PERUBAHAN GENBUN ITCHI SEJAK ZAMAN MEIJI HINGGA ZAMAN HEISEI
Oleh : Amaliatun Saleha NIP: 19760609 200312 2 001
JURUSAN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2007
ABSTRAK Setelah zaman Meiji, bahasa Jepang bisa dikatakan mengalami perubahan. Ueno Chizuko menunjukkan perubahan bahasa Jepang, terutama perubahan genbun itchi dalam karya sastra sejak zaman Meiji hingga zaman Heisei, yang dihubungkan dengan gender. Genbun itchi tai adalah gaya bahasa yang menyatukan “gen” (bahasa lisan) dengan “bun” (bahasa tulis), dan hal ini dapat dikatakan sebagai asal dari bentuk bahasa lisan yang digunakan sekarang. Pada zaman Meiji, belum ada penggunaan tanda kutip, serta tidak ada pembedaan antara kata ganti orang pertama tunggal dan jamak, serta pembedaan kata ganti untuk perempuan dan laki-laki. Kemudian seiring pergantian zaman, terjadi perubahan bahasa dalam karya sastra.. Melalui analisis pada karya-karya sastra hingga zaman Heisei, ditemukan bahwa kata ganti orang pertama dibedakan berdasarkan gender, dan penggunaan tanda kutip dalam bahasa lisan lebih bebas, serta perbedaan bahasa remaja perempuan semakin tidak terlihat jelas dengan bahasa laki-laki. Kata kunci: genbun itchi, karya sastra Jepang modern, bahasa perempuan, bahasa lakilaki ABSTRACT After the Meiji era, Japanese language has changing. Ueno Chizuko showed Japanese language change, especially the changes of “genbun itchi” in literature since the Meiji era until the Heisei era, which is connected with gender. “Genbun itchi tai” is a style that unites "gen" (oral language) with "bun" (written language), and this is the origin of spoken language forms used today. In literary works in the Meiji era, there has been no use of quotation marks, and there is no distinction between first person singular and plural, and pronouns distinction for women and men. As the turn of the era, there is a change of Japanese language in literary works . Through the analysis of literary works until the Heisei era, found that first person pronouns are distinguished on the basis of gender, and the use of quotation marks in the spoken language more freely. The differences of the language of women are not apparent with the language of men. Keywords: “genbun itchi”, modern Japanese literature, women's language, the language of men
Perubahan Genbun Itchi sejak Zaman Meiji hingga Zaman Heisei 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kokumin kokka (Nation-state) adalah negara yang dibentuk oleh dan untuk rakyat yang ada di suatu daerah. Kokumin kokka pun dapat dianggap sebagai sebuah ideologi atau pemikiran mengenai negara dan rakyat yang ada di dalamnya. Apabila dilihat dari sejarahnya, kokumin kokka muncul di Eropa pada abad ke-18 hingga abad ke-19 setelah terjadi revolusi rakyat terhadap sistem negara yang terpusat pada raja. (http://ja.wikipedia). Kemudian, dalam buku Imagined Communities, Benedict Anderson mengutarakan teorinya tentang “kokka (negara)”, “kokumin (rakyat) ”, “kokugo (bahasa nasional)” dan hubungannya dengan kesusatraan. Ia berpendapat bahwa dengan kelahiran “kokumin kokka” dan munculnya penerbit serta “kokumin bungaku” maka kesusatraan, khususnya, kesusastraan modern, tidak dianggap sebagai bidang seni saja. Pada masa itu, kesusatraan atau sastrawan dianggap memiliki “prinsip” politik yang sederhana, dan tidak bisa lepas dari bahasa yang memiliki kekuatan “seijisei (nilai politik)” (Budiman, 2006 : 1) Menurut Suga Hidemi, generasi sekarang yang merupakan anak-cucu dari generasi zaman Meiji, hidup dalam ruang yang terbentuk dari revolusi bahasa (zokugo kakumei) zaman Meiji. Menurutnya, generasi masa kini, hidup dengan menggunakan bahasa yang distandarkan sejak tahun Meiji 20- 40-an (Budiman, 2006 : 1) Tetapi menurut Ueno Chizuko, setelah ‘Revolusi Bahasa” zaman Meiji, sebenarnya bahasa Jepang sulit dikatakan tidak berubah. Ia mengutarakan dalam bukunya 『上野千鶴子 が文学を社会学する』、bahwa teori Komori Yoichi dalam buku『文体として物語』 「平成 言文一致体運動」menunjukkan salah satu “revolusi bahasa”, dan dalam buku ini, Ueno membahas mengenai perubahan bahasa Jepang, terutama perubahan genbun itchi (言文一致) dalam karya sastra sejak zaman Meiji hingga zaman Heisei, yang dihubungkan dengan gender. Dalam tulisan singkat ini, saya akan membahas mengenai perubahan genbun itchi yang terdapat dalam buku Ueno Chizuko tersebut. 1.2 Tujuan Pembahasan Adapun tujuan dari pembahasan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pengertian genbun itchi . 2. Mengetahui bagaimana perubahan genbun itchi dalam karya sastra sejak zaman Meiji hingga zaman Heisei, dan menghubungkannya dengan gender 2. Pembahasan 2.1 Pengertian Genbun itchi Secara garis besar, gaya bahasa terbagi menjadi dua, yaitu bahasa tulis (bungo 1
buntai) dan bahasa lisan (kougo buntai). Kemudian muncul gaya bahasa yang disebut genbun itchi tai (言文一致体). Genbun itchi tai adalah gaya bahasa yang menyatukan “gen” (bahasa lisan) dengan “bun” (bahasa tulis), dan hal ini dapat dikatakan sebagai asal dari bentuk bahasa lisan yang digunakan sekarang. (www.tabiken.com/history/doc). Selanjutnya genbun itchi menjadi pembicaraan di kalangan sastrawan. Misalnya dalam buku “Shosetsu Shinzui”, Tsubouchi Shoyo menyebutkan bahwa gaya bahasa yang digunakan oleh Santo Kyozan (1769-1858) dan Ryutei Tanehiko (1783-1842) dalam kuza zoushi mereka, mendekati bahasa lisan (the vernacular). Yang menjadi ciri khas dari mereka adalah mereka menggunakan bahasa lisan Kansai (kamigata). Menurut Suzuki Sadami, yang menjadi perhatian dalam genbun itchi dari novel pada zaman Meiji, bukan gaya bahasa lisannya, tetapi gaya bahasa dasar (ji no buntai). (Suzuki, 2006: 273). Ketika terjadi pencerahan dan westernisasi di Jepang, pada tahun 1865 sampai 1885 muncul Maejima Hisoka dan Fukuzawa Yukichi. Setelah itu, Futabatei Shimei mengutarakan bahwa gaya bahasa dasar (ji no buntai) dari novel adalah berbentuk “da”. Kemudian, Yamada Bimyo mulai menulis novel dengan gaya bahasa genbun itchi berbentuk “desu”. Setelah perang antara Jepang dan Cina, Ozaki Koyo menggunakan gaya bahasa berbentuk ”de aru”, dan muncul shaseibun. Selanjutnya gaya bahasa ini dikembangkan oleh sastrawan aliran shirakaba (www.tabiken.com/history/doc). Genbun itchi pun menjadi perhatian Ueno Chizuko, seorang Profesor bidang sosiologi di Universitas Tokyo. Ia membahas perubahan genbun itchi sejak zaman Meiji hingga zaman Heisei. Tetapi, ia tidak membahas mengenai ji no buntai dari genbun itchi tetapi ia menghubungkannya dengan gender. Genbun itchi dan Gender pada zaman Meiji Yang menjadi “Bahasa Nasional (kokugo)” pada zaman Meiji adalah bahasa buatan (人工的な言語) yang diambil dari ragam bahasa Tokyo khususnya ragam Yamanote. Menurut Kato Shuichi, sebelum adanya cara penulisan seperti sekarang ini, pada masa itu belum ada kutipan dan penggunaan tanda kutip, serta kata ganti orang pertama. Dalam ragam bahasa pada masa itu, tidak ada pembedaan antara kata ganti orang pertama tunggal dan jamak, serta pembedaan kata ganti untuk perempuan dan laki-laki pada masa itu tidak digunakan secara umum. Pada zaman Meiji, baik laki-laki maupun perempuan, ditulis dengan kata “ware”. Hal ini dapat terlihat dari『紫式部日記』hingga『樋口一葉日記』. Penggunaan “wagahai” untuk perempuan dan “ore” untuk laki-laki, hanya digunakan oleh kalangan atas, dan ungkapan “boku” digunakan secara meluas oleh masyarakat biasa. Suga menyebut genbun itchi tai (言文一致体) pada masa Meiji, dengan “Revolusi Bahasa Populer (俗語革命)”. 「言」 dalam「言文一致体」bukan bahasa populer pada zaman Edo, tetapi bahasa populer baru yang terbentuk di kalangan menengah, seperti akhiran “…ワ”. Hal ini diutarakan oleh Futabatei Shimei dalam “Ukigumo”, sebagai pembeda gender, seperti 2
berikut ini. Dan sampai sekarang hal ini masih digunakan. お勢は不思議さおうに文三の容子をながめながら 「親は大切な者・・・親より・・・大切な・・・者・・・親より大切な者は私にもあり ますワ」 文三はうな垂れた頸を振揚げて 「エ、貴嬢にもありますと」 「ハア、ありますワ」
(Budiman,
2006:別紙1)
. Bahasa Lisan pada Masa Sebelum Perang Dunia II Walaupun format bahasa Jepang dianggap tidak berubah sejak Revolusi Bahasa Populer, tetapi terdapat kekhususan dalam novel “modern” pada masa sebelum Perang Dunia II, seperti berikut ini : Novel 『痴人の愛』、谷崎潤一郎(1924-25) Tanizaki dianggap sebagai seorang yang modern pada masa itu. Dalam novel kabaret ini, ia menggambarkan kehidupan pemuda dan wanita modern pada masa itu. Tokoh dalam novel ini adalah ナオミ dan 譲治(じょうじ). Pada akhir kalimat yang diucapkan Naomi, digunakan 「…なの」 「…わ」seperti dalam ragam Yamanote, Tokyo. Jouji yang digambarkan sebagai anak dari pengusaha daerah, menggunakan kata ganti pertama 「 僕 」 yang mencerminkan penggunaan bahasa kota. Mereka berdua menggunakan bahasa buatan (jinkoutekigo). 「ねえ、ナオミや、…お前はどうだかしらないが、僕は到底堪えられないよ、 この項のようなこんな冷ややかな生活には…」 「ではどうしようッて云う積もりなの?」 (Budiman,
2006:別紙 2)
Novel 『卍』、谷崎潤一郎(1928-30) Novel ini adalah novel dengan narator seorang wanita, dan menggunakan ragam Kansai. Tokoh dari novel ini adalah seorang istri kaya yang tinggal di rumah besar di antara Osaka dan Kobe, sehingga dapat dikatakan bahasa yang digunakan tokoh ini sama seperti ragam Yamanote di daerah Kansai. Sebenarnya bahasa Kansai bukan bahasa asing 「外国語」 bagi Tanizaki. Ketika ia membuat novel ini, ia bekerja sama dengan native speaker yang berbahasa Kansai. Tetapi, menurut Kono Chieko, bahasa Kansai yang digunakan Tanizaki kurang tepat, dan kesalahan ini menunjukkan bahwa bahasa Kansai seperti bahasa asing bagi Tanizaki. Sehingga Tanizaki seperti membuat bahasa Jepang buatan, karena bahasa itu sebenarnya tidak ada.
3
〈中略〉でも先生わたしのために大事な時間滅茶々々にしられておしまいに なって、えらい御迷惑でごじますやろなあ。 Seharusnya menurut Kono Chieko : 〈中略〉でも先生の大事なお時間滅茶々々に致しましたりして、えらい御迷 惑なことで…。ほんまに宜しございますのん? (Budiman,
2006:別紙3)
Bahasa Lisan Setelah Perang Dunia II Bahasa Lisan wanita dalam Novel 『斜陽』、太宰治 (1947) Setelah Perang Dunia II, Dazai Osamu adalah salah satu sastrawan yang membuat karya dengan menggunakan bahasa wanita. Novel ini adalah novel yang ditulis dalam bahasa lisan wanita bangsawan pada masa demokrasi setelah Perang Dunia II, ketika derajat kalangan bangsawan turun. Cerita ini terinspirasi dari buku harian seorang wanita bangsawan, yang merupakan penggemar Dazai. Dazai mengunakan gaya 「女装文体(たをやめぶり)」. Karya ini menggambarkan perasaan pada masa kehancuran setelah Perang Dunia II. Penggunaan kata 「お母さま」yang biasa digunakan dalam bahasa wanita Yamanote, terdengar romantis / impractical pada masa gelap setelah Perang Dunia II, baik bagi wanita dan laki-laki. 「ミルクをわかしたから、いらっしゃい」 とお母さまが食堂のほうからお呼びになりました。 「寒いから、うんと熱くしてみたの」 私たちは、食堂で湯気の立っている熱いミルクをいただきながら、先日の 師匠さんの事を話合いました。 「あの方と、私とは、どうだい何も似合いませんでしょう?」 (Budiman,
2006:別紙 4)
Bahasa Wanita dalam 『美徳のよろめき』 、三島由紀夫 (1957)
Gaya bahasa wanita yang digunakan dalam novel ini adalah gaya bahasa kalangan bangsawan dan sangat cantik / rapi. Mishima menggunakan sudut pandang orang ketiga seperti dalam kisah klasik Balzac, Prancis. Novel Mishima lebih tepat disebut sebagai alegori daripada novel. 「それはお忙しいことはわかっていてよ」と節子は言った。 「でも八時のお約 束があれば、どっちみち、今日は 8 時までしかお会いしていられなかったわ けだ。それを言って下さい汐時があったと思うのよ。私が遅れて来て、怒っ ていらしたまぎれに仰言るなんて」 (Budiman,
2006:別紙 5)
4
Kemunculan generasi baru seperti Oe Kenzaburo 大江健三郎 Generasi ini membuat inovasi bahasa setelah Perang Dunia II. Misalnya dalam novel 『奇妙な仕事』 (1957)karya Oe Kenzaburo. Ia menggunakan kata ganti orang pertama yang membedakan gender seperti 「僕」 dan「私」, tetapi ia tidak menggunakan tanda kutip dan kalimat yang digunakan dalam percakapannya sangat simple serta ada campuran dengan bahasa asing. Seperti pelajar perempuan berkata 「ペイがよい」. Ia menggambarkan bagaimana kehidupan baru pada masa itu yang materialistis. Tetapi, apabila dilihat dari bahasanya, tidak ada yang baru. Ia menggunakan gaya bahasa genbun itchi (zokugo kakumei) zaman Meiji setelah Futabatei Shimei. ペイはずいぶん良いわね、と女性学生がいった。 君は引き受けるつもり?と驚いて私大生が訊ねた。 引き受けるわ、私は生物をやっているんだし、動物の死体には慣れてるわ。 (Budiman,
2006:別紙 6)
2.5 Masa antara Perjuangan Mahasiswa setelah Perang Dunia II dan Gerakan Awal Woman Lib Pendidikan pada masa ini sudah menjadi hal yang umum dan terjadi perubahan bahasa yang digunakan pelajar, seperti dalam karya sastra berikut ini : Novel 『されどわれらが日々』、柴田翔(1963) Novel ini menjadi kitab bagi gerakan mahasiswa tahun 1960an. Ia menggunakan gaya bahasa 「全学連」dan menceritakan tentang catatan seorang laki-laki pada masa itu. こうして山の宿にきてから、五日目。一週間の休暇もそろそろ切れようとし ています。一体、何をしに来たのか。そう考えると、ぼくの心は否応なしに、床 の間のボストンバッグに向かいます。その底には、東京を出る前、あちら、こち らの薬屋で買い集めた睡眠薬の箱が数ヶ、入っているはずです。 (Budiman,
2006:別紙 7)
Catatan pribadi『二十歳の原点』、高野悦子、(1971) Tulisan ini menggunakan gaya bahasa 「 全 共 闘 」 tahun 1970an. Takano menceritakan tentang buku harian pelajar wanita. Perbedaan gender dalam karya Shibata dan Takano ini tidak terlihat menyolok. Shibata menggunakan kata “Boku” yang ditulis dengan hiragana, untuk menunjukkan gender laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa pelajar pada masa setelah Perang Dunia II kurang dewasa, karena bahasa yang digunakan seperti anak-anak. Sebaliknya, melalui karya Takano, dapat terlihat bahasa yang digunakan pelajar perempuan pada masa itu dipenuhi kata-kata yang menjadi jargon dalam gerakan mahasiswa 5
seperti ‘kekuasaan’ dan ‘identitas”. Bahasa yang mereka gunakan seperti bahasa laki-laki, seperti 「己れ」dan「考えざるをえない」ketika menceritakan kelemahan dari diri wanita. Catatan pribadi karya Takano, menceritakan kematian dalam gerakan mahasiswa, dan menunjukkan bahwa hal eksklusif berubah menjadi umum. 東大闘争では常に自己の主体性が問われた。立命にその危機が内在する以上(中 略)、己のものとして考えざるを得なかった。しかし、それも疲れてしまった。 弱すぎる。 (中略) 「独りであること」、 「未熱であること」、これが私の二十歳の 原点である。 (Budiman,
2006:別紙 8)
『いのちの女たちへ』、田中美津、(1972) Kelahiran gerakan kebebasan wanita (Woman Lib) membuat perubahan bahasa dari bahasa laki-laki ke bahasa wanita. Gerakan Woman Lib, muncul di Jepang setelah keruntuhan gerakan sayap kiri dan gerakan 「全共闘」(zenkyoutou), pada bulan Oktober 1970. Pada saat itu, para pelaku gerakan sayap kiri yang gagal, kembali kepada kehidupan sehari-hari dan menyoroti perempuan, dan mulailah “Revolusi kecintaan terhadap wanita dan feminisme”. Gaya bahasa pada masa ini, berubah dari gaya bahasa yang romantis (hinichijou) menjadi bahasa sehari-hari (nichijou), dan bahasa laki-laki menjadi bahasa wanita. Hal ini dapat dilihat dalam novel 『いのちの女たちへ』、karya Tanaka Mitsu. Sebagai pengganti “watashi” digunakan “atashi”, lalu penggunaan tanda “?” atau “!” yang mendekati bahasa lisan sehari-hari, dan kutipan tidak dipisahkan dari kalimat narasi. Ini terlihat sebagai genbun itchi yang berbeda. まれにだが講師?の口がかかってくることがあって、このあたしに!にという 半信半疑の気持ちにひかれてでかけてみるが、しかし、大低の場合、およそ無 残な結果に終わる。(中略) (Budiman,
2006:別紙 9)
Walaupun karya ini hanya berbeda satu tahun dari karya Takano Etsuko, tetapi terdapat perbedaan besar di antara keduanya. Dalam karya Takano, gaya bahasa yang digunakan untuk menceritakan kelemahan pelajar perempuan adalah bahasa laki-laki sebagai jargon dari gerakan mahasiswa. Sedangkan Tanaka, menunjukkan kematian bahasa laki-laki dan memunculkan bahasa wanita sebagai bentuk dari gerakan Woman Lib, sehingga dapat dikatakan terdapat gap pada masa “Akhir dari Zenkyoutou” dengan “Awal Woman Lib” di Jepang 2.6 Kebangkitan 「平成言文一致体」 平成言文一致体」 Revolusi bahasa setelah 100 tahun dari revolusi bahasa populer pada masa Meiji, 6
dimulai dari bahasa lisan wanita, yaitu gaya bahasa lisan wanita yang disebut 「女装文体」 (Joso buntai) . “Joso buntai” merupakan gaya bahasa lisan wanita tapi diselimuti oleh gaya bahasa laki-laki. Penulis yang dianggap sebagai pioneer dalam penggunaan gaya bahasa ini adalah Hashimoto Osamu dengan karya serialnya『桃尻娘』. Serial『桃尻娘』、橋本治(1978~) Serial ini, masih menggunakan kata ganti orang pertama wanita dengan kata 「あた し」 atau akhiran 「…わ」 「…よ」sebagai pembeda gender, tetapi bahasa lisan wanita yang digunakan ketika memanggil sahabatnya, banyak menggunakan bahasa populer (hayari kotoba) dan kalimat dengan tempo yang baik, sehingga perbedaan gender tidak terlihat jelas. Pada kenyataannya, memang sejak saat itu, bahasa yang digunakan oleh pelajar wanita ketika berbicara dengan teman akrabnya adalah bahasa yang kasar, seperti laki-laki. 大きな声じゃ言えないけど、あたし、この頃お酒っておいしいなって思うの。 黙っててよ、一応ヤバイんだから。(中略) (Budiman,
2006:別紙 10)
Pembicaraan yang sederhana / tidak penting dan kalimat yang panjang dirasakan sebagai ciri khas dari kelemahan wanita. Tetapi, hal ini tidak terlihat dalam “Momoshiri musume”. Hashimoto, membuat karakter perempuan pelajar SMA pada masa itu, menggunakan kata-kata yang cerdas dan tajam. Kemudian, Hashimoto menulis 『桃尻語訳枕草子』〈1987-95〉. Bahasa yang digunakan dalam karyanya ini, adalah ungkapan remaja perempuan dari kalangan rendah Zaman Heian. Ia menggunakan sudut pandang yang seolah-olah menemukan sesuatu yang baru (hakken), yang dapat membukakan mata. 春って曙よ! だんだん白くなってく山の上の空が少し明るくなって、紫っぽい雲が細くた なびいてんの! (Budiman,
2006:7)
Novel 『むちむち混浴ギャル』、宇野鴻一郎(1993)
Apabila Hashimoto dianggap sebagai pioneer dari gaya bahasa ini, maka karya 宇 野鴻一郎 (Uno Koichiro)『むちむち混浴ギャル』(1993)tidak boleh dilupakan. Ia menggunakan bahasa lisan remaja wanita dalam karyanya dari tahun 1960 hingga 1970an. Tetapi terdapat perbedaan gaya bahasa di antara keduanya. Bahasa wanita yang digunakan Uno, adalah gaya bahasa perempuan, tanpa menggunakan bentuk “た” (たをやめ ぶり) yang sering digunakan bahasa laki-laki. Misalnya untuk mengungkapkan gerakan tubuhnya sendiri, wanita biasanya berkata 「体形がスッキリして、体も、とてもよく動
7
く」Pada kalimat tersebut, terlihat seolah-olah ada mata dari luar yang memandang tubuhnya sendiri. あたし、エアロビクスのインストラクターなんです。 (中略)「一、二、三、四、エイ、エイ、エイ」 と号令をかけながら、飛んだり、跳ねたり、手を突き出したり、するんだけれど。 そのせいか、あたし、体形がスッキリしてて、体も、とてもよく動くんです。 (Budiman,
2006:別紙 11)
2.7 Revolusi unik dari「 「ぼく」 ぼく」 『赤頭巾ちゃん気をつけて』、庄司薫(1969) Sebelum Hashimoto, mungkin Shouji Kaoru dapat dianggap sebagai pioneer dari 「平成言文一致」. Dalam karyanya ini, ia banyak menggunakan hiragana, dan sedikit menggunakan tanda kutip dalam bahasa lisannya. Cara penulisan ini dapat dianggap sebagai hal yang orisinal dan baru pada masa itu. Selain itu, ia menggunakan kata “boku” yang ditulis dengan hiragana, sebagai gaya bahasa Jepang setelah Perang Dunia II. Kemudian, deskripsi/komentar pribadi yang dimasukkan dalam ( ) dianggap sebagai ciri khas dari metateks dari novel modern. Setelah ia memperkenalkan gaya bahasa baru generasi setelah perang, ia tiba-tiba menghilang hingga 10 tahun kemudian tidak berkarya. Mungkin penulisan ‘boku’ dalam hiragana yang meluas di kalangan laki-laki setelah Perang Dunia II, dimulai sejak saat ini. “Boku” yang ditulis kanji yang digunakan Oe Kenzaburo dan digunakan dalam gaya bahasa pada umumnya, memang dianggap segar, tetapi, perubahan 「僕」 menjadi 「ぼく」oleh generasi setelah perang menunjukkan bahwa mereka semakin menunjukkan kepribadiannya. でもぼくは(根が快活な楽天家なのだろうか)、とにかく「いなごの大群」に 腹いっぱい食べさせてやりすごしてしまうともうかなりさっぱりとした(つまり ぼくは、こういう自分に対する悪口を、別に否定するわけじゃないのだ)。 (Budiman,
2006:別紙 12)
『アメリカの影』、加藤典洋(1985) Menurut Kato Norihiko dalam bukunya “Amerika Kage”, penggunaan “boku” yang ditulis hiragana, gaya bahasa yang banyak ditulis dalam hiragana, dan banyak perubahan yang baru, tidak ada hubungannya dengan usaha untuk menunjukkan kepribadiannya, tetapi sesuatu yang disengaja. Dalam bukunya ini, Kato tidak dapat menggunakan gaya bahasa umum seperti para remaja zaman Meiji yang tidak mempertanyakan keberadaaan dirinya. Tetapi, ia tetap menggunakan kata ganti pertama ‘boku’ yang ditulis dalam hiragana, dan perubahan gaya bahasanya belum matang.
8
『なんとなく、クリスタル』、田中康夫 〈1980〉 Novel ni, menggunakan sudut pandang orang pertama perempuan. Walaupun dalam novel ini dipenuhi oleh informasi yang sedang trend dan novelnya dirasakan berbeda, tetapi dianggap agak kuna. Seperti pada zaman ketika CD sudah menjadi trend, ia masih menggambarkan tape recorder. “Individualitas” merupakan ciri khas dari tahun 1980an, ketika terbentuk masyarakat sebagai konsumen tinggi. Tetapi gaya bahasa novel ini terlihat lebih tenang dibandingkan zamannya. Tokoh utama perempuan, menggunakan kata 「私」dan gaya bahasanya netral. Penggunaan kata 「億劫」、 「肝心」yang diucapkan oleh tokoh utama yang sepertinya kurang berpendidikan , terlihat hangat untuk menunjukkan sisi feminin dari penulis. Kemudian, dalam teksnya yang lain, penulisan bahasa lisannya agak aneh, misalnya tokoh laki-laki menyebutkan dirinya 「男の子」 dan 「飽くことなき征服欲」 . Ia juga menggunakan kata 「私」,「僕」、 「君」,「あなた」,「ね」,「わよ」sebagai pembeda gender, dan tanda kutip, tetapi tidak jelas siapa yang berkata dan mulai darimana perkataannya tersebut. Pada dasarnya, kaiwa ini menunjukkan kaiwa yang bersemangat dan 文三 dari『浮 雲』. 「でも、あなたは今、私と浮気をしているじゃない」 「そりゃ、僕は男の子だから、仕方ないよ。飽くことなき征服欲が、あるのだもの」 「随分と、勝手な論理ね」 (Budiman,
『風の歌を聴け』、村上春樹
2006:別紙 13)
〈1979〉
Penggunaan 「僕」、「私」、「君」,「あなた」dan bahasa wanita「よ」,「の」, 「 わ 」 serta pembeda narasi dan bahasa lisan, dalam novel ini terlihat kuna, apabila dibandingkan dengan isi dari percakapan tersebut, sehingga terlihat aneh, ketika pelajar perempuan tahun 1970an menggunakan bahasa wanita seperti ini. 「ねえ、これだけは覚えてといて。確かに私は飲みすぎたし、酔っ払ったわ。 だから何か嫌なことがあったとしても、それは私の責任よ」 彼女はそう言うとヘアブラシの柄で殆ど事務的に何度か手のひらをピシャピ シャと叩いた。僕は黙って話の続きを待った。 (Budiman,
2006:別紙 15)
『トパーズ』、村上龍 〈1988〉 Penggunaan “atashi” sebagai kata ganti orang pertama perempuan, dan penulisan bahasa lisan tanpa tanda kutip, dianggap sama dengan yang digunakan oleh Uno Koichiro. Tokoh utamanya seorang pelacur dan gaya bahasanya sangat seksi. Gaya bahasa ini menunjukkan humor laki-laki 「たをやめぶり」yang hanya dimengerti oleh kalangan tertentu. 9
(中略)わたしよりずっときれいで背も高くてあたしは恥ずかしくなって自 分でも頬が熱くなるのがわかって、ひったくるようにろうそくを取って出て 行こうとすると、何よあんた、ちょっと待ちなさいよ、とベルベットの女が 目を吊り上げてあたしの手をつかんだ。 (Budiman,
『哀愁の町に霧が振るのだ』、
しいな
2006:別紙 16)
まこと
,椎名
,誠(1981-82)
Shiina Makoto adalah salah satu dari penulis Showa dengan gaya bahasa yang ringan. Tetapi, terlepas dari penggunaan gitaigo dalam karyanya yang memberikan kesan ringan, sebenarnya tidak seringan itu. Bahkan gaya bahasanya menggunakan gaya bahasa klasik. 吉野は用心深く身がまえ、じりじりと時田に迫っていった。 「うじえー!」 と、時田が低いくぐもった声を張りあげ、吉野のふところに飛びこんだ。 (中略)「うぐぐぐ」と時田の喉のあたりでいやな音がした。 (Budiman,
2006:別紙 17)
2.8 少女マンガ 少女マンガ dan Transformasi “bahasa perempuan” 『キッチン』、吉本バナナ(1987) Ia adalah penulis wanita yang membuat revolusi terhadap bahasa Jepang. Dikatakan bahwa gaya bahasa Yoshimoto dipengaruhi oleh bahasa komik perempuan. Seperti penggunaan frase pendek seperti 「しかし、」「たまげた。」dan「ものすごい」. でも、その時思いついた「2 度と」のものすごい重さや暗さは忘れがたい迫力 があった。(中略) しかし、気づくとほおに涙が流れてぽろぽろと胸元に落ちているではないか。 たまげた。 (Budiman,
2006:別紙 18)
『ベッドタイムアイズ』、山田詠美(1987) Penulis wanita ini, dipengaruhi pula komik perempuan, tapi berbeda dengan Yoshimoto, yaitu gaya bahasa Jepangnya yang sangat teratur. Walaupun isi ceritanya penuh dengan skandal, tetapi ia menggambarkan dunia cinta yang klasik. Yoshimoto sebagai wakil dari generasi baru, tetapi dunia yang diagmbarkan Yamada mudah dimengerti oleh generasi paruh baya. Yamada menggunakan「性」 sebagai kata ganti dari「愛」, dan ini adalah ciri generasi akhir abad ke-20
10
『なんて素敵にジャパネスク』、氷室冴子(1984-91) Sebelum Yoshimoto, Himuro Saeko sudah terkenal di kalangan remaja umur belasan tahun. Yoshimoto dianggap sebagai 『枕草子』di kalangan perempuan pelajar SMA. 『ちくろ幼稚園』西原理恵子、〈1993〉 Gaya bahasa yang digunakan seperti penulis komik, seperti bahasa lisan wanita 「と ゆう」、 「ゆーだけで」、 「どーして」、 penggunaan katakana seperti「ワケ」、 「ムカツク」 dan bahasa slang seperti 「クソ」 「ちくしょー」. Ia juga menggunakan kata「あたし」dan nama seperti「西原」sebagai kata ganti pertama. Baik laki-laki maupun perempuan, tidak menggunakan nama keluarga seperti「木村」 「山田」. Gaya bahasanya seperti「どーしてく れんだよ」「返せよ」, lebih mendekati bahasa laki-laki. Gaya bahasa「女装」berkembang dari cara penulisan perempuan. 『桜の園』、吉田秋生、〈1994〉 Yoshida menggambarkan bagaimana sebenarnya bahasa perempuan dalam komik perempuan dalam karyanya ini. 「学校にバレんな あの調子じゃ」 「…ったく すぎやまがつっぱるからさあ せっかくあたしが泣いてやったのに あーゆーのはすぐあやまっとけばいーのよ」 (Budiman,
2006:12)
Kalau kata ganti「あたし」dihilangkan, maka kalimatnya seperti bahasa laki-laki. Yoshida juga menggunakan kata “atashi” dan “..noyo” sebagai pembeda gender. Walaupun bahasa yang digunakan oleh remaja perempuan belasan tahun yang dianggap kasar bagi orang dewasa dan pembeda gender tidak jelas, penggunaan “boku” oleh perempuan tetap aneh. Tetapi, mulai saat itu ada kaum laki-laki yang disebut 「ニューハーフ」 menggunakan kata ganti “atashi”. Berikut adalah kutipan dari seorang pelajar perempuan SMP berumur 13 tahun, ketika ia akan bunuh diri karena dikucilkan (ijime) てめえらのそのうざったくこざかしい『いじめ』もなくなるし、そのすさん だカオを見らずにすむ。ただし一ヶ月後、オレの誕生日になる 28 日だ。だが 覚えておけ。 オレはラメエラに殺されたも同じだ。(『朝日新聞』、1995・5・2) (Budiman,
2006:別紙 12)
Melalui kutipan ini, orang mulai menyadari bahwa bahasa Jepang mengalami perubahan. Bahasa remaja perempuan ini benar-benar tidak menggunakan bahasa perempuan. 11
3. Simpulan Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari genbun itchi tai adalah gaya bahasa yang menyatukan “gen” (bahasa lisan) dengan “bun” (bahasa tulis), dan hal ini dapat dikatakan sebagai asal dari bentuk bahasa lisan yang digunakan sekarang Bahasa Jepang yang selama ini dianggap tidak berubah, ternyata berubah. Hal ini dapat kita lihat melalui kutipan-kutipan dari karya sastra tersebut. Pada zaman Heisei iini, genbun itchitai pada zaman Meiji sudah mulai menghilang. Gender berada dalam “Kindai kokugo (Bahasa nasional modern)” . Dalam “Bahasa nasional modern” yang dibentuk oleh laki-laki, dengan bentuk “da” atau “de aru”, terdapat bahasa perempuan sebagai bahasa yang menonjol (shirushi tsuki). Adapun perubahan genbun itchitai dari zaman Meiji hingga zaman Heisei berdasarkan gaya bahasa dalam karya sastra dan dihubungkan dengan gender adalah sebagai berikut : 1. Pada zaman Meiji, yang menjadi bahasa nasional adalah ragam Yamanote, Tokyo yang merupakan 「人工的な言語」. Pada masa itu belum ada kutipan dan penggunaan tanda
kutip, serta kata ganti orang pertama. Selain itu, tidak ada pembedaan antara kata ganti orang pertama tunggal dan jamak, serta pembedaan kata ganti untuk perempuan dan laki-laki tidak digunakan secara umum. Baik laki-laki maupun perempuan, ditulis dengan kata “ware”. Penggunaan “wagahai” untuk perempuan dan “ore” untuk laki-laki, hanya digunakan oleh kalangan atas, dan ungkapan “boku” digunakan secara meluas oleh masyarakat biasa. Genbun itchi tai (言文一致体) pada masa Meiji, disebut dengan “Revolusi Bahasa Populer (俗語革命)”.「言」dalam「言文一致体」bukan bahasa populer pada zaman Edo, tetapi bahasa populer baru yang terbentuk di kalangan menengah, seperti akhiran “…ワ”. 2. Pada zaman sebelum PD II, perempuan menggunakan 「…なの」 「…わ」di akhir kalimat digunakan seperti dalam ragam Yamanote, Tokyo. Laki-laki menggunakan kata ganti pertama 「僕」. 3. Pada zaman setelah PD II, Dazai Osamu dianggap sebagai seorang yang modern, dan ia menggunakan bahasa perepmpuan dan gaya 「女装文体(たをやめぶり)」dalam karyanya. Kemudian Oe Kenzaburo, menggunakan kata ganti orang pertama yang membedakan gender seperti 「僕」 dan「私」, tetapi ia tidak menggunakan tanda kutip dan kalimat yang digunakan dalam percakapannya sangat simple serta ada campuran dengan bahasa asing. 4. Pada tahun 1960an, karya yang mewakili saat itu adalah Shibata Shou. Ia menggunakan gaya bahasa「全学連」, dan ia menggunakan kata 「ぼく」untuk tokoh laki-lakinya. 5.
Pada tahun 1970an, terdapat gerakan「全共闘」melalui karya Takano, dapat terlihat bahasa yang digunakan pelajar perempuan pada masa itu dipenuhi kata-kata yang menjadi jargon dalam gerakan mahasiswa seperti ‘kekuasaan’ dan ‘identitas”. Bahasa yang mereka 12
gunakan seperti bahasa laki-laki, seperti 「己れ」dan「考えざるをえない」. Setelah keruntuhan gerakan tersebut, pada bulan Oktober 1970, muncul gerakan (Woman Lib) yang membuat perubahan bahasa dari bahasa laki-laki ke bahasa wanita. Gaya bahasa pada masa ini, berubah dari gaya bahasa yang romantis (hinichijou) menjadi bahasa sehari-hari (nichijou). Hal ini dapat dilihat dalam novel 『いのちの女たちへ』、karya Tanaka Mitsu. Seperti, “watashi” diganti “atashi”, lalu penggunaan tanda “?” atau “!” yang mendekati bahasa lisan sehari-hari, dan kutipan tidak dipisahkan dari kalimat narasi. Ini terlihat sebagai genbun itchi yang berbeda. 6.
Heisei genbun itchi, dimulai dari bahasa lisan wanita, yaitu 「女装文体」(Joso buntai) . “Joso buntai” pada masa ini merupakan gaya bahasa laki-laki lisan wanita tapi diselimuti oleh gaya bahasa laki-laki. Penulis yang dianggap sebagai pioneer dalam penggunaan gaya bahasa ini adalah Hashimoto Osamu dengan karya serialnya『桃尻娘』. Serial ini, masih menggunakan kata ganti orang pertama wanita dengan kata 「あたし」 atau akhiran 「…わ」「…よ」sebagai pembeda gender, tetapi bahasa lisan wanita yang digunakan ketika memanggil sahabatnya, banyak menggunakan bahasa populer (hayari kotoba) dan kalimat dengan tempo yang baik, sehingga perbedaan gender tidak terlihat
jelas. Pada kenyataannya, memang sejak saat itu, bahasa yang digunakan oleh pelajar wanita ketika berbicara dengan teman akrabnya adalah bahasa yang kasar, seperti laki-laki. Selain Hashimoto, penulis dengan gaya bahasa heisei genbun itchi adalah Uno Koichiro. 7. Kemudian ciri khas dari heisei genbun itchi adalah banyak menggunakan huruf hiragana, kata ganti orang pertama dibedakan berdasarkan gender, kata “boku” yang ditulis dalam hiragana, dan penggunaan tanda kutip dalam bahasa lisannya lebih bebas. Selain itu, bahasa wanita yang digunakan oleh para tokoh wanita dalam karya sastra masa ini, adalah bahasa populer pada masa itu, dan ada juga yang dipengaruhi oleh bahasa dalam komik . Melalui kutipan-kutipan tersebut pada bagian sebelumnya, terlihat bahwa bahasa remaja wanita tidak berbeda dengan bahasa laki-laki、sehingga perbedaan gender tidak terlihat jelas. Daftar Rujukan : Budiman, Kazuko, 「平成言文一致体とジェンダー」、(Bahan perkuliahan Bibliografi Masyarakat dan Budaya Jepang, Program Magister Kajian Wilayah Jepang, Univ. Indonesia)yang diambil dari buku Ueno Chizuko, 『上の千鶴子が文学を社会学する』 朝日新聞、2003, 2006 Sadami, Suzuki, The Concept of “Literature” in Japan, Nichibunken Monograph Series no. 8, International Research Center for Japanese Studies, Kyoto, 2006 www.ja.wikipedia www.tabiken.com/history/doc
13