Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
PRODUKSI BIOETANOL DARI LIMBAH TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN 1, )
* Siti Mushlihah, 1)Yulinah Trihadiningrum 1) Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jl. Arief Rahman Hakim, Sukolilo, Surabaya 60111,Indonesia e-mail*):
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses Pretreatment pengolahan limbah tongkol jagung agar menghasilkan etanol yang optimal, mengkaji proses hidrolisis tongkol jagung agar dapat menghasilkan kadar gula reduksi yang dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh bakteri Zymomonas mobilis menjadi etanol, dan mengkaji nilai pH buffer yang tepat untuk produksi etanol dari fermentasi limbah tongkol jagung. Variasi berbeda yang dilakukan dalam penelitian adalah: penambahan larutan alkali Ca(OH)2 dan NaOH, proses hidrolisis (ditambahkan dengan enzim excelzyme® saja, ditambahkan dengan enzim excelzyme® + larutan H2SO4, ditambahkan dengan enzim excelzyme® + larutan H2SO4 + larutan HCl), pH buffer (4, 5, 6). Lama waktu fermentasi (hari) : 4, 6, 8, 10. Penentuan produk etanol yang dihasilkan dilakukan dengan mengukur: konsentrasi etanol, kadar gula, dan derajat keasaman pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, proses Pretreatment limbah tongkol jagung agar menghasilkan etanol yang optimal adalah dengan penambahan alkali NaOH dan melakukan proses hidrolisis dengan kombinasi HCl, H2SO4 dan enzim excelzyme® yakni menghasilkan kadar gula 12 % dan etanol sebanyak 10,48% pada nilai pH awal 5. Pada range pH 4-6 produksi etanol dapat berlangsung tanpa perbedaan yang signifikan, namun pada pH 5 dihasilkan etanol dengan konsentrasi tertinggi. Kata kunci: Bioetanol, Hidrolisis, Limbah Tongkol Jagung,Pretreatment.
PENDAHULUAN Salah satu contoh pengadaan bahan bakar nabati adalah bioetanol. Bioetanol dapat digunakan untuk pembuatan gasohol yaitu bahan bakar cair dari campuran bensin dan bioetanol. Bioetanol diproduksi dari tanaman yang mengandung biomassa seperti gula, pati, lignoselulosa (Adrados dan Choteborska, 2005; Kim et al., 2008; Taherzadeh et al., 2008). Produksi bioetanol dari selulosa umumnya melalui tahapan proses pretreatment, hidrolisis, fermentasi, dan destilasi. Proses pretreatment dilakukan untuk memudahkan pemecahan pati dan selulosa menjadi glukosa. Pretreatment dapat meningkatkan hasil gula yang diperoleh. Proses pretreatment dapat dilakukan dengan menggunakan zat kimia asam seperti H2SO4, kapur, Ca(OH)2, ammonia fiber expansion (AFEX), ammonia recycle percolation (ARP), katalis, organosol, sulfite pretreatment top overcome recalcitrance (SPORL), ozone, oksidasi dengan alkali, jamur pelapuk putih (Lioyd dan Wyman, 2005; Gupta dan Lee, 2009). Proses hidrolisis yang umum digunakan pada industri etanol adalah menggunakan hidrolisis asam dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4) atau dengan menggunakan asam klorida (HCl) (Lee et al., 1997). Proses hidrolisis juga dapat dilakukan dengan menggunakan enzim, untuk menghidrolisis selulase dapat menggunakan enzim selulase, sedangkan untuk hidrolisis hemiselulosa dapat menggunakan enzim yang menyerang hemiselulosa, seperti ISBN : 978-602-97491-7-5 D-15-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
glukuronidase, asetil esterase, xilanase, β-xilosidase, galaktomannanase, dan glukomannanase (Duff dan Muray, 1996). Zymomonas mobilis memiliki beberapa kelebihan dibandingkan Saccharomyces cerevisiae, diantaranya lebih toleran terhadap suhu, pH rendah, serta tahan terhadap etanol konsentrasi tinggi (Zhang dan Feng, 2010). Tongkol jagung merupakan salah satu limbah pertanian yang mengandung bahan lignoselulosa yang potensial untuk dikembangkan menjadi bioetanol. Keberadaan limbah tongkol jagung ini melimpah dan kontinyu setelah pasca panen. Di Indonesia limbah tongkol jagung dihasilkan sekitar 2,29 juta ton/tahun (Suciyanto et al., 2006) dengan kadar air 9,60% (Lorenz dan Kulp, 1991). Komponen utama limbah tongkol jagung yaitu selulosa (32,345,6%), hemiselulosa (39,8%), dan lignin (6,7-13,9%) (Menon dan Rao, 2012). Salah satu pemanfaatan tongkol jagung adalah sebagai bahan konsentrat pada pakan ternak ruminansia. Tongkol jagung tanpa pengolahan memiliki karakteristik: serat kasar tinggi, protein dan kecernaan rendah. Pemanfaatan tongkol jagung sebagai bahan pakan perlu ditingkatkan kualitasnya antara lain dengan fermentasi. Fermentasi tersebut dilakukan agar dapat meningkatkan protein kasar tongkol jagung dengan menurunkan kandungan serat kasar, serta meningkatkan kecernaan tongkol jagung, sehingga dapat digunakan alternatif pakan yang baik untuk ternak ruminansia (Prastyawan et al., 2012). Pemanfaatan tongkol jagung sebagai alternatif energi terbarukan berupa bioetanol dapat diolah melalui proses Pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan destilasi. Setelah melalui proses destilasi, maka akan didapatkan etanol dan residu tongkol jagung. Residu tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan konsentrat pakan ruminansia karena kandungan serat kasarnya telah turun dan telah terbentuk asam-asam organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ruminansia. Oleh karena itu, pengolahan tongkol jagung sebagai bahan baku pembuatan bioetanol dianggap lebih efektif karena selain diperoleh etanol juga dihasilkan residu yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses penambahan zat untuk pretreatment pengolahan limbah tongkol jagung agar menghasilkan etanol yang optimal, mengkaji proses hidrolisis tongkol jagung agar dapat menghasilkan kadar gula yang dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh bakteri Zymomonas mobilis menjadi etanol, dan mengkaji nilai pH buffer yang tepat untuk produksi etanol dari fermentasi limbah tongkol jagung. METODE Persiapan Sampel Limbah yang digunakan adalah tongkol jagung yang dikeringkan kemudian dihaluskan dan diayak hingga berukuran < 1 mm (Harmsen et al., 2010). Limbah tongkol jagung kemudian diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:3 (v/v), sehingga menghasilkan 50 mL sampel tongkol jagung. Pretreatment dengan Alkali Proses Pretreatment dilakukan dengan mencampurkan bahan menggunakan dua jenis alkali, yakni NaOH dan Ca(OH)2. Sebanyak 50 mL sampel tongkol jagung masing-masing dicampurkan dengan NaOH dan Ca(OH)2. Alkali NaOH yang digunakan memiliki konsentrasi 12% dengan pemanasan selama 1 jam, pada suhu 70oC (Harmsen et al., 2010). Sedangkan Ca(OH)2 yang digunakan memiliki konsentrasi 1,5% dengan perendaman selama 6 hari, pada suhu ruangan (Menon dan Rao, 2012).
ISBN : 978-602-97491-7-5 D-15-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Hidrolisis Setelah dilakukan pretreatment alkali, 50 mL sampel kemudian dihidrolisis dengan menggunakan tiga perlakuan yang berbeda, yaitu: ditambahkan dengan enzim excelzyme® saja, ditambahkan dengan enzim excelzyme ® + larutan H2SO4, ditambahkan dengan enzim excelzyme ® + larutan H2SO4 + larutan HCl. Sampel kemudian dihidrolisis dengan menggunakan enzim excelzyme® yang merupakan campuran antara enzim selulase dan enzim hemiselulase (aktivitas 7 IU/ml) sebanyak 70 IU dan diinkubasi selama 14 jam pada suhu 55°C dengan pH 5,5 yang diinkubasi pada water batch (Nataraja et al., 2010). Konsentrasi larutan H2SO4 yang digunakan 6% dan dipanaskan selama 1 jam, pada suhu 90oC (Harmsen et al., 2010). Konsentrasi larutan HCl yang digunakan 3%, lalu dikocok homogen pada suhu ruang (Lee et al., 1997). Pengaturan pH Buffer Pada penelitian ini dilakukan perlakuan yang berbeda agar hasil yang diperoleh dapat dibandingkan satu sama lain. Perlakuan tersebut antara lain kondisi derajat keasaman (pH) yang berlainan menggunakan sampel yang mengandung kadar gula tertinggi. Kondisi pH pada proses ini dikontrol dengan menambahkan Na-citrate buffer. Variasi pH setiap proses ditambahkan Na-citrate buffer dengan pH masing-masing sebesar 4, 5, dan 6. pH 4 adalah pH media pertumbuhan Z. mobilis dilingkungan, sedangkan pH 5 dan 6 adalah nilai pH yang masuk dalam range pH untuk fermentasi (Cazetta et al., 2007). Fermentasi Sebelum dilakukan proses fermentasi, diperlukan proses pembuatan starter mikroorganisme yang akan digunakan. Jenis mikroorganisme yang digunakan adalah Z. mobilis. Pembuatan Starter Zymomonas mobilis Z. mobilis diambil 1 ose yang sebelumnya telah dikultur pada medium NA pada tabung reaksi, dan diinokulasikan ke dalam erlenmeyer 50 ml yang berisi 5 ml medium NBsteril yang telah diatur pH menjadi 4 dengan penambahan buffer Na-citrate 0,1 M. Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 30°C selama 24 jam (Aktivasi I). Sebanyak 1 ml dari aktivasi I (10 %) dipipet dan diinokulasi kembali ke dalam erlenmeyer 50 ml yang berisi 9 ml medium NBsteril, diinkubasi dalam inkubator pada suhu 30°C selama 24 jam (Aktivasi II). Sebanyak 5 ml (10%) dari aktivasi II (OD600nm = 0,5) dipipet dan diinokulasi kembali ke dalam erlenmeyer 100 ml yang berisi 45 ml substrat tongkol jagung, diinkubasi pada suhu ruang (30°C) sampai jam ke-7, yakni dimana fase exponensial Z. mobilis terjadi (Aktivasi III) (Cazetta et al., 2007; Zhang and Feng, 2010). Proses Fermentasi Starter ditambahkan dengan konsentrasi 10% (Onsoy et al., 2007) ke dalam botol fermentor 100 mL yang berisi 50 mL substrat tongkol jagung, diinkubasi dengan lama sesuai dengan rancangan penelitian (4 hari; 6 hari; 8 hari; dan 10 hari) pada suhu kamar. Proses fermentasi dilakukan pada kondisi anaerob menggunakan penutup sumbat karet dan dilubangi tengahnya untuk dipasangi selang yang ujungnya dimasukkan dalam air. Setelah proses fermentasi selesai, tutup botol dilepas, ditutup dengan kapas lemak dan dipasteurisasi pada suhu ±80°C selama 10 menit (Puspita dkk., 2010).
ISBN : 978-602-97491-7-5 D-15-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan statistik sederhana (pembuatan kurva). Selain itu dilakukan pula uji Tukey guna mengetahui signifikansi perbedaan dan perubahan pada berbagai variasi yang dilakukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pretreatment dan Hidrolisis Pengolahan Limbah Tongkol Jagung Selulosa terproteksi dari degradasi dengan adanya lignin. Selulosa tidak dapat dihidrolisis kecuali lignin dilarutkan dan dihilangkan (Lynd, 2002). Setelah lignin dan hemiselulosa terurai dari selulosa, maka glukosa akan lebih mudah terbentuk pada saat proses hidrolisis. Hidrolisis limbah tongkol jagung merupakan proses yang dilakukan agar diperoleh kadar gula yang diperlukan untuk produksi etanol. Komposisi limbah tongkol jagung tersusun dari: lignin, selulosa, dan hemiselulosa, sehingga setelah melalui proses pretreatment, hidrolisis dilakukan untuk memecah selulosa dan hemiselulosa menjadi glukosa. Hidrolisis lignoselulosa dapat dilakukan dengan menggunakan larutan asam dan enzim. Proses pretreatment dengan larutan alkali dilakukan dengan dua variasi berbeda antara larutan NaOH dan Ca(OH)2 agar dapat diketahui jenis larutan alkali yang paling tepat digunakan untuk proses pretreatment. Sedangkan variasi terhadap proses hidrolisis, yaitu: sampel dengan penambahan HCl+H2SO4+ Enzim, H2SO4+ Enzim, dan variasi sampel tongkol jagung yang hanya ditambahi enzim saja. Perbandingan hasil efektifitas proses pretreatment dan hidrolisis dapat dilihat dari kadar gula yang dihasilkan setelah proses pretreatment dan hidrolisis, data tersebut disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Grafik Kadar Gula Reduksi Hasil Hidrolisis Limbah Tongkol Jagung
Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa dari masing-masing perlakuan hidrolisis yang berbeda, proses pretreatment menggunakan NaOH menghasilkan kadar gula reduksi yang lebih banyak dibandingkan dengan proses pretreatment menggunakan Ca(OH)2. Hal tersebut mengindikasikan bahwa larutan NaOH dapat mengurai lignin dan hemiselulosa lebih baik dari pada Ca(OH)2, meskipun dilakukan perlakuan yang lebih lama terhadap sampel limbah tongkol jagung yang menggunakan alkali Ca(OH)2. Selain itu, pretreatment alkali yang menggunakan suhu dan tekanan rendah atau pada kondisi kamar akan membutuhkan waktu pretreatment lebih lama dari proses pretreatment yang suhunya tinggi (Zheng et al., 2009). Sehingga jika waktu pretreatment menggunakan Ca(OH)2 lebih dari 6 hari, dimungkinkan akan mampu menghasilkan kadar gula reduksi yang lebih besar. Hasil hidrolisis menggunakan campuran HCl+ H2SO4 + Enzim mampu menghasilkan kadar gula reduksi yang paling tinggi ISBN : 978-602-97491-7-5 D-15-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
dibandingkan dengan hidrolisis yang menggunakan H2SO4+ Enzim maupun hidrolisis menggunakan enzim saja. Sedangkan hidrolisis menggunakan H2SO4+ Enzim menghasilkan kadar gula reduksi yang lebih tinggi dibandingkan hidrolisis menggunakan enzim saja. Penambahan NaOH pada proses pretreatment dengan menggunakan hidrolisis H2SO4 + HCl + enzim menghasilkan kadar gula reduksi yang tertinggi, yaitu 12%. Perlakuan sampel limbah tongkol jagung dengan penambahan zat aditive NaOH pada proses pretreatment dengan mengkombinasikan H2SO4 + HCl + enzim tersebut kemudian dilanjutkan dengan proses fermentasi agar dihasilkan etanol. Variasi sampel limbah tongkol jagung dengan dihidrolisis menggunakan HCl + H2SO4 + enzim dapat menghasilkan kadar gula tertinggi karena dengan adanya HCl 3% yang ditambahkan mampu mengubah selulosa menjadi selubiosa. Disakarida yang terisolasi dari selulosa yang terhidrolisis sebagian adalah selubisa yang dapat dihidrolisis lebih lanjut menjadi D-glukosa dengan suatu katalis (Fengel, 1995). Hidrolisis selulosa dengan asam sulfat berlangsung bertahap, yakni dari selulosa diubah menjadi selubiosa kemudian baru diubah menjadi glukosa. Asam sulfat dan enzim menghidrolisis selulosa menjadi glukosa secara acak (Alriksson, 2006). Oleh karena itu, sampel dengan tongkol jagung yang ditambahkan HCl memiliki selulosa yang telah terpecah menjadi selubiosa yang lebih banyak, sehingga asam sulfat dan enzim dapat menghasilkan kadar gula yang lebih maksimal. Sampel limbah tongkol jagung yang diberi perlakuan dengan H2SO4 + enzim juga menghasilkan kadar gula yang lebih banyak dibandingkan dengan sampel limbah tongkol jagung yang hanya diberi enzim. Hal ini disebabkan H2SO4 dan enzim sama-sama menghidrolisis selulosa menjadi glukosa secara acak. Sehingga lebih banyak selulosa yang terhidrolisis menjadi glukosa jika H2SO4 dan enzim dikombinasikan. Fermentasi Sampel Limbah Tongkol Jagung Pengukuran kadar gula reduksi selama proses fermentasi dipantau untuk melihat seberapa besar penggunaan gula reduksi oleh bakteri Z. mobilis. Menurut Nelson et al. (2002), gula reduksi adalah golongan gula yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, atau gula yang dapat dioksidasi oleh agen pengoksidasi karena agen pengoksidasi berkurang dalam reaksi. Oleh karena itu, semua monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa), kecuali sukrosa dan pati (polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi. Grafik kadar gula reduksi yang dihasilkan oleh Z. mobilis selama proses fermentasi limbah tongkol jagung dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 (a). Grafik Kadar Gula Reduksi yang dihasilkan oleh Z. mobilis selama Proses Fermentasi Limbah Tongkol Jagung; (b) Grafik Kadar Etanol yang dihasilkan oleh Z. mobilis selama Proses Fermentasi Limbah Tongkol Jagung ISBN : 978-602-97491-7-5 D-15-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Berdasarkan Gambar 2a. dapat dilihat bahwa kadar gula pada sampel limbah tongkol jagung berkurang seiring dengan berjalannya proses fermentasi. Sedangkan pada Gambar 2b. menunjukkan bahwa kadar etanol pada sampel limbah tongkol jagung bertambah seiring dengan berjalannya proses fermentasi. Menurut Yudoamidjoyo et al. (1990), semakin banyak gula reduksi yang dapat dimanfaatkan oleh sel mikroba, maka semakin tinggi pula kadar etanol yang dihasilkan. Kadar etanol tertinggi dicapai pada hari ke-8, pH 5 yang mencapai 10,48% (v/v). Pada Gambar 2b. dapat diketahui bahwa fermentasi yang paling efektif terjadi pada pH 5. Hal ini didukung oleh penelitian Sulfahri et al. (2012) yang menyatakan bahwa Z. mobilis lebih efektif pada pH 5. Selama proses fermentasi, akan terjadi penurunan pH akibat dihasilkannya berbagai zat asam. Namun, Berdasarkan uji anova yang dilanjutkan dengan uji tukey dengan selang kepercayaan 95%, dapat diketahui bahwa variasi nilai pH awal 3, 4, 5, pada sampel tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap etanol yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cazetta et al., 2007 yang menyatakan bahwa Z. mobilis mampu hidup dengan baik pada pH 4-6. Sedangkan sampel limbah tongkol jagung yang di fermentasi selama 4 hari, 6 hari, 8 hari memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap etanol yang dihasilkan. Namun, sampel limbah tongkol jagung yang di fermentasi selama 8 hari dan 10 hari memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap produksi etanol. KESIMPULAN DAN SARAN Proses Pretreatment pengolahan limbah tongkol jagung agar menghasilkan etanol yang optimal adalah dengan cara menambahkan alkali NaOH konsentrasi 12% dengan pemanasan selama 1 jam, pada suhu 70oC. Proses hidrolisis tongkol jagung agar dapat menghasilkan kadar gula yang dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh bakteri Z. mobilis menjadi etanol adalah dengan mengkombinasikan HCl, H2SO4 dan enzim excelzyme® yakni menghasilkan etanol sebanyak 10,48%. Pada range pH 4-6 produksi etanol dapat berlangsung tanpa perbedaan yang signifikan, namun pada pH 5 dihasilkan etanol dengan konsentrasi tertinggi. Sebaiknya perlu dicoba penelitian lebih lanjut tentang fermentasi etanol dari limbah tongkol jagung atau dari bahan berselulosa seperti limbah jerami padi dan ampas tebu menggunakan mikroorganisme lain selain Z. mobilis, antara lain S. cerevisisae. Perubahan kadar lignin dari hasil proses pretreatment juga perlu diukur dalam penelitian selanjutnya. Selain itu, produksi CO2 dari hasil fermentasi limbah tongkol jagung juga perlu diukur, mengingat bahwa CO2 memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. DAFTAR PUSTAKA Adrados P., Choteborska B. 2005. “Ethanol Production from Non-Starch Carbohydrates of Wheat Bran”. Bioresour. Technol. 96. 843-850. Alriksson B. 2006. “Ethanol from Lignocellulose”. Faculty of Technology and Science Biochemistry. Karlstad University. Sweden. Cazetta M. L, Celligoi MAPC, Buzato J. B, Scarmino IS. 2007. “Fermentation of Molasses by Zymomonas mobilis: Effect of Temperature and Sugar Concentration on Ethanol Production”. Journal Bioresource and Technology. 98. 4. 2824-2828. Duff, S. J. B. dan Murray. 1996. “Biocoversion of Forest Products Industry Waste Cellulosics to Fuel Ethanol: A Review”. Bioresour. Technol. 96. 2019-2025. ISBN : 978-602-97491-7-5 D-15-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Fengel, D. 1995. Kayu, Kimia, Ultrastuktur, Reaksi-reaksi. Gadjah mada Press: Yogyakarta. Gupta, R. dan Lee, Y. Y. 2009. “Pretreatment of Hybrid Poplar by Aqueous Ammonia”. Biotechnol Prog. 25: 357-64. Harmsen, P. Huijgen W., Bermudez L., Bakker R. 2010. Literature Review of Physical dan Chemical Preatreatment Processes for Lignocellulosic Biomass. Wageningen UR Food & Biobased Research. Netherlands. Kim, T. H., Taylor, F., Hicks, K. B., 2008. “Bioethanol production from barley hull usingSAA (soaking in aqueous ammonia) pretreatment”. Bioresour. Technol. 99. 5694–5702. Lee, S. S., J. K. Ha, H. S. Kang, T. McAllister, and K.-J.Cheng. 1997. “Overview of energy metabolism, substrate utilization and fermentation characteristics of ruminal anaerobic fungi”. KoreanJ. Anim. Nutr. Feedstuffs. 21:295–314. Lioyd, T. A. dan Wyman, C. E. 2005. “Combine Sugar Yields for Dilute Sulfuric Acid Pretreatment of Corn Stover Followed by Enzymatic Hydrolysis of the Remaining Solids”. Bioresour Technol. 97. 778-85. Lorenz, K. J. dan Kulp, K. 1991. Handbook of cereal science and technology. New York USA: Marcel Dekker Inc. 882. Lynd, L. R. 2002. Microbial Cellulose Utilization Fundamental & Biotechnology. Applied Science Publisher: London. Menon, V. dan Rao, M. 2012. “Trends in Bioconversion of Lignosellulose: Biofuels, platform chemicals & Biorefinery Concept”. Progress in Energy and Combustion Science. 38. 522-550. Nataraja, S. Chetan D. M. dan Krishnappa M. 2010. “Effect of temperature on Cellulose Activity in Crude Extracts Isolated From Solid Waste Microbes”. International Journal of Microbiology Research. 2. 44-47. Nelson, D. L. and Michael, M. C. 2002. Principal of Biochemistry. University of Wisconsin, Madison. Onsoy, T., Thanonkeo, P., Thanonkeo, S., dan Yamada, Mamoru. 2007. “Ethanol Production from Arthichoke by Zymomonas mobilis Batch Fermentation”. KMITL Science Technology Journal.7. S1. Prastyawan R. M., Tampoebalon B. I. M., Surono. 2012. “Peningkatan Kualitas Tongkol Jagung melalui Teknologi Amoniasi Fermentasi (AMOFER) terhadap Pencernaan Bahan Kering dan Bahan Organik serta Protein Total”. Animal Agriculture Journal. 1.1. 611-621. Puspita E. M., Silviana, H., Ismail T. 2010. “Fermentasi Etanol dari Molasses dengan Zymomonas mobilis A3 yang diamobilisasi pada к-karaginan”. Seminar Rekayasa Kimia dan Proses. ISSN : 1411-4216. Suciyanto, Z., Kuniarsih, A., Slamet U. U. 2006. Pengolahan Jagung Tongkol menjadi Jagung Pipil. Universitas Mercubuana : Yogyakarta.
ISBN : 978-602-97491-7-5 D-15-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Sulfahri, Ni’matuzahro, dan Yosephine SWM. 2012. “Optimization of the Bioconvertion of Spirogyra hyalina Hydrolizates to Become Ethanol using Zymomonas mobilis”. Journal of Applied Environmental and Biological Science. 2. 8. 374-379. Taherzadeh dan Karimi. 2008. “ReviewPretreatment of Lignocellulosic Wastes to Improve Ethanol and Biogas Production”. Int. J. Mol. Sci. 9. 1621-1651. Yudoamijoyo, M., Darwis, A. A., dan Sa’id EG. 1992. Teknologi Fermentasi. Penerbit Rajawali Press dengan Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor, Jakarta. Zhang, K. and Feng, H. 2010. “Fermentation potentials of Zymomonas mobilis and its application in ethanol production from low-cost raw sweet potato”. African Journal of Biotechnology. 9. 37. 6122-6128. Zheng Y., Pan Z., Zhang R. 2009. “Overview of Biomass Pretretment for Cellulosic Ethanol Production”. Int J Agric Bio Eng, 2. 51-68.
ISBN : 978-602-97491-7-5 D-15-8