wierbicka (l992a), misa lnya dalam bidang ps ikologi kogn itif Joh nson laird dan Oatley menganggap bahwa keta-kata
/.,
dalam bahasa Inggris seperti heppiness, sadness, anger, fear dan disgust merupakan konsep-konsep uamh universal untuk konsep-konsep emosi manusia. Pandangan ini dikritik oleh Wierbi cka dan dikatakan befsifat etnosentris, englosenIris. Ditujukan oleh Wie rzbicka bahwa bahasa II090t (sebuah bahasa di Pilipina) dan bahasa Ifaluk, misalnya , tidak memiliki kala yang artinya berpadanan secara tepat dengan kala anger. Mesk! dalam kedua bahasa tersebut tida k ada kata yang berpadanan secara tepat dengan anger, hal itu tldak berarti bahwa penutur bahasa 1I0got dan Italuk tidak dapat ' marah': tentu saja penutur kedua bahasa tersebut dapat ' marah', hanya saja konsep mereka untuk 'marah' bar beda dengan konsep yang terkandung dalam kata bahasa lnggris anger. Konsap yang terkandung dalam kata bahasa Inggris anger adalah language-specifIC, culture-specific. Karenya . dipilihnya kata -kata seperti heppiness, sadness, anger, fear, dan disgust konsep-konsep emosi yang universal jelas mengandung bias budaya. Untuk menjelaskan konsep-konsep yang terkanclung dalam suatu kata secara lintas bahasa diperlukan alat analisis yang disebut semant ik metabahasa. Alat analis is ini dinamakan metabahasa karena alat tersebut dapat digunakan untuk menganaUsis konsep yang terkandung dalam suatu kata ata u satuan kebahasaan yang lain dalam bahasa manapun, dan dapat menetralkan atau memlnimumkan sejau h mungkin bias budaya atau bahasa tertentu . Dalam tulisan ini dikemukakan semantik me tabahasa yang dikembangkan oleh Wierzbicka dan kolega-koleganya. Wierzbicka mengem bangkan semantik metabahasa ini betdasarkan pada apa yang ia yakini sebagai prim itf semant ik yang universal (universal semantic primitives).
101
2. Angry dan IIg et: sebuah contoh anallsls Untuk memulainya . terfebih dah ulu akan dlberikan contoh bagaimana suatu kata dijelaskan deng an menggunakan semanUk metabahasa yang dikembangkan Wierzbicka int Dimuka telah disebutkan bahwa konsep ya ng ter kandung dalam kata bahasa Inggns anger bukantah konsep emosi yang universal karena bahasa llogot, misalnya tlda k mempunyai kata ya ng mengandu ng konsep yang sarna seperti konsep yang terka ndung dalam anger. Mema ng, dalam bahasa II090t terdapat kata yang artinya dekat denga n anger yaitu kata liget. Akan tetapi, konsep yang terkandung dalam Jiget berbeda dengan yang terkanclung dalam anger. Perbedaan ter sebut dapat dilihat dalam ekspli kasi kedua kala tersebut seperti yang dika· takan Wie rzbicka (1992a) berikut ini. angry X feels someth ing sometime s people think something like this (of someone): this person did someth ing bad I donrt want this becauce of this. J want to do something I would want to do something bad to this person because of this , they feel something bad X thinks something like this because ot this , X feels something like this liget X feels something sometimes people think something like this other person can do somethi ng they could think that I can't do it I don't want this because of this , I want to do something I can do it because of th is, they feel somet hing X feels like this Dari eksplikasi kedua kata tersebut dapat dili hat perbedaan konsep yan g terkandung dalam ligetdan anger. Dalam liget terkanclung karakter kompetif (other petsosn can do someth ing; they could think that I can't do it; I don 't want this: because of this, I want to do somet hing) dan keinginan untuk membu ktikan din bahwa orang yang mengalami 11gel tldak
Ih",Nln w,. VI"S