PERANCANGAN ALAT PENUTUP LUKA SAAT MANDI Vivi Triyanti; Marco Margana Jurusan Teknik Industri – Fakultas Teknik Unika Atma Jaya Jakarta
[email protected]
ABSTRACT When bathing, wound in human skin is likely to be exposed to water. Somehow, it would cause discomfort. The use of the wound cover (plaster, band aid, bandage) is less than satisfactory when used as taking a bath. This research will develop wound closure products in the bath, from the stage of concept development, design system level, and planning level of details. Results from trials of potential users indicate that this tool successfully met consumer needs and technical requirements which are prioritized to be developed. Keywords: wound, bathing, product development
ABSTRAK Ketika mandi, luka pada kulit manusia kemungkinan besar akan terkena air. Hal ini sedikit banyak akan menyebabkan ketidaknyamanan. Penggunaan alat penutup luka (plester, band aid, perban) yang ada kurang memuaskan bila digunakan ketika mandi. Pada penelitian ini akan dilakukan pengembangan produk penutup luka saat mandi, mulai dari tahap pengembangan konsep, perancangan tingkat sstem, dan perencangan tingkat detil. Hasil dari uji coba terhadap pengguna potensial menunjukkan bahwa alat ini berhasil memenuhi kebutuhan konsumen dan kebutuhan teknis yang diutamakan untuk dikembangkan. Kata kunci : luka, mandi, pengembangan produk
12
INASEA, Vol. 13 No.1, April 2012: 12-25
PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang tidak terduga. Manusia menjalani aktivitas yang kadang dapat membahayakan diri sendiri. Seperti pada saat melakukan refreshing, banyak pekerja dan pelajar bermain sepak bola atau futsal yang kadang dapat menyebabkan para pemainnya terjatuh dan luka. Mungkin pada saat terjatuh, para pemainnya belum merasakan sakit dari luka itu, tetapi pada saat mandi mereka akan mengeluh kesakitan karena luka yang baru mereka dapatkan terkena air yang bercampur dengan air sabun. Banyak orang yang masih mengalami kesulitan saat menutupi luka ini. Hal ini ditemukan oleh peneliti setelah peneliti terlebih dahulu melakukan wawancara dengan 30 responden. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Tabel Keluhan
Jenis Keluhan Tidak menutup luka secara keseluruhan Sakit ketika dilepaskan Menempel pada luka Ngerembes air Tidak merekat dengan baik ketika tekena air
Jumlah Keluhan 10 10 4 22 12
Terasa gatal di kulit
1
Warna kurang menarik Mudah Kotor Sulit mencari plastik yang pas Perih ketika mandi
1 1 1 3
Peneliti melihat adanya peluang untuk membuat alat penutup luka yang baru sehingga dapat memberi variasi bagi konsumen dalam pemilihan produk penutup luka yang ada di pasaran. Alat ini terutama digunakan pada saat mandi. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi kebutuhan masyarakat akan penutup luka yang baik; (2) mencari spesifikasi teknis alat penutup luka; (3) mengembangkan konsepkonsep alat penutup luka; dan (4) melakukan analisis dan uji coba terhadap konsep alat penutup luka terpilih.
Tinjauan Pustaka
Menurut Ulrich & Eppinger (2001), enam fase dalam proses pengembangan secara umum adalah perencanaan, pengembangan konsep, perancangan tingkatan sistem, perancangan detil, pengujian dan perbaikan, dan produksi awal. Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai zerofase karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual. Kemudian, pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Konsep adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan
Perancangan Alat Penutup… (Vivi Triyanti; Marco Margana)
13
biasanya dibarengi dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing serta pertimbangan ekonomis proyek. Fase perancangan tingkatan sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem serta komponen. Gambaran rakitan akhir untuk sistem produksi biasanya didefinisikan selama fase ini. Output pada fase ini biasanya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir. Arsitektur produk, mendiskusikan beberapa kegiatan penting dari perancangan tingkat sistem. Fase perancangan detil mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material dan toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang dibuat dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk: gambar pada file komputer tentang bentuk tiap komponen dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dibeli, serta rencana proses untuk pabrikasi dan perakitan produk. Perancangan untuk proses manufaktur, menyiapkan diskusi dari beberapa permasalahan yang ditemui pada fase perancangan detail. Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) biasanya dibuat dengan menggunakan komponen-komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang dilakukan pada produksi sesungguhnya. Prototipe alpha diuji untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan yang direncanakan dan apakah produk memenuhi kebutuhan kepuasan konsumen utama. Prototipe berikutnya (beta) biasanya dibuat dengan komponen-komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya. Prototipe beta dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh konsumen dengan menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototipe beta biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahanperubahan secara teknik untuk produk akhir. Pembuatan prototipe memberikan diskusi keseluruhan mengenai prototipe dan kegunaannya. Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produkproduk yang dihasilkan selama produksi awal terkadang disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang timbul. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi sesungguhnya biasanya tahap demi tahap. Pada beberapa titik pada masa peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan.
14
INASEA, Vol. 13 No.1, April 2012: 12-25
METODE Adapun tahap-tahap metode penelitian dalam proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Metodologi Penelitian
Pengembangan konsep dilakukan agar didapat perbandingan antara alternatif yang satu dengan alternatif yang lainnya. Untuk melakukan pengembangan konsep ini, peneliti membuat PDS (Product Design Spesification) awal serta menggunakan morphological chart untuk membantu melakukan proses pengembangan. PDS merupakan spesifikasi dasar untuk mengontrol
Perancangan Alat Penutup… (Vivi Triyanti; Marco Margana)
15
desain produk yang akan dibuat. Dalam pembuatan PDS ini peneliti akan menghindari gambaran bentuk produk yang telah diprediksi peneliti sebelumnya. Pada pembuatan PDS ini, peneliti akan menjabarkan produk dalam beberapa informasi, seperti: nama produk, tujuan pembuatan produk, kebutuhan yang bisa dikembangkan, produk pesaing, target pasar, pegunaan produk, functional performance, dan physical requirements. Morphological chart merupakan kegiatan menyusun urutan langkah pemakaian alat penutup luka dari mengambil kemasan produk sampai meletakkan produk yang telah digunakan. Morphological chart juga membangkitkan dan membandingkan alternatif-alternatif dari setiap urutan langkah yang dilakukan dalam pemakaian alat penutup luka ini. Setelah melakukan perbandingan, maka dapat dipilih alternatif yang terbaik dari beberapa alternatif yang ada. Pembuatan morphological chart ini bertujuan untuk menemukan kombinasi dari ide yang membentuk konsep desain yang mungkin belum ditemukan. Konsep-konsep yang sudah dibentuk selanjutnya diseleksi dengan cara penyaringan konsep dan kemudian dengan cara penilaian konsep. Dalam penilaian konsep dilakukan dengan metode Pugh’s Concept Selection. Pada tahap Perancangan Tingkat sistem, konsep produk diuraikan menjadi subsistem serta komponen-komponen. Tujuannya agar didapat spesifikasi fungsional dari tiap subsistem produk. Perancangan tingkat sistem ini terdiri dari Pembuatan Arsitektur Produk dan Pembuatan Desain Konfigurasi. Arsitektur produk menjelaskan komponen-komponen produk terhadap apa yang mereka kerjakan dan bagaimana hubungan antara komponen yang satu dengan komponen lain dalam produk tersebut. Hasil dari pembuatan arsitektur produk yaitu alat penutup luka yang telah terbagi menjadi beberapa chunk agar dapat memenuhi fungsinya. Hasil pada desain konfigurasi merupakan hal-hal yang berhubungan dengan bentuk dan part yang dibutuhkan untuk pembuatan produk. Pada pembuatan desain konfigurasi ini, peneliti akan melengkapi hasil dari pembuatan arsitektur produk dengan pemilihan material yang tepat untuk komponen-komponen produk serta spesifikasi ukuran dari setiap part dengan mempertimbangkan masukkan dari para ahli. Perancangan tingkat detail dilakukan sebelum produk maupun prototipe dibuat. Perancangan tingkat detail ini mencakup pembuatan gambar detail, pembuatan struktur produk dan BOM, dan penentuan proses produksi. Uji coba produk merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti untuk menguji hasil rancangan konsep produk yang terbaik kepada responden dengan tujuan mengetahui kekurangan-kekurangan apa saja yang mungkin masih terdapat pada rancangan produk ini. Berdasarkan hasil uji coba, hasil rancangan kemudian dianalisis. Pada tahap ini data yang telah diolah dibandingkan dengan hasil yang didapatkan. Bila hasil masih belum memuaskan, peneliti akan berusaha menganalisis kebutuhan-kebutuhan mana saja yang belum terpenuhi dan kendala apa yang terdapat dalam perancangan produk penutup luka itu. Bila hasil sudah memuaskan, peneliti akan menganalisis kebutuhan-kebutuhan konsumen apa saja yang terpenuhi oleh produk penutup luka yang dirancang, dan peneliti akan menganalisa apakah mungkin adanya kebutuhan lain untuk dikembangkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil proses identifikasi kebutuhan dari pengguna serta masukan dari para ahli, didapatkan sejumlah kebutuhan user dan kebutuhan teknis yang bersesuaian. Dengan menggunakan pendekatan House of Quality (HOQ) tahap 1 (concept design), maka ditentukan prioritas pengembangan kebutuhan user dan kebutuhan teknis.
16
INASEA, Vol. 13 No.1, April 2012: 12-25
Hasil proses pembuatan HOQ, adalah: (1) kebutuhan konsumen yang diutamakan untuk dikembangkan, yaitu: penutup luka yang dapat menutup luka secara keseluruhan, bahan penutup luka yang kedap air, dapat menutup luka dengan rapat; (2) kebutuhan teknis yang diutamakan untuk dikembangkan, yaitu: panjang penutup luka ≥ 10 cm dan lebar penutup luka > 5 cm, penutup luka memiliki ketebalan > 2 mm, kekuatan rekat perekat setelah terkena air. Target pengembangan tiap kebutuhan teknis terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kebutuhan konsumen, kebutuhan teknis, serta target No. 1 2 3 4 5
Kebutuhan Konsumen Dapat menutup luka secara keseluruhan Bahannya kedap air Dapat menutup luka dengan rapat Kemudahan cara pakainya Tidak mengganggu kulit
6
Ukurannya pas ketika digunakan
7
Tidak menempel pada luka
8 9
Kemudahan cara lepasnya Mudah dibawa
10
Dapat digunakan di beberapa anggota tubuh
11
Bahannya tahan air Perekatnya merekat dengan baik walaupun terkena air Jangka waktu pakai bahan yang lama Warna penutup luka menarik
12 13 14
Kebutuhan Teknis / Target Panjang penutup luka ≥ 10 cm dan lebar > 5 cm Material tidak tembus air Sisi-sisinya antibocor Cara pemakaiannya < 5 langkah Permukaan penutup luka halus Dapat menyesuaikan dengan ukuran panjang dan lebar tubuh Material yang digunakan tidak melekat pada luka Memiliki ketebalan > 2 mm Model penutup luka tidak mengenai luka Cara melepaskannya < 5 langkah Ringan Dapat menyesuaikan dengan ukuran panjang dan lebar tubuh Material tidak rusak terkena air Kekuatan rekat perekat setelah terkena air Tahan lebih dari 1 tahun Terdapat pilihan warna
Pada tahap pengembangan konsep ini peneliti akan membangun beberapa konsep yang sesuai untuk alat penutup luka yang akan dikembangkan. Selain membangun bentuk konsep yang sesuai pada tahap ini, peneliti juga akan membandingkan antarkonsep yang terbentuk. Untuk melakukan pengembangan konsep ini, peneliti akan menggunakan metode PDS ( Product Design Spesification ) awal serta menggunakan morphological chart. Pada Tabel 3 diberikan contoh morphological chart dari alat penutup luka saat mandi. Pada tulisan ini, tidak semua bagian dituliskan.
Perancangan Alat Penutup… (Vivi Triyanti; Marco Margana)
17
Tabel 3 Morphological chart alat penutup luka
* Tidak semua bagian dicantumkan
Dari hasil pembuatan Tabel 3, dapat dibentuk beberapa konsep alat penutup luka yang nantinya akan digunakan pada saat mandi. Dari 6 konsep yang berhasil dibangun, dipilih satu konsep terbaik menggunakan metode Pugh. Konsep terbaik diterangkan pada Tabel 4.
18
INASEA, Vol. 13 No.1, April 2012: 12-25
Tabel 4 Konsep alat penutup luka terpilih
No. 1
1.1.
Proses Pengambilan Fungsi Mudah dipindahkan
No. 2 2.1.
Cara Subfungsi
Fungsi
3.1.
3.2.
Permukaanya halus seperti plastik
Mudah diambil Mudah dibawa
Terdapat part pemegang Ringan
Proses Memakai produk Subfungsi
Mudah untuk dipakai
No. 3
Nyaman dipegang
Fungsi
Sedikit langkah pemakaiannya
Dengan cara direkatkan
Proses Penggunaan Subfungsi
Cara
Dapat menutup luka secara keseluruhan
Tersedia beberapa ukuran
Bahannya kedap air
Plastik
Sisinya antibocor
Perekatnya lebar, datar, dan dapat dikeraskan
Permukaannya halus
Parasut
Ukurannya pas ketika digunakan
Ukuran penutupnya bisa di adjust
Dapat menjaga luka tetap kering
Nyaman digunakan
Cara
*tidak semua bagian ditampilkan
Perancangan Tingkat Sistem dan Detail Pembuatan arsitektur produk adalah tahap awal dari perancangan tingkat sistem. Arsitektur produk ini berguna untuk menjelaskan komponen-komponen produk terhadap apa yang mereka kerjakan dan bagaimana hubungan antara komponen yang satu dengan komponen lain dalam produk tersebut. Pertama-tama dalam pembuatan arsitektur produk adalah pembuatan skema produk, dapat dilihat pada Gambar 2.
Perancangan Alat Penutup… (Vivi Triyanti; Marco Margana)
19
Gambar 2 Skema produk alat penutup luka di saat mandi
Pada pembuatan produk penutup luka terdapat beberapa bagian yang mendukung terbentuknya produk; di antaranya terdapat bagian badan, perekat kiri-kanan, tepi, penutup kirikanan, dan pemegang. Cara kerja produk penutup luka di saat mandi adalah: (1) badan: membungkus daerah yang terluka terutama dibagian tangan dan kaki; (2) perekat kiri-kanan: mengatur ukuran produk agar sesuai dengan badan pengguna; (3) tepi: memberikan kenyamanan pada kulit ketika digunakan; (4) penutup kiri-kanan: merekatkan produk sehingga dapat merekat pada badan pengguna; dan (5) pemegang: menyediakan tempat pagangan agar produk lebih mudah dipegang dan digunakan pengguna. Hasil pada tahap perancangan konfigurasi merupakan hal-hal yang berhubungan dengan bentuk dan part yang dibutuhkan untuk pembuatan produk. Pada pembuatan desain konfigurasi ini, peneliti akan melengkapi hasil dari pembuatan arsitektur produk dengan pemilihan material yang tepat untuk komponen-komponen produk, serta spesifikasi ukuran dari setiap part. Pada tahap perancangan parametrik, ukuran tiap part dilengkapi. Tabel 5 menggambarkan beberapa ukuran yang berhubungan Tabel 5 Desain Parametrik alat Dimensi Produk yang Berhubungan dengan Antropometri
Dimensi Antropometri
Persentil
Besar
Tebal paha
95 % wanita
165 mm
Lebar paha
95 % wanita
165 mm
Jarak dari pantat ke lutut
50 % pria
545 mm
Panjang penutup luka maksimum Panjang penutup luka minimum
20
INASEA, Vol. 13 No.1, April 2012: 12-25
Jarak dari lipat lutut ke pantat
50 % pria
450 mm
Lebar pemegang
Lebar ibu jari
95 % pria
23 mm
Panjang Pemegang
Tebal ibu jari
95 % pria
23 mm
Pada tahap Perancangan Tingkat Detail, digambarkan desain alat penutup luka dengan ukuran-ukuran setiap part-nya. Gambar detail ini akan disajikan dalam bentuk tiga dimensi dan dua dimensi agar dapat menampilkan bagian dalam dan bagian luar dari alat penutup luka. Pada gambar detail ini, bentuk rancangan alat penutup luka sedikit berbeda dengan bentuk yang telah dirancang pada konsep-konsep sebelumnya. Ini karena rancangan pada gambar detail ini telah disesuaikan dengan dimensi antropometri tubuh manusia. Berikut ini adalah gambar alat penutup luka dalam bentuk 2 dimensi yang dilengkapi dengan ukuran-ukurannya.
Gambar 3 Gambar Detail Ukuran Alat Penutup Luka Tampak Depan
Gambar 4 menunjukkan alat penutup luka beserta dengan nama komponennya dalam bentuk 2 dimensi untuk tampak depan, belakang, dan samping.
Perancangan Alat Penutup… (Vivi Triyanti; Marco Margana)
21
Gambar 4 Gambar Detail Ukuran Alat Penutup
Gambar 5 menunjukkan: (1) warna biru muda adalah palstik mika; (2) warna abu-abu muda adalah bahan parasut; dan (3) warna abu-abu tua adalah Velcro. Berikut merupakan struktur produk dari produk usulan.
Gambar 5 Struktur Produk Alat Penutup Luka di Saat Mandi
22
INASEA, Vol. 13 No.1, April 2012: 12-25
Analisis Alat penutup luka usulan berukuran panjang 41 cm dan lebar 15 cm, di mana penutup luka ini dapat menutup luka dengan ukuran 10 x 10 cm. Penutup luka ini juga memiliki ketebalan perekat 5 mm. Untuk bagian penutup, penutup luka tidak menggunakan penutup dengan bahan lem-leman tetapi dengan menggunakan perekat mekanik yaitu Velcro. Uji coba prototype yang dilakukan terhadap 30 responden. Responden yang akan diutamakan untuk mencoba alat penutup luka yang baru ini merupakan responden yang sering melakukan kegiatan olahraga. Setelah mencoba, responden akan diberikan lembar tingkat kepuasan alat penutup luka agar peneliti mendapatkan feedback kepuasan alat penutup luka terhadap performanya. Berdasarkan hasil uji coba alat penutup luka kepada 30 responden, peneliti mendapatkan hasil tingkat kepuasan responden, seperti pada Tabel 6.
Tabel 6 Tingkat Kepuasan Alat Penutup Luka No.
Kriteria
Plester
Tingkat Kepuasan Perban Plastik Kain Handuk
2.3
3.0
3.1
3.0
3.2
3.0
2 3 4 5
Kemampuannya untuk melindungi luka secara keseluruhan Bahannya yang kedap air Kemampuannya untuk menutupi luka dengan rapat Kemudahan cara pakainya Kenyamanannya ketika dipakai
2.6 2.5 3.1 2.9
2.0 2.0 2.0 1.0
2.8 2.7 2.6 2.6
2.0 3.0 3.0 3.0
2.1 3.0 2.4 2.4
3.2 3.2 3.2 2.8
6
Ukurannya yang pas ketika digunakan
2.4
3.0
2.6
3.0
3.0
3.0
7
Kemampuannya untuk tidak menempel pada luka
2.3
2.0
2.8
2.3
2.8
3.2
8
Kenyamanannya ketika dilepaskan
1.6
1.0
2.7
2.3
2.6
3.1
3.6
1.0
3.0
2.0
1.5
3.3
1
9
Kemudahannya untuk dibawa *tidak semua data ditampilkan
Pada Tabel 6, nilai-nilai yang ada merupakan hasil jawaban responden mengenai tingkat kepuasan alat penutup luka yang dirata-ratakan. Nilai yang peneliti berikan warna hijau merupakan nilai penutup luka tertinggi dari setiap kriteria. Bila dibandingkan dengan gol yang ingin dicapai peneliti, hanya kriteria kenyamanan ketika dipakai yang masih belum memenuhi gol. Selain itu, untuk kriteria kenyamanan ketika dipakai juga kalah memuaskan bila dibandingkan dengan penggunaan alat penutup luka lain seperti kain dan plester. Tabel 7 merupakan tabel perbandingan kebutuhan teknis yang menjadi ketentuan pembuatan alat penutup luka dengan hasil pembuatan alat penutup luka yang dibuat peneliti.
Perancangan Alat Penutup… (Vivi Triyanti; Marco Margana)
23
Tabel 7 Tabel Perbandingan Target (Kebutuhan Teknis) dengan Hasil yang Dicapai No. 1
Kebutuhan Konsumen Dapat menutup luka secara keseluruhan
Kebutuhan Teknis / Target Panjang penutup luka ≥ 10 cm dan lebar > 5 cm
2
Bahannya kedap air
Material tidak tembus air
9
Mudah dibawa
Ringan
10
Dapat digunakan di beberapa anggota tubuh
11
Bahannya tahan air
13
Jangka waktu pakai bahan yang lama
Dapat menyesuaikan dengan ukuran panjang dan lebar tubuh Material tidak rusak terkena air Tahan lebih dari 1 tahun
Spesifikasi Akhir Penjang penutup luka 10 x 10 cm Penggunaan bahan parasut dan plastik mika berhasil untuk tidak tertembus air Berat penutup luka 30 gram
Keterangan Berhasil mencapai target Berhasil mencapai target Berhasil mencapai target
Dapat menyesuaikan dengan ukuran lebar kaki saja
Belum berhasil mencapai target
Material tidak rusak terkena air
Berhasil mencapai target
Belum teruji
Belum teruji
*tidak semua data ditampilkan
SIMPULAN Dari penjelasan di atas ditemukan beberapa kebutuhan responden yang masih belum terpenuhi. Misalnya, penutup luka yang dibuat peneliti ini masih mengganggu kulit. Hal ini ditemukan peneliti setelah melakukan uji coba alat penutup luka ketika alat penutup luka ini diletakkan pada lutut dan pada bagian paha. Bagian penutup alat penutup luka ini yang tebuat dari velcro terasa tajam dipermukaan kulit pengguna. Masalah sebenarnya ada pada bagian tepi velcro, bagian tepi hasil potongan gunting menghasilkan sudut yang tajam. Hal ini mungkin bisa diatasi bila tepi velcro yang digunakan dipotong membulat sehingga tidak terdapat ujung tepi yang tajam. Kemudian, tidak dapat digunakan di beberapa anggota tubuh. Penutup luka yang dibuat peneliti khusus dibuat untuk menutup luka pada bagian kaki saja karena menurut hasil kuesioner yang disebarkan peneliti, sebanyak 46 % responden menjawab luka yang paling sering terjadi terletak pada bagian kaki. Sulit untuk peneliti menjadikan alat ini untuk bisa digunakan di beberapa anggota tubuh sekaligus. Salah satu solusi adalah alat penutup luka ini nantinya dibuat beberapa ukuran. Ada juga saat jangka waktu pakai bahan yang tahan lama. Kriteria jangka waktu pakai bahan ini sebenarnya bukan tidak dipenuhi oleh peneliti tetapi peneliti belum melihat apakah bahan yang digunakan peneliti ini mampu bertahan untuk jangka waktu yang lama mengingat keterbatasan waktu bagi peneliti untuk membuat laporan. Kriteria bahan penutup luka ini dikatakan cukup lama jika bahan yang digunakan mampu bertahan selama 10 tahun. Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang berada pada bab sebelumnya, serta tujuan penelitian yang peneliti buat maka kesimpulan yang didapat yaitu: (1) alat penutup luka saat mandi mempunyai bagian utama, yaitu badan (penutup luka, berbentuk menggelembung), perekat kiri dan kanan, tepi, penutup kiri dan kanan, serta bagian pemegang. Bahan dasar bagian badan terbuat dari bahan plastik mika, untuk perekat terbuat dari bahan dasar karet, bagian tepi dan
24
INASEA, Vol. 13 No.1, April 2012: 12-25
pemegang terbuat dari bahan dasar parasut, dan untuk bagian penutup terbuat dari bahan dasar velcro; (2) dalam uji coba diketahui bahwa dari 30 responden, sebagian besar puas dengan performa alat penutup luka saat mandi ini; (3) terdapat beberapa kebutuhan yang belum berhasil dipenuhi, yaitu: masih sedikit mengganggu di kulit pengguna, hanya dapat dipakai di bagian tubuh tertentu (kaki saja, badan saja, atau tangan saja).
DAFTAR PUSTAKA Ginting, Rosnani. (2010). Perancangan Produk. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hadi, S. (2000). Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Koeswara, A.P. (2008). Perancangan Ulang Produk Gagang Sapu Lantai. Tugas Akhir Sarjana. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta. Lindbeck, J.R . (1995). Product Design and Manufacture. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Malhotra, Naresh K. (2005). Riset Pemasaran. Bandung: Penerbit Alfabeta. Masli, A. (2009). Perencanaan dan Pengembangan Produk Chinese Burger dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) dalam Rangka Perencanaan Bisnis Restoran Fast Food . Tugas Akhir Sarjana. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta. Nagiga & Arty, N.W. (2009). Penyakit Anak Sehari-Hari (Menangani Anak Sebelum ke Dokter). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Nurmianto, Eko. (1998). Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Guna Widya. Purwanto, S. (2004). Statistika Untuk Ekonomi & Keuangan Modern. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Sugiyono. (2000). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta. Ulrich, K. T., and S. D. Eppinger. (2001). Perancangan dan Pengembangan Produk. Jakarta: Penerbit Salemba Teknika. Uyanto, S.S. ( 2006). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu. Widodo, I. D. (2005). Perencanaan dan Pengembangan Produk (Product, Planning & Design). Yogyakarta: UII Press. Yanto. (2007). Handout Mata Kuliah TKI-321 Analisis, Perancangan Sistem kerja dan Ergonomi. Jurusan Teknik Industri, Unika Atma Jaya Jakarta.
Perancangan Alat Penutup… (Vivi Triyanti; Marco Margana)
25