Prosiding SNaPP2015Sosial, Ekonomi, dan Humaniora
ISSN2089-3590 | EISSN 2303-2472
PERAN BALAI REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG CACAT (BRSPC) DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN DAN KREATIVITAS PENYANDANG CACAT Nurodin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta e-mail:
[email protected]
Abstrak. Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) merupakan lemabaga pemerintah yang bertugas membina dan memberikan pendidikan kepada penyandang cacat. Pembinaan dan pendidikan bertujuan untuk menggali potensi yang dimiliki penyandang cacat, salah satu pembinaan dan pendidikan tersebut adalah dengan memberikan keterampilan kepada penyandang cacat aga hidup mandiri dan menemukan kreatvitas dalam dirinya yang menjadi bekal untuk hidup dimasyarakat tanpa bergantung kepada oranglain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC), dalam membangun kemandirian dan kreativitas penyandang cacat. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriftif yaitu pengumpulan data ontentik dan langsung berdialog, mengamati dan memaparkan secara jelas keadaan dilapangan kemudian dianalisis menggunakan logika. Adapun hasil dari penelitian mengenaiperan Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) dalam membangun kreativitasn dan kemandirian yaitu dengan memberikan keterampilan kepada peserta diantaranya keterampilan montir motor, mencukur, daur ulang sampah, elektro, dan menjahit. Akan tetapi pelaksanaan pelatihan tersebut kurang optimal, hal ini disebabkan terbatasnya fasilitas yang diberikan. Kemudian uapaya menanamkan kemandirian yang dilakukan pihak Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) yaitu dengan adanya praktek kerja lapangan yang sengaja dimasukan pihak balai sesuai dengan keterampilan yang dipilihnya saat masa pembinaan dan pendidikan. Kata Kunci: Kemandirian, Kreativitras
1.
Pendahuluan
Manusia merupakan mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dimuka bumi ini, manusia dibekali akal dan pikiran supaya ia mampu mengatur serta menjaga amanah yang telah Tuhan titipkan dimuka bumi ini. Akan tetapi dalam penciptaa-Nya berbedabeda satu dengan yang lainnya. Secara fisik mungkin saja berbeda ada yang sempurna ataupun tidak, yang membuat keseragaman terjadi adalah Tuhan memberikan akal dan pikiran kepada setiap manusia yang harus digunakan sebagaimana mestinya. Dalam kehidupan ini tidak setiap manusia terlahir dengan sempurna (fisik) memiliki anggota tubuh yang lengkap seperti manusia pada umumnya. Hal inilah yang terkadang membuat dirinya merasa terasingkan seolah-olah tidak mempunyai semangat untuk mengarungi kehidupan dimasa yang akan datang. Pada dasarnya motivasi serta pengharapan pada dirinya begitu besar, akan tetapi mereka kurang terarah serta ketidakberdayaan dalam ekonomi yang memaksa diri mereka untuk hidup dijalanan, dipasar-pasar dan lain sebagainya untuk mencari sesuap nasi dengan cara memintaminta. Melihat kasus-kasus seperti itu, pemerintah menjaring dan memberdayakan dengan berbagai pembinaan dan pendidikan kepada setiap penyandang cacat (disabilitas). Pembinaan dan pendidikan kepada penyandang cacat (disabilitas)
543
544 |
Nurodin
diharapkan dapat membangun motivasi, kemandirian serta kreativitas. Kemudian dengan adanya pembinaan dan pendidikan dikalangan penyandang cacat (disabilitas) mereak tidak lagi turun kejalanan akan tetapi mereka bisa membuka usaha dengan keterampilan yang telah diberikan. Kemandirian merupakan salah satu komponen yang harus ditanamkan kepada para penyandang cacat agar mampu mengoptimalkan dirinya sesuai potensi yang dimiliki. Dengan hidup mandiri diharapkan penyandang cacat dapat menentukan sikap maupun perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya kemandirian adalah kedaan seseorang yang dapat berdiri sendiri, tumbuh dan berkembang karena disiplin dan komitmen sehingga dapat menentukan diri sendiri yang dinyatakan dalam tindakan dalam perilaku yang dapat dinilai. Selain kemandirian yang harus ditanamkan, kreativitas dalam diri penyandang caca tmenjadi faktor yang dianggap penting untuk mendukung keberlangsungan kehidupannya dalam mencapai cita-citanya. Kreativitas merupakan modal utama untuk mengembangkan segala bentuk potensi dirinya. Kreativitas berfokuskan kepada sesuatu yang baru dan nilai, maksudnya adalah kata baru merupakan sesuatu yang belum ada atau inovatif menurut sudut pandang seseorang. Sedangkan nilai adalah sesuatu bermanfaat yang dirasakan oleh seluruh masyarakat tertentu. Kemandirian serta kreativitas harus mampu dikembangkan dalam diri penyandang cacat agar tercapainya peserta binaan penyandang cacat yang produktif dan kreatif. Demi tercapainya hal tersebut perlu adanya bimbingan serta dukungan dari semua element dan peranan system. Selain bimbingan yang harus optimal dalam membentuk kemandirian dan kreativitas individu yaitu perlu adanya sarana dan prasarana bagi peserta yang mendukung agar mereka dapat menyalurkan potensi yang dimilikinya. Peserta binaan penyandang cacat di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) Jalan. Cibabat No.331 Kota Cimahi provinsi Jawa Barat perlua danya bimbingan yang optimal dalam mengembangkan potensi yang terpendam dalam dirinya, tanpa mereka merasa minder atau merasa kurang percaya dirinya meskipun mereka dalam kekurangan. Pembinaan dan pendidikan penyandang cacat di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) provinsi Jawa Barat difokuskan kepada berbagai aspek pembinaan dan pendidikan diantaranya dengan pendidikan mental, keterampilan, kemandirian, jasmani dan rohani pembinaan dilakukan dengan pola karantina selama delapan bulan. Selama delapan bulan peserta binaan dibina dan didik dengan berbagai kegiatan yang positif dalam rangka mencetak peserta yang tangguh secara mental. Kemudian peserta yang mengikuti pembinaan dan pendidikan dijaring dan didaftarkan ke Balai RehabilitasiSosial Penyandang Cacat (BRSPC) secara gratis tidak dipungut biaya sepeserpun. Peserta yang mengikuti pembinaan dan pendidikan diberikan berbgai fasilitas diantaranya pakaian, uang saku, makan, tempat tinggal, dan kesehatan. Berdasarkan gamabaran di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai metode pembinaan dan pendidikan dikalangan penyandang cacat di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) provinsi Jawa Barat dalam rangka membangun kemandirian serta kreativitas peserta penyandang cacat.
Prosiding Seminar NasionalPenelitian dan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora
Peran Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) dalam Membangun...
2.
| 545
Tinjauan Pustaka
2.1 Peranan Pengertian peran menurut Soejono Soekanto peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksnakan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. 1 Peanan merupakan penilaian sejauhmana fungsi seseorang atau bagian dalam usaha pencapaian tujuan tertentu baik dalam kelompok maupun lembaga tertentu. 2.2 Kemandirian Pengertian kemandirian dapat dijelaskan secara terminologi kata maupun pendapat beberapa ahli. Kata kemandirian berasal dari kata dasar dari kata diri yang mendapatkan awalan “ke” dan akhiran “an” yan gmembentuk suatu kata dan keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata diri, pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pebahasan mengenai perkembangan diri itu sendiri yang merupakan inti dari kemandirian seorang individu. Secara psikologi kemandirian dan metalis dapat diartikan keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu memutuskan dan mengerjakannya tanpa bantuan orang lain. 2 Senada dengan definisi di atas, Lamman mendefinisikan kemandirian merupakan sebuah kemampuan individu untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain. 3Suryana juga mengatakan bahwa kemandirian meliputi perilaku berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan oranglain. Kemudian orang yang mandiri adalah orang yang tidak mengandalkan orang lain namun justru dia mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimilikinya sendiri4 Berdasarkan pemaparan di atas dapat dismpulkan bahwa kemandirian bersifat peribadi yang tangguh dapat menyelesaikan persamasalahan dalam dirinya sendiri dengan tidak melibatkan bantuan orang lain. Dalam kontek kehidupan diamsyarakat seorang individu dapat membiayai kebutuhan peribadianya tanpa bergantung kepada orang lain. Kemandirian seseorang timbul berdasarkan dorongan yang laihir dari dirinya sendiri serta lingkungan yang memaksa. 2.3 Kreativitaas Menurut Ating Tedjasutisna kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi antara unsur, data, variabel sudah ada sebelumnya. 5 kemudian Zimmerer mengemukakan dalam bukuknya enpreneurship and The New Veneture Formation yang dikutip oleh Suryana menyatakan bahwa Sometime creativity involves generating someting from nothing. However, creativity is more likely to result in 1
Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi,(Bandung: Rajawali Pers, 2012), hal.243. Hasan Basri,RemajaBerkualitas (Problema Remaja dan Solusinya), Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004, 53. 3 Noviana Erika Asri,Jurnal Kesesuaian Kegiatan Ektrakulikuler Dengan Minat Terhaap Kreativitas, Kemandirian dan kesiapan kerja, hal. 5 htpp.www.google.com//jurnalkemandirian. Diakses pada 23 September 2015. 4 Suryana,Kewirausahaan, (Jakarta: Selemba Empat,2006), hal.33. 5 Ating Tedjasutisna, Memahami Kewirausahaan, (Bandung: Armico, 2004), hal.26. 2
ISSN2089-3590,EISSN 2303-2472 | Vol5, No.1, Th, 2015
546 |
Nurodin
collaborating on the present, in putting old things togetherin new ways, or ini talking somethings away to create something or better. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang awalnya tidak, kemudian hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara yang baru, menghilangkan sesuatu untuk menciptakan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik dari sebelunya. 6
3.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriftif yang dimaksud metode yaitu dengan menggambarkan situasi serta peristiwa. 7 Dengan metode ini dimaksudkan untuk menuturkan dan mentafsirkan secara jelas mengenai peran Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) dalam membangun kemandirian serta kreativitas pada penyandang cacat. Alasan menggunakan metode ini dapat menggambarkan secara logis dan sistematis. Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) Jalan CibabatNomor 331, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini dengan observasi (pengamatan) yang meliputi kegiatan pemutaran perhatian terhadap kepada seluruh objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Dalam pengamatan ini peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar satu bulan untuk mendalami serta mengetahui pembinaan dan pendidikan berlangsung di BRSPC dengan berbagai metode pendekatan yaitu dengan menggunakan metode konseling. Selanjutnya untuk mendapatkan informasi tambahan peneliti melakukan beberapa sesi wawancara kepada peserta penyandang cacat. Data yang diperoleh dikelompokan serta dianalisa dengan teori yang gunakan, setelah dianalisan dengan cermat, maka dapat diambil kesimpulan.
4.
Pembahasan
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil dan beberapa temuan mengenai penelitian di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC). Proses pembinaan dan pendidikan di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) dilaksanakan pada hari senin sampai dengan hari sabtu. Serangkaian kegiatan yang dilaksanakan meliputi pendidikan ketrampilan, mental, jasmani dan rohani. Pelatihan pembekalan keterampilan yang dilakukan oleh Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Caat (BRSPC) dibagi menjadi beberapa bidang keterampilan diantaranya keretampilan menjahit, mencukur, montir motor, kerajinan daur ulang sampah, serta keterampilan elektronik. Dari masing-masing bidang peserta penyandang cacat diperbolehkan memilih salah satu bidang yang ingin ditekuninya. Setelah peserta memilih bidang-bidang keterampilan tersebut, peserta dituntut serius dan bisa dibidang keterampilanya. Akan tetapi berdasarkan hasil lapangan sangat disayangkan peserta penyandang cacat banyak mengeluh mengenai kelengkapan (fasilitas) yang ada. Hal ini disebabkan kurangnya bahsan praktek yang diberikan oleh pihak balai terkaitan bidang-bidang keterampilan tersebut, khususnya untuk keterampilan bidang elektronik dan montir motor. Dari 6
Suryana Op. Cit. Hal.18. Jalaludin Rahmat, Metodologi Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Rosda Karya Rineka, 2004), hal. 24.
7
Prosiding Seminar NasionalPenelitian dan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora
Peran Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) dalam Membangun...
| 547
adanya kekurang bahan praktek peserta merasa malas untuk melakukan kegiatan masuk kelas. Kemudian selain bidang-bidang keterampilan yang wajib peserta ikut setiap jam masuk kelas, ada keterampilan tambahan yang berbentuk ektrakulikuler yaitu pengolahan batu mulia, tata boga, dan pertanian. Pada kegiatan ektrakulikuler ini peserta diwajibkan untuk mengikuti kegiatan tersebut dengan jadwal yang telah ditentukan yaitu bertepatan pada hari-hari weekand(sabtu dan minggu). Dengan adanya ektrakulikuler ini perserta mendapat keterampilan tambahan yang berguna bagi kehidupannya. Pada keterampilan ektrakulikuler ini, bahan-bahan praktek yang dibutuhkan cukup memadai tanpa adanya kekurangan. Dari seluruh pembekalan keterampilan yang diberikan diharapkan seluruh peserta dapat menguasai dengan benar dan sungguh-sungguh dalam mengikutinya. Namun dalam pelaksanaan keterampilan peserta kebanyakan tidak serius mengikuti kegiatan keterampilan, hal tersebut disebabkan berbagai faktor diantaranya kemalasan, kurangnnya bahan praktek, kurang adanya kedisiplinan dari peserta serta kurangnnya pengawasan dari peksos (pekerja sosial) maupun guru. Pembinaan spiritual yang dilakukan di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) peserta dituntut untuk mengikuti pengajian setiap hari jum’at dan melaksanakan sembahyang di Masjid dilingkungan balai. Dalam pendidikan dilingkungan asramaatau balai peserta dibagi kedalam beberapa asrama putra dan putri, setiap asrama dibimbing oleh setiap peksos yang bertugas setiap waktu, peksos tersebut diharuskan tinggal dilingkungan balai. Setiap waktu shalat peserta digiring untuk sembahyang, yang berkesan pada pelaksanaan ibadah shalat ini adalah peneliti melihat peserta tanpa tangan, kaki dan lain sebagainya melakukan ibadah shalat, yang terlihat menarik adalah keseriusan mereka dalam melaksanakan ibadah tersebut walaupun dalam keadaan sulit. Berdasarkan keadaan dilapangan dalam pembinaan tersebut pekerja sosial (peksos) selama satu bulan penelitian yang dilakukan peneliti jarang sekali hadir untuk membesuk dan memperhatikan perkembangan peserta didik sehingga peserta menjadi tidak disiplin dan banyak yang keluar masuk balai tanpa seizin pihak balai. Kemudian keamanan disekitar lingkungan balai tidak ketat dan membuat kelonggaran orang-orang yang tidak berkepentingan masuk kedalam lingkugnan balai. Keadaan-keadaan yang seperti ini membuat keberlangsungan pembinaan dan pendidikan tidak kondusif perlu adanya pembenahan-pembenahan dari pihak balai. Pendidikan yang diberikan kepada peserta penyandang cacat selanjutnya yaitu pendidikan jasmani. Peserta penyandang cacat diharuskan berolahraga, olahraga ini biasanya setelah shalat subuh. Peserta digiring kelapangan dan dipimpin oleh satu instruktur olah olahraga. Rangkaian kegiatan olahraga ini seperti volly ball, sepak bola, dan lain sebagainya disesuaikan dengan keadaan peserta penyandang cacat. Kemudian peserta yang terdaftar di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) ini yaitu penyandang cacat (disabilitas), tunarungu, tunarungu wicara, tunawicara, dan tuna daksa. Hal ini disebabkan kurangnya peserta yangpengikuti pendidikan dan pembinaan sehingga pihak balai menutupi kekurangan tersebut dengan menerima peserta yang lain. Dengan adanya pembinaan yang dilakukan sekian lamanya oleh pihak balai dan pola pendidikan karantina, hal ini memicu kejadian-kejadian yang menarik. Diantaranya tumbuh rasa cinta ditengah peserta yang tidak dajarang banyak peserta yang berpacaran disekital lingkungan balai. Hal ini menjadi momentum bagi mereka, karena dilingkungan masyarakat luar mereka mengaku kesulitan mencari pasangan hidup
ISSN2089-3590,EISSN 2303-2472 | Vol5, No.1, Th, 2015
548 |
Nurodin
sehingga pada pembinaan ini menjadi kesempatan mereka untuk mencari jodoh. Lemahnya penjagaan keamanan dan kurangnya pengawasan menjadi kesempatan bagi mereka. Dari serangkaian kegiatan pembinaan dan pendidikan yang dilakukan oleh pihak balai diharapkan dapat menjadi bekal yang berarti untuk hidup dimasyarakat. Sehingga peserta menjadi hidup mandiri dan berkreativitas dengan segala keterampilan yang telah diberikan selama masa pendidikan dan pembinaan. Adapun langkah pihak balai untuk meningkatkkan kemandirian peserta penyandang cacat yaitu dengan melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) diperusahaan-perusahaan atau intansi yang terkait. Kemudian peserta dimasukan sesuai dengan keterampilan yang digelutinya. Hal ini dimasksudkan agar peserta siap untuk terjun dibidang pekerjaanya, sehingga selepas masa pembinaan dan pendidikan mereka bisa hidup mandiri dan dapat berkreativitas dengan keterampilan yang mereka dapatkan.
5.
Kesimpulan
Berdsarkan pemaparan dari hasil penelitian di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Salah satu peran dalam kreativitasBalai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) dengan memberikan keterampilan kepada peserta diantaranya keterampilan montir motor, mencukur, daur ulang sampah, elektro, dan menjahit. Akan tetapi pelaksanaan pelatihan tersebut kurang optimal, hal ini disebabkan terbatasnya fasilitas yang diberikan. 2. Uapaya menanamkan kemandirian yang dilakukan pihak Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat (BRSPC) yaitu dengan adanya praktek kerja lapangan yang sengaja dimasukan pihak balai sesuai dengan keterampilan yang dipilihnya saat masa pembinaan dan pendidikan. Daftar pustaka Ating Tedjasutisna. 2004. Memahami Kewirausahaan. Bandung: Armico. Hasan Basri. 2004. RemajaBerkualitas (Problema Remaja dan Solusinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jalaludin Rahmat. 2004. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Rosda Karya Rineka. Noviana Erika Asri, Jurnal Kesesuaian Kegiatan Ektrakulikuler Dengan Minat Terhaap Kreativitas, Kemandirian dan kesiapan kerja, hal. 5 htpp.www.google.com//jurnalkemandirian. Diakses pada 23 September 2015. Soerjono Soekanto. 2012. Pengantar Sosiologi. Bandung: Rajawali Pers. Suryana. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Selemba Empat.
Prosiding Seminar NasionalPenelitian dan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora