REFORMASI HUKUM ISLAM DAN OTORITAS FIKIH : PRAKTEK KAWIN HAMIL DAN PENENTUAN WALI NIKAH ANAK HASIL KAWIN HAMIL DI KANTOR URUSAN AGAMA KABUPATEN KEDIRI
OLEH : SHEILA FAKHRIA NIM: 1420310063
TESIS
Diajukan kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk memenuhi salah satu syarat guna meperoleh Gelar Magister dalam Hukum Islam Konsentrasi Hukum Keluarga
YOGYAKARTA 2016
;\
'
NOTA DINAS PEMBIMBING KepadaYth., , Direktur Program Pascasatjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Assalamu 'alaikum wr. wb.
Setdah meiakukan hiwbingan, arahan, dan koreksi ierhauap penulisan iesis yang betjudul: REFORMASI HUKUM ISLAM DAN OTORITAS FIKIH: PRAKTIK KAWIN HAMIL DAN PENENTUAN W ALI NIKAH DI KANTOR URUSAN AGAMA KABUPATEN KEDIRI Yang ditulis oleh: Nama
Sheila Fakhria, S.HI
NIM
1420310063
Program
Magister (S2)
Program Studi
Hukum Islam
Saya berpendapat bahwa tesis tersebut sudah dapat diajukan kepada Program Pascasatjana UIN Sunan Kalijaga untuk diujikan dalam rangka memperoleh gelar Magister Hukum Islam. Wassalamu 'alaikum, wr. wb.
Yogyakarta, 7 Juni 2016
~
_......--Euis NJ!taelawati, M.A., Ph.D. NIP 197007041996 03 2002
ABSTRAK Tesis ini membahas tentang kawin hamil dan penentuan wali nikah dengan memfokuskan praktik pada Kantor Urusan Agama (KUA) di Kabupaten Kediri. Dalam prosedur pendaftaran perkawinan, KUA mensyaratkan adanya akta kelahiran dan akta nikah kedua orang tua yang diamaksudkan untuk mengetahui jarak kelahiran calon mempelai dan akad nikah kedua orang tua. KUA memberikan batasan 6 bulan kehamilan bagi anak hasil kawin hamil untuk dapat dihubungkan nasab dengan ayah biologisnya sehingga ayahnya bisa menjadi wali dalam akad nikahnya. Hal ini merupakan pemahaman yang berbeda dengan pasal 99 KHI yang menjelaskan bahwa anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam perkawinan yang sah. Selain itu, penyusun juga akan menkaji tentang praktik kawin hamil yang dilakukan oleh KUA. Pelaksanaan kawin hamil di KUA Kabupaten Kediri perlu diketahui untuk mengetahui kesinambungan logika hukum KUA yang memperbolehkan kawin hamil namun tidak serta mera memberikan hubungan nasab antara anak dan ayah biologis. Oleh karena itu, perlu dikaji faktor-faktor sosiologis yang melatarbelakangi perbedaan pemahaman aturan yang dilaksanakan oleh KUA di KAbupaten Kediri. Metode yang penyusun gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penyusun datang ke lapangan untuk melakukan pengamatan terhadap KUA Kabupaten Kediri dan masyarakat setempat pada Kecamatan tempat KUA diteliti yang difokuskan pada kajian praktik kawin hamil dan penentuan wali nikah anak hasil kawin hamil. Pengumpulan data di di lapangan dilakukan dengan menggunakan metode observasi terhadap praktik pendaftaran perkawinan dan penentuan wali nikah yang dilakukan KUA di Kabupaten Kediri dan wawancara kepada Kepala KUA ataupun Penghulu yang bertugas di KUA wilayah Kabupaten Kediri. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi hukum yaitu penyusun mengamati bagaimana praktik kawin hamil dan penentuan wali nikah di KUA Kabupaten Kediri kemudian dikaitkan dengan aturan perundang-undangan yang mengatur hal tersebut. Ketika ditemukan perbedaan antara praktik dan aturan yang ada, penyusun menganalisis faktor-faktor sosiologis yang melatarbelakangi perbedaan tersebut. Berdasarkan metode penelitian yang digunakan maka dapat diketahui bahwa para praktik kawin hamil KUA memiliki pemahaman yang sama dengan aturan yang ada dalam KHI yaitu mengawinkan wanita hamil dengan laki-laki yang menghamilinya. Bahkan beberapa KUA mensyaratkan surat pernyataan bermaterai bagi laki-laki yang menghamili. Adapun pada praktik penentuan wali nikah anak hasil kawin hamil, KUA berhati-hati dengan memahani bahwa status anak yang diperoleh dari anak hasil kawin hamil adalah status anak yang bersifat administratif yaitu mengenai akta kelahiran, sedangkan dalam hal hubunagn perdata lainnya seperti perwalian dan waris harus disesuaikan dengan fikih dan pendapat ulama. Faktor sosiologis yang melatarbelakangi pemahaman KUA tersebut adalah adanya kecenderungan dari KUA untuk tetap mempertahankan fikih dalam melaksanakan beberapa praktik perkawinan khususnya pada penentuan wali nikah. Hal ini disebabkan oleh kuatnya doktrin fikih pada KUA yang ditandai dengan lingkunagn pesantren dan karisma kyai serta pendidikan para pegawai KUA yang memenui fikih dalam waktu lama menjadikan fikih sebagai solusi untuk menjawab persoalan sehari hari. Selain itu, masyarakat yang kurang memahami hukum perkawinan menganggap KUA sebagai ahli hukum dan menyerahkan segala urusan perkawinan kepada KUA.
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi huruf Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 05936/U/1987. I.
Konsonan Tunggal
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Nama
ا
Alif
Tidak dilambangkan
tidak dilambangkan
ة
Bā‟
b
be
ت
Tā‟
t
te
ث
Ṡā‟
ṡ
es (dengan titik diatas)
ج
Jim
j
je
ح
Ḥā‟
ḥ
ha (dengan titik di bawah) ka
خ
Khā‟
kh
د
Dāl
d
de
ذ
Żāl
ż
zet (dengan titik di atas)
ر
Rā‟
r
er
ز
Zai
z
zet
ش
Sin
s
es
ش
Syin
sy
es dan ye
viii
dan ha
II.
ص
Ṣād
ṣ
es (dengan titik di bawah)
ض
Ḍad
ḍ
de (dengan titik di bawah)
ط
Ṭā‟
ṭ
te (dengan titik di bawah)
ظ
Ẓā‟
ẓ
zet (dengan titik di bawah)
ع
„Ain
„
koma terbalik di atas
غ
Gain
g
ge
ف
Fā‟
f
ef
ق
Qāf
q
qi
ك
Kāf
k
ka
ل
Lām
l
„el
م
Mim
m
„em
ن
Nūn
n
„en
و
Waw
w
w
ي
Hā‟
h
ha
ء
Hamzah
ʻ
apostrof
ي
Ya
Y
ye
Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap
متعدّدة
ditulis
Muta‟addidah
ّ عدّة
ditulis
„iddah
III. Ta’marbūtah di akhir kata a. Bila dimatikan ditulis h
ix
حكمة
ditulis
Ḥikmah
جسية
ditulis
jizyah
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah diserap dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya kecuali bila dikehendaki lafal aslinya b. Bila diikuti denga kata sandang „al‟ serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis h
كرامةاالونيبء
Karāmah al-auliyā’
ditulis
c. Bila ta‟marbūtah hidup atau dengan harakat, fatḥah, kasrah dan ḍammah ditulis tatau h
زكبةانفطر
Zakāh al-fiṭri
ditulis
IV. Vokal Pendek
V.
1
_َ___
fatḥah
ditulis
a
_َ___
kasrah
ditulis
i
_َ___
ḍammah
ditulis
u
Vokal Panjang
Fathah + alif
جاهلية
ditulis
x
ā : jāhiliyyah
2
Fathah + ya‟ mati
تنسى
ditulis
ā : tansā
3
Kasrah + ya‟ mati
كريم
ditulis
ī : karīm
4
Dammah + wawu mati
فروض
ditulis
ū : furūd
VI. Vokal Rangkap
1
Fathah ya mati بينكم
2
Fathah wawu mati قول
ditulis
ai
ditulis
bainakum
ditulis
au
ditulis
qaul
VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
أأوتم
ditulis
a’antum
أع ّد ت
ditulis
u’iddat
نئه شكرتم
ditulis
la’in syakartum
VIII. Kata sandang Alif + Lam a. bila diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan “l”
انقران
ditulis
Al-Qur’ān
انقيبش
ditulis
al-Qiyās
b. Bila diikuti huruf Syamsiyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)nya.
xi
انسمبء
ditulis
as-Samā’
انشمص
ditulis
asy-Syams
IX. Penyusunan kata-kata dalam rangkaian kalimat
ذوي انفروض
ditulis
Zawi al-furūd
أهم انسىة
ditulis
Ahl as-Sunnah
X. Pengecualian Sistem transliterasi ini tidak berlaku pada: a. Kosa kata Arab yang lazim dalam Bahasa Indonesia dan terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, misalnya: al-Qur‟an, hadis, mazhab, syariat, lafaz. b. Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah dilatinkan oleh penerbit, seperti judul buku al-Hijab. c. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tapi berasal dari negera yang menggunakan huruf latin, misalnya Quraish Shihab, Ahmad Syukri Soleh. d. Nama penerbit di Indonesia yang mengguanakan kata Arab, misalnya Toko Hidayah, Mizan.
xii
MOTTO
الرجلني فمن مشى بإحدا مها ال ّدين و ال ّدنيا مثل ّ كأنّه األعرج
وتعظم يف عني الصغري صغارها و تصغر يف عني العظيم العظائم
xiii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada Abah Mama Adik dan keluarga tercinta Serta almamaterku Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
xiv
KATA PENGANTAR
بسن هللا الرحوٰ ي الرحين اى الحود هلل ًحودٍ ًّستعيٌَ ًّستغفرٍ ًّعْذ باهلل هي شرّر اًفسٌا ّهني ينيتاا ااوالٌنا هني .َيِد هللا فال هضل لَ ّهي يضللَ فال ُادي ل َاشِد اى ال الَ اال هللا ّحدٍ ال شريك لَ ّاشِد اى هحودا ابدٍ ّ ريْل َ الصالة ّال َسالم الى ييّدًا هح َود ّالى آلَ ّأصحابَ صالة َال يستطيع لِا الحساب ادا ّال َ ) (اها بعد.حصرا ّيلَن تسليوا كثيرا Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kenikmatan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Reformasi Hukum Islam Dan Otoritas Fikih: Praktik Kawin Hamil dan Penentuan Wali Nikah di Kantor Urusan Agama Kabupaten Kediri. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta seluruh keluarganya, sahabat dan para pengikutnya. Penyusun juga menyadari bahwa teis ini tidak mungkin bisa terselesaikan apabila tanpa bantuan dan support dari berbagai pihak. Berkat pengorbanan, perhatian, serta motivasi mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Untuk itu, penyusun ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, Untuk itu, penyusun ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak, antara lain kepada: 1.
Bapak Prof. K.H. Drs. Yudian Wahyudi, M.A, Ph.D selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2.
Bapak Dr. Noorhaidi Hasan, M.Phil, Ph.D. selaku Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
xv
3.
Ibu Rof’ah, B.S.W, Ph.D selaku Koordinator Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga .
4.
Ibu Euis Nurlaelawati, M.A, Ph.D selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan kesabaran untuk memberikan bimbingan, arahan, dan kemudahan dalam penyusunan tesis ini.
5.
Kementrian Agama Kabupaten Kediri yang telah membantu selama proses penenlitian yang dilakukan penyusun.
6.
Kepala KUA Kecamatan Gurah, Kecamatan Ngasem, Kecamatan Kras, Kecamatan Pare, Kecamatan Kepung dan Kecamatan Wates yang telah meluangkan waktu dan tenaga selama proses penelitian dilaksanakan.
7.
Ayahanda H. Mohammad Ali Ma’mun dan Ibunda Hj. Rifqiawati Zahara yang telah berjuang dengan kemampuan baik berupa materiil maupun spiritual untuk kelancaran bagi penyusun
8.
Adik-adikku Mumtaza Al-Fahdy dan Fardan Zamakhsyari yang selalu memberi dukungan dan doa yang selalu dipanjatkan.
9.
Sahabat-sahabatku Mughniatul Ilma, Pinta Zumrotul Izzah, Tsaniyatul Azizah dan Sulung Najma untuk kebersamaan yang tak tergantikan.
10. Teman-teman seperjuangan Hukum Keluarga Kelas A Prodi Hukum Islam angkatan 2014. 11. Serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini.
xvi
Mudah-mudahan segala yang telah diberikan menjadi amal soleh dan diterima di sisi Allah SWT. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin. Yogyakarta, 9 Juni 2016 M 4 Ramadhan 1437 H Penyusun
Sheila Fakhria NIM. 1420310063
xvii
DAFTAR ISI i HALAMAN JUDUL................................................................................... PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... ii iii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ........................................................ PENGESAHAN DIREKTUR ..................................................................... iv v PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI ........................................................ NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................. vi vii ABSTRAK .................................................................................................. PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. viii MOTTO ...................................................................................................... xiii PERSEMBAHAN ....................................................................................... xiv KATA PENGANTAR ................................................................................ xv DAFTAR ISI ............................................................................................... xviii DAFTAR TABEL ....................................................................................... xx DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xxi BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1 B. Pokok Masalah................................................................ 8 8 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................... D. Telaah Pustaka ................................................................ 9 E. Kerangka Teoritik ........................................................... 12 F. Metode Penelitian ........................................................... 14 G. Sistematika Pembahasan ................................................. 20 BAB II KAWIN HAMIL DAN PERWALIAN: KONSEPSI HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANGAN 22 A. Pengertian dan Hukum Kawin Hamil dalam Fikih ....... 22 a. Pengertian Kawin Hamil.......................................... 22 b.Macam-macam terjadinya Kehamilan ..................... 25 c. Hukum Seputar Kawin Hamil ................................. 27 1. Yang membolehkan perkawinan wanita Hamil ... 29 2. Yang melarang perkawinan wanita hamil ........... 33 d.Status Anak Hasil Perkawinan Hamil...................... 37 B. Ketentuan Kawin Hamil dalam Kompilasi Hukum Islam………………………………………………… 45 C. Pengertian dan Hukum Wali dalam Perkawinan dalam Fikih ………………………………………………… 52
xviii
a. Pembagian Wali dalam Perkawinan……………… 55 b.Unsur-unsur Wali dalam Perkawinan……………. 57 D. Perwalian dalam Perundang-undangan………………. 60 BAB III KAWIN HAMIL DAN PENENTUAN WALI NIKAH ANAK HASIL KAWIN HAMIL DI KUA WILAYAH KABUPATEN KEDIRI .............................................................................. 64 A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Kediri ............... 64 a. Kondisi Geografis dan Budaya Agama Masyarakat Kab. Kediri ......................................................................... 64 b. Kantor Urusan Agama Wilayah Kab. Kediri ............. 67 B. Pelaksanaan Perkawinan Hamil ...................................... 69 a. Prosedur Pendaftaran Perkawinan Secara Umum ...... 69 b. Praktik Kawin Hamil di KUA Wilaya Kab. Kediri ... 77 C. Prosedur Penentuan Wali Anak Hasil Kawin Hamil ...... 84 a. Penentuan Hak Wali Nikah bagi Anak yang dilahirkan lebih dari 6 bulan ....................................................... 90 b. Penentuan Hak Wali Nikah bagi Anak yang dilahirkan lebih dari 6 bulan........................................................ 93 BAB IV OTORITAS FIKIH DALAM PRAKTIK KAWIN HAMIL DAN PENENTUAN WALI NIKAH……………………… 100 A. Undang-undang dalam Bayang-bayang Fikih ................ . 101 114 B. Kesadaran Hukum Masyarakat ....................................... . C. KUA dan Pendidikan Hukum: Gender Awareness dan Hak Anak ................................................................................ 120 D. Logika Hukum: Nafkah dan Hak Perdata Anak Hasil Kawin Hamil .................................................................. 127 BAB V PENUTUP ......................................................................... 137 137 A. Kesimpulan ..................................................................... B. Saran ............................................................................... 140 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 142 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Jumlah Kepadatan Penduduk Kabupaten Kediri Tahun 2015, 65.
Tabel 2
Daftar Laporan Pernikahan Tahun 2015, 68.
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Surat Pernyataan Menghamili, 83.
Gambar 2
Surat Permohonan Wali Hakim, 95.
xxi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkawinan, hukum Islam menjadikan wali sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam perkawinan. Akad nikah akan dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang akan menikahkannya. Keterangan ini dapat dilihat dalam sebuah hadis Rasulullah :
ّ ّ ّفإنّدخلّبهاّفالمهرّلها ّبما- ثالثّمرات-ايّما ّامرأة ّوكحت ّبغير ّإذ ّن ّوليها ّفىكاحها ّباطل 1
اصابّمىهاّفإنّاشتجرواّفالسلطانّوليّمهّالّوليّله
Hadis lain menyebutkan,
ّ 2ّالّوكاحّاالّّبىليّ فالسلطانّوليّمهّالّوليّله Adanya wali dalam proses pernikahan atau akad, pada dasarnya bertujuan untuk memelihara kemaslahatan dan menjaga hak-hak yang dimiliki oleh orang yang berada di bawah perwalian. Orang yang paling berhak menjadi wali—sebagaimana dalam fikih dan KHI mengatakan—adalah yang paling dekat derajat kekerabatannya dengan calon mempelai wanita dan yang lebih diutamakan adalah yang kerabat seayah.3 Dalam
1
Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Ash‟ath as Sajastany, Sunan Abi Dawud, (Al-Ardan : Dar Al A‟lam, 2003), hlm 335. 2
Ibn Hanbal, Al-Musnad li al-Imam Ahmad, Kairo: Dar al-Hadist, 1995), hlm 38.
3
Inpres No.1/1991 tentang KHI yang menjelaskan bahwa wali nasab terdiri dari 4 kelompok yang dalam kondisi tertentu harus didahulukan karena mempunyai kedekatan derajat kekerabatannya. Begitu juga Imam Syafi‟i menyatakan bahwa wali yang dekat (aqrab) harus didahulukan. Kalau wali
1
2
fiqih, konsep wali ini pada dasarnya mengikuti konsep asābah, bukan paman, bukan saudara seibu, dan bukan dzawil-arham lainnya.4 Selain itu, yang berhak menjadi wali adalah mereka yang berasal dari keturunan laki-laki.5 Jika mereka yang berhak menjadi wali nikah secara rinci diurutkan, maka akan ditemukan beberapa urutannya sebagai berikut:6 1) Ayah kandung, 2) Kakek (dari garis ayah) dan seterusnya ke atas dalam garis laki-laki, 3) Saudara laki-laki sekandung, 4) Saudara laki-laki seayah, 5) Anak laki-laki saudara laki-laki kandung, 6) Anak laki-laki saudara laki-laki seayah, 7) Anak laki-laki dari anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung, 8). Anak laki-laki dari anak laki-laki saudara laki-laki seayah, 9) Saudara laki-laki ayah sekandung, 10) Saudara laki-laki ayah seayah, 11) Anak laki-laki paman sekandung, 12) Anak lakilaki paman seayah, 13) Saudara laki-laki kakek seayah, 14) Anak laki-laki saudara laki-laki kakek sekandung, 15) Anak laki-laki saudara laki-laki kakek seayah. Kelima belas urutan wali nikah tersebut jika tidak ada, tidak diketahui tempat tinggalnya (mafqud), ataupun enggan menjadi wali („adhal) maka hak perwaliannya
aqrab tidak ada, maka wali ab’ad yang harus dipakai. Said Thalib al-Hamdani, Risalah an-Nikah, terj. Agus Salim (Jakarta: Pustaka Amani, 1989), hlm. 84. 4
Said Thalib al-Hamdani, Risalah an-Nikah, terj. Agus Salim (Jakarta: Pustaka Amani, 1989), hlm. 85. 5
Nur Faizah, Tinjauan Filosofis Peran Wali Nikah Dalam Pembacaan Ulama Fiqh Dan Perundang-Undangam Kontemporer dalam http://stiskebumen.ac.id/downloads/almadani3-nur.pdf (diakses 13 Oktober 2015) 6
Lihat pasal 21 Kompilasi Hukum Islam.
3
pindah kepada wali hakim.7 Wali hakim adalah pejabat yang ditunjuk oleh menteri agama atau pejabat yang ditunjuk olehnya untuk bertindak sebagai wali nikah bagi calon mempelai wanita yang tidak mempunyai wali, yaitu mereka yang menjadi kepala KUA kecamatan selaku pegawai pencatat nikah di wilayah setempat. Di antara banyak faktor yang memberlakukan wali hakim menjadi wali nikah mempelai perempuan, salah satunya adalah karena mempelai perempuan terdeteksi dilahirkan kurang dari enam bulan terhitung sejak perkawinan dilangsungkan akibat hubungan di luar perkawinan. Hal ini diberlakukan sebab adanya pemahaman terhadap hukum Islam bahwa nasab anak zina akan terputus dengan bapak biologis yang telah berzina dengan ibunya. Adapun dalam hal batas masa kehamilan para ulama sepakat bahwa batas minimal kehamilan adalah enam bulan. Batas ini didasarkan pada al-Qur‟an dalam Surat Al-Ahqaf ayat 15 dan Surah Luqman ayat 14. 8
ّوحملهّوفصالهّثالّثىنّشهرا ّ 9وفصالهّفيّعاميه
Atas dasar ayat pertama, seorang ibu memerlukan waktu tiga puluh bulan untuk mengandung dan menyapih seorang anak. Adapun waktu yang diperlukan untuk menyapih adalah dua tahun atau dua puluh empat bulan, sehingga tiga puluh
7
Lihat pasal 19 ayat 7 Keputusan Menteri Agama Republik Agama No. 477 Tahun 2004 tentang Pencatatan Nikah. 8
9
Q.S Al-Ahqof (46) ayat 15. Q.S Luqman (31) ayat 14.
4
dikurangi dua puluh empat sama dengan enam, berarti enam bulan. Inilah yang menjadi acuan batas kehamilan.10 Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan lembaga yang terpenting dalam menentukan wali nikah dari seorang mempelai wanita yang hendak menikah. Selain itu, KUA juga merupakan lembaga yang diberikan wewenang dalam hal pernikahan yang berpedoman pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam dalam menentukan syarat dan pelaksanaan perkawinan. Dalam praktiknya, pada saat prosesi pendaftaran pernikahan, pihak KUA akan melakukan pengecekan ulang terhadap status anak perempuan yang hendak menikah. Hal ini akan menentukan siapakah yang berhak menjadi wali pada saat pernikahan dilangsungkan. Di antara syarat yang dibutuhkan mempelai wanita dalam proses pendaftaran pernikahan di KUA adalah foto copy surat nikah orang tua/wali nikah dan foto copy akta kelahiran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui jarak antara kelahiran anak dan pernikahan orang tua. Apabila anak dilahirkan di luar perkawinan maka yang berhak menjadi wali dalam pernikahan adalah wali hakim.11 Adapun anak yang dilahirkan dalam perkawinan hamil, ayah kandungnya dapat menjadi wali nikah dalam pernikahannya karena anak yang dilahirkan dalam
10
H.M. Nurul Irfan, Nasab dan Status Anak dalam Hukum Islam, (Jakarta: Amzah, 2012),
11
Hasil Wawancara Bapak Mohammad Mudzofir selaku Penguhulu KUA Kecamatan
hlm 34.
Ngasem.
5
perkawinan yang sah merupakan anak yang sah.12 Ketentuan tersebut di atas merupakan aturan dalam perundangan-undangan dalam menentukan seseorang yang berhak menjadi wali nikah dalam pernikahan apakah menggunakan wali dari ayah kandung, kerabat, atau wali hakim. Pada praktiknya, penentuan wali nikah di KUA Kabupaten Kediri mensyaratkan akta perkawinan orangtua anak dan akta kelahiran anak perempuan (calon mempelai wanita) untuk mengetahui apakah anak ini dianggap sebagai anak zina atau anak yang sah. Berbeda dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam, KUA di Kabupaten Kediri13 berpedoman bahwa orangtua yang berhak menjadi wali nikah pada anak perempuannya adalah anak perempuan yang jarak antara kelahiran dan hari perkawinan orang tua lebih dari enam bulan. Sehingga apabila ditemukan kasus anak yang dilahirkan kurang dari enam bulan sejak pernikahan orangtua maka yang berhak menjadi wali adalah wali hakim.
14
Hal ini
dikarenakan status anak tersebut disamakan dengan status anak zina yang hanya memiliki nasab dengan ibunya.
12
Dalam pasal 99 KHI disebutkan:” Anak yang sah adalah : a. anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah; b. hasil perbuatan suami isteri yang sah diluar rahim dan dilahirkan oleh isteri tersebut.” 13
Penyusun mengambil 6 (enam) sampel yaitu KUA Kecamatan Ngasem, KUA Kecamatan Gurah, KUA Kecamatan Pare, KUA Kecamatan Kras, KUA Kecamatan Kepung dan KUA Kecamatan Wates. 14
Wawancara dengan Penghulu KUA Kecamatan Ngasem Bapak Mohammad Mudzofir pada tanggal 10 Maret 2016.
6
Mencermati pasal yang disebutkan dalam KHI, terdapat dua kemungkinan tentang definisi anak sah.15 Pertama, anak yang dilahirkan dalam perkawinan yang sah. Kata-kata “dalam” sebagaimana terdapat dalam kalimat di atas mengesankan bahwa yang menjadi ukuran sah atau tidaknya seorang anak dilihat pada waktu lahirnya tanpa memperhitungkan kapan terjadi konsepsi. Kedua, anak yang lahir akibat perkawinan yang sah. Dari pengertian di atas menimbulkan perbedaan bagi KUA dalam menentukan hak wali nikah pada mempelai perempuan yang lahir dari perkawinan hamil. Status anak yang lahir dari perkawinan wanita hamil dari zina masih menjadi hal yang ambigu. Anak tersebut tidak secara eksplisit dinyatakan sebagai anak yang sah dan tidak pula sebagai anak luar nikah atau anak zina. Dalam pengertian, anak sah adalah anak yang dilahirkan akibat dari perkawinan yang sah dan anak luar nikah adalah anak yang dilahirkan dari hubungan seksual laki-laki dan perempuan tanpa ikatan perkawinan yang sah. Adapun dengan anak yang dilahirkan dari pernikahan wanita hamil dari zina, apabila dilihat dari proses perkawinannya yang telah memenuhi ketentuan syari‟at dan undang-undang maka anak tersebut termasuk anak yang sah. Akan tetapi apabila dilihat dari pembuahan yang dilakukan sebelum adanya ikatan perkawinan maka anak tersebut termasuk anak di luar nikah.16
15
16
Lihat pasal 99 KHI.
Mukhlisin Muzarie, Kontroversi Perkawinan Wanita Hamil, (Yogyakarta: Dinamika, 2002), hlm 124-125.
Pustaka
7
Hal ini berkaitan dengan adanya aturan tentang kebolehan dalam kawin hamil. Kompilasi Hukum Islam mengakui adanya kebolehan dalam kawin hamil dalam pasal 53 KHI yang tidak mengatur masa iddah bagi wanita hamil dan memperbolehkan untuk melangsungkan perkawinan bagi perempuan yang hamil di luar nikah dengan pria yang menghamilinya. Aturan inilah yang dipergunakan KUA dalam melaksanakan prosedural perkawinan bagi wanita yang sedang hamil. Pada kawin hamil, seorang wanita diperbolehkan menikah dengan syarat yang menikahi adalah laki-laki yang menghamilinya. Perkawinan ini juga tidak perlu diulang kembali saat wanita tersebut melahirkan karena pernikahan sebelumnya dianggap sah, akan tetapi status anak yang dilahirkan tidak serta merta dianggap sah. Di masyarakat, meskipun perkawinan hamil diakui keabsahannya, anak tersebut tetap dianggap anak zina yang berimplikasi pada hak-haknya salah satunya perihal wali nikah, sehingga saat menikahkan anak tersebut yang menjadi wali bukanlah ayah yang mengawini ibunya tetapi wali hakim. Masalah lain yang ikut berkembang dalam permasalahan pernikahan wanita hamil adalah perkawinan yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki yang menghamilinya dilakukan oleh laki-laki yang bukan menghamili wanita hamil tersebut. Kedua masalah yang dikemukakan di atas juga menjadi perdebatan di kalangan para ahli hukum.17 Undang-undang perkawinan juga membatasi perkawinan wanita hamil hanya diperbolehkan oleh laki-laki yang manghamili wanita tersebut. 17
Mukhlisin Muzarie, Kontroversi Perkawinan Wanita Hamil, (Yogyakarta: Dinamika, 2002), , hlm 124-125.
Pustaka
8
Sehingga ketika praktik dalam masyarakat yang melakukan sebaliknya yaitu mengawinkan dengan laki-laki yang bukan menghamili juga layak untuk dikaji secara sosiologis. Latar belakang tersebut, menunjukan adanya perbedaan pemahaman oleh Kantor Urusan Agama di Kabupaten Kediri tentang aturan perundang-undangan. Penyusun tertarik untuk melihat sejauh mana pemahaman Kantor Urusan Agama di Kabupaten Kediri terhadap aturan tersebut. Penelitian ini akan memfokuskan pada praktik serta faktor-faktor sosiologis yang mempengaruhi pelaksanaan kawin hamil dan penentuan hak wali nikah anak hasil kawin hamil oleh Kantor Urusan Agama di Kabupaten Kediri. B. Rumusan Masalah Dari penjelasan di atas sekiranya perlu ditentukan beberapa rumusan masalah, agar kajian ini semakin terarah. Adapun rumusan masalah dalam kajian ini antara lain: 1. Bagaimana praktik kawin hamil di KUA Kabupaten Kediri? 2. Bagaimana praktik penentuan hak wali nikah anak hasil kawin hamil di KUA Kabupaten Kediri? 3. Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi praktik pelaksanaan kawin hamil dan penentuan hak wali nikah anak hasil kawin hamil di KUA Kabupaten Kediri? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :
9
a. Mendiskripsikan praktik kawin hamil di KUA Kabupaten Kediri. b. Mendiskripsikan penentuan wali nikah anak hasil kawin hamil di KUA Kabupaten Kediri. c. Menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi praktik pelaksanaan kawin hamil dan penentuan hak wali nikah anak hasil kawin hamil di KUA Kabupaten Kediri. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi ilmiah dalam studi hukum Islam khususnya hukum keluarga Islam dalam menciptakan hukum yang efektif di masyarakat. b. Karya ini diharapkan memberi wacana baru dalam pelaksanan praktik kawin hamil dan penentuan hak wali nikah di KUA sebagai praktik yang sejalan dengan apa yang diatur dalam perundang-undangan agar tidak terjadi dualisme hukum dalam masyarakat. c. Sebagai bahan dan penelitian awal untuk dilakukan penelitian penelitian selanjutnya. D. Telaah Pustaka Penelitian atau kajian yang spesifik dan mendalam tentang penentuan wali nikah penyusun anggap menarik karena terdapat perbedaan antara peraturan perundang-undangan dengan praktik tentang penentuan wali nikah anak hasil kawin hamil di KUA Kabupaten Kediri. Hasil penelusuran ditemukan beberapa karya ilmiah yang membahas tentang wali nikah, diantaranya,
10
Buku Mukhlisin Muzarie yang berjudul “Kasus-Kasus Perkawinan Era Modern”18 meneliti tentang permasalahan kontemporer dalam hukum perkawinan, salah satunya adalah keabsahan pernikahan wanita hamil dari zina dan dampak hukum perkawinannya. Dalam buku ini dijelaskan pada topik mengenai kawin hamil bahwa terjadi perdebatan pada kalangan ahli hukum tentang hubungan nasab anak yang dilahirkan dalam perkawinan hamil dari zina. Aturan dalam perundangundangan duraikan dan disandingkan dengan penjelasan normatif dengan menggunakan teori kontra (mafhum mukhalafah). Topik serupa juga diungkapkan dalam skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Wali Hakim sebagai Wali Nikah Mempelai Perempuan yang Dilahirkan Kurang dari Enam Bulan di KUA Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul”19 yang ditulis Nanang Samsul Rijal. Skripsi menjelaskan tentang sikap Penghulu Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul yang lebih dipengaruhi oleh pendapat Jumhur Ulama‟ yang menyatakan bahwa batasan minimal 6 bulan sebagai dasar untuk menghubungkan nasab kepada ayah. Oleh karena itu, penghulu KUA Pandak dalam memberlakukan wali nikah berhak untuk menikahkan mempelai perempuan yang dilahirkan kurang dari enam bulan tidak mendasarkan kepada KHI pada pasal 53 dan 99 KHI.
18
19
Mukhlisin Muzarie, Kasus-Kasus Perkawinan Era Modern, (Cirebon: STAIC Press, 2010).
Nanang Samsul Rijal, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Wali Hakim sebagai Wali Nikah Mempelai Perempuan yang Dilahirkan Kurang dari Enam di KUA Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul”, skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2006).
11
Berkaitan dengan status wali nikah anak hasil zina, karya ilmiah lainnya yaitu skripsi yang berjudul “Anak Hasil Zina dan Pengaruhnya terhadap Perwalian Nikah (Studi Komparasi Antara Imam Asy-Syafi‟I dan KHI)”20 yang ditulis Muftihah mengemukakan tentang siapa yang paling berhak menjadi wali nikah anak hasil zina menurut Imam Syafi‟I dan KHI. Skripsi ini hanya mengkomparasikan pendapat antara ulama‟ Syafi‟iyah dan KHI. Disusul dengan tema serupa, tesis karya Haima Najachatul Mukarromah menjelaskan tentang proses pelaksanaan perwalian anak di luar nikah berdasarkan Hukum Islam dan Hukum Positif di KUA Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri21 Tesis ini menguraikan tentang praktik perwalian akad nikah bagi anak di luar nikah di KUA Kecamatan Selogiri yang mendasarkan pada aspek terpenting yaitu Hukum Islam berupa Al-Qur‟an, Hadis, dan Ijma‟. Dalam pelaksanaan wali hakim, kepala KUA memperhatikan unsur pengakuan ibu dengan alasan kehati-hatian terhadap qadzaf. Adapun hal lainnya, dalam kasus pelaksanaan anak zina dalam kategori “anak terlahir setelah usia 6 bulan usia pernikahan”, tetap menggunakan wali hakim yang tidak sesuai dengan aturan yang ada dalam perundang-undangan dan KHI. Berdasarkan kajian di atas yang membahas tentang wali nikah bagi anak zina ataupun anak dari perkawinan hamil, penyusun belum menemukan kajian khusus
20
Muftihah, Anak hasil Zina dan Pengaruhnya terhadap Perwalian Nikah (Studi Komparasia antara Imam asy-Syafi’I dan KHI), Skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Fakultas Syariah, 2008). 21
Haima Najachatul Mukarromah, Proses Pelaksanaan Perwalian Anak di Luar Nikah Berdasarkan Hukum Islam dan Hukum Positif di KUA Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri, tesis tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015).
12
mengenai sosiologi hukum terhadap praktik pelaksanaan kawin hamil dan penentuan wali nikah anak hasil kawin hamil di KUA Kabupaten Kediri. Adapun spesifikasi penelitian ini adalah mengkaji praktik dan faktor sosiologis praktik pelaksanaan kawin hamil dan praktik penentuan wali nikah yang kemudian dianalisis dengan sosiologi hukum. E. Kerangka Teoritik Berbicara tentang pengaruh hukum sebagai suatu sistem terhadap proses penegakan hukum, sekiranya perlu melihat pula faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum. Dalam menjawab bagaimana pelaksanakan penentuan wali nikah di KUA yang memiliki perbedaan dengan aturan yang ditentukan dalam perundangundangan perkawinan dan KHI serta faktor-faktor terjadinya perbedaan tersebut, permasalahan ini akan dilihat dengan menggunakan teori sistem hukum yang dikemukakan oleh Lawrence M. Friedman22 , antara lain: 1. Legal Substance (Substansi Hukum), yang mana sistem ini adalah peraturanperaturan yang dipakai oleh para pakar pelaku hukum pada waktu melakukan perbuatan-perbuatan serta hubungan-hubungan hukum. Jadi substansi hukum menyangkut peraturan perundang-undangan yang berlaku yang memiliki kekuatan yang mengikat dan menjadi pedoman bagi aparat penegak hukum. Aspek ini digunakan untuk melihat aturan yang dipakai oleh Kantor Urusan Agama dalam pelaksanaan kawin hamil dan penentuan hak wali nikah terhadap anak hasil kawin 22
Baca lebih lanjut Lawrence M. Friedman, The Legal System A Social Science Perspective, (New York: Russel Sage Foundation, 1975), hlm. 14.
13
hamil yang hendak menikah. Selain itu, diuraikan pula tentang perbandingan setiap aturan yang digunakan Kantor Urusan Agama dalam praktiknya dalam hal ini KHI dan fikih. 2. Legal Structure (Struktur Hukum), yang mana sistem ini adalah pola yang memperlihatkan tentang bagaimana hukum itu dijalankan menurut ketentuanketentuan formalnya oleh apara penegak hukum. Struktur dari sistem hukum terdiri atas unsur berikut ini, jumlah dan ukuran pengadilan, kewenangan (termasuk jenis kasus yang berwenang mereka periksa), dan tata cara naik banding dari pengadilan ke pengadilan lainnya. Jadi struktur (legal struktur) terdiri dari lembaga hukum yang ada dimaksudkan untuk menjalankan perangkat hukum yang ada. Aspek ini digunakan untuk menjelaskan kewenangan penegak hukum yaitu Kantor Urusan Agama dalam pelaksanaan aturan kawin hamil dan penentuan hak wali nikah terhadap anak hasil kawin hamil yang hendak menikah. Diuraikan pula kondisi dan latar belakang para pegawai Kantor Urusan Agama yang mempengaruhi cara ijtihad serta faktor-faktor yang melatarbelakangi praktik menentukan wali nikah. 3. Legal Culture (Budaya Hukum), yang mana sistem ini merupakan suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari atau disalahgunakan. Kultur hukum menyangkut budaya hukum yang merupakan sikap manusia (termasuk budaya hukum aparat penegak hukumnya) terhadap hukum dan sistem hukum. Pada aspek ini penyusun menguraikan kondisi sosial dan budaya yang ada dalam masyarakat di kecamatan setempat. Selain itu
14
kondisi sosial keagamaan pada masyarakat setempat juga dijelaskan untuk mendapatkan faktor-faktor sosiologis yang melatarbelakangi praktik penentuan hak wali tersebut. Dalam hal ini, penyusun juga mengkaitkan identifikasi Max Weber tentang tradisi hukum pada masyarakat patrimonial yang ditandai dengan pembuatan hukum secara ad-hoc dan arbitrer yang menimbulkan ketidakpastian hukum. Weber melihat bahwa tradisi hukum ini wilayah kerjanya terikat oleh tradisi sakral, sangat bersifat interpretasi yang formalistik, dan benar-benar berhubungan dengan keadilan karismatik. Sebaliknya, pada hukum yang berkembang dari tradisi patrimonial adalah kode hukum yang sistematis, rasional, dan abstrak, dan memberikan kepastian hukum.23 Dengan ini, penyusun melihat tradisi hukum yang ada di lingkungan KUA Kabupaten Kediri yang pada satu sisi menggunakan undang-undang yang rasional dan formal, namun di sisi lain masih memiliki kecenderungan untuk menggunakan aturan yang sakral dan menginterpretasinya secara formal yaitu fikih dan pendapat para ulama. Masyarakat yang dekat dengan kultur fikih membuat pegawai KUA tidak bisa melepaskan doktrin fikih begitu saja saat melaksanakan tugasnya sebagai pengawas prosedur perkawinan. F. Metode Penelitian Dalam rangka untuk memperoleh kajian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian sebagai berikut : 23
Brian S. Turner, Sosiologi Islam: Suatu telaah analitis atas teas sosiologi Weber, (Jakarta: Rajawali 1992), hlm 208.
15
1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research)24 yaitu dalam memperoleh data, penyusun datang ke lapangan untuk melakukan pengamatan dan memperoleh data melalui observasi dan wawancara terhadap KUA Kabupaten Kediri dan masyarakat setempat pada Kecamatan tempat KUA diteliti. 2. Sifat Penelitian Penelitian dalam tesis ini mengambil posisi sebagai penelitian deskriptif.25 Penyusun akan mendeskripsikan praktik pelaksanaan kawin hamil dan penentuan hak wali nikah di KUA Kabupaten Kediri. Setelah gambaran tentang praktik penentuan wali nikah di KUA diperoleh, maka data tersebut dianalisis untuk melihat pemahaman masyarakat terhadap praktik kawin hamil dan penentuan hak wali nikah bagi anak hasil kawin hamil di KUA Kabupaten Kediri. 3. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi hukum.26 Penyusun akan menggambarkan praktik kawin hamil dan penentuan wali nikah anak hasil kawin hamil di KUA Kabupaten Kediri kemudian akan digali informasi tentang pemahaman 24
Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara survey atau observasi di lapangan atau obyek penelitian guna memperoleh data. Lihat Restu Kartiko Sardi, Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), Hlm 52. 25
Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gejala-gejala, atau fakta atau kejadian secara sistematis, Lihat Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian sosial dan Pendidikan: Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm 47. 26
Pendekatan sosiologi hukum yaitu pendekatan yang bertujuan memperoleh pengetahuan tentang mengapa manusia patuh hukum dan mengapa dia gagal menaati hukum tersebut dan faktorfaltor sosial yang mempengaruhinya. Lihat Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Rajawali, 1998), hlm 12.
16
masyarakat terhadap praktik pelaksanaan kawin hamil dan praktik penentuan hak wali nikah di KUA Kabupaten Kediri. 4. Sumber Data a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada kepala KUA dan beberapa pegawai di KUA Kabupaten Kediri, khususnya yang berkaitan dengan praktik penentuan wali nikah di KUA dan wawancara kepada beberapa pejabat Kementrian Agama Kabupaten Kediri serta data yang diperoleh dari hasil observasi proses administrasi pendaftaran perkawinan dan penentuan wali nikah di KUA Kabupaten Kediri. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung dari subyek penelitian, seperti dokumen nikah, dan buku-buku yang berkaitan dan dapat mendukung penelitian ini. 5. Metode Pengumpulan Data Dalam menentukan metode pengambilan sampel ini, penulis menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pada penelitian ini, penyusun mengambil beberapa KUA di Kabupaten Kediri yang berjumlah 26 Kecamatan untuk dapat mewakili praktik pada KUA dalam menentukan wali nikah bagi anak hasil kawin hamil di Kabupaten Kediri. KUA yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah KUA Kecamatan Ngasem, KUA Kecamatan Gurah, KUA Kecamatan Pare, KUA Kecamatan Kras, KUA Kecamatan Kepung dan KUA Kecamatan Wates.
17
Dalam melaksanakan riset ini peneliti menggunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data, antara lain: a. Observasi Adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data dengan cara mengamati secara langsung terhadap gejala dan fakta yang diselidiki.27 Hal yang akan diselidiki adalah pelaksanaan kawin hamil dan prosedur pendaftaran pernikahan yang berimplikasi pada penentuan hak wali nikah di KUA di Kabupaten Kediri b.
Wawancara
Dalam penelitian ini akan dilakukan wawancara mendalam (in depth interview),28 yakni dengan melakukan wawancara kepada pegawai, pembantu penghulu, penghulu dan Kepala KUA di Kabupaten Kediri. Dilakukan pula wawancara pada pejabat Kementrian Agama di Kabupaten Kediri. Dalam penelitian kualitatif ini jumlah informan tidak dibatasi tetapi tergantung pada kedalaman penelusuran terhadap informan. c.
Dokumentasi
27
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1983), hlm 136. 28
Wawancara mendalam (in depth interview) adalah usaha memperoleh informasi dengan cara menggunakan dialog meminta penjelasan, mengajukan pertanyaan dan meminta penjelasan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti responden. Lihat Suharsismi Arkikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, cet-11 (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm 114.
18
Yaitu teknik atau cara mengumpulkan data tertulis berupa buku tentang pendapat teori, dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan.29 Penyusun akan menggunakan beberapa dokumentasi dari KUA yaitu berupa dokumen nikah atau segala sesuatu yang memberikan informasi tentang praktik pelaksanaan kawin hamil dan penentuan wali nikah. 6.
Metode Analisis Data
a.
Pengumpulan data
Pada tahap ini, penyusun akan mengumpulkan data sesuai dengan sumber, metode dan instrumen pengumpulan data sebagaimana disebutkan sebelumnya. Penyusun akan mewawancarai para informan yang menjadi sumber data penelitian atau mengobservasi suatu keadaan sesuai dengan fokus penelitian dan menghimpun, memeriksa dan mencatat dokumen-dokumen yang menjadi sumber data penelitian.30 b. Reduksi data Adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari càtatan-catatan tertulis di lapangan.31 Dalam proses ini penyusunakan memilah data yang diperoleh
29
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm 121. 30
Sanapiah Faisal, Format-format penelitian Sosial: Dasar-dasar dan Aplikasi, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm 32-33. 31
https://iskandarlbs.files.wordpress.com/2010/…/miles-huberman-buku.doc. (diakses 14 Oktober 2015).
19
di lapangan yang berkaitan dengan fokus penelitian yaitu praktik kawin hamil dan penentuan hak wali nikah. c. Penyajian Data Setelah data yang didapatkan direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan/menyajikan data. Data yang diperoleh di lapangan yang telah direduksi disajikan dalam bentuk narasi agar memudahkan penyusun pada tahap selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. d. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Hal ini merupakan tahap terakhir dari serangkaian tahap analisis data. Proses ini dapat dilakukan dari permulaan pengumpulan data, penyusun mulai mencari arti dari data yang diperoleh dari informan kemudian, mencatat beberapa kesimpulan sementara yang akan disempurnakan berdasarkan data menjadi kesimpulan final. 7. Model Analisis Model analisis dalam penelitian ini deduktif, yaitu menarik suatu kesimpulan dari pernyataan umum menuju kepada kesimpulan yang bersifat khusus. 32 Dalam penelitian ini penyusun berangkat dari aturan perwalian yang ada dalam perundangundangan dan melihat fakta-fakta yang ada di lapangan yang kemudian dianalisis untuk menghasilkan kesimpulan.
32
Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, cet ke-2, (Yogyakarta: Andi, 2004), hlm 24.
20
G. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan pemahaman tentang isi dari segi penyusunan tesis ini, serta memperoleh penyajian yang serius, terarah dan sistematis, maka penyusun membaginya dalam lima bab sebagai berikut: Bab satu merupakan bab pendahuluan sekaligus sebagai pedoman yang akan dijadikan acuan dalam penelitian ini. Pada bab ini dikemukakan sub bahasan yang meliputi latar belakang masalah yang menjadi alasan-alasan mendasar diadakannya penelitian ini. Berangkat dari latar belakang masalah menjadi sangat penting untuk menggambarkan secara jelas masalah apa yang diangkat dalam penelitian ini. Selanjutnya, tujuan dan kegunaan penelitian menjadi bagian dari bab satu guna diharapkan memberikan sumbangan pemikiran. Dalam bab I juga dikemukakan telaah pustaka yang digunakan untuk menelaah bahwa penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang sudah ada. Kerangka teori dan pendekatan menjadi alat untuk pembahasan pokok masalah dala penelitian ini. Terakhir dalam bab ini, adalah sistematika pembahasan. Bab dua menyajikan konsep nikah hamil dan perwalian dalam pernikahan baik yang digali dalam aturan hukum Islam ataupun perundang-undangan di Indonesia. Konsep konsep kawin hamil dan perwalian dalam pernikahan dari dua sudut pandang ini sangat penting sebagai landasan teoritis untuk melakukan analisis dari hasil di lapangan. Bab tiga merupakan pembahasan tentang hasil penelitian. Dimulai dari objek penelitian yaitu gambaran umum Kabupaten Kediri dan prosedur pendaftaran
21
pernikahan yang berkaitan dengan kawin hamil dan penentuan hak wali nikah dalam pernikahan yang akan dilaksanakan oleh para calon mempelai serta informasi tentang topik terkait yang diperoleh dari Kepala KUA atau penghulu dan pejabat Kementrian Agama Kabupaten Kediri. Penentuan wali nikah yang dipahami adalah berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara informan yang didukung dengan data berupa dokumentasi atau arsip yang diperoleh dari KUA dan masyarakat setempat. Pada bab selanjutnya, bab empat, penyusun melakukan analisis atas hasil temuan di lapangan dengan melandaskan pada pelaksanaan kawin hamil dan perwalian dalam pernikahan baik yang digali dalam aturan hukum Islam ataupun perundang-undangan. Selain itu akan dikaitkan pula tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi prosedur pelaksanaan kawin hamil dan penentuan wali nikah pada objek penelitian dengan menggunakan teori sosiologi sebagai acuan dalam analisis. Serangkaian penelitian ini akan dirangkum dalam bab kelima yang merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang membangun.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Secara umum, prosedur kawin hamil serupa dengan perkawinan yang dilakukan pada umumnya. Namun pada beberapa hal, terdapat syarat administrasi yang harus dipenuhi oleh calon mempelai. Bagi calon mempelai perempuan yang melaksanakan perkawinan akibat hamil di luar nikah, hendaknya dinikahkan dengan laki-laki yang menghamilinya. Hal ini sesuai dengan aturan yang dijelaskan oleh Kompilasi Hukum Islam pasal 53. Calon mempelai laki-laki diminta untuk menyertakan surat pernyataan di atas materai yang menyatakan bahwa laki-laki tersebut adalah yang menghamili calon mempelai perempuan. Pada praktik kawin hamil, KUA memiliki pandangan yang sama dengan ketentuan yang tercantum dalam pasal 53 KHI. Adapun dalam penasihatan dan pemeriksaan calon mempelai, KUA menggunakan fikih untuk menguatkan hukum kawin hamil yang dijelaskan secara sederhana dalam perundang-undangan yaitu KHI. Hal ini memunculkan syarat-syarat yang bersifat syar’i yang harus dipenuhi oleh calon mempelai perkawinan hamil. Begitu pula dengan pemeriksaan wali bagi calon mempelai dalam prosedur pendaftaran, KUA di Kabupaten Kediri mengambil pendapat fikih yaitu dengan menggunakan batas minimal kehamilan yaitu 6 (enam) bulan kehamilan sebagai acuan untuk menghubungkan nasab antara anak dan ayah biologis. KUA mencermati
137
138
jarak antara akad nikah kedua orang tua yang tercatat dalam buku nikah orang tua dengan kelahiran anak perempuan tersebut. Ketika pemeriksaan, apabila ditemukan ketidakwajaran seperti jarak kelahiran yang terlalu dekat yaitu kurang dari 6 bulan, maka anak tersebut dikategorikan bernasab kepada ibu kandungnya atau dengan kata lain dipersamakan dengan anak luar nikah
yang dalam perwalian diambil jalan
tahkim atau wali hakim. Adanya batas minimal kehamilan yang ditetapkan oleh KUA berimplikasi pada beberapa hak bagi anak yang dilahirkan. Anak yang dilahirkan kurang dari 6 bulan akan memiliki status yang sama dengan anak yang dilahirkan di luar nikah. Anak hanya akan memiliki hubungan nasab dengan ibu kandung, tidak memiliki hubungan waris-mewarisi serta tidak memiliki hubungan hukum munakahat seperti perwalian dengan ayah biologisnya. Praktik KUA sebagaiman disebutkan di atas disebabkan oleh adanya kecenderungan fikih yang digunakan KUA sebagai penjelas atupun penguat aturan yang ada dalam perundang-undangan. Selain itu, penggunaan fikih akan membuat adanya perbedaan ketentuan antara KUA antara daerah satu dengan daerah lainnya. Terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi KUA lebih memfavoritkan fikih dalam melaksanakan kewenangannya dalam memeriksa dan mengawasi prosdur perkawinan. KUA berpendapat bahwa aturan dan perundang-undangan perkawinan di Indonesia masih bersifat terbuka dan ditemukan banyka celah untuk ditafsirkan secara berbeda-beda. KUA menafsirkan aturan tersebut dengan menyesuaikan kepada
139
al-Qur’an, as-Sunnah dan pendapat ulama fikih. Hal ini membuat KUA dapat memilih peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan fikih atau menggunakan fikih untuk aturan yang sesuai dengan aturan fikih. Seperti halnya dalam kawin hamil, ketentuan undang-undang diikuti oleh KUA karena penjelasan yang ada sesuai dengan ketentuan yang ada dalam fikih. Sebaliknya pada status anak hasil kawin hamil, pasal dalam undang-undang dan KHI memberikan ketentuan yang tidak terperinci dan membuka celah bagi KUA untuk menetapkan dengan hukum lain, sehingga KUA memilih menggunakan fikih dalam menjawab persoalan tersebut dengan memetapkan batas minimal kehamilan. Selain itu, aturan yang kontradiktif antara undang-undang dan aturan yang dikelaurkan oleh Kementerian Agama juga memberi kesempatan bagi KUA untuk memilih hukum yang akan dipergunakan. Latar belakang pendidikan para pegawai KUA juga mempengaruhi pelaksanaan hukum perkawinan pada tingkat KUA. Pegawai KUA yang notabene adalah lulusan dari pondok pesantren yang memiliki pengetahuan mendalam tentang fikih menganggap dikih sebagai sebuah identitas agama yang harus digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyelsaikan problematika perkawinan di masyarakat. Selain itu, profesi sebagai pegawai KUA dianggap sebagai profesi yang memiliki nilai dunia dan akhirat, sehingga segala hal yang diputuskan tanpa menggunakan hukum agama akan memiliki konsekuensi agama. Di samping itu, masyarakat juga menganggap KUA sebagai tokoh masyarakat yang mengerti dan ahli di bidang hukum keluarga khususnya bidang hukum perkawinan. Biasanya masyarakat mempercayakan sepenuhnya urusan syarat-syarat
140
hingga prosesi perkawinan kepada KUA. Selain itu, tokoh agama atau kyai juga memberikan peran yang kuat dalam memberikan dominasi fikih pada KUA dan masyarakat. Ketika KUA mendapatkan keraguan hukum mengenai syarat dan rukun yang harus dipenuhi calon mempelai, maka KUA akan meminta penjelasan tambahan dari tokoh agama atau kyai yang dianggap mampu menjawab permasalahan tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan undang-undang yang bersifat terbuka memberikan kesempatan bagi KUA untuk memberikan penafsiran berbeda terhadap Undang-undang Perkawinan dan KHI. Aturan tersebut ditafsirkan sesuai dengan kecenderungan hukum yang dimiliki oleh para pelaksana hukum. Para Pegawai KUA di Kabupaten Kediri memiliki latar belakang sekaligus lingkungan pesantren yang mengunggulkan fikih. Selain itu, pendidikan hukum seperti training dan seminar tentang gender ataupun isu-isu kontemporer yang jarang dilaksanakan juga membuat logika hukum para KUA menjadi statis dan tidak dinamis. Hal inilah yang membuat adanya kecenderungan sikap KUA yang tradisionalis dalam pelaksanaan hukum perkawinan di tingkat KUA di wilayah Kabupaten Kediri. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa saran yang perlu dikemukakan yaitu, Pertama, Disarankan kepada lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan aturan hukum perkawinan baik perundang-undangan ataupun peraturan pemerintah untuk menyelaraskan aturan yang diedarkan yang akan dilaksanakan oleh KUA. Selain itu, menurut penyusun terdapat beberapa pasal yang masih ambigu dan
141
menimbulkan celah penafsiran yang berbeda-beda antara satu pihak dengan pihak yang lain. Tidak kalah penting adalah memberikan pendidikan hukum dan isu-isu kontemporer
kepada
KUA
pada
permasalahan
yang
berkaitan
dengan
kewenangannya yaitu salah satunya hukum perkawinan. Kedua, para pelaksanana hukum perkawinan khususnya pegawai KUA baik PPN maupun pembantu PPN untuk menentukan hukum yang diberlakukan secara pasti, tanpa harus memilih aturan yang disesuaikan keinginan pelaksana hukum. Hal ini
akan
memberikan
dampak
ketidakpastian
hukum
pada
masyarakat,
Pemberlakukan fikih akan menimbulkan istinbath hukum yang berbeda-beda antara satu KUA dengan KUA lainnya. Ketiga, disarankan kepada para akademisi di bidang hukum untuk melakukan penelitian yang sama, guna mengetahui implementasi perundang-undangan di masyarat serta perkembangan hukum kelaurga yang selalu dinamis di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA A. Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an Direktur Akademik Lembaga Studi Ulumul Qur‟an (LSUQ), Syaamil Al-Qur’an dan Terjemah, Bandung : Syaamil Al-Qur‟an, 2010. B. Hadis, Syarah Hadis, dan Ulumul Hadis Baihaqi al-, Abu Bakar Ahmad Ibn al-Husain Ibn „Ali, Al-Sunan al-Kubra, Beirut: Dar al-Fikr, t.t. Hanbal,Ibn, Al-Musnad li al-Imam Ahmad, Kairo: Dar al-Hadist, 1995. Imam Muslim, Shahih Muslim, 1 Vol. „Isa bin Surahbin ,Abu „Isa Muhammad, Sunan Tirmidzi, Beirut: dar al-Kutub alIslamiyyah, 2000. Shawkaniy al-, Muhammad Ibn Ali Ibn Muhamad, Naylu Al Awtar Min Ahadith Sayyid Al Akhyar Sharh Muntaqal Akhbar, (Beirut: Dar el Kutub, 2004.5 Vol. Sajastanyal-, Abu Dawud Sulaiman Ibn al-Ash‟ath, Sunan Abi Dawud, (AlArdan : Dar Al A‟lam, 2003), hlm 335. C. Fikih dan Usul Fikih „Asimi an-Najdi al-Hanbali al-, Abdurrahman bin Muhammad bin Qasim, Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, (Beirut: Dar al Kutub al 'Ilmiyyah, s.a), 32 Vol. ad-Dahlawi, Imam al-, al-Maswa Syarh al Muawata, Beirut: Dar al-Kutub, 1403 H/1983 M. Alfarabi, Penghulu Negara dan Penghulu Non Negara : Kontestasi Otoritas dalam Penyelenggaraan Perkawinan Di Desa Sinarrancang, Mundu, Cirebon, Jawa Barat, tesis tidak diterbitkan, (Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2013. Badran, Badran Abu-'Aynayn, Huquq Al Awlad Fi Al Shari'at Al Islamiyyah Wa Al Qanun, Iskandariyah: Muasassah Shabab al Jami'ah, s.a. Bari al-,Zakariya, Ahkam al Awlad fi al Islam, Kairo: Dar al Qawmiyyah, 1964.
142
Djasman, “Wali Hakim dalam Pelaksanaan Perkawinan (Studi Kasus KUA Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul)”, tesis tidak diterbitkan, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2003. Ghazali,Abd Rahman, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2010. Humaedillah, Memed, Status Hukum Akad Nikah Wanita Hamil, Jakarta: Gema Insani Press, 2002. Hamdani al-, Thalib Risalah al-Nikah, terj. Agus Salim, Jakarta: Pustaka Amani, 1989. Irfan,Nurul, Nasab dan Status Anak dalam Hukum Islam, Jakarta: Amzah, 2012. Jazirial-, Abdurrahman Kitab al- Fiqh ala Madzahib al- Arba’ah, Beirut : Dar al Kutub al „Ilmiyah, 2008. 4 Vol.
Kasani-al-Hanafi al-, Abi Bakr Ibn Mas'ud, Badai' Al Sanai' Fi Tartib Al Sharai', Kairo: Dar al Hadith, 2005. Khatibal-,Yahya Abdurrahman,Ahkam al Mar’at al Hamil: fi al-syariat al Islam, Libanon: Dar al Basair, 1999. Muzarie,Mukhlisin, Kasus-Kasus Perkawinan Era Modern, Cirebon: STAIC Press, 2010. __________________, Kontroversi Perkawinan Wanita Hamil, Yogyakarta: Pustaka Dinamika, 2002. Maqsidy al-,Ibn Al-Qudamah, Al Mughniy Wa Al Sharh Al Kabir, Beirut: Dar alFikr, 2009. Muchtar, Kamal, Azas-Azas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1993. Mukarromah, Haima Najachatul, “Proses Pelaksanaan Perwalian Anak di Luar Nikah Berdasarkan Hukum Islam dan Hukum Positif di KUA Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri”, tesis tidak diterbitkan, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015.
Muftihah, “Anak hasil Zina dan Pengaruhnya terhadap Perwalian Nikah (Studi Komparasia antara Imam asy-Syafi‟I dan KHI)”, Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Fakultas Syariah, 2008. Mughniyyah, Muhammad Jawad, Al Ahwal Al Shakhsiyyah : 'ala Al Madhahib Al Khamsah Al Ja'fari, Al Hanafi, Al Maliki, Al Shafi'i, Al Hanbali, Beirut: Dar al Ilm li al Malayin, 1964. Modul Pelatihan Fiqh dan HAM, Yogyakarta: LKis, 2013. Rijal,Nanang Samsul,“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Wali Hakim sebagai Wali Nikah Mempelai Perempuan yang Dilahirkan Kurang dari Enam di KUA Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul”, skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2006. Shayrazi al-, Abi Ishaq Ibrahim Ibn Ali Ibn Yusuf al Fayruzabadi Al Muhadhdhab Fi Fiqh Al Imam Al Shafi'iy, Beirut: Dar el Fikr, s.a. Sarifuddin, Amir, MeretasKebekuanIjtihad: Isu-isu Penting Hukum Islam Kontemporer Di Indonesia, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Tihami, H.M.A, Fiqh Munakahat, Jakarta, Rajawali Press, 2010. Zuhaili, Wahbah, Al Fiqh Al Islamiy Wa Adillatuh, Beirut: Dar al Fikr, 2004. 10 Vol. _______________, Al Fiqh Al Islamiy Wa Adillatuh, Beirut: Dar al Fikr, 2004. 9 Vol. Zahrah, Abu, Al Akhwal Asy Syaksiyyah,Dar el Fikr al Arabi, 1956. D. Hukum dan Perundang-undangan Bisri, Cik Hasan, Kompilasi Hukum Islam Dan Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Hukum Materiil Pengadilan Agama. Jamhari Makruf, Hukum Keluarga, Pidana dan Bisnis: Kajian Perundangundangan Indonesia, Fikih dan Hukum Internasional, Jakarta: Prenada Media, 2013. Keputusan Menteri Agama Republik Agama No. 477 Tahun 2004 tentang Pencatatan Nikah.
Kuncorowati, Puji Wulandari, “Menurunnya Tingkat Kesadaran Hukum Masyarakat di Indonesia”, Jurnal Civics, Vol. 6, No. 1 Juni 2009. Nurlaelawati, Euis, Modernization, Tradition And Identity: The Kompilasi Hukum Islam And Legal Practice In The Indonesian Religious Courts, Amsterdam: Amsterdam University Press, 2010. Pedoman Pejabat Agama Islam Edisi 2003. PMA No. 2 Tahun 1987. Sudiyat,Iman,Hukum Adat Sketsa Asas, Yogyakarta: Liberty, 1991. Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 1994. Tahlib, Sayuti, Hukum Kekeluargaan Indonesia, Jakarta: UI Press, 2009. Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Citra Umbara, 2012. E. Kelompok Buku Lain Arikunto, Suharsismi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, cet-11 (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm 114. Bungin,Burhan,Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, Jakarta: Kencana, 2007. Ensiklopedi Islam, ed. Kafrawi Ridwan dkk, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993. Faisal,Sanapiah Format-format penelitian Aplikasi,Jakarta: Rajawali Press, 1992.
Sosial:
Dasar-dasar
dan
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1983. Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997. M. Friedman, Lawrence, The Legal System A Social Science Perspective, (New York: Russel Sage Foundation, 1975.
Salim, Peter, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press, 1991. Sardi, Restu Kartiko, Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010. Soekanto, Soerjono, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Rajawali, 1998. Zuriah,Nurul, Metodologi Penelitian sosial dan Pendidikan: Teori dan Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. F. Website https://kedirikab.go.id/ Faizah, Nur, Tinjauan Filosofis Peran Wali Nikah Dalam Pembacaan Ulama Fiqh Dan Perundang-Undangam Kontemporer dalam http://stiskebumen.ac.id/ (diakses 13 Oktober 2015) Latif,M. Kholiqul, Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Kediri, pdf. Aydın Bayram, “Modernity and the Fragmentation of the Muslim Community in Response: Mapping Modernist, Reformist and Traditionalist Responses”, dalam dergiler.Ankara.edu.tr (diakses 1 Juni 2016).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KEMENTERIAN AGAMA KANTOR KABUPATEN KEDIRI Jl. Pamenang No.64 Kediri Telepon ( 0354 ) 687353 Fax (0354)680480 Email :
[email protected]
Nomor Lampiran Peri hal
: Kd.15.33l 6IHm.Ol.OO I ?fiJc;
I 2016
Kediri, 04 Maret 2016
: lzin Penelitian
Kepada Yth: Sdr. Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Sunan Kalijaga diTempat
Assalamu 'Aiaikum Wr. Wb. Menindak lanjuti surat Saudara Nomor : UIN.02/DPPs/TU.009/706/2016 Tanggal 16 Februari 2016, Perihal sebagaimana tersebut pada pokok surat, maka dengan ini kami memberikan izin kepada : Nama Tempat/Tgl. Lahir Nomor lnduk Program Semester Tahun Akademik
: SHEILA FAKHRIA : Ponorogo, 15 Novenmber 1991 : 1420310063 : Megister (52) :IV (empat) :2015/2016
untuk melaksanakan kegiatan penelitian dengan judul "Wanita dan Aturan Hukum Islam : Praktek Pelaksanaan Kawin Hamil dan Penentuan Hak Wali Nikah Anak Hasil Kawin Hamil di Kantor Urusan Agama Kabupaten Kediri" di KUA Pare, Ngasem, Gurah, Kras, Kepung, Wates, dan agar koordinasi dan konsultasi lebih lanjut dengan para Kepala KUA setempat.
Demikian harap menjadikan maklum dan terima kasih.
Wassalamu 'Aialkum Wr. Wb.
'SURYAT, M.Pd.l NIP. 19610506199303100~ , Tembusan: 1.
Sdr. Kepala KUA Pare
2.
Sdr. Kepala KUA Ngasem
3.
Sdr. Kepala KUA Gurah
4.
Sdr. Kepala KUA Kras
5.
Sdr. Kepala KUA Kepung
6.
Sdr. Kepala KUA Wates
([)Yang bersangkutan
KEMENTERIAN AGAMA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN KRAS JI. Raya Kras No. 36 Kode Pos 64172 Telp. (0354) 479665
KEDIRI
SURAT KETERANGAN Nomor :Kk 15.33.09/Hm/296/2016 Kepala Kantor Urusan Agama Kras, menerangkan dengan sebenarnya : Nama
: Sheila Fakhria
NIM
: 1420310063
Semester
:VI (Empat)
Program Studi : Magister Hukum Islam/ Hukum Keluarga Telah melakukan penelitian di Kantor Urusan Agama Kras pada bulan Maret 2016 dengan judul: "Wanita dan Aturan Hukum Islam: Praltek Pelaksanaan Kawin Hamil dan Penentuan Hak Wali Nikah Anak Hasil Kawin Hamil di Kantor Urusan Agama Kabupaten Kediri" Demikian surat keterangan ini kami buat semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
KEMENTERIAN AGAMA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GURAH Jl. Seruji No. 17B Gurah Kab. Kediri Prop. Jawa Timur- Indonesia Telp. ( 0354) 545377- Kode Pos 64181
SURAT KETERANGAN Nomor:Kk 15.33.17/Hm/.Jq/2016
Kepala Kantor Urusan Agama Gurah, menerangkan dengan sebenarnya : Nama
: Sheila Fakhria
NIM
: 1420310063
Semester
:VI (Empat)
Program Studi : Magister Hukum Islam/ Hukum Keluarga Telah melakukan penelitian di Kantor Urusan Agama Gurah pada bulan Maret 2016 dengan judul: " Wanita dan Aturan Hukum Islam : Praktek Pelaksanaan Kawin Hamil dan Penentuan Hak Wali Nikah Anak Hasil Kawin Hamil di Kantor Urusan Agama Kabupaten Kediri" Demikian surat keterangan ini kami buat semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
.I
KEMENTERIAN AGAMA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN PARE Alamat : Jl. Matahari No. 2 Telp.(0354)391564 Kode Pos. 64212
SURAT KETERANGAN Nomor :Kk.13.06.09/Pw.OO/ 26/2016
Yang bertandatangan dibawah ini
Nama
: H. NADHIRIN, S.Ag
NIP
: 197010052000031001
Pangkat/Gol. Ruang
: Penata liVe
J abatan
: Kepala KUA Kecamatan Pare Kab. Kediri
Instansi
: Kantor Urusan Agama Kecamatan Pare Kab. Kediri
Menerangk:an dengan sebenamya bahwa :
Nama
: SHEILA FAKHRIA
Tempat/Tgl.lahir
: Ponorogo, 15-11-1991
Asal Universits
: UIN Sunan Kalijga Yogyakarta
Program/Semester
: Pasca Smjana!IV
Terhitung mulai
bulan Maret 2016 telah melaksanakan tugas penelitian untuk
skripsi dengan tema tentang" WANITA DAN ATURAN HUKUM ISLAM: Praktek Pelaksanaan Kawin Hamil dan Penentuan Hak Wali Nikah Anak Hasil Kawin Hamil di Kantor Urusan Agama Kecamatan Wilayah Kabupaten Kediri". Demikian Surat Keteranganini dibuat dengan sebenamya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
KEMENTERIAN AGAMA , KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN WATES Jl. Kediri No. 15 tr (0354) 442125 Wates Kabupaten Kediri 1BJ 64174 Website : www.kuawates.com e-mail :
[email protected]
SURAT KETERANGAN Nomor: Kk.15.33.22 I Hm.Ol/210/2016
Kepala Kantor Urusan Agama Kec. Wates, menerangkan dengan sebenamya
Nama
: Sheila Fakhria
NIM
: 1420310063
Semester
: IV (Empat)
Progam Studi
: Magister Hukum Islam/Hukum Keluarga
Telah melakukan penelitian di Kantor Urusan Agama Kec. Wates pada bulan Maret 2016 Dengan judul : "Wanita dan Aturan Hukum Islam: Praktek Pelaksanaan Kawin Hamil dan Penentuan hak Wali Nikah Anak Hasil Kawin Hamil di Kantor Urusan Agama Kabupaten Kediri" Demikian surat keterangan ini kami buat semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Wates, 17 Maret 2016 Kepala
M.Pd.I
KEMENTERIAN AGAMA KANTOR URUSAN AGAMA KEC. NGASEM
KABUPATEN KEDIRI r-
Jl. Pamenang-No. 71 Kec.NgaseiUKab. Kediri Telp. (0354) 691680
SURAT KETERANGAN Nomor: Kk.15.33.25/S.Ket/~-?...illl/2016 Kepala Kantor Urusan Agama Kec. N gasem, menerangkan dengan sebenarnya bahwa:
Nama
: Sheila Fakhria
NIM
: 1420310063
Semester
:IV (Empat)
Program Studi
: Magister Hukum Islam/ Hukum Keluarga
Telah melakukan penelitian di Kantor Urusan Agama Kec. Ngasem pada bulan Maret 2016 denganjudul: "Wanita dan Aturan Hukum Islam : Praktek Pelaksanaan Kawin Hamil dan Penentuan Hak Wali Nikah Anak HasilKawin Hamil di Kantor Urusan Agama Kabupaten Kediri" Demikian surat keterangan ini kami buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Ngasem, 22 Maret 2017
S.Pd.I 20316 199303 1 001
llYu-uJ,
I
KEMENTERIAN AGAMA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN KEPUNG Jln. Harinjing No. 272 Karangdinoyo Kepung Kode Pos 64293 Telp.( 0354) 3922386 Email:
[email protected]
KEDIRI
SURAT KETERANGAN Nomor : Kk.15.33.14/Hm/,;V2015
Kepala Kantor Urusan Agama Kec. Kepung, menerangkan dengan sebenamya :
Nama
:Sheila Fakhria
NIM
: 142031 0063
Sementer
:IV (Empat)
Program Studi
: Magister Hukum Islam/ Hukum Keluarga
Telah melakukan penelitian di Kantor Urusan Agama Kec. Kepung pada bulan Maret 2016 dengan judul: "Wanita dan Aturan Hukum Islam : Praktek Pelaksanaan Kawin Hamil dan Penentuan Hak Wali Nikah Anak Hasil Kawin Hamil di Kantor Urusan Agama Kabupaten Kediri" Demikian surat keterangan ini kami buat semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
-~~~~-;~~e.diri, 11 Maret 2016
. .,..p-,.,n.
.:-..,~_1
,-.~·,\'"" a '/{/';' \t;, ·,.. ~t'
_.)-:'? ~· , ..
."('
;?'~~(,p..NiP.\ s )l ,.. l i\~\~!>Ol\cP.Nlt>-lJ.\\11 ·.
~\\,..........~ ~---·
- • 2
.
. .. ,. - LFA IRSYAD, S.Ag.M.HI 1'·.~~·,,,.,,. -~ ; ·" 197312262000031001 '""::<·
p
\J ././
"\'~~:::;:=~
e NO.
KUA KECAMATAN
1 2 1 GROGOL 2 TAROKAN 3 BANYAKAN 4 MOJO 5 SEMEN 6 GAMPENGREJO 7 PAPAR 8 PURWOASRI 9 PLEMAHAN 10 KUNJANG 11 PAGU 12 PARE 13 KANDANGAN 14 KEPUNG 15 PUNCU 16 PLOSOKLATEN 17 GURAH 18 NGADILUWIH 19 KRAS 20 KANDAT 21 RINGINREJO 22 WATES 23 NGANCAR 24 NGASEM 25 KAYEN KIDUL 26 BADAS JUMLAH
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KEDIRI
DAFTAR LAPORAN PERINCIAN NTCR BULAN : JANUARI SID DESEMBER 2015 NIKAH
WALl NASAB
3 414 551 469 711 398 249 392 452 456 290 312 712 398 709 527 536 633 577 474 528 500 676 424 463 319 526 12696
4 380 505 429 661 364 234 356 391 424 244 277 651 366 661 476 463 531 521 421 494 396 574 355 427 291 491 11383
WALl ADHOL
5 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 3 5 0 1 0 0 5 2 0 1 3 26
TALAK
POLIGAMI
WAll SELURUHNYA HAKIM LAIN ADHOL
6 33 45 40 50 34 16 35 60 32 46 35 60 32 48 50 70 97 56 52 44 66 97 67 36 27 32 1260
CAMPU RAN
7 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 00 0 1 0 0 0 1 2 0 7
MODEL: F.l
Dl BAWAH UMUR
I
II
Ill
SELURUH NYA
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PRIA
12 5 4 0 0 0 2 6 0 4 0 7 6 0 4 1 6 7 4 2 3 0 2 1 0 0 1 65
KEDUAN WANITA YA
13 2 1 0 0 0 0 4 0 6 0 2 3 0 2 2 4 1 0 6 3 0 0 7 1 1 0 45
14 0 5 0 0 0 2 0 0 10 0 0 0 0 0 3 0 8 4 8 6 0 0 8 1 1 1 57
NIKAH DILUAR KANTOR
15 306 230 243 227 121 131 224 365 125 78 172 444 249 422 301 476 364 219 136 170 136 388 168 217 266 393 6571
RUJUK JUMLAH CERA I
KE CERAI
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TALAK I
II
Ill
17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SELURUH NYA
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
KET I
II
Ill
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kediri, 31 Desember 2015 An. Keoala Kepala Seksi Simas Islam
H. ABDUL KHOLIQ NAWAWI, M.Pd.l NIP. 197308121998031005
25
-
-
-
-
~-
------~-;-c
,
BAB III TEKNlK PEMERIKSAAN WALI DAN CALON MEMPELAI Bahwa sebelum melakukan pengisian formulir, PPN atau Pembantu PPN di luar Jawa-dan Madura, terlebih dahulu melakukan pemeriksaan yang seks'ama terhadap wali, caldn mempelai wanita dan calon mempelai pria. Pemeriksaan dilakukan melalui wawancara dengan mereka yang bersangkutan meneliti surat-surat keterangan yang ada dan di mana perlu melakukan pengecekan ulang. Pemeriksaan dilakukan secara satu persatu dan secara bersama sesuai dengan keperluan. Yang penting PPN harus dapat memperoleh data yang meyakinkan.
,-~
-----------,.·-----
2. Pemeriksaan calon Mempelai Untuk lebih meyakinkan bahwa kedua calon mempelai itu jejaka dan perawan, perlu diadakan pemeriksaan yang cermat dengan cara : a. Mengajukan pertanyaan yang sifatnya mem~ncing, seperti : Apakah sebelum ini Anda sudah pernah menikah ? Dulu di mana ya. b. Diperiksa secara terpisah. c. Dengan melihat Kartu Keluarga yang bersangkutan. d. Kalau diragukan kejejakaannya dan kegadisannya, agar yang bersangkutan membuat surat pernyataan di bawah sumpah.
1. Pemeriksaan Wali. Pemeriksaan wali dapat dilakukan dengan antara lain : a. Wali calon mempelai wanita diperiksa tersendiri dengan menanyakan silsilah (nasab), jumlah anak lengkap dengan nama-nama mereka, dan jika wali tersebut bukan wali ayah, ditanyakan jumlah saudara-saudaranya dengan nama- . ___ namanya, anak saudaranya, saudara bapaknya dan seterusnya., kemudian hasilnya dicocokkan apakah keterangan wali ini sesuai dengan keterangan calon mempelai wanita. Bila tidak, ~..·~teliti kembali. b. Bila calon mempelai wanita itu anak pertama dan walinya wali ayah, perlu ditanyakan tanggal nikah dan tanggal lahir anak pertamanya itu. Bila terdapat ketidakwajaran, seperti baru lima bulan nikah anak pertama sudah lahir, maka anak tersebut masuk kategori anak ibunya, dengan demikian perlu diambil jalan tahkim (wali hakim). c. Dalam hal pemeriksaan wali hendaknya sesuai dengan tertib wali. d. Dengan meneliti Kartu Keluarga atau KTP yang bersangkutan.
------------------------------------------ ----------------------------
I!
I I• I
- - ~1 :;·
-'
.· ·:~\;·-
;ft
SURAT PERMOHONAN WALl HAKIM
KUA Kec. Ngasem
tangan di bawah ini saya calon pengantin wanita : 1401C
11...1.~
: Kediri, 5 September 1997 :Indonesia :Islam : Swasta : Ds Karangrejo. Kec Ngasem. Kab Kediri : Perawan kepada BaJ;?ak untuk menjadi W ALI HAKIM saya karena wali yang berhak f!i~tRCI /h.()lY~C/8
saya temyata: A:BAM WltLI I J!rt:J'-i~tii=f.-rl"t::E"'\'MnP;;;A~TN::;;: YA ( ~v A
) I NeN MUSLIM I WALl ADMLA:L I
TH:>AK
DIKBTAHUI
KEHA:BI~AN
WALI NASAB
menikahkan saya dengan seorang pria" : , w
xc
nn
,A/"""\1'
: Lumajang, 06-07-1989 :Indonesia :Islam :Karyawan Swasta :Ds. Nguter. Kec Pasirian Kab Lumajang :Jejaka pennohonan saya sampaikan, atas kesediaan Bapak diucapkan terima kasih. SAKSII AMAN 50 Thn. Indonesia Islam Buruh Tani Ds Karangrejo
Nama Umur Warga Negara Agama Peketjaan Tempat Tinggal
SAKSI II MUJIONO
41 Thn. Indonesia Islam Wiraswasta Ds. Karangrejo
(MUJIONO)
di pawah ini: ·
~~?!~,~~: Ap~~ 133~'
: lt')~one$la·.{
:Islam.
•:. •~s~~~~~:··
.<:·c-t:·H> ·:.. 1:1. .,.c'<J .. · · · . ~•: .UI#.~ .. ·h:?~>l(..,.uh, Me.<1s\ '
<>~
: :, '
l"o
~CJ, o o ·'
sebenarny~·~~h'~a.ppaJ~~.;RCiks~an dari siapapun bahwa: . .,
/?,
la.hir: saya sanggup mengasuh ci~n .•.•. ·.....·. .
'G\l<;ll;lVUILuuKan
anak kami merturut hukUm Sy~r1'i3t}~l~ro, . dan sa bar untuk tidak akap m~nJ~di •..
bayi tersebut syah menjadl anak -.· ...
setienarnya.
. 'B?~
./
9-'l)lb,