1 PERBANDINGAN TIGA MACAM GERAKAN RUKUK DAN DUA MACAM GERAKAN SUJUD DENGAN METODE POSTURE EVALUATION INDEX (PEI)
Adi Zulfikar, Boy Nurtjahyo. Departemen Teknik Industri, Universitas Indonesia Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok – 16424, Indonesia
[email protected];
[email protected]
ABSTRAK Di Indonesia, mayoritas penduduknya memeluk agama islam. Sebagai pemeluk agama islam, mereka berkewajiban untuk melakukan ibadah shalat setiap harinya. Di Indonesia juga berkembang berbagai mahzab (paham) sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam gerakan shalat yang dilakukan. Perbedaan ini juga bisa disebabkan oleh kurangnya pemahaman akan gerakan-gerakan shalat yang sesuai dengan tuntunan yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Peneliti, dalam hal ini mencoba untuk menganalisa beberapa perbedaan gerakan tersebut dengan menggunakan metode perhitungan Posture Evaluation Index (PEI) pada simulasi di dalam virtual environment piranti lunak jack 6.1. Analisa dilakukan untuk mengetahui gerakan rukuk dan sujud yang paling ergonomis sehingga memberikan kenyamanan paling baik bagi masyarakat muslim yang melakukan ibadah shalat serta dapat diketahui perbedaan nilai ergonomis dari gerakan yang benar dan gerakan yang salah.
Kata kunci : Ergonomi Shalat, Posture Evaluation Index (PEI), Virtual Environment, Jack 6.1.
1. Pendahuluan
Secara terminologi, shalat adalah ibadah berupa perkataan dan gerakan khusus yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Dalam ilmu fiqih, dijelaskan perkataan dan gerakan shalat yang sesuai dengan ajaran dan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Bagi umat islam, wajib hukumnya melakukan shalat sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana disebutkan dalam hadistnya “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR. Bukhari). Karena kedudukan dan pentingnya ibadah shalat, maka shalat harus ditunaikan setiap harinya oleh umat islam. Di Indonesia, penduduknya mayoritas
beragama islam. Oleh karena itu, shalat telah menjadi sebuah kewajiban yang banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Tidak perduli apapun status dan kedudukan seseorang, selama dia beragama islam, maka ia wajib mendirikan shalat. Dalam pelaksanaannya, baik di Indonesia maupun Negara lain, terdapat beberapa versi gerakan shalat. Bukan berarti gerakan tersebut salah, selama gerakangerakan tersebut masih mengikuti suatu dalil/dasar yang jelas dari Nabi Muhammad SAW, maka hal tersebut bisa diterima. Contohnya saat takbiratul ihram, ada yang mengangkat tangan hingga ke telinga, ada pula yang hanya sampai sejajar dengan pundak. Hal ini tidak perlu dipermasalahkan. Tetapi tidak sedikit juga
Perbandingan tiga..., Adi Zulfikar, FT UI, 2013.
2
masyarakat yang melakukan gerakan yang tidak benar dikarenakan belum mengetahui ilmunya dengan baik. Selain sebagai ibadah ritual yang langsung berhubungan dengan Tuhan, shalat juga ternyata memiliki banyak manfaat untuk tubuh. Saat kita shalat, tanpa kita sadari sebenarnya kita sedang melakukan peregangan otot-otot tubuh. Namun demikian, terkadang kita bisa saja merasakan sakit ketika melakukan suatu gerakan shalat. Hal ini bisa diakibatkan dari gerakan yang tidak benar atau pun aktifitas yang dilakukan sebelum melakukan shalat. Contohnya saat seseorang bersepeda sebelum shalat, kemungkinan mereka merasakan sakit saat sujud dan duduk diantara dua sujud pada bagian paha. Mungkin juga terasa sakit pada bagian punggung yang dakibatkan gerakan rukuk yang tidak benar.
33%
53%
rukuk sujud
13% 7%
duduk iftirosh tidak pernah
Gambar 1.1 Presentase gerakan shalat dimana responden pernah merasakan sakit saat melakukan suatu gerakan shalat Pada gambar 1.1 di atas, berdasarkan hasil dari kuisioner yang dibuat oleh penulis. 33% responden pernah mrasakan sakit saat melakukan gerakan rukuk, 13% saat sujud, 7% saat duduk diantara dua sujud, dan 53% tidak pernah merasakan sakit.
2. Tinjauan Pustaka 2.1 Gerakan Shalat Pengertian shalat secara terminologi adalah ibadah yang berupa perkataan dan gerakan khusus, Setiap gerakan diiringi dengan perkataan yang berisi doa. Adapun gerakan-gerakan tersebut adalah: • Mengangkat tangan Dilakukan pada saat Takbiratul ihram, menjelang rukuk, setelah rukuk, dan bangkit dari rakaat ke-2. • Sedekap Dilakukan pada saat berdiri selain berdiri pada saat I’tidal (Berdiri setelah rukuk). Tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri dan keduanya di letakkan di atas dada. • Rukuk Yaitu gerakan membungkukkan badan dan kepala dengan kedua tangan diluruskan ke lulut kaki. Dengan tidak mengangkat kepala tapi juga tidak menekuknya. Juga dengan meluruskan punggung, sehingga bila ada air di taruh di punggungnya, air tersebut tidak bergerak karena kelurusan punggung. • Sujud Yaitu meletakkan 7 anggota badan ke tanah, yaitu wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut dan ujung kedua tapak kaki. • Duduk diantara 2 sujud dan tasyahud awal Yaitu dengan duduk melipat kaki ke belakang dan bertumpu pada kaki kiri. Maksudnya kaki kiri yang dilipat itu diduduki, sedangkan kaki yang kanan dilipat tidak diduduki namun jari-jarinya ditekuk sehingga menghadap ke kiblat. Posisi kedua tangan diletakkan pada kedua paha
Perbandingan tiga..., Adi Zulfikar, FT UI, 2013.
3
•
Dalam prakteknya, gerakangerakan shalat tadi bisa sedikit berbeda tergantung mahzab yang diikuti. Mahzab adalah hasil ijtihad atau keputusan dari ulama ahli fiqih yang diakui keluasan ilmunya. Namun demikian, tidak sedikit pula perbedaan gerakan tersebut terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai gerakan shalat yang benar. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian pada gerakan rukuk dan sujud saja.
•
pula merendahkannya. Riwayat Muslim)
dekat dengan lutut dengan menjulurkan jari-jarinya. Duduk Tasyahud akhir Posisinya hampir sama dengan duduk diantara 2 sujud namun posisi kaki kiri tidak diduduki melainkan dikeluarkan ke arah bawah kaki kanan. Sehingga duduknya di atas tanah tidak lagi di atas lipatan kaki kiri seperti pada duduk diantara 2 sujud.
Tentunya dalam melakukan gerakan shalat harus mengikuti sumber yang benar agar shalat kita tidak sia-sia. Di Indonesia terdapat empat mahzab utama yang diikuti yaitu Mahzab Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Malik, dan Imam Hambali. Berikut cara rukuk dan sujud yang benar berdasarkan kesepakatan para ulama fiqih tersebut: Gerakan Rukuk Keempat imam sepakat bahwa rukuk yang benar adalah posisi punggung yang lurus, tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Hal ini berdasarkan pada hadist: “Bila Rasulullah rukuk, beliau tidak meninggikan kepalanya dan tidak
(Hadist
Gambar 2.1 Gerakan Rukuk Yang Benar •
Gerakan Sujud Keempat Imam sepakat dalam melakukan sujud yang benar adalah dengan menempelkan telapak tangan dan mengangkat siku Hal ini berdasar pada hadist: “Jika engkau sujud, letakkanlah kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikumu (supaya tidak menyentuh lantai).” (Hadist Riwayat Muslim)
Gambar 2.2 Gerakan Sujud Yang Benar 2.2 Metode Posture Evaluation Index (PEI) Metodologi PEI dikembangkan oleh Prof. Frans Caputo dan Giuseppe Di Gironimo, Ph. D dari University of Naples
Perbandingan tiga..., Adi Zulfikar, FT UI, 2013.
4
Frederico II, Italia. Metodologi ini dikembangkan berdasarkan aplikasi Task Analysis Toolkit (TAT) yang terdapat pada piranti lunak Jack. Tujuan dari penggunaan metodologi ini adalah untuk melakukan optimalisasi terhadap fitur geometri pada sebuah stasiun kerja. Dengan optimalisasi yang dilakukan, postur kerja yang paling memberikan kenyamanan pada pekerja, dalam berbagai macam persentil populasi, dapat ditentukan jika fitur geometri yang menjadi karakter dari sebuah stasiun kerja hanya mempengaruhi sisi ergonomi dari sebuah operasi, maka metode PEI dapat digunakan sehingga optimalisasi dari sebuah operasi pada satu buah stasiun kerja dapat dilakukan. Terdapat tujuh tahapan dalam menerapkan PEI, yaitu: • Analisa lingkungan kerja Fase pertama terdiri dari analisa terhadap lingkungan kerja dengan memperhatikan berbagai alternatif pergerakan yang mungkin terjadi. Secara umum pada fase ini, peneliti harus mencoba memahami faktor-faktor yang akan mempengauhi kesimpulan yang akan diambil. Contohnya seperti postur tubuh saat mengeksekusi pekerjaan dan kecepatan pelaksanaan pekerjaan. Dalam simulasi di virtual environment, sangatlah penting melakukan simulasi operasi-operasi kerja dengan berbagai alternative gerakan, dengan tujuan memverifikasi kelayakan tugas yang dilakukan pekerja. • Analisa jangkauan dan aksesibilitas Perancangan dari sebuah stasiun kerja selalu memerlukan studi pendahuluan untuk mengevaluasi aksesibilitas dari titik-titik kritis (critical point). Permasalahan yang muncul adalah apakah seluruh metode gerakan yang telah dirancang memungkinkan
•
•
•
untuk dimasukkan ke sebuah operasi dan apakah semua titik kritis dapat dijangkau oleh pekerja. Misalnya pada pengangkatan suatu benda terdapat kemungkinan rak tempat peletakan benda posisinya terlalu tinggi sehingga tidak terjangkau oleh pekerja dan mengakibatkan pekerja tidak dapat malakukan tugasnya dengan baik. Untuk itu perlu dipastikan bahwa titik kritis jangkauan benda-benda kerja dapat terjangkau. Konfigurasi tata letak yang tidak memuaskan pada fase ini tidak akan dilanjutkan pada fase berikutnya. Dari analisa lingkungan kerja, serta keterjangkauan dan aksesibilitas, konfigurasi yang akan dianalisa pada fase berikutnya dapat ditentukan. Static Strength Prediction (SSP) Pada tahapan ini dinilai apakah pekerjaan yang dilakukan dapat dipertimbangkan dalam analisis selanjutnya. Pengukuran SSP dilakukan untuk mengetahui apakah pekerjaan yang dilakukan memang benar-benar memungkinkan untuk dilakukan oleh manusia dengan kondisi dan antropometri tersebut. Low Back Analysis (LBA) Analisa ini mengevaluasi secara real time beban yang diterima oleh bagian tulang belakang model manekin saat melakukan tugas yang diberikan. Dalam perhitungan nilai PEI, nilai LBA yang digunakan adalah nilai pada critical posture. Nilai tekanan yang diperoleh dari output LBA kemudian dibandingkan dengan batasan tekanan yang ada pada standart NIOSH sebesar 3400 Newton. Ovako Working Posture (OWAS) Merupakan evaluasi tingkat kenyamanan pekerja ketika melakukan suatu pekerjaan. OWAS juga memberikan rekomendasi apakah hal
Perbandingan tiga..., Adi Zulfikar, FT UI, 2013.
5
•
•
yang dianalisa memerlukan perbaikan atau tidak. Indeks tingkat kenyamanan yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan indeks maksimal yang ada pada OWAS sebesar 4 poin. Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Tahapan ini mengevaluasi kualitas postur tubuh bagian atas serta proses identifikasi resiko kerusakan atau gangguan pada tubuh bagian atas. Indikator RULA berusaha menggabungkan berbagai bagian tubuh yang disatukan untuk memperoleh sebuah nilai total. Nilai total tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai total maksimum RULA sebesar 7 poin. Perhitungan Posture Evaluation Index (PEI) Evaluasi PEI mengintegrasikan hasil analisis dari LBA, OWAS dan RULA yang merupakan output dari piranti lunak Jack 6.1. PEI menjumlahkan tiga variable dimensional I1, I2 dan I3. Variabel I1 didapatkan dari normalisasi skor LBA dengan batas aman kekuatan kompresi yang dapat diterima manusia, dengan nilai batas aman yang merujuk pada nilai standart NIOSH sebesar 3400 Newton. Untuk variabel I2 didapat dari normalisasi dengan indeks OWAS yang bernilai maksimum 4 poin. Variabel I3 didapat dari normalisasi dengan indeks RULA yang bernilai maksimum 7 poin. Khusus untuk I3 hasil yang didapat akan dikalikan dengan amplification factor “mr”, sehingga didapat : PEI = I1 + I2 + ( I3 x mr) ……… (2.1)
ܣܤܮ ܱܹܵܣ , ܫଶ = , 3400 ܰ݁݊ݐݓ 4 ܴܷܣܮ ܫଷ = , ݉ = 1,42 7 Atau , ܫଵ =
PEI = ଷସ ே௪௧ ோ
+
ைௐௌ ସ
+
ݔ1,42.........(2.2)
Keterangan : LBA = skor low back analysis OWAS = skor ovako working posture RULA = skor rapid upper limb assessment 3400 Newton = batas tekanan standart NIOSH 4 = nilai maksimum indeks OWAS 7 = nilai maksimum indeks RULA mr = faktor amplifikasi sebesar 1,42
Perbedaan antara nilai PEI yang dihasilkan pada masing-masing critical posture yang ditinjau menunjukkan bahwa semakin kecil nilai PEI, maka semakin tinggi tingkat kenyamanan dan semakin rendah pula resiko pekerja dalam terserang gangguan kesehatan. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi nilai PEI maka semakin rendah tingkat kenyamanan dan semakin tinggi resiko dari para pekerja untuk terserang gangguan kesehatan. Nilai minimum dari PEI sebesar 0,47 yang menyatakan kondisi dari pekerja yang tidak mendapat beban sama sekali, sedangkan nilai maksimum tergantung dari nilai variabel I1, diasumsikan I1>1 adalah tidak valid, sehingga nilai maksimum PEI adalah 3,42.
Dimana:
Perbandingan tiga..., Adi Zulfikar, FT UI, 2013.
6
3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada tahap ini, dikumpulkan berbagai macam gerakan rukuk dan sujud yang sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia baik gerakan yang benar maupun yang salah. 3.1 Gerakan Rukuk Gerakan Rukuk 1 Gerakan rukuk 1 merupakan gerakan rukuk dengan posisi tulang belakang dan bagian bawah tubuh membentuk sudut lebih dari 900. Ilustrasi gerakan ini bisa dilihat di gambar 3.1 di bawah ini.
Gerakan Rukuk 3 Gerakan rukuk 3 merupakan gerakan rukuk dengan posisi tulang belakang dan bagian bawah tubuh membentuk sudut kurang dari 900. Ilustrasi gerakan ini bisa dilihat di gambar 3.3 di bawah ini.
Gambar 3.3 Gerakan Rukuk 3
Gambar 3.1 Gerakan Rukuk 1 Gerakan Rukuk 2 Gerakan rukuk 2 merupakan gerakan rukuk dengan posisi tulang belakang dan bagian bawah tubuh membentuk sudut 900. Ilustrasi gerakan ini bisa dilihat di gambar 3.2 di bawah ini.
3.2 Gerakan Sujud Gerakan Sujud 1 Gerakan sujud 1 ini merupakan gerakan sujud dengan posisi lengan tidak menempel ke lantai. Ilustrasi gerakan ini bisa dilihat di gambar 3.4 di bawah ini.
Gambar 3.4 Gerakan Sujud 1 Gerakan Sujud 2 Gerakan Sujud 2 ini merupakan gerakan sujud dengan posisi lengan menempel ke lantai. Ilustrasi gerakan Gambar 3.2 Gerakan Rukuk 2
Perbandingan tiga..., Adi Zulfikar, FT UI, 2013.
7
ini bisa dilihat di gambar 3.5 di bawah ini.
Tabel 3.1 Rekapitulasi nilai PEI untuk gerakan rukuk
dan sujud
Gambar 3.5 Gerakan Sujud 2 3.3 Pengolahan Data Pengolahan Data dilakukan dengan menggunakan Software Jack 6.1 dari manekin (virtual human) yang telah dibuat. Jack 6.1 memiliki fasilitas Task Analysis Toolkit (TAT) yang dapat menghitung 4 kriteria berikut ini: • Static Strength Prediction (SSP), • Low Back Analysis (LBA), • Ovako Working Posture Analysis (OWAS), dan • Rapid Upper Limb Assesment (RULA).
tersebut, maka didapatlah data ditunjukkan oleh tabel 3.1 berikut:
yang
Pengolahan data pertama yang dilakukan adalah menganalisa nilai Static Strength Prediction (SSP). SSP digunakan untuk memastikan apakah gerakan yang dilakukan dapat dilakukan oleh manusia. Persentase kapabilitas minimal yang dapat diterima adalah 90%. Setelah menganalisa nilai SSP, maka selanjutnya dilakukan analisa untuk nilai LBA, OWAS, dan RULA. Dari ketiga criteria tersebut, maka dapat dihitung nilai Posture Evaluation Index (PEI). Nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam rumus perhitungan PEI: PEI = I1 + I2 + ( I3 x mr) Setelah angka-angka yang didapat dari simulasi dimasukkan ke dalam perhitungan
4. Analisa Data 4.1 Analisa Gerakan Rukuk Nilai-nilai PEI yang didapat dari analisa gerakan rukuk yang telah dilakukan digunakan sebagai acuan dalam menilai secara ergonomis dari berbagai gerakan yang dilakukan. Berikut merupakan tabel rekapitulasi dan grafik perbandingan dari
Perbandingan tiga..., Adi Zulfikar, FT UI, 2013.
8
nilai PEI simulasi gerakan rukuk yang dilakukan oleh manekin laki-laki.
Tabel 4.2 Rekapitulasi nilai PEI dari simulasi gerakan rukuk wanita
Tabel 4.1 Rekapitulasi nilai PEI dari simulasi gerakan rukuk laki-laki
2.50 2.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00
1.50 Persentil 95 Persentil 50
Persentil 95
1.00
Persentil 50
0.50
Persentil 5
0.00 Persentil 5 Rukuk Rukuk Rukuk 1 2 3
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Nilai PEI Dari Simulasi Gerakan Rukuk Laki-laki Dari tabel 4.1 dan grafik pada gambar 4.1 dapat kita lihat bahwa gerakan rukuk 2 yang dilakukan oleh manekin laki-laki memiliki nilai PEI paling kecil diantara ketiga gerakan rukuk yang diteliti baik pada persentil 5, 50, maupun 95. Sedangkan gerakan rukuk 3 memiliki nilai PEI paling besar dari ketiga persentil tersebut. Berikut adalah tabel rekapitulasi dan grafik perbandingandari nilai PEI simulasi gerakan rukuk yang dilakukan oleh manekin wanita.
Rukuk Rukuk Rukuk 1 2 3
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Nilai PEI Dari Simulasi Gerakan Rukuk Wanita Dari tabel 4.2 dan grafik pada gambar 4.2 dapat kita lihat bahwa gerakan rukuk 2 yang dilakukan oleh manekin wanita memiliki nilai PEI paling kecil diantara ketiga gerakan rukuk yang diteliti baik pada persentil 5, 50, maupun 95. Sedangkan gerakan rukuk 3 memiliki nilai PEI paling besar dari ketiga persentil tersebut.
4.2 Analisa Gerakan Sujud Nilai-nilai PEI yang didapat dari analisa gerakan sujud yang telah dilakukan digunakan sebagai acuan dalam menilai secara ergonomis dari berbagai gerakan yang dilakukan. Berikut merupakan tabel rekapitulasi dan grafik perbandingan dari
Perbandingan tiga..., Adi Zulfikar, FT UI, 2013.
9
nilai PEI simulasi gerakan sujud yang dilakukan oleh manekin laki-laki.
Tabel 4.4 Rekapitulasi nilai PEI dari simulasi gerakan sujud wanita
Tabel 4.3 Rekapitulasi nilai PEI dari simulasi gerakan sujud laki-laki
2.50 2.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00
1.50
Persentil 95
Persentil 95
1.00
Persentil 50
Persentil 50
0.50
Persentil 5
Persentil 5
0.00 Sujud 1
Sujud 1
Sujud 2
Sujud 2
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Nilai PEI Dari Simulasi Gerakan Sujud Laki-laki Dari tabel 4.3 dan grafik pada gambar 4.3 dapat kita lihat bahwa gerakan sujud 1 yang dilakukan oleh manekin laki-laki memiliki nilai PEI paling kecil dari dua gerakan sujud yang diteliti baik pada persentil 5, 50, maupun 95. Sedangkan gerakan sujud 2 memiliki nilai PEI paling besar dari ketiga persentil tersebut. Berikut adalah tabel rekapitulasi dan grafik perbandingan dari nilai PEI simulasi gerakan sujud yang dilakukan oleh manekin wanita.
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Nilai PEI Dari Simulasi Gerakan Sujud Wanita Dari tabel 4.4 dan grafik pada gambar 4.4 dapat kita lihat bahwa gerakan sujud 1 yang dilakukan oleh manekin wanita memiliki nilai PEI paling kecil dari dua gerakan sujud yang diteliti baik pada persentil 5, 50, maupun 95. Sedangkan gerakan sujud 2 memiliki nilai PEI paling besar dari ketiga persentil tersebut. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan • Gerakan rukuk yang menunjukkan tingkat kenyamanan paling baik dan beresiko paling kecil pada musculoskeletal system adalah gerakan rukuk 2 dimana punggung dan bagian bawah tubuh membentuk sudut 90o. Hal ini dapat dilihat dari nilai PEI yang paling kecil dibanding gerakan rukuk
Perbandingan tiga..., Adi Zulfikar, FT UI, 2013.
10
•
•
•
yang lain, dan berlaku untuk laki-laki maupun wanita. Gerakan sujud yang menunjukkan tingkat kenyamanan paling baik dan tidak beresiko paling kecil pada musculoskeletal system adalah gerakan sujud 1, dimana lengan tidak menempel ke lantai. Hal ini dapat dilihat dari nilai PEI yang paling kecil dibanding gerakan sujud 2, dan berlaku untuk laki-laki maupun wanita. Gerakan rukuk dan sujud yang diajarkan dalam kaidah syariat ilmu fiqih yang diajarkan dalam agama islam terbukti merupakan gerakan yang paling baik secara ergonomi, karena gerakan rukuk 2 dan gerakan sujud 1 adalah gerakan yang sesuai dengan ilmu fiqih seperti yang dijelaskan dalam fiqih Mahzab Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Hanafi, dan Imam Hambali. Melakukan gerakan rukuk dan sujud yang salah dapat menyebabkan resiko timbulnya rasa sakit.
Daftar Referensi Caputo, F., Giuseppe Di Girinimo, and Adelaide Marzano. (2006). A Structured Approach to Simulate Manufacturing System in Virtual Environment. Italia: University of Naples. Hedge, Alan. 2005. Physical Methods. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. CRC Press. Herawati, Isnaini. 2005. Sholat dan Kesehatan. SUHUF, Vol. XVII, No. 02/Nopember 2005: 147-155. Mughniyah, M. Jawad. Al-Fiqh ‘Ala AlMadzahib Al-Khamsah. Beirut: Dar Al-Jawad. Sabiq, Sayyid. 2000. Fiqhus Sunnah. Kairo: Darul Fath Lil I’lam Al’Arobi.
5.2 Saran • Pentingnya kita melakukan gerakan shalat yang benar, karena selain merupakan syarat sah nya shalat, juga penting bagi tubuh. • Perlunya diadakan penelitian lebih lanjut terhadap bagian gerakan shalat yang lain khususnya gerakan-gerakan yang sering kali keliru tetapi tetap dilakukan agar hasil ergonomi yang didapat bisa lebih menyeluruh. • Perlunya diadakan penelitian lanjutan mengenai gaya-gaya yang terjadi di setiap sendi tubuh yang melakukan gerakan • Perlunya juga diadakan penelitian lanjutan berdasarkan kategori usia dari setiap gerakan • Perlunya diadakan penelitian lanjutan yang fokus pada manfaat gerakan shalat yang dilakukan bagi tubuh manusia.
Perbandingan tiga..., Adi Zulfikar, FT UI, 2013.