PRODUKTIVITAS LAHAN DAN AIR PADA PADI SAWAH DENGAN BERBAGAI SISTEM IRIGASI
ULYA RUFAKO
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas Lahan dan Air pada Padi Sawah dengan Berbagai Sistem Irigasi adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015 Ulya Rufako NIM F44110028
ABSTRAK ULYA RUFAKO. Produktivitas Lahan dan Air pada Padi Sawah dengan Berbagai Sistem Irigasi. Dibimbing oleh CHUSNUL ARIF Padi merupakan komoditas pertanian utama di Indonesia yang sangat memungkinkan dibudidayakan menggunakan teknik budidaya hemat air, seperti System of Rice Intensification (SRI). SRI merupakan alternatif budidaya padi dengan penggunaan air yang lebih efisien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan padi dan menentukan produktivitas lahan dan air pada budidaya padi dengan sistem irigasi yang berbeda, yaitu rezim air tergenang (RT) untuk budidaya sistem konvensional, rezim basah (RB), dan rezim kering (RK) untuk SRI. Penelitian ini dilakukan antara bulan Maret sampai Juli 2015 di desa Cikarawang, Bogor. Pertumbuhan tanaman padi menunjukkan bahwa RK menghasilkan tinggi, anakan, dan malai yang paling tinggi dibandingkan rezim yang lain. Akan tetapi hasilnya berbeda dengan produktivitas lahan dan air. Hasil produktivitas lahan pada RT adalah 4.16 ton/ha, RB sebesar 2.96 ton/ha dan RK sebesar 2.64 ton/ha. Produktivitas air pada RT, RB, dan RK berturut-turut adalah 0.46 kg/m3, 0.35 kg/m3, dan 0.32 kg/m3. Dari ketiga rezim RT merupakan rezim terbaik karena produktivitas lahan dan air memiliki nilai tertinggi. Kata kunci: padi sawah, produktivitas air, produktivitas lahan, sistem irigasi, system of rice intensification
ABSTRACT ULYA RUFAKO. Land and Water Productivities of Paddy Fields under Various Irrigation Regimes . Supervised by CHUSNUL ARIF
Paddy is the main agricultural commodity in Indonesia that highly possible to produce under water saving technique, such as System of Rice Intensification (SRI). SRI is an alternative cultivation for rice farming with more efficient in water use. The objectives of this research were to analyze plant growth and determine the land and water productivities under various irrigation regimes i.e., continuously flooded (RT) for conventional rice farming, wet regime (RB), and dry regime (RK) for SRI. This research was conducted during March to July 2015 in Cikarawang village, Bogor. RK produced highest plant hight, tiller numbers, and panicle number. However, the result of land and water productivities was different. The land productivity for RT, RB, and RK were 4.16, 2.96, and 2.64 ton/ha, respectively. Meanwhile, water productivity for RT, RB, and RK were 0.46, 0.35, and 0.32 kg/m3, respectively. Among of three regimes, RT was the best regime since it produced highest land and water productivities. Keywords: irrigations system, land productivity, paddy field, system of rice intensification, water productivity
PRODUKTIVITAS LAHAN DAN AIR PADA PADI SAWAH DENGAN BERBAGAI SISTEM IRIGASI
ULYA RUFAKO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Produktivitas Lahan dan Air pada Padi Sawah dengan Berbagai Sistem Irigasi Nama : Ulya Rufako NIM : F44110028
Disetujui oleh,
Dr. Chusnul Arif, S.TP., M.Si Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul “Produktivitas Lahan dan Air pada Padi Sawah dengan Berbagai Sistem Irigasi”. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor tepatnya Desa Cikarawang. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam membantu secara langsung maupun tidak langsung, khususnya kepada: 1. Dr. Chusnul Arif, S.TP., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan saran. 2. Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M, Sc dan Dr. Ir. Yuli Suharnoto, M. Eng selaku dosen penguji untuk masukannya. 3. H. Syarifudin dan Hj. Manuriyah, Ani, Atet, Teh Siska, Teh Asri selaku keluarga atas do’a, motivasi, restu dan kasih sayang yang begitu besar. 4. Bapak Ii dan Bapak Nin yang telah membantu selama proses penanaman hingga panen. 5. Rekan-rekan satu bimbingan tugas akhir (Briza Sibarani, Aulia Azizah, Dyah Manggandari, Chau A, Chariem dan Rilsan Malkhi). 6. Rekan-rekan di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor Angkatan 48 (SIL 48), rekan-rekan 17, rekan-rekan Cilegon (Yenni, Gandis, Gina), dan Agung Trinanda atas semangat serta dukungannya. Semoga segala dukungan dan bantuan, baik moril maupun materi yang diberikan mendapat balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT. Semoga hasil penelitian ini berguna khususnya bagi yang memerlukan.
Bogor, September 2015 Ulya Rufako
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Tahapan Penelitian Desain Eksperimen Pengamatan Parameter Lingkungan Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Analisis Statistik Analisis Keseimbangan Air Penentuan Produktivitas Air HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Parameter Lingkungan Pertumbuhan Tanaman pada Berbagai Sistem Irigasi Produktivitas Lahan pada Berbagai Sistem Irigasi Produktivitas Air pada Berbagai Sistem Irigasi SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi vi 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 4 5 6 6 7 7 8 11 12 13 13 14 14 16 19
DAFTAR TABEL 1 Data parameter pertumbuhan padi 2 Data produktivitas lahan tanaman padi pada tiga sistem irigasi 3 Keseimbangan air dilahan dan produktivitas air
11 12 13
DAFTAR GAMBAR 1 Grafik sistem irigasi rezim air tergenang (RT) (Sujono 2011) 2 Grafik sistem irigasi rezim air basah (RB) (Sujono 2011) 3 Grafik sistem irigasi rezim rezim air kering (RK) 4 Prosedur Penelitian 5 Curah hujan selama satu musim tanam 6 Kelembaban tanah pada tiga sistem irigasi 7 Pertumbuhan tanaman dilahan : (a) Fase tanam (b) Fase awal (c) Fase vegetatif (c) Fase pertengahan (d) Fase akhir 8 Rata-rata tinggi tanaman padi pada tiga sistem irigasi 9 Rata-rata jumlah anakan tanaman padi pada tiga sistem irigasi 10 Rata-rata jumlah malai tanaman padi pada tiga sistem irigasi 11 Hasil panen setiap contoh uji dari ketiga sistem irigasi 12 Panjang akar dari ketiga sistem irigasi : (a) RK (b) RB (c) RT
3 3 4 5 7 8 8 9 10 10 12 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 Rata-rata tinggi tanaman padi selama 89 HST 2 Rata-rata jumlah anakan padi selama 89 HST 3 Rata-rata jumlah malai padi selama 89 HST
16 17 18
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Padi merupakan komoditas pertanian utama di Indonesia yang sangat memungkinkan dibudidayakan menggunakan teknik budidaya hemat air, seperti System of Rice Intensification (SRI). Kebutuhan beras sebagai salah satu sumber pangan utama penduduk Indonesia yang semakin bertambah dengan laju peningkatan 2% per tahun. Selain itu, adanya penyusutan lahan sawah subur akibat konversi lahan untuk kepentingan selain pertanian, serta terjadinya fenomena produktivitas padi sawah irigasi cenderung turun (Badan Litbang Pertanian 2008). Di sisi lain impor beras telah meningkat dalam skala besar untuk mengatasi laju permintaan beras. Praktis ada dua cara untuk meningkatkan produksi padi, pertama yaitu dengan cara meningkatkan area menanam padi atau tanah garapan dan kedua dengan meningkatkan produktivitasnya (Gautam et al 2010). Permasalahan yang timbul akibat menurunnya ketersediaan air dan meningkatnya kebutuhan air adalah banyak lahan sawah irigasi teknis yang tidak dapat ditanami padi karena tidak cukupnya air terutama di daerah irigasi bagian hilir. Maka dari itu, teknologi SRI merupakan salah satu alternatif yang dilaksanakan untuk menjaga agar lahan produksi tetap dapat terairi tanpa mengurangi produksi. Hal tersebut didasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa teknologi SRI dapat menghemat air hingga 30% dibandingkan dengan cara konvensional tanpa mengurangi hasil produksi (Sujono et al 2006). Secara umum pengelolaan sawah irigasi secara intensif belum diikuti oleh penerapan kaedah pelestarian kesuburan tanah. Oleh sebab itu, upaya peningkatan produktivitas padi perlu dilakukan melalui perbaikan teknologi yang efektif dan efisien serta menjaga kelestarian lahan (Sembiring dan Abdulrachman 2008). System of Rice Intensification (SRI) adalah sistem intensifikasi padi yang menyinergikan tiga faktor pertumbuhan untuk mencapai produktivitas maksimal. Air hanya digunakan untuk menjaga kelembaban tanah agar padi dapat tumbuh dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar suplai oksigen ke akar cukup sehingga padi menjadi sehat (Wiyono 2004). Budidaya SRI terbukti sangat efektif dalam menyelamatkan air dan meningkatkan hasil panen padi di berbagai belahan dunia (Nyamai et al 2012) Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pertumbuhan padi dan menentukan produktivitas lahan dan air pada budidaya padi dengan sistem irigasi yang berbeda, yaitu rezim air tergenang (RT) untuk budidaya sistem konvensional, rezim basah (RB), dan rezim kering (RK) untuk SRI. Menurut Reddy dan Shenoy (2013), pada umumnya kendala utama untuk budidaya SRI adalah mahal dan ancaman hama. Dalam segi pengairan pada RT untuk budidaya sistem konvensional, lahan digenangi air sampai setinggi 5-7 cm di atas permukaan tanah secara terus menerus, sedangkan pada RB dan RK untuk budidaya sistem SRI menggunakan pola pengairan intermitten/pola pengairan terputus (sawah tidak terus menerus digenangi air).
2
Perumusan Masalah Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui produktivitas lahan dan air pada padi sawah. Menurunnya kualitas lingkungan pada padi sawah akan mempengaruhi pertumbahan dan perkembangan tanaman yang menyebabkan produksi tanaman menurun. Oleh karena itu, pemantauan pada padi sawah tersebut perlu diketahui sehingga mempermudah kegiatan pengaturan dan pengawasan untuk mengetahui tanaman padi agar tumbuh optimal. Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perbedaan hasil produksi padi dengan irigasi yang berbeda, yaitu SRI dan konvensional. 2. Bagaimana mengetahui keseimbangan air di lahan pada kedua sistem irigasi tesebut berdasarkan data lingkungan biofisik. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pertumbuhan padi dan (2) menentukan produktivitas lahan dan air pada budidaya padi dengan sistem irigasi yang berbeda, yaitu rezim air tergenang (RT) untuk budidaya sistem konvensional, rezim basah (RB), dan rezim kering (RK) untuk SRI. Manfaat Penelitian 1. Untuk memberikan informasi kepada pihak terkait mengenai produktivitas lahan dan air pada padi sawah. 2. Memantau perkembangan dan pertumbuhan tanaman pada padi sawah dengan berbagai sistem irigasi sehingga dapat tumbuh optimal. 3. Memberikan informasi mengenai keseimbangan air di lahan pada kedua sistem irigasi tesebut berdasarkan data lingkungan biofisik. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian “Produktivitas lahan dan air pada padi sawah dengan berbagai sistem irigasi” menekankan pada pemantauan kondisi lahan yang digunakan dan air yang dibutuhkan secara baik untuk penanaman padi sawah sesuai didaerah tersebut. Penelitian dilakukan di laboratorium lapang Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor terhitung pada awal Maret hingga Juni atau dari penanaman hingga pemanenan padi tesebut. Jenis padi yang digunakan pada penelitian ini adalah varietas padi Ciherang.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu lima bulan, dari bulan Maret hingga Juli 2015 dengan lokasi penelitian yaitu di Desa Cikarawang dan
3
Laboratorium Mekanika dan Fisika Tanah Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fateta IPB. Pengolahan data dilakukan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor. Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk penelitian adalah ember, nampan, cangkul, pisau, timbangan, alat ukur (penggaris dan meteran) dan camera digital (Sony). Bahan yang digunakan adalah tanah sawah dan benih padi varietas Ciherang. Adapun bahan penunjang untuk pemeliharaan adalah pupuk kandang, pupuk organik, NPK, urea, dan obat pembasmi hama. Tahapan Penelitian Desain Eksperimen Pengairan dilakukan sesuai dengan perlakuan. Untuk setiap petakan yang telah dibagi dibedakan kondisinya kedalam tiga metode irigasi. Pengaturan pola penggenangan dilakukan berdasarkan grafik pengontrolan tinggi muka air pada Gambar 1,2, dan 3.
Tinggi Muka Air (cm)
4
2
0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
HST
Gambar 1 Grafik sistem irigasi rezim air tergenang (RT) (Sujono 2011)
Tinggi Muka Air (cm)
4
2
0 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
HST
Gambar 2 Grafik sistem irigasi rezim air basah (RB) (Sujono 2011)
Tinggi Muka Air (cm)
4
4 2 0 -2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
-4 -6
HST
Gambar 3 Grafik sistem irigasi rezim rezim air kering (RK) Berdasarkan Gambar 1, 2, dan 3, rezim air yang diharapkan adalah tinggi muka air di atas permukaan tanah. Adapun dalam pengaturannya terbagi menjadi 3 perlakuan, yaitu rezim air tergenang pada budidaya padi konvensional, rezim air basah dan kering pada budidaya padi SRI. Pada rezim air tergenang (Gambar 1) tinggi muka air dijaga pada ketinggian 2 cm selama 70 hari setelah tanam (HST), kemudian dilakukan penurunan tinggi muka air secara bertahap hingga masa panen (Sujono 2011). Ketinggian muka air pada rezim air basah (Gambar 2) dijaga 1 cm selama 20 HST, kemudian diatur tinggi airnya sebesar 0 cm dari 20 HST hingga masa panen (Sujono 2011). Terakhir, pengaturan tinggi air pada rezim kering (Gambar 3) hampir sama dengan rezim basah, hanya saja pada 20 HST hingga 30 HST tinggi muka air dijaga 0 cm, kemudian dari 30 HST dilakukan penurunan tinggi muka air sebesar -5 cm dari permukaan tanah hingga masa panen berlangsung. Pemberian pupuk dilakukan sehari sebelum tanam dengan menggunakan pupuk kandang (kotoran kambing dan ayam). Selanjutnya diberi pupuk ponska dan urea saat 20 HST, kemudian pada saat 30 HST diberi pupuk Silika. Selanjutnya diberi Urea kembali saat 40 HST. Penyemprotan hama juga dilakukan pada saaat 37 HST dengan Regent, saat 67 HST dengan Sekor, Prevaton, Bayfolan. Lalu saat 73 HST disemprot menggunakan Curakron. Budidaya SRI sebagian besar bergantung pada pupuk organik, penurunan masukan pupuk nitrogen berpotensi mengurangi emisi oksida nitrat meskipun penyelidikan lebih lanjut diperlukan (Sushant 2013). Pengamatan Parameter Lingkungan Data kebutuhan air tanaman didapatkan melalui sensor setiap harinya. Parameter-parameter yang terdapat pada sensor antara lain radiasi, kecepatan angin, kelembaban udara, kelembaban tanah, suhu tanah dan tinggi muka air. Untuk pengamatan tanaman yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah malai yang dilakukan secara rutin setiap tiga hari satu kali dari masa tanam hingga panen. Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman padi dan hasil panen. Adapun pengamatan pertumbuhan tanaman padi sawah meliputi :
5
1. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah (pangkal batang) hingga ujung daun tertinggi 2. Jumlah anakan 3. Jumlah malai 4. Panjang akar, diukur dari pangkal batang hingga akar terpanjang Pengamatan hasil produksi tanaman padi meliputi : pengukuran contoh uji, yaitu tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai. Biomassa, meliputi : berat gabah, berat jerami dan panjang akar. Kemudian menghitung produksi yaitu bobot gabah dan jerami per ubinan (2.5mx2.5m). Prosedur penelitian yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Gambar 4.
Mulai
Studi Literatur
Persiapan Alat dan Bahan
Pengumpulan Data
Irigasi dan Drainase
Respon Tanaman : - Tinggi Tanaman - Jumlah Anakan - Jumlah Malai - Panjang Akar
Radiasi Matahari. Kecepatan Angin, Temperatur, Kelembababan
Hujan, Tinggi Muka Air, Irigasi, Drainase
Produktivitas Lahan
Produktivitas Air
ETc
Selesai
Gambar 4 Prosedur Penelitian Analisis Statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan yang paling sederhana di antara rancangan-rancangan percobaan yang baku. Pola ini dikenal sebagai pengacakan lengkap atau pengacakan dengan tiada pembatasan. Pada penelitian ini diuji dengan metode rancangan acak lengkap kemudian diuji lanjut dengan uji Duncan menggunakan program SAS. Adapun persamaan untuk model RAL seperti berikut :
6
yij = µ + τi + εij ......................................................................................................................................................... (1) Dimana yij = variabel yang akan dianalisis, µ = rata-rata umum atau rata-rata sebenarnya, τi = efek perlakuan ke i, εij = kesalahan, berupa efek yang berasal dari unit eksperimen ke j yang dikenai perlakuan ke i Uji Duncan didasarkan pada sekumpulan nilai beda nyata yang ukurannya semakin besar, tergantung pada jarak di antara pangkat-pangkat dari dua nilai tengah yang dibandingkan. Selain itu juga, dapat digunakan untuk menguji perbedaan diantara semua pasangan perlakuan yang mungkin tanpa memperhatikan jumlah perlakuan. Uji Duncan atau juga dikenal dengan istilah Duncan Multile Range Test (DMRT) memiliki nilai kritis yang tidak tunggal tetapi mengikuti urutan rata-rata yang dibandingkan. SAS (Statistical Analysis System) versi 9.1.3 for Windows (Anonymous 1996) merupakan program statistika untuk menganalisis data dari berbagai analisis statistika. Percobaan terdiri atas perlakuan dan ulangan. Perlakuan sengaja dibuat berbeda, sedangkan ulangan harus acak. Perlakuan sengaja dibuat berbeda agar mengetahui sejauh mana obyek perlakuan akan memberikan tanggapan yang berbeda. Analisis Keseimbangan Air Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Secara kuantitatif, neraca air menggambarkan prinsip bahwa selama periode waktu tertentu masukan air total sama dengan keluaran air total ditambah dengan perubahan air cadangan (change in storage). Nilai perubahan air cadangan ini dapat bertanda positif atau negatif (Alfrida 2012). Bentuk umum persamaan neraca air adalah : I + P = ETc + Q + DP ...........................................................................................(2) Dimana I adalah irigasi (mm/hari), P adalah hujan (mm/hari), ETc adalah evapotranspirasi tanaman (mm/hari), Q adalah drainase (mm) dan DP adalah perkolasi (mm/hari) Penentuan Produktivitas Air Produktivitas air terkait dengan jumlah air yang digunakan untuk budidaya tanaman. Pada penelitian ini, air yang digunakan berasal dari air irigasi dan air hujan. Rumus produktivitas air adalah : WP =
..........................................................................................(3)
Dimana WP adalah produktivitas air (g gabah/m3 air), jumlah air masuk adalah data irigasi + data hujan.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi penelitian ini berada di Desa Cikarawang – Dramaga, Kabupaten Bogor, Lahan yang digunakan seluas 422.2 m2, terdiri dari lahan pantau seluas 237.0 m2, dan lahan untuk pengulangan seluas 185.2 m2. Bibit padi yang dipilih pada penelitian ini adalah varietas Ciherang. Bibit varietas Ciherang memiliki beberapa kelebihan seperti tahan terhadap wereng coklat, tahan terhadap bakteri hawar daun dan dianjurkan untuk ditanam pada musim hujan dan kemarau pada sawah beririgasi. Kondisi Parameter Lingkungan Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. Perubahan pola hujan akan mengakibatkan pergeseran awal musim baik musim hujan maupun kemarau. Bencana kekeringan sebagai akibat musim kemarau yang akan berlangsung lebih lama, mengancam produktivitas lahan. Dampak potensial adanya perubahan iklim adalah perubahan pola hujan, peningkatan suhu udara dan kenaikan permukaan laut (Vladu 2006). Pada kajian ini data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan selama 88 Hari. Berdasarkan Gambar 5 yang disajikan, terlihat bahwa kecendrungan curah hujan harian yang naik terdapat pada 46 HST.
Curah Hujan (mm)
60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 1
16
31
46
61
76
HST
Gambar 5 Curah hujan selama satu musim tanam Produktivitas lahan dan air sangat berkaitan dengan tata kelola air, baik dalam bentuk irigasi maupun drainase, yang terkait dengan pengkondisian kelembaban tanah. Kondisi kelembaban tanah ini yang diaplikasikan pada system of rice intensification (SRI) menunjukkan indikator keberhasilan yang lebih baik dibandingkan dengan sistem konvensional, misalnya dengan penggenangan air secara kontinyu. Mengingat pentingnya pengkondisian kelembaban tanah tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari tinggi muka air tanah optimum. Dengan penerapan tinggi muka air tanah tersebut diharapkan dapat kelembaban tanah dapat tersedia pada kisaran yang optimum bagi pertumbuhan tanaman. Pada Gambar 6 disajikan grafik kelembaban tanah.
8
Kelembaban Tanah (m3/m3)
0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 2
16
30
44
58
72
86
HST RT
RB
RK
Gambar 6 Kelembaban tanah pada tiga sistem irigasi Pertumbuhan Tanaman pada Berbagai Sistem Irigasi Pemantauan tinggi tanaman dan sistem irigasi dari ketiga perlakuan dapat dilihat pada Gambar 7. Pengambilan dokumentasi ini dilakukan tiga hari dalam satu kali untuk mengetahui perubahan tanaman dan tinggi muka air setiap harinya. Berawal dari fase tanam, fase awal, selanjutnya disusul dengan fase vegetatif kemudian fase pertengahan dan yang terakhir fase akhir (panen).
(a)
(b)
(c)
(d) (e) Gambar 7 Pertumbuhan tanaman dilahan : (a) Fase tanam (b) Fase awal (c) Fase vegetatif (c) Fase pertengahan (d) Fase akhir Berdasarkan Gambar 7, terdapat perbedaan di setiap fase-nya. Pada fase tanam kondisi rezim air relatif sama dengan tinggi muka air yaitu 2 cm, ini karena pada bulan tersebut adalah awal tanam sehingga tinggi muka air masih disamakan. Kemudian pada fase awal dimana rata-rata tinggi tanaman setinggi 25-30 cm dengan kondisi rezim air sudah dibedakan yakni untuk rezim air kering (RK)
9
Tinggi Tanaman (cm)
tinggi muka air sebesar 0 cm pada 20 HST, untuk rezim air basah (RB) tinggi muka air sebesar 1 cm pada 20 HST dan untuk rezim air tergenang (RT) tinggi muka air sebesar 2 cm selama 80 HST, Pada fase vegetatif atau fase pengembangan, tanaman mengalami pertumbuhan sampai pembentukan malai. Pada fase pertengahan, tanaman mengalami pembentukan malai hingga pembungaan. Kelebihan air pada fase pertengahan, khususnya saat fase inisiasi pembungaan dapat mengurangi kekuatan batang dan meningkatkan kerebahan (De Datta 1981). Fase akhir, tanaman mengalami pembungaan sampai gabah matang. Selanjutnya tanaman padi sudah siap untuk dipanen saat 89 HST. Percepatan masa panen ini disebabkan karena adanya banyak hama dan burung di lahan yang nantinya akan menyebabkan produktivitas padi menurun. Pertumbuhan tanaman digunakan sebagai indikator untuk mengetahui karakteristik tanaman dan hubungannya dengan faktor lingkungan. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui tanggapan tanaman padi varietas Ciherang terhadap penggenangan yang berbeda-beda dengan tiga perlakuan dan dua pengulangan. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi. 100 80 60
RK
40
RB
20
RT
0 0
15
30
45
60
75
89
Umur Tanaman (Hari)
Gambar 8 Rata-rata tinggi tanaman padi pada tiga sistem irigasi Berdasarkan Gambar 8, terlihat bahwa tinggi tanaman dari 1 HST untuk ketiga sistem pengairan tidak jauh berbeda, semakin hari semakin meningkat tinggi tanamannya. Namun dari ketiga perlakuan dapat dikategorikan tinggi tanaman pada rezim air kering (RK) paling tinggi, sedangkan pada rezim air tergenang (RT) sedang dan pada rezim air basah (RB) paling rendah. Menurut (Gardner et al 1991), apabila terjadi kekurangan air khususnya pada fase vegetatif, maka perkembangan daun dapat mengecil, pertumbuhan batang tertekan sehingga pertambahan tinggi tanaman terhambat. Sesuai hasil analisis tinggi tanaman yang diperoleh dengan menggunakan program SAS pada lahan bagian atas dan lahan bagian bawah untuk perlakuan dengan rezim air kering, rezim air basah, rezim air tergenang dapat dikatakan bahwa perlakuan memperlihatkan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman (respon tanaman). Tidak berbeda nyata, artinya tanaman padi bagian atas dan tanaman padi bagian bawah tidak ada pengaruh terhadap respon.
Jumlah Anakan (Batang)
10
30 25 20 15 10 5 0
RK RB RT 0
15
30
45
60
75
89
Umur Tanaman (Hari)
Gambar 9 Rata-rata jumlah anakan tanaman padi pada tiga sistem irigasi
Jumlah Malai (Batang)
Gambar 9 menunjukan bahwa pertumbuhan jumlah anakan yang berbeda dari ketiga perlakuan. Dari masa awal penanaman jumlah anakan dari ketiga perlakuan mengalami peningkatan secara terus menerus. Peningkatan jumlah anakan terlihat dari 43 HST hingga 67 HST namun pada rezim air kering saat 70 HST mengalami penurunan hingga masa panen berbeda dengan rezim air tergenang yang memiliki jumlah anak stabil. Menurut (Yoshida et al 1982), semakin sedikit jumlah anakan, maka semakin tinggi juga tanaman, dan perakarannya semakin dalam. Jumlah anakan pada rezim air basah berkisar 0-35 anakan/rumpun sedangkan pola rezim tergenang berkisar 0-30 anakan/rumpun. Dengan anakan yang cukup banyak, menyebabkan anakan produktif yang terbentuk juga cukup tinggi sehingga sangat memungkinkan hasil gabah lebih tinggi. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Shi et al (2002) yang menunjukkan bahwa pada fase pertumbuhan anakan maksimum, jumlah anakan tertinggi terjadi pada perlakuan rezim basah dibandingkan dengan perlakuan penggenangan terusmenerus (rezim air tergenang). Berdasarkan hasil analisis jumlah anakan yang diperoleh dengan menggunakan program SAS pada lahan bagian atas dan lahan bagian bawah untuk perlakuan rezim air basah dan rezim air kering dapat dikatakan bahwa perlakuan memperlihatkan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah anakan (respon tanaman), artinya tanaman padi bagian atas dan tanaman padi bagian bawah tidak ada pengaruh terhadap respon. Pada rezim air tergenang dapat dikatakan bahwa perlakuan memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah anakan, artinya tanaman padi padi bagian atas dan tanaman padi bagian bawah dengan rezim air tergenang berpengaruh terhadap jumlah anakan. 25 20 15
RK
10
RB
5
RT
0 60
63
65
69
72
75
78
83
84
87
89
Umur Tanaman (Hari)
Gambar 10 Rata-rata jumlah malai tanaman padi pada tiga sistem irigasi
11
Jumlah malai mulai muncul atau tumbuh pada saat 60 HST. Berdasarkan data Gambar 10, jumlah malai pada rezim air kering lebih banyak dibanding dengan kedua sistem irigasi lainnya. Hal ini sesuai dengan berbagai sumber literatur. Jika dibandingkan dengan sistem irigasi lain, jumlah malai dengan rezim air kering lebih besar dibanding rezim air basah, namun pada rezim air tergenang lebih kecil dibanding dengan rezim air basah. Jumlah malai produktif adalah jumlah anakan yang menghasilkan malai sehingga berpengaruh terhadap hasil tanaman. Berdasarkan hasil analisis jumlah malai yang diperoleh dengan menggunakan program SAS pada lahan bagian atas dan lahan bagian bawah untuk perlakuan dengan rezim air basah dan rezim air kering dapat dikatakan bahwa perlakuan memperlihatkan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah malai (respon tanaman), artinya tanaman padi bagian atas dan tanaman padi bagian bawah tidak ada pengaruh terhadap respon. Pada rezim air tergenang dapat dikatakan bahwa perlakuan memperlihatkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap jumlah malai, artinya tanaman padi padi bagian atas dan tanaman padi bagian bawah dengan rezim air tergenang berpengaruh terhadap jumlah malai. Tabel 1 Data parameter pertumbuhan padi Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Anakan (cm) Jumlah Malai (cm) Panjang Akar (cm)
RK 88.5 ± 2.6 24.3 ± 2.6 19.3 ± 1.2 13
Perlakuan RB 84.4 ± 3.1 26.1 ± 0.7 16.9 ± 1.2 15
RT 85.0 ± 2.6 25.7 ± 8.0 17.4 ± 2.8 16
± : Standar deviasi
Simpangan baku atau standar deviasi adalah angka statistik yang menunjukkan seberapa jauh data menyimpang dari angka rata-rata. Nilai simpangan baku dihitung langsung dari angka pengamatan. Tujuan dibuatnya standar deviasi ini untuk mengetahui keberagaman data yang ada. Untuk hasil pengamatan dengan standar deviasi yang tinggi berarti memiliki ragam yang cukup banyak, sehingga tanaman dilahan yang sama dengan perlakuan sama, maka akan menghasilkan tinggi, anakan, dan malai yang berbeda. Produktivitas Lahan pada Berbagai Sistem Irigasi Upaya peningkatan produksi padi dapat dilakukan salah satunya melalui upaya intensifikasi untuk menghasilkan produksi yang optimal. Lahan yang merupakan area yang diperuntukkan untuk menanam adalah salah satu faktor yang penting dalam pertanian. Lahan memiliki produktivitas dimana kapasitas tersebut untuk menyerap input produksi dan menghasilkan output dalam produksi pertanian (Suwarto 2012). Data produktivitas lahan tanaman padi pada tiga sistem irigasi disajikan pada Tabel 2 dan hasil panen disajikan pada Gambar 11.
12
Tabel 2 Data produktivitas lahan tanaman padi pada tiga sistem irigasi Indikator Produksi : Gabah (ton/ha) Jerami (ton/ha)
RK
RB
2.64 13.36
2.96 10.40
RT 4.16 12.96
Gambar 11 Hasil panen setiap contoh uji dari ketiga sistem irigasi Secara alami, akar tumbuh mengikuti keberadaan air. Cara SRI mengembangkan praktek pengelolaan padi memperhatikan kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik, terutama di zona perakaran dibandingkan dengan teknik budidaya secara tradisional (Zheng et al 2004). Terbukti bahwa pada RK menghasilkan panjang akar lebih besar dibanding RB dan RT. Dengan demikian, sistem pengairan tidak berpengaruh pada panjang akar. Menurut Grist (1965) dalam keadaan normal, perakaran padi tumbuh sedikit kompak, penyebaran akar horizontal lebih dominan dibanding yang tegak lurus ke dalam tanah.
Gambar 12 Panjang akar dari ketiga sistem irigasi : (a) RK (b) RB (c) RT
Produktivitas Air pada Berbagai Sistem Irigasi Konsumsi air dan produktivitas air yang dihasilkan dalam satu musim tanam bervariasi pada setiap perlakuan. Konsumsi air dalam hal ini dihitung berdasarkan total hasil panen dibagi dengan nilai ETc. Nilai ETc meliputi dari data hujan ditambah irigasi. Produktivitas air merupakan rasio antara gabah kering yang
13
dihasilkan dan konsumsi air, dimana produktivitas air ini tujuannya untuk mengetahui hasil panen untuk satuan kilogram gabah membutuhkan berapa m3 air. Adapun data produktivitas air disajikan pada Tabel 3.
Sistem Irigasi RK RB RT
Tabel 3 Keseimbangan air dilahan dan produktivitas air Produktivitas Inflow (mm) Outflow (mm) Error Air (1) (2) (1) (2) (3) 3 (kg/m ) Hujan Irigasi ETc Drainase Perkolasi 398.0 434.6 526.4 226.0 142 61.8 0.32 398.0 447.3 519.0 213.7 140 27.3 0.35 398.0 510.4 503.9 253.2 166 14.8 0.46
Sumber : Sibarani 2015
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa air yang tersedia telah mampu memenuhi kebutuhan air pada lahan yang ada. Meskipun tetap ada sistem irigasi yang kekurangan air, namun kekurangan air ini masih bisa ditanggulangi dengan kelebihan air sehingga hasil produksi pertanian dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan. Keseimbangan air dilahan menunjukan bahwa air irigasi pada RK lebih kecil sebesar 31.2% dibanding RB dan RT. Namun, penghematan air tidak diikuti dengan peningkatan produktivitas lahan. Dalam (Buckman dan Brady 1982) disebutkan bahwa keberadaan air berdasarkan klasifikasi biologi air di dalam tanah ada tiga bentuk yaitu : air kelebihan, air tersedia, dan air tidak tersedia. Pada umumnya kelebihan air yang terikat pada kapasitas lapangan tidak menguntungkan tanaman tingkat tinggi. Bila terlalu banyak air, keadaannya merugikan pertumbuhan dan menjadi lebih buruk ketika mencapai titik jenuh. Untuk produktivitas air diperoleh nilai RK sebesar 0.32 kg/m3, RB sebesar 0.35 kg/m3 dan RT sebesar 0.46 kg/m3. Hal ini terlihat bahwa RK memiliki hasil produktivitas air yang lebih tinggi dibanding dua sistem irigasi lain. Nilai Etc max pada RK sebesar 6.7 mm/hari, RB sebesar 5.7 mm/hari, dan RT sebesar 7.3 mm/hari. Pada rezim air basah (RB) mengalami evapotranspirasi yang tinggi sebesar 519.0 mm/hari dibanding rezim yang lainnya. Hal ini, karena kondisi lahan yang tidak selalu terpantau kering. Kebutuhan air tanaman terjadi dikarenakan tanaman melakukan evapotranspirasi. Evapotranspirasi berkorelasi positif dengan produksi, sehingga semakin kecil evapotranspirasi maka produksi tanaman semakin rendah. Kemudian Ritchie (1998) menyebutkan adanya tekanan oksigen akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, sehingga dibutuhkan simulasi neraca keseimbangan air yang lebih baik untuk hal tersebut, terutama pada rezim air kering (RK).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Berdasarkan data yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman padi menunjukan pada rezim air kering
14
menghasilkan tinggi, anakan, dan malai yang paling tinggi dibandingkan rezim yang lain. 2. Hasil produktivitas lahan pada rezim air kering (RK) memiliki nilai sebesar 2.64 ton/ha, rezim air basah (RB) sebesar 2.96 ton/ha, dan air tergenang (RT) sebesar 4.16 ton/ha, sedangkan produktivitas air pada RK, RB, dan RT berturut-turut adalah 0.32 kg/m3, 0.35 kg/m3, dan 0.46 kg/m3. Dari ketiga rezim tersebut, rezim air tergenang (RT) merupakan rezim terbaik karena produktivitas lahan dan air memiliki nilai tertinggi. Saran Pengairan secara System of Rice Intensification (SRI) disarankan untuk digunakan dalam budidaya padi sawah karena berpotensi untuk menghemat air dan tidak mempengaruhi produktivitas tanaman.
DAFTAR PUSTAKA Alfrida I. 2012. Analisis Neraca Air sungai Tirtomoyo Sub DAS Bengawan Solo Hulu 3 (Tugas Akhir). Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Anonymous. 1996. SAS (Statistical Analysis System) versi 9.1.3 for Windows. New York: D. Van Nostrand Cimpany, Inc Badan Litbang Pertanian. 2008. Pengelolaan tanaman terpadu : Pendekatan inovatif sistem padi sawah. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Buckman H, Brady NC. 1982. Ilmu Tanah, Jakarta. Penerjemah Soegiman. Bhtarata Karya Aksara. De Datta SK. 1981. Principles and Practices of Rice Production. Canada. John Wiley & Sons, Inc. Gardner PG, Pearce RB, Michell RL. 1991. Physiology of crop plants. The Iowa State University Press. Ames, Iowa. Gautam AK, Adhikari NP, Mishra M, Das RB. 2010. Effect of Seeding Age and Spacing on Productivity of Irrigated Rice under SRI in Central Tarai In Adhiakry NP, Acharya UK, Ghimire K, Sah SN (Eds.) Proceedings of the 25th Summer Crops Workshop (21-23 June, 2007). Khumaltar, NARC, NRRIP, Hardinath Dhanusha. Grist DH. 1965. Rice. Fourth Edition. Longman Group Limited. London. Jackson MB, Ram PC. 2003. Physiological and Molecular Basis Susceptibility and Tolerance of Rice Plants to Complete Submergence. Annals of Botany. Kaderi J. 2004. Pengamatan percobaan bahan organik terhadap tanaman padi di rumah kaca. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004. Nyamai MB, Mati M, Home PG, Odongo B, Wanjogu R, Thuranira EG. 2012. Improving Land and Water Productivity in Basin Rice Cultivation in Kenya through System of Rice Intensification (SRI). Agric Eng Int: CIGR Journal. Reddy RJ, Shenoy NS. 2013. Impact of SRI Technology on Rice Cultivation and the Cost of Cultivation in Mahabubnagar District of Andhrapradesh. International Journal of Scientific and Research Publications.
15
Ritchie JT. 1998. Soil water balance and plant water stress. In Understanding options of agricultural production, eds. Tsuji GY, Hoogenboom G, and Thornton PK. Dordrecht, The Netherlands: Kluwer Academic Publishers and International Consortium for Agricultural Systems Applications. Sembiring H, Abdulrachman. 2008. Potensi penerapan dan pengembangan PTT dalam upaya peningkatan produksi padi. IPTEK Tanaman Pangan. Puslitbangtan. Bogor. Setiawan BI, Irmansyah A, Chusnul A, Tsugihiro W, Masaru M, Hisaaki K. 2013. Effects of groundwater level on CH4 and N2O emissions under SRI paddy management in Indonesia. J of Taiwan Water Conservancy. Shi QX, Zeng M, Li X, Tan F Xu. 2002. Effects of different water management practices on rice growth. In Bouman BAM, Hengsdijk H, Hardy B, Bindraban PS, Tuong TP, Ladha JK (Eds.). Water-Wise Rice Production. International Rice Research Institute. Los Banos. Sujono J, Nurrochmad F, Jayadi R. 2006. Growing more paddy with less water. Research Report, Departement Civil and Enviromental Engineering, Faculty of Engineering. Yogyakarta(ID): Universitas Gadjah Mada Sujono J. 2011. Koefisien Tanaman Padi Sawah Pada Sistem Irigasi Hemat Air. Agritech. Sushant. 2013. Impact of Climate Change in Eastern Madhya Pradesh. India. Tropical Conservation Science, Special Issue. Suwarto. 2012. Produktivitas Lahan Usahatani Sesuai Kelembagaan Lahan. Bali : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Journal of Rural and Development. Vladu IF. 2006. Adaptation as part of the development process. Technology Subprogramme. Adaptation, Technology and Science Pro-gramme. UNFCCC. Wiyono DT. 2004. SRI Tanam Padi sawah. http://www.suaramerdeka.com/harian. Diakses tanggal 12 Agustus 2015. Yoshida S, Bhattacharjee DP, Cabuslay GS. 1982. Relationship between plant type and root growth in rice. Soil Sci. Plant Nutr. Zheng Z, Bao B, Jian Y, Xiu T. 2004. Studies On Chemical Constitutents In Roots Of Jasminum sambac. Zhongguo Zhong Yao Za Zhi.
16
Lampiran 1 Rata-rata tinggi tanaman padi selama 89 HST Tinggi Tanaman (cm) Hari
Rezim Kering (RK)
Rezing Basah (RB)
Rezim Tergenang (RT)
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57
15.30 18.50 20.80 23.84 26.62 29.85 32.49 35.88 42.70 46.56 50.52 53.15 57.35 60.19 68.24 68.93 71.35 75.10 76.97 78.75
16.10 17.83 20.25 23.72 24.45 25.36 29.22 33.63 37.17 40.31 44.37 47.96 51.64 58.22 62.21 65.88 69.92 72.28 73.46 74.42
16.35 20.05 22.80 27.69 28.70 30.00 31.02 35.51 39.10 42.30 46.78 50.63 53.19 57.13 60.17 65.79 68.33 70.64 72.36 73.68
60
78.94
75.42
76.28
63
80.35
76.95
76.65
65
82.70
81.07
79.09
69
84.39
83.60
81.17
72
86.24
84.52
82.70
75
86.70
85.14
83.33
78 83 84 87 89
86.74 87.78 88.17 88.44 88.57
85.22 85.10 85.20 85.04 84.50
83.96 84.24 84.54 84.98 85.02
17
Lampiran 2 Rata-rata jumlah anakan padi selama 89 HST Jumlah Anakan (Batang) Hari
Rezim Kering (RK)
Rezing Basah (RB)
Rezim Tergenang (RT)
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57
0.00 0.00 1.60 1.60 1.95 2.23 3.40 3.60 4.20 5.90 8.50 11.70 14.90 17.80 21.90 23.10 23.80 24.60 25.90 26.40
0.00 1.00 1.30 1.80 1.90 2.47 3.00 3.40 4.80 6.20 9.60 12.80 16.40 19.40 22.20 22.60 23.50 24.00 24.90 25.20
3.00 3.10 3.50 4.00 4.00 4.40 7.40 8.70 8.80 9.10 11.60 13.00 14.40 16.00 19.80 21.10 21.70 22.30 23.10 22.60
60
27.10
25.60
23.00
63
27.60
26.00
23.40
65
28.40
26.20
23.20
69
26.90
26.30
23.70
72
26.50
26.00
24.00
75
26.70
25.90
24.20
78 83 84 87 89
25.50 25.20 24.60 24.70 24.30
25.80 25.90 25.90 26.00 26.10
24.40 24.80 25.30 25.60 25.70
18
Lampiran 3 Rata-rata jumlah malai padi selama 89 HST Jumlah Malai (Batang) Hari
Rezim Kering (RK)
Rezing Basah (RB)
Rezim Tergenang (RT)
60
2.00
0.00
1.75
63
8.00
1.00
3.35
65
9.70
5.80
7.00
69
11.90
9.20
11.00
72
13.50
10.70
13.30
75
15.20
12.50
14.90
78 83 84 87 89
17.00 17.50 18.00 18.80 19.30
13.30 14.30 15.10 16.20 16.90
16.40 15.50 16.60 17.00 17.40
19
RIWAYAT HIDUP Ulya Rufako lahir di Serang pada 30 September 1993 dari pasangan Bapak H. Syarifudin dan Ibu Masnuriyah. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri Taman Baru 1 (19992005), lalu di SMP Negeri 2 Cilegon (2005-2008), dan dilanjutkan di SMA Negeri 2 Krakatau Steel (2008-2011). Penulis lulus dari SMAN 2 Krakatau Steel pada tahun 2011. Penulis diterima di IPB melalui jalur SNMPTN Undangan di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi di Himpunan Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL) seperti menjadi Anggota Dosen (Departemen Olahraga dan Seni) Himatesil, dan Anggota PAK (Penanggungjawab Anggota Kelompok) di Pekan Orientasi dan Sosialisasi Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan (PONDASI) Himatesil. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan pada tahun 2014 di kota Cilegon dengan judul “Pengawasan dan Pemulihan Kualitas Udara di Kota Cilegon”. Untuk menyelesaikan program sarjana, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi berjudul “Produktivitas Lahan dan Air pada Padi Sawah dengan Berbagai Sistem Irigasi” yang dibimbing oleh Dr. Chusnul Arif, S.TP., M.Si