PRODUKSI BIOMASSA DAN POTENSI NUTRISI MIKROALGA Nannochloropsis sp. K4 (Biomass Production and Potential Nutrition of Microalgae Nannochloropsis sp. K4) 1)I
Wayan Arnata, 1)I B Wayan Gunam, 1)AAM Dewi Anggreni, 1)W Redi Aryanta, 2)PM. Loberto. 1)Teknologi
2)
Industri Pertanian Universitas Udayana Alumni Teknologi Industri Pertanian Universitas Udayana Email:
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menetukan konsentrasi nitrat dan fosfat untuk produksi biomassa dan mengetahui potensi nutrisi dari mikroalga Nannochloropsis sp. K4. Untuk produksi biomassa menggunakan metode respon permukaan dengan memperlakukan konsentrasi nitrat dan fosfat, sedangkan untuk mengetahui potensi nutrisi dilakukan analisa proksimat terhadap biomassa Nannochloropsis sp. K4 yang meliputi analisis kadar air, abu, lemak, protein, dan kadar karbohidrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi biomassa Nannochloropsis sp. K4 optimal sebesar 0,33 g/l diperoleh pada konsentrasi nitrat 104,12 g/l dan fosfat 15,72 g/l. Hasil analisa proksimat menunjukkan bahwa Nannochloropsis sp K4 berpotensi sebagai sumber karbohidrat dengan kadar 40,30 %, protein 39,07 % dan lemak 14,44%. Mikroalga Nannochloropsis sp K4 mengadung kadar air 3,41 % dan kadar abu 4,77 %. Kata kunci : Nannochloropsis sp. K4, Biomassa, Nutrisi ABSTRACT The objective of this research was to determine of the optimal concentration of nitrate and phosphorus on biomass production and determine of the nutrition potential of microalgae Nannochloropsis sp. K4. Response surface methodology (RSM) has been utilized for finding the optimal values of nitrate and phosphorus concentration on biomass production, whereas Nannochloropsis sp. K4 biomass was proximate analyzed to determine the potential nutrients, which includes analysis of moisture, ash, fat, protein, and carbohydrate content. The results showed that the optimal Nannochloropsis sp. K4 biomass production of 0.33 g/L was obtained at 104.12 g /L nitrate concentrations and 15.72 g/Ll phosphate concentrations. Proximate analysis results showed that Nannochloropsis has potential as a source of carbohydrates (40.30%), protein (39.07%) and fat (14.44%) with moisture and ash contents of 3.41 % and 4.77 %, respectively. Keywords : Nannochloropsis sp. K4, biomass, nutrition
PENDAHULUAN Wilayah Indonesia sebagian besar merupakan laut dan memiliki kekayaan yang beranekaragam. Saat ini, penggalian potensi biota laut terutama mikroalga untuk meningkatkan ketahanan pangan masih sangat minim. Dengan wilayah perairan yang sangat luas ini, maka Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menemukan spesies mikroalga yang cocok untuk dikembangkan sebagai sumber nutrisi. Berdasarkan hasil penelitian Arnata et al., (2010) diperairan Pantai Pulau Bali telah berhasil diisolasi beberapa jenis mikroalga seperti mikroalga dari genus Nannochloropsis sp, Nitzschia sp, Botryococcus sp, Chaetoceros sp, Ceratium sp, Closterium sp, Cyclotella sp, dan Skeletonema. Dari beberapa genus yang berhasil diisolasi, ternyata Nannochloropsis sp mempunyai kecepatan dan kestabilan pertumbuhan yang paling tinggi di bandingkan dengan genus-genus lainnya. Berkaitan dengan hal ini, maka diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai potensi mikroalga khususnya Nannochloropsis sp. isolat K4 sebagai sumber pangan. Mikroalga mengandung berbagai macam komponen yang sangat bermanfaat khususnya untuk nutrisi dalam bahan pangan, seperti lipid, karbohidrat, protein dan asam-asam nukleat (Brown et al.,1993., Sankar dan Ramasubramanian., 2012). Lemak yang terkandung dalam mikroalga umum terdiri atas asam lemak tidak jenuh, seperti linoleat, eicosapentaenoic acid/EPA (Rebolloso et al., 2001) dan docosahexaenoic acid/DHA (Hu dan Gao, 2006., Chisti, 2007). Asam-asam lemat tidak jenuh telah banyak dilaporkan sangat menguntungkan bagi kesehatan terutama sebagai makanan suplemen pencegahan penyakit kardiovaskuler, arterosklerosis, dan kanker (Colquhoun, et al., 2008). Eicosapentaenoic acid atau EPA dan DHA memainkan peran penting dalam perkembangan otak dan retinal bayi. Selain lemak, mikroalga juga mengandung protein dan asam-asam nukelat (Spolaore et al., 2006). Sebagai contohnya mikroalga Chlorella vulgaris mengandung protein sekitar 51 – 58% dan asam nukleat 4 – 5% (Becker, 1994). Mikroalga juga berpotensi menghasilkan pigmen yang dapat dimanfaatkan sebagai bioaktif, seperti Dunaliella mengandung karotenoid sekitar 12,6% bk (Fretes et al., 2012) dan Nannochloropsis sp mengandung klorofil-a sekitar 0,73-2,85 µg/ml (Allsul dan Wan, 2012). Berbagai jenis pigmen yang dihasilkan dari mikroalga dapat dimanfaatkan sebagai sumber antioksidan dalam bahan pangan. Dalam memproduksi komponen-komponen nutrisi, maka jenis media dalam kultivasi dan faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan mikroalga (Faria et al., 2012). Kondisi media dan lingkungan berhubungan langsung dengan proses fotosintesis, metabolisme, maupun reproduksi (Graham et al., 2009). Dalam media pertumbuhan unsur nitrat dan posfat merupakan dua unsur yang mutlak harus tersedia dalam media kultur alga. Nitrogen dalam nitrat merupakan salah satu
makronutrien yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produktifitas biomassa alga karena dibutuhkan untuk pembentuk protein, lemak dan klorofil (Hu dan Gao, 2006). Lebih lanjut Renaud dan Parry (1994) menyebutkan bahwa modifikasi faktor nutrient pada media seperti konsentrasi nitrat, fosfat dan pengaturan faktor-faktor lingkungan seperti
cahaya, pH, temperatur dan salinitas juga diperlukan dan dapat
berpengaruh terhadap kuantitas biomassa dan komposisi komponen nutrisi yang terkandung dalam mikroalga. Melihat banyaknya keanekaragaman dan potensi yang dimiliki oleh mikroalga serta belum diketahuinya beberapa faktor nutrisi media yang optimal dalam pertumbuhan untuk memproduksi biomassa dan komponen-komponen nutrisi, maka penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi nitrat dan fosfat yang optimal untuk produksi biomassa Nannochloropsis sp. K4 yang maksimal dan mengetahui potensi kandungan nutrisi Nannochloropsis sp. K4 pada produksi biomassa yang maksimal dengan kondisi medium pertumbuhan yang optimal. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kultur Nannochloropsis sp. diperoleh dari stok kultur mikroalga Laboratorium Bioindustri TIP-FTP Unud. FeCl3,
MnCl2,5H2O, H3BO3, Na-2 EDTA,
NaH2PO4.2H2O, NaNO3, ZnCl2, CoCl2,6H2O, (NH4)6Mo7O24, 4H2O, CuSO4,5H2O, HCl, Vitamin B1 dan Vitamin B12. Bahan yang digunakan dalam proses analisis nutrisi adalah : tablet kjeldahl, H2SO4, aquades, indikator PP, antibuih, NaOH, HCl dan heksana. Bahan-bahan yang dipergunakan berstandar p.a yang diperoleh dari Zigma Aldrich. Persiapan Media Media walne (Andersen, 2005) terdiri meliputi 4 jenis solusi nutrisi yaitu (1) solusi E, dibuat dengan melarutkan Vitamin B12 sebanyak 0,1 g ke dalam 250 ml air laut. (2) solusi C, dibuat dengan mencampurkan 0,2 gr Vitamin B1 dengan 25,0 ml solution E, kemudian dilarutkan ke dalam 200 ml air laut. (3) solusi B dibuat dengan 2,1gr ZnCl2; 2,0gr CoCl2,6H2O; 0,9gr (NH4)6Mo7O24. 4H2O; 2,0gr CuSO4,5H2O dan 10,0 ml HCl dilarutkan dalam 100 ml dengan air laut.(3) solusi A dibuat dengan 0,8 gr FeCl3; 0,4 gr MnCl2,5H2O; 33,6 gr H3BO3; 45,0 gr Na-2 EDTA; 20,0 gr NaH2PO4,2H2O; 100,0 gr NaNO3, dan solusi B 1,0 ml, kemudian dilarutkan ke dalam 1 l air laut. Untuk proses kultivasi diperlukan solusi A, B dan C masingmasing 1 ml/L kultur.
Kultivasi Kultivasi mikroalga dilakukan dengan mencampurkan 30% kultur mikroalga ke dalam 70% media tumbuh (Isnanstyo dan Kurniastuti, 1995; Kawaroe et al, 2010). Pada penelitian ini kultivasi Nannochloropsis sp. dilakukan secara bertingkat, dimulai dari volume 10 ml hingga mencapai volume 12 liter. Proses kultivasi dilakukan dengan pH media 6, suhu 28±2oC, intensitas cahaya sebesar 2,5 klux, salinitas 30 ppt, dan dilakukan aerasi selama proses kultivasi. Penentuan Waktu Panen Waktu panen ditentukan dengan membuat kurva pertumbuhan mikroalga dalam media walne. Pada tahap ini preparasi inokulum dilakukan dalam keadaan aseptik. Sel mikroalga sebanyak 0,30 %v/v diinokulasikan pada flask 2 L yang mengandung media walne. Kultivasi dilakukan dalam erlenmeyer 2 L dengan pH media 6, suhu 28±2 oC, intensitas cahaya 2,5 klux dengan siklus perbandingan terang dengan gelap 24:0 jam, salinitas 30 ppt, dan dilakukan aerasi dengan mengalirkan udara ke dalam media. Proses kultivasi dilaksanakan selama 2 minggu atau 14 hari. Perubahan biomasa kultur diamati setiap 24 jam secara aseptis. Setiap perlakuan dilakukan dua kali ulangan. Data yang diperoleh kemudian dibuatkan kurva pertumbuhannya. Waktu panen ditentukan berdasarkan waktu awal stasioner yang memberikan konsentrasi biomassa tertinggi. Biomassa yang diukur berdasarkan jumlah sel yang dihitung dengan menggunakan haemacytometer (Pal et al.,2011) dan bobot kering (Rocha et al., 2003). Pemanenan Pemanenan biomassa Nannochloropsis sp. dilakukan dengan menggunakan metode pengendapan (tanpa aerasi), yaitu biomassa Nannochloropsis sp. yang mengendap dipisahkan dari media dan biomassa Nannochloropsis sp. selanjutnya dioven selama 24 jam pada suhu 80oC (Sulistyo, 2010; Gunawan, 2012). Optimasi Produksi Biomassa Nannochloropsis sp. K4 Pada percobaan ini ditetapkan dua variabel independen yang berpengaruh terhadap produksi biomassa yaitu konsentrasi NaNO3 dengan kisaran 80, 100, 120 g/l dan Konsentrasi NaH2PO4.2H2O dengan kisaran 10, 20, 30 gr/l. Penetapan model untuk respon biomassa menggunakan model kuadratik dari rancangan percobaan Central Composite Design (CCD). Dari rancangan ini diperoleh 12 kombinasi perlakuan yang mengikuti rancangan percobaan CCD. Data yang dihasilkan dari rancangan percobaan tersebut dianalisis dengan menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Metode respon permukaan digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan konsentrasi nitrat dan fosfat terhadap produksi
biomassa mikroalga. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program Statistica 10. Bentuk dan kode perlakuan serta rancangan percobaan CCD dengan sistem pengkodean dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Perlakuan dan kode perlakuan rancangan CCD. Kode perlakuan Perlakuan -1,414 -1 0 1 Konsentrasi NaNO3 (g/l) 71,72 80 100 120 Konsentrasi NaH2PO4.2H2O (g/l) 5,86 10 20 30 Tabel 2. Rancangan percobaan CCD No Kode kons. Kode Kons. NO3 PO4 1 -1 -1 2 1 -1 3 -1 1 4 1 1
1,414 128,28 34,14
Kons. NaNO3 (g/l) 80 120 80 120
Kons. NaH2PO4.2H2O (g/l) 10 10 30 30
5 6 7
-1.414 1.414 0
0 0 -1.414
71,72 128,28 100
20 20 5,86
8 9 10 11 12
0 0 0 0 0
1.414 0 0 0 0
100 100 100 100 100
34,14 20 20 20 20
Validasi model Validasi model dilakukan setelah tahap optimasi produksi biomassa diperoleh. Proses ini dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu menggunakan statistik uji t dengan volume produksi 1 liter dan validasi dengan sistem produksi pada volume yang lebih besar (scale up) yaitu volume 25 liter. Validasi dilakukan dengan menguji perbedaan bobot biomassa Nannochloropsis sp. K4 yang dihasilkan secara actual atau riil dengan prediksi bobot biomassa Nannochloropsis sp. yang dihasilkan dari persamaan model optimum. Parameter yang diamati Pengamatan terhadap parameter penelitian dilakukan terhadap konsentrasi biomassa dengan metode hemacytometer (Pal et al.,2011), laju pertumbuhan spesifik (Banerjee, 2011), bobot biomassa kering
(Rocha et al., 2003), kadar air dengan metode oven (AOAC, 1998), kadar abu dengan cara kering (AOAC, 1998), kadar lemak dengan metode ekstraksi soxhlet (Sudarmadji et al., 1984), kadar protein dengan metode semi mikro kjeldahl (Sudarmadji et al., 1984), dan kadar karbohidrat secara by difference (Sudarmadji et al., 1984). HASIL DAN PEMBAHASAN Waktu Panen Nannochloropsis sp. K4 Penentuan waktu panen didasarkan pada kepadatan sel tertinggi yang ditentukan dari kurva pertumbuhan. Pada awal inokulasi terdapat rata-rata 2,80 x 107±7,78 x 106 sel/ml dan jumlah sel maksimum dengan rata-rata 2,75 x 108±2.12 x 107 sel/ml terjadi pada hari ke-10. Berdasarkan kurva pertumbuhan tersebut, maka waktu panen Nannochloropsis sp. ditentukan pada hari ke 10 kultivasi yang merupakan titik stasioner pertumbuhan dengan konsentrasi sel 0,25±0,07 g/l (bk) dan laju pertumbuhan spesifik 0,23±0,03/hari. Fase awal stasioner dipilih sebagai waktu panen karena pada fase ini, mikroalga mengalami pertumbuhan yang seimbang, dimana laju reproduksi mikroalga sama dengan laju kematiannya, sehingga membuat kandungan nutrisi pada sel mikroalga yang dipanen akan menjadi lebih baik dari fase-fase sebelumnya (Kawaroe et al., 2010). Kurva pertumbuhan Nannochloropsis sp.K4 disajikan pada Gambar 1. 3.5E+08 Biomassa (sel/ml)
3.0E+08 2.5E+08 2.0E+08 1.5E+08 1.0E+08 5.0E+07 0.0E+00 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14
Waktu pengamatan (hari)
Gambar 1. Kurva pertumbuhan Nannochloropsis sp. K4 Chiu et al., (2009) melaporkan bahwa mikroalga Nannochloropsis oculata
mencapai fase
stasioner antara 6 sampai 8 hari dengan bobot biomassa berkisar antara 0,372±0,022 g/L sampai 0,480±0,029 g/L dan laju pertumbuhan spesifik 0,571/hari. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada penelitian ini. Adanya perbedaan waktu untuk mencapai fase stasioner dan kepadatan
sel dapat disebabkan oleh perbedaan faktor nutrisi selama kultivasi kultivasi (Sutomo, 2005). Lebih lanjut, Rocha et al., (2003) dan Kawaroe et al., (2009) menyebutkan bahwa perbedaan laju pertumbuhan spesifik mikroalga dapat disebabkan oleh perbedaan strain atau spesies Nannochloropsis dan umur sel. Selain itu pertumbuhan mikroalga juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti intensitas cahaya (Pal et al., 2011), media kultur untuk kultivasi (Olofsson et al., 2012)., suplai CO2 (Chiu et al., 2009), metode kultivasi (Zittelli et al., 1999). Optimasi Produksi Biomassa Nannochloropsis sp. Optimasi produksi biomassa pada penelitian ini bertujuan untuk mencari variabel optimum pengaruh konsentrasi nitrat dan fosfat terhadap produksi biomassa Nannochloropsis sp. K4 yang maksimal. Data pengujian
produksi biomassa Nannochloropsis sp. dengan kombinasi konsentrasi nitrat
dan fosfat dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Bobot biomassa Nannochloropsis sp. aktual, dan bobot biomassa Nannochloropsis sp. model Respon Bobot Biomassa Konsentrasi Konsentrasi (g/l) Nitrat (g/l) Fosfat (g/l) Aktual Model 80 120 80 120 71.72 128.28 100 100 100 100 100 100
10 10 30 30 20 20 5.86 34.14 20 20 20 20
0,16 0,28 0,23 0,08 0,14 0,19 0,27 0,15 0,36 0,41 0,25 0,30
0,15 0,30 0,21 0,09 0,16 0,17 0,26 0,16 0,33 0,33 0,33 0,33
Hasil optimasi produksi biomassa Nannochloropsis sp. dengan menggunakan RSM diperoleh model persamaan Y= -2,5983 + 0,0483 X1 + 0,5040 X2 – 0,0002 X12 – 0,0003X1.X2 -0,0006 X22, dimana Y adalah biomassa Nannochloropsis sp. K4, X1 adalah konsentrasi NaNO3 dan X2 adalah konsentrasi NaH2PO4.2H2O. Koefisien determinasi (R2) = 0,8423, ini menunjukkan bahwa sekitar 84,23% biomassa Nannochloropsis sp. dipengaruhi oleh variabel konsentrasi nitrat dan posfat, sedangkan sisanya sekitar
15,77% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diperlakukan dalam penelitian ini. ni. Variabel-variabel lain ini dapat berupa faktor-faktor faktor lingkungan seperti salinitas, suhu, pH dan intensitas cahaya (Olofsson et al., 2012). Berdasarkan persamaan model tersebut, diperoleh kondisi optimum dari variabel konsentrasi nitrat 104,12 g/l dan fosfat 15,72 g/l dengan hasil produksi biomassa optimum sebesar 0,33 g/l. Grafik respon surface dan counter plot produksi biomassa Nannochloropsis sp. K4 disajikan pada Gambar 2 dan Gambar 3. Berdasarkan bentuk kontur yang yang memusat menunjukkan bahwa titik stasioner merupakan titik stasioner maksimum
Gambar 2.. Grafik respon permukaan produksi biomassa Nannochloropsis sp. Fitted Surface; Variable: Biomassa (g/L) 40
35
Fosfat (g/L)
30
25
20
15
10
5
0 60
70
80
90
100
Nitrat (g/L)
110
120
130
140
0.3 0.2 0.1 0 -0.1 -0.2 -0.3 -0.4 -0.5
Gambar 3.. Grafik counter plot produksi biomassa Nannochloropsis sp.
Produksi biomassa optimal Nannochloropsis sp. K4 sebesar 0,33 g/l diperoleh pada kosentrasi nitrat (104,12 g/l) dan fosfat (15,72 g/l), sedikit berbeda dengan hasil penelitian Bae dan Hur (2011) dan Widianingsih et al.
(2011) yang menyatakan bahwa produksi biomassa optimal Nannochloropsis sp.
dengan konsentrasi nitrat sebesar 100 g/l dan fosfat 20 g/l dapat menghasilkan biomassa Nannochloropsis sp. sebesar 0,45 - 0,50 g/l. Adanya perbedaan bobot biomassa Nannochloropsis sp. yang dihasilkan pada penelitian ini diduga karena selain faktor nutrisi berupa nitrat dan fosfat, juga terdapat faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi biomassa Nannochloropsis sp. itu sendiri, seperti suhu (Crowe et al., 2012), salinitas (Hu dan Gao, 2006; Adenan, 2013), pH (Banerjee et al., 2011), cahaya (Fabregas et al., 2004), dan CO2 (Chiu et al., 2009). Validasi model Berdasarkan hasil proses validasi yang dilakukan dengan uji t diperoleh nilai t-test sebesar 0,004 dengan nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa, tidak ada perbedaan yang nyata antara bobot biomassa Nannochloropsis sp. secara aktual dengan prediksi bobot biomassa Nannochloropsis sp. yang dhasilkan dari persamaan model optimum pada kultivasi volume kultivasi 1 liter (Tabel 3). Pada validasi menggunakan sistem produksi dengan volume kultivasi yang lebih besar yaitu 25 liter, diperoleh bobot biomassa Nannochloropsis sp. secara aktual sebesar 7,89 ± 0,43 g. dan bobot ini tidak berbeda nyata dengan respon bobot biomassa Nannochloropsis sp. yang dihasilkan dari persamaan model optimum yaitu sebesar 8,25 g. Dari hasil validasi menunjukkan bahwa model yang dikembangkan dapat mewakili sistem yang sebenarnya atau kondisi aktual. Nutrisi Biomassa Nannochloropsis sp. K4 Dari hasil analisis proksimat biomassa diperoleh bahwa mikroalga Nannochloropsis sp. K4 mempunyai kandungan karbohidrat 40,30±0,37 %, protein 39,07±0,08 %, lemak 12,44±0,14 %, abu 4,77± 0,79% dan air 3,41±0,37%. Dari hasil ini menunjukkan bahwa biomassa Nannochloropsis sp. K4 mempunyai kandungan karbohidrat dan protein yang cukup tinggi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hu dan Gao (2006) dan Widianingsih et al. (2011) yang menyatakan bahwa, adanya penambahan konsentrasi nitrat dan fosfat pada media tumbuh mikroalga akan dapat meningkatkan kandungan protein dan karbohidrat yang dihasilkan. Selain itu, jenis media dengan komposisi nutrisi yang berbeda juga akan berpengaruh terhadap perubahan kandungan nutrisi dari biomassa mikroalga. Torres et al., 2012 melaporkan bahwa Nannochloropsis oculata yang dikutivasi pada media Guillard F/2 dengan konsentrasi nitrat 20,2%, fosfat 5,0% dan silika 21,9% mengandung karbohidrat 18.85±1.31%, protein 20.89±1.54%, lipid 30.24±1.43% dan abu 27.3±1.09%. Sedangkan jika dikutivasi pada media pupuk pertanian dengan
konsentrasi nitrat 11,0%, fosfat 48,0% dan silika 22,7% menghasilkan karbohidrat 24.51±1.07%, protein 20.61±1.44%, lipid 24.84±1.08% dan abu 26.9±2.21%. Adanya perbedaan kandungan nutrisi mikroalga Nannochloropsis sp. diduga karena adanya perbedaan dalam nutrisi jenis dan spesias dari mikroalga (Olofsson et al., 2012). Selain faktor nutrisi, faktor-faktor lingkungan seperti salinitas, pH, intensitas cahaya dan suhu akan memberikan pengaruh terhadap karakteristik nutrisi mikroalga (Khatoon et al., 2010; Hemaiswarya et al., 2011). KESIMPULAN Produksi biomassa Nannochloropsis sp yang maksimal sebesar 0,33 g/l, dihasilkan pada konsentrasi nitrat 104,12 g/l dan fosfat sebesar 15,72 g/l. Nannochloropsis sp. K4 memiliki potensi kandungan karbohidrat (40,30 %), protein (39,07 %), dan lemak (12,44 %) yang cukup tinggi. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti berterimakasih atas dana penelitian PNBP Hibah Bersaing universitas Udayana 2012 dan semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Adenan NS, Fatimah MD. Yusoff, Mohamed S. 2013. Effect of Salinity and Temperature on the Growth of Diatoms and Green Algae. J. Fisheries and Aquatic Science (8): 397-404. Doi: 10.3923/jfas.2013.397.404 Alsull M, Wan M, Wan O. 2012. Responses of Tetraselmis sp. And Nannochloropsis sp. Isolated from Penang National Park Coastal Waters, Malaysia, to the Combined Influences of Salinity, Light and Nitrogen Limitation. International Conference on Chemical, Ecology and Environmental Sciences (ICEES'2012) march 17-18, 2012 Bangkok pp:142-145 Andersen RA. 2005. Algal Culturing Techniques. Elsevier Academic Press. America. AOAC. 1998. Official Methods of Analysis. 15th ed. Vol. 2. Virginia. Arnata I W, Gunam IBW, Anggreni AAMD. 2010. Eksplorasi Potensi Mikroalga di Pantai Pulau Bali Untuk Produksi Biodiesel. Laporan Penelitian Hibah Unggulan Udayana, Universitas Udayana. Bae JH, Hur SB. 2011. Development of Economical Fertilizer-Based Media for Mass Culturing of Nannochloropsis oceanica. Department of Marine Biomaterials and Aquaculture Pukyong National University. Busan-Korea. Banerjee S, Wei WH, Helena K, Mohamed S, Fatimah MY. 2011. Growth and Proximate Composition of Tropical Marine Chaetoceros calcitrans and Nannochloropsis oculata Cultured Outdoors and Under Aboratory Conditions. J. Biotechnology 10 (8): 1375-1383. Doi: 10.5897/AJB10.1748 Becker WE. 1994. Microalgae : Biotechnology And Microbiology. Cambride University Press. Australia.
Braden, Crowe B, Said A, Shweta A, Peter W,Randy R, Jon VW, Aaron C, John K, Murat K, Kim LO, Michael H. 2012. A Comparison of Nannochloropsis salina Growth Performance in Two Outdoor Pond Designs: Conventional Raceways versus the ARID Pond with Superior Temperature Management. J. Chemical Engineering (2012): 1-9. Doi:10.1155/2012/920608 Brown MR. Garland CD, Jeffrey SW, Jameson ID, Leroi JM.1993. The Gross and Amino Acid Compositions of Batch and Semi-Continuous Cultures of Isochrysis sp. (clone T.ISO), Pavlova lutheri and Nannochloropsis oculata. J. Applied Phycology 5: 285-296. Chiu SY, Chien YK, Ming TT, Seow CO, Chiun HC, Chih SL. 2009. Lipid Accumulation and CO2 Utilization of Nannochloropsis oculata in Response to CO2 Aeration. J. Bioresource Technology (100): 833–838. Doi:10.1016/j.biortech.2008.06.061 Colquhoun D, Antonio FJ, Tuesday U, Barbara E. 2008. Fish, Fish Oils, n-3 Polyunsaturated Fatty Acids and Cardiovascular Health. Nutrition and Metabolism Committee of the Heart Foundation. Australia. Fabregas J, Maseda A, Dominguez A, Otero A. 2004. The Cell Composition of Nannochloropsis sp. Changes Under Different Irradiances In Semicontinuous Culture. World J. Microbiol. Biotechnol. 20, 31–35. Faria GR, Caroline RPS, Paes, Dominique JFA, Castro, Natália AB, Tinoco, Elisabete B, Sergio OL. 2012. Effects of The Availability of CO2 on Growth, Nutrient Uptake, and Chemical Composition of The Marine Microalgae Chlorella sp. and Nannochloropsis oculata, Two Potentially Useful Strains for Biofuel Production. Journal of Biotechnology 3(5) : 65-75. Fretes HD, Susanto AB, Budhi P, Leenawaty L. 2012. Karotenoid dari Makroalga dan Mikroalga: Potensi Kesehatan Aplikasi dan Bioteknologi. J. Teknol. Dan Industri Pangan 23 (2) :221-228. Graham LE, Graham JE, Wilcox LW. 2009. Algae. 2nd ed. Benjamin Cummings (Pearson). San Francisco. P. 720. Gunawan. 2012. Respon Pertumbuhan Mikroalga (Tetraselmis sp.) Pada Berbagai Intensitas Cahaya. FMIPA Universitas Lambung Mangkurat. Kalimantan Selatan. Hemaiswarya S, Raja R, Kumar RR, Ganesan V, Anbazhagan C, 2011. Microalgae: A Sustainable Feed Source For Aquaculture. World J. Microbiol. Biotechnol., 27: 1737-1746. Hu H, Gao K. 2006. Optimization of Growth and Fatty Acid Composition of a Unicellular Marine Picoplankton, Nannochloropsis sp. with Enriched Carbon Sources. Biotechnology Letters. 25(5):421425. Doi:10.1007/s10529-006-9026-6 Isnanstyo A, Kurniastuti. 1995. Teknik Kultiur Phytoplankton dan Zooplankton. Kansius. Jogjakarta. Khatoon H, Sanjoy B, Fatimah MY, Mohamed S. 2010. Effects of Salinity on the Growth and Proximate Composition of Selected Tropical Marine Periphytic Diatoms and Cyanobacteria. J. Aquaculture Research 41(9): 1348–1355. Doi: 10.1111/j.1365-2109.2009.02423.x Kawaroe M, Tri P, Adriani S, Dahlia WS, Dina A. 2009. Laju Pertumbuhan Spesifik Chlorella Sp. dan Dunaliella Sp. Berdasarkan Perbedaan Nutrien dan Fotoperiode. J. Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia 16 (1): 73-77.
Kawaroe M, Prartono T, Sunuddin A, Wulan DS, Augustine D. 2010. Mikroalga : Potensi dan Pemanfaatannya Untuk Produksi Bio Bahan Bakar. IPB Press. Bogor. Olofsson M, Teresa L, Emmelie N, Jean PB, Victória DP, Pauliina U, Catherine L. 2012. Seasonal Variation of Lipids and Fatty Acids of the Microalgae Nannochloropsis oculata Grown in Outdoor Large-Scale Photobioreactors. J. Energies (5): 1577-1592. Doi:10.3390/en5051577 Pal D, Inna KG, Zvi C, Sammy B. 2011. The Effect Of Light, Salinity, And Nitrogen Availability on Lipid Production by Nannochloropsis sp. J. Appl Microbiol Biotechnol 90:1429–1441.DOI: 10.1007/s00253011-3170-1 Rebolloso F, Navarro PA., García CF, Ramos MJJ, Guil GJL. 2001. Biomass Nutrient Profiles Of The Microalga Nannochloropsis. J Agric Food Chem. 49(6):2966-2972. Renaud S, Parry D. 1994. Microalgae for Use In Tropical Aquaculture, Effect Of Salinity on Growth, Gross Chemical-Composition and Fatty-Acid Composition of 3 Species Of Marine Microalgae. J Appl Phycol 6:347–356. Rocha JMS, Juan EC, Garcia, Marta HF, Henriques. 2003. Growth Aspects Of The Marine Microalga Nannochloropsis gaditana. J. Biomolecular Engineering 20: 237-242. Doi:10.1016/S13890344(03)00061-3 Sankar, M., Ramasubramanian V. 2012. Biomass Production of Commercial Algae Chlorella vulgaris on Different Culture Media. J. Life Science 1 (1): 56-60. Sutomo. 2005. Kultur Tiga Jenis Mikroalga (Tetraselmis sp., Chlorella sp. dan Dunaliella gracilis) dan Pengaruh Kepadatan Awal Terhadap Pertumbuhan C. gracilis Di Laboratorium. Oseanologi dan Limnologi Indonesia. 37 : 43-58. Torres AC, Córdova MLR, Porchas MM, Elías JAL, Cornejo MAP. 2012. Productive Response Of Nannochloropsis oculata, Cultured In Different Media And Their Efficiency As Food For The Rotifer Brachionus rotundiformis. J. Experimental Botany 81: 45-50. Spolaore P, Claire JC, Elie D, Arsène I. 2006. Commercial Applications of Microalgae. J. Bioscience and Bioengineering 101(2): 87–96. Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta. Sulistyo J. 2010. Eksplorasi Sumberdaya Mikroba Penghasil Lemak Sel Tunggal Untuk Pengembangan Bioenergi Alternatif Berbasis Biodiesel dan Biometan. Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong. Bogor. Widianingsih R. Hartati H, Endrawati E, Yudiati, Iriani VR. 2011. Pengaruh Pengurangan Konsentrasi Nutrien Fosfat dan Nitrat Terhadap Kandungan Lipid Total Nannochloropsis oculata. Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Semarang. Zittelli GC, Lavista F, Bastianini A, Rodolfi L, Vincenzini M, Tredici MR. 1999. Production of Eicosapentaenoic Acid by Nannochloropsis sp. Cultures In Outdoor Tubular Photobioreactors. J. Biotechnology (70): 299–312. Doi: S0168-1656(99)00082-6