PROPOSAL
PENGEMBANGAN FORMULASI HERBISIDA BERBASIS ASAM ASETAT UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN
Fokus Bidang Prioritas : Tanaman Pangan Kode Produk Target
: 1.01
Kode Kegiatan
: 1.01.01
Peneliti Utama
: Prof. Dr. Ir.Supriadi, MSc.
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111 TELP: 0251 8321879, Fax: 0251 8327010 e-mail:
[email protected] 2012
LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian
:
Pengembangan Formulasi Herbisida Berbasis Asam Asetat Untuk Pengendalian Gulma Pada Tanaman Kelapa Sawit Ketahanan pangan 1.01. Teknologi Pengelolaan lahan-lahan sub optimal
Fokus Bidang Prioritas Kode Produk Target
: :
Kode Kegiatan
:
Lokasi Penelitian
:
1.01.01 Rekomendasi teknologi budidaya tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan pada lahan basah sub optimal Bogor dan Sumatera
Penelitian Tahun Ke
:
2
Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian A. Lembaga Pelaksana Penelitian Nama Koordinator/Peneliti Utama Nama Lembaga /Institusi Unit Organisasi Alamat Telepon/HP/Faksimile/E-mail B. Lembaga lain yang terlibat Nama Koordinator Nama Lembaga Alamat Telepon/Faksimile/e-mail Jangka Waktu Kegiatan Biaya Tahun – 2 Total Biaya Kegiatan (baru/lanjutan)
: : : :
Prof. Dr. Ir. Supriadi, MSc. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111 0251 8321879/0251 8327010/
[email protected] -
2 tahun Rp. 200.000.000,Rp. 350.000.000,Lanjutan
Rekapitulasi Biaya Tahun yang Diusulkan : No.
Uraian
1. 2. 3. 4.
Gaji dan Upah Bahan Habis Pakai Perjalanan Lain-lain Jumlah biaya tahun yang diusulkan
Jumlah (Rp) 120.000.000 28.000.000 42.000.000 10.000.000 200.000.000
Menyetujui
Koordinator/Peneliti Utama
Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Dr. Agus Wahyudi NIP. 19600121 198503 1 002
Prof. Dr. Ir. Supriadi, MSc. NIP19581221 198303 1 005
Menyetujui/Mengetahui Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Dr. Ir. M. Syakir, MS NIP. 19581117 198403 1 001 ii
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK KEGIATAN
4
ABSTRACT
6
PENDAHULUAN
8
PERMASALAHAN
12
KELAYAKAN TEKNIS DAN METODOLOGI
12
PRODUK TARGET YANG INGIN DICAPAI
DESKRIPSI TEKNOLOGI SOLUSI TEKNOLOGI YANG DITAWARKAN TAHAPAN PEMANFAATAN
15 15 15
MANFAAT EKONOMI
16
PERSONAL PELAKSANAN PENELITIAN
16
JADUAL PENELITIAN
17
DAFTAR PUSTAKA
17
3
PENGEMBANGAN FORMULASI HERBISIDA BERBASIS ASAM ASETAT UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT Tim Peneliti: Supriadi, Agus Sudiman Tjokrowardojo, Endjo Djauhariya, Sri Rahayuningsih Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
2. ABSTRAK KEGIATAN Penggunaan herbisida untuk mendukung produktivitas pertanian dunia masih dominan (49,6%) dibandingkan dengan jenis pestisida lainnya. Tiga bahan aktif herbisida paling luas digunakan adalah glifosat (N-phosnomethyl glycine), paraquat (paraquat dichloride), dan 2,4-D (dichloro phenoxyacetic acid). Nilai ekonomi herbisida pada sektor pertanian sangat besar, terutama pada pertanian sangat intensif yang menggunakan tenaga kerja minimal. Glifosat dinyatakan mempunyai keefektifan yang sangat baik untuk mengendalikan beragam jenis gulma (berdaun lebar maupun berdaun sempit) dan dikategorikan aman terhadap pengguna dan lingkungan. Namun, akibat penggunaannya yang sangat intensif, terus menerus dan cenderung berlebihan, maka akhir-akhir ini telah dilaporkan adanya gulma yang menjadi tahan terhadap glifosat. Salah satu upaya untuk mengurangi tekanan terhadap munculnya gulma yang tahan adalah dengan menggunakan jenis herbisida berlainan silih berganti atau mencampurkan dua atau lebih jenis herbisida berbeda jenis. Praktek pencampuran herbisida berlain jenis dalam tangki sebelum disemprotkan sudah banyak dilakukan, terutama untuk meningkatkan keefektifan, memperlambat terjadinya proses timbulnya gulma resisten, mengurangi residu herbisida, mengurangi volume herbisida dan biaya yang diperlukan (Dalaman, 2004). Selanjutnya dijelaskan bahwa mekanisme sinergisme pencampuran herbisida dapat melalui peningkatan penyerapan oleh tanaman, translokasi, dan mekanisme cara kerja bahan aktif. Sinergisme umumnya terjadi pada pencampuran jenis-jenis hebisida yang mempunyai struktur kimia dari grup yang sama. Namun, mekanisme sinergisme atau antagonisme dari pencampuran herbisida masih belum banyak dipahami. Rico et al. (2007) menunjukkan bahwa pencampuran herbisida cyhalotop-butyl+bentazone dalam vinegar (1:1000) nyata meningkatkan keefektifan herbisida sekaligus meningkatkan hasil panen padi. Panjehkeh and Alamshahi (2011) menunjukkan bahwa di antara kombinasi beragam jenis herbisida, kombinasi phenmedipham+chloridazon paling efektif terhadap gulma berdaun lebar pada sugarbeet karena tidak merusak daun maupun umbi tanaman utama; dan keefektifannya sama dengan pengendalian gulma secara manual. Kegiatan penelitian yang diusulkan merupakan tahap kedua (terakhir) dari dua tahun rencana penelitian yang telah dimulai pada tahun 2011. Pada tahun 2011 telah diperoleh beberapa formula herbisida berbasis asam asetat (AC = asam asetat+asam sitrat; AG= asam asetat+NaCl; ACG= asam asetat+asam sitrat+NaCl; VACG= vinegar+asam asetat+asam sitrat+NaCl) yang efektif terhadap gulma berdaun lebar pada pertanaman jagung. Namun, formula berbasis asam asetat tersebut tidak efektif terhadap gulma berdaun sempit (jenis rumput-rumputan) dan konsentrasi efektifnya masih tinggi (15-20%). Untuk meningkatkan keefektifan formula herbisida yang telah diperoleh, maka akan dilakukan pendekatan yang sama, yaitu mencampurkannya dengan jenis herbisida lainnya dalam tangki semprot atau membuat formula campuran dengan herbisida lain, terutama glifosat. Pada pengujian pendahuluan, campuran formula herbisida berbasis asam asetat dengan glifosat (1:1) efektif terhadap beragam gulma, baik berdaun lebar maupun berdaun sempit (Supriadi et al., 2011). Dipilihnya glifosat juga dengan harapan akan mengurangi tekanan kemungkinan timbulnya gulma yang tahan terhadap glifosat. Dalam artikel ulasannya, Powless (2008) menyatakan bahwa ada 7 jenis gulma yang telah tahan terhadap glifosat, satu di antaranya yaitu Eleusin indica; gulma yang banyak ditemukan pada lahan pertanian dan perkebunan di Asia. Selanjutnya, Tjitrosoedirdjo et. al. (2009) melaporkan bahwa di Sumatera, gulma 4
Asystasia gangetica cenderung tahan terhadap herbisida glifosat dan paraquat di perkebunan-perkebunan besar. Mengingat kemajuan penemuan herbisida berbahan aktif baru sangat lambat, maka segala upaya perlu dilakukan untuk menghindarkan atau memperlambat muncunya gulma tahan terhadap herbisida pada umumnya. Tujuan dan signifikansi: Tujuan penelitian adalah meningkatkan keefektifan formula herbisida berbasis asam asetat untuk mengendalikan beragam jenis gulma yang ramah lingkungan. Signifikansi dari kegiatan penelitian adalah menghasilkan formula herbisida yang efektif, murah dan ramah lingkungan sehingga dapat menjadi alternatif untuk petani di Indonesia. Tahap-tahap penelitian: Kegiatan penelitian tahun kedua (terakhir) ini akan dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit serta Laboratorium Ekofisiologi Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor, serta pada lahan petani. Pada penelitian di lapangan, selain keefektifan terhadap gulma sasaran juga akan dianalisis nilai ekonomi dari penggunaan formula herbisidanya. Keluaran: Dua formula herbisida berbasis asam asetat yang efektif untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan berdaun sempit. Hipotesis yang akan dibuktikan: Formula herbisida campuran asam asetat dan glifosat yang efektif terhadap gulma berdaun lebar dan berdaun sempit. Metodologi yang digunakan: Kegiatan di laboratorium dan rumah kaca Balittro difokuskan untuk mendapatkan rasio paling tepat dalam formula campuran herbisida asam asetat/vinegar/VAC (vinegar+asam asetat+asam sitrat) dan glifosat yang efektif terhadap gulma sasaran. Semakin besar rasio bahan lainya yang dicampurkan dengan glifosat maka semakin baik formula yang dihasilkan karena akan semakin kecil volume glifosat yang diperlukan. Kegiatan di lapangan akan dilakukan di area pertanaman kelapa sawit di Sumatera. Perlakuan yang akan diuji adalah formula campuran glifosat dan herbisida berbasis asam asetat yang paling baik untuk mengendalikan beragam jenis gulma pada lahan perkebunan. Perlakuan yang diuji adalah formula campuran terbaik hasil pengujian di laboratorium/rumah kaca, konsentrasi formulasi, dan frekuensi aplikasi. Sebagai pembanding digunakan herbisida sintetik glifosat. Racangan yang digunakan adalah Acak Kelompok, 3 ulangan. Unit perlakuan perlakuan adalah petak ukuran 12 m x 65 m. Nilai usaha tani dari penggunaan herbisida akan dianalisis untuk mendapatkan formula yang paling ekonomis.
ABSTRACT The use of herbicides to support agricultural productivity is still dominant (49%) in the world, compared with other chemical pesticides. Three most mportant herbicides are glyphosate (N-phosnomethyl glycine), paraquat (paraquat dichloride), and 2,4-D (dichloro phenoxyacetic acid). The economic value of herbicide in agriculture is huge, especially in intensitve agricultural practices where labour is minimal. Glyphosate is very effective herbicide to control varius weeds, including narrow- and broad-leaves, and this herbicide is claimed to be safe for user and environment. However, due to its intensively usage, continueous, and tends to be overused, recently there are reports that certain weeds become resistant to glyphosate. One effort to minimize the occurent of resistant weeds, it is important to use different types of herbicides in alternate or thank mixed. Practice of thank-mixed of different types of herbicides is common practices to increase their effectiveness, slower resistant occurrence, reduce herbicide recidue, as well as minimize 5
herbicide volume and cost (Dalaman, 2004). Furthermore, it is said that synergistic mechanism of thank-mixed herbicide can be through increase penetration, translocation, and active mechanisms. Synergistic is commonly occurred between herbicide having the same group of chemical structures. However, synergictic or contradictive mechanism of mix-thank herbicides is still not fully understood. Rico et al. (2007) showed that mixing of cyhalotop-butyl+bentazone herbicide in vinegar (1:1000) increased its effectiveness as well as rice yield. Panjehkeh and Alamshahi (2011) also showed that mixed combination of phenmedipham+chloridazon herbicides on sugarbeet was effective to control broad leaf weeds and did not cause adverse effect on the leaf and bulb yield, equal to manual weeding. The proposed research activities are the second (final) phase of two years study starting in 2011. The first year study have formulated four acetic acid base herbicide formulations i.e AC = acetic acid+citric acid; AG= acetic acid+NaCl; ACG= acetic acid+citric acid+NaCl; and VACG= vinegar+acetic acid+citric acid+NaCl) which are effective against broad leaf weeds grown in maize plantation. However, these formulas did not effective on narrow leaf weeds and their concentration was high (15-20%). Therefore, to increase activity of the acetic acid base formula, we will improve these formlas by mixing with synthetic herbicide or mixed thank application with synthetic herbicides, especially glyphosate. Preliminary experiment indicated that mixed formulation (1:1) of acetic acid base herbicide with glyphosate was effective on both broad leaf and narrow leaf weeds (Supriadi et al., 2011). The choice of glyphosate is intended to reduce or slower the possibilitity of occurrence of weed resistant on glyphosate as stated by Powless (2008) that 7 kind of weeds became resistant to glyphosate, including Eleusin indica; the most widely distributed weed in agriculture and estate lands in Asia. Furthermore, Tjitrosoedirdjo et. al. (2009) reported that in Sumatera, Asystasia gangetica weed become resistant to glyphoste and paraquat in big estate plantations. Because the finding of new herbicide active chemical is very slow, it is therefore important to slower or minimize the potential occurent of weed resistant by all means. Aim and significance of the study: The study is aimed to improve the efficacy of acetic acid base formulation have been found to control various weeds with minimal risk on environment. The study is intended to find herbicide formulation which is effective, cheap and environtmently safe. Step of the study. This second phase study will be carried out in the laboratory and experimental site of the Indonesian Spice and Medicinal Crops Research Institute (Balittro), and at the estate plantaion in Bogor. In the laboratory and experimental site will be formulated and tested the efficacy of various ratio of acetic acid base herbicide and synthetic herbicide, whereas the best formula will be tested in the field for their efficacy against various weeds grown in palm oil plantation. Economic analyses of the herbicide formula application in the palm oil field will be carried out. Expected Output: Two formulas of herbicide based acetic acids are expected to be not only effctive for controlling weeds of palm oil plantaion but also reduce the need of synthetic herbicide required. Hipothesis: Herbicide mixing formula of acetic acid base and synthetic herbicide is effective against various weeds comparable to the synthtic herbicide application alone. Methodology: The laboratory and green house experiments are focused on developing and testing formula of herbicides containing acetic acid base solution and synthetic herbicide. The ratio of acetic acid base: synthetic herbicide will be mixed as formula or thank-mixed at range of 1:9 to 9:1. Acetic acid base solution used contains vinegar+acetic 6
acid+citric acid (VAC) which is effective against broad leaf weeds in the previous experiment. Efficacy test of the formula will be tested against various natural growing weeds and assed their mortality based on the standard protocol. The efficacy will be compared with standard synthetic herbicide such as glyphosate and paraquat. The best two formula from this small scale experiment will be tested on naturally growing weeds at a field of plam oil plantation in Bogor. The experiment will be designed as randomly block of 10 x 10 m2 according to the planting space of the plam oil. As standard treatments are synthetic herbicides glyphosate and paraquat, and non treated block. Efficacy of the treatments will assessed weekly or monthly such as mortality and dry weight of the weeds and time taken to regrowth of new weeds. Economical analyses of the treatments will be analysed and expressed as B/C ratio.
7
3. PENDAHULUAN Latar belakang Gulma atau tumbuhan pengganggu
selalu dikendalikan oleh petani dan pekebun
karena mengganggu tanaman yang dibudidayakan. Gulma mengganggu karena berpengaruh langsung terhadap tanaman yang dibudidayakan melalui kompetisi terhadap kebutuhan sumberdaya (resources) yang sama yaitu unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh. Sebagai akibat dari persaingan tersebut, produksi tanaman menjadi tidak optimal atau ada kehilangan hasil dari potensi hasil yang dimiliki tanaman. Gray dan Hew (1968) melaporkan bahwa sembung rambat (Mikania micrantha HBK) menyebabkan kehilangan hasil kelapa sawit sebesar 20% selama lima tahun. Pengendalian Ischaemum muticum L., spesies gulma tahunan golongan rumput (grasses), mampu meningkatkan berat tandan buah segar sekitar 10 ton/ha dalam kurun waktu tiga tahun (Teo et al. 1990). Penurunan produksi tanaman jagung round up ready (RR) tanpa pengendalian gulma dilaporkan sekitar 31% (Purba dan Desmarwansyah, 2008). Pengelolaan gulma menjadi isue utama dalam sistem produksi pertanian, terutama di daerah tropika basah termasuk Indonesia dimana pengendalian gulma merupakan pekerjaan yang cukup merepotkan karena laju pertumbuhannya lebih cepat daripada tanaman pokok. Selain itu biji-bji gulma sudah berada di dalam tanah sebelum tanaman budidaya ditanam, sehingga gulma memiliki daya adaptasi jauh lebih baik daripada benih/bibit tanaman budidaya yang ditanam di areal tersebut. Hingga saat ini gulma masih merupakan kendala dalam produksi pertanian di seluruh dunia. Permasalahan gangguan yang diakibatkan oleh gulma relatif konstan, dan sangat berbeda dengan organisne pengganggu lainnya seperti hama dan penyakit yang seringkali mengalami ledakan (out break) dan sporadis.. Dewasa ini dalam praktek pertanian filosofi
pengelolaan hama
terpadu (PHT) juga diadopsi untuk pengendalian gulma, sebab dari seluruh masalah gulma dibelahan dunia telah menunjukkan bahwa satu metode pengendalian saja tidak cukup memuaskan. Permasalahan gangguan tanaman yang diakibatkan oleh gulma relatif konstan dan sangat berbeda dengan organisme penggaggu tanaman
(OPT) lainnya
seperti hama dan penyakit, yang kadangkala mengalami ledakan (outbreak) dan sporadis. Hasil kajian terakhir menunjukkan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh gulma lebih besar (32%) dibandingkan dengan hama (18%) dan penyakit (15%), namun apabila OPT tidak dikendalikan dengan baik secara fisik, kimia maupun biologi bias mencapai 69.8% (Oerke dan Dehne, 2004), sehingga diperlukan biaya investasi sebesar $ 160 milyar setara dengan 27.6% produksi yang didapat dan 47.6% dari produksi actual untuk mengendalikan atau mencegah kehilangan hasil akibat OPT (Srinivasan, 2003 dalam Irianto dan Johanis, 2009). Revolusi hijau yang bertumpu pada teknis budidaya tanaman secara intensif, 8
mekanisasi dan pemupukan serta pengendalian OPT yang tepat, tidak terlepas dengan pemakaian pestisida secara besar-besaran termasuk herbisida untuk mengendalikan gulma, sehingga memberikan hasil yang meningkat secara signifikan. Herbisida merupakan bahan kimia penting untuk mengendalikan gulma dan dapat meningkatkan efisiensi produksi serta memudahkan dalam proses sistem produksi pertanian. Di negara maju (industri), herbisida merupakan sarana utama dalam pengelolaan gulma karena efikasinya secara keseluruhan lebih tinggi dibandingkan dengan cara pengendalian yang lain. Disamping itu, petani akan lebih mudah memilih waktu dan cara terbaik untuk pengendalian gulma pada situasi tertentu dan penggunaannya lebih ekonomis (Zoschke dan Quadranti, 2002). Dewasa ini lebih dari 8000 produk pestisida dan 1200 bahan aktif pestisida dijual di pasaran (Sucahyo et al., 2007 dalam Irianto dan Johanmis, 2009) dan penggunaan herbisida semakin meningkat setiap tahun sejalan dengan peningkatan produksi pertanian. Penggunaan herbisida mencapai 49,6% dari volume penjualan pestisida dunia (Merrington et al., 2002). Permintaan pestisida dunia diproyeksikan meningkat dari $ 26 milyar tahun 2004 menjadi $ 28.4 milyar di tahun 2009 dengan laju pertumbuhan 1.7% per tahun (Worl Pesticide, 2005 dalam Irianto dan Johanis, 2009). Menurut Direktorat Sarana Produksi Pertanian, jumlah herbisida terdaftar di Indonesia tahun 2006 sebanyak 40 golongan, terdiri atas 80 bahan aktif, dan 374 formulasi. Penggunaan herbisida yang meningkat secara signifikan dewasa ini tidak lepas dari usaha memenuhi permintaan dunia akan pangan, pakan dan energi (food, feed dan fuel) secara berkelanjutan. Tiga bahan aktif herbisida paling banyak digunakan adalah glifosat (N-phosphonomethyl glycine), paraquat (paraquat dichloride), dan 2,4-D (2, 4 dichloro phenoxy acetic acid). Nilai ekonomi herbisida pada sektor pertanian sangat besar, terutama pada pertanian sangat intensif yang menggunakan tenaga kerja minimal. Herbisida Round Up 480 SL berbahan aktif isopropilamine glifosat 480g/l dinyatakan memiliki keefektifan yang sangat baik untuk mengendalikan gulma golongan rumput (grasses), berdaun lebar (broad leaf) dan teki (sedges). Herbisida ini dikategorikan aman oleh pabriknya terhadap pengguna dan lingkungan, akan tetapi akhir-akhir ini dilaporkan adanya gulma yang menjadi tahan terhadap glifosat akibat penggunaannya yang terus menerus/terlalu sering di lahan yang sama. Dewasa ini telah dilaporkan sebanyak 332 biotip resistant, 189 species (113 dikotil and 76 monokotil) pada lebih dari 300,000 areal di seluruh dunia (Heap, 2009). Sebagian kecil dari jumlah tersebut terjadi di Asia. Di Malaysia telah dilaporkan sebanyak tiga spesies gulma tahan terhadap herbisida, yaitu Eleusine indica, Hedyotis verticillata, dan Chromolaena odorata resisten di perkebunan. Tjitrosoedirdjo et. al., (2009) melaporkan bahwa di Sumatera, gulma Asystasia gangetica cenderung resisten terhadap herbisida 9
glifosat dan paraquat di perkebunan-perkebunan besar. Di samping itu, senyawa surfaktan dalam formula round up diisukan berbahaya dan dapat menyebabkan keguguran pada wanita hamil.
Herbisida kedua terbesar pemakaiannya adalah paraquat (paraquat
dichloride). Dalam segala keterbatasan, produksi pertanian yang berkesinambungan terus diupayakan, ketersediaan dan konservasi lahan yang subur serta mengembangkan varietas berpotensi hasil tinggi adalah tantangan utama dalam sistem produksi pertanian. Menjaga produktivitas pertanian dengan cara mencegah tanaman dari gangguan OPT juga sangat diperlukan dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan dan pakan secara kuantitas maupun kualitas. Oleh karena itu perlu dikembangkan perlindungan tanaman yang dibangun
melalui
rekayasa
dan
pemanfaatan
ilmu
pengetahuan
dengan
tetap
memperhatikan kearifan lokal serta meningkatkan nilai tambah dari usaha perlindungan tanaman. Dengan rekayasa dan pemanfataatn teknologi secara tepat baik dalam input, proses dan kualitas diharapkan pengamanan produksi dengan pengendalian OPT khususnya gulma akan menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan baik jenis, mutu, jumlah maupun waktu. Para peneliti di luar negeri sedang giat mencari jenis-jenis herbisida yang lebih aman, satu diantaranya adalah asam asetat. Beberapa produk herbisida berbahan aktif asam asetat, baik tungal maupun dikombinasikan dengan bahan lainnya, seperti asam sitrat, minyak atsiri sudah ada yang dikomersialkan di Amerika Serikat dengan berbagai nama dagang. Senyawa kimia seperti asam asetat telah diketahui bersifat herbisida (herbicidal effect) dengan reaksi kontak, non selektif yang berspektrum luas terutama gulma golongan berdaun lebar (broad leaf weeds).
Daya kerja herbisida berbasis asam asetat adalah
racun kontak sehingga reaksinya sangat cepat (2-3 jam setelah aplikasi). Kelebihan lain dari herbisida asam asetat adalah mudah terurai sehingga tidak menimbulkan residu pada hasil panen. Hasil penelitian tahun pertama (2011) telah diperoleh formula herbisida mengandung asam asetat, seperti VACG (vinegar+asam asetat+ asam sitrat+ NaCl) yang efektif terhadap gulma berdaun lebar, seperti Ageratum conyzoides (babandotan), Synedrella nodiflora (glentengan), Borreria alata (goletrak), Borreria laevis (katumpang lemah), Phyllanthus niruri (meniran), Euphorbia hirta (nanangkaan), Mimosa invisa (puteri malu), Erechtites valerianifolia (sintrong), Sida rhombifolia (sidagori), Amaranthus dubius (bayam duri). Namun, formula yang dihasilkan tidak efektif terhadap gulma berdaun sempit (jenis rumput) sehingga terhadi dominansi jenis gulma berdaun sempit. Salah satu upaya untuk menanggulangi masalah dominansi tersebut adalah dengan membuat formula campuran asam asetat dengan herbisida lainnya yang sudah diketahui efektif terhadap gulma berdaun sempit, seperti glifosat. 10
Praktek pencampuran herbisida berlain jenis dalam tangki sebelum disemprotkan sudah banyak dilakukan, terutama untuk meningkatkan keefektifan, memperlambat terjadinya proses timbulnya gulma resisten, mengurangi residu herbisida, mengurangi volume herbisida dan biaya yang diperlukan (Dalaman, 2004).
Selanjutnya dijelaskan
bahwa mekanisme sinergisme pencampuran herbisida dapat melalui peningkatan penyerapan oleh tanaman, translokasi, dan mekanisme cara kerja bahan aktif. Sinergisme umumnya terjadi pada pencampuran jenis-jenis hebisida yang mempunyai struktur kimia dari grup yang sama. Namun, mekanisme sinergisme atau antagonisme dari pencampuran herbisida masih belum banyak difahami. pencampuran
herbisida
Rico et al. (2007) menunjukkan bahwa
cyhalotop-butyl+bentazone
dalam
vinegar
(1:1000)
nyata
meningkatkan keefektifan herbisida sekaligus meningkatkan hasil panen padi. Panjehkeh and Alamshahi (2011) menunjukkan bahwa di antara kombinasi beragam jenis herbisida dicoba, kombinasi phenmedipham+chloridazon paling efektif terhadap gulma berdaun lebar pada sugarbeet karena tidak merusak daun maupun umbi tanaman utama; dan keefektifannya sama dengan pengendalian gulma secara manual. 4.
PERMASALAHAN Gulma merupakan salah satu OPT yang mengakibatkan kehilangan hasil dan selalu menjadi permasalahan dalam upaya pengendaliannya. Pengendalian gulma rata-rata memerlukan biaya hampir 33% dari biaya produksi dalam budidaya pertanian. Sudah banyak beredar herbisida berbahan aktif glifosat dan paraquat, sehingga timbul issue adanya spesies gulma yang cenderung resisten terhadap bahan aktif tersebut sebagai akibat penggunaan yang terus-menerus di lahan yang sama. Dengan terformulasikannya herbisida berbasis asam asetat ini diharapkan menjadi salah satu solusi alternatif dan memberikan keaneka ragaman penggunaan herbisida, sehingga dapat menjadi alternatif bagi petani di Indonesia.
5.
KELAYAKAN TEKNIS DAN METODOLOGI Untuk mencapai tujuan penelitian yaitu diperolehnya rasio campuran antara formulasi herbisida berbasis asam asetat dengan glifosat yang optimal, maka penelitian lanjutan ini dilaksanakan di laboratorium, rumah kaca dan lapang. Percobaan lapang dilakukan pada budidaya tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) untuk mengetahui nilai ekonomi penggunaan formulasi herbisida berbasis asam asetat tunggal maupun campurannya yang potensial dan prospektif.
11
5.1 Penelitian laboratorium. Pembuatan formula campuran herbisida sintetik berbahan aktif glifosat maupun paraquat dengan larutan herbisida berbasis asam asetat dilakukan di laboratorium Penyakit Balittro Bogor.
Komposisi perbandingan campuran dengan konsentrasi
sbb : Perlakuan
Rasio sintetik dengan pelarut berbasis asam asetat A
B
C
D
E
F
G
H
I
sintetik
90
80
70
60
50
40
30
20
10
berbasis asam asetat
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Herbisida
5.2. Penelitian rumah kaca Pengujian efektifitas pencampuran herbisida dilakukan pada gulma yang tumbuh di sekitar halaman rumah kaca Balittro, bertujuan untuk melihat tingkat mortalitas dan pertumbuhan kembali gulma (berbagai jenis yang tersedia di lapangan) yang telah diperlakukan dengan herbisida campuran tersebut. Sebagai pembanding digunakan perlakuan hanya dengan glifosat, paraquat dan herbisida berbasis asam asetat, serta kontrol tanpa perlakuan.
Jumlah perlakuan 2 jenis
herbisida dengan 9 konsentrasi pencampuran. Total ada 18 perlakuan herbisida campuran, 3 herbisida pembanding dan kontrol tanpa perlakuan. Perlakuan dirancang secara acak kelompok dengan 3 ulangan. Ukuran petak perlakuan 1,5 m x 2 m. Aplikasi perlakuan dilakukan satu kali dengan konsentrasi larutan 5 ml/liter air dengan cara disemprotkan menggunakan alat semprot knapsack sprayer. Parameter yang diamati, meliputi : 1). Jenis-jenis gulma dominan yang tumbuh di petak perlakuan sebelum aplikasi perlakuan, 2).
Persentase kematian gulma
dilakukan seminggu setelah perlakuan, dilanjutkan pada minggu kedua dan ketiga, 3). Pertumbuhan kembali gulma pada minggu ke-4 setelah aplikasi dengan interval 1 minggu sampai pertumbuhan gulma menutup area yang diperlakukan.
5.3. Penelitian di lapang pada kebun kelapa sawit Penelitian skala lapang terhadap gulma umum (golongan rumput, berdaun lebar dan teki) dilakukan pada budidaya tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) di Sumatera. Perlakuan terdiri dari : 2 jenis formula campuran terbaik dari hasil pengujian di rumah kaca dengan 2 jenis konsentrasi penyemprotan, 3 herbisida pembanding, penyiangan dan kontrol.
Perlakuan dirancang secara acak kelompok 12
dengan 3 ulangan. Ukuran petak perlakuan
12 m X 65 m. Aplikasi herbisida
dilakukan satu kali pada saat gulma mencapai penutupan diatas 80%, dengan cara disemprotkan menggunakan alat semprot knapsack sprayer pada kondisi cuaca cerah/tidak berawan. Penyemprotan dilakukan hati-hati agar tidak mengenai daun kelapa sawit. Parameter pengamatan : 1). Analisa vegetasi gulma dilakukan sebelum aplikasi perlakuan
dengan
menggunakan metode kuadrat, jumlah dan luasan petak contoh ditentukan berdasarkan hasil pengamatan. 2). Persentase kematian (kerusakan) gulma diamati pada 2, 4, dan 6 minggu setelah aplikasi. Pengamatan dilakukan secara visual yang dinyatakan dalam skoring daya berantas herbisida dengan kriteria skor 0 – 4. 3). Berat kering gulma dilakukan pada 2, 4, 6, dan 8 Minggu setelah aplikasi, dengan cara mengambil contoh gulma yang masih segar dipotong tepat diatas permukaan tanah, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 80o C selama 48 Jam. 4). Tingkat keracunan tanaman kelapa sawit (fitotoksisitas) diamati
seminggu
setelah aplikasi dengan interval satu minggu sampai minggu ke-4. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara statistika dengan menggunakan Anova dan dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
Metode analisis usahatani Untuk menetukan tingkat efisiensi teknologi pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida pada kelapa sawit digunakan 2 pendekatan yaitu dengan mengukur tingkat efisiensi ekonomis. Efisiensi ekonomi diukur berdasarkan (Kay dan Edward, 1999): (1) Operating Expense Ratio (OER) yaitu rasio antara biaya operasional (Cv) dan pendapatan kotor (GR), makin kecil persentase OER makin efisien teknologi pengendalian yang dilakukan. OER =
CV ______ x 100% .......................... (1) GR
(2) Net Farm Income from Operation Ratio (NFIO) yaitu rasio antara pendapatan kotor (GR) dikurangi biaya operasional pengendalian gulma (CV) dan pendapatan kotor (GR), nilai ini menunjukkan persentase sisa pendapatan setelah dikurangi 13
dengan biaya operasional.
Makin besar persentase NFIO maka
perlakuan
mempunyai efsisiensi ekonomi semakin tinggi. (GR- CV) ______ GR
NFIO =
(3)
x 100% .......................... (2)
efisiensi
ekonomi
masing-masing
dibandingkan
dengan
perlakuan
perlakuan
pengendalian
pengendalian tanpa
gulma
herbisida
(Ek)
(kontrol),
diformulasikan sebagai selisih antara Qt (nilai produksi dengan perlakuan herbisida ke-t) dan Q0 (nilai produksi dengan perlakuan tanpa herbisida/kontrol), dibagi dengan selisih antara Ct (total biaya yang digunakan pada usahatani dengan perlakuan herbisida ke-t), dan C0 (total biaya yang digunakan untuk pada usahatani tanpa herbisida/kontrol) Qt – Q0 Ek =
__________
........................................ (3)
Ct –C0
6.
PRODUK TARGET YANG INGIN DICAPAI Deskripsi Teknologi Dengan mencampurkan herbisida sintetik dengan pelarut yang bersifat sinergis maka pengunaan herbisida sintetik akan semakin berkurang sehingga resiko timbulnya gulma yang tahan akan berkurang. Dua formula herbisida berbasis asam asetat yang efektif untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan berdaun sempit. Solusi Teknologi yang ditawarkan : Formulasi herbisida berbasis asam asetat dengan dicampur (tank mix) dapat memperluas jenis gulma sasaran selain golongan berdaun lebar yaitu golongan rumput dan teki, pada budidaya tanaman kelapa sawit TBM yang ramah lingkungan dan secara ekonomi menguntungkan. Tahapan Pemanfaatan : Demplot pengujian keefektifan herbisida berbasis asam asetat terhadap gulma pada tanaman kelapa sawit.
14
7. MANFAAT EKONOMI Dampak Ekonomis Pemanfaatan Hasil Apabila nilai keefektifan dan ekonomi perlakuan dapat diterima, maka teknologi pengendalian gulma dapat disosialisasikan kepada masyarakat, khususnya pekebun yang menggunakan herbisida untuk mengendalikan gulma pada lahan pertaniannya dan akan berdampak mengurangi ketergantungan terhadap herbisida sintetik. Kontribusi Terhadap Sektor Lain
8. PERSONIL PELAKSANA KEGIATAN
Nama lengkap dan gelar
Posisi dalam kegiatan
Instansi unit kerja
Jabatan fungsional
Bidang keahlian
Prof.Dr.Ir. Supriadi,MSc
Peneliti Utama
Balittro
Peneliti Utama
Fitopatologi
Ir. Agus Sudiman,MS.
Peneliti
Balittro
Peneliti Madya
Agronomi Gulma
Drs. Endjo Djauhariya
Peneliti
Balittro
Peneliti Madya
Ekofisiologi / Gulma
Ir. Sri Rahayuningsih, MSi
Peneliti
Balittro
Peneliti Muda
Fitopatologi
Ir. Ekwaskita Rini Pribadi, MSc.
Pembantu Peneliti
Balittro
Peneliti Madya
Agroekonomi
Nuri Karyani
Teknisi
Balittro
Litkayasa
Teknisi laboratorium
Sugiyanto
Teknisi
Balittro
Non klas
Teknisi rumah kaca
PM (pembantu kegiatan penelitian di lapang)
Teknisi
PM
Alokasi waktu (jam/ minggu)
Teknisi lapang
15
9. JADUAL KEGIATAN Bulan 2012 Kegiatan 2 Penyusunan Proposal
3
4
5
6
7
8
x
x
9
x
Persiapan di laboratorium
x
Formulasi Herbisida
x
x x
Uji Mutu Kimia Formula Herbisida Pengujian di Rumah Kaca Pengujian di Lapang Analisa Usaha Tani
x
x
x
x
x
x
Analisa Data dan Pelaporan
x
10. PROFIL POTENSI MITRA INDUSTRI
11. DAFTAR PUSTAKA Gray, B. G. and Hew, C. K. 1968. Cover crop management on oil palm on the West Coast of Malaysia. P 56-65. In: Proceedings of Conference on Oil Palm Development in Malaysia (ed: Turner, P.D.). IncorporatedSociety of Planters, Kuala Lumpur. Heap. I. 2009. www.weedscience.com Irianto, M. Y. dan M. Johanmis. 2009. Peranan herbisida dalam sistem olah tanah konservasi untuk menunjang ketahanan pangan. Prosid. Konf.XVIII Himpunan Ilmu Gulma Indonesia (HIGI), Bandung 30-31 Oktober 2009. p.184 -197 Labrada, R. 2005. Procedures for weed risk assessment. Proc.The 20th APWSS conf. Ho Chi Minh City. 7-11 Nov. 2005. p.85-90 Merrington, G., L. Winder., R. Parkinson and M. Redman. 2002. Agricultural environmental problem and oractical solution. Spon press. London. 243 p.
pollution
Oerke, E. C. and H. W. Dehne. 2004. Safeguarding production-losses in major crops and the role of crop protection. Crop Protec. 23: 275-285. Panjehkeh and L. Alamshahi, 2011. Influence Of Separate Tank-mixed Application of Some Broadleaf Herbicides on Sugarbeet Weeds and Their Effects on Crop Productivity. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 5(7): 332-335. 16
Purba, E. Dan Desmarwansyah, 2007. Growth and yield of glyphosateresistant corn under different timing of glyphosate application. Asian Journal of Plant Sciences 7 (7): 692695. Supriadi dan A. S. Tjokrowardojo. 2010. Uji pendahuluan efikasi herbisida berbasis asam asetat (asam asetat + garam dan asam astetat + asam sitrat) terhadap gulma berdaun lebar. (Belum dipublikasikan). 11 hlmn. Teo, L., Ong, K. P. and Maclean, R. J. 1990. Response of oil palm to eradication of Ischaemum muticum. P 301-307. In: Proc. of 1989 Int. Palm Oil Dev. Conf. Agriculture. (eds: Jalani Sukaimi et al.) p ii-vii, 1-588. Tjitrosoedirdjo S.and E. Purba. 2006. Integrated weed management in oil palm plantations to support Sustainable palm oil production. Paper presented on 4th Roundtable Meeting on Sustainable Palm Oil,Singapore, 22-23 Nov, 2006. 13pp Tjitrosoedirdjo, S., I. Mawardi, S. S. Tjitrosoedirdjo dan S. Widayanti. 2009. Preliminary report study of glyphosate resistant weeds in Sumatera. Prosid. Konf. XVIII Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Bandung, 30-31 Oktober.2009. p.142 – 148 …………………………………………………………………………………2009. Identification of Asystasia sp. Resistence to glyphosate in Sumatera. Prosid. Konf. XVIII Himpunan Ilmu Gulma Indonesia. Bandung, 30-31 Oktober.2009. p.111-128 Zoschke, A. and M. Quadranti. 2002. Integrated leed management. Leed Biol. Management. 2: 1-10.
17
PROPOSAL BIAYA
18
PROPOSAL BIAYA Rekapitulasi biaya Tahun 2012 No.
URAIAN
1.
Gaji dan Upah
2.
VOLUME SATUAN
JUMLAH (Rp)
OB
120.000.000
Bahan Habis Pakai
Paket
28.000.000
3.
Perjalanan
HOK
42.000.000
4.
Lain-lain
Paket
10.000.000
Jumlah Biaya
200.000.000
A. BIAYA PERSONIL 1) Gaji dan Upah No.
Pelaksana Kegiatan
Jumlah
Jumlah Jam/Minggu
Honor/ Jam
Biaya (Rp)
1
Peneliti Utama
1
15
60.000
23.040.000
2
Peneliti Madya
2
10
50.000
28.800.000
3
Peneliti Pertama
1
15
35.000
13.440.000
4
Pembantu Peneliti
4
8
20.000
20.480.000
5
Tenaga Administrasi
2
8 (OB)
300.000
4.800.000
Jumlah Biaya
No.
Pelaksana Kegiatan
95.680.000
Jumlah
Jumlah kerja/Jam/ Hari
Honor/ Jam/Hari 1.570.000
1.570.000
Biaya (Rp)
1
Pengolah Data
1
1 OK
2
Pembantu laboratorium/lapangan
4
60 OH
25.000
6.000.000
Pembantu lapangan di kebun
5
134 OH
25.000
16.750.000
3
Jumlah Biaya
24.320.000
19
B. BIAYA NON PERSONIL 1) Bahan Habis Pakai No.
Bahan
Volume
Biaya satuan (Rp)
Biaya (Rp)
1
Bahan Pembantu (Laboratorium, Rumah Kaca & Lapangan)
3 paket
2.500.000
7.500.000
2
Bahan Kimia (bahan aktif herbisida): asam asetat, asam sitrat, garam, vinegar
1 paket
7.000.000
7.000.000
3
Ajuvan (Latron)
15 liter
200.000
3.000.000
4
Bahan pendukung formulasi herbisida
1 paket
4.000.000
4.000.000
5
Herbisida pembanding: 2,4D amine (Paraquat) Glifosat
75.000 75.000
450.000 450.000
6 liter 6 liter
6
ATK dan bahan komputer
2 paket
1.500.000
3.000.000
7
Jerigen plastik 2 liter
50 buah
5.000
250.000
8
Alat bantu lainnya
1 paket
1500.000
1.500.000
9
Papan percobaan lapang
1 paket
850.000
850.000
Jumlah Biaya 2) Perjalanan No.
Tujuan
28.000.000
Volume
Biaya satuan (Rp)
Biaya (Rp)
1
Jawa Barat
20 HOK
350,000
7.000.000
2
Sumatera
90 HOK
350,000
31.500.000
3
Jakarta
10 HOK
350,000
3.500.000
Jumlah Biaya 3). Lain-lain No. Uraian Kegiatan 1
Koordinasi : Rapat tim
2
42.000.000
Volume
Biaya satuan (Rp)
Biaya (Rp)
4 x 6 orang
50.000
1.200.000
Penggandaan Proposal
10 expl
50.000
500.000
3
Laporan Kemajuan & Akhir
20 exp
200.000
4.000.000
4
Fotocopy
150
1.500.000
5
Sewa kendaraan
5 hari
300.000
1.500.000
6
Analisis Formula herbisida
2 sampel
650,000
1.300.000
Jumlah Biaya
10000 exp
10.000.000
20
BIODATA
21
RIWAYAT HIDUP 1
Nama Lengkap
:
Prof. Dr. Ir. Supriadi, MSc.
2
Tempat/Tanggal Lahir
:
Ciamis, 21 Desember 1958
3
Jenis Kelamin
:
Laki-laki
4
Agama
:
Islam
5
NIP
:
194908111979031001
6
Jabatan Fungsional
:
Ahli Peneliti Utama
7
Bidang Keahlian
:
Fitopatologi
8
Unit Kerja: Jurusan/Kelti Instansi
: :
Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit Tanaman Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Badan Litbang Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor.16111. Bogor/ Jawa Barat (0251) 8321879 / (0251) 8327010 081384730960 /
[email protected]
9
: : : :
Alamat Kota/Propinsi Telp./Fax Kantor HP/E-mail
Alamat Rumah
Kompleks Perumahan Balittro Jalan Kenanga Permai DD 10, Menteng Asri, Bogor. Telp. (0251) 8337822
10. Riwayat Pendidikan Strata
Jurusan/Fakultas
Perguruan Tinggi
S.1
Hama dan Penyakit Tumbuhan
Institut Pertanian Bogor, lulus tahun 1982
S.2
Fitopatologi
Imperial College, University of London, lulus tahun 1987.
S.3
Fitopatologi / Bakteriologi
Wye College, University of London, lulus tahun 1994.
11. Riwayat Perkerjaan No.
Tahun
Pekerjaan
1.
1982 - sekarang
Staf peneliti bagian penyakit tanaman di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
2.
1996 - sekarang
Membimbing penelitian mahasiswa S1, S2 dan S3 beberapa perguruan tinggi
3.
2003 - 2005
Ketua kelompok Peneliti hama dan Penyakt Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (2003-2005).
4.
Memberikan pelatihan keterampilan petani dan petugas perkebunan dalam bidang pengenalan dan pengenalan hama dan penyakit tanaman obat dan mete. 22
5.
1995 - 2008
Anggota Redaksi Jurnal Penelitian Tanaman Industri, Pusat Peneltian Tanaman Perkebunan
6.
2000
Anggota Redaksi Forestry and Estate Crops Research Journal, Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan
7.
2000 - 2003
Anggota Redaksi Indonesian Journal of Agricultural Science, Badan Litbang Pertanian.
8.
2001 - sekarang
Anggota Redaksi Jurnal Mikrobiologi Indonesia
9.
2004 - sekarang
Ketua Redaksi Indonesian Journal of Agricultural Science, Badan Litbang Pertanian.
10.
2002
Ahli Peneliti Utama bidang hama dan penyakit tumbuhan pada Badan Litbang Pertanian.
11.
2009
Profesor riset pada bidang hama dan penyakit tumbuhan
12. Riwayat Penelitian No.
Tahun
Penelitian
1.
2009 - 2010
Produk pestisida nabati atsiri yang efektif menekan bercak daun jahe (> 80%).
2.
2008
Pemanfaatan agens hayati untuk pengendalian penyakit layu pada jahe.
3.
2007
Evaluasi minyak atsiri dari tanaman obat dan aromatik yang berpotensi sebagai anti nyamuk, anti alat dan pengawet ikan.
4.
2005
Optimalisasi deteksi dan penularan virus penyebab penyakti kerdil pada tanaman lada.
5.
2005
Pengendalian penyakit dan hama pada tanaman sambiloto.
6.
2002 - 2004
Pengendalian penyakit busuk akar pada jambu mete.
7.
2001
Epidemiologi penyakit utama jambu mete.
8.
2000
Pengelolaan ekosistem tanaman jambu mente berdasarkan teknologi PHT.
9.
1999 - 2000
Penelitian penanggulangan penyakit utama jahe dan nilam
13. Publikasi Ilmiah No.
Publikasi
1.
Supriadi, Nildar Ibrahim dan Taryono. 2001. Karakterisasi penyakit busuk bakteri pada daun lidah buaya (Aloe vera) disebabkan oleh Erwinia chrysanthemi. Jurnal Peneltian Tanaman Industri Vol. 8 No. 2: 45-48
2.
Rodiah Balfas, Supriadi, Tri Lestari Mardiningsih, Endang Sutisna. 2002. Penyebab dan serangga vektor penyakit keriting pada tanaman lada. Jurnal Penelitian Tanaman Industri, Vol 8 No.1: 7-11.
23
3.
Supriadi. 2003. A simple method for distinghuishing isolates of blood disease bacterium (BDB) from Ralstonia solanacearum through detection of bacteriophage production. Australasian Plant Pathology 32:429-431.
4.
Supriadi, O. Rostiana, Rosita SMD, and EM Adhi. 2003. Bacterial wilt disease on Indian galanga: disease problem and its solution. Proceedings of International Symposium on Biomedicines, 18-19 September 2003, Bogor Agriculture University: 164-168.
5.
Supriadi, EM Adhi, S. Rahayuningsih, Nuri Karyani dan M. Dahsyat. 2004. Patogenisitas isolat Phellinus noxius pada jambu mete dan beberapa tanaman berkayu lainnya. Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 10 (1) : 8-11
6.
Djiwanti, R. dan Supriadi. 2008. Determinasi nematode parasit Aphelenchoides sp. Penyebab penyakit hawar daun sambiloto (Andropgraphis paniculata). Jurnal Penelitian Tanaman Industri 14(2): 61-66.
7.
Yulianti, T. dan Supriadi. 2008. Biofumigan untuk pengendalian patogen tular tanah. penyebab penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Perspektif 7(1): 20-34.
24
RIWAYAT HIDUP
1
Nama Lengkap
:
Ir. Agus Sudiman Tjokrowardojo, MS.
2
Tempat/Tanggal Lahir
:
Purworejo, 11 Agustus 1949
3
Jenis Kelamin
:
Laki-laki
4
Agama
:
Islam
5
NIP
:
194908111979031001
6
Jabatan Fungsional
:
Peneliti Madya
7
Bidang Keahlian
:
Agronomi/Ilmu Gulma
8
Unit Kerja: Jurusan/Kelti Instansi
: :
Kelompok Peneliti Ekofisiologi Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Badan Litbang Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor.16111 Bogor/ Jawa Barat (0251) 8321879 / (0251) 8327010 081392080846/
[email protected]
9
: : : :
Alamat Kota/Propinsi No. Tilp./Fax Kantor HP/E-mail
Alamat Rumah
Jl.Johar Raya No.40 Taman Cimanggu Bogor. 16163. Telp. (0251) 8337822
10. Riwayat Pendidikan Strata
Jurusan/Fakultas
Perguruan Tinggi
S.1
Agronomi/Pertanian
Universitas Gadjah Mada
S.2
Ilmu Gulma/ Pascasarjana
Universitas Padjadjaran
S.3
Ilmu Pertanian/ Pascasarjana
Universitas Padjadjaran (tidak diselesaikan)
11. Riwayat perkerjaan No.
Tahun
Tempat
1
1976 – 1988
Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor (dulu Lembaga Pusat Penelitian Pertanian=LP3 Bogor)
2
1988 – 1996
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
3
1996 - sekarang
Balai penelitian tanaman Rempah dan Obat Bogor
25
12. Riwayat Kegiatan Penelitian/Pengembangan No.
Tahun
Penelitian / Pengembangan
1.
2007-2009
Penelitian: Bioprospeksi Tanaman Obat Kamandrah (Croton tiglium L.): Budidaya dan Manfaatnya sebagai Larvasida Hayati Pencegah Demam Berdarah Dengue”.Co. KKP3T. Badan Litbang Pertanian.
2.
2007-2008
Penelitian: Rekayasa Proses Produksi Karakterisasi dan Aplikasi Alkyl Polyglucoside (APG) Berbasis Fatty Alkohol Minyak Kelapa dan Pati Sagu sebagai Surfaktan Dalam Formulasi Herbisida. Co. KKP3T Badan Litbang Pertanian.
3.
2007-2009
Out Reach (OR): Pengembangan Agribisnis Tanaman Temulawak (Curcuma xanthorrhizol Roxb) sebagai Bahan Baku Industri Minuman Nasional di Lahan Marjinal Kabupaten Blora.(Pen.jawab kegiatan). Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) Badan Litbang Pertanian
4.
2007
Pengaruh Olah Tanah Konservasi (OTK) dan Tumpangsari Kedelai terhadap Populasi Gulma serta Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Ut. (3)
5.
2008-2009
Dem Area Penerapan teknologi Tanpa Olah Tanah (TOT) budidaya Jagung Tumpangsari dengan Jati muda.(PJK). Kerjasama: Tim ORP4MI Balittro - KPH Randublatung dengan PT. Surat Tani Jakarta.
6.
2009-2010
Implementasi Sarasehan Budidaya Pertanian Sistem TOT di Lahan Hutan: Dem Area ”Budidaya jagung TOT di areal jati muda seluas 15 ha. Kerjasama dengan PT. Agricon dan Perhutani Unit I KPH Randublatung
13. Publikasi Ilmiah No.
Judul
Dipublikasikan pada
1
Uji keefektifan Surfaktan Alkil Poliglikosida (APG) dalam Formulasi Herbisida terhadap Gulma di Lahan Tanpa Tanaman. Utm (4)
Konferensi Nasional XVIII HIGI, Bandung, 30-31 Oktober 2009
2
Potensi Tanaman Obat sebagai Herbisida Nabati. Co.(2).
Konf.Nas. XVIII HIGI, Bandung, 31 Oktober 2009
3
Pengembangan Agribisnis Tanaman Temulawak dan Produk Antara sebagai Bahan Baku Industri Obat Herbal. Ut.(3
Workshop Sintesis Pengembangan Inovasi Pertanian Lahan Marjinal, Program Peningkatan Pendapatan Petani melaluii Inovasi (P4MI). Yogyakarta 6-9 Desember 2009
4
Sintesis Alkil Poliglikosida (APG) Berbasis Alkohol Lemak dan Pati Sagu untuk Formulasi Herbisida. Co.( 5).
Jurnal Penelitian Pasca Panen Pertanian. Vol.5 No.1. 2008. ISSN: 0216-1192.Badan Litbang Pertanian, B Pascapanen Pertanian, Bogor. 2008
5
Kapan Sebaiknya Gulma Dikendalikan pada Tanaman Jarak Pagar(Jatropha curcas L.)
Info Tek. Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Vol.3, No.1 Jan. Hal.3. ISSN:1901 1647. Puslitbangbun. Bogor. 2008
30 –
26
Pengaruh Herbisida Diuron 80 WP, Oxyfluorfen 240 EC dan Mikoriza Arbuskular terhadap Pertumbuhan Tanaman Atemisia annua. Ut.(3).
Prosiding Seminar Nasional. HIGI di Samarinda, 5-6 Des 2007. ISBN: 978979-18120-4-9
7
Pengaruh Herbisida Glifosat (N-Phos phonomethyl glycine) dan Paraquat (1,1 dimethyl 4,4 bipyridillium) untuk Penyiapan lahan Tanpa Olah Tanah terhadap Perkembangan Mikoriza Arbuskula. Ut.(2).
Prosiding Sem.Nas.XIII Persada di FKH-IPB Bogor 9 Agustus 2007. ISBN: 978-979-25-6881-3
8
Penentuan Periode Kritis Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) terhadap Gulma. Co.(2).
Prosiding Lokakarya Nas. III Inovasi Teknologi Jarak Pagar untuk Mendukung Program Desa Mandiri Energi. Malang, 5 Nov 2007.
9
Masalah Pengendalian Gulma di Hutan Tanaman dan Hubungannya dengan Konservasi Tanah dan Air. Co.(2).
Info Hutan Vol.IV/3/07. ISSN:1410. Dephut,Badan Litbang Kehutanan, Puslitbanghutka. Bogor. 2007
6
14. Pengabdian Kepada Masyarakat No.
Pengabdian
Tahun
Dipublikasikan pada
1
Bekerjasama dengan Perum Perhutani Menyelenggarakan ”SarasehanTeknologi Tanpa Olah Tanah (TOT) dalam Budidaya Tanaman Tumpangsari di Lahan Hutan” (Pen.Jawab Kegiatan).
2009
Penyelenggara : Perum Perhutan Unit I JawaTengah Peserta: Penentu Kebijakan dan Praktisi Perum Perhutani. Semarang 2-Juli 2009.
2
Penerapan Teknologi Olah Tanah Konservasi (OTK) di Berbagai Agroekosistem untuk Budidaya Tanaman Pangan. Utm.(3).
2009.
Sarasehan Teknologi OTK Budidaya Tanaman Tumpang sari di Lahan Hutan. Semarang 2-3 Juni
3
Pendampingan Kegiatan Pendirian Pabrik Mini Pengolah temulawak di Areal Kegiatan “Pengembangan Agribisnis Tanaman Temulawak(Curcuma xanthorrhizol Roxb) di Lahan Perhutani KPH Randublatung Blora. Program BB. Mekanisasi Pertanian.
2009
Temu Lapang dan pelatihan operasionalisasi mesin pengolah rimpang temulawak. Perhutani Unit I KPH Randu blatung Blora.28-29 Oktober
15. Mitra Bestari : Majalah Jurnal Agrotropika, Fak.Pertanian Universitas Lampung: 2009 sekarang
27
RIWAYAT HIDUP
1
Nama Lengkap
:
Drs. Endjo Djauhariya
2
Tempat/Tanggal Lahir
:
Bogor, 18 Januari 1951
3
Jenis Kelamin
:
Laki-laki
4
Agama
:
Islam
5
NIP
:
19510118 197503 1 001
6
Jabatan Fungsional
:
Peneliti Madya
7 8
Bidang Keahlian Unit Kerja: Jurusan/Kelti Instansi
:
Agronomi/Ilmu Gulma
: :
Alamat Kota/Propinsi Telp./Fax Kantor HP/E-mail Alamat Rumah
: : : :
Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit Tanaman Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Badan Litbang Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor.16111 Bogor/ Jawa Barat (0251) 8321879 / (0251) 8327010 087870985838
9
Nanggewer Indah, Jl.Mawar No.25, Rt.03/04. Cibinong. Telp. 021-8763818
10. Riwayat Pendidikan Strata S.1
Jurusan/Fakultas Perguruan Tinggi Biologi Universitas Pakuan Bogor, lulus Tahun 1987
11. Riwayat Perkerjaan No. 1.
Tahun
Pekerjaan
1975 - sekarang
Staf peneliti bagian budidaya tanaman obat di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor
12. Riwayat Kegiatan Penelitian/Pengembangan No .
Tahun
Penelitian / Pengembangan
1.
2004
Pengaruh bentuk pupuk dan pemeliharaan t6erhadap pertumbuhan dan produksi cengkeh tidak produktif
2.
202
Inovasi teknologi pembibitan budidaya tanaman obat kemukus
3.
2002
Penelitian metode perbanyakan vegetatif dan generatif tanaman obat mengkudu
4.
2003
Studi teknologi perbanyakan, budidaya dan konservasi ex situ tanaman obat langka purwoceng (Pimpinella pruatjan Molkenb) 28
5.
2004
Penyiapan bahan ekstraki terstandar tanaman obat mengkudu untuk industri fitofarmaka
6.
2004
Metode perbanyakan vegetatif tanaman obat mengkudu
7.
2006
Penyiapan teknologi mendukung pengembangan temu lawak
8.
1987
Penelitian peningkatan pembudidayaan Angelica acutiloba katigawa di Indonesia
13. Publikasi Ilmiah No
Karya Ilmiah
1.
Kemukus (P. cubeba L.) Potensi, budidaya dan masalah pengembangannya
2.
Pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap keberhasilan tanaman mengkudu dengan setek batang
3
Karaktrisasi morfologi dan mutu buah mengkudu
4
Pengaruh macam bahan tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi mengkudu
5
Penyiapan bahan ekstrsk terstandar tanaman obat mengkuduuntuk industri fitofarmaka
6
Pengaruh macam setek dan media tumbuh terhadap vigor bibit kemukus (P. cubeba L.)
7
Status teknologi budidaya mengkudu
8
Status teknlogi budidaya cabe jamu
9
Tiga tipe mengkudu (Morinda citrifolia L.) sebagai pohon induk unggul harapan
10
Ceplukan (Physalis sp) herba pembunuh tumor dan kanker
11
Pengaruh umur batang bawah dan lama penyimpanan entres terhadap keberhasilan grafting tanaman mengkudu
12
Pengaruh cara pemeliharaan, bentuk dan dosis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi cengkeh tidak produktif
13
Standar prosedeur operasional budidaya mengkudu
14
Pengaruh umur batang bawah dan lama penyimpanan entres terhadap keberhasilan grafting tanaman mengkudu
29
RIWAYAT HIDUP
1
Nama Lengkap
:
Ir. Sri Rahayuningsih, MSi
2
Tempat/Tanggal Lahir
:
Surabaya, 06 Oktober 1968
3
Jenis Kelamin
:
Perempuan
4
Agama
:
Islam
5
NIP
:
19681006 199404 2 001
6
Jabatan Fungsional
:
Peneliti Pertama
7 8
Bidang Keahlian Unit Kerja: Jurusan/Kelti Instansi
:
Fitopatologi
: :
Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit Tanaman Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Badan Litbang Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor.16111 Bogor/ Jawa Barat (0251) 8321879 / (0251) 8327010 08128039750 /
[email protected]
9
Alamat Kota/Propinsi Telp./Fax Kantor HP/E-mail
Alamat Rumah
: : : :
Jl. H. Hamid I No.3 Taman Cimanggu Raya Bogor Telp. (0251) 8386588
10. Riwayat Pendidikan Strata
Jurusan/Fakultas
Perguruan Tinggi
S.1
Agronomi
Universitas Muhammadiyah Malang, lulus tahun 1992
S.2
Fitopatologi
Institut Pertanian Bogor, lulus tahun 2011.
11. Riwayat Perkerjaan No.
Tahun
Pekerjaan
1.
1994 - 1999
Staf peneliti bagian penyakit tanaman di Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Malang
2.
1999 - sekarang
Staf peneliti bagian penyakit tanaman di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor
12. Riwayat Kegiatan Penelitian/Pengembangan No.
Tahun
Penelitian / Pengembangan
1.
2001
Pengelolaan ekosistem tanaman jambu mente berdasarkan teknologi PHT (Proyek Penelitian PHT Perkebunan Rakyat 2001)
2.
2002 - 2004
Epidemiologi penyakit utama jambu mente (Proyek Penelitian PHT Perkebunan Rakyat 2002-2004) 30
3.
2007
Pemanfaatan bakteri endofit untuk pengendalian penyakit layu bakteri pada tanaman jahe (2007)
4.
2010
Pengembangan Formulasi Herbisida Berbasis Asam Asetat
13. Publikasi Ilmiah 1.
Potensi bakteri antagonis dalam menekan perkembangan penyakit layu bakteri jahe. Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Industrial Crops Research Journal) Vol. 6 No. 2: 37-43. Tahun 2000.
2.
Evaluasi ketahanan nomor-nomor kunyit terhadap Ralstonia solanacearum. Prosiding Kongres XVI dan Seminar Ilmiah Nasional Bogor, 22 –24 Agustus 2001, Hal. 426 – 427. ISBN: 979-95938-1-6.
3.
Asosiasi Phellinus noxius dengan penyakit busuk akar pada tanaman Jambu Mente. Prosiding Kongres XVII dan Seminar Ilmiah Nasional Bandung, 06 – 08 Agustus 2003, Hal. 390 – 393. ISBN: 979-99094-0-6.
4.
Patogenisitas isolat Phellinus noxius pada tanaman jambu mente dan beberapa tanaman berkayu lainnya . Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Industrial Crops Research Journal) Vol. 10 No. 1: 08-11. Tahun 2004.
31