PERBANDINGAN NILAI AMBANG DENGAR ANTARA TENAGA KERJA DI BAGIAN PENGECATAN, PENGELASAN DAN BONGKAR PASANG MOBIL DI CV. KOMBOS MANADO COMPARISON BETWEEN THE HEARING THRESHOLD VALUE OF LABOR IN THE PAINTING, WELDING AND CAR BOLT AT CV. KOMBOS MANADO Yuliana Laim, Johan Josephus, Djon Wongkar Bidang Minat Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado Ringkasan Kebisingan di bagian perbengkelan di CV. Kombos Manado timbul pada saat proses produksi yang tidak lepas dari pemakaian mesin produksi yang menghasikan bising yang cukup tinggi yang dapat memapar pekerjanya. CV. Kombos Manado bergerak di bagian perbengkelan yang didalamnya terdapat pengecatan, pengelasan, dan bongkar pasang mobil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai ambang dengar antara tenaga kerja di bagian pengecatan,pengelasan dan bongkar pasang mobil di CV. Kombos Manado. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional study dengan populasi tenaga kerja bagian perbengkelan mobil sebesar 50 orang. Sampel penelitian sebesar 30 orang yang terdiri dari 10 orang di bagian pengecatan, 9 orang di bagian pengelasan, dan 11 orang di bagian bongkar pasang mobil dengan menggunakan rumus porposi dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Analisis data menggunakan uji One Way ANOVA. Hasil yang diperoleh didapatkan nilai Signifikan yaitu pada telinga kanan (nilai ρ= 0,313>0,05) dan pada telinga kiri (nilai ρ= 0,287>0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata nilai ambang dengar telinga kanan dan telinga kiri pada tenaga kerja di bagian pengecatan, pengelasan dan bongkar pasang mobil. Disarankan saat seleksi masuk pihak perusahaan melakukan tes kesehatan telinga, mengatur jam kerja sesuai dengan waktu paparan yang diperkenankan, melakukan penyuluhan tentang pentingnya menggunakan alat pelindung diri dan lebih disiplin memakai alat pelindung telinga. Kata Kunci : Nilai Ambang Dengar, Pengecatan, Pengelasan, Bongkar Pasang Mobil Abstract Noisy at the workshop on CV. Kombos Manado arise during the production process that can not be separated from the use of production machines which generate high enough noise that can expose workers. CV. Kombos Manado move at the workshop in which there are painting, welding, and assembling the car. This study aims to determine the threshold value of difference between hearing labors at the painting, welding and assembling car on CV. Kombos Manado. This research is a survey with a cross sectional analytic study with labor populasai car parts workshop for 50 people. The study sample consisted of 30 people from 10 people at the painting, 9 people in the welding section, and 11 people on the part of assembling cars using the formula porposi and have met the inclusion and exclusion criteria with sampling purposive sampling. Data analysis using One Way ANOVA test. The results obtained Significant values are in the right ear (ρ value = 0.313> 0.05) and in the left ear (ρ value = 0.287> 0.05). It can be concluded that there is no difference in hearing threshold values right and left ear labor on the part of the painting, welding and assembling the car. Suggested admission when the company conducted tests ear health, regulate working hours in accordance with the allowed exposure time, do counseling on the importance of using personal protective equipment and more disciplined wear ear protection devices. Keywords: Threshold Listen, Painting, Welding, Unloading Car
PENDAHULUAN Wilayah industri modern dapat merupakan suatu tempat yang bising dewasa ini. Kebisingan dapat menyebabkan masalah pendengaran seperti hilangnya pendengaran. Jika terpapar kebisingan melebihi batas dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen (Anizar, 2009). Di Amerika Serikat, 20% dari penduduk yang terpapar bising pada 90 dB(A) menderita ketulian. Sebesar 16% dari ketulian yang diderita orang dewasa dikarenakan oleh kebisingan di tempat kerja, sehingga gangguan pendengaran akibat bising dapat dijadikan masalah yang perlu ditangani dan mendapat perhatian khusus (Slamet, 2009). Pada umumnya kebisingan di bagian perbengkelan di CV. Kombos Manado timbul pada saat proses produksi yang tidak lepas dari pemakaian mesin produksi. Mesin-mesin yang ada dibagian perbengkelan di CV. Kombos Manado tersebut seperti mesin las, mesin gerinda, mesin bor, mesin gergaji, dan lain sebagainya. Mesin-mesin tersebut tentunya menghasilkan bising yang tinggi yang memapar pekerjanya. Masalah kebisingan dibagian perbengkelan CV. Kombos Manado melebihi nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditentukan yaitu 85 dBA dan sangat beresiko tinggi terhadap terjadinya penyakit akibat kerja (PAK) terutama penurunan daya dengar pekerja. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian cross sectional (potong lintang), penelitian ini dilaksanakan di CV. Kombos Manado di Kombos. Pengambilan data, dan pengukuran dilaksanakan pada bulan Februari – April 2013. Populasi penelitian yaitu seluruh pekerja yang bekerja di bagian perbengkelan mobil yang berjumlah 50 orang yang terdiri dari 16 orang bagian pengecatan, 15 orang bagian pengelasan, dan 19 orang di bagian bongkar pasang mobil. Dalam penelitian ini, besar sampel yang akan teliti secara keseluruhan yaitu sebesar 30 orang, yang terdiri dari 10 orang di bagian pengecatan, 9 orang di bagian pengelasan, dan 11 orang di bagian bongkar pasang mobil dengan menggunakan rumus porposi yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan pengambilan sampel
secara purposive sampling. Pengumpulan data yang dpakai yaitu data primer dengan teknik wawancara menggunakan daftar pertanyaan dan hasil pengukuran audiometri. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi, frekuensi dan proporsi masingmasing variabel yang diteliti. Adapun tujuan dari analisis univariat ini adalah untuk memperlihatkan / menjelaskan distribusi data dari variabel yang terlibat dalam penelitian. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan antara variabel. Uji statistik yang digunakan yaitu Uji One Way ANOVA dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Kebisingan adalah salah satu faktor fisik berupa bunyi yang dapat menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan dan keselamatan kerja. Sedangkan dalam keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, bising adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi dan atau alatalat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Anizar, 2009). Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan dengan menggunakan alat sound level meter merek Quest Tecnologies didapatkan hasil tingkat kebisingan yang ada di masing-masing bagian sudah melebihi nilai ambang batas dimana pada bagian pengecatan sebesar 87 dB, bagian pengelasan 88 dB dan bagian bongkar pasang 89 dB. Penelitian yang dilakukan oleh Feidihal (2007) terhadap mahasiswa di bengkel teknik mesin Politeknik Negeri Padang, menunjukan intensitas kebisingan pada bengkel dengan menggunakan Sound Level Meter telah melebihi nilai ambang batas yaitu rata-rata intensitas tertinggi untuk pagi 101,5 dB(A) dan terendah 93,9 dB(A), dan intensitas tertingi untuk siang 102,5 dB(A) dan terendah 95,3 dB(A), yang seharusnya untuk tempat bekerja sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER. 13/MEN/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja menyatakan bahwa nilai ambang batas untuk kebisingan yaitu 85 dB.
Tabel 1. Klasifikasi Derajat Ketulian Telinga Kiri dan Kanan Berdasarkan Nilai Ambang Dengar Tenaga Kerja di bagian Pengecatan Rentang Frekuensi Observasi Daya Kategori Pendengaran Telinga Kiri Telinga Kanan dBA n % 0-25 5 50 26-40 5 50 41-60 61-90 >90 Total 10 100 Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa sebagian tenaga kerja di bagian pengecatan yang dalam kategori normal pada telinga kiri sebanyak 5 orang (50%) dan sebagiannya lagi berada pada kategori tuli ringan.
n % 5 50 Normal 5 50 Tuli Ringan Tuli Sedang Tuli berat Sangat Berat 10 100 Demikian juga pada telinga kanan tenaga kerja di bagian pengecatan sebagian berada pada kategori normal dan sebagian lagi mengalami tuli ringan yaitu sebesar 50%.
Tabel 2. Klasifikasi Derajat Ketulian Telinga Kiri dan Kanan Berdasarkan Nilai Ambang Dengar Tenaga Kerja di bagian Pengelasan Rentang Frekuensi Observasi Daya Kategori Pendengaran Telinga Kiri Telinga Kanan dBA n % 0-25 6 66,7 26-40 3 33,3 41-60 61-90 >90 Total 9 100 Berdasarkan Tabel 2. diketahui bahwa derajat ketulian telinga kiri pada tenaga kerja di bagian pengelasan terdapat sebanyak 6 orang (66,7%) yang berada pada kategori normal dan sebanyak 3 orang (33%) mengalami tuli
n % 3 33,3 Normal 6 66,7 Tuli Ringan Tuli Sedang Tuli berat Sangat Berat 9 100 ringan sedangkan derajat ketulian pada telinga kanan tenaga kerja pengelasan terdapat sebanyak 3 orang (33,3%) yang berada dalam kategori normal dan sebanyak 6 orang (66,7%) mengalami tuli ringan.
Tabel 3. Klasifikasi Derajat Ketulian Telinga Kiri dan Kanan Berdasarkan Nilai Ambang Dengar Tenaga Kerja di bagian Bongkar Pasang Mobil Rentang Daya Frekuensi Observasi Pendengaran Kategori Telinga Kiri Telinga Kanan dBA n % 0-25 3 27,3% 26-40 8 72,7% 41-60 61-90 >90 Total 11 100 Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat bahwa sebagian tenaga kerja di bagian bongkar pasang berada pada kategori tuli ringan yaitu
n % 3 27,3% Normal 8 72,7% Tuli Ringan Tuli Sedang Tuli berat Sangat Berat 10 100 72,7% pada telinga kanan dan 72,7% pada telinga kiri sedangkan pada kategori normal hanya 27,3% pada telinga kiri dan kanan.
Soeripto (2008) menyatakan Ambang pendengaran adalah suara terendah yang masih dapat didengar. Makin rendah tingkat suara yang terlepas yang dapat didengar berarti makin rendah Nilai Ambang Pendengaran (NAP). Hal ini berarti semakin baik pula telinganya. Kebisingan dapat mempengaruhi ambang pendengaran, pengaruh ini bersifat sementara (fisiologis) ataupun bersifat menetap (patologis). Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan Hasil yang diperoleh didapatkan nilai Signifikan yaitu pada telinga kanan (nilai ρ= 0,313>0,05) dan pada telinga kiri (nilai ρ= 0,287>0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan nilai ambang dengar telinga kanan dan kiri tenaga kerja pada bagian pengecatan, pengelasan dan bongkar pasang mobil. Untuk melihat perbedaan rata-rata nilai ambang dengar ditiap bagian digunakan uji One way ANOVA lanjutan yaitu uji Post Hoc dan didapatkan hasil nilai ambang dengar tenaga kerja bagian pengecatan dan pengelasan pada telinga kanan p = 0,165 telinga kiri p= 0,285, pengecatan dan bongkar pasang pada telinga kanan p = 0,957 telinga kiri p = 0,675, pengelasan dan bongkar pasang telinga kanan p = 0,171 telinga kiri p = 0,139 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan ratarata nilai ambang dengar antara tenaga kerja di bagian pengecatan, pengelasan, dan bongkar pasang mobil karena nilai signifikan lebih dari 0,05. Hal ini disebabkan karena intensitas kebisingan di masing-masing bagian hampir sama besarnya dan pada masing-masing bagian terdapat peningkatan nilai ambang dengar. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Yakub (1999) dengan menggunakan uji statistik varian satu arah dimana F hitung = 1,743 dan F tabel = 3,39 (F hitung < F tabel), sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna peningkatan ambang pendengaran setelah bekerja antar unit kerja yang berbeda dan pada intensitas bising yang berbeda pula. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian “Perbandingan nilai Ambang Dengar Antara Tenga Kerja di Bagian Pengecatan, Pengelasan, dan Bongkar Pasang Mobil di CV. Kombos Manado dapat disimpulkan bahwa :
Tidak terdapat perbedaan nilai ambang dengar telinga kiri dan kanan antara tenaga kerja di bagian pengecatan, pengelasan dan bongkar pasang mobil di CV. Kombos Manado. SARAN 1. Pada seleksi masuk kerja sebaiknya dilakukan tes kesehatan telinga dan melakukan pemeriksaan audiometri Secara berkala dan teratur guna mengetahui dampak yang diakibatkan oleh kebisingan. 2. Perlu dilakukam upaya pengaturan jam kerja sesuai dengan waktu paparan yang diperkenankan 3. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya menggunakan alat pelindung diri serta bahayanya kebisingan terhadap kesehatan tenaga kerja khususnya alat pendengaran 4. Tenaga kerja harus disiplin dan mematuhi segala peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan terutama dalam hal pemakaian alat pelindung telinga. Bila perlu diterapkan sanksi oleh perusahaan kepada tenaga kerja jika dalam bekerja tidak menggunakan APD. DAFTAR PUSTAKA Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu Feidihal. 2007. Tingkat Kebisingan dan pengaruhnya terhadap Mahasiswa di Bengkel Teknik Mesin Politeknik Negri Padang. Jurnal Teknik Mesin, vol 4. No1 Fuente A, Hickson L. 2011. Noise-induced hearing loss in Asia. International Journal of Audiology 2011; 50: S3– S10. School of Health and Rehabilitation Sciences, The University of Queensland, Brisbane, Australia Harrington J.M, Gill F.S. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC
Riyanto A, 2011. Aplikasi Metodologi PenelitianKesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Kusmindari D. 2008. Pengaruh Intensitas Kebisingan Pada Proses Sugu dan proses Ampelas Terhadap Pendengaran Tenaga Kerja di
Bengkel Kayu X. Jurnal Ilmiah tekno, Vol 5, No 2, Oktober 2008 : 87-96 Moller A. R. 2006.HearingAnatomy, Physiology,and Disorders Of TheAuditory System. Academic Press is an imprint of Elsevier. School of Behavioral and Brain Sciences University of Texas at DallasTexas Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja Ross and Wilson. 2004. Anatomy and Physiology in Health and Illness. Churchill Livingstone Slamet JS. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Madah University Press Sloane E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Soeripto M. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tambunan S.T.B. 2005. Kebisingan di Tempat Kerja. Yogyakarta: Andi Waspadha S. 2005. Pengaruh Masa kerja Terhadap Daya dengar Pekerja di Lingkungan Mesin Assembling PT. Kubota Indonesia. Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Ubuversitas Negeri Semarang. Yakub E. 1999. Perbedaan Ambang Pendengaran Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada Intensitas Kebisingan di Atas Nilai Ambang Batas (NAB) di Pabrik Batako UD Berkat Kabupaten Dili.