i-
I.
2001
Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit: ,peran Locus of Control, Komitmen Profesi dan Kesadaran Etis UMI MUAWANAH Universitas Gajayana MaIang
NUR INDRUNTORO Universitas Gadjah Mada Yogyakarta In general, the objective of this-study was to determine the interaction effects of personality variables and cognitive style on the behavior of auditor in an audit conflict situation. In particulac this study examined the moderating effect of ethical awareness on relationship between locus of control as well as professional commitment and auditors' response in an audit conflict situation i.e. auditors' ability to resist or to accede clients 'prarures. The study useddata collected through mail surveyfrom seventyjive experfenced auditors$-oma sample of CPAJirms. The questionaire list sent to each respondent was designed to provide data on four variables: locuc of control, professional commitment, ethical awareness, and auditors' response in an atldit conflict situation. The data were analysed using multiple regression technique. The analysis found that ethical awareness moderated the relationship between personality variables (i.e. locus of control andprofarsional commitment) and auditors' response in an audit conflict situation. These finding supported the previous research results and literature of behavioral accounting arguing that the interaction between personality variable and cognitive style affect the behavior in decision making, included ethical decision making. Result of this study implied that the explicit recognition of both personality variables (i.e. locus of control andprofessional commitment) and ethical awareness as cognitive style variable provides a better explanation for audit practice in an auditors' ethical decision making. Other implications for audit practice were also considered. In addition, to understand the result and implication, constrain and limitations of this study should be carefilly though about and for this reason, the study also proposes the directions for future research in the area.
-
Keywords
:
Locus of control, Professional commitment, Ethical awareness and Auditors' Response
'Artikel ini memperoleh &cellent Accounting Research Award pada Simposium Nasional Akuntansi ke-3 yang diselenggarakan pada tanggal 5 September 2000 di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia Kampus Baru Depok oleh.Kompartemen Akuntan Pendidik-Ikatan Akuntan Ind6nesia.
JRAI, Mei 2001
134
1.
Latar Belakang
Pengembangan dan kesadaran etiklmoral memainkan peran kunci dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al., 1997). Akuntan secara terus menerus berhadapan dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. Dilema etis dalam setting auditing, misalnya, dapat terjadi ketika auditor dart klien tidak sepakat terhadap beberapa aspek fungsi dan tujuan pemeriksaan. Dalam keadaan hi, klien bisa mempengaruhi proses pemeriksaanyang dilakukan oleh auditor. Klien bisa menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan. Karena secara umum dianggap bahwa auditor termotivasi oleh etika profesi dan standar pemeriksaan, maka auditor akan berada dalam situasi konflik. Memenuhi tuntutan klien, berarti melanggar standar. Namun dengan tidak memenuhi tuntutan klien, bisa menghasilkan sangsi oleh klien berupa kemungkinan penghentian penugasan. Karena pertimbangan profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan akhir. Bersamaan dengan munculnya kesadaran tentang pentingnya pengembangan dan kesadaran etik akuntan publik, muncul pula sejumlah penelitian akademis yang mencurahkan perhatiannya pada masalah ini, serta berusaha untuk menguraikan dan mengevaluasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku etik akuntan (Louwers et al., 1997). Penelitian-penelitian tersebut menekankan pentingnya gagasan bahwa proses cognitifindividual tidak hanya diperlakukan sebagai 'black box', tetapi hams diakui secara eksplisit karena proses ini diharapkan mempengaruhi pengambilan keputusan etik individual. Lebih khusus lagi, penelitian-penelitian tersebut sengaja mempertimbangkan rerangka psikologis proses kesadaran etis dalam rangka menjawab pertanyaan apa yang membuat akuntan menjadi l e b i h h a n g etis (Tsui dan Gul, 1996). Namun sebenarnya proses kognitif kesadaran etik sendiri belum bisa sepenuhnya dapat digunakan untuk memprediksi perilaku pengambitan keputusan, karena sebenarnya ada variabel lain yang berinteraksidengannya yang mempengaruhi perilaku. Trevino (1986) menyatakan kesadaran akan benar dan salah saja tidak cukup untuk memprediksi perilaku pengambilan keputusan etis. Diperlukan variabel yang dapat berinteraksi dengan cognitvstyle untuk menentukan bagaimana individu berperilaku dalam merespon dilema etis (Tsui dan Gul, 1996). Dalam literatur Behavioral accounting disebutkan bahwa variabel personalitas dapat berinteraksi dengan cognitive styles untuk mempengaruhi pengambilan keputusan (Siege1 dan Marconi, 1989). Variabel personalitas mengacu pada sikap dan keyakinan individual, sedangkan cognitive style mengacu pada cara atau metoda dengan mana individu menerima, menyimpan, memproses dan mentransformasikan informasi ke dalam tindakannya. Individu dengan tipe personalitas yang sarna bisa memiliki cognitive style yang berbeda, sehingga perilakunya juga bisa berbeda. Selanjutnya juga disebutkan bahwa kedua aspek ini berhubungan dekat dengan keberhasilan maupun kegagalan auditor dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan pada pemikiran di atas penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh interaksi antara variabel personalitas (locus of control, dan komitmen profesi) dengan variabel cognitive style (kesadaran etis) terhadap pengambilan keputusan auditor dalam situasi konflik.
2. Kerangkan Pikir dan Pengembangan Hipotesa Penelitian ini difokuskan pada variabel personalitas locus of control dan komitmen profesi dan kesadaran etik yang dihubungkan dengan perilaku auditor dalam situasi konflik audit.
Umi Muawanah/Nur Indriantoro 2.1
Kesadaran Etik
135
-
b2 I '
Bany* ppenelitian yang telah mengulas tentang etika dari sudut pandang yang berbeda. Rest ( 1 986) menyatakan bahwa pemahaman (kesadaran) moral merupakan bagian dari kapasitas keseluruhan individualuntukmererangkadan memecahkan masalah-masalah etika. Trevino (1986) menyatakan bahwa tahapan pengembangan kesadaran moral individual menentukan bagaimana seorang individu berpikir tentang dilema etis, proses memutuskan apa yang benar dan apa yang salah. Namuwkesadaran atas benar dan salah saja tidak cukup memprediksi perilaku pengambilan keputusan etis,. Diperlukan variabel situasional dan individual lain yang dapat berinteraksi dengan komponen kognitif (kesadaran moral) untuk menentukan bagaimana individu akan berperilaku dalam merespon dilema etis (Tsui dan Gul, 1996). Model interaksi dari Trevino ini menjadi penting karena mengintegrasikan dua tipe variabel yang berbeda, untuk memprediksi perilaku. Hal ini juga dilandasi oleh penelitian Kenrick dan Dantchik ( 1 983) yang menekankan bahwa dimensi personalitasdan situasi harus dipertimbangkan bersarna-sama untuk dapat memprediksi perilaku (Fisher, 1996). Maka kesadaran etis yang merupakan situasi psikologis individu harus dipertimbangkan dengan variabel personal lain yang lebih stabil untuk dapat digunakan memprediksi perilaku. 2.2
Locus of Control(LOC)
Dalam literatur akuntansi, locus of control telah diteliti dalam konteks keputusan yang berbeda seperti partisipasi anggaran (Brownell, 1982; Frucot dan Shearon, 1991; Indriantoro, 1993). Keputusan etis (Trevino, 1986; Tsui dan Gul, 1996; Knouse dan Glacalnose, 1992), perilaku tidak etis (Zones dan Kavanagh, 1996; Tsui dan Gul, 1996; Zahro, 1989). dan Kavanagh (1996) melakukan eksperimen untuk menguji pengaruh variabel locus o/conlrol terhadap keinginan berperilaku tidak etis yang ditunjukkan dengan memperbesar laporan jumlah biaya perjalanan. Dua kali eksperimen yang dilakukan dengan sampel yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda. Pada eksperimen pertarna hasilnya mendukung hipotesis yang diajukan faitu individu dengan eksternal locus of control cenderung memperbesar laporan biaya perjalanan. Namun pada eksperimen kedua, hasilnya tidak mendukung hipotesis yang diajukan, yaitu jidak ada pengaruh yang signifikan atas locus ofcontrol terhadap kecenderungan perilaku tidak eth. Berdasarkan pada teori locus of control, bahwa perilaku auditor dalam situasi konflik akan ristik locus of control-nya. Individu dengan internal locus of controlakan ilaku etis dalam situasi konflik audit dibandingdengan individu dengan ekstemal i pembawaan internal locus ofiontrol adalah mereka yang yakin bahwa suatu a dalam kendalinya dan akan selalu mengambil peran dan tanggungjawab ar atau salah. Sebaliknya orang dengan eksternal locus of control percaya ian dalam hidupnya berada di luar kontrolnya dan percaya bahwa hidupnya dipengaruhi keberuntungan dan kesempatan serta lebih mempercayai kekuatan di luar dirinya. auditor dengan external locus of control lebih besar kemungkinannya untuk memenuhi
ones
ino (1 986) menyatakan bahwa variabel perbedaan individual atau variabel personalitas locur of control dapat berinteraksi dengan kesadaran etis untuk mempengaruhi perilaku dilema etis (Tsui dan Gul, 1996). Jadi hubungan antara locus of control dengan perilaku r bisa tergantung pada kesadaran etis auditor. Sementara itu Rotter (1966) berpendapat
136
JRAI, Mei 2001
bahwa konstruk internal-eksternal merupakan variabel personalitas unidimensional yang stabil. Maka, pembawaan personalitas seperti locus of control relatif lebih stabil dibanding pada tingkat kesadaran etis karena level kesadaran etis dapat ditingkatkan melalui intervensietis dan pendidikan formal. Interaksi antara level kesadaran etis dengan locus of control telah diuji oleh Tsui dan Gul (1996) dengan menunjukkan model interaksi berikut:
GAMBAR 1 Model yang dikembangkan Tsui dan GuI(1996) Kesadaran Etis
Respon Auditor dalam Situasi Konflik Audit
Locus of Control
Dengan menguji model tersebut, Tsui dan Gul(1996) menunjukkan bahwa kesadaran etis memoderat (memperkuat) hubungan antara locus'of ontrol dengan kemampuan auditor untuk menolak tekanan manajer. Dengan kata lain locus of control dan kesadaran etik merupakan faktor detenninan yang signifikan pada perilaku auditor dalam situasi dilema etis. Penelitian ini menguji kembali model tersebut dengan mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H,: Interaksi antara locus of control dengan kesadaran etis mempengaruhi respon auditor dalam situasi konflik audit.
2.3
.
..:
.
-
_
Komitmen Profesi .
Ford d & ~ & k q d ~ o n(1 994) &lam telaah empiris pengambilan keputusan etis menyatakan bahwa salah sat~;$e'tep@an.~entin~ perilaku pengambilan keputusan etis adalah faktor-faktor yang secar? unik-berh.bungap &ngan individu pembuat keputusan. Faktor-faktor individual tersebut meliputi variabel-~ar~&Cjl&g~m~~akan ciri pembawaan lahir (sex, umur, kebangsaan, dan sebagainya) dan variabel
.
, .. .. . '
'
.
.+!. .': :.: .,.r. ;, . :. .._ .. .
...
...
<
.
..
..>
. .I
1, Mei 2001
~adatingkat pendidikan sui dan Gul
s:g
..
k-
, ,. .%A
;adaranetis ditor untuk akan faktor ini menguji
]on auditor
ktor-faktor ' individual ebangsaan, gembangan lt dikatakan usan dalarn emaharnan .ofesi yang .ofesi yang onal level lrofesi dan tis. Jeffrey
1
audit yang berarti le
.
.,
t!')jvjhfii s~;grif~~f)-:.j:i iji>;!,b<'i? f i ? . ~ ! < ' . ! ; < " ; . .' .r;r:;l:t;pi! ~jii:Gd:l:db;: ::!I : ~ X J A I J ~i.~dsil&' ~ mr;it ;;nt;.i ;;i:!!i h!~: G m93 .?!I!) .'..'.. . cjynfid[i!4:.:r!: iurlye irrl ~ t ' ~ f ~ l \ l . i ~ ~ii4.:*,. i;; !
.
.
.
",
....w,
.
.,. ,:., ..-*\.
s
'
<
,
.
-
.
7
1
Data penelitian dikumpulkanmelalui mailsurvey kepada auditor berpengalaman dari kantorl akuntan besar, sedang dan kecil di Indonesia yang terdaftar di Directory Kantor Akuntan Publik yang dikeluarkan oleh IAI. Hal ini dilakukan untuk mengontrol efek ukuran KAP terhadap perilaku auditor maupun ciri pembawaan personalnya. Disampaikan pula bahwa responden tidak perlu memberikan identitas, kecuali yang diperlukan dalam penelitian ini untuk menjamin kerahasiaan ' responden. Selain itu peneliti mengirimkan surat konfmasi ulang kepada responden untuk mengingatkan atas kuisioner yang pernah peneliti kirimkan tiga minggu sebelumnya dan mohon untuk segera diisi dan dikirim kembali ke alamat peneliti. Peneliti juga menawarkan ringkasan hasil penelitian jika mereka men&endakinya. Setiap kuisioner dilengkapi dengan amplop yang telah tertera alamat dan perangko balasan. Dari 300 kuisioneryang dikirim, diperoleh jawaban 91 (30,3 %) responden. Dari jumlah ini 16 diantaranya tidak dapat diikutkan dalam analisa karena jawaban yang tidak lengkap dan tidak memenuhi persyaratan serta jawaban yang terlalu menyimpang. 3.2
Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel
Kesadaran Etis. Dioperasionalisas'ikansebagai kemampuan individu untuk mengevaluasi dan mempertirnbangkannilai-nilai etika dalam suatu kejadian. Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang mengukur kesadaran etis dengan 3 skema auditing yang diambil dari instrumen yang digunakan oleh Cohen et al. (1995).. Instrumen tersebut dikembangkan oleh Loeb (1971) yang juga diadopsi oleh Claypool el al. (1990) dan Armstrong (1985). Cohen et al. (1993) telah menguji reliabilitas insh-urnen ini dengan teknik cronbach k alpha dan menghasilkan nilai 0,85. Skema ini mengukw level kesadaran etis dengan skala likert 7 point. Setiap skema memerlukan respon responden untuk menunjukkan apakah tindakan yang dinyatakan dalam skema adalah etis atau tidak, dan kemungkinan responden melakukan tindakan yang sama dengan skema. Untuk mengontrol pengaruh lingkungan sosial (Halo effect) instrumen ini dilengkapi dengan pertanyaan tentang kemungkinan kolega melakukan ha1 yang sama. Locus of Control (LOC). Variabel ini dioperasionalisasikan sebagai konstruk internaleksternal yang mengukur keyakinan seseorang atas kejadian yang menimpa kehidupannya. Variabel ini diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Rotter (1966). Instrumen ini telah digunakan secara luas dan juga telah teruji validitasnya dalam riset akuntansi, di antaranya Brownell (1981), Licata et al. (1 986) dan Indriantoro(1993). Penelitian ini akan menggunakanskala Rotter yang telah dimodifikasi oleh Indriantoro (1993) yang ditujukan untuk responden Indonesia. Instrumen ini menggunakan pertanyaan yang terdiri dari 29 pasangan altematif yang diberi tanda a dan b, yang terdki dari 23 pasangab yang mengukur locus ofcontrol dan 6 item pasangan sebagaifillers. Responden diminta untuk memilih satu dari setiap pasangan yang diyakini sebagai pernyataan yang lebih benar. Setiap jawaban menpkur locus ofcontrol dan akan menghasiikan skala dari 0 (ekstrim internal) sampai 23 (ekstrim ekstemal). Komitmen Profesi. Variabel ini dioperasionalisasikan dengan tingkat identifikasi dan keterlibatan individu &lam profesi. Variabel ini diukur dengan menggunakan 14 item pertanyaan yang digunakan oleh Jeffrey dan Weatherholt (1996). Instrumen tersebut mengukur komitmen psofesimdengan meminta responden menunjukkan pilihan antara sangat -it I
it&@
bpek fungsi
ping merupakan indikan perilaku auditor dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak permintaan Mien pada diidentifikasikan sebagai perilaku etis
W w e n dan NonResponse Bias g telah banyak digunakan dalam penelitian n dapat dipertanggungjawabkan. Namun
antara r e s k -
3.4
il pengujian menunpkkan bahwa instrumen cukup reliable dan valid, karena nbach alpha di atas 0,60 (Nunnally, 1978). Sementara itu pengujian validitas adap ketiga variabel menunjukkan bahwa masing-masing variabel figdi atas 0,30. Hal ini, menurut Hair et a1 (1992) sudah dianggap cukup sampel mendekati 100. juga melakukan uji nonresponse bim untuk melihat apakah ada rwpm yang kembali dengan respon yang tidak kembali dengan menguji M a dikelompokkan pada respon awal dengan respon akhir, Pengujian dilakukan
~e@&.AnalisaData H i m &lam penelitian ini akan diuji menggunakan multiple regresi seperti yang digunakan Tmi dan Gul(1996). p m m n g u j i hipotesis pertama, digunakan model analisa sebagai berikut:
..p;- ',. .
h q ~+ B,x,+ , p4x,%+e
H,: plro .................
i '
untuk menguji hipotesis kedua dig&
model analisa berikut:
.................
berbentuk simetrisdan nonn?onotonicatau monotonic. Untuk memperoleh informasi ristik dan bentuk interaksi dalarn model, diperlukan analisa dengan turunan parsial