PERANCANGAN FILM DOKUMENTER KESENIAN WAYANG TOPENG MALANG NURUL FATKHURROKHIM M 3406100707
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
TOPENG MALANGAN o Kesenian Wayang Topeng Malangan memiliki unsur – yang terdiri atas cerita, karakter tokoh, ilustrasi musik, gerak tari serta nilai – nilai yang terkandung di dalamnya o Cerita lakon yang diangkat dalam drama tari topeng (wayang topeng) merupakan cerita Panji, berbeda dengan wayang purwa (ringgit, prawa) yang mengangkat lakon cerita Ramayana dan Mahabarata o Cerita Panji menjadi pertunjukan drama tari topeng yang sekarang disebut wayang topeng o Dalam perkembanganya Kesenian Wayang Topeng Malangan g sebagai g salah satu p produk turunan dari lakon Cerita Panji masih harus berbenturan dengan seni dan budaya modern yang juga terus mengalami perkembangan
o adanya kecenderungan masyarakat untuk memilih menonton televisi dari pada pertunjukan kesenian turut menghambat eksistensi kesenian Wayang Topeng Malangan, Hal ini menuntut kesenian W Wayang T Topeng M l Malangan t terus mempertahankan t h k eksistensinya o Kesenian Wayang Topeng Malangan yang ada saat ini berpusat di dua padepokan , yaitu Kecamatan Tumpang dan wilayah Kedungmonggo, Kecamatan Pakisaji o Kesenian Wayang Topeng Malangan di wilayah Kedungmonggo Kecamatan Pakisaji dikembangkan Kedungmonggo, oleh seorang maestro bernama Mbah Karimoen (90 tahun) o Eksistensi kesenian wayang topeng di wilayah Malang menunjukkan masih belum pudarnya induk dari lakon yang dimainkan dalam Wayang topeng yaitu Cerita Panji.
BUDAYA PANJI Dewan Kesenian Jawa Timur Mencanangkan Program Konservasi Budaya Panji. Program ini bertujuan mengangkat Budaya Panji sebagai ikon budaya asli Jawa Timur. Timur Budaya Panji merupakan cerita sastra berlatar belakang Kerajaan j Kediri – Jenggolo gg yyangg berkembangg menjadi akar budaya dan menghasilkan berbagai macam kesenian, baik kesenian panji secara utuh, maupun yang berupa bagian – bagian dari sastra panji. Beberapa kesenian yang bersumber dari sastra panji antara lain, lain seni ukir pada relief Candi Penataran, Seni Barongan g / Reog, g, Jathilan / Kuda Lumping, p g, Wayang Beber, Wayang Topeng.
Dewan Kesenian Jawa Timur berusaha mengangkat kesenian yang merupakan produk turunan dari d sastra panji tersebut b melalui l l Program Konservasi Budaya Panji. Salah satu yang diwujudkan dalam program tersebut adalah Film Dokumenter tentang produk – produk budaya p y p panji. j Melalui berbagai g media program tersebut diharapkan dapat mewujudkan upaya DKJT dalam revitalisasi Budaya d Panjiji sebagai b i ikon ik budaya b d Jawa Timur i
•Diagram Alir Program Konservasi Budaya Panji
Diagram Alir Program Konservasi Diagram Alir Program Konservasi Budaya Panji
Fenomena film dokumenter menjadi sebuah tren Buku Film tersendiri karena menyajikan fakta yang otentik. Literatur In – bertutur Docs Struktur film dokumenter umumnya Trend Film Dokumenter sederhana dengan tujuan agar memudahkan Wawancara penonton untuk memahami fakta‐fakta yang disajikan
FILM DOKUMENTER
Film dokumenter banyak digunakan untuk menyajikan informasi maupun pengetahuan di bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi maupun seni dan budaya memiliki kekuatan tersendiri dalam mengkomunikasikan subjek permasalahan secara audio visual. Sehingga, secara umum film dokumenter mampu merepresentasikan kompleksitas dan problematika yang terjadi pada kesenian Wayang Topeng Malangan kepada masyarakat secara komprehensive p berdasarkan realitas yyangg ada
FILM DOKUMENTER
IDENTIFIKASI MASALAH
Secara garis besar, permasalahan yang dialami senii dan d kebudayaan k b d t di i tradisional l di Indonesia I d i khususnya Malang memiliki kesamaan, yaitu adanya benturan kesenian tradisional di tengah derasnya arus globalisasi yang membuka kebudayaan dan kesenian asing untuk masuk ke Indonesia.
Masih rendahnya minat pemuda Kabupaten Malang terhadap kesenian daerah Kabupaten Malang. Masih rendahnya kegiatan Masih rendahn a kegiatan menonton/melakukan peretunjukan kesenian drama / pedalangan di Jawa Timur maupun di drama / pedalangan di Jawa Timur maupun di Indonesia
Grafik Minat Remaja Kabupaten Malang terhadap Kesenian Tradisional Masih rendahnya minat pemuda
Kabupaten Malang terhadap Kabupaten Malang terhadap Sangat Sangat Tidak Berminat; kesenian daerah Kabupaten Malang. Beminat; , 17,625%
Beminat; 26,375%
13 250% 13,250%
Tidak Berminat; 42,750%
Kesenian Wayang Topeng Malangan merupakan salah satu seni pertunjukan yang masih eksis yang Masihmerupakan Masih rendahnya kegiatan rendahnya k produk d kkegiatan seni turunan dari d sastra Panji (Budaya Panji). Budaya panji merupakan sebuah menonton/melakukan peretunjukan induk budaya yang menghasilkan produk turunan kesenian drama / pedalangan di Jawa berupa, seni pertunjukan, seni rupa maupun Budaya y dip panji j merupakan p induk budaya y Timursastra. Timur maupun di Indonesia maupun Indonesia yang berlatar belakang kerajaan di jawa timur, yaitu masa kerajaan Kadiri (kediri) dan Singosari. Dimana i Dinas i Kebudayaan b d d Pariwisata dan i i Propinsi i i Jawa Timur melalui Dewan Kesenian Jawa Timur sedang melaksanakan Konservasi Budaya Panji yang nantinya Budaya Panji akan diangkat sebagai icon budaya Jawa Timur
Kesenian Wayang Topeng Malangan merupakan salah pertunjukan Kesenian Wayang satu seni satu seni pertunjukan yang masih eksis yang merupakan yangTopeng masih Merupakan eksis yang kesenian merupakan khas wilayah Malang produk seni turunan dari sastra Panji (Budaya Panji). Hanya ada satu padepokan yang memiliki Budaya panji Budaya panji merupakan sebuah induk budaya yang merupakan sebuah agenda d pasti ti pertunjukan t j k induk k budaya kesenian i Wyang Wayang menghasilkan produk turunan berupa, seni pertunjukan, Topeng Malangan, yaitu padepokan Asmoro seni rupa maupun seni rupa maupun sastra. Budaya panji merupakan Budaya panji merupakan Bangun sastra. di Kedung Monggo Kec. Pakisaji. Pakisaji Kegiatan pertunjukan dilaksanakan setiap hari induk budaya yang berlatar belakang kerajaan di jawa senin legi (kediri) (pada kalender jawa) timur, yaituminggu timur, yaitu masa kerajaan Kadiri (kediri) dan Singosari. masa malam kerajaan Kadiri dan Singosari. pada setiap bulanya. Kegiatan Pementasan Dimana Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa tersebut baru dilaksanakan dalam satu tahun Timur melalui Timur melalui Dewan Kesenian Jawa Timur sedang Dewan Kesenian Jawa Timur sedang t khi terakhir melaksanakan Konservasi Budaya Panji yang nantinya Budaya Panji akan diangkat sebagai icon budaya Jawa Budaya Panji akan diangkat sebagai icon budaya Jawa Timur
Pertunjukan kesenian Wayang Topeng Malangan hanya diselenggarakan pada tempat‐tempat tertentu dan tidak mudah dijangkau oleh semua golongan peminat.
Kesenian Wayang Topeng Malangan memiliki makna dan filosofi dari segi cerita, karakter tokoh, gending, maupun gerak tari serta perkembanganya. Makna yang terkandung d l dalam setiap ti elemen l yang ada d perlu l diterjemahkan Pertunjukan kesenian Wayang Topeng agar peminat kesenian Wayang Malangan hanya diselenggarakan pada Topeng Malangan dapat memahami secara utuh tempat‐tempat tertentu dan tidak mudah dan proporsional dijangkau oleh semua golongan peminat.
BATASAN MASALAH Kesenian Wayang Topeng Malangan memiliki makna dan filosofi dari segi memiliki makna dan filosofi dari segi cerita, karakter tokoh, gending, maupun Analisa kesenian topeng Malangan sebagai isi gerak tari serta perkembanganya. Makna film dokumenter yang terkandung yang terkandung dalam setiap elemen dalam setiap elemen Analisa l audiens, d analisa l media d fl film dokumenter yang sesuai dengan audiens yang ada perlu diterjemahkan agar peminat kesenian Wayang Topeng Malangan dapat memahami secara utuh Malangan dapat memahami secara utuh dan proporsional
RUMUSAN MASALAH “ Bagaimana merancang sebuah media berupa film dokumenter yang mampu menggambarkan semangat dan eksistensi kesenian Wayang Topeng Malang “ k k l “
TUJUAN UJU PENELITIAN
Sebagai media audio visual yang mampu memperkenalkan kembali Kesenian Topeng Malangan sebagai salah satu warisan budaya, sekaligus untuk menjaga kesenian tradisonal yang ada
Meningkatkan minat target audience terhadap kesenian wayang topeng malangan
MANFAAT PENELITIAN
Secara teoritis Film Dokumenter ini akan berfungsi g untuk mengkomunikasikan g kompleksitas yang ada pada kesenian Wayang y g Topeng p g Malangan g sehingga gg mampu memperluas proses regenerasi Kesenian Topeng p g Malangan. g
Secara akademis penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian tentang perancangan film dokumenter yang bertema budaya, khususnya Kesenian Topeng Malangan
Pada praktiknya, media film dokumenter dapat digunakan sumber pembelajaran dan di distribusikan kepada stakeholder yang membutuhkan.
Bagi pemerintah di wilayah Malang Raya penelitian ini dapat digunakan sebagai media informasi dalam pelestarian Kesenian Topeng Malangan
Bagi Mahasiswa Desain Komunikasi Visual penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan tugas perancangan film dokumenter dan perancangan film dokumenter tentang Kesenian Topeng Malangan.
TINJAUAN PUSTAKA
FILM DOKUMENTER Sejarah Film Dokumenter o IIstilah il h "dokumenter" "d k " atau documentary d (b h (bahasa Inggris), merupakan turunan dari kata Perancis, documentaire Yang berarti, documentaire. berarti sebuah film atau pembicaraan yang menggambarkan perjalanan di suatu negeri tertentu. o Dokumenter merupakan sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang b i i tentang berisi t t perjalanan j l (t (trevelogueas) l ) yang dibuat pada tahun 1890an. o Istilah lain film dokumenter adalah film non fiksi yang mengacu pada istilah John Grierson (1898 ‐ 1972)
PENDEKATAN FILM DOKUMENTER Pendekatan Exspository p y o Dokumenter dengan g pendekatan exspository p p y menampilkan pesannya kepada penonton secara langsung, baik melalui presenter maupun melalui narasi. o Gambar yang ditampilkan disusun untuk menunjang argumentasi yang disampaikan oleh narasi, gambar telah disusun berdasarkan narasi yyangg sudah dibuat dengan g p prioritas tertentu.
o Argumentasi yang dibangun dalam exspository umumnya b if bersifat did k ik didaktik, b bertendensi d i memaparkan informasi secara langsung kepada penonton bahkan mampu mempertanyakan penonton, baik‐buruk suatu fenomena berdasarkan pijakan moral tertentu, umumnya mengarahkan penonton pada satu kesimpulan secara langsung.
Observatory / Direct cinema Observatory / Direct cinema o Aliran ini muncul sebagai bentuk ketidakpuasan para pembuat film dokumenter terhadap model pendekatan expository, dan pendekatan yang bersifat observasi ini utamanya ingin merekam kejadian secara spontan, natural dan tidak dibuat‐ buat. o Pendekatan direct cinema menekankan pada kegiatan shooting yang informal tanpa tata lampu khusus ataupun persiapan‐persiapan persiapan persiapan yang telah dirancang sebelumnya.
o Kekuatan mereka adalah kesabaran untuk menunggu kejadian‐kejadian k j di k j di yang signifikan i ifik berlangsung di hadapan kamera, sehingga menuntut persiapan yang matang serta analisis dan perhitungan waktu yang tepat. o Dalam produksinya cenderung pasif dan menunggu apa yang akan terjadi terhadap peristiwa yang akan direkam.
Cinema Verite o Pendekatan ini sangat menyadari adanya proses representasi yang terbangun antara pembuat fil dengan film d penonton, t seperti ti halnya h l pembuat b t film dengan subjeknya. o Pembuat film justru tampil menempatkan diri sebagai orang pertama sebagai penyampai issue, tidak jarang tampil in‐frame untuk mengingatkan penonton bahwa pembuat film juga bagian dari film tersebut.
RAGAM DOKUMENTER Sejarah dan Biografi j g Dokumenter selalu melihat kedalam peristiwa‐peristiwa bersejarah dan biografi tokoh‐tokoh tokoh tokoh menjadi sebuah hal yang penting dan menarik. Contohnya y adalah: • Maestro, program di Metro TV, yang memprofilkan tokoh‐tokoh yang unik, hebat, dan berprestasi di bid bidang masing‐masing. i i T k h semacam Rudy Tokoh R d Hartono (pemain bulu tangkis), Rosihan Anwar ((wartawan senior), ), Teguh g Karya y ((sutradara kawakan), Bing Slamet (penyanyi, pengarang lagu, dan komedian), layak dijadikan profil.
•
Perjalanan Islam di Indonesia, program di Trans TV, yang menggambarkan sejarah masuknya Islam ke Indonesia, Indonesia dengan berbagai peninggalan budaya dan sejarahnya yang unik di berbagai daerah.
Docudrama Dokudrama tidak sama dengan dokumenter, karena film‐film ini yang dibuat adalah karya fiksi yang diturunkan dari kehidupan atau manusia nyata, nyata dan sejarah peristiwa‐peristiwa nyata
Dokumenter perilaku (documentaries of behavior) Menjadikan perilaku manusia sebagai obyeknya Kamera K d dan peralatan l t perekam k yang ringan, i serta t mudah dibawa kemana saja. Memungkinkan bagi pembuat dokumenter untuk mengikuti orang dan mengamati perilaku mereka dalam film atau videotape.
PROSES PEMBUATAN FILM DOKUMENTER
PRA PRODUKSI
PRODUKSI
PASCA PRODUKSI
KESIMPULAN STUDI EKSISTING
Judul Film Produser Sutradata Tahun Pembuatan Channel Tema Genre Durasi
: The Last Royals : Susan Todd & Andrew L Youngg : Susan Todd & Andrew L Young : 2004 : National Geographic : Kebudayaan : Ekspostory : 50 menit
Judul Film Produser Sutradata Tahun Pembuatan Channel Tema Genre Durasi
: Lost Tample to The Gods : Jane Amstrongg : Jane Amstrong : 2003 : Discovery Channel : Sejarah Mesir Kuno : Ekspostory : 50 menit
KONSEP DESAIN
TARGET AUDIENCE Gambaran audience adalah dewasa dengan jarak umur antara t 19 50 tahun 19‐50 t h dan d dianggap di mempunyaii potensi besar untuk mendapatkan reaksi terhadap hal yang berkaitan dengan seni dan budaya
SEGMENTASI DEMOGRAFI Usia
: 19 – 24 tahun ( dewasa awal ) 25 – 35 tahun ( dewasa lanjut ) 36 – 50 tahun ( separuh baya ) h ( hb ) Jenis Kelamin : L & P SES : kelas menengah : kelas : kelas atas Pengeluaran g : > Rp.1.500.000,‐ p Geografis : Urban khususnya kota‐kota di Jawa Timur Interest : bidang bid sosial, seni i l i budaya, b d jurnalistik dan dokumenter
K kt i tik Karakteristik Berdasarkan B d k t target t karakteristik k kt i tik golongan l peminat i t kesenian tradisional, maka Target audien yang akan disasar akan dikelompokkan menjadi target audience primer dan sekunder. o Target Primer, adapun target primer ini memiliki karekteristik sebagai berikut : ‐ Budayawan dan atau praktisi seni budaya ‐ Peneliti P liti senii budaya b d t di i tradisional l ‐ Pecinta wayang topeng ‐ Mahasiswa seni tari ‐ Mahasiswa antropologi
o TTarget Sekunder S k d Segmen lebih luas dibanding dengan Target Primer, bersifat lebih umum dan cenderung tidak memiliki keterkaitan langsung dengan media maupun konten film dokumenter, namun tetap memiliki potensi. Kriterianya: 1. Mereka adalah kelompok p yyangg kerap p tampil p p pada berbagai g acara untuk memperluas networking 2. Kelompok yang peduli terhadap perkembangan lingkungan sekitar 3. Memiliki aktifitas tinggi 4. Biasanya bersinggungan dengan dunia jurnalistik 5 Mengamati isu – isu yang berkembang di masyarakat 5. 6. Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi 7. Memiliki ketertarikan tersendiri terhadap seni dan budaya 8 Seni 8. S i budaya b d adalah d l h sebuah b h bentuk b t k apresiasi i i yang merupakan k bagian dari kebutuhan diri. 9. Seni tradisional adalah perwujudan budaya bangsa dan perlu dilestarikan.
KONSEP FILM DOKUMENTER
KONSEP DESAIN
KONSEP DESAIN Konsep desain pada perancangan film dokumenter kesenian wayang topeng malangan ini adalah “spirit of l l identity” local id i ” dan d dijabarkan dij b k dalam d l d makna, dua k yaitu: i o Makna Denotatif Spririt : semangat , kegairahan Local identity : identitas (budaya) lokal Sehingga bila digabungkan, maka secara denotatif “spririt of local identity” diartikan sebagai gairah identitas (budaya lokal)
o Makna Konotatif Kesenian wayang y g topeng p g malangan g merupakan p kesenian khas wilayah malang yang merupakan produk turunan dari budaya (sastra) Panji, di dimana sastra t panjiji tersebut t b t merupakan k budaya b d asli Indonesia. Dengan semangat yang dimiliki, kesenian wayang y g topeng p g malangan g tetap p hidup p dan berkembang sebagai sebuah identitas budaya lokal.
KRITERIA DESAIN Dalam penyusunan kriteria desain dipelajari kebutuhan – kebutuhan dalam film dokumenter yang disesuaikan dengan konsep yang telah disusun yang meliputi : (1) unsur cerita, (2) unsur cinematografi
Mise – En ‐ Scene Dalam hal ini Mise – En – Scene terdiri dari : o Setting ( Latar) g( ) Setting dalam film dokumenter adalah lokasi asli dimana pengambilan gambar itu akan dilaksanakan, dimana setting tersebut tidak dilakukan manipulasi untuk membentuk suasana tertentu.
Gambar 4.2
Contoh lokasi pengambilan gambar
o Kostum dan tata rias (make‐up), tidak digunakan saat produksi film melainkan hanya saat pementasan Wayang Topeng Malangan. o Pencahayaan (lighting) o Para pemain dan pergerakanya (akting)
Unsur Sinematografi Merupakan salah satu komponen utama dalam sebuah film, penggambaran cerita ditampilkan secara visual. Berdasarkan t i sudut teori, d t pengambilan bil gambar b dibagi dib i menjadi j di tiga ti yaitu: it high angel (sudut pandang tinggi), normal (sudut pandang normal) dan low angel (sudut pandang rendah) Sedangkan dalam pembingkaian gambar atau framing terdiri atas beberapa macam, berikut adalah teknik framing yang akan digunakan:
Gambar 4.3 Framing Kamera
1. Frammingg A. Dimensi Frame
Dalam film dokumenter tentang wayang topeng malang ini, ini aspect ratio yang digunakan adalah wide screen 16:9 dengan resolusi HDV 920 25fps. Pada proses p p pengambilan g ggambar,, framingg berfungsi g menampilkan suatu citra pada objek yang mencakup lanscape, potrait, maupun detail objek.
B. Jarak Pengambilan Gambar NO JJenis i 1 Extreme Long Shoot (XLS)
2
Long Shoot (LS)
3
Medium Long Shoot (MLS)
4
Medium Shoot (MS) Medium Shoot (MS)
Vi l Visual
Kett K Digunakan untuk menggambarkan panorama, atau objek yang jaraknya sangat jauh. digunakan untuk establis shoot, untuk mengawali shoot dengan jarak yang shoot dengan yang lebih pendek. Digunakan untuk menggambarkan suasana yang relatif seimbang. Digunakan untuk mengawali shoot wawancara, dan menguatkan subjek utama dalam frame
5
Medium Close Up (MCU)
Digunakan untuk penekanan subjek pada saat wawancara
6
Close Up (CU)
Digunakan untuk menangkap detai subjek, baik ekspresi maupun karakteristik subjek
7
Extreme Close Up (XCU) Extreme Close Up (XCU)
Digunakan untuk menangkap hal yang memiliki karakteristik tertentu yang ingin ditekankan
C. Sudut Pengambilan Gambar NO Jenis 1 High angle
2
Low angle
3
N Normal l angle l
Visual
Tabel 4.3 Sudut Pengambilan Gambar
Ket Untuk menguatka suatu kesan tertekan, atau hal yang dianggap lebih kecil Digunakan untuk menguatkan kesan dominan,keagungan, dan segala sesuatu yang lebih besar S d t pandang Sudut d mata t normal, menampilkan estblis suasana tertentu secara normal.
1. Tonalitas Warna dan tone yang muncul pada film yang diciptakan untuk menampilkan kesan tersendiri, agar sesuai dengan konsep desain. desain Pengaturan tone warna berupa brightness dan contras digunakan p kesamaan warna antar scene. untuk mendapatkan Untuk menguatkan kesan spirit yang ada dalam konsep, maka tingkat saturasi pada gambar di i k k Sehingga ditingkatkan. S hi gambar b terkesan k l bih kuat lebih k dan dinamis.
No Jenis 1 Kontras & Brightness
2
warna
Visual
Ket perbandingan brightness lebih begitu tajam disbanding kondisi normal, namun kesan tetap natural. Untuk objek yang diabil secara close up Warna cenderung tidak begitu tajam, namun tetap natural Sedangkan untuk objek dengan pengambilan long shoot warna lebih ditingkatkan karena umumnya pengambilan bil gambar b dilakukan diluar ruangan dengan pencahayaan yang relatif besar, besar khususnya di siang hari
3. Tipografi Tipografi p g yyangg digunakan g disesuaikan dengan g karakter kesenian wayang topeng, yaitu luwes namun tetap lugas. Font jenis Yellowtail yang bergaya hand writing dipilih karena mewakili sifat luwes dan lugas tersebut. Untuk keperluan bodytext jenis font yang digunakan adalah Tin Doghouse dimana masih memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi dan tetap dapat mewakili kesan luwes dan lugas. g Selain digunakan g sebagai judul pada film, juga dugunakan untuk material desain yang lain, seperti cover DVD dan material promosi lainya.
4. Elemen Grafis o Warna elemen Grafis o
Warna yang digunakan W di k pada d elemen l – elemen l grafis fi diambil dari warna karakter dalam Wayang Topeng. Hal ini untuk merepresentasikan spirit yang ada dalam wayang topeng.
KONTEN CERITA Gambaran umum tentang konten cerita yang terkait dengan wayang topeng di kedung monggo meliputi p : o Sejarah & Isi Wayang Topeng ‐ Sejarah wayang topeng di kedung monggo ‐ Budaya panji ‐ Lakon dalam Wayang topeng di Kedungmonggo ‐ Maestro Wang Topeng dari Kedungmonggo o Kondisi Kekinian Wayang Topeng Kedungmonggo ‐ Upaya p y memperkenalkan p kembali ‐ Regenerasi penari dan pengrawit
o Ritual ‐ Tradisi di i Gebyak b k Malam l senin i legi l i ‐ Suguh o Artefak (karya) ‐ Seni Pertunjukan Wayang Topeng Malang ‐ Karakter tokoh wayang topeng ‐ Industri Kerajinan Topeng Malang
DEVELOPMENT LAB
IDE CERITA Seperti halnya kesenian tradisional yang lain, kesenian ini juga mulai terpinggirkan. Namun para penggiat seni wayang topeng di kedung monggo tidak tinggal diam. Mereka tetap menyimpan semangat bahwa mereka harus terus berkarya. Dengan dilatarbelakangi keteguhan dalam melestarikan tradisi warisan leluhur penggiat seni di sanggar Asmoro Bangun bertekad mementaskan lagi kesenian yang telah vacuum.
FILM STATEMENT “ Sekelompok Sekelompok warga kedungmonggo yang yang terus berupaya menjaga tradisi dengan terus berupaya mementaskan kesenian khas wayang topeng malang secara rutin untuk mempertahankanya sebagai sebuah id tit b d identitas budaya ” ”
IMPLEMENTASI DESAIN
Film Dokumenter Pada perancangan film dokumenter tentang kesenian wayang topeng malang ini, menghasilkan sebuah film yang bercerita tentang bagaimana upaya Sanggar Asmoro bangun dalam menjaga tradisi ditengah jaman modern seperti saat ini. Dalam tahap ini film dokumenter yang dihasilkan dikemas dalam format DVD.
Sinopsis Cerita “ Ketika banyak seni tradisi yang telah mati suri, wayang topeng di kedungmonggo justru ingin mengembalikan kejayaan yang pernah mereka raih. Dengan semangat melestarikan tradisi mereka bangkit. Segala upaya mereka kerahkan ditengah keterbatasan. Kreatifitas dan darah seni yang mengalir menuntun mereka menemukan jalan untuk ter s melestaikan tradisi pementasan wayang terus a ang topeng setiap malam senin legi. Mereka giatkan industri kerajinan yang tidak hanya y menghasilkan g topeng p g untuk p pertunjukan j tetapi p juga topeng – topeng untuk keperluan souvenir yang berupa hiasan dinding hingga gantungan kunci. Meski tak ada pemasukan k d i setiap dari i pementasan rutin i di pendopo d Asmoro Bangun, hasil penjualan topeng – topeng mereka dapat menjaga tradisi agar tetap hidup. hidup.”
Format Film Kemasan Film Dokumeneter tentang kesenian wayang topeng malang di Kedungmonggo adalah format DVD d dengan spesifikasi ifik i : Format : HD Video 720p Resolusi : 960 X 720 : 960 X 720 Frame Rate : 25 fps Durasi : max 24 menit
Treatment Visual Treatment Visual Treatment Visual adalah sebuah ilustrasi untuk membentuk cerita secara visual. i l Sehingga S hi d t menjadi dapat j di gambaran b cerita it yang utuh t h dalam d l membuat film dokumeneter. Judul : Walik ing Topeng (dibalik topeng) Tema : Sosial Budaya Cerita : Semangat untuk mempertahankan warisan tradisi pertunjukan wayang topeng setiap malam senin legi dengan menggiatkan industri kerajinan topeng sebagai penopang operasional kegiatan. Potensi Konflik : Benturan budaya untuk tetap bertahan di era modern Elemen : Footage kegiatan sanggar Asmoro Bangun Footage pementasan wayang topeng di Kedungmonggo Footage pementasan Footage pembuatan topeng Footage keseharian warga Kedungmonggo Wawancara dengan pelaku seni di kedung monggo Durasi : +/‐ 20 menit
Poster Film Poster Film Poster film digunakan sebagai sarana publikasi film Poster tersebut berisi tentang informasi mengenai film.Poster konten film.
Kemasan CD / DVD Kemasan CD / DVD Kemasan DC / DVD merupakan bagian yang tak terpisahakan publikasi film dan merupakan kemasan dari film itu sendiri.
Slug & Title Slug & Title Desain slug & title adalah desain judul yang dirancang untuk nama karakter yang sedang tampil. tampil Tujuan dari desain ini adalah untuk memberikan keterangan tentang identitas subjek kepada pemirsa.
Catatan akhir Catatan akhir Sebuah keterangan yang diberikan pembahasan Catatan ini berfungsi pembahasan. keterangan yang telah disampaikan.
pada akhir memperjelas
Keterangan Penjelas Keterangan Penjelas Keterangan ini muncul pada saat subjek sedang menjelaskan suatu hal. Dengan adanya keterangan ini diharapkan pemirsa dapat lebih menarik perhatian dan sehingga pemirsa dapat menangkap informasi yang disampaikan secara lebih jelas.
KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan Dalam Perancangan Film Dokumenter Kesenian Wayang Topeng Malang dibuat untuk menyajikan fakta‐fakta menarik seputar Wayang topeng Malang. Media audio visual berupa film dokumenter dipilih karena dianggap memiliki keunggulan tersendiri dalam menyajikan fakta‐ fakta dan menangkap realita. Film dokumenter memiliki segmen tersendiri dan umumnya berkaitan dengan hal akademis. akademis
KESIMPULAN dan SARAN Saran •
Dalam Perancangan Film Dokumenter perlu sebuah komunikasi yang intensif khususnya dengan subjek
•
Terbuka dengan bersinggungan.
•
Perlu adanya media – media lain yang mengangkat tema tentang seni tradisi yang berkasis kearifan lokal
bidang
ilmu
yang
lain
yang