POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF FIQH DAN UNDANG-UNDANG KELUARGA ISLAM NEGERI SELANGOR 2003
OLEH:
MOHD HAFIZ B. MD YUN US
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUD I AH\VAL SY AKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAII DAN HUKUM UIN SY ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 142811 I 2007 !\1
POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF FIQH DAN UNDANG-UNDANG KELUARGA ISLAM NEGERI SELANGOR 2003
SKRJPSI Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gc!ar Sarjana Hukum Islam
Oleh:
MOHD HAFIZ B. MD YUNUS NIM· I 05044103551
Di Bawah Bimbingan:
l • ,,.-Drs. H A. Basi ff alil. SH. MA NIP: 150 169 102
KONSENTRASI PERADILAN A GAMA PROGRAM STUD I AHWAL SY AKHSIYYAH FAKULT AS SYARIAH DAN HUKUM UIN SY ARIF lIIDA YA TULLAH JAKAHTA 1428H / 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang betjudul .. POLIGAMI
DALAM
l'ERSPEKTIF
F!QH
DAN
UNDANG-UNDANG KELUARGA ISLAM l\'EGERl SEL\ '\GOR 2003", telah diajukan dalam sidang munaqasah Fakulta' SY;iri'ah
liu~11:n
t:ni,·crsitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tangga\ 4 Jun1 -'' "'7. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk 111ernpc1c1kh gcb: S.t:jan:i Hukum Islam Program Strata I (S l) pada Jurusan Ahwal Syakbi"yah
Jakarta. 4 Juni 2007
'
~ ~" : Pro\'. Dr. H. Muhammad Amin S_urna. SIL Mc'\Jv1l\_1 ~-) Panitia Ujian Munaqasah
Ketua
150 210 422 Sekretaris
: Kamarusdiana MI-!
150 285 972 Pembimbing
: Ors. H. A. Basiq Djalil S.I-l. MH 150 169 102
Penguji I
: Ors. Husni Thovvar. M. Au 150 050 919
Penguji II
: Sri Hidayati M. A£I 150 282 403
( .................. )
(~-( .. ~~~---i'---'i'-
-~-·
KATA PENGANTAR Segala puji, dan syukur dipanjatkan kc hadirat Allah S\\'T yang telah memberikan taufik, hidayah, dan rahmat-Nya. Shalawat, dan salam scmoga scntiasa tercurah kepada junjungan Saidina al-Mursalin Nabi Muhammad SA\\/, Keluarga, dan para sahabatnya serta orang-orang Islam yang selalu mengikuti hingga akhir zaman. Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena mendapat dukungan dan bantuan dari perbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat yang dalam, penulis menyampaikan terima kasih kepada: I. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM. Selaku Dekan fakultas Syariah & Hukum. UIN Syarif Hidayautullah Jakarta. Dcngan kewenangan yang dimiliki telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. 2. Bapak Ors. H. A. Basiq Djalil, S.I-l., MA., dan bapak Kamarusdiana S.Ag, MH. selaku Ketua Jurusan, dan Seketaris J urusan Ahwal Sakhsiyyah yang telah banyak memberi motivasi dan dukungan kepada penulis da!am menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Dr. H. A. Basiq Djalil. S.H., i'vlr\, selaku doscn pembimbing yang dcngan sabar mernberi tunjuk ajar. arahan. dan masukan kcpada penulis
hingga tuntas skipsi ini. Hanya Allah SWT saja yang membalas jasa baiknya kepada penulis. 4. Selmuh dosen-dosen Fakultas Syarial1 & Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak lupa juga kepada staf perpustakaan. karyawan-karyawan vang banyak membantu penulis memfasalitasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Teristemewa buat lbunda Siti Mariah Bt Hj Said dan Ayahda Md Yunus B. Hj Hasan, serta seluruh ahli keluarga yang amat dicintai, dan disayangi. Terima kasih banyak atas bantuan kalian terutama dari segi keuangan, dan dukungan kalian tidak dilupakan. Terima kasih juga atas do'a, dan pengorbanan kalian yang tidak terhingga serta sentiasa memberi semangat tanpa jemu hingga penulis dapat_ menyelesaikan pengajian di sini dengan selamat, dan sempurna. Semoga Allab SWT menempatkan kalian ditempat orang-orang yang soleh dan mulia. Tidak ada yang dapat dipersembahkan sebagai balasan. melainkan sebuah kejayaan. 6. Teman-teman sahabat seperjuangan, jutaan terima kasih saya ucapkan karena turut mendoakan kejayaan, memberi parsitipasi, dan semangat kepada saya demi keberhasilan penulisan karya ilmiah ini. Tidak lupa juga kepada Insan yang disayangi Nor Azizal1 Bt Sidiwan karena sentiasa memberi semangat dan dukungan. Semoga da'oku dan do'amu dimakbulkan oleh Yang Maha Kuasa.
7. Teman-teman Malaysia yang berada di Indonesia maupun di Malaysia, dan teman-teman seangkatan 2005/2007 Jurusan Ahwal Sakhsiyyah. Terima kasih atas kebersamaan kalian dalam mcncmani penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Akhir kata semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan masukan yang positif kepada para pembaca. Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis akan mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis amat menyedari bahwa dalam penulisan ini banyak kekurangan, kekhilafan, dan kesalahan, maka kritik, dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan di dalam rangka perbaikan, dan kesempurnaan tulisan ini. Kepada Allah SWT jualah penulis memohon, semoga jasa baik yang telah kalian sumbangkan menjadi amal soleh dan rnendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Amien
Jakarta:
4 Mei 2007M 18 Jamadil Awai 1428H
Penulis
DAFT AR ISI
KATA PENGANTAR ........................................... · · · ..................................... . DAFT AR ISI ...........................................................................·.............................
BABI
iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masai ah ......................................................... .
BAB II
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................
8
C. Tujuan dan Matlamat Penelitian ..............................................
11
D. Metode Penelitian ................................................................. ..
12
E. Sistematika Penulisan ..............................................................
13
MASALAH POLIGAMI DALAM ISLAM A. Pengertian Fiqh ........................................................................
15
B. Pengertian Poligami .................................................................
18
C. Wanita Sebelum Islam.............................................................
20
D. Sejarah Singkat Poligami .........................................................
24
E. Poligami Dalam Islam..............................................................
26
F. Alasan Dan Tujuan Melakukan Poligami ................................
37
BAB III
KEDUDUKAN
POLIGAMI
DALAM
PERUNDANG-
UNDANGAN MALAYSIA A. Kedudukan hukum Islam dalam Pcrundang-undangan
Malaysia ............................. .
BAB IV
························
43
B. Poligami Menurut Pandangan Undang-undang di Malaysia...
48
C. Syarat-syarat Poligami Menurut Undang-undang Selangor ....
51
D. Prosuder Berpoligami Dalam Undang-undang Selangor.........
53
PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................
60
B. Rekomendasi............................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
63
LAMP IRAN-LAMP IRAN
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah s.w.t telah menciptakan makhluk yang ada dalam di alam ini secara berpasang-pasangan siang berpasangan dengan rnalam. terang berpasangan dengan gelap, jantan berpasangan dengan betina dan begitulah seterusnya. Sehingga
tumbuh-tumbuhan
pasangannya.
Kalau
sudah
pun
masing-masing
sampai
gi Ii ran
untuk
mempunyai manusia,
jodoh orang
dan akan
menyebutnya dengan istilah lelaki dan wanita. Melalui pasangan ini, maka berkembanglah manusia dan haiwan yang membentuk sebuah kelompok yang menghuni bumi Allah ini. 1 Menurut Fimrnn Allah s.w.t yang tercatar di dalam alQuran, segala sesuatu yang ada di alam ini dijaclikan berjodohan dan berpasangpasangan. Antara ayat-ayat yang menerangkan masalah ini ialah: J
,,
.-'0
U k:3 ,. ;.s~"~·;\ . ~j ~~tJ1
J
;; J
~
Artinya:
"Maha Suci Tuhan yalig 1elah menciplakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang di!umbuhkan a/eh bwni dan dari diri mereka maupun dari apa yang mereka !idak ke1ahui ". (Yasin I 36 : 36)
1
Muhan1111ad Ali Al Ban·, Hikn1ah Kcjadian Ala111 Setnesra. (l<-uala Lun1pur; Darul Nu'man, 200 I), him. 7
2
Artinya: "'Wal1ai rnanusia, sesungguhnya karni 1ncnci; toka11 k(l!llli ,l,:: i _,1..·nrung /e/aki dan perempuan, dan menjadikan kamu berba11gsa-ha11g111 hc1.111k11-.111ku supaya kamu soling kenal-mengenali". (al-Hujurat 149: 13) 1
,,.
1'~ ,::_ J_) ". 1-:.:. '-1:::.' ;;:i,..( ~ ~J ' , ) ;)')
a
..-o
,,
J,,
0
0
·< '.
cX
,_r.A.J
'
;;i
"'
J
,,.,..
<~1:::. r--~ J...,
;;;;
J
J_,.
,,
,,
jjl '('~'I -"1' 81
<-?,
f"''-!_)
~
""
_J"J
u
}"
1'.'.\G' ~ .r-
;;;
:J.l I L!) (b..~Lli) ~ L! ),Ll <-?fll :JJI l_,i'I) ,G) I~ UG.. _; ~ ~) --
,,.
,,.
,,
J
,,
,,.
,,
(\ : z/,LJ1 ;_;r) ~~ ~ 0\5' Artinya:
"Wahai sekalian manusia, berlakwalah pada TuhanMu yang le/ah menciptakan kamu dari seorang diri (Adcim), dan daripadanya Allah menciplakan islerinya;dan daripadanya Allah memperkembangbiakkan /aki-/aki dan perempuan yang ramai; dan berlakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama Nya kamu sa/ing meminla anlara sa/U sama lain, dan pe/iharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah se/alu menjaga dan mengawasi kamu". ( an-Nisa'/ 4:1)
Semua makhJuk baik bemyawa atau tidak berjodoh, khususnya yang bemyawa cenderung kepada pasangan atau lawan sejenisnya. Jantan cenderung dengan yang betina, begitu jua yang sebaliknya. Sama jua halnya dengan manusia, secara nalurinya lelaki cenderung pada perernpuan dan perempuan akan cenderung pada lelaki. !tu merupakan sunnah Allah (hukum alam) dalam rnengatur kehidupan di dunia ini.
3
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia dan istimewa serta telah dilantik sebagai khalifah sejak mula lagi. Melalui pasangan Adam dan Hawa, maka mula berkembangbiaknya keturunan manusia dibumi ini sehingga hari kiamat. 2 Untuk
memelihara
kesucian
dan
kemulian
manusia, Allah
telah
menetapkan syariat sebagai gans panduan bagi kehidupan dan kemaslahatan hambanya yaitu undang-undang perkawinan atau hukum keluarga atau mu 'amalat
'Aliyah. Perkawinan mernpakan salah satu kaedah bagi pembentukkan keluarga dan untuk melahirkan keturunan. Ia merupakan syariat Allah s.w.t yang disebutkan di ?alam al-Quran dan juga merupakan salah satu daripada sunnah Rasulullah s.a.w.
3
Salah satu bentuk perkawinan yang diatur dalam Islam ialah poligami, ia adalah salah satu bcntuk pcrkawinan yang sangat terkenal scjak zaman jahiliah sehingga kini. Poligami dalam pengertian umum bennaksud seorang lelaki yang mengawini lebih daripada seorang percmpuan tanpa had dan syarat tcrtentu. Tetapi setelah datangnya Islam, maka ajaran ini telah meletakkan had bilangan perempuan yang boleh dikahwini dalam satu masa dan menentukan syarat-syarat kelayakan bagi seseorang yang mahu berpoligami. 4
2
Syahrun Natution, Fiqh Lengkap Perka11·i11a11, (Kuala Lun1pur: Pustaka Syuhada, 1993), cet kc-2, hhn. 3 3 \Valid Muhan1111ad 'Afif, Panduan Dan Ta1a C'ara Lengkap Kelahiran, Pcrnikahan Dan Ken1atia11 Jvfenurut Aturan !slan1, (Kuala Lurnpur: Pustaka Syuhada, 1996), hhn. 78 4 M.Has\vadi, Poliganzi Dalan1 Perspektif !slan1, J\1akalah Jiukun1 Js/an1 Di Indonesia,
(Jaka11a: Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Jakarta,2006), him. 2
4
Poligami sebenamya telah dikenal lama oleh masyarakat manusia, yaitu hubungan dengan perempuan yang boleh digauli dengan jumlah lebih dari satu, misalnya bagaimana yang berlaku pada Nabi Ibrahim AS yang menikah dengan Siti Hajar kerana ingin memiliki keturunan, sementara saat itu Siti Sarah isteri pertama Nabi Ibrahim belum memiliki keturunan. 5 Sejarah mencatatkan poligami bukan hanya monopoli oleh pemeluk suatu agama tertentu, bukan juga hak istimewa suatu bangsa atas ras. Poligami itu sudah ada dikalangan bangsa-bangsa yang hidup pada zaman purba, hampir seluruhnya; dikalangan bangsa Yunani pada masa kejayaan Athena, dikalangan bangsa cina, bangsa India, kerajaan Mesir dan lain-lain. Dan poligami yang diamalkan dikalangan mereka itu tidak terbatas, berapa isteri pun saja boleh. Agama 'Like' dikerajaan Cina umpamanya memperbolehkan poligami sampai 130 (seratus tiga.ruluh) orang isteri; malahan ada salah seorang raja Cina yang mempunyai isteri sebanyak 30.000 (tiga puluh ribu) orang. 6 Hingga kini praktek isteri banyak masih tetap tidak dipandang agama, suku dan bangsa. Islam telah membenarkan poligami bagi laki-laki dan mengharamkannya bagi perempuan. Untuk mengontrol agar tidak berlakunya penyelewengan dan dilakukan dengan sewenang-wenangnya, oleh kerana itu Islam sebagai agama rahmatan Iii 'almin memberi petunjuk yang sesuai dengan kudrat manusia telah
5
l-Iabib Abdurrahn1an assegaff, Poligan1i Dan Kontroversi, /l.1akalah Se1ninar Lintas Agarna, !Jakarta: Fakultas Usuluddin Dan Filsafat UIN Jakarta, 2006), him. I 6 Muhammad Thalib, Tunlunan Poligatni Dan Keutan1aannya, (Bandung: lrsyad Baitus Salam, 200 I) him. 86
5
meletakkan satu gans panduan untuk melayakkan seseorang itu berpoligami. Pengharusan ini sebagaimana yang termaktub dalam al-Quran yang merupakan firman Allah s.w.t:
(i : i./;.L.:J\ o_;y) Artinya:
Kahwinlah wanita-wanita yang kamu senangi; dua, tiga a/au empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil, maka kawinilah seorang sahaja. (Surah an-Nisa'/ 4:3)
Islam membenarkan seorang lelaki mempunyai empat orang isteri dalam satu masa, yaitu satu had bilangan yang mana poligami yang diamalkan sebelum ini tiada batas. ini bertujuan agar praktek poligami berupaya mengendalikan tangunggungjawalJ yang sewajarnya dipikul serta memenuhi beberapa syarat yang telah ditetapkan oleh Islam. Poligami diharuskan dengan syarat seseorang itu yakin untuk berlaku adil terhadap isteri-isterinya yang termasuk di bawah tanggungannya. Jika seseorang itu merasa takut atau tidak dapat berbuat demikian, maka Islam menggalakkannya untuk mengawm1 seorang perempuan sahaja. Oleh kerana poligami ini merupakan salah satu perkawinan yang bcrlangsung d
6
undang-undang yang berkaitan dengan ha! itu, sepertimana yang telah dilakukan di Malaysia, yaitu peruntukan oleh Perlembagaan Malaysia kepada setiap propinsi di bawah Enakmen Undang-undang Keluarga Islam. Ia bertujuan untuk menjaga kemaslahatan
masyarakat dan
secara tidak langsung menjamin hak-hak
kepentingan wanita itu sendiri agar tidak.tertindas yang mungkin disebabkan oleh sikap Jelaki yang berpoligami. Undang-undang juga turut memandang kepada sikap sesetengah mereka yang berpoligami, hanya memandang mudah serta mengabaikan tanggungjawab mereka setelah beristeri lebih daripada seorang, ini dapat dilihat dalam masyarakat disekeliling kita yang mengamalkan poligami, serig kucar kacir rumahtangga mereka. Oleh kerana itu terdapat sesetengahnya telah menyalah anggap poligami yang sebenarnya. Malahan ada yang rnembenci poligami akibat daripada sikap
~nusia
itu sendiri yang menyalah gunakan kelonggaran tersebut,
justru itu mereka tidak bersetuju dengan amalan poligami tersebut dilakukan dan masyarakat memandang serong terhadap mereka. Untuk menghindari dari kesalah paharnan itu, perlu dipelajari metodernetode pahaman Islam yang rasional, metode ini dapat memahami Islam secara benar. Empat cara untuk memaharni metode ini ialah: l. Islam harus dipelajari dari sumbemya yang asli yaitu al-Quran dan as-Sunnah. 2. Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara parsial, artinya ia dipclajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak secara scbahagian sahaja.
7
3. Islam harus dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh ulama besar dan sarjana-saijana Muslim. 4. Islam hendaklah dipelajari dari teori normatif teologi yang ada dalam alQuran dan as-Sunnah baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris dan sosiologi yang ada dalam masyarakat. 7 Rasulullah S.A.W sendiri telah melakukan poligami dan baginda melakukannya dengan sebaik-baiknya. Jika kita lihat, baginda mempunyai alasan atau sebab mengapa baginda yang mulia berpoligami, ia dilakukan bukan mengikut
hawa
nafsu
semata-rnata,
tetapi
mempunyai
kepentingan dan
kemaslahatan. bersama. Sewajamya kita menjadikan Rasulullah S.A. W sebagai contoh dan ikutan yang baik. Setiap muslim harus menyedari bahawa poligami pada hakikatnya merupakan
instit~si
yang pa tut dibanggakan dalam Islam. Inilah jalan keluar yang
ditawarkan Islam untuk menyelesaikan persoalan pelik yang dihadapi oleh seluruh umat di dunia. Persoalan ini memang hanya bisa diselesaikan dengan earn kembali kepada ajaran-ajaran Islam. Poligami mirip dengan pintu darurat dalam pesawat terbang yang hanya bolehdibuka dalam keadaan 'emergency' tertentu. 8 lsu poligami begitu hangat diperkatakan dari dahulu sehingga sekarang. Ramai dikalangan wanita kini telah menyalah anggap terhadap poligami dan kcdapatan sesctengah daripada mereka yang menbenci poligarni dan menolak 7
H. Abudin Nata, Metode Studi !slam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004), Cet ke-9,
hhn. 2 8
l-Iabib Abdurrahn1an Assegaff, Po!iga1ni Dan Kontrovers ... ,Op.Cit, him. 2
8
amalan poligami ini secara total. Ini telah menimbulkan satu kontroversi yang begitu hangat dikalangan masyarakat masa kini. Fenomena ini berlaku adalah disebabkan kurangnya pendedahan dan pemahaman rnercka terhadap korisep sebenar poligami itu sendiri. Masalah ini makin berat apabila kita sering dengar dan lihat pelbagai masalah yang timbul sama ada dari suarni yang tidak boleh berlaku adil, tidak boleh memberi nafkah zahir dan batin terhadap isteri yang terdahulu serta pelbagai masalah yang mendatangkan darar syar 'e kepada isteri-isteri dan anak-anak. Kebelakangan ini masyarakat ini terutama kaum wanita yang mengatakan bahawa seseo.rang yang ingin berpoligami adalah mudah untuk mendapatkan keizinan daripada pihak hakim. Maka dengan itu kajian ini akan menyelesaikan sejauh manakah mudahnya bagi seseorang itu berpoligami berpandukan kepada syariat dan perunlukan Undang-undang Keluarga Islam Negeri Selangor 2003. Oleh karena itu, penulis memilihjudul "Poligami Dalam PerspcktifFiqh Dan Undang-undang Kcluarga Islam Ncgcri Selangor 2003" sebagai judul skripsi bagi memenuhi syarat untuk memperoleh gelar SI.
B. Batasan Masalah dan Pcrumusan Masalah
1. Batasan Masalah Untuk
mempermudahkan
penulisan
dalam
mempermudahkan
pembahasan, penulis perlu kiranya menidentifikasi masalah sehingga jelas masalah yang perlu dibahas. Masalah yang timbul ialah masalah poligami
9
yang sejak kebelakangan ini hangat diperkatakan, terdapat pelbagai pandangan tentang amalan berpoligami. Ada dikalangan mereka yang menentang kerana menganggapnya sebagai kolot dan tidak sesuai dengan perkcmbangan zaman kini. Malah ada yang menyarankan agar poligami itu dimansukhkan secara total, kerana menganggap ia sebagai satu bentuk diskriminasi terhadap pere1i1puan yang didasarkan pada keunggulan jenis kelamin tertentu atas jenis kelamin yang lain. Namun ada juga dikalangan mereka yang menerima dan menganggapnya sebagai satu keperluan dalam menuju ke arah pembinaan masyarakat Islamik. 1. Dalam. masalah ini, penulis membataskan masalah ini dengan masalah
poligami yang berlaku dan aturannya menurut pandangan Islam. Oleh karena itu penulis telah menggariskan beberapa syarat dan peraturan tertcntu,
1~iaka
di sini pcnulis ingin mengupas syarat-syarat yang telah
ditentukan dalam memberikan pemahaman yang jelas kepada masyarakat berdasarkan kepada al-Quran dan as-sunnah. 2. Untuk mengenal pasti masalah yang dibahas, penulis mengenal pasti punca masalah yang menjadi pokok dimana masyarakat di Malaysia klrnsusnya menganggap dalam memperolehi poligami itu mudah, hanya dengan meminta izin hakim. Oleh karena itu. penulis mahu mengungkap dengan mengkaji peruntukan poligami di bawah Undang-undang Keluarga Islam Ncgcri Sclangor 2003. ini bertujuan untuk rncngelakkan daripada
10
berlakunya pelbagai perkara yang tidak diingini kepada pihak isteri dan suarni. 2. Rumusan masalah
Agar tidak adanya pembahasan yang rnelebar sehingga rnenirnbulkan kerancuan dalarn kesalah paharnan dalarn penulisan ini, maka penulis rnerumuskan masalah yang menjadi pokok pernbahasan dalarn penulisan ini sebagai berikut: "Persyaratan-persyaratan poligami
menurut pandangan fiqh dan
Undang-undang Malaysia tidak selalu identik dengan alasan-alasan yang rnendorong seseorang untuk rnelakukan poligarni baik poligarni dalarn perspektif fiqh dan hukum positif, sedang peraturan-peraturan yang perlu untuk berpoligarni rnenurut Perundang-undangan Keluarga Islam Negeri Selangor
2003, '
rnasih
pcrlu
pcnyelusuran,
sesuai
dengan
dinarnika
masyarakat". Rurnusan tersebut di atas diperinci sebagai berikut: a. Apakah yang dirnaksudkan dengan poligarni dan aplikasinya se1ta perspektif rnenurut pandangan fiqh dan Undang-undang Malaysia? b. Apakah alasan yang rnenderong seseorang untuk rnelakukan poligarni? c. Bagairnanakah prosuder serta peraturan-peraturan yang perlu untuk berpoligami rnenurut pandangan Perundang-undangan Keluarga Islam Negeri Selangor 2003?
11
C. Tujuan Penelitian Sebagai penulis tentunya mcmpunya1 tujuan penelitian. Tujuan yang menjadi sasaran bagi penulis adalah: I. Untuk mengetahui tentang poligami. aplikasi dan hukumnya dari sudut pandang Islam. 2. Untuk
mengetahui
alasan
apakah yang
mendorong
seseorang
untuk
melakukan poligami. 3. Untuk mengetahui peraturan-peraturan dan prosuder permohonan untuk berpoligami seperti yang telah diperuntukan oleh syariat dan Akta Undangundang Keluarga Islam Negeri Selangor 2003.
D. Metode Penelitian Penulisan ini berdasarkan bahan yang didapati dari hasil penelitian, '
penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut: Jenis penulisan ialah penelitian historis untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta mensistematikan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperolehi yang kuat. Manakala sifat data yang dibutuhkan dalam penelitian ini ialah data yang bersifat explanatmy
(menerangkan). Penelitian yang bersifat
menerangkan bertujuan menguji hipotesis-hipotesis lentang adanya hubungan sebab dan akibat antara pelbagai variable yang ditcliti.
12
Untuk mendapatkan data, penulis menggunakan cara studi kepustakaan dengan mengambil data-data kualitatif yang bersumber literature yang terkait dengan topik pembahasan, data tersebut dibaca, diseleksi dan analisa dengan menggunakan analisa kualitatif. Bagi mendapatkan data. penulis mengunjungi beberapa perpustakaan temrnsuk perpustakaan Negara di Kuala Lumpur, perpustakaan Universiti Malaya (UM), perpustakaan kecamatan Sabak Bemam Selangor, perpustakaan Mahkamah Tinggi Syariah Selangor, perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan lain-lain perpustakaan. Data yang terkumpul selanjutnya diolah, pertama data diseleksi atas dasar reliabitas dan .validitasnya, data yang rend ah reliabitas dan valiaditas dan yang kurang lcngkap digugurkan atau dilengkapi Selanjutnya
data
yang
lulus
dalam
dengan data yang lainnya.
seleksi
diatur
dalam
tebel
agar
mempermudahkan pengolahan selanjutnya. Selanjutnya dalam menganalisis ' penulis menggunakan analisa non stastik yang scsuai untuk data deskriptif atau tcxtuar. Data deskriptif sering hanya dianalisis mcnurut isinya dan kerana itu ia sebut isi. (content analysis). Sebagai sumbcr pnmrer, penulis meneliti dan mengumpulkan sumber tertulis dari buku-buku untuk mendapatkan data-data yang terhubung dengan penulisan skripsi ini. Melalui pengumpulan data yang diambil dari tulisan tokohtokoh yang diangkat, makalah-makalah, seminar, jurnal dan majalah yang menjadi sumbcr sekunder sebagai pcnunjang penulis.
13
Adapun teknik penulisan, penulis merujuk kepada sistem penulisan skripsi yang terdapat di dalam buku pedoman penulisan skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Sistematika Penulisan Hasil dalam penulisan ini dibagi dalam empat ([V) bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab pertama, penulis mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua, memaparkan tentang landasan hukum Islam yang berkaitan dengan poligami meliputi: pengertian poligami, dalil-dalilnya yang bersumberkan pada al-Quran dan as-Sunnah, hukum poligami, kedudukan wanita sebelum Islam, lintas sejflrah poligami, perkara-perkara yang menyebabkan
te~jadinya
poligami serta tujuan melakukan poligami. Dalam pembahasan bab yang ketiga, penulisan mcndiskripsi kedudukan hukum Islam dalam perundang-undangan Malaysia, syarat-syarat poligami menurut aturan undang-undang, prosuder atau tata earn yang perlu untuk mengajukan pemohonan berkawin lebih dari satu dan juga kasus-kasus poligami yang pemah terjadi di Pengadilan Malaysia dengan melihat pertimbanganpertimbangan hakim dalam memberi keizinan untuk berpoligami. Bab keempat merupakan bab pcnutup yaitu kesimpulan dan saran-saran penulis. Dalam pembahasan ini, penulis mengemukakan satu kesimpulan dari
14
skripsi ini. Selain itu dalam bab ini penulis akan mengungkapkan beberapa saran berdasarkan hasil analisa dari penelitian ini yang diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan sumbangan penulis kepada pihak-pihak tertentu.
BABII MASALAH POLIGAMI DALAM ISLAM
A. Pengcrtian Fiqh Kata "fiqh" secara etimologis berarti "paham yang mendalam··. 13ila "paham" dapat digunakan untuk hal-hal yang bersifat lahiriah. maka fiqh berarti paham yang menyampaikan ilmu zhahir pada ilmu batin, kerana itulah At-Tirmizi menyebut, "fiqh tentang sesuatu" mengetahui batinya sampai kedalamannya. 1 Di dalam Kamus Dewan "fiqh" be1maksud ilmu pengetahuan tentang hukum dalam agama Islam. 2 Kata "faqaha" atau yang berakar kepada kata itu dalam Al-Quran disebut dalam 20 ayat; 19 diantaranya berarti membentuk dari kedalaman paham dan kedalaman ilmu yang menyebabkan dapat diambil manfaat darinya. Ada pendapat yang mengatakan bahawa "fiqh" atau paham tidak sama dengan "ilmu". Meskipun belum menjadi ilmu, adalah pikiran yang baik dari segi kesiapannya menangkap apa yang dituntut. Ilmu adalah dalam bentuk zhanny seperti paham atau fiqh yang merupakan ilmu tentang hukum yang zhanny dalam dirinya. 3 Secara definitif, fiqh berarti "ilmu /entang hukwn-hukum syar'i yang
bersifat amaliayah yang digali dan ditemukan dalil-dalil yang tafsilt'. 4
1
I-1.A.Basiq Djaiil, Pernikahan Lintas Agan1a Da/an1 Perspektif Fiqlz Dan Kon1pilasi Hukun1 Islam, (Jakaraia: Qalbun Salim, 2005) cet ke-1, him. 22 2 Norsesah Baharom, dkk, Kan1us Delvan, (Kuala Lun1pur: De\'•an Bahasa Di:Ul Pu~taka, 2002), eel ke-3. him. 351 'H.A.Basiq Djalil, Pernikaha11 li111as Agama ... ,Loe.Ci!. him. 22 4 Ibid, him. 22
16
Dalam definisi ini, fiqh diibaratkan dengan ilmu kerana fiqh itu semacam ilmu pengetahuan. Memang fiqh itu tidak sama dengan ilmu seperti yang telah disebutkan di alas, fiqh itu bersifat zhanny. Fiqh adalah apa yang dapat dicapai oleh mujtahid dengan zhanny, sedangkah ilmu tidak bersifat zhanny sepcrti fiqh. Namun kerana zhan dalam fiqh ini kuat, maka ia mendekati kepada ilmu; kerana dalam definisi ini ilmu digunakanjuga untuk fiqh.
5
Dalam di atas batasan yang disan1ping menjelaskan hakikat dari fiqh itu, sekaligus juga memisahkan arti kata fiqh itu dari yang bukan fiqh. Penggunaan kata "syar'iyah" atau "syari'ah" dalam definisi tersebut menjelaskan bahawa fiqh itu menyangkut ketentuan yang bersifat syar' i, yang berasal dari kehendak Allah. Kata ini sekaligus menjelaskan bahawa suatu yang bersifat 'aq/i seperti ketentuan bahawa .dua kali dua adalah empat atau bersifat hissi seperti ketentuan bahawa api itu panas bukankah lapangan ilmu fiqh 6 Kata "amaliah" dalam definisi tersebut menjelaskan bahawa fiqh itu hanya menyangkut tindak-tanduk manusia yang bersifat lahiriah. Dengan demikian ha!ha! yang bukan amaliah seperti keyakinan tidak termasuk lingkungan fiqh. Pengunaan kata "digali dan ditemukan" mengandingi arti bahawa fiqh itu basil dari galian dalam penentuan hukum. Kerananya jika bukan dalam bentuk basil galian tidaklah disebut fiqh.
5 6
Ibid, him. 22 Ibid, him. 23
17
Kata "tafsili" di sana menjelaskan tentang dalil yang digunakan seorang faqih. Kerananya ilmu yang diperolehi oleh orang awam dari seorang mujtahid tanpa dalil tidak termasuk dalam pengertian fiqh. Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahawa, ..fiqh itu ada/ah dugaan kuat yang dicapai oleh seorang mujtahid da/am usahanya menemukan hukum Allah". 7
Untuk lebih memperjelas dapat kita angkat lima pokok perbedaan antara syari'at dengan fiqh yakni: 8 I. Syari'at terdapat dalam al-Quran dan kitab-kitab hadits. Kalau kita bicara tentang syari'at yang dimaksud adalah pemahaman manusia, dalam ha! ini adalah ahli hukum Islam (Mujtahid) yang memenuhi syarat-syarat berijtihad. 2. Syari'at bersifat fundamental, mempunyai ruang lingkup lebih luas dari fiqh. Sedang fiqh tiersifat instrumental, lingkupnya terbatas pada apa yang biasanya disebut perbuatan hukum. 3. Syari'at adalah ciptaan Allah dan Rasulnya, kerana itu berlaku abadi. Sedang fiqh adalah karya manusia yang dapat berubah dari masa ke masa atau sesuai dengan zamannya. 4. Syari'at hanya satu, dan fiqh beragam (lebih dari satu), sesuai jumlah aliran hukum yang disebut mazhab.
Ibid, him. 22 'Ibid, him. 31
18
5. Syariat menunjukkan kesatuan dalam Islam. Sedang fiqh menunjukkan keragamannya, sesuai jumlah aliran-aliran hukum atau mazhab-mazhab yang terdapat dalam Islam.
B. Pengertian Poligami
Salah satu bentuk perkawinan yang senng dipcrbincangkan dalam masyarakat muslim adalah poligami. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai poligami, berikut ini akan diperjelaskan dahulu sepintas lalu apakah yang dimaksudkan dengan poligami itu. Menur~t
tinjauan bahasa, poligami (la 'addud az-zaujal = berbilang isteri).
Kata poligami adalah berasal dari bahasa yunani, poly atau polos yang berarti banyak dan gamien atau gamos yang berarti kawin/ perkawinan, jadi secara bahasa poligami berarti suatu perkawinan yang banyak atau suatu perkawinan yang lebih dari seorang, baik pria maupun wanita. 9 Sedang dalam pengertian umum yang berlaku dalam masyarakat kita sekarang ini, poligami diartikan seorang laki-laki yang berkawin dengan banyak wanita. Poligami dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: I. Poliandri, yaitu perkawinan seorang perempuan dengan beberapa orang lakilaki. Poliandri tidak banyak dipraktekkan, hanya dapat ditemukan pada sukusuku tertentu, sepe11i pada suku Tuda dan beberapa suku di Tibet. 10
9
Kafrawi Ridwan (ed), dkk. Dewan Redaksi Ensk/opedia Islam, (Jakarta : PT lchtiar Baru Vanhocvc, 1997), cet. Ke- I 0 him. I 07 10 Musdah Mulia, Pandangan !s/an1 Ten!ang Poliga111i, (Jakarta: Lcrnbaga Kajian Aga1na dan Jender dengan Perserikatan Solidaritas dan The Asia Foundation, 1999), cet. I, him. 2
19
2. Poligini, yaitu perkawinan antara seorang laki-Jaki dengan beberapa oang perempuan. 11 Dan dalam perkembangannya sekarang ini, istilah poligini jarang sekali kita dengar. hahkan bisa dikatakan istilah ini tidak dipakai lagi dikalangan masyarakat. Sehingga istilah poligami secara langsung menggantikan istilah poligini d.t;ngan mengartikan sebagai perkawinan antara seorang laki-laki dengan beberapa orang perempuan disebut dengan poligami, dan kata ini dipergunakan sebagai lawan poliandri. Lawan dari poligami adalah monogami, monogami berasal dari bahasa Yunani, mono yang berarti satu dan gamiem atau gamos yang berarti perkawinan. Jadi monogami adalah satu perkawinan yang hanya memperbolehkan seorang laki-laki mempunyai satu isteri, 12 monogami ini merupakan satu prinsip bahawa suami hanya mcmpunyai atau isteri pada jangka masa tertentu. '
Poligami merupakan sebuah persoalan yang tak pernah sepi dari perdebatan terutama kaum perempuan dalam Islam. Bahkan, dikalangan pengamat luar Islam, menganggap dibolehkannya melakukan poligami ini membuktikan bahawa Islam sangat mengabaikan konsep demokrasi dan hak-hak asasi manusia dalam kehidupan suami isteri. Poligami menurut mereka, mcrupakan salah satu bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan (isteri). 13
11
Kafrnwi Ridwan (ed), dkk. Dewan Redaksi Ensklopedia Islam ... , Op-cit. !hid, hhn. 63 13 Syafiq Hasyin1, ha/-hal Yang Tak Terpikirkan Tentang lsu-isu Kepere111puanan Da/a111 Islam. (Bandung: Mizan, 2001), Cet ke-ll him. 159 12
20
C. Wanita Sebelum Islam Sebelum membahaskan tentang poligami secarn mendalam, adalah lebih baik menjelaskan dahulu tentang kedudukan wanita sebelum ajaran Islam he11arak di humi /lllah ini. lni kerana kebanyakkan golongan yang menolak poligami itu adalah kaum wanita dengan alasan poligami ini merupakan salah satu bentuk pcnindasan terhadap mereka. Sedangkan Islamlah yang mengangkat darjat mereka dari tempat yang menghinakan. Wanita sebelum Islam dalam pandangan masyarakat pada waktu itu sangat menyedihkan, kerana mereka menilai kaum wanita ini laksana barang dagangan, hai1a warisan · dan ada pula yang menilai bahawa wanita manusia laknat, membawa sial dan perendah kedudukan. 14 Bangsa Yunani menilai wanita sangat hina dan sangat rendah, bahkan mereka menganggap wanita najis, kotor dan jelmaan syaitan. Bangsa Yunani juga memandang mereka sama seperti barang dangangan, dimana wanita tersebut boleh diperjualbelikan di pasar-pasar, tidak punya hak apapun, tidak punya hak mengelola harta sendiri, tidak punya hak mewarisi bahkan tidak punya hak atas diri sendiri. 15 Bahkan kaum laki-laki mempunyai kepercayaan wanita adalab sumber segala penyakit dan bencana dan mereka dianggap sebagai makhluk yang paling rendah, sampai kaum laki-laki tidak maim berada disatu meja makan
H
Sufyan Raji .i\bdullah, foligan1i Dan Eksislensinya, (Ja\va Barat: Pustaka al-Riyadh, 2004),
him. 58 I~ //Jfd.,
h!in. 58
21
bersama kaum wanita, lebih-lebih lagi apabila mereka sedang menerima tamu asing, maka wanita tidak ubah seperti budak dan pelayan. 16 Dalam bangsa Romawi pula, mereka menilai wanita adalah sesuatu yang tidak bemyawa. Menurut mereka seorang lelaki boleh menyiksa kaum wanita semaunya yang ada dibawah kekuasaannya, dengan cara menyiram minyak panas dan mengikat pada tiang malah ada yang sanggup mengikat wanita pada seekor kuda dan memecunya dengan cepat sehingga meninggal dengan sangat mengerikan. 17 Begitu jua dengan pelecehan yang lain, kaum wanita hanya dianggap sebagai pemuas nafsu syahw.at laki-laki, kemesuman dan kecabulan merebak di mana-mana, bahkan di panggung teater pun mengalami perubahan drastis, kerana antara materi yang ditampilkannya adalah kontes wanita telanjang. Dikalangan mereka juga terdapat tradisi mandi bersama antara kaum wanita dengan laki-laki dl tern pat umum dan disaksikan olch orang banyak.
18
Begitu juga pandangan masyarakat cina zaman dulu, hanya kaum laki-laki yang memiliki peranan dalam menentukan arah kemana peradaban berjalan. Kaum wanita sama sekali tidak punya hak waris. Begitu pula jika seorang ayah meninggal dunia, tidak ada hak bagi anak perempuan untuk mendapatkan harta warisan. Mereka menganggap kaum wanita ini sebagai makhluk yang rendah
16
Mahmud Mahdi al-Istanbul & Mustafa Abu Nashr Asy-Syilbi, Wanita Te/adan, lsteriisteri, Putri-pulri Dan Sahabot fl'anita Rasulullah, (Bandung: Irsyad Baitus Salam. 2005) Cet ke-10, him. 31 17
Sufyan Raji Abdullah, Poligan1i Dan Eksistensinya .:., OP.Cit .. hln1. 59 " Mahmud Mahdi al-Istanbul & Mustafa Abu Nashr Asy-Syilbi, Wanita Teladan, !steriisteri ... , Op.Cit., hhn. 33
22
yang hanya akan merusak kebahagiaan dan kekayaan. 19 Juga menganggap wanita punca malapetaka rumahtangga dan keluarga, suami berhak membunuh seandainya isteri durjana dengan cara menanamnya hidup-hidup. Bisa diwarisi dan berhak menjual wanita kapan saia. ~o Di India, masyarakat penycmbah sapi sungguh sangat tidak menghargai wanita, mereka melakukan wanita sangat tidak manusiawi, bahkan mereka mengharuskan isteri untuk ikut mati bersama suaminya yang meninggal dunia, lalu dibakar bersama dalam satu tempat pembakaran. Menurut pandangan India kuno, seorang wanita tidak punya hak apapun terhadap bapa kandung, suminya, anak-anak kandungnya, dimana bila meninggal dunia anak-anak mereka tidak di bin dan dibintikan kepada kepada orang tuanya, namun di bin dan dibintikan kepada salah seorang anggota kcluarga suaminya dan tidak marnpu menentukan nasib hidup mere~a sendiri. 21 Bagi masyarakat Persia satu ketika dulu, memandang wanita tidak ubah seperti benda, hewan dan sejeninsya. Seorang anak bisa menikahi ibunya, kakak kandungnya, adik kandung, bibi, tante dan keponakannya jadi tidak ubah seperti embek atau ayam. Seandainya wanita datang haid, mereka dipasung ditempat yang jauh atau dikurung dalam kamar atau dibual tenda khusus dan tidak boleh keluar, yang mendekati mereka hanyalah pelayan yang membawakan makanan
19
Ibid., hlm.36
20
Sufyan Raji Abdullah, Poligami Dan Eksistensinya . .,Loe.Cit., him. 59
21
!bid.. him. 59-60
23
dan minuman. 22 Seandainya dilihat dari sudut undang-undang dan sistem sosial pada zaman itu, undang-undang begitu zalim terhadap nasib wanita dengan menindas hak-hak wanita. mereka memberlakukan hukuman berat terhadap wanita sekalipun dalarn kesalahan yang kecil. Sedangkan kaum laki-laki bebas bergerak tanpa batas, sekiranya terdapat diantara kaum wanita yang mengulangi kesalahannya. maka dia akan di kenakan hukurnan rnati.
23
Yahudi dimasa lalu menil.ai wanita sebagai wanita laknat, kutukan dan sumber kesialan dan malapetaka, kerana menurut mereka gara-gara wanita nabi Adam a.s dikeluarkan oleh Allah dari syurga. Semasa haiclnya pula, mereka dianggap sepe11i najis yang harus dijauhi. Wanita jua diperlakukan seperti yang te1jadi dalam masyarakat Persia clan anak-anak mereka bisa memperjual belikannya. Dan tiada hak rnewarisi harta melainkan sudah ticlak ada sauclara lclaki yang lain~2 ' Kemungkaran dan kemaksiatan terlalu merajalela. Wanita diberikan kebebasan hanya untuk menjadi pelacur. Dalarn mernpraktekkan pelacuran, rnereka rnernbaluti wanita dengan nuansa kesucian dan rnelakukannya di ternpat-tempat ibadah dengan rnengatakan bahawa ha! tersebut dapat mendekatkan diri dengan Tuhan. 25 Kaurn Nashrani tempo
24
atau kekasih yang membawa malapetaka. Pada tahun 586 M orang-orang Prancis menyelenggarakan konfrensi untuk membahas tentang status dan hakikat wanita. Hasil dari perbincangan tersebut mereka dapat satu kesimpulan yang mengatakan wanita itu diciptakan hanya untuk melayani laki-laki. pemuas laki-laki dan pelayan laki-laki dan mempunyai darjat yang lcbih rcndah daripada laki-laki. 26 Bagi masyarakat arab jahiliah pula. wanita tidak bedanya dengan barang dagangan atau harta pusaka, wanita bisa dijual di pasaran global dan wanita juga diwarisi. Wanita tidak punya ak atas harta miliknya sebab dirinya sendiri itu dapat diwarisi dan dijualbelikan. Dikalangan Arab Jahiliah juga berlaku berlaku kebiasaan yang keji dan tidak manusiawi, dimana bila ada bayi lahir perempan, bayi tersebut dibunuh dan bahkan ditanam hidup-hidup. Ada pula yang masih mempertahankan hidup namun disusukan pada orang lain, ibunya tidak mahu menyusukannya · kerana merasa malu dan hina mempunyai anak wanita, dan dikalangan orang'Jaki-laki bila mendengar isterinya melahirkan anak perempuan mukanya langsung muram, merah padam sekalipun ada yang tidak tega membunuhnya. Sungguh tiada nilai wanita dimata bangsa-bangsa Arab Jahiliyah, wanita dipandang lebih mulia daripada untan
D. Scjarah Singkat Poligami Meski banyak kalangan yang menolak poligami, sejarah rnernbuktikan bahawa poligarni sesunggulmya sudah mcmbudaya, bahkan jauh sebelurn
26 27
Sufyan Raji Abdullah, Po/igami Dan EksLwensinya .. ,Op.Cit.. him. 61 Ibid., him 62
25
kedatangan Islam. Bangsa Mesir Purba misalnya, menjalankan poligami seperti ketika zaman Deodor Sesle. Ajaran Zaathrusta Persia menggalakkan Poligami untuk memacu kelahiran generasi laki-laki, yang angka kematiannya sangat tinggi akibat budaya perang. 28 Orang-orang pria Roma seperti dizaman Raja Seila biasa rncngawini lima perempuan sekaligus. Raja pompey dan Caesar diriwayatkan masing-masing mempunyai empay orang isteri. Demikian pula Raja Constantin dan anakanaknya. Bahakan Raja Velentiniasus II mengeluarkan satu undang-undang khusus tentang poligami. Undang-undang yang memperkenankan rakyatnya mengawini beberapa orang wanita jika mahu, ini teijadi pada pertengahan kurun keempat masehi. Namun
pada zaman Justiniasus ada
percobaan untuk
menghapuskan, tetapi gaga!. Poligami juga dilakukan oleh bangsa-bangsa lain purba, di India sepeni Babylonia dan Asyurian. iv1asyarakat Cina pun rnemiliki tradisi beristeri b'1nyak. 29 Kitab taurat mewajibkan poligami dan tidak membataskan hanya empat isteri. Adapun Talmud membatasi jumlah isteri untuk berpoligami sesuai dengan kamampuan suami dalam membiayai isteri-isterinya kelak. Orang-orang Yahudi di Eropa banyak melakukan poligami sejak abad pertengahan hingga kini. Selanjutnya para Nabi pun dikatakan bahawa Nabi Sulaiman mempunyai seratus orang isteri. Nabi Yakub mempunyai empat orang isteri. 30
28
NurbO\\·o, lndahnya Po/iga111i: [>engahunan ke/uarga sakinah Puspo lf"ardoyo, (Jaka11a : Senayan Abadi, 2003), cet II, hlm.2 29 ibid., hhn.2 30 Ibid., hln1.3
26
Begitu jua yang terjadi bagi orang-orang Rusia, Yugoslavia, Jerman, Belgia, Belanda, Denmark, Swedia dan Inggeris semuanya adalah bangsa-bangsa yang melakukan poligami. 31 Di
Jazirah
Arab
sendiri, jauh
sehelum
Islam.
ma" arkat
tel ah
mempraktekkan poligami, malahan poligami yang tak terbatas. Sejumlah riwayat mengatakan bahawa rata-rata pemimpin suku mempunyai ratusan isteri. 32 Dan setelah datang Islam Bangsa arab jahiliyah itu masuk Islam dan mereka harus merelakan untuk meninggalkan sebahagian isterinya, dengan cukup memelihara empat orang isteri saja, sebab sistem poligami yang tidak teratur dan tidak terkendali, tidak manusiawi dan tidak berkeadilan itu direalisasiakan, dimanusiawikan dan dilslamisasikan oleh Islam. Sehingga satu laki-laki tidak boleh berpoligami lebih dari empat orang isteri, sebab Islam tidak menganjurkan dan mensyaratkaQ kecuali terkandung hikmah di dalamnya dan Islam juga tidak melarang melainkan terdapat mudhrat dibalik larangan tersebut.
E. Poligami Dalam Islam Perkawinan yang disyaratkan oleh Islam adalah untuk mencari ketenangan hati, kepuasan jiwa, serta kemantapan hidup dan perasaan. Namun begitu kadangkadang timbul beberapa halangan yang ditimbulkan oleh individu, masyarakat maupun bangsa. Hal yang demikian itu menyebabkan si suami akan merasa sedih 31
li.S.al-I-lamdani, Risa/ah Nikah Hukun1 Perkm . ·i11a11 !slcun, (Jakarta 1989), Cet ke-3, lllm. 79 32 Musdah Mulia, Pandanga11 /s/an1 Tentang Poliga111; ... , Op. Cit., hhn.3
Pustaka A1nani,
27
kerana kemandulan isterinya atau kerana isterinya sering sakit yang berpanjangan. Mungkin juga yang berakibat dari satu bangsa yang ditimpa bencana seperti peperangan yang mengorbankan ramai pemuda-pemuda dan suami-suami, sehingga statistik wanita menunjukkan kelebihan dari jumlah laki-Jaki atau satu masyarakat yang ditimpa gejala keruntuhan moral kerana terdapatnya kalangan Jaki-Jaki yang tidak memadai. 33 1. Dasar Hukum Pada masa pra Islam, masyarakat arab Jahiliyah mengenal beberapa bentuk perkawinan, diantaranya: a.
Perkawinan Istibdha' yaitu perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu isterinya diperintahkan berhubungan dengan lakilaki lain yang dipandang terhormat kerana kebangsawannya, dengan maksud mendapatkan anak yang merniliki sifat-sifat tcrpuji yang dimiliki '
oleh bangsawan. b. Perkawinan al-Maqthu' yaitu perkawinan seorang Jaki-laki dengan ibu tirinya. c.
Perkawinan ar-Rahthun yaitu perkawinan antara sejumlah laki-laki dengan seorang perempuan.
d. Perkawinan Khadan yaitu perkawinan seorang laki-laki dengan seorang . b uny1.. 3·1 perempuan d engan cara sem buny1-sem
33
Ahn1ad Ibrahin1, Undang-undang Keluarga Js/cnn Di Afalaysia. (Kuala Lurnpur: tv1alayan Law Journal Sdn Bhd, I 999), him. 77. 31 ' Musdah Mulia, Pandangan Jslcun J'entang Po!igatni ... ,Op. C'it. hlnl. 32
28
Pada prinsipnya, Islam tidak membenarkan semua bentuk perkawinan yang
di
dalamnya
ditemukan
unsur-unsur
kezaliman,
kekerasan,
ketidakadilan, pelecehan, pemaksaan dan penindasan. Sehingga Islam telah menghapus segala bentuk perkawinan yang disebut di atas. Ketika Islam datang; kebiasaan poligami itu tidak serta me11a dihapuskan. Namun, setelah ayat-ayat yang menyinggung soal poligami diwahyukan. Nabi Muhammad saw lalu melakukan perubahan yang redikal sesuai dengan petunjuk kandungan ayat al-Quran. Firman Allah SWT:
}
,..
,..,.,
~~\ ~ G
,,.,;<
....
o.J
;;:.,,
r
o
o,,.
j\ o~I~ I}~ \f\ ~<-;- 0~ 41 : i/~L.:.J\~, '\\.. /
Al1inya
,..
,,.)
(_ L;'~j o)~j 0
J
I I;; Y...1
:;;,
_,.
';ll v ;~\
"Ban jika kamu tidak dapat berbuat adi! kepada anak-anak (perempuan) yatim, maka kawinilah perempuan-perempuan yang kamu sukai, dua, tiga, atau empat, kemudian jika kamu kuatirkan tidak dapat berbuat adil maka (nikahilah) seorang saja, a1a11 budak-budak yang kamu miliki, yang demikian itu ada/ah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya" (an-Nisa'/ 4: 3)
Dalam tafsir Ahkamul Quran karangan Ibnu Al-'Arabi disebutkan bahawa sebab turun ayat diatas adalah tersebut dalam sebuah hadith yang shahih bahawa Urwah bin Zubair be11anya kepada Aisyah tentang ayat diatas, lalu jawab Aishah: "Yatirn disini maksudnya anak perempuan yatim yang ada di bawah asuhan walinya dan ia punya harta kekayaan bercampur dengan harta kekayaan walinya dan haiia se1ia kecantikannya membuat pengasuh
29
anak yatim ini senang kepadanya lalu ia ingin menjadikan perempuan yatim ini sebagai isterinya, tapi ia tidak mau memberikan mas kawin yang sama diberikan kepada perempuan yang lain (isteri yang lain). Kerana itu pengasuh anak yatim yang sepe11i ini dilarang mengawini mereka, kecuali kalau mau berlaku adil kepada mereka dan mau memberikan mas kawin yang lebih tinggi dari biasanya. Dan kalau tidak dapat berbuat demikian. maka mereka disuruh kawin dengan perempuan-perempuan lain yang disenanginya. 35 Dari ayat diatas dapatlah kita ketahui bahawa Allah SWT tidak melarang poligami, akan tetapi hanya meluruskan dan membatasi poligami yang sudah berkembang dalam masyarakat sebelum Islam datang. Batasan yang diberikan al-Quran mencakupi dua hal: Pe11ama, batasan yang bersifat kuantitatif. yaitu polgami tidak dibcnarkan lebih dari cmpat orang isteri. Batasan kuantitatif menjadi syarat salmya akad nikah. Aninya ' barang siapa yang mengawini seorang \\anita karena untuk dijadikan isteri yang kelima atau keenam dan seterusnya, maka perkawinannya dipandang tidak sah dan mesti difasakh (dirusak). Kedua adalah batasan yang bersifat kualitatif, jelasnya poligami dapat dilakukan dengan catatan berlaku adil (tidak khawatir berbuat zhalim). Batasan kualitatif ini tidak menjadi syarat sahnya perkawinan ('aqd al-nikah). Barangsiapa yang mengawini wanita sebagi isteri kedua, ketiga atau keempat, scdang ia khawatir berlaku dzalim. tetapi pada kenyataanya ia tidak berlaku 35
Abu Bakar Muhan1mad Abdullah Al-Ma'ruf Ibnu Al-Arabi, Ahkaan1u/ Ouran, (BeirutLubnan: Daaru Al-Kutub Al-Jlmiayah, 1998), cet. I, Ji lid I, him. 404.
30
demikian, atau melakukan perbuatan itu, namun ia segera bertaubat dan berbuat adil, maka ia tidaklah berdosa dan Allah akan mengampuni perbuatan tersebut. 36 Dalam ayat yang Jain Allah SWT telah berfirman:
Artinya: "Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara isteriisterimu walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, kerana janganlah kamu terlalu .cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkantung-kantung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah maha pengampun /agi maha penyayang. " (QS. An-Nisa '/ 4: 129) Ayat
i~i
meniadakan kesanggupan berlaku adil kepada sesama isteri,
sedangkan diatas mewajibkan berlaku adil. Kedua ayat ini tidak bertentangan kcrana adil yang dituntut disini adalah adil dalam masalah-masalah lahiriyah yang dapat dikerjakan oleh manusia bukan adil dalam ha! cinta dan kasih sayang, sebab masalah diluar kemampuan seseorang. 37 Ibnu Al-Arabi juga mempunyai pendapat yang sama dengan pendapat diatas bahawa adil yang dimaksudkan dalam ayat 129 surah an-Nisaa'ini
36
Abduttavvab Haikal, Rahasia Perkatt'inan Rasulu/lah SAYV; Poligan1i VS n1onogarni Baral, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, I 993). Cet. I, him 43-44. "Sayyid Saabiq, Fiqhus Sunnah, (Kairo-Mesir: Daar Al-Fathi Lil l'Jlamu Al-'arabi, 1996), jilid JI, him 247.
31
adalah adil dalam ha! cinta dan bersetubuh. Menurutnya adil dan cinta diluar kesanggupan seseorang, sebab hanya ada dalam gengaman Allah yang membolak-balikan menurut kehendak-Nya. Bcgitu jua dengan bersetubuh terkadang ia ghairah dengan yang satunya, tapi tidak begitu ghairah dengan isteri lainnya. Asal saja perbuatan ini
bukan
disengaja,
maka
ia
tidak
berdosa,
sebab
ha!
ini
diluar
kamampuannya. Dari penjelasan diatas dapatlah disimpulkan bahawa seseorang yang akan berpoligami wajib berlaku adil dalam ha! materi dan terns berusaha pula untuk dapat berlaku adil dalam ha! immateri ( cinta dan bersetubuh). Walaupun dalam hal immeteri ini tidak akan bisa diwujudkan, sepe11i yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam surah an-Nisaa' ayat I 29 diatas. namun harus_terus berusaha agar kiranya dapat berlaku adil sebgaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw. Rasulullah saw bersabda: ,.
,,
0
;;;
,,.
J~ .;L._; '." , _, ~ (,,' ~ , - ,, ,,. .Jo! ~ r---) ,,,. ,,
~\
'{_,
J \
dlil
;;:,
,,
I'~ ~I\ ~ l5'"' - ,,
j
,,
,,
0\5'
~ 1::.~ ~ '.>li ~\ 1::~ ~
1..0,
,, ,,.
,,
;;; ,,
~\
,"=t_., J.\J ,JL.JIJ ,tf.io _rllJ ,.:. Jb y.IJ, ..lfi'-\J, ~ 'f'A
38
,,
CJI,; GlS. .
,,_i\ ·
)
J
'.~
v
: J~
,, J
~
J.\ olJJ) : t
(~' ,;,\..;_,_.,\ Lt..o> ·J-w\ J.\J
Muha1n1nad Ibnu All Ibnu Muhan1n1ad Asy-Syaukani, Fa1h11/ Qadir A/-Jaan1i' Baina Fanni Ar-RiH'G_ra1 H'al-Dirooyah A1in At-Taf'iir, (Beirut-Lubnan: Daar Al-Ma'rifat, Juz I, hln1. 666.
32
Artinya: "Dari 'Aisyah ia berkata: Rasulullah selalu membagi giliran diantara isterinya dengan adil, kemudian beliau pernah berdoa; Ya Allah! lni bagianku yang dapat aku kerjakan. Kerana itu janganlah Engkau mencelaku tentang apa yang Engkau kuasai sedang aku tidak menguasainya. " (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Abu Daud, Tirmizi, Nasa 'I, Ibnu Majah dan lbnu Mund::ir. Dan sanad hadith ini shahih). Menurut Abu Daud yang dimaksukkan dengan Engkau kuasai tetapi aku tidak menguasai adalah "hati". Sedangkan menurut Al-Khatthabi, hadits ini menunjukkan sebagai penguat adanya wajib melakukan pembagian kepada isteri-isterinya yang merdeka, dan dimakaruhkan bersifat berat sebelah dalam menggaulinya yang berarti mengurangi haknya. Tetapi bukan terlarang untuk lebih mencintai yang satu dengan yang lainnya, kerana soal cinta ini diluar kesanggupannya. Rasullulah saw bersabda:
J~
~1::G-~
;;;, t.S-f :;. .. ,
J'. jci ,0uf;'.
Artinya: dari Abu Hurairah ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw;
barangsiapa yang mempunyai dua orang isteri, lalu memberatkan salah satzmya, maka ia akan datang dihari kiamat nanti dengan ba/111 yang miring. " (HR. Abu Daud, Tirmizi, Nasa 'I, Jbnu Majjalz)
39
Sayyid Saabiq. Fiqh11s S111111ah .... Op. Cit., him. 247-248
33
Akan tetapi apabila ada diantara para isteri yang membuat nusyuz, maka ha! ini diatur di dalam foman Allah SWT: '
e-":..:11 '
,
'
\~ ~
Artinya:
•
....,_.::;"_
~
1!'
v~
;;,
J
JJ
Q
,,.
-~ ../•_rV>I .../•
I...-'
."
.:J_; l
'
;;, J
v·,.to
}
,,.
J ,
, ,
,
}
" jy-:.; _,k:J L,iA , J
J
Jj~ )
, ,
c}'.>\Jij ... ,
' . "- )Ii , s::.:.:J, r ' . Ii '1\ )~ ~~ Ij"-:' l)' '--' . ("""' , }
~,
;;,
J
J
0
,,.
0"' y.~IJ ,
" ... IVanila-wanila yang kamu khawatirkan nusyuznya,
maka nasehatilah mereka dan pisahkan/ah mereka dari /empal tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menlaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan unluk menyusahkannya. Sesunggulmya Allah Maha Tinggi Lagi Maha Besar. " (QS.AnNisaa' 4:34)
Ketika sang suami khawaiir akan nusyuznya
isteri-isteri yang
dipoligami, bahkan telah jelas nusyuznya isteri, maka hendaklah sang suami menasihati dengan tanpa memukulnya dan tidak mengumpuli tidur. Seperti '
ucapan suami kepada isterinya: "Takutlah engkau kepada Allah dalam kebenaran yang wajib bagimu atasmu, dan ketahuilah sesungguhnya nusyuz itu dapat menggugurkan nafkan dan hak giliran". Bagi sang suami tidak boleh memaki-maki kerana adanya nusyuz, tetapi bagi isteri berhak untuk diberikan pengajaran dari sang suami menurut pendapat yang lebih sah. Dan pihak suami tidak boleh melaporkan kasus isterinya kepada pihak Qadhi. Jika perempuan (isteri) itu menantang sebuah nasehat dan tetap nusyuz maka hcndaknya sang suami tidak berkumpul dengannya.
34
Namun jika isteri masih tetap nusyuz berulang kali, maka hendaknya sang suami memukulnya dalam bentuk memberi pengajaran kepadanya. Bila sang suami mendatang kerusakan alas diri sang isteri, maka wajib baginya untuk bertanggungjawab secant hukum. Nusyuz seorang isteri dapat menyebabkan hilangnya hak dalam mendapatkan giliran dan nafkah dari suaminya.
2. Syarat Poligami Allah SWT membolehkan poligami dengan batas sampai empat orang dan mewajibkan berlaku adil kepada mereka dalam urusan makan, tempat tinggal, pakaian dan lain-lainnya, atau segala yang bersifat kebendaan tanpa membedakan antara isteri yang kaya dengan isteri yang fakir, yang berasal dari keturunan... tinooi vang bawah • bb denoan b .J Orang-orang Islam sepakat bahawa seorang muslim yang merdeka, baligh, berakal, c!fief (menjaga kehomiatan diri), sehat dan tidak mahjur alaih, boleh berkawin dengan secara bcrsamaan dengan empat wanita lagi sehat bukan pezina. Dan tidak halal bagi seorang pun kawin lebih dari empat wanita, tanpa khilaf dari seorang pun dari kalangan ahlul Jslam. 40 Bila suami khawatir berbuat zalim dan tidak akan dapat memenuhi hak-hak mereka scmua, maka diharamkan berpoligami. Bila yang sanggup dipcnuhinya hanya tiga orang istcri. maka haramlah baginya berkawin dengan 40
A. Saha! Machfudz, Ensiklopdia !Jina': Kesepakatan U/an1a' dalan1 Hukun1 !slan1, (Jakarta: IKAPI, 1987), cet. I, him. 481
35
empat orang perempuan. Jika· ia hanya sanggup memenuhi hak dua orang isteri, maka haramlah baginya untuk kawin dengan tiga orang perempuan. Begitu pula kalau dia khawatir akan berbuat zalim kalau mempunyai dua orang isteri, maka haram baginya mclakukannya. 41 Allah SWT berfirman:
?
0
J,,
,.,
,,.
0
,..
0
0,.
"Lll ;.. ~ ~Lb G '~~<;~ _;Qi ~ J
,..
,,_,
,..,<
/OJ
;;;,_,
;;,,,.
0
0
1yL;J ':J\ ;. :.,.,. 0[, ,, ,,
,.
/
0
0
t L;'~) o'.>t)
0,,.
,,
~;, ~~\ ~ G )\ ;;~1; 1)µ ':J\ ;~ 0~ 0
"
;;,
,,.)
,,.
,,
~I : z/"Ulf 1)Y0 'J\ J)\
Artinya: " ... maka kawinlah dengan perempuan-perempuan yang kamu sukai
, dua, tiga atau empal, kemudian jika kamu khawatir tidak dapal berbuat adil maka (nikah/ah) seorang saja, a/au budak-budak yang kamu miliki, yang demikian itu ada/ah lebih dengan tidak berbuat aniaya." (An-Ni.ma' 4: 3) Begitupun dalam kitab Fatwa Qardhawi karangan Dr. Yusuf Al' Qardhawi disebutkan, bahawa syarat utama yang harus dipenuhi dalam berpoligami adalah berbuat adil diantara para isteri, kalau tidak mampu untuk ber!aku adil pada para isteri, maka cukuplah seorang isteri saja. 42 Para Ulama' dan Fuqaha telah menetapkan syarat poligami, yaitu: a. Suami harus memiliki kemampuan dan kekayaan yang cukup untuk membiayai
berbagai
kebutuhan,
dcngan
be11ambahnya
isteri
yang
dinikahi.
41
Sayyid Saabiq. Fiqhus Sunnah, CJp.('11., hlni. 246-247.
42
Yusuf Qardhav,ri, Te1je111ahan lluda Al-ls/arn Fa1a11·a Aiu 'asharah, (Surabaya: Risa!ah
Gusti, 1994), cet. I, him 213.
36
b. Suami harus memperlakukan semua isterinya dengan adil. Setiap isteri dipcrlakukan sama dalam mcmenuhi hak perkawinan mereka serta halehak lainnya. 43 lvlenurut
Kompilasi
Hukum
Islam,
syarat-syarat
yang
harus
diperhatikan dan dilaksanakan untuk melakukan poligami sebagaimana yang tclah tercatat dalam pasal 57 yaitu Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristeri lebih dari seorang apabila: a. Isteri tidak dapat menjalankan kewajipan sebagai isteri. b. lsteri mendapat cacat badan atau penyakit yan tidak dapat disembuhkan. c. lsteri tidak dapat melahirkan keturunan. Di samping syarat-syarat tersebut di atas, maka untuk memperoleh izin Pengadilan Agama harus memenuhi syarat-syarat scbagai berikut: a.
Adanya persctujuan isteri.
b.
Adanya kepastian bahawa suamt mampu menjamin keperluan hidup ' ' ' ' dan ana k·-anak·merek·a. 4'1 1sten-1sten
F. Alasan Dan Tujuan Poligami 1. Alasan Poligami
Dalam
membahas
tentang
alasan
seseorang
untuk melakukan
poligami, maka penulis telah mengutip tinjauan yang telah dibuat oleh Abdul ~:>Abdur Rahrnan, l'erkau·inan da/cun S,ra_ria1 Js/a111, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), cet. I, him. 45
,., H. Abdur Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prcnada Media, 2003), cet. I, hlm.135
37
Wahid Bahron yang menulis tentang alasan-alasan yang mendorong seseorang itu untuk berpoligami seperti berikut: a. Isteri memiliki penyakit Alasan pertama mcngapa suami berp0ligami ialah suami tidak mendapatkan kepuasan dalam perhubungan suami isteri (kelamin). Berlakunya demikian dikarenakan isteri sering
sakit dan tidak dapat
memberikan layanan yang baik dan sewajamya kepada suami. Di samping itu terdapat juga isteri yang telah lanjut us1anya, sedangkan suaminya masih be1ienaga, keadaan demikian menyebabkan si isteri .sudah tidak mempunyai nafsu lagi untuk melakukan hubungan badan sedangkan sebaliknya bcrlaku pada pihak suaminya. keadaan akan bertambah masalah kalau suami mempunyai nafsu yang kuat dan demi menjaga kehormatan dan kcimanan maka poligami merupakan jalan yang 4'
terbaik buat mereka. '
Namun dengan keizinan yang telah diberikan kepada suami untuk berpoligami dengan alasan ini, si suami tidak boleh sampai meninggalkan tanggungjawabnya kepada isteri pe1iama, suami harus menemani isterinya dengan memberikan perhatian agar isteri tidak merasa terabai dan terbeban dengan penyakitnya itu.
45
Abdul Wahid Baharon, Poliganzi t\1enurut Pandangan /sla1n, (Kuala Lumpur: Sabha DPT Services, 1992), him. 4
38
b. Menjaga kehormatan dan menghindarkan kemaksiatan. Oleh karena tidak mendapatkan layanan dari isteri tadi lantaran uzur (sudah tua), maka demi menjaga kehomiatan dan tidak terjerumus ke lembah maksiat adalah lebih baik berpoligami. Narnun begitu terdapat juga suami yang tidak bermasalah dengan isteri yang pertama karena mempunyai hubungan yang mesra dengan suasana suarni yang kuat nafsunya maka untuk menghindari daripada rnelakukan maksiat poligami adalah jalan keluar dari masalah terse but. 46 c. lsteri tidak dapat rnemberikan keturunan. Dalam perkawinan, mendapatkan anak adalah impian bagi semua pasangan suami isteri, namun terdapat juga dikalangan para isteri ada yang tidak bisa melahirkan anak. Jadi untuk mengatasi masalah tersebut mengadakan perbincangan, rnaka diambil kepulusan untuk bcrpoligami. Seandainya isteri tidak setuju untuk membiarkan suarninya berkawin lagi walaupun keadaan dirinya tidak dapat mernbcrikan keturunan dan rnenyarankan agar mengarnbil anak angkat, tetapi demi rnenjaga benih keturunan sendiri akhirnya poligami tetap dilakukan, dengan poligami ini juga dapat membahagiakan hati suami dengan lahimya anak hasil dari ·1 sen d'rn.. 47 be111111ya Sebelum si suarni mengarnbil keputusan untuk berkawin lagi, suam1 isteri sebaiknya melakukan pemeriksaan kesihatan terlcbih
39
adakah benar isteri yang tidak mampu melahirkan anak atau ha! itu terjadi pada suami, ini karena alasan perkawinan tersebut adalah untuk mendapatkan anak, sekiranya suami yang tidak bcrkcmamruan dalam ha! ini, tiada gunanya berkawin lagi. d. Suami isteri tinggal berjauhan. Kondisi seperti sekarang sering berlaku bagi suami yang bekerja berjauhan antara satu sama lain. Kadangkala ada juga dikalangan suami atau isteri yang menyambung pendidikan mereka ke luar negeri dan memerlukan masa yang agak lama, keadaan demikian menyebabkan si suami.merasakan dirinya sangat kesepian dan kesunyian, maka si suami mengambil jalan tengah untuk beristeri lain.
48
Hal ini dapat dikaitkan dengan situasi, dimana para sahabat satu ketika duJu menyertai peperangan dan perjalanan jauh yang mengambil waktu yang lama, mereka melakukan nikah mut'ah sebelum perkawinan tersebut diharamkan. ini membuktikan bahawa permergian yang lama bisa menjadi pendorong seseorang untuk berkawin lagi. e. lngin membantu calon isteri. Ada juga dikalangan mereka yang mengamalkan poligami untuk menolong cal on isteri atau janda yang ditinggal mati oleh suami a tau yang diceraikan suami yang terdahulu. Dan ada juga yang bcrpoligami untuk menolong kaum wanita yang telah 48
Ibid, him 6
lanjut
usranya
tctapi
belum
40
berumahtangga. Jadi melalui pengamalan poligami ini setidaknya dapat menyelesaikan masalah wanita yang telah lanjut usianya yang tidak kawin. 49 Wanita merupakan kaum yang scharusnya dilindungi dan pcrlukan perhatian kerana naluri wanita sangat lernbut dan mudah tersentuh walaupun pada zahirnya kelihatan cekal. Berakar dari itulah maka tcrlintas di dalam hati laki-laki yang peka untuk menjadikan wanita tersebut sebagai
isterinya.
Diharapkan
dengan
perkawinan
tersebut
dapat
meringankan derita yang ditanggungnya. f.
Berkemampuan untuk berpoligami. Terdapat juga mereka yang berpoligami kerana merasakan mereka berkemampuan. Di sarnping itu terdapat juga mercka yang bcrpoligarni rnenganggap bahwa itu adalah jodoh mereka. Tetapi perlu dinyatakan bahwa mereka yang mengamalkan poligami itu bukan semata-mata merasakan apabila rnereka marnpu untuk berpoligami, tetapi pengamalan poligami tersebut juga mempunyai kaitan dengan sebab-sebab seperti yang telah disebutkan sebelum ini. 50
g. Menghindari fitnah masyarakat. Ada juga yang berpoligami untuk mcnghindari diri daripada fitnah masyarakat.
49
50
Ibid, hlni.7 Ibid, him. 7-8
Kebiasaan
perkara
1111
terjadi
apabila
pihak
suamr
41
mengadakan hubungan dengan perempuan lain, maka untuk menghindari dari fitnah semakin menyebar dikalangan masyarakat adalah lebih baik kawin saja dengan pasangan tersebut sekaligus dapat menghindarkan daripada berlakunya maksiat yang kelanjutan. 51
2. Tujuan Poligami
Seorang suami yang melakukan poligami berarti ia telah mempunyai isteri, yang kemudian berkeinginan manambah jumlah isterinya menjadi dua, tiga atau
empat menurnt ajaran Islam dan positif sebagai
batasan
maksimal. 52 secara umum laki-laki yang berpoligami mempunyai tujuan tertentu, sebagai berikut: I. Untuk mendapatkan keturunan, suami menginginkan anak karena diketahui bahawa isterinya tidak dapat memberikan keturunan atau '
melahirkan anak-anaknya dengan menginginkan anak laki-laki karena hanya memiliki anak perempuan saja. 53 2. Hendak melakukan perbuatan yang baik terhadap perempuan yang solehah yang tidak ada yang memeliharanya. Hal ini mungkin karena perempuan itu sudah tua atau kerana ia memelihara anak-anak yatim atau kerana sebab-sebab yang lain. 54
51 52
Ibid, him. 8-9
Bibit Suprapto, Liku-liku Po/igami, (Yogja: Al-Kautsar, 1990), Cet I, Him 171. Amir Ta;iJ Nasulion, Op.Cit.. Him 69. 54 Abdul Halian Abu Syuqah, Kebebasan Wanita, (Jakarta: Gema lnsan Prees. 1999), Ce! kc2, Jilid 5, him. 391 53
42
3. Ingin menambah kesenangan kerana kesehatannya prima dan mampu dari segi ekonominya. 55 4. Untuk Syiar Islam (salah satu unsur dakwah) atau terpeliharanya agama. Dcngan adanya tujuan-tujuan tersebut diatas diharapkan para perempuan bisa menerima dan memahami keinginan suami untuk melakukan poligami, karena di dalam Islam telah diatur· syarat-syarat dan batasan-batasannya. Untuk itu, kiranya diperlukan kesepakatan antara suami isteri, apakah memang isteri membolehkan suami untuk memiliki perempuan lain. Waiau bagaimanapun keham1onian, keutuhan dan ketulusan kasih yang dibentuk oleh kedua belah pihak dalam n1embina sebuah rumahtangga yang bahagia.
55
Ibid., hhn. 393
BAB III KEDUDUKAN POLIGAMI DALAM PERUNDANG-UNDANGAN MALAYSIA
A. Kcdudukan Hukum Islam Dalam Perundangan-undangan Malaysia
Menurut ahli sejarah agama, agama Islam mulai berkembang di Asia Tenggara sejak abad ke-13 dan telah sampai di tanah melayu pada abad ke-14, Islam semakin maju di Melaka dalam pada abad ke-15. Sebelum kedatangan Islam, orang melayu mengikut undang-undang adat yang di pengamhi sedikit sebanyak unsur-unsur Hindu. Setelah raja-raja dan orang melayu memeluk agama Islam, perubahan-perubahan telah dibuat untuk mengubah sesuai dengan adat melayu supaya selaras dengan agama Islam dan seterusnya menggunakan undangundang lslam. 1
'
Undang-undang Islam adalah undang-undang yang menjaga tentang kemaslahatan keluarga, yang dikenal dengan istilah "Undang-undang Keluarga" secara relatifnya agak baru dalam tradisi penulisan undang-undang dan hukum Islam. Dalam penulisan hukum Islam klasik istilah al-huquq al-A 'iliyah yang berarti undang-undang keluarga Islam tidak pernah digunakan. Sebaliknya
' Ahmad Ibrahim & Ahilemah Jone!'!, Sistem Undang-undang di Malaysia, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 2005), Cet ke-3, hlm.49
44
penulisan seperti menggunakan istilah al-Munakahat yang berarti nikah atau pcrkawinan. 2 Bagi sebagian kalangan, undang-undang itu disebut sebagai "Undangundang pcrorangan" (Personal Law) atau dalam bahasa Arabnya "al-Ahwal al-
Syakh.11)yuh ... -' dan oleh sebagian kalangan pula sebagai "Undang-undang Kekeluargaan" (Family Law), atau dalam babasa Arabnya "Qanun al- 'A 'i/at ".
4
Berasaskan kepada undang-undang yang pernah dilaksanakan di Malaysia, hal-hal
kewarisan tidak dimasukan
ke dalam
wewenang undang-undang
kekeluargaan. Dalam kumpulan undang-undang yang terdahulu, sebagaimana undang-undaqg Selangor 1952, hal-hal tentang kewarisan ini diperuntukkan dalam bagian lain daripada bagian yang mernbuat peruntukan lentang hal-hal nikah cerai. Ketentuan-ketentuan tentang wakaf dan nazar dibuat dalam bagian mengenai uang ap1anah, sedangkan kctentuan faraid bagi ahli waris, wasiat dan pemberian hanya diletakkan dibawah ketentuan lenlang wewenang peradilan saja. Dalam Akta Undang-undang Kcluarga Islam Wilayah Persekutuan 1984, undang-undang tentang wakaf, nazar, wasial, pemberian dan sebagainya tidak ada dalam ketenluan. Sebaliknya kelentuan-kelentuan seperti ini hanyalah ada dalam Akta Pentadbiran Undang-undang Islam Wilayah persekutuan 1986 di bawah judul wewenang-wewenang peradilan saja.
hnran Ahu Bakar, I'engantar Undang-undang di Afala; sia. (Sclangor: Books Store 1
Entprisc, l 999). cct hi.:-2, hli11. 113 ~ t'--1uhar11n1ad Yusuf Musa, al-Ah1val al-..~)·akhsiah Fi a/-f-iqh al-Js/anzi, (Kahirah : Dar a!Fikr, 1969), him. 15 4 Ibid, hlm.18
45
Berdasarkan kepada kedudukan tersebut , maka undang-undang keluarga Islam di Malaysia sckarang mempunyai wewenang sebagai berikut : I. Perkawinan yang melingkupi; pertunangan, syarat-syarat sah perkawinan, syarat-syarat yang rnernbolehkan perkawinan itu didaftarkan, mas kahwin, pendatiaran perkawinan dan poligami. 2. Pembubaran
perkawinan yang melingkupi;
percearaian
dengan talak,
perceraraian dengan perintah, perceraian dengan tebus talak, atau khulu ·, perceraian dengan ta· liq, fasakh, anggapan mati, pendaftaran perceraian, rn uf ah/ pem berian sagu hati sesudah bercerai dan harta sepencarian. 3. Nafkah yang melingkupi; nafkah isteri, nafkah anak-anak, nafkah lain-lain, wewenang peradilan dalam membuat perintah naJkah dan nafkah selepas perceraian. 4. Pcnjagaan yang melingkupi; orang-orang yang berhak menjaga anak se11a kelayakan masing-masing, lama waktu penjagaan, perintah penjagaan oleh peradilan, pernecatan penjaga, batas kuasa penjaga, dan wewenang peradilan membatalkan hak penjagaan. 5. Lain-lain ha!, yang melingkupi; pengiktirafan kepada perkawinan yang dilakukan di luar negara atau negeri, penentuan bapak bagi anak yang dilahirkan, masalah isteri yang ditinggalkan langsung oleh suami dan masalah pcrkawinan yang tcrtakluk kepada undang-undang negara asing. 6. Pcnalti-penalti.(sanksi) 5
5
Zuhdi Abdul tv1ajid, Undang-undang Keluarga !slan1, Konsep Dan Perlaksanaannya di Malaysia. (Kuala Lumpur: Karya Abadi, 1986), cct ke-1, him. 51
46
Dengan demikian, sama juga dengan faktor-faktor perundangan yang lain di bawah wewenang peradilan agama, undang-undang keluarga Islam ini mempunyai wewenang yang terbatas mengenai orang dan tempat. Seiring dengan kehendak perkemhan,an negara, undang-undang keluarga Islam di Malaysia hanya mempunyai """enang kc atas orang-orang Islam saja dan yang tinggal atau bennastautin (bernaungJ dalam negeri-negeri berkenaan saja. Dalam Akta Undang-undang Keluarga Islam Wilayah Persekutuan 1984, misalnya;
"Kecua/i sebagaimana diperuntukan dengan nyata selamanya Akta ini terpakai bagi semua orang Islam yang bermastautin dalam Wilayah Persekutuan tetapi tinggal di luar Wilayah Persekutuan." 6 Sehingga tahun 1988, batasan terhadap wewenang ini bukan hanya berlaku terhadap undang-undang keluarga itu sendiri, sebagaimana di atas, tetapi juga di timbulkan oleh ketidaksefahaman antara wewenang peradilan agama dengan wewenang pcradilan urnum. Pada dasarnya. perbedaan antara kcputusan peradilan agama dan peradilan umum maka keputusan peradilan umum akan terpakai. Sesuai dengan ini maka dalam setiap undang-undang administrasi agama Islam di negeri-negeri menjadikan pasal ketentuan seperti itu. Dalam Enakmen 7 Admistrasi Agama Islam dan Adat Resam Melayu Pahang 1982. contohnya ketentuan sepe1ti berikut telah diadakan;
6
Ahrnad lbarahin1. l. 'n./,;n6-un,/ang Js/a111 di Aiahka111ah Syariah, (Perak: Pustaka An-Nur, I 995). Cct ke-3, him. 54 7 Arti Enakn1en ada!ah undang-und~ng yang dibuat oleh Oe\van Negeri dan Negeri-negeri Tanah Melayu sebelun1 111erdeka.
47
"Kecuali sebagaimana yang diperuntukan (ketentuan) dalam enakmen ini, tiada apa-apa pun yang akan melemahkan a/au menyentuh hak-hak dan kuasa/cuasa mahkamah awam (mahkamah umum) " 8 Antara contoh kasus yang telah mendapat keputusan peradilan agama yang dikcsampingkan olch kcputusan pcradilan umum ialah kasus myriam lwn
Ari[(
9
Pertanyaan yang timbul dalam kasus ini adalah mengenai hak penjagaan
kc atas dua orang anak. scorang pcrcmpuan yang berumur lima tahun dan seorang lagi lelaki yang berumur dua tahun. Semasa ibu bapak mereka bercerai, Qadhi telah mencatatkan satu perintah yang berdasarkan kepada persetujuan daripada kedua-dua belah pihak supaya hak penjagaan ke atas anak-anak tersebut diberikan kepada bapak mereka. Kemudian, setelah mantan suami berkawin lain, ibu kepada kedua-dua anak tersebut telah mcmbuat tuntutan kcpada Peradilan Tinggi untuk mendapat hak pcnjagaan ke atas anak-anaknya. 0
Dalam Guardian «f Infants Act 1960, ' yang tcrpakai waktu itu, kcputusan mengenai penjagaan anak mestilah dibuat berasaskan kepada kepentingan dan kebaikan anak-anak itu scndiri. Maka, dengan berasaskan kcpada kehendak undang-undang tersebut, hakim telah memutuskan bahwa hak penjagaan anak lclaki berkenaan diberi kepada ibunya, sementara hak penjagaan ke atas perempuan pula diberikan kepada bapaknya. Dengan keputusan tersebut keputusan qadhi berkenaan telah dikcsampingkan. 8
Ibid., 57
9
Ibid., 58
10
hnran Abu 83kar, Pengan!ar Undang-undang di Malaysia ... , Op.Cit, h!nL 35
48
Waiau bagaimanapun, kedudukan ini telah sedikit sebanyak diperbaharui oleh amendemen baru yang melibatkan perkara 121 Perlembagaan Persekutuan melalui Akta Perlembagaan (amendemen) I 988 (Akta A 704) Perkara 12. 11 Tujuan amendemen tersebut ;,,blah untuk menghindari daripada berlaku perbedaan wewenang antara peradilan agama dengan peradilan umum, selain itu ia bertujuan
untuk meningkatkan lagi taraf peradilan agama. Kesan daripada
amendemen ini peradilan tinggi tidak lagi mempunyai wewenang dalam apa jua ha! yang termasuk dalam wewenang peradilan agama. lni berai1i, peradilan agama telah diberi wewenang penuh untuk memutuskan segala kasus-kasus yang terletak di bawah we\)'enangnya dan peradilan tinggi umum tidak lagi mempunym wewenang untuk menerima pemohonan terhadap keputusan yang telah dibuat oleh peradilan agama dalam kasus-kasus tcrsebut. '
B. Poligami Menurut Pandangan Undang-undang di Malaysia Di bawah undang-undang Islam scorang perempuan yang telah kawin tidak boleh kawin lagi jika perkawinannya masih sah. Dan sekiranya perkawinan itu terputus dengan sebab perceraian atau kematian, perempuan itu hanya boleh kawin setelah habisnya iddah. Sedangkan seorang laki-laki dibenarkan berkawin lebih dari satu isteri sampai empat dengan syarat dia mampu berlaku adil diantara isteri-isterinya. Justru itu Islam scbagai agama yang sempuma telah menggariskan
ll
Laporan Ras1ni Pendebatan Majlis Perundangan, I 1v1ei 1958.
49
jalan keluar yang dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul ini. Poligami adalah solusi, ia bukan satu masalah. Poligami merupakan satu kebutuhan dan tuntutan hidup. la bukan hukurn vang haru diperkenalkan pertama kali oleh Islam. Hanya saja, praktik poligami sebelum Islam bersifat tanpa batas dan tanpa perikcmanusiaan. Islam datang dan menata ulang praktik ini. Jadi, pada hakikatnya poligami harus menjadi kebanggaan dalam Islam. Pasalnya, ia bisa memberi jalan keluar bagi masaslah sosial paling pelik yang dihadapi umat rnanusia di rnuka bumi ini, yang sulit dicari jaln keluar. Meskipun poligami diharuskan ianya perlu pada sekatan-sekatan untuk mengelakkan dari terjadinya penyelewengan dalarn menggunakan hak tcrsebut. Jadi tidak heranlah sekiranya undang-undang mengcnai poligami diluluskan untuk menjaga kcnrnrnian amalan terse but. Enakmcn-enakrnen Administrasi
Undang-undang di
Malaysia telah
ditentukan dalam undang-undang mengenai poligami. Di Kedah, 12 Kelantan 13 dan Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur 14 serta Selangor, 15 tidak ada seorang lakilaki bolch kawin dengan orang lain dalam masa ia masih beristeri yang ada kecuali terlebih dulu mendapat izin secara bertulis dari Pcngadilan Agama, jika dia kawin tanpa izin tersebut maka perkawinan tidak boleh didaftarkan dalam akta
12
E11ak1nen Undang-undang Keluarga lslarn l~!an1 Kc:dah !984.
D
Enakn1en Undang-undang Keluarga ls!arn Kelantan 1983
1
~ Akta Undang-undang Keluarga Islam \Vilayah Pcrsckutuan 1984 15 Enakrnen Undang-undang Keluarga Js!an1 Selangor 1984
50
ini. Pengadilan Agama akan memberi izin jika memenuhi dengan syarat-syarat yang akan dijelaskan di bawah nanti. Di Negeri Sembilan, dimana laki yang hendak kawin diharnskan dengan mengisi formulir yang menyatakan dia tclah kawin atau bdum. Arabila dia sudah berkawin
maka
akan
ada
penyelidikan
yang
dilakukan
sebelum
mengizinkannya. 16 Di Serawak ketentuan seseorang laki-!aki akan dibenarkan kawin lebih dari satu apabila dia boleh membuktika.n bahwa dia mampu menggung nafkah .
• .
•
1sten-1stennya.
17
Di Sabah ketentuan bahwa tidak ada satu perkawinan boleh diakadkan di bawah Enakmen Pentadbiran Undang-undang Islam Sabah jika laki-laki yang ingin kawin itu telah kawin, melainkan mendapat satu persetujuan benulis dari Majlis Agama Islam Sabah, dan kebenaran tersebut hcndaklah disenakan dalam ' acara majlis akad nikab dimana diakadkan. 18 Bagi negeri Pahang pula, ketentuan bahwa seorang laki-laki yang telah mempunyai seorang isteri yang sah dan ingin kawin lagi, hendaklah membuat permohonan kepada qadhi kawasannya untuk mendapat keizinannya dengan
16
Ahn1ad Ibrahi1n, Undang-undang Keluarga Js/a111 Di Afa/ay,Ha.(Kua!a Lurnpur: Malayan Law Journal Sdn Bhd, 1999), cet ke-2, him. 80 17 Ibid., him 81 18 Rafiah Salim, Undang-undang Ke/uarga dan Kebuda.raan Alalaysia, (I(uala-Lurnpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, 1998).,cet ke-3, him. 61
51
menggunakan formulir yang ditentukan dan sekiranya pemohon tidak senang dengan keputusan qadhi dia boleh memohon kepada mufti. 19 Di Johor, di mana laki-laki-laki yang ingin kawin lebih daripada seorang isteri hendaklah membuat permohonan kepada qadhi untuk dipertimbangkan permohonan itu mengikut hukum syara·. 20 Walaupun dapat kita lihat bebernpa batasan dalam bcntuk undang-undang yang telah dibuat untuk membatasi penyelewengan dalam amalan ini, namun ia belum dapat menyelesaikan masalah yang timbul. Sehingga sekarang masih ramat, terutamanya kaum wanita, tidak yakin dengan kemurnian amalan itu kerana penyekwengan tetap berlaku juga dalam kumpulan pengamal poligami yang kecil jumlalmya.
C. Syarat-syarat Poligami Mcnnrut Undang-undang Sclangor '
Dalam amalan berpoligami terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengizinkan seseorang itu berpoligami. Seseorang yang ingin berpoligami terlebih dahulu meminta izin daripada Jabatan Agama Islam di kawasan/ daerah pemohon terlebih dahulu.setelah mendapatkan izin pemohon akan membuat izin tertulis daripada Pengadilan Agama.
19 0 '
ibid.. him 61 Op. Cit.. him 83
52
Tetapi sebelum itu pemohon perlu memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Undang-undang Keluarga Islam Selangor tahun 2003. ia seperti yang terdapat dalam seksyen 5 (a), (b), (c) dan (d) adalah sepe11i herikut: I. Perkawinan yang dicadangkan adalah patut dan perlu Patut dan perlu di sini bermaksud poligami yang dilakukan itu 111empunya1 sebab yang te1tentu sepelti . kemandulan, keuzuran jasmani, yaitu tidak berkemampuan untuk melakukan persetubuhan, sengaja ingkar daripada melakukan pemulihan hak-hak persetubuhan atau gila. 2. Pemohon hendaklah berkemampuan dari segi memberikan tanggungan nafkah Pemohon paruslah mampu untuk menanggung tanggungannya jika ia kawin lagi. lni termasuk tanggungan kepada ibubapa, isteri, anak-anak atau lainnya dan juga calon isteri dan cal on anak-anak yang baru. 3. Mampu memberikan layanan yang adil Pemohon haruslah mampu memberikan layanan yang adil kepada sernua isteri-isterinya sebagairnana yang telah dipersetujui oleh syarak. 4. Tidak rnendatangkan dharar syarie kepada isteri Dengan perkawinan yang baru ini ia tidak akan mendatangkan dharar syarie kepada isteri yang sedia ada atau calon isteri. Misalnya dengan perkawinan tersebut akan membuatkan isteri menjadi gila. Apabila terjadinya ha! ini maka si suami tidak boleh melakukan perkawinan yang baru.
21
~ 1 Scksyen 23, Enak111en Undang-undang Keluarga Jslan1 (/\'egeri Selangot) 2003.
53
Dalam ha! ini, maka hakim selaku orang yang berhak bagi menentukan keputusan atau orang yang berhak memberikan izin berpoligami, dengan kebijakannya akan menilai kondisi isteri atau calon isteri pada waktu pertemuan antara suami dan isteri serta calon isteri dalam persidangan tertutup. Sekiranya hakim lihat isterinya seperti dalam keadaan berputus asa, rnaka perkawinan tersebut tidak diizinkan.
D. Prosuder Berpoligami dalam Undang-_undang
Permohonan poligami harus terlebih dahulu memenuhi beberapa prosuder yang telah ditc;tapkan oleh Jabatan Agama Islam Selangor. Permohonan berpoligarni boleh diajukan ke Pejabat Agarna Islam (KUA) yang daerahnya sesuai clengan tempat tinggal pemohon. Pernohon perlu mengisi formulir 1B bcn'(arna kuning 22 terlebih dahulu yang boleh dipcroleh tanpa biaya dengan rnengisi data-data seperti nama dan segala pengenalan diri serta pendapatan
pemohon,
data-data calon
isteri,
tanggal
dan
tempat
untuk
mclangsungkan akad nikah, data-data pengenalan isteri atau isteri-isteri yang masih ada, jumlah anak, identitas dua orang saksi. Namun, sebelum pemohon membuat permohonan perlu menclapatkan bimbingan dan nasehat dari Jabatan
,.
Agan1a.~-'
22
Borang I B (Permohonan o!eh laki-laki yang beristeri untuk berka\vin)
23
http://www. is lam. gov. rny/portal/pdf/Po Iigarn iPPUU .pd f. h Irn .2-3
54
Setelah mengisi data-data tersebut, pemohon dan 2 orang saksi wajib hadir ke Pejabat Agama Islam untuk membaca ikrar (sumpah) dan menandatangani fomrnlir tersebut sebagai pengakuan yang mengatakan bahwa butir-butir data tcrsebut adalah benar. Kemudian Ketua Pendaftar atau Pendaftar (Sekrctaris) atau Timbalan Pendaftar (Divisi Pendaftaran) Pejabat Agama Islam akan memberi keterangan dan memberi izin untuk berpoligami. Kemudian pihak Pengadilan Agama Islam yang bertanggungjawab memberikan izin kepada pemohon untuk berpoligami. Namun sebelum seseorang itu membuat permohonan dari Pejabat Agama Islam Selangor, haruslah memenuhi syarat-syarat permohonan yang telah tentukan, syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
24
J. Pemohon yang ingin berpoligami tidak diwajibkan mengikuti kursus pm pcrkawinan
(~imbingan
dan nasehat).
2. Formulir IB bese11a senarai semak (prosedur) bisa diperoleh dari Pejabat Agama Islam Daerah (PAID) I Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS). 3. Formulir ini hanya untuk pemohon yang beralamat dalam kad pengenalan (KTP) atau bermastautin (menetap) dalam negeri selangor. 4. Batas minimal bermastautin (menetap) adalah 4 bulan walaupun alamat kad pengenalan (KTP) luar dari negeri Selangor.
2
..i
Pejabat Aga1na Islam Sclangor, larnpiran Senarai Se111ak Po/iga111i.
55
5. Kelayakan bermastautin (menetap) harus disahkan oleh Penghulu/ Ketua Kampung
(RT)/ Pengerusi Jawatankuasa Ketua
Kampung/ Pengerusi
Jawatankuasa Penduduk Taman Perumahan/ Nazir Masjid. 6. Formulir harus diisi 3 bulan sebelum tanggal akad nikah. 7. Dua orang saksi harus mengenali diri pemohon. 8. Pastikan Penolong Pegawai Nikah/ Pendaftar/ Timbalan Pendaftaran telah membuat pengesahan dengan bukti tandatangan, tanggal dan cop rasmi (stemple) di dalam formulir. 9. Setelah sempuma pengesahan Peno long Pendaftar Nikah, Pemohon hendaklah hadir ke Pejabat Agama Islam Daerah (PAID) di mana pemohon bemrnstautin (menetap) untuk mendapatkan dukungan Pendaftar. I 0. Sckiranya pemohon mau menikah diluar daerah I negeri. pemohon harus membuat satu salinan formulir I 13, salinan KIP pemohon dan 2 orang saksi. '
Setelah mengisi formulir yang disediakan beserta dengan surat akuan (surat izin) yang telah ditandatangani oleh pemohon sendiri dan akuan (surat izin) tersebut telah dibacakan di hadapan Pendaftar Agama serta ditandatangani oleh Pendaftar, tanggal dan stample. Maka pemohon harus mengajukan formulir tersebut ke Pcngadilan Agama dengan membawa beberapa dokumcn yang berkaitan, sebagai berikut : 1. !\.ad l'cngcnalan (KIP) pemohon yang asli dan fotocopy/ pasport (jika pemohon adalab warganegara asing).
56
2. Fotocopy Kad Pengenalan (KTP) dua orang saksi/ pasport (jika pemohon adalah warganegara asing) 3. Surat nikah isteri-isteri terdahulu yang asli dan yang difotocopy. 4. Formulir pem1ohonan !B bersama dokumen-dokumen yang asli dan fotocopy. (iika pemohonan nikah di luar daerah/ Negeri) 5. Surat pcngesahan bermastautin (menetap) pemohon daripada penghulu atau Ketua Kampung atau Nazir Masjid atau Pengernsi Jawatankuasa Ketua Kampung atau Pengerusi Jawatankuasa Penduduk Taman Perumahan. (apabila alamat Kad Pengenalan berbeda dengan alamat sekarang) 6. Surat keterangan dari dokter dengan tes darah bahwa bebas dari HIV.
25
7. Bukti slip gaji akhir I akuan sumpah (pendapatan individu tanpa slip gaji). 8. Bukti aktc kclahiran anak. 9. Fee Peradilan..(Biaya perkara). I 0. Surat laporan dari Pejabat Agama.
11. Bagi pcmohon yang barn memeluk agama Islam, harus menunjukkan kad pcrakuan/ Sertifikat memeluk agatna Islam dan telah memperolehi kad pengenalan (KTP) I kad pengenalan sementara bahwa pemohon beragama Islam. 12. Surat kelulusan daripada Pegawai Atase Agama Angkatan Tentera. (jika pcmohon seorang anggota tentera)
25
Pcjnbat Aga1na lslarn Selangor, Lan1pira11 Senarai Setnak Poliga1ni
57
13. Surat kelulusan daripada Polis Diraja Malaysia. (jika pemohon merupakan . ·)26 seorang anggota po I1s1 Formulir pernohonan yang telah diisi perlu adanya alasan-alasan rnengapa perkawinan yang diajukan patut dan perlu, jumlah tanggungan yang ada dan tanggungan ca!on isteri dan izin atau pandangan daripada isteri-isteri yang ada, apakah ada pcrsetujuan atau tidak atas perkawinan yang akan diajukan. Seksyen 23 (I) Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Selangor tel ah menetapkan bahwa seorang lelaki yang ingin kawin lagi perlu untuk memohon keizinan daripada Pengadilan Agama terlebih dahulu. Apabila seorang lelaki berkawin tal'.pa kebenaran/ izin rnaka perkawinan
tersebut tidak boleh
didafiarkan. Apahila permohonan telah diterima oleh pihak Peradilan Agama, pemohon dan
ist~ri-isteri
yang ada akan dipanggil supaya perrnohonan didengar
dan dilakukan dalarn persidangan yang tertutup, sebagaimana yang telah ditentukan dalam Seksyen 23 (4). Setelah rnemenuhi prosuder yang disebutkan diatas, permohonan itu akan dipertirnbangkan dengan melihat kepada empat syarat yang telah dinyatakan di atas tadi. Apabila pengadilan senang walaupun tanpa persetujuan isteri yang sedia ada pennohonan itu akan diluluskan. Bagairnanapun, Peradilan perlu mengikut Seksyen 23 dengan mematuhi senrna syarat dan keperluan dalam seksyen tersebut tanpa mengabaikan salah satu daripadanya. Sckiranya Pengadilan membenarkan poligami tersebut tanpa rnenilai :!o llnp://\V\\'\\·. fn;e\vebs.co111/shachou/pa2es/keluarg;i.htn1 I, him. 2
58
atau berpuas hati dengan semua syarat-syarat dan keperluan yang ditentukan isteri boleh memohon terhadap keputusan Pengadilan dalam tempo 14 hari selepas keputusan dibuat. Kasus yang telah 111en1epskan kepentingan syarat tersebut ialah Aishah lwn !fan Mohd Yusor-'" Jawatankuasa Rayuan telah menolak keputusan Hakim Peradilan Agama Shah Alam. Selangor yang telah memberi izin permohonan berpoligami atas alasan pemohon ada kemampuan nafkah zahir dan batin, serta takut berlaku zina dan maksiat. Isteri telah memohon kepada Jawatankuasa Rayuan yang membenarkan pem10honannya karena Hakim terdahulu tidak langsung mengambil semua syarat di bawah Seksyen 23 (4). Iajuga menyatakan bahawa sebagai seorang Islam suami patut boleh mengawal nafsu dan mengelakkan zina atau perkara maksiat. Suami harus mcmbuktikan bahwa dia memenuhi semua syarat dan keperluan di da!am Seksyen 23. lni telah diputuskan oleh Jawatankuasa Ulang Bicara Sclangor dalam kes Rajamah fwn Abd Wahab, 28 yaitu be ban membuktikan bahwa ia bo!eh mempunyai lebih daripada satu isteri adalah hak atas suami. Oleh kerana suami gaga! membuktikan, kebenaran untuk berpoligami telah dibatalkan. Sekiranya permohonan telah diluluskan, maka acara atau proses pcrkawinan untuk bcrpol igami ini ad al ah sama seperti permohonan akad nikah
~' Ahinad lbrahiin, .Jurna! lfuku111, ('atatan Mengenai Kasus-kasus, (Kuala Lumpur: Bahagian Hal Elma! Islam. Jabatan Perdana Menteri. 1990), him. 152 " Ibid, him. 171
,,
59
dan pendaftaran perkawinan lain dalam Selangor di bawah Enakmen Undangundang Keluarga Islam Negeri Selangor. Demikianlah perjalanan proses yang diperlukan dalam permohonon untuk berpoligami, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas yaitu dengan berrnulanya p.:ngurusan di Pejabat Agama Islam Daerah (KUA) dengan disertakan dokumendokumen dan menepati syarat-syarat permohonan dan akhirnya dokumendokumen tersebut di ajukan ke pihak
Pengadilan Agama Islam untuk
dipertimbangkan sebelum hakim memutuskan. Dan putusan hakim tersebut boleh dimohon ke .lawatankuasa Rayuan seandainya pihak isteri tidak senang dengan putusan tersebut. Keizinan hakim dalam memberikan putusan adalah berdasarkan dcngan kclayakan pcmohon dan merasakan perkawinannya itu patut dan perlu.
BABIV PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas tentang masa!ah po!igami dari fiqh dan dari perpektif Undang-undang negeri Selangor 2003, maka penu!is boleh membuat beberapa kesimpulan berkenaan pembahasan yaitu, I. Poligami menurut pandangan fiqh adalah satu perkawinan yang banyak atau satu perkawinan yang lebih dari seorang dengan batas maksimalnya empat orang isteri. Poligami merupakan pengertian umum, kerana poligami dapat dibagi 2 macam yaitu poliandri dan poligini. Begitu jua poligami dalam pengertian undang-undang. Dalam menyentuh soal persyaratan, fiqh hanya rnem bcri batasan um um sedang undang-undang lebih memperketatkan agar poligami tidak disalah gunakan oleh pihak-pihak yang hanya menurut kernauannya saja tanpa memikirkan tanggungannya. 2. Poligami tidak akan terjadi apabila tiada alasan yang mendorong pelakunya untuk kawin lagi, alasan poligami ialah isteri memiliki penyakit, menjaga kehormatan dan menghindari kemaksiatan, isteri tidak dapat memberi kcturunan, suami isteri tinggal berjauhan, ingin membantu calon isteri, berkemampuan untuk berpoligami dan menghindari fitnah masyarakat. Walaupun poligami diizinkan dengan adanya alasan yang kuat, namun ia tidak
r-n
61
akan
berlaku
sekiranya
persyaratan-persyaratan
tidak
terpenuhi
dan
kemampuanya masih diragui. 3. Undang-undang keluarga Islam telah mengatur tentang poligan1i ini, merupakan lan!!kah awal bagi mengawasi dan menimbangkan kelayakan scscorang yang mahu bcrpol igami, dalam membuat permohonan poligami ini, yang pertamanya harus diajukan ke Jabatan Agama Islam Selangor dan sudah · mendapatkan pengesahan dari Pendaftar di kantor tersebut. Kemudian hams mengajukan perkara tersebut ke Pengadilan Agama, dan Pengadilan Agama akan memutuskan berdasarkan kelayakannya. B. Rekomendasi
Dalam menyingkapi permasalah poligami yang berlaku di Malaysia, penulis mempunyai beberapa pandangan bertujuan membantu masyarakat agar dapat mcnilai Islam itu secara jernih, bukan dcngan pandangan prejudis. Di sini beberapa saran yang ingin penulis titipkan dalam penulisan ini adalah: I.
Mengharapkan masyarakat agar dapat
mengubah cara pandang terhadap
poligami, poligami bukan melemahkan kesatuan Islam dan menghancurkan keluarga Islam, tapi merupakan aturan yang indah bagi mereka yang mampu mcmandang dengan baik. 2. Bagi kaum wanita khususnya, fahamilah Islam dengan benar. Poligami bukan merupakan satu diskriminasi atas kaum wanita, setelah muncul Islam wanita bcrhak at as dirin) a scndiri dam bcrhak atas yang lain.
62
3. Bagi kaum laki-laki yang mahu berpoligami. Pastikan telah menepati kareterikaretaria yang telah ditetapkan dan merasa mampu untuk berlaku adil terhadap semua tanggungannya. Jangan berpoligami hanya untuk kepentingan pribadi dengan mcngabaikan tanggungjawab sebagai ketua keluarga. Kerana poligami ini Jangka diamalkan. janganlah jadikan kelangkaan itu sebagai satu titik kelemahan bagi pihak orentalis untuk merendahkan ajaran Islam yang n1urn1 n1i.
4. Undang-undang Keluarga Islam Selangor, menurut prosuder yang sebenar, begitu rapi dalam memastikan poligami itu hanya bisa bagi mereka yang layak dan telah mencukupi kelayakan sebagaimana yang diatur dalam undangundang. Seharusnya setiap negeri di Malaysia mengamalkan sistem seperti itu. Tidak terlalu sulit namun tidak juga terlalu mudah, kema Islam itu pcrtcngahan.
Semoga dengan adanya undang-undang Islam yang mungkin dilaksanakan di Malaysia akan membawa kernakmuran, pembangunan ruhiyyah dan jasadiyah dari segi pemikiran dan pelaksanaan kepada masyarakatnya sehingga memberi keberuntungan bukan sekadar untuk Negara umat Islam bahkan untuk Negaranegara non muslim yang lainnya. Bahkan ianya adalah satu tunutan untuk menyebarkan agama Islam kepada Negara yang mayoritas penduduknya non muslim. Sebagai Negara yang mayoritas umat Islam disinilah be1mula dimensi baru dalam konstitusi kepada masyarakat dunia.
DAFT AR PUSTAKA
Al-Qur 'an dan te1jemaha1111ya. Jakarta: Department Agama RI, 1994 Abdul Majid, Zuhdi, U11da11g-1111dang Keluarga Islam, Konsep Dan Perlaksanaannya di Malaysia, Kuala Lumpur: Karya Abadi, 1986 Abdulla.fl, Sufyan Raji, Poligami Dan Eksistensinya . .Jawa Barat: Pustaka al-Riyadh, 2004 Abu Bakar, lmran, Penga111ar Undang-undang di Malaysia, Selangor : Books Store Entprise, 1999 Abu Syuqah, Abdul Halian, Kebebasan Wanita, Jakarta: Gema lnsan Prees, 1999 Ahmad Ibrahim & Ahilemah Joned, Sistem Undang-undang di Malaysia, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 2005 Ali Al Barr, Dr. Muhammad, Hikmah Kejadian Alam Semesta, Kuala Lumpur: Darul Nu'man, 2001, Assegaff, Habib Abdurrahman. Poligami Dan Konrro1·ersi, Maka/ah Seminar Lintas Agama, Jakarta: Fakultas Usuluddin Dan Filsafat UIN Jakarta,2006 Baharon, Abdul Wahid, Poligami Menurul Pandangan Islam, Kuala Lumpur: Sabha DPT Services, 1992 Ghazaly, 1-1. Abdur Rahman, Fiqh Munakahar, Jakarta: Prenada Media, 2003 H.S. al-Hamdani, Risa/ah Nikah Hukum Perkawinan Islam, Jakarta : Pustaka Amani, 1989 Haikal, Abduttawab, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW; Po/igami VS monogami Baral, .Jakai1a: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993 Hasyim, Syafiq, hal-ha! Yang Tak Terpikirkan Tentang Isu-isu Keperempuanan Dah1111 Islam. Bandung : Mizan, 2001 lbarahim, Ahmad, Undang-zmdang !slam di Mahkwnah Syariah, Perak: Pustaka AnNur, 1995
64
Ibnu Al-Arabi, Abu Bakar Muhammad Abdullah Al-Ma'ruf, Ahkaamul Quran, Beirut-Lubnan: Daaru Al-Kutub Al-Ilmiayah, 1998 Ibrahim, Ahmad, Jurnal Hukum, Catalan Mengenai Kasus-kasus, Kuala Lumpur: Bahagian Hal Ehwal Islam, Jabatan Perdana Menteri, 1990 Ibrahim, Ahmad, Undang-undang Ke/u(Jrg{/ fsh1111 Di Malaysia, Kuala Lumpur: Malayan Law Journal Sdn Bhd, i 99lJ M.Haswadi, Po!igami Dalam Perspektif !s/(Jm, li1akalah Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Fakultas Syariah Dan Hukum UlN Jakarta,2006 Machfudz, A. Saha!, Ensiklopdia ljma ·: Kesepakatan Ulama' dalam Hukum Islam, Jakarta: IKAPI, 1987 Mahdi, Mahmud, Wanita Teladan, lsteri-isteri, Putri-putri Dan Sahabat Wanita Rasulullah, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2005 Muhammad, Walid 'Af'if, Panduan Dan Tata Cara Lengkap Kelahiran, Pernikahan Dan Kematian Menurut Aturan Islam, Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 1996 Mulia, Musdah, Pandangan Islam Tentang Poligami, Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender dengan Perserikatan Solidaritas dan The Asia Foundation, 1999 ivlusa, Muhammad YusuC al-Alnrnl a/-S)'akhsiah Fi al-Fiqh al-lslami, Kahirah: Dar al-Fikr.1969 ' Nasution, Amir Taat, Rahasia Perkwinan dalam Islam, Tuntunan Keluarga Bahagia, Jakarta: PT Pedoaman llmu Jaya, 1994 Nata, H. Abudin, Metode Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cetakan Kesembilan, 2004 Natution, Syahrun, Fiqh Lengkap Perkawinan, Kuala Lumpur: Pustaka Syuhada, 1993 Nurbowo, lndalmya Poligami: Pengala111a11 ke/uarga sakinah Puspo Wardoyo. Jakarta : Scnayan Abadi, 2003 Qardhawi,Dr. Yusuf, Terjemahan Huda Al-Islam Fatawa Mu'asharah, Surabaya: Risalah Gusti, 1994 Rahman, Abdur, PerkaH•i11a11 dalam S)w·iat Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992
65
Ridwan, Kafrawi, (ed). Et.al, Dewan RedakSi Ensklopedia Islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru Vanhoeve, 1997 Ritonga, Muhamad Suten, Poligami Dari Pelbagai Persepsi, Jakarta: Gema Insan Press, 1996 Saabiq, Sayyid, Fiqhus Sunnah, Kairo-Mesir: Daar Al-Fathi Lil l'llamu Al-'arabi, 1996 Salim, Rafiah, Undang-undang Keluarga dan.Keh11dayam11Walaysio. Kuala-Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1998 Suprapto, Bibit, Liku-liku Poligami, Yogja: Al-Kautsar, 1990 Thalib, Drs Muhammad, Tuntunan Poligami Dan Keutamaannya, Bandung: Irsyad Baitus Salam,200 I
Lampiran Pejabat Agama Islam Selangor, Lampiran Senarai Semak Po/igami
Website http://www.islam.gov.my/portal/pdf/PoligamiPPUU.pdf. http://www.freewebs.com/shachou/pages/keluarga.html.
1.
Narna ............................................................................................... , ........................... ~ ....'........... .
2.
No. Kad Pengenalan ....................................................Warna ............................. :..... :.1••••• ::••••••.••••••••.•• No. Pasport ................................................................... Warganegara ........................'. ... :.·:.'.:.................. . Tarikh Lahir. ........................................................... Bangsa ................................. ;.,;;:: ................ . Alarnat Rumah ........................................................................................................... .-................ .
..................................................................................................................................................... .. . , . ;
'
Alamat Pejabat .................................................................................... ,«, ..•• ,...... :., •..•••..••••...••....•.
Pekerjaan ................................................................ Pendapatan ........................................_......... . Tarikh Muallaf (jika berkenaan) ..................................................... " ..'·'·····: .. : .... ;;c .......... , .... ".;.; ...
3.
~
Saya rnernohon berkahwin dengan .................................. ,................ :.~·.. ::·::~'.i
.. :.~~~ ..~·-~~..... ::·::~:.._~:.'~~'.. :
No. Kad Pengenalan ....... :············ ........................... Warna ...................... ;............. ~.·::·.. :.:: .•• .'~.:: ... . No. Pasport ............................................................ Warganegara ............................................... . Tarikh Lahir ........................................................... Bangsa ........................................................ . Alamat Rumah ........................................................................................................................... . ..................... ....•..• ••·•··· ............ •·······•••· ••. •·•·••••• ............ ·: .. ............... ·•·•••••• ~ •••. ••:,''.i ;··-···:··;····· ··~·········
Alamat Pejabat.. ......................................................................... c........ .L:.;.;;.c ..... ;.; .. ;,;,;.... ..
Tarikh Muallaf (jika berkenaan) ............................................................................................... . 4.
Saya mernohon untuk melangsungkan perkahwinan (akad nikah) ini pada
~
.... :..... :.':......~-.'.... .
di tempat (alamat) .............................................................................................................. .
Kariah Masjid .......................................................... Daerah ......................................................... .
5.
Saya ialah scorang yang masih beristeri. (i) Nama isteri pertama ........................................................................................................ .
No. Kad Pengenalan ........................... ';.,Varna ................Tatikh Lahir .............................. . Bilangan anak ................................................ .
Alamal. ........................................................ . (ii) Nama isteri kedua ............ . No. Kad Pengcna!an
................. Wama.·............... Tarikh Lahir. .............................. .
2 (iii) Nama isteri ketiga ................................................................................................... . No. Kad Pengenalan ........................... Warna ................ Tarikh Lahir............................... . Bilangan anak .............................................................. . Alamat. ................. .
6.
Saksi-saksi saya ialah: (I) Nama ..... .
No. Kad Pengcnalan .................................................... Tarikh Lahir. .. . Alamat (Rumah) ... . Alamat (Pejabat) .................................................................................................. . (2) Nama ..................... . No. Kad Pengcnalan .... : .......... .
...........................T
Alamat (Rumah) ...................................................................................................... . Alamat (Pejabat) .......................................................................................................... . PF.RHATIAN'.
Mcngikut Seksyen 23 (3). pcrmohonan ini hcndaklah disenai dengan sua1u akuan mcnyaiakan al:isan-alasan mengapa perkahwinan yang dicadangkan itu dikatakan pa1u1 dan perlu, pendapatan pemohon pada masa i1u, butir-butir komitmennya dan kc\\'.ajipan dan ianggungan kcwangannya yang patut diten1ukan, bilangan orang tanggungannya, tcrmasuk or
PERAKUAN PEMOHON Saya rncngaku sega13 butir-bu1ir yang terkandung di dalam borang ini ada!ah benar d.an sck1ranya butir-butir itu palsu maka saya melakukan satu kesalahan dan boleh dikenakan hukuman mengikut seksyen 38, Enakrnen Undang-Undang Keluarga Islam, Selangor No. 4 Tahun 1984.
Tarikh H M
Tandatangan!Cap Jori Pemohon
PERAKUAN SAKSI-SAKSI Adalah kami yang menurunkan tandatangan di bawah ini naik saksi bahawa segala butir-butir di atas adalah benar.
Tarikh H M
( 1) Tandalangan!Cap Jari Saksi
3 (Keterangan Ketua Pendaftar atau Pendaftar atau Timbalan Pendaftar atau PenoJong Pendaftar. bagi Kariah Masjidnya atau pihak berkuasa yang sebenar bagi negcrinya jika pihak lelaki adalah bermastautin di Kariah Masjid yang berlainan dari Kariah Masjid pihak perempuan atau di negeri lain). Keterangan yang tercatat oleh pemohon di atas ini adalah benar dan dia adalah seorang yang *beristeri/ sudah bercerai hid up pada ............................................................................................................ . dan tidak rujuk kepadanya dan n1cmpunyai anak seramai .....................orang. Lain-lain
~t"fcrangan:
Tarikh H M
Tandatangan NAMA •••••••••••••••••.••••••••••••••.•••••••.•••••••••••••..•••.••.•••••••••••••••
ALAMAT ...•••....••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••.••••.••...•...•.•
Catalan oleh Pendaftar:
............................................... '
Tarikh M H ..................................... .
Tandatangan Pendaftar
(UNTUK KEGUNAAN RASMI SAHAJA)
Pennohonan diterima pada ................................................................................................................ . Bilangan Perrnohonan .......................................................................... -.......................................... . Catatan Pcndaftar ................................................................................................................................... . Permohonan *
Bilangan Kebenaran Kahwin ........................................................................... .
Tarikh H M
Tandatangan Pendaftar
SENARAI SEJ\t1AK PROSEDUR, DOKUl\tIEN SOKONGAN & SYARAT PERl\10HONAN BERKAHWIN BAGI LELAKI BERISTERI
(PO LI G A..1V1I) WAKTU URUSAN PERi\fGHONAN Nll\.A. IS?-i~~~~ SELft.SA, R/~,suf KHft..flt1iS.
PROSEDlTR
JA1':1 C.30 P,,:C:..G: t-f::'"1-:::GA 12.45
2.DO FIG HiNGi3A 4.00 PTG
I. D..\PATKAi"'l BORANG lB DI JAIS I PAID
· 2,. LENGKAPKAN BORA..NG DAN LAMPIRKAN DOKUMEN SO KONG AN
· '3'. 'DAP ATKAN PENGESAfLi\N DARI PPN (PEN. PEND AFT AR NIK.AH) 4. DAPATK.A...N SOKONGAN BERKA.HWIN DARI PAID (PEJABAT AGA.l\!fA ISLAM PETALING) 5. DAPATKAN KEBENARAN DARl MAHK.A.MAH SYARIAH
DOKUJY1EN SOKONGAN 1. K.l\D PENGENALAN PEMOHON ASAL & SALINAN I PASPORT (Jika
Pemohon Warganegara Asing) 2.SALINAN KAD PENGENAL.AN 2 SAKSIJ PASPORT (JikaPemohon. __·-··Warganegara Asing) 3. SURAT NIK.AH ISTERI ASAL & SALIN AN ... 4.BORANG PERivfOHONAN lB BERSAMA DOKUMEN- DOKUMEN
I" ASAL & SALINAN(Jika Permohorran Nikah Luar Daerah I Negeri /Negara) 5. SURAT PENGESAHAN BERMASTAUTIN PEMOHON DARIPADA PENGHULU/ KETUA KAMPUNG/ NAZIR MASJID/ PENGERUSI JK.KKJ PENGERUSI JAWAT.ANKUASA PENDUDUK TMN PERUMAHAN (Sekiranya Alamat Kad Pengel}alan Berbeza Dengan Alarnat Sekarang)
UJIAN HIV
SYARATPERJ.V.IOHONAN 1. PEMOHON YANG INGIN BERPOL!GAMI D!KECUAL!KAN DARIPADA KURSUS PERK.A..HW!NAN
2. BORANG lB BESERTA SENARAI SEMAK HENDAKLAH D!PEROLEHI DARI PAID I JAIS 3. BO RANG IN1 HA."IYA UNTUK PEMOHON YANG BERA.LAMAI DALAM KA.D PENGENALAN ATAU BERMASTAUT!N DALAM NEGERI SELANGOR 4. KADAR MASTAUTIN ADALAH 4 BULAN WALAUPUN ALAMAT KAD PENG ENALAN LUAR NE GERI SELANGOK :.· .. ·.._ '-:' -·. · ·: · . ~: 5. KELAYAKAN BERMASTAUT!N MESTILAHbii'>'AHKAN OLEH ·. PENGHULU, KETUA KAMP UNG, PENGERUSI JKKK, PENGERUSI JAWATANKUASA PENDUDUK TAMAN PERUMAHAN ATAUNAZIR MASJ!D 6. BO RANG INI HENDAKLAH DIISI .3 BULAN SEBEi:uMTARIKHAKAD. ... . _, -· -- NIK.AH . . . . . ::.:.=-::-:--:::-. . . .. ,. ·.~::-_:~-::-~ . --.. ·-·:-·::_:._.:-.:-_-: : . . c -··:. -~~--: : •• _::_,: • :.-=.:.•:~~-::=~:='_-_::::__ ,_::.-_ ::.:::_:: :_·:_::..._-_· :·:____ ._------~-:"'~ ._ -- - ~ - . . -- ·- _
....
-
_ _,
---····
••
--
"4"
:
--------,------·
, ; . . . · : - . . : : : : : :...
7. TANDATANGAN PEMOHON & SAKS! HENDAKLAH DIBUAT DI HADAPAN PPhl/ PENDAFTAR/ TIMB. PENDAFTAR 8. DUA ORANG SAKSI HENDAKLAH YANG MEN GEN ALI DIRI PEMOHON 9. PASTIKAN PPN /PENDAFTAR/TIMB. PENDAFTAR TELAH . MEMBUATPENGESAHAN DENGANBUKTI TANDAT AN GAN; --- --- · TARIKH DAN COP RASMI DI DALAM BORANG 10. SETELAH SEMPURNA PENGESAHAN PPN, PEMOHON HENDAKLAH HAD IR KE PAID D! MANA PEMOHON BERMASTAUT!N UNTUK MENDAPATKANSOKONGANPENDAFTAR
11. JIKA MORON NIKAH DI LUAR DAERAH I NEGERI, PEMOHON HENDAKLAH MEMBUAT 1 SALINAN BORANG lB, 2 SALINAN KAD PENGENALAN PE!YfOHON DAN 2 OR,l,.NG SAKSI
-ri PERHATIAN: SETIAP DOKUMEN ASAL PERLU D!BA WA BERSAMA
. - -_ ·_::.._--._:_. _-._:._