RANCANGBANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PENGUPAS LADA (Piper Nigrum L.) TIPE SILINDER PUTARAN VERTIKAL Design and Testing of Vertical Axis Rotating Cylinder Type of Pepper Decorticator Suhendra1, Abdul Rozaq2, Bambang Purwantana2
ABSTRAK Di Indonesia proses pengupasan lada untuk memperoleh lada putih umumnya masih dilakukan secara tradisional yaitu dengan merendam lada selama 8–14 hari untuk kemudian dilakukan pengupasan kulit secara manual. Perendaman dapat menyebabkan lada menjadi bau, terkontaminasi mikroba, dan menurunkan kadar minyak atsirinya. Disamping itu kualitas air perendaman sangat mempengaruhi warna lada yang dihasilkan. Untuk mengatasi masalah tersebut melalui penelitian ini telah dikembangkan rancangbangun mesin pengupas kulit lada yang dapat mengupas tanpa melalui proses perendaman. Mekanisme pengupasan dirancang melalui proses gesekan, dimana biji lada berada diantara tabung vertikal yang berputar di dalam silinder statis dengan penggerak motor listrik. Bagian luar tabung pengupas dan bagian dalam silinder statis dilengkapi dengan karet beralur. Lada yang memasuki celah antara dua dinding silinder, berputar dan terkupas dengan tekanan dan gaya gesek selama berputar. Pengujian mesin dilakukan pada tiga variasi kecepatan pengupasan (524, 480 dan 352 rpm), tiga variasi lebar celah (3,8, 3,2 dan 2,7 mm), dan tiga variasi panjang silinder (10, 7,5 dan 5 cm). Hasil pengujian menunjukkan bahwa lebar celah dan panjang silinder memberikan pengaruh nyata terhadap kinerja pengupasan dibanding kecepatan pengupasan. Hasil uji kinerja terbaik diperoleh pada kecepatan putar pengupasan 352 rpm, lebar celah 3,2 mm dan panjang silinder 5 cm dengan pengupasan 83,2%, kapasitas kerja mesin 10,3 kg/jam dan kerusakan 11,2%. Kata kunci: lada putih, mesin pengupas, gesekan, poros vertikal
ABSTRACT In Indonesia the pepper decortication to produced white pepper is commonly done traditionally by soaking harvested pepper for 8–14 days and removing the pericarp manually. Soaking method could cause in pepper smelly, contaminated by the microbe, and decreases of volatile oil content. Besides that, the quality of water will significantly affects the color of pepper. To overcome the problem a pepper decorticator without soaking procedure was developed. The decortication mechanism was designed by shearing the pepper on a gap between a static vertical cylinder and a vertical axis rotating tube powered by an electric motor. A grooved rubber sheet was attached on inner gap of the static cylinder and outer gap of rotating tube. The peppers enter into the gap be rotated and decorticated by compressive and shearing force during rotation. Experiments were done in three angular speed variations (524, 480 and 352 rpm), three width of gaps (3,8, 3,2 and 2,7 mm) and three length of rotating cylinders (10, 7,5 and 5 cm). The result shows that the 1 2
Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Terpikat Sambas, Kalimantan Barat Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
width of gap and the length of rotating cylinder had significant effect on the pepper decortication performance. Meanwhile, the angular speed gave less significant effect. The best performance was found in 352 rpm of rotating speed, 3,2 mm width of gap and 5 cm length of cylinder which resulted 83,2% of decortication, 11,2% broken pepper and 10,3 kg/hour working capacity. Key words: white pepper, decorticator, shearing, vertical axis
PENDAHULUAN Tanaman lada telah lama dibudidayakan di Indonesia. Daerah sentra produksi utama lada antara lain adalah Lampung, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Bengkulu dan Sumatera Selatan (Winarti dan Nurdjannah, 2007). Lada telah menjadi salah satu komoditas ekspor tradisional andalan Indonesia yang peranannya sangat besar dalam perekonomian nasional. Dalam sejarah perdagangan Indonesia, lada tercatat sebagai produk pertama yang diperdagangkan ke Eropa melalui Arab dan Persia (Wahid, 1996). Indonesia merupakan negara produsen lada ketiga didunia dibawah Vietnam dan India, dengan produksi sebesar 55.000 ton pada tahun 2005. Sedangkan untuk ekspor lada, Indonesia berada pada urutan kedua didunia dibawah Vietnam (IPC, 2005). Pengolahan lada khususnya pengupasan berperan sangat penting dalam menjamin kualitas lada. Sampai saat ini pengolahan lada putih secara umum masih dikerjakan secara tradisional (Risfaheri et al., 1992). Pengolahan lada putih secara tradisional dilakukan melalui proses perendaman, pengupasan kulit, pencucian dan pengeringan. Tahapan perendaman dalam pengolahan buah lada menjadi lada putih sangat mempengaruhi kualitas dan aroma lada putih (Purseglove et al., 1981). Proses perendaman merupakan masalah utama dalam menghasilkan lada putih dengan kualitas yang baik. Perendaman yang terlalu lama menyebabkan produk menjadi bau dan menyebabkan kandungan minyak atsiri pada lada putih menjadi rendah (Usmiati dan Nurdjannah, 2006). Menurut Rubiyanti (2009), tinggi rendahnya kadar minyak atsiri lada sangat menentukan tinggi rendahnya aroma dalam biji lada. Disamping itu, kebersihan lada putih yang dihasilkan dipengaruhi oleh kualitas air yang digunakan untuk perendaman. Untuk mengatasi masalah pengupasan lada, beberapa upaya telah dilakukan antara lain dengan pengembangan alat dan mesin proses pengolahan lada. Iskandar (1986) membuat alat pengupas lada tipe sirip (fin) menggunakan komponen pengupas yang dibuat menyerupai ulir. Laksmanahardja dan Rusli (1988) mengembangkan alat pengupas lada dengan mendorongkan buah lada ke dalam saringan berlobang. Hidayat et al. (2001) telah mengembangkan alat pengupas lada tipe piringan yang digerakkan secara manual dengan sistem engkol. Risfaheri et. al. (1992) mengembangkan alat pengupas lada tipe piringan dengan sistem pedal. Alat yang dikembangkan memiliki kapasitas pengupasan yang masih sangat rendah. Risfaheri dan Hidayat (2002) merancang alat pengupas lada terpadu tipe piringan dengan arah pengupasan horizontal yang memiliki kecepatan optimal 325 rpm dan menghasilkan efisiensi pengupasan 97,5%. Dari lada yang terkupas 93,6% terkupas utuh dan 6,4% lada pecah atau rusak. Alat pengupas yang dirancang ini sesuai untuk tujuan produksi lada putih bubuk, sedangkan untuk produksi lada putih butiran masih kurang optimal karena persentase lada pecah masih cukup tinggi. Dalam penelitian lainnya, Chithra et al. (2009) merancang alat pengupas lada menggunakan sepasang gerinda untuk proses pengupasannya. Dilaporkan bahwa efisiensi pengupasan yang dicapai adalah 69,52% sehingga masih perlu ditingkatkan. Dari berbagai upaya yang telah dilakukan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh kapasitas dan efisiensi serta kualitas hasil
pengupasan yang baik maka pengembangan alat pengupas lada untuk pengolahan lada putih butiran masih perlu terus dilakukan. Salah satu alternatif yang perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan kinerja peralatan dan mesin pengupas lada adalah pengembangan rancangbangun pengupas lada dengan sistem gesekan pada silinder dengan putaran poros secara vertikal. Mekanisme putaran vertikal dipilih dengan harapan dapat menghasilkan kapasitas pengupasan yang besar karena secara gravitasi massa lada akan membantu mempercepat lada yang terkupas turun keluar dari ruang pengupasan. Tipe ini juga diperhitungkan dapat lebih memudahkan dalam mengatur panjang lintasan pengupasan yang optimal. Lintasan pengupasan yang panjang menyebabkan proses pengupasan lada berlangsung lebih lama sehingga persentase lada yang terkupas sempurna akan lebih tinggi. Sebaliknya, lintasan pengupasan yang pendek akan menyebabkan proses pengupasan berlangsung lebih singkat sehingga persentase lada terkupas sempurna lebih rendah. Untuk meminimalkan kerusakan lada dapat dilakukan dengan cara pemilihan lebar celah yang sesuai dan penggunaan karet pada silinder pengupas. Prinsip kerja pengupasan dilakukan dengan menempatkan buah lada pada suatu celah atau ruang antara silinder pengupas yang berputar dan dinding silinder statis. Buah lada yang berada pada celah akan melakukan kontak dengan silinder pengupas melalui gerak rotasi silinder pengupas. Buah lada akan ikut bergerak mengelilingi ruang pengupasan dan mendapatkan gaya gesek yang menyebabkan kulit buah terkupas. Lada yang telah terkupas bergerak ke bawah menuju saluran pengeluaran. Upaya merealisasikan konsep tersebut diatas, menguji, dan juga mengoptimasikan kinerjanya maka telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk: (1) merancangbangun dan membuat mesin pengupas lada tipe silinder putaran vertikal dengan sumber penggerak motor listrik. (2) mendapatkan parameter kerja yaitu kecepatan putar, lebar celah dan panjang silinder pengupas terbaik untuk menghasilkan produk lada putih butiran. Penelitian juga ditujukan untuk mengkaji pengaruh faktor rancangbangun mesin terhadap kinerja pengupasan lada. Hasil penelitian diharapkan dapat menghasilkan prototipe mesin pengupas lada yang dapat memberikan manfaat bagi petani dalam peningkatan efisiensi pengolahan lada putih.
METODE PENELITIAN Rancangbangun mesin dilakukan di Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Pengumpulan data awal perancangan meliputi pengukuran sifat fisik bahan uji seperti diameter lada, massa jenis lada, sphericity lada dan koefisien gesek lada dengan karet pengupas. Pengumpulan data perancangan mesin meliputi sifat fisik dan mekanik bahan komponen mesin seperti jenis bahan, modulus elastisitas, kekuatan tarik dan momen inersia yang selanjutnya dianalisis untuk menentukan ukuran komponen mesin. Pembuatan dan pengujian mesin dilaksanakan di bengkel mekanik Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Pontianak, Kalimantan Barat. Bagian utama mesin pengupas lada meliputi hopper, silinder pengupas, motor listrik, mekanisme pemindah daya dan rangka. Hopper adalah bagian dari mesin pengupas lada yang berfungsi sebagai penampung buah lada sebelum memasuki ruang pengupasan. Hopper dirancang berbentuk kerucut dan menjadi satu kesatuan dengan dinding pengupas dan saluran keluar. Silinder pengupas lada merupakan bagian mesin yang berfungsi untuk mengupas kulit lada. Silinder pengupas dilapisi karet pada bagian luarnya untuk mengurangi benturan pada saat proses pengupasan. Mekanisme pemindah daya terdiri dari poros, 3 puli, sabuk-v dan 2 bantalan. Bagian ini berfungsi untuk meneruskan daya putar dari motor listrik ke silider pengupas. Rangka mesin berfungsi untuk menempatkan dan mengikat bagian-bagian mesin lainnya. Dalam
perancangan ini rangka mesin terbuat dari besi tuang berbentuk siku (profil L) karena ringan, kuat dan banyak tersedia di pasaran. Pada tahap pengujian, data yang dikumpulkan meliputi kecepatan putar mesin, lebar celah, panjang silinder, torsi, persentase pengupasan lada, persentase kerusakan lada dan kapasitas kerja mesin. Bahan yang diuji adalah lada varietas Bengkayang dalam keadaan yang masih segar. Sebelum memasuki ruang pengupasan diperlukan sortasi awal untuk mengurangi keragaman ukuran yang berlebihan dari bahan uji. Peralatan pendukung dalam pengujian antara lain adalah timbangan, stopwatch, wadah, tachometer dan jangka sorong. Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengujian adalah uji faktorial tiga faktor memakai tipe split-split-plot design. Percobaan dilakukan pada tiga kecepatan putar pengupasan (352, 480 dan 524 rpm), tiga lebar celah pengupasan (3,8, 3,2 dan 2,7 mm), dan tiga panjang silinder pengupas (5, 7,5 dan 10 cm), sehingga secara keseluruhan diperoleh 27 kombinasi perlakuan dengan masing-masing pengulangan sebanyak 3 kali. Pengujian dilakukan memasukkan lada dengan massa 0,2 kg untuk setiap kombinasi perlakuan kedalam hopper. Parameter kinerja yang diamati dan dianalisis meliputi persentase lada yang terkupas, persentase lada yang rusak, dan kapasitas kerja mesin.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil rancangbangun dan konstruksi Gambar 1 memperlihatkan gambar kerja mesin pengupas lada tipe silinder putaran vertikal hasil rancangan. Berdasarkan gambar kerja tersebut telah dilakukan konstruksi dan hasilnya ditunjukkan pada Gambar 2. Selanjutnya dilakukan uji verifikasi dan uji fungsional. Hasil uji verifikasi menunjukkan bahwa tidak terdapat penyimpangan mekanisme dan dimensi mesin hasil konstruksi. Dari hasil uji fungsional diperoleh masukan tentang perlunya alur pada permukaan gesek untuk meningkatkan efektifitas pengupasan. Untuk itu telah dilakukan penambahan alur pada lapisan karet pada sisi luar silinder pengupas. Spesifikasi mesin hasil rancangan ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Spesifikasi mesin pengupas lada hasil rancangan Keterangan 1. 2. 3. 4.
5.
6.
7.
8.
Nama Prinsip kerja Sumber penggerak Dimensi - Panjang - Lebar - Tinggi Silinder pengupas - Panjang silinder 1 - Panjang silinder 2 - Panjang silinder 3 Kecepatan pengupasan - Kecepatan 1 - Kecepatan 2 - Kecepatan 3 Lebar celah - Celah 1 - Celah 2 - Celah 3 Sistem transmisi
Spesifikasi Pengupas lada tipe silinder putaran vertikal Sistem gesekan Motor listrik 1,4 HP 85 cm 45 cm 80 cm Pipa besi berdiameter 127 mm tebal 5 mm 10 cm 7,5 cm 5 cm 524 rpm 480 rpm 352 rpm 3,8 mm 3,2 mm 2,7 mm Puli dan Sabuk - V
Keterangan : 1. Rangka mesin 2. Motor listrik 3. Puli 4. Bantalan 5. Hopper
6. 7. 8. 9. 10.
Pengganjal Silinder pengupas Saluran keluar bahan Baut pengikat Bantalan
11. 12. 13. 14. 15.
Poros Baut pengikat Puli Puli Sabuk – V
Gambar 1. Gambar kerja mesin pengupas lada tipe silinder putaran vertikal
Gambar 2. Mesin pengupas lada tipe silinder putaran vertikal hasil rancangan
Hasil uji kinerja Uji kinerja mesin dilakukan terhadap persentase pengupasan, persentase kerusakan, dan kapasitas kerja mesin. Tabel 2 memperlihatkan rangkuman pengaruh kecepatan putar, lebar celah dan panjang silinder terhadap persentase lada yang terkupas. Terlihat bahwa kecepatan putar dan lebar celah tidak secara konsisten berkorelasi dengan kinerja pengupasan, sedang dimesi silinder berkorelasi terbalik yaitu semakin pendek silinder semakin meningkatkan persentase pengupasan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kecepatan putar silinder pengupas tidak berpengaruh nyata terhadap persentase pengupasan. Sebaliknya, lebar celah dan panjang silinder pengupas berpengaruh sangat nyata terhadap persentase pengupasan. Dari Tabel 2 terlihat bahwa lebar celah 3,2 mm menghasilkan rata-rata persentase pengupasan yang lebih baik dibanding lebar celah 3,8 dan 2,7 mm. Panjang silinder 5 cm menghasilkan rata-rata persentase pengupasan terbaik. Pengurangan panjang silinder pengupas diperkirakan dapat meningkatkan angka persentase pengupasan. Tabel 2. Pengaruh kecepatan putar, lebar celah dan panjang silinder terhadap rata-rata persentase pengupasan Perlakuan Kecepatan putar (rpm) Lebar celah (mm) Panjang silinder (cm)
N1 N2 N3 S1 S2 S3 L1 L2 L3
524 480 352 3,8 3,2 2,7 10 7,5 5,0
Pengupasan (%) 55.64 b 62.21 a 61.80 a 58.63 b 70.51 a 50.51 c 48.69 c 61.98 b 68.99 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk tiap perlakuan tidak berbeda nyata pada uji LSD taraf 5 %.
Tabel 3 menunjukkan bahwa lebar celah yang sempit dan silinder pengupas yang panjang menyebabkan banyak lada yang rusak, sedangkan lebar celah yang renggang dan silinder pengupas yang pendek menyebabkan banyak lada yang tidak terkupas. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kecepatan putar silinder pengupas tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kerusakan. Lebar celah dan panjang silinder pengupas berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kerusakan. Tabel 3. Pengaruh kecepatan putar, lebar celah dan panjang silinder terhadap rata-rata persentase kerusakan. Perlakuan Kerusakan (%) N1 524 30.07 a Kecepatan putar N2 480 26.44 a (rpm) N3 352 26.90 a S1 3,8 15.46 c Lebar celah S2 3,2 19.53 b (mm) S3 2,7 48.42 a L1 10 41.96 a Panjang silinder L2 7,5 29.83 b (cm) L3 5,0 11.63 c Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk tiap perlakuan tidak berbeda nyata pada uji LSD taraf 5 %.
Lebar celah mempengaruhi tekanan terhadap lada saat proses pengupasan. Semakin sempit celah berarti tekanan menjadi lebih besar sehingga lada yang rusak semakin banyak. Panjang silinder pengupas mempengaruhi panjang lintasan pengupasan. Semakin panjang silinder pengupas, maka lintasan pengupas semakin panjang, sehingga proses pengupasan berlangsung lebih lama dan mengakibatkan tingkat kerusakan yang lebih tinggi. Rata-rata persentase kerusakan terendah diperoleh pada kecepatan putar 480 rpm sebesar 26,44 %, lebar celah 3,8 mm sebesar 15,46 % dan panjang silinder 5 cm sebesar 11,63 %. Tabel 4 menunjukkan bahwa secara statistik kecepatan putar tidak berpengaruh nyata terhadap kapasitas pengupasan, sedangkan lebar celah dan panjang silinder berpengaruh nyata terhadap kapasitas pengupasan. Kapasitas kerja mesin tertinggi diperoleh pada perlakuan kecepatan putar 524 rpm, lebar celah 3,2 mm dan panjang silinder pengupas 5 cm. Peningkatan kecepatan putar dan pengurangan panjang silinder pengupas cenderung meningkatkan kapasitas kerja mesin, penambahan dan pengurangan dari lebar celah 3,2 mm dapat menurunkan kapasitas kerja mesin. Peningkatan kecepatan putar silinder pengupas dapat menambah kecepatan keluarnya lada pada mekanisme pengupasan, lebar celah yang terlalu besar menyebabkan banyak lada tidak terkupas, lebar celah yang terlalu sempit menyebabkan banyak lada yang rusak, sedangkan pengurangan panjang silinder pengupas dapat mengurangi panjang lintasan pengupasan sehingga proses pengupasan berlangsung lebih cepat. Tabel 4. Pengaruh kecepatan putar, lebar celah dan panjang silinder terhadap rata-rata kapasitas kerja mesin Perlakuan Kapasitas (kg/jam) N1 524 5.40 a Kecepatan putar N2 480 5.23 a (rpm) N3 352 5.21 a S1 3.8 5.09 b Lebar celah S2 3.21 6.12 a (mm) S3 2.7 4.64 b L1 10 1.75 c Panjang silinder L2 7.5 5.58 b (cm) L3 5 8.51 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk tiap perlakuan tidak berbeda nyata pada uji LSD taraf 5 %.
Hasil pengamatan menunjukkan kinerja mesin pengupas lada tipe silinder putaran vertikal terbaik pada interaksi perlakuan kecepatan putar 352 rpm, lebar celah 3,2 mm dan panjang silinder 5 cm dengan hasil pengupasan 83,2 %, kerusakan 11,2 % dengan kapasitas kerja mesin 10,3 kg/jam. Chithra et al. (2009), mendapatkan hasil efisiensi pengupasan lada putih tertinggi sebesar 69,52%. Jika dibandingkan dengan mesin pengupas lada terpadu (Risfaheri dan Hidayat, 2002) dengan persentase lada putih utuh 93,60% dan lada putih pecah 6,40 %, maka hasil pengujian menunjukkan persentase kerusakan lada masih cukup tinggi sehingga perlu dicari kemungkinan lain yang menyebabkan tingginya persentase kerusakan lada. Mesin pengupas lada hasil rancangbangun diuji menggunakan silinder pengupas dengan tiga variasi panjang. Pemilihan panjang silinder pengupas pada pengujian ini kemungkinan terlalu panjang dibanding panjang lintasan pengupasan optimal. Lintasan pengupasan yang panjang menyebabkan proses berlangsungnya gesekan antara lada dan silinder pengupas lebih lama. Hal ini menyebabkan resiko tingkat kerusakan lada lebih besar dan kapasitas kerja yang rendah. Tingkat kerusakan lada pada proses pengupasan selain sangat dipengaruhi oleh panjang silinder pengupas dan lebar celah, dimungkinkan juga karena faktor jenis karet
yang digunakan. Untuk mengurangi tingkat kerusakan dapat dilakukan dengan memilih jenis karet pengupas yang lebih elastis. Kapasitas mesin hasil rancangan masih relatif rendah. Hal ini terutama disebabkan karena disain hopper yang belum sempurna yang menyebabkan lada sulit memasuki celah pengupas. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan rancangan inlet dengan menambahkan mekanisme penekan untuk membantu system pengumpanan bahan. Lada yang rusak dan lada yang tak terkupas dari hasil pengujian agar tak terbuang dapat diproses lebih lanjut. Lada yang rusak dapat dijadikan lada bubuk, sedangkan lada yang tak terkupas dapat dilakukan proses pengupasan ulang, sehingga lada yang diproses tidak ada yang terbuang.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
2.
3.
Hasil rancang bangun dan konstruksi prototipe mesin pengupas lada tipe silinder putaran vertikal dapat berfungsi melakukan proses pengupasan lada tanpa perlakuan perendaman. Kinerja pengupasan terbaik diperoleh pada kecepatan putar silinder pengupas 352 rpm, lebar celah pengupas 3,2 mm dan panjang silinder pengupas 5 cm. Kinerja terbaik menghasilkan pengupasan 83,2%, kapasitas 10,3 kg/jam dan kerusakan 11,2%. Lebar celah dan panjang silinder memberikan pengaruh nyata terhadap kinerja pengupasan, sedangkan kecepatan putar silinder pengupas tidak berpengaruh secara nyata.
Saran Perbaikan sistem pengumpanan, penggunaan panjang silinder pengupas kurang dari 5 cm, pemakaian karet pengupas yang lebih elastis dan perbaikan sistem pengeluaran hasil kupasan perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja pengupasan.
DAFTAR PUSTAKA Chithra G., Mathew S.M., and Deepthi C., 2009, Performance Evaluation of A Power Operated Decorticator for Producing White Pepper from Black Pepper, Journal of Food Process Engineering, Willey Interscience Hidayat, T., Risfaheri., Nurdjannah N., 2001, Rancang bangun alat perontok lada model aksial, Jurnal Penelitian Tanaman Industri, Vol 7, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian International Pepper Community, Journal of the Pepper Industry, Focus on Pepper (Pepper nigrum L.), Vol II, No 1/2005 Iskandar, A. 1986, Desain Mesin Pengupas Kulit Lada Tipe Sirip (fin), Skripsi S1 Fateta PB, Bogor. Laksmanahardja M.P., dan Rusli S., 1988, Kemungkinan pengolahan lada putih dengan alat pengupas kulit buah lada, Makalah pada Seminar Pasca Panen Badan Litbang Pertanian, Bogor Purseglove, J.W., Brown, E.G., Green, C.L., and Robbins, S.R.J., 1981, Pepper, Species, Longman, London and New York. Risfaheri, Hidayat, T., 2002, Rancang Bangun Alat Pengupas Lada Terpadu, Buletin Tanaman Rempah dan Obat, Vol. XIII, Bogor.
Risfaheri, Hidayat, T., Pandji, M.L., 1992, Pengembangan Alat Pengupas Lada (Tipe Silinder) dengan Sistem Pedal dan Analisis Ekonominya, Buletin Penelitian Tanaman Industri, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor. Rubiyanti, 2009, “Fermentasi Lada (piper nigrum L.): pengaruhnya terhadap kemudahan pengupasan dan kualitas lada yang dihasilkan”, Tesis S-2 FTP UGM Yogyakarta. Usmiati Sri dan Nanan Nurdjannah, 2006, Pengupasan Kulit Buah Lada dengan Enzime Pektinase, Jurnal Badan PenelitianTanaman Rempah dan Minyak Atsiri, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Minyak Atsiri, Bogor Wahid, P., 1996, Identifikasi Tanaman Lada, Monograf Tanaman Lada, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Winarti, C., Nurdjannah N., 2007, Pedoman Pengolahan Lada Putih dan Hitam, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.