PERILAKU AGRESIF PADA ANAK YANG MENGALAMI CHILD ABUSE Novy Risviyanto 1 Anita Zulkaida 2
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
ABSTRAK Keluarga yang ideal adalah keluarga yang mampu menjalankan fungsi psikologis yaitu memberikan rasa aman, menerima semua anggotanya secara wajar apa adanya, dan memberikan dukungan psikologis sehingga dapat menjadi tempat untuk pembentukan identitas diri. Namun tidak semua keluarga bisa menjalankan fungsi-fungsinya dan membentuk keluarga yang ideal. Kekerasan pada anak (child abuse) adalah tindakan salah atau sewenang-wenang yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak, baik secara fisik, emosi maupun seksual. Sedangkan menurut Psychology Today (2002) child abuse tidak hanya meliputi kekerasan tetapi juga penelantaran diri pada anak (neglect) oleh orangtua. Hampir 95 % anak yang mengalami kekerasan (child abuse) akan mengalami trauma serta menjadi pemarah dan agresif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bentuk perilaku agresif pada anak yang mengalami child abuse, serta faktor-faktor yang membentuk perilaku agresif pada anak yang mengalami child abuse. Penelitian menggunakan pendekatan kulaitatif berbentuk studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dan bersekolah kelas 5 SD. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara. Hasil menunjukkan bahwa subjek yang mengalami child abuse memiliki perilaku agresif bentuk fisik, aktif, langsung yaitu memukul, menendang, bentuk verbal, aktif, langsung yaitu berbicara kasar seperti “anjing, babi”, dan bentuk fisik, pasif, tidak langsung yaitu suka menolak mengerjakan tugas-tugasnya. Perilaku agresif pada subjek disebabkan oleh 4 faktor yaitu meniru orangtua yaitu mengucapkan kata-kata kasar seperti “anjing, babi” (sama seperti yang diucapkan oleh orangtuanya), orangtua membiarkan seperti ketika subjek melakukan kenakalan orangtuanya terkadang memberi hukuman namun terkadang tidak memberi hukuman, memendam perasaan marah seperti ketika subjek mendapat kekerasan dari orangtuanya subjek hanya diam, terkadang subjek melampiaskan kekesalannya kepada adik dan temannya, dengan kejam mengadapi kekejaman seperti ketika subjek dinakali oleh temannya subjek selalu membalas kenakalan temannya dengan memukul atau menendang temannya. Tampak terjadi proses belajar pada subjek, yaitu subjek berfikir dan mempunyai cara pandang bahwa dengan kekerasan subjek bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Hal ini sesuai dengan teori belajar sosial. Kata kunci : Perilaku Agresif, Anak, Child Abuse.
I. PENDAHULUAN Kekerasan pada anak (child abuse) adalah tindakan salah atau sewenang-wenang yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak, baik secara fisik, emosi maupun seksual. Batasan usia anak menurut konvensi PBB adalah sejak lahir sampai 18 tahun (Sugiarno 2002). Sedangkan menurut Psychology Today (2002) child abuse tidak hanya meliputi kekerasan tetapi juga penelantaran diri pada anak (neglect) oleh orangtua. Seorang anak yang mengalami penelantaran mempunyai ciri-ciri tertentu, salah satunya penampilan fisik tidak terawat. Anak yang menjadi korban tidak dapat berbuat apa-apa menghadapi orang dewasa. Sebagai korban anaklah yang akan menanggung berbagai dampak kekerasan tersebut. Dari perkembangan fisik anak akan sangat terlihat jelas. Apalagi jika anak sering mendapatkan kekerasan fisik, perkembangan fisiknya akan teganggu dan mudah diamati. Secara psikologis anak akan menyimpan semua derita yang ditanggungnya. Anak akan mengalami berbagai penyimpangan kepribadian seperti menjadi pendiam atau menjadi agresif, mudah marah, konsep dirinya negatif, mudah mengalami depresi, dan yang akan lebih memperihatinkan adalah anak akan meyakini kekerasan adalah cara atau alternatif yang dapat diterima dalam menyelesaikan sebuah konfik atau permasalahan. (www.sekitarkita.com). Menurut Sugiarno (2002), 95 % anak yang mengalami kekerasan (child abuse) akan mengalami trauma serta menjadi pemarah dan agresif. Setiawan (2000) mendefinisikan perilaku agresif pada anak sebagai suatu tindakan kekerasan untuk melukai orang dalam kemarahannya. Biasa dilakukan dengan menendang atau memukul orang, mengatai atau memaki orang dengan kata-kata kasar, memfitnah, dan menggertak serta mengganggu orang lain. Anak adalah penerus bangsa yang nantinya akan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan negaranya. Namun banyaknya kasus kekerasan terhadap anak (child abuse) yang terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan karena akan mempengaruhi kualitas SDM Indonesia nantinya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat masalah yang berkaitan dengan kekerasan terhadap anak (child abuse) dan meneliti mengenai “perilaku agresif pada anak yang mengalami child abuse”. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Child Abuse 1. Pengertian Child Abuse Menurut Psychology Today (2002) child abuse tidak hanya meliputi kekerasan tetapi juga penelantaran diri pada anak (neglect) oleh orangtua. Seorang anak yang mengalami penelantaran mempunyai ciri-ciri tertentu, salah satunya penampilan fisik tidak terawat. Sugiarno (2002) memberikan definisi kekerasan pada anak (child abuse) sebagai tindakan salah atau sewenang-wenang yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak, baik secara fisik, emosi maupun seksual. Sedangkan State of Oregon Department (2003) menyatakan bahwa child abuse adalah kekerasan yang dilakukan orang dewasa
terhadap anak-anak yang dapat meliputi kekerasan fisik, emosi atau verbal, seksual dan penelantaran. 2. Faktor-faktor Penyebab Child Abuse Menurut Sugiarno (2002) ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak. Namun pada dasarnya inti masalah yang mendorong terjadinya kekerasan pada anak adalah stress dalam keluarga (family stress). Stress dalam keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor sosial budaya, dan faktor pengaruh langsung. a. Faktor sosial budaya Hal yang bersifat umum dalam masyarakat seperti banyaknya aturan-aturan yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap stress dalam keluarga. b. Faktor pengaruh langsung 1) Berasal dari anak (child produce stress) 2) Berasal dari orang tua (parental produce stress) 3) Berasal dari situasi tertentu (situational produce stress) 3. a. b. c. d.
Macam-macam Child Abuse Kekerasan fisik (physical abuse) Kekerasan emosi atau verbal (emotional/verbal abuse) Kekerasan Seksual (sexual abuse) Penelantaran (neglect)
4. Indikator Child Abuse Jurjis (2004) menyebutkan beberapa gejala-gejala pada anak yang mengalami child abuse : a. Verbal, anak sering mendesak orang tua karena hal sepele, emosi meluap-luap, mogok makan, berteriak-teriak, marah-marah, dan menjerit. b. Fisik, menunjukkan perilaku seperti membanting tubuhnya sendiri, membenturkan kepala, memukul teman, mengalami kejang, meninju, marah karena hal sepele, mudah emosi, kehilangan kontrol, dan memusuhi teman c. Ekspresi anak seperti takut, marah, sedih, resah, minder, susah, putus asa, menderita, dan kehilangan rasa aman. d. Gerakan tubuh tertentu seperti menghisap jari, mengigit kuku, mengedipkan mata, mengerak-gerakkan hidung, menggeleng-gelengkan kepala. e. Perilaku disekolah/dikelas seperti banyak bergerak, jarang duduk dikursi, pikiran kacau, prestasi menurun, tidak tenang, usil, banyak berulah, tidak mengerjakan tugas, perhatian terpisah. B. Perilaku Agresif 1. Pengertian Perilaku Agresif Buss (dalam Edmund & Kendrick 1980) menyatakan bahwa perilaku agresif adalah suatu respon memberikan stimulasi yang berbahaya kepada orang lain termasuk semua penyerangan fisik, menghina dan umpatan verbal. Berkowitz (1995) menyebutkan bahwa secara umum para ahli yang menulis mengenai masalah agresi
yang berorientasi penelitian mengartikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental. Sarwono (1999) menjelaskan bahwa perilaku agresif banyak macamnya, yang lebih rumit adalah suatu perilaku yang sama dapat di anggap tidak agresif, tetapi dapat juga di anggap agresif. Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah perasaan marah atau tindakkan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai suatu pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang atau benda yang biasa dilakukan dengan menendang atau memukul, mengatai atau memaki orang dengan kata-kata kasar, memfitnah, dan menggertak serta mengganggu orang lain. 2. Faktor Penyebab Perilaku Agresif Mu’tadin (2004) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku agresif, antara lain : a. Amarah b. Faktor biologis c. Peran belajar model kekerasan d. Frustasi 3. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif Murray (dalam Nurmaliah 1995) mengelompokan bentuk-bentuk perilaku agresif menjadi tiga yaitu: a. Bentuk emosional verbal, meliputi sikap membenci, baik yang diekspresikan dalam kata-kata maupun tidak, seperti marah, terlibat dalam pertengkaran, mengutuki, mengkritik di depan umum, mencemooh, mencaci maki, menghina, menyalahkan, menertawakan, dan menuduh secara jahat. b. Bentuk fisik bersifat sosial, meliputi perbuatan berkelahi atau membunuh dalam rangka mempertahankan diri atau mempertahankan objek cinta, membalas dendam terhadap penghinaan, berjuang dan berkelahi untuk mempertahankan negara, dan membalas orang yang melakukan penyerangan. c. Bentuk fisik bersifat anti sosial (fisik asosial), meliputi perbuatan perampokan, menyerang, membunuh, melukai, berkelahi tanpa alasan, membalas penderitaan secara brutal dengan pengrusakan yang berlebihan, menentang otoritas resmi, melawan atau menghianati negara dan perilaku kekerasan secara seksual. C. Anak 1. Definisi Anak Gagne (dalam Gunarsah 1990) menyatakan bahwa batasan usia seorang anak adalah individu yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan verbal sebagai hasil proses mempelajari sesuatu yang di peroleh dari luar. Havinghurst (dalam Gunarsah 1999) menyebutkan bahwa seorang anak mengalami tugas-tugas dalam perkembangan (development task), yaitu tugas-tugas yang timbul pada atau kira-kia pada masa perkembangan tertentu yang bilamana berhasil akan menimbulkan kebahagiaan dan akan diharapkan berhasil pada tugas perkembangan berikutnya.
2. Karakteristik Anak Menurut Turner & Helms karakteristik perkembangan anak usia sekolah dapat dilihat dari empat aspek yaitu : a. Perkembangan Fisik b. Perkembangan Mental c. Perkembangan Sosial dan Kepribadian d. Perkembangan Bahasa 3. Batasan Usia Perkembangan Anak Hurlock membagi usia perkembangan anak menjadi : a. Masa sebelum lahir (pranatal) selama 9 bulan sebelum lahir perkembangan terjadi sangat cepat yang terutama terjadi secara fisiologis dan terdiri dari pertumbuhan seluruh tubuh. b. Masa bayi baru lahir (new born) 0-14 hari, masa ini adalah periode bayi yang baru lahir atau neonate, selama waktu ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang seluruhnya baru diluar rahim ibu. c. Masa bayi (baby hood) dari 2 minggu sampai 2 tahun. Pertama-tama bayi sama sekali tidak berdaya, secara bertahap belajar mengendalikan ototnya sehingga secara berangsur-angsur dapat bergantung padadirinya sendiri, perubahan disertai timbulnya perasaan tidak suka dianggap seperti bayi dan keinginan mandiri. d. Masa kanak-kanak awal (early childhood) dari 2 sampai 6 tahun adalah usia prasekolah atau pra kelompok. Anak berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri secara sosial. e. Masa kanak-kanak akhir (late childhood) 6-12 tahun untuk anak perempuan dan 613 tahun untuk anak laki-laki, terjadi kematangan seksual dan masa remaja dimulai, perkembangan utama adalah sosialisasi, merupakan usia sekolah atau usia kelompok. 4. Tugas-tugas Perkembangan Anak Tugas-tugas perkembangan pada anak-anak kelompok usia 6-12 tahun menurut Havinghurst sebagai berikut : a. Belajar kemampuan-kemampuan fisik yang diperlukan agar bisa melaksanakan permainan atau olah raga yang biasa. b. Membentuk sikap-sikap tertentu terhadap dirinya sebagai pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang. c. Belajar bergaul dengan teman-teman seumurannya. d. Memperkembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis, dan menghitung e. Memperkembangkan nurani, moralitas, dan skala nlai-nilai untuk memperoleh kebebasan pribadi f. Membentuk sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok atau institusi. III. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif berbentuk studi kasus dengan subjek penelitian ini adalah adalah anak yang berusia antara 10-13 tahun yang mengalami child abuse dari orang tuanya/pengasuhnya.
Dengan demikian tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Sedangkan persiapan terbaik untuk melakukan analisis studi kasus ialah dengan memiliki suatu strategi umum analisis, yang pertama berdasarkan proposisi teoritis dan yang kedua memulai dengan pendekatan deskriptik terhadap kasusnya. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, subjek cenderung memiliki emosional verbal yang kurang baik, subjek sering terlibat dalam pertengkaran, serta sering mencaci maki, mencemooh, berkata-kata dengan kalimat yang kasar dan menertawakan temantemannya. Hukuman fisik dan verbal yang sering diterima subjek membuat subjek menjadi anak yang cenderung agresif, suka berkelahi, memukul, menendang, suka mencari masalah, dan membalas dendam terhadap perlakuan teman-temannya. Selain menunjukkan sikap agresif verbal dan fisik bersifat sosial, subjek juga menunjukan bentuk agresif antisosial yang ditunjukkan dengan perilaku suka melawan orang tua sebagai figure otoritas di Keluarga. B. Pembahasan Penelitian Terdapat tiga bentuk perilaku agresif pada anak yang mengalami child abuse yaitu : a. Bentuk Verbal, aktif, langsung Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, subjek cenderung memiliki emosional verbal yang kurang baik, subjek sering terlibat dalam pertengkaran, serta sering mencaci maki, mencemooh, berkata-kata dengan kalimat yang kasar dan menertawakan teman-temannya. b. Bentuk Fisik, aktif, langsung Hukuman fisik dan verbal yang sering diterima subjek membuat subjek menjadi anak yang cenderung agresif, suka berkelahi, memukul, menendang, suka mencari masalah, dan membalas dendam terhadap perlakuan teman-temannya. c. Bentuk Fisik, pasif, tidak langsung Selain menunjukkan sikap agresif verbal dan fisik aktif langsung, subjek juga menunjukan bentuk agresif fisik, pasif, tidak langsung yang ditunjukkan dengan perilaku suka melawan dan menolak perintah orang tua dan gurunya dalam mengerjakan tugas-tugas atau pekerjaan rumah. Sedangkan faktor-faktor pembentuk perilaku agresif subjek yang mengalami child abuse ada lima yaitu : a. Meniru Orangtua Perilaku agresif yang ditunjukkan subjek cenderung mengulang perilaku orangtua subjek. Kekerasan fisik maupun verbal yang sering diterima oleh subjek seringkali diulangi oleh subjek kepada teman-temannya. b. Orangtua Membiarkan Subjek terkadang menerima hukuman oleh orangtuanya ketika ketahuan berperilaku nakal terhadap temannya, namun karena ketidakkonsistenan orangtua dalam
memberikan hukuman membuat subjek seringkali mengulangi kenakalannya (agresif) terhadap teman-temannya. c. Akibat Acara-acara TV Acara-acara TV tampaknya tidak terlalu berpengaruh terhadap pembentukan perilaku agresif subjek karena berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa subjek jarang menonton TV dan lebih suka bermain PS atau bermain sepak bola dengan teman-temannya. Namun perilaku agresif subjek juga bisa disebabkan oleh game PS yang sering dimainkannya, game yang biasa dimainkan oleh subjek adalah game ”karatekaratean” d. Memendam Perasaan Marah Subjek seringkali memendam perasaan marah kepada orangtuanya, ketika menerima perilaku kasar dari orangtuanya baik secara fisik maupun verbal subjek cenderung memilih diam. Namun perasaan marah yang dipendam subjek seringkali dilampiaskan dalam bentuk perilaku agresif terhadap adik dan temannya. e. Dengan Kejam Menghadapi Keke jaman Hukuman yang sering diterima subjek baik fisik maupun verbal membuat subjek belajar dan meniru orangtuanya. Subjek berfikiran dan mempunyai cara pandang bahwa dengan kekerasan subjek bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap subjek disimpulkan bahwa terdapat tiga bentuk perilaku agresif pada subjek yang mengalami child abuse yaitu : a. Bentuk Verbal, aktif, langsung b. Bentuk Fisik, aktif, langsung c. Bentuk Fisik, pasif, tidak langsung Sedangkan faktor-faktor pembentuk perilaku agresif subjek yang mengalami child abuse ada lima yaitu : a. Meniru Orangtua b. Orangtua Membiarkan c. Akibat acara-acara TV d. Memendam perasaan marah e. Dengan kejam menghadapi kekejaman B. Saran Sesuai dengan hasil penelitian, analisis dan kesimpulan yang sudah diuraikan sebelumnya maka dapat disampaikan beberapa saran agar orangtua subjek dapat memberikan perhatian lebih ekstra terhadap subjek dan mencoba untuk memperbaiki hubungan yang kurang baik dengan mengurangi hukuman-hukuman yang sifatnya merupakan kekerasan fisik maupun verbal. Selai itu untuk orangtua subjek agar dapat lebih menahan emosi dan menciptakan suasana kekeluargaan yang lebih harmonis.Sealin hal tersebut diharapkan kepada peneliti selanjutnya akan lebih baik bila
didukung oleh berbagai kriteria subjek yang lebih bervariasi, misalnya usia, jenis kelamin, intensitas perilaku agresi yan nampak dari perilaku sehari-hari, sehingga akan semakin dalam mengetahui mengenai perilaku agresi pada anak yang mengalami child abuse. Serta diharapkan agar penelitian selanjutnya menggunakan significant other lebih dari satu orang dan melibatkan orangtua subjek sendiri, hal ini dimaksudkan agar diperoleh data dari penelitian yang lebih lengkap tentang kekerasan terhadap anak (child abuse). DAFTAR PUSTAKA Berkowitz, L. 1995. Agresi 1, Jakarta: Buss, A.H., Perry, M. 1992. The
Pustaka Binaman Pressindo.
Aggresion, Journal of Personality and Social.
Nurmaliah, L. 1995. Persepsi Terhadap Suasana Rumah, Kelompok Teman Sebaya dan Kecenderungan Perilak Agresif Pada Remaja Penyalahgunaan narkotika. Skripsi. Psikologi UGM Yogyakarta. Psychology Today. 2002. Child Abuse. Dalam: http://www.PsychologyToday.com Setiawan, M.G. 2000. Menerobos Dunia Anak. Bandung : Kalam Hidup. State of Oregon Department. 2003. Understanding and Dealing With Child Abuse. Dalam: www.oregon.counseling.org/handours/childabuse.htm. Sugiarno, Indra. 2002. Bila Pasangan Kerap Menganiaya Anak. Dalam : http://www.tabloidstarnova.com
Anonim. 2002. Mengapa Anak Menjadi Korban. Dalam : www.sekitarkita.com.