PERANCANGAN ALAT BANTU OPERATOR PADA PROSES PENCETAKAN BATAKO UNTUK MEMINIMASI RESIKO WMSDs (Work Musculoskeletal Disorders) Wahyuni Amalia, Ayu Bidiawati, Eva Suryani Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bunghatta E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Brick molding process is a job that requires human labor, this work is also done repeatedly for a long time. The work that is done repeatedly for a long time poses a risk of WMSDs (Work Musculoskeletal Disorders). The role of the facility and equipment ergonomic work is very important in this activity to minimize the risk. TB. Sumber Rizki is an industry which is engaged in the printing of stone brick. In the production process very dominant role of man as the work is done manually. This resulted in complaints of workers in some parts of the body. Based on the results of the questionnaire NBM (Nordic Body Map) contained the biggest complaints in the back, arms, shoulders, and the right hand workers. Material mixing process is a process that requires the operator bent almost 90 degrees, which is considered state of the posture of the health problems that can lead to musculoskeletal disorders. Based on observations using the QEC (Quick Exposure Checklist), obtained exposure value for the stirring process material that is equal to 53.41% where the necessary action in the near future. Therefore perform the design of the stirring bath aids, materials and work desk operators to minimize the risk of WMSDs using anthropometric data. Once the design is done, the exposure value decreased to 44.31%. Keywords: WMSDs (Work Musculoskeletal Disorders), NBM (Nordic Body Map), QEC (Quick Exposure Check), Anthropometric
1.
PENDAHULUAN
waktu yang lama akan meningkatkan resiko
Peranan manusia dalam dunia industri
MSDs (Musculoskeletal disorders), apalagi
sangatlah
besar.
Penggunaan
tenaga
ditambah dengan gaya/beban dan postur
manusia sebagai operator sangat dominan
yang janggal (OHSCO,2007). Postur yang
dalam kegiatan proses produksi, apalagi
janggal diakibatkan karena tidak sesuainya
jika proses produksi dilakukan secara
fasilitas/peralatan
manual.
pekerja, sehingga pekerjalah yang harus
Semakin
tingginya
aktivitas
kerja
pekerjaan yang dilakukan oleh operator
menyesuaikan
maka peluang terjadinya resiko gangguan
membungkuk, memutar,
terhadap kesehatan kerja semakin besar
yang
pula.
gangguan muskoletal. Secara
umum
semakin
banyak
dapat TB.
tubuhnya
dengan dengan
Rizki
merupakan
industri
kerja, maka akan mengakibatkan keluhan
pembuatan cincin sumur dan batu batako.
otot
yang
Dalam proses produksinya peran manusia
dilakukan secara repetitive dalam jangka
sangat dominan karena pekerjaan dilakukan
besar.
Pekerjaan
bergerak
terjadinya
pengulangan gerakan dalam suatu aktifitas semakin
yang
cara
dan sebagainya
mengakibatkan Sumber
tubuh
dalam
bidang
secara manual (tenaga manusia) belum
2.
menggunakan
2.1 Musculoskeletal Disorders (MSDs)
mesin
sehingga
pekerja
TINJAUAN LITERATUR
merasakan pegal dan nyeri setelah bekerja
MSDs adalah cidera atau penyakit
pada bagian tubuh diantaranya, pinggang,
pada sistem syaraf atau jaringan seperti
punggung, lengan dan bahu. Hal ini
otot, tendon, ligamen, tulang sendi, tulang
dikarenakan fasilitas kerja yang kurang
rawan atau pembuluh darah. Rasa sakit
memadai dan postur kerja yang tidak
akibat MSDs dapat digambarkan seperti
sesuai, sehingga sikap kerja operator dapat
kaku,
menimbulkan
kesemutan mati rasa, dingin dan rasa tidak
gangguan
MSDs
dan
mengakibatkan cepatnya terjadi kelelahan
tidak
fleksibel,
panas/terbakar,
nyaman.
pada operator.
Untuk memperoleh gambaran gejala
Proses
pencampuran
material
MSDs dapat menggunakan Nordic Body
yang
Map (NBM) dengan tingkat keluhan mulai
membungkuk
dari rasa tidak nyaman (sedikit sakit), sakit
hampir 90o. Pada proses ini operator
hingga sangat sakit. Dengan melihat dan
melakukan pekerjaannya dilantai dengan
menganalisa peta tubuh (NBM) maka dapat
menggunakan sekop. Dilihat dari sudut
diestimasi tingkat dan jenis keluhan otot
tubuh pekerja, punggung dan tubuh pekerja
skeletal
hampir membentuk sudut 90o, dimana
(Kuorinka et al, 1997).
merupakan
salah
mengharuskan
satu
operator
proses
postur dengan keadaan tersebut dinilai
yang
dirasakan
Kuesioner
Nordic
oleh
pekerja
Body
Map
dapat menimbulkan gangguan kesehatan
merupakan salah satu bentuk kuesioner
yaitu musculoskeletal disorders. Hal ini
checklist ergonomic. Bentuk lain dari
dikarenakan proses pekerjaan yang masih
checklist
manual dan fasilitas yang kurang memadai.
International Labour Organization (ILO).
Oleh
Namun kuesioner NBM adalah kuesioner
karena
itu
dilakukan
penelitian
ergonomic
yang
pembuatan batako dan berapa besar beban
mengetahui ketidaknyamanan pada para
kerja yang dikeluarkan pekerja saat bekerja
pekerja, dan sudah terstandarisasi dan
serta
memperbaiki
tersusun rapi. Kuesioner ini menggunakan
sikap/postur kerja sehingga resiko MSDs
gambar tubuh manusia yang sudah dibagi
dapat diminimasi dengan menggunakan
menjadi 9 bagian utama, yaitu leher, bahu,
metode QEC (Quick Exposure Checklist)
punggung bagian atas, siku, punggung
cara
sering
Checklist
tentang bagaimana sikap/postur pekerja
bagaimanan
paling
adalah
digunakan
untuk
bagian bawah, pergelangan tangan/tangan,
pinggan/pantat,
lutut
dan
tumit/kaki
(Kroemer, 2001). 2.2 QEC (Quick Exposure Check) Quick
exposure
check
(QEC)
merupakan metode untuk mengukur risiko terkait penyakit akibat musculoskeletal disorders (MSDs) (Li dan Buckle, 1999). Penggunaan
sangatlah
Sumber: Further Deveopment Of Usability and Validity Of The QEC
2.3 Fisiologi Kerja & Kerja Fisik Fisiologi Kerja merupakan suatu studi
mudah
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
diterapkan, berfungsi untuk mengevaluasi
kinerja dan kelelahan selama otot bekerja.
tempat kerja dan desain peralatan kerja
Fisiologi
serta memudahkan untuk mendesain ulang
mempelajari fungsi atau faal tubuh manusia
tempat kerja. Metode ini menilai gangguan
pada saat bekerja dan merupakan dasar
resiko yang terjadi pada bagian belakang
berkembangnya ergonomi.
punggung,
QEC
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 1 4 9 H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 Total For Vibration H4 8 10 12 H4 8 10 12 FrequencyB& FrequencyD& Wirst Posture E& Work Pace Weight H Weight H Force K B1 B2 B3 Score 4 D1 D2 D3 Sore 4 E1 E2 Sore 4 P1 P2 P3 Score H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 1 4 9 H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 Tabel 1. Tabel Pengamatan QEC H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 Total For WorkPace H4 8 10 12 H4 8 (lanjutan) 10 12 FrequencyB& FrequencyD& Wirst Posture E& Stress DurationJ DurationJ DurationJ B1 B2 B3 Score 5 D1 D2 D3 Score 5 E1 E2 Score 5 Q1 Q2 Q3 Q4 Score J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 1 4 9 16 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 Total For Stress J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 Sumof score 1-5 Sumof score 1-5 Sumof score 1-5
bahu/lengan,
Kerja
adalah
ilmu
yang
pergelangan
Kerja fisik atau physical work
tangan, dan leher. QEC membantu untuk
adalah kerja yang memerlukan energi fisik
mencegah
akibat
otot manusia sebagai sumber tenaga atau
gerakan repetitive, gaya tekan, postur yang
power. Kerja fisik sering disebut sebagai
salah, dan durasi kerja.
“Manual Operation” di mana performansi
terjadinya
WMSDs
Tabel 1. Tabel Pengamatan QEC Exposure toBack BackPosture A& Weight H A1 A2 A3 Score 1 H1 2 4 6 H2 4 6 8 H3 6 8 10 H4 8 10 12 BackPosture A& DurationJ A1 A2 A3 Score 2 J1 2 4 6 J2 4 6 8 J3 6 8 10
Shoulder/ Arm
Wirst / Hand Neck RepeatedMotionF& NeckPosture G& Height C&Weight H Force K DurationJ C1 C2 C3 Score 1 F1 F2 F3 Score 1 G1 G2 G3 Score 1 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10 H4 8 10 12 RepeatedMotionF& Visual DemandL& Height C&DurationJ DurationJ DurationJ C1 C2 C3 Score 2 F1 F2 F3 Score 2 L1 L2 Score 2 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 Total Score For NeckSumOf DurationJ &Weight H DurationJ &Weight H DurationJ &Force K Score 1- 2 Vibration J1 J2 J3 Score 3 J1 J2 J3 Score 3 J1 J2 J3 Score 3 H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 N1 N2 N3 Score H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 1 4 9 H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 Total For Vibration H4 8 10 12 H4 8 10 12 FrequencyB& FrequencyD& Wirst Posture E& WorkPace Weight H Weight H Force K B1 B2 B3 Score 4 D1 D2 D3 Sore 4 E1 E2 Sore 4 P1 P2 P3 Score H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 1 4 9 H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 Total For WorkPace H4 8 10 12 H4 8 10 12 Frequency B& Deveopment FrequencyD Posture E& Of The QEC Sumber: Further Of& UsabilityWirst and Validity Stress DurationJ DurationJ DurationJ B1 B2 B3 Score 5 D1 D2 D3 Score 5 E1 E2 Score 5 Q1 Q2 Q3 Q4 Score J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 1 4 9 16 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 Total For Stress J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 Sumof score 1-5 Sumof score 1-5 Sumof score 1-5
kerja sepenuhnya akan tergantung pada manusia, baik yang berfungsi sebagai sumber tenaga (power) ataupun pengendali kerja (control). Dalam hal kerja fisik ini, konsumsi energi (energy consumption) merupakan faktor utama dan tolak ukur sebagai penentu berat atau ringannya kerja fisik tersebut. Lebih lanjut, penentuan klasifikasi beban
kerja
berdasarkan
peningkatan
denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasiculair atau %CVL) yang dihitung berdasarkan rumus
di
bawah
ini
(Manuaba
dan
Vanwonterghem, (1996).
manusia yang akan mengoperasikannya, maka
prinsip-prinsip
apa
yang
harus
diambil didalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu. Dari perhitungan %CVL tersebut, kemudian
akan
dibandingkan
dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan pada tabel 2 berikut: Tabel 2. %CVL % CVL
Klasifikasi % CVL
< 30 % 30% - 60 % 60 % - 80 % 80% - 100%
Tidak Terjadi Kelelahan Diperlukan Perbaikan Kerja dalam Waktu Singkat Diperlukan Tindakan Segera Tidak Diperlukan Beraktivitas
>100%
Sumber: Manuaba dan Vanwonterghem, 1996
Gambar 1. Antropometri Tubuh Manusia
2.4 Antropometri Antropometri
menurut
Stevenson
(1987) dan Nurmianto 1991 adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran,
bentuk
dan
kekuatan
serta
dari
data
tersebut
untuk
penerapan
penanganan masalah desain. Penerapan data antropometri dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi)nya dari suatu distribusi normal. Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. (Eko Nurmianto, 1996). Agar
rancangan
suatu
produk
nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh
3
METODOLOGI PENELITIAN Metodologi perancangan
merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mencapai
satu
tujuan
dengan
menggunakan teknik-teknik serta alat-alat tertentu,
setelah
penelitian
mempertimbangkan
kewajaran
ditinjau
tujuan
dari
satu
yang
penelitian,
sehingga dapat dilakukan perancangan dan analisa. Sebelum melakukan perancangan perlu suatu tahap metodologi penelitian yang sistematis.
untuk mendapatkan hasil yang lebih valid. Hasil rekapitulasi kuesioner Nordic Map dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3 Hasil Rekapitulasi Keluhan NBM
Gambar 2. Metodologi Penelitian
No
Jenis Keluhan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Sakit/kaku di leher bagian atas Sakit/kaku di leher bagian bawah Sakit dibahu kiri Sakit dibahu kanan Sakit pada lengan atas kiri Sakit di punggung Sakit pada lengan atas kanan Sakit pada pinggang Sakit pada bokong Sakit pada pantat Sakit pada siku kiri Sakit pada siku kanan Sakit pada lengan bawah kiri Sakit pada lengan bawah kanan Sakit pada pergelangan tangan kiri Sakit pada pergelangan tangan kanan Sakit pada tangan kiri Sakit pada tangan kanan Sakit pada paha kiri sakit pada paha kanan Sakit pada lutut kiri Sakit pada lutut kanan Sakit pada betis kiri Sakit pada betis kanan Sakit pada pergelangan kaki kiri Sakit pada pergelangan kaki kanan Sakit pada kaki kiri Sakit pada kaki kanan TOTAL
Responden Total TS AS S SS 7 4 12 7 30 20 4 5 1 30 10 8 9 3 30 4 7 14 5 30 11 11 7 1 30 1 3 16 10 30 0 5 17 8 30 2 1 16 11 30 28 2 0 0 30 29 1 0 0 30 20 9 1 0 30 24 3 2 1 30 15 14 1 0 30 5 11 8 6 30 4 13 9 4 30 3 4 16 7 30 4 13 9 4 30 3 4 16 7 30 12 9 6 3 30 9 16 4 1 30 13 7 8 2 30 10 13 6 1 30 12 7 8 3 30 15 7 6 2 30 11 13 5 1 30 14 9 5 2 30 8 6 9 7 30 6 11 8 5 30 300 215 223 102 840
Setelah dilakukan analisa terhadap keluhan operator pada bagian-bagian tubuh Gambar 3. Metodologi Perancangan
dengan menggunakan NBM, untuk lebih menekankan adanya gangguan kesehatan
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
(MSDs),
maka
dilakukanlah
penilaian
Untuk mengetahui seberapa besar
dengan menggunakan metode QEC (Quick
keluhan pada bagian tubuh pekerja maka
Exposure Check) untuk setiap sikap kerja
disebarkanlah kuesioner NBM (Nordic
operator dari awal sampai akhir sehingga
Body Map) sebanyak 30 buah kuesioner.
didapatkan hasil sebagai berikut:
Kuesioner ini disebarkan kepada operator dan orang-orang yang berprofesi sama,
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Exposure Pekerja
CaraKerja
Exposure Level Keterangan Level Tindakan Pencampuran Material 53,41% 3 Tindakan Dalam Waktu Dekat Memasukkan Material Kedalam 28,41% 1 Aman Cetakan Memadatkan Cetakan 23,46% 1 Aman Meratakan Cetakan 23,46% 1 Aman Membalikkan Cetakan 27,27% 1 Aman Memukul Cetakan 23,46% 1 Aman Membuka Cetakan 27,16% 1 Aman Membawa Cetakan ke Rak 21,59% 1 Aman Penyimpanan Sumber: Pengolahan Data
Berdasarkan
hasil level resiko untuk masing-masing sikap kerja. Adapun sikap kerja yang memeiliki resiko paling besar yaitu pada proses pencampuran material dengan nilai exposure 53,41% dan level tindakan 3 yang berarti tindakan dalam waktu dekat. Hal ini tubuh
operator
harus
membungkuk hampir 900 dan bekerja dengan
menggunakan
fasilitas
yang
memadai, sedangkan untuk sikap kerja yang lain aman. Untuk melihat konsumsi energi yang
dikeluarkan
pada
saat
bekerja
dilakukanlah pengukuran denyut jantung dengan hasil sebagai berikut:
Denyut Nadi 175
% CVL
Keterangan
22,75
Tidak Terjadi Kelelahan Diperlukan Perbaikan Diperlukan Perbaikan Tidak Terjadi Kelelahan Tidak Terjadi Kelelahan Diperlukan Perbaikan Tidak Terjadi Kelelahan Tidak Terjadi Kelelahan Diperlukan Perbaikan
2 3 4
51 48 28
108,33 100,87 98,00
80,5 70,21 70,33
169 172 192
31,44% 30,12% 22,74
5
32
99,67
68,32
188
26,19%
6 7
50 38
100,42 97,60
70,58 72,55
170 182
30,01% 22,88
8
28
89,33
60,41
192
21,97%
9
44
99,45
75,01
156
30,17%
karena
itu
penilaian
menggunakan metode QEC didapatkan
dikarenakan
Tabel 5. Rekapitulasi Perhitungan Beban Kerja
Oper Umur Denyut Denyut ator Nadi Kerja Nadi 1 45 106,00 85,67
Oleh
dirancanglah
sebuah bak pengadukan material yang terbuat dari kayu dan meja kerja cetak batako dengan merubah tata letak peralatan dan material sehingga meja kerja dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, untuk itu diperlukanlah beberapa data antropometri tubuh manusia agar alat bantu yang dirancang sesuai dengan kaidah ergonomis.
Berikut
adalah
data
antropometri dari dimensi tubuh yang diperlukan untuk melakukan perancangan: Tabel 6. Data Antropometri yang dibutuhkan Persentil No Data Antropometri Kode 5th 50th 95th 1 Tinggi Lutut Berdiri TLB 47,76 49,4 51,05 2 3 4 5
Panjang Rentangan Tangan Jangkauan Tangan Kedepan Tinggi Siku Berdiri
RT
164,95 166,6 168,24
SD 1,6 6,4
JTD
72,9
74,55 76,19
1,55
TSB
99,86 101,5 103,15
3,5
42,61 44,25
1,75
Panjang Lengan PLB Bawah Sumber: antropometriindonesia.org
45,9
Dari hasil perhitungan persentil didapatkanlah data ukuran fasilitas dan alat bantu beserta komponen utama yang telah sesuai dengan konsep ergonomi. Sedangkan
untuk
dimensi
lainnya,
komponen-komponen
ukurannya
akan
disesuaikan
dengan data ukuran alat yang terlihat pada tabel 7 berikut: No
Tabel 7. Rekap Data Hasil Perhitungan Ukuran Alat Bantu Komponen Data Terpakai Persentil Ukuran Kerja
1
Terpilih
Bak Pengadukan Material
Tinggi Bak Panjang Bak Lebar Bak
2
Meja Kerja
Tinggi Meja Panjang Meja Lebar Meja
Tinggi Lutut Berdiri Rentangan Tangan Jangkauan Tangan Tinggi Siku Berdiri Panjang Lengan Bawah Jangkauan Tangan Kedepan
Komponen
P5
48 cm
P95
275 cm
P5
179 cm
P5
80 cm
P95
46 cm
P5
73 cm
Sumber: Pengolahan Data, 2015
Setelah ditetapkan ukuran dari alat bantu yang
akan
dirancang.
Berikut
adalah
gambar hasil rancangan.
Tabel 8. Pengamatan Setelah perancangan
Exposure to Back BackPosture A& Weight H A1 A2 A3 Score 1 H1 2 4 6 H2 4 6 8 2 H3 6 8 10 H4 8 10 12 BackPosture A& DurationJ A1 A2 A3 Score 2 J1 2 4 6 J2 4 6 8 4 J3 6 8 10
Shoulder/ Arm
Wirst / Hand Neck RepeatedMotionF& NeckPosture G& Height C&Weight H Force K DurationJ C1 C2 C3 Score 1 F1 F2 F3 Score 1 G1 G2 G3 Score 1 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8 2 4 4 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10 H4 8 10 12 RepeatedMotionF& Visual DemandL& Height C&DurationJ DurationJ DurationJ C1 C2 C3 Score 2 F1 F2 F3 Score 2 L1 L2 Score 2 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 4 J2 4 6 8 4 J2 4 6 8 4 J2 4 6 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 Total Score For NeckSumOf DurationJ &Weight H DurationJ &Weight H DurationJ &Force K 8 Score 1- 2 Vibration J1 J2 J3 Score 3 J1 J2 J3 Score 3 J1 J2 J3 Score 3 H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 N1 N2 N3 Score H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 4 4 6 1 4 9 1 H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 Total For Vibration 1 H4 8 10 12 H4 8 10 12 FrequencyB& FrequencyD& Wirst Posture E& Work Pace Weight H Weight H Force K B1 B2 B3 Score 4 D1 D2 D3 Sore 4 E1 E2 Sore 4 P1 P2 P3 Score H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 1 4 9 1 H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 4 6 6 H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 Total For WorkPace 1 H4 8 10 12 H4 8 10 12 FrequencyB& FrequencyD& Wirst Posture E& Stress DurationJ DurationJ DurationJ B1 B2 B3 Score 5 D1 D2 D3 Score 5 E1 E2 Score 5 Q1 Q2 Q3 Q4 Score J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 1 4 9 16 1 6 J2 4 6 8 6 J2 4 6 8 8 J2 4 6 Total For Stress J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 1 Sumof score 1-5 20 Sumof score 1-5 24 Sumof score 1-5 26
Exposure(%) E (%)
X X maks
x100%
78 x100% 44,31% 176
Dari tabel 6 sebelumnya terlihat terjadinya penurunan nilai exposure setelah dilakukan perancangan bak pengadukan. Penurunan
nilai
exposure
ini
dapat
meminimasi terjadinya resiko MSDs. Hal Gambar 4. Hasil Rancangan
Setelah dilakukan
dilakukan evaluasi
perancangan, menggunakan
pengamatan dengan metode QEC.
ini dapat dilihat pada gambar 5 berikut:
material, menyebabkan material tersebut
Nilai Exposure
Penurunan Level Resiko 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
berserakan, dan tumpah ke lantai, oleh karena
itu
operator
harus
menyekop
material-material yang tumpah dilantai tersebut. Dengan adanya penambahan alas
Level Resiko
Kondisi Saat Ini
Sesudah Perancangan
53.41%
44.32%
Gambar 5. Grafik Penurunan Level Resiko
pada meja kerja, menjadikan material yang tumpah akan mengalir kembali kedalam bak pengadukan semen sehingga material tidak banyak yang terbuang. Berikut merupakan perbandingan
Meja kerja pembuatan batako secara
sikap
kerja
sebelum
dan
sesudah
keseluruhan sudah sesuai atau mendekati
perancangan meja kerja usulan dapat dilihat
ergonomi, hal ini dapat terlihat dari nilai
pada gambar 6 dan 7 berikut:
exposure
sikap
pekerja
mulai
dari
memadatkan sampai membuka cetakan didapatkan nilai exposure yang kecil dan dapat dikatakan hampir tidak menimbulkan resiko MSDs. Tetapi berdasarkan hasil dari Nordic
kuesioner
body
map
yang
menunjukkan bahwa adanya keluhan pada bagian tangan kanan dan bahu kanan pada operator, hal ini dikarenakan operator lebih sering
menggunakan
tangan
Gambar 6. Kondisi Saat Ini
kanan,
sehingga kelelahan pada tangan kanan lebih cepat terjadi, oleh karena itu dirancanglah meja kerja dengan merubah tata letak peralatannya. Selain itu meja kerja juga diberikan tambahan
accessories
berupa
sebuah
lempengan seng yang diposisikan dibawah meja
dan
ditujukan
kepada
bak
pengadukan. Hal ini berdasarkan pada saat operator memasukkan dan memadatkan
Gambar 7. Kondisi Setelah DilakukanPerancangan
Pada gambar diatas terlihat sikap
1.
Kondisi awal sikap kerja operator dapat
kerja saat ini dan sikap kerja apabila
menimbulkan gejala MSDs, dimana
dilakukan perancangan. Sikap kerja yang
terdapat keluhan pada bagian pinggang,
digambarkan diatas adalah sikap kerja pada
punggung dan tangan kanan operator.
saat operator menjangkau lempengan kayu
2.
Assessment
postur
kerja
dengan
yang berfungsi sebagai alas dari hasil
menggunakan metode QEC, operator
cetakan. Kondisi yang ada pada saat ini
lebih dominan menggunakan tangan
meja kerja dibuat memanjang kedepan,
kanan saat bekerja sehingga tangan
sehingga pada saat menjangkau operator
kanan lebih cepat mengalami kelelahan
sedikit mengarahkan tubuhnya kedepan
3.
Pengamamatan menggunakan metode
dengan menjangkau menggunakan tangan
QEC
kanan.
pencampuran
Banyaknya
aktivitas
yang
menunjukkan material
proses diperlukan
menggunakan tangan kanan pada saat
perbaikan dalam waktu yang dekat
bekerja mengakibatkan
dengan level resiko sebesar 53,41%.
kelelahan
pada
tangan kanan lebih cepat terjadi hal ini juga
4. Empat dari 9 orang pekerja memiliki %
didukung oleh hasil kuesioner Nordic Body
CVL > 30 % dengan artian sikap kerja
Map, oleh karena itu dilakukan perubahan
sekarang diperlukan perbaikan karena
pada tata letak lempengan kayu yang
menyebabkan kelelahan lebih cepat
diletakkan disebelah kiri sehingga operator
terjadi berdasarkan besarnya konsumsi
dapat menjangkaunya dengan tangan kiri.
energi yang dikeluarkan.
Sikap kerja setelah dilakukan perubahan
5. Perancangan bak pengadukan material
seperti pada gambar 7. Lempengan kayu
menurunkan
diposisikan disebelah kiri sehingga tidak
menjadi 44,31%.
terlalu jauh operator manjangkau seperti kondisi
saat
ini,
penggunaan
serta
tangan
meminimasi
kanan
untuk
menghindari kelelahan.
perancangan
dan
tangan
kanan
pekerja
dilakukan
perancangan ulang tata letak peralatan sebelumnya
berada
didepan
operator dipindahkan kebagian kiri, hasil
penelitian,
evaluasi
yang telah
dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
MSDs
pada meja kerja, dimana lempengan
KESIMPULAN Berdasarkan
resiko
6. Untuk mengatasi keluhan pada bagian
kayu 5
level
sehingga pekerja dapat menjangkau dengan menggunakan tangan kiri. 7. Untuk ketahanan fasilitas kerja, maka diusulkanlah meja kerja terbuat dari material yang tahan lama yaitu besi,
bagian atas dari meja kerja tetap dialas dengan kayu. 8. Untuk
meminimasi
material
yang
terbuang saat proses pencetakan, maka ditambahkan assesories pada meja kerja yang berupa lempengan seng yang
berguna
untuk
mengalirkan
material yang terjatuh kembali pada bak pengadukan. 6
DAFTAR PUSTAKA
Bridger, R. S. (1995). Introduction to Ergonomics CCOHS. Work Related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) Diaskes dari: http://www.ccohs.ca/oshanswers/dis eases/rmirsi.hmtl#top Kroemer Karl, et al. (2001). Ergonomics: How to Design for Ease and Efficience. 2nd ed. Prentice Hall of International Series: New jersey. Kuorinka, et al. (1987). Standardized Nordic Questionaire for the Analysis of Musculoskeletal Symptoms. Li, G. dan Buckle, P. (1998). A Practical Method For The Assesment Of Work-Related Musculoskeletal Risk-Quick Exposure Check (QEC). In: Proceedings Of The Human Factors and Ergonomics Society Annual Meeting, October. Chicago. Nurmianto, Eko. (1996). Ergonomi Edisi Pertama, Konsep dasar dan Aplikasinya. Prima Printing. Surabaya. Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO). (2007). Musculoskeletal Disorders Prevention Series (Part 3 C: MSD Prevention Toolbox, More on In-
depth Risk Assesment Methods). Ontario: OHSCO. Stevenson,M.G. (1987). Repetition Strain Injuries: The Ergonomic Approach to Repetitian Strain Injuries. Sydney: The University of New South Wales Press. Wignjosoebroto, Sritomo. (2000). Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: Guna Widya. http://antropomertiindonesia.org/index.php/ detail/artikel/4/10/data_antropometri