PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN, ANATOMI, FUNGSI FISIOLOGIK DAN BIOLOGIK MUKOSA MULUT, BIBIR, LIDAH, PALATUM
Mukosa Oral Mukosa oral adalah mukosa yang melapisi vestibulum oris dan rima oris. Terdapat tiga macam mukosa oral, yaitu:
a. mukosa mastikatori b. lining mucosa c. sensory/specialized mucosa Fungsi mukosa oral adalah: 1) proteksi, 2) sensasi, 3) regutasi thermal, dan 4) sekresi. Mukosa oral tersusun atas epithet dan jaringan ikat. Antara epitel dan jaringan ikat dibatasi oleh lapisan basal. Epithet pada rongga mulut merupakan epitel skuamus kompteks. Lapisan epitel dalam rongga mulut teridiri atas dua macam set yaitu set-sel yang mengalami keratinasi dan set-set yang tak mengalami keratinasi. Dibawah jaringan ikat terdapat lapisan yang disebut dengan lamina propria. Lamina Propria terdiri atas:
a. jaringan ikat longgar Terdapat serabut elastik yang terletak pada bagian superfisial
b. pembuluh darah, c. glandula saliva minor, d. elemen-etemen lymphoid e. kelenjar sebasea (kadang-kadang) Submukosa: Submukosa tidak selalu ada pada semua jenis mukosa. Jaringan ini terdapat dalam lining mucosa : pada jaringan lemak, glandula, syaraf dan pembuluh darah. Kedudukan submukosa memisahkan lamina propria dengan tulang atau otot di bawahnya. Epithet merupakan jaringan penutup permukaan luar tubuh, permukaan dalam aiat tubuh yang berongga, saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Epithet rongga mulut mempunyai variasi dalam ketebatan dan keratinisasi. Set-set dalam lapisan epitel oral sating berhubungan dan mempunyai fungsi sebagai barter atau proteksi. Selalu ada proses pembaruan pada lapisan epitel, yaitu dengan adanya mitosis pada set-set basal. Lapisan yang menyusun epitel rongga mulut adalah
1. lapisan set basal (stratum basale)
Universitas Gadjah Mada
1
2. lapisan set pride (stratum spinosum) Kontak antar set disebut desmosom
3. lapisan granuler (stratum granuiosum) Terdapat grananula keratohialin
4. lapisan kornifikasi (stratum korneum) Set-set hanya mengandung hialin Jumlah lapisan set tergantung pada lokasi mukosanya. Ada bagian yang tidak mempunyai stratum granulosum. 1. Stratum basale Pada mukosa oral, stratum basale merupakan iapisan set yang terdiri dari 1-3 lapis (tergantung regionya), terletak diatas membrana basalis, set-set berbentuk kuboid atau kolumner pendek dengan warna gelap. Lapisan ini mempunyai kapasitas untuk pembelahan sel, sehingga disebut stratum germinativum.
Turn over sel bervariasi antara 20 hingga 60 hari, dipengaruhi oleh : - derajat keratinisasi - hormon (epinephrin, glucocorticosteroid) - inflamasi - substansi faktor pertumbuhan
2. Stratum spinosum Stratum spinosum terletak diatas lapisan sel basal. Set-set pada lapisan ini berbentuk elips dengan processus lancip, menandakan adanya pengkerutan pada proses histologik. Fungsi lapisan ini adalah sebagai jembatan seluler untuk kontak antar sel, yaitu dengan desmosom.
3. Stratum granulosum Lapisan ini merupakan lapisan set-set pipih yang mengandung granula basofitik yang menghasilkan granula keratohiatin. Fungsi set-set pada stratum granutosum adalah dalam proses keratinisasi.
Universitas Gadjah Mada
2
4. Stratum corneum Stratum corneum terdiri dari lapisan set pipih bersifat eosinofil. Sel- sel berinti dengan sitoptasma yang mengandung tonofibril. Pada lapisan ini set-set epitel dapat mengalami pengelupasan.
Universitas Gadjah Mada
3
Hal-hal yang perlu diamati pada epitel rongga mulut adalah :
ratio sel keratinisasi : non keratinisasi changing cells "halo" di sekeliling inti ratio inti : sitoplasma (1 : 6) degenerasi vakuola karioreksis kerusakan membran set -> moth eaten set terlalu kecil pemulasan jelek Indeks yang dapat digunakan :
KI: kariopiknotik index El: eosiniphilik index MI: Maturation index Sebagai contoh, MI pada anak kurang katori protein (KKP) memberikan gambaran set-set parabasal yang lebih banyak dari pada sel-sel lapisan intermedium dan superfisiale. Demikian juga KI set-set parabasal pada penderita KKP lebih tinggi. Jenis-jenis mukosa oral adalah sebagai berikut: 1. Lining mucosa Disebut juga mukosa pelapis. Pada rongga mulct, mukosa pelapis terdapat pada mukosa bukal, labial dan sublingual. Epitel yang menyusun mukosa pelapis adalah epitelium skuamosa bertapis. Pada mukosa pelapis didapat bangunan yang disebut "rete pegs" yang bentuknya pendek dan lebar. Epitelium ini tidak mengalami keratinisasi, dapat digerakkan dan mempunyai sub mukosa.
Universitas Gadjah Mada
4
2. Masticatory mucosa Mukosa mastikatorik terdapat pada gingiva cekat dan palatum keras. Epitel pada mukosa ini mengalami keratinisasi, mempunyai rete pegs panjang. Mukosa inii tidak dapat digerakkan dan bersifat tahan terhadap pengunyahan.
3. Mukosa khusus Mukosa khusus terdapat pada lidah. Hal ketebalan dan keratinisasi pada mukosa lidah bervariasi. Pada permukaan mukosa terdapat papilla, tidak mempunyai submukosa, tetapi mempunyai rete pegs.
Mukosa oral mempunyai vaskularisasi yang sangat balk. Pleksus kapiler yang memberikan vaskularisasi pada epitel menyebabkan warns mukosa oral lebih terang dari pada kulit. Nervus yang menunjang fungsi sensoris mukosa dekat epitel kehilangan myelin. Pada epitel ini terdapat akhiran syaraf bebas dan reseptor-reseptor: Meissner's corpules (sentuhan), Ruffini's corpules dan Krauss' end bulbs untuk rangsang dingin. Perbandingan mukosa oral
a. Masticatory mucosa -Terdapat pada gingiva dan palatum durum -Menutup bagian yang terkena kekuatan abrasif dari pengunyahan -Merupakan epitel tebal, orthokeratin -Mempunyai epitel ridges dalam jumlah banyak -Melekat pada tulang (oleh bundle kolagen pada lamina propria: mucoperiosteum) Universitas Gadjah Mada
5
-Tidak dapat digerakkan
b. Lining mucosa -Dapat digerakkan atau direnggangkan -Mempunyai epitel yang lebih tebal -Merupakan epitel nonkeratin, tetapi beberapa merupakan parakeratin -Epitel ridges lebih banyak -Lamina propria lebih tebal, dengan kolagen sedikit dan bersifat irregular. -Pada lamina propria terdapat serabut elastik, sehigga bersifat stretch -Terdapat submukosa yang mengandung jaringan lemak, serabut otot, glandula salivarius, serabut elastik , sehingga dapat digerakkan
c. Specialized mucosa -Jenis mukosa ini terdapat pada dorsum lidah, berguna untuk menunjang fungsi mekanis dan sensoris papilla. -Ada empat macam papilla, yaitu: Papilla circumvallata Papilla ini terdapat pada_bagian V, dikelilingi groove muara glandula Von Ebner. Pada bagian lateral terdapat a keratin, taste buds dalam jumlah yang lebih lebih banyak. Pada bagian superior terdapat sel-sel yang mengalami orthokeratin. Papilla fungiform, foliata merupakan taste buds Papilla filiform Umur berpengaruh terhadap sifat-sifat jaringan mukosa. Perubahan-perubahan yang terjadi karena pertambahan umur adalah:
1. Masticatory mucosa lebih tipis 2. Epithelial ridges lebih sedikit 3. Mitosis sel basal berkurang 4. Metabolisme menurun 5. Sel jaringan ikat berkurang 6. Serabut kolagen berkurang 7. Serabut elastik berkurang Perbaikan pada masticatory mucosa lebih baik dari pada epitel kulit; jaringan sikatrik jarang timbul.
Universitas Gadjah Mada
6
PALATUM Pembentukan palatum Mula-mula bagian terdalam jaringan pit hidung mengalami degenerasi, sehingga terbuka dan kemudian terbentuk celah/hubungan antara hidung (kavitas nasalis primitif) dengan rongga mulut. Didepan celah tersebut berjalan serabut jaringan dengan arah horizontal, disebut palatum primitif yang merupakan kombinasi dari prosesus nasalis medial dan sebagian kecil dari prosesus maksilaris. Selanjutnya kedua prosesus palatal tumbuh ke bawah, sepanjang sesi pembentukan lidah. Pada pertengahan atau akhir minggu ke-8 otot lidah dapat berkontraksi, dan lidah bergerak ke arah luar. Setelah palatum bebas, dan posisinya horizontal, tepi-tepinya berkontak, dari bagian depan ke arah belakang. Persatuan terjadi antara tepi prosesus palatal dan struktur pada midline, dibentuk oleh kombinasi prosesus nasalis medial. Fusi ini melibatkan perlekatan 3 struktur yaitu perlekatan seluler : dibentuk oleh sel-sel epitel yg menutupi tepi-tepinya, kemudian 'rusak', seperti menghilang, kemudian kontak kembali oleh mesenkhimnya. Penyatuan palatum terjadi seprti pada "zipper", dari depan ke belakang. Pada minggu ke 8-12, ketika bagian terakhir palatum lunak sudah menyatu, apabila penyatuan (fusi) tidak terjadi maka epitel tidak mengalami `kerusakan'. Kalau fusi tidak terjadi secara sempuma maka akan menimbulkan celah palatum. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, penyakit, dan faktor genetik. Pada waktu lahir, panjang dan lebar palatum hampir sama. Setelah post natal : panjang bertambah, karena adanya pertumbuhan aposisi tuberositas maksila. Pada umur 12 tahun petumbuahan sutura palatina bagian tengah melambatiberhenti, kemudian terjadi aposisi bagian lateral sampai umur 7 tahun, dan merupakan puncak pertumbuhan daerah anterior. Kemudian dilanjutkan pertumbuhan ke arah posterior , merupakan pertumbuhan panjang. Pada masa bayi dan anak-anak teri aposisi permukaan inferior dan resorpsi permukaan superior, disebut remodeling. Adanya pertumbuhan pada prosesus alveolaris menyebabkan palatum bertambah dalam dan lebar. Pertumbuhan pros esus alveolaris ke lateral menghasilkan terbentuknya `kerucutan' arah anteroposterior. Gerakan lidah dari sisi ke sisi menyebabkan terbentuknya alur `rugae' yang cocok untuk retensi pada waktu bayi menyusu. Rugae akan mendatar pada anak umur 3-4 tahun atau setelah tidak menyusu, kecuali pada kebiasaan menghisap jari.
Ketainan pada pembentukan palatum :
a. Fusi ke 3 struktur harus sinkron dengan pembentukan lidah, mandibula dan pertumbuhan kepala. Kesalahan di setiap proses pertumbuhan balk karena pengaruh lingkungan ataupun faktor genetik dapat mengakibatkan kegagalan fusi
Universitas Gadjah Mada
7
yang sempurna, sehingga menyebabkan timbulnya celah palatum dengan berbagai derajat keparahan.
b. Sisa-sisa epitel pada garis fusi pada midline palatum keras menyebabkan timbulnya kista.
c.
Kelambatan perubahan arah dari vertikal ke horizontal, sementara tulang kepala terus tumbuh.
d. Celah palatum : - 'bivid uvula' >
Keparahan semakin bertambah apabila celah lebih ke arah posterior. Bila celah melibatkan alveolus
Antara insisivus lateralis dengan kaninus Dapat sampai bibir atas Dapat unilateral, bilateral Dapat sampai septum nasalis vertikalis Celah pada palatum lunak akan mengakibatkan:
Menyebabkan gangguan fungsi bicara
Menimbulkan problem penelanan
Menyebabkan ketidaksempurnaan penutupan orofarings dan
nasofarings Ceiah pada palatum keras :
Hampir selalu melibatkan palatum lunak
Menimbulkan problem fungsi makan, terutama pada bayi
Makanan dapat masuk ke fossa nasalis (proses menelan memerlukan rongga mulut yang vakum seperti pada palatum yang utuh)
Universitas Gadjah Mada
8
LIDAH Lidah tumbuh dari dinding ventral oropharyng primitif, dari lapisan dalam arcus branchialis I. Pada minggu ke-4 pertumbuhan janin, terjadi penebalan mesenkhim, sepasang kanan kin. Pada bagian internal arkus branchialis terbentuk benjolan. Sebelah belakang antara benjolan terbentuk tuberkulum, sebelah caudal dibatasi foramen caecum. Kedua benjolan terus tumbuh, akhirnya bersatu sehingga tuberculum seperti mengecil. Lapisan ektoderma akan menutup mukosa 2/3 bagian anterior lidah. Sepertiga bagian posterior /akar terbentuk dari arcus branchialis III dan IV. Foramen caecum menghasilkan bentuk V. Pada minggu ke-5 intrauterine terbentuk papilla valata, kemudian pada minggu ke-11 intra uterine terbentuk papilla filiform dan fungiform. Yang merupakan indera pengecap rasa adalah papilla fungiform : sudah ada pada waktu lahir, dan papilla (c) valata ; yang dibentuk post natal. Pada perkembangan dari lahir hingga dewasa terjadi pertambahan panjang, lebar, ketebalan ke segala arah mencapai ukuran dua kalinya. Pertumbuhan lidah relatif lebih cepat daripada mulut, mencapai maksimum pada umur 8 tahun. Pertumbuhan ini ada hubungannya dengan aktivitas menghisap. Permukaan luar lidah dilapisi oleh mukosa khusus dengan ciri-ciri: 1) terdapat papila, 2) beberapa mempunyai fungsi mekanis, 3) mengandung indera pengecap rasa. Pada 2/3 anterior Iidah, papilla bersifat horizontal pada rongga mulut, sedangkan 1/3 posterior mempunyai arah vertikal yaitu akar/basis dilapisi jaringan tonsiler. Papilla filiformis merupakan papilla dengan jumlah yang paling banyak, menyebar pada dorsum lidah, mempunyai fungsi mekanik dan mempunyai indera pengecap rasa. Papilla fungiformis berjumlah lebih sedikit dan terdistribusi antara papilla filiformis. Papilla ini terlihat seperti bintik merah dengan epitel tipis, berbentuk seperti bentuk jamur dan mempunyai indera pengecap rasa. Papilla valata merupakan papilla besar yang letaknya ada pada bentuk V, pada batas antara body dan akar lidah. Jumlah papilla ini ada 8-12 bush, bentuknya seperti papilla fungiformis tetapi tampak pada permukaan Iidah. Pada sekeliling papilla terdapat lekukan yang tertutup epitel berkeratin. Terdapat indera pengecap rasa dan glandula von Ebner. Papilla foliata berjumiah 4-11 deret, sejajar satu sama lain pada tiap sisi Iidah di dekat akar. Secara klinis tidak tampak, tertutup epitel berkeratin. Pada papilla ini terdapat jugs indera pengecap rasa. Peta rasa di Iidah:
Universitas Gadjah Mada
9
Sketsa Hanig
- manis : maksimal pada ujung lidah, minimal pada pangkal lidah
pahit : maksimal pada pangkal lidah, minimal pada ujung lidah
asin : hampir pada sekeliling lidah
- asam : minimal pada pangkal lidah maksimal pada tepi bagian tengah ujung lidah
Universitas Gadjah Mada
10
Set indera pengecap rasa berbentuk seperti bawang, teriri dari 50-100 set rasa, masing-masing mempunyai microvilli dan taste pore. Interpretasi rasa : asin, manis, asam, pahit, umami. Letak set-set indera ini berjalan dari membrana basalis sampai bagian luar epitel. Terdapat bangunan yang disebut taste hair pada epitel dan taste pore yang berkontak dengan makanan. Urutan rangsang pada indera pengecap dimulai dad taste cell, diteruskan ke nervus, kemudian ke central nervous system, dan setanjutnya diidentifikasikan. Bahan kimia penyusun makanan (tastant) yang larut datam saliva, apabita berkontak dengan sel rasa, dimana pada set ini terdapat kanal ion yang dapat ber interaksi dengan reseptor rasa (protein), maka adan terjadi perubahan elektrokimia yang memicu pelepasan sinyal kimia, berupa neurotransmitter yang akan diteruskan sebagai impuls ke otak. Setiap sel rasa tidak hanya diprogram untuk satu macam rasa, tapi ada yang dominan rasa tertentu, misatnya; untuk rasa asin dan asam : langsung bergerak melalui kanal ion, sedangkan untuk rasa pahit dan manis: ada pengikatan dengan senyawa kimia pada reseptor. Rasa asin : misal NaCI Ion Na+ masuk ke dalam kanal ion pada mikrovilli. Akumulasi ion Na menyebabkan terjadinya perubahan elektrokimia (depolarisasi). Pada saat ion Ca masuk ke dalam set, sel akan melepaskan sinyal kimia (neurotransmiter) yang terkemas datam vesikel. Neurotransmitter akan menuju ke sel syaraf dan diteruskan ke dalam susunan syaraf pusat, kemudian set kembali ke polarisasi semuta (reset) hingga kanal terbuka. Rasa asam Rasa asam terjadi karena ion H- dalam larutan yang masuk ke dalam sel dan memblokir kanal ion Ca pada mikrovilli dan mengikat kanal pada mikrovilli. Ion-ion bermuatan positif masuk ke sel dan terakumulasi hingga terjadi pelepasan neurotransmitter. Rasa manis Rasa manis memicu perubahan dalam sel pada saat ada senyawa yang terikat pada reseptor, yang kemudian berikatan dengan molekul protein G. Selanjutnya , ß, protein G terbelah menjadi , β hingga enzim yang ada didekatnya manjadi aktif, menutup kanal K+, sehingga ion Ca masuk dan terjadi pelepasan neurotransmitter. Rasa pahit Proses hingga terjadi rasa pahit sampai dengan aktivasi enzim sama dengan rasa manis. Setelah enzim taraktivasi ion Ca lepas dari retikulum endoplasma hingga terjadi akumulasi ion Ca dan pelepasan neurotrasmitter. Umami (lezat, sedap) Rasa ini ditimbulkan oleh makanan-makanan yang mengandung glutamat, asam amino (ikan, daging, legum). Proses timbulnya rasa umami adalah sama dengan proses timbulnya rasa yang lain.
Universitas Gadjah Mada
11
KELAINAN PADA LIDAH
1. Makroglosi Jenis kelainan ini termasuk jarang. Biasanya terjadi karena reaksi alergi, trauma, atau kelainan kongenital. Pada anak yang menderita kretinisme, tipe mongol, terjadi kelainan pertumbuhan tulang rahang hingga terdapat maloklusi klas III. Perawatan yang diberikan tergantung pada faktero etiologinya.
2. Ankiloglosi Kelainan ini dan menyebabkan gangguan dalam gerakan dan bicara karena frenulum lingua pendek Jenis kelainan ini termasuk jarang.
3. Fissured tongue Kelainan ini jarang terjadi. Biasa tampak pada anak kretinisme tipe mongol. Pada dorsum lidah terdapat fissure simetris memanjang. Menurut Robinson hal ini disebabkan kekurangan vitamin B kompleks. Keadaan ini menyebabkan banyaknya sisa makanan, sehingga dapat menyebabkan inflamasi.
4. "Coated tongue" Pada permukaan lidah terdapat lapisan tipis berwarna putih, terdiri dari epitel yg keratinisasi, sisa makanan, mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena aliran saliva yang kurang. Selain faktor lokal, faktor sistemik jugs berperanan dalam timbulnya kelainan ini, misalnya pada saat demam.
5. "White Strawberry tongue" Pada "White Strawberry tongue terjadi pembesaran papilla fungiformis dan deskuamasi papilla filiformis. Kelainan ini dapat terjadi pada penderita demam, dimana pada saat demam sembuh, kelainan pada lidah menghilang.
6. "Black hairy tongue" Pada kelainan ini papilla filiformis memanjang pada 1/3 bagian tengah lidah. Faktor penyebabnya dapat berupa pemakaian antibiotik, terutama pada remaja. Gejala yang timbul bersifat asimtomatik, dan dapat menghilang dengan sendirinya.
7. Geographic tongue (migratory glossitis) Lesi pada kelainan ini dapat berpindah-pindah. Kelainan ini sering dijumpai, meskipun demikian faktor penyebabnya belum diketahui secara pasti. Faktorfaktor yang dicurigai antara lain adalah infeksi bakteri, fungi, gangguan gastrointestinal dan faktor psikosomatis. Terjadi deskuamasi lapisan epitel yang dapat disertai dengan inflamasi. Kelainan ini menggambarkan kondisi kesehatan mulut yang buruk. Pada permukaan lidah terdapat area merah halus pada papilla filiform dengan tepi lesi sedikit menonjol. 8. Crenation Crenation menunjukkan adanya bekas-bekas permukaan lingual gigi pada tepi lidah. Universitas Gadjah Mada
12