KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
PENGADAAN BADAN USAHA PELAKSANA PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH - BADAN USAHA PENGELOLA PRASARANA KERETA API RINGAN (LIGHT RAIL TRANSIT) DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
DOKUMEN PERMINTAAN PROPOSAL (REQUEST FOR PROPOSAL/RFP)
TA 2016
PEMBERITAHUAN PENTING
Dokumen Permintaan Proposal (Request For Proposal atau RfP) ini diterbitkan oleh Penanggung Jawab Proyek Kerjasama Pemerintah (“PJPK”) Kementerian Perhubungan dalam rangka Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan (“Proyek”), untuk para peserta yang telah lulus tahap prakualifikasi (“Peserta Lelang”), dengan tujuan untuk menyediakan instruksi dan prosedur bagi Peserta Lelang dalam menyiapkan dan menyampaikan dokumen penawaran Proyek. Dokumen Permintaan Proposal ini tidak dimaksudkan untuk memuat semua informasi yang mungkin diperlukan atau diinginkan Peserta Lelang. Dokumen Permintaan Proposal ini disampaikan untuk membantu Peserta Lelang dalam melakukan evaluasi atau kajian sendiri terhadap Proyek. Dalam segala hal, Peserta Lelang harus melakukan kajian dan analisis sendiri atas informasi yang disampaikan dalam Dokumen Permintaan Proposal ini. Panitia Pengadaan tidak menjamin ketepatan dan kelengkapan informasi yang disampaikan dalam Dokumen Permintaan Proposal ini, atau tidak menyatakan bahwa informasi yang disampaikan di sini adalah semua informasi yang diperlukan untuk melakukan penawaran atau pembangunan Proyek yang dimaksud. Setiap Peserta Lelang menerima tanggung jawab penuh untuk melakukan analisis secara independen terhadap kelayakan Proyek serta mengumpulkan dan menyajikan semua informasi yang diperlukan. PJPK dan Panitia Pengadaan secara tegas melepaskan diri dari kewajiban atau tugas (baik dalam kontrak, kesalahan atau sebaliknya) kepada setiap Peserta Lelang. Peserta Lelang menanggung semua tanggung jawab yang terkait dengan Proyek dan tidak ada penyesuaian akan dibuat berdasarkan penafsiran Peserta Lelang terhadap informasi yang diberikan. Baik Kementerian Perhubungan sebagai PJPK, Panitia Pengadaan, konsultan dari Panitia Pengadaan, dan lembaga pemerintahan lainnya serta konsultannya yang terkait tidak membuat pernyataan (baik tersurat maupun tersirat) atau jaminan mengenai keakuratan atau kelengkapan atas Dokumen Permintaan Proposal ini atau informasi yang terdapat didalamnya dan tidak mempunyai kewajiban untuk menjamin ketepatan atau kelengkapan dari Dokumen Permintaan Proposal ini atau informasi yang terdapat di dalam Dokumen Permintaan Proposal ini atau setiap komunikasi tertulis atau lisan lainnya yang disampaikan atau diterima oleh Peserta Lelang. Seluruh informasi yang disampaikan sehubungan dengan Dokumen Permintaan Proposal akan menjadi milik Panitia Pengadaan. PJPK atau Panitia Pengadaan tidak memiliki tanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan atas hal yang disampaikan atau rahasia dagang apapun atau data kepemilikan yang terdapat didalamnya. Dalam mengajukan 1
Dokumen Permintaan Proposal untuk masing-masing Peserta Lelang menyatakan bahwa ia mengerti, menerima dan menyetujui pengecualian (disclaimers) pada halaman ini. Ketentuan lain yang terdapat dalam Dokumen Permintaan Proposal maupun pernyataan yang dibuat secara lisan atau tertulis oleh setiap orang atau pihak tidak meniadakan atau menggantikan setiap sangkalan (disclaimers) yang dinyatakan pada halaman ini. Panitia Pengadaan berhak, atas keputusannya sendiri, untuk melakukan perubahan atas peraturan, prosedur, dokumen yang berkaitan dengan pelelangan, atau tanpa pemberitahuan sebelumnya atau memberikan alasan apapun untuk itu, mengakhiri proses pelelangan, termasuk setelah terdapatnya penetapan pemenang pelelangan. Baik Kementerian Perhubungan sebagai PJPK, Panitia Pengadaan, konsultan dari Panitia Pengadaan, dan lembaga pemerintahan lainnya serta konsultannya yang terkait tidak bertanggung jawab kepada siapapun, termasuk kepada setiap Peserta Lelang, atas beban atau biaya yang dikeluarkan dalam menanggapi Dokumen Permintaan Proposal ini atau dalam setiap kajian atau transaksi yang dilakukannya. Dokumen Permintaan Proposal ini bukan merupakan suatu penawaran untuk menjual atau permohonan penawaran untuk membeli jaminan atau saham, atau merupakan suatu penawaran untuk menjual atau permohonan penawaran untuk membeli jaminan atau saham dalam yurisdiksi di mana penawaran, permohonan, atau penjualan tersebut tidak diperkenankan, atau kepada siapapun, untuk siapapun, yang akan merupakan pelanggaran hukum.
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3 DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................................ 5 UNDANGAN PENGAMBILAN DOKUMEN PERMINTAAN PROPOSAL .................................................. 6 A.
DESKRIPSI PROYEK..................................................................................................................8
1. B.
Gambaran Umum Proyek................................................................................................... 8 INSTRUKSI KEPADA PESERTA LELANG ..................................................................................14
2.
Definisi.............................................................................................................................. 14
3.
Praktek KKN...................................................................................................................... 17
4.
Benturan Kepentingan ..................................................................................................... 18
5.
Pakta Integritas ................................................................................................................ 19
6.
Kepesertaan ..................................................................................................................... 20
7.
Isi Dokumen Permintaan Proposal................................................................................... 22
8.
Jadwal Pengadaan ............................................................................................................ 23
9.
Biaya Penyiapan Penawaran ............................................................................................ 23
10.
Uji Tuntas...................................................................................................................... 24
11.
Rancangan Perjanjian Kerjasama ................................................................................. 24
12.
Rapat Penjelasan dan Peninjauan Lapangan................................................................ 25
13.
Klarifikasi dan Adendum/Perubahan Dokumen Permintaan Proposal........................ 27
14.
Tanggung Jawab Peserta Lelang................................................................................... 28
C.
PENYIAPAN DOKUMEN PENAWARAN..................................................................................29
15.
Bahasa dan Mata Uang ................................................................................................ 29
16.
Struktur dan Isi Dokumen Penawaran ......................................................................... 30
17.
Masa Berlaku Dokumen Penawaran ............................................................................ 35
D.
PEMASUKAN DOKUMEN PENAWARAN................................................................................35
18.
Format dan Penandatanganan Dokumen Penawaran ................................................. 35
19.
Penyegelan dan Penandaan ......................................................................................... 36
20.
Batas Akhir Pemasukan Penawaran............................................................................. 38
E.
PEMBUKAAN DAN EVALUASI DOKUMEN PENAWARAN ......................................................39
21.
Pembukaan Penawaran................................................................................................ 39
22.
Evaluasi Dokumen Penawaran ..................................................................................... 40 3
23.
Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I ...................................................................... 40
24.
Klarifikasi/Verifikasi Dokumen Penawaran .................................................................. 41
25.
Pemeriksaan dan Penilaian Dokumen Penawaran yang Responsif ............................. 42
26.
Pengumuman Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I ...................................... 42
27.
Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul II ..................................................................... 43
28.
Koreksi Aritmatik .......................................................................................................... 44
29.
Kerahasiaan .................................................................................................................. 44
F.
PEMENANG LELANG .............................................................................................................44
30.
Pengumuman Hasil Pelelangan.................................................................................... 44
31.
Sanggahan Terhadap Hasil Pelelangan......................................................................... 45
32.
Keputusan Pemenang Lelang ....................................................................................... 45
33.
Tanggung Jawab Pemenang Lelang.............................................................................. 46
4
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A - Lembar Data Proses Pelelangan Lampiran B - Lembar Evaluasi Penawaran Peserta Lelang Lampiran C - Spesifikasi Teknis Dan Desain Lampiran D - Isi Dokumen Penawaran Administrasi Dan Teknis Lampiran E - Isi Dokumen Penawaran Finansial Lampiran F - Rancangan Perjanjian Kerjasama Lampiran G - Outline Dokumen Penawaran Lampiran H - Memorandum Informasi
5
UNDANGAN PENGAMBILAN DOKUMEN PERMINTAAN PROPOSAL (REQUEST FOR PROPOSAL) Jakarta, ...2016 Nomor : Kepada Yth. [nama dan alamat perusahaan/pimpinan konsorsium] U.p [Nama Direktur/Pimpinan perusahaan/konsorsium] Perihal : Pengambilan Dokumen Permintaan Proposal (Request for Proposal/RfP) untuk Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan. Dengan ini kami menyampaikan Dokumen Permintaan Proposal/RfP dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Peserta Lelang diminta untuk menyampaikan Dokumen Penawaran yang mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam Dokumen Permintaan Proposal/ RfP dan Peserta Lelang diberikan hak untuk mengoperasikan dan memelihara Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan dengan seluruh fasilitas pendukung Proyek yang berada di lokasi melalui mekanisme Operasi dan Pemeliharaan (Operate and Maintenance OM); 2. Peserta Lelang diminta untuk meyampaikan Dokumen Penawaran dengan metode 2 (dua) sampul. Sampul I berisikan Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis dan Sampul II berisikan Dokumen Penawaran Finansial. Masa berlaku surat penawaran dan Jaminan Penawaran adalah 180 (seratus delapan puluh) Hari terhitung sejak Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran. 3. Jadwal pengadaan adalah sebagaimana Tabel 1 berikut: Tabel 1. Perubahan Jadwal Pengadaan No. Kegiatan 1 Penerbitan Dokumen Permintaan Proposal/RfP kepada Peserta Lelang 2 Penyampaian pertanyaan dan atau tanggapan secara tertulis dari Peserta Lelang terhadap Dokumen Permintaan Proposal 3 Penyampaian Surat Kerahasiaan
Tanggal
6
No. Kegiatan 4 Pembukaan akses kepada Pusat Data 5 6 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Tanggal
Penjelasan Lelang (Aanwijzing) Penerbitan Adendum Dokumen Permintaan Proposal (apabila diperlukan) Penyampaian/pemasukan Dokumen Penawaran Pembukaan Dokumen Penawaran (Sampul I) Evaluasi Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis (Sampul I) Pengumuman Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis (Sampul I) Pembukaan Dokumen Penawaran Finansial (Sampul II) Evaluasi Dokumen Penawaran Finansial (Sampul II) Pengumuman Pemenang Lelang Masa Sanggah Penerbitan Surat Pemenang Lelang Pembentukan Badan Usaha Pelaksana dan Penyempurnaan Perjanjian Kerjasama (Negosiasi) Penandatanganan Perjanjian Kerjasama
4. Pengambilan Dokumen Permintaan Proposal/ RfP dilakukan oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang dan dapat diwakilkan dengan membawa surat kuasa dari Perwakilan Resmi Peserta Lelang tersebut dan kartu tanda pengenal. 5. Dokumen Permintaan Proposal/ RfP dapat diambil dalam bentuk cetakan dan/atau dalam bentuk cakram optik dalam format pdf, pada alamat yang tertera di bawah ini sesuai dengan jadwal di atas, antara jam 09.00 - 15.00 WIB. 6. Dokumen Penawaran dikirim ke: Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan Sekretariat: Alamat : Kementerian Perhubungan Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta 10110 Telepon: 021-... Email : Demikian disampaikan untuk diketahui. Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan 7
A. DESKRIPSI PROYEK 1. Gambaran Umum Proyek Kota Palembang yang merupakan ibukota Provinsi Sumatra Selatan, termasuk salah satu kota metropolitan di Indonesia. Palembang merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota Palembang terkenal sebagai kota industri dan perdagangan. Saat ini, bandar udara yang ada di Kota Palembang Bandar Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) telah menjadi Bandar Udara Internasional yang artinya konektivitas Kota Palembang dengan dunia Internasional telah terbuka. Di sisi lain, transportasi darat Kota Palembang juga telah dilakukan pembenahan. Dengan adanya Surat Keputusan no 1465 Tahun 2008 yang dikeluarkan Walikota Kota Palembang tentang Penghentian dan Penggantian kendaraan bus kota dan angkutan sejenis diganti dengan Bus Mass Rapid Transit yang bernama Trans Musi dapat menjadi awal yang baik untuk menata sistem transportasi darat yang ada. Namun demikian seiring perkembangan kota maka jumlah penduduk akan meningkat. Oleh karena itu perlu ada alternatif transportasi massal lain yang dapat mengantisipasi hal tersebut dan untuk penataan kota yang lebih terencana. Pada tahun 2018, akan dilaksanakan Asean Games di Indonesia dan lokasi event akan mencakup di Jakarta dan di Provinsi Sumatera Selatan. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 116 tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaran Kereta Api Ringan (light rail transit) di Provinsi Sumatera Selatan untuk mendukung pembangunan di Provinsi Sumsel dan meningkatkan pelayanan transportasi. Untuk mendukung rencana Pemerintah Indonesia sebagai penyelenggara event internasional Asean Games dan misi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, khususnya Walikota Palembang maka dilakukan percepatan penyelenggaraan Kereta Api Ringan (light rail transit/LRT) sebagai salah satu transportasi massal dengan kapasitas angkut menengah. Dengan adanya monorel ini, dukungan pelayanan transportasi dalam penyelenggaraan event internasional dapat tersedia dan penataan kota dapat terencana dengan baik sebagai upaya antisipasi kepadatan jalan raya di kota. Keberadaan transportasi monorel dapat melayani angkutan penumpang yang lebih memadai. Rencana pembangunan jalur monorel di Palembang dibagi menjadi empat koridor, yaitu: Koridor 1 : Masjid Agung – Jakabaring - Lingkar Selatan Koridor 2 : Prameswara - UNSRI Bukit - Kapten Rivai – Veteran - Perintis Kemerdekaan - RE Martadinata - Mayor Zen Koridor 3 : Demang Lebar Daun - Basuki Rahmat - R.Sukamto - Abdul Rozak - Patal Pusri Koridor 4 : Masjid Agung (Ampera) - Jln. Jendral Sudirman - Bandara SMB II Kementerian Perhubungan dalam hal ini Menteri Perhubungan adalah sebagai Penangggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) dan dapat menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan untuk mempercepat pelayanan kereta api ringan. 8
Kerangka Peraturan Perundang-undangan KPBU -
-
Perpres 38/2015
Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
Peraturan Menteri Perencanaan Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembangunan Nasional 4/2015 Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
-
Peraturan Kepala Lembaga Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah 19/2015 Pemerintah dengan Badan usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Perhubungan - UU No. 23/2007 Tentang Perkereta-apian Investasi - UU 25/2007 -
Perpres 39/2014
Persaingan Usaha - UU 5/1999 Lingkungan Hidup - UU 32/2009 -
PP 27/2012
-
Peraturan Menteri Hidup 5/2012
Keselamatan Kerja - UU 1/1970 dan pelaksananya Penjaminan Infrastruktur - Perpres 78/2010
Tentang Penanaman Modal Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat Tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan
Tentang Izin Lingkungan Lingkungan Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan peratuan Tentang Keselamatan Kerja Tentang Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur 9
-
Peraturan Menteri Keuangan 260/PMK.011/2010
Pengelolaan Aset Negara - PP 27/2014 Pemerintahan Daerah - UU 23/2014 beserta perubahannya
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Tentang pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Tentang Pemerintah Daerah
-
PP 50/2007
Tentang tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah
-
Peraturan Menteri Dalam Negeri Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara 22/2009 Kerja Sama Daerah
Keuangan Negara - UU 17/2003
Tentang Keuangan Negara
Perbendaharaan Negara - UU 1/2004
Tentang Perbendaharaan Negara
Kerangka Kelembagaan Skema kerjasama LRT Palembang diarahkan untuk pengadaan penyelenggaraan prasarana (jalur kereta api, stasium kereta api dan fasilitas operasi kereta api) yang meliputi a. pembangunan prasarana; b. pengoperasian prasarana; c. perawatan prasarana; dan d. pengusahaan prasarana a. Badan Usaha Pelaksana Badan Usaha yang terpilih dalam proses pelelangan selanjutnya akan membentuk badan hukum yang khusus untuk melaksanakan proyek (Badan Usaha). b. Government Contracting Agency (Penanggung Jawab Perjanjian Kerjasama/PJPK) Penentuan PJPK dalam proyek KPBU LRT Palembang ini adalah Kementerian Perhubungan RI. c. Tim KPBU LRT Palembang Tim KPBU perlu segera dibentuk. Sampai dengan laporan ini dibuat pihak belum terbentuk Tim KPBU LRT Palembang.
10
d. Bappenas Bappenas berperan dalam memfasilitasi persiapan proyek KPBU LRT Palembang ini. e. Kementerian Keuangan Kementerian Keuangan juga akan berperan dalam menentukan alokasi Dukungan Pemerintah terhadap KPBU LRT Palembang untuk meningkatkan kelayakan finansial dari proyek. Selain itu, Kemenkeu akan membantu dalam penyiapan pelaksanaan Penjaminan Pemerintah apabila diperlukan. Sampai saat ini belum ditentukan apakah proyek ini akan meminta VGF (viability gap funding) dari pemerintah. f. Kementerian Perhubungan Kementerian Perhubungan selain sebagai PJPK dalam KPBU LRT Palembang berperan sebagai regulator. Menurut Pasal 377 PP No. 56/2009 Menteri Perhubungan melakukan pembinaan perkerataapian nasional yang meliputi: i. penetapan arah dan sasaran kebijakan pengembangan perkeretaapian nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; ii. penetapan pedoman, standar, serta prosedur penyelenggaraan dan pengembangan perkeretaapian; iii. penetapan kompetensi pejabat yang melaksanakan fungsi di bidang perkeretaapian; iv. pemberian arahan, bimbingan, pelatihan, serta bantuan teknis kepada pemerintah daerah, penyelenggara, dan pengguna jasa perkeretaapian; dan v. pengawasan terhadap perwujudan pengembangan sistem perkeretaapian.
11
Kerangka Komersial Berdasarkan
Peraturan
Presiden
No.
116
Tahun
2015
tentang
Percepatan
Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit di Provinsi Sumatera Selatan Pemerintah menugaskan kepada PT Waskita Karya (Persero) Tbk. untuk membangun prasarana LRT Palembang (Pasal 2 ayat (1)). Kemudian berdasarkan ketentuan Pasal 16, Pemerintah menugaskan PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk menyelenggarakan “sarana” LRT yang meliputi pengoperasian, perawatan dan pengusahaan. Dengan demikian, skema KPBU LRT Palembang yang ditawarkan kepaa pihak swasta kerjasama pengoperasian prasarana, perawatan prasarana; dan pengusahaan prasarana dalam kerangka KPBU. Bentuk KPBU adalah pemberian konsesi kepada BUP untuk melakukan Gambar 2 Kedudukan & Hubungan Pemangku Kepentingan dalam Proyek KPBU LRT Palembang
pengoperasian, perawatan, dan pengusahaan prasarana .
Untuk pembayaran menggunakan skema availability payment berdasarkan Perpres No.38/2015. Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) adalah 12
pembayaran secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana atas tersedianya layanan Infrastruktur yang sesuai dengan
kualitas dan/atau kriteria sebagaimana ditentukan dalam perjanjian KPBU. Dengan demikian pemerintah akan membayar secara berkala. Skema pembayaran untuk layanan penggunaan sarana perkeretaapian adalah sebagai berikut: - PT. KAI akan membayar Track Access Charge kepada pemerintah dan sebaliknya Pemerintah akan membayar infrastructure maintanance and operation (IMO) sarana kepada PT KAI dengan skema availability payment. Idealnya antara TAC dan AP besaran jumlahnya akan saling mengkompensasi (set off). - Terhadap pengguna sarana perkeretaapian tarifnya akan menjadi pendapatan pemerintah. Akan tetapi skema pembayaran dalam KPBU LRT Palembang adalah sebagai berikut: - Pemerintah akan membayar infrastructure maintanance and operation (IMO) prasarana kepada PT KAI dengan skema availability payment untuk biaya pengoperasian dan pemeliharaan yang dilakukan oleh BU dengan jumlah dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perjanjian.
13
- BU akan menarik sewa atau fee dari non fairbox dari tenant/retail. Jika hasil penarikan sewa atau fee melebihi jumlah yang ditetapkan dalam perjanjian maka surplus hasil sewa/fee akan diserahkan kepada pemerintah
B. INSTRUKSI KEPADA PESERTA LELANG 3. Definisi Istilah-istilah yang didefinisikan berikut ini digunakan dalam Dokumen Permintaan Proposal ini dan akan memiliki arti sebagaimana ditentukan di bawah ini. Istilah-istilah lainnya yang diawali dengan huruf besar yang digunakan akan memiliki arti yang sama sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian Kerjasama. a.
“Afiliasi” adalah sehubungan dengan suatu Pihak atau suatu Subyek Hukum, setiap Subyek Hukum yang secara langsung atau tidak langsung, melalui satu atau lebih pihak perantara, mengendalikan atau dikendalikan oleh atau di bawah kendali yang sama dengan Pihak atau Subyek Hukum tersebut. Yang dimaksud dengan “kendali” dalam definisi ini, berarti kepemilikan atas lebih dari 50% (lima puluh persen), secara langsung atau tidak langsung, atas saham dengan hak suara atau kepentingan modal lainnya dari Subyek Hukum tersebut atau memiliki hak untuk memberikan arahan kepada manajemen atau menyebabkan diarahkannya manajemen dan kebijakan usaha dari Subyek Hukum tersebut.
b.
“Pimpinan Konsorsium” adalah Peserta Lelang, yang merupakan anggota dari konsorsium yang memenuhi kriteria yang terdapat dalam Lampiran D.8 dari Dokumen Permintaan Proposal ini.
c.
“Badan Usaha Pelaksana” adalah Badan Usaha berbentuk Perseroan Terbatas yang secara khusus didirikan oleh Pemenang Lelang berdasarkan hukum Indonesia untuk melaksanakan Proyek.
d.
“Dokumen Permintaan Proposal” atau Dokumen Permintaan Proposal (Request for Proposal/RfP) adalah dokumen ini termasuk dengan semua lampiran dan setiap adendum/perubahan serta klarifikasi yang ditetapkan oleh Panitia Pengadaan.
e.
“Dokumen Penawaran” adalah Dokumen yang disampaikan oleh Peserta Lelang kepada Panitia Pengadaan yang terdiri atas dokumen administrasi, dokumen teknis dan dokumen finansial sebagaimana dipersyaratkan dalam Dokumen Permintaan Proposal ini.
f.
“Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis” adalah isi dari Sampul penawaran pertama atau Sampul I yang disampaikan Peserta Lelang sesuai dengan Bagian 17.2.
14
g.
“Dokumen Penawaran Finansial” adalah isi dari Sampul penawaran kedua atau Sampul II untuk disampaikan oleh Peserta Lelang sesuai dengan Bagian 17.3.
h.
“Dokumen Prakualifikasi” adalah dokumen prakualifikasi yang ditetapkan oleh Panitia Pengadaan dan termasuk perubahannya, yang menjadi ketentuan proses pra-kualifikasi.
i.
“Hari” adalah periode dua puluh empat (24) jam berturut-turut yang berakhir pada tengah malam Waktu Standar Indonesia Bagian Barat. Satu Hari adalah satu hari kalender.
j.
“Hari Kerja” adalah hari Senin sampai dengan Jumat, kecuali dinyatakan sebagai hari libur nasional, di Indonesia.
k.
“Indonesia” adalah Republik Indonesia.
l.
“Jaminan Penawaran” adalah jaminan untuk penawaran berupa bank garansi dengan ketentuan tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali (unconditional clause and irrevocable) yang diterbitkan oleh Pihak Penerbit Jaminan sejumlah Rp. .....,- (..... Rupiah), sebagai jaminan sesuai dengan ketentuan Bagian 17.2.2. Dokumen Permintaan Proposal ini.
m.
“Jaminan Pelaksanaan Tahap I” adalah suatu standby letter of credit yang tidak bersyarat dan tidak dapat ditarik kembali dalam bentuk sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian Kerjasama yang diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan PJPK sejumlah 5% dari nilai investasi yang diajukan oleh Peserta Lelang yang Memenuhi Persyaratan dalam Dokumen Penawaran sebagai jaminan atas pelaksanaan kewajiban-kewajiban Badan Usaha Pelaksana berdasarkan Perjanjian Kerjasama dari Tanggal Penandatanganan sampai dengan Tanggal Efektif. Format Jaminan Pelaksanaan tahap I dapat dilihat pada Lampiran F Perjanjian Kerjasama, Bentuk Jaminan.
n.
“Jaminan Pelaksanaan Tahap II” adalah suatu standby letter of credit yang tidak bersyarat dan tidak dapat ditarik kembali dalam bentuk sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian Kerjasama yang diterbitkan oleh Bank untuk kepentingan PJPK sejumlah 5% dari nilai konstruksi yang diajukan oleh Peserta Lelang yang Memenuhi Persyaratan dalam Dokumen Penawaran sebagai jaminan atas pelaksanaan oleh Badan Usaha Pelaksana terhadap kewajiban-kewajibannya berdasarkan Perjanjian Kerjasama dari Tanggal Efektif sampai dengan Tanggal Operasional Komersial. Format Jaminan Pelaksanaan tahap II dapat dilihat pada Lampiran F Perjanjian Kerjasama, Bentuk Jaminan.
o.
“Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha” untuk selanjutnya disebut sebagai “KPBU” adalah kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur yang dilakukan melalui Perjanjian Kerjasama atau pemberian izin pengusahaan. 15
p.
“Kontraktor Operasional dan Pemeliharaan” adalah kontraktor (-kontraktor) yang berpengalaman dalam pengoperasian dan pemeliharaan jaringan telekomunikasi serta pelayanan telekomunikasi yang ditunjuk oleh Badan Usaha berdasarkan Kontrak Pengoperasian dan Pemeliharaan..
q.
“Masa Berlaku Penawaran” adalah masa berlakunya Dokumen Penawaran sesuai dengan ketentuan Bagian 17 Dokumen Permintaan Proposal ini, yaitu selama 180 (seratus delapan puluh) Hari sejak Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran.
r.
“Masa Sanggah” waktu yang diberikan oleh Panitia Pengadaan kepada Peserta Lelang untuk mengajukan Sanggahan sebagaimana diatur dalam Bagian 32 dari Dokumen Permintaan Proposal ini.
s.
“Panitia Pengadaan” adalah Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri perhubungan dengan No..tanggal...tentang.
t.
“Pemenang Lelang” adalah Peserta Lelang yang diberikan Surat Penetapan Pemenang Lelang sebagaimana diatur dalam Bagian 33 Dokumen Permintaan Proposal ini.
u.
“Pemerintah” adalah Pemerintah Negara Republik Indonesia.
v.
“Pengendalian” adalah kekuasaan untuk mengarahkan atau menyebabkan arah kebijakan pengelolaan badan hukum, berdasarkan kontrak, instansi atau yang lainnya.
w.
“Perjanjian Kerjasama” adalah perjanjian yang akan ditandatangani oleh Badan Usaha Pelaksana dan PJPK yang menetapkan landasan kerjasama Proyek.
x.
“Perjanjian Operasional dan Pemeliharaan” adalah suatu perjanjian untuk operasional dan pemeliharaan Proyek yang akan ditandatangani oleh Badan Usaha Pelaksana dan Kontraktor Operasional dan Pemeliharaan.
y.
“Perwakilan Resmi Peserta Lelang” adalah orang yang diberi kuasa oleh Peserta Lelang melalui pemberian Surat Kuasa, untuk bertindak sebagai Perwakilan Resmi Peserta Lelang dalam hubungannya dengan Panitia, Pemerintah, dan/atau instansi terkait lainnya untuk semua hal yang berkaitan dengan Proses Pelelangan yang terkait dengan Proyek.
z.
“Peserta Lelang” adalah peserta yang telah lulus proses prakualifikasi yang diumumkan oleh Panitia Pengadaan melalui Pengumuman Hasil Prakualifikasi Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit).
aa.
“Peserta Lelang Yang Memenuhi Persyaratan” adalah Peserta Lelang yang Dokumen Penawarannya sesuai dengan seluruh persyaratan, kondisi, dan spesifikasi dari Dokumen Permintaan Proposal ini tanpa adanya penyimpangan dan 16
reservasi yang material, sebagaimana tercantum di Bagian 26 dari Dokumen Permintaan Proposal ini. bb.
“Pihak Penerbit Jaminan” adalah bank yang berdomisili di Indonesia dan memiliki peringkat minimum AA- yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat Pefindo dan Fitch Ratings Indonesia.
cc.
“Proses Pelelangan” adalah prosedur seleksi kompetitif yang ditentukan dalam Dokumen Permintaan Proposal ini.
dd.
“Proyek” adalah Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan.
ee.
“PJPK” adalah Penanggung Jawab Proyek Kerjasama dalam hal ini adalah Menteri Perhubungan, Republik Indonesia.
ff.
“Rancangan Perjanjian Kerjasama” adalah rancangan Perjanjian Kerjasama yang disepakati secara final yang diterbitkan oleh PJPK sesuai dengan Lampiran F Dokumen Permintaan Proposal ini.
gg.
“Rupiah” adalah mata uang resmi Republik Indonesia.
hh.
“Sanggahan” adalah keberatan yang diajukan oleh Peserta Lelang kepada PJPK sehubungan dengan penyimpangan prosedur pelaksanaan pelelangan, sebagaimana diatur dalam Bagian 32 dari Dokumen Permintaan Proposal.
ii.
“Spesifikasi Teknis dan Desain Proyek” adalah persyaratan minimum teknis dan desain dari Proyek yang ditetapkan pada Lampiran C dalam Dokumen Permintaan Proposal ini.
jj.
“Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran” adalah tanggal yang tercantum pada Lampiran A Lembar Data Proses Pelelangan dari Dokumen Permintaan Proposal ini, yang ditentukan sebagai hari pengajuan Dokumen Penawaran.
4. Praktek KKN 4.1 Larangan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) serta Penipuan. 4.2 Peserta dan pihak yang terkait dengan pekerjaan ini berkewajiban mematuhi etika pengadaan dengan tidak melakukan tindakan sebagai berikut: a. Berusaha mempengaruhi anggota Panitia Pengadaan dalam bentuk dan cara apapun, untuk memenuhi keinginan Peserta yang bertentangan dengan Dokumen Permintaan Proposal, dan/atau peraturan perundang-undangan. b. Melakukan persekongkolan dengan Peserta Lelang lain untuk mengatur hasil lelang, sehingga mengurangi / menghambat / memperkecil / meniadakan persaingan yang sehat dan/atau merugikan pihak lain;
17
c. Membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/atau keterangan lain yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan dalam Dokumen Permintaan Proposal. 4.3 Peserta yang menurut penilaian Panitia Pengadaan terbukti melakukan tindakan sebagaimana dimaksud dalam angka 4.1 di atas dikenakan sanksi sebagai berikut; a. Sanksi administratif, seperti digugurkan dari Proses Lelang atau pembatalan penetapan pemenang; dan/atau b. Sanksi pencantuman dalam daftar hitam; dan/atau c. Gugatan secara perdata; dan/atau d. Pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang. 4.4 Pengenaan sanksi dilaporkan oleh Panitia Pengadaan kepada PJPK. 5. Benturan Kepentingan 5.1. Peserta Lelang, termasuk Afiliasinya, tidak boleh memiliki benturan kepentingan.
Tanpa membatasi makna umum dari benturan kepentingan, masing-masing situasi sebagai berikut akan dianggap sebagai suatu “Benturan Kepentingan”: a. Pihak yang terlibat pada tahapan penyiapan dan/atau transaksi sebagai konsultan atau Badan Penyiapan: (i) Menjadi Peserta atau anggota konsorsium Peserta Pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada Proyek KPBU yang sama; (ii) Sebagai pemegang saham dan/atau pengurus pada perusahaan menjadi Peserta atau perusahaan pada anggota konsorsium dalam Pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada proyek KPBU yang sama; (iii) Memberikan pembiayaan/pendanaan atau memberikan penjaminan pada Proyek KPBU yang sama; dan/atau (iv) Menjadi konsultan bagi Peserta Badan Usaha Pelaksana pada Proyek KPBU yang sama. b. Pihak yang bertindak selaku konsultan pada lebih dari 1 (satu) Peserta dalam Proyek KPBU yang sama; c. Anggota direksi atau dewan komisaris suatu Badan usaha yang menjadi Peserta merangkap sebagai anggota direksi atau dewan komisaris pada Badan Usaha lain yang menjadi Peserta pada Proyek KPBU yang sama; d. Anggota Panitia Pengadaan/Tim KPBU/PJPK memiliki hubungan afiliasi dengan Peserta pada Proyek KPBU yang sama. Hubungan afiliasi dimaksud adalah sebagai berikut:
18
(i) Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; dan/atau (ii) Memiliki kendali pada perusahaan Peserta baik langsung maupun tidak langsung. e. Kegiatan atau tindakan yang berpotensi menimbulkan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana tercantum pada ketentuan perundangan mengenai larangan praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat; dan/atau f. Hubungan antara 2 (dua) atau lebih Badan Usaha yang menjadi Peserta pada Pengadaan yang sama dikendalikan oleh pihak yang sama, baik langsung maupun tidak langsung (ketentuan ini tidak berlaku bagi Peserta Lelang yang berbentuk Badan Usaha Milik Negara). 5.2. Jika pada setiap saat sebelum penandatanganan Perjanjian Kerjasama, Peserta
Lelang, Afiliasinya, anggota-anggota konsorsium, atau Afiliasi mereka diketahui memiliki Benturan Kepentingan sesuai dengan ketentuan Bagian ini, terlepas dari apakah Surat Penetapan Pemenang Lelang telah diberikan atau kepada siapa diberikan, Peserta Lelang tersebut akan didiskualifikasi, dan Jaminan Penawarannya akan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan disetor ke Kas Negara. Apabila Benturan Kepentingan melibatkan Peserta Lelang lainnya, maka setiap Peserta Lelang yang terlibat dengan Benturan Kepentingan tersebut akan didiskualifikasi, dan setiap Jaminan Penawarannya akan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan disetor ke Kas Negara. 5.3. Meskipun bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Dokumen Permintaan
Proposal, Surat Penetapan Pemenang Lelang, atau dokumen terkait lainnya, PJPK memiliki hak untuk memutuskan Perjanjian Kerjasama tanpa bertanggung jawab dalam bentuk apapun kepada Peserta Lelang apabila Peserta Lelang memiliki Benturan Kepentingan sesuai dengan ketentuan dalam Bagian ini, Jaminan Pelaksanaan yang masih ada akan dicairkan oleh PJPK dan disetor ke Kas Negara sebagai kompensasi dan kerugian yang wajib dibayar oleh Peserta Lelang. 6. Pakta Integritas 6.1. Pakta integritas berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) sebagaimana dijelaskan pada Bagian 4 Dokumen Permintaan Proposal ini. 6.2. Peserta Lelang harus menandatangani pakta integritas pada saat pemasukan Dokumen Penawaran. 6.3. Pakta integritas harus ditandatangani oleh pemimpin/direktur utama badan usaha atau dalam hal Peserta merupakan konsorsium oleh penerima kuasa dari para
19
direktur utama anggota konsorsium atau oleh pejabat yang menurut perjanjian kerjasama adalah yang berhak mewakili badan usaha yang bekerja sama.
7. Kepesertaan 7.1. Peserta Lelang yang berbentuk Badan Usaha Tunggal dapat melakukan perubahan kepesertaan menjadi konsorsium; dan Peserta Lelang yang berbentuk konsorsium dapat melakukan perubahan anggota konsorsium dengan ketentuan sebagai berikut: a. Badan usaha yang baru bergabung dan tidak tercantum sebagai badan usaha yang lulus tahap Prakualifikasi tidak boleh menjadi badan usaha pengendali. Badan usaha pengendali berarti penguasaan setidaknya 51% (lima puluh satu persen) ekuitas dalam konsorsium/Badan Usaha Pelaksana yang dibentuk apabila ditetapkan sebagai pemenang pelelangan; b. Anggota baru harus memenuhi persyaratan administrasi sebagaimana diatur dalam Dokumen Prakualifikasi; c. Peserta Lelang setelah perubahan keanggotaan tetap memenuhi kualifikasi sebagaimana diatur dalam Dokumen Prakualifikasi; d. Partisipasi perusahaan modal asing dalam konsorsium harus sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden No. 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. 7.2. Peserta Lelang dapat membentuk konsorsium di antara sesama Peserta Lelang. 7.3. Permohonan perubahan Kepesertaan sebagaimana dimaksud pada bagian 7.1 harus diajukan secara tertulis kepada Panitia dalam batas waktu yang telah ditentukan dan dalam hal perubahan kepesertaan melibatkan badan usaha baru yang tidak tercantum sebagai badan usaha yang lulus tahap Prakualifikasi maka permohonan tersebut harus dilengkapi dengan dokumen sebagai beriku: a.
Surat pernyataan minat (expression of interest) dari badan usaha baru;
b. Akte pendirian dan perubahannya yang telah disahkan oleh institusi yang berwenang dari badan usaha baru; c.
Surat Ijin Usaha badan usaha baru;
d. Profil perusahaan badan usaha baru: e.
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan bukti setoran pajak 1 (satu) tahun terakhir badan usaha baru, kecuali Badan Hukum Asing;
20
f.
Surat pernyataan kesanggupan untuk membentuk Badan Hukum terpisah dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah ditunjuk sebagai pemenang pelelangan dari perusahaan baru.
g.
Surat pernyataan tidak sedang dalam pengawasan pengadilan, tidak sedang pailit, perusahaannya tidak sedang dihentikan dan tidak sedang menjalani sanksi pidana dan tidak dalam sengketa internal dari badan usaha baru;
h. Laporan keuangan badan usaha baru minimal 3 (tiga) tahun terakhir yang diaudit oleh akuntan publik; 7.4. Panitia Pengadaan akan melakukan evaluasi terhadap permohonan perubahan kepesertaan untuk memastikan dipenuhinya persyaratan sebagaimana dimaksud pada bagian 7.1. 7.5. Panitia Pengadaan berhak menolak atau menyetujui permohonan perubahan keanggotaan sebagaimana dimaksud pada bagian 7.1 dan putusan Panitia berifat final dan mengikat. 7.6. Peserta Lelang harus menyusun perjanjian konsorsium yang dibuat dalam Akta Notaris yang secara jelas mencantumkan komposisi kepentingan ekuitas masingmasing anggota dalam konsorsium. Perjanjian konsorsium ini, atau salinan sesuai asli dari perjanjian konsorsium yang dilegalisasi oleh notaris, bersama-sama dengan formulir pembentukan konsorsium Peserta Lelang harus disampaikan sebagai bagian dari Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis pada Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran, dan disusun sesuai dengan Lampiran D.8 Dokumen Permintaan Proposal ini. 7.7. Dalam Dokumen Penawaran harus disampaikan juga salinan sesuai asli yang dilegalisasi oleh Notaris, risalah keputusan rapat direksi dari masing-masing anggota konsorsium, atau apabila menurut prosedur internal perusahaan risalah keputusan rapat direksi tidak diperlukan oleh anggota konsorsium, maka perlu disampaikan bukti persetujuan perusahaan lainnya yang dikeluarkan oleh anggota direksi atau pihak yang memiliki kewenangan sesuai peraturan perusahaan yang diperlukan, yang menyebutkan keputusannya untuk: a.
Berpartisipasi dalam tahap penawaran Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan;
b. Melakukan penyertaan modal/saham dalam Badan Usaha Pelaksana jika ditetapkan sebagai Pemenang Lelang; dan c.
Memberikan kuasa kepada pihak yang akan menandatangani perjanjian konsorsium untuk dan atas nama perusahaan.
7.8. Komposisi keanggotan konsorsium harus memenuhi kriteria yang tercantum dalam Lampiran D.8 Dokumen Permintaan Proposal ini. 21
7.9. Peserta Lelang harus mengkonfirmasikan peran dari setiap anggota konsorsium pelelangan untuk Proyek. Pengungkapan ini akan dibuat dalam bentuk yang tercantum dalam Lampiran D.8 Dokumen Permintaan Proposal ini dan akan disampaikan sebagai bagian dari Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis. 7.10. Untuk dapat mengajukan Dokumen Penawaran, Peserta Lelang dan setiap anggota konsorsium: a.
Tidak memiliki sengketa, gugatan, atau klaim merugikan lain yang masih dalam proses terhadap PJPK atau terhadap setiap badan pemerintahan Indonesia sejak Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran sampai dengan tanggal penandatangan Perjanjian Kerjasama;
b. Tidak dilarang untuk melakukan kegiatan, dibekukan, atau dimasukkan dalam daftar hitam kontraktor oleh PJPK atau badan pemerintahan Indonesia lain, baik merupakan kontraktor perorangan, persekutuan, atau perusahaan atau sebagai anggota dari suatu usaha patungan atau konsorsium dan tidak memiliki catatan kinerja buruk dengan PJPK atau badan pemerintahan Indonesia lain; c.
Mengesampingkan haknya untuk mengajukan peringatan, putusan sela, pelarangan atau gugatan hukum atau proses persidangan terhadap PJPK atau Panitia Pengadaan untuk menghambat dilaksanakannya Proses Pelelangan dan pemberian hak untuk menandatangani Perjanjian Kerjasama kepada Pemenang Lelang, dan pelaksanaan atau implementasi dari Perjanjian Kerjasama;
d. Tidak dipatuhinya setiap persyaratan yang diatur dalam ketentuan a, b, dan c di atas merupakan alasan tidak diterimanya Dokumen Penawaran atau diskualifikasi untuk mengikuti Proses Pelelangan dan merupakan alasan penahanan Jaminan Penawaran.
8. Isi Dokumen Permintaan Proposal Dokumen Permintaan Proposal ini mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Undangan kepada Peserta Lelang; b. Definisi; c. Instruksi kepada Peserta Lelang; d. Lampiran A - Lembar Data Proses Pelelangan; e. Lampiran B - Lembar Evaluasi Dokumen Penawaran; 1) Lampiran B.1: Lembar Evaluasi Administrasi; 2) Lampiran B.2: Lembar Evaluasi Teknis; 3) Lampiran B.3: Lembar Evaluasi Finansial; 22
f. Lampiran C - Spesifikasi Teknis dan Desain; g. Lampiran D -Isi Sampul I – Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis; 1) Lembar D.1: Surat Penawaran; 2) Lembar D.2: Surat Jaminan Penawaran; 3) Lembar D.3: Pakta Integritas; 4) Lembar D.4: Surat Kuasa; 5) Lembar D.5: Surat Kerahasiaan 6) Lembar D.6: Penawaran Teknis; 7) Lembar D.7: Rancangan Perjanjian Kerjasama; 8) Lembar D.8: Perjanjian Konsorsium; h. Lampiran E - Isi Sampul II - Dokumen Penawaran Finansial; 1) Lembar E.1: Penawaran Biaya; 2) Lembar E.2: Rencana Pembiayaan Proyek; 3) Lembar E.3: Model Finansial; i.
Lampiran F - Rancangan Perjanjian Kerjasama;
j.
Lampiran G - Outline Dokumen Penawaran;
l.
Lampiran H -Informasi Memorandum;
9. Jadwal Pengadaan Panitia Pengadaan atas inisiatif sendiri dapat mengubah Jadwal Pengadaan. Panitia Pengadaan tidak dapat dibebankan kewajiban apapun atas perubahan Jadwal Pengadaan. Panitia Pengadaan akan menyampaikan setiap perubahan Jadwal Pengadaan secara tertulis kepada seluruh Peserta Lelang. 10. Biaya Penyiapan Penawaran 10.1. Peserta Lelang diwajibkan menanggung seluruh biaya yang terkait dengan penyiapan dan pemasukan Dokumen Penawaran, serta biaya-biaya yang terkait dengan keikutsertaan Peserta Lelang dalam tahap Penawaran, termasuk namun tidak terbatas pada, pelaksanaan uji tuntas, penjelasan lelang (Aanwijzing) dan konsultasi Peserta Lelang, pemeriksaan lokasi (site investigation), permintaan klarifikasi, konsultan pengawas independen, finalisasi dan penandatanganan Perjanjian Kerjasama serta Jaminan Penawaran. Panitia Pengadaan dalam hal apapun tidak bertanggung jawab atas biaya-biaya dimaksud.
23
10.2. PJPK dan Panitia Pengadaan tidak bertanggung jawab atas pengeluaran apa pun oleh Peserta lelang terkait penyiapan dan pemasukan Dokumen Penawaran. 11. Uji Tuntas 11.1. Setiap peserta lelang wajib melakukan uji tuntas (due diligence) terhadap Proyek atas tanggungannya sendiri. Panitia Pengadaan telah menyediakan perangkat pendukung untuk Peserta Lelang dalam persiapan Dokumen Penawaran, yaitu: a.
Data Room/Pusat Data;
b. Draft Perjanjian Kerjasama; c.
Penjelasan Lelang/Aanwijzing.
11.2. Pusat Data akan disediakan oleh Panitia Pengadaan dengan memberikan akses kepada setiap Peserta Lelang terhadap situs website yang menggunakan kata sandi (password) atau ruang data berbentuk fisik. Akses terhadap Pusat Data dapat diberikan setelah Panitia Pengadaan menerima perjanjian kerahasiaan yang secara substansial harus dalam bentuk yang sama dengan format perjanjian kerahasiaan sebagaimana tercantum pada Lembar D.5. Dokumen Permintaan Proposal ini yang telah ditandatangani oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang. 11.3. Dalam rangka membantu Peserta Lelang dalam menyusun Dokumen Penawarannya, Panitia Pengadaan dapat mengizinkan pihak-pihak lain yang diusulkan oleh masing-masing Peserta Lelang untuk memiliki akses terhadap Pusat Data, termasuk, namun tidak terbatas pada bank/lembaga keuangan, konsultan, dan/atau kontraktor dengan ketentuan: a.
Pihak tersebut diusulkan secara tertulis kepada Panitia Pengadaan oleh Peserta Lelang dan telah disetujui oleh Panitia Pengadaan; dan
b. Masing-masing pihak yang diusulkan telah menandatangani perjanjian kerahasiaan yang secara substansial harus dalam bentuk yang sama dengan Surat Kerahasiaan sebagaimana tercantum dalam Lembar D.5. c.
Pihak-pihak yang diusulkan Peserta Lelang tersebut dapat juga menghadiri penjelasan lelang (Aanwijzing) dan konsultasi Peserta Lelang.
12. Rancangan Perjanjian Kerjasama 12.1. Bentuk dan isi Draft/Rancangan Perjanjian Kerjasama tercantum dalam Lampiran F Dokumen Permintaan Proposal ini. 12.2. Peserta Lelang diberikan kesempatan untuk mengajukan tanggapan tertulis atas ketentuan-ketentuan dalam rancangan Perjanjian Kerjasama sesuai dengan Jadwal yang disampaikan oleh Panitia Pengadaan secara tertulis.
24
12.3. Panitia Pengadaan dapat mempertimbangkan tanggapan sebagai dasar pembuatan perubahan rancangan Perjanjian Kerjasama. Setiap perubahan rancangan Perjanjian Kerjasama akan disampaikan dalam bentuk adendum/perubahan Dokumen Permintaan Proposal. 12.4. Selain kesempatan untuk mengajukan tanggapan tertulis, Peserta Lelang juga diberikan kesempatan untuk melakukan Konsultasi dengan Panitia Pengadaan terkait rancangan Perjanjian Kerjasama sesuai dengan dengan Jadwal yang disampaikan oleh Panitia Pengadaan secara tertulis. 12.5. Panitia Pengadaan akan menyampaikan Rancangan Perjanjian Kerjasama sebagai bagian dari Adendum/Perubahan Dokumen Permintaan Proposal berdasarkan tanggapan atas Rancangan Perjanjian Kerjasama, penjelasan lelang (Aanwijzing), dan setiap proses konsultasi dengan Peserta Lelang. Dalam menyusun Dokumen Penawaran, Peserta Lelang harus berpedoman pada Adendum/Perubahan Dokumen Permintaan Proposal dan Adendum/Perubahan Rancangan Perjanjian Kerjasama. Dokumen Penawaran yang tidak berpedoman pada Adendum/Perubahan Dokumen Permintaan Proposal dan Adendum/Perubahan Rancangan Perjanjian Kerjasama akan dianggap sebagai Dokumen Penawaran yang tidak memenuhi syarat.
13. Rapat Penjelasan dan Peninjauan Lapangan 13.1. Panitia Pengadaan akan mengundang seluruh Peserta Lelang secara kolektif untuk menghadiri penjelasan lelang (Aanwijzing) dan untuk menghadiri konsultasi secara individu. 13.2. Peserta Lelang tidak diwajibkan untuk menghadiri penjelasan lelang (Aanwijzing) dan konsultasi, dan ketidakhadiran dalam penjelasan lelang (Aanwijzing) dan konsultasi tidak dapat dijadikan alasan untuk mendiskualifikasi Peserta Lelang. 13.3. Prosedur Penjelasan Lelang (Aanwijzing) 13.3.1. Penjelasan lelang (Aanwijzing) harus dilakukan secara terbuka untuk seluruh Peserta Lelang atau Perwakilan Resminya secara kolektif. 13.3.2. Kecuali jika ditentukan lain, penjelasan lelang (Aanwijzing) akan diselenggarakan di Jakarta. Panitia Pengadaan akan menyampaikan surat undangan kepada seluruh Peserta Lelang untuk menghadiri penjelasan lelang (Aanwijzing) dengan mencantumkan secara jelas waktu, tempat dan format penjelasan lelang (Aanwijzing). 13.3.3. Tujuan penjelasan lelang (Aanwijzing) adalah memberikan penjelasan kepada Peserta Lelang yang terkait dengan prosedur, persyaratan administratif, persyaratan teknis dan persyaratan finansial.
25
13.3.4. Setelah pelaksanaan penjelasan lelang (Aanwijzing), Peserta Lelang dapat menyampaikan pertanyaan-pertanyaan atau tanggapan-tanggapan secara tertulis kepada Panitia Pengadaan tentang Dokumen Permintaan Proposal/RfP pada jangka waktu sesuai dengan dengan Jadwal yang disampaikan oleh Panitia Pengadaan secara tertulis. 13.3.5. Seluruh pertanyaan atau tanggapan dari Peserta Lelang dan jawaban dari Panitia Pengadaan baik dalam proses penjelasan lelang (Aanwijzing) maupun yang disampaikan secara tertulis akan dituangkan dalam berita acara penjelasan lelang (Aanwijzing). Berita acara penjelasan lelang (Aanwijzing) akan disampaikan oleh Panitia Pengadaan kepada seluruh Peserta Lelang. 13.3.6. Agenda penjelasan lelang adalah sebagai berikut: a.
Pembukaan/Pengantar Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan;
b. Penjelasan Dokumen Permintaan Proposal/RfP, meliputi penjelasan mengenai metode pengadaan, tata cara pemasukan Dokumen Penawaran, dokumen yang harus dilampirkan dalam Dokumen Penawaran, tata cara pembukaan Dokumen Penawaran, metode evaluasi penawaran, hal-hal yang dapat menggugurkan penawaran, konsep Perjanjian Kerjasama, besaran, masa berlaku dan pihak yang dapat mengeluarkan Jaminan Penawaran; c.
Tanya/Jawab;
d. Penutup. 13.4. Prosedur Konsultasi 13.4.1. Proses konsultasi dilakukan secara tertutup antara Panitia Pengadaan dengan masing-masing Peserta Lelang dan/atau Perwakilan Resminya. 13.4.2. Peserta Lelang dapat didampingi oleh pihak-pihak yang terkait pada Bagian 13.1 dalam proses konsultasi. 13.4.3. Kecuali jika ditentukan lain, proses konsultasi akan diselenggarakan di Jakarta sesuai dengan Jadwal yang disampaikan oleh Panitia Pengadaan secara tertulis. Panitia Pengadaan akan menyampaikan surat undangan kepada seluruh Peserta Lelang untuk menghadiri proses konsultasi dengan mencantumkan secara jelas waktu, tempat dan format proses konsultasi. Proses konsultasi akan diselenggarakan setelah batas akhir pengajuan tanggapan atas Rancangan Perjanjian Kerjasama. Waktu/durasi yang diberikan kepada masing-masing Peserta Lelang dalam proses konsultasi adalah maksimal selama 3 (tiga) jam. 26
13.4.4. Maksud dari proses konsultasi adalah untuk memberikan kesempatan kepada Peserta Lelang untuk menyampaikan tanggapan dan mendiskusikan Dokumen Permintaan Proposal dan Rancangan Perjanjian Kerjasama dengan Panitia Pengadaan sebelum penerbitan Adendum/Perubahan Dokumen Permintaan Proposal/RfP dan Adendum/Perubahan Rancangan Perjanjian Kerjasama sebagaimana diatur pada Bagian 12. 13.4.5. Konsultasi untuk Dokumen Permintaan Proposal/RfP dan Rancangan Perjanjian Kerjasama dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali sebagaimana dimaksud dalam Jadwal yang disampaikan oleh Panitia Pengadaan secara tertulis dan bila diperlukan, Panitia Pengadaan dapat mempertimbangkan untuk melakukan konsultasi tambahan. 13.5. Peninjauan Lapangan 13.5.1. Setelah pelaksanaan penjelasan lelang, apabila diperlukan, Panitia Pengadaan bersama-sama dengan Peserta Lelang dapat mengunjungi dan meninjau lokasi Proyek dan lingkungan sekitarnya serta memperoleh segala informasi yang dianggap perlu dalam rangka menyiapkan Dokumen Penawaran. 13.5.2. Pelaksanaan peninjauan lokasi proyek dan lingkungan sekitarnya merupakan hak yang biaya dan resikonya sepenuhnya dibebankan kepada Peserta Lelang. Panitia Pengadaan tidak mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi atau menyediakan akses untuk meninjau ke lokasi, baik yang terdapat maupun tidak terdapat dalam Data Room.
14. Klarifikasi dan Adendum/Perubahan Dokumen Permintaan Proposal 14.1. Klarifikasi Setiap Peserta Lelang yang memiliki pertanyaan atau memerlukan informasi tambahan sehubungan dengan Dokumen Permintaan Proposal/RfP ini dapat menyampaikan permintaan klarifikasi kepada Panitia Pengadaan secara tertulis dan ditandatangani oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang yang disampaikan secara langsung, melalui email atau faksimili. 14.1.1. Panitia Pengadaan akan menetapkan batas akhir waktu untuk permintaan klarifikasi secara tertulis kepada Peserta Lelang. 14.1.2. Panitia Pengadaan dapat memberikan jawaban secara tertulis atas setiap permintaan klarifikasi dari Peserta Lelang yang akan disampaikan melalui situs website atau melalui surat maupun email kepada masing-masing Peserta Lelang. Panitia Pengadaan tidak memiliki kewajiban untuk menanggapi setiap permintaan klarifikasi dari Peserta Lelang.
27
14.1.3. Tanggapan atau jawaban dari Panitia Pengadaan selain yang disampaikan sesuai dengan ketentuan Bagian 14.1 ini, dianggap tidak sah. 14.2. Adendum/Perubahan 14.2.1. Panitia Pengadaan atas kewenangannya dapat mengubah, menghapus, memodifikasi, atau menambah setiap bagian dari Dokumen Permintaan Proposal/RfP ini dalam bentuk adendum/perubahan yang kemudian disampaikan kepada seluruh Peserta Lelang. 14.2.2. Peserta Lelang harus dengan segera memberikan konfirmasi kepada Panitia Pengadaan melalui email atau faksimili sebagai bukti penerimaan adendum/perubahan Dokumen Permintaan Proposal/RfP. Keterlambatan atau kegagalan Peserta Lelang dalam menyampaikan konfirmasi tersebut tidak membebaskan Peserta Lelang untuk tidak memenuhi syarat dan ketentuan adendum/perubahan Dokumen Permintaan Proposal tersebut. 14.2.3. Dalam rangka memberikan waktu yang wajar bagi Peserta Lelang untuk menyesuaikan dengan syarat dan ketentuan adendum/perubahan Dokumen Permintaan Proposal/RfP, Panitia Pengadaan dapat, atas kewenangan dan kebijakannya sendiri, memperpanjang batas akhir Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran dimana semua hak dan kewajiban Peserta Lelang menurut batas akhir sebelumnya, dengan demikian juga menjadi diperpanjang. Panitia Pengadaan memberitahukan perpanjangan batas akhir ini kepada seluruh Peserta Lelang secara tertulis. 14.2.4. Panitia Pengadaan berhak, atas kebijakannya sendiri, untuk menerima atau menolak Dokumen Penawaran, yang dianggap kurang lengkap atau tidak memenuhi persyaratan yang tercantum dalam Lampiran B.1 atau untuk memberhentikan Proses Pelelangan dan menolak semua Dokumen Penawaran yang disampaikan, tanpa menimbulkan tangung jawab apapun kepada Peserta Lelang atau tidak berkewajiban untuk menginformasikan kepada Peserta Lelang alasan untuk pengambilan keputusan di atas.
15. Tanggung Jawab Peserta Lelang 15.1. Setiap Peserta Lelang harus memeriksa seluruh instruksi, ketentuan dan persyaratan, formulir-formulir, spesifikasi dan informasi lainnya sebagaimana diatur dalam Dokumen Permintaan Proposal/RfP dan seluruh adendum/perubahannya. 15.2. Dengan menyampaikan Dokumen Penawaran maka, Peserta Lelang dianggap telah sepenuhnya memeriksa dan menerima seluruh ketentuan dan persyaratan dalam Adendum/Perubahan Dokumen Permintaan Proposal/RfP dan Adendum/Perubahan Rancangan Perjanjian Kerjasama, termasuk pemahaman mengenai seluruh kondisi yang ada dan telah memperhitungkan segala risiko dan keadaan yang mungkin 28
dapat mempengaruhi biaya pelaksanaan dan penyelesaian Proyek. Kegagalan atau kelalaian dalam mengkaji Proyek secara keseluruhan tidak dapat dijadikan alasan bagi Peserta Lelang untuk membebaskannya dari pertanggungjawaban atas isi Dokumen Penawaran tersebut, baik pada tahap penawaran maupun pada tahap pelaksanaan Proyek (apabila Peserta Lelang tersebut ditetapkan sebagai Pemenang Lelang). 15.3. Jika Peserta Lelang tidak melakukan due diligence secara menyeluruh termasuk melakukan peninjauan tapak,akses jalan masuk ke lokasi Proyek, kondisi permukaan tanah yang berkaitan, penggunaan lahan di sekitar lokasi Proyek dan lainnya, hal tersebut tidak dapat dijadikan alasan bagi Peserta Lelang untuk mengubah Dokumen Penawarannya di kemudian hari, atau melepaskan Peserta Lelang atau Badan Usaha Pelaksana dari tanggung jawab untuk menghitung dan mempertimbangkan kesulitan atau biaya untuk melaksanakan penyelesaian Proyek. Lebih lanjut, Dokumen Penawaran Finansial Peserta Lelang tidak dapat disesuaikan dengan alasan apapun pada saat penyelesaian Perjanjian Kerjasama pada saat pelaksanaan Proyek. 15.4. Apabila Peserta Lelang tidak dapat menyampaikan seluruh dokumen dan informasi sebagaimana disyaratkan oleh Dokumen Permintaan Proposal ini atau menyampaikan Dokumen Penawaran yang secara substansi tidak sesuai dengan ketentuan dan persyaratan, maka tindakan tersebut merupakan tanggung jawab Peserta Lelang, dan Panitia Pengadaan atas kebijakannya, dapat menentukan bahwa Dokumen Penawaran tersebut tidak sesuai dengan persyaratan dalam Dokumen Permintaan Proposal/RfP ini, dan Dokumen Penawaran tersebut dapat didiskualifikasi. 15.5. Peserta Lelang tidak dapat mengubah atau menyesuaikan Dokumen Penawaran yang telah disampaikan kepada Panitia Pengadaan setelah batas akhir pemasukan penawaran. 15.6. Peserta Lelang dianggap telah mengerti terhadap semua peraturan perundangundangan di Indonesia, keputusan-keputusan, dan pedoman-pedoman baik lokal maupun nasional, yang dapat mempengaruhi atau berlaku untuk Proyek. 15.7. Peserta Lelang tidak boleh mengundurkan diri apabila telah menyampaikan Dokumen Penawaran dan Dokumen Penawaran tersebut telah diterima oleh Panitia Pengadaan setelah batas akhir pemasukan penawaran.
C. PENYIAPAN DOKUMEN PENAWARAN 16. Bahasa dan Mata Uang 16.1. Dokumen Penawaran dan seluruh korespondensi yang disampaikan oleh Peserta Lelang kepada Panitia Pengadaan wajib ditulis dalam Bahasa Indonesia. Dokumen 29
pendukung dan dokumen lainnya yang diberikan oleh Peserta Lelang dalam Dokumen Penawaran dapat dibuat dalam bahasa lain, dengan ketentuan bahwa dokumen-dokumen tersebut disertai dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia. Dokumen pendukung dan dokumen lainnya yang tidak disertai dengan terjemahan dalam Bahasa Indonesia tidak dipertimbangkan. Dalam hal terdapat perbedaan, maka versi Bahasa Indonesia yang berlaku. 16.2. Berdasarkan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang (UU 7/2011) disebutkan bahwa setiap transaksi keuangan yang dilakukan di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib menggunakan mata uang Rupiah. Peserta Lelang harus menggunakan mata uang Rupiah dalam setiap rencana keuangan yang dilampirkan dalam Dokumen Penawaran.
17. Struktur dan Isi Dokumen Penawaran 17.1. Umum 17.1.1. Dokumen Penawaran yang disampaikan oleh masing-masing Peserta Lelang terdiri dari: a. Sampul I (“Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis”);
b. Sampul II (“Dokumen Penawaran Finansial”). 17.1.2. Peserta Lelang dalam mempersiapkan Dokumen Penawaran harus mengisi seluruh kolom kosong dan informasi yang diminta dalam formulir-formulir yang tercantum dalam Lampiran D dan Lampiran E Dokumen Permintaan Proposal/RfP ini. 17.1.3. Dokumen Penawaran yang tidak terbaca atau terdapat suatu koreksi, penghilangan, perubahan, tambahan, peniadaan, atau perbedaan di dalamnya dapat ditolak, kecuali penghilangan, perubahan, tambahan tersebut diparaf oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang dan dilakukan sebelum atau pada saat pemasukan Dokumen Penawaran. Peserta Lelang tidak dapat meminta untuk dilakukannya koreksi atau perubahan setelah batas akhir pemasukan Dokumen Penawaran. 17.1.4. Peserta Lelang harus mengikuti ketentuan susunan Dokumen Penawaran sekurang-kurangnyaseperti yang tercantum di dalam outline Dokumen Penawaran, sebagaimana tercantum dalam Lampiran G Dokumen Permintaan Proposal/RfP. 17.2. Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis – Isi Sampul I 17.2.1. Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis/Sampul I berisi lembarlembar yang tercantum dalam Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis 30
ISI SAMPUL I Lembar 1 Lembar 2 Lembar 3 Lembar 4 Lembar 5 Lembar 6 Lembar 7 Lembar 8
Surat Penawaran Surat Jaminan Penawaran Pakta Integritas Surat Kuasa Surat Kerahasiaan Penawaran Teknis Rancangan Perjanjian Kerjasama Perjanjian Konsorsium
17.2.2. Isi Sampul I diuraikan sebagai berikut: a. Surat Penawaran Peserta Lelang wajib menyampaikan Surat Penawaran dalam bentuk sebagaimana dimaksud dalam Lembar D.1. Surat Penawaran harus ditandatangani oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang. b. Surat Jaminan Penawaran Pada Lembar D.2, Peserta Lelang wajib menyerahkan Jaminan Penawaran sebesar Rp 2.000.000.000,- (Dua Milyar Rupiah) yang diterbitkan oleh Pihak Penerbit Jaminan. Surat Jaminan Penawaran tersebut harus disampaikan dalam bentuk sebagaimana ditetapkan pada Lembar D.2. Jaminan Penawaran sekurang-kurangnya harus berlaku selama 180 (seratus delapan puluh) hari. Sebelum berakhirnya Masa Berlaku Jaminan Penawaran yang ditetapkan, Panitia Pengadaan dapat meminta secara tertulis kepada satu atau lebih Peserta Lelang yang telah memenuhi persyaratan untuk memperpanjang masa berlaku Jaminan Penawarannya. Apabila Peserta Lelang tersebut menerima permintaan perpanjangan tersebut, maka dalam jangka waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) Hari Kerja sebelum masa berlaku Jaminan Penawaran habis, Peserta Lelang tersebut harus menyampaikan kepada Panitia Pengadaan Jaminan Penawaran yang telah diperpanjang. Apabila dalam jangka waktu 10 (sepuluh) Hari Kerja sejak tanggal permintaan perpanjangan dari Panitia Pengadaan, Peserta Lelang tersebut menolak atau tidak menyerahkan Jaminan Penawaran, maka Peserta Lelang tersebut akan didiskualifikasi dalam Proses Pelelangan selanjutnya dan Jaminan Penawaran dikembalikan kepada Peserta Lelang. Apabila Masa Berlaku Penawaran diperpanjang sesuai dengan Bagian 18, maka Jaminan Penawaran harus diperpanjang sesuai dengan perpanjangan 31
Masa Berlaku Penawaran dengan prosedur perpanjangan yang sama dengan Perpanjangan Pertama. Setiap Dokumen Penawaran yang tidak disertai dengan Jaminan Penawaran akan didiskualifikasi dan dinyatakan gugur dengan alasan bahwa tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Jaminan Penawaran dengan masa berlaku yang kurang dari 180 (seratus delapan puluh) hari akan dinyatakan gugur dengan alasan tidak sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Jaminan Penawaran dari Peserta Lelang yang gagal menjadi Pemenang Lelang akan dikembalikan kepada Peserta Lelang tidak lebih dari 10 (sepuluh) Hari Kerja setelah penandatanganan Perjanjian Kerjasama oleh Badan Usaha Pelaksana. Jaminan Penawaran Pemenang Lelang akan dikembalikan segera, tidak lebih dari 10 (sepuluh) Hari Kerja setelah PJPK mengkonfirmasikan bahwa Jaminan Pelaksanaan yang disampaikan Badan Usaha Pelaksana telah sesuai dengan persyaratan Perjanjian Kerjasama. Jaminan Penawaran akan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan disetor ke Kas Negara tanpa ada pemberitahuan, permintaan, atau proses hukum lainnya kepada Peserta Lelang yang bersangkutan, jika terjadi salah satu kondisi di bawah ini: i.
Dengan pengecualian diatas, Peserta Lelang menarik kembali Dokumen Penawarannya selama Masa Berlaku Penawaran; atau
ii.
Dokumen Penawaran Peserta Lelang diketahui berisi pernyataan palsu atau terdapat kekeliruan atau kelalaian;
iii. Dalam hal Pemenang Lelang, tidak menandatangani Perjanjian Kerjasama dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari Kerja sejak penerbitan Surat Penetapan Pemenang Lelang, tanpa ada persetujuan tertulis dari Panitia Pengadaan dan berdasarkan ketentuan di Bagian 34.3;
c. Pakta Integritas Seluruh anggota konsorsium wajib menandatangani Pakta Integritas sesuai dengan Lembar D.3. Dokumen Permintaan Proposal ini. d. Surat Kuasa Peserta Lelang harus menyampaikan Surat Kuasa dalam bentuk sebagaimana dimaksud dalam Lembar D.4. Dokumen Permintaan Proposal ini, disertai dengan dokumen-dokumen terkait yang menyatakan kewenangan untuk memberikan kuasa kepada 1 (satu) 32
orang Perwakilan Resmi Peserta Lelang (contoh: keputusan Direksi, Anggaran Dasar Perusahaan sebagaimana diperlukan). Surat Kuasa harus menyebutkan secara spesifik Perwakilan Resmi Peserta Lelang untuk menandatangani Dokumen Penawaran dan tidak dapat ditarik kembali serta mengikat bagi Peserta Lelang dalam segala hal yang berhubungan dengan Proses Pelelangan selama Masa Berlaku Dokumen Penawaran. Peserta Lelang yang berbentuk konsorsium, dalam menyusun Surat Kuasa, harus mengikuti ketentuan tambahan sebagai berikut: i.
Pemberian wewenang kepada Perwakilan Resmi Peserta Lelang harus dibuktikan dengan Surat Kuasa yang ditandatangani oleh setiap anggota konsorsium Peserta Lelang.
ii.
Perwakilan Resmi Peserta Lelang harus memiliki wewenang untuk menerima instruksi untuk dan atas nama setiap dan semua anggota konsorsium, menyampaikan Jaminan Penawaran atas nama konsorsium, dan berwenang untuk menandatangani Perjanjian Kerjasama atas nama Badan Usaha Pelaksana.
iii. Surat Kuasa yang ditandatangani oleh setiap anggota konsorsium harus disertai dengan dokumen-dokumen terkait yang menyatakan kewenangan untuk memberikan kuasa kepada Perwakilan Resmi Peserta Lelang, seperti risalah keputusan rapat direksi dari masingmasing anggota konsorsium, Anggaran Dasar Perusahaan, sebagaimana diperlukan, yang menyebutkan keputusannya untuk: a) berpartisipasi dalam Tahap Penawaran Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan; b) melakukan penyertaan modal/saham dalam Badan Usaha Pelaksana jika ditetapkan sebagai Pemenang Lelang; dan c)
memberikan kuasa kepada pihak yang akan menandatangani perjanjian konsorsium untuk dan atas nama perusahaan.
e. Surat Kerahasiaan Peserta Lelang wajib menyampaikan Surat Kerahasiaan dalam bentuk sesuai dengan Lembar D.5. Dokumen Permintaan Proposal ini. Surat Kerahasiaan harus ditandatangani oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang. Lembar Surat Kerahasiaan dalam Lembar D.5. harus digunakan oleh Peserta Lelang dalam membuat Surat Kerahasiaan dalam rangka permintaan akses Pusat Data yang ditandatangani oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang. 33
f. Penawaran Teknis Pada Lembar D.6, masing-masing Peserta Lelang harus menyampaikan pendekatan, metodologi, teknologi yang akan digunakan dan usulan desain teknis, yang sesuai dengan persyaratan Spesifikasi Desain dan Teknis sebagaimana diatur pada Rancangan Perjanjian Kerjasama. g. Rancangan Perjanjian Kerjasama yang telah diparaf Pada Lembar D.7, Peserta Lelang harus menyampaikan salinan Rancangan Perjanjian Kerjasama yang telah diparaf oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang pada setiap halaman yang menunjukkan penerimaan syarat dan ketentuan akhir dari Perjanjian Kerjasama. h. Perjanjian Konsorsium Pada Lembar D.8, Peserta Lelang harus menyampaikan Perjanjian Konsorsium yang telah ditandatangani dan disertai dengan Persetujuan dari Direksi dalam suatu rapat Direksi sesuai dengan Anggaran Dasar dari masing-masing anggota konsorsium (yakni dari masing-masing perusahaan atau anggota konsorsium yang menyetujui investasi untuk Proyek).
17.3. Dokumen Penawaran Finansial – Isi Sampul II 17.3.1. Sampul II terdiri dari 2 (dua) bagian yang masing-masing disampul dan disegel secara terpisah, yaitu: a.
Sampul II.A. berisi penawaran biaya yang telah dilengkapi, sebagaimana ditentukan pada Lembar E.1 Dokumen Permintaan Proposal ini;
b. Sampul II.B. berisi informasi mengenai rencana pembiayaan sebagaimana dipersyaratkan pada Lembar E.2 dan model keuangan sebagaimana dipersyaratkan dalam Lembar E.3 Dokumen Permintaan Proposal ini. 17.3.2. Dokumen Penawaran Finansial Peserta Lelang akan dievaluasi sesuai dengan parameter untuk Dokumen Penawaran Finansial Peserta Lelang yang diatur pada Lampiran B. 17.4. Ketentuan Legalisasi/Konsularisasi Sesuai dengan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 09/A7KP/XII/2006/01, setiap dokumen yang diterbitkan dan ditandatangani di luar negeri dan akan dipergunakan di wilayah Indonesia, wajib dilegalisasi/dikonsularisasi oleh Kementerian Kehakiman dan/atau Kementerian Luar Negeri Negara tersebut dan Perwakilan Resmi Republik Indonesia di Negara tersebut. 34
18. Masa Berlaku Dokumen Penawaran 18.1. Dokumen Penawaran berlaku selama Masa Berlaku Penawaran. Peserta Lelang yang mengajukan Dokumen Penawaran dengan masa berlaku kurang dari Masa Berlaku Penawaran yang ditetapkan akan dianggap sebagai Peserta Lelang yang tidak mengikuti persyaratan yang telah ditentukan, dan Peserta Lelang tersebut akan didiskualifikasi. Sebelum berakhirnya Masa Berlaku Penawaran yang ditetapkan, Panitia Pengadaan dapat meminta kepada satu atau lebih Peserta Lelang Yang Memenuhi Persyaratan untuk memperpanjang masa berlaku Dokumen Penawarannya. Permintaan dan tanggapan untuk perpanjangan tanggal berlaku sebagaimana telah ditetapkan harus dibuat secara tertulis, dengan ketentuan jika Peserta Lelang Yang Memenuhi Persyaratan tersebut tidak memberikan tanggapan tertulis atas permintaan Panitia Pengadaan dalam waktu 10 (sepuluh) Hari Kerja sejak diterimanya permintaan tersebut, Peserta Lelang Yang Memenuhi Persyaratan akan dianggap telah menyetujui permintaan perpanjangan. Namun, Peserta Lelang Yang Memenuhi Persyaratan dapat secara tegas menolak permintaan tersebut. Jika Peserta Lelang Yang Memenuhi Persyaratan menolak permintaan perpanjangan, Peserta Lelang tersebut akan didiskualifikasi dalam Proses Pelelangan selanjutnya. Peserta Lelang Yang Memenuhi Persyaratan tersebut setuju atau dianggap telah menyetujui permintaan tidak akan diizinkan untuk merubah Dokumen Penawaran, namun akan diminta memperpanjang masa berlaku Jaminan Penawarannya. Ketentuanketentuan pada Bagian 17.2.2.b di atas mengenai pelepasan dan peniadaan Jaminan Penawaran tetap berlaku selama masa perpanjangan berlakunya Dokumen Penawaran.
D. PEMASUKAN DOKUMEN PENAWARAN 19. Format dan Penandatanganan Dokumen Penawaran 19.1. Peserta Lelang harus menyiapkan 1 (satu) set Sampul I Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis yang masing-masing terdiri dari: a) 1 (satu) dokumen asli, yang secara jelas diberi tanda “Asli/Original”; b) 4 (empat) salinan, yang secara jelas diberi tanda “Salinan/Copy”; dan c) 2 (dua) salinan elektronik dalam bentuk flashdrive/USB (Universal Serial Bus) dengan format PDF. Dalam hal terjadi perbedaan antara dokumen asli dan dokumen salinan (termasuk salinan elektronik) maka dokumen asli yang akan berlaku.
35
19.2. Peserta Lelang harus menyampaikan 1 (satu) set Sampul II Dokumen Penawaran Finansial yang masing-masing terdiri dari: a) 1 (satu) dokumen asli yang secara jelas diberi tanda “Asli/Original”; dan b) 4 (empat) salinan, yang secara jelas diberi tanda “Salinan/Copy”. c) 2 (dua) salinan elektronik dalam bentuk flashdrive/USB (Universal Serial Bus) dengan format PDF. d) File microsoft excel untuk Model Perhitungan Penawaran Finansial dengan formula yang tidak dikunci sesuai Lampiran B.3. Dalam hal terjadi perbedaan antara dokumen asli dan dokumen salinan (termasuk salinan elektronik) maka dokumen asli yang akan berlaku.
19.3. Apabila Dokumen Penawaran terdiri dari lebih dari 1 (satu) volume, Peserta Lelang harus secara jelas memberi nomor pada semua volume Dokumen Penawaran dan memberi indeks dalam daftar isi pada setiap volumenya. 19.4. Dokumen Penawaran harus diketik dengan ukuran huruf 12 pada kertas A4 (dapat disesuaikan, apabila diperlukan) dengan setiap lembar diparaf oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang. Surat Penawaran Administrasi dan Teknis dan Surat Penawaran Finansial masing-masing akan ditandatangani oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang dan masing-masing dibubuhi meterai Rp. 6.000 (Enam Ribu Rupiah). 19.5. Terhadap Dokumen Penawaran yang telah disampaikan, setelah batas akhir pemasukan penawaran, tidak boleh dilakukan suatu koreksi, baik yang berupa perubahan, penghilangan, tambahan, atau peniadaan. 19.6. Setiap Peserta Lelang atau setiap anggota konsorsium tidak diperkenankan mengajukan lebih dari 1 (satu) Dokumen Penawaran. Setiap Peserta Lelang atau setiap anggota konsorsium tidak diperkenankan menjadi Afiliasi dari Peserta Lelang lain, atau anggota dari konsorsium lain, atau Afiliasi dari anggota konsorsium lain. Peserta Lelang atau anggota konsorsium yang melanggar aturan ini akan mengakibatkan Peserta Lelang yang bersangkutan didiskualifikasi oleh Panitia Pengadaan.
20. Penyegelan dan Penandaan 20.1. Penyegelan dan Pemberian Tanda Dokumen Penawaran pada Sampul Luar 20.1.1. Dokumen Penawaran harus disampaikan ke Panitia Pengadaan dalam sampul tertutup atau kotak atau tempat tertutup atau tempat lainnya yang dapat diterima oleh Panitia Pengadaan dan ditujukan kepada Panitia
36
Pengadaan pada alamat yang ditentukan dalam Lembar Data Proses Pelelangan pada Lampiran A. 20.1.2. Sampul luar atau kotak yang berisi Dokumen Penawaran harus dituliskan nama dan alamat Perwakilan Resmi Peserta Lelang untuk memungkinkan Dokumen Penawaran dapat dikembalikan tanpa dibuka jika dinyatakan terlambat atau tidak dapat diterima oleh Panitia. 20.1.3. Sampul luar atau kotak yang disegel harus berisi 2 (dua) sampul yang disegel yang didalamnya masing-masing memuat Sampul I (Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis) dan Sampul II (Dokumen Penawaran Finansial). 20.1.4. Sampul luar harus disegel dan ditandatangani oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang. Jika Dokumen Penawaran tidak disegel dan ditandatangani sesuai dengan ketentuan Bagian ini, Panitia Pengadaan dapat mendiskualifikasikan Peserta Lelang dengan alasan bahwa tidak mengikuti persyaratan yang telah ditentukan dan tidak bertanggungjawab atas setiap kesalahan dalam penempatan atau pembukaan Dokumen Penawaran. 20.1.5. Sampul luar yang berisi Dokumen Penawaran harus memuat kalimat atau tanda berikut dalam huruf tebal:
[Masukkan Nama Penerima dan Alamat sesuai Lembar Data Penawaran] JANGAN DI BUKA SEBELUM PUKUL ...., [Masukkan Tanggal dan Waktu Penyerahan Penawaran sesuai Lembar Data Penawaran] PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH-BADAN USAHA PENGELOLA PRASARANA KERETA API RINGAN (LIGHT RAIL TRANSIT) DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DOKUMEN PENAWARAN DIAJUKAN OLEH: [Masukkan Nama Peserta Lelang] Ttd. [Perwakilan Resmi Peserta Lelang]
20.2. Tanda Pada Sampul Dalam 20.2.1. Sampul I Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis terdiri dari 1 (satu) set dalam segel terpisah sesuai ketentuan dalam bagian 19.1, harus memuat kalimat atau tanda berikut dalam huruf tebal: [Masukkan Nama Penerima dan Alamat sesuai Lembar Data Penawaran] 37
JANGAN DI BUKA SEBELUM TANGGAL PEMBUKAAN DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH-BADAN USAHA PENGELOLA PRASARANA KERETA API RINGAN (LIGHT RAIL TRANSIT) DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS DIAJUKAN OLEH: [Masukkan Nama Peserta Lelang] Ttd. [Perwakilan Resmi Peserta Lelang] 20.2.2. Set pertama Sampul I harus berisi Jaminan Penawaran yang dikeluarkan oleh bank yang memiliki kegiatan usaha di Republik Indonesia yang asli dan salinannya. 20.2.3. Sampul II Dokumen Penawaran Finansial yang terdiri dari 1 (satu) set, sesuai ketentuan 19.2 dan harus diberi tanda sebagai berikut: [Masukkan Nama Penerima dan Alamat sesuai Lembar Data Penawaran] JANGAN DI BUKA SEBELUM TANGGAL PEMBUKAAN DOKUMEN PENAWARAN FINANSIAL PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH-BADAN USAHA PENGELOLA PRASARANA KERETA API RINGAN (LIGHT RAIL TRANSIT) DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DOKUMEN PENAWARAN FINANSIAL DIAJUKAN OLEH: [Masukkan Nama Peserta Lelang] Ttd. [Perwakilan Resmi Peserta Lelang]
21. Batas Akhir Pemasukan Penawaran 21.1. Semua Dokumen Penawaran harus disampaikan dan diterima di alamat sekretariat Panitia Pengadaan pada Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran. Pemasukan Dokumen Penawaran harus disampaikan sendiri kepada Panitia Pengadaan sesuai alamat sebagaimana ditentukan pada Lampiran A Lembar Data Proses Pelelangan. 21.2. Dokumen Penawaran yang dikirim hanya diterima dan disampaikan secara langsung. Dokumen Penawaran yang dikirim melalui pos, faksimili, surat elektronik, teleks, telegram atau dengan cara apapun, selain disampaikan secara langsung tidak akan diterima.
38
21.3. Panitia Pengadaan dapat memperpanjang batas waktu pemasukan Dokumen Penawaran dengan mengeluarkan adendum/perubahan sesuai dengan Bagian 14.2 Dokumen Permintaan Proposal/RfP ini. 21.4. Setiap Dokumen Penawaran yang disampaikan di luar tanggal dan waktu pemasukan Dokumen Penawaran sebagaimana dimaksud dalam Lampiran A Lembar Data Proses Pelelangan ini akan didiskualifikasi atau tidak diterima oleh Panitia Pengadaan tanpa memperhatikan alasan apapun. 21.5. Kegagalan pemasukan Dokumen Penawaran pada Batas Akhir Waktu Pemasukan
sebagaimana diatur dalam Bagian 21.1 maka Peserta Lelang dinyatakan diskualifikasi dari Proses Pelelangan. E. PEMBUKAAN DAN EVALUASI DOKUMEN PENAWARAN 22. Pembukaan Penawaran 22.1. Setiap Dokumen Penawaran akan diberi nomor sesuai dengan urutan waktu penerimaan dan akan diberikan cap sebagai penandaan waktu penerimaan Dokumen Penawaran. Selain itu, penerimaan masing-masing Dokumen Penawaran akan dicatat dalam daftar penerimaan (“Daftar Penerimaan”). Daftar Penerimaan terdiri dari tanggal, waktu, dan nama Peserta Lelang yang menyampaikan Dokumen Penawaran. Segera setelah Dokumen Penawaran disampaikan, Dokumen Penawaran tersebut akan disimpan ditempat yang aman sampai waktu pembukaan. 22.2. Pada waktu yang ditentukan di Tanggal Pemasukan Dokumen Penawaran, Panitia Pengadaan mengumumkan bahwa batas waktu untuk pemasukan Dokumen Penawaran telah berakhir. Panitia Pengadaan kemudian memulai proses pembukaan dengan mengumumkan nama Peserta Lelang yang telah memasukkan Dokumen Penawaran dan perincian lainnya yang dianggap perlu oleh Panitia Pengadaan. Pembukaan Dokumen Penawaran dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Perwakilan Resmi Peserta Lelang yang hadir dalam proses pembukaan Dokumen Penawaran. Apabila tidak ada Perwakilan Resmi Peserta Lelang yang hadir, Panitia Pengadaan menunda pembukaan sampai waktu yang telah ditentukan. Jika setelah waktu yang ditentukan tersebut tidak ada Perwakilan Resmi Peserta Lelang yang hadir, pembukaan Dokumen Penawaran dilakukan dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang yang bukan merupakan anggota dari Panitia Pengadaan, yang ditunjuk secara tertulis oleh Panitia Pengadaan. 22.3. Panitia Pengadaan melanjutkan membuka Sampul I dari masing-masing Dokumen Penawaran yang disampaikan, satu per satu, sesuai dengan urutan diterimanya Dokumen Penawaran, dalam sebuah pertemuan terbuka. Perwakilan Resmi Peserta Lelang yang hadir harus menandatangani Daftar Penerimaan sebagai bukti kehadiran mereka pada saat pertemuan terbuka tersebut. Panitia Pengadaan memeriksa isi Sampul I masing-masing Dokumen Penawaran untuk memeriksa 39
kelengkapannya berdasarkan daftar yang tersedia di Bagian 17.2.2 di atas. Setelah pembukaan seluruh Sampul I, Panitia Pengadaan harus segera menyiapkan Berita Acara Pembukaan Penawaran. Berita Acara tersebut ditandatangani semua anggota Panitia Pengadaan yang hadir dan para saksi (Perwakilan Resmi Peserta Lelang yang hadir atau saksi yang ditunjuk oleh Panitia Pengadaan sebagaimana dimaksud pada Bagian 22.2 di atas). Berita Acara tersebut kemudian didistribusikan kepada seluruh Perwakilan Resmi Peserta Lelang. Setelah itu, Panitia Pengadaan menutup pertemuan terbuka untuk melaksanakan evaluasi atas Sampul I dari masing-masing Dokumen Penawaran yang diajukan. 22.4. Jika tidak ada Dokumen Penawaran yang memenuhi syarat, Panitia Pengadaan menyatakan Proses Pelelangan gagal dan dapat melakukan lelang ulang terhadap Proyek, atau mengambil tindakan lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
23. Evaluasi Dokumen Penawaran 23.1. Panitia Pengadaan melakukan evaluasi atas Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis (Sampul I) dan Dokumen Penawaran Finansial (Sampul II). 23.2. Evaluasi atas Dokumen Penawaran Administrasi dilakukan dengan sistem gugur. Rincian kriteria evaluasi penawaran dapat dilihat pada Lampiran B.1. 23.3. Evaluasi terhadap Dokumen Penawaran Teknis menggunakan sistem penilaian, dengan batas kelulusan 70 (dalam skala penilaian 1-100) dan bobot 70% . Rincian kriteria evaluasi penawaran dapat dilihat pada Lampiran B.2. 23.4. Evaluasi atas Dokumen Penawaran Finansial menggunakan sistem nilai dengan bobot nilai 30%. Rincian kriteria evaluasi penawaran dapat dilihat pada Lampiran B.3. 23.5. Panitia Pengadaan berhak, atas kebijakannya sendiri, untuk mengabaikan kesalahan-kesalahan minor atau yang tidak bersifat substantial dari Dokumen Penawaran, tanpa menimbulkan tanggung jawab apapun kepada Peserta Lelang atau tidak berkewajiban untuk menginformasikan kepada Peserta Lelang alasan untuk pengambilan keputusan di atas.
24. Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I 24.1. Panitia Pengadaan melakukan Evaluasi atas Dokumen Penawaran Administrasi yang terdapat dalam Sampul I Dokumen Penawaran dengan sistem gugur terhadap pemenuhan persyaratan administrasi.
40
24.2. Selanjutnya terhadap Peserta Lelang yang dinyatakan lulus/memenuhi kualifikasi Administrasi, Panitia Pengadaan akan mengevaluasi Dokumen Penawaran Teknisnya. 24.3. Evaluasi terhadap Penawaran Teknis dilakukan dengan sistem penilaian, yang didasarkan atas kriteria yang tercantum di dalam Lampiran B.2. Dokumen Permintaan Proposal, dengan batas kelulusan 70 (dalam skala penilaian 1-100). 24.4. Apabila Peserta Lelang telah lulus/memenuhi kriteria Dokumen Penawaran Teknis, seperti yang tercantum dalam Lampiran B.2 Dokumen Permintaan Proposal, selanjutnya evaluasi dilakukan terhadap kriteria finansial yang tercantum di dalam Lampiran B.3 Dokumen Permintaan Proposal. 24.5. Sampul I Penawaran Teknis dianggap telah memenuhi persyaratan, apabila secara substansi: a.
Sesuai dengan seluruh syarat, kondisi, dan spesifikasi Dokumen Permintaan Proposal ini tanpa adanya penyimpangan material, pernyataan reservasi atau kondisional yang dapat mempengaruhi ruang lingkup, kualitas atau pelaksanaan Proyek atau dapat membatasi ketentuan-ketentuan dalam Dokumen Permintaan Proposal, hak Panitia Pengadaan, kewajiban Peserta Lelang, dan kewajiban Badan Usaha Pelaksana berdasarkan Perjanjian Kerjasama; dan
b. Dianggap layak secara teknis. Peserta Lelang yang Sampul I-nya yang secara substansi ditentukan memenuhi syarat dipertimbangkan sebagai Peserta Yang Memenuhi Persyaratan. 24.6. Sampul I Penawaran Teknis yang tidak memenuhi persyaratan/tidak lulus ambang batas adalah Sampul I Penawaran Teknis yang secara substansi tidak memenuhi kriteria sebagaimana ditetapkan pada Bagian 24.5 di atas. Dokumen Penawaran Sampul I Penawaran Teknis yang dinyatakan tidak memenuhi persyaratan maka dianggap sebagai Peserta Lelang yang tidak memenuhi persyaratan. 25. Klarifikasi/Verifikasi Dokumen Penawaran 25.1. Selama proses evaluasi terhadap isi Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis, Panitia Pengadaan, atas pertimbangannya sendiri, mengundang Peserta Lelang secara tertulis ke suatu pertemuan untuk memberikan klarifikasi dan/atau paparan dan/atau konfirmasi kepada Panitia Pengadaan. Panitia Pengadaan dapat melakukan kunjungan lokasi ke Proyek sejenis yang dijadikan referensi oleh Peserta Lelang. 25.2. Klarifikasi hanya terbatas pada pemberian penjelasan, konfirmasi dan/atau pemberitahuan dokumen-dokumen pendukung atas informasi dan rencana dalam Dokumen Penawaran, namun tidak termasuk pada penyampaian usulan tambahan atau suatu dokumen baru yang dapat mengubah substansi Dokumen Penawaran. 41
25.3. Peserta Lelang berkewajiban untuk memberikan klarifikasi dan/atau konfirmasi sesuai dengan dengan permintaan Panitia Pengadaan dalam bentuk tertulis. Panitia Pengadaan akan menetapkan batas akhir waktu permintaan klarifikasi dan atau konfirmasi kepada Peserta Lelang. 25.4. Peserta Lelang yang tidak memberikan klarifikasi dan/atau konfirmasi tertulis sebagaimana pada bagian 25.3, maka Panitia Pengadaan akan melakukan evaluasi berdasarkan pemahaman Panitia Pengadaan terhadap Dokumen Penawaran Sampul I dan atau klarifikasi dari pihak lain diluar Panitia Pengadaan. 25.5. Hasil klarifikasi dari Peserta Lelang yang bersangkutan harus dicantumkan dalam Berita Acara Klarifikasi/Konfirmasi yang disusun oleh Panitia Pengadaan sebagai bagian dari Dokumen Penawaran Peserta Lelang. Panita Pengadaan, atas kebijakannya sendiri, memiliki hak untuk melakukan klarifikasi/konfirmasi kepada pihak lain selain Peserta Lelang yang berhubungan dengan informasi yang terdapat dalam Dokumen Penawaran Peserta Lelang. Hasil klarifikasi/konfirmasi kepada pihak lain dimaksud dapat dijadikan bahan pertimbangan Panita Pengadaan dalam pelaksanaan evaluasi Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis. 26. Pemeriksaan dan Penilaian Dokumen Penawaran yang Responsif 26.1. Panitia Pengadaan melakukan pemeriksaan dan penilaian kesesuaian isi Sampul I yang dianggap responsif sesuai dengan ketentuan pada Bagian 24. 26.2. Peserta Lelang yang Sampul I dianggap substansial responsif ditetapkan sebagai Peserta Lelang Yang Memenuhi Persyaratan. 26.3. Apabila dalam proses pemeriksaan dan penilaian sesuai ketentuan pada Bagian 24, Panitia Pengadaan menemukan adanya ketidaksesuaian dalam Sampul I, maka Peserta Lelang yang bersangkutan gugur sehingga tidak akan diikutsertakan dalam tahapan Pelelangan selanjutnya. Peserta Lelang yang menyampaikan Sampul I tidak responsif maka akan ditetapkan sebagai Peserta Lelang yang tidak memenuhi persyaratan. 26.4. Hasil pemeriksaan dan penilaian sesuai ketentuan pada Bagian 24 akan dituangkan dalam sebuah Berita Acara Hasil Lelang dan ditandatangani oleh sedikitnya dua pertiga (2/3) anggota Panitia Pengadaan.
27. Pengumuman Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I 27.1. Panitia Pengadaan mengumumkan hasil evaluasi Dokumen Penawaran Sampul I (Dokumen Administrasi dan Teknis) kepada seluruh Peserta Lelang secara tertulis.
42
27.2. Terkait bagian 22.1 di atas, pengumuman hasil evaluasi dokumen penawaran teknis, bagi Peserta Lelang yang lulus/memenuhi persyaratan, akan dilakukan pemeringkatan, berdasarkan urutan peringkat nilai teknis dimulai dari yang tertinggi. 27.3. Terhadap Peserta Lelang yang gugur dalam evaluasi Dokumen Administrasi dan Teknis, Panitia Pengadaan akan mengembalikan Jaminan Penawaran asli yang bersangkutan setelah dilaksanakannya penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara PJPK dan Badan Usaha Pelaksana. 27.4. Dokumen penawaran Sampul II dan Jaminan Penawaran asli dari Peserta Lelang yang gugur pada evaluasi Sampul I, dikembalikan kepada yang bersangkutan setelah dilaksanakannya penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara PJPK dan Badan Usaha Pelaksana.
28. Evaluasi Dokumen Penawaran Sampul II 28.1. Panitia Pengadaan membuka dan mengevaluasi Sampul II Dokumen Penawaran dari Peserta Lelang Yang Memenuhi Persyaratan sesuai dengan ketentuan pada Bagian 17.3, berdasarkan atas usulan nilai penyediaan layanan jasa infrastruktur yang terendah. 28.2. Panitia Pengadaan membuka Sampul II dalam sebuah pertemuan terbuka pada waktu dan tanggal yang ditentukan dalam Lampiran A Lembar Data Proses Pelelangan atau pada tanggal kemudian yang akan ditentukan oleh Panitia. Wakil dari Peserta Lelang yang hadir wajib menandatangani Daftar Penerimaan sebagai bukti kehadiran mereka. Ketentuan mengenai wakil dari Peserta Lelang dalam pembukaan Sampul I juga berlaku terhadap pembukaan Sampul II. 28.3. Panitia Pengadaan akan melakukan evaluasi bahwa Dokumen Penawaran Finansial yang tercantum dalam Sampul II: a.
Disusun sesuai dengan format yang disyaratkan dalam Lampiran E Dokumen Permintaan Proposal ini;
b. Menggunakan mata uang Rupiah; c.
Mengikat dan tidak merujuk pada persyaratan apapun.
28.4. Dalam hal terdapat ketidaksesuaian antara huruf/terbilang dan angka yang disampaikan maka penyampaian dalam huruf/terbilang yang akan berlaku. 28.5. Atas setiap Dokumen Penawaran Finansial yang tidak sesuai dengan persyaratan Bagian 28.3, Panitia Pengadaan akan mengembalikan Jaminan Penawaran asli kepada Peserta Lelang yang bersangkutan setelah penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara PJPK dan Badan Usaha Pelaksana.
43
29. Koreksi Aritmatik 29.1. Panitia Pengadaan melakukan koreksi aritmatik terhadap Dokumen Penawaran atas kesalahan perhitungan, penjumlahan dan sejenisnya dan selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara Klarifikasi dan Koreksi Aritmatik. 29.2. Penawaran Peserta Lelang akan disesuaikan dengan koreksi atas kesalahan tersebut.
30. Kerahasiaan 30.1. Seluruh informasi yang telah tercakup dalam Surat Kerahasiaan dan seluruh informasi dalam Dokumen Penawaran dianggap rahasia dan tidak boleh diungkapkan kepada pihak lain yang tidak terkait dengan Proses Pelelangan. Peserta Lelang, dengan menyampaikan Dokumen Penawaran, secara tegas telah mengesampingkan unsur kerahasiaan tersebut dan mengizinkan pengungkapan hasil penawaran kepada seluruh Peserta Lelang sesuai dengan Dokumen Permintaan Proposal ini. 30.2. Setiap upaya oleh Peserta Lelang atau salah satu anggota konsorsiumnya atau Afiliasinya untuk mempengaruhi Panitia Pengadaan dalam Proses Pelelangan, akan menyebabkan Dokumen Penawaran Peserta Lelang yang bersangkutan didiskualifikasi/tidak dapat diterima dan Jaminan Penawaran dari Peserta Lelang yang bersangkutan akan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan disetorkan ke Kas Negara. Berita Acara Hasil Pelelangan harus dijaga kerahasiaannya sampai dengan pelaksanaan Perjanjian Kerjasama.
F. PEMENANG LELANG 31. Pengumuman Hasil Pelelangan 31.1. Panitia Pengadaan menyusun Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP), yang merupakan kesimpulan dari hasil evaluasi administrasi, teknis dan finansial, dan ditandatangani oleh paling kurang dua pertiga (2/3) dari jumlah anggota Panitia Pengadaan. 31.2. Berdasarkan BAHP, Panitia Pengadaan menetapkan calon Pemenang Lelang dan 2 (dua) cadangan pemenang (bila ada) berdasarkan hasil evaluasi terhadap Dokumen Penawaran yang dinyatakan memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan pada Bagian Error! Reference source not found. dan Error! Reference source not found.. 31.3. Panitia Pengadaan menyusun dan menyampaikan laporan hasil evaluasi kepada PJPK disertai usulan penetapan Pemenang Lelang dan 2 (dua) cadangan pemenang (bila ada). 44
31.4. PJPK menetapkan Pemenang Lelang dan 2 (dua) cadangan pemenang (bila ada) berdasarkan usulan dari Panitia Pengadaan. 31.5. Berdasarkan penetapan pemenang oleh PJPK, Panitia mengumumkan hasil lelang kepada seluruh Peserta Lelang.
Pengadaan
akan
31.6. Panitia Pengadaan akan mengumumkan Pemenang Lelang dan 2 (dua) cadangan
pemenang (bila ada) serta memberitahukannya kepada seluruh Peserta Lelang. 32. Sanggahan Terhadap Hasil Pelelangan 32.1. Sanggahan hanya dapat disampaikan oleh Peserta Lelang yang memasukkan Dokumen Penawaran. 32.2. Kepada Peserta Lelang yang berkeberatan atas pengumuman pemenang lelang diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis dalam Masa Sanggah, yaitu selama 5 (lima) Hari Kerja setelah pengumuman Pemenang Lelang. 32.3. Sanggahan disampaikan kepada PJPK disertai dengan bukti-bukti terjadinya penyimpangan prosedur pelaksanaan pelelangan. 32.4. PJPK tidak menerima Sanggahan dan bukti pendukung yang disampaikan setelah berakhirnya Masa Sanggah. 32.5. PJPK memeriksa keabsahan dari setiap Sanggahan dan akan menyampaikan jawaban atas Sanggahan secara tertulis kepada Peserta Lelang yang menyampaikan Sanggahan dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) Hari Kerja setelah berakhirnya Masa Sanggah. 32.6. Jawaban PJPK atas Sanggahan bersifat final dan proses Sanggahan tidak dapat menghentikan Proses Pelelangan.
33. Keputusan Pemenang Lelang 33.1. PJPK akan menerbitkan Surat Penetapan Pemenang Lelang kepada Peserta Lelang dengan ketentuan: a.
Tidak ada Sanggahan dari Peserta Lelang; atau
b. Sanggahan yang diterima dalam Masa Sanggah dinyatakan tidak benar oleh PJPK; c.
Masa sanggahan telah berakhir; dan
d. Pemenang lelang sudah memperpanjang surat jaminan penawaran yang berlaku sampai dengan penandatanganan perjanjian kerjasama (apabila masa berlaku jaminan penawaran sudah berakhir).
45
33.2. PJPK menerbitkan Surat Pemenang Lelang selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah proses sanggah selesai; 33.3. Peserta Lelang yang ditetapkan sebagai Pemenang Lelang wajib menerima keputusan PJPK tersebut. Apabila Pemenang Lelang mengundurkan diri setelah diterbitkan Surat Pemenang Lelang dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh PJPK, maka Jaminan Penawarannya dicairkan dan disetor ke Kas Negara oleh Panitia Pengadaan dan pemenang tersebut juga dikenakan sanksi berupa pencantuman dalam Daftar Hitam. Apabila Pemenang Lelang yang ditetapkan mengundurkan diri, maka PJPK dapat menerbitkan Surat Pemenang Lelang kepada pemenang cadangan satu dengan ketentuan: a.
Cadangan pemenang satu tersebut harus terlebih dahulu mendapat penetapan dari PJPK sebagai Pemenang Lelang; b. Surat penawaran dan jaminan penawaran masih berlaku atau jangka waktunya sudah diperpanjang sampai dengan penandatangan perjanjian kerjasama. 33.4. Apabila cadangan pemenang satu yang ditetapkan mengundurkan diri, maka PJPK dapat menerbitkan Surat Pemenang Lelang kepada pemenang cadangan dua dengan ketentuan: a.
Pemenang cadangan tersebut ditetapkan terlebih dahulu sebagai pemenang;
b. Surat penawaran dan jaminan penawaran masih berlaku atau jangka waktunya sudah diperpanjang sampai dengan penandatangan perjanjian kerjasama. 33.5. Apabila semua pemenang mengundurkan diri, maka PJPK menyatakan lelang gagal.
34. Tanggung Jawab Pemenang Lelang 34.1. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) Hari sejak diterbitkannya Surat Penetapan Pemenang Lelang, Pemenang Lelang harus memberitahukan secara tertulis kepada PJPK bahwa Pemenang Lelang telah mendirikan suatu badan hukum yang berfungsi khusus untuk melaksanakan Proyek berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan disertai dokumen-dokumen terkait persyaratan pembentukan suatu badan hukum sebagai bukti telah didirikannya Badan Usaha Pelaksana. Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari tersebut Pemenang Lelang belum dapat mendirikan Badan Usaha Pelaksana dikarenakan suatu hal di luar kendali dari Pemenang Lelang dan alasan tersebut dapat diterima oleh PJPK, maka PJPK dapat memberikan waktu tambahan. 34.2. Perjanjian Kerjasama akan ditandatangani oleh PJPK dan Badan Usaha Pelaksana selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) Hari setelah Penerbitan Surat Penetapan Pemenang Lelang, dengan ketentuan bahwa Badan Usaha Pelaksana telah
46
terbentuk secara hukum, Jaminan Pelaksanaan Tahap I telah diserahkan kepada PJPK, dan semua persyaratan lainnya untuk penandatangan telah terpenuhi. 34.3. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 5 (lima) Hari Kerja sebelum penandatanganan Perjanjian Kerjasama, Pemenang Lelang harus menyerahkan Jaminan Pelaksanaan Tahap I dalam bentuk sebagaimana tercantum dalam Lampiran D.10. Dokumen Permintaan Proposal ini. 34.4. Jaminan Penawaran Pemenang Lelang akan dicairkan oleh Panitia Pengadaan dan disetor kepada Kas Negara tanpa mengurangi hak atau tindakan yang dapat diambil oleh Panitia Pengadaan terhadap Pemenang Lelang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku apabila: a. Pemenang Lelang tidak memberitahukan PJPK atau gagal membentuk Badan
Usaha Pelaksana sebagaimana dimaksud pada Bagian 34.1; atau b. Badan Usaha Pelaksana gagal menyerahkan kepada PJPK Jaminan Pelaksanaan
sebagaimana dimaksud pada Bagian 34.3; atau c. Menolak atau tidak mampu atau gagal menandatangani Perjanjian Kerjasama
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari setelah Penerbitan Surat Penetapan Pemenang Lelang. 34.5. Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 5 (lima) Hari Kerja setelah penandatanganan Perjanjian Kerjasama, Panitia Pengadaan akan mengembalikan semua Jaminan Penawaran kepada para Peserta Lelang.
47
LAMPIRAN A: LEMBAR DATA PROSES PELELANGAN
Informasi pokok tentang Proses Pelelangan Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan sebagai berikut: Nama Proyek Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan Instansi Pemerintah yang Memberikan Pekerjaan
Kementerian Perhubungan,Republik Indonesia
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (“PJPK”)
Menteri Perhubungan, Republik Indonesia
Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan
...., sebagai Ketua Panitia Pengadaan Badan Usaha. Alamat Sekretariat: Alamat : Jl. Medan Merdeka Jakarta 10110 Telepon: 021-... Email : .....
Tanggal Penyampaian Dokumen Penawaran
[sesuai undangan]
Lokasi Penyampaian Dokumen Penawaran
[sesuai undangan]
Lokasi, Waktu dan Tanggal Pembukaan Sampul I
[sesuai undangan]
Lokasi, Waktu dan Tanggal Pembukaan Sampul II
[sesuai undangan]
Bahasa Dokumen Penawaran
Bahasa Indonesia
Nilai Penawaran Biaya
Rp....
A-1
Nilai Jaminan Penawaran
Rp ......,- (.... Rupiah)
Masa Berlaku Penawaran
180 (seratus delapan puluh) Hari sejak Tanggal Penyampaian Dokumen Penawaran
Asli dan Jumlah Salinan Dokumen Penawaran
Satu (1) Asli, 4 (empat) Salinan Tercetak, 2 (dua) Salinan Elektronik (pdf) dalam flashdrive/USB (Universal Serial Bus) masing-masing dalam Bahasa Indonesia file microsoft excel untuk model perhitungan finansial dengan formula yang dapat dilacak masing-masing dalam Bahasa Indonesia.
A-2
LAMPIRAN B: LEMBAR EVALUASI DOKUMEN PENAWARAN
Lembar B.1: Lembar Evaluasi Administrasi Dokumen Penawaran Administrasi yang disampaikan Peserta Lelang akan dievaluasi berdasarkan sistem gugur, dengan kriteria sebagai berikut: No. 1.
2. 3. 4. 5.
6. 7. 8.
9. 10.
Kriteria Administrasi Kelengkapan jumlah dokumen dan bahasa dalam Dokumen Penawaran Peserta Lelang, dalam Bahasa Indonesia: - 1 (satu) asli, 4 (empat) salinan dan - 2 (dua) salinan elektronik dalam bentuk flashdrive/USB (Universal Serial Bus) dengan format PDF. Lembar 1 : Surat Penawaran (ditandatangani oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang/Kuasa) – sesuai Lembar D.1 Lembar 2 : Surat Jaminan Penawaran – (bagi peserta yang berbentuk konsorsium, maka jaminan penawaran mencantumkan nama konsorsium sesuai yang tercantum dalam perjanjian konsorsium) - sesuai Lembar D.2 Lembar 3 : Pakta Integritas (ditandatangani oleh Seluruh Perwakilan Peserta Lelang/Kuasa) – sesuai Lembar D.3 Lembar 4 : Surat Kuasa (untuk surat kuasa yang diterbitkan di luar Indonesia wajib dilegalisasi oleh notaris sesuai dengan yurisdiksi Peserta Lelang dan dikonsularisasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di negara yang bersangkutan) – sesuai Lembar D.4 Lembar 5 : Surat Kerahasiaan – sesuai Lembar D.5 Lembar 6 : Penawaran Teknis (ditandatangani oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang/Kuasa) – sesuai Lembar D.6 Lembar 7 : Rancangan Perjanjian Kerjasama yang telah diparaf (Dokumen yang diparaf hanya yang asli, salinannya tidak perlu diparaf) – sesuai Lembar D.7 Lembar 8 : Perjanjian Konsorsium yang dibuat di hadapan Notaris – sesuai Lembar D.8 Kelengkapan Sampul II: Penawaran Finansial (ditandatangani oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang/Kuasa) – sesuai Lembar E.1, E.2 dan E.3.
B-1
Lembar B.2: Lembar Evaluasi Teknis Dokumen Penawaran Teknis yang disampaikan Peserta Lelang akan dievaluasi berdasarkan pemenuhan kriteria yang meliputi: (i) Konsep dan Metodologi; (ii) Rencana Operasi dan Pemeliharaan; (iii) Strategi Pengelolaan dan Pemantauan Dampak Lingkungan. Evaluasi atas penawaran teknis dilakukan dengan sistem penilaian berdasarkan kriteria evaluasi sebagai berikut: Kriteria Evaluasi Dokumen Penawaran Teknis A. Konsep dan Metodologi 1. Konsep dan Menjelaskan secara umum konsep, pemahaman Metodologi dan metodologi yang akan digunakan dalam Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan sebagaimana Lampiran D. B. Strategi Bisnis 2. Analisis Pasar Sebagaimana Lampiran D dan G, Peserta Lelang menjelaskan analisa pasar termasuk forecasting dan rencana pemasaran properti yang akan dikembangkan selama masa pelaksanaan kerjasama. Rencana pemasaran harus dapat mengidentifikasi/menentukan target pasar, besaran dan potensial market share, yang antara lain meliputi komponen berikut : a. Penyewaan ruang di Statiun (kios) b. Pengelolaan tempat parkir c. Pengelolaan Iklan d. Hotel/perkantoran e. Mal 3. Strategi Bisnis Peserta Lelang harus dapat menjelaskan strategi bisnis yang harus dilakukan untuk mencapai target market share yang dibedakan atas segmen pasar pada masing-masing komponen yang akan dikembangkan pada bagian B.2 di atas sebagaimana yang tercantum di dalam Lampiran D dan G. C. Rencana Operasi dan Pemeliharaan 4. Jadwal dan Sebagaimana Lampiran D dan G, Peserta Lelang Tahapan menyampaikan Jadwal dan Tahapan Operasi dan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana LRT yang paling tidak Pemeliharaan mencakup hal sebagai berikut: Sistem – Rencana operasional bangunan/ruang
Bobot (%)
B-2
– – – –
Rencana pengetesan hasil kegiatan Rencana pemeliharaan dan restorasi Rencana pelatihan SDM Rencana Organisasi operasional & pemeliharaan – Rencana kualifikasi personil untuk pelaksanaan operasional & pemeliharaan – Rencana K3 (Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan organisasinya 5. Metode Sebagaimana Lampiran D dan G, Peserta Lelang Pelaksanaan paling tidak menyampaikan metode pelaksanaan Operasi dan operasi dan pemeliharaan untuk sistem sebagai Pemeliharaan berikut: – Prosedur operasional – Posedur pemeliharaan dan restorasi – Prosedur pengelolaan keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja – Inventarisasi alat, peralatan dan suku cadang – Manajemen SDM – Penyediaan dukungan teknis lainnya D.Pengembangan Ekonomi Lokal 6. Peluang Bisnis Sebagaimana Lampiran D dan G, Peserta Lelang dan menjelaskan pelibatan perusahaan lokal dalam Kesempatan pengusahaan prasarana LRT dan juga penyediaan Kerja kesempatan kerja bagi masyarakat lokal, terutama dalam operasi dan pemeliharaan Prasarana LRT. 7. Pelatihan Sebagaimana Lampiran D dan G, Peserta Lelang menjelaskan tingkat keahlian dan teknologi yang akan di transfer kepada masyarakat lokal termasuk apabila diperlukan pelatihan bagi masyarakat lokal 8. Pengembangan Sebagaimana Lampiran D dan G, Peserta Lelang Ekonomi Lokal menjelaskan komitmen untuk pengembangan ekonomi lokal. E.Strategi Pengelolaan dan Pemantauan Dampak Lingkungan 9. Rencana Sebagaimana Lampiran D dan G, Peserta Lelang Pengelolaan menyampaikan upaya pengelolaan dan dan pemantauan lingkungan untuk mengantisipasi dan Pemantauan mencegah dampak yang muncul dari Proyek dan Lingkungan metoda pengawasan dan pengelolaan lingkungan dalam setiap tahapan kegiatan pelaksanaan Proyek
B-3
Lembar B.3: Lembar Evaluasi Finansial Dokumen Penawaran Finansial mengikat dan tidak merujuk pada persyaratan apapun, dan harus menggunakan mata uang Rupiah. Dokumen Penawaran Finansial akan diperiksa kelengkapannya, yang harus mencakup sebagai berikut:
1. Evaluasi Penawaran Biaya (lihat Lembar E.1 yang harus dilengkapi oleh Peserta Lelang) Evaluasi terhadap penawaran finansial akan didasarkan pada penawaran biaya Peserta Lelang.
2. Evaluasi Rencana Pembiayaan Proyek - (Lihat Tabel E.2 Untuk Lembar Yang Harus Dilengkapi Oleh Peserta Lelang) Rencana Pembiayaan Proyek akan dievaluasi untuk memastikan validitas penawaran biaya jasa ketersediaan layanan. Rencana Pembiayaan Proyek dievaluasi berdasarkan kriteria sebagai berikut: No. 1 2
Kriteria Minimum 20% (dua puluh persen) dari total pembiayaan harus dibiayai dari ekuitas dan sisanya 80% (delapan puluh persen) berupa pinjaman Surat Komitmen dengan lembar persyaratan (term sheets) dari Lembaga Kredit Ekspor, Sumber-Sumber Komersial dan/atau Sumber-Sumber Multilateral dan/atau lembaga-lembaga keuangan yang memverifikasi, memberikan komitmen, menegaskan kesediaan untuk mengadakan atau menjamin atau menyatakan keyakinan dalam menyediakan pembiayaan dalam bentuk pinjaman yang disebutkan dalam Lembar B.3 dan Lembar E.2 (Tabel E-2). Dokumen ini juga perlu menyebutkan periode pengembalian pinjaman dan suku bunga (tetap atau berubah-ubah) yang berlaku bagi komitmen pembiayaan tersebut atau indikatif term sheets yang menegaskan keinginan untuk mendanai proyek selama dapat disetujui oleh komite kredit lembaga keuangan.
3. Evaluasi Model Finansial - (lihat Lembar E.3 untuk informasi yang harus dilengkapi oleh Peserta Lelang) Evaluasi Penawaran Finansial juga akan dilakukan dengan memeriksa model finansial yang disusun oleh Peserta Lelang guna memastikan validitas penawaran biaya jasa ketersediaan layanan. Sebagaimana diminta dalam Lembar E.3, evaluasi ini meliputi: a.
Daftar asumsi yang digunakan dalam penyiapan model finansial untuk Capital Expenditure sesuai rincian rencana investasi yang digunakan pada model finansial
B-4
dan harus konsisten dengan Daftar Kuantitas yang disampaikan pada penawaran teknis di Sampul I b. Daftar asumsi yang digunakan dalam penyiapan biaya Operational Expenditure c. Metode yang digunakan dalam penetapan tingkat pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana d. Asumsi yang digunakan dalam model finansial seperti tingkat suku bunga pinjaman dan jangka waktu pinjaman e. Proyeksi Laba (rugi) Badan Usaha Pelaksana f. Proyeksi Arus Kas Badan Usaha Pelaksana g. Proyeksi Neraca Badan Usaha Pelaksana h. Proyeksi perhitungan pembayaran utang dan bunga i. Perhitungan nilai diskonto Proyek termasuk Financial NPV; dan j. Rasio keuangan termasuk, Financial IRR, Weighted Average Cost of Capital (WACC), Debt Service Coverage Ratio (Average dan minimum DSCR) dan Return on Equity (ROE).
B-5
LAMPIRAN C: DESAIN DAN SPESIFIKASI TEKNIS
Desain dan spesifikasi teknis Pengelolaan LRT sebagai berikut: Tabel C-1 Ringkasan Desain dan Spesifikasi Teknis Kriteria No I a.
Parameter Pengusahaan Properti (tergantung Tipe Stasiun) Penyewaan Ruang untuk kios
b.
Penyewaan ruang untuk ATM
c.
Penyewaan ruang untuk vending machine Penyewaan ruang halaman stasiun untuk parkir (off street parking) Penyewaan ruang iklan billboard
d. e.
f. g. h. II III IV
Penyewaan ruang untuk perkantoran Penyewaan ruang untuk pusat perbelanjaan Penyewaan ruang untuk hotel transit Konsep Desain Ruang Material Life time asset
Ditetapkan oleh Panitia Lelang
Diusulkan oleh Peserta Lelang
Maksimum 28 m2/petak Maksimum 5 ATM/stasiun √ √ Lokasi billboard: -dinding platform -dinding latar loket penjualan tiket -dinding luar yang dilalui pengguna jalan √ √ √ √ √ Akan ditentukan pada masingmasing kontrak penyewaan ruang
C-1
Tabel C.2 Kriteria Perancangan Teknik Proyek OBYEK INVESTASI 1. Konsep Pengembangan Objek Investasi
DESAIN SKEMATIK
2. Peruntukan Ruang
Kios ATM Vending machine Parkir Billboard Perkantoran Pusat perbelanjaan Hotel transit
3. Kios
4. ATM
5. Vending Machine
PANDUAN RANCANGAN Green building, Urban and green corridor, green area, Escape building, environtmental friendly, local wisdom dan sesuai kaidah Bangunan yang layak dan nyaman digunakan Mengacu pada Master Plan pada masing-masing stasiun
Ruang kios, dapat terbuka/tertutup, apabila terbuka diusahakan dapat memaksimalkan sirkulasi udara dan pencahayaan alami. Apabila tertutup, material dinding menggunakan kaca/transparant dan sistem pengudaraan menggunakan Air Conditioner (AC) Elevasi atap/ceiling pada kios minimal 3 m, agar sirkulasi udara dan pencahayaan alami dapat berfungsi dengan baik. Lantai kios minimal tegel, dan dapat juga dilapisi dengan karpet Disain kios, disesuaikan sesuai dengan fungsi kios Ruang ATM harus tertutup dengan material dinding menggunakan kaca/transparant dan sistem pengudaraan menggunakan Air Conditioner (AC) Lantai ATM minimal tegel, dan dilengkapi dengan tempat sampah Penerangan, ruang ATM harus dilengkapi dengan penerangan listrik Harus dilengkapi kamera CCTV Lokasinya harus strategis C-2
OBYEK INVESTASI
DESAIN SKEMATIK
6. Parkir
7. Perkantoran
8. Pusatperbelanjaan
9. Massa Bangunan
(Building Configuration)
Sesuai gambar perencanaan
10. Struktur ruang bangunan
11. Penggunaan air minum
12. Penggunaan jaringan
sambungan energi listrik
13. Telekomunikasi
14. Tata Hijau (landscape)
-Pot tanaman/bunga
PANDUAN RANCANGAN Dilengkapi dengan Staff Mekanik selama jam operasional vending machine Off street parking Dilengkapi dengan secure parking Dilengkapi dengan CCTV Pengaturan ruang harus memiliki sirkulasi yang jelas dan hirarkis (easy way finding) Pengaturan Denah harus memiliki sirkulasi yang jelas dan hirarkis (easy way finding) Batas maksimal Parimeter Blok Bangunan, harus mengikuti konfigurasi dari perencanaan Harus mengikuti aturan regulasi kekuatan dan keandalan bangunan Harus aman terhadap gempa Struktur basement harus mempertimbangkan tekanan atas (uplift pressure) Bangunan harus memiliki jalur mitigasi bencana Pada ruang kios, perkantoran, pusat perbelanjaan dapat memasang jaringan pipa sambungan air minum Jaringan pipa harus berada di lokasi yang aman dan mudah perawatannya. Pemasangan sambungan jaringan listrik harus seijin pengelola Instalasi listrik dilengkapi dengan sistem Kebakaran dan perawatan yang mudah Penyewa dapat menggunakan jaringan telekomunikasi dari TELKOM dan penyedia BTS. Penyewa dapat menggunakan pot tanaman/bunga Peletakan pot harus aman, dan tidak menganggu sirkulasi pergerakan orang
Tabel C.3 Rincian Referensi dan Standar Teknis C-3
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19)
20) 21) 22) 23) 24) 25) 26) 27)
Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; Undang-Undang RI No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2007 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang No.18 2008 tentang pengelolaan sampah Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup Undang-Undang no.26 tahun 2007 tentang penataan ruang Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Peraturan Pemerintah RI No. 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional; Peraturan Pemerintah RI No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Peraturan Pemerintah No.81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga Peraturan Pemerintah No.42 tahun 2008 tentang pengelolaan sumber daya air Peraturan Pemerintah No.38 tahun 2011 tentang sungai Peraturan Menteri PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung; Peraturan Menteri PU No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan; Peraturan Menteri PU No. 06/PRT/M/2007tentang Pedoman UmumRencana Tata Bangunan dan Lingkungan; Peraturan Menteri PU No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang; Peraturan Menteri PU No. 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung; Peraturan Menteri PU No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara; Peraturan Menteri PU No.24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung; Peraturan Menteri PU No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan; Peraturan Menteri Keuangan RI No. 248/PMK.06/2011 tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Tanah dan/atau Bangunan; Permen PU No. 3 tahun 2013 tentang penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2006 tentang Sistem Pengelolaan Persampahan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang dengan Kereta Api;
28)
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api;
29)
Peraturan Menteri PU Nomor 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan; C-4
30) 31) 32) 33) 34) 35) 36) 37) 38) 39) 40) 41) 42) 43) 44) 45) 46) 47) 48) 49) 50) 51) 52) 53) 54) 55) 56) 57) 58)
Standard for Fire Safety in Rapid Transit System (SFSRTS) 2012, Singapore Regulation SNI 2847:2013 : Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung SNI 7834:2012 : Metode uji dan kriteria penerimaan sistem struktur rangka memikul momen beton bertulang pracetak untuk bangunan gedung SNI 7833:2012 : Tata cara perancangan beton pracetak dan beton prategang untuk bangunan gedung SNI 7832:2012 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton pracetak untuk konstruksi bangunan gedung SNI 1726:2012 : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung SNI 6196:2011 : Prosedur audit energi pada bangunan gedung SNI 6389:2011 : Konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung SNI 6390:2011 : Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung SNI 3418-2011 : Cara uji Kandungan Udara dalam beton segar SNI 7392:2008 : Tata cara perencanaan dan pelaksanaan bangunan gedung menggunakan panel jaring kawat baja tiga dimensi (PJKB-3D) las pabrikan SNI 6897:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 3434:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk bangunan gedung dan perumahan SNI 2839:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2837:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi bangunan gedung dan perumamahan SNI 2836:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2835:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 7395:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan penutup lantai dan dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 7394:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 7393:2008 : Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 0004-2008 : Tata cara commissioning instalasi pengolahan air SNI 03-7015-2004 : Sistem proteksi petir pada bangunan gedung SNI 03-7017.1-2004 : Lif traksi listrik pada bangunan gedung - Bagian 1: Pemeriksaan dan pengujian serah terima SNI 03-7017.2-2004 : Lif traksi listrik pada bangunan gedung - Bagian 2: Pemeriksaan dan pengujian berkala SNI 03-6759-2002 : Tata cara perancangan konservasi energi pada bangunan gedung SNI 03-1729-2002 : Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung SNI 03-1726-2002 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Rumah dan Gedung SNI 03-2396-2001 : Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung SNI 03-2396-2001 : Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan C-5
59) 60) 61) 62) 63) 64) 65) 66) 67) 68) 69) 70) 71) 72) 73) 74) 75) 76) 77) 78)
79) 80) 81) 82) 83) 84)
Gedung SNI 03-6575-2001 : Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung SNI 03-6574-2001 : Tata cara perancangan pencahayaan darurat, tanda arah dan sistem peringatan bahaya pada bangunan gedung SNI 03-6571-2001 : Sistem pengendali asap kebakaran pada bangunan gedung SNI 03-6572-2001 : Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara pada bangunan gedung SNI 03-6386-2000 : Spesifikasi tingkat bunyi dan waktu dengung dalam bangunan gedung dan perumahan (kriteria desain yang direkomendasikan) SNI 03-6383-2000 : Spesifikasi peralatan pengolahan udara individual sebagai sistem pengendalian asap terzona dalam bangunan gedung SNI 03-1736-2000 : Tata Cara Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-1735-2000 : Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses Lingkungan Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-1745-2000 : Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-3985-2000 : Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung SNI 03-3989-2000 : Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatis untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung SNI 03-1736-2000 : Tata cara perencanaan dan sistem proteksi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung SNI 03-1745-2000 : Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung SNI 03-1746-2000 : Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan keluar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung SNI 03-2847-1992 : Tata cara penghitungan struktur beton untuk bangunan gedung SNI 03-2404-1991 : Tata Cara Pencegahan Rayap Pada Pembuatan Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-2405-1991 : Tata Cara Penanggulangan Rayap Pada Bangunan Rumah dan Gedung dengan Termitisida SNI 03-2408-1991 : Tata Cara Pengecatan Logam SNI 03-2410-1994 : Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan Cat Emulsi SNI 03-2414-1991: Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka. Judul direvisi menjadi: Tata cara pengukuran debit aliran sungai dan saluran terbuka menggunakan alat ukur arus dan pelampung SNI 03-1963-1990 : Tata Cara Dasar Koordinasi Modular untuk Perancangan Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Judul direvisi menjadi :Cara uji kuat tekan beton SNI 03-1977-1990 : Spesifikasi Koordinasi Modular Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-1978-1990 : Spesifikasi Ukuran Terpilih Untuk Bangunan Rumah dan Gedung SNI 03-1979-1990 : Spesifikasi Matra Ruang untuk Rumah dan Gedung SNI 03-0675-1989 : Spesifikasi Ukuran Kusen Pintu Kayu, Kusen Jendela Kayu, Daun Pintu Kayu Untuk Bangunan Rumah dan Gedung C-6
85)
86) 87) 88) 89) 90) 91) 92) 93)
SNI 03-1724-1989 : Tata Cara Perencanaann Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di Sungai. Judul direvisi menjadi :Tata cara perhitungan debit andalan air sungai dengan analisis lengkung kekerapan SNI 03-1727-1989 : Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1728-1989 : Tata Cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung SNI 03-1734-1989 : Tata Cara Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang Untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung; SNI tentang Spesifikasi Bahan pada Bangunan Gedung; SNI tentang Tata Cara Instalasi ME pada Bangunan Gedung; Architectural Design Criteria for Road and Rail Transit Systems, 2013, LTA Singapore Standard; AASHTO, NAASRA, dll meliputi standar teknis yang terkait
C-7
LAMPIRAN D: ISI SAMPUL I - DOKUMEN PENAWARAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS Lembar D.1: Surat Penawaran [Kepala Surat Peserta Lelang] Tanggal: [Masukkan Tanggal] Kepada Yth: Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek KPBU Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan, Jakarta, Indonesia di Kantor Kementerian Perhubungan Jl. Medan Merdeka Barat No.8 Jakarta 10110 Telepon: 021-.... Penawaran Untuk Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, [sebutkan nama lengkap dan gelar/jabatan Perwakilan Resmi Peserta Lelang], bertindak sebagai Perwakilan Resmi Peserta Lelang (“Perwakilan Resmi Peserta Lelang”) dari [sebutkan nama Peserta Lelang/Konsorsium], dengan anggota sebagai berikut: […………] sebagai Pimpinan Konsorsium, dengan […….]% kepemilikan saham, dan para anggota konsorsium lainnya sebagai berikut: […………………………………….] dengan […….] % kepemilikan saham […………...……………………….] dengan […….] % kepemilikan saham […………...……………………….] dengan […….] % kepemilikan saham, dengan hormat menyampaikan Dokumen Penawaran kami untuk Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan, sebagai tanggapan terhadap Dokumen Permintaan Proposal tanggal [●]. Surat Kuasa yang diperlukan dilampirkan dalam Dokumen Penawaran. Yang bertanda tangan dibawah ini dapat dihubungi pada alamat berikut ini1: __________________________ __________________________ Telepon : _____________ Faksimili : _____________ Email : _____________
1
Berikan nama dan alamat Pejabat Berwenang
D-1
Konsorsium kami telah memeriksa seluruh Dokumen Penawaran sehubungan dengan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan. Setelah melaksanakan evaluasi, sesuai dengan kajian dan pemeriksaan yang kami lakukan dibawah tanggungjawab kami sendiri, sifat dan lingkup kewajiban kontraktual yang akan dilaksanakan, paket penjaminan dan peraturan lainnya yang terkait dengan Proyek atau pelaksanaannya, kami berkomitmen untuk merancang, membiayai, mengadakan, membangun, mengoperasikan, dan memelihara serta mengalihkan seluruh Proyek kepada PJPK. Kami setuju untuk mematuhi Dokumen Penawaran ini selama masa berlakunya penawaran yaitu 180 (seratus delapan puluh) Hari sejak Tanggal Penyampaian Dokumen Penawaran sesuai dengan persyaratan dalam Dokumen Permintaan Proposal. Kami selanjutnya setuju untuk tetap terikat pada Dokumen Penawaran ini yang mungkin dapat diterima oleh Panitia Pengadaan setiap saat sebelum berakhirnya Masa Berlaku Penawaran, dan untuk masa yang dapat diperpanjang sepanjang dinilai wajar dan dapat disepakati oleh para pihak. Kami juga berkomitmen, apabila kami terpilih sebagai Pemenang Lelang, untuk memperpanjang masa berlaku Dokumen Penawaran dan Jaminan Penawaran kami sampai dengan penandatanganan Perjanjian Kerjasama dan penyerahan Jaminan Pelaksanaan Tahap I oleh Badan Usaha Pelaksana. Kami telah menyampaikan dan melampirkan pada Dokumen Penawaran ini suatu Jaminan Penawaran sebesar [*] (Terbilang: ...), sesuai dengan bentuk yang ditentukan di dalam Dokumen Permintaan Proposal. Kami menyatakan bahwa: (i) informasi yang disampaikan sebagai bagian dari Dokumen Penawaran ini adalah lengkap dan akurat; (ii) Dokumen Penawaran telah disampaikan dalam nama dan atas nama konsorsium yang para anggotanya akan membentuk Badan Usaha Pelaksana yang akan didirikan berdasarkan hukum Indonesia yang akan terikat dengan Dokumen Penawaran ini, Perjanjian Kerjasama, dan pelaksanaan Proyek; (iii) tidak ada satu pun dari anggota konsorsium yang telah berpartisipasi dalam Proses Pelelangan melalui Peserta Lelang lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung; (iv) PJPK, Panitia Pengadaan dan perwakilannya berwenang untuk mengajukan pertanyaan dan melakukan penyelidikan untuk mengklarifikasi pernyataan, dokumen, dan informasi yang disampaikan sehubungan dengan Dokumen Penawaran kami; untuk memperoleh klarifikasi dari para direktur kami, pejabat, personil, bankir, konsultan, dan klien tentang segala hal yang disampaikan sebagai bagian dari Dokumen Penawaran kami; dan untuk langsung menghubungi pihak sebagaimana dimaksud dalam Dokumen Penawaran yang disampaikan kami ke D-2
Panitia Pengadaan, tanpa tindakan, persetujuan atau komunikasi lebih lanjut dari pihak kami; (v) Kami menerima dokumen, persyaratan dan ketentuan berdasarkan Dokumen Permintaan Proposal. (vi) kami: a. memiliki kemampuan finansial yang baik dan tidak ada keputusan yang telah diambil atau diajukan sehubungan dengan kepailitan, insolvensi, penundaan pembayaran, likuidasi atau peristiwa lainnya yang serupa ataupun penunjukan kurator, likuidator, wali amanat atau pihak lain yang serupa untuk tujuantujuan tersebut, ataupun keputusan pengadilan yang memiliki yurisdiksi hukum dari anggota konsorsium mengenai penundaan pembayaran, atau kepailitan. b. tidak memiliki sengketa, gugatan, atau klaim material yang masih dalam proses terhadap PJPK atau terhadap setiap Badan Pemerintahan Indonesia sejak Tanggal Penyampaian Penawaran sampai dengan Tanggal Penandatangan Perjanjian Kerjasama; c. tidak dilarang untuk melakukan kegiatan, dibekukan, atau dimasukkan dalam daftar hitam oleh PJPK atau Badan Pemerintahan Indonesia lain, baik merupakan perorangan, persekutuan, atau perusahaan atau sebagai anggota dari suatu usaha patungan atau konsorsium dan tidak memiliki catatan kinerja buruk dengan PJPK atau Badan Pemerintahan Indonesia lain; d. mengesampingkan setiap hak untuk mengajukan peringatan, putusan sela, pelarangan atau gugatan hukum atau proses persidangan terhadap PJPK atau Panitia Pengadaan untuk menghambat dilaksanakannya Pelelangan dan pemberian hak untuk menandatangani Perjanjian Kerjasama kepada Pemenang Lelang, dan pelaksanaan atau implementasi dari Perjanjian Kerjasama. Kami memahami bahwa Panitia Pengadaan tidak terikat untuk menerima setiap Dokumen Penawaran yang diterimanya. Ditandatangani pada hari ini …............. tanggal …............., 2015 di …............. [Materai Rp. 6.000,-] ______________________ [Nama lengkap Perwakilan Resmi Peserta Lelang] [Gelar/Jabatan] [Alamat]
[Ditandatangani dan disegel oleh Notaris di Indonesia atau di negara asal] D-3
Lembar D.2: Surat Jaminan Penawaran
FORMAT JAMINAN PENAWARAN (Kop Surat Bank termasuk Nama Bank dan Alamat) Nama Bank : _______________________ Alamat : _______________________ _______________________ Untuk dan atas nama __________________, berdasarkan ketentuan 17.2.2.e Dokumen Permintaan Proposal Pengadaan Badan Usaha Proyek Kerjasama Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan tertanggal [*] ("Dokumen Permintaan Proposal"), kami bersedia untuk memberikan Jaminan Penawaran kepada Kementerian Perhubungan [insert details], Indonesia (“Kemenhub”) berkaitan dan sehubungan dengan halhal sebagai berikut: 1. Bahwa Pengajuan Penawaran oleh [insert bidder’s name], [insert bidder’s details] (“BADAN USAHA”) dibuat sesuai dengan Dokumen Permintaan Proposal dari Kemenhub untuk Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan (“Dokumen Penawaran”). 2. Bahwa dalam mengajukan Penawaran, Badan Usaha sepakat untuk memberikan Jaminan Penawaran sejumlah [*],- (Terbilang :[*]). 3. Bahwa dengan ini Kami bersedia untuk menerbitkan bank garansi (“Bank Garansi”) untuk kepentingan Badan Usaha sebagaimana telah disebutkan di atas, untuk Kemenhub sehubungan dengan Dokumen Penawaran. 4. Apabila: a) Badan Usaha menarik kembali Dokumen Penawarannya selama Masa Berlaku Penawaran; b) Badan Usaha memiliki Benturan Kepentingan sebagaimana diatur dalam ketentuan 5.1 dalam Dokumen Permintaan Proposal; c) Dalam hal Badan Usaha ditetapkan sebagai pemenang lelang, Badan Usaha tidak menandatangani Perjanjian Kerjasama dalam waktu 30 (tiga puluh) Hari sejak penerbitan Surat Penetapan Pemenang Lelang, tanpa ada persetujuan tertulis dari Panitia Pengadaan dan berdasarkan ketentuan di Bagian 34.1; d) Dalam hal Badan Usaha telah ditetapkan sebagai Pemenang Lelang, Badan Usaha menolak untuk memperpanjang Masa Berlaku Jaminan Penawaran atau tidak menyerahkan Jaminan Penawaran yang telah diperpanjang; e) Badan Usaha tidak menyerahkan Jaminan Pelaksanaan dan/atau gagal menandatangani Perjanjian Kerjasama; f) Dokumen Penawaran yang diajukan Badan Usaha kepada Panitia Pengadaan berisi pernyataan palsu atau terdapat kekeliruan dan/atau kelalaian; atau g) segala tindakan Badan Usaha yang dianggap melanggar ketentuan-ketentuan yang D-4
diatur dalam Bagian 4 dan 5 pada Bagian B Instruksi Kepada Peserta Lelang dalam Dokumen Permintaan Proposal. Kami sepakat untuk membayar sejumlah [*],- (Terbilang : * ) berdasarkan permintaan pertama dari Kemenhub yang memberitahukan kepada bank terkait dengan pelanggaran yang dilakukan oleh BADAN USAHA, terlepas dari adanya keberatan dari BADAN USAHA. Setiap tuntutan yang dibuat oleh Kemenhub berdasarkan Bank Garansi ini harus diajukan kepada kami dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah jatuh tempo Bank Garansi ini dan setelah penandatanganan oleh perwakilan resminya. Pembiayaan berdasarkan Bank Garansi ini disediakan untuk Kemenhub pada kantor kami sebagaimana disebutkan diatas terhadap surat perintah pencairan yang diserahkan oleh Kemenhub dengan referensi terhadap Garansi Bank ini. Setiap surat perintah pencairan harus dilengkapi dengan pernyataan tertulis dari Kemenhub yang ditandatangani oleh perwakilan resmi yang menerangkan bahwa BADAN USAHA melakukan hal-hal sebagaimana diatur dalam ketentuan ini. 5. Bahwa Bank Garansi ini berlaku untuk jangka waktu 180 (seratus delapan puluh) hari sejak [*] sampai [*]. 6. Bahwa merujuk pada ketentuan Pasal 1832 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia, Penjamin dengan ini melepaskan hak-hak istimewanya untuk menuntut supaya barang-barang milik Badan Usaha lebih dulu disita dan dijual guna melunasi hutanghutangnya. Pelaksanaan dan interpretasi dari Bank Garansi ini diatur berdasarkan hukum Republik Indonesia. Jakarta, _____________ 201_ Nama Bank Tanda tangan METERAI Rp. 6.000,Nama/Name Jabatan/Title
: ______________________ : ______________________
D-5
Lembar D.3: Pakta Integritas
PAKTA INTEGRITAS Kami yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama Jabatan
: _____________________[nama wakil sah badan usaha] : __________________________
Bertindak : PT/ Koperasi___________________[pilih yang sesuai dan cantumkan nama] untuk dan atas nama 2. Nama Jabatan
: _____________________[nama wakil sah badan usaha] : __________________________
Bertindak : PT/ Koperasi___________________[pilih yang sesuai dan cantumkan nama] untuk dan atas nama 3. ......[dan seterusnya, diisi sesuai dengan jumlah anggota kemitraan/KSO] dalam rangka pelelangan Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan, dengan ini menyatakan bahwa: 1. tidak akan melakukan praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN); 2. tidak akan melakukan kegiatan atau tindakan yang berpotensi menimbulkan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana tercantum pada ketentuan perundangan mengenai larangan praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat; 3. akan mengikuti proses pengadaan secara bersih, transparan, dan profesional untuk memberikan hasil kerja terbaik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; 4. apabila melanggar hal-hal yang dinyatakan dalam PAKTA INTEGRITAS ini, bersedia menerima sanksi administratif, menerima sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam, digugat secara perdata dan/atau dilaporkan secara pidana.
__________[tempat], __ [tanggal] __________ [bulan] 20__ [tahun] [Nama Penyedia][Nama Penyedia][Nama Penyedia] [tanda tangan],[tanda tangan],[tanda tangan], [nama lengkap][nama lengkap][nama lengkap] [cantumkan tanda tangan dan nama setiap anggota Konsorsium]
D-6
Lembar D.4: Surat Kuasa
SURAT KUASA PELELANGAN PENGADAAN BADAN USAHA PELAKSANA PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH-BADAN USAHA PROYEK KPBU PENGELOLA PRASARANA KERETA API RINGAN (LIGHT RAIL TRANSIT) DI PROVINSI SUMATERA SELATAN, INDONESIA
SURAT KUASA DENGAN SURAT KUASA INI yang dibuat pada hari [*******], yang bertanda tangan di bawah ini: Nama: Jabatan: Perusahaan: No. KTP: Alamat: Nama: Jabatan: Perusahaan: No. KTP: Alamat: Nama: Jabatan: Perusahaan: No. KTP: Alamat: [Bagian identitas dibuat sesuai dengan jumlah Pemberi Kuasa] Untuk selanjutnya disebut sebagai "Pemberi Kuasa", dengan ini memberi kuasa dengan hak substitusi kepada: Nama: Jabatan: Perusahaan: No. KTP: Alamat: bertindak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama (selanjutnya disebut sebagai D-7
"Penerima Kuasa") dalam kaitannya dengan Proses Penawaran untuk Proyek Kerjasama Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia, untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: SECARA KHUSUS (a) menandatangani dokumen-dokumen yang tercantum dalam Daftar terlampir dan menyampaikannya dokumen tersebut kepada Panitia Pengadaan; (b) menyampaikan dan menerima setiap dokumen atau informasi dalam kaitannya dengan Proses Pelelangan; dan (c) melakukan semua hal yang dianggap perlu sehubungan dengan hal-hal yang dicantumkan dalam huruf (a) sampai (b) di atas termasuk untuk menandatangani setiap isi dokumen, melakukan setiap hal, tindakan atau sesuatu yang menurut pendapat Penerima Kuasa harus dilakukan, ditandatangani atau dilaksanakan untuk menyempurnakan atau memberlakukan Dokumen Penawaran. DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA: Surat Kuasa ini diatur dengan, dan diinterpretasikan sesuai dengan, hukum Republik Indonesia. Surat Kuasa ini berlaku sejak tanggal ditandatangani dan berlaku sampai dicabut oleh Pemberi Kuasa. Pemberi Kuasa dengan ini menegaskan bahwa Pemberi Kuasa dengan ini mengesahkan setiap dan semua tindakan yang diambil oleh Penerima Kuasa dalam melaksanakan surat kuasa ini. Ditandatangani pada tanggal ___________________20__ Penerima Kuasa
Pemberi Kuasa
______________________________ Nama: Jabatan:
______________________________ Nama: Jabatan: ______________________________ Nama: Jabatan: KONSULARISASI Hanya untuk badan hukum asing
D-8
DAFTAR SURAT KUASA A
DOKUMEN-DOKUMEN: Semua dokumen yang terkait dengan proses pelelangan Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia, termasuk namun tidak terbatas pada: 1. Dokumen Penawaran Administrasi dan Teknis 2. Dokumen Penawaran Finansial
DENGAN DEMIKIAN,[nama Pemberi Kuasa/ Perusahaan] telah menandatangani Surat Kuasa ini diatas materai (yang sesuai) pada tanggal yang ditetapkan diatas: [Materai Rp 6.000,-]
________________________________ [Nama/Jabatan Pemberi Kuasa Perusahaan/Anggota Peserta Lelang] Ketentuan: harus dilampirkan juga: a. Salinan yang disahkan dari Perjanjian Konsorsium (misalnya nota kesepahaman, perjanjian usaha patungan, perjanjian pemegang saham, dan sebagainya) yang dilegalisir oleh notaris harus diajukan bersama dengan Proposal. b. Salinan yang disahkan oleh notaris dari keputusan direksi setiap anggota konsorsium (atau apabila keputusan direksi tidak dipersyaratkan oleh prosedur tata kelola internal anggota konsorsium, bukti lain yang serupa mengenai persetujuan perusahaan sebagaimana yang mungkin disyaratkan), dengan menyebutkan keputusan direksi untuk berpartisipasi dalam Proses Pelelangan, menanamkan modal saham dalam Badan Usaha Pelaksana jika ditunjuk sebagai Pemenang Lelang, dan memberikan wewenang kepada seseorang untuk menandatangani Perjanjian Kerjasaa atas nama Badan Usaha Pelaksana, harus diajukan bersama dengan Penawaran. c. Formulir Konsorsium Peserta Lelang [Materai Rp. 6.000,-]
________________________________ [Ketua Panitia Pengadaan/Perwakilan PJPK lainnya] D-9
Lembar D.5: Surat Kerahasiaan
[Kepala Surat Penerima Informasi] [Tanggal] Kepada Yth: Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek KPBU Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan, Jakarta, Indonesia di Kantor Kementerian Perhubungan Jl. Medan Merdeka Barat No. 8, Jakarta Indonesia Telepon: 021-.... PERJANJIAN UNTUK MENJAGA SEGALA INFORMASI RAHASIA YANG BERKAITAN DENGAN PROSES PELELANGAN DAN DOKUMEN PERMINTAAN PROPOSAL Kami, [nama perusahaan/ Peserta Lelang/ kontraktor/ konsultan/ advisor/banker], suatu perusahaan yang didirikan di [negara] dan memiliki kantor di [alamat usaha] (selanjutnya disebut sebagai “Penerima Informasi”) dalam pertimbangan bahwa Pemerintah Indonesia, Kementerian Perhubungan, atau instansi-instansinya, wakil-wakilnya, atau agen-agennya (“Pemerintah”) mengungkapkan kepada kami Informasi Rahasia (sebagaimana didefinisikan dibawah) dan/atau menyebabkan sehingga Informasi Rahasia tersebut diungkapkan kepada kami, dengan ini setuju dan berjanji untuk dan atas nama Penerima Informasi dan para direkturnya, pejabatnya, karyawannya dan penasehatnya, sebagai berikut: 1.
“Informasi Rahasia” berarti semua informasi yang dinyatakan sebagai rahasia atau yang karena sifatnya secara implisit bersifat rahasia. Informasi Rahasia mencakup semua informasi dari setiap hal yang berkaitan dengan Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan, sesuai dengan Dokumen Permintaan Proposal (“Proyek”) yang diterima oleh Penerima Informasi dan disampaikan kepada Penerima dengan cara apapun, termasuk namun tidak terbatas pada semua usulan, tanggapan, diskusi, masukan dan komentar atas dan/atau yang berkaitan dengan Dokumen Permintaan Proposal. Informasi Rahasia akan mencakup informasi yang disebutkan diatas berkaitan dengan Proyek terlepas dari bentuk, format atau media termasuk, namun tidak terbatas pada, tulisan, lisan, atau informasi bentuk lainnya dan juga termasuk informasi yang disampaikan atau diperoleh melalui penglihatan atau pertukaran dokumen-dokumen, presentasi, pameran, pertemuan atau surat menyurat (pos dan/atau surat elektronik/email).
2.
Penerima Informasi mengakui, mengetahui dan menyetujui bahwa Informasi Rahasia yang diterima semata-mata bertujuan untuk mengevaluasi keikutsertaannya dalam Proses Pelelangan Proyek dan bersifat rahasia. Penerima Informasi wajib merahasiakan dan tidak akan mengungkapkan, baik secara langsung ataupun tidak langsung, kepada seseorang atau badan usaha, termasuk namun tidak terbatas kepada media, hal-hal sebagai berikut:
D-10
(a) (b) (c)
Informasi Rahasia apapun; keterangan bahwa Peserta Lelang telah menerima Informasi Rahasia; dan/atau keterangan bahwa sedang diadakan diskusi antara Penerima Informasi dan Pemerintah atau instansi-instansinya, wakil-wakilnya atau agen-agennya ataupun keterangan mengenai status, persyaratan/kondisi perjanjian, atau keterangan lainnya tentang diskusi tersebut, kecuali ditentukan lain oleh persyaratan dan ketentuan didalam Surat Kerahasiaan ini. Penerima Informasi akan menerapkan tingkat kehati-hatian tertinggi untuk menjaga agar tidak terjadi pengungkapan atau penggunaan Informasi Rahasia secara tidak sah, dan wajib menjaga kerahasiaan dari Informasi Rahasia terhadapsemua pihak ketiga. Selanjutnya, Penerima Informasi tidak boleh membuat salinan dari Informasi Rahasia tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pemerintah, yang untuk tujuan tersebut menunjuk Ketua Panitia Pengadaan sebagai wakilnya.
3.
Penerima Informasi akan menetapkan prosedur pengelolaan dan keamanan untuk memastikan bahwa Informasi Rahasia hanya dapat diakses oleh para direktur, pejabat, karyawan dan/atau Pihak Ketiga (sebagaimana didefinisikan dibawah) dari Penerima Informasi yang memang membutuhkan Informasi Rahasia tersebut semata-mata dalam rangka menyiapkan Dokumen Penawaran (sebagaimana didefinisikan dalam Dokumen Permintaan Proposal) untuk Proyek.
4.
Penerima Informasi harus memastikan bahwa semua direktur, pejabat dan/atau karyawan dari Penerima Informasi serta para penasehat profesional, konsultan dan penyedia jasa lainnya (“Pihak Ketiga”) yang ditugaskan atau diminta oleh Penerima Infromasi untuk membantu dalam penyusunan Dokumen Penawaran untuk Proyek (atau bagian daripadanya), yang juga merupakan penerima Informasi Rahasia, wajib mematuhi hukum Indonesia dan wajib menandatangani Surat Kerahasiaan lebih lanjut untuk menjaga Informasi Rahasia tersebut apabila diinstruksikan oleh Pemerintah atau agennya untuk melakukan hal tersebut. Penerima Informasi wajib dalam hal apapun memastikan bahwa para direktur, pejabat dan/atau karyawan dari Penerima Informasi dan Pihak Ketiga, termasuk para pegawai dan agen dari Pihak Ketiga, kepada siapa Informasi Rahasia tersebut diungkapkan, adalah terikat dan mematuhi kewajiban menjaga kerahasiaan dengan ketentuan sebagaimana termuat dalam Surat Kerahasiaan ini.
5.
Penerima Informasi selanjutnya wajib memastikan bahwa para direktur, pejabat dan/atau karyawan Penerima Informasi dan Pihak Ketiga, termasuk para pegawai dan agen dari Pihak Ketiga, akan menjaga kerahasiaan dari Informasi Rahasia sepanjang waktu dan bahkan setelah mereka tidak lagi bekerja pada Penerima Informasi atau Pihak Ketiga sampai waktu ketika Informasi Rahasia atau bagian dari Informasi Rahasia tersebut telah menjadi informasi publik, yang bukan disebabkan oleh cidera janji atau kelalaian Penerima Informasi atau Pihak Ketiga atau salah satu karyawan atau agen mereka.
6.
Semua Informasi Rahasia yang tertulis atau bagian-bagian yang termuat di dalam Informasi Rahasia (termasuk salinan elektronik) bersama dengan setiap analisa, laporan atau dokumen lainnya atau material apapun sebagaimana berada dalam kepemilikan, D-11
kekuasaan atau kendali Penerima Informasi wajib dikembalikan kepada Pemerintah atau dihancurkan bilamana diminta oleh dan atas pilihan dari Pemerintah. Dalam hal penghancuran Informasi Rahasia dilakukan, maka Penerima Informasi wajib segera memberikan pernyataan secara tertulis kepada Pemerintah bahwa penghancuran tersebut telah dilakukan. Penerima Informasi tidak lagi dapat menggunakan atau menyimpan Informasi Rahasia tersebut dalam bentuk apapun. 7.
Pembatasan diatas terhadap Penerima Informasi tidak berlaku untuk setiap Informasi Rahasia yang tersedia atau akan tersedia untuk publik dalam bentuk publikasi tercetak yang beredar umum di Indonesia yang bukan disebabkan oleh tindakan atau cidera janji dari Penerima Informasi atau agen atau karyawan Penerima Informasi.
8.
Penerima Informasi mengakui dan menyetujui bahwa setiap pelanggaran terhadap Surat Kerahasiaan ini akan mengakibatkan kerugian yang substansial dan tidak dapat diperbaiki bagi Pemerintah dan, karena itu, dalam hal terjadi pelanggaran tersebut, sebagai tambahan dari ganti rugi yang mungkin ada berdasarkan hukum atau hal serupa lainnya, Pemerintah memiliki hak atas ganti rugi yang spesifik dan ganti rugi lainnya yang setara tanpa perlu membuktikan kerugian, menerbitkan jaminan atau keamanan lainnya. Penerima Informasi wajib mengganti kerugian dan membebaskan Pemerintah, para mitranya, karyawan, agen dan kontraktor independen dari dan terhadap setiap dan semua klaim, biaya, kerugian (baik langsung atau tidak langsung), kehilangan, pengeluaran dan kewajiban, termasuk biaya pengadilan dan biaya hukum yang wajar, yang terkait dengan atau timbul sebagai akibat dari pelanggaran Penerima Informasi terhadap Surat Kerahasiaan ini, atau pengeluaran yang dibebankan kepada Pemerintah dalam pelaksanaan Surat Kerahasiaan ini.
9.
Kegagalan atau penundaan oleh Pemerintah dalam melaksanakan setiap hak, kekuasaan atau hak istimewa yang dimiliki oleh Pemerintah berdasarkan perjanjian ini tidak akan dianggap sebagai pengesampingan, atau pelaksanaan salah satu atau sebagian dari hak, kekuasaan atau hak istimewa tersebut tidak akan menghalangi pelaksanaan selanjutnya dari hak, kekuasaan atau hak istimewa lainnya.
10. Penerima Informasi mengakui bahwa Pemerintah tidak menjamin keakuratan, kelengkapan atau kecukupan dari Informasi Rahasia dan tidak memiliki kewajiban atau tanggung jawab apapun atas setiap kesalahan atau kelalaian yang dilakukan dan/atau atas keputusan yang dibuat oleh Penerima Informasi berdasarkan pada Informasi Rahasia. 11. Surat Kerahasiaan ini tidak akan menyebabkan suatu kemitraan, usaha patungan atau hubungan majikan dan karyawan antara para pihak atau menjadikan salah satu pihak sebagai agen pihak lainnya dan tidak ada pihak yang akan menandatangani atau memiliki kewenangan untuk menandatangani setiap perjanjian atau membuat pernyataan atau jaminan atas nama dari atau menjamin kredit dari ataupun mengikat atau menjadikan pihak lain tunduk pada Surat Kuasa ini. 12. Surat Kerahasiaan ini memuat seluruh pemahaman antara para pihak sehubungan dengan penjagaan Informasi Rahasia dan menggantikan semua komunikasi dan pemahaman sebelumnya tentang Informasi Rahasia. Tidak ada pengesampingan, perubahan, modifikasi, atau amandemen yang akan mengikat atau berlaku untuk tujuan apapun kecuali dan sampai dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah
D-12
pihak.
13.
Setiap ketentuan (atau bagian daripadanya) dari Surat Kerahasiaan ini harus ditafsirkan secara terpisah dan berdiri sendiri satu sama lain. Oleh karena itu, apabila ada ketentuan terhadap Surat Kerahasiaan ini yang dianggap tidak dapat dilaksanakan atau tidak sah, ketentuan tersebut akan menjadi tidak efektif sejauh hal yang tidak dapat dilaksanakan atau ketidaksahan tersebut, tanpa mempengaruhi ketentuan lainnya dari Surat Kerahasiaan ini.
14.
Surat Kerahasiaan ini dan semua hak dan kewajiban para pihak diatur dan ditafsirkan sesuai dengan hukum Indonesia dan kedua belah pihak tunduk kepada yurisdiksi non-eksklusif dari pengadilan Indonesia.
15.
Setiap pemberitahuan yang perlu diberikan oleh setiap pihak berdasarkan Surat Kerahasiaan ini wajib dibuat secara tertulis yang dikirimkan melalui pos tercatat atau melalui kurir atau melalui email atau melalui faksimili dan akan dianggap efektif apabila dikirimkan melalui pos atau kurir, tujuh puluh dua (72) jam setelah diposkan atau dikirimkan baik diterima atau tidak diterima, atau, apabila melalui email atau melalui faksimili, dua puluh empat (24) jam setelah pengiriman ke alamat email atau nomor faksimili. Setiap pihak harus memberi tahu pihak lainnya mengenai perubahan alamat, nomor telepon atau faksimili atau alamat email dalam waktu empat puluh delapan (48) jam sejak perubahan tersebut.
16.
Setiap pelanggaran atau pengabaian terhadap Janji ini juga dapat mengakibatkan Penerima Informasi dikenakan tuntutan berdasarkan hukum Indonesia.
17.
Surat Kerahasiaan ini akan berlaku sampai dengan tanggal penandatanganan Perjanjian Kerjasama Proyek.
Tandatangan:
[Materai Rp. 6.000,00] _______________________________________
Ditandatangani oleh: Jabatan:
[Nama lengkap perwakilan Penerima Informasi] [Jabatan]
Untuk dan atas nama:
[Nama Penerima Informasi]
Saksi:
[Nama lengkap dalam huruf Balok]
Tandatangan Saksi:
________________________________________
D-13
Lembar D.6: Penawaran Teknis Seluruh dokumen Lampiran G merupakan dokumen yang tidak terpisahkan dalam penawaran teknis ini. Dokumen Penawaran Teknis minimal berisi informasi dengan format seperti berikut: A. Konsep dan Metodologi Berisi penjelasan tentang konsep, pemahaman dan metodologi dalam melaksanakan Proyek B. Strategi Bisnis a. Berisi penjelasan tentang analisis pasar termasuk forecasting dan rencana pemasaran properti yang akan dikembangkan b. Berisi penjelasan tentang strategi bisnis yang dilakukan untuk mencapai target market share C. Rencana Operasi dan Pemeliharaan a. Berisi penjelasan tentang rencana operasional fasilitas dan rencana pemeliharaan fasilitas, baik pemeliharaan rutin maupun overhaul selama 15 tahun, termasuk rencana operasional dan pemeliharaan dalam rangka pengalihan operasional fasilitas kepada Kemenhub,. b. Berisi penjelasan tentang pendidikan dan keterampilan minimum yang diperlukan untuk masing-masing posisi, tugas masing-masing personel yang akan terlibat dalam operasional beserta jumlahnya c. rencana pelatihan personil yang terlibat dalam operasi dan pemeliharaan d. Berisi penjelasan tentang kinerja pelayanan selama fasilitas shut-down, perawatan berkala, serta overhaul. e. Penjelasan tentang prosedur operasi dan pemeliharaan, inventarisasi alat dan suku cadang serta ketersediaan dan jaminan suku cadang dari sub-kontraktor atau manufaktur komponen yang akan digunakan. f. Penjelasan tentang manajemen SDM g. Penjelasan tentang dukungan teknis lainnya D. Pengembangan Ekonomi Lokal a. Berisi penjelasan tentang pelibatan perusahaan lokal dalam pengusahaan prasarana LRT dan juga penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat lokal, terutama dalam operasi dan pemeliharaan Prasarana LRT b. Berisi penjelasan tentang tingkat keahlian dan teknologi yang akan di transfer kepada masyarakat lokal c. Berisi penjelasan tentang komitmen dalam pengembangan ekonomi lokal E. Strategi Pengelolaan dan Pemantauan Dampak Lingkungan a. Berisi penjelasan secara detail tentang rencana pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan untuk seluruh proses pengoperasian dan pemeliharaan dan stasiun kereta api. b. Uraian rencana Peserta Lelang untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dipersyaratkan Proyek sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, standarD-14
standar, persyaratan teknis dan desain sebagaimana dipersyaratkan dalam Lampiran C Dokumen Permintaan Proposal ini dalam hal pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan. c. Berisi penjelasan tentang mitigasi dari dampak lingkungan
[Materai Rp. 6.000,-]
____________________________________ DITANDATANGANI: Perwakilan Resmi Peserta Lelang
D-15
Lembar D.7: Rancangan Perjanjian Kerjasama [Rancangan Perjanjian Kerjasama yang telah diparaf oleh Perwakilan Resmi Peserta Lelang]
D-16
Lembar D.8: Perjanjian Konsorsium Peserta Lelang wajib menyampaikan bukti perjanjian kerjasama pembentukan konsorsium yang dibuat di hadapan notaris (Akta Perjanjian Konsorsium) dan disertai dengan Persetujuan dari Direksi atau organ perusahaan lainnya sebagaimana diatur dalam Bagian 7.7 Dokumen Permintaan Proposal. Ketentuan Konsorsium Peserta Lelang A. Keanggotaan Konsorsium 1.
Keanggotaan Konsorsium dapat dirubah dari keanggotaan Peserta Lelang sebagaimana yang sudah diajukan pada saat Tahap Prakualifikasi sesuai ketentuan yang tercantum di dalam Pasal 7 Kepesertaan.
2.
Peserta Lelang wajib menyampaikan komposisi akhir penyertaan masing-masing anggota konsorsium dan menyerahkan Formulir Pembentukan Konsorsium Penawaran (mengikuti formulir pada Tabel di bawah) kepada Panitia Pengadaan dan dilampirkan pada Lembar D.4. Peserta Lelang tidak dapat melakukan reposisi atau perubahan komposisi penyertaan anggota konsorsium di dalam konsorsium Peserta Lelang.
3.
Peserta Lelang yang membentuk konsorsium penawaran wajib terdiri dari Pimpinan Konsorsium dan satu atau lebih Anggota Konsorsium lainnya. Setiap saat, anggota konsorsium Peserta Lelang, baik masing-masing maupun secara kolektif, wajib untuk selalu memenuhi kriteria hukum, teknis, dan keuangan (misalnya tidak dalam keadaan pailit) sebagaimana yang disyaratkan oleh proses prakualifikasi yang telah ditetapkan oleh Panitia Pengadaan, untuk mengikuti Proses Pelelangan dan pelaksanaan Perjanjian Kerjasama.
4.
Pimpinan Konsorsium dari Peserta Lelang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Bukan perseorangan; Pimpinan konsorsium dapat lebih dari satu badan usaha; Menguasai setidaknya lima puluh satu persen (51%) kepentingan ekuitas dalam Badan Usaha Pelaksana, jika mereka ditunjuk sebagai Pemilik Badan Usaha Pelaksana Proyek; Memiliki Kontrol efektif atas Badan Usaha Pelaksana;
5.
Dalam hal Pimpinan Konsorsium lebih dari (1) satu badan usaha maka Peserta Lelang harus menunjuk perwakilan resmi konsorsium.
6.
Pimpinan Konsorsium dan para Anggota Berkomitmen akan diminta memberikan bukti D-17
yang dianggap cukup kepada Panitia Pengadaan bahwa konsorsium Peserta Lelang, jika ditetapkan sebagai Pemenang Lelang, akan menandatangani perjanjian pemegang saham atau perjanjian definitif lainnya yang mengatur pembentukan dan pelaksanaan investasi modal yang cukup untuk mendirikan Badan Usaha Pelaksana dan menyatakan bahwa Pimpinan Konsorsium akan memiliki Kontrol efektif atas Badan Usaha Pelaksana. Bentuk perjanjian pemegang saham untuk ditandatangani antara Pimpinan Konsorsium dan para Anggota Berkomitmen lainnya akan disampaikan sebagai lampiran Lembar D.4. 7. Setiap anggota konsorsium harus memenuhi kriteria berikut ini: a. menyerahkan laporan keuangan terakhir yang telah diaudit; b. tidak memiliki sengketa, gugatan, atau klaim merugikan lain yang masih dalam proses terhadap PJPK atau terhadap setiap Badan Pemerintahan Indonesia sejak Tanggal Penyampaian Penawaran sampai dengan tanggal penandatangan Perjanjian Kerjasama; c. tidak dilarang untuk melakukan kegiatan, dibekukan, atau dimasukkan dalam daftar hitam kontraktor oleh PJPK atau Badan Pemerintahan Indonesia lain, baik merupakan kontraktor perorangan, persekutuan, atau perusahaan atau sebagai anggota dari suatu usaha patungan atau konsorsium dan tidak memiliki catatan kinerja buruk dengan PJPK atau Badan Pemerintahan Indonesia lain; d. mengesampingkan haknya untuk mengajukan peringatan, putusan sela, pelarangan atau gugatan hukum atau proses persidangan terhadap PJPK atau Panitia Pengadaan untuk menghambat dilaksanakannya Pelelangan dan pemberian hak untuk menandatangani Perjanjian Kerjasama kepada Pemenang Lelang, dan pelaksanaan atau implementasi dari Perjanjian Kerjasama. B. Retensi Ekuitas dan Pengalihan Saham 1. Pemenang Lelang akan diminta untuk berkomitmen untuk menginvestasikan modal ke dalam Badan Usaha Pelaksana Proek. Investasi harus dapat memenuhi kebutuhan kapitalisasi untuk investasi Proyek sebagaimana tercantum dalam Dokumen Permintaan Proposal ini dan Perjanjian Kerjasama. 2. Perubahan Kepemilikan dalam Badan Usaha Pelaksana mengikuti ketentuan yang tertuang dalam Perjanjian Kerjasama. 3. Pimpinan Konsorsium dan para Anggota konsorsium lainnya dapat mengalihkan semua atau sebagian kepentingan mereka dalam Badan Usaha Pelaksana dengan syarat yang ditetapkan di dalam Perjanjian Kerjasama dengan ketentuan bahwa para pemegang saham Badan Usaha Pelaksana yang baru atau yang tersisa akan tetap memiliki kualifikasi hukum, teknis dan keuangan yang sama atau lebih baik, untuk melaksanakan Proyek, dan identitas serta mandat dari penerima pengalihan kepentingan telah diketahui dan disetujui oleh Panitia Pengadaan. Untuk maksud ini, Badan Usaha Pelaksana wajib menyampaikan kepada Panitia Pengadaan sebelum pengalihan:
D-18
Ketentuan dari usulan pengalihan kepentingan langsung atau tidak langsung Pimpinan Konsorsium atau Anggota konsorsium dalam modal saham Badan Usaha Pelaksana;
Identitas dan kualifikasi teknis dan keuangan dari penerima pengalihan yang diusulkan; dan
Apabila berlaku, setiap amandemen yang diusulkan terhadap akta pendirian dan anggaran rumah tangga dari Badan Usaha Pelaksana.
C. Formulir Komposisi Akhir Konsorsium Peserta Lelang wajib menyerahkan Formulir Komposisi Akhir Konsorsium sesuai Tabel di bawah ini: Tabel D-1: Formulir Komposisi Akhir Konsorsium Peserta Lelang
Nama Perusahaan [Nama Perusahaan]
KOMPOSISI AKHIR KONSORSIUM PESERTA LELANG [Nama Peserta yang Memenuhi Syarat/Peserta Lelang] Negara Asal Tujuan Utama Peran dalam Proyek Perusahaan atau Bidang Usaha [Sebutkan [Jelaskan bidang [Jelaskan peran negara atau usaha utama atau dalam Proyek — tempat tujuan utama Pimpinan pendirian] perusahaan] Konsorsium, Partner Ekuitas, Kontraktor Operasional & Pemeliharaan, dll.]
Persentase Kepemilikan [Sebutkan presentase kontribusi kepentingan ekuitas dalam konsorsium Peserta Lelang atau saham dalam Badan Usaha Pelaksana] [Untuk Pimpinan Konsorsium, sedikitnya 51%]
[Materai Rp. 6.000,00] ________________________________________ Nama dan Tanda Tangan Perwakilan Resmi Peserta Lelang D-19
[Keterangan: Lampiran D.9 akan disampaikan oleh Pemenang Lelang kepada PJPK] Lembar D.9: Bentuk Surat Jaminan Pelaksanaan-mengikuti format yang tercantum di dalam Perjanjian Kerjasama
D-20
LAMPIRAN E: ISI SAMPUL II – DOKUMEN PENAWARAN FINANSIAL
Lembar E.1: Penawaran Biaya
[Kepala Surat Peserta Lelang] [Tanggal] Kepada Yth: Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek KPBU Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan, Jakarta, Indonesia di Kantor Kementerian Perhubungan Jl. Medan Merdeka Barat No.8 Jakarta 10110
Telepon: 021-.... Perihal
:
Penawaran Biaya Jasa Layanan Infastruktur Proyek Kerjasama PemerintahBadan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan
Dengan hormat, Dokumen Penawaran Biaya ini Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan dikirimkan atas nama [nama Peserta Lelang] (“Peserta Lelang”) sesuai dengan Dokumen Permintaan Proposal tertanggal [●] (“Dokumen Pelelangan”) diterbitkan oleh Menteri Perhubungan sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (“PJPK”). Dokumen ini merupakan penawaran yang ditujukan kepada Panitia Pengadaan yang berisi usulan biaya penawaran dalam Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan (“Proyek”) berdasarkan persyaratan sesuai dengan ketentuan hukum Indonesia, dan berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang diatur dalam Dokumen Permintaan Proposal. Dokumen ini merupakan penawaran tanpa syarat dan tidak dapat dibatalkan, yang berlaku, dan dapat diterima oleh Panitia Pengadaan dalam 180 (seratus delapan puluh) hari kalender sejak Tanggal Penyampaian Dokumen Penawaran terlepas dari peristiwa apapun yang mungkin terjadi dalam jangka waktu tersebut atau yang mungkin diperpanjang sebagaimana ditetapkan dalam Dokumen Permintaan Proposal. Kami menawarkan untuk mengoperasikan dan memelihara Proyek Kerjasama Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di E-1
Provinsi Sumatera Selatan dengan (______________________ Rupiah).
total
Biaya
senilai
Rp._______________
Kami setuju, dengan tidak dapat ditarik kembali, apabila ditetapkan sebagai Pemenang Lelang untuk melaksanakan investasi dan operasi Proyek, sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam Dokumen Permintaan Proposal, dan untuk pada tanggal yang tidak lebih lama dari 30 (tiga puluh) hari setelah menerima Surat Penetapan Pemenang Lelang, membentuk Badan Usaha Pelaksana dan kemudian menandatangani Perjanjian Kerjasama dalam bentuk salinan yang diparaf yang disampaikan sebagai bagian dari Dokumen Penawaran, dan akan menyelesaikan pencapaian komitmen pembiayaan (financial closing) dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak penandatanganan Perjanjian Kerjasama. Kami, yang bertandatangan di bawah ini merupakan Perwakilan Resmi Peserta Lelang yang memiliki kuasa dan kewenangan penuh untuk menyampaikan Dokumen Penawaran Biaya Jasa Layanan Infrastruktur dan untuk mengikat dan menundukan diri pada persyaratannya.
Hormat kami,
Untuk dan atas nama [Nama Peserta Lelang] [Materai Rp. 6.000,-] Nama dan Jabatan dari Perwakilan Resmi Peserta Lelang
E-2
Lembar E.2: Rencana Pembiayaan Proyek [Kepala Surat Peserta Lelang] [Tanggal] Kepada Yth: Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek KPBU Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan, Jakarta, Indonesia di Kantor Kementerian Perhubungan Jl. Medan Merdeka Barat No.8 Jakarta 10110
Telepon: 021-.... Perihal
:
Rencana Pembiayaan Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan
Dengan hormat, Dokumen Rencana Pembiayaan Proyek ini dikirimkan atas nama [nama Peserta Lelang] (“Peserta Lelang”) sesuai dengan Dokumen Permintaan Proposal tertanggal diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (“PJPK”). Dokumen ini merupakan Rencana Pembiayaan Proyek yang akan diselenggarakan oleh Peserta Lelang untuk mengoperasikan dan memelihara fasilitas Proyek berdasarkan persyaratan sesuai dengan ketentuan hukum Indonesia, dan berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang diatur dalam Dokumen Permintaan Proposal, termasuk Rancangan Final Perjanjian Kerjasama. Dokumen ini merupakan penawaran tanpa syarat dan tidak dapat dibatalkan, yang berlaku, dan dapat diterima oleh Panitia Pengadaan dalam 180 (seratus delapan puluh) hari kalender sejak Tanggal Penyampaian Dokumen Penawaran terlepas dari peristiwa apapun yang mungkin terjadi dalam jangka waktu tersebut atau yang mungkin diperpanjang sebagaimana ditetapkan dalam Dokumen Permintaan Proposal. Rencana Pembiayaan yang ditujukan untuk Proyek Kerjasama Kerjasama PemerintahBadan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagaimana Tabel E-2 berikut.
E-3
Tabel E-2.: Rencana Pembiayaan Proyek SUMBER PEMBIAYAAN Sumber
Jumlah (Rupiah)
1.1
Jumlah Biaya Proyek
1.2
Jumah Modal Sendiri.....%, yang dirinci sebagai berikut:
Pimpinan Konsorsium
Rp.
(100%)
Rp.
(.........%)
Rp.
(.........%)
Rp.
(.........%)
Rp.
(.........%)
Nama: ____________________
Anggota Konsorsium
Nama: ____________________
Anggota Konsorsium
Nama: ____________________
Anggota Konsorsium Nama:___________________
Jumlah Modal: ____________________________(.........%) 1.3
Jumlah Pembiayaan Pinjaman ..... %, yang dirinci sebagai berikut:
Rp.
(.........%)
Non Bank (Kredit ekspor, Rp. Multilateral, dll)
(.........%)
Bank
Nama:____________________
Nama: ____________________
Sumber Lainnya
Rp.
(..........%)
Nama: ____________________ Jumlah Pinjaman: ____________________________(.........%) Untuk memastikan rencana pembiayaan proyek, bersama ini kami lampirkan dokumen dukungan pembiayaan dari bank yang bersangkutan. Dengan demikian, [nama Peserta Lelang] telah menandatangani Rencana Pembiayaan Proyek ini di atas materai (yang sesuai) pada tanggal yang ditetapkan diatas: [Materai Rp. 6.000,-]
________________________________ [Nama/Jabatan Perwakilan Resmi Peserta Lelang] E-4
Ketentuan Tentang Rencana Pembiayaan Proyek
A.
Rencana Pembiayaan Proyek
Peserta Lelang akan bertanggungjawab untuk mengupayakan pembiayaan untuk Proyek Kerjasama Pemerintah-Badan Usaha Pengelola Prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit) di Provinsi Sumatera Selatan (”Proyek”). Perjanjian-perjanjian yang diperlukan untuk mencapai perolehan pembiayaan (financial close) untuk Proyek akan ditandatangani antara Badan Usaha Pelaksana dan lembaga yang menyediakan pembiayaan untuk Proyek, dan harus berdasarkan pada rencana pembiayaan yang disampaikan oleh Peserta Lelang dalam Dokumen Penawaran (“Rencana Pembiayaan”). Setiap perubahan lebih lanjut terhadap Rencana Pembiayaan setelah finalisasi Perjanjian Kerjasama akan membutuhkan persetujuan dari PJPK. Rencana Pembiayaan yang dibuat oleh Peserta Lelang harus menjelaskan sumber dana dan persyaratan pembiayaan baik yang berupa pinjaman maupun ekuitas disertai dengan dokumen dukungan pembiayaan dari setiap bank yang bersangkutan. Peserta Lelang harus memberikan rincian tentang sumber-sumber pembiayaan sebagaimana diuraikan pada Tabel E - 2 di atas. Pembiayaan harus dalam jumlah yang cukup untuk menutup semua biaya Proyek yang diperkirakan. Pembiayaan akan berbentuk ekuitas dan pinjaman. Setidaknya dua puluh persen (20%) dari jumlah pembiayaan, termasuk kontinjensi, akan berbentuk ekuitas dan sisanya pinjaman.
B.
Dokumentasi
Untuk mendukung Rencana Pembiayaan yang diberikan di atas, Peserta Lelang wajib menyampaikan dokumen-dokumen sebagai bagian dari Sampul II yaitu salinan laporan keuangan dari Peserta Lelang yang sudah diaudit (softcopy dan hardcopy), selama 3 (tiga) tahun anggaran terakhir, yang disusun berdasarkan standar akuntansi GAAP/IAS/IFRS/SAK Indonesia.
E-5
Lembar E.3. Model Finansial
Penawaran Finansial juga harus dilengkapi dengan model keuangan (termasuk penawaran Availability Payment) yang disusun oleh Peserta Lelang. Model keuangan harus disampaikan dalam format MS Excel dan disampaikan dalam bentuk hardcopy maupun softcopy (dengan formula yang dapat diaudit) meliputi, namun tidak terbatas pada: Daftar asumsi yang digunakan dalam penyiapan model keuangan untuk Capital Expenditure sesuai rincian rencana investasi yang digunakan pada model keuangan dan harus konsisten dengan Daftar Kuantitas yang disampaikan pada penawaran teknis di Sampul I b. Daftar asumsi yang digunakan dalam penyiapan biaya Operational Expenditure c. Metode yang digunakan dalam penetapan tingkat Pengembalian Investasi Badan Usaha Pelaksana d. Asumsi yang digunakan dalam model keuangan seperti tingkat suku bunga pinjaman dan jangka waktu pinjaman e. Proyeksi Laba (rugi) Badan Usaha Pelaksana f. Proyeksi Arus Kas Badan Usaha Pelaksana g. Proyeksi Neraca Badan Usaha Pelaksana h. Proyeksi perhitungan pembayaran utang dan bunga i. Perhitungan nilai diskonto proyek termasuk Financial NPV dan j. Rasio keuangan termasuk Financial IRR, Weighted Average Cost of Capital (WACC), Debt Service Coverage Ratio (Average dan minimum DSCR) dan Return On Equity (ROE). a.
E-6
TERM SHEET PERJANJIAN KERJASAMA PENYELENGGARA PRASARANA LAYANAN LRT DI KOTA PALEMBANG
Pendahuluan Penanggung Jawab Proyek Kerjasama selanjutnya disebut PJPK adalah Kementerian Perhubungan. Badan Usaha Pelaksana yang selanjutnya disebut BUP adalah (Dapat diganti dengan nama Badan Usaha Pelaksana) Secara bersama-sama disebut “Para Pihak”
1.
Para Pihak
2.
Definisi dan Intepretasi
1. Afiliasi adalah hubungan mengendalikan dan dikendalikan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain melalui: a. kepemilikan saham mayoritas; dan/atau b. mayoritas hak suara dalam rapat umum pemegang saham yang diberikan berdasarkan perjanjian. 2. Bank Garansi adalah jaminan yang disediakan atau akan disediakan oleh BUP 3. Penawaran adalah proposal finansial dan proposal teknis yang diserahkan oleh BUP melalui proses pemilihan yang kompetitif yang dilaksanakan oleh PJPK 4. Uji Pengoperasian (Commissioning Test) adalah pengujian dan komisioning yang dilakukan terhadap infrastruktur yang disediakan oleh BUP sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Hari Kerja adalah setiap hari dan tidak termasuk hari sabtu, minggu dan hari libur nasional dan hari dimana seluruh kegiaan perbankan di wilayah Republik Indonesia diizinkan untuk tidak beroperasi. 6. Perubahan suatu variasi (baik penambahan, perubahan, substitusi, penghilangan atau apapun) terhadap Rancang Bangun Akhir yang dapat: a. Berdampak pada kewajiban PJPK berdasarkan perjanian ini. b. Berdampak pada rute dan/atau koridor pelayanan c. Menunda pencapaian Tanggal Operasi Komersial.
7. Perubahan Peraturan Perundang-undangan adalah a. pengadopsian, pengundangan atau pemberlakuan kepada BUP, setiap Kontraktor atau Proyek, dari setiap Perundangan yang berlaku (tidak termasuk perundangan yang diberlakukan, diterbitkan atau diundangkan oleh Perangkat Pemerintah di bawah tingkat Kabupaten/Kota) yang tidak diberlakukan, atau jika berlaku tidak dapat diberlakukan kepada BUP, Kontraktornya atau Proyek pada saat Tanggal Penawaran; atau b. Setiap Perubahan dalam atau pencabutan sewaktuwaktu pada setiap Perundangan atau pelaksanaannya oleh Perangkat Pemerintahan setelah Tanggal Penawaran, tidak termasuk: i. setiap Peraturan Perundang-undangan atau pelaksanaannya, interpretasi atau pelaksanaannya yang ada pada tanggal dimana suatu ketentuan menjadi efektif dan berlaku pada BUP, kontraktornya atau Proyek setelah Tanggal Penawaran; dan ii. setiap Peraturan Perundang-undangan atau pelaksanaannya, interpretasi atau pelaksanaannya yang diberlakukan, diterbitkan atau diundangkan oleh Perangkat Pemerintahan dibawah tingkat Kabupaten/Kota. 8. Tanggal Operasi Komersial adalah tanggal saat Infrastruktur untuk pertama kali mulai beroperasi untuk tujuan komersial (selain selama prosedur komisioning atau pengujian lainnya). 9. Sengketa adalah setiap Sengketa atau bentuk perselisihan lainnya yang timbul antara para pihak yang terkait dengan, atau timbul dari, Perjanjian ini (termasuk, namun tidak terbatas, pengingkaran, pemutusan perjanjian, atau keabsahan dari Perjanjian ini). 10. Pemberi Pinjaman adalah setiap orang atau badan hukum yang menyediakan pinjaman, obligasi atau pembiayaan dari pasar modal atau pembiayaan kembali atau jaminan dalam rangka pendanaan atau pendanaan kembali sesuai dengan perjanjian pembiayaan dengan BUP, dan para pewaris dan yang diberikan wewenang, termasuk para wakil atau wali amanat dari orang atau badan usaha, namun tidak termasuk sehubungan dengan hutang yang termasuk ekuitas:
a. Sponsor atau afiliasi dari Para Sponsor b. Pemberi pinjaman pemegang saham. 11. Perjanjian Pembiayaan adalah pinjaman, jaminan dan perjanjian jaminan yang mengikat BUP pada saat atau sebelumTanggal Pembiayaan dalam rangka membiayai Proyek, sebagaimana akan diubah dari waktu ke waktu. 12. Tanggal Pembiayaan adalah tanggal yang tidak lebih dari: a. Tanggal pada saat seluruh pinjaman untuk membiayai keseluruhan Proyek tersedia dan ditandatangani oleh seluruh pihak terkait; dan b. Tanggal pada saat sebagian pinjaman pertama dicairkan oleh Pemberi Pinjaman kepada BUP untuk dipakai dalam pelaksanaan pembangunan proyek (tidak termasuk pekerjaan yang berkaitan dengan Studi Rancang Bangun Awal dan Rancang Bangun Akhir). 13. Keadaan Kahar adalah keadaan sebagaimana dijelaskan dalam pasal (xxx) tentang keadaan kahar 14. Persetujuan Pemerintah adalah seluruh pengesahan, persetujuan, keputusan, lisensi, perizinan, pengenyampingan, hak khusus, persetujuan dari dan pendaftaran pada seluruh Perangkat Pemerintah yang disyaratkan berdasarkan Undang-Undang sebagaimana diperlukan untuk pelaksanaan Proyek sesuai dengan Dokumen Proyek. 15. Perangkat Pemerintah adalah pemerintah pusat Republik Indonesia atau setiap kementerian, departemen atau badan politik lainnya (meliputi pemerintah provinsi dan kota), dalam wilayah Republik Indonesia dan setiap penerus atau penerima tugas dari pendahulunya. 16. Perjanjian Penjaminan adalah kesepakatan tertulis yang memuat hak dan kewajiban antara Penjamin dan BUP dalam rangka pemberian Penjaminan Infrastruktur. 17. Penjamin adalah PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) berdasarkan Perjanjian Penjaminan (apabila diberikan jaminan) 18. Kondisi Penyerahan adalah kondisi dimana infrastruktur wajib diserahkan kembali kepada PJPK sebagaimana dimaksud dalam pasal (xxx). 19. Kekayaan Intelektual adalah semua merk dagang yang telah atau yang akan didaftarkan, merk jasa, hak
atas alamat email, paten, desain yang terdaftar, model utilitas (utility model), permohonan-permohonan untuk hal-hal yang telah disebutkan, hak cipta, hak atas database (database rights), desain yang belum terdaftar, hak atas desain, hak atas temuan, informasi rahasia, pengetahuan, atau kekayaan intelektual lainnya. 20. Proyek LRT Palembang adalah kegiatan pembangunan, pengoperasian dan perawatan transportasi berbasis rel dengan teknologi Light Rail Transit (LRT) yang akan menghubungkan antara Bandar Udara Bandar Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) dengan Stadion Jakabaring. Ketentuan definisi dapat ditambah sesuai dengan hasil negosiasi dengan Badan Usaha Pelaksana
3.
Tujuan Kerjasama
4.
Bentuk Kerjasama
5.
Ruang Lingkup Kerjasama
6.
Kewajiban Umum Badan Usaha Pelaksana
Pokok-Pokok Kerjasama Perjanjian ini ditujukan sebagai dasar hukum pelaksanaan Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana LRT Palembang (“Proyek”) berikut dengan fasilitas pendukungnya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Proyek dilaksanakan dalam bentuk Pengadaan fasilitasGuna-Serah (Procure Operate Transfer - POT) Kementerian Perhubungan memberikan hak eksklusif kepada BUP, dengan prinsip pembagian risiko yang proporsional sebagaimana diatur dalam pasal xxx untuk melaksanakan Proyek. 1. melaksanakan dan menyelesaikan Pekerjaan pada atau sebelum Target Tanggal Operasi Komersial; 2. melaksanakan, memelihara dan melakukan perbaikan atas Infrastruktur berdasarkan Perjanjian ini (termasuk Rezim Pengangkutan). 3. tidak menggunakan Tanah, Infrastruktur atau Aset dari Proyek untuk maksud dan tujuan lainnya selain yang diizinkan baik secara tegas atau tidak berdasarkan Perjanjian ini kecuali mendapatkan izin terlebih dahulu dari PJPK 4. menyerahkan infrastruktur proyek kepada PJPK berasarkan ketentuan pengakhiran perjanjian. 5. Mendapatkan pembiayaan yang cukup untuk
7.
8.
Kewajiban Kementerian Perhubungan
Jangka Waktu Perjanjian Kerjasama
melaksanakan setiap tanggung jawab dan kewajiban berdasarkan dokumen proyek. 6. Menggunakan seluruh kemampuan, ketelitian dan ketepatan dalam melaksanakan dan mengamankan kewajiban-kewajibannya berdasarkan perjanjian ini. 7. Melaksanakan dengan itikad baik setiap kesepakatan dengan Kementerian Perhubungan dan seluruh perangat Pemerintahan. 8. Bekerjasama dengan Kementerian Perhubungan untuk memaksimalkan keuntungan bagi Pengguna Jasa dan untuk mengoptimalkan penggunaan Infrastruktur dan Aset Proyek; 9. Bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan BUMD untuk mengembangkan Transit Oriented Development (TOD) yang akan diatur dalam perjanjian terpisah. 10. transaksi dan asas kepercayaan dalam melakukan hubungan komersial dengan penyedia barang dan jasa yang merupakan pihak ketiga; 11. tunduk dan melaksanakan Rezim Pengangkutan dalam pelaksanaan Infrastruktur dan melaksanakan kewajiban – kewajiban yang diharuskan oleh “Penyedia” berdasarkan Rezim Pengangkutan; dan 12. dengan tidak mengesampingkan ketentuan dalam Perjanjian ini, BUP harus menaati dan memastikan bahwa semua Kontraktor tunduk pada, seluruh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang terkait pada pelaksanaan Pekerjaan, ketentuan Pelayanan dan Operasional dan Pemeliharaan Infrastruktur. 1. Menerbitkan persetujuan pemerintah yang dibutuhkan BUP dalam rangka pelaksanaan Proyek LRT Palembang 2. Mendukung BUP dalam upaya untuk memperoleh persetujuan dari Perangkat Pemerintah dalam rangka pelaksanaan Proyek LRT Palembang sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku.
Jangka Waktu Jangka waktu Perjanjian ini dimulai sejak tanggal yang tertera dalam Perjanjian ini dan berakhir 15 tahun, terhitung sejak kegiatan komersial dilakukan.
9.
Tanggal Pembiayaan (Financing Date) Tanggal Pembiayaan 1. BUP berkewajiban untuk memperoleh pembiayaan (Financing Date) pelaksanaan Proyek paling lambat 1 tahun setelah perjanjian ini disepakati. 2. Dalam hal BUP telah memperkirakan bahwa tidak akan sanggup untuk memperoleh pembiayaan dalam jangka pada saat Tanggal Pembiayaan, maka BUP akan menyampaikan pemberitahuan kepada PJPK selambat-lambatnya 30 hari sebelum tanggal jatuh tempo dari tanggal efektif perjanjian ini.
10.
Desain dan Instalasi
11.
Kewajiban Badan Usaha Pelaksana dalam mengelola Tanah
12.
Rencana Kerja dan Pelaporan
13.
Pengujian dan Pemeriksaan Proyek (Testing and Commissioning)
Pelaksanaan Proyek BUP berkewajiban untuk menyusun Rancang Bangun Detail (Detail Engineering Design – DED) Fasilitas dan sistem yang akan diinstalasi /diterapkan. 1. BUP akan menggunakan Tanah hanya untuk pelaksanaan kewajiban-kewajiban dalam Perjanjian ini; 2. BUP akan tunduk pada seluruh syarat dan kondisi dari izin pinjam pakai yang diterbitkan untuk maksud tersebut dan seluruh Persyaratan Hukum yang berlaku terkait dengan Izin Pinjam Pakai.
1. BUP akan menyusun dan menyampaikan rencana kerja kepada Kementerian Perhubungan dalam waktu xxx hari setelah perjanjian kerjasama ditandatangani. 2. Dengan memperhitukan jangka waktu Tanggal Pembiayaan sampai dengan Tanggal Operasi Komersial, BUP harus menyampaikan Laporan Perkembangan Triwulanan kepada Kementerian Perhubungan yang meliputi hal-hal sebagai berikut: Perkembangan Pekerjaan yang sesuai dengan Program Kerja dan dan setiap perkembangan apapun yang dituangkan dalam laporan tersebut tidak lebih dari 7 hari sebelum tanggal dimana laporan perkembangan harus dibuat. Jadwal dari seluruh pekerjaan yang telah diselesaikan sejak periode yang disebutkan dalam Laporan Perkembangan tersebut. 1. BUP wajib melaksanakan pengujian dan komisioning atas pekerjaan sesuai dengan Rencana Pengujian dan Komisioning yang telah disetujui, untuk menyelesaikan dan memenuhi seluruh persyaratan pengujian dan
komisioning sebelum target Tanggal Operasi Komersial 2. BUP akan tunduk pada seluruh persyaratan keselamatan sebagaimana diatur dalam Persyaratan Hukum yang berlaku termasuk persyaratan yang diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian dan seluruh peraturan yang terkait.
14.
15.
Standar Kinerja Pengoperasian dan Pemeliharaan Pengoperasian 1. BUP akan memulai pelaksanaan Layanan pada atau sebelum Target Tanggal Operasi Komersial. 2. BUP akan melaksanakan Layanan dan mengoperasikan dan mengelola Proyek selama periode pengoperasian dengan tunduk pada: a. Ketentuan-ketentuan dari Perjanjian ini b. Spesifikasi operasi dan pemeliharaan sebagaimana ditentukan dalam RfP, Proposal, Rancang Bangun Akhir dan Spesifikasi dan persyaratan garansi dari pabrik. c. Seluruh persyaratan yang berlaku; d. Sesuai dengan standar internasional yang telah diakui dan panduan operasi dan pemeliharaan. Pemeliharaan
1. BUP pada setiap saat selama Jangka Waktu Perjanjian akan bertanggungjawab untuk mengelola Infrastruktur dalam keadaan baik dan melakukan perbaikan substansial dan pengkondisian kembali dan, tanpa mengurangi sifat umum dari ketentuan tersebut, berdasarkan Standar OP. Untuk kepentingan persetujuan ini, kewajiban "pemeliharaan" atau kewajiban untuk "memelihara" akan dianggap mencakup semua perbaikan, pembaharuan, penggantian dan peningkatan sejauh yang diperlukan untuk mempertahankan infrastruktur dalam kondisi dan standar yang diatur dalam Perjanjian ini. 2. Jika BUP secara material gagal untuk mempertahankan atau memperbaiki Infrastruktur sesuai dengan perjanjian ini, maka, tanpa merugikan hak atau upaya hukum yang tersedia bagi PJPK dan tanpa membebaskan BUP dari tugas dan kewajiban berdasarkan Perjanjian ini, PJPK dapat mengambil semua langkah-langkah, tindakan yang wajar dan sesuai dengan Praktik Industri yang Baik, yang dianggap tepat untuk mempertahankan atau
memperbaiki Infrastruktur atau untuk mematuhi kewajiban-kewajiban tersebut. 3. Terhadap keadaan darurat dan gangguan, BUP akan: a. menanggapi sesegera mungkin kecelakaankecelakaan, keadaan-keadaan darurat atau insideninsiden lainnya; b. melakukan pemberitahuan kepada PJPK mengenai setiap kecelakaan, keadaan-keadaan darurat atau insiden-insiden lain yang serupa; c. mengurangi efek merugikan dari setiap kecelakaan, kedaan-keadaan darurat atau insiden-insiden lainnya; dan d. bertindak segera dan secara efisien atas terjadinya insiden atau keadaan darurat yang memerlukan evakuasi dari setiap bagian dari Infrastruktur.
Perubahan Peraturan Perundang-undangan, Keadaan Kahar (Force Majeur) dan Mekanisme Kompensasi 16. Perubahan Peraturan 1. Jika suatu perubahan didalam hukum terjadi selama Perundang-undangan Jangka Waktu Perjanjian dimana perubahan tersebut bukan merupakan Perubahan Hukum Terbatas, BUP dengan biaya sendiri akan menyesuaikan dengan Perubahan Peraturan Perundang-undangan tersebut. 2. BUP, tanpa mengurangi kewajibannya berdasarkan perjanjian ini, akan melakukan upaya terbaik sesuai dengan Praktik Industri yang baik untuk mengurangi dampak akibat Perubahan Peraturan Perundangundangan (termasuk Perubahan Hukum Terbatas). 3. Apabila suatu Perubahan Hukum Terbatas terjadi atau menugkin akan terjadi, maka BUP akan secara tertulis memberitahukan mengenai Perubahan Hukum Terbatas tersebut dan dampaknya terhadap Proyek. 4. Segera setelah pemberitahuan dari BUP diterima, Para Pihak akan mendiskusikan dan meyetujui isu-isu tersebut dan cara mitigasinya sebagaimana disampaikan BUP. 17.
Keadaan Kahar (Force Majeur)
1. Keadaan Kahar memiliki arti setiap keadaan yang tidak dapat dikendalikan, secara langsung ataupun tidak langsung oleh Pihak yang terkena dampak, namun hanya jika dan apabila bahwa: a. Keadaan tersebut meskipun dilakukan dengan usaha yang wajar tetap tidak dapat dicegah, dihindari atau dihilangkan oleh Pihak tersebut; b. Keadaan tersebut menghalangi pihak itu dari
18.
Mekanisme Kompensasi
19.
Izin Untuk Hak Atas Kekayaan Intelektual
menjalankan kewajibannya berdasarkan perjanjian ini; c. Dalam hal BUP mengklaim bahwa keadaan tersebut menimbulkan kerugian materiil yang besar (biaya, pendapatan dan/atau waktu) dan mempengaruhi kemampuan BUP dalam menjalankan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini; d. Pihak tersebut telah mengambil seluruh tindakan pencegahan yang wajar, hati-hati dan langkah alternatif yang wajar untuk menghindari dampak dari keadaan tersebut terhadap kemampuan Pihak tersebut dalam melaksanakan kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini dan untuk memitigasi resiko; e. Keadaan tersebut bukan merupakan hasil, baik secara langsung atau tidak langsung, dari kegagalan Pihak tersebut untuk menjalankan kewajibannya berdasarkan setiap Dokumen Proyek atau sebagai hasil dari setiap tindakan atau kelalaian kontraktor BUP, sub-kontraktor atau Pengguna Jasa; dan f. Pihak tersebut telah memberikan Pihak lain pemberitahuan dengan segera yang menjelaskan peristiwa tersebut, dampak dan tindakan yang akan diambil. 2. Apabila keadaan kahar terjadi sebelum tanggal operasi komersial proyek, maka akan mengikuti ketentuan mengenai penundaan proyek dan target tanggal operasi komersial akan ditunda dengan waktu yang wajar. 3. Apabila keadaan kahar terjadi setelah tanggal operasi komersial sehingga mengakibatkan pelayanan terganggu, maka PJPK tidak berhak melaksanakan pengakhiran perjanjian berdasarkan wanprestasi BUP. Mekanisme kompensasi akan diatur lebih lanjut.
Hak Atas Kekayaan Intelektual BUP memberikan Kementerian Perhubungan izin tanpa jangka waktu, tidak dapat ditarik, bebas royalti dan nonekslusif (dengan hak bebas untuk mensub-lisensikan dan/atau menugaskan kepada pihak ketiga) untuk menggunakan, mengeksploitasi dan mereproduksi Kekayaan Intelektual yang dipegang oleh atau dilisensikan kepada BUP untuk seluruh tujuan sehubungan dengan Proyek.
20.
Penggunaan Dokumen Pemerintah oleh Badan Usaha
21.
Bentuk Jaminan Pemerintah
22.
Mekanisme pemberian jaminan pemerintah
23.
Harga dan Biaya
24.
Pendanaan Proyek
25.
Perubahan Pemegang Saham
Diantara Para Pihak, Kementerian Perhubungan tetap memegang hak cipta dan kekayaan intelektual lainnya atas dokumen yang dibuat oleh (atau atas nama) Kementerian Perhubungan. BUP dapat, dengan biayanya sendiri, menyalinm menggunakan dan memperoleh komunikasi atas dokumen tersebut untuk tujuan pelaksanaan kewajibannya berdasarkan perjanjian ini. Tanpa persetujuan Kementerian Perhubungan, BUP tidak diizinkan untuk menyalin, menggunakan atau mengkomunikasikan dokumen tersebut kepada pihak ketiga. Jaminan Pemerintah Pemberian jaminan pemerintah akan mengacu pada perjanjian penjaminan infrastruktur antara penjamin dengan BUP (apabila diperlukan).
Mekanisme pemberian jaminan pemerintah akan mengacu pada proses dan persetujuan dari penjamin (PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero))
Finansial Kementerian Perhubungan bertanggung jawab untuk melaksanakan kewajibannya terkait dengan pengadaan tanah dan penyediaan prasarana dan sarana LRT sesuai amanat Peraturan Presiden No. 116 tahun 2015. Dalam hal Kementerian Perhubungan tidak memiliki cukup dana dalam pelaksanaan pengadan tanah, maka BUP dapat membiayai pelaksanaan pengadaan tanah dan memasukkan biaya tersebut dalam biaya investasi. Atas biaya pengadaan tanah tersebut, pemerintah dapat mempertimbangkan untuk memperpanjang masa konsesi. PJPK memiliki tanggung Jawab untuk menganggarkan dan menyediakan dana untuk membayar ketersediaan layanan yang disediakan oleh BUP berdasarkan pada spesifikasi layanan yang telah ditetapkan.
1. BUP dapat melakukan pengalihan saham sebelum Proyek beroperasi secara komersial setelah mendapatkan persetujuan dan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh PJPK. 2. Pengalihan saham tersebut tidak boleh menunda atau membuat terhentinya pekerjaan sehingga berdampak pada mulai beroperasinya Proyek.
26.
Jaminan Pelaksanaan
27.
Jaminan Bank (Bank Guarantee)
28.
Pembayaran atas Ketersediaan Layanan Pembayaran atas Pembayaran Atas Ketersediaan Layanan dapat dihitung Ketersediaan Layanan berdasarkan formula yang telah ditetapkan.
29.
Penagihan
1. Jaminan Pelaksanaan adalah Jaminan Bank yang teah diserahkan oleh BUP kepada PJPK sebagai persyaratan penandatanganan perjanjian kerjasama ini. 2. Jaminan Pelaksanaan terdiri dari: a. Jaminan Pelaksanaan pada masa perolehan pembiayaan dengan besaran 5% dari penawaran nilai investasi yang diajukan BUP. b. Jaminan Pelaksanaan pada masa konstruksi dengan besaran 5% dari nilai konstruksi.
1. Seluruh Jaminan Bank harus diterbitkan oleh bank yang memiliki izin untuk melaksanakan usaha di Indonesia. 2. Masing-masing Jaminan Bank yang diberikan oleh BUP berdasarkan Perjanjian ini harus dalam bentuk sebgaimana ditetapkan dalam Lampiran xx (Bentuk Jaminan Bank) atau bentuk lainnya yang mungkin disetujui PJPK berdasarkan kebijakannya sendiri. 3. Apabila diperlukan, BUP harus dapat mengatur bahwa Bank Garansi dapat diperpanjang, diperbaharui atau diganti selambat-lambatnya 14 hari kerja sebelum tanggal berakhirnya Bank Garansi. 4. BUP memastikan dan menjamin bahwa Jaminan Pelaksanaan bersifat tanpa syarat (unconditional) dan dapat dicairkan sebesar nilai jaminan.
1. BUP dapat menerbitkan tagihan atas tersedianya layanan kepada PJPK pada setiap periode pembayaran. 2. BUP dapat menerbitkan surat penagihan dalam waktu 10 hari di akhir bulan periode pembayaran. 3. PJPK berkewajiban membayar tagihan yang dikirimkan oleh BUP sekurang-kurangnya 30 hari kerja sejak diterimanya surat penagihan oleh PJPK. 4. PJPK berhak untuk memberikan pinalti atau pengurangan pembayaran berdasarkan kualitas layanan yang diberikan sesuai dengan perjanjian. 5. Dalam hal PJPK terlambat melakukan pembayaran, maka akan dikenakan bunga dengan besaran XXX % per tahun
30.
31.
Wanprestasi
Wanprestasi dan Pengakhiran Perjanjian Masing-masing hal dibawah ini adalah Keadaan Wanprestasi oleh BUP 1. Tanggal Pembiayaan tidak tercapai pada saat atau sebelum Target Tanggal Pembiayaan; 2. BUP atau setiap kontraktor gagal untuk memulai Pekerjaan dalam 1 (satu) tahun setelah berlakunya perjanjian atau 1 (satu) bulan setelah Tanggal Pembiayaan, yang mana tercapai lebih awal tergantung pada tercapainya tanggal pembiayaan; 3. Tanggal Operasi Komersial tidak terjadi pada Tanggal Operasi Komersial atau tidak ada kemungkinan tercapainya Tanggal Operasi Komersial pada Target Tanggal Operasi Komersial; 4. BUP dan/atau Kontraktor dengan sengaja menelantarkan, menunda dan/atau berhenti untuk melaksanakan Proyek.
Pengakhiran Perjanjian
Masing-masing hal dibawah ini adalah Keadaan Wanprestasi oleh PJPK 1. Setiap pelanggaran oleh PJPK terhadap kewajibannya menurut Perjanjian ini yang tidak diperbaiki dalam jangka waktu xxx hari sejak: a. tanggal dimana PJPK mengetahui adanya pelanggaran tersebut; atau b. tanggal dimana pemberitahuan dari BUP terhadap PJPK yang menyatakan adanya pelanggaran tersebut telah terjadi; atau setiap pernyataan dan jaminan Pengakhiran karena terjadi wanprestasi 1. Pihak yang bukan merupakan subyek wanprestasi dapat menyampaikan pemberitahuan kepada pihal lain mengenai rincian kejadian wanprestasi dan pihal tersebut telah gagal melakukan upaya memperbaiki wanprestasi. 2. Dalam jangka waktu 30 hari setelah pemberitahuan tersebut, Para Pihak harus berkonsultasi mengenai langkah-langkah yang harus diambil dengan maksud untuk mengatasi atau memperbaiki konsekuensikonsekuensi dari keadaan tersebut dengan mempertimbangkan semua keadaan. 3. Apabila terjadi sengketa diantara Para Pihak, maka akan diselesaikan sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian ini.
Pengakhiran bukan karena terjadi wanprestasi, dapat disebabkan karena: 1. Tidak tercapainya tanggal pembiayaan 2. Pengakhiran pada tahun ke 15 3. Pengakhiran karena peristiwa ganti kerugian 4. Pengakhiran karena keadaan kahar (force majeur).
32.
33.
34.
Penyerahan Proyek Kepada Penanggung Jawab Proyek Kerjasama Penyerahan Akibat Pada saat pengakhiran Perjanjian (dengan alasan apapun) Pengakhiran Perjanjian sebelum Tanggal Operasi Komersial, BUP wajib: Sebelum Pengoperasian 1. bekerja sama penuh dengan PJPK untuk mengamankan Secara Komersial dan menyerahkan Pekerjaan kepada PJPK secara tertib (atau sebagaimana PJPK mengarahkan) dengan bebas dari setiap Hak Gadai dan sebagainya demi meminimalisir kemungkinan terganggunya Pekerjaan, apabila berlanjut; 2. Dengan tidak membatasi dari setiap ketentuan dalam Perjanjian ini, BUP harus memastikan bahwa Pekerjaan dan segala hal yang dipindahtangankan, dijual atau disediakan oleh BUP kepada PJPK pada saat pengakhiran Perjanjian sebelum Tanggal Beroperasi Secara Komersial adalah dalam kondisi yang dapat menyebabkan PJPK atau pihak ketiga lainnya dapat melanjutkan Pekerjaan tanpa membutuhkan tindakan lainnya untuk memastikan bahwa hal-hal tersebut berada dalam kondisi yang baik untuk melanjutkan Pekerjaan. Penyerahan Akibat Pengakhiran Perjanjian Pada Saat atau Setelah Pengoperasian Secara Komersial
Kerahasiaan
Dengan tidak membatasi setiap ketentuan dalam Perjanjian ini, pada saat pengakhiran perjanjian ini setiap waktu setelah Tanggal Beroperasi Secara Komersial, maka Proyek harus dipindahtangankan kepada PJPK dalam kondisi: a. Dapat dioperasikan untuk pengoperasian jasa perkeretaapian untuk jangka waktu sejak tanggal beroperasi secara komersial sampai dengan tanggal pengakhiran dan telah dilakukan perawatan dengan baik. b. Memenuhi semua standar yang berlaku.
Ketentuan Umum Para Pihak sepakat bahwa akan memastikan menjaga kerahasiaan semua informasi, dokumentasi, data atau hal lain yang telah disepakati dalam bentuk rahasia dari pihak
35.
Pemberitahuan
36.
Perubahan/Amandemen dan Penambahan/Addendum
37.
Bahasa Yang Berlaku
38.
Hukum Yang Berlaku
39.
Penyelesaian Perselisihan
40.
Penyuapan dan Korupsi
ketiga, atau dapat menyampaikan dokumen rahasia tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari pihak lain. Setiap pemberitahuan atau komunikasi lainnya yang dilakukan berdasarkan perjanjian ini hanya akan dilakukan secara tertulis kepada alamat Kedua Pihak sebagai berikut: Alamat Penanggung Jawab Proyek Kerjasama Alamat Badan Usaha Pelaksana
1. Perjanjian ini hanya dapat diamandemen atau dimodifikasi secara tertulis dan ditandatangani oleh masing-masing pihak. 2. Tidak ada istilah-istilah yang tersirat (baik dengan cara apapun yang menunjukkan perilaku atau transaksi atau sejenis oleh Para Pihak, atau secara kebiasaan, penggunaan atau sebaliknya) ke dalam Perjanjian ini.
Perjanjian ini dibuat dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Dalam setiap keadaan inkonsistensi antara versi bahasa Inggris Perjanjian ini dan versi Bahasa Indonesia dan dalam hal terjadi perselisihan maka versi Bahasa Indonesia yang berlaku.
1. Perjanjian ini harus diatur oleh, dan harus ditafsirkan sesuai dengan hukum dan peraturan perundangundangan Republik Indonesia. 2. Para Pihak mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sehubungan dengan Perjanjian ini selama penegsampingan tersebut diperlukan untuk melakukan pembatalan Perjanjian ini sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada. 1. Musyawarah 2. Rujukan Kepada Ahli 3. Arbitrase oleh lembaga arbitrase yang disepakati para pihak
Masing-masing Pihak harus mematuhi Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UndangUndang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi termasuk untuk tidak terlibat dalam (dan tidak berwenang atau dapat memberikan izin
setiap pihak yang bertindak atas dirinya sendiri untuk terlibat) setiap kegiatan atau pengaturan sehubungan dengan setiap transaksi dimaksud dalam Perjanjian ini atau setiap Dokumen Proyek: a. memberikan pengaruh secara tidak semestinya tindakan-tindakan kepada pihak lain; b. setiap tindakan atau kelalaian, termasuk kekeliruan bahwa mengetahui atau secara ceroboh menyesatkan atau berupaya untuk menyesatkan, pihak untuk memperoleh manfaat finansial atau untuk menghindari kewajiban; c. merusak atau merugikan, atau memiliki ancaman untuk merusak atau merugikan, secara langsung maupun tidak langsung, setiap pihak atau properti dari pihak untuk mempengaruhi tindakan suatu pihak dengan tidak semestinya; d. pengaturan antara dua atau lebih para pihak yang dirancang untuk memperoleh tujuan yang tidak wajar, termasuk mempengaruhi tindakan suatu pihak lain dengan tidak semestinya.
LAMPIRAN G: OUTLINE DOKUMEN PENAWARAN Outline Dokumen Penawaran yang disampaikan berikut ini merupakan persyaratan minimal yang harus ada dan harus dilengkapi oleh Peserta Lelang di dalam Dokumen Penawaran. I.
SAMPUL I: DOKUMEN ADMINISTRASI DAN PENAWARAN TEKNIS Dokumen Administrasi: A. Surat Penawaran B. Surat Jaminan Penawaran C. Pakta Integritas D. Surat Kuasa E. Surat Kerahasiaan F. Rancangan Perjanjian Kerjasama G. Perjanjian Konsorsium -
II.
Dokumen Penawaran Teknis: A. Konsep dan Metodologi B. Strategi Bisnis C. Rencana Operasi dan Pemeliharaan D. Pengembangan Ekonomi Lokal E. Strategi Pengelolaan dan Pemantauan Dampak Lingkungan F. Lampiran
SAMPUL II: PENAWARAN FINANSIAL 1. Penawaran Biaya 2. Rencana Pembiayaan Proyek 3. Model Finansial A. Daftar asumsi yang digunakan dalam penyiapan model keuangan untuk Capital Expenditure sesuai rincian rencana investasi yang digunakan pada model keuangan dan harus konsisten dengan Daftar Kuantitas yang disampaikan pada penawaran teknis di Sampul I B. Daftar asumsi yang digunakan dalam penyiapan biaya Operational Expenditure C. Metode yang digunakan dalam penetapan tingkat Pengembalian Investasi Badan Usaha Pelaksana D. Asumsi yang digunakan dalam model keuangan seperti tingkat suku bunga pinjaman dan jangka waktu pinjaman E. Proyeksi Laba (rugi) Badan Usaha Pelaksana F. Proyeksi Arus Kas Badan Usaha Pelaksana G. Proyeksi Neraca Badan Usaha Pelaksana H. Proyeksi perhitungan pembayaran utang dan bunga G-1
I. J.
Perhitungan nilai diskonto proyek termasuk Financial NPV; dan Rasio keuangan termasuk Financial IRR, Weighted Average Cost of Capital (WACC), Debt Service Coverage Ratio (Average dan minimum DSCR) dan Return On Equity (ROE)
G-2
LAMPIRAN H: PERSYARATAN IZIN LINGKUNGAN
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 (“PP 27/2012”) tentang Izin Lingkungan mengamanatkan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan. Dalam rangka pemenuhan terhadap amanat pemerintah dalam PP 27/2012 dimaksud, Badan Usaha Pelaksana diwajibkan menyusun dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) untuk memperoleh izin lingkungan bagi pelaksanaan Proyek. Pedoman pengisian formulir UKLUPL, diatur dalam Lampiran IV Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Prosedur perolehan izin lingkungan bagi usaha dan/atau kegiatan yang wajib UKL-UPL sebagaimana diatur dalam PP 27/2012 tersaji pada tabel di bawah ini.
Tabel H-1 Prosedur Perolehan Izin Lingkungan Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib UKL-UPL No.
Aktivitas
1.
Pemrakarsa mengisi formulir UKL-UPL dengan berpedoman kepada Lampiran IV Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Pemrakarsa menyampaikan formulir UKL-UPL dan permohonan izin lingkungan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup. Pemrakarsa menunggu hasil pemeriksaan kelengkapan administrasi formulir UKL-UPL dan permohonan izin lingkungan dari Menteri Negara Lingkungan Hidup. Pemrakarsa menunggu hasil pemeriksaan substansi formulir UKL-UPL dari Menteri Negara Lingkungan Hidup.
2.
3.
4.
5.
Jangka Waktu
14 hari kerja sejak formulir UKL-UPL dinyatakan lengkap secara administrasi
Pemrakarsa menunggu penerbitan rekomendasi UKL-UPL dan izin lingkungan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.
H-1
Tabel H-2 Prosedur Perolehan Izin Lingkungan Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Amdal No.
Aktivitas
Jangka Waktu
1.
Pemrakarsa melakukan Pengumuman Rencana Usaha dan 10 hari kerja Konsultasi Publik
2.
Pemrakarsa menyusun Kerangka Acuan
3.
Pemrakarsa mengajukan Kerangka Acuan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup
4.
Pemrakarsa menunggu penilaian Kerangka Acuan dari Komisi 30 hari kerja Penilai Amdal
5.
Pemrakarsa melakukan perbaikan Kerangka Acuan berdasarkan Maksimal 3 masukan dari Komisi Penilai Amdal tahun dari diterimanya dokumen
6.
Pemrakarsa menunggu penilaian akhir dari Komisi Penilai Amdal
7.
Pemrakarsa melakukan perbaikan Kerangka Acuan berdasarkan Maksimal 3 masukan dari Komisi Penilai Amdal tahun dari diterimanya dokumen
8.
Pemrakarsa menunggu penilaian akhir dari Komisi Penilai AMDAL
9.
Pemrakarsa menyusun Andal dan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL)
10.
Pemrakarsa mengajukan Andal dan RKL-RPL kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup
11.
Pemrakarsa menunggu peniliaian Andal dan RKL-RPL dari Komisi 75 hari kerja Penilai Amdal
12.
Pemrakarsa melakukan perbaikan Andal dan RKL-RPL berdasarkan 75 hari kerja masukan dari Komisi Penilai Amdal
13.
Pemrakarsa menunggu penilaian akhir Andal dan RKL-RPL dari 75 hari kerja Komisi Penilai Amdal
14.
Pemrakarsa menunggu hasil rapat Komisi Penilai Amdal
30 hari kerja
30 hari kerja
75 hari kerja H-2
15.
Pemrakarsa menunggu penetapan keputusan oleh Menteri 10 hari kerja Negara Lingkungan Hidup dari diterimanya hasil rapat
H-3
LAMPIRAN I: MEMORANDUM INFORMASI PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH-BADAN USAHA PENGELOLAAN PRASARANA KERETA API RINGAN (LIGHT RAIL TRANSIT) DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
Informasi dalam memorandum ini adalah informasi proyek yang mencerminkan kondisi terbaru per tanggal Januari 2016 dan kondisi ini bisa berubah sewaktu-waktu. 1. Gambaran Umum Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan berencana untuk membangun LRT sebagai salah satu transportasi massal dengan kapasitas angkut menengah. Dengan adanya LRT ini, penataan kota dapat terencana dengan baik sebagai upaya antisipasi kerapatan jalan di kota. Keberadaan transportasi LRT dapat melayani angkutan penumpang yang lebih memadai. Rencana pembangunan jalur LRT di Palembang adalah Bandara SMB II - Jln. Jendral Sudirman - Masjid Agung (Ampera) Jakabaring - Lingkar Selatan. Selain itu, Pemerintah Indonesia akan melaksanakan Asean Games di Indonesia pada tahun 2018. Pelaksanaan event akan dilakukan di Jakarta dan di Provinsi Sumatera Selatan. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 116 tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaran Kereta Api Ringan (light rail transit) di Provinsi Sumatera Selatan untuk mendukung pembangunan di Provinsi Sumsel dan meningkatkan pelayanan transportasi. Pemerintah berencana akan membangun prasarana dan kemudian dilakukan tender Badan Usaha Pengelola Prasarana yang akan mengelola prasarana yang dibangun termasuk fasilitas pendukungnya. Sedangkan pengelolaan sarana akan dilakukan oleh PT. KAI
2. Manfaat Proyek Manfaat utama Proyek adalah meningkatkan konektivitas antar wilayah di Kota Palembang dan antar kota di Provinsi Sumatera Selatan dan sebagai pendukung pengembangan moda transportasi massal yang terintegrasi dengan moda transportasi lainnya. Dengan adanya rencana kegiatan pelaksanaan Asean Games 2018, pengembangan Kereta Api Ringan (light rail transit) mendukung pergerakan kegiatan selama pelaksanaan event tersebut.
3. Spesifikasi Teknis Umum Keberadaan transportasi LRT/monorel dapat melayani angkutan penumpang yang lebih memadai. Rencana pembangunan jalur monorel di Palembang dibagi menjadi empat koridor, yaitu: Koridor 1 : Masjid Agung – Jakabaring - Lingkar Selatan Koridor 2 : Prameswara - UNSRI Bukit - Kapten Rivai – Veteran - Perintis Kemerdekaan - RE Martadinata - Mayor Zen
Koridor 3 : Demang Lebar Daun - Basuki Rahmat - R.Sukamto - Abdul Rozak - Patal Pusri Koridor 4 : Masjid Agung (Ampera) - Jln. Jendral Sudirman - Bandara SMB II LRT Palembang didesain double track menggunakan lebar sepur 1.067 mm dan kecepatan rencana (V rencana) = 60 km/jam. Lebar koridor kanan-kiri masing-masing 4,35 m.
Gambar 1 Trase LRT Palembang
Tabel 1 Rekapitulasi Lengkung Horisontal LRT PI PI - 1 PI - 2 PI - 3 PI - 4 PI - 5 PI - 6 PI - 7 PI - 8 PI - 9 PI - 10 PI - 11 PI - 12 PI - 13 PI - 14 PI - 15 PI - 16 PI - 17 PI - 18 PI - 19 PI - 20 PI - 21 PI - 22 PI - 23 PI - 24
STA
Kecepatan (v, km/jam)
0+823.359 1+113.513 3+127.161 4+389.397 5+668.547 6+239.810 6+648.816 7+583.621 8+978.850 10+533.248 10+879.027 11+961.562 12+478.926 12+927.000 13+487.645 13+800.636 14+125.214 14+576.231 14+748.446 15+932.651 16+188.014 16+716.039 16+941.460 18+089.966
60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Jari-jari (R, m) 200 200 250 550 200 600 800 900 1150 500 200 200 200 1000 200 200 400 200 200 400 400 400 400 1500
Peninggian rel (h, mm)
Lengkung peralihan (Lh, m)
110 110 90 40 110 40 30 25 20 45 110 110 110 25 110 110 55 110 110 55 55 55 55 15
66.0 66.0 54.0 24.0 66.0 24.0 18.0 15.0 12.0 27.0 66.0 66.0 66.0 15.0 66.0 66.0 33.0 66.0 66.0 33.0 33.0 33.0 33.0 9.0
Jadwal pelaksanaan pekerjaan sarana Kegiatan Proses Pengadaan hingga financial push DED oleh PT WASKITA Konstruksi Pengadaan Sarana LRT Produksi Uji Testing Commissioning Operasi
Waktu Kwartal I – kwartal II 2016 Sampai dengan Kwartal III 2016 Kwartal III 2016 – Kwartal II 2018 Kwartal III - Kwartal IV 2016 Kwartal I 2017 – Kwartal II 2018 Kwartal III 2018 Mulai dari Kwartal III 2018
Beberapa jenis properti yang dapat dikembangkan pada dan di sekitar stasiun LRT adalah : 1. Penyewaan Ruang di Stasiun (Kios) Ruangan kosong pada stasiun besar dapat mendatangkan pemasukan bagi organisasi penyedia Layanan Transportasi LRT. Juga stasiun adalah bagian penting dari LRT yang merupakan sarana
yang terintegrasi dan tidak terpisahkan dengan LRT itu sendiri. Sehingga ruang kecil dan ruangan besar yang terdapat di stasiun dapat dijadikan tempat strategis pagi para pedagang untuk menjual barang dan jasa. 2. Tempat Parkir Mengingat bahwa pergerakan transportasi di Kota Palembang harus terintegrasi dan saling menopang, stasiun juga harus menjadi portal bagi penduduk untuk mendapatkan akses mudah berpergian dan berkendaraan dengan didukung oleh LRT. Tempat parkir dalam hal ini adalah juga sarana pemasukan dengan tarif yang sesuai dengan kemampuan dan harga kompetitif transportasi. 3.
Iklan Jika LRT berhasil terealisasikan, tidak dapat dipungkiri bahwa bangunan dan papan yang dapat dipasang di stasiun dan bangunan LRT serta LRT dapat memberikan peluang untuk iklan.
4.
Hotel/Perkantoran Pada Koridor LRT tertentu dapat dibangun Hotel atau perkantora atau keduanya,.terutama pada bagian bandara dan Depo.
5. Mal Stasiun juga sebaiknya adalah pusat transportasi yg dapat menyediakan hiburan, supermarket, toko suvenir, Restoran. 6.
Apartemen Penyedia jasa LRT dapat juga diberikan konsesi untuk pembangunan apartemen untuk luasan tertentu disepanjang koridor LRT.
4. Aspek Lingkungan Proyek LRT Palembang telah melalui proses Analisa Dampak Lingkungan dan telah memperoleh surat ijin lingkungan melalui Keputusan Walikota Palembang No 107 Tahun 2014 tentang Izin Lingkungan Atas Kegiatan Pembangunan Monorel Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Kajian Lingkungan terhadap dampak pembangunan LRT akan mencakup mulai dari tahap Pra Konstruksi, Konstruksi, Operasi dan Paska Operasi. A. Tahap Pra Konstruksi Pada tahap pra konstruksi, dampak utama yang terjadi adalah keresahan atas persepsi masyarakat. Sumber dampak utama adalah kegiatan pembebasan lahan dan evaluasi yang menyeluruh telah disampaikan pada Subbab diatas. Oleh karena itu upaya yang dapat dilakukan oleh pemrakarsa untuk mengelola dampak penting yang dimaksudkan adalah:
1. Menginformasikan secara jelas dan terarah tentang pembangunan LRT: dapat melalui media cetak atau elektronik serta memasang poster atau papan pemberitahuan 2. Berkoordinasi dengan instansi terkair untuk pembebasan lahan 3. Melaksanakan Peraturan Gubernur Sumsel nomor 25 tahun 2009 4. Melakukan musyawarah dengan pemilik lahan, bila ada lahan yang perlu dibebaskan 5. Menyosialisasikan tentang legalitas kepemilikan tanah 6. Membayar dana kompensasi lahan langsung kepada pemilik lahan 7. Tidak melakukan pemaksaan dalam upaya pembebasan lahan
B. Tahap Konstruksi Kegiatan utama dalam tahap konstruksi adalah penyiapan lahan untuk pembangunan LRT. Dari kegiatan tersebut dampak utama yang perlu dikelola adalah gangguan kelancaran lalu lintas jalan dan elaborasi dampak penting telah disampaikan dalam Sub bab diatas. Upaya pengelolaan yang dapat dilaksanakan oleh pemrakarsa meliputi: 1. Mengatur peletakan peralatan dan bahan sedemikian rupa supaya rapi dan sedikit menggunakan badan jalan 2. Memasang pagar-pagar sebaiknya dibuat indah dan menarik: dicat, dipasang poster, dll. 3. Mengutamakan pekerja lokal untuk tenaga kerja non-skill 4. Melaksanakan semua SOP dalam kegiatan konstruksi 5. Memasang rambu-rambu jalan 6. Memindahkan peralatan berat dan bahan bangunan LRT pada waktu malam 7. Membantu pengaturan lalu lintas bila terjadi kemacetan 8. Mengupayakan sedikit mungkin kerusakan terhadap tanaman hias di median jalan
C. Tahap Operasi Tahap operasi dengan kegiatan utama adalah pengoperasian LRT Palembang. Kegiatan tersebut merupakan sumber dampak dan dampak utama yang perlu dikelola dengan baik dan efektif adalah dampak kesempatan kerja dan berusaha, gangguan kelancaran lalu lintas, dan persepsi masyarakat. Dampak-dampak tersebut perlu dikelola melalui serangkaian aktivitas yang dapat dilaksanakan oleh pemrakarsa. Upaya-upaya yang dapat ditempuh meliputi: 1. Mengutamakan pekerja lokal dalam merekrut tenaga kerja 2. Mengevaluasi etos kerja dari pekerja lokal dan pendatang
3. Menyosialisasikan kepada masyarakat tentang kebersihan dalam LRT 4. Mempertahankan tanaman hias yang masih ada di median jalan 5. Memasang rambu0rambu lalu lintas dan papan pengumuman 6. Menyediakan tempat sampah dalam gerbong LRT 7. Menanam tanaman hias di median jalan 8. Membangun taman-taman mini sebagai bagian dari ruang di stasiun dan atau feeders 9. Melakukan pengawasan dan perawatan sistem LRT secara rutin 10. Mengevaluasi hasil pengukuran yang dilakukan pada kegiatan pemantauan lingkungan hidup
D. Tahap Pasca Operasi Pada tahap pasca operasi, dampak yang terjadi adalah dampak yang terjadi pada tahap operasi. Upaya yang dapat dilakukan oleh pemrakarsa adalah upaya yang sama dilakukan pada tahap operasi
5. Kerangka Hukum Landasan dalam pelaksanaan KPBU LRT adalah : a. Perpres 38/2015 tentang Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur b. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional 4/2015 tentang Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur c. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah 19/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan Badan usaha dalam Penyediaan Infrastruktur d. UU No. 23/2007 tentang Perkeretaapian memungkinkan partisipasi pihak swasta untuk menyelenggarakan sarana dan prasarana perkerataapian sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 23 (1) dan Pasal 31 (1) UU No. 23/2007. Pasal 23 ayat (1) menyatakan penyelenggaraan prasarana perkeretaapian umum dilakukan oleh Badan Usaha sebagai penyelenggara, baik secara sendiri-sendiri maupun melalui kerja sama. Pasal 31 ayat (1) menyatakan penyelenggaraan sarana perkeretaapian umum dilakukan oleh Badan Usaha sebagai penyelenggara, baik secara sendiri-sendiri maupun melalui kerja sama. Sedangkan yang dimaksud dengan Badan Usaha adalah termasuk Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, atau badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk perkeretaapian e. Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; f.
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah beserta peraturan pelaksanaannya;
g. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah beserta peraturan pelaksanaannya.
h. Peraturan Menteri Perhubungan No. 83 Tahun 2010 tentang Panduan Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Oengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur Transportasi
6. Kerangka Kelembagaan Skema kerjasama LRT Palembang diarahkan untuk pengadaan penyelenggaraan prasarana (jalur kereta api, stasium kereta api dan fasilitas operasi kereta api) yang meliputi a. pembangunan prasarana; b. pengoperasian prasarana; c. perawatan prasarana; dan d. pengusahaan prasarana a. Badan Usaha Badan Usaha akan dipilih melalui proses pelelangan. Badan Usaha yang terpilih dalam proses pelelangan selanjutnya akan membentuk badan hukum yang khusus untuk melaksanakan proyek (Badan Usaha). b. Government Contracting Agency (Penanggung Jawab Perjanjian Kerjasama/PJPK) Penentuan PJPK dalam proyek KPBU LRT Palembang ini adalah Kementerian Perhubungan RI. c. Tim KPBU LRT Palembang Tim KPBU perlu segera dibentuk. Sampai dengan laporan ini dibuat pihak belum terbentuk Tim KPBU LRT Palembang. Tim KPBU ini diharapkan nantinya memiliki fungsi antara lain: i.
mempersiapkan persetujuan prinsip dukungan Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan (jika diperlukan);
ii.
melaksanaakn konsultasi publik;
iii.
melaksanakan kajian lingkungan hidup;
iv.
mengkoordinasikan pengadaan lelang BU yang mencakup perencanaan dan pelaksanaan pelelangan umum BU;
v.
mempersiapkan materi dan menyusun perjanjian kerja sama pemerintah dan badan usaha;
vi.
mempersiapkan proses persetujuan perjanjian kerja sama oleh DPRD berkaitan dengan adanya pembebanan kepada masyarakat;
vii.
mempersiapkan proses penandatanganan perjanjian kerjasama antara pemerintah dan BU sebagai hasil dari penetapan pelelangan;
viii.
melaksanakan pengaturan terhadap pelaksanaan dan pengelolaan Prasarana LRT Palembang;
ix.
mempersiapkan proses alih milik aset LRT Palembang (jika diperlukan);
x.
melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan Prasarana LRT Palembang;
xi.
mempersiapkan izin penyelenggaraan pengembangan LRT Palembang;
xii.
melakukan koordinasi dan pelaporan kepada pihak-pihak terkait;
xiii.
melaporkan hasil kegiatan kepada Gubernur.
d. Bappenas Bappenas berperan dalam memfasilitasi persiapan proyek KPBU LRT Palembang ini. e. Kementerian Keuangan Kementerian Keuangan juga akan berperan dalam menentukan alokasi Dukungan Pemerintah terhadap KPBU LRT Palembang untuk meningkatkan kelayakan finansial dari proyek. Selain itu, Kemenkeu akan membantu dalam penyiapan pelaksanaan Penjaminan Pemerintah apabila diperlukan. Sampai saat ini belum ditentukan apakah proyek ini akan meminta VGF (viability gap funding) dari pemerintah. f.
Kementerian Perhubungan
Kementerian Perhubungan selain sebagai PJPK dalam KPBU LRT Palembang berperan sebagai regulator. Menurut Pasal 377 PP No. 56/2009 Menteri Perhubungan
melakukan pembinaan
perkerataapian nasional yang meliputi:
i. penetapan arah dan sasaran kebijakan pengembangan perkeretaapian nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
ii. penetapan pedoman, standar, serta prosedur penyelenggaraan dan pengembangan perkeretaapian;
iii. penetapan kompetensi pejabat yang melaksanakan fungsi di bidang perkeretaapian; iv. pemberian arahan, bimbingan, pelatihan, serta bantuan teknis kepada pemerintah daerah, penyelenggara, dan pengguna jasa perkeretaapian; dan
v. pengawasan terhadap perwujudan pengembangan sistem perkeretaapian.
g. PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) PT PII tidak dibutuhkan karena BUP tidak membangun prasarana melainkan mengoperasikan, memelihara dan mengusahakan prasarana perkeretaapian.
Kedudukan dan hubungan antara pemangku kepentingan yang terlibat dalam proyek KPBU LRT Palembang dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2 Kedudukan & Hubungan Pemangku Kepentingan dalam Proyek KPBU LRT Palembang
8. Kerangka Komersial Berdasarkan Peraturan Presiden No. 116 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit di Provinsi Sumatera Selatan Pemerintah menugaskan kepada PT Waskita Karya (Persero) Tbk. untuk membangun prasarana LRT Palembang (Pasal 2 ayat (1)). Kemudian berdasarkan ketentuan Pasal 16, Pemerintah menugaskan PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk menyelenggarakan “sarana” LRT yang meliputi pengoperasian, perawatan dan pengusahaan. Dengan demikian, skema KPBU LRT Palembang yang ditawarkan kepaa pihak swasta kerjasama pengoperasian prasarana, perawatan prasarana; dan pengusahaan prasarana dalam kerangka KPBU. Bentuk KPBU adalah pemberian konsesi kepada BUP untuk melakukan pengoperasian, perawatan, dan pengusahaan prasarana.
Untuk pembayaran menggunakan skema availability payment berdasarkan Perpres No.38/2015. Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment) adalah pembayaran
secara berkala oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah kepada Badan Usaha Pelaksana atas tersedianya layanan Infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria sebagaimana ditentukan dalam perjanjian KPBU. Dengan demikian pemerintah akan membayar secara berkala. Skema pembayaran untuk layanan penggunaan sarana perkeretaapian adalah sebagai berikut: -
PT. KAI akan membayar Track Access Charge kepada pemerintah dan sebaliknya Pemerintah akan membayar infrastructure maintanance and operation (IMO) sarana kepada PT KAI dengan skema availability payment. Idealnya antara TAC dan AP besaran jumlahnya akan saling mengkompensasi (set off).
-
Terhadap pengguna sarana perkeretaapian tarifnya akan menjadi pendapatan pemerintah.
Akan tetapi skema pembayaran dalam KPBU LRT Palembang adalah sebagai berikut: -
Pemerintah akan membayar infrastructure maintanance and operation (IMO) prasarana kepada PT KAI dengan skema availability payment untuk biaya pengoperasian dan pemeliharaan yang dilakukan oleh BU dengan jumlah dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perjanjian.
-
BU akan menarik sewa atau fee dari non fairbox dari tenant/retail. Jika hasil penarikan sewa atau fee melebihi jumlah yang ditetapkan dalam perjanjian maka surplus hasil sewa/fee akan diserahkan kepada pemerintah
9. Perencanaan Stasiun Ruang lingkup kriteria perencanaan stasiun dan fasilitas pendukung untuk LRT meliputi :
a. Perencanaan Tapak/Lokasi b. Perencanaan Kebutuhan Ruang c. Perencanaan Aksesibilitas d. Perencanaan Arsitektur e. Perencanaan Utilitas f.
Perencanaan Struktur Bangunan
g. Perencanaan Kelengkapan h. Perencanaan Fasilitas Keamanan
Dalam merencanakan Stasiun LRT dan Fasilitas Pendukung harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a.
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pengguna LRT, antara lain : bersifat komuter, waktu perjalanan dan waktu tunggu tidak terlalu lama serta pada umumnya menggunakan sarana transportasi lanjutan lainnya.
b.
Memperhatikan kebutuhan pengoperasian LRT baik prasarana, sarana dan SDM.
c.
memperhatikan faktor keserasian bangunan stasiun dan fasilitas pendukung terhadap lingkungannya.
d.
memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kesehatan sesuai fungsi bangunan stasiun
Stasiun LRT direncanakan berupa elevated station, sehingga pembagian fungsi ruang dilakukan seefisien dan seefektif mungkin mengingat luas lahan yang tersedia sangat terbatas disamping pertimbangan biaya. Setiap ruang di stasiun mempunyai fungsi tertentu sesuai dengan aktifitas dan fasilitas pelayanan yang ditempatkan di ruang tersebut. Pembagian ruang di stasiun LRT berdasarkan fungsinya meliputi:
a. Ruang Untuk Kegiatan Pokok Ruang untuk kegiatan pokok adalah ruang yang diperuntukan bagi kegiatan-kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan jasa angkutan LRT di stasiun. Ruang untuk kegiatan pokok terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu: 1) Ruang Petugas Operasional, yang meliputi: 2) Ruang Pelayanan Publik, yang meliputi:
4
b. Ruang Untuk Kegiatan Penunjang dan Jasa Pelayanan Khusus Ruang ini adalah ruang yang diperuntukan bagi kegiatan-kegiatan komersial yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang kegiatan penyelenggaraan jasa angkutan kereta api di stasiun. Mengingat stasiun LRT berupa elevated station, dengan pertimbangan efisiensi dan efektifiktas maka beberapa penyesuaian dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi fungsi dan faktor keselamatan.
Zonasi Ruang Stasiun LRT merupakan fasilitas umum yang memerlukan tingkat keamanan, keselamatan dan kenyamanan yang cukup balk. Untuk itu ruang-ruang dalam stasiun perlu dipisah atas beberapa tingkat privasi, yaitu : a. Ruang Publik (Free Area), merupakan ruang-ruang yang dapat diakses semua orang balk calon
pengguna jasa LRT maupun pihak lain dan masih terhubungan dengan bagian luar bangunan stasiun.
b. Ruang Semi Publik (Paid Area), merupakan ruang-ruang yang hanya dapat diakses pengguna
jasa LRT setelah melalui proses pemeriksaan (check-in) balk oleh petugas maupun dengan Automatic Fare Colection (AFC).
c. Ruang Privat (Private Area), merupakan ruang yang benar-benar steril dan hanya dapat dimasuki oleh petugas atau piha-pihak yang mendapat ijin khusus.
Secara umum konsep zonasi ruang untuk stasiun LRT dapat dilihat pada Gambar 7.1.
Gambar Konsep zonasi pembagian ruang stasiun
Pemisahan antar ruang-ruang tersebut selain berupa dinding atau partisi dapat juga berupa :
a. Zona transisi, zona yang memisahkan antara ruang publik dengan ruang semi publik, dapat berupa area untuk check-in.
b. Perbedaan Level, dapat berupa : lantai dasar (ground level), terminal (concourse level) dan peron (platform level).
Luas dan Kapasitas Ruang a. Ruang di Stasiun Penentuan luas dan kapasitas ruang harus mempertimbangkan berbagai hal sehubungan dengan kapasitas, utilitas, aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan kenyamanan bagi pengguna ruangan. Sehubungan dengan kapasitas ruang, luas ruang pelayanan dan publik dapat dihitung dengan formulasi sebagai berikut: L = 0,64 m2/orang x V x LF
dimana : L = luas ruang pelayanan dan publik (m2) V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang) LF = load factor (100%) = 1 Tabel Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di Stasiun
Ruang Ruang Kepala Stasiun Ruang Wakil Kepala Stasiun Ruang Pengatur Perjalanan Kereta Ruang Pengawas Peron Ruang Keuangan Ruang Serbaguna Ruang Peralatan Ruang Istirahat Kru Ruang Petugas Keamanan
Luas Ruangan (m2) Berdasarkan Kelas Stasiun Kecil Besar Sedang 24 20 30 15 15 25 18 18 4 4 4 16 20 16 100 50 Sesuai kebutuhan 25 30 12 9 15
Ruang Petugas Kebersihan Ruang Hall Ruang Loket
9 250 25
9 150 12
6 60
Ruang Pelayanan Informasi
14
12
9
Ruang Tunggu
600
160
40
Ruang Layanan Kesehatan
25
15
15
Ruang Toilet Umum
54
45
30
Ruang Mushola
49
30
20
Ruang Ibu Menyusui
15
10
-
6
Penentuan luas ruang yang diperuntukan bagi kegiatan penunjang dan jasa pelayanan khusus di stasiun disesuaikan dengan kebutuhannya menyangkut jenis pelayanan, kapasitas dan utilitasnya serta tetap memenuhi aspek-aspek aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan kenyamanan.
b. Peron (Platform) Peron berfungsi sebagai tempat penumpang menunggu kereta sekaligus tempat untuk naik turun penumpang LRT. Mengingat sifat pelayanan LRT adalah komuter dan menggunakan elevated station, maka yang digunakan adalah jenis peron tinggi dan ditempatkan di antara dua jalur (island platform). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan peron adalah hal-hal sebagai berikut : 1) Panjang peron disesuaikan dengan rangkaian sarana LRT terpanjang yang beroperasi. 2) Lebar peron dihitung berdasarkan jumlah penumpang dan dihitung dengan menggunakan
formula sebagai berikut :
dimana: b = lebar peron (meter) V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang) LF = load factor (80%) /
= panjang peron sesui dengan rangkaian terpanjang KA penumpang yang beroperasi (meter)
3) Hasil penghitungan lebar peron menggunakan formula di atas tidak boleh kurang dari
ketentuan lebar peron minimal sebagai berikut:
Tabel Jenis dan Ukuran Peron
No.
Jenis Peron
Diantara dua jalur (island platform)
Di tepi jalur (side platform)
1
Tinggi
2 meter
1.65 meter
2
Sedang
2.5 meter
1.9 meter
3
Rendah
2.8 meter
2.05 meter
Tabel Ruang Antri Minimum
No.
Lokasi
Ruang Antri Minimum (mm)
1
Tangga berjalan dari titik kerja
8000
2
Tangga dari titik kerja
4000
3
Loket dari depan
6000
4
Mesin Karcis dari depan
5000
5
Jendela penjualan karcis dari pinggir loket
5000
6
Mesin penyesuaian tarif dari depan
2500
Gambar Error! No text of specified style in document..2 Tangga Masuk Halte
Gambar Fasilitas Pendukung untuk Difabel
Gambar Penampang Tengah Stasiun
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Standar pelayanan minimum untuk angkutan orang diatur oleh peraturan menteri no.9 tahun 2011, 1. Standar pelayanan minimal di stasiun, harus memiliki: a. Informasi yang jelas dan mudah dibaca mengenai 1. Nama dan nomer kereta api 2. Jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta api 3. Tarif kereta api 4. Stasiun kereta api pemberangkatan, stasiun kereta api pemberhentian, stasiun kereta api tujuan 5. Kelas pelayanan 6. Jaringan jalur kereta api b. Loket c. Ruang tunggu, tempat ibadah, toilet dan tempat parkir d. Kemudahan naik/turun penumpang e. Fasilitas penyandang cacat dan fasiltas kesehatan f. Fasilitas keselamatan dan keamanan
Tabel Standar Pelayanan Minimal di Stasiun (1)
1. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Standar pelayanan minimal di perjalanan kereta api perkotaan, sedikitnya harus memiliki: Pintu dan jendela Tempat duduk dengan kosntruksi tetap yang mempunyai sandaran Lampu penerangan Kipas angin Rak bagasi Fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak dibawah 5 (lima) tahun, orang sakit dan orang lanjut usia Fasilitas pegangan untuk penumpang berdiri Fasilitas kesehatan, keamanan dan keselamatan Informasi gangguan perjalanan kereta api Ketepatan jadwal perjalanan kereta api
Tabel Error! No text of specified style in document..2 Standar Pelayanan Minimal di Perjalanan
Rencana Stasiun LRT dan Analisa Properti Penyelenggaraan perkeretaapian membutuhkan dana awal yang sangat besar. Dalam hal infrastruktur dan sarana, LRT juga membutuhkan dana yang besar. Oleh karena fungsinya sebagai angkutan publik, penetapan tarif LRT disesuaikan dengan kemampuan masyarakat pengguna. Dengan kondisi demikian, maka kemungkinan besar pengembalian modal membutuhkan waktu yang sangat lama. Penyelenggaraan properti sebagai bagian dari pembangunan infrastruktur, dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi masalah ini. Hal ini yang seringali disebut sebagai Transit Oriented Development (TOD). Dalam perencanaan LRT Palembang, terdapat 13 (tiga belas) stasiun dimana semua lahan di lokasi stasiun merupakan milik Pemerintah Daerah. Sehingga pengembangan TOD di semua stasiun LRT tidak akan menimbulkan permasalahan pembebasan lahan. Stasiun LRT Kota Palembang berjumlah tiga belas (13) ditambah satu (1) depo yang membentang dari utara ke selatan Kota Palembang sepanjang 23 km dari Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II ke OPI Mall di selatan kota.
Gambar Rencana Lokasi Stasiun LRT Palembang Adapun beberapa jenis properti yang dapat dikembangkan pada dan di sekitar stasiun LRT adalah : Beberapa potensi jenis properti yang dapat dikembangkan adalah pada area stasiun LRT, seperti:
Penyewaan ruang untuk kios Umumnya, pada stasiun kereta terdapat ruang kosong yang berpotensi untuk disewakan kepada pihak ketiga dan menjadi pemasukan tambahan bagi organisasi penyedia layanan transportasi LRT. Ruang ini merupakan lahan kosong didalam stasiun yang telah dilengkapi dengan listrik dan saluran air untuk penggunaan komersial seperti misalnya toko, warung makan, swalayan, dan sebagainya. Pada stasiun KRL, luas standard ruang yang disewakan adalah 28m2 per petak. Penyewaan ruang untuk ATM Kebutuhan ATM meningkat seiring berjalannya waktu. Khususnya di lokasi-lokasi yang merupakan lokasi perpindahan, seringkali masyarakat membutuhkan uang tunai seperti misalnya untuk mengisi kartu berlangganan LRT, membeli karti LRT, ataupun untuk berbelanja di stasiun. Ketersediaan ATM di stasiun juga berpotensi meningkatkan konsumsi barang dan jasa di stasiun. Ruang ATM ini dapat disediakan untuk 2 – 5 unit ATM bergantung letak stasiun. Penyewaan ruang untuk vending machine Ruang yang dibutuhkan untuk penyediaan vending machine umumnya tidak luas dan peletakannya lebih fleksibel asalkan terjangkau kabel listrik, oleh karena itu penyewaan ruang untuk vending machine juga berpotensi untuk meningkatkan pendapatan, ditambah dengan hasil bagi untung dari pendapatan produk dari vending machine tersebut.
Pendapatan dari lahan parkir LRT dimaksudkan sebagai angkutan umum massal yang mengantarkan penumpang ke pusat-pusat kegiatan seperti bandar udara, pusat kota, pusat perbelanjaan, dan pusat olah raga. Selain itu, penyelenggaraan infrastruktur LRT ini juga dimaksudkan untuk mengurai kemacetan di pusat kota. Ketersediaan lahan parkir berfungsi untuk lahan penyimpanan kendaraan penumpang, menjaga keamanan kendaraan penumpang, sekaligus menjadi pemasukan bagi stasiun. Penyewaan ruang iklan billboard Pada stasiun, terdapat ruang pada dinding yang dapat dimanfaatkan untuk ruang iklan bagi pihak ketiga memasarkan produk. Pada ruang-ruang tersebut, khususnya di titik dimana penumpang berkumpul, seperti di dinding platform, dinding latar loket penjualan tiket, dan dinding luar untuk dilihat pengguna jalan. Hotel Bisnis properti hotel dapat berpotensi apabila didirikan pada lokasi-lokasi seperti pusat kota ataupun lokasi yang membutuhkan tempat peristirahatan sementara seperti misalnya hotel transit di dekat bandar udara. Perkantoran Bisnis penyewaan ruang untuk perkantoran dapat berdiri sendiri ataupun digabungkan dengan hotel. Jenis properti ini berpotensi apabila stasiun terletak di area pusat kota atau perkantoran. Pusat perbelanjaan Jenis properti ini selain dapat meningkatkan pendapatan dapat juga meningkatkan jumlah permintaan penumpang karena peningkatan bangkitan kegiatan. Situasi pada Lokasi Rencana Stasiun Stasiun Bandara
Sumber: Google Earth dan diolah Konsultan, 2015 Gambar Lokasi Rencana Stasiun Bandara
Tabel Informasi Umum Rencana Stasiun Stasiun
Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II
Tipe
Elevated
Jarak
0+00
Peruntukan guna lahan sekitar
Fungsi utama kegiatan transportasi, perdagangan dan jasa, permukiman
Bangunan sekitar
Bandara
Rencana pembangunan
Hotel transit, penyewaan ruang kios, ATM, vending machine, ruang iklan
Terhubung langsung dengan stasiun atau tidak
Ya
Sumber: Analisa Konsultan, 2015
Stasiun ini terletak di dekat parkiran motor Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah perdagangan dan jasa dan permukiman. Selain itu, fungsi utama kegiatan di area tersebut adalah transportasi kebandarudaraan sehingga penggunaan lahan sekitar adalah untuk mendukung fungsi tersebut. Pada lokasi rencana stasiun Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II terdapat lahan kosong yang dapat dimanfaatkan. Pada lahan kosong ini dapat dibangun bangunan tambahan diluar stasiun, yaitu hotel transit. Bandar udara membutuhkan ruang tunggu baik bagi penumpang maupun keluarga atau kerabat yang mengantar, bagi pengunjung bandar udara yang harus menunggu dalam jangka waktu yang cukup lama akibat keterlambatan pesawat, dapat disediakan ruang tunggu yang nyaman dan privat untuk beristirahat sejenak. Sementara pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios, ATM dalam jumlah yang cukup, vending machine, dan ruang iklan pada dinding dan jembatan penghubung stasiun LRT dan Bandara SMB II.
Stasiun depan Kompleks PDK
Sumber: Google Earth dan diolah Konsultan, 2015 Gambar Lokasi Rencana Stasiun Kompleks PDK Tabel Informasi Umum Rencana Stasiun PDK Station
Stasiun PDK
Tipe
Elevated
Jarak
5+500
Peruntukan guna lahan sekitar
Pemukiman, perdagangan dan jasa
Bangunan sekitar
Perumahan, Perkebunan
Rencana pembangunan
Lahan parkir, pusat perbelanjaan, ATM, vending machine
Terhubung langsung dengan stasiun atau tidak
Tidak
Sumber: Analisa Konsultan, 2015 Stasiun ini terletak di depan kompleks PDK di Jalan Tanjung Api-api di utara Kota Palembang. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah perdagangan dan jasa, serta permukiman. Pada dokumen RTRW Kota Palembang tersebut juga dijelaskan bahwa bagian utara Kota Palembang diarahkan perkembangan agar pergerakan masyarakat dapat terbagi, tidak hanya menuju pusat kota. Melihat potensi ini, maka dapat dibangun pusat perbelanjaan sederhana untuk meningkatkan bangkitan pergerakan di utara kota. Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan padat dan terdapat lahan kosong yang dapat dimanfaatkan. Perumahan padat disekitar lokasi ini merupakan
salah satu potensi penggunaan lahan parkir yang tinggi. Untuk itu patut diperhitungkan lahan parkir yang luas bagi calon penumpang LRT, khususnya pengguna motor. Di Stasiun KRL Bogor sebagai perbandingan terdapat lahan parkir seluas 13.000 m2 untuk 1.800 motor dan 300 mobil calon penumpang KRL. Pada Kota Palembang, dapat disesuaikan menjadi 1.000 motor dan 100 mobil. Sementara pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama. Sp. KM. 9 – Burlian – Dolog
Sumber: Google Earth dan diolah Konsultan, 2015 Gambar Lokasi Rencana Stasiun Burlian Dolog
Tabel Informasi Umum Rencana Stasiun Burlian Dolog Stasiun
Burlian Dolog
Tipe
Elevated
Jarak
6+600
Peruntukan guna lahan sekitar
Pemukiman, perdagangan dan jasa
Bangunan sekitar
Pemukiman, Restaurant, area komersil
Rencana pembangunan
Lahan parkir, Kios, ATM, Vending machine
Terhubung langsung dengan stasiun atau tidak
Tidak
Stasiun ini terletak di depan Dolog di Jalan Burlian. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah perdagangan dan jasa, serta
permukiman. Pada dokumen RTRW Kota Palembang tersebut juga dijelaskan bahwa bagian utara Kota Palembang diarahkan perkembangan agar pergerakan masyarakat dapat terbagi, tidak hanya menuju pusat kota. Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan padat, perdagangan dan jasa, serta sarana pendidikan. Disekitar lahan telah terdapat beberapa area komersil dan dianggap mencukupi untuk kebutuhan area. Perumahan padat disekitar lokasi ini merupakan salah satu potensi penggunaan lahan parkir yang tinggi. Untuk itu patut diperhitungkan lahan parkir yang luas bagi calon penumpang LRT, khususnya pengguna motor. Di Stasiun KRL Bogor sebagai perbandingan terdapat lahan parkir seluas 13.000 m2 untuk 1.800 motor dan 300 mobil calon penumpang KRL. Pada Kota Palembang, dapat disesuaikan menjadi 1.000 motor dan 100 mobil. Sementara pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama.
Stasiun Burlian – Telkom
Sumber: Google Earth dan diolah Konsultan, 2015 Gambar Lokasi Rencana Stasiun Burlian Telkom
Tabel Informasi Umum Rencana Stasiun Burlian Telkom Station
Burlian Telkom
Tipe
Elevated
Jarak
7+850
Peruntukan guna lahan sekitar
Pemukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran
Bangunan sekitar
Pemukiman, restaurant, area komersil, perkantoran, tempat wisata
Rencana pembangunan
Kios, ATM, Vending machine
Terhubung langsung dengan stasiun atau tidak
Tidak
Sumber: Analisa Konsultan, 2015 Stasiun ini terletak di dekat kantor Telkom di Jalan Burlian. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah perdagangan dan jasa, permukiman dan perkantoran. Pada dokumen RTRW Kota Palembang tersebut juga dijelaskan bahwa bagian utara Kota Palembang diarahkan perkembangan agar pergerakan masyarakat dapat terbagi, tidak hanya menuju pusat kota. Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan padat, warung makan, area komersil, area perkantoran, dan tempat wisata, yaitu Taman Wisata Alam Puntikayu. Disekitar lahan telah terdapat guna lahan yang beragam sehingga potensi penambahan lahan untuk mendukung gedung utama stasiun tidak diperlukan. Pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama. Stasiun Pasar KM 5.
Gambar Lokasi Rencana Stasiun Pasar Km. 5
Tabel Informasi Umum Rencana Stasiun Pasar Km. 5 Stasiun
Pasar Km 5
Tipe
Elevated
Jarak
10+050
Peruntukan guna lahan sekitar
Pemukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran
Bangunan sekitar
Pemukiman, Restaurant, area komersil, perkantoran, sarana pendidikan
Rencana pembangunan
Lahan parkir, kios, ATM, Vending Machine
Terhubung langsung dengan stasiun atau tidak
Ya
Stasiun ini terletak di depan pasar KM5. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah perdagangan dan jasa, permukiman dan perkantoran.
Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan, warung makan, area komersil, area perkantoran, dan sarana pendidikan. Area ini telah termasuk pada kawasan pusat kota, artinya bangkitan lebih tinggi dari selain kawasan pusat kota. Bangkitan ini berasal dari area perkantoran, permukiman, dan sarana pendidikan di sekitar lokasi rencana stasiun. Selain itu, stasiun ini berpotensi untuk diintegrasikan dengan Pasar KM5 sehingga mendorong revitalisasi Pasar KM5 menjadi pasar modern, termasuk peningkatan lahan parkir. Pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios yang lebih banyak, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama.
Stasiun SP Polda
Gambar Lokasi Rencana Stasiun SP Polda Tabel Informasi Umum Rencana Stasiun SP Polda Stasiun
Polda
Tipe
Elevated
Jarak
10+600
Peruntukan guna lahan sekitar
Pemukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran
Bangunan sekitar
Pemukiman, Restaurant, area komersil, perkantoran
Rencana pembangunan
Kantor, kios, ATM, Vending Machine
Terhubung langsung dengan stasiun atau tidak
Tidak
Stasiun ini terletak di dekat perempatan di Jalan Sukamto – Jalan Demang Lebar Daun – Jalan Jendral Sudirman dekat Polda Sumatera Selatan. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah permukiman, perdagangan dan jasa, serta perkantoran. Area ini termasuk dalam kawasan pusat kota. Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan, warung makan, area komersil, area perkantoran, perhotelan, dan tempat wisata, yaitu Taman Flyover Simpang Polda. Disekitar lahan telah tidak terdapat lahan kosong untuk bangunan tambahan, namun pada lokasi ini, stasiun dapat ditingkatkan untuk menambahkan ruangan untuk kantor. Pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama.
Stasiun SP. Angkatan 45
Gambar Lokasi Rencana Stasiun SP Angkatan 45 Tabel Informasi Umum Rencana Stasiun Angkatan 45 Stasiun
Angkatan 45
Tipe
Elevated
Jarak
11+800
Peruntukan guna lahan sekitar
Pemukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana kesehatan
Bangunan sekitar
Pemukiman, Mall, Restaurant, area komersil, perkantoran, rumah sakit
Rencana pembangunan
Kantor, kios, ATM, Vending Machine
Terhubung langsung dengan stasiun atau tidak
Tidak
Stasiun ini terletak di pertigaan Jalan Demang Lebar Daun dan Jalan Angkatan 45. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah permukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran, dan sarana kesehatan. Area ini termasuk dalam kawasan pusat kota. Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan, warung makan, area komersil, area perkantoran, pusat perbelanjaan, dan rumah sakit. Disekitar lahan telah terdapat lahan kosong untuk bangunan tambahan ruangan untuk kantor 1-3 lantai. Pada bangunan
utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama.
Stasiun Palembang Square
Gambar Lokasi Rencana Stasiun Palembang Square Tabel Informasi Umum Rencana Stasiun Palembang Square Station
Palembang Square
Tipe
Elevated
Jarak
13+230
Peruntukan guna lahan sekitar
Pemukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran
Bangunan sekitar
Pemukiman, Mall, Restaurant, area komersil, perkantoran, rumah sakit, sarana olahraga, sarana kesehatan
Rencana pembangunan
Kios, ATM, Vending Machine
Terhubung langsung dengan stasiun atau tidak
Ya
Stasiun ini terletak di depan pusat perbelanjaan Palembang Square. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah perdagangan dan jasa, permukiman, serta perkantoran. Pada dokumen RTRW Kota Palembang tersebut juga dijelaskan bahwa bagian utara Kota Palembang diarahkan perkembangan agar pergerakan masyarakat dapat terbagi, tidak hanya menuju pusat kota.
Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat pusat perbelanjaan, beberapa perumahan, warung makan, area komersil, area perkantoran, sarana olahraga, dan sarana kesehatan. Stasiun ini dapat diintegrasikan dengan pusat perbelanjaan Palembang Square dengan jembatan penghubung. Disekitar lahan telah terdapat guna lahan yang beragam sehingga potensi penambahan lahan untuk mendukung gedung utama stasiun tidak diperlukan. Pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama dan sepanjang jembatan penghubung. Stasiun Stasiun Pasar Cinde
Gambar Lokasi Rencana Stasiun Pasar Cinde Tabel Informasi Umum Rencana Stasiun Pasar Cinde Stasiun
Pasar Cinde
Tipe
Elevated
Jarak
15+200
Peruntukan guna lahan sekitar
Pemukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran
Bangunan sekitar
Pasar, Pemukiman, Restaurant, area komersil, perkantoran, hotel, sarana pendidikan
Rencana pembangunan
Lahan parkir, kios, ATM, vending Machine, pusat perbelanjaan
Terhubung langsung dengan stasiun atau tidak
Ya
Stasiun ini terletak di depan pasar Cinde. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah perdagangan dan jasa, permukiman dan perkantoran. Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan, warung makan, area komersil, area perkantoran, perhotelan, dan sarana pendidikan. Area ini telah termasuk pada kawasan pusat kota, artinya bangkitan lebih tinggi dari selain kawasan pusat kota. Bangkitan ini berasal dari area pusat perbelanjaan, perkantoran, permukiman, dan sarana pendidikan di sekitar lokasi rencana stasiun. Dalam pengembangan Kota Palembang, Pasar Cinde merupakan pasar yang akan diperbarui bangunan dan peruntukannya. Pasar Cinde akan dikembangkan menjadi pasar modern yang dilengkapi dengan sky lounge dan hotel. Stasiun ini berpotensi untuk diintegrasikan dengan Pasar Cinde sehingga mendorong peningkatan penumpang LRT. Pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios yang lebih banyak, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama.
Stasiun Ampera
Gambar Lokasi Rencana Stasiun Ampera Tabel Informasi Umum Rencana Stasiun Ampera Stasiun
Ampera
Tipe
Elevated
Jarak
16+300
Peruntukan guna lahan sekitar
Pemukiman, Pariwisata, Perkantoran, Perdagangan dan Jasa, pendidikan
Bangunan sekitar
Pemukiman, area komersil, tempat pariwisata, perkantoran, sarana pendidikan
Rencana pembangunan
Kios, ATM, Vending Machine
Terhubung langsung dengan stasiun atau tidak
Tidak
Stasiun ini terletak di tepi Jembatan Ampera dekat dengan pusat pariwisata. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah pariwisata, perkantoran, pemerintah, area pendidikan, perdagangan dan jasa, serta permukiman. Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat area pariwisata, beberapa perumahan, warung makan, area komersil, area perkantoran, perhotelan, pasar, sarana pendidikan, dan sarana kesehatan. Area ini telah termasuk pada kawasan pusat kota dan pusat kegiatan, artinya bangkitan lebih tinggi dari selain kawasan pusat kota. Bangkitan ini berasal dari area pusat pariwisata di sekitar lokasi rencana stasiun. Guna lahan sekitar lokasi rencana stasiun ini tergolong beragam sehingga keberadaan properti di stasiun adalah untuk mendukung pelayanan sekitar. Pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios yang lebih banyak, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama.
Stasiun Depan Polresta
Gambar Lokasi Rencana Stasiun Polresta Palembang
Tabel Informasi Umum Rencana Stasiun Polresta Palembang Stasiun
Polresta Palembang
Tipe
Elevated
Jarak
18+250
Peruntukan guna lahan sekitar
Pemukiman, Perkantoran, Perdagangan dan Jasa, pendidikan
Bangunan sekitar
Pemukiman, area komersil, perkantoran, sarana pendidikan, sarana kesehatan
Rencana pembangunan
Lahan parkir, kios, ATM, Vending Machine
Terhubung langsung dengan stasiun atau tidak
Ya
Stasiun ini terletak di area Polresta Palembang di selatan kota. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa, serta pendidikan. Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat beberapa perumahan, area komersil, area perkantoran, sarana pendidikan, dan sarana kesehatan. Guna lahan sekitar lokasi rencana stasiun ini tergolong beragam sehingga keberadaan properti di stasiun adalah untuk mendukung pelayanan sekitar. Perumahan disekitar lokasi ini merupakan salah satu potensi penggunaan lahan parkir yang tinggi bagi penumpang LRT yang berkegiatan di pusat kota. Untuk itu patut diperhitungkan lahan parkir yang luas bagi calon penumpang LRT, khususnya pengguna motor. Pada Kota Palembang, dapat disesuaikan menjadi 1.000 motor dan 100 mobil. Pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios yang lebih banyak, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama.
Stasiun Jakabaring – Hypermart
Gambar Lokasi Rencana Stasiun Jakabaring
Tabel Informasi Umum Rencana Stasiun Jakabaring Stasiun
Jakabaring
Tipe
Elevated
Jarak
20+650
Peruntukan guna lahan sekitar
Sarana olahraga
Bangunan sekitar
Area komersil, sarana olahraga, hotel, mall
Rencana pembangunan
Hotel, Pusat perbelanjaan, Lahan parkir, Kios, ATM, Vending Machine
Terhubung langsung dengan stasiun atau tidak
Ya
Stasiun ini terletak di sebelah kiri Hypermart di area olah raga Jakabaring. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah sarana olahraga. Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat area komersil, area perkantoran, sarana olah raga, hotel, dan pusat perbelanjaan. Guna lahan sekitar lokasi rencana stasiun ini meskipun tergolong beragam, namun luasnya lahan kosong disekitar lokasi rencana stasiun Jakabaring berpotensi untuk pengembangan properti seperti hotel dan pusat perbelanjaan yang juga
terintegrasi dengan Hypermart. Pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios yang lebih banyak, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama. Berdasarkan analisa SWOT di atas,Stasiun Jakabaring masih memiliki potensi untuk mengembangkan bisnis properti seperti hotel, sekaligus stasiun ini dapat bekerjasama dengan pusat perbelanjaan agar menjadi stasiun terintegrasi. Untuk tambahan bisnis properti hotel, dalam menghadapi potensi risiko kompetitor dapat dibangun dengan target pasar yang berbeda dengan Wisma Atlit. Pembangunan bisnis properti spserti hotel dan pusat perbelanjaan diharapkan dapat menarik masyarakat untuk menggunakan Stasiun Jakabaring. Stasiun Depan OPI
Gambar Lokasi Rencana Stasiun OPI Mall
Tabel Informasi Umum Rencana Stasiun OPI Mall Stasiun
OPI Mall
Tipe
Elevated
Jarak
21+650 km
Peruntukan guna lahan sekitar
Pemukiman, perdagangan dan jasa
Bangunan sekitar
Area komersil, mall, tempat wisata
Rencana pembangunan
Lahan parkir, Hotel, Kios, ATM, Vending Machine
Terhubung langsung dengan stasiun atau tidak
Ya
Stasiun ini terletak di depan OPI Mall. Rencana guna lahan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang Tahun 2012-2032 di lokasi ini adalah permukiman dan komersial. Pada kondisi eksisting, disekitar lokasi rencana stasiun ini terdapat area komersil, pusat perbelanjaan, dan tempat wiasata. Guna lahan sekitar lokasi rencana stasiun ini meskipun tergolong beragam, namun luasnya lahan kosong disekitar lokasi rencana stasiun Jakabaring berpotensi untuk pengembangan properti seperti hotel dan lahan parkir yang juga terintegrasi dengan Hypermart. Pada bangunan utama stasiun, jenis properti yang berpotensi memberikan penghasilan tambahan antara lain penyewaan ruang kios yang lebih banyak, ATM, vending machine, dan ruang iklan pada dinding gedung utama.
Tabel Perhitungan Pendapatan Kasar Setiap Rencana Stasiun Sewa Kios
Sewa ATM
Rp. 58.800.000
Rp 90.000.000
Sewa Vending Machine Rp 350.000
Bandar Udara SMB II
√
√
√
Komplek PDK
√
√
√
Burlian-Dolog
√
√
√
Burlian-Telkom
√
√
√
Pasar KM5
√
√
√
√
√
Polda Sumatera Selatan
√
√
√
√
√
Angkatan 45
√
√
√
√
Palembang Square
√
√
√
√
Pasar Cinde
√
√
√
√
Ampera
√
√
√
√
Polresta Palembang
√
√
√
Jakabaring
√
√
√
OPI Mall
√
√
√
Stasiun
Parkir
Iklan
Hotel
Kantor
Rp 113.750.000
Rp 7.000.000
Rp 972.000.000
Rp 120.000.000
√
√
√
Pusat Perbelanjaan Rp 1.020.000.000
1,128,150,000.00
√
√
√ √
√
√
Total
1.289,900,000.00 156,150,000.00
√
269,900,000.00 276,150,000.00 276,150,000.00 156,150,000.00 156,150,000.00 156,150,000.00 156,150,000.00
√
269,900,000.00
√
√
√
√
√
2,148,150,000.00 1,241,900,000.00
Ilustrasi Tipe Stasiun Menurut potensi pengembangan Stasiun LRT Kota Palembang, terdapat setidaknya tiga (3) tipe stasiun yang berbeda, yaitu: 1) Stasiun Tipe A dengan karakteristik terdapat pengembangan properti selain gedung stasiun 2) Stasiun Tipe B dengan karakteristik terdapat pengembangan lahan parkir 3) Stasiun Tipe C dengan karakteristik stasiun standard
Stasiun Tipe A Stasiun ini menyediakan bangunan tambahan selain bangunan stasiun untuk menjadi pusat perbelanjaan, hotel, maupun kantor. Stasiun tipe A dapat merupakan stasiun integrasi ataupun stasiun terhubung. Stasiun integrasi maksudnya adalah bisnis properti dan stasiun berada di satu gedung yang sama, sementara stasiun terhubung maksudnya adalah gedung bisnis properti dan stasiun dihubungkan dengan satu akses, misalnya teras atau Jembatan Penyeberangan Orang Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Jembatan Penyeberangan Orang adalah fenomena dari kota dengan volume lalu lintas kendaraan yang sibuk. Palembang sedang dan sudah berada dalam taraf ini. Sehingga Jembatan Penyeberangan Orang pada jalan protokol tidak dapat dihilangkan begitu saja, tetapi justru harus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya. Sehubungan dengan pembangunan LRT yang mempergunakan jalur jalan protokol kota palembang, maka permasalahan sehubungan dengan keberadaan Jembatan Penyeberangan Orang, harus disikapi dengan semangat untuk tetap memperhatikan pengguna jalan, terutama pejalan kaki. Jembatan Penyeberangan Orang diatas jalan raya, mensyaratkan tinggi konstruksi terbawah dari jembatan ke permukaan perkerasan jalan adalah 5,10 m.(Tata Cara Perencanaan Jembatan Penyeberangan untuk Pejalan Kaki di Perkotaan, PU). Sehingga dengan tinggi konstruksi terbawah dari prasarana LRT diatas 8,50m, tidak akan mengganggu keberadaan Jembatan Penyeberangan Orang yang ada. Untuk Jembatan Penyeberangan Orang yang tepat berada pada stasiun LRT, keberadaannya dapat ditingkatkan dengan fasilitas eskalator ataupun Lift. Oleh karena juga merupakan akses para penumpang LRT. Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam JPO adalah: 1) Lokasi JPO yang melintas di atas jalan raya harus mudah dilihat serta dapat dijangkau
dengan mudah dan aman. 2) Tinggi ruang bebas dapat dirangkum dalam Tabel.
I-39
Tabel Tinggi Ruang Bebas Jembatan Penyeberangan Orang
Jenis Lintas di Bawah
Tinggi Minimum Ruang Bebas (m)
Jalan Raya :
Terhitung dari Tepi Bawah Gelagar Sampai Dengan Permukaan perkerasan
dilalui bis bertingkat
5,10
tidak dilalui bis bertingkat
4,60
Jalan Rel
6,50
Tepi atas kepala rel
3) Tangga atau awal ramp dan kepala jembatan JPO yang melintas di atas jalan raya diletakkan
di luar jalur trotoar. 4) Tangga atau ramp dan kepala jembatan JPO yang melintas di atas jalan rel diletakkan di luar
daerah milik jalanr el. 5) Lebar minimum jalur pejalan kaki dan tangga atau ramp adalah 2,0 meter. 6) Pada kedua sisi jalu pejalan kaki dan tangga harus dipasang sandaran yang mempunyai
ukuran sesuai ketentuan yang berlaku.
Stasiun Tipe B Stasiun tipe ini merupakan gabungan stasiun dan lahan parkir yang cukup luas. Lahan parkir dapat digunakan baik untuk motor maupun mobil. Contoh di Kota Bogor, yaitu di stasiun KRL Kota Bogor yang memiliki kapasitas parkir tinggi bagi penumpang KRL.
Stasiun Tipe C
Stasiun Tipe C ini merupakan tipe yang paling sederhana. Stasiun ini menyediakan ruangan-ruangan komersil untuk disewakan kepada pihak ketiga. Contoh stasiun yang dapat menjadi ilustrasi yaitu stasiun KRL di Kota Bogor. Pada gambar tersebut, terlihat bahwa pada sisi kiri gambar terdapat ruang persewaan yang digunakan untuk ATM serta dapat juga berfungsi untuk persewaan kios. Pada desain menyerupai Stasiun Bogor, kondisi interior dinding tidak dapat dioptimalkan untuk ruang iklan sehingga alternatif pemasangan iklan dapat digantung menjulang dari atap stasiun.
I-40
Tabel berikut menampilkan nama stasiun dan tipe stasiun Tabel Tipe Stasiun
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Stasiun Stasiun Bandara SMB II Stasiun Kompleks PDK Stasiun Burlian Dolog Stasiun Burlian Telkom Stasiun Pasar KM5 Stasiun Polda Stasiun Angkatan 45 Stasiun Palembang Square Stasiun Pasar Cinde Stasiun Ampera Stasiun Polresta Stasiun Jakabaring Stasiun OPI Mall
Tipe Stasiun A A C B A A C A A C B A A
I-41
10. Kajian Resiko
I-42
Tabel Error! No text of specified style in document..3 Tabel Risiko LRT Palembang
I-43
Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko Deskripsi Publik 1. RISIKO LOKASI Gagal menjaga keselamatan dalam lokasi Kontaminasi/polusike lingkungan lokasi Risiko status tanah Kepemilikan sertifikat tanah ganda x yang diketahui setelah proyek dilaksanakan 2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI Terlambatnya Dapat termasuk terlambatnya penyelesaian konstruksi pengembalian akses lokasi Kenaikan biaya x konstruksi Kesalahan desain Menyebabkan ekstra/revisi desain x yang diminta operator Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya x dalam uji operasi teknis 3. RISIKO SPONSOR Default BU Default BU yang mengarah ke terminasi/step-in oleh financier Default sponsor proyek Default pihak sponsor (atau anggota konsorsium) 4. RISIKO FINANSIAL Kegagalan mencapai Tidak tercapainya financial close financial close Risiko struktur finansial
karena ketidakpastian kondisi pasar Inefisiensi karena struktur modal proyek yang tidak optimal
Strategi Mitigasi Sesuai Swasta Bersama Best Practice x x
x
x x x x
Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko
Implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik Kesesuaian dengan studi Amdal yang baik Melaksanakan validasi status kepemilikan lahan; Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Kontraktor yang handal dan Kependudukan) klausul kontrak yang standar Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak Koordinasi kontraktor dan operator yang baik Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan Proses solid PQ untuk memilih sponsor yang kredibel Koordinasi yang baik dengan Bisa juga karena potential lenders conditions precedence tidak terpenuhi Konsorsium didukung sponsor /lender yang kredibel
I-44
Risiko nilai tukar mata uang
fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar
x
Instrumen lindung nilai; Pembiayaan dalam Rupiah
Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila
Risiko tingkat inflasi
Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi terhadap asumsi dalam lifecycle cost fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku bunga
x
Faktor indeksasi tarif;
fluktuasinya ekstrim Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila
x
Lindung nilai tingkat suku bunga
fluktuasinya ekstrim Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila
Cakupan asuransi untuk risiko tertentu tidak lagi tersedia di pasaran
x
Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi
fluktuasinyauntuk ekstrim Khususnya cakupan risiko terkait
Akibat fasilitas tidak bisa terbangun Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi
x x
Aksi mogok, larangan kerja,dsb
x
Risiko suku bunga Risiko asuransi (1) 5. .RISIKO OPERASI Ketersediaan fasilitas Buruk atau tidak tersedianya layanan Aksi industri
keadaan kahar
Risiko sosial dan budaya Risiko yang timbul karena tidak lokal diperhitungkannya budaya atau kondisi sosial masyarakat setempat dalam implementasi proyek Kegagalan manajemen Kegagalan atau ketidakmampuan proyek Badan Usaha dalam mengelola Kegagalan kontrol dan monitoring proyek
operasionalpenyimpangan Proyek Kerjasama Terjadinya yang tidak terdeteksi akibat kegagalan dan monitoring oleh Badan Usaha kontrol atau PJPK
x
x x
Kontraktor yang handal Operator yang handal; Spesifikasi output yang jelas kebijakan SDM, hubungan Bisa oleh staf operator, industrial yang baik subkontraktor atau Menerapkan program pengembangan masyarakat yang people-oriented; Pemberdayaan masyarakat Implementasi rencana manajemen operasi secara
penyuplai
profesionalrencana kontrol Menyusun dan monitoring serta evaluasi berkala terhadap melakukan efektivitas rancangan dan pelaksanaan
I-45
Kenaikan biaya O&M Kesalahan estimasi biaya
Akibat kesalahan estimasi biaya O&M atau kenaikan tidak terduga
x
Operator yang handal;
x
Faktor eskalasi dalam dengan kontrak Kesepakatan/kontrak supplier seawal mungkin Asuransi kewajiban pihak ketiga
life cycle lalu lintas Kecelakaan atau isu keselamatan 6. RISIKO PENDAPATAN Perubahan proyeksi volume permintaan
x x
Survei lalu lintas yang handal; Bila dipicu aksi Pinjaman lunak di awal Pemerintah, jaminan operasi permintaan minimum dapat dipertimbangkan
Kesalahan estimasi pendapatan dari model awal
x
Survei lalu lintas yang handal; Bila dipicu aksi Pemerintah, jaminan pendapatan minimum
Pelanggan akhir tidak membayar Kegagalan memungut pembayaran tarif Kegagalan mengajukan penyesuaian tarif
Akibat user affordability and x willingness di bawah tingkat Akibat kegagalan / tidak optimalnya kelayakan sistem pemungutan tarif Gagalnya penyesuaian tarif karena BU tidak mampu memenuhi standar
minimal yang disepakati Penyesuaian tarif periodik terlambat Tingkat penyesuaian tarif lebih rendah dari Kesalahan proyeksi perhitungan estimasi tarif 7. RISIKO KONEKTIVITAS JARINGAN
x x
x x x
Subsidi (khususnya tarif) dapat dipertimbangkan Sosialisasi yang baik ke publik Survei user affordability and willingness yang handal Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung Survei user affordability and willingness yang handal
I-46
Risiko jaringan (1) Risiko jaringan (2) Risiko jaringan (3) 8. RISIKO INTERFACE Risiko Interface (1)
Risiko Interface (2)
9. RISIKO POLITIK Mata uang asing tidak dapat dikonversi Mata uang asing tidak dapat direpatriasi Risiko ekspropriasi
Ingkar janji otoritas untuk membangun dan memelihara jaringan yang diperlukan Ingkar janji otoritas untuk membangun fasilitas jalan
x
Standar kinerja operasi dan pengawasan yang baik
x
Pemahaman kontrak yang baik oleh sektor publik
penghubung Ingkar janji otoritas untuk tidak membangun fasilitas pesaing
x
Pemahaman kontrak yang baik oleh sektor publik
Ketimpangan kualitas pekerjaan dukungan pemerintah dan yang dikerjakan BU.
x
Rework yang substantial terkait perbedaan standar / metode layanan yang digunakan
x
x
Mata uang asing tidak tersedianya x dan/atau tidak bisa dikonversi dari Rupiah Mata uang asing tidak bisa x ditransfer ke negara asal investor
Kontrak konstruksi dari pihak pemerintah maupun BU harus selaras dalam kualitas Kesepakatan para pihak Kontrak konstruksi dari pekerjaan sedini mungkin tentang pihak pemerintah standar / metode yang akan maupun BU harus diterapkan selaras dalam kualitas pekerjaan Pembiayaan domestik Akun pembiayaan luar negeri Pembiayaan domestik Penjaminan dari bank sentral Akun pembiayaan luar negeri Mediasi,negosiasi Penjaminan dari bank sentral Asuransi Risiko Politik
Nasionalisasi/pengambilalihan x tanpa kompensasi (yang memadai)
Perubahan regulasi (dan Bisa dianggap sebagai risiko bisnis pajak) yang umum
Pekerjaan perbaikan oleh pihak yang kualitas pekerjaannya lebih rendah
x
Penjaminan pemerintah
I-47
Perubahan regulasi (dan Berbentuk kebijakan pajak oleh x pajak) yang diskriminatif otoritas terkait (pusat atau daerah) dan spesifik
-Mediasi,negosiasi
Keterlambatan perolehan Hanya jika dipicu keputusan sepihak x persetujuan perencanaan / tidak wajar dari otoritas terkait Gagal/terlambatnya Hanya jika dipicu keputusan sepihak x perolehan persetujuan /tidak wajar dari otoritas terkait 10. RISIKO FORCE MAJEURE
-Penjaminan pemerintah Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya
Bencana alam Force majeure politis Cuaca ekstrim Force majeure
-Asuransi Risiko Politik
Peristiwa perang, kerusuhan, gangguan keamanan masyarakat
Jika di atas 6-12 bulan,dapat mengganggu aspek ekonomis pihak berkepanjangan yang terkena dampak (terutama bila asuransi tidak ada) 11. RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun Kebakaran, ledakan, dsb Transfer bisnis KA Ketidakpastian kondisi bisnis eksisting setalah transfer dari operator Transfer aset KA eksisting Tidak terantisipasinya kondisi trek sebelumnya yang dibangun Sumber: PT PII
x x x
Selain memiliki provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya Biasanya terkait isu selain perencanaan
x x
Asuransi, bila dimungkinkan Asuransi, bila dimungkinkan
x x
Asuransi, bila dimungkinkan Setiap pihak dapat Terutama bila asuransi mengakhiri kontrak KPS dan tdk tersedia untuk memicu terminasi dini risiko tertentu Asuransi Studi kelayakan bisnis yang baik dan lengkap (dalam Studi PFS) kelayakan aset yang baik dan lengkap (dalam PFS)
I-48