PERSE PSI PEM USTAKA PADA PEM ANFAATAN KOL EKSI NONFIKSI SE BAGAI SUM BER BELAJAR DI PERPUSTAKAAN SM P NEGERI 19 SEM ARANG
Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan
Oleh : DESTIANA REINDINY PUTRI NIM. 13040110151118
PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013
PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Destiana Reindiny Putri
NIM
: 13040110151118
Jurusan
: S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Persepsi Pemustaka pada Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi Sebagai Sumber Belajar di SMP Negeri 19 Semarang” adalah benar-benar karya ilmiah saya sendiri, bukanlah hasil plagiat karya ilmiah orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, dan semua kutipan yang ada di skripsi ini telah saya sebutkan sumber aslinya berdasarkan tata cara penulisan kutipan yang lazim pada karya ilmiah.
Semarang, September 2013 Yang menyatakan,
Destiana Reindiny Putri NIM. 13040110151118
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Kau dan aku, kita semua punya 'perang' masing-masing untuk dimenangkan. Jadi berhenti mengasihani diri sendiri karena satu-satunya pahlawan dalam perangmu adalah kau, bukan orang lain. (Arianna Bianchi: Ho lasciato il mio cuore a Perugia)
Hidup adalah soal keberanian. Menghadapi yang tanda tanya tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar. Terimalah dan hadapilah. (Soe Hok Gie : Mandalawangi – Pangrango)
PERSEMBAHAN 1. Bapak dan Ibuku tercinta, atas nasihat, doa, dan kasih sayang tiada henti, sepanjang hidupku. 2. Kak Ringga dan Dik Berda tersayang atas pengertian dan dukungannya selama ini. 3. Paduan Suara Mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang, atas kesempatan dan pengalaman berharga yang tak terlupakan untukku.
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi pada : Hari
: Senin
Tanggal
: 16 September 2013
Disetujui oleh, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dra. Tri Wahyu Hari Murtiningsih, M.Si NIP. 19640506 1990032 002
Yuli Rohmiyati, S.Sos, M.Si NIP. 19800704 200812 2 002
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini telah diuji oleh Panitia Ujian Skripsi pada tanggal 1 Oktober 2013 Ketua Penguji,
Drs. Ary Setyadi, M.S NIP. 195809091984031002
Anggota I,
Endang Fatmawati, M.Si., M.A NIP. 132314562
Anggota II,
Yuli Rohmiyati, S.Sos., M.Si. NIP. 19800704 200812 2 002
Anggota III,
Dra. Tri Wahyu Hari Murtiningsih, M.Si NIP. 19640506 1990032 002
PRAKATA Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Pemustaka pada Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi Sebagai Sumber Belajar di SMP Negeri 19 Semarang” ini dengan baik. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Agus Maladi Irianto, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. 2. Dr. Dewi Yuliati, M.A. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. 3. Drs. Ari Setyadi, M.S. Selaku Ketua Jurusan Program Studi Reguler II Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro sekaligus dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran pada skripsi ini sehingga menjadi lebih sempurna dalam penulisannya; 4. Dra. Tri Wahyu H. M, M.Si dan Yuli Rohmiyati, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan laporan penulisan skripsi ini; 5. Endang Fatmawati, M.Si, M.A selaku dosen pengiji yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini sehingga menjadi lebih sempurna. 6. Ellen CH. Mugroho, SH, M.Hum selaku Dosen Wali yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis selama ini;
7. Kepala Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang yang telah meluangkan waktu dan memberi kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 19 Semarang; Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu dengan hati terbuka penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan tulisan yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Lintas Jalur Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro pada khususnya dan semua pihak yang memerlukan pada umumnya.
Semarang, 1 Oktober 2013
Penulis
ABSTRAK Skripsi ini berjudul Persepsi Pemustaka pada Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber Belajar di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi pemustaka pada pemanfaatan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan jenis data kualitatif yaitu pendapat seseorang. Sedangkan sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) metode pengumpulan data, yaitu wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik pengolahan data meliputi: memahami data, mengklasifikasi data, dan mengolah data. Keabsahan data telah dilakukan dengan teknik pemeriksaan triangulasi. Hasil penelitian diketahui pemanfaatan koleksi nonfiksi dilakukan dua kali dalam seminggu pada jam istirahat. Tujuan kunjungan pemustaka ke perpustakaan adalah membaca buku nonfiksi tentang ilmu pengetahuan alam dengan lama kunjungan antara 20 sampai 30 menit sekali berkunjung. Rata-rata pemustaka sering meminjam buku di perpustakaan karena adanya minat dan kebutuhan dari pemustakanya untuk menunjang proses belajar pemustaka. Dari hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa persepsi pemustaka pada pemanfaatan koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang sudah cukup baik. Pemanfaatan koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang dilakukan karena adanya minat dan kebutuhan dari pemustakanya. Pemanfaatan dilakukan untuk menunjang proses belajar pemustaka. Adapun motivasi pemustaka memanfaatkan koleksi nonfiksi adalah untuk menambah pengetahuan mereka. Adanya ketersediaan koleksi dengan kualiatas dan kuantitas koleksi yang baik juga menjadi alasan pemustaka memanfaatakan koleksi nonfiksi perpustakaan sebagai sumber belajar.
Kata kunci: persepsi, metode, pemanfaatan, koleksi nonfiksi, sumber belajar, Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i PERNYATAAN .............................................................................................. ii MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iii HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................v PRAKATA ..................................................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................... ….. ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ......................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................................4
1.3
Tujuan yang Hendak Dicapai ................................................................4
1.4
Manfaat Penelitian ...............................................................................4
1.5
Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................5
1.6
Batasan Istilah ......................................................................................5
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1
Definisi……..……………………………….........................................7
2.1.1
Definisi Persepsi ...................................................................................7
2.1.2
Definisi Perpustakaan Sekolah .............................................................8
2.1.3
Definisi Koleksi .................................................................................10
2.2
Sumber Belajar dan Pembelajaran ......................................................11
2.2.1
Sumber Belajar ...................................................................................11
2.2.2
Pembelajaran ......................................................................................12
2.3
Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi Sebagai Sumber Belajar di Perpustakaan Sekolah ....................................................................14
2.4
Jenis-Jenis Koleksi ..............................................................................20
2.4.1
Berdasarkan Bentuknya .....................................................................20
2.4.2
Berdasarkan Isinya .............................................................................21
2.5
Penelitian Sebelumnya .......................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian ...................................................................................23
3.2
Objek dan Subjek Penelitian ..............................................................23
3.3
Informan Penelitian .............................................................................24
3.4
Jenis dan Sumber Data ........................................................................25
3.4.1
Jenis Data ..........................................................................................25
3.4.2
Sumber Data .......................................................................................25
3.5
Teknik Pengumpulan Data ..................................................................26
3.5.1
Wawancara .........................................................................................26
3.5.2
Dokumentasi ......................................................................................27
3.6
Teknik Pengolahan Data ....................................................................27
3.7
Keabsahan Data ..................................................................................28
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SMP NEGERI 19 SEMARANG
4.1
Deskripsi Lokasi ................................................................................31
4.2
Struktur Organisasi ............................................................................33
4.3
Visi dan Misi ......................................................................................33
4.4
Koleksi ...............................................................................................34
4.5
Sarana dan Prasarana ..........................................................................37
4.6
Pemustaka ..........................................................................................38
4.7
Prestasi ...............................................................................................39
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1.
Kriteria Informan ...............................................................................40
5.2.
Analisis Penelitian ..............................................................................41
5.2.1. Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber Belajar di SMP Negeri 19 Semarang ..............................................................41 5.2.2. Persepsi Pemustaka pada Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber Belajar di SMP Negeri 19 Semarang .......................59
BAB VI PENUTUP
6.1.
Simpulan ............................................................................................79
6.2.
Saran ...................................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
: Data Informan
LAMPIRAN B
: Pedoman Wawancara
LAMPIRAN C
: Hasil Wawancara
LAMPIRAN D
: Dokumentasi
LAMPIRAN E
: Lembar Konsultasi Skripsi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Jumlah koleksi perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang….. 37
Tabel 2
Daftar koleksi nonfiksi dan koleksi referensi……………… 38
Tabel 3
Daftar peminjaman buku nonfiksi………………………… 40
Table 4
Jumlah Pengunjung Perpustakaan Tahun Pelajaran 2012/2013................................................ 42
Tabel 5
Daftar Informan…………………………………………… 44
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar. Salah satu sumber belajar yang sangat penting adalah perpustakaan. Dalam Undang Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dijelaskan bahwa perpustakaan sekolah merupakan sarana penunjang proses belajar mengajar di sekolah (dalam Sutarno NS, 2006: 43). Sedangkan dalam pasal 3 Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan menyebutkan bahwa perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Perpustakaan menurut IFLA dalam Sulistyo-Basuki (1993: 4) yaitu kumpulan materi tercetak dan media noncetak atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk digunakan pemustaka. Perpustakaan sebagai lembaga penyedia ilmu pengetahuan dan informasi mempunyai peran terhadap lembaga induk. Demikian halnya perpustakaan di dalam lingkungan pendidikan seperti sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan pusat sumber ilmu pengetahuan dan informasi yang berada di sekolah. Perpustakaan merupakan salah satu sarana dan fasilitas penyelenggaraan
pendidikan, sehingga setiap sekolah semestinya memiliki perpustakaan yang memadai (Sutarno, 2006: 39). Perpustakaan sekolah
harus dapat memaksimalkan perannya dalam
membantu siswa mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Dengan memaksimalkan perannnya, diharapkan perpustakaan sekolah membuat siswa terbiasa dengan aktivitas membaca, memahami pelajaran, mengerti maksud dari sebuah informasi dan ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya bermutu, sehingga pada akhirnya prestasi relatif mudah untuk diraih. Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu siswa dan para guru untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar. Agar dapat menunjang proses belajar mengajar, maka dalam pengadaan bahan pustaka harus mempertimbangkan kurikulum sekolah, serta selera para pemustakanya. Perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai sumber belajar, baik dalam proses kegiatan belajar mengajar secara formal maupun nonformal untuk membantu sekolah dalam upaya mencapai tujuan pendidikan di sekolah tersebut. Selain itu, perpustakan dapat digunakan sebagai sarana peningkatan wawasan dan pengetahuan, meningkatkan minat dan kebiasaan membaca siswa. Perpustakaan sekolah juga dapat dijadikan sebagai sarana pencarian pengetahuan/informasi maupun sebagai tempat diskusi, ajang bertukar pikiran antar kelompok belajar. Bagaimana cara agar pemustaka memanfaatkan perpustakaan secara efektif dan efisien, menjadi pertanyaan besar. Banyak faktor yang mengakibatkan
pemanfaatan perpustakaan menjadi kurang maksimal. Pertama dari rendahnya minat baca pemustaka. Masyarakat dalam memberikan sesuatu termasuk ceritacerita terdahulu lebih mengandalkan tutur daripada tulisan. Budaya lisan itulah yang menjadi salah satu penyebab lemahnya budaya baca masyarakat, termasuk minat pada pustaka dan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan, hal tersebut berlangsung secara turun temurun hingga generasi sekarang (Wiranto, 2008:75). Minat baca/ gemar membaca harus dibiasakan pada usia dini. Faktor pendorong tumbuhnya minat baca adalah ketertarikan, kegemaran, dan hobi membaca (Sutarno, 2006: 27). Kebiasaan membaca sejak usia dini dapat menjadi budaya pada dirinya sehingga akan tumbuh minat baca. Kedua dari pihak sekolah yang kurang memaksimalkan perpustakaan sekolah. Salah satu sekolah yang memaksimalkan peran perpustakaan adalah SMP Negeri 19 Semarang yang mengajarkan siswa-siswanya untuk gemar membaca dengan program ”Pembiasaan Perpustakaan” yang sering disebut dengan ”Jam Perpustakaan”. Jam Perpustakaan ini merupakan suatu kegiatan dimana seluruh siswa diwajibkan berkunjung ke perpustakaan satu jam setiap minggunya. Dalam kegiatan ini siswa tidak hanya berkunjung, namun juga diberikan tugas-tugas yang berkaitan dengan kurikulum. Program ini dapat memotivasi siswa untuk membaca di perpustakaan. Perpustakaan di SMP Negeri 19 Semarang juga mengalami peningkatan yang sangat pesat dengan adanya beberapa prestasi yang diraih.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Persepsi Pemustaka pada Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber Belajar di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang.”
1.2 Rumusan Masalah Untuk membatasi pola pikir penulis, maka penulis merumuskan hal sebagai berukut: “Bagaimana persepsi pemustaka pada pemanfaatan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang?”
1.3 Tujuan yang Hendak Dicapai Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi pemustaka pada pemanfaatan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar di SMP Negeri 19 Semarang.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut, a. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam pengambilan
keputusan
yang
berkaitan
pemanfaatan koleksi nonfiksi perpustakaan.
dengan
pengembangan
dan
b. Bagi
perpustakaan,
penelitian
ini
bermanfaat
sebagai
dasar
dalam
pemberdayaan perpustakaan agar dapat dimanfaatan oleh pemustakanya, terutama para siswa, secara efektif dan efisien
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini terfokus pada Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang yang beralamat di Jalan Abdulrahman Saleh Manyaran Semarang dan diharapkan dapat mencerminkan karakteristik pemanfaatan koleksi nonfiksi perpustakaan sekolah di Semarang. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan November 2012 sampai dengan Maret 2013.
1.6 Batasan Istilah 1. Persepsi dalam penelitian ini merupakan pandangan dan penilaian pemustaka terhadap pemanfaatan koleksi nonfiksi di perpustakaan. 2. Pemustaka dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 19 Semarang. 3. Pemanfaatan koleksi dalam penelitian ini adalah keterpakaian koleksi baik yang dibaca di perpustakaan maupun yang dibawa pulang oleh pemustaka. 4. Perpustakaan dalam penelitian ini adalah Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. 5. Sumber belajar dalam penelitian ini adalah perpustakaan sekolah yang merupakan sumber informasi baik itu berupa data atau wujud tertentu yang
dapat digunakan siswa untuk mempermudah dalam mencapai tujuan belajarnya. 6. Jam perpustakaan adalah suatu program Pembiasaan Perpustakaan yang merupakan kebijakan yang dibuat oleh SMP Negeri 19 Semarang, dengan setiap siswa diwajibkan berkunjung ke perpustakaan satu jam setiap minggu dengan dibimbing oleh guru Bahasa Indonesia.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
2.1 Definisi 2.1.1 Definisi Persepsi Persepsi
adalah
proses
internal
yang
memungkinkan
kita
memilih,
mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2001: 167). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya (Alwi, 2008: 863). Menurut Suwarno (2009: 52), persepsi merupakan suatu proses membuat penilaian atau membangun kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang. Sedangkan Walgito (1989: 69) mendefinisikan persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Selain stimulus, faktor yang berperan dalam persepsi, yang menjadi syarat terjadinya persepsi yaitu objek atau stimulus yang dipersepsi; alat indera dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf, yang merupakan syarat fisiologis; dan perhatian yang merupakan syarat psikologis (Walgito, 1989: 71).
Persepsi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu persepsi benda dan persepsi sosial. Persepsi benda, objek stimulusnya merupakan suatu hal atau benda yang nyata dan dapat diraba, dirasakan dan dapat diindera secara langsung. Sedangkan persepsi sosial stimulusnya tidak bisa diraba, dirasakan, dan hanya dapat ditangkap melalui sejumlah petunjuk, misalnya motif, emosi, sikap, dan lainnya (Suwarno, 2009: 52). Hasil dari persepsi bisa berupa tanggapan atau penilaian yang berbeda dari individu. Persepsi pemustaka perlu diketahui oleh perpustakaan untuk melihat apakah koleksi nonfiksi di perpustakaan sudah memenuhi kebutuhan dan harapan pemustaka. 2.1.2 Definisi Perpustakaan Sekolah Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah, baik sekolah dasar, menengah, maupun sekolah menengah umum. Tujuan perpustakaan sekolah diselenggarakan di sekolah adalah untuk menunjang program belajar mengajar di sekolah tersebut. Menurut Rahayuningsih (2007:6), perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang melayani para siswa, guru, dan karyawan pada suatu sekolah tertentu. Sementara itu menurut Lasa (2007: 21) menyatakan bahwa perpustakaan merupakan sistem informasi yang di dalamnya terdapat aktivitas pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian, penyajian, dan penyebaran informasi. Sulistyo-Basuki (1993: 50) mendefinisikan perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh sekolah yang bersangkutan, dengan tujuan utama membantu sekolah untuk
mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan pendidikan pada umumnya. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada dalam suatu sekolah yang kedudukan dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah; yang melayani sivitas akademika sekolah yang bersangkutan (Surachman, 2007: 2). Keberadaan perpustakaan sekolah diharapkan berfungsi sebagai media pendidikan, tempat belajar, penelitian sederhana, pemanfaatan teknologi informasi, kelas alternatif, dan sumber informasi (Lasa , 2007: 13). Ada beberapa fungsi perpustakaan menurut Bafadal (2008: 6) yaitu, 1. Fungsi edukatif, yaitu perpustakaan sekolah menyediakan buku-buku fiksi maupun nonfiksi. Adanya buku-buku tersebut dapat membiasakan murid-murid belajar mandiri tanpa bimbingan guru, baik secara individu maupun berkelompok. 2. Fungsi informatif, yaitu perpustakaan sekolah bukan hanya menyediakan bahan pustaka buku tetapi juga menyediakan bahan pustaka non buku (non material) seperti majalah, buletin, surat kabar, pamflet, guntingan artikel, peta, bahkan dilengkapi juga dengan alat-alat pandang-dengar seperti overhead proyektor, LCD, televisi, tape recorder dan sebagainya. 3. Fungsi tanggung jawab administrasi, yaitu fungsi ini tampak pada kegiatan sehari-hari di perpustakaan sekolah. Kegiatan peminjaman dan pengembalian buku selalu dicatat oleh guru pustakawan, setiap murid yang masuk harus menunjukkan kartu anggota perpustakaan dan selalu mengisi pada buku daftar pengunjung perpustakaan.
4. Fungsi riset, yaitu adanya bahan pustaka yang lengkap, murid-murid dan guruguru dapat melakukan riset dengan mengumpulkan data atau keterangan yang diperlukan. 5. Fungsi rekreatif, yaitu perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai tempat mengisi waktu luang. Menurut Darmono (2007: 5) menyatakan secara umum perpustakaan mengemban beberapa fungsi yaitu: fungsi informasi, fungsi pendidikan, fungsi kebudayaan, fungsi rekreasi, fungsi penelitian, fungsi deposit. 2.1.3 Definisi Koleksi Koleksi atau bahan pustaka merupakan modal awal bagi terselenggaranya perpustakaan. Pada umumnya masyarakat datang ke perpustakaan karena membutuhkan sumber informasi yang terdapat pada bahan pustaka. Begitu pula pada perpustakaan sekolah, bahan pustaka sangat dibutuhkan untuk menunjang belajar mengajar di sekolah. Bahan pustaka adalah bahan pustaka yang masuk atau diterima oleh perpustakaan baik berupa hasil karya seseorang maupun sekelompok orang/ badan/ lembaga yang diwujudkan dalam bentuk tercetak dan terekam. Hasil karya ini juga disebut dengan istilah karya cetak dan karya rekam (Perpustakaan RI, 1996: 29). Bahan pustaka yang merupakan wadah informasi menurut bentuk fisiknya ada berbagai macam, seperti: bagan, bentuk mikro, berkas komputer, bola dunia (globe), buku, film, foto udara, gambar, kartu peraga, peta, piringan hitam, pita gulung, poster, rekaman video, slide, dan lain-lain (Soeatminah, 1992: 23). Koleksi yang banyak digunakan pemustaka adalah koleksi buku. Buku adalah
terbitan cetakan dengan ketebalan paling sedikit 48 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku (Sulistyo-Basuki, 1991: 8). Buku merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan informasi berjangka panjang dan paling berpengaruh kepada perkenbangan budaya manusia.
2.2 Sumber Belajar dan Pembelajaran 2.2.1 Sumber Belajar 2.2.1.1 Definisi Sumber Belajar Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana kegiatan belajar, dinamakan sumber belajar. Sumber belajar adalah wujud fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran. Menurut Sanjaya (2008: 174), sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. AECT (Asssociation of Education and Communication Technology) dalam Darmono (2007: 6) mendefinisikan sumber belajar merupakan berbagai sumber baik berupa data, orang, atau wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik yang digunakan secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Berdasarkan dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah segala sesuatu baik berupa data, orang, atau wujud tertentu yang dapat dimanfaatkan
siswa
mempermudah siswa
untuk
kepentingan
proses
belajar
sehingga
dapat
mencapai tujuan belajarnya. Sumber belajar sangat
berperan dalam menyediakan berbagai ilmu pengetahuan dan informasi yang
diperlukan sesorang dalam mengembangkan berbagai kompetensi yang diinginkan pada bidang studi atau mata pelajaran yang dipelajarinya. 2.2.1.2 Jenis Sumber Belajar Mengacu pada definisi sumber belajar di atas, AECT (Asssociation of Education and Communication Technology) membedakan sumber belajar menjadi dua jenis yaitu: 1.
Sumber belajar yang dirancang atau sengaja dibuat untuk digunakan dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
2.
Sumber belajar yang tidak dirancang atau tidak disengaja dibuat terlebih dahulu tetapi langsung dipakai guna kepentingan pengajaran.
2.2.2 Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu proses untuk seseorang menjadi makhluk yang belajar. Menurut Mohamad Surya (2004: 7), pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran harus memiliki perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai satu sumber belajar, tetapi mereka juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai, seperti perpustakaan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah bahwa pembelajaran mengandung arti: terjadinya proses interaksi; ada pendidik; ada peserta didik; ada sumber belajar; terjadi dalam lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa prinsip yang menjadi landasan. Beberapa prinsip tersebut adalah: a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu ialah adanya perubahan perilaku dalam diri individu. Artinya seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya, tetapi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran. b. Hasil
pembelajaran
ditandai dengan perubahan
perilaku
secara
keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku yaitu aspek kognitif, konatif, afektif atau motorik. Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan. Di dalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah (Surya, 2004: 8-9).
2.3 Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber Belajar di Perpustakaan Sekolah Perpustakaan sekolah diselenggarakan bukan hanya bertujuan untuk menyimpan semua bahan pustaka, namun perpustakaan juga berfungsi membantu para siswa
dan guru untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dalam proses belajar mengajar. Perpustakaan sekolah akan tampak bermanfaat apabila benar-benar memperlancar pencapaian tujuan proses belajar mengajar di sekolah. Indikasi manfaat tersebut tidak hanya berupa tingginya prestasi siswa, tetapi lebih jauh lagi adalah siswa mampu mencari, menemukan, menyaring dan menilai informasi, siswa terbiasa belajar mandiri, siswa terlatih ke arah tanggung jawab, siswa selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya. Dari penjelasan singkat di atas, maka akan ditemukan 2 kultur pemanfaatan sumber belajar perpustakaan sekolah yang berupa karakteristik pemanfaatan bahan pustaka dalam bentuk tercetak dan noncetak. Bahan pustaka berbentuk cetak yang biasa digunakan adalah bahan pustaka buku. Jenis-jenis bahan pustaka yang dapat diadakan untuk perpustakaan adalah bahan pustaka dalam bentuk tercetak. Bahan pustaka tercetak meliputi buku, majalah, jurnal, tabloid dan surat kabar (Rahayuningsih, 2007: 13-14). Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan kriteris dan jenis sebuah perpustakaan (Sutarno, 2004: 66). Perpustakaan sekolah harus menyediakan bermacam-macam bahan pustaka, baik yang berupa buku maupun bukan berupa buku (nonbook material). Koleksi perpustakaan adalah koleksi yang disediakan berhubungan dengan mata pelajaran. Di perpustakaan sekolah, bahan pustaka yang banyak dikoleksi adalah buku, terutama buku nonfiksi karena buku-buku tersebut digunakan pemustaka sebagai buku pendamping belajar. Selain buku nonfiksi, perpustakaan sekolah juga menyediakan buku fiksi yang digunakan pemustaka sebagai hiburan.
Kebiasaan membaca pada pelajar dan anak-anak tergolong sangat rendah. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006, bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama dalam mendapatkan informasi. Masyarakat Indonesia yang menjadikan membaca sebagai sumber informasi baru sekitar 23,5%, sedangkan yang menonton televisi 85,9%, dan mendengarkan radio 40,3%. (Febriyanto, 2009: 9). Padahal membaca sangat penting, karena dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan seseorang. Pembiasaan membaca sejak dini sangat menentukan budaya membaca pada masyarakat. Kegiatan membaca yang dilakukan secara benar dan efektif dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang yang kemudian akan menjadi suatu budaya atau kebiasaan membaca bagi dirinya. Oleh karena itu, beberapa tahun lalu pemerintah mencanangkan bulan buku, bahasa, gemar membaca atau bulan aksara. Hal ini bertujuan agar masyarakat membiasakan pemakaian bahasa yang baik dan membudayakan gemar membaca. Perpustakaan sekolah merupakan salah satu tempat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi siswa. Sebuah perpustakaan sekolah berperan penting dalam tujuan pembudayaan gemar membaca, karena selain sebagai proses belajar mengajar di sekolah, perpustakaan memiliki segudang informasi yang dapat merangsang minat baca siswa. Faktor yang dapat membangkitkan minat baca menurut Sutarno (2006: 29), yaitu: 1. Rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan, dan informasi
2. Keadaan lingkungan fisik yang memadai 3. Keadaan lingkungan sosial yang lebih kondusif 4. Rasa haus informasi, rasa ingin tahu, terutama yang aktual 5. Berprinsip bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani Kelima faktor di atas berkaitan dengan perilaku dan motivasi dari pemustaka. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Alwi, 2008: 859). Agar siswa dapat terangsang untuk membaca, perpustakaan perlu melakukan inovasi dalam hal pengadaan koleksi maupun dalam hal layanan perpustakaan. Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (Alwi, 2008: 756). Pada beberapa orang, minat baca tidak datang dengan sendirinya, ada yang butuh dorongan untuk membaca. Di sekolah-sekolah telah diadaakan suatu program pembiasaan perpustakaan, hal ini dapat memotivasi para siswa untuk datang ke perpustakaan dan membaca buku meskipun hanya karena tugas. Namun hal ini dapat menjadi budaya dan kebiasaan pada diri siswa. Motivasi belajar siswa merupakan hal yang penting bagi pencapaian prestasi belajar siswa. Menurut Muhibbin Syah (2009: 153), motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik merupakan hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Yang termasuk
motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. 2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik merupakan hal da keadaan yang datang dari luar diri siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Contohnya adalah pujian dan hadiah, tata tertib sekolah, guru, orang tua dan seterusnya. Kurangnya motivasi baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik pada siswa, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses belajar baik di sekolah maupun di rumah. Sebaliknya, dengan adanya motivasi belajar, siswa akan bersemangat dalam belajar dan haus akan ilmu pengetahuan. Jika sudah demikian, maka bukan tidak mungkin akan terjadi pemanfaatan koleksi. Menurut Hamsah B.Uno (2011: 23), hakikat motivasi belajar adalah hasrat internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator yang mendukung. Indikator tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya penghargaan dalam belajar e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Pemanfaatan koleksi perpustakaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang meliputi kebutuhan dan minat. Pawit M Yusuf (1995: 6) menyatakan bahwa setiap indivisu memiliki perbedaan dalam kebutuhan informasinya. Sedangkan dalam dunia perpustakaan, kebutuhan pemustaka akan informasi berbeda-beda sesuai dengan latar belakang pencari informasi.kebutuhan dalam penelitian ini adalah kebutuhan pemustaka pada koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar di sekolah. Selain kebutuhan, minat juga termasuk dalam faktor internal. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 916). Minat merupakan motivasi untuk mendorong seseorang melakukan apa yang dia inginkan. 2. Faktor Eksternal Faktor kedua adalah faktor eksternal. Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari luar individu, misalnya faktor lingkungan atau faktor orang. Dalam perpustakaan faktor eksternal meliputi kondisi fisik perputakaan seperti ketersediaan koleksi, kualitas dan kuantitas koleksi, kondisi perpustakaan,
petugas yang melayani pemustaka, dan ketersediaan fasilitas menemuan kembali informasi. Menurut Latif Nasution (2011: 3) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan koleksi perpustakaan sekolah yaitu: a. Minat Siswa Faktor ini sangat menentukan pemanfaatan koleksi di perpustakaan sekolah, karena adanya pendorong dalam diri siswa untuk memanfaatkan perpustakaan sekolah demi kelancaran studinya. b. Tenaga Pengelola Faktor ini sangat berperan menentukan berhasil tidaknya sebuah perpustakaan. Oleh karena itu, penyelenggara dan pengelola harus menyadari kepentingan dan kedudukan perpustakaan bagi pelajar, memahami keperluan siswa dan kemudian menguasai liku-liku kegiatan dan pekerjaan perpustakaan itu sendiri. c. Koleksi Perpustakaan Koleksi perpustakaan sebenarnya sangat erat kaitannya dengan maksud didirikannya perpustakaan sekolah. Maka tentunya perpustakaan harus dapat menyediakan koleksi yang menunjang pengajaran yang dilaksanakan di sekolah. d. Motivasi Guru Motivasi guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi, karena dengan adanya motivasi yang diberikan oleh guru untuk memanfaatkan
perpustakaan dalam aktivitas belajarnya akan memacu siswa untuk meningkatkan aktivitas belajarnya. e. Gedung dan Fasilitas Perpustakaan. Keadaan gedung perpustakaan dan fasilitas perpustakaan yang baik akan mendorong siswa untuk berkunjung ke perpustakaan.
2.4 Jenis-jenis Koleksi 2.4.1 Berdasarkan Bentuknya Berdasarkan bentuknya, koleksi dapat berupa bahan pustaka cetak dan noncetak. Menurut Soeatminah (1992: 23-25), Jenis-jenis koleksi cetak adalah sebagai berikut, buku teks atau monografi, buku fiksi, majalah, surat kabar, brosur atau pamflet, buku referensi. Sedangkan koleksi noncetak antara lain mikrofis, film mikro, kaset, piringan hitam, dan CD-room (Lasa , 2007: 60).
2.4.2 Berdasarkan Isinya Berdasarkan isinya, koleksi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu, 1.
Buku Fiksi Buku fiksi adalah buku yang berisi cerita rekaan, tidak nyata, contohnya: cerita pendek, cerita rakyat, novel, roman, dan lain-lain (Soeatminah, 1992: 23).
2.
Buku Nonfiksi
Buku nonfiksi adalah buku-buku ilmu pengetahuan. Buku nonfiksi berisi pengetahuan yang memuat hasil pemikiran dan pengamatan seseorang yang dituangkan dalam bentuk karya cetak seperti buku teks, bibliografi, buku referensi (Yulia, 1993: 4). Menurut Yusuf (1995: 290) buku nonfiksi adalah buku yang pembahasannya berdasarkan fakta atau kenyataan. Sedangkan menurut Bafadal (1992: 27), buku nonfiksi adalah buku ilmu pengetahuan yang memuat hasil pemikiran dan pengamatan seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk karya cetak. Bisa disimpulkan bahwa buku nonfiksi disusun berdasarkan kajian keilmuan atau berasal dari pengalaman si penulis buku dan berdasarkan data-data nyata atau fakta yang ada dan bisa diuji kebenaranya. Contoh buku nonfiksi, antara lain buku biografi, buku pendamping, buku literatur, buku motivasi.
2.5 Penelitian Sebelumnya Berkaitan dengan penelitian tentang pemanfaatan koleksi perpustakaan, Media Novia Sari dalam penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Koleksi Monograf dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pemakai di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta” tahun 2005 menyimpulkan bahwa frekuensi pemanfaatan pada subjek agama (200) dan karya fiksi berjumlah 32 (16,2%) dari seluruh pemanfaatan sebanyak 197 (100%). Dari hasil tersebut jelas bahwa koleksi monograf di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta belum sepenuhnya dimanfaatakn secara merata pada subjek tertentu. Indah Tri Pujiati dalam penelitian “Pengaruh pemanfaatan Koleksi Perpustakaan terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD
Petompon 05-06-07 Semarang Tahun 2007” menyimpulkan bahwa pemanfaatan koleksi perpustakaan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SD Petompon 05-06-07 Semarang Tahun 2007, pada kenyataanya menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa siswa sebanyak 17,90%. Mahyum Effendi dalam penelitian “Pemanfaatan Koleksi Buku Teks Pelajaran pada Perpustakaan Sekolah dalam Kegiatan Belajar Mengajar Siswa Kelas VIII MTS Negeri Karangawen Demak Tahun 2010” menyimpulkan bahwa tingkat pemanfaatan koleksi buku teks pelajaran dengan cara meminjam di perpustakaan mempunyai prosentase sebesar (42,85%). Koleksi buku teks pelajaran yang sering dipinjam siswa kelas VIII (53,52%) adalah buku sejarah.
BAB III METODE PENELITIAN
Suatu penelitian membutuhkan data-data yang relevan, lengkap dan objektif untuk mendapatkan kebenaran sesungguhnya tentang objek penelitian yang sedang diteliti agar dapat memecahkan masalah dan tidak menjadi rancu atau terjadi kesalahan dalam memaparkan materi. Maka dari itu, suatu penelitian memerlukan metode penelitian.
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, maupun tindakan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata (Moleong, 2010: 6).
3.2 Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah persepsi pemustaka pada pemanfaatan koleksi nonfiksi perpustakaan sebagai sumber belajar di SMP Negeri 19 Semarang. Adapun subjek penelitian ini adalah pemustaka SMP Negeri 19 Semarang.
3.3 Informan Penelitian Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajianya tidak akan diberlakukan pada populasi tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial dalam kasus yang dipelajari (Sugiyono, 2010: 50). Dalam penelitian ini informannya adalah siswa SMP Negeri 19 Semarang yang berkunjung ke perpustakaan dan memanfaatkan koleksi nonfiksi perpustakaan.
Untuk
menentukan
informan,
peneliti
memiliki
beberapa
pertimbangan sebagai berikut: 1. Siswa yang sering berkunjung ke Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. 2. Siswa yang sering meminjam koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. 3. Siswa yang benar-benar memanfaatkan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar. Pada tahap ini, peneliti mengobservasi selama beberapa hari sebelum menentukan informan yang sesuai kriteria. Jumlah informan yang diambil peneliti dalam penelitian ini adalah 5 (lima) informan dengan kriteria yang telah ditentukan. Informan-informan tersebut merupakan siswa kelas VIII dan kelas IX di SMP Negeri 19 Semarang.
3.4 Jenis dan Sumber Data 3.4.1 Jenis Data Data merupakan suatu informasi yang belum diolah yang dapat dimanfaatkan sebagai alat pemahaman terhadap suatu hal. Menurut Lofland dalam Moleong (2010: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif yaitu pendapat seseorang. 3.4.2 Sumber Data Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah sumber data yang diperoleh dari pengamatan atau dari wawancara, selebihnya merupakan sumber data berupa dokumen dan foto. Menurut Sangadji (2010: 43) sumber data adalah subjek penelitian tempat data menempel berupa benda, gerak, manusia, tempat dan sebagainya. Sumber data dalam penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu, a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan para informan yaitu pemustaka Perpustakaan SMP Negeri19 Semarang dan observasi langsung pada subjek penelitian di tempat penelitian selama penelitian.
b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang bersumber dari buku atau informasi melalui media perantara. Menurut
Sangadji (2010: 44) data sekunder
merupkan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh orang lain). Data sekunder dalam penelitian ini adalah statistik kunjungan pemustaka ke perpustakaan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan proses pengumpulan data atau bukti tentang objek penelitian. Salah satu penentu dari baik dan buruknya hasil dari pengumpulan data adalah cara pendekatan dan cara pengumpulan data. Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini, yaitu: 3.5.1 Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Nazir, 1988: 234). Melalui teknik ini peneliti bertujuan memperoleh data secara langsung dari sumber data yaitu pemustaka Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Peneliti mewawancarai 5 (lima) informan yang merupakan siswa kelas VIII dan kelas IX. Adapun indikator pertanyaan yang diajukan dalam wawancara, meliputi:
a. Persepsi pemustaka pada manfaat koleksi nonfiksi di perpustakaan. Apakah buku nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang bermanfaat membantu dan memudahkan siswa dalam menambah sumber belajar atau tidak. b. Persepsi pemustaka pada tujuan pemanfaatan koleksi nonfksi di perpustakaan. Apakah pemustaka terpaksa meminjam karena tugas dari guru atau karena keinginannya sendiri untuk menambah ilmu pengetahuan. c. Motivasi pemustaka memanfaatkan koleksi nonfiksi perpustakaan. 3.5.2 Dokumentasi Metode dokumentasi dipakai untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber dokumen yang mendukung. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2010: 82). Dalam penelitian ini, penerapan dokumentasi yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku ilmu pengetahuan, catatan, dokumen tertulis, literatur, yang berhubungan dengan objek penelitian. Peneliti juga mempelajari penelitian sebelumnya untuk menjadi acuan penelitian ini. Selain itu peneliti membaca dan mencatat tingkat kunjungan di perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang mulai dari bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Desember 2012.
3.6 Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahan data merupakan teknik analisis data. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan catatan lapangan dengan cara mengorganisir data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri-sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2010: 244). Tahapan analisis data dalam penilitian ini, adalah a.
Memahami data yang diperoleh dari lapangan. Hasil wawancara dengan informan dan catatan lapangan.
b.
Mengklasifikasi data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan dan catatan lapangan. Dalam hal ini peneliti memilah antara data yang sesuai dengan tema masalah dan data yang tidak sesuai.
c.
Mengolah data dari hasil wawancara yang dimaksudkan untuk mendapatkan inti jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
3.7 Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dalam penelitian dilakukan dengan tujuan agar dapat menghasilkan temuan dan interpretasi data yang absah dan dapat diterima oleh semua pihak. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas empat kriteria, yaitu
derajat
kepercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2008: 324). Menurut Sugiyono (2010: 147) ada empat uji keabsahan data, yaitu uji kredibilitas data (validasi internal), uji dependabilitas (reliabilitas) data, uji transferabilitas
(validasi
eksternal/generalisasi),
dan
uji
konfirmabilitas
(objektinitas). Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji kredibilitas data. Fungsi dari pengujian ini adalah untuk melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan kita dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penelitian kita dengan jalan pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti (Moleong, 2010: 324). Ada tujuh jenis teknik pengujian kredibilitas, yaitu perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketentuan, trigulasi, diskusi dengan teman sejawat, member check, analisis kasus negatif, dan menggunakan bahan referensi. Namun, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan trigulasi saja. Triangulasi adalah teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2010: 330). Trigulasi merupakan teknik untuk memeriksa kembali hasil penelitian dengan cara membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori yang telah ada sebelumnya. Dalam
penelitian ini
mempertimbangkan pemakaian jenis triangulasi yang tepat sesuai kondisi di lapangan. Peneliti tidak mungkin menggunakan semua jenis bersamaan. Ada tiga jenis triangulasi yang digunakan, yaitu:
a. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber merupakan teknik trigulasi yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui berbagai sumber (Prastowo, 2011: 269). Pada penelitian ini, data diperoleh dari informan (pemustaka) dan petugas perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Data tersebut dianalisis dan menghasilkan suatu kesimpulan. Kemudian dimintakan kesepakatan (member check) dengan sumber data. b. Triangulasi Teknik Triangulasi teknik merupakan teknik trigulasi yang digunakan untuk meguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Prastowo, 2011: 270). Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data melalui wawancara, kemudian dicek melalui observasi. Apabila ada perbedaan, maka dilakukan diskusi lebih lanjut untuk memastikan data mana yang paling benar. c. Triangulasi Waktu Triangulasi waktu merupakan teknik trigulasi yang dilakukan dengan cara melakukan pengecekan melakukan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda (Prastowo, 2011: 270). Waktu juga sering mempengaruhi kredibiltas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan lebih valid sehingga lebih kredibel. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada pagi dan siang hari. Dengan begitu maka dapat
diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama atau berbeda kepada peneliti.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SMP NEGERI 19 SEMARANG
4.1 Deskripsi Lokasi SMP Negeri 19 Semarang berdiri tahun 1977 dengan nama awal SMP Borobudur Semarang. Pengambilan nama ini disesuaikan dengan tempat berdirinya yaitu di jalan Borobudur Selatan. Seiring dengan perkembangan waktu, perhatian pemerintah pusat dalam hal ini adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, maka sekolah ini diubah namanya menjadi SMP Negeri Manyaran. Sejak tahun 1982 dan sampai sekarang SMP Negeri Manyaran berganti nama menjadi SMP Negeri 19 Semarang. Sejak berdiri sampai sekarang SMP Negeri 19 Semarang banyak mengalami perubahan dan pergantian kepala sekolah. SMP Negeri 19 Semarang sampai saat ini sudah mengalami pergantian delapan kali dan sejak Oktober 2012 yang menjabat sebagai kepala sekolah adalah Bapak Muhammad Ahsan, S.Ag, M.Kom. Sejak tahun 2008 SMP Negeri 19 Semarang sudah mengajukan sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN). SMP Negeri 19 Semarang terletak di sebelah barat kota Semarang. Tepatnya di Jl. Abdulrahman Saleh Manyaran Semarang Telp. (024) 7607932, memiliki 48 guru dan 19 karyawan serta 929 siswa. SMP Negeri 19 mempunyai gedung perpustakaan dengan luas bangunan 251 m². Bangunan yang dibangun dengan dana impress tahun 1996/1997 ini lokasinya
terletak di samping Ruang Multimedia, situasi tenang, mudah dijangkau oleh pemustaknya dan ditangani oleh 4 tenaga yang terlatih. Keadaan gedung yang teratur membuat aktivitas di perpustakaan dapat berjalan lancar. Sirkulasi udara cukup baik, begitupula dengan penerangan ruangannya. Letak gedung perpustakaan yang cukup strategis dengan cukupnya sinar matahari yang masuk dalam ruangan dan sirkulasi udara yang baik, serta situasiyang tidak terlalu ramai, membuat pemustaka nyaman berada di perpustakaan. Setiap awal tahun pelajaran, Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang melaksanakan program kerja seperti pengadaan dan pengolahan koleksi, pengerjaan administrasi, dan lain sebagainya demi mencapai tujuan perpustakaan. Pengelola perpustakaan juga melakukan promosi dengan mengenalkan koleksikoleksi yang dimiliki perpustakaan dan memberikan bimbingan minat baca pada siswa baru. Pengelola perpustakaan bersama guru Bahasa Indonesia bekerjasama untuk membiasakan para siswa berkunjung ke perpustakaan dengan cara mengajak siswa berkunjung ke perpustakaan saat jam pelajaran minimal satu jam setiap minggunya. Kegiatan yang dilakukan bermacam-macam tergantung dari guru bidang studi tersebut.
4.2 Struktur Organisasi Struktur organisasi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang adalah Ibu Nunik Iswati, S.pd sebagai kepala perpustakaan, bagian teknis Ibu Sri Haryuni, Bagian Pelayanan Bp. Sumarlan, dan Bagian Administrasi Ibu Dewi. STRUKTUR ORGANISASI PERPUSTAKAAN SMP Negeri 19 Semarang
Kepala Sekolah
Kepala Perpustakaan
Bagian Pelayanan
Bagian Administrasi
Bagian Teknis
Gambar 1. Struktur Organisasi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang
4.3 Visi dan Misi VISI
:“BERPRESTASI,
BERBUDI
PEKERTI
LUHUR
BERKEPRIBADIAN MANTAP “ MISI : 1. Meningkatkan prestasi bidang akademik 2. Meningkatkan prestasi bidang olah raga dan seni 3. Menumbuhkan sikap jujur,sopan,santun danmandiri
DAN
4. Menumbuhkan rasa ikut handarbeni sekolah, sehingga dapat menjaga kebersihan, keindahan dan keamanan sekolah 5. Menerapkan menejemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan komite sekolah
4.4 Koleksi Koleksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang pada tahun pelajaran 2012/2013 terdiri dari koleksi cetak dan koleksi noncetak. Koleksi cetak terdiri dari koleksi referensi, nonfiksi, fiksi, buku teks utama, majalah 5 judul (Penyebar Semangat, Joyo Boyo, Trubus, Hello, Bola), surat kabar 2 judul (Kompas, Suara Merdeka). Sedangkan koleksi noncetak terdiri dari CD pembelajaran 88 judul dengan jumlah 247 keping yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Rincian koleksi tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1: Jumlah koleksi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang
Koleksi
Judul
Eksemplar
Referensi
1406
4394
Nonfiksi
1597
5374
Fiksi
788
2376
Buku Teks Utama
155
24236
5
-
Majalah
Surat Kabar
2
-
Noncetak (CD)
88
247
Sumber: Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang Berikut ini adalah daftar rincian koleksi nonfiksi dan koleksi referensi yang masuk buku induk perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang tahun ajaran 2012/2013 berdasarkan nomor klasifikasinya: Tabel: 2 Daftar koleksi nonfiksi dan koleksi referensi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang Jumlah No.
Klas
Subjek Judul
Eksemplar
1.
000
Karya Umum
210
395
2.
100
Filsafat
63
85
3.
200
Agama
271
1095
4.
300
IPS
736
1295
5.
400
Bahasa
245
1698
6.
500
Ilmu Murni
350
2151
7.
600
Teknologi
365
397
8.
700
Kesenian, Hiburan, Olah
275
651
Raga 9.
800
Kesusastraan
191
502
10.
900
Sejarah Ilmu Bumi
355
960
Sumber: Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang Koleksi buku nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang bervariatif meskipun kurang up to date. Banyak koleksi yang seharusnya sudah kuno dan informasinya sudah ketinggalan jaman, namun masih dilayankan. Pengadaan koleksi nonfiksi selalu diupayakan oleh perpustakaan setiap tahunnya, namun kendala biaya selalu menjadi penghambat. Sehingga pengadaannya juga kurang maksimal beberapa tahun belakangan. Saat ini penambahan koleksi buku di perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang masih bergantung pada sumbangan dari pemerintah, siswa, dan guru. Kebanyakan siswa menyumbang buku ke perpustakaan sebagai hukuman yang diberikan oleh guru. Kebanyakan pemustaka memanfaatkan koleksi buku nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang karena adanya tugas dari guru bidang studi. Buku-buku yang dipinjam hanya boleh dipinjam selama di sekolah dan tidak boleh dibawa pulang. Kebanyakan buku yang dipinjam adalah buku-buku Ilmu Pengetahuan Alam, terutama buku biologi dan fisika. Di bawah ini merupakan daftar peminjaman koleksi nonfiksi Semester 1 tahun ajaran 2012/2013 :
Tabel: 3 Daftar peminjaman buku nonfiksi Semester 1 tahun ajaran 2012/2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9. 10
Nomor Klas 000 100 200 300 400 500 600 700
Subjek Karya Umum Filsafat Agama IPS Bahasa Ilmu Murni Teknologi Kesenian, Hiburan, Olah Raga
800 Kesusastraan 900 Sejarah Ilmu Bumi Sumber: Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang
Jumlah Peminjaman 2 0 31 9 6 53 47 51
6 2
4.5 Sarana dan Prasarana Perabot yang dimiliki Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang antara lain: meja baca 6 buah, kursi baca 48 buah, rak buku 6 buah, almari buku referens 4 buah, almari buku katalog 1 buah, papan pengumuman 1 buah, rak koran 2 buah, rak majalah 2 buah, papan pamer 1 buah, meja baca perorangan (study carrel) 4 buah, tempat penitipan 1 buah, jam penitipan 1 buah, taman baca, komputer 4 unit (1 unit digunakan sebagai absensi pengunjung, 1 unit digunakan sebagai otomasi perpustakaan, 1 unit untuk internet, dan 1 unit untuk kegiatan administrasi perpustakaan). Selain itu memiliki 1 CCTV, 1 Tv 14 Inch, 1 TV 29 Inch, 1 buah VCD Player, 1 buah DVD (radio, Tape), 1 buah LCD, dan seperangkat alat dengar suara.
4.6 Pemustaka Pemustaka di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang adalah siswa-siswi, guru, karyawan, dan seluruh civitas akademika SMP Negeri 19 Semarang. Karena adanya pembiasaan perpustakaan, pihak sekolah memberikan tanggung jawab kepada guru-guru Bahasa Indonesia untuk mengajak siswasiswinya belajar di perpustakaan minimal satu jam tiap minggunya. Tidak hanya berkunjung, namun siswa-siswi juga diberikan tugas-tugas yang berkaitan dengan kurikulum. Maka dari itu, kunjungan pemustaka ke perpustakaan tergolong tinggi. Meskipun demikian, selama tiga tahun ini siswa belum bisa meminjam buku untuk dibaca di rumah, hanya diperbolehkan meminjam selama berada di sekolah. Hal ini dikarenakan pihak sekolah dan perpustakaan belum memberikan kartu anggota perpustakaan kepada siswa. Sehingga siswa hanya bisa membaca di perpustakaan. Berikut ini adalah tabel jumlah pengunjung Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang pada Tahun Pelajaran 2011/2012:
Tabel: 4 Jumlah Pengunjung Perpustakaan Tahun Pelajaran 2012/2013 No Semester 1 1 Juli 2 Agustus 3
September
Jumlah Pengunjung Semester 2 3990 Januari 5600 Pebruari 3965
Maret
Jumlah Pengunjung 4881 3619 3206
4
Oktober
3515
April
2246
5
Nopember
4112
Mei
1986
6
Desember
4221
Juni
1171
Jumlah
25.403
Jumlah
17.109
Sumber: Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang
4.7 Prestasi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang merupakan salah satu perpustakaan yang berprestasi. Perpustakaan ini pernah meraih juara dalam beberapa Lomba Perpustakaan pada tahun 2006 dan 2007, mulai tingkat Kota sampai tingkat Provinsi. Prestasi yang pernah diraih Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang, yaitu: 1.
Juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Kota Semarang tahun 2006.
2.
Juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Eks Karisidenan Semarang tahun 2006.
3.
Juara III Lomba Perpustakaan Tingkat Jawa Tengah tahun 2006.
4.
Juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Jawa Tengah tahun 2007.
BAB V HASIL PENELITIAN
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan catatan lapangan dengan cara mengorganisir data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri-sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2009: 244). Pada sub bab berikut membahas hasil penelitian berdasarkan pengamatan atau observasi, wawancara maupun dokumentasi, kemudian dilakukan teknik analisis deskriptif terhadap motivasi pemanfaatan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar di SMP Negeri 19 Semarang sehingga diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemustaka dalam memanfaatkan koleksi nonfiksi perpustakaan.
5.1 Kriteria Informan Informan dalan penelitian kualitatif ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu. Peneliti menentukan beberapa pertimbangan dalam menentukan informan. Jumlah informan yang diambil peneliti dalam penelitian ini adalah 5 (lima) informan dengan kriteria sebagai berikut: 1.
Siswa yang sering berkunjung ke Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang.
2.
Siswa yang sering meminjam koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang.
3.
Siswa yang benar-benar memanfaatkan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar. Berdasarkan kriteria tersebut di atas peneliti akan lebih mudah dalam menentukan
pemustaka yang akan dijadikan informan. Peneliti memilih lima pemustaka yang terdiri dari siswa kelas VIII dan kelas IX di SMP Negeri 19 Semarang sebagai informan dalam penelitian, yaitu: Table: 5 Daftar Informan
NAMA
KELAS
JENIS KELAMIN
1.
Novia Monicasari
IX-A
Perempuan
2.
Vada Annisa
IX-A
Perempuan
3.
Ajiyoko
IX-E
Laki-laki
4.
Bella Isahara
VIII-E
Perempuan
5.
Dinda Putri Astria
VIII-C
Perempuan
NO
5.2 Analisis Penelitian 5.2.1 Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber Belajar di SMP Negeri 19 Semarang Perpustakaan sekolah akan bermanfaat apabila benar-benar memperlancar pencapaian tujuan proses belajar mengajar di sekolah dengan adanya pemanfaatan koleksi oleh pemustakanya. Pemanfaatan koleksi dilakukan karena adanya kebutuhan dalam diri seseorang akan informasi dan ilmu pengetahuan. Begitu halnya dengan pemustaka SMP Negeri 19 Semarang yang memanfaatkan koleksi perpustakaan sekolah sebagai sumber
belajar. Pemustaka memanfaatkan koleksi dengan cara berkunjung ke perpustakaan. Perpustakaan dan guru Bahasa Indonesia bekerjasama untuk memaksimalkan perpustakaan dengan melaksanakan belajar mengajar di perpustakaan. 5.2.1.1 Jam Perpustakaan Berkaitan dengan pertanyaan mengenai topik pembicaraan adanya jam perpustakaan di kelas. Pertanyaannya sebagai berikut: ”Apakah ada jam perpustakaan di kelas Anda?” Ketiga informan dari kelas IX, Vada Anisa kelas IX-A, Novia Monicasari kelas IXA, dan Ajiyoko kelas IX-E menyatakan bahwa jam perpustakaan ada setiap satu jam seminggu ketika mereka kelas VII, namun sekarang jadwal jam perpustakaan tidak tentu. Jam berkunjungnya tergantung pada guru Bahasa Indonesia. Berikut pernyataannya: ”Sekarang ada, tapi tergantung Bu Wahyati (guru Bahasa Indonesia) kapan mau ke perpustakaannya.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
”Ada, tapi gak seperti waktu kelas VII. Kalau sekarang terserah gurunya.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
”Ada. Tapi jamnya gak pasti.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
Dua informan kelas VIII memiliki pernyataan sebagai berikut: ”Gak tau. Tapi kalau pelajarannya Bu Dewi (guru Bahasa Indoneisa) sering di perpustakaan.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
”Pernah beberapa kali. Kadang cuma disuruh pinjam buku di perpustakaan terus balik ke kelas lagi buat bikin ringkasan.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan dari informan, dapat diketahui bahwa saat ini jam perpustakaan yang terjadwal sudah ditiadakan. Namun, setiap guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 19 Semarang tetap mengajak para siswa untuk memanfaatkan perpustakaan dengan cara melaksanakan proses belajar mengajar di perpustakaan dan memberi tugas-tugas yang mengaharuskan siswa memanfaatkan koleksi di perpustakaan. Di luar kewajiban berkunjung ke perpustakaan karena tugas dari guru, pemustaka juga berkunjung ke perpustakaan ketika jam istirahat. Berdasarkan data kunjungan yang dimiliki perpustakaan, rata-rata pemustaka berkunjung dua atau tiga kali seminggu. 5.2.1.2 Frekuensi Kunjungan
Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan kunjungan informan ke perpustakaan dalam seminggu. Pertanyaannya sebagai berikut: ”Dalam satu minggu berapa kali Anda berkunjung ke perpustakaan?” Berdasarkan pertanyaan tersebut di atas, berikut jawaban dari salah satu informan: ”Lebih dari dua kali. Bisa sampai empat atau lima kali kalau lagi butuh referensi buat makalah.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
Vada Anisa berkunjung ke perpustakaan lebih dari dua kali dalam satu minggu. Frekuensinya bisa bertambah jika dia sedang membutuhkan referensi untuk bahan membuat KIR (Karya Ilmiah Remaja). Novia Monicasari juga mengatakan bahwa dia berkunjung ke perpustakaan dua kali atau lebih dalam seminggu. Namun ketika Novia membutuhkan referensi untuk mengerjakan tugas, dia akan lebih sering datang ke perpustakaan. Berikut pernyataannya: ”Biasanya saya datang ke perpustakaan sekitar dua kali dalam satu minggu. Tapi bisa lebih juga, gak tentu.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
Berbeda dengan dua informan di atas, ketiga informan lainnya menyatakan jumlah kunjungan yang berbeda-beda dalam satu minggu. Kunjungan ke perpustakaan ketiga informan di berikut tidak pasti setiap minggunya. Berikut pernyataannya: ”Kadang dua kali, tiga kali, kadang gak ke perpustakaan sama sekali.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Seringnya dua kali seminggu. Kadang-kadang ya sekali. Tapi kayaknya gak pernah lebih.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
”Kadang-kadang sekali, kadang-kadang dua kali.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
Berdasarkan pernyataan dari informan, dapat diketahui bahwa rata-rata kunjungan informan adalah dua kali dalam satu minggu dengan tujuan kunjungan yang berbeda. Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan lama kunjungan informan ke perpustakaan. Berikut pertanyaannya: ”Berapa lama Anda berkunjung ke perpustakaan?” Kelima informan berkunjung ke perpustakaan pada saat jam istirahat. Rata-rata lama berkunjungnya sekitar 20 sampai 30 menit. Berikut pernyataannya: ”Kira-kira ya 30 menitan lebihlah.” (Wawncara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
”Sekitar 15 sampai 20 menitan. Pokoknya selama istirahat.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
”20 sampai 30 menit.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”30 menitan mungkin.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
”Paling 5 menit atau 10 menit.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
Waktu istirahat di SMP Negeri 19 Semarang adalah 40 menit saat istirahat pertama dan 45 menit saat istirahat kedua. Vada Anisa, Novia Monicasari, Ajiyoko, dan Bella Isahara berkunjung ke perpustakaan dengan lama kunjungan yang hampir sama. Sedangkan Dinda Putri Astria memiliki waktu kunjungan yang berbeda dari informan lain. Dia berkunjung ke perpustakaan hanya sekitar 5 sampai 10 menit. Dinda mengatakan berkunjung ke perpustakaan hanya untuk meminjam buku untuk dibawa ke kelas dan dikembalikan saat pulang sekolah. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata para informan berkunjung antara 20 sampai 30 menit. Mereka memanfaatkan waktu istirahat mereka untuk berkunjung ke perpustakaan dengan tujuan masing-masing. Saat berkunjung ke perpustakaan informan tidak selalu meminjam buku perpustakaan.
5.2.1.3 Tujuan Kunjungan Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan tujuan kunjungan informan ke perpustakaan. Berikut pertanyaannya: ”Apa tujuan Anda datang ke perpustakaan?”
Berdasarkan pertanyaan di atas, Novia Monicasari siswa kelas IX-A menjawab sebagai berikut: ”Saya seringnya datang ke perpustakaan kalau mau mengerjakan tugas. Mencari referensi gitu.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
Menurut Novia, perpustakaan menyediakan informasi lebih banyak. Sehingga jika dia membutuhkan informasi untuk membantu mengerjakan tugasnya, dia akan datang ke perpustakaan. Jawaban Novia sedikit berbeda dengan Vada Anisa, siswa kelas IX-A yang menjawab sebagai berikut: ”Untuk mengisi waktu luang sambil baca-baca buku. Kadang-kadang untuk cari referensi.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
Vada berkunjung ke perpustakaan untuk mengisi waktu luangnya dan membaca buku. Namun, jika dia membutuhkan referensi untuk mengerjakan tugas, tempat pertama yang akan dia datangi untuk mencari referensi adalah perpustakaan. Sedangkan tujuan informan lain berkunjung ke perpustakaan adalah untuk membaca membaca buku atau meminjam buku. Berikut pernyataannya: ”Untuk baca-baca aja.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Baca-baca atau pinjam buat dibaca di kelas.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
”Ya pinjam buku biasanya.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
Tujuan Ajiyoko datang ke perpustakaan adalah untuk membaca buku. Buku yang dia baca di perpustakaan merupakan koleksi perpustakaan maupun buku yang dia bawa dari rumah. Berbeda dengan Ajiyoko, Dinda Putri Astria memiliki tujuan datang ke perpustakaan untuk meminjam buku. Biasanya Dinda meminjam buku karena ada tugas yang mengahruskan memakai koleksi perpustakaan. Sedangkan Bella Isahara berkunjung ke perpustakaan untuk membaca koleksi perpustakaan atau meminjam buku pendamping belajar untuk dibaca di kelas. Berdasarkan pernyataan dari informan, rata-rata tujuan informan datang ke perpustakaan adalah untuk membaca buku. Setiap kunjungan pemustaka ke perpustakaan terbatas pada jam istirahat saja. Kecuali pada saat ada tugas dari guru untuk ke perpustakaan.
5.2.1.4 Pemanfaatan Koleksi Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan informan selalu atau tidak selalu meminjam buku saat berkunjung ke perpustakaan. Berikut pertanyaannya: ”Apakah Anda selalu meminjam buku saat berkunjung ke perpustakan?” Berdasarkan pertanyaan di atas, berikut ini adalah jawaban dari informan: ”Selalu.” (Wawncara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
”Kadang-kadang.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
”Kadang minjem kadang gak.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Iya, sering pinjam.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
”Selalu.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
Vada Anisa, Bella Isahara, dan Dinda Putri Astria selalu meminjam buku saat mereka berkunjung ke perpustakaan. Menurut mereka, karena itulah tujuan mereka berkunjung ke perpustakaan. Sedangkan Novia Monicasari dan Ajiyoko hanya kadangkadang saja meminjam buku di perpustakaan. Alasan Novia karena kadang-kadang dia hanya mengerjakan tugas saja di perpustakaan. Sedangkan Ajiyoko beralasan karena dia membawa bukunya sendiri untuk dibaca di perpustakaan. Jumlah koleksi yang dipinjam informan saat berkunjung ke perpustakaan juga beragam. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata informan sering meminjam buku di perpustakaan.
5.2.1.5 Jumlah Koleksi yang Dipinjam Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan jumlah buku yang dipinjam informan dalam satu minggu. Berikut pertanyaannya: ”Dalam satu minggu berapa jumlah buku yang Anda pinjam?” Berdasarkan pertanyaan tersebut, keempat informan menjawab mereka meminjam kurang dari dua judul buku dalam satu minggu. Satu informan meminjam dua judul buku dalam satu minggu. Berukut pernyataannya: ”Satu buku aja.” (Wawncara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
”Seminggu satu buku.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
”Satu buku.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Cuma satu buku.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
Keempat informan tersebut menyatakan hanya meminjam satu buku dalam satu minggu. Satu buku yang dimaksud adalah satu judul buku. Berbeda dengan jumlah buku yang dipinjam keempat informan, Bella Isahara mengatakan meminjam dua judul buku dalam satu minggu. Berikut pernyataannya: ”Kalau saya pinjam dua buku.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
Bella meminjam dua buku dengan judul dan jenis buku yang berbeda. Biasanya dia meminjam buku nonfiksi dan buku fiksi. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa informan hanya meminjam satu buku dalam seminggu, karena mereka tidak diperbolehkan membawa pulang buku perpustakaan. Mereka hanya diijinkan meminjam dan membaca buku di lingkungan sekolah sampai jam pulang sekolah.
5.2.1.6 Jenis Koleksi yang Dipinjam Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan jenis koleksi yang yang sering dipinjam informan. Pertanyaannya sebagai berikut: ”Jenis koleksi apa yang sering Anda pinjam di perpustakaan?” Berdasarkan pertanyaan di atas, berikut jawaban dari informan: ”Saya seringnya pinjam buku nonfiksi.” (Wawncara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
”Buku nonfiksi, tapi kadang novel juga.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
”Ensiklopedi atau buku-buku fisika.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Yang sering sih ensiklopedi atau buku pelajaran soalnya buku fiksinya sedikit yang bagus.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
”Nonfiksi dan fiksi.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
Berdasarkan pernyataan dari kelima informan di atas, dapat diketahui bahwa mereka meminjam buku nonfiksi jika berkunjung ke perpustakaan. Meskipun terkadang meminjam buku fiksi juga.
5.2.1.7 Buku Nonfiksi yang Diminati Perpustakaan sekolah sebagai sumber informasi di sekolah, memberikan kemudahan bagi pemustakanya dalam memenuhi informasi serta membantu dalam proses belajar mengajar di sekolah. Di SMP Negeri 19 Semarang setiap tahun ajaran baru, masing-masing siswa akan mendapatkan pinjaman buku paket untuk mata pelajaran dari sekolah. Buku-buku tersebut antara lain buku Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Biologi, Sejarah, Ekonomi,
Geografi,
Matematika. Selain buku paket dari Pemkot yang dipinjamkan sekolah kepada siswa, para siswa juga membutuhkan buku penunjang lainnya sebagai sumber belajar mereka dan untuk menambah ilmu pengetahuan mereka seperti buku-buku nonfiksi.
Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembicaraan buku nonfiksi yang paling diminati oleh informan atau yang paling sering dipinjam di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang dan alasannya tertarik dengan buku tersebut. Berikut pertanyaannya: “Buku nonfiksi apa yang paling Anda minati atau yang paling sering Anda pinjam? Apa alasan Anda memilih buku tersebut?” Dari pertanyaan di atas, berikut adalah jawaban dari salah satu informan. “Saya suka baca buku tentang astronomi. Alasannya ya tertarik aja soalnya saya jadi bisa liat benda-benda luar angkasa lewat buku. (Wawancara dengan Bella Isahara, pada 4 Januari 2013) Menurut Bella Isahara, siswa kelas VIII-E koleksi nonfiksi tentang astronomi lebih menarik perhatiannya dari pada koleksi lainnya. Dia senang mempelajari dan menambah wawasannya tentang benda-benda luar angkasa dengan membaca buku-buku tentang asrtonomi. Pendapat lain disampaikan oleh dua informan lain, Novia dan Vada. Mereka lebih sering meminjam koleksi buku tentang biologi di perpustakaan. Berikut pernyataannya: “Kalau di perpustakaan, saya suka pinjam buku tentang biologi misalnya tentang tumbuh-tumbuhan. Karena saya suka dengan pelajaran bilogi.” (Wawancara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013) “Buku-buku tentang pengetahuan alam, misalnya biologi. Ya karena menurut saya buku-buku biologi sangat menarik. Selain itu saya butuh referensi untuk belajar.” (Wawancara dengan Vada Anisa, pada 5 Januari 2013) Menurut Novia Monicasari, siswa kelas IX-A mengatakan bahwa buku tentang biologi dapat menambah ilmu pengetahuan dan memenuhi kebutuhan akan informasinya. Sehingga dia lebih sering meminjam buku tentang biologi yang menurutnya buku-buku tersebut dapat memberi ilmu pengetahuan lebih
banyak dari pada hanya membaca buku paket dan LKS (Lembar Kerja Siswa) saja. Begitu pula dengan Vada Anisa, siswa kelas IX-A yang mengatakan bahwa buku-buku tentang pengetahuan alam lebih menarik dengan alasan yang sama, untuk menambah referensi dalam belajarnya. Berbeda dengan ketiga informan di atas yang lebih sering memanfaatkan buku-buku tentang ilmu pengetahuan alam, dua informan lain lebih memilih buku-buku tentang teknologi dan kesusastraan. Berikut pernyataannya: “Tentang pesawat atau mobil-mobil. Soalnya saya mau masuk SMK jurusan mesin.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013) “Saya suka baca buku-buku tentang sastra. Soalnya sering dapet tugas dari guru Bahasa Indonesia.” (Wawancara dngan Dinda, pada 4 Januari 2013) Ajiyoko, siswa kelas IX-E memilih ensiklopedi tentang teknologi terapan. Alasannya adalah karena dia akan masuk ke jenjang sekolah yang lebih tinggi dibidang mesin. Sehingga Ajiyoko memilih buku-buku tentang teknologi untuk menambah pengetahuannya di bidang tersebut. Sedangkan Dinda Putri Astria, siswi kelas VIII-C lebih menyukai buku-buku tentang kesusastraan dengan alasan sering mendapat tugas dari guru Bahasa Indonesia. Jadi Dinda meminjam bukubuku tersebut untuk menunjang belajarnya dalam menyelesaikan tugas dari guru. Menurut penjelasan dari informan, pemanfaatan koleksi nonfiksi di perpustakaan sekolah dilakukan dengan meminjam koleksi tersebut untuk dibaca di perpustakaan atau di kelas. Hal ini disampaikan oleh Novia Monicasari, siswa kelas IX-A . “Saya biasanya pinjam buku untuk dibaca di perpustakaan atau di kelas waktu ada pelajarannya. Soalnya buku-buku perpustakaan belum boleh dibawa
pulang selain buku paket yang dipinjamkan ke semua siswa.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013) Menurut Novia Monicasari juga, pemanfaatan koleksi nonfiksi ini dilakukan untuk membantu siswa dalam belajar, karena koleksi perpustakaan merupakan sumber belajar siswa di sekolah. Berdasarkan
pendapat-pendapat
informan
di
atas,
peneliti
dapat
menyimpulkan bahwa pemanfaatan buku nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang yang banyak diminati adalah buku-buku nonfiksi tentang ilmu pengetahuan alam. Menurut pendapat informan, buku tentang ilmu alam lebih menarik untuk dipelajari. Pemanfaatan koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang dilakukan karena adanya minat dan kebutuhan dari pemustakanya. Dan pemanfaatan dilakukan untuk menunjang dan menjadi sumber belajar pemustaka. Berdasarkan teori tentang fungsi perpustakaan yaitu fungsi edukatif menurut Bafadal bahwa perpustakaan sekolah menyediakan buku-buku fiksi maupun nonfiksi. Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang sudah mampu menyediakan koleksi fiksi dan nonfiksi sebagai pembiasaan siswa belajar mandiri serta sebagai sumber belajar bagi siswa. Selain karena kebutuhan dari diri siswa akan informasi dan ilmu pengetahuan, juga karena ketika memanfaatkan koleksi nonfiksi, siswa akan mendapat banyak keuntungan bagi dirinya sendiri. Sehingga penelitian ini sudah sesuai dengan teori. Sedangkan menurut teori pemanfaatan koleksi, bahwa pemanfaatan koleksi nonfiksi Perpustakaan di SMP Negeri 19 Semarang dilakukan karena adanya
dorongan dalam diri pemustaka untuk memanfaatkan koleksi nonfiksi dan karena adanya minat pemustaka.
5.2.2 Persepsi Pemustaka pada Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber Belajar di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang 5.2.2.1
Motivasi Pemanfaatan Koleksi
Setelah peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang, ada dua motivasi pemanfaatan koleksi nonfiksi yang ada dalam diri pemustaka menurut pendapat mereka yaitu karena adanya minat dan kebutuhan dalam diri pemustaka. Pertama karena adanya minat dan keinginan dalam diri siswa tersebut untuk menambah informasi serta ilmu pengetahuan. Kedua karena adanya dorongan atau kebutuhan, yaitu kebutuhan akan buku sebagai sumber belajar, misalnya mengerjakan tugas dari guru yang mengharuskan siswa untuk mengetahui sebagian informasi sebagai pelengkap dari makalah atau hanya sebagai rangkuman. Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembicaraan motivasi informan memanfaatkan buku-buku nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Berikut pertanyaannya: ”Apa motivasi Anda memanfaatkan buku-buku nonfiksi di perpustakaan?” Semua informan memiliki motivasi yang hampir sama dalam memanfaatkan koleksi nonfiksi, yaitu untuk menambah pengetahuan mereka dalam bidang ilmu yang mereka minati masing-masing. Seperti yang diutarakan oleh Bella Isahara, siswa kelas VIII-E sebagai berikut. ”Karena saya ingin menambah pengetahuan.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
Menurut Bella buku merupakan sumber ilmu pengetahuan, sehingga jika membaca buku maka dapat menambah pengetahuannya. Bella lebih menyukai buku-buku tentang astronomi. Menurutnya, buku tentang astronomi dapat menambah wawasan tentang benda-benda langit. Vada Anisa, siswa kelas IX-A juga mengutarakan hal yang sama, bahwa membaca dapat menambah ilmu pengetahuan. ”Motivasinya karena ingin menambah pengetahuan. Kalau cuma buku-buku paket yang pinjaman kepada siswa saja masih kurang.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
Vada membaca buku di perpustakaan karena dia merasa kurang jika hanya mengandalkan pada buku paket saja. Meskipun menurutnya koleksi perpustakaan masih kurang memuaskan, tetapi Vada sudah merasa buku-buku tersebut cukup menambah ilmu pengetahuan. Pendapat dari Novia dan Ajiyoko juga hampir sama dengan kedua informan di atas. Mereka memanfaatkan koleksi nonfiksi di perpustakaan karena adanya dorongan untuk menambah ilmu pengetahuan mereka sebagai bekal nanti saat mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berikut ini pernyataan dari Novia dan Ajiyoko. ”Saya membaca karena ingin nambah pengetahuan dan referensi belajar.” (Wawancara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013)
”Untuk nambah ilmu dan wawasan saja.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
Novia membaca karena ingin menambah pengetahuan dan referensi belajar. Dia berharap saat di SMA nanti, dia mampu mengikuti olompiade sains seperti saat SMP.
Sedangkan Ajiyoko ingin menambah ilmu dan wawasannya untuk bekal nanti ketika dia bersekolah di SMK jurusan mesin. Berbeda dengan empat pendapat informan di atas yang diketahui bahwa motivasi pemanfataan koleksi adalah karena adanya minat dari dalam diri mereka sendiri, Dinda Putri Astria, siswa kelas VIII-C memanfaatkan koleksi nonfiksi karena adanya tugas dari guru. ”Pinjam buku karena ada tugas dari guru suruh meringkas atau membuat makalah atau buat tentang cerita gitu.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
Pada dasarnya, pemustaka di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang belajar agar mereka mendapat nilai maksimal baik dari guru maupun saat mereka menghadapi ujian nasional kelak. Oleh karena itu, mereka memanfaatkan koleksi nonfiksi perpustakaan untuk mendapatkan sumber belajar lebih banyak daripada yang mereka dapatkan saat belajar di kelas. Pentingnya membaca, terutama membaca buku nonfiksi sangat disadari oleh pemustaka di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang.
Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan pendapat informan apakah buku nonfiksi bermanfaat bagi informan. Berikut pertanyaannya: “Apakah buku-buku nonfiksi di perpustakaan bermanfaat bagi Anda?” Berdasarkan pertanyaan di atas, informan mengatakan buku-buku nonfiksi sangat bermanfaat. Seperti yang dikatakaan oleh Vada Annisa, siswa kelas IX-A: ”Menurut saya sangat bermanfaat. Gak usah cari referensi kemana-mana, tinggal cari di perpustakaan.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
Vada Anisa mengatakan bahwa menurutnya buku-buku nonfiksi di perpustakaan sangat bermanfaat. Buku nonfiksi dapat membantu Vada dalam mencari sumber referensi untuk membuat tugas dari guru. Pendapat lain juga disampaikan oleh Novia Monicasari, siswa kelas IX-B bahwa membaca memiliki banyak manfaat. Terutama jika membaca buku nonfiksi. Karena dapat menambah ilmu pengetahuan dan informasi. Dengan adanya kebutuhan akan ilmu pengetahuan, maka terjadi adanya pemanfatan buku. ”Bermanfaat. Karena bisa memberi pengetahuan lebih.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
Novia Monicasari mengatakan bahwa buku nonfiksi perpustakaan bermanfaat. Karena menurutnya penjelasan guru di kelas masih kurang membuatnya puas, sehingga dia memanfaatkan koleksi perpustakaan. Selain dua pendapat informan di atas, tiga informan lain juga memiliki pendapat yang sama bahwa membaca sangat bermanfaat karena dapat menambah ilmu dan informasi. Berikut pernyataannya:
”Menurut saya buku nonfiksi sangat bermanfaat.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
”Buku nonfiksi sangat bermanfaat untuk nambah informasi.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Iya, bermanfaat.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa menurut pendapat informan, buku nonfiksi sangat bermanfaat bagi mereka. Selain menjadi pendamping dalam belajar, buku nonfiksi juga dapat memberi pengetahuan lebih bagi informan. Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembicaraan keuntungan dari memanfaatkan buku nonfiksi bagi pemustaka. Berikut pertanyaannya: ”Menurut pendapat Anda, apa keuntungan dari memanfaatkan buku nonfiksi di perpustakaan?” Dari pertanyaan di atas, jawaban dari informan dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Mendapatkan sumber belajar lebih banyak Menurut pendapat Vada Anisa dan Novia Monicasari siswa kelas IX, keuntungan dari memanfaatkan koleksi nonfiksi di perpustakaan adalah mereka akan mendapat sumber belajar lebih banyak. Berikut adalah pernyataannya:
“Supaya saya dapat sumber referensi lebih banyak untuk belajar.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013) “Agar saya punya sumber belajar yang lebih banyak dan mendapat pengetahuan lebih.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
Para siswa mendapatkan sumber belajar pada buku-buku nonfiksi dan buku-buku referensi. Meskipun banyak dari para pemustaka yang sering membaca ensiklopedia untuk mendapatkan informasi. Dilihat dari penjelasan informan peneliti dapat mengetahui bahwa pemustaka termotivasi belajar karena ingin mendapatkan sumber belajar lebih banyak. Dengan adanya motivasi belajar, maka akan timbul minat baca pada para siswa. Jika sudah demikian, akan timbul pemanfaatan koleksi perpustakaan sebagai sumber belajar mereka.
Dalam hal ini motivasi pemustaka memanfaatkan koleksi karena adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Jadi, keuntungan pemustaka Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang memanfaatkan koleksi nonfiksi untuk mendapatkan sumber belajar lebih banyak karena memiliki dorongan dan kebutuhan. b. Mendapatkan sumber dalam mengerjakan tugas Menurut pendapat dari Dinda Putri Astria, siswa kelas VIII-C dengan memanfaatkan koleksi nonfiksi di perpustakaan, dapat membantu mengerjakan tugas dari guru. Berikut pernyataannya: ”Untuk membantu mengerjakan tugas dari guru.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
Di dalam mengerjakan tugas, siswa perlu memiliki referensi lebih banyak agar mendapat hasil maksimal. Hal ini disampaikan oleh informan yang mengatakan bahwa dia membutuhkan lebih banyak buku untuk membantunya dalam mengerjakan tugas dari guru maupun dalam membuat makalah ilmiah. Hal ini dilakukan karena adanya motivasi belajar pada pemustaka untuk mengerjakan tugas dari guru dengan memanfaatkan koleksi nonfiksi. Tujuannya agar mereka mendapat nilai yang baik di rapor nanti. Dalam hal ini pemustaka memiliki motivasi ekstrinsik seperti yang dijelaskan di bab dua tentang motivasi ekstrinsik menurut Muhibbin Syah. Jadi, keuntungan pemustaka Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang dalam pemanfaatan koleksi nonfiksi dilakukan untuk mendapatkan sumber dalam mengerjakan tugas karena termotivasi untuk mendapatkan nilai baik dari guru. c. Menambah ilmu dan informasi
Kebutuhan individu akan informasi tidak dapat dipungkiri semakin beragam. Setiap individu pasti memerlukan informasi sesuai kebutuhannya. Setelah peneliti melakukan wawancara
dengan
informan
dapat
diketahui
bahwa
motivasi
pemustaka
memanfaatkan koleksi nonfiksi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang karena ingin mencari ilmu dan informasi pada koleksi tersebut agar mendapat pujian dari guru. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan dapat diketahui bahwa informan menyatakan tentang motivasi mereka memanfaatakan koleksi nonfiksi perpustakaan agar mereka dapat menambah ilmu dan informasi, adalah karena adanya dorongan dalam dirinya dan dari luar. Dalam hal ini, pemustaka Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang memiliki motivasi intrinsik dan ekstrinsik, sesuai dengan teori Muhibbin Syah, yaitu pemanfaatan koleksi timbul karena adanya dorongan dari dalam diri agar menambah ilmu dan informasi, dan agar mendapat pujian dari guru. Seperti menurut pendapat dua informan, Ajiyoko dan Bella. Menurut pendapat Ajiyoko, siswa kelas IX-E dan Bella Isahara, siswa kelas VIII-E, keuntungan dari memanfaatkan koleksi nonfiksi di perpustakaan adalah mereka dapat menambah ilmu dan informasi. ”Ya buat nambah informasi saya aja. Siapa tau berguna.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Supaya nambah informasi dan pengetahuan saya. Kalau cuman dari buku paket aja masih kurang.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
Dalam penelitian ini, menambah ilmu dan informasi termasuk dalam indikator kedua dan keempat teori Hamsah B. Uno yaitu karena adanya dorongan dari dalam diri dan adanya penghargaan yang akan diberikan. Jadi, penulis dapat menyimpulkan bahwa penelitian ini sesuai dengan teori.
d. Sebagai penunjang lulus ujian Dampak dari motivasi belajar dengan memanfaatkan koleksi nonfiksi adalah adanya kegiatan belajar di dalam maupun di luar sekolah. Untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, pemustaka melakukan kegiatan belajar setiap hari di sekolah. Hal ini dilakukan karena mereka ingin lulus dalam ujian. Jika mereka lulus ujian, maka mereka dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Setelah penulis melakukan wawancara dengan informan, dapat diketahui bahwa pemustaka tidak hanya mendapatkan pelajaran dari guru di kelas, namun juga dari koleksi di perpustakaan. Hal ini dikarenakan mereka ingin lulus ujian dengan nilai sempurna. Seperti yang disampaikan ketiga informan kelas IX. Mereka menambah pengetahuan mereka dengan membaca koleksi perpustakaan di luar jam pelajaran. Keinginan pemustaka untuk lulus ujian termasuk dalam motivasi intrinsik teori Muhibbin Syah. Motivasi tersebut muncul karena adanya kebutuhan dalam dirinya untuk masa depannya. Maksudnya adalah untuk lulus ujian dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal tersebut juga termasuk dalam indikator dari teori motivasi belajar Hamsah B. Uno.
Dalam penelitian ini indikator yang termasuk dalam motivasi pemustaka Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang adalah indikator pertama, kedua, ketiga dan keempat. Dalam memanfaatkan koleksi nonfiksi perpustakaan, pemustaka memiliki dorongan dan kebutuhan belajar karena adanya keinginan untuk berhasil lulus dalam ujian sehingga dapat meraih cita-cita masa depan dan mendapatkan penghargaan atas dirinya.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan keuntungan dari pemanfaatan koleksi nonfiksi perpustakaan untuk membantu pemustaka belajar sehingga dapat lulus ujian. 5.2.2.2 Ketersediaan Koleksi Perpustakaan Faktor kedua yang mempengaruhi pemanfaatan koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang adalah ketersediaan koleksi. Saat melakukan penelitian, peneliti mengamati koleksi-koleksi yang ada di perpustakaan. Koleksi-koleksinya sudah dikelompokkan menurut DDC (Decimal Dewey Classification). Ketersediaan koleksi yang memadai di perpustakaan sekolah dapat menjadi suatu pemicu kunjungan pemustaka di perpustakaan dan memotivasi pemustaka untuk melakukan pemanfaatan koleksi di perpustakaan. Selain itu tersedianya koleksi di perpustakaan sekolah, terutama koleksi nonfiksi, dapat menjadi sumber belajar bagi pemustaka perpustakaan sekolah selain dari buku paket, LKS, dan catatan guru yang mereka dapat di kelas. Koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang bervariasi dan sudah dapat mendukung belajar pemustakanya. Bervariasinya koleksi nonfiksi perpustakaan tersebut membuat pemustaka dapat memilih dan memanfaatkan koleksi sesuai dengan keinginannya. Setelah melakukan observasi dan wawancara dengan informan, diketahui bahwa koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarng cukup memadai dan masih diminati meskipun menurut beberapa pemustaka kurang lengkap dan koleksi baru masih sangat sedikit. Jumlah koleksi nonfiksi di perpustakaan ini adalah 1597 judul dengan 5374 eksemplar. Menurut pendapat informan, jumlah koleksi nonfiksi tersebut sudah cukup memadai meskipun tidak terlalu lengkap dan masih sedikitnya koleksi baru. Namun mereka masih memanfaatkan koleksi nonfiksi di perpustakaan karena koleksi-
koleksi tersebut masih menjadi sumber belajar bagi mereka dan bisa membantu mereka dalam belajar. Berkaitan dengan pertanyaan topik pembahasan jumlah koleksi nonfiksi di perpustakaan memenuhi kebutuhan pemustaka. Pertanyaannya sebagai berikut: ”Apakah jumlah koleksi nonfiksi di perpustakaan memenuhi kebutuhan Anda?” Jawaban disampaikan oleh Vada Annisa, siswa kelas IX-A yang mengatakan bahwa ketersediaan koleksi nonfiksi di perpustakaan cukup banyak. Meskipun belum memenuhi kebutuhan informasinya secara menyeluruh, namun sudah cukup untuk referensi belajar. ”Sudah banyak tapi kurang update. Masih banyak buku-buku jadul. Kadang buku yang saya cari tidak ada. Tapi lumayan masih bisa untuk referensi belajar.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
Begitupula dengan Novia Monicasari, siswa kelas IX-B yang menyatakan bahwa koleksi perpustakaan sudah cukup banyak. Meskipun belum memenuhi kebutuhan informasinya, tetapi tetap bisa membantunya dalam belajar. Novia juga mengharapkan agar perpustakaan menambah koleksinya dengan buku-buku baru. ”Menurut saya buku-buku di perpustakaan sudah banyak. Untuk buku-buku nonfiksinya lumayan banyak dan bisa jadi sumber belajar saya.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
Ketiga informan lain menyatakan bahwa koleksi buku nonfiksi di perpustakaan sudah cukup memadai dan cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. Seperti yang disampaikan oleh Bella Isahara siswa kelas VIII-E bahwa menurutnya koleksi nonfiksi di perpustakaan sudah memadai dan mencukupi kebutuhan informasinya.
”Menurut saya buku nonfiksi di perpustakaan sudah lengkap. Kebetulan setiap kali saya cari buku di perpustakaan selalu ada bukunya.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
”Kalau pelajaran sudah cukup memadai.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Sudah sih, soalnya bukunya banyak.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
Ajiyoko menyatakan untuk buku-buku pelajran, sudah dapat memenuhi kebutuhan informasinya. Sedangkan Dinda menyatakan jumlah koleksi perpustakaan sudah banyak. Menurut pendapat informan, ketersediaan koleksi sangat penting karena dapat membantu mereka dalam menyediakan sumber belajar. Mengacu pada tabel di atas, informan menyatakan bahwa jumlah yang ada sudah cukup memadai meskipun akan lebih baik jika jumlah judul buku ditambah. Untuk jumlah koleksi nonfiksi yang ada saat ini, informan mengatakan bahwa jumlah tersebut sudah mencukupi kebutuhan belajarnya. Koleksi nonfiksi yang diminati pemustaka kebanyakan adalah koleksi tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan judul buku yang informan cari selalu ada atau tidak di perpustakaan. Pertanyaannya sebagai berikut: ”Apakah judul buku yang Anda cari selalu tersedia di perpustakaan.” Berdasarkan pertanyaan di atas, berikut adalah jawaban informan: ”Gak selalu ada.” (Wawancara dengan Vada Anisa, pada 5 Januari 2013)
”Kalau buku nonfiksi sih kebetulan ada terus, tapi kalau buku fiksi sering gak ada.” (Wawancara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013)
”Iya, ada.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013) ”Yang buku fiksi jarang ada, yang buku nonfiksi kadang ada kadang gak ada.” (Wawancara dengan Bella Isahara, pada 4 Januari 2013)
”Selalu tersedia.” (Wawancara dengan Dinda Putri Astria, pada 4 Januari 2013)
Menurut pendapat tiga informan, buku yang mereka cari selalu tersedia di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Sedangkan dua informan lain yaitu Vada Anisa siswa kelas IX-A dan Bella Isahara siswa kelas VIII-E menyatakan bahwa judul yang mereka cari tidak selalu tersedia di perpustakaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ketersediaan koleksi dapat memicu pemanfaatan koleksi perpustakaan oleh pemustaka dan pada intinya, ketersediaan koleksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang sudah cukup memadai kebutuhan belajar pemustaka.
5.2.2.3 Kualitas dan kuantitas koleksi Faktor ketiga pendorong pemanfaatan koleksi nonfiksi di perpustakaan sekolah adalah kualitas dan kuantitas koleksi. Jika kualitas dan kuantitas koleksi kurang baik, memungkinkan pemustaka tidak berniat untuk memanfaatkannya. Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembicaraan kualitas dan kuantitas koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Berikut pertanyaannya: ”Bagaimana kualitas dan kuantitas koleksi perpustakaan?”
Menurut pendapat keempat informan, kualitas dan kuantitas koleksi nonfiksi di perpustakaan, baik fisik maupun informasi yang terkandung di dalamnya, saat ini cukup baik. Kualitas dan kuantitas koleksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 ini telah mempengaruhi pemustaka untuk memanfaatkan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar di sekolah. Berikut pernyataannya: ”Kualitas dan kuantitas bukunya sudah cukup baik, sudah rapi, meskipun ada beberapa buku yang masih jadul dan harus ditambah.” (Wawancara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013)
”Lumayan bagus. Sudah cukup memadai.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Sudah baik. Isinya juga memadai.” (Wawancara dengan Bella Isahara, pada 4 Januari 2013)
”Bagus, soalnya saya nggak pernah nemu buku yang rusak” (Wawancara dengan Dinda Putri Astria, pada 4 Januari 2013) Berbeda dengan keempat informan, Vada Anisa siswa kelas IX-A mengatakan bahwa kualitas dan kuntitas koleksi di perpustakaan kurang baik. Berikut pernyataannya: ”Menurut saya sih kurang baik. Banyak buku lama.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
Menurut Vada kuantitas koleksi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang sudah cukup baik, tapi kualitasnya kurang baik. Alasannya karena masih banyak buku yang kurang update dan tidak selalu buku yang dia cari tersedia di perpustakaan. Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembicaraan kondisi koleksi nonfiksi di perpustakaan. Berikut ini petanyannya:
”Bagaimana kondisi buku nonfiksi di perpustakaan?” Menurut penuturan informan, kondisi buku nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang cukup baik. Cukup baik dalam artian koleksi nonfiksi dalam kondisi terawat. Meskipun ada beberapa koleksi yang kondisi kovernya sedikit rusak, namun tidak menghilangkan informasi di dalamnya. Berikut ini adalah pernyataan informan: ”Kondisinya bagus. Gak ada sampul yang lepas.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013) ”Kalau kondisi fisik sih baik. Saya gak pernah nemu buku yang sobek, tapi kalau cuman covernya sobek sedikit pernah.” (Wawancara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013) ”Sudah baik.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013) ”Kondisinya baik, terawat. Tapi kadang ada yang berdebu.” (Wawancara dengan Bella Isahara, pada 4 Januari 2013) ”Kondisinya ya bagus. Rapi natanya dan saya gak pernah nemu buku yang rusak.” (Wawancara dengan Dinda Putri Astria, pada 4 Januari 2013)
Vada Anisa menyatakan bahwa selama dia meminjam koleksi nonfiksi di perpustakaan, koleksi tersebut selalu dalam kondisi baik. Tidak ada cover buku yang lepas atau buku yang sobek. Novia Monicasari juga menyatakan bahwa kondisi fisik koleksi nonfiksi di peprustakaan dalam kondisi baik. Tidak pernah menemukan buku yang sobek, kecuali sedikit sobek dibagian cover. Ajiyoko dan Dinda Putri Astria menyatakan bahwa kondisi koleksi nonfiksi di perpustakaan sudah baik. Begitpun dengan Bella Isahara yang mengatakan bahwa koleksi nonfiksi di perpsutakaan sudah baik kondisinya. Hanya saja terkadang berdebu.
Berdasarkan dari pengamatan peneliti saat melakukan penelitian, susunan koleksi di rak juga sudah tertata rapi dan sistematis, sehingga memudahkan pemustaka untuk menemukan kembali informasi. Menurut pendapat informan, kualitas dan kuantitas koleksi perpustakaan sudah cukup baik. Hal ini ternyata juga menjadi pemicu mengapa pemustaka di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang memanfaatkan koleksi. 5.2.2.4 Petugas yang melayani pemustaka Setiap perpustakaan sekolah diperlukan satu orang atau lebih yang berkompeten dalam mengelola perpustakaan tersebut. Akan lebih baik jika setiap perpustakaan sekolah memiliki minimal satu pustakawan untuk mengelola perpustakaan, jika tidak ada dapat menunjuk petugas yang terlatih. Dalam hal ini petugas tersebut merupakan petugas khusus yang benar-benar murni hanya mengelola perpustakaan, tidak merangkap sebagai guru atau petugas tata usaha. Petugas perpustakaan juga diharapkan dapat melayani pemustaka dengan baik. Bila pemustaka dapat melayani pemustaka dengan baik, maka pemustaka akan dengan senang hati berkunjung lagi ke perpustakaan. Jika sudah demikian, tidak dapat dipungkiri pemustaka akan memanfaatkan perpustakaan dengan maksimal termasuk pemanfaatan koleksi nonfiksi perpustakaan. Sehingga tujuan perpustakaan akan tercapai. Namun sebaliknya, bila petugas perpustakaan tidak melayani pemustaka dengan baik, maka dapat dipastikan pemustaka enggan berkunjung ke perpustakaan. Pada umumnya di struktur organisasi perpustakaan sekolah dikepalai oleh kepala sekolah dan terdapat satu orang yang ditunjuk sebagai koordinator perpustakaan dan ada satu atau lebih petugas perpustakaan. Namun saat ini perpustakaan sekolah memiliki sendiri satu kepala perpustakaan yang bertanggung jawab dan memiliki satu atau lebih petugas
perpustakaan
perpustakaan.
yang
membantu
kepala
perpustakaan
dalam mengelola
Di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang saat ini yang bertugas sebagai kepala perpustakaan adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan ada tiga petugas perpustakaan. Di perpustakaan sekolah ini belum memiliki pustakawan. Hanya ada satu petugas yang pernah mengikuti pelatihan pengelolaan perpustakaan sekolah. Dalam hal ini bisa dikatakan perpustakaan tersebut belum memiliki petugas yang berkompeten dalam bidangnya. Sistem terbuka yang diterapkan Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang membuat pekerjaan petugas tidak terlalu banyak dalam pelayanan pemustaka. Karena pemustaka dapat langsung menuju rak unuk mencari koleksi yang diinginkannya. Namun kebanyakan pemustaka apalagi yang jarang bahkan belum pernah datang sekalipun ke perpustakaan akan tetap kesulitan dan kebingungan dalam mencari koleksi yang dikehendaki. Di sinilah peran petugas perpustakaan untuk melayani pemustaka mencari koleksi
yang
diinginkan.
Sehingga
pemanfaatan
koleksi
perpustakaan
dapat
dimaksimalkan. Berkaitan dengan pertanyaan topik pembicaraan sikap petugas Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang saat melayani pemustaka. ”Menurut Anda bagaimana sikap petugas perpustakaan?” Berikut ini merupakan pendapat informan tentang petugas yang melayani pemustaka dalam pemanfaatan koleksi. ”Petugasnya sih ramah, tapi kadang-kadang yang jaga cuman satu orang, jadi kalau mau minta tolon gak bisa.” (Wawancara dengan Vada Anisa, pada 11 Januari 2013)
”Saya jarang minta tolong sama petugas perpustakaan. Kalau gak ada bukunya, saya pinjam guru saya.” (Wawacara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013)
”Petugasnya ramah-ramah.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Petugasnya baik, saya sering tanya ke mbak yang jaga. Saya dikasih tahu cari bukunya di rak sekian gitu.” (Wawancara dengan Bella Isahara, pada 8 Januari 2013)
”Sikap petugas perpustakaannya ramah. Saya sering tanya lentak buku yang saya cari.” (Wawancara dengan Dinda Putri Astria, pada 8 Januari 2013) Mayoritas informan menyatakan bahwa saat melayani pemustaka, sikap petugas perpustakaan ramah. Seperti yang dikatakan oleh Ajiyoko bahwa dia menjadi senang datang ke perpustakaan karena petugas yang melayani ramah. Petugas Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang juga bersedia membantu pemustaka dalam penemuan kembali informasi. Seperti yang dikatakan Bella dan Dinda, bahwa petugas perpustakaan mengajarkan mereka bagaimana cara menemukan kembali informasi. Petugas perpustakaan juga tegas dalam menerapkan tata tertib. Namun, menurut Vada terkadang hanya ada satu saja petugas yang berada di perpustakaan. Sehingga jika sedang banyak yang berkunjung, Vada menjadi tidak bisa bertanya kepada petugas perpustakaan. Berbeda dengan keempat informan, Novia Monicasari menyatakan bahwa dia jarang meminta tolong pada petugas perpustakaan untuk mencari buku. Dia lebih suka mencari sendiri buku yang dia
inginkan. Jika buku tidak ada, Novia meminjam pada guru
pelajaran bersangkutan. Dari pendapat-pendapat informan di atas, dapat dikatakan bahwa petugas Perpustakaan SMP Negeri 19 telah melakukan tugasnya dengan baik. Sehingga pemustaka dapat memaksimalkan pemanfaatan koleksi nonfiksi perpustakaan dengan bantuan dari petugas perpustakaan. 5.2.2.5 Faktor Penghambat Pemustaka dalam Memanfaatkan Koleksi Nonfiksi
Salah satu tujuan diadakannya perpustakaan sekolah adalah agar pemustaka, yang disini merupakan guru dan siswa, dapat memperoleh ilmu pengetahuan lebih banyak di sekolah. Adanya keinginan untuk lebih maju dan menambah ilmu menjadikan pemustaka memanfaatkan koleksi perpustakaan demi memperoleh ilmu pengetahuan dan informasi yang dapat membantu dalam proses belajar mengajar. Namun kadang kala kegiatan pemanfaatan koleksi di perpustakaan tersebut terdapat hambatan-hambatan. Hal ini menyebabkan pemustaka menjadi enggan berkunjung ke perpustakaan. Koleksi-koleksi yang berada di perpustakaan sebaiknya dimanfaatkan semaksimal mungkin. Dengan adanya kegiatan pemanfaatan koleksi perpustakaan, bisa diartikan perpustakaan telah mencapai tujuannya yaitu sebagai sumber belajar di sekolah. Namun terdapat beberapa kendala yang menyebabkan terhambatnya pemanfaatan koleksi di perpustakaan. Kendala dari dalam perpustakaan dan kendala dari luar perpustakaan. Kendala-kendala tersebut yaitu sebagai berikut: 5.2.2.5.1
Keadaan perpustakaan
Faktor penghambat lainnya adalah keadaan perpustakaan yang kurang nyaman. Menurut pemustaka, yang menyebabkan ketidak nyamanan tersebut adalah udara di dalam perpustakaan. Meskipun terdapat empat kipas angin, namun kadang tidak dinyalakan oleh petugas. Selain itu, komputer yang disediakan untuk pemustaka tidak bisa digunakan atau rusak. Hal ini menyebabkan pemustaka enggan berkunjung ke perpustakaan. Jika sudah demikian, pemanfaatan koleksi perpustakaan juga berkurang. Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan keadaan perpustakaan, peneliti menanyakan pendapat informan tentang keadaan perpustakaan saat ini. ”Menurut Anda bagaimana keadaan perpustakaan dan fasilitasnya”
Berikut ini adalah penuturan dari informan menyangkut keadaan perpustakaan yang menjadi penghambat pemustaka berkunjung ke perpustakaan. ”Ruang referensinya kurang lebar jadi kesannya sumpek. Untuk fasilitas di perpustakaan sih lumayan lengkap, hanya komputer yang untuk siswa gak bisa dipakai.” (Wawancara dengan Vada Annisa, pada 11 Januari 2013)
“Fasilitas di perpustakaan kurang lengkap. Ada komputer tapi gak bisa digunakan. Kipas angin juga ada yang mati. Jadi kurang nyaman kalau baca di perpustakaan.” (Wawancara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013)
”Kadang gak nyaman baca di sana, karena panas dan kipas angin kurang.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Saya sering ke perpustakaan, tapi kadang saya males lama-lama di sana apalagi kalau lagi banyak murid yang ke sana. Jadi sumpek.” (Wawancara dengan Bella Isahara, pada 8 Januari 2013) “Suasana perpustakaan ramai. Yang ruang referensinya gak ditata rapi.” (Wawancara dengan Dinda Putri Astria, pada 8 Januari 2013)
Menurut pendapat Vada Anisa, ruang referensi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang kurang luas. Sehingga dia merasa kurang nyaman membaca di sana jika sedang banyak yang berkunjung ke perpustakaan. Selain itu, fasilitas komputer yang disediakan oleh perpustakaan tidak dapat dimanfaatkan pemustaka karena rusak. Novia Monicasari juga menyatakan bahwa fasilitas di perpustakaan tidak dalam keadaaan baik. Misalnya komputer yang tidak bisa dimanfaatkan oleh pemustaka karena rusak. Selain itu, kipas angin yang juga rusak juga menjadi suatu pemicu ketidak nyamanan pemustaka saat berkunjung ke perpustakaan.
Ajiyoko dan Bella Isahara menyatakan hal yang sama dengan Novia tentang kipas angin yang rusak sehingga menyebabkan ketidak nyamanan saat berkunjung ke perpustakaan. Ajiyoko juga menyarankan adanya TV dan AC di perpustakaan. Menurut pendapat Dinda, kekurangan dari perpustakaan adalah ruang referensi yang tidak titata dengan rapi sehingga menyebabkan ketidaknyamanan saat membaca di ruang referensi. Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa memang meskipun fasilitas cukup lengkap, namun tidak dapat dimanfaatkan oleh pemustaka secara maksimal entah karena rusak atau memang tidak boleh digunakan. Hal ini dapat menjadi penghambat pemanfaatan koleksi nonfiksi di perpustakaan. 5.2.2.5.2
Keadaan sekolah
Faktor dari keaadan medan sekolah juga merupakan faktor penghambat pemanfaatan koleksi perpustakaan. Faktor ini merupakan faktor dari luar perpustakaan. Keadaan medan kampus SMP Negeri 19 Semarang sangat luas dan terjal. Terutama untuk ruang kelas VII yang lokasi kelasnya berada di bagian bawah. tersebarnya sebagian kelas di seluruh penjuru sekolah mengakibatkan jarak antara kelas ke perpustakaan agak jauh. Berdasarkan penuturan dari informan, adanya jarak antara kelas mereka dan perpustakaan inilah yang menyebabkan banyak pemustaka malas untuk berkunjung ke perpustakaan jika hanya sekedar berkunjung tanpa ada keperluan meminjam buku. Letak Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang sendiri sebenarnya kurang strategis. Meskipun akses ke perpustakaan cukup mudah, namun lokasi perpustakaan hanya dekat dengan ruang kelas VIII dan letaknya sedikit terpencil.
Berkaitan dengan petanyaan topik pembahasan keadaan medan sekolah dan jarak antara perpustakaan dengan beberapa kelas. Berikut pertanyaannya: ”Menurut pendapat Anda, bagaimana jarak antara ruang kelas dan perpustakaan?” Berikut ini merupakan pendapat informan berkaitan dengan letak perpustakaan. ”Dekat. Jadi sering ke perpustakaan.” (Wawancara dengan Bella Isahara, pada 8 Januari 2013)
”Menurut saya perpustakaannya emang agak jauh kalau dari kelas saya IX-E. Kelas saya ada di unjung.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Kelas VII itu kan kelasnya jauh, di bawah. Tapi sekarang sudah gak jauh lagi.” (Wawancara dengan Dinda Putri Astria, pada 8 Januari 2013)
”Kalau sekarang jaraknya deket. Jadi saya sering ke prpustakaan. Tapi waktu kelas VII saya hampir gak pernah ke perpustakaan. Soalnya jauh, capek naik turun tangganya.” (Wawancara dengan Vada Anisa, pada 11 Januari 2013)
”Jarak dari kelas ke perpustakaan deket. Kalau kelas VII baru jauh.” (Wawancara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013)
Menurut Bella dan Dinda, ruang kelas VII yang berada di bawah jaraknya sangat jauh dari perpustkaan. Sehingga ketika mereka kelas VII, hampir tidak pernah berkunjung ke perpustakaan saat istirahat. Sekarang Bella dan Dinda duduk di kelas VIII dan ruang kelas mereka dekat dengan perpustakaan. Hal ini membuatnya sering berkunjung ke perpustakaan. Ajiyoko yang duduk di ruang kelas IX-E menyatakan, ruang kelasnya tidak sejauh ruang kelas VII, tetapi tetap jauh dari perpustakaan.
Sedangkan menurut Vada dan Novia, sekarang ini jarak ruang kelasnya dekat dengan perpustakaan. Sehingga membuat mereka sering berkunjung ke perpustakaan. Berdasarkan pernyataan informan di atas, dapat diketahui bahwa saat informan kelas VII mereka jarang ke perpustakaan karena jarak antara perpustakaan dan kelas mereka jauh. Saat mereka kelas VIII dan kelas IX, barulah mereka sering ke perpustakaan. Namun menurut Ajiyoko, kelasnya saat ini masih tetap jauh dari perpustakaan. Meskidemikian dia tetap berkunjung ke perpustakaan. Keadaan sekolah tersebut memang mempengaruhi kunjungan pemustaka ke perpustakaan. Dari wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa keadaan medan sekolah dan letak perpustakaan yang kurang strategis dapat mempengaruhi kunjungan pemustaka ke perpustakaan. Apalagi bagi siswa kelas VII yang memang letak kelasnya berada di bagian bawah. Sehingga hal ini juga menyebabkan pemanfaatan koleksi di perpustakaan tidak maksimal. 5.2.2.5.3
Sistem peminjaman di perpustakaan
Tujuan diadakannya perpustakaan sekolah salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya dengan menyediakan koleksi yang sesuai. Koleksi yang ada di perpustakaan diperuntukkan dipinjam oleh pemustaknya baik hanya dibaca di tempat atau dibawa pulang oleh pemustaka dengan sistem peminjaman yang berbeda tiap perpustakaan. Dengan begitu, pemustaka dapat memanfaatkan koleksi perpustakaan dengan maksimal. Sehingga tujuan perpustakaan dapat tercapai. Namun, akan menjadi penghambat pemanfaatan koleksi perpustakaan jika perpustakaan tidak memperbolehkan pemustaka meminjam koleksi perpustakaan tersebut untuk dibawa dan dibaca di rumah. Ada banyak alasan yang melatari hal tersebut. Salah satunya adalah tidak adanya kartu anggota perpustakaan yang disediakan perpustakaan. Demikian halnya dengan
Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang yang tiga tahun belakangan ini tidak menyediakan kartu anggota perpustakaan karena tidak adanya biaya. Sistem peminjaman koleksi di perpustakaan tersebut menjadi salah satu penghambat pemanfaatan koleksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Sistem layanan yang digunakan di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang adalah sistem layanan terbuka yang memudahkan pemustaka memilih dan mengambil koleksi sesuai keinginannya. Meskipun demikian, pemustaka kelas VIII dan IX tetap tidak dapat meminjam koleksi untuk dibawa pulang. Berikut adalah pendapat pemustaka tentang sistem peminjaman koleksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang yang menghambat pemanfaatan koleksi oleh pemustaka. ”Kata petugasnya sih karena komputernya masih eror dan belum bisa membuatkan kartu perpustakaan. Jadi ya saya pinjamnya terbatas pas jam istirahat atau jam kosong saja.” (Wawancara dengan Vada Annisa, pada 11 Januari 2013)
”Menurut saya, sistem perpustakaan yang belum diperbaiki bisa lumayan menghanbat pemanfaatan buku.” (Wawancara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013)
”Dari saya kelas satu memang gak pernah punya kartu perpustakaan.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Kalau mau baca buku ya di perpustakaan atau di kelas. Waktu membacanya sebentar kalau di sekolah.” (Wawancara dengan Bella Isahara, pada 8 Januari 2013)
”Ya lumayan menghambat peminjaman sih, kan jadi gak bisa baca buku perpustakaan di rumah.” (Wawancara dengan Dinda Putri Astria, pada 8 Januari 2013)
Vada Anisa mengatakan bahwa dia belum pernah membawa pulang buku perpustakaan selain buku paket yang wajib dari Pemkot. Sehingga Vada hanya meminjam buku saat waktu istirahat atau jam pelajaran kosong. Menurut Novia Monicasari, sistem perpustakaan yang belum diperbaiki dapat menghambat pemanfaatan perpustakaan. Karena dia hanya bisa membaca saat waktu istirahat saja, atau pada waktu pelajaran berlangsung dengan catatan buku yang dibaca berhubungan dengan pelajaran. Ajiyoko menyatakan bahwa dari kelas VII sampai kelas IX, dia belum pernah memiliki kartu anggota perpuistakaan. Sehingga hanya diijinkan meminjam buku untuk dibaca di perpustakaan atau di lingkungan sekolah samapi pada jam pulang sekolah. Bella Isahara dan Dinda Putri menyatakan bahwa waktu membaca sangat sedikit, karena buku tidak boleh dipinjam untuk dibawa pulang. Dinda menyatakan bahwa hal tersebut mnghambat peminjaman. Berdasarkan pernyataan informan di atas, diketahui bahwa semua informan merasa dirugikan karena tidak diperbolehkan meminjam buku untuk dibaca di rumah. Mereka menyatakan bahwa hal tersebut menghambat pemanfaatan koleksi perpustakaan, karena mereka hanya waktu peminjaman terbatas. Dari uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa menurut pemustaka, sistem di perpustakaan yang kurang maksimal membuat para pemustaka tidak dapat memanfaatkan koleksi perpustakaan secara maksimal karena hanya diperbolehkan meminjam di lingkungan sekolah. Hal ini dapat dikatakan bahwa sistem peminjaman di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang menghambat pemanfaatan koleksi pemustaknya.
BAB VI PENUTUP 6.1 Simpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persepsi pemustaka pada pemanfaatan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang sudah cukup baik dengan adanya tingkat kunjungan dan tingkat peminjaman buku yang cukup tinggi. Namun ada beberapa keluhan pada ketersediaan koleksi yang kurang beragam. Koleksi nonfiksi yang banyak diminati adalah koleksi nonfiksi tentang ilmu pengetahuan alam. Pemanfaatan koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang dilakukan karena adanya minat dan kebutuhan dari pemustakanya. Pemanfaatan dilakukan untuk menunjang proses belajar pemustaka. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pemanfaatan koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang yaitu motivasi pemustaka dalam memanfaatkan koleksi nonfiksi, ketersediaan koleksi nonfiksi di perpustakaan, kualitas dan kuantitas koleksi, dan petugas yang melayani pemustaka. 1. Motivasi pemustaka dalam memanfaatkan koleksi nonfiksi adalah untuk menambah pengetahuan mereka dalam bidang ilmu yang mereka minati masing-masing. Selain itu, pemustaka memanfaatkan koleksi nonfiksi juga untuk menambah referensi mereka dalam belajar. 2. Agar tujuan pemanfaatan koleksi dapat tercapai, perlu adanya ketersediaan koleksi. Ketersediaan koleksi di perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang sudah cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan belajar pemustaka.
3. Kualitas dan kuantitas koleksi perpustakaan sudah cukup baik. Selain itu, petugas perpustakaan juga sudah melakukan tugasnya dengan baik. Hal ini ternyata juga menjadi alasan mengapa pemustaka di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang memanfaatkan koleksi.
6.2 Saran Agar pemanfaatan koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang dapat dimaksimalkan, maka ada beberapa saran sebagai berikut: 1. Memperbarui koleksi yang ada dengan judul-judul koleksi yang lebih up to date dan
informasi-informasi
terbaru
agar
pemustaka
dapat
memperbarui
pengetahuannya. 2. Melakukan kerjasama dengan instansi terkait seperti Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam meminjam koleksi nonfiksi agar kebutuhan informasi pemustaka dapat terpenuhi. 3. Perbaikan sistem peminjaman di perpustakaan dengan membuatkan Kartu Tanda Anggota (KTA) untuk pemustaka, agar pemustaka kelas VIII dan IX juga dapat meminjam koleksi untuk dibawa pulang. 4. Memperbaiki komputer untuk pengolahan dan sebaiknya menggunakan software perpustakaan yang dapat dioperasikan oleh petugas perpustakaan seperti SENAYAN.
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Bafadal, Ibrahim. 1992. Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. . 2008. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Cetakan keenam Jakarta : Bumi Aksara. Darmono, 2007. Perpustakaan Sekolah Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo. Febriyanto, Romi. 2009. Gempur Narkoba dengan Minat Baca. http://duniaperpustakaan.blogspot.com. Unggah: 4 Februari 2009. Unduh (15-02-2012, 10.45) Lasa, Hs. 2007. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Cetakan I. Yogyakarta: Pinus. Moleong, Lexy. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda karya. Mulyana, Deddy. 2001. Suatu Pengantar: Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. N.S, Sutarno. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto. . 2006. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Sagung Seto. Nazir, Muhammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Perpustakaan Nasional RI. 1996. Pedoman Pusat Jasa Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI. Prastowo, Andi. 2011. Memahami Metode-metode Penelitian.Yogyakarta: ArRuzz Media. Rahayuningsih (Ed). 2007. Pengolahan Perpustakaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sangadji , Etta Mamang dan Sopiah. 2010. Metodelogi Penelitian: Pendekatan Praktis Dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cetakan ke-5. Jakarta. Prenada Media Group.
Soeatminah. 1992. Perpustakaan dan Kepustakawanan Indonesia.Yogyakarta: Kanisius. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Surachman, Arief. 2007. Manajemen Perpustakaan Sekolah. http://arifs.staff.ugm.ac.id/new/2013/node/4 Unggah: Juli 2007. Unduh: (1502-2012, 10:07) Surya, Mohamad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Cetakan Pertama. Bandung. Pustaka Bani Quraisy. Suwarno, Wiji. 2009. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto. Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Uno, Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Cetakan Pertama. Jakarta. PT Bumi Aksara. Walgito, Bimo. 1989. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi. Yulia, Yuyu. 1993. Pengadaan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka. Yusup, Pawit M. 2007. Mengenal Dunia Perpustakaan dan Informasi. Bandung: Bina Cipta.
LAMPIRAN A
Data Informan
NO
NAMA
KELAS
JENIS KELAMIN
1.
Novia Monicasari
IX-A
Perempuan
2.
Vada Annisa
IX-A
Perempuan
3.
Ajiyoko
IX-E
Laki-laki
4.
Bella Isahara
VIII-E
Perempuan
5.
Dinda Putri Astria
VIII-C
Perempuan
LAMPIRAN B Pedoman Wawancara
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apakah ada jam perpustakaan di kelas Anda? 2. Dalam satu minggu berapa kali Anda berkunjung ke perpustakaan? 3. Apa tujuan Anda datang ke perpustakaan? 4. Berapa lama anda berkunjung ke perpustakaan? 5. Apakah Anda selalu meminjam buku saat berkunjung ke perpustakaan? 6. Dalam satu minggu berapa saja jumlah buku yang Anda pinjam? 7. Jenis koleksi apa yang sering Anda pinjam di perpustakaan? 8. Buku nonfiksi apa yang paling Anda minati atau yang sering Anda pinjam? 9. Apakah koleksi nonfiksi di perpustakaan memenuhi kebutuhan Anda? 10. Apakah judul buku yang Anda cari selalu tersedia di perpustakaan? 11. Bagaimanakah kondisi buku nonfiksi di perpustakaan? 12. Menurut Anda bagaimana keadaan perpustakaan dan fasilitasnya? 13. Apakah buku-buku nonfiksi di perpsustakaan bermanfaat bagi Anda 14. Apa keuntungan bagi Anda dengan adanya buku nonfiksi di perpustakaan? 15. Apa motivasi Anda memanfaatkan buku-buku nonfiksi di perpustakaan? 16. Menurut pendapat Anda, bagaimana jarak antara ruang kelas dan perpustakaan? 17. Bagaimana kualitas dan kuantitas koleksi perpustakaan?
18. Menurut Anda bagaimana sikap petugas perpustakaan? 19. Bagaimana pendapat Anda tentang system peminjaman di perpustakaan?
LAMPIRAN C Hasil Wawancara
HASIL WAWANCARA DENGAN INFORMAN
1. Apakah ada jam perpustakaan di kelas Anda?
NO
NAMA
JAWABAN
Sekarang gak ada, tapi tergantung Bu Wahyati kapan mau ke perpustakaannya. 1.
Vada Annisa
Kalau gak mau ke perpustakaan ya pelajaran biasa di kelas. (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
Pernah beberapa kali. Kadang cuma disuru 2.
Novia Monicasari
pinjem buku di perpustakaan terus balik ke kelas lagi buat bikin ringkasan. (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
3.
Ajiyoko
Ada. Tapi jamnya gak mesti. (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
Gak tau. Tapi kalau pelajarannya Bu Dewi 4.
Bella Isahara
(guru
Bahasa
Indoneisa)
sering
di
perpustakaan. (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
Ada, tapi gak seperti waktu kelas VII. Kalau 5.
Dinda Putri Astria
sekarang terserah gurunya. (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
2. Dalam satu minggu berapa kali Anda berkunjung ke perpustakaan?
NO
NAMA
JAWABAN
Lebih dari dua kali. Bisa sampai empat atau 1.
Vada Annisa
lima kali kalau lagi butuh referensi buat makalah. (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013) Biasanya saya datang ke perpustakaan
2.
Novia Monicasari
sekitar dua kali dalam satu minggu. Tapi bisa lebih juga, gak mesti. (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013) Kadang dua kali, tiga kali, kadang gak ke
3.
Ajiyoko
perpustakaan
sama
sekali.
(Wawancara
dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
Seringnya dua kali seminggu. Kadang-kadang 4.
Bella Isahara
ya sekali. Tapi kayaknya gak pernah lebih.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
Kadang-kadang sekali, kadang-kadang dua 5.
Dinda Putri Astria
kali. (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
3. Apa tujuan Anda datang ke perpustakaan?
NO
NAMA
JAWABAN
”Untuk mengisi waktu luang sambil baca1.
Vada Annisa
baca
buku.
Kadang-kadang
untuk
cari
referensi.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013) ”Saya seringnya datang ke perpustakaan 2.
Novia Monicasari
kalau mau mengerjakan tugas. Mencari referensi gitu.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
3.
Ajiyoko
”Untuk baca-baca aja.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Baca-baca atau pinjam buat dibaca di 4.
Bella Isahara
kelas.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
5.
Dinda Putri Astria
”Ya pinjam buku biasanya.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
4. Berapa lama anda berkunjung ke perpustakaan?
NO
NAMA
JAWABAN
”Kira-kira 1.
Vada Annisa
ya
30
menitan
lebihlah.”
(Wawncara dengan Vada, pada 5 Januari 2013) ”Sekitar 15 sampai 20 menitan. Pokoknya
2.
Novia Monicasari
selama
istirahat.”
(Wawancara
dengan
Novia, pada 11 Januari 2013)
3.
Ajiyoko
4.
Bella Isahara
”20 sampai 30 menit.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”30 menitan mungkin.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
5.
Dinda Putri Astria
”Paling 5 menit atau 10 menit.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
5. Apakah Anda selalu meminjam buku saat berkunjung ke perpustakaan?
NO
1.
NAMA
Vada Annisa
JAWABAN
”Selalu pinjam.” (Wawncara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
2.
Novia Monicasari
3.
Ajiyoko
”Kadang-kadang
aja
sih.”
(Wawancara
dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
”Kadang minjem kadang gak.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
4.
Bella Isahara
”Iya, sering pinjam.”
(Wawancara dengan
Bella, pada 4 Januari 2013) 5.
Dinda Putri Astria
”Selalu.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
6. Dalam satu minggu berapa saja jumlah buku yang Anda pinjam?
NO
1.
NAMA
Vada Annisa
JAWABAN
”Satu buku aja.” (Wawncara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
2.
Novia Monicasari
3.
Ajiyoko
”Seminggu satu buku.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
”Satu buku.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
4.
Bella Isahara
”Kalau saya pinjam dua buku.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
5.
Dinda Putri Astria
”Cuma satu buku.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
7. Jenis koleksi apa yang sering Anda pinjam di perpustakaan?
NO
NAMA
JAWABAN
”Saya seringnya pinjam buku nonfiksi.” 1.
Vada Annisa
(Wawncara dengan Vada, pada 5 Januari 2013) ”Buku nonfiksi, tapi kadang novel juga.”
2.
Novia Monicasari
(Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013) ”Ensiklopedi
3.
Ajiyoko
atau
buku-buku
fisika.”
(Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Yang sering sih ensiklopedi atau buku 4.
Bella Isahara
pelajaran soalnya buku fiksinya sedikit yang bagus.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
5.
Dinda Putri Astria
”Nonfiksi dan fiksi.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
8. Buku nonfiksi apa yang paling Anda minati atau yang sering Anda pinjam?
NO
NAMA
JAWABAN
“Buku-buku tentang pengetahuan alam, misalnya biologi. Ya karena menurut saya 1.
Vada Annisa
buku-buku biologi sangat menarik. Selain itu saya
butuh
referensi
untuk
belajar.”
(Wawancara dengan Vada Anisa, pada 5 Januari 2013) “Kalau di perpustakaan, saya suka pinjam buku tentang biologi misalnya tentang 2.
Novia Monicasari
tumbuh-tumbuhan. Karena saya suka dengan pelajaran bilogi.” (Wawancara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013)
3.
Ajiyoko
“Tentang pesawat atau mobil-mobil. Soalnya saya mau masuk SMK jurusan mesin.”
(Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013) “Saya suka baca buku tentang astronomi. Alasannya ya tertarik aja soalnya saya jadi 4.
Bella Isahara
bisa liat benda-benda luar angkasa lewat buku. (Wawancara dengan Bella Isahara, pada 4 Januari 2013) “Saya suka baca buku-buku tentang sastra.
5.
Dinda Putri Astria
Soalnya sering dapet tugas dari guru Bahasa Indonesia.” (Wawancara dngan Dinda, pada 4 Januari 2013)
9. Apakah koleksi nonfiksi di perpustakaan memenuhi kebutuhan Anda?
NO
NAMA
JAWABAN
”Sudah banyak tapi kurang update. Masih banyak buku-buku jadul. Kadang buku yang 1.
Vada Annisa
saya cari tidak ada. Tapi lumayan masih bisa untuk
referensi
belajar.”
(Wawancara
dengan Vada, pada 5 Januari 2013) ”Menurut saya buku-buku di perpustakaan 2.
Novia Monicasari
sudah banyak. Untuk buku-buku nonfiksinya lumayan banyak dan bisa jadi sumber belajar saya. Tapi lebih bagus kalau ditambah lagi
sama buku-buku baru.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013) ”Kalau 3.
Ajiyoko
pelajaran
sih
ya
sudah
cukup
memadai.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013) ”Menurut
saya
buku
nonfiksi
di
perpustakaan sudah lengkap. Kebetulan 4.
Bella Isahara
setiap kali saya cari buku di perpustakaan selalu ada bukunya.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013) ”Sudah
5.
Dinda Putri Astria
sih,
soalnya bukunya banyak.”
(Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
10. Apakah judul buku yang Anda cari selalu tersedia di perpustakaan?
NO
1.
NAMA
Vada Annisa
JAWABAN
”Gak selalu ada.” (Wawancara dengan Vada Anisa, pada 5 Januari 2013) ”Kalau buku nonfiksi sih kebetulan ada terus,
2.
Novia Monicasari
tapi kalau buku fiksi sering gak ada.” (Wawancara dengan Novia Monicasari, pada
11 Januari 2013) 3.
Ajiyoko
”Iya, ada.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013) ”Yang buku fiksi jarang ada, yang buku
4.
Bella Isahara
nonfiksi kadang ada kadang gak ada.” (Wawancara dengan Bella Isahara, pada 4 Januari 2013)
5.
Dinda Putri Astria
”Selalu tersedia.” (Wawancara dengan Dinda Putri Astria, pada 4 Januari 2013)
11. Bagaimanakah kondisi buku nonfiksi di perpustakaan?
NO
NAMA
JAWABAN
”Kondisinya bagus. Gak ada sampul yang 1.
Vada Annisa
lepas.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013) ”Kalau kondisi fisik sih baik. Saya gak pernah nemu buku yang sobek, tapi kalau cuman
2.
Novia Monicasari
covernya sobek sedikit pernah.” (Wawancara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013)
3.
Ajiyoko
”Sudah baik.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013) ”Kondisinya baik, terawat. Tapi kadang ada
4.
Bella Isahara
yang berdebu.” (Wawancara dengan Bella Isahara, pada 4 Januari 2013) ”Kondisinya ya bagus. Rapi natanya dan saya
5.
Dinda Putri Astria
gak pernah nemu buku yang rusak.” (Wawancara dengan Dinda Putri Astria, pada 4 Januari 2013)
12. Menurut Anda bagaimana keadaan perpustakaan dan fasilitasnya?
NO
NAMA
JAWABAN
”Ruang
referensinya
kurang
lebar
jadi
kesannya sumpek. Padahal kalau ada guru yang pakai pelajaran di ruang perpustakaan, gak ada tempat lagi kecuali di ruang 1.
Vada Annisa
referensi. Untuk fasilitas di perpustakaan sih lumayan lengkap, hanya komputer yang untuk siswa gak bisa dipakai. Di ruang multimedia juga harus pas jam pelajaran dan didampingi guru.” (Wawancara dengan Vada Annisa, pada 11 Januari 2013)
2.
Novia Monicasari
“Fasilitas di perpustakaan kurang lengkap. Ada komputer tapi gak bisa digunakan. Kipas
angin juga ada yang mati. Jadi kurang nyaman
kalau
baca
di
perpustakaan.”
(Wawancara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013) ”Yang bikin tidak nyaman kalau lagi di perpustakaan
itu
panasnya.
Harusnya
perpustakaan pakai AC (Air Condicionar) saja, jangan hanya pakai kipas angin. Soalnya 3.
Ajiyoko
kalau pas cuaca lagi panas-panasnya, kipas angin aja kurang. Jadi gak nyaman baca di sana. Terus kalau bisa ditambah TV jadi pas istirahat bisa nonton TV.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013) ”Saya sering ke perpustakaan, tapi kadang saya males lama-lama di di sana apalagi
4.
Bella Isahara
kalau lagi banyak murid yang ke sana. Kipas anginnya kadang cuma dinyalain satu aja. Jadi sumpek.” (Wawancara dengan Bella Isahara, pada 8 Januari 2013) “Suasana perpustakaan ramai. Yang ruang
5.
Dinda Putri Astria
referensinya gak ditata rapi.” (Wawancara dengan Dinda Putri Astria, pada 8 Januari 2013)
13. Apakah buku-buku nonfiksi di perpsustakaan bermanfaat bagi Anda?
NO
NAMA
JAWABAN
”Menurut saya sangat bermanfaatnya. Gak usah cari referensi kemana-mana, tinggal cari 1.
Vada Annisa
di perpustakaan. Apalagi kalau ada tugas makalah dari guru, saya sering cari sumber di perpustakaan.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013) ”Membaca itu banyak manfaatnya karena banyak hal yang bisa diketahui. Apalagi membaca buku nonfiksi. Kalau di kelas guru
2.
Novia Monicasari
hanya membahas sedikit, tapi membaca buku
di
perpustakaan
bisa
memberi
pengetahuan lebih.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013) ”Buku nonfiksi sangat bermanfaat untuk 3.
Ajiyoko
nambah informasi.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013) ”Menurut
4.
Bella Isahara
saya
buku
nonfiksi
sangat
bermanfaat.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
5.
Dinda Putri Astria
”Iya,
bermanfaat.”
(Wawancara
Dinda, pada 4 Januari 2013)
dengan
14. Menurut pendapat Anda, apa keuntungan bagi Anda dengan adanya buku nonfiksi di perpustakaan?
NO
NAMA
JAWABAN
“Supaya saya dapat sumber referensi lebih 1.
Vada Annisa
banyak untuk belajar. Untuk supaya lulus ujian jiga.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013) “Agar saya punya sumber belajar yang lebih
2.
Novia Monicasari
banyak dan mendapat pengetahuan lebih.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013) ”Ya buat nambah informasi saya aja. Siapa
3.
Ajiyoko
tau berguna juga pas ujian.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013) ”Supaya nambah informasi saya. Nambah pengetahuan juga. Kalau cuman dari buku
4.
Bella Isahara
paket aja masih kurang. Siapa tahu berguna sampe besok.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013) ”Saya membutuhkan buku untuk membantu
5.
Dinda Putri Astria
mengerjakan tugas dari guru. Misalnya membuat makalah.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
15. Apa motivasi Anda memanfaatkan buku-buku nonfiksi di perpustakaan?
NO
NAMA
JAWABAN
”Motivasi saya membaca buku ya karena ingin menambah pengetahuan. Kalau cuma 1.
Vada Annisa
buku-buku paket yang pinjaman kepada siswa saja masih kurang.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013) ”Saya
membaca
karena
ingin
nambah
pengetahuan dan referensi belajar. Saya mau 2.
Novia Monicasari
besok waktu SMA saya masih bisa ikut olimpiade sains lagi.” (Wawancara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013) ”Untuk nambah ilmu aja. Saya mau masuk
3.
Ajiyoko
SMK jurusan mesin, jadi buat nambahnambah wawasan aja.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013) ”Alasan saya baca buku ya karena saya ingin
4.
Bella Isahara
menambah
pengetahuan.”
(Wawancara
dengan Bella, pada 4 Januari 2013) ”Pinjam buku karena ada tugas dari guru 5.
Dinda Putri Astria
suruh meringkas atau membuat makalah atau buat tentang cerita gitu.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
16. Menurut pendapat Anda, bagaimana jarak antara ruang kelas dan perpustakaan?
NO
NAMA
JAWABAN
”Kalau sekarang jaraknya deket. Jadi saya sering ke prpustakaan. Tapi waktu kelas VII 1.
Vada Annisa
saya hampir gak pernah ke perpustakaan. Soalnya jauh, capek naik turun tangganya.” (Wawancara dengan Vada Anisa, pada 11 Januari 2013) ”Jarak dari kelas ke perpustakaan deket.
2.
Novia Monicasari
Kalau kelas VII baru jauh.” (Wawancara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013) ”Menurut saya perpustakaannya emang agak jauh kalau dari kelas saya IX-E. Kelas saya ada di unjung. Dulu waktu istirahatnya cuman 15 menit
3.
Ajiyoko
saya
cuman
bisa
sebentar
ke
perpustakaan, apalagi gak bukunya gak boleh dibawa pulang. Tapi sekarang istirahatnya agak lama, jadi pinjem bukunya bisa lama juga.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Dulu waktu saya kelas VII, saya males ke perpustakaan pas istirahat. Soalnya kan kelas saya di bawah, perpustakaannya di atas. 4.
Bella Isahara
Waktu
kelas
VIII
ya
jadi
sering
ke
perpustakaan soalnya deket sama kelas saya.” (Wawancara dengan Bella Isahara, pada 8 Januari 2013) ”Saya baru kelas VIII ini ke perpustakaan kalau istirahat. Dulu waktu kelas VII, saya gak pernah ke perpustakaan. Kecuali kalau memang jam pelajarannya di perpustakaan. 5.
Dinda Putri Astria
Soalnya kan kelas VII itu kan kelasnya jauh, di bawah. jadi males naiknya, lagian waktu istirahatnya juga gak cukup.” (Wawancara dengan Dinda Putri Astria, pada 8 Januari 2013)
17. Bagaimana kualitas dan kuantitas koleksi perpustakaan?
NO
NAMA
JAWABAN
”Menurut saya sih kurang baik. Banyak buku 1.
Vada Annisa
lama.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
”Kualitas dan kuantitas bukunya sudah cukup baik, sudah rapi, meskipun ada beberapa 2.
Novia Monicasari
buku yang masih jadul dan harus ditambah.” (Wawancara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013) ”Lumayan bagus. Sudah cukup memadai.”
3.
Ajiyoko
(Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013) ”Sudah
4.
Bella Isahara
baik.
Isinya
juga
memadai.”
(Wawancara dengan Bella Isahara, pada 4 Januari 2013) ”Bagus, soalnya saya nggak pernah nemu
5.
Dinda Putri Astria
buku yang rusak” (Wawancara dengan Dinda Putri Astria, pada 4 Januari 2013)
18. Menurut Anda bagaimana sikap petugas perpustakaan?
NO
NAMA
JAWABAN
”Petugasnya sih ramah, tapi kadang-kadang 1.
Vada Annisa
yang jaga cuman satu orang, jadi kalau mau minta tolon gak bisa.” (Wawancara dengan Vada Anisa, pada 11 Januari 2013)
”Saya jarang minta tolong sama petugas perpustakaan. Kalau saya mau cari buku, saya tanya guru saya dulu judul yang pas 2.
Novia Monicasari
buat referensi makalah saya apa, baru setelah itu cari di perpustakaan. Kalau gak ada bukunya, saya pinjam guru saya.” (Wawacara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013) ”Saya senang datang ke perpustakaan karena petugasnya ramah-ramah. Meskipun kadang galak kalau lagi banyak anak-anak yang
3.
Ajiyoko
berantakin kursi dan gak dikembalikan ke tempatnya. Tapi selama ini saya belum pernah
dimarahi.”
(Wawancara
dengan
Ajiyoko, pada 12 Januari 2013) ”Dulu waktu kelas VII saya pernah ke perpustakaan cari buku, karena belum tahu caranya, saya tanya ke mbak yang jaga. Saya dikasih tahu cari bukunya di rak sekian gitu. 4.
Bella Isahara
Sekarang saya sudah tahu caranya, jadi kalau saya mau cari buku tentang matematika misalnya, saya langsung ke rak yang ada tulisa 500 nya.” (Wawancara dengan Bella Isahara, pada 8 Januari 2013)
5.
Dinda Putri Astria
”Sikap petugas perpustakaannya ramah. Saya sering tanya lentak buku yang saya cari.
Kalau
petugasnya
gak
sibuk,
biasanya
dicarikan. Tapi kl pas lagi sibuk saya cuman dikasih tahu letak bukunya dan saya cari sendiri.” (Wawancara dengan Dinda Putri Astria, pada 8 Januari 2013)
19. Bagaimana pendapat Anda tentang system peminjaman di perpustakaan?
NO
NAMA
JAWABAN
”Saya belum pernah bawa pulang buku perpustakaan. Soalnya memang gak boleh. Kalau 1.
Vada Annisa
kata
petugasnya
sih
karena
komputernya masih eror dan belum bisa membuatkan kartu perpustakaan. Jadi ya saya pinjamnya terbatas pas jam istirahat atau jam kosong saja.” (Wawancara dengan Vada Annisa, pada 11 Januari 2013) ”Menurut saya, sistem perpustakaan yang belum diperbaiki bisa lumayan menghanbat pemanfaatan buku. Soalnya kan buku tidak
2.
Novia Monicasari
boleh dibawa pulang, jadi yang mau pinjam malah tidak jadi pinjam. Kalau hanya dibaca di lingkungan sekolah saja, waktunya kurang. Kita kan gak mungkin baca buku pas jam
pelajaran, kecuali bukunya berhubungan sama pelajarannya.” (Wawancara dengan Novia Monicasari, pada 11 Januari 2013) ”Dari saya kelas satu memang gak pernah punya kartu perpustakaan. Jadi kalau gak punya kartu perpustakaan ya gak boleh 3.
Ajiyoko
pinjam
buku
dibawa
pulang.
Jelas
menghambat karena kan banyak yang jadi malas datang ke perpustakaan.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013) ”Kalau mau baca buku ya di perpustakaan atau di kelas. Kalau dibawa pulang gak boleh, kan gak punya kartu anggota perpustakaan. 4.
Bella Isahara
Lebih enak sih kalau bukunya boleh dibawa pulang. Soalnya waktu membacanya Cuma sebentar aja kalau di sekolah.” (Wawancara dengan Bella Isahara, pada 8 Januari 2013) ”Ya lumayan menghambat peminjaman sih, kan jadi gak bisa baca buku perpustakaan di
5.
Dinda Putri Astria
rumah. Padahal kalau di sekolah, bisanya baca pas jam istirahat aja atau pas jam kosong.” (Wawancara dengan Dinda Putri Astria, pada 8 Januari 2013)
LAMPIRAN D Dokumentasi
Gambar: Koleksi nonfiksi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang tanggal 8 Maret 2013
Gambar: Ruang koleksi referensi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang tanggal 8 Maret 2013
Gambar: Koleksi fiksi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang tanggal 8 Maret 2013
Gambar: Piala-piala lomba perpustakaan yang berhasil diraih Perpustakan SMP Negeri 19 Semarang tanggal 8 Maret 2013
Gambar: Pemanfaatan perpustakaan dan koleksi perpustakaan oleh pemustaka pada tanggal 8 Maret 2013