PERANCANGAN BUKU BERBASIS FOTOGRAFI KESENIAN TARI TOPENG BETAWI
Tri Cahyo Maulida Susilo, Sarjono dan Moch.Abdul Rahman. Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] ABSTRAK: Kesenian Tari Topeng Betawi merupakan salah satu dari sekian banyak kesenian di Indonesia yang patut untuk dilestarikan. Kesenian Tari Topeng Betawi merupakan kesenian tari tradisonal yang penyebaran di DKI Jakarta dan disekitarnya. Kesenian ini sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sejak dulu ini mulai memudar karena perkembangan jaman. Maka dari itu Buku tentang Kesenian Tari Topeng Betawi yang disajikan dengan media fotografi diharapkan mampu mengangkat kembali rasa kepedulian terhadap kesenian lokal karena fotografi merupakan hal yang menjadi tren di masyarakat akhir-akhir ini. Metode perancangan deskriptif kualitatif ini diawali dari penulisan latar belakang, pengidentifikasian tujuan, dilanjutkan dengan pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara, studi pustaka atau dokumentasi. Dalam buku ini foto-foto yang disajikan adalah elemen-elemen yang terkandung dalam kesenian Tari Topeng Betawi. Konsep fotografi pada buku ini menyajikan fotografi dokumentasi, portrait, still life, dan esai. Diharapkan dengan adanya buku tentang kesenian tari topeng Betawi sebagai media pengenalan kesenian tari topeng Betawi pada masyarakat umum terutama pada para pecinta fotografi, dapat menjadikan sebuah wawasan tentang sejarah, tokoh, karakter, ciri khas, fungsi dan bentuk dari kesenian tari topeng Betawi dengan harapan dapat menimbulkan kepedulian terhadap kelestarian kesenian tari topeng Betawi di Indonesia. Kata Kunci : Perancangan, Buku, Fotografi, Kesenian Tari Topeng, Betawi
Keberadaan budaya Betawi dan kesenian tradisonalnya dalam beragam bentuk seperti tari-tarian, teater, musik, dan sebagainya, merupakan asset wisata yang eksotik sudah sepatutnya berkembang sebagaimana kesenian tradisonal dari etnis lain, salah satunya ialah kesenian Tari Topeng Betawi. Pada zaman dahulu masyarakat Betawi menganggap topeng memiliki kekuatan magis, selain dapat menolak bala, juga dinilai mampu menghilangkan kedukaan karena kematian, sakit, atau pun petaka lainnya. Menurut penjelasan dari salah satu narasumber dari sanggar topeng Betawi Kinang Putra, Andi Supandi, masyarakat Betawi menggunakan pendekatan berbeda mengenai istilah topeng misal topeng itu adalah „kedok‟ (penutup wajah). Masyarakat Betawi menggunakan topeng untuk istilah pertunjukan. Pertunjukan topeng Betawi merupakan salah satu jenis tarian tradisional masyarakat Betawi yang disebut juga Ronggeng Topeng. Pada pertunjukannya, didahului dengan musik instrument, kemudian menyusul tari Kedok, yang mana penari menggunakan tiga buah kedok secara bergantian. Perkembangan tari topeng Betawi sudah jarang dijumpai dibeberapa kawasan di Jakarta, salah satu
tempat yang masih melestarikan kebudayaan dan kesenian Betawi ialah kampung Situ Babakan yang terletak di daerah Jakarta Selatan. Dikampung tersebut masyarakatnya masih menjaga dan melestarikan budaya Betawi sebagai kebudayaan asli tanah kelahirannya yaitu Jakarta. Sehingga disana masyarakat umum masih dapat melihat kebudayaan dan kesenian tradisonal masyarakat Betawi salah satunya adalah kesenian tari topeng Betawi. Berbagai macam keunikan dalam kesenian tradisional tari topeng Betawi ini masih bisa dieskplor lebih dalam namun kesenian tradisonal ini belum terekspose sampai ke daerah lain dan masih kalah popular dibandingkan tari kecak dari Bali dan Reog dari Ponorogo. Dalam kawasan perkembangannya kesenian tari topeng Betawi itu sendiri kurang mendapat perhatian serta apresisasi dari masyarakat dan bahkan tidak mengerti asal usul serta sejarah kesenian dari kesenian tradisonal Betawi ini terutama generasi mudanya. Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat terutama pada generasi muda maka diperlukannya suatu media komunikasi visual yang dapat memberikan informasi dan juga pengetahuan tentang kesenian tersebut terhadap masyarakat luas terutama generasi muda dalam bentuk buku pengetahuan yang diharapkan dapat menjadi suatu sumber informasi dan pengetahuan tentang kesenian tari topeng Betawi dalam bentuk fotografi. METODE Diawali dengan merumuskan latar belakang masalah, maka masalah yang dipecahkan dalam perancangan media komunikasi visual perlu diadakan identifikasi. Dari identifikasi yang terkumpul maka dapat dianalisa untuk mengembangkan konsep desain buku berbasis fotografi tentang kesenian topeng Betawi. Metode yang digunakan pada buku berbasis foto tentang kesenian tari topeng Betawi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini dilakukan untuk mencari data dan fakta-fakta tentang kondisi daerah untuk mencari suatu „local genius’ daerah dan mencari fakta tentang entitas daerah. Model perancangan yang digunakan adalah metode Surianto Rustan, dimana model perancangan dengan runtutan langkah-langkah kerja untuk mencari sistem identitas yang nantinya dipakai untuk perancangan buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi. KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN Analisa data merupakan hasil pemikiran perancang melalui pengkajian dari data baik secara umum maupun khusus. Hasil analisa data ini selanjutnya akan menjadi bahan pertimbangan dan sebagai dasar dalam perancangan yang meliputi perencanaan media, perencanaan kreatif dan visualisasi desain. 1. Identifikasi Produk Target Audience Buku Berbasis Fotografi Tentang Kesenian Tari Topeng Betawi yang dituju adalah berbagai lapisan masyarakat nusantara Pilihan target audience ini diamati secara geografis, demografis, psikografis, dan behaviouris yang dijelaskan sebagai berikut :
a. Geografis Secara geografi yang menjadi wilayah target audience dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu target audience primer dan sekunder. Untuk target audience primer adalah masyarakat DKI Jakarta di daerah penyebaran kesenian tari topeng Betawi dengan tujuan untuk mewujudkan rasa cinta masyarakat kepada budaya dan kesenian setempat, sedangkan target audience sekundernya adalah untuk masyarakat di luar daerah penyebaran kesenian tari topeng Betawi yang bertujuan untuk mengenalkan kesenian tari topeng Betawi kepada umum tentang salah satu bentuk kesenian masyarakat Betawi. b. Demografi Secara demografi target audience difokuskan pada masyarakat dengan kelas sosial menengah hingga menengah ke atas dengan subyek kelompok usia anak-anak, semua gender baik laki-laki maupun perempuan. c. Psikografis Target audience secara psikografis adalah masyarakat khususnya remaja hingga dewasa yang mempunyai kesadaran akan budaya daerah serta kearifan lokal, serta masyarakat pecinta fotografi yang memiliki minat untuk menambah wawasan tentang fotografi. d. Behaviouris Target audience behaviouris pada perancangan buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi adalah remaja hingga dewasa yang gemar akan wawasan tentang kesenian budaya lokal dan juga mereka yang gemar untuk bepergian (traveling) serta yang gemar mengoleksi wacana visual. 2. Hasil Analisa Data Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan penulis hanya mengangkat karakteristik tarian, properti kostum, dan ornamen, alat musik, seniman pengrajin topeng Betawi. Dari analisis data pada kesenian tari topeng Betawi yang mewakilkan keseneian tersebut ialah tari Topeng Tunggal yang mana akan diangkat dalam buku ini adalah visualisasi karakter topeng, gerakan, alat musik, seniman atau pengrajin topeng Betawi dan beberapa artikel yang menjelaskan kesenian tentang tari topeng Betawi. Berdasarkan data-data yang diperoleh, kesenian tari topeng Betawi merupakan salah satu budaya bangsa Indonesia. Budaya sebagai bentuk identifikasi nyata yang mencerminkan keberadaan sebuah bangsa. Relasi keduanya sangat kuat, karena ada unsur kepemilikan. Keragaman budaya sebagai kekayaan bangsa yang diartikan sebagai cara sebuah kelompok masyarakat atau komunitas untuk mengungkapkan ekspresi berkebudayaan sesuai kearifan lokal yang dimilikinya. Perancangan buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi merupakan salah satu wujud dari penyelenggaraan kelestarian budaya bangsa dan juga sebagai edukasi tentang salah satu wujud kearifan lokal bagi masyarakat di generasi yang akan datang. A. Konsep Perancangan 1. Bentuk Media Buku berbasis fotografi tentang kesenian topeng Betawi ini dirancang dan disusun untuk memberikan wawasan visual tentang kesenian tari topeng
Betawi. Foto-foto yang disajikan adalah foto-foto setiap karakter topeng, gerakan tari, alat musik dan seniman topeng Betawi dalam kesenian tari topeng Betawi yang juga didampingi artikel atau narasi singkat tentang kesenian tari topeng Betawi. Konsep foto pada buku ini memakai beberap teknik yaitu konsep foto portrait, foto dokumentasi, foto esai yang menunjukkan setiap karakter tari topeng Betawi dengan ciri khas dari kesenian masyarkat Betawi tersebut. Setiap foto yang ditampilkan memberikan bentuk atau ciri khas yang berbeda-beda pada setiap segmennya. Diharapkan dengan adanya buku ini sebagai media pengenalan kesenian tari topeng Betawi, target audience dapat mengetahui informasi tentang setiap elemen - elemen dan karakter yang dimainkan dalam kesenian tari topeng Betawi dan dapat menimbulkan kepedulian peduli terhadap kelestarian kesenian tari topeng Betawi di Indonesia. 2. Konsep Teknologi Perancangan buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi ini menggunakan beberapa perangkat yang digunakan dalam proses produksi fotografi dan paska produksi fotografi serta beberapa perangkat yang digunakan untuk merancang layout buku. Dalam proses produksi fotografi perangkat yang digunakan adalah Kamera digital Sony Alpa 200, lensa Tamron 17-50mm, Sony 18-55mm, lighting menggunakan 2 buah flash Sony HVL-F42AM. Dalam paska produksi perangkat yang digunakan adalah Komputer dengan beberapa software pendukung yaitu diantaranya menggunakan Adobe Lightroom 3 untuk memproses file foto digital negative atau raw files foto jadi (jpg) untuk menyempurnaan foto menggunakan Adobe Photoshop CS3, dan untuk melayout buku software yang digunakan adalah Adobe InDesign CS3. 3. Judul Media Judul perancangan media visual ini adalah perancangan buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi. Judul buku yang dipilih dalam buku ini adalah “Tari Topeng Betawi” maksud judul dalam buku ini adalah sebuah subyek dalam kesenian tari topeng Betawi yaitu profil kesenian betawi, karakter topeng, gerakan tarian, properti, alat musik pengiring dan seniman pengrajin topeng dalam kesenian tersebut. Dalam buku ini Tagline yang dipilih adalah “Wajah Dari Sebuah Topeng“ mengambil kata ini agar memberikan informasi yang terarah tentang subyek . Sedangkan tema yang diangkat dalam perancangan ini adalah “Mengenal Kesenian Tradisional Betawi”, kata-kata ini dipilih karena diawali dengan mengenal, maka akhirnya kita akan ikut peduli dalam kelestarian salah satu budaya lokal Indonesia yaitu kesenian tari topeng Betawi. 4. Gaya Desain Media Gaya desain buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi ini dibuat dengan pengembangan gaya desain de stijil, konsep ini diwujudkan dalam pemikiran sederhana dengan mengurangi campur tangan bentuk dan kekayaan warna semaksimal mungkin. Komposisi visual disederhanakan menjadi hanya bidang dan garis dalam arah horisontal dan vertikal, dengan menggunakan warna-warna primer di samping bantuan warna hitam putih yang dipadukan dengan visual foto yang tetap menonjolkan etnik visual agar karakteristik dari daerah asal kesenian tersebut
itu dapat terlihat. Dengan gaya layout simetris yang menitikberatkan visual dari elemen-elemen desain terbagi secara merata baik dari segi horizontal, vertikal, maupun radial. Gaya ini mengandalkan keseimbangan berupa dua elemen yang mirip dari dua sisi yang berbeda. Kondisi pada keseimbangan simetris adalah gaya umum yang sering digunakan untuk mencapai suatu keseimbangan dalam desain. Kesimbangan simetris juga biasa disebut dengan keseimbangan formal. B. Perancangan Media 1. Tujuan Media Kesenian tari topeng Betawi merupakan salah satu hasil dari kebudayaan lokal Indonesia yang masih jarang ter-ekspos sampai ke daerah diluar penyebaran kesenian tari topeng Betawi itu sendiri. Kesenian tari topeng Betawi sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat karena kurangnya kesadaran akan kelestarian budaya lokal. Para pemuda lebih memilih perkembangan budaya luar yang mereka anggap lebih populer dari pada budaya lokal mereka sendiri. Dengan adanya buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi ini, diharapkan mampu mengangkat kembali budaya kesenian tari topeng Betawi yang sudah mulai ditinggalkan. 2. Strategi Media Media Utama Media utama berupa buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi bagi masyarakat umum, pecinta fotografi maupun para penggiat dibidang kesenian tersebut, dengan pertimbangan bahwa umumnya media tertulis seperti buku lebih diperlukan oleh masyarakat umum tentang kesenian tari topeng Betawi. Hal tersebut dikarenakan adanya media informasi, artikel dan foto yang tercetak pada sebuah buku, dengan adanya hal-hal tersebut pada sebuah buku maka dapat lebih mudah diakses kembali dan dapat dibaca setiap saat diperlukan. Media tertulis seperti buku dapat memberikan ruang bebas lebih banyak mengingat fleksebilitas waktu membaca dibandingkan media elektronik yang hanya dapay diakses secara terbatas. Mengingat ketersedian media buku tentang kesenian tari topeng Betawi sangatlah terbatas maka buku tentang kesenian tari topeng Betawi dengan mengutamakan unsur fotografi dapat menjadi acuan referensi bagi masyarakat umum yang ingin mengetahui tentang kesenian tari topeng Betawi atau para bagi para pecinta fotografi. Media Pendukung Karena buku sebagai sarana utama dari perancangan ini maka diperlukan salah satu media yang dapat mempromosikan buku tersebut. Poster adalah salah satu media yang dipilih, dikarenakan poster memiliki kelebihan tersendiri seperti biaya yang dikeluarkan lebih murah, mempunyai frekuensi tinggi sehingga dapat dilihat berkali-kali, dapat dicetak dalam jumlah yang banyak sehingga area penyebarannya bisa lebih luas dan memberikan kejutan sehingga menarik perhatian, bisa dicapai dengan kontras warna, ilustrasi, bentuk huruf dan komposisi. Sedangkan untuk x-banner biasanya digunakan pada saat launching buku tersebut dan dapat diletakan pada area pameran buku atau foto itu sendiri sehingga masyarakat atau pengunjung yang datang dapat langsung
mengetahui tema dari pameran tersebut. Dengan demikian diharapkan dapat menarik perhatian pengunjung yang datang sehingga nilai promosi dari buku tersebut dapat tersampaikan. x-banner memiliki kelebihan seperti mudah dalam pemasangan untuk dilihat orang banyak, biaya pembuatan relatif terjangkau (tidak terlalu tinggi), daya tahan dan umur relatif panjang dan bentuk, warna dan ilustrasi yang menonjol dapat menarik perhatian pengunjung dan penghias ruang pameran. C. Perancangan Kreatif 1. Tujuan Kreatif Tujuan kreatif dari perancangan buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi ini adalah memberikan informasi kepada target market mengenai adanya buku yang memberikan wawasan tentang kesenian tari topeng Betawi melalui media fotografi. 2. Strategi Kreatif Untuk mencapai tujuan kreatif maka perlu adanya strategi kreatif. Strategi kreatif buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi ini meliputi: a. Isi Pesan Isi pesan yang disampaikan dalam perancangan buku berbasis fotografi ini adalah untuk memperkenalkan elemen-elemen yang terkandung dalam kesenian tari topeng Betawi. Diharapkan setelah mengetahui hal tersebut maka target audience akan timbul kesadaran dan kepedulian untuk ikut melestarikan. Memperkenalkan disini berarti menginformasikan dengan tujuan memberikan gambaran visual karakter dalam bentuk foto tentang elemen-elemen yang ada dalam kesenian tari topeng Betawi. b. Bentuk Pesan 1) Pesan Verbal Pesan verbal yang digunakan dalam perancangan ini adalah katakata yang tidak terlalu panjang dengan arti mudah dimengerti. Dalam penggunaan bahasa verbal sebagai keyword digunakan bahasa yang informatif. Keyword yang dipilih adalah “Wajah Dari Sebuah Topeng”, kalimat tersebut dapat diartkan bahwa buku ini dibuat untuk memperkenalkan setiap elemen yang ada dalam kesenian tari topeng Betawi. 2) Pesan Visual Pesan secara visual perancangan ini memanfaatkan berbagai unsur yang dapat menunjang tampilan perancangan media tersebut dan bertujuan mengkomunikasikan pesan secara efektif, sehingga dapat menjadi unsur penarik perhatian dari media. Foto yang digunakan foto portrait, esai, dokumentasi, dan still life. Foto portrait bertujuan memperlihatkan penokohan ,karakter dengan penataan pencahayaan untuk pemperkuat kesan visual yang menggambarkan karakter penari dalam gerakannya secara detail dengan suasana indoor. Foto esai digunakan untuk pengambilan gambar pengrajin topeng dalam proses pembuatan topeng Betawi, untuk foto dokumentasi digunakan untuk pengambilan gambar pada saat live perform sedangkan untuk foto still life digunakan untuk pengambilan gambar topeng dan alat musik pengiring.
3. Program Kreatif a. Pesan Pokok yang Diangkat Pesan pokok yang diangkat pada perancangan buku berbasis fotografi ini adalah memberikan informasi kepada target audience tentang kesenian tari topeng Betawi beserta elemen-elemen yang ada didalam kesenian tersebut. Informasi yang termuat didalamnya berupa daerah asal topeng yaitu Betawi, tarian Topeng Tunggal, alat musik pengiring dan pengrajin topeng Betawi yang mana unsur-unsur tersebut adalah sebuah elemen yang dapat mendeskripsikan ciri khas dan karakter dari kesenian tari topeng Betawi. b. Konsep Kreatif Umum 1). Buku Berbasis Fotografi Tentang Kesenian Tari Topeng Betawi a) Proses Pemotretan Dalam proses pemotretan terdapat beberapa proses sampai memasuki proses layout buku.. Berikut ini adalah tahap-tahap dalam proses pemotretan: Pra Produksi Tahap ini merupakan tahap pertama dalam pemotretan. dalam tahap ini adalah sebuah persiapan dalam proses produksi nantinya dari kesiapan peralatan, pembagian tim saat produksi, pengolahan jadwal dengan lokasi foto dan juga persiapan atribut dalam foto serta lokasi yang mendukung dalam foto tersebut. Penyusunan daftar gerakan tarian dalam tari Topeng Tunggal untuk foto indoor, lalu penentuan jadwal sesi foto yang dilakukan berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak. Untuk foto live perform diatur berdasarkan jadwal acara yang ada pada sanggar tersebut. Produksi Tahap ini adalah pelaksanaan kegiatan pemotretan berdasarkan jadwal yang telah disusun pada proses pra produksi. Pada tahap ini kami mendatangi dua sanggar tari topeng Betawi dikawasan Jakarta Timur dan perbatasan Cimanggis Depok berdasarkan jadwal yang telah disusun. Pemotretan dilakukan di sanggar mereka masingmasing atau sekitar tempat tinggal mereka. Pemilihan sudut pemotretan, pencahayaan dan tata gerak di lakukan untuk memperkuat kesan visual portrait kesenian tari topeng Betawi dengan nuansa indoor dan menggunakan latar suasana sanggar tari topeng Betawi. Dalam tahap ini juga dilakukan wawancara tentang latar belakang subyek dalam kesenian tari topeng Betawi. Untuk foto dokumentasi live perform dilakukan sesuai jadwal main dan biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu di kampung Betawi daerah Setu Babakan. Post Produksi Proses ini adalah proses setelah seluruh proses produksi telah dilaksanakan pada proses ini adalah proses pemilihan foto yang tepat berdasarkan pada gerakan tarian kesenian tari topeng Betawi tersebut. Dalam proses ini mayoritas dilakukan dengan proses komputer yang menggunakan software Adobe Lightroom sebagai
software pengolah file foto digital untuk dokonversi ke file foto yang sudah siap. 2). Tipografi Tipografi yang dipilih dalam buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi ini adalah model atau jenis font sans serif, karena jenis font ini merupakan jenis font yang mencerminkan kualitas dan ketegasan. Selain itu sans serif font juga dipercaya lebih mudah dibaca, diingat, dan mudah diserap oleh otak. Jenis tipografi yang digunakan dalam perancangan buku ini hanya terdapat 2 jenis font, yaitu berrycolada. Jenis tipografi tipe berrycolada memiliki karakteristik unik, tegas dan jelas, yang sangat cocok digunakan sebagai font untuk judul halaman, dan untuk font jenis century gothic adalah jenis font yang sangat cocok untuk penulisan artikel pada sebuah buku berbasis fotografi karena karakter font ini jelas, elegan dan tegas. D. Perencanaan Tata Desain Tujuan perencanaan tata desain atau biasa disebut dengan visualisasi desain adalah memperoleh media komunikasi visual sebagai bagian dari promosi dalam hal buku bergambar dan media alternatif pendukung promosi lainnya. Media yang dirancang tidak terlepas dari ciri gaya desain white space atau ruang kosong pada penataan layout. Desain ruang kosong pada margin tulisan berfungsi untuk memberikan fokus untuk pembaca. Desain yang memanfaatkan secara benar sebuah ruang kosong akan sangat memudahkan pembaca dalam mencerna setiap detail pesan yang disampaikan. Hal ini disebabkan karena kerapian dan ruang yang cukup untuk konten desain sehingga tidak saling berhimpit dan terlihat penuh sesak. Pada buku berbasis fotografi tentang tari topeng Betawi desain ruang kosong juga berfungsi untuk lebih menonjolkan sisi fotografi pada buku ini. Sehingga tidak ada unsur yang dalam buku yang saling beradu. Konsep dari perancangan setiap media dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Buku Fotografi Tentang Kesenian Tari Topeng Betawi 1) Konsep Cover Pada cover buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi menampilkan tiga buah topeng Betawi, yaitu topeng Panji, topeng Kelana, topeng Jingga. Ketiga topeng itu adalah merupakan identitas dalam sebuah kesenian tari topeng dan juga mewakili dari isi dan tema yang diangkat dalam buku ini. Pada cover buku ini dibuat tersendiri antara halaman depan cover dengan bagian belakang dengan proporsi yang berbeda, tampak depan cover adalah foto tiga buah topeng yang ditata keatas dan memanfaatkan ruang kosong dibawah foto topeng sebagai tata letak judul buku. Sedangkan untuk bagian cover belakang yang ditampilkan ialah foto tangan seorang penari yang sedang menata ketiga topeng, dan memanfaatkan ruang kosong pada foto untuk memberikan artikel pada cover belakang 2) Konsep Naskah Naskah dalam buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi ini berfungsi untuk memberi penjelasan pada foto yang ada pada buku ini. Namun untuk setiap bagian halaman awal isi buku lebih diutamakan artikel tentang dengan maksud memberikan penjelasan lebih
dalam tentang kesenian tari topeng Betawi sebelum membahas sebuah foto tentang kesenian tari topeng Betawi, semua itu bisa dilihat pada setiap judul halaman. Untuk artikel singkat terletak pada setiap isi dari sub judul tersebut dengan tujuan memberikan keterangan secara singkat untuk setiap foto yang ditampilkan. Berikut merupakan naskah atau tulisan yang disajikan dalam buku ini. Ucapan terima kasih Berisikan ucapan terima kasih dari penulis kepada semua pihak yang membantu dalam proses terciptanya buku ini. Kata Pengantar Berisikan kalimat pembuka “ Kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas ridho dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikan buku tentang „Tari Topeng Betawi‟ ini. Buku tentang Tari Topeng Betawi belum ada yang mengulas secara masal, buku-buku yang membahas tentang topeng Betawi sebatas catatan-catatan yang belum dipublikasikan. Hal ini dikarenakan adanya kendala oleh waktu atau minimnya kesempatan untuk mendokumentasikan kesenian ini;. Kelebihan kesenian Tari Topeng Betawi yaitu nilai eksotis dan menyimpan makna kehidupan serta menyiratkan keindahan gerak, tarian, topeng dan musik yang semuanya tersusun dalam satu komposisi sajian. Terkait dengan konsep visualisasi buku tentang Tari Topeng Betawi, sajian gambar dan ulasan narasi memuat gambar dan informasi tentang berbagai macam unsur Topeng Betawi. Adapun tujuan utama adalah mengabadikan moment, potret wajah, dan rangkuman tentang kesenian Tari Topeng Betawi. Buku „Tari Topeng Betawi‟ diharapkan mampu member informasi dan pengetahuan tentang keindahan dan nilai luhur yang tersaji dalam kesenian Tari Topeng Betawi.” Daftar Isi Berisikan daftar halaman pada buku kesenian tari topeng Betawi berbasis foto yang dirancang. Pendahuluan Berisikan kalimat pendahuluan tentang kesenian tradisional Betawi “Keberadaan budaya Betawi dan kesenian tradisional dalam beragam bentuk seperti tari-tarian, teater, musik dan sebagainya merupakan asset wisata yang eksotis dan mempunyai nilai luhur yang terkandung didalamnya sehingga perkembangan dan pelestariannya harus tetap terjaga. Seperti halnya dengan kesenian tradisional lainnya. Tari Topeng Betawi dibagi menjadi tiga unsur yaitu tarian, musik dan teater.” Halaman 3-4 Berisikan tentang profil dari Betawi yaitu keterangan dan sejarah masyarakat betawi “Sebagai ibukota Negara Indonesia Jakarta menjadi muara mengalirnya pendatang baru dari seluruh penjuru nusantara dan dunia. Meskipun begitu, etnik betawi diduga sebagai penduduk yang paling awal mendiami kawasan ini, paling tidak sejak abad ke-2. Dalam buku penelusuran Sejarah Jawa Barat ( Dinas Kebudayaan Jawa Barat, 1984) disebutkan sebuah kerajaan bernama Salakanagara yang didirikan oleh Aki Tirem sudah berdiri di tepi sungai
Warakas, Jakarta Utara. Aki Tirem kemudian mengangkat menantunya Dewawarman menjadi raja. Seorang pelawat asal Tiongkok, Fa Shien pun pada abad ke V mencatat kegiatan komunitas masyarakat yang mendiami daerah aliran sungai Ciliwung, yang selanjutnya disebutkan manusia proto Melayu Betawi. Jakarta kemudian dihuni oleh orang-orang Sunda, Jawa, Bali, Maluku, Melayu, dan dari beberapa daerah lainnya, disamping keturunan China, Belanda, Arab, Portugis, dan lain-lainnya. Mereka membawa serta adat istiadat dan tradisi budayanya yang melebur menjadi identitas budaya dan kesenian yang lain. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi antar penduduk adalah bahas Melayu dan bahasa Portugis. penggunaan bahasa tersebut lebih dari satu abad lamanya, mereka malang-melintang berniaga sambil menyebarkan kekuasaan di Nusantara. pada waktu itu Jakarta bagai `panci pelebur` (melting pot) karena aneka ragam kebudayaan dan kesenian dari berbagai penjuru dunia dan nusantara bertemu, saling mempengaruhi dan menjadi identitas baru yaitu masyarakat Betawi atau orang Betawi.Dari masa kemasa masyarakat Betawi terus berkembang dengan ciri-ciri budayanya yang makin lama semakin mantap sehingga mudah dibedakan dengan kelompok etnis lain. Namun bila dikaji secara mendalam akan tampak unsurunsur kebudayaan yang menjadi sumber asalnya. Jadi, tidak mustahil bila bentuk kesenian dan kebudayaan Betawi sering menunjukkan persamaan dengan kebudayaan dan kesenian daerah atau bangsa lain. Bagi masyarakat betawi sendiri segala yang tumbuh dan berkembang di tengah kehidupan seni budaya dirasakan sebagai miliknya sendiri yang seutuhnya, tanpa mempermasalahkan dari mana asal unsur-unsur yang telah membentuk kebudayaan. Demikian pula sikapnya terhadap keseniannya sebagai salah satu unsur kebudayaan yang paling kuat mengungkapkan ciri-ciri keBetawian, terutama pada seni pertunjukan. Berbeda dengan kesenian keraton yang merupakan hasil karya para seniman istana dan terkesan Adiluhung, kesenian Betawi justru tumbuh dan berkembang dikalangan rakyat secara spontan dengan segala kesederhanaan. Oleh karena itu kesenian Betawi dapat digolongkan sebagai kesenian rakyat yang salah satunya ialah kesenian Tari Topeng Betawi .” Halaman 7-9 Berisikan tentang riwayat sejarah tari topeng Betawi “Bilamana lahirnya tari topeng Betawi di tengah kehidupan masyarakat pendukungnya kiranya belum dapat diketahui dengan pasti karena langkanya sumber data. Dalam koleksi arsip abad XVIII dan abad ke XIX diperoleh informasi yang ada kaitannya dengan masalah tari Betawi yaitu tentang ronggeng betawi dan tandak. Pada 28 Desember 1751, Gubernur Jenderal J. Mossel menetapkan pajak tontonan ronggeng dan tandak.Ketika pemerintah kolonial dipegang oleh Gubernur Jenderal J. Siberg, pada 9 Juni 1807 dikeluarkan ketentuan bahwa ronggeng dan tandak diperkenankan
untuk disajikan pada pesta perkawinan, upacara adat, menanam padi, menggali selokan, mendirikan `blandongan` upacara penggilingan tebu dan acara pesta akhir tahun yang disebut `Jattong Tjako`. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Gubernur Jenderal Deandles, pada 30 April 1809, diikeluarkan peraturan mengenai sekolah ronggeng dan tandak serta hiburan umum. Didalam arsip lama, disebutkan bahwa sebagai akibat perubahan pemilikan tanah kepada pihak partikelir (swasta) secara besarbesaran pada saat itu, berkembang suatu pola gaya hidup dan budaya yang lahir dari pencampuran berbagai unsur yang dikenal dengan sebutan Indiesche Cultur. Pada 1872, WL Ritter dan E. Hardovin dalam bukunya menjelaskan bahwa di Jakarta dan sekitarnya (Batavia en Ommelanden) ada suatu permainan yang popular yang disebut `Klein Maskerspel` yaitu suatu straatvertoning (tontonan jalanan) yang berasal dari topeng Babakan Cirebon. Seiring dengan perkembangan jaman kesenian tersebut terus berkembang dan beradaptasi dengan budaya Betawi dan sekitarnya. Kesenian topeng tersebut populer di Jakarta dan sekitarnya sampai akhirnya dikenal dengan sebutan topeng Betawi, yang dipergelarkan pada bagian awal dari keseluruhan pementasan teater topeng Betawi memiliki pola gerak tertentu meskipun disana-sini terdapat berbagai variasi yang sangat tergantung pada improvisasi si penari yang bersangkutan. Tari Topeng Betawi sebagai salah satu bagian dari teater topeng Betawi merupakan produk seni dari kelompok etnis Betawi. Berdasarkan ciri pertunjukan dan bahasa yang digunakan teater topeng Betawi terbagi dalam tiga bentuk yaitu „Kanda Wetan’ yang berada diwilayah kabupaten Bekasi, „Kanda Kulon’ yang kira-kira berada diwilayah DKI Jakarta Raya, khususnya Jakarta Timur dan daerah Bogor bagian utara serta teater topeng Betawi dari Tangerang. Menurut sumber dari seorang pelaku seni/seniman Topeng Betawi, Bang Andi yang merupakan keturunan dari bapak Dalih Djiun dari Sanggar Topeng Cisalak Kinang Putra memberikan keterangan tentang sejarah topeng Betawi yang mana pada jaman dahulu jika ada orang hajatan, khitanan ataupun sedekah bumi terdapat beberapa segmen. Pertunjukan biasanya jika acara dimulai malam maka setelah siang hari atau sehabis Dzuhur para pemain sudah bersiap-siap dan biasanya sudah diiringi oleh instrument-instrumen musik. Setelah istirahat Magrib baru instrumen musik mulai dihentikan, lalu acara tari topeng Betawi barulah dimulai dengan permainan musik yang biasa disebut dengan tetalu dengan diringi oleh iring- iringan musik. Instumen yang diiringi lagu-lagu yang mana disebut kelontang, arang-arang rebab, tetalu, dan lagu langgam sari. Lagu langgam sari adalah tanda dimana pertunjukan akan dimulai dan diawali munculnya penari wanita yang disebut ronggeng topeng, dan langsung memulai tarian Topeng Tunggal. Seusai ronggeng topeng menari disambut dengan keluarnya seorang „Bodor’ (pelawak) yang kemudian berdialog dengan penari. Biasanya si pelawak belajar menari dengan gaya yang lucu. Lagu lagu yang biasa dipakai untuk mengiringi tarian diantaranya „Ailo, Enjot-enjotan, Lipet Gandes’ dan lain-lain. Lagu-lagu tersebut kebanyakan berirama Sunda. Kemudian sang pelawak melawak bersama penari kembang topeng. Bagian ini disebut lawakan atau bodoran. Sesudah itu dilanjutkan dengan pertunjukan semacam sandiwara yang merupakan inti
pertunjukan topeng Betawi yang mana diawali dengan lagu-lagu lawakan yang dulunya berisi lagu-lagu komedi. Sandiwara atau teater topeng Betawi biasanya berisi cerita-cerita banyolan diantaranya cerita bodo-bodo pinter, sarkawi dan dalam satu malam pertunjukannya topeng bisa membawakan satu cerita sampai dua cerita dan diakhiri dengan cerita ‘Si Babeh’ Jantuk pada jaman dahulu topeng Betawi itu dimainkan sampai satu malam suntuk dan diakhiri sampai matahari terbit. Namun seiring perkembangan jaman kini Topeng Betawi terbagi menjadi beberapa segmen, yaitu biasanya sehabis tetalu sang penari atau ronggeng topeng masuk dengan menari tarian Topeng Tunggal lalu diteruskan dengan tarian yang disebut tari Kang Aji. Tarian ini adalah sebuah tarian yang mana dijadikan sebagai tarian dasar, atau tarian pembelajaran bagi anak- anak yang ingin belajar tari topeng Betawi setelah tari Kang Aji selesai langsung diteruskan oleh tari Lipet Gandes yang berbasis lawakan dalam tarian tersebut ada yang disebut bodoran (pelawak) yang bermain sarung. Setelah tari Lipet Gandes itu selesai langsung disambung dengan tari Enjot-enjotan namun sang primadona atau sang ronggeng tidak ikut masuk dalam tari Enjot-enjotan akan tetapi penari lain yang dibelakang panggung langsung masuk keatas panggung dan memulai tari Enjot-enjotan yang dibawakan secara berpasangan pria dan wanita. Setelah tari Enjot-enjotan lalu diakhiri dengan lawakan yang mana dengan cerita banyolan sederhana dengan durasi yang singkat tidak sampai berlarut.” Halaman 11 Berisikan tentang fungsi tari pada pertunjukan teater topeng Betawi “Tari dalam kerangka budaya manapun berkisar pada dua pokok yaitu bentuk pernyataan dan fungsi. Topeng Betawi sebagai seni tradisional yang berbentuk teater rakyat merupakan kegiatan sosial yang terpadu dalam kehidupan kultural masyarakat. Tari tersebut terkait dengan fungsinya sebagai sarana hiburan, pergaulan dan sebagai tontonan atau pertunjukan. Pada masa awalnya topeng betawi biasanya dipertunjukan dari kampung ke kampung, dari kota ke kota tanpa pemainnya pulang terlebih dahulu. Pertunjukan tergantung situasi sesuai dengan permintaan. Dalam perkembangannya orang mulai tertarik untuk menggunakan teater tersebut bagi kepentingan hajatan bahkan dikalangan tertentu ada anggapan, bahwa topeng Betawi memiliki kemampuan untuk menolak bala atau pelepas kaul atau nazar. Didaerah pinggiran kebiasaan itu masih ada sampai sekarang. Fungsi lain dari Tari Lipet Gandes misalnya dalam Topeng Betawi, adalah bersama bodor menjelaskan kepada penonton apa dan siapa rombongan yang bersangkutan. Biasanya pertunjukan topeng Betawi diselenggarakan sebagai kegiatan terbuka. Mereka yang datang adalah yang tertarik, sehingga partisipasi penonton itu bersifat aktif yang dapat pula menggairahkan atau sebaliknya mematahkan semangat pertunjukan. Untuk itu komunikasi antara pemain dan penonton diharapkan terjalin akrab.” Halaman 14, 16 dan 19 Berisikan tentang profil dan penjelasan tentang tari Topeng Tunggal “ Tari Topeng Tunggal ialah tarian awal pada pertunjukan yang mana adalah sebuah tarian klasik Topeng Betawi, karena memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Dan tarian ini hanya diwajibkan untuk penari
perempuan, yang mana perempuan tersebut harus dapat bisa membawakan tiga karakter dari masing-masing topeng.Tari Topeng Tunggal, ditarikan oleh seorang penari Topeng Betawi dengan membawakan tiga (3) karakter yang berbeda : Panji : Karakter yang lemah lembut serta gemulai dengan warna putih sebagai simbolnya. Kelana : Karakter yang gesit lincah serta periang dengan warna pink/merah muda sebagai simbolnya. Jingga : Karakter yang kuat kasar dan gagah dengan warna merah hati sebagai simbol kemarahan. Penari diwajibkan membawakan tarian topeng tunggal, satu penari membawakan tiga karakter yang berbeda, yaitu topeng putih, topeng pink/jingga, dan topeng merah. Penari itu sendiri atau bisa disebut primadona, itu dapat memainkan beberapa segmen tari topeng, pada zaman dahulu para penari topeng belajar langsung ditempat tanpa adanya pelatih yang melatih, hal tersebut berbeda pada zaman sekarang yang mana sudah banyak pelatihpelatih tari topeng. Tari Topeng Tunggal dalam instrument musiknya di bedakan berdasarkan lagunya, yaitu dengan iringan lagu tetopengan yang diciptakan oleh Alm Bapak Djiun. ‘Tari Ronggeng Topeng’ yang menggunakan tiga buah kedok secara bergantian. Dahulu tarian ini dilakukan pada penutup acara, tetapi sekarang dijadikan acara pertama. Ternyata, menarikan Tari Topeng Betawi tidak mudah, Penarinya harus memiliki tiga syarat. Pertama, si penari harus gandes. „Gandes’ artinya luwes atau gemulai. Kedua, si penari harus ajer. „Ajer’ artinya ceria atau riang. Jadi, si penari tidak boleh kelihatan murung atau sedih. Ketiga, penari harus menari dengan lincah tanpa beban. Istimewanya lagi, tarian ini dibawakan dengan menggunakan topeng kayu. Agar topeng itu menempel di wajah penari, penari harus menggigit bagian belakang topeng. jika orang yang belum terbiasa dengan hal tersebut maka tidaklah mudah untuk memainkan tarian topeng tunggal tersebut. Di antara para pemain Topeng Betawi, yang berpakaian khusus, hanyalah Ronggeng Topeng dan dua penari bertopeng. Di atas kepala Ronggeng Topeng terlihat sebuah songkok yang diberi nama ‘kembang Topeng’ atau ‘Sayang’. Dikatakan kembang Topeng, karena bentuknya yang bulat, mekar ke atas dengan berbagai hiasan gemerlapan hampir menyerupai sekuntum bungan mawar yang tengan berkembang. Dikatakan ‘Sayang’ karena menyerupai sayang (rumah) burung pipit atau tempat ayam bertelur. Dua orang penulis Belanda pada tahun 1920, yaitu Hardouin dan Ritter mengungkapkan bahwa pada sekitar tahun tersebut,kembang Topeng atau Sayang disebut ‘Cepio’ yang berasal dari bahasa Portugis „Chepio‟ yang harfiahnya tutup kepala. Sementara pakaiannya: ke atas sepotong rok dengan lengan pendek, menutup mulai dari bagian leher sampai perut, sdangkan ke bawahnya berkain batik. Bagian atas baju (rok) dinamai ‘Andong’. Pada kedua belah bahu diselempangkan bersilangan ke dada, terdapat ‘Toka-toka’, terbuat dari sutra dengan warnawarna yang mencolok. Hardouin mengatakan “mungkin berasal dari bahasa Portugis yaitu ‘Tocca’ yang berarti sorban atau ikat pinggang”. Pada pakaian tersebut terdapat sehelai kain dari katun atau sutra berwarna mas, menutup dada, dinamakan ‘Pandepun’. Sementara ikat pinggang yang dililitkan terbuat
dari logam, dinamai Pending. Dari pusar ke bawah sampai pada batas lutut, berjumbai Ampreng, ialah sehelai kain bersulam mas. Pada kanan-kiri pinggang berjumbai pula selendang sutra yang diberi nama ‘Kewer’ yang cara memakainya diselipkan pada pending. Kipas yang terbuat dari kertas juga dipergunakan sebagai handprof , dipegang oleh tangan kanan dan dibuka manakala ia bernyanyi untuk menutupi mulutnya.” Halaman 54 Berisikan narasi tentang alat musik pengiring tari topeng Betawi khusunya tari Topeng Tunggal. “Salah satu jenis musik di Betawi, yang banyak menyerap pengaruh Sunda. Disebut Gamelan Topeng karena gamelan tersebut dipergunakan untuk mengiringi pagelaran teater rakyat yang kini dikenal dengan sebutan Topeng Betawi. Musik pengiring ini terdiri dari sebuah rebab, sepasang gendang (sebuah gendang besar dan sebuah kulanter), satu ancak kenong berpencon tiga, sebuah kecrek, sebuah kempul yang digantungkan pada gantungan, dan sebuah gong tahang atau disebut juga Gong Angkong. Untuk alat musik kenong berpencon tiga dimainkan oleh dua orang pemain, yang seorang menabuh kenong atau ‘ngenong’, dan yang satu menabuh kenceng atau ‘ngenceng’. Pemukulan kempul pertama kali menandakan pertunjukan akan segera dimulai, kemudian dilanjutkan dengan gesekan rebab tunggal atau arang-arangan. Halaman 60-61 Berisi narasi tentang riwayat tokoh seniman sekaligus pengrajin topeng Betawi. “Kalau bukan orang tua asli Betawi yang tetap mengajarkan anak dan sekitarnya (tentang kebudayaan dan kesenian Betawi), ya, siapa lagi ? Kalau seperti saya ini tidak mengajarkan, generasi baru tidak akan pernah kenal dan menjaganya “. Salah satu kutipan kata yang diungkapkan oleh pria kelahiran Jakarta 19 Desember 1948, Idi Kushandi salah satu seniman sekaligus pengrajin Topeng Betawi. Menjadi seorang pengrajin Topeng Betawi adalah pilihan hidupnya, yang mana semua itu tidak lepas dari warisan turun menurun dari para pendahulunya. Beliau adalah keturunan dari seorang seniman besar Betawi yaitu Alm H. M. Bokir yang mana sudah kita kenal sebagai seniman Topeng Betawi dan Pelawak yang terkenal di Indonesia. Sebuah rumah bertingkat di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur terlihat tampak ramai oleh suara alunan musik Betawi, dirumah inilah Idi Kushandi tinggal bersama keluarga serta cucunya, tempat ini pun menjadi sanggar Topeng Betawi Setia Warga yang mana Idi Kushandi sebagai pimpinan sanggar tersebut. Selain menjadi seorang penggiat kesenian Topeng Betawi, Idi Kushandi juga dikenal sebagai pembuat mainan tradisional gasing khas Betawi, serta pengrajin Topeng Betawi yang mana mulai digelutinya sejak 2010, Idi adalah pembuat topeng yang sudah diakui kualitas dan model topengnya diseluruh kawasan di DKI Jakarta. Dengan bakat alami yang dimilikinya Idi belajar membuat topeng secara otodidak tanpa mengenyam pendidikan dibidang seni. Namun soal kualitas, model, serta motif topeng yang dibuat oleh Idi boleh dibilang sangat mengagumkan. Alat-alat untuk mendukung pembuatan topeng pun bisa dibilang sangat sederhana sekali, untuk mencukil atau mengukir karakter dari sebuah topeng Idi hanya
menggunakan pisau dapur yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil karya yang sempurna. Jenis kayu yang digunakan biasanya memakai bahan baku kayu pohon sawo, kapuk, sengon, dan nangka. Jenis topeng pun dibedakan sesuai dengan kebutuhan, jika topeng tersebut dibuat untuk dijadikan sebagai hiasan atau pajangan maka dibuat dengan ukuran lebih kecil. Namun jika topeng digunakan sebagai penutup wajah dalam menari, maka ukuran topeng disesuaikan dengan ukuran wajah seorang penari. Keunggulan dari topeng yang dibuat Idih ialah tampilan depan dan belakang topeng dibuat sama halusnya sehingga penari akan merasa nyaman dalam menggunakannya. Dalam pembuatan topeng Betawi beliau tidak melakukan ritual khusus, seperti membakar kemenyan atau dupa. Menurutnya ritual seperti itu sudah tidak dilakukan lagi pada jaman sekarang ini, namun karomah turun menurun dari nenek moyang tetap ada pada topeng yang akan dia buat tanpa harus melakukan ritual. Banyak yang bilang itu adalah salah satu unsur mistik yang ada pada topeng Betawi.” Halaman 69 ( Penutup ) Berisikan kalimat atau narasi penutup dari buku kesenian tari topeng Betawi. “Sebuah rasa, cita dan raga terungkap pada keindahaan dan menjadi satu dalam sebuah keseniaan yang mana semua tercipta tanpa adanya unsur paksaan dan rasa pamrih. Keindahaan dalam suatu karya seni tak lepas dari nilai kesadaran dan apresiasi seseorang dalam melihat dan merasakannya. Kesenian tari topeng Betawi adalah salah satu kesenian asli Betawi yang mana tak lepas dari kemajemukan suatu etnis budaya yang melebur menjadi satu dalam suatu etnis yaitu Betawi, dalam kesenian ini banyak terpapakarkan nilai-nilai sosial , sifat dan karakter suatu masyarakat ataupun individu. Salah satu tarian yang mewakilkan kesenian Tari Topeng Betawi, ialah Tari Topeng Tunggal yang mana tarian ini mewakilkan sifat dan karakter seseorang yang diwakilkan oleh tiga buah topeng dengan tiga karakter yang berbeda yaitu Topeng Panji, Topeng Kelana dan Topeng Jingga. Pada jaman modern sekarang ini kesenian tersebut telah mengalami kemunduran eksistensinya, dikarenakan generasi muda yang diharapkan menjadi generasi penerus seakan tidak peduli dan bahkan merasa malu karena kesenian tersebut terkesan kuno atau ketinggalan jaman. Padahal jika kita mau mengerti ataupun ikut berpartisipasi terhadap kesenian dan kebudayaan warisan bangsa maka identitas Negara kita sebagai Negara yang memiliki bermacam-macam suku, budaya, kesenian, dan bahasa akan bertambah lebih dikenal oleh Bangsa dan Negara lain. Sehingga warisan kesenian budaya kita tetap terjaga dan terlestarikan.” 3) Konsep Foto Isi Pada buku berbasis fotografi tentang tari topeng Betawi ini, fotografi yang digunakan adalah foto portrait dari penari topeng Betawi yang diambil dengan menggunakan teknis pencahayaan menggunakan dua lampu flash dengan teknik wireless pada salah satu flash sebagai alternatif pengganti neon box dengan tujuan dapat memberikan efek gradasi pada jatuhnya cahaya ke objek. Penari dipotret dengan pencahayaan yang seirama. Konsep pencahayaan pada foto adalah konsep foto indoor yaitu mengkombinasi cahaya pada dua buah flash serta pengaturan intensitas cahaya yang ada (ambient light) dengan cara
meningkatkan kecepatan rana, sehingga seluruh perhatian akan tertuju pada subyek tersebut dengan latar sanggar tari topeng Betawi. Untuk mendapatkan efek warna yang diinginkan foto terlebih dahulu dikelola pada software foto, dengan toning warna jenis bleach bypass dan vigenting. Untuk fotografi esai pada proses pembuatan topeng Betawi dilakukan menggunakan pencahayaan yang dibantu satu buah flash yang dipantulkan ke atas (bouncing) dan mengkonsep tahapan-tahapan pada proses tersebut. Sedangkan untuk jenis foto still life, fotografer melakukan teknik pencahayaan yang mengandalkan ambient light atau cahaya yang sudah tersedia dan dengan mengatur shutter speed dan bukaan diafragma yang tepat agar fokus terlihat natural dan terfokus pada satu titik saja. Sedangkan untuk fotografi dokumentasi dikonsep sesusai kebutuhan untuk data pada buku ini dan biasanya digunakan pada saat live perform dengan hanya menggunakan teknik dasar pada fotografi. 4) Konsep Layout Pada buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi ini, penataan layout yang digunakan menggunakan gaya desain simetris dengan menggunakan white and black space untuk lebih atau ruang kosong dimana pada buku ini dirancang untuk lebih menitik beratkan visual foto ataupun pada bagian narasi, untuk narasi memakai disesuaikan dengan background dengan tujuan agar keterbacaan pada narasi bisa lebih terbaca dengan jelas. Untuk keseluruhan model layout lebih mengutamakan visual layout yang simetris dengan tujuan memberikan tampilan visual yang seimbang. Berikut beberapa tampilan layout pada buku kesenian tari topeng Betawi :
Layout cover Depan dan Belakang (Tri Cahyo M S, 2012)
Layout ucapan terima kasih (Tri Cahyo M S, 2012)
Layout kata pengantar dan daftar isi (Tri Cahyo M S, 2012)
Layout pendahuluan dan hal. tema Betawi (Tri Cahyo M S, 2012)
Layout hal. isi Betawi dan hal. tema tari topeng tunggal (Tri Cahyo M S, 2012)
Layout hal. isi tema tari topeng tunggal dan hal. alat musik pengiring (Tri Cahyo M S, 2012)
Layout hal. isi tema alat musik pengiring dan hal. tema pengrajin topeng Betawi (Tri Cahyo M S, 2012)
Layout halaman isi tema pengrajin topeng Betawi dan hal. penutup (Tri Cahyo M S, 2012)
LAYOUT MEDIA PENDUKUNG
Layout Poster (Tri Cahyo M S, 2012) Layout X- Banner (Tri Cahyo M S, 2012)
PENUTUP Kesimpulan Buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi dirancang sebagai media komunikasi visual tentang kesenian tari topeng Betawi dengan harapan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang kesenian tari topeng Betawi sehingga menghasilkan pencitraan kesenian tari topeng Betawi dalam bentuk fotografi. Buku tentang kesenian tari topeng Betawi ini menggunakan metode fotografi digital yang dipadu dengan tambahan pencahayaan untuk beberapa teknik foto yang dapat menambah nilai estetik pada jenis foto tertentu. Tujuan perancangan buku ini adalah mengenalkan dan mempresentasikan kesenian tari topeng Betawi dengan menunjukkan elemenelemen yang terkandung didalam kesenian tersebut dalam bentuk fotografi. Saran 1. Buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi ini sebaiknya ditujukan kepada kalangan umum yang memiliki minat pada fotografi ataupun masyarakat umum yang ingin mengeti tentang kesenian tari topeng Betawi, karena buku ini memiliki penjelasan tentang kesenian tari topeng Betawi. Untuk kalangan fotografer buku ini bisa dijadikan referensi untuk konsep kultur budaya dan kesenian dalam objek fotografi. 2. Buku berbasis fotografi tentang kesenian tari topeng Betawi ini patut dijadikan sebagai media wawasan tambahan khususnya untuk daerah diluar penyebaran kesenian tersebut. 3. Maksimalkan media khususnya media komunikasi visual yang ada sebagai sarana untuk informasi serta pengetahuan yang terkait tentang kesenian tradisional Tari Topeng Betawi, karena kesenian tersebut merupakan salah satu warisan dari keanekaragaman Budaya yang ada di Indonesia. DAFTAR RUJUKAN Aditiawan, R. & Bianca, F. Belajar Fotografi Untuk Hobby dan Bisnis. Jakarta: Dunia Komputer. Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cinta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta. 2009. Porfil Seni Budaya Betawi. Jakarta : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta. 2009. Petunjuk Praktis Latihan Gerak Dasar Tari Topeng Betawi. Jakarta : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Moleong, Lexy. J. 2001. Metodologi Peneltian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Nugroho, Yulius Widi. 2011. Panduan Fotografi dengan Kamera Digital dan DSLR. Yogyakarta: Familia Pujiriyanto. Desain Grafis Komputer (Teori Grafis Komputer). Yogyakarta: C.V ANDI. Sarjono. 2005. Dasar-dasar Fotografi. Malang: Jurusan Seni dan Desain Sarwono, Jonathan. & Lubis,Hary. 2007. Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Wardiyanta. 2010. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: C.V ANDI. Wijaya, Husein. 1976. Seni Budaya Betawi, Pralokakarya Penggalian dan Pengembangannya. Jakarta : Pustaka Jaya Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang. Website: http://www.jakarta.go.id/topengbetawi http://bekasikita.multiply.com/journal/item/16/Topeng_Kaleng_Negosiasi_Seni_d an_Industri http://www.jakarta.go.id/budayabetawi http://www.photokunst.com/artists-photographers.php http://www.focusnusantara.com/articles/memahami_white_balance http://dewey.petra.ac.id/dts_directory_subdir.php?kode=778 http://muda.kompasiana.com/2010/11/21/jenis-jenis-foto-dan-tekniknya http://www.fotokita.net/tips-untuk-proyek-foto-dokumenter http://www.fotografionline.com/ portrait-fotografi.xhtml http://www.suryaonline.co/images/mengenal-jenis-foto-untuk-media