PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KOMPETENSIKEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG Manuscript
Oleh: Reni Pancawati NIM: G2A009088
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013
PERNYATAAN PERSETUJUAN Manuscript dengan judul
PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KOMPETENSIKEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikam Semarang, Oktober 2013
Pembimbing I
Ns. Vivi Yosafianti P, S. Kep, M. Kep
Pembimbing II
Ulfa Nurullita, S. KM, M. Kes
Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Kompetensi Keperawatan di Rumah Sakit Roemani Semarang Reni Pancawati1, Vivi Yosafianti P2, Ulfa Nurullita3 1
Mahasiswa Program Studi S1 keperawatan FIKKES
[email protected] 2 Dosen Keperawatan FIKKES UNIMUS, 3 Staf Dosen Jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNIMUS,
UNIMUS,
Abstrak LatarBelakang :Perawat menjadi salah satu bagian yang penting dalam pemberian pelayanan. Kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan dapat dilihat dari kompetensi yang dimiliki. Kompetensi perawat akan berorientasi terhadap kualitas kinerja dan menjamin mutu pelayanan keperawatan. Uji kompetensi yang diwajibkan Kemenkes membuat perawat harus mengerti dan paham tentang kompetensi. Hasil dari uji kompetensi tersebut akan merefleksikan kemampuan atau kompetensi seorang perawat tersebut. Studi pendahuluan yang dilakukan, pemahaman atau persepsi mereka berbeda tentang kompetensi keperawatan antara perawat satu dengan yang lain di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Tujuan : Mengetahui persepsi perawat pelaksana tentang kompetensi keperawatan di Rumah Sakit Roemani Semarang yang meliputi praktik profesional, etik, legal dan peka budaya; pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan; pengembangan profesional. Metode : Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang menggunakan metode wawancara dengan alat ukur kuesioner. Teknik sampling menggunakan sampel jenuh atau total sampling. Responden yang menjadi subyek penelitian ini adalah perawat pelaksana yang berjumlah 104. Hasil: Penelitian ini menunjukkan hasil persepsi perawat pelaksana tentang kompetensi keperawatan dalam praktik profesional, etis, legal dan peka budaya adalah baik yaitu sebesar 52,9% dengan nilai terendah 23, tertinggi 36, nilai tengah 30 dengan rata- rata nilai 29,59 dan standar deviasi 2,503. Persepsi kompetensi keperawatan dalam pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan adalah baik 53,8% dengan nilai terendah 45, tertinggi 65, nilai tengah 57 dengan nilai rata- rata 55,96 dan standar deviasi 4,611. Persepsi kompetensi keperawatan dalam pengembangan profesional adalah baik 62,5% dengan nilai terendah 18, tertinggi 32, dengan rata- rata nilai 25,08 ,nilai tengah 25 , dan standar deviasi 2,576. Kata kunci: kompetensi keperawatan, persepsi
Abstract Background:Nurse becomes one of the most important professions in providing services.Nurse ability in giving services could be seen from his/her competences.Nurse competence would show his/her working performance quality and ensure the nursing service quality.It is obligatory for nurses to have competence test held by Indonesian Health Ministry which aim to know and understand about his/her competence.The result of the test would reflect nurse ability and competence of the nurse.The previous study showed that there was different understanding or perception of nursing competence between nurses in Roemani Hospital.Aim:Identifyingnurse perception about nursing competence in Roemani Hospital includes professional, ethics, legal and culture-sensitive practice; nursing care and management provision; professional development. Method: This descriptive study applied interview method by using questionnaire as the measurement tool. This also implemented total sampling. The subject of this study was 104 nurses in Roemani Hospital.Result: The result of the study showed that the nurse perception about nurse competence in professional, ethics, legal and culture-sensitive practice was relatively good in 52.9% with the lowest value of 23, the highest value of 36, the median value of 30, the mean value of 29.59 and deviation standard of 2.503. The perception of nursing competence in nursing care and management provision was good in 53,8% with the lowest value of 45, the highest value of 65, the median value of 57 and the mean value of 55,96 and deviation standard of 4,611. The perception of nursing competence in professional development was 62.5% with the lowest value of 18, the highest value of 32, the mean value of 25,08 , the median value of 25 , and deviation standard of 2,576. Keywords: nursing competence, perception
PENDAHULUAN Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi saat ini membuat masyarakat semakin kritis tentang dunia kesehatan dan menuntut adanya kualitas pelayanan yang baik. Perawat menjadi salah satu bagian yang penting dalam pemberian pelayanan kesehatan yang berperan memberi asuhan keperawatan pada pasien secara langsung Tugas perawat pelaksana tersebut menunjukkan bahwa perawat
pelaksana harus memiliki kemampuan dalam
memberikan pelayanan. Kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan pasien dapat dilihat dari kompetensi yang dimiliki oleh perawat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kompetensi perawat dapat menentukan kualitas dari pelayanan
kesehatan.
Hasil
penelitian
Rebecca
(2012)tentang
pengaruh
kompetensi SDM terhadap kualitas pelayanan publik di RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang Utara diperoleh hasil kompetensi SDM memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas pelayanan sebesar 26,1%, sedangkan sisanya yaitu 73,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Pengaruh kompetensi terhadap kualitas mutu pelayanan pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa kompetensi menjadi salah satu faktor penting dalam terwujudnya mutu pelayanan. Kompetensi perawat inilah yang akan berorientasi terhadap kualitas kinerja yang akan menjamin mutu pelayanan keperawatan. Guna mengetahui apakah perawat memiliki kompetensi di bidang pelayanan keperawatan, perlu adanya suatu bukti
legalitas atau surat tanda pengakuan
terhadap kompetensi yang dimiliki oleh perawat tersebut dalam pelayanan keperawatan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Surat Keputusan Kemenkes tahun 2005 mensyaratkan bahwa seluruh perawat di Indonesia harus memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). STR ini dapat diperoleh dengan syarat perawat yang bersangkutan telah dinyatakan lulus uji kompetensi nasional. Perawat atau peserta uji kompetensi harus memiliki pemahaman tentang kompetensi keperawatan sebelum melakukan uji kompetensi tersebut. Bagaimana pemahaman perawat tentang kompetensi keperawatan membuat peneliti ingin melakukan rencana penelitian tentang pemahaman perawat tersebut. Peneliti melakukan rencana penelitian di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang dengan melakukan studi pendahuluan pada awal Maret 2013 tentang kompetensi keperawatan dengan 5 orang perawat pelaksana di 3 bangsal yang berbeda.Hasil yang
diperoleh peneliti pada studi pendahuluan
tersebut
didapatkan data bahwa dari 5orang perawat pelaksana, 2 diantaranya mempunyai masa kerja > 10 tahun dan 3 diantaranya mempunyai masa kerja < 5 tahun, 2 kelompok tersebut telah mendengar apa itu kompetensi tetapi mereka memiliki pemahaman yang berbeda. Umumnya perawat dengan lulusan tahun 1990-an dengan masa kerja di atas 10 tahun pemahaman perawat pelaksana tentang
kompetensi keperawatan masih belum benar, atau salah menurut teori. Mereka menjelaskan bahwa kompetensi keperawatan lebih ke arah bagaimana seorang perawat melakukan pemenuhan kebutuhan pasien saja, sedangkan perawat pelaksana lulusan tahun 2000-an dengan masa kerja di bawah 5 tahun memiliki pemahaman yang hampir mendekati benar mengenai kompetensi keperawatan. Mereka
menjelaskan
bahwa
kompetensi
keperawatan
merupakan
suatu
kemampuan, keahlian dan ketrampilan seorang perawat dalam melakukan tindakan sesuai dengan prosedur atau standar keperawatan yang berlaku. Pernyataan tersebut hampir benar akan tetapi menurut teori, kompetensi keperawatan bukan hanya keterampilan dan kemampuan (skill) saja melainkan ada hal lain yaitu etika atau sikap ( attitude), pengetahuan (knowledge) dan wawasan (insight) yang harus dimiliki sebagai seorang perawat. Perbedaan pemahaman tentang kompetensi keperawatan ini menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “ Persepsi Perawat Pelaksana Tentang Kompetensi Keperawatan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang”.
METODE Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaaan secara objektif dengan menggunakan metode wawancara dengan alat ukur kuesioner. Penelitian ini mendeskripsikan persepsi perawat pelaksana tentang kompetensi keperawatan. Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling yaitu 106 orang perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Muhamadiyyah Roemani Semarang, akan tetapi dalam pelaksanaannya sampel yang didapatkan hanya 104 karena 1 orang responden sedang cuti dan 1 responden tidak bersedia menjadi responden. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat (analisa deskriptif). Analisis univariat yang dianalisis adalah krakteristik responden (Usia, jenis kelamin, lama kerja perawat ) dan karakteristik persepsi perawat (Praktik profesional, etik, legal dan peka budaya; Pemberian asuhan dan
manajemen asuhan keperawatan; Pengembangan profesional). Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang memuat frekuensi dan presentase untuk setiap kategori dan sebaran data yaitu mean, median, modus, nilai maximum dan nilai minimum. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa karakteristik responden yang bekerja di Rumah Sakit Roemani Semarang dilihat dari jenis kelamin, didominasi oleh perempuan yaitu 76 orang (72,4%) hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Julia (1994) bahwa kemampuan care, core, dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Tiga aspek tersebut dalam teorinya care yang berarti caring merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu yang artinya wanita. Umur paling tua adalah 47 tahun dengan jumlah paling banyak berumur 24 tahun hal ini dikarenakan usia produktif ( 15-64). Jumlah perawat yang berstatus menikah adalah 67 orang (64,4%). Lama kerja responden di Rumah Sakit Roemani paling lama adalah 21 tahun yaitu sebanyak 3 responden dan paling baru adalah 1 tahun sejumlah 19 responden. Semakin lama perawat bekerja, akan memiliki pengalaman yang banyak dibidang keperawatan. Responden yang paling banyak adalah dengan lama kerja 1 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya sedikit perawat yang memiliki pengalaman. Tingkat pendidikan paling banyak adalah D3 yaitu sebanyak 97 (93,3%) dan S1 hanya 7 orang (6,7%). Hal ini menunjukkan bahwa hanya sedikit perawat yang telah melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya di Rumah Sakit Roemani Semarang Tahun 2013Sakit Roemani Semarang Tahun 2013 Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya
Frekuensi
Presentase(%)
Baik Buruk
55 49
52,9 47,1
Total
104
100
Sakit Roemani Semarang Tahun 2013Sakit Roemani Semarang Tahun 2013 Tabel 2
Distribusi Frekuensi Pemberian Manajemen Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Roemani Semarang Tahun 2013 Pemberian Manajemen Asuhan Keperawatan Baik Buruk Total
Frekuensi
Presentase(%)
56 48
53,8 46,2 100
104
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengembangan Profesional di Rumah Sakit Roemani Semarang
Tahun 2013 Pengembangan Profesional Baik Buruk Total
Frekuensi
Presentase(%)
65 39
62,5 37,5 100
104
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi yang baik yaitu sebanyak 55 orang (52,9%) tentang kompetensi keperawatan dalam Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya yang bermakna bahwa perawat harus melakukan praktik yang profesional, taat pada perundang- undangan yang berlaku dan mampu beradaptasi dengan budaya yang dimiliki klien dengan nilai minimum 23, maksimum 36, mean 29,59 , median 30 , dan standar deviasi 2,503. Nilai ini berdasarkan nilai instrumen yang telah di jawab responden dengan jumlah 8 item pernyataan, dari 8 pernyataan 2
diantaranya responden memiliki persepsi yang buruk yaitu pada pernyatan 1 dan pernyataan 3. Pernyataan 1 berisi pernyataan tentang tanggung jawab perawat apabila terjadi kesalahan dalam prosedur yang dilakukan, sebagian besar yaitu 57 responden memiliki pemahaman bahwa kesalahan dalam prosedur yang perawat lakukan merupakan tanggung jawab instansi. Hal ini dinilai salah atau responden memiliki persepsi yang buruk, seharusnya perawat harus mampu bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukankarena menurut PPNI 2010 pada praktik profesional, perawat dituntut untuk bisa menerima tanggung jawab terhadap
keputusan
dan
tindakan
profesional
sesuai
dengan
peraturan
perundangan. Perawat memiliki hak untuk mendapatkan jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya, namun perawat juga memiliki kewajiban bertanggung gugat terhadap dirinya sendiri, klien, profesi, atasan dan masyarakat (Potter & Perry, 2005). Pernyataan 3
merupakan pernyataan tentang bagaimana perawat memiliki
persepsi tentang praktik etis seorang perawat. Pernyataan 3 tentang bagimana sikap etis perawat dalam menjaga kerahasiaan dan keamanan dokumen klien, sebanyak 74responden memiliki pemahaman bahwa mempublikasikan data informasi klien kepada semua pihak yang membutuhkan boleh dilakukan oleh seorang perawat hal ini adalah persepsi yang salah dan tidak sesuai dengan standar
kompetensi
keperawatan,
seharusnya
perawat
tidak
boleh
mempublikasikan dokumen klien kecuali untuk kepentingan hukum seperti yang tercantum dalam standarPPNI 2010 bahwa seorang perawat harus menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sebagai seorang perawat. Hasil penelitian tentang kompetensi keperawatan dalam Pemberian Manajemen Asuhan Keperawatan juga dalam kategori baik yaitu sebanyak 65 orang (62,5%). Nilai ini berdasarkan nilai instrumen yang telah di jawab responden dengan jumlah 17 pernyataan, dari 14 pernyataan 2 diantaranya responden memiliki persepsi yang buruk yaitu pada pernyatan 4 dan pernyataan 8. Pernyataan 4 berisi tentang dokumentasi dalam pengkajian, sebanyak 87 perawat memiliki persepsi
bahwa mendokumentasikan semua data klien secara akurat tidak perlu dilakukan karena keterbatasan waktu adalah sesuai dengan kompetensi keperawatan. Hal ini salah dan dapat dikatakan berarti persepsi perawat buruk, seharusnya perawat mengumpulkan data secara akurat karena dalam standar keperawatan PPNI 2010 perawat harus mampu mencatat, melaporkan data temuan secara akurat dan tepat waktu sesuai dengan standar praktik dan kebijakan pelayanan/asuhan kesehatan. Dokumentasi yang lengkap, akurat dan jelas dipahami oleh semua profesional perawatan yang terlibat dalam pemberian perawatan, kualitas perawatan klien akan meningkat (Blais, Hayes, Kozier, & Erb, 2002). Pengkajian keperawatan merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Data menjadi suatu hal pokok dalam pengkajian karena akan berpengaruh pada intervensi yang akan diberikan, untuk itu data perlu digali sebanyak- banyaknya agar pemberian intervensi nantinya akan secara total dilakukan. Pernyataan 8 yang berisi tentang identifikasi pelaporan perubahan kondisi klien dalam proses implementasi, sebanyak 82 responden memiliki pemahaman bahwa perawat hanya melaporkan situasi perubahan yang memperburuk kondisi klien adalah sesuai dengan kompetensi keperawatan. Hal ini salah atau dapat dikatakan persepsi responden tersebut buruk, seharusnya perawat tidak hanya melaporkan kondisi resiko saja, tetapi juga kondisi yang potensial karena menurut standar kompetensi keperawatan PPNI 2010 perawat harus mengidentifikasi dan melaporkan situasi setiap perubahan kondisi pasien baik yang aktual maupun potensial. Perawat harus memahami pemeriksaan dan segala potensial efek yang merugikan ketika klien harus menjalani pemeriksaan diagnostik tertentu (Potter & Perry, 2005). Hasil persepsi penelitian ini menunjukkan pemahaman yang baik 62,5% namun nilai ini dirasakan belum memenuhi atau mencapai standar Depkes RI. Pemahaman dalam pemberian asuhan keperawatan sangat penting bagi perawat karena asuhan keperawatan merupakan kunci utama dalam proses kesembuhan klien. Asuhan keperawatan yang diberikan secara tepat oleh perawat dapat meningkatkan kesembuhan klien.
Hasil penelitian tentang kompetensi keperawatan dalam pengembangan profesional yaitu sebanyak 56 orang (53,8%) memiliki persepsi yang baik. Persepsi kompetensi keperawatan dalam pengembangan profesional terlihat dalam kuesioner pernyataan 1 sampai 8. Persepsi yang buruk terdapat pada pernyataan 8 75 responden memiliki pemahaman bahwa melakukan bimbingan klinik pada mahasiswa merupakan tugas kepala ruang adalah tidak sesuai dengan kompetensi keperawatan. Persepsi tersebut baik karena menurut standar kompetensi keperawatan PPNI 2010 perawat harus mampu belajar bersama orang lain untuk memberikan kontribusi terhadap asuhan keperawatan. Pendidikan tinggi keperawatan secara umum perlu dilaksanakan karena sangat penting karena sangat menentukan dalam membina sikap pandangan dan kemampuan profesional , meningkatkan
mutu
pelayanan
atau
asuhan
keperawatan
profesional,
mengembangkan pendidikan keperawatan formal dan tidak formal, menyelesaikan masalah keperawatan dan mengembangkan IPTEK keperawatan melalui penelitian, dan meningkatkan kehidupan keprofesian ( Nursalam, 2008). Peniliti berpendapat bahwa pengembangan profesional dapat di upayakan dengan melakukan jurnal-
pendidikan berkelanjutan yaitu belajar seumur hidup, membaca
jurnal
keperawatan
dan
mengimplentasikannya
kedalam
praktik
keperawatan sehari- hari demi terwujudnya keprofesionalan dalam dunia keperawatan. Mengingat hasil penelitian ini penting dalam pelayanan kesehatan yang akan mewujudkan kualitas mutu pelayanan, maka peneliti menyarankan kepada perawat agar menempel kertas yang berisi hak- hak klien di ruang perawatan dan saling mengingatkan antara perawat satu dengan yang lain saat perawat lalai dalam tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang perawat. Perawat juga diharapkan dapat meluangkan waktunya untuk mengkaji klien dengan akurat dan diharapkan dapat merubah kebiasaan dengan tidak hanya melaporkan keadaan yang memperburuk klien saja tetapi juga keadaan potensial klien. Kegiatan belajar mengajar di klinik merupakan tugas perawat dalam pengembangan profesional untuk itu perawat harus ikut berperan serta dalam kegiatan belajar mengajar di
klinik. Rumah sakit juga berperan serta dalam kegiatan peningkatan kualitas kompetensi keperawatan sehingga dihimbau untuk lebih sering melakukan pelatihan-pelatihan atau training tentang keperawatan untuk para perawat dan menfasilitasi perawat untuk meningkatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena mayoritas perawat di rumah sakit adalah dengan tingkat pendidikan D3 untuk meningkatkan kompetensi keperawatan demi terwujudnya kualitas dalam pelayanan. Peneliti juga menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang tentang manajemen keperawatan di rumah sakit selain kompetensi keperawatan. Peneliti juga berharap ada penelitian lain tentang bagaimana hubungan kompetensi keperawatan dengan kualitas mutu pelayanan atau mencari faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi keparawatan.
KEPUSTAKAAN Anggraini, E. (2011). Pengaruh Program Pelatihan dan Kompetensi Perawat Terhadap Kinerja Perawat Pada RSUD Wonosari Kabupaten Gunung Kidul. Tesis. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Blais, K. K., Hayes, J. S., Kozier, B., & Erb, G. (2002). Praktik Keperawatan Profesional; Konsep & Perspektif. Jakarta: EGC. Hanafi, I., & Richard, S. D. (2012). Ketrampilan Komunikasi Interpersonal Perawat Berpengaruh Peningkatan Kepuasan Pasien. Jurnal STIKES Volume 5. No 2 , 155-166. Hidayat, T. (2009). Aspek- Aspek Manajemen Keperawatan Yang Berpengaruh Terhadap Kompetensi Interpersonal Perawat Di Rawat Inap RSUD Brigjend H. Hassan Basri Kandangan Kalimantan Selatan. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Administrasi Rumah Sakit Universitas Diponegoro Semarang . Hutapea, P., & Nurianna, T. (2008). Kompetensi Plus. Jakarta: Gramedia. Machfoed, I. z. (2008). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya.
Mardalis, D. (2006). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyana, D. S. (2013). Analisis penyebab Insiden Keselamatan Pasien Oleh Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit X Jakarta. Universitas Indonesia . Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba. Pembaruan, R. S. (2012, November 7). Tahun Depan Perawat Harus Ber-STR. dari Suara Pembaruan website: http://www.suarapembaruan.com Diunduh 20 Februari 213 PPNI Indonesia. (2005). Standar Kompetensi Perawat Indonesia.dari PPNI Indonesia website: http://www.inna-ppni.or.id Potter, P. .., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses, dan Praktik, vol 1. Jakarta: EGC. Prihadi, F. (2004). Assessment Centre Identifikasi, Pengukuran, Pengembangan Kompetensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
dan
Putra, S. R. (2012). Panduan Riset Keperawatan dan Penulisan Ilmiah .Jogjakarta: D- Medika. Rebecca, M. C. (2012). Pengaruh Kompetensi SDM Terhadap Kualitas Peayanan Publik di RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang. Robbins, S. P. (2008). Organizational Behaviour. In D. Angelica, Perilaku Organisasi (p. 175). Jakarta: Salemba Empat. Saebani, B. A. (2008). Metode Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia. Siahaan, D. N. (2011). Kinerja Perawat Dalam pemberian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Medan. Skripsi . Simamora, R. (2008). Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Suarli, S., & Bahtiar, Y. (2005). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta: Erlangga. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Perawat. Jakarta: EGC. Suyanto. (2009). Riset Kebidanan: Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. Tanjung, N., & Salbiah. (2011). Harapan Pasien Dalam Kepuasan Perilaku Caring Perawat Di RSUD Deli Serdang Lubukpakam. 45-51.