ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.3, November 2014
PERENCANAAN KOTA: KEBERLANJUTAN ETHNIC COMMUNITY BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL Oleh : Pingkan Peggy Egam ( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi,
[email protected] )
Michael Moldy Rengkung ( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi,
[email protected] )
Abstrak Perencanaan kota senantiasa melibatkan berbagai elemen termasuk masyarakat lokal. Dalam kaitan dengan hal tersebut partisipasi masyarakat merupakan isu penting.Paper ini bertujuan untuk membahas peran masyarakat lokal dalam proses perencanaan kota. Paper ini bertujuan menganalisis karakteristik partisipasi masyarakat melalui aktivitas masyarakat untuk mempertahankan eksistensi masyarakat lokal.Aktivitas diidentifikasi dalam 2 kelompok yaitu aktivitas berbasis budaya yang dimplementasikan dalam aktivitas sehari-hari dalam lingkungan tetangga dan aktivitas berbasis budaya dalam sakal kelompok masyarakat lokal.Selanjutnya dianalisis melalui 3 aspek yaitu jenis aktivitas, peran dan implementasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktifitas budaya merupakan aktivitas potensial yang dapat dikembangkan dengan organisasi internal sebagai penggerak dasar. Cenderung rendahnya tingkat kesadaran masyarakat berdampak pada implementasi community participatory dalam permukiman. Dibutuhkan peningkatan hubungan masyarakat untuk penguatan internal, serta penguatan sosial-kultural untuk promosi external. Keywords: Partisipasi masyarakat, aktivitas budaya,kesadaran masyarakat, kelompok masyarakat lokal
LATAR BELAKANG Perencanaan
dampak yang kurang baik bagi masyarakat
kota
memiliki
lokal baik dalam segisosial-budaya, eksistensi
tugas
masyarakat dan masalah keruangan. Menurut
kompleks karena harus dapat mengakomodir
Holden, Roseland, Ferguson &Perl, (2008):
berbagai aspek yang ada di dalam kota itu
In response to the practice of sustainable
sendiri. Masyarakat merupakan aspek penting
development, governments are increasingly
yang tidak hanya menjadi subjek tetapi sekaligus
menjadi
Kuatnya
arus
objek
recognising
perencanaan.
perkembangan
melemahkan
peran
partisipasi
organizations and lokal communities become important
masyarakat karena
Saat
sekitar pusat pertumbuhan ekonomi kota,
permukiman
menyebabkan tidak jarang kota terfokus pada
Respon
seimbang
antara
yang
perkembangan
tidak
kotadan
and
development.
terutama daerah-daerah yang berada di
ruang.
indesigning
urban management and pursuing sustainable
lemah.Begitu cepatnya perkembangan kota
tata
actors
implementing policies aimedat improving
masyarakat terdegradasi pada posisi yang
dan
allow
(2011) mengatakan bahwa: Civil society
masyarakat.
masalah sosial-budaya,
to
taken at international meetings, serta Varol
Perlemahan ini akan terus berimbas pada rendahnya
need
greaterparticipation following the decisions
kota
memberikan berbagai dampak yang tidak jarang
a
Permukiman
ini lokal
fenomena
degradasi
banyak
dijumpai.
masyarakat
Bantik
di
Malalayang, Indonesia juga merupakan salah satu
kemampuan
permukiman
lokalyang
mengalami
degradasi permukiman. Egam (2012) dalam
masyarakat lokal, tak jarang membawa
Perencanaan Kota: Keberlanjutan Ethnic Community Berbasis Partisipasi Masyarakat
- 15 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.3, November 2014
penelitian sebelumnya menemukan bahwa:
process LA21 has supported the development
Masyarakat Bantik di Malalayang mengalami
ofinnovative methods for working with and
degradasi dalam hal lokasi tempat tinggal.
for
Terjadi perubahan lokasi, dari lokasi di
merupakan salah satu modal pembangunan
sepanjang jalan utama dalam permukiman,
ditengah
berpindahan belakang dan ke luar lingkungan
sebagai pengambil kebijakan dan masyarakat
permukiman.
sebagai
Masuknya
masyarakat
non
the
community.Lokal
kolaborasi
antara
intinya
participatory
pemerintah
(community-based
Bantik ke dalam lokasi permukiman, serta
planning).Joerin, (2009), A participatory
pengaruh perkembangan kota menyebabkan
process does not necessarily mean that
kecenderungan hilangnya cultural aktivitas
everystakeholder will participate in every
yang menjadi potensi bagi lokal community.
phase of the decision process sedangkan
Paper
ini
menganalisis participation
bertujuan
kekhasan sebagai
salah
untuk
Rosentrom
community satu
(2007)
mengatakan
bahwa:
participatory requirements for a successful
upaya
participatory
mempertahankan permukiman lokal.
decision
making
process
depend on the type of effect primarily desired.
Partisipasi Masyarakat untuk Perkembangan Kota Masyarakat lokal
merupakan satu
kekuatan yang dimiliki oleh permukiman. Jencks (1996) dalam Roychansyah (2006) mengatakan bahwa: Partisipasi masyarakat dipandang sebagai sebuah alternatif dan ide dalam mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan pada sebuah kota. (World
Gambar 1 Decision Process Considered for the Experiment (Simon, 1960)
commission on sustainable development, 1987): Sustainable development, which is
Partisipasi Masyarakat dan Proses Pengambilan Ke putusan
defined as development that meets the needs of the present without compromising the
Joerin (2009) A participatory process
ability of future generation to meet their own needs.
Tuxworth
(1996):
Interest
does
in
not
necessarily mean
that
every
participatory approaches by LA21 initiatives
stakeholder will participate in every phase of
has growndramatically,
sedangkan Healey
the decision process, dan Mintzberg (1979) A
(1998)mengatakan bahwa: especially in the
decision, whether individual or group-based,
area of lokal environmental planning such as
can be defined as a commitment to an action,
in water shed and waste management,
i.e. an explicit intention to act. Proses
indevelopment of community and lokal-area
partisipasi
economic
Freeman,
berbagai tahapan diantaranya: Kesadaran
Littlewood, & Whitney, (1996): Through the
masyarakat (Simon, 1960), motivation and
strategies.
Menurut
masyarakat
Perencanaan Kota: Keberlanjutan Ethnic Community Berbasis Partisipasi Masyarakat
- 16 -
dilakukan
dalam
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.3, November 2014
reason (Major, 1999 in Joerin, 2009).
pada awal tahun 2000s. Kebangkitan ini
Dimensi sosial dalam setting masyarakat
diprakarsai oleh generasi muda masyarakat
seringkali
Bantik
akan
mempengaruhi
berbagai
yang
mulai
lebih
hilangnya
pedulikan
keputusan yang akan diambil, tetapi hal
kecenderungan
semangat
dan
tersebut bukanlah merupakan satu kompetisi
hubungan sesama dan kehilangan peran
dalam masyarakat. Partisipasi masyarakat
dalam kehidupan kemasyarakatan.
dalam implementasi seringkali berbenturan dengan keinginan individual, tetapi
hal
METODE
tersebut dapat dieliminir dengan kebutuhan Studi ini dilakukan sebagai balance
umum dengan pemahan dan kesadaran yang
kekuatan berdasarkan partisipasi masayarakat
masuk melalui dimensi sosial. Hal ini dapat
dalam perencanaan kota. Lokasi penelitian
dilihat dalam gambar 1.
adalah permukiman masyarakat Bantik yang Semboyan Hidup Masyarakat Suku Bantik
bermukim dilokasi Malalayang, Manado. Aspek
penelitian
terdiri
dari
aktivitas
Masyarakat suku Bantik memiliki
masyarakat berdasarkan aktivitas sosial dan
semboyan yaitu: Hinggiridang, hintakinang,
budaya dengan latar belakang kesamaan
and hintalunang (H3) yang memiliki arti
persepsi. Tujuan dari pemilihan kelompok
saling
aktivitas masyarakat tersebut yaitu untuk
mengasihi,
sepenanggungan,
dan
saling membantu. Dalam tatanan sosial
menggambarkan
masyarakat Bantik, H3 merupakan kekuatan
implementasi partisipasi masyarakat lokal
yang
dalam konteks perencanaan kota. Tahapan
mampu
menjadi
pengikat
bagi
jenis,
masyarakat dalam berbagai kondisi yang
pertama
dilakukan
dialami.Ini menjadi dasar aturan sosial yang
meliputi
jenis
bersenyawa
masyarakat
dalam
semangat
persatuan
peran
dan
pengumpulan
data
dan
struktur
aktivitas
Bantik
dalam
lokasi
masyarakat. Persenyawaan filosofi H3 dalam
penelitian.Struktir aktivitas yang dimaksud
mayarakat dapat dilihat pada gambar 2.
yaitu aktivitas dalam lingkungan tetangga, kelompok masyarakat berbasis sosial dan masyarakat
Bantik
keseluruhan
berbasis
budaya. Data didapatkan melalui observasi. Tahap
kedua
dilakukan
interview
baik
terbuka maupun terstruktur dan menyebarkan kuesioner.
Hal
ini
dilakukan
untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman tentang Gambar 2 Filosofi masyarakat Bantik
partisipasi
masyarakat.
Tahap
ke
tiga
dilakukan analisis berdasarkan data yang
Sebenarnya filosofi ini sudah ada dari
telah dikumpulkan pada tahap 1 dan2.
masa lampau, tetapi filosofi seakan hilang
Dilakukan beberapa tahapan analisis yaitu: 1)
tetapi kemudian mulai dibangkitkan kembali
Karakteristik
dan
Perencanaan Kota: Keberlanjutan Ethnic Community Berbasis Partisipasi Masyarakat
- 17 -
struktur
community
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.3, November 2014
participation Aktivitas
beserta
aktivitasnya,
masyarakat,
implementasi
partisipasi
3)
2)
Organisasi
Strategi
yang
terbentuk
berdasarkan
kesamaan persepsi untuk mempertahankan
masyarakat dan
keberlangsungan
penguatannya.
komunitas
masyarakat
Bantik berjumlah 2 kelompok besar seperti: Generasi muda anak suku Bantik dan Aliansi Masyarakat
PARTISIPASI MASYARAKAT
Suku
Malalayang. Karakteristik Partisipasi Masyarakat
Bantik
Minanga,
Dan terdapat satu
induk
organisasi secara keseluruhan. Karakteristik
Sebagai kelompok masyarakat yang
lokal organisasi dijelaskan dalam Tabel 1.
dibentuk berdasarkan ikatan keluarga dan
Dalam beberapa tahun terakhir ini atau mulai
kesamaan suku, kelompok organisasi yang
pertengahan tahun 2000, ada satu gerakan
ada dalam masyarakat lebih berfokus pada
kepedulian yang timbul oleh generasi muda
aktivitas sosial dan pelestarian budaya.
(usia sekitar 20–50 tahun) terhadap budaya
Kelompok
lokal
masyarakat
terdiri
atas
3
di
tengah
perkembangan
kelompok yaitu: 1) Kelompok berbasis
Perkembangan
agama, 2) kelompok berbasis ikatan keluarga,
mengusung
dan 3) kelompok berbasis suku secara umum.
menampung dan menerima pendapat orang
Sementara itu ada juga kelompok informal
lain sebagai bentuk penyesuaian terhadap
secara temporer dalam aktivitas sehari-hari
situasi dan kondisi lingkungan. Sikap ini
yang terbentuk dalam lokalisasi lingkungan
merupakan hal yang berbeda dari karakter
tempat tinggal. Jumlah kelompok
masyarakat Bantik pada umumnya yang
yang
terbentuk berdasarkan ikatan keluarga atau
kelompok
kota.
sifat
masyarakat
keterbukaan,
rela
memegang teguh sikap dan pendapat pribadi.
disebut rukun keluarga sekitar 20 kelompok. Tabel 1 Karakteristik Organisasi Lokal Aspek
Kelompok berbasis aktivitas keagamaan
Kelompok berbasis keluarga/ rukun
Kelompok berbasis budaya/suku
Anggota
Camupran antara masyarakat Bantik dan non-Bantik. Anggota terbatas (20 -30 keluarga)
Masyarakat Bantik berdasarkan hubungan keluarga Tidak terbatas
Keseluruhan masyarakat Bantik yang ada dalam permukiman
Waktu pertemuan
Setiap minggu
Setiap bulan
Sesuai kebutuhan
Lokasi
Berdasarkan zonanisasi
Tidak dibatasi oleh zonanisasi
Masyarakat yang ada di permukiman
Fokus pada aktivitas keagamaan
Hubungan kekerabatan kebih erat Lebih privasi karena diikat oleh tali persaudaraan secara biologis Fokus pada kegiatan sosial dan hubungan keluarga.
Aktivitas lebih difokuskan pada kegiatan budaya
Deskripsi
Struktur Grup Masyarakat Bantik Keunikan
dari
kelompok
suku
Bantik
di
Malalayang
yaitu
kelompol-kelompok tersebut tidak memiliki
lokal
garis komando yang mengikat. Hal ini terjadi
organisasai yang ada di dalam masyarakat
karena
kelompok
Perencanaan Kota: Keberlanjutan Ethnic Community Berbasis Partisipasi Masyarakat
- 18 -
tersebut
memiliki
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.3, November 2014
kebebasan dalam pembentukan kelompok
penyamaan
terutama rukun yang hanya didasarkan oleh
membangun
ikatan
memiliki
keberlanjutan masa depan dengan mengatasi
kesamaan keanggotaan pada kelompok yang
masalah ekonomi dan sosial. The case study
lain.
have done in Turkey, the outcomes for
keluarga,
walaupun
persepsi
masyarakat,
dan
tentang
visi
konsensus
sustainability for Karaburun emerge as the improvement of the sosial status of the rural women,
tackling
ecological
unemployment,
awareness,
learning
gaining different
agricultural implementation techniques and protection of biohabitat (Varol, Yalçıner, Ercos¸ kun, & Gürer, 2009). Persepsi yang terbentuk
pada
masyarakat
Bantik
di
Malalayang terdiri dari beberapa aspek yaitu: 1) Membangun kesadaran dari masyarakat
Gambar 3 Struktur Kelompok Lokal dalam Masyarakat Bantik
akan
pentingnya
kelanjutan
komunitas
melalui: Sikap yang menghargai, aktivitas Dari Gambar
struktur
3
yang
menunjukan
merupakan
kekuatan
terlihat pada bahwa
utama
budaya,
rukun
dan
hubungan
sosial
antar
masyarakat, 2) Re-development base on
sebagai
cultural heritage site dengan membutuhkan
mekanisme partisipatif dalam kelompok yang
analisa yang lebih dalam.
lebih besar diatasnya. Walaupun keseluruhan anggota rukun dan sebagian angota kelompok dengan organisasi
latar
belakang
yang
lebih
religi
menjadi
besar,
tetapi
masing-masing kelompok bekerja secara mandiri
tanpa
saling
ketergantungan.
Kelompok organisasi yang besar ini menjadi fasilitator
dalam
proses
pemersatu
keseluruhan anggota, dengan implementasi kegiatan yang mengedepankan indentitas budaya. Selain itu keanggotaan rukun dan kelompak berbasis keagamaan
terbentuk Gambar 4 Aktivitas Masyarakat Berbasis Budaya
dalam kerangka untuk memperkuat struktur organisasi dengan kekuatan sosial.
Partisipasi Masyarakat
Persepsi Masyarakat
Terdapat 2 aspek yang berkaitan
Partisipasi lokal mengalami berberapa
dengan partisipasi masyarakat yaitu: 1)
masalah, karena harus didahului dengan
Partsipasi yang berkaitan dengan pelestarian
Perencanaan Kota: Keberlanjutan Ethnic Community Berbasis Partisipasi Masyarakat
- 19 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.3, November 2014
budaya (culture education) dan 2) Promosi budaya.
Implementasi
aktivitas
dilakukan
semua
dalam usaha untuk membangun hubungan
berakar dari kesadaran masyarakat terhadap
aktivitas budaya dilakukan dalam 2 aspek
keberlangsungan komunitas yang dijelaskan
yaitu: 1) meningkatkan hubungan antara
dalam Tabel
3.
masyarakat Bantik dengan rukun sebagai
selanjutnya
implementasi
masyarakat
yang ada
Implementasi
Pada
terintegritas
tahapan analisis kesadaran
dalam
basic grup dan 2) menjalin hubungan dengan
aktivitas
non-Bantik
dalam
budaya, dan pendidikan walaupun dalam
kegiatan sosial dan keagamaan,
seperti
taraf yang sangat
dijelaskan dalam Tabel 3.
umum seperti
sesama
yang
masyarakat
dijelaskan dalam Gambar 4. Tabel 2 Implementasi Partisipasi Masyarakat Organisasi Utama dalam kapasitas pembentukan hubungan kekerabatan (internal)
Organisasi pendukung
Organisasi adat
Organisasi berbasis hubungan keluarga / rukun
Organisasi berbasis agama
Pertemuan masyarakat
Mengadakan pertemuan setiap bulan Membangun perwakilan-perwakilan rukun
Pertemuan dengan waktu disesuaikan dengan kebutuhan
Organisasi utama dalam kapasitas eksternal Implemantasi aktivitas
Pendidikan dan promosi
Festival budaya Penanaman pohon “bulrang” Penyebaran informasi komunitas sebagai identitas masyarakat Mengaktifkan penggunaan bahasa Bantik Bantik dalam aktivitas sehari- hari Pembuatan kamus bahasa Bantik Keinginan membentuk grup diskusi
Peningkatan aktivitas dan kesadaran sikap melalui aktivitas keagamaan
Sikap dan kesadaran masyarakat
Menciptakan hubungan antara sesama masyarakat Bantik Keinginan membentuk grup diskusi Menghargai lokal komunitas Menghargai budaya
Menjalin hubungan dengan masyarakat non Bantik dalam lingkungan permukiman Sikap penghormatan
Membangun jaringan hubungan kekuarga melalui aktivitas agama dan sosial Meningkatkan kesadaran terhadap tempat yang memiliki nilai sejarah
Tabel 3 Penguatan pertisipasi masyarakat Community group
Aspect
Kelompok berbasis adat
Kelompok berbasis keluarga (rukun)
Penguatan Internal umum
Jenis penguatan
Penguatan Internal terbatas
Peningkatan link hubungan Kolaborasi dengan pemerintah, kekeluargaan swasta dan pihak terkait lainnya
Kelompok berbasis agama Peguatan eksternal Penguatan hubungan dengan masyarakat non-Bantik disekitar tempat tinggal
Improvement of people attitude
Penguatan Partisipasi Masyarakat Berdasarkan
analisa
visi terhadap eksistensi masyarakat. Selain itu terindikasi pula bahwa kurang jelasnya visi
implementasi
grup yang sehingga grup tersebut berjalan
partisipasi masyarakat menunjukkan bahwa
apa adanya, serta lemahnya pemahaman
peran dari ke-2 grup yang ada masih
budaya.
tergolong rendah, terutama berkaitan dengan
Kesemuanya
ini
berakar
dari
rendahnya kesadaran masyarakat (58.9%) Perencanaan Kota: Keberlanjutan Ethnic Community Berbasis Partisipasi Masyarakat
- 20 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.3, November 2014
terhadap
keberlanjutan
aktivitas
dalam kehidupan sehari-hari
budaya
masyarakat
Bantik
dalam
permukiman.
termasuk
Pengutan internal dengan memaksimalkan
mempertahankan lokasi permukiman karena
potensi budaya melalui kekayaan fisik dan
berbagai kebutuhan dan alasan.
culture heritage perlu disentuh lebih kuat,
Diperlukan
kekuatan
sehingga terjalin kolaborasi yang saling
internal melalui rukun untuk lokal komunitas,
melengkapiantara potensi fisik dan non-fisik
sedangkan organisasi berbasis masyarakat
dalam kelompok aktivitas budaya dan sosial.
adat diperlukan untuk jangkauan yang lebih
Berdasarkan analisis yang dilakukan, peran
luas
menjalin
dan
penguatan
diarahkan
sebagai
penguatan
hubungan
dengan
masyarakat
ekternal. Selain itu grup ini juga memiliki
sekitar perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan
potensi
oleh eksistensi mayarakat Bantik dalam
untuk penguatan aspek budaya
melalui pendidikan budaya informal dan
permukiman dikelilingi
promosi budaya. Hal ini dijelaskan dalam
non-Bantik.
Tabel 3.
aktivitas budaya sebagai basic promosi dan
Peran
oleh
masyarakat
masyarakat
melalui
aktivitas sosial sebagai pendukung perlu disorong dan lebih reaktif untuk penguatan
DISKUSI
yang Kesadaran
masyarakat
merupakan
secara
komunal
sehingga
mampu
meningkatkan partisipasi masyarakat. Model
factor kunci dalam mempengaruhi keputusan masyarakat
dibutuhkan
partisipasi
sehingga
masyarakat
ditampilkan
pada
Gambar 5.
masyarakat akan semakin menghargai setiap kekayaan yang dimiliki. Walaupun disadari bahwa tingkat kesadaran masyarakat masih tergolong rendah, tetapi seiring dengan pertumbuhan organisasi lokal terutama yang diperankan oleh generasi muda, diprediksikan akan
mendorong
budaya
peningkatan
masyarakat
terutama
aktivitas yang
erat
dengan aktivitas generasi muda seperti pentas budaya, aktivitas budaya secara kolosal, dan pertemuan
yang
melibatkan
masyarakat
umum yang berkesan prestise. Mendorong
Gambar 5 Model Partisipasi Masyarakat
motivasi masyarakat peningkatan kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan untuk lebih
KESIMPULAN
memainkan perannya sehingga partisipasi masyarakat
tidak
hanya
terbatas
pada
Kesadaran
masyarakat
merupakan
aktivitas budaya, walaupun peran budaya
langkah awal yang mendasar dan sangat
sangat
mempertahankan
diperlukan untuk keberlanjutan masyarakat
dan
lokal didalam permukiman.Usaha yang mulai
dominan
eksistensi
untuk
permukiman
eksistensi
Perencanaan Kota: Keberlanjutan Ethnic Community Berbasis Partisipasi Masyarakat
- 21 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.3, November 2014
UCAPAN TERIMA KASIH
dibangun oleh masyarakat sebagai bentuk partisipasi masyarakat sudah mulai nampak
Ucapan
walaupun masih dalam bentuk parsial.Hal ini
survey dilakukan untuk penelitian ini.Paper
dari masyarakat lockal, organisasi lokal potensi
fisik
ini merupakan pengembangan dari paper
yang
sebelumnya
dimiliki.Dasar kekuatan masyarakat terletak
telah
dasar, kelompok ini bergerak secara internal sosial
dan
judul
Community
Community in Malalayang, Indonesia, yang
berperan secara agresif.Sebagai kekuatan
aktivitas
dengan
Participatory for Sustainable Lokal Ethnic
pada kelompok basis keluarga yang dapat
dengan
kepada
yang telah memberikan informasi selama
yang lebih solid dari masyarakat yang terdiri
dukungan
kasih
masyarakat Bantik yang ada di Malalayang
membutuhkan proses dengan penanganan
dengan
terima
dipresentasikan
pada
International
Conference SCLC 2014, Japan.
religion,
kemudian membesar pada kelompok dengan DAFTAR PUSTAKA
basic suku yang bergerak secara external dalam aspek cultural promotion. Masih
•
Egam, P. P. Mishima, N. (2012) Impact of Urban Development to Coastal Bantik Settlement in Malalayang, Indonesia. Proceedings of the 8th International Symposium ILT, Indonesia, pp. 554-560
•
Freeman, C. Littlewood, S. & Whitney, D. (1996) Lokal Government and Emerging Models of Participation in the Lokal Agenda 21 Process, Journal of Environmental Planning and Manegament, pp. 65-78
•
Healey, P. (1998) Collaborative Planning in a Stakeholder Society, Town Planning Reviwe, pp. 1-22
•
Holden, M. Roseland, M. Ferguson, K. & Perl, A. (2008) Seeking Urba n Sustainable on the World Stage. Journal of Habitat International, pp. 305-317
•
Joerin, F. Desthieux, G. Beuze, S. B. Aurore Nembrini, A. (2009) Participatorydiagnosisinurbanplanning:Pr oposalforalearningprocessbased ongeographicalinformation, Journal of Environmental Management, pp. 2002–2011
•
Rosenstrom, U. Kyllonen, S. (2007) Impacts of a participatory approach to developing national level, Journal of Environmental Management, pp. 282–298
•
Roychansyah, M. S. (2006) Paradigma Kota Kompak: Solusi Masa Depan Tata Ruang Kota? Journal of Inovasi, pp. 19-27
rendahnya kesadaran masyarakat dengan visi yang kurang jelas menyebabkan aktivitas masyarakat belum terlihat secara nyata, walaupun sudah mulai tumbuh
usaha
kearah peningkatan. Menciptakan hubungan dan komunikasi yang lebih intensif antar sesama kelompok (rukun) dengan kelompok berbasis adat akan menghasilkan akvititas budaya lebih potensial. Dengan demikian, aktivitas
budaya
merupakan
aktivitas
potensial yang sangat efektif yang perlu dikembangkan
dalam
masyarakat
suku
Bantik yang ada di Malalayang dalam peningkatan
hubungan
masyararakat,
promosi budaya dan eksistensi masyarakat. Aktivitas sosial merupakan aktivitas yang langsung
bersenyawa
dengan
aktivitas
budaya, sedangkan aktivitas berbasis agama merupakan aktivitas pendukung yang dapat menyatukan
antara
(masyarakat
Bantik)
masyarakat dan
lokal
masyarakat
non-Bantik di dalam permukiman.
Perencanaan Kota: Keberlanjutan Ethnic Community Berbasis Partisipasi Masyarakat
- 22 -
ISSN 1858 1137
MEDIA MATRASAIN Volume 11, No.3, November 2014
•
Simon, H.,A., (1960). The new Science o f Managament Desocion. Harper & Row, New York
•
Tuxworth, B. (1996) From Environment to Sustainable: Survey and analysis of lokal agenda 21 process development in UK lokal authorities, Lokal Government Studies, pp. 227-299
•
Varol, C., Ercoskun, Y. & Gurer, N. (2009) Sustainable Action of Community Enterpreneurs: Lokal agenda 21 in
Karubun-Izmir, G.U. Journal of science, pp. 51-58 •
Varol, C., Erkoskun, Y., & Gurer, N., (2011). Lokal Participatory Mechanis m and Collective Actionfor Sustainable Urban Development in Turkey. Journal of Habitat International. Pp. 9-16
•
World Commision on Sustainable Development. (1987) Our common future, Oxford: Oxford University Press
Perencanaan Kota: Keberlanjutan Ethnic Community Berbasis Partisipasi Masyarakat
- 23 -