~~oz ~38W3AON 'z ~OWON 'oz NnHVl
•••• ...
•
~
~I~~
••••
~vsva
HV10)l3S S8ZrB-I'580 NSSI
SEKOLAH DASAR Kajian Teori dan Praktik Pendidikan
Berkala lerbit dua kali setahun pada bulan Mei dan November (lSSN 0854-8285); berisi rulisan tentang gagasan konseptual
kajian dan aplikasi teori. tulisan praktis. dan hasil penelitian pendidikan dan pengajaran sekolah dasar.
Ketua Penyunting
Muhana Gipayana
Wakil Ketua Penyunting
Sumanto
Penyunting Pelaksana
Ruminiati
Endang Setyo Winarni
Rumidjan
Imam Nawawi
Sukamti
Pelaksana Tata Usaha
Jazimah
Ony Herdianto
Pelaksana Teknis
Pramono
Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Program Studi PGSO PPI Jurusan Kependidikan Sekolah Oasar dan Prasekolah (KSOP) FIP Universitas Negeri Malang (UM) JI. Semarang 5 Malang 65145 Telepon (0341) 551312 (4 saluran). psw. 392: Sambungan langsung dan Fax (0341) 566962. E-mail:
[email protected] dan
[email protected]. Langganan dua namor setahun Rp 100.000,00. Uang langganan dapat dikirim melalui rekening Bank BNI Cabang Malang. rekening nomor 0 1961 12835 a.n. Ora. Jazimah, S.Pd., M.Pd., I. SEKOLAH OASAR diterbitkan oleh Program Studi PGSO PP I. Jurusan KSDP, Fakultas IImu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Oekan: Hendyat Sutopo. Ketua Jurus.n: Sutrisno. Ketua Program: Sutarno. Ketua PPJ: Rumidjan Terbit pertama kali pada tahun 1992 dengan nama KREATIF. Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pemah diterbitkan dalam media cetak lain. Naskah diketik di kertas ~I VS A4 dengan spasi ganda, panjang 12-20 halaman (Iebih lanjut baca Petunjuk 8agi Penulis pada sampul dalam belakang). Naskah yang masuk dievaluasi oleh penyunting ahli. Penyunting dapat melakukan peru bah an tulisan yang dimuat unluk keseragaman format, tanpa mengubah maksud dan isinya. Berkala ini diterbitkan di bawah pimpinan tim pengembangjurnal dan berkala Universitas Negeri Malang. Pembina: Suparno (Rektor). Penanggung Jawab: Kusmintardjo (Pembantu Rektor I). Ketua: Ali Saukah. Anggota: Suhadi Ibnu. Mulyadi GUlltur Waseso, Amat Mukadis, Suyono, Margono, Effendi, Imam Agus Basuki. Star Teknis: Amin Sidik. Aminarti S Wahyuni. Ma·arif. Pembantu Teknis: Wiwik Handayani, Ahmad Munir, Yamin S.. Imam Gozali. Syamsul Baehri. Prihatini Retnaningsih. BerkalaSEKOLAH DASAR terakreditasi sebagai Berkala IImiah Nasional berdasarkan surat Dirjen Pendidikan Tinggi nomor II 0/DIKTJlKep/2009 tanggal 5 Desember 2009.
SEKOLAH DASAR Kajian Teori dan Praktik Pendidikan Tahun 20, No.2, November 2011, hIm. 77-165
DAFTAR lSI Profil Pembelajaran Membaca Pemahaman di Sekolah Oasar
Imam Agus Basuki (Universitas Negeri Malang)
77-85
Penanaman Budi Pekerti dalam Tindak Tutur Guru sebagai Dasar Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Heri Suwignyo (Universitas Negeri Malang)
86-94
\1odel Pembelajaran KreatifSenirupa dengan Penggunaan Media Gambar di SO
I Made Seken, Sumanto, Sutrisno (Universitas Negeri Malang)
95-103
\1anfaat Pembelajaran Seni Tari bagi Siswa Sekolah Oasar
Robby Hidajat, E. W Suprihatin Diah Pratamawati (Universitas Negeri Malang)
104-110
Pembelajaran Pengukuran Waktu dengan Permainan Tradisional Gasing di Sekolah oasar
Anton Jaelani (Universitas Muhammadiyah Purwokerto)
111-118
Kepemimpinan KepaJa Sekolah, Kualitas Pelayanan Sekolah, dan Prestasi UASBN SO d i Kota Manado
EE. Undap Palit (Universitas Negeri Manado)
119-127
Pemerataan Akses, Mutu, Tata Kelola, dan Akuntabilitas Pendidikan Sekolah Oasar
Sowiyah (Universitas Lampung)
128-l37
Kondisi Keluarga dan Pembelajaran Berwawasan Gender pada Siswa Sekolah Oasar
Herien Puspitawati (Institut Pertanian Bogor)
138-149
Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Oasar
Ayu Tahnia, Yosef, Masrinawatie A.S. (Universitas Sriwijaya)
150--158
Pendekatan-pendekatan Pembelajaran Pendidikan Islam di Sekolah Oasar
Bambang Sugianto (Universitas Haluoleo)
159-165
Indeks Pengarang SEKOLAH OASAR Kajian Teori dan Praktik Pendidikan Tahun 20,2011
165.1
Daftar Nama Mitra Bebestari SEKOLAHOASARKajian Teori dan PraktikPendidikan Tahun20, 2011
J65.2
KONDISlKELUARGADANPEMBELAJARANBERWAWASAN GENDER PAD A SISWA SEKOLAH DASAR
Herien Puspitawati Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Tim Pakar Gender Departemen Pendidikan Nasional-RI. 11 Lingkar Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
HP. 08-1111-0920. Email:
[email protected]
Abstract: The purpose of this cross-sectional research design was to describe teaching outlines the class with gender perspectives in the elementary school. The location of the research was in the Bogor City with three reputable elementary schools as sample as recommended by Education cunDepartment Bogor City. Secunder data acquired from competence scholarship research 20 I 0 that most of respondents came from the middle upper families with high educated father and mother. It was found that learning process at school was applied in good gender perspectives' ways for both male and female students, especially at a , prime' elementary school there· was a little indication of gender bias of teacher's behaviors. However toward students, especially teachers were more likely to punish male students more often than female students and communicate softer to female than male students. Abstrak: Penelitian dengan disain cross-sectional ini bertujuan untuk mengetahui gar is besar pembelajaran di kelas berwawasan gender di sekolah dasar. Lokasi penelitian di Kota Bogor dengan sampel tiga SD yang mempunyai reputasi baik berdasarkan rekomendasi Dinas Pendidikan KOla Bogor. Data sekunder diambil dari penelitian Hibah Kompetensi 20 I O. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar konsumen berasal dari keluarga menengah ke atas dengan ayah dan ibu yang berpendidikan tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa proses pembelajaran di sekolah diterapkan dalam cara-cara berperspektif gender untuk siswa laki-laki dan perempuan, khususnya pada sekolah dasar yang "fondasi", terdapat indikasi yang terbatas adanya bias gender pada perilaku guru. Namun, guru lebih cenderung untuk menghukum siswa laki-Iaki ketimbang siswa perempuan dan berkomunikasi lebih halus kepada siswa perempuan ketimbang siswa laki-Iaki Kata kunci: perspektif gender, proses pembelajaran, sekolah dasar
Pendidikan merupakan bagian integral dalam pem bangunan, karen a proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal (1) dinyatakan bahwa pendidikan berfungsi untuk menyiapkan peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demi kian menimbulkan p~rubahan dalam dirinya agar berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Pembentukan kualitas sumberdaya manusia suatu bangsa dimulai dari proses kegiatan domestik sehari-hari di dalam keluarga. Peranan keluarga sebagai suatu unit terkecil dalam suatu masyarakat
sangatlah penting dan vital bagi setiap bangsa kare· na peranan keluarga sebagai pendidik pertama dar utama bagi individu (Frances & Gies, 1989). Dalarr rangka mempersiapkan anak, banyak orangtm mencari pengetahuan mengenai parenting yan~ umumnya ingin melakukan komunikasi yang efektif menjaga keamanan anak, dan mendukung prose~ belajar anak (Campbell & Palm, 2004). Secara universal telah diakui bahwa peran ke luarga adalah sangat penting dan vital dalam mencip takan sumberdaya manusia (SDM) yang berkua litas. Namun demikian, keluarga tidak dapat secar: soliter mendidik anaknya sendirian. Perlu ada insti tusi formal yang membantu memfasilitasi pendidikal 138
Puspitawati, Kondisi Keluarga dan Pembelajaran Berwawasan Gender 139 >- ~ itif, transfer pengetahuan dan teknologi serta -::r.guatan pendidikan karakter. Oleh karena itu nrusi sekolah secara komplementer bersama :"18 dengan keluarga dapat membentuk sumber ~ ya manusia yang handaL Kinerja bersama antara Juarga dan proses pembelajaran di sekolah yang - ~ i k akan membentuk suatu masyarakat yang : - ratur (in-order society), berbudaya dan bermarta -::t (civilized society) serta sejahtera (prosperous
' .;ie ty) .
Penelitian empiris di bidang pendidikan dan =7'1 der diJakukan sejak pertengahan tahun 1960-an : hapman, 1985). Diketahui bahwa masih ada !-alah kesenjangan gender dalam bidang pend i _ ' an. Bappenas (2009) dan Puspitawati (2007) t-n yatakan bahwa mulai ada kecenderungan bah .: siswa laki-laki agak tertinggal dibandingkan __;J gan perempuan baikakses maupun prestasi -£lemiknya. Diketahui bahwa nilai mata pelajaran· -:- ..... as a Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan - untuk jenjang SMP pada siswa perempuan ~ - ra umum lebih baik dibandingkan dengan siswa Jo. -laki dari Tahun 2005 sampai 2008 . Hal ini -1irn bulkan pertanyaan "Ada apa dengan siswa -Iaki kita?". Dalam hasil belajar, angka kelulusan - . perempuan lebih tinggi dibanding anak laki sejak Tahun 2005. Untuk itu penting diketahui _ ' elajaran di sekolah yang berwawasan gender. Berdasarkan landasan hukum baik intemasional Joun nasionai, maka Pemerintah Indonesia harus =njalankan strategi pendidikan adil gender di sistem _ "Iah (Pendidikan di Sekolah yang Berwawasan _"; er-PSBG) dengan cara memberikan kesem ~ yang sarna seluas-luasnya kepada laki-Iaki - perempuan untuk memperoleh akses, manfaat, - oartisipasi pada semua jenjang sekolah. Adapun _ _an Pendidikan Adil Gender (Puspitawati, . .-ryowati, & Sarma, 2007) adalah mengembang - potensi peserta didik baik laki-Iaki maupun crn puan agar menjadi manusiayang beriman dan _ - ~ ' wa kepada Tuhan Yang Maha'Esa, berakhlak - . ' a, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan . -.ladi warga negara yang demokratis serta ber ' ;?lmgjawab.. Hal lain yang berkaitan dengan gender di bidang 2i ikan adalah konsep gaya belajar (Smith & _ 'on, 2005; Dunn, et aI., 1995). Diketahui bahwa 'aki-Iaki dan perempuan menunjukkan respon - =- sarna dalam gaya belajar V(isual) dan ACUral). In demikian, perempuan lebih menunjukkan ;;: -=rensi yang sedikit lebih tinggi pada gaya belajar
V(isual) danA(Ural) dibandingkan dengan laki-laki (Smith & Dalton, 2005; Severin, 1967; Ramayah et aL, 2009). Selanjutnya, terdapat perbedaan gender dalam harapan pembelajaran siswa. Siswa perem puan cenderung diharapkan bersikap tenang, bersi fat menghargai, penuh perhatian, dapat dipercaya, serta mau bekerja sarna, sedangkan siswa laki-Iaki diharapkan lebih menguasai kemampuan akademik seperti pengetahuan, kecakapan intelektual, dan kebiasaan kerja (Ollenburger & Moore, 1995). Atas dasar nilai-n ilai tersebut, siswa perempuan di sekolah lebih memilih kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat "feminim", seperti seni, sedangkan siswa laki-Iaki lebih menyukai kegiatan yang sifatnya " maskulin" seperti olah raga atau kegiatan pecinta alam yang memang memerlukan fisik yang kuat (Ehrman & Oxford, 1989; Oxford & Nyikos, 1989). Selanjutnya, siswa perempuan menggunakan strategi bahasa yang lebih sering dilakukan dalam belajar daripada siswa laki-Iaki (O'Malley, et at., 1985; Wh31ton, 2000). Analisis gender sangat bermanfaat dalam aspek pendidikan , yaitu untuk mengetahui poJa hubungan dan berbagaijenis peran serta kebutuhan antara laki laki dan perempuan dalam suatu keluarga, masyara kat dan negara (KKP, 2004; KKP, 2005). Analisis gender merupakan suatu alat untuk menyusun kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam rangka strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender (Lembaga Administrasi Negara, 2007a; LembagaAdministrasi Negara, 2007b). Dengan demikian sangat penting untuk me ngetahui sejauhmana pembelajaran yang dilakukan oleh para guru terhadap siswanya di tingkat SO. Pertanyaan riset yang diajukan pada penelitian ini, karakteristik keJuarga siswa seperti apa yang me nyekolahkan anak di SO terpilih? Pembelajaran di kelas seperti apa yang dilakukan oleh orangtua dan sekolah? Seeara umum tulisan ini bertujuan untuk menge tahui garis besar pembelajaran di kelas berwawasan gender di tingkat sekolah dasar. Secara khusus tulisan ini bertujuan untuk (I) mengetahui karakte ristik sosial ekonomi dan demografi keluarga siswa, dan (2) mengetahui pembelajaran di kelas yang ber wawasan gender pada siswa di tingkat sekolah da': sar dengan menggunakan analisis gender.
METODE Penel itian ini menggunakan data sekunder dari penelitian Hibah Kompetensi Tahun 2010 yang
140 Sekolah Dasar, Tahun 20, Nomor2, November 2011, hIm. 138- 149
dilakukan oleh Puspitawati et al. (2010) denganjudul "Model Sinergism e Sistem Sekolah dan Ling kungan Keluarga dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Berwawasan Gender Menuju Target Millenium Development Goals" yang didanai oleh Dirjen Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Penelitian menggunakan disain cross-sectional. Penelitian dilakukan di Kota Bogor dengan sampling sekolah 3 SD (2 negeri dan 1 swasta) yang mempunyai repu tasi baik berdasarkan rekomendasi Dinas Pendidikan Kota Bogor. Pemilihan kota dan propinsi berdasar kan keberagaman sekolah dan kondisi sosial ekono mi masyarakat setempat. Unit contoh sekunder adalah sekolah. Pemilih an sekolah berdasarkan konsultasi dengan Dinas Pendidikan Kota Bogor sebelum penelitian dilakukan denganjumlah total 3 SD (1 SD Negeri Unggulan, I SD Negeri, dan 1 SD Swasta). Unit contoh primer terdiri atas (1) kepala seko lah, (2) siswa berjumlah 90 siswa (45 laki-Iaki dan 45 perempuan). Keseimbangan gender pada contoh siswa akan dipilih dari tiap sekolah. Untuk SD, contoh siswa yang dipi lih harus siswa Kelas 5. Hal ini untuk menjamin bahwa siswa sudah mengenal proses pembelajaran di sekolah dengan baik. Kepala sekolah membantu tim peneliti untuk mengidentifi kasi siswa untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Pengetesan lapang instrumen disatukan dengan training petugas lapang (enumerator) dan dilaksana
kan di daerah terpilih. ladwal training dilaksanak selama 2 (dua) hari. Revisi instrumen dilaksanakar segera setelah selesai pengetesan lapang kuesion eData yang diperoleh diolah melalui pros;:', editing, koding, scoring, entry data ke kompu t cleaning data, dan analisis data. Data dianal is-: secara deskriptif. Adapun analisis gender siswa !3k laki dan perempuan dilakukan dengan mengguna.la: anal isis uji Mean T. Metode pengolahan kuantita~ dengan menggunakan SPSS for Windows \' ~ 16.0. Berdasarkan kontrol kualitas data, rn a _ digunakan uji reliabilitas pada 27 item dengan sk:: _ likert 1 s.d. 4 (1 = setuju; 2 = cukup setuju; ::. '" kurang setuju; 4 = tidak setuju), yaitu Cronba: Alphanya sebesar 0,658. Dengah demikian da;_ dikatakan bahwa pengukuran variabel proses {'"- belajaran di sekolah berwawasan gender ada._ reliable (konsisten). Kerangka pemikiran pene li:.. _ tersaji pada Gambar 1.
HASIL Karakteristik Sekolah Berdasarkan profil sekolah di SDN Unfk- didapatkan data bahwa sekolah terdiri atas 27 -:: _ rombongan belajar. lumlah siswa pada tahun :: 1010sebanyak 1122 orang yang terdiri atas 5- : _ laki dan 587 perempuan. lumlah guru sebar.. :::.. orang terdiri atas 24 laki-Iaki dan 22 perern- _ Fasilitas ruangan sangat memadai dan sanga- ~ _
'
Karakteristik Siswa SD 0 0
Umur lenis KeIamin
..
'--
Karakteristik Keluarga 0
0
0
o emografi - U mur Ayah IIbu - Jumlah Keluarga Sosial - Pendidikan ayaWibu - Pekerj aan ayahlib u Ekooomi Pendapatan Keluarga
Karakteristik Sekolah SD
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Proses Pembelajaran di Sekolah 0
----.
0 0
0
r---
Lingkungan sekolah BeIajar di sekolah Interaksi dengan guru Pembelajaran di sekolah berwawasan gender
Puspitawati, Kondisi Keluarga dan Pembelajaran Berwawasan Gender 141
Sekolah memperoleh prestasi di bidang akademik dan non-akademik di tingkat lokal, regional, dan nasional. Berdasarkan profil sekolah di SDN Reguler didapatkan data bahwa sekolah didirikan pada tahun 1928 dan saat ini terdiri atas 17 kelas rombongan belajar. lumlah siswa pada tahun 200911 0 10 seba nyak 633 orang. lumlah guru sebanyak 21 orang. Jumlah rata-rata NEM adalah 27,95 dengan angka tertinggi 28,90 dan terendah 20,40. Fasilitas ruangan sangat memadai dan sangat baik. Sekolah memper oleh prestasi di bidang akademik fi tingkat lokal dan non-akademik di tingkat nasional. Berdasarkan profil sekolah di SD swasta dida patkan data bahwa sekolah terdiri atas 25 kelas rombongan belajar. lumlah siswa pada tahun 20091 l 010 sebanyak 790 yang terdiri atas 3721aki-Iaki Ian 418 peremuan. lumlah 'guru sebanyak 36 orang terdiri atas 14laki-Iaki dan 22 perempuan. Fasilita~ ruangan sangat memadai dan sangat baik.
Karakteristik Contoh dan Keluarganya Contoh penelitian ini terdiri atas 90 siswaKelas 5 pada 3 SD terpilih di Kota Bogor(SDN Unggulan, SDN Reguler, dan SD swasta). Berdasarkan jenis ..;:elamin, baik eontoh laki-Iaki dan perempuan menye bar rata dengan perbandingan I berbanding 1, yaitu ':5 eontoh siswa laki-laki dan 45 eontoh siswa
perempuan. Umur eontoh berada pada kisaran 9 sampai 11 tahun. Sebagian besar eontoh (83 ,3%) berusia 10 tahun, dan hanya 14,4% yang berusia 9 tahun serta 2,2% berusia 11 tahun . Seeara keseluruhan persentase tertinggi umur ayah eontoh berada pada kisaran umur 41 sampai 45 tahun (35,6%) dan kisaran umur 36-40 tahun (30,7%)(Tabel 1). Apabila dilihat berdasarkanjenis kelamin eontoh, maka dua-pertiga eontoh laki-Iaki (66,7%) dan dua-pertiga eontohperempuan (66,6%) mempunyai ayah berumur 36 sampai 45 tahun. Sebagian keeil eontoh perempuan (2,2%) mempu nyai ayah dengan umur di bawah 36 tahun. Selanjut nya, diketahui bahwa hampir sepertiga eontoh laki laki (33,3%) dan eontoh perempuan (31, I%) yang mempunyai ayah dengan umur di atas 46 tahun (Tabel 1). Seeara umum, sebagian besar umur ibu eontcih laki-Iaki (88,9%) dan eontoh perempuan (88,9%) berada pada kisaran umur 36 sampai 40 tahun. Sebagian kecil eontoh laki-Iaki (6,7%) dan eontoh perempuan (11,1 %) mempunyai ibu dengan umur di bawah 36 tahun. Selanjutnya, hanya sebagian keeil eontoh laki-!aki (4,4%) yang mempunyai ibu dengan umur di atas 46 tahun (Tabel 2). Diketahui bahwa sekitar enam persepuluh eontoh laki-Iaki (57,7%) dan eontoh perempuan (62,2%) mempunyai ayah dengan tingkatpendidikan
Ta bell. Sebaran Contoh Berdasarkan Umur Ayah dan Jenis Kelamin Contoh
'\0
Umur Ayah (Tahun) 2631364146 51> 55
)
::
30 35 40 45 50 55 Total
Contoh Laki-Iaki (n=45} % n 0 0,0 0,0 0 28,9 13 37,8 17 12 26,7 I 2,2 2 4,4 45 100,0
Contoh Perempuan {n=45} % n 0 0,0 2,2 1 15 33,3 15 33 ,3 10 22,2 3 6,7 1 2,2 45 100,0
Contoh Total {n=90} II
0 1 28 32 22 4 3 90
%
0.0 1, 1 31,1 35 ,6 24,4 4,4 3,3 100,0
T3 bel2. Sebaran Contoh Berdasarkan Umur Ibu dan Jenis Kelamin Contoh
0
Umur ibu (Tahun) 26- 30 31- 35 36- 40 41- 45 46- 50 51 - 55 > 55 Total
Contoh Laki-Iaki {n=45} II % 0,0 0 6,7 3 48,9 22 18 40,0 2 4,4 0,0 0 0,0 0 100,0 45
Contoh Perempuan (n=4S} 0/0 n 0 0.0 5 ll,l 19 42 ,2 21 46,7 0 0,0 0,0 0 0 0,0 45 100,0
ContohTotal (1I=90} % II 0,0 0 8 8.9 41 45 .6 39 43 .3 2,2 2 0,0 0 0,0 0 90 100,0
142 SekoiahDasar, Tahun2o, Nomor 2, November 2011, him. 138- 149
diploma (DI-D3) dan sarjana (SI) (Tabel 3). Bahkan sekitar seperl ima contoh laki-laki (24,4%) dan contoh perempuan (22,2%) mempunyai ayah dengan tingkat pendidikan pascasarjana (S2 dan S3). Adapun pendidikan menengah ayah yaitu tingkat SMA dimiliki oleh sekitar sepersepuluh contoh laki laki (11,1 %) dan contoh perempuan (11,1 %). Se mentara itu, masih ada sebagian kecil contoh laki laki (6,7%) dan contoh perempuan (53,3%) mempu nyai ayah dengan tingkat pendidikan dasar yaitu SMP. Berdasarkan hasil diketahui bahwa keadaan pendidikan ayah contoh setara dengan pendidikan ibu contoh. Sekitar enam per sepuluh contoh laki-laki (62,2%) dan contoh perempuan (68,9%) mempunyai
ibu dengan tingkat pendidikan diploma (DI-D3 ) • sarjana (S I) (Tabe14). Sebagian kecil contoh I~· laki (11 , 1%) dan contoh perempuan (4,4%) m ~ punyai ibu dengan tingkat pendidikan pascasa r: ~ _ (S2 dan S3).Adapun pendidikan menengah ibu . tingkat SMA dimiliki oleh sekitar seperJima co-:_ laki-laki (24,2%) dan contoh perempuan (1 7. Sementara itu, mas ih ada sebagian keci I contoh -' laki (2,2%) dan contoh perempuan (8,9%) m er:-~ . nyai ibu dengan tingkat pendidikan dasar yaitu ~ Jenis pekerjaan yang banyak dilakukar ayah contoh laki-laki (60,0%) dan contoh pere ~ (71,1%) adalah karyawan swasta dan wiras (Tabel 5). Pekerjaan lainnya adalah PNS :' ~ (22,2% pada contoh laki-laki dan 22,2% pada • _-
Tabel3. Sebaran Contoh Berdasarkan Pendidikan Ayah dan Jenis Kelamin Contoh
No I 2 3 4 5 6 7
Tingkat Pendidikan Ayah SO SMP SMA 01- 03 SI S2 S3
Total
Contoh Laki-Iaki . (n=45) % n
°
3 5 2 24 9 2
0,0 6,7 11,1 4,4 53,3 20,0 4,4
45
100,0
Contoh Perempuan (n=45) n %
n
°
2 5 4 24 10 0
0,0
4,4
11, 1
8,9
53,3
22 ,2
0,0
0 5 10 6 48 19 2
45
100,0
90
Tabel4. Sebaran Contoh Berdasarkan Pendidikan Ibu dan Jenis Kelamin Contoh No .I 2 3 4 5 6 7
Tingkat Pendidikan Ibu SO SMP SMA 01-03 Sl S2 S3
Total
Contoh Laki-Iaki (n=45) % n 0 1 I1 9 19 4 I
0,0 2;224,4 20,0 42,2 8,9 2;2-
45
100,0
Contoh Perempuan
(n=45)
% n
Contoh To'_ (n=90) n
0
0,0
4
8,9 17,8
22;2 46 ,7
4,4 0,0
0
5
19 19 40 6
1
100,0
90
8 10 21 2
°
45
Tabel5. Sebaran Contoh Berdasarkan Pekerjaan Ayah dan Jenis Kelamin Contoh No
2
3 4
5 6
Tingkat Pendidikan Ayah Tidak bekerja PNSI ABRI Karyawan swasta W iras wasta
Buruh
BUMNI BUMD Lain-Iain* Total Keterangan: * diplomat dan dokter.
7
Contoh Laki-Iaki ( n==45) % n
°
0,0
Contoh Peremp uan (n=45) % n
°
10 16 11
22,2
10
35 ,6
22 II
°
0,0
6
2
45
24,4 .
13 ,3 100,0
° ° 2
45
0,0
22,2
48,9
24,4
0,0
n 0 20
38 22 0
.4,4
8
°
2
100,0
90
Puspitawati, Kondisi Keluarga dan Pembelajaran Berwawasan Gender 143
perempuan), BUMNI BUMO (13,3% pada contoh laki-Iaki dan 4,4% pada contoh perempuan). Hasil penelitian menunj ukkan tidak ditemukan ayah yang tidak memiliki pekerjaan. Oitemukan sebagian kecil contoh laki-Iaki (4,4%) yang mempunyai ayah dengan pekerjaan sebagai diplomat dan dokter. Mengenai status pekerjaan ibu contoh (Tabel 6), diketahui bahwa sekitar dua-pertiga ibu contoh (63,3%) tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tang ga, baik ibu contoh laki-laki (62,2%) dan contoh perempuan (64,4%). Namun demikian masih dite mukan sebagian ibu yang bekerja. Pekerjaan yang oanyak dilakukan oleh ibu contoh laki-Iaki adalah PNSI ABRI (1S,6%) dan wiraswasta (1S ,6%), ,edangkan pada ibu contoh perempuan adalah PNSI . 'SRI (17,8%). Berkaitan dengan status ekonomi keluarga .::ontoh, Tabel 7 menunjukkan sebaran total pen _apatan keluarga contoh per bulan mulai dari· ;( p1.000 .000,00 sampai dengan lebih dari p iS .000 .000,00. Oiketahui bahwa sepertiga dari C){al contoh (30,9%) mempunyai keluarga dengan -endapatan per bulan berkisar antara Rp S.000.000,00 -Rp7. S00.000,00. Berdasarkanjenis kelamin con ~ ., maka sekitar sepeltiga contoh laki-laki (38,4%) :311 perempuan (37,9%) mempunyai pendapatan
keluarganya berada pada kisaran RpS .000.000,00 -Rp7.S00.000,00 per bulan . Sekitar setengah contoh laki-Iaki (S3,8%) dan enam persepuluh contoh perempuan (62,0%) mempunyai pendapatan keluarganya pada kisaran Rp2.S00.000,00-Rp7.S00 .000,00 per bulan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar contoh berasal dari keluarga golongan ekonomi menengah ke atas.
Perasaan Siswa terhadap Sekolah dan Pem belajaran Berwawasan Gender Pembelajaran di sekolah diukur melalui hal-hal yang dirasakan dan dialami oleh siswa (students' perceived of learning process). Perasaan siswa terhadap sekolah dan pembeJajaran di tingkat SD adalah sebagai berikut. Perasaan siswa terhadap lingkungan sekolah. Seluruh siswa baik laki-Iaki dan perempuan setuju bahwa siswa sangat suka sekolah, sekolah sangat penting bagi dirinya, dan dengan bersekolah maka dirinyayakin ak<1n masa depan yang lebih baik. Bah kan siswa laki-laki secara signifikan lebih setuju dibandingkan dengan siswa perempuan bahwa sekolah sangat penting bagi dirinya, dan dengan
- _bel 6. Sebaran Contoh Berdasarkan Pekerjaan Ibu dan Jenis Kelamin Contoh
Ting kat Pendidi kan Ibu
0
Tidak bekerja PNSI ABRl Kat}' awan swasta Wiraswasta Buruh BUMN/BUMD Lai n-lain
!
,
-
.1 1
Contoh La ki-Iaki (n=45) % n
Contoh Perernpuan (n=45) n %
29 8 6 2 0 0 0
64,4 17,8
7 0 0 0
62,2 15,6 6,7 15,6 0,0 0,0 0,0
45
100,0
45
28 7 3
Contoh Total (n=90) n %
4,4 0,0 0,0 0,0
57 15 9 9 0 0 0
63 ,3 16,7 10,0 10,0 0,0 0,0 0,0
100,0
90
100,0
13,3
- -~I " . Sebaran Contoh Berdasarkan.Total Pendapatan KeJuarga Contoh Laki-Iaki (n=45)
Pendapatan Keluarga (R.upia h/Bula n)
.000.000 - 2.500.000 2.500.001-5.000.000 5.000.001 - 7.500.000 7.500.00 1 - 10.000.000 10.000.000 - 12.500.000 12.5 00.001 - 15 .000.000 > 15.000.000 J
Total
Contoh Total · (n=90)
Contoh Perern puan (n=45)
n
%
n
%
n
%
5 4 10
2 11
2 1 3
19,2 15,4 38,4 3,8 7,7 3,8 11,5
6,9 37,9 24,1 13 ,8 10,3 3,4 3,4
7 15 17 5 5 2 4
12,7 27,3 30,9 9,1 9,1 3,6 7,3
26
100,0
29
100,0
55
100,0
7
4 3
144 SekoLah Dasar, Tahun 20, Nomor 2, November 2011 , him. 138--149
bersekolah maka dirinya yakin akan masa depan yang lebih baik. Namun demikian, masih ada sedikit siswa yaitu kurang dari 3,0% baik siswa baik laki laki maupun perempuan yang menyatakan setuju bahwa sekolah sangat membosankan dan masih merasa bahwa sebetulnya tempatnya bukan di sekolah, tetapi dijalanan. Perasaan siswa terhadap belajar di sekolah. Lebih dari 90,0% siswa baik laki-Iaki maupun pcrempuan sctuju untuk berusaha keras mengikuti pelajaran sekolah, selalu mengerjakan pekerjaan rumah (PR), dan menganggap nilai-nilai pelajaran sangat berarti bagi dirinya. Bahkan siswa laki-Iaki secara signifikan lebih sctuju dibandingkan dengan siswa perempuan bahwa nilai-nilai pelajaran sangat berarti bagi dirinya. Cukup melcgakan sctelah dike tahui tidak ada satu pun siswa yang setuju bahwa mengerjakan pekerjaan sekolah adalah membuang waktu saja. Sebanyak dua-pertiga siswa laki-Iaki dan perempuan merasa bahwa belajar adalah soal mudah baginya, namun sepertiga siswa lainnya masih mengalami kesulitan dalam belajar. Sekitar 80,0 persen siswa laki-Iaki dan perempuan setuju bahwa dirinya mempunyai prestasi yang bagus di sekolah. Perasaan siswa terhadap interaksi dengan guru. Semua siswa baik laki-Iaki maupun perempuan menyatakan setuju bahwa guru antusias dalam memberi pelajaran di kelas, dan interaksi guru dan siswa dalam keadaan baik. Bahkan siswa laki-laki secarasignifikan \cbih setuju dibandingkan dengan siswa perempuan bahwa interaksi guru dan siswa dalam keadaan baik. Sekitar 80,0% siswa Iaki-Iaki dan perempuan merasa sangat dekat dengan guru, namun sekitar 20,0% sisanya merasa kurang dekat dengan guru. Perasaan siswa terhadap pembelajaran di sekolah berwawasan gender. Semua siswa Iaki-Jaki dan perempuan mengatakan setuju bahwa guru selalu mengevaluasi hasil belajar secara rutin. Secara umum diketahui bahwa hampir semua siswa menyatakan bahwa proses belajar di kelas tidak membosankan. Namun demikian masih ada kurang dari 5,0 persen siswa laki-Iaki dan perempuan yang menyatakan setuju bahwa proses pembelajaran di kelas membosankan. Secara ringkas, hasil penelitian tentang perasa an siswa terhadap sekolah dan pembelajaran di sekolah berwawasan gender dapat dilihat pada Gambar 2.
Menarik untuk disimak bahwa ada masih ada indikasi sedikit bias gender dalam perlakukan guru terhadap siswa laki-Iaki dan perempuan, yang ditunjukkan oleh pendapat sebagai berikut. Sekitar setengah siswa laki-Iaki maupu n perempuan cenderung setuju bahwa siswa laki-Iak l kurang mau bekerjasama dengan'siswa perempua . Siswa perempuan cenderung berpendapat leb ir setuju dibandingkan dengan siswa laki-Iaki bah\\_ guru lebih sering menghukum siswa laki-I ak dibandingkan dengan perempuan. Siswa perempu - cenderung berpendapat lebih setuju dibanding '.' dengan siswa laki-Iaki bahwa guru berkomun i ',,:., lebih halus pada siswa perempuan dibandingkan den::-_ laki-laki, siswa laki-Iaki selalu duduk di belaka-.-= siswa perempuan selalu dud uk paling depan, _ siswa perempuan lebih raj in daripada siswa laki·' ·· Apabila semua 27 pemyataan yang men gg ~ barkan perasaan siswa terhadap sekolah dan _ belajaran dijumlahkan (menjadi variabel com _ dengan mempertimbangkan prosedure kode : lik1, maka klasifikasi perasaan siswa terhadap s: lah dan pembelajaran dibagi tiga tingkatan yai:. rang baik, cukup baik dan baik dengan pen_i= ~ sebagai berikut (Tabel 8). Berdasarkan hasil uji cross-tabulation ._ 9) hubungan antara perasaan siswa terhadap ~: dan pembelajaran di sekolah berwawasan =_ dengan jenis kelamin dan jenis sekola l-_ sebagai berikut. Pertama, berdasarkan jenis kelam ili dapat diketahui bahwa proporsi terbesar co" laki-Iaki (97,8%) dancontoh perempua 1 - mempunyai pendapat bahwa pembelajarar. lah berwawasan gender pada kategori bl! ' Kedua, berdasarkan pendapat cor.:;: diketahui bahwa proporsi terbesar dari jer. mempunyai pembelajaran di sekolah r .::t::::::3" gender pada kategori baik, yaitu terjcL : Unggulan (100,0%), SO Negeri (96.-: Swasta (96,7%). Hanya sebagian kec il i.:._ yang mempunyai pembelajaran di se ;: ..: wasan gender pada kategori sedang, ;. a ~_ SD Negeri (3,3%) dan SO Swasta (3 .'; untuk SO Unggulan seluruh SiS\\3 ~~- '~---..... sudah mempunyai pembelajaran di s ' . wasan gender. Dengan demikian da: _ bahwa sudah terjadi pembelajaran di: . . wasan gender dengan kategori baih. : terutama SD Unggulan.
Puspitawati, Kondisi Keluarga dan Pembelajaran Berwawasan Gender 145
~
Perasaan siswa terhadap sekolah: • Siswa sangat suka sekolah, sekolah sangat penting,dan dengan bersekolah maka dirinya yakin akan masa depan yang lebih baik, serta sekolah tidak membosankan. Perasaan siswa terhadap belajar di sekolah: • Siswa berusaha keras mengikuti pelajaran sekolah, selalu mengedakan pekerjaan rumah (PR), dan menganggap nilai-nilai pelajaran sangat berarti bagi dirinya . • T idak ada satu pun siswa yang setuju bahwa mengerjakan pekerjaan sekolah adalah membuang waktu scga. • Siswa rnerasa bahwa belajar adalah soal mudah baginya dan mempunyai pre stasi yang bagus di sekolah.
Perasaan
Siswa
terhadap
Sekolah dan Pem belaj aran
Perasaan siswa terhadap interaksi dengan guru:
• Guru antusias dalam memberi pelajaran di kelas, interaksi guru dan siswa dalam keadaan baik, dan siswa merasa sangat dekat dengan guru. Perasaan siswa terhadap pembelajaran di seko lah berw'awasan gender: ., '. Diketahui adanya netral gender dalam pembelajaran di kelas yaitu: o Penilaian pembelajaran adaJahjair untuk semua siswa, metode pembeJajaran tidak pilih kasih antar siswa laki-Iaki dan perempuan, guru selalu membagi tugas kelompok dengan proporsi siswa laki-Iaki dan perempuan seimbangl proporsional, dan guru bertanya secara seimbang antara siswa laki-Iaki dan perempuan di da.lam kelas. o Siswa laki-laki dan perempuan duduk dalam satu bangku . • Ada indikasi sedikit bias gend er dalam perlakukan guru terhadap siswa dan kebiasaan posisi duduk siswa laki-Iaki dan perempuan yaitu: o Siswa laki-Iaki kurang mau bekerjasama d engan siswa perempuan. o Guru lebih sering menghukum siswa Iaki-laki dibam ingkan dengan perempuan. o Guru berkomunikasi lebih halus pada siswa perempuan dibandingkan dengan laki-laki. o Siswa laki-laki selalu duduk d i belakang o Siswa perempuan selalu duduk palin g depan . o Siswa perempuan lebih rajin daripada siswa laki-Iaki.
.
bar2. Perasaan Siswa terhadap Sekolah dan Pembelajaran Berwawasan Gender
- ! 8. Crostab antara Perasaan Siswa terhadap Sekolah dan Pembelajaran di Sekolah Berwawasan Gender dengan Jenis Kelamin dan Jenis Sekolah
Keterangan enis Kelamin (n=45) ?erempuan (n=45) Je nis Sekolah ~ D N Unggu,lan (n=30) SON (n=30) _0 Swasta (n=30) ~ aki-Iaki
Perasaan siswa terhadap sekolah dan pembelajaran di sekolah Berwawasan Gender (%) Baik KurangBaik Cukup Baik (27-53) (54-80) (81-108) 0.0 0,0
2,2 2,2
97,8 97,8
0,0 0,0 0.0
0,0 3,3 3,3
100,0 96,7 96,7
:::" na dari kategori pembelajaran kurang ._ lsan gender adalah bahwa siswa baik laki - .:. ~ p un perempuan mempunyai perasaan _~ ka terhadap sekolah, menganggap sekolah _ : enting, kurang berusaha keras mengikuti :::2n pembelajaran di sekolah, kurang
menganggap nilai-nilai pelajaran berarti bagi dirinya, merasa kurang berinteraksi dan kurang dekat dengan guru, masih adanya indikasi banyaknya bias gender dalam perlakuan guru terhadap siswa laki laki dan perempuan, dan kurangnya netral gender dalam pembelajaran di kelas.
146 Sekolah Dasar, Tahul7 20, Nomor 2, November 2011 , him. 138-149
Makna kategori cukup berwawasan gender adalah bahwa siswa baik laki-Iaki maupun perem puan mempunyai perasaan cukup suka terhadap sekolah, menganggap sekolah cukup penting, cukup berusaha keras mengikuti tugas dan pembelajaran di sekolah, cukup menganggap nilai-nilai pelajaran berarti bagi dirinya, merasa cukup berinteraksi dan cukup dekat dengan guru, adanya indikasi sedikit bias gender dalam perlakukan guru terhadap s iswa laki-Iaki dan perempuan, dan cukup terasa adanya netral gender dalam pembelajaran di kelas. Makna kategori berwawasan gender dengan baik adalah bahwa siswa baik laki-Iaki maupun pe rempuan sangat suka terhadap sekolah, mengang gap sekolah sangat penting, berusaha keras meng ikuti tugas dan pembelajaran di sekolah, menganggap nilai-nilai pelajaran sangat berarti bagi dirinya, merasa berinteraksi dengan baik dan sangat dekat dengan guru, adanya indikasi wawasan gender da lam perlakukan guru terhadap siswa laki-laki dan perempuan, dan adanya netral gender dalam pem belajaran di kelas.
adalah berumur produktif (sebagian besar 3~ tahun), umumnya mempunyai ayah dan ibu de rc . pendapatan tinggi (tingkat pendidikan diploma :.:.. sarjana), umumnya ayah bekerja sebagai karya. swasta dan wiraswasta, dan ibu tidak bekerj a ~ . sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan ka '" _.:: ristik ekonomi, diketahui bahwa sebagian bes _. toh berasal dari keluarga golongan ekonomi ffi~ ngah ke atas dengan kisaran pendapatan ke L-' -::I nya Rp2.500.0"OO,00 sampai Rp7.500 .000, · bulan. Tujuan utama tulisan ini adalah men=- pembelajaran di kelas siswa laki-Iaki dan :- ~ _ puan. Sesuai dengan pendapat Huii dan \ _. (J995) bahwa proses pembelajaran meru , _ langkah-langkah penting dalam memben co. berpikir individu. Komponen proses pem di kelas terdiri atas perilaku pembelajaL'- :: terhadap siswa, perilaku siswa di kelas, iklir. peran kepemimpinan siswa dan tingkat if',·. _ ant~ra siswa dan guru (Huitt & McTlrat h., - Ditambahkan lagi oleh Puspitawati (20 I0 : proses pembelajaran di kelas meliputi peri lt:-- __ PEMBAHASAN perilaku siswa dan hubungan guru den ga;- Generasi muda merupakan calon pemimpin Selanjutnya, pemilihanjenis metode pem bc_ bangsa di masa depan . Oleh Karena itu dalam yang kooperatifmelalui kreativitas dan kem_ . mewujudkan sumberdaya yang berkuaJitas dan serta hubungan yang lebih baik antar s i~ . handal, maka fungsi sosialisasi dan pendidikan anak diawali dengan perencanaan (bersiap-si::: dilakukan secara bersinergi antara keluarga dan . interaksi kelas), manajemen kelas (ko nt r sekolah. Sesuai dengan pendapat Santrock (2009: dan instruksi (membimbing proses pem ::-_ 424) bahwa orangtuajuga berperan sebagai manajer diprediksi memiliki hubungan dengan pre---' pengasuhan dan kehidupan anak dengan kunci (Gage & Berliner, 1992; Rosenshine, 19Q:, Oilaporkan oJeh sis'wa baik laki-lak. utama meningkatkan keefektifan monitoring khususnya pada saat anak-anak beranjak ke masa perempuan bahwa sudah terjadi pemb ._. remaja dan memasuki pendidikan dasar. Berkaitan sekolah berwawasan gender dengan kat '- dengan pendidikan anak berwawasan gender, maka di tingkat SO, terutama SO Unggulan. H I Kimmel (2004 : 129) menyatakan bahwa pihak ke bahwa minimal sudah terjadi pembela_: · luarga mempunyai harapan dan keinginan akan netral genderdi kelas . Hal ini ditunj ukkar. tentang tipe peran, cita-cita dan karakteristik 'per nya perasaan siswa baik laki-laki mau . sonality' seperti apa yang dianggap penting untuk puan sangat suka terhadap sekolah, m:- ~,';:::;;;;:JI" memainkan peran anak laki-laki dan perempuan sekolah sangat penting, berusaha keras _ c:;;::.:~. secara efektif. Untuk itu sesuai dengan tujuan artikel tugas dan pembelajaran di sekolah , m~ -" ini adalah mengetahui pennbelajaran siswa laki-laki nilai-nilai pelajaran sangat berarti bagi di _ dan perempuan di sekolah, maka perJu diketahui sa berinteraksi dengan baik dan sa =_ persamaan dan perbedaan perilaku ' khas' siswa dengan guru. Meskipun setelah dianal i. ls :- " laki-laki dan perempuan berkaitan dengan guru dan terdapat indikasi sedikit bias gender dak'" sekolah. kan guru terhadap siswa laki-laki da -; _.'_- --- Contoh pada penelitian ini berjumlah 90 siswa misalnya guru lebih sering menghu!...l l -. ~ Kelas 5 pada 3 SD di Kota Bogor yang terdiri at as laki dibandingkan dengan perempual , =_ kombinasi 45 contoh siswa laki-laki dan 45 contoh munikasi lebih hal us pada siswa pere . : siswa perempuan. Karakteristik orangtua contoh dingkan dengan laki-Iaki. Selain itu . : .......".._~_
Puspitawati, Kondisi Keluarga dan Pembelajaran Berwawasan Gender 147
adanya kebiasaan siswa laki-Iaki yang cenderung duduk di belakang, sedangkan siswa perempuan cenderung duduk paling depan. Disamping itu terdapat kecenderungan siswa perempuan yang lebih rajin daripada siswa laki-laki, dan kebiasaan siswa laki-Iaki yang kurang mau bekerjasama dengan siswa perempuan. Bias gender didefinisikan sebagai kondisi yang menguntungkan pada salah satujenis kelamin yang berakibat munculnya permasalahan gender. Adapun netral Gender adalah kondisi yang tidak memihak pada salah satu jenis kelamin. Sedangkan berwa wasan dan responsif gender adalah kondisi yang sudah memperhatikan berbagai pertimbangan untuk terwujudnya kesetaraan dan keadilan pada berbagai aspek kehidupan antara laki-laki dan perempuan (Departemen Pendidikan Nasional, 2008; Lembaga Administrasi Negara, 2007c; LembagaAdministrasi '\egara, 2007d). Kondisi pembelajaran di kelas yang bias gender 3kan berpengaruh terhadap kesenjangan gender _an g semakin tinggi antara siswa laki-Iaki dan perempuan. Apabila hal ini dilakukan secara konsis : n dalam jangka waktu lama, maka akan memicu :: rilaku yang tidak harmonis antar manusia dan ..J.Jl irnya memicu konflik sosial. Ditambahkan oleh ~o senshine dan Stevens (1983) bahwa apabila ter 3di inkonsistensi guru dalam proses pembelajaran, ~j ak a tidak akan menghasilkan prestasi siswa yang :}a, i1<. Metode pembelajaran yang memberikan umpan ::a lik korektif (misalnya, memberikan penjelasan :~n tang apa yang benar at au salah dan mengapa) .:i.'\ombinasi dengan tingkat interaksi siswa dan guru ::.ng baik, keyakinan guru bahwa siswa dapat bela _~ dan guru dapat mengajar, pengetahuan siswa, ;:-'-oses belajar mengajar, komunikasi dan kinelja ~ le rampilan, serta kepribadian merupakan prediktor -"'-baik dari keberhasilan siswa (Rosenshine, 1995; ~2J d well et aI., 1980; Proctor, 1984; Caldwell et al., 0; Huitt & McIlrath, 1995). Selanjutnya karakte -i k keluarga dan lingkungan global, pendidikan ibu L-:lfl harapan keluarga terhadap anak, serta jumlah _ -'1010gi di rumah telah terbukti menjadi prediktor .'- g sangat baik pada prestasi siswa (Campbell, ~ , 7 ; Voelkl, 1993; Perelman, 1992). Hasil menunjukkan bahwa siswa yang berasal -i keluarga dengan status sosial ekonomi mene ;:ill ke atas ini, belajar di sekolah terbaik di Kota - .::or, baik denganjenis SD Unggulan, SD Negeri ==:.I lar, maupun SD swasta. Ditemukanjuga bahwa
pembelajaran di kelas adalah netral gender yang menggambarkan bahwa guru sudah mempunyai mind-set yang tidak memihak pada salah satu jenis kelamin apapun, dan berusaha adil dalam meman dang kepentingan siswa. Bahkan para guru mungkin sudah mengarah ke perilaku yang sensitif gender, yaitu yang mempunyai kemampuan dan kepekaan dalam melihat dan menilai pembelajaran secara adil antara kepentingan siswa laki-laki dan perempuan. Proses pembelajaran yang dirasakan oleh hampir semua siswa dijenjang SD sudah bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memoti vasi peserta didik baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini sesuai dengan indikator pembelajaran yang responsif gender (Departemen Pendidikan Nasional , 2009) bahwa siswa laki-Iaki dan perempuan terlibat dalam berbagai kegiatan untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan belajar yang setai'a antara laki-laki dan perempuan. Namun demikian, masih ada kelemahan yang ditemukan pada penelitian ini berkaitan dengan penataan sarij-na berkaitan dengan pengelolaan kelas, khususnya pengaturan tempat duduk dan motivasi siswa laki-Iaki dan perempuan yang masih ada indikasi bias gender. ApabiJa hal ini diperbaiki, maka harapan pembelajaran di kelas berwawasan gender akan terwujud di tingkat SD yaitu melalui interaksi yang baik an tara guru dan si swa, dan penyediaan fasilitas saranayang dapat menunjang pembeJajaran di kelas dengan kecepatan dan kemampuan belajar siswa laki-laki dan perempuan sesuai dengan talenta dan bakatnya_ Akhirnya, meskipun penelitian ini tidak spesifik melihat dampak terhadap prestasi belajar siswa, namun diyakini bahwa pembelajaran di kelas berwawasan gender secarajangka menengah dapat membentuk sumber daya manusia yang berkualitas secara kognitif dan psikososial siswa laki-laki dan perempuan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Contoh pada penelitian ini berjumlah 90 siswa Kelas 5 pada 3 SD di Kota Bogor yang terdiri atas kombinasi 45 contoh siswa laki-Iaki dan 45 contoh siswa perempuan. Karakteristik orangtua contoh adalah berumur produktif(sebagian besar 36 sampai 40 tahun), umumnya mempunyai ayah dan ibu dengan pendapatan tinggi (tingkat pendidikan diploma dan sarjana), umumnya ayah bekerja sebagai karyawan swasta dan wiraswasta, dan ibu
148 Sekolah Dasar, Tahun 20, Nomor 2, November 2011 , hIm. 138-149
tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, serta sebagian besar contoh berasal dari keluarga golong an ekonomi menengah ke atas dengan kisaran pen dapatan keluarganya Rp2.500.000,OO sampai Rp7.500.000,OO per bulan. Dilaporkan oleh siswa baik laki-laki maupun perempuan bahwa sudah terjadi pembelajaran di sekolah berwawasan gender dengan kategori baik di tingkat SD, terutama SD Unggulan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya perasaan siswa baik laki laki maupun perempuan sangat suka terhadap seko lah, menganggap sekolah sangat penting, berusaha keras mengikuti tugas dan pembelajaran di sekolah, menganggap nilai-nilai pelajaran sangat berarti bagi dirinya, merasa berinteraksi dengan baik dan sangat dekat dengan guru. Meskipun demikian, terdapat indikasi sedikit bias gender dalam perlakukan guru terhadap siswa laki-Iaki dan perempuan misalnya guru lebih sering menghukum siswa laki~laki diban dingkan dengan perempuan, guru berkomunikasi lebih halus pada siswa perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu dilaporkan adanya ke biasaan siswa laki-laki yang cenderung duduk di belakang, sedangkan siswa perempuan cenderung duduk paling depan. Disamping itu terdapat kecen derungan siswa perempuan yang lebih raj in daripada siswa laki-laki, dan kebiasaan siswa laki-laki yang kurang mau bekerjasama dengan siswa perempuan.
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan s~bagai berikut. Pertama, peningkatan pemahaman gender dalam praktek pembelajaran di kelas dan sekolah diantara para guru dan tenaga kependidikan. Kedua, siswa pada tingkat SD perlu mendapat penguatandan pembuka wawasan melalui konsep gender bidang pendidikan. Ketiga, perlu penelitian lebih lanjutyang menganalisis dampak pembelajaran berwawasan gender terhadap outcome anak di tingkat SD.
DAFTAR RUJUKAN Bappenas. 2009 . Kesetaraan ·Gender dan Pemberdayaan Perempuan: Konsep Rancangan RPJMN 2010 2014. Disampaikan oleh Sardjunani, N. pada Diskusi Draft RPJMN 20 I 0-2014 Bidang Pend i
dikan yang BerprespektifGender di Solo, 30 Juli 2009.
Caldwell, 1., Huitt, w.,& Graeber,A. 1980. TimeSpentin Learning: Implications from Research. The El ementary School Journal, 82(5),471-480.
Campbell, F. 1997. Parental Beliefs and Values Rei~ . to Family Risk, Educational Intervention. _ Child Academic Comp etence. Early Child" _-_ Research Quarterly, 6(2), 167- 182. Campbell, D., & Palm, G. F. 2004. Group Parent £ :: _ tion: Promoting Parent Learning and Su.- :
Sage Publications, Tnc. Chapman, G. 1985. Five Sign of a'Functional (Lima Tanda Keluarga yang Mantap). 9 _
Tnteraksara. Departemen Perrdidikan Nasional. 2008. Lens C . Bidang Pendidikan. Jakarta: Direktorat : : dikan Non Formal dan Informal, Dc ':!r' . Pendidikan Nasional Republik Indones :: Departemen Pendidikan Nasional. 2009 . Sai: didikan Berwawasan Gender (draft)
_
Departemen Pendidikan Nasional Rep nesia. Dunn, R. , Griggs, S.A., & Price, G.E. 199~ turalism and Learning Style-Teaching .~_ seling Adolescents. Connecticut: Pr ae-~7 Ehrman, M., & Oxford, R.L. 1989. Effects 0. '5 ..... . ences, Career Choice, and PsychoL ,: _ ~ on Adult Language Learning SO'meg " em Language Journal, 73, 1-13. Frances, & Gies, J. 1989 . Marriage and Ti:< : the Middle Ages. New York-USA : H '"":: ~
Publishers. Gage, N., & Berliner, D. 1992. Educatio.l1a (5th ed.) , Princeton. New Jers ~ -_ -:.._ _ Mifflin Company. Huitt, w., & McIlrath, D. 1995. A Systems Teaching/ Learning Process: E ',, __ chology Interactive. Valdosta, G..!..
Education, Valdosta State Uni ve.o .:Kementerian Pemberdayaan Perempuar. • Bunga Rampai: Panduan dan B", _ jaran Pelatihan Pengarusutam lam Pembangunan Nasional. K . _
terian Pemberdayaan Perempuan R:. ::: UNFPA. Kementerian Pemberdayaan Perem pt:.::.;: Bahan Pembelajaran PengaruSJ;.;.;
Kerjasama Kementerian Pemt.:-:_ puan Rl, BKKBN, dan UNFP.·\ Kimmel, M.S. 2004. The Gendered 50-. ~ versity Press, Inc. LembagaAdministrasi Negara. 20 0 - ~ dan Teori Gender. Disam :: Teknis Penyadaran Gender Sustainable Capacity Bui ld ' ~ = tion Project (SCBDP)ADB L .:. . · age C 1: Curriculum Dev L _ _ Trainers and Training for T . 2007. Jakarta: Lembaga . Republik Indonesia.
Puspitawati. Kondisi Keluarga dan Pembelajaran Berwawasan Gender 149
:'embagaAdministrasi Negara. 2007b. Modul2: Analisis Gender Sebagai Landasan Kebijakan Daerah. Disampaikan pada DiklatTeknis Penyadaran Gen der di Era Desentralisasi. Sustainable Capacity Building for Decentralization Project (SCBDP) ADB Loan 1964-INO. Package Cl : Curriculum Development, Training of Trainers and Training for Training Managers . Juni 2007. Jakarta: LembagaAdministrasi Negara-Republik Indonesia. _ ~,n baga Administrasi Negara. 2007c. Modul 3: Kebijakan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan di Indonesia. Disampaikan pada Dikl2t Teknis Penyadaran Gender di Er a Desentralisasi. Sustainable Capacity Building for Decentralization Project (SCBDP)ADB Loan 1964 lNO. Package C I: Curriculum Development, Train ing ofTrainers and Training for Training Manag ers. Juni 2007 . Jakarta: Lembaga Administrasi Negara-Republik Ind9pesia. Jakarta. J2 ga Administrasi Negara. 2007d. Modul4: Peran Pejabat (Es elon I. II. III) dalam Peningkatan Kapasitas Melalui Kebijakan Pengarusutamaan Gender di Era Desentral isasi. Disampaikan pada Diklat Teknis Penyadaran Gender di Era Desentralisasi. Sustainable Capacity Building for Decentralization Project (SCBDP)ADB Loan 1964 rNO. Package C I: Curriculum Development, Train ing ofTrainers and Training for Training Manag ers. Juni 2007. Jakarta: Lembaga Administrasi \1 egara-Republik Indonesia. .lfger, Jane, c., & Moore, H.A. Tanpa Tahun. So siologi Wanita. Terjemahan oleh Budi Sucahyono dan Yan Sumaryana. 1995. Jakarta: Rineka Cipta. . ~y, J.M., Chamot, A.U., Stewner-Manzanares, G. , Russo, R.P., & Kupper, L. 1985b. Learning Strat ?gies Used by Beginning and Intermediate Esl iudents . Language Learning, 35, 21-46. ~ R.L. , & Nyikos, M. 1989. Variables Affecting ~h o i c e of Language Learning Strategies by ~ 'n iversity Students. Modem Language Journal, -~ . 291-299. - ....:.a. L. 1992. School's Out: Hyper Learning. The ,?W Technology, and The End ofEducation. New -, Qr\<: William Morrow. . c. P. 1984. Teacher Expectations : A Model for --'1001 Improvement. The Elementary School . mal, 469.:.481.
Puspitawati, H. 2007. Pengintegrasian Isu Gender dalam Penanggulangan Kemiskinan melalui Pengem bangan Ekonomi Perempuan. Prosiding: Pengarusutamaan Gender dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Menuju Kualitas Kehidupan Berkelanjutan. ISBN 978-979 15786-1-5. Kerjasama Fakultas Ekologi Manusia IPB dengan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia. Puspitawati, H. , Sulistyowati, L. , & Sarma, M. 2007. Mewujudkan Pendidikan Adil Gender di Indo nesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Puspitawati, H., Sarma, M., Moeljono , P., Herawati , T. 2010. Model Sinergisme Sistem Sekolah dan Lingkungan K eluarga dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Berwawasan Gen der Menuju Targ et Millenium Development Goals. Penelitian Hibah Kompetensi yang Didanai Oleh Dirjen Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Bogor: LPPM-IPB. Ramayah, M. 2009. Preferred Learning Style. Gender Influen ce on Pref erred Learning Style Among Business St~dents. Journal of US-China Public Administration, .Volume 6, No.4 (Serial No.47). Rosenshine, B. 1995. Advances in Research on Instruc tion. The J ournal of Educational Research , 88(5), 262-268 . Rosenshine, B., Stevens, R., & M. Wittrock (Eds.)1983. Teaching Fun ctions : Handbook of Research on Teaching (3rd Ed) (376-39 I). New York: Macmillan. Santrock, 1. W. 2009. Child Developm ent (1 2* Edition). McGraw Hill. Severin, W. J. 1967. The Effectiveness of Relevant Pic tures in Mult ip le-Chann el Communications. Audio Visual Communication Review, 15,386-40 I. Smith, P., & Dalton, J. 2005. A ccommodating Learning Styles: Relevance and Good Practice in VET, ANTA , (Online) (http ://www.ncver.edu . au/ re search/proj/nr30 13 .pdf). Voelkl, K. 1993 . A chievement and Expectations among African American Students . Journal of Research and Development in Education, 27( 1),42--55. Wharton , G. 2000 . Language Learning Strategy Use of Bilingual Foreig n Languag e Learne rs in Singapore. Language Learning, 50, 203-243 .