RISIKO PAPARAN ARSEN PADA MASYARAKAT SEKITAR SUNGAI PANGKAJENE KECAMATAN BUNGORO KABUPATEN PANGKEP
RISK OF EXPOSURE TO ARSENIC IN SOCIETY AROUND PANGKAJENE RIVER SUBDISTRICT BUNGORO AT PANGKEP REGENCY IN SOUTH SULAWESI PROVINCE Sri Novianti Bahar¹, Anwar Daud1, Indar2
¹ Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin , ²Bagian Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi: Sri Novianti Bahar, SKM Jl. Kr. Bontotangnga No. 32 Talasalapng Makassar HP : 081342292170 e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi arsen dalam air, sedimen, biota serta laju konsumsi terhadap tingkat risiko pajanan arsen dan manajemen risiko pajanan pada masyarakat yang tinggal di sekitar sungai pangkajene. Penelitian ini menggunakan rancangan observasional dengan pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan. Sampel yang diambil sebanyak 100 orang yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, pemeriksaan lingkungan, dan kuesioner. Data dianalisis dengan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsentrasi arsen pada air sungai, sedimen, clarias batracus (ikan lele), cyprinus carpio sp (ikan bolu jawa) dan kerang anadara sp yaitu 0,03366 mg/L, 11,65 mg/kg, 1,1 mg/kg, 0,039 mg/kg, 1,703 mg/kg. Secara deskriptif laju konsumsi biota serta durasi pajanan berpengaruh terhadap tingkat risiko kesehatan masyarakat. Diharapkan kepada masyarakat agar membatasi jumlah dan frekuensi konsumsi biota dan air. Kata Kunci : Analisis risiko kesehatan lingkungan, arsen, air , sedimen, ikan, kerang, sungai pangkajene
ABSTRACT The aim of the research is to find out arsenic concentration in water, sediment, biota, and consumption rate on thr risk level of of arsenic exposure and the risk management of its exposure on the community living around Pangkajene river. The research used an observational design with environmental health risk analysis. The sample consisted of 100 respondents selected by using purposive sampling method. The data were obtainedby using questionnaire involving weight gain, consumption rate, and exposure duration. Risk analysis was used to find out the risk level of arsenic exposure based on the result of environmental examination and qustionnaire. The data were analyzed by using univariate to make exposure risk management. The results of the research indicate that on average concentration of arsenic in river water, sediment, Clarias Batracus (lele fish), Cyprinus carpio sp (bolu jawa fish) and anadara shellfish sp is respectively 0.03366 mg / L, 11.65 mg / kg, 1, 1 mg / kg, 0.039 mg / kg, 1.703 mg / kg. It can concluded rate of biota and exposure duration have influence on the risk level of respondents health. Thus, it is Expected that the number and frequency of biota and water consumption are limited. Keyword: Risk analysis of environmental health, arsenic,water, sediment, fish, shells, pangkajene river
PENDAHULUAN Batubara merupakan batuan sedimen yang terdiri dari komponen organik dan anorganik. Komponen organik disebut maseral sedangkan komponen anorganik disebut mineral. Kehadiran mineral dalam jumlah tertentu akan mempengaruhi kualitas batubara terutama parameter abu, sulfur dan nilai panas (kalori) sehingga dapat membatasi penggunaan. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan ini cukup berpengaruh untuk kelangsungan hidup biota di sekitarnya, karena batubara mengandung logam berat yang berbahaya antara lain terutama arsen (As), cadmium (Cd), timah hitam (Pb) dan merkuri (Hg) (Syam., 2008). Walaupun logam tersebut secara alamiah kandungannya kecil namun karena batubara diproduksi secara besar-besaran serta kegiatan penambangannya dalam jangka waktu lama maka sangat memungkinkan akan terjadi peningkatan kandungan dalam perairan karena mengalami akumulasi, sehingga menimbulkan gangguan terhadap kelangsungan hidup biota perairan. Seiring dengan pemakaina batubara di Industri semen, perkembangan pemakaian batubara pada industri semen berfluktuasi. Antara tahun 1998-2001, pemakaian batubara ratarata naik sangat signifikan, yaitu 64,03%, namun pada tahun 2002 dan 2003 sempat mengalami penurunan hingga 7,59%. Memasuki tahun 2004, kebutuhan batubara pada industri semen mengalami perubahan yang positif, yaitu 19,78% seiring perkembangan ekonomi yang mulai membaik di dalam negeri. Tahun 2005, tercatat sekitar 17,04% kebutuhan batubara dalam negeri digunakan oleh industri semen atau 5,77 juta ton (Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batubara, 2006). Seperti halnya pada pabrik semen PT. Semen Tonasa Pangkep yang terletak Desa Biringere Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep dengan Luas Lokasi ± 275 Ha, yang beropreasi dari tahun 1968. Di pabrik semen khususnya di PT. Semen Tonasa, Batu Bara merupakan salah satu energi yang penting, dimana sebagian besar energi batu bara di gunakan di PLTU biringkassi dan pada bahan bakar utama dalam proses pembuatan semen di kiln. PT Semen Tonasa menggunakan batubara sejak tahun 1999 sampai sekarang dengan rentan waktu yang cukup lama (13 tahun) maka lingkungan sekitarnya sudah dapat terpapar logam berat khususnya arsen, yang merupakan salah satu logam berat yang terkandung dalam batubara. Dari penelitian yang dilakukan oleh Sutanto tahun 2002, mengenai kandungan logam berat arsen pada beberapa jenis sayuran yang berada di aliran sungai yang sekitar areal tambang batubara menunjukkan kandungan arsen pada sayuran yaitu 0,2437- 6,0897 mg/kg,
hal tersebut menunjukkan kandungan logam berat arsen dalam sayuran di sekitar areal tambang batubara konsentrasinya sangat besar karena sampai melebihi nilai batas aman yang ditentukan oleh BSN tahun 2009 yaitu 1,0 mg/kg. Penelitian dengan desain Analisis Risiko paparan terhadap logam berat arsen pernah dilakukan oleh (Etty, 2008), yang menyatakan bahwa dari hasil penggunaan batubara dari industri menyabkan terkandungnya arsen di sungai musi antara 18,08-21,40 ppb (NAB menurut WHO 10 ppm). Etty juga menemukan kandungan arsen yang melebihi ambang batas pada ikan remis sebesar 1,032-1,1173 (NAB menurut SNI tahun 2009 sebesar 1,0 ppm). Gejala yang terlihat jika seseorang keracunan arsen menunjukkan tanda-tanda radang lambung dan usus yang parah, dimulai dengan rasa terbakar di tenggorokan, sulit menelan dan sakit perut yang sangat gejala ini diikuti rasa mual, muntah, hingga diare akut yang menyebabkan feces bercampur dengan air dan lendir ( Nurhayati, 2009). Prevalensi penyakit Diare + infeksi usus yang diderita masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Bungoro dari tahun 2007-2010 berturut-turut sebagai berikut; 1194 (6,63 %), 1091 (5,08%), 1062 (8,48%), dan 1099 (7,49%) (DELH Industri Semen Portland PT Semen Tonasa, 2010). Penduduk yang tinggal di sekitar Sungai Pangkejene yang terletak di Kecamatan Bungoro sangat rentan terpapar oleh logam berat dikarenakan pembuangan
limbah
penggunaan batubara ataupun dari limbah domestik di lakukan di sungai ini, sungai pangkejene yang dijadikan tempat untuk menangkap biota seperti ikan, kerang, kepiting dan udang yang dikonsumsi oleh warga sekitar dapat mengancam kesehatan karena jika biota tersebut telah terpapar arsen maka secara tidak langsung konsumsi biota yang dilakukan terus menerus akan mengakumulasi arsen dalam tubuh, untuk itu perlu diadakan penelitian lebih lanjut terhadap arsen yang terdapat pada air, sedimen serta biota yang berasal dari sungai biringere Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa BiringEre dan Desa Taraweang Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep. Penelitian ini bersifat observasional dengan menggunakan rancangan Analisi Risiko Kesehatan Lingkungan. Populasi dan sampel Populasi adalah seluruh masyarakat Desa BiringEre dan Taraweang Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep. Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa BiringEre dan Taraweang yang mengkonsumsi biota yag ditangkap dari perairan sungai Pangkajene.
Estimasi sampel yang digunakan dengan menetapkan proporsi sebesar 50% maka sampel yang didapatkan sebesar 100 responden dari kedua desa tersebut (Chandra, 2008). Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dalam penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel dari lapangan berupa sampel sedimen, air dan biota, terdapat pula data antropometri serta pengumpulan dengan kuesioner (karakteristik responden, frekwensi pajanan, durasi pajanan, serta laju konsumsi), adapun data sekunder diambil dari instansi terkait (desa) yang wilyahnya mencakup lokasi penelitian. Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Rahman, 2007) serta SPSS pada metode perhitungan manajemen risiko.
HASIL Tabel 1 menunjukkan konsentrasi arsen pada biota yang dikonsumsi masyarakat Kecamatan Bungoro (Desa BiringEre dan Taraweang) tertinggi pada biota kerang (Anadara sp) sebesar 1,703 mg/kg, akan tetapi Anadara sp tidak setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat kedua desa. Berbeda halnya dengan ikan dari dua ikan yang diperiksa konsentrasi arsen tertinggi terdapat pada ikan Clarias Batracus sebesar 1,1 mg/kg. Dari hasil tersebut juga diatas bahwa terdapat dua biota konsumsi yang melebihi nilai ambang batas yang telah ditentukan yaitu 1,0 mg/kg untuk hasil perikanan (SNI, 2009). Tabel 2 menunjukkan rata-rata konsentrasi arsen tertinggi terdapat pada air sungai pada pengukuran minggu pertama di tiga titik (stasiun) yaitu 0,086 mg/l, dan terendah pada minggu ketiga atau terkhir pada tiga stasiun yaitu 0,0063 mg/l. Dari hasil pengukuran konsentrasi arsen pada tabel diatas bahwa rata-rata pengukuran arsen di tiap minggu dengan tiga titik pengambilan sampel diketahui pada minggu I rata-rata konsentrasi arsen
melebihi nilai
ambang batas menurut Standar Nasional Indonesia Tahun 2009 sebesar 0,05 mg/l. Tabel 3 rata-rata konsentrasi arsen tertinggi terdapat pada sedimen pada pengukuran minggu pertama di tiga titik (stasiun) yaitu 34,044 mg/kg, dan terendah pada minggu ketiga atau terkhir pada tiga stasiun yaitu 0,419 mg/kg. Dari hasil pengukuran konsentrasi arsen di sedimen pada tabel diatas bahwa rata-rata pengukuran arsen di tiap minggu dengan tiga titik pengambilan sampel diketahui pada minggu I rata-rata konsentrasi arsen ambang batas menurut National academy of Science sebesar 10 mg/kg.
melebihi nilai
Analisis Risiko Gambar 1 menunjukkan 47 orang memiliki nilai rata-rata RQ ≤ 1. Sedangkan 53 orang lainnya memiliki nilai RQ > 1. Kelompok dengan nilai RQ ≤ 1, dikategorikan sebagai kelompok aman, sedangkan kelompok dengan nilai RQ > 1 disebut kelompok berisiko terhadap efek non karsinogen. Berdasarkan hasil uji Kosmolgorov-Smirnov (tabel 19) untuk rata-rata RQ pajanan 30 tahun secara keseluruhan diperoleh nilai p yaitu 0,067. Hal ini berarti distribusi data rata-rata RQ pajanan 30 tahun normal.
Analisis Univariat Tabel 4 menunjukkan bahwa bahwa pada variabel Frekuensi paparan biota dan air, laju konsumsi biota dan air, serta berat badan responden tidak terdistribusi normal dengan p = 0,000. Hanya pada data durasi pajanan (p =0,200), serta RQ rata-rata 30 dan 70 tahun (p = 0,067) yang datanya terdistribusi secara normal (p > 0,05). Untuk perhitungan atau penggunaan selanjutnya, pada data yang distribusinya tidak normal (p ≤ 0,05) digunakan nilai median, sedangkan pada data yang distribusinya normal (p > 0,05) digunakan nilai rata-rata.
PEMBAHASAN Selain wawancara juga dilakukan pengambilan sampel biota yang paling sering dikonsumsi di kedua desa tersebut, selain itu dilakukan pula pengambilan sampel air dari sungai dengan pengambilan sampel sebanyak tiga kali dalam 1 bulan serta menggunakan tiga titik lokasi pengambilan yaitu hulu, tengah dan muara sungai Pangkajene, selain itu dilakukan pula pengambilan sedimen pada waktu dan lokasi yang sama dengan pengambilan air sungai, hal ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi arsen pada sedimen dan air sungai Pangkajene. Pengambilan sampel air, sedimen dan biota ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran arsen di lingkungan dan pengaruhnya pada kesehatan responden tersebut. Rata-rata konsentrasi arsen pada biota yang selalu dikonsumsi penduduk desa BiringEre dan Taraweang adalah 0,9473 mg/kg. Konsentrasi arsen tertinggi terdapat pada kerang (Anadara sp) yaitu 1,703 mg/kg diikuti oleh konsentrasi arsen pada ikan lele (Clarias Batracus) yaitu 1,1 mg/kg, dan kadar arsen terendah terdapat pada ikan Bolu jawa (Cyprinus Carpio sp) yaitu 0,039 mg/kg. Dari hasil tersebut ikan bolu jawa masih dibawah standar yang telah ditetapkan, akan tetapi pada kerang Anadara sp dan ikan Clarias Batracus konsentrasi tersebut melampaui standar yang telah ditentukan yaitu 1,0 mg/kg (SNI, 2009). Pada penelitian yang dilakukan oleh Widowati (2008) kadar As rata-rata pada ikan di Teluk Buyat adalah sebesar 1,37 mg/kg, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
didapatkan mengenai konsentrasi arsen pada ikan di Sungai Pangkajene yang melampaui ambang batas yakni sebesar 1,0 mg/kg (SNI, 2009). Penelitian (Nurhayati, 2009), terhadap konsentrasi arsen pada Kerang darah (Anadara granosa) yaitu 0,05382 mg/kg, Kerang bulu (Anadara antiquata) yaitu 0,04259 dan Kerang hijau (Mytilus viridis) yaitu 0,04522 mg/kg dinyatakan konsentrasi arsen masih memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan DepKes RI yaitu 1,0 ppm. Hal ini menunjukkan kadar bahwa kerang yang berasal dari laut belawan masih aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat, akan tetapi mengingat besar atau kecilnya konsentrasi arsen pada suatu biota jika masuk ke dalam rantai makanan pada akhirnya arsen dapat ditemui pada biota tertentu dengan kadar tinggi dan jika melalui proses biomagnifikasi akibatnya arsen dapat pula ditemukan dalam tubuh manusia. Rata-rata konsentrasi arsen pada air sungai 0,03366 mg/l. Rata-rata konsentrasi tertinggi pada minggu pertama (I) pengukuran yaitu 0,086 mg/l dan terendah pada minggu terakhir (III) yaitu 0,006 mg/l. Konsentrasi arsen pada air masih dibawah standar yang telah ditetapkan oleh PerMenkes No. 416 tahun 1990 pada minggu terakhir (III), akan tetapi konsentrasi arsen pada air melebihi nilai standar yang ditetapkan oleh SNI tahun 2009 pada pengukuran Minggu I dengan standar yaitu 0,05 mg/L. Perubahan sesaat disebabkan oleh suatu kejadian yang tiba-tiba dan seringkali tidak dapat diramalkan. Sebagai contoh turunnya hujan lebat yang tiba-tiba akan menyebabkan bertambahnya debit air yang diikuti oleh terbawanya bahan-bahan pencemaran dari pengikisan di daerah sekitarnya. Tumpahan dan bocoran dari limbah industri atau pertanian dapat pula merubah kualitas air sesaat (SNI, 2004). Hal tersebut dapat saja terjadi pada saat pengambilan air di Sungai Pangkajene, dikarenakan pada saat pengambilan sampel air sungai pada minggu pertama sama tidak turun hujan, berbeda halnya pada saat pengambilan sampel air pada minggu II dan III, pengambilannya sesaat setelah hujan turun. Pengukuran konsentrasi arsen pada sedimen dilakukan karena arsen merupakan unsur kerak bumi yang berjumlah besar yang kemungkinannya dapat mencemari air tanah dan air permukaan, yang tidak lain jika mencemari air tanah maka arsen dapat pula ditemukan pada batuan beku dan sedimen. Arsen tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang dibawa oleh debu, hujan atau awan. Beberapa senyawa arsen tidak bisa larut di perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen (Widowati, 2008). Sedimen dapat menjadi salah satu variabel pengukuran untuk mengetahui penyebarab logam berat dalam suatu perairan.
Penelitian yang dilakukan oleh Siregar dalam buku Widowati (2009) di Teluk Buyat, menghasilkan konsentrasi arsen pada sedimen Teluk Buyat lebih tinggi dibandingkan sedimen pada Teluk totok yaitu sebesar 65,92 mg/kg, hasil tersebut sangat jauh melampaui strandar yang telah ditetapkan National Academy of Science tahun 1977 yaitu 10 mg/kg. Hal di atas berbanding lurus dengan hasil penelitian yang dilakukan pada perairan Sungai Pangkajene yaitu Rata-rata konsentrasi arsen pada sedimen yaitu 11,65 mg/kg. Ratarata konsentrasi tertinggi pada minggu pertama (I) pengukuran yaitu 34,04 mg/kg dan terendah pada minggu terakhir (III) yaitu 0,419 mg/kg. Konsentrasi arsen pada sedimen masih dibawah standar yang telah ditetapkan oleh National Academy of Science tahun 1977 pada minggu terakhir (III), akan tetapi konsentrasi arsen pada sedimen melebihi nilai standar yang ditetapkan oleh National Academy of Science tahun 1977 pada pengukuran Minggu I dengan standar yaitu 10 mg/kg. Rata-rata nilai RQ untuk pajanan 30 tahun pada seluruh responden adalah 1,10352 dengan nilai median 1,0364. Nilai RQ pajanan 30 tahun terendah adalah 0,00008 dan tertinggi 3,70371. Dari analisa diketahui sebanyak 47 responden (47%) mempunyai nilai RQ ≤ 1. Sedangkan 53 responden lainnya (53%) mempunyai nilai RQ > 1. Dengan demikian, 47 responden dinyatakan aman dan 53 responden lainnya dinyatakan berisiko terhadap efek non karsinogen dari pajanan arsen di Desa BiringEre dan Taraweang Kecamatan Bungoro. Rata-rata nilai RQ untuk pajanan 70 tahun pada seluruh responden adalah 0,472979 dengan nilai median 0,4442350. Nilai RQ pajanan 70 tahun terendah adalah 0,00008 dan tertinggi adalah 1,58735. Dari analisa diketahui sebanyak 91 responden (91%) mempunyai nilai RQ ≤ 1. Sedangkan 9 responden lainnya (9%) mempunyai nilai RQ > 1. Dengan demikian, 91 responden dinyatakan aman dari efek karsinogen, sedangkan 9 responden lainnya berisiko terhadap efek karsinogen dari pajanan arsen di Desa BiringEre dan Taraweang Kecamatan Bungoro. Manajemen risiko untuk pengendalian nilai RQ pada dasarnya dilakukan dengan cara menyamakan nilai intake dengan Rfd (Rahman, 2007). Pengendalian terhadap nilai RQ dalam penelitian ini dilakukan dengan 3 cara yaitu menurunkan konsentrasi arsen dalam biota dan air, mengurangi laju konsumsi biota dan air dan membatasi durasi pajanan dengan jenis-jenis biota serta air.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, kami menyimpulkan bahwa Secara deskriptif laju konsumsi biota serta durasi pajanan berpengaruh terhadap tingkat risiko kesehatan responden, Manajemen pengurangan yang dapat dilakukan adalah menurunkan konsentrasi arsen pada biota , mengurangi laju konsumsi biota dan membatasi durasi pajanan. Jenis biota yang disarankan untuk dikurangi laju konsumsi dan durasi pajanannya adalah jenis kerang anadara sp, sedangkan jenis biota yang paling aman dikonsumsi adalah ikan cyprinus carpio sp. Upaya pencegahan agar risiko kesehatan terhadap laju konsumsi biota tidak meningkat maka diharapkan agar membatasi jumlah dan frekwensi konsumsi biota dan air terutama biota kerang Anadara sp dan ikan Clarias Batracus yang diambil dari perairan Sungai Pangkajene, sehingga risiko pajanan arsen terhadap kesehatannya dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA Chandra, B. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kesehatan EGC. Dahlan, Sopiyuddin. (2011). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. Etty, Nur, M. (2008). Kajian Kandungan Logam Berat Arsen (As) pada Hasil Perikanan Di Daerah Pesisir Pantai Gresik dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan. Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batubara. (2006). Nurhayati. (2009). Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang Bivalvia Yang Berasal Dari Laut Belawan (Skripsi). Medan: FKM Universitas Sumatera Utara. NRC (1983), Risk Assesment in the Federal Government : Managing the Process Washington DC, National Academy Press (Online) Diakses 12 November 2011 Available from : http://www.nap.edu/catalog/366.html PT Semen Tonasa. (2010). Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Industri Semen Portland. Pangkep. Rahman, Abdur. (2007). Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan (Program Intensif Tingkat Dasar). Depok: FKM UI. Sutanto. (2002). Studi Deposit Logam Berat Arsen Pada Beberapa Macam Sayuran. Abstrak Lampung: Ilmu Pengetahuan Alam Universitas. SNI (Standar Nasional Indonesia). (2004). Tata Cara Pengambilan Contoh Dalam Rangka Pemantauan Air Pada Pengaliran Sungai. Badan Standardisasi Nasional ICS 03-7016. SNI (Standar Nasional Indonesia). (2009). Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Pangan. Badan Standardisasi Nasional ICS 67.220.20. Syam, Idris. (2008). Distribusi Kandungan Logam Berat Dalam Batubara Kabupaten Kutai Kertanegara. Jurnal Sains dan Teknolologi. Widowati, Wahyu. (2008). Efek Toksik Logam. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Tabel 1. Konsentrasi arsen pada biota yang dikonsumsi masyarakat yang ditangkap DI perairan sungai pangkajene tahun 2012 No 1. 2. 3.
Nama Biota Clarias Batracus Cyprinus Carpio sp Anadara sp
Konsentrasi Arsen (mg/kg) 1,1 0,039 1,703
Sumber : Data Primer 2012. Standar konsentrasi arsen dalam biota adalah 1,0 mg/kg (SNI, 2009)
Tabel 2. Konsentrasi Arsen Pada Air Di Tiga Titik dengan Tiga Minggu Waktu Pengulangan Di Sungai Pangkajene Tahun 2012 No
1
Waktu Pengambilan Sampel Minggu I
Titik Pengambilan Sampel Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Rata-rata 2
Minggu II
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Rata-rata 3
Minggu III Rata-rata
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Konsentrasi Arsen (mg/l) 0,08 0,09 0,09 0,086 0,008 0,009 0,007 0,008 0,005 0,008 0,006 0,0063
Sumber : Data Primer 2012. Standar konsentrasi arsen pada air adalah 0,05 mg/L (SNI, 2009)
Tabel 3. Konsentrasi Arsen Pada Sedimen di Tiga Titik dengan Tiga Minggu Waktu Pengulangan Lokasi Sungai Pangkejene Tahun 2012 No
Waktu Pengambilan Sampel
1
Minggu I
Titik Pengambilan Sampel
Konsentrasi Arsen (mg/kg)
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
10,4 73,96 17,773 34,044 0,34 0,76 0,39 0,496 0,18 0,899 0,18 0,419
Rata-rata 2
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Minggu II Rata-rata
3
Minggu III
Stasiun I Stasiun II Stasiun III
Rata-rata
Sumber : Data Primer 2012. Standar konsentrasi arsen pada sedimen adalah 10 mg/kg (National academy of Science thn 1977)
35 29
Jumlah Responden
30 25
26 21
20 13
15 10
6
5
3
2
2,5001 3,0000
≥3,0001
0 0,0000 0,5000
0,5001 1,0000
1,0001 1,5000
1,5001 2,0000
2,0001 2,5000
Rata-rata RQ 30 Tahun
Gambar 1. Distribusi Rata-Rata RQ Untuk Pajanan 30 Tahun pada Responden di Desa BiringEre dan Taraweang Kecamatan Bungoro Tahun 2012
Tabel 4.
Distribusi statistik variabel konsentrasi, arsen dalam ikan cyprinus carpio sp., ikan clarias batracus, anadara sp, frekuensi paparan biota dan air, durasi pajanan, laju konsumsi biota dan air berat badan, rq pajanan 30 tahun dan rq pajanan 70 tahun di desa biringere dan taraweang kecamatan bungoro tahun 2012
Variabel Konsentrasi As dalam ikan Cyprinus Carpio sp (mg/kg) Konsentrasi As dalam ikan Clarias Batracus (mg/kg) Konsentrasi As dalam Anadara sp (mg/kg) Konsentrasi As dalam Air Sungai (mg/L) Frekuensi pajanan ikan Cyprinus Carpio sp (hari/tahun) Frekuensi pajanan ikan Clarias Batracus (hari/tahun) Frekuensi pajanan Anadara sp (hari/tahun) Frekuensi pajanan air (hari/tahun) Durasi Pajanan (tahun) Laju konsumsi ikan Cyprinus Carpio sp (g/hari) Laju konsumsi ikan Clarias Batracus (g/hari) Laju konsumsi Anadara sp (g/hari) Laju konsumsi air minum (L/hari) Berat badan (kg)
Mean Median
Min Maks
95% CI
SD
p-value Klomogorov Smirnov Tidak Dilakukan uji distribusi dikarenakan pengukuran ikan hanya sekali sehingga konsentrasi yang didapat homogen Tidak Dilakukan uji distribusi dikarenakan pengukuran ikan hanya sekali sehingga konsentrasi yang didapat homogen Tidak Dilakukan uji distribusi dikarenakan pengukuran kerang hanya sekali sehingga konsentrasi yang didapat homogen Tidak dilakukan uji distribusi pengukuran air 115,49 96,00
48 269
109,63 121,35
29,543
0,000
58,80 60,00
24 108
53,72 63,88
25,612
0,000
23,76 24,00 186,08 137,00 30,49 30,00 208,00 160,00
0 48 89 365 1 73 80 480
21,21 26,31 169,68 202,48 27,41 33,57 193,55 222,45
12,875
0,000
82,631
0,000
15,506
0,200
72,808
0,000
184,00 160,00
40 600
162,45 205,55
108,619
0,000
149,40 150,00
0 350
131,82 166,98
88,624
0,000
Rata-rata RQ untuk pajanan 30 tahun
56,01 54,00 1,1035172 1,0364450
Rata-rata RQ untuk pajanan 70 tahun
0,472979 0,444235
Tidak dilakukan analisa karena homogen. Jumlah konsumsi air minum adalah (2L/hari) 40 53,79 11,208 91 58,23 0,00008 0,962619 0,710094 3,70371 1,244415 0,00008 1,58735
0,412594 0,533364
0,304326
0,000 0,067 0,067
* Menggunakan Uji Shapiro-Wilk, dikarenakan jumlah data kurang dari 50 (Dahlan, 2009).