BAB III PERANCANGAN ALAT
3.1. Tujuan Perancangan dimaksudkan untuk memudahkan realisasi alat sehingga perancangan alat mempunyai peranan yang cukup penting. Tanpa perancangan yang matang, maka pembuatan alat menjadi sulit, karena tidak ada acuan dasar. Pada saat perancangan dilakukan sketsa rangkaian dan diagram blok sistem dari alat yang akan dibuat, kemudain dilakukan pemilihan rangkaian dan nilai komponen, termasuk harga komponen tersebut sehingga diharapkan biaya pembuatan alat menjadi murah namun tidak mengurangi kerja dari alat yang akan dibuat.
3.2. Diagram Blok dan Cara Kerja
Alat yang dibuat mempunyai diagram blok sebagai berikut : Pin1
Current ADC 0809
Pin8
DAT A CONTROL
Current
Port para rel
Sistem Vba
Monitor
Gambar 3.1 Diagram Blok Alat Prinsip Kerja Alat : Pada dasarnya, merupakan alat pencatat pemakaian daya seperti KWH meter yang umum dipakai pada rumah, namun disini menggunakan komputer sebagai pengolah data dan daya, dimana object yang dapat diukur jumlahya lebih dari satu. Alat ini sangat bermanfaat untuk digunakan pada perumahan atau kontrakan/kost, dimana setiap kamar dapat dimonitor pemakaian dayanya, dengan pengolahan data oleh komputer maka harga atau biling setiap kamar dapat diketahui. Sebagai
jantung
rangkaian,
digunakan
bahasa
pemprograman
yang
dibuat
menggunakan visual basic for application (vba) sebagai pengganti mikro kontroller, dimana program ini akan membaca data dari trafo arus dan mengirim bit data dari ADC tersebut ke PC
34
melalui port pararel yang ada pada PC. Untuk membaca daya yang terpakai digunakan trafo arus, dimana arus yang terdeteksi akan menunjukkan daya yang terpakai sesuai dengan rumus daya yaitu P = V x I. Arus yang terbaca kemudian diteruskan ke rangkaian ADC 0809, mengingat program VBA yang ada di sistem PC hanya dapat membaca data dalam format digital. ADC 0809 digunakan karena mempunyai 8 masukan, dimana sistem pembacaan data dikontrol oleh program VBA dimana setiap input (Pin1 –Pin8) dibaca secara bergantian melalui port pararel dalam waktu setiap 100 mS sgga semua data dapat terbaca.
3.3. Rangkaian Sensor Arus Rangkaian ini berfungsi sebagai pembaca arus yang terpakai, dimana arus yang terpakai menjukkan daya yang terpakai sesuai dengan rumus daya yaitu P = V x I. Sebagai sensor digunakan trafo arus dan resistor 1KΩ yang dipasang pararel. Tegangan yang terjadi pada trafo daya, disearahkan oleh resistor, sehingga dapat dihitung sesuai dengan rumus V = R x I. Gambar rangkaian keseluruhan dari trafo arus ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut :
Gambar 3.2 Diagram rangkaian transformator
35
Prinsip kerja trafo arus sama dengan trafo daya,jika pada kumparan primer mengalir arus I1, maka pada kumparan primer timbul gaya gerak magnet N1.I1, gaya gerak magnet ini mempruduksi fluks pada inti,kemudian membangkitkan gaya gerak listrik (GGL) pada kumparan sekunder,jika kumparan sekunder tertutup maka kumparan sekunder mengalir arus I2 sehingga menimbulkan (GGL) magnet N1I1 sehinnga berlaku persamaan :
N1I1=N2I2 atau I1/ I2 = N1/N2. Rumus perhitungan daya dimana : R (tahanan pada resistor ) P1 ( beban resistive ) V ( tegangan pada beban ) N1 ( lilitan primer pada trafo daya ) N2 ( lilitan sekunder pada trafo daya ) Rumus
P= V.I V= I. R
Sehingga
P=I.R
Sebagai contoh, jika daya beban sekitar 350 Watt maka arus yang mengalir pada sensor adalah I1 = P1 : V = 350 : 220 = 1.6 Amp I2=N1/N2*I1 Misal : N1 = 2 lilit
R = 1 k ohm
N2 = 100 lilit P1= 350 watt (beban resistive ) I1= P1 = P1/220 = 350/ 220 = 1,6 A I2= N1/N2*I = 2/ 100*1,6 = 32 mA VR = I2 * R = 32 mA * 1 k ohm = 32 volt IR max = 32 mA IR max = akar 32 = 5,65 A Pload max = 220V× IRmax = 220×5,65 = 1244 watt
36
Jadi untuk trafo daya dapat menghantarkan arus sampai 1244w jadi tidak terjadi kerusakan pada tahanan.
IR= 1244 : 220 =5,65 A VR = 5,65 × 1kΩ = 5,65 volt PR = 5,65 A × 5,65 V=31,9 watt
Jadi dengan menggunakan trafo daya memungkinkan, tegangan yang terjadi pada sensor kemudian diperkuat oleh rangkaian penguat diferensial yaitu oleh Op-Amp U3A dengan penguatan 1 kali dan diperkuat kembali oleh U3B dengan penguatan yang dapat distel, yaitu dengan mengatur POT 1. Untuk mendapatkan penguatan maksimal dihitung dengan rumus : A = Rf : Ri Dimana Rf = POT 1= 100 K ohm dan Ri = R7 = 10 K ohm Sehingga : A = 100K : 10 K = 10 kali
Penguatan 10 kali adalah penguatan maksimal karena POT 1 maksimal 100 K ohm. Dengan demikian penguatan pada U3B dapat diatur 0 – 10 kali. Tegangan yang sudah dikuatkan kemudian disangga oleh U3C dan disearahkan oleh D1 sehingga levelnya DC dan dihaluskan oleh C2 10 uF. Karena rangkaian ADC 0809 bekerja pada level TTL sehingga tegangan kerja maksimal sekitar 5 VDC, sementara tegangan hasil penguatan dari sensor arus mungkin saja melebihi dari 5 VDC sehingga perlu pengaman agar ADC 0809 tidak rusak. Hal ini dilakukan oleh Dioda zener yang akan membatasi tegangan input ke ADC 0809 pada 5 VDC. IC U3 D adalah penyangga antar rangkaian sensor arus dengan rangkaian ADC 0809. Dalam hal ini harus diperhatikan adalah penguatan tegangan yang diset ditentukan oleh POT 1 dan besarnya disesuaikan dengan konversi perhitungan pada program yang dibuat. Karena ADC 0809 mempunyai lebar data 8 bit, maka format data maksimal adalah 255 data, sehingga untuk memudahkan perhitungan, maka dibuat konversi daya 1 watt untuk setiap bit data sehingga maksimal daya yang dapat diukur adalah 255 Watt, meskipun pada prakteknya konversi dapat diperluas sesuai program yang dibuat. Oleh sebab
37
itu tegangan output pada rangkaian sensor arus harus disesuaikan. Dimana untuk setiap 1 watt harus mempunyai level tegangan output sekitar 19,5 mV dan hal ini akan dijelaskan pada sub pembahasan ADC 0809.
3.4. Rangkaian ADC 0809 Rangkaian ini berfungsi untuk mengubah level tegangan analog menjadi digital dengan lebar data 8 bit. Karena mempunyai lebar data 8 bit, maka jumlah format data sekitar 255 data. ADC 0809 mempunyai tegangan referensi sebagai acuan dalam konversi bit / volt. Jika pada ADC 0809 digunakan tegangan referensi 5 VDC maka setiap bit akan diwakili oleh tegangan dengan perhitungan sebagai berikut :
Diketahui lebar data 8 bit mempunyai format data = 255 bit Vref = 5 VDC = 5000 mV sehingga 1 bit = 5000 : 255 = 19,5 mV
Dengan demikian konversi untuk setiap bit data adalah 19.5 mV /bit. Tegangan ini harus disesuaikan dengan tegangan output dari sensor arus. Adapun rangkaian lengkap dari ADC 0809 ditunjukkan pada gambar 3.3 berikut:
38
INPUT1 2 1 J1 INPUT2
U2D EOC
9
2 1 J1 INPUT3
74LS04 U1
2 1 J1 INPUT4
26 27 28 1 2 3 4 5
2 1 J1 INPUT5 2 1 J1 INPUT6 2 1 J1 INPUT7
VCC GND
J4
IN0 IN1 IN2 IN3 IN4 IN5 IN6 IN7
12 16
ADDRESS A2 3 A1 2 A0 1 J2
2 1 J1 INPUT8 2 1 J1
EOC#
8
1 2 3 4 5 6 7 8 DATA OUT
REF+ REF-
23 24 25
9 7 6 22 10
OE EOC START ALE CLK
A2 A1 A0
EOC#
ENABLE EOC START
J3 1 2 3 4
CONTROL
ADC0809
R1 1K
R2 1K
U2A
U2B
1
17 14 15 8 18 19 20 21
D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7
2 74LS04
3
C1
U2C 4
74LS04
5
6 74LS04
820pF
Gambar 3.3 Rangkaian ADC 0809 Rangkaian ADC 0809 mempunyai 8 buah masukan dimana untuk memilih saluran yang aktif ditentukan oleh bit data address pada pin 3 – 5 port paralel (A0-A2) sedangkan untuk saluran data output adc di hubungkan ke pin 1,14,17,15,13,12,10dan 11 port pararelel(D0-D7). Untuk memilih saluran tersebut dikendalikan program yang dibuat menggunakan VBA,
pengendalian dalam
control konversi diseting secara otomatis(free
runing). Dalam hal ini sistem VBA akan memilih secara bergantian, mulai dari saluran 1 sampai saluran 8 dengan rentang waktu 100 mS untuk setiap saluran. ADC 0809 membutuhkan frekuensi clock agar dapat bekerja dan hal ini dapat dibuat rangkaian osilator oleh U2A-U2C dengan nilai f out sekitar 500 KHz sesuai rekomendasi pabrik pembuat ADC 0809. Tegangan referensi ADC 0809 dapat diatur dengan memberikan tegangan tertentu pada pin ref + dan ref – (pin 12 dan 16). Pada prototype alat digunakan Vref sekitar 5 VDC dengan
39
cara menghubungkan pin referensi pada catu daya. Data keluaran 8 bit kemudian diumpankan pada sistem VBA dalam PC pada port 0 untuk diolah lebih lanjut.
3.5. Sistem VBA Excel Rangkaian sistem ini berfungsi untuk mengendalikan data masukan dan mengirimkan data tetsebut ke PC. Sebagai jantung rangkaian digunakan program menggunakan VBA Excel. Sebagai masukan data digunakan port 379h dan port 37Ah, pengendalian saluran masukan ADC 0809 digunakan sebagian port 378h,D1,D2,D3 ( A0-A2). Data yang diterima kemudiian diolah melalui VBA excel untuk kemudian ditampilkan pada grafik dan colom biling Untuk menjamin bahwa program dieksekusi dari awal maka ADC harus di-reset terlebih dahulu, namun jika reset secara manual tentunya merepotkan. Agar praktis maka dibuat reset otomatis saat pertama kali catu daya dihidupkan. Hal ini dilakukan oleh C1 dan R1 dan umum disebut sebagai rangkaian power on reset dimana prinsipnya membangkitkan satu pulsa untuk reset dengan proses pengisian dan pengosongan kapasitor.
3.6. Pengaksesan port pararel dengan VBA Sebelum melangkah lebih jauh, kita harus melihat dulu beberapa keterbatasan dalam VBA, dimana tidak bisa mengakses hardware secara langsung dalam system operasi windows, maka semua permintaan pengaksesan hardware harus melalui windows. Oleh karena itu harus menggunakan program eksternal untuk melakukan pengaksesan hardware secara langsung pada program, program tersebut berupa file DLL ( Dynamic Link Library ). File ini harus diletakan (di copy-kan) ke directory / folder” // windows/system” atau diikutkan dalam satu folder program yang kita buat. File DLL yang akan digunakan nanti adalah “inpout32.dll” sebelum kita menggunakan fungsi yang ada dalam file DLL ini terlebih dahulu harus dideklarasikan di VB kedalam module. Cara mendeklarasikannya adalah : Public Declare Function Inp Lib “inpout32.dll”_ Alias”Inp32”(ByVal PortAddress As Integrer) As Integer Public Declare Sub Out Lib “inpout32.dll”_ Alias”Out32”(ByVal PortAddress As Integer, ByVal Value As Integer)
40
Jika file DLL tersebut telah dideklarasikan seperti diatas, maka fungsi Out (untuk mengeluarkan data) dan Inp (untuk membaca data) siap digunakan pada VB. Untuk mengirim data pada port pararel digunakan fungsi Out, Sintak penulisannya adalah sebagai berikut : Out[Alamat Port], [Nilai] Perintah diatas membutuhkan dua parameter, yaitu alamat port dan nilai data yang dikirimkan pada port tersebut, karena tiap port hanya 8 jalur data, maka hanya bisa mengirim nilai maksimum = 255 ( FFh/11111111b ) ke port yang diinginkan. Contoh berikut mengilustrasikan cara men-set bit ke port paparel.
Out &H378, 1 > Men-set bit 0 pada port pararel (alamat 378h) ‘1 = 0000 0001b Out &H378, 2 > Men-set bit 1 pada port pararel (alamat 378h) ‘2 = 0000 0010b Out &H378, 4 > Men-set bit 2 pada port pararel (alamat 378h) ‘4 = 0000 0100b Out &H378, 8 > Men-set bit 4 pada port pararel (alamat 378h) ‘8 = 0000 1000b Untuk men-set bit lebih dari satu bit Out &H378, 7 > Men-set bit 0, 1, 2 pada port pararel (alamat 378h) ‘7 = 0000 0111b
Setiap kita menset bit dengan cara diatas maka keadaan bit yang lainya akan terhapus, untuk mengatasi hal ini akan diselesaikan dengan bantuan perintah Inp. Cara membaca data dari port pararel adalah sama mudahnya, sintak penulisannya adalah sebagai berikut :
Text1.Text = Inp(&H378) [Variabel Simpan] = Inp [Alamat port]
Setelah mengetahui cara membaca data di port paralel, maka dengan bantuaan cara tersebut bisa digunakan untuk seting satu bit t tanpa merubah bit lainya.
41
Private Sub Command5_Click() Dim input_sementara,nilai_Baru As Byte Input_sementara = Inp(&H378) Nilai_Baru = input_sementara Or 1 Out &H378,nilai_Baru End Sub
3.7. Pembuatan modul input - output Untuk menangani proses komunikasi dengan peralatan luar, menggunakan port paralel dari PC sebagai antarmuka ke peralatan luar. Ada 2 port yang disediakan pada modul I/O yaitu Port A dan Port B. Penggunaan kedua port ini telah ditentukan dengan aturan Port A sebagai Output dan Port B sebagai input. Masing – masing memiliki lebar data 8 bit dengan level tegangan 0 sampai 5 volt aktif high.
PORT PORT 00
PARALEL
P
PIO PORT 01
SOFT WARE
PC P
HARD WARE
Gambar 3.4. Blok Diagram Modul I/O
42
Karena masing – masing port memiliki lebar data 8 bit maka jumlah jalur Port A dan Port B adalah 16 jalur. Dengan demikian pin yang dipakai pada port paralel PC juga sebanyak 16 pin. Ke enambelas pin ini meliputi port data, port status dan port kontrol dengan konfigurasi seperti terlihat pada gambar 3.8 dan tabel 3.5 berikut.
Gambar 3.5. Pin Port Paralel dikelompokan menurut Fungsi Keterangan : Port Data adalah D0 sampai D7(378h) Port Status adalah S3 sampai S7(379h) Port Kontrol adalah C0 sampai C3(37Ah)
3.8. Rangkaian Catu Daya Rangkaian catu daya dalam hal ini dibutuhkan dua buah yaitu untuk rangkaian sensor arus mempunyai tegangan kerja simetris 15 VDC dan rangkaian ADC 0809 dengan tegangan 5 VDC. Adapun rangkaian catu daya ditunjukkan pada gambar 3.6a dan 3.6b. Sebagai regulator digunakan IUC regulator 7815 dan 7915 sementara untuk tegangan 5 VDC digunakan regulator 7805.
43
15VDC Unreg IC1 LM7815C/TO220
D1 1 1N4007 D2
C1 1000uF
Vout +
3
C3 100nF
2
AC IN
VCC15VDC OUT
GND
IN
3 2 1 J1
1N4007 D3
1N4007
C2 1000uF
IC2 LM7915C/TO220
D4 2
IN
Vout -
3
GND
1N4007
VDD15VDC OUT
1
C4 100nF
Gambar 3.6a Rangkaian Catu Daya simetris 15 VDC
C2
IN
OUT
VCC 5VDC 3
2
100nF
1
GND
15VDC UNREG
IC2 LM7805C/TO220
Gambar 3.6b Rangkaian Catu Daya 5 VDC
Penyearahan tegangan AC dilakukan oleh 4 buah dioda dengan sistem penyearahan penuh (bridge) dan untuk pengurangi ripple digunakan C1 filter dengan nilai 1000µF. IC1 adalah 7815 sebagai regulator dan C2, C4 dengan nilai 100nF berfungsi sebagai filter ripple atau riak yang masih mungkin terjadi terutama dalam frekuensi yang tinggi. Nilai 100nF adalah sesuai dengan saran dari data sheet book IC 7815. Untuk regulator negatif digunakan IC 7915. Sebagai masukan 7805 diambil dari tegangan 15 VDC unreg pada rangkaian catu daya simetris 15 VDC.
44
3.9. Perancangan Software Setelah perancangan bagian hardware (rangkaian selesai maka langkah berikutnya adalah merancang bagian software sebagai pendukung kerja dari alat dan program yang dibuat merupakan sistem kerja dari alat yang dibuat. Dalam perancangan software yang harus diperhatikan adalah diagram alir atau flowchart karena merupakan acuan dasar dalam pembuatan listing program sehingga pada sub ini hanya dibahas mengenai flowchart saja sedangkan mengenai listing program secara lengkap dilampirkan. Untuk membuat listing program digunakan bahasa pemrograman visual basic. Program dibuat dengan sistem prosedur dimana setiap prosedur mempunyai fungsi tertentu dan prosedur-prosedur tersebut membentuk sistem listing program keseluruhan. Dengan sistem prosedur maka akan memudahkan dalam pengecekan jika terjadi kesalahan. Setiap program mempunyai flowchart utama sebagai dasar program. Adapun Flowchart utama ditunjukkan seperti pada gambar 3.7. Langkah pertama program adalah menginisialisasi, misalnya fungsi port pada port 0 sebagai masukan data dan lain sebagainya misalnya memori dan address ADC 0809. Setelah inisialisasi maka program akan memerintahkan program VBA membaca data port 0 dan mengendalikan ADC 0809 untuk memulai konversi dengan pembacaan pertama pada saluran 1dan pembacaan akan terus berlangsung sampai saluran 8. Jika pembacaan data sudah mencapai saluran 8 artinya semua saluran sudah terbaca maka data tersebut kemudian dikirimkan ke PC melalui port pararel mulai data untuk saluran1 sampai data saluran 8. Jika sudah dikirmkan maka program selesai dan kembali ke langkah awal yaitu pembacaan data pada setiap saluran. Mengingat bahwa hampir semua sistem memiliki peralatan input atau output yang akan dikontrol maka modul sistem VBA Excel juga harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan peralatan input atau output tersebut. Oleh karena itu sistem pengontrol pemakaian daya ini tidak hanya terdiri dari perangkat lunak tetapi dilengkapi juga dengan perangkat keras sebagai modul antarmuka ke peralatan luar.
45
3.9.1. Pembuatan Perangkat Lunak Dalam pembuatan sebuah perangkat lunak, hal pertama yang harus dilakukan sebelum menuliskan kode – kode program adalah merumuskan kerangka program, supaya dapat menggambarkan alur jalannya program, kerangka program dituangkan dalam bentuk diagram alur (Flow Chart). Start Insialisasi ADC fre runing Set Adress ADC
Tunggu sampai konversi selesai Baca data di paralel port Tampilkan grafik dan billing Address = address +
Address >8
N
Address = 1
Y
N Tombol stop ditekan End
Gambar 3.7 Flow Chart Utama Alat pencatat daya 8 saluran
46
3.9.2. Pembuatan Tampilan Program Tampilan sistem VBA dibuat seperti pada gambar 3.4. Tata letak display pada pc disesuaikan dengan modul hardware pada gambar 3.1. Deretan display sebelah kanan adalah grafik siklus pemakian daya dan sebelah kiri adalah jumlah biling hitungan pertiap pemakaian daya persetiap satu kamar. Indikator ini dirancang untuk memudahkan pemakai memonitor status setiap pemakaian dengan tampilan kontrol display dipisahkan menjadi 2 kelompok yaitu 4 digit paling kiri dan 2 digit paling kanan seperti terlihat pada gambar 3.3. Pada saat melakukan akses ke memori kelompok 4 digit digunakan untuk menampilkan alamat memori sedangkan kelompok 2 digit untuk menampilkan data memori pada alamat tersebut. Jika operasi yang dilakukan adalah akses ke register, maka kelompok 2 digit digunakan untuk menampilkan nama register dan kelompok 4 digit untuk menampilkan data register.
47
IN P U T1 R5 1M
2 1 J1 IN P U T2
VC C
U 2D 9
EOC #
8
R 3 1M
J6 2 2 0V A C
74LS 04 U1
VC C GN D
2 1 J1 IN P U T6
12 16
A D D R ES S A2 3 A1 2 A0 1 J2
2 1 J1 IN P U T7 2 1 J1 IN P U T8
23 24 25
LO A D
1 2 3 4 5 6 7 8
OE E OC S TAR T ALE C LK
A2 A1 A0
9 7 6 22 10
2 1 J7
R1 10 0K
VC C
31 19
C1
18
1 2 3 4
10
+
9
-
U 3C
D1
R9
IN 4 1 48
100
8 TL 0 74
12 13 D2
C ON TR OL
4
5
C1 10 uF
+
U 3D 14
-
TL 0 74
5 V1
VOU T 2 1 J5
7 4L S 04
15 VD C U nr eg
6
IC 1 LM7 8 15 C /TO 220
D1
7 4L S 04
1
R E S ET E A/V P X1 X2
IN
OU T
1N 4 0 07 D2
P 0.0 P 0.1 P 0.2 P 0.3 P 0.4 P 0.5 P 0.6 P 0.7 P 2.0 P 2.1 P 2.2 P 2.3 P 2.4 P 2.5 P 2.6 P 2.7 RD WR PS E N AL E /P TXD R XD
39 38 37 36 35 34 33 32 21 22 23 24 25 26 27 28 17 16 29 30 11 10
C1 1 00 0 uF
1 2 3 4 5 6 7 8
3 2 1 J1
IC 1 TXD R XD
C3 100 nF
11 10 12 9
T1IN T2IN R 1OU T R 2OU T
14 T1OU T 7 T2OU T 13 R 1IN 8 R 2IN C 2+
1N 4 0 07
1
D3
C2 1 uF
1N 4 0 07
C2 1 00 0 uF
3
C+ C 1-
C 2V+ V-
1 2 3 R S 2 32
4 C1 1 uF
5 2 6
MAX2 32 IC 2 LM7 9 15 C /TO 220
D4 2
D ATA I N PU T
IN
OU T
1N 4 0 07
A0 A1 A2
V C C 15V D C Vout +
2
J4
AD 0 AD 1 AD 2 AD 3 AD 4 AD 5 AD 6 AD 7
3
V D D 15V D C 3
GN D
I N T0 I N T1 T0 T1
80 51
Vou t -
C4 1 uF
C4 100 nF
J 10 1 2 3 A D D R ES S 1 5V D C U N R E G
TXD R XD
C2 10 0 nF
IC 2 LM7 8 05 C /TO220 1
IN
OU T
VC C 5V D C 3
C3 2
C2
3
VD D
1
P 1.0 P 1.1 P 1.2 P 1.3 P 1.4 P 1.5 P 1.6 P 1.7
X'TAL 12 MHz
1 0 0K P O T1
J3
AC IN
9
TL 0 74
1 0K
R 10 10 0K
IC 1
J8
7
-
1M EOC #
82 0pF
10 uF
U 3B
+
U 2C
3
7 4L S 04
R E S ET
TL 0 74
R 4 1M R6
E N A B LE E OC S TAR T
U 2B 2
12 13 14 15
6
R 2 1K
U 2A
V C C C ON TR OL S TAR T 4 EOC 3 E N A B LE 2 EOC # 1 C1
-
AD C 0 8 09
1
1 2 3 4 5 6 7 8
1
1
D A TA OU T
R E F+ R EF -
R 1 1K
2 1 J1
17 14 15 8 18 19 20 21
D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7
2
5
R7
U 3A
+
GND
2 1 J1 IN P U T5
J4
IN 0 IN 1 IN 2 IN 3 IN 4 IN 5 IN 6 IN 7
R2 0.5 /5W
2
26 27 28 1 2 3 4 5
3 R1 0 .5/5 W
GND
2 1 J1 IN P U T4
2 1
11
2 1 J1 IN P U T3
R8 1 0K
4
E OC
3 3 pF
33 pF
48
1 uF C4