Peranan Self Efficacy terhadap motivasi Kerja Pada Wanita Karir Pada Salah Satu Cabang Perusahaan “X” KENNIA MUTIARA Pembimbing : Dra. M.M Nilam Widyarini, M.Si ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti sejauh mana peranann self efficacy terhadap motivasi kerja pada wanita karir. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yaitu penyebaran kuesioner mengenai self efficacy dan motivasi kerja. Teori yang dipakai adalah self efficacy dari Bandura dan motivasi kerja dari Herzberg. Sampel penelitiannya adalah wanita karir yang bekerja pada suatu perusahaanberpendidikan minimal SMU dan mempunyai masa kerja minimal 2 tahun yang berjumlah 39 orang. Hasil dari penelitian ini secara umum memperlihatkan bahwa motivasi kerja dipengaruhi oleh self efficacy, self efficacy mempunyai peranan 16,8% terhadap motivasi kerja gabungan. Secara konseptual motivasi kerja dapat dipisah menjadi 2 bagian yaitu faktor motivator dan faktor Hygiene, maka peneliti juga melakukan analsis terhadap motivasi kerja terpisah dan hasilnya self efficacy mempunyai peranan sebesar 9% terhadap faktor motivator dan 12,1% terhadap faktor hygiene. Self efficacy sendiri terbagi atas 3 bagian yaitu: Magnitude pada self efficacy yaitu derajat kesulitan masalah dimana seseorang merasa dapat menyelesaikannya. Generality dari self efficacy yaitu perasaan mampu yang dimiliki seseorang sebagai tindakan yang dimilikinya untuk menguasai tugas dalam kondisi tertentu. Dan kekuatan (strenght) dari self efficacy yaitu tingkat dari keyakinan seseorang mengenai kemampuan diri yang dirasakan. Motivasi kerja sendiri terdiri dari dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal atau dalam teori Herzberg disebut juga faktor motivator yang terdiri dari prestasi kerja, penghargaan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab dan kesempatan untuk maju. Sedangkan faktor eksternal atau disebut juga faktor hygiene, antara lain kebijakan perusahaan, atasan, upah dan gaji, hubungan interpersonal, kondisi kerja dan keamanan kerja. Kata Kunci : Self Efficacy, Wanita Karir, Motivasi Kerja.
PENDAHULUAN
dan kaum wanita sudah dimulai semenjak
Latar belakang Masalah
perjuangan RA Kartini yang dituangkan
Di
zaman
yang
semakin
dalam buku
Door Duistermis tox Licht
berkembang saat ini, keterlibatan kaum
(Habis Gelap Terbitlah Terang), yang berisi
wanita dalam dunia kerja sebenarnya bukan
tentang persamaan hak emansipasi antara
hal yang baru, kaum wanita mempunyai
kaum laki-laki dan kaum perempuan. Seiring dengan berjalannya waktu
kedudukan yang sama dengan kaum lakilaki,
baik
dalam
memperoleh
jenjang
hal
wanita tidak hanya menyerukan pentingnya
kesempatan
pendidikan
mendapatkan
tinggi,
pendidikan,
tetapi
juga
bekerja.
meneriakan persamaan derajat, kebebasan
Kesamaan kedudukan antara kaum laki-laki
dan peningkatan karier di segala bidang.
maupun
kesempatan
untuk
1
Muncullah gerakan besar-besaran untuk
individu mengenai kemampuannya dalam
mendapatkan kesempatan agar bisa tampil di
menjalankan tugas tertentu dikenal dengan
ruang
istilah self efficacy. Self efficacy seseorang
publik,
bekerja
dan
melakukan
aktivitas apa saja layaknya kaum adam. Wanita
yang
berkarier
menentukan seberapa besar usaha dan
adalah
motivasi seseorang dalam bekerja dan
wanita yang secara intelektual sama dengan
menyelesaikan tugasnya (Bandura, 1996).
lelaki, mereka berasumsi bahwa wanita yang telah beralih profesi sebagai ibu rumah
Self
efficacy
diri
seseorang
adalah
keyakinan
tangga dianggap wanita eksklusif yang akan
dalam
bahwa
mampu
kehilangan partisipasinya dalam masyarakat,
menghadapi situasi tertentu. Self efficacy
karena bagi mereka apa yang dikerjakan
tersebut mempengaruhi persepsi, motivasi
lelaki dapat pula dikerjakan oleh wanita
dan tindakannya dalam berbagai cara, dan
(Juliane, 2007).
mampu mempengaruhi seberapa banyak
Walaupun seorang pekerja telah
upaya yang digunakan dan seberapa lama
memiliki kemampuan alami dengan baik
seseorang dapat bertahan dalam mengatasi
yang telah dilengkapi dengan latihan yang
kehidupan yang sulit (Schwarner dalam
relevan dan sukses disertai dengan alat bantu
Zimbardo dan Gerrig, 1999). Bandura (1997) mengatakan bahwa
yang tepat, namun faktor utama yang menentukan tingkat keberhasilan individu
self
dalam melaksanakan pekerjaannya adalah
kehidupan seseorang melebihi pengetahuan
tingkat motivasi individu itu sendiri (Copper
tentang diri (self knowledge). Self efficacy
& Makin, 1995).
mempengaruhi motivasi seseorang untuk
Wanita
sangat
berperan
dalam
yang
memiliki
melakukan suatu tindakan. Self efficacy juga
membuatnya
semakin
mempengaruhi motivasi dalam beberapa
setiap
aspek seperti dalam menentukan tujuan yang
pekerjaannya dengan hasil yang optimal dan
seseorang tetapkan untuk dirinya, seberapa
prestasi yang baik. Agar dapat menampilkan
besar usaha yang mereka lakukan, berapa
prestasi
suatu
lama
dapat
kesulitan dan ketahanan dalam kegagalan,
memberikan rangsangan untuk bekerja lebih
ketika berhadapan dengan kehilangan dan
giat, dorongan atau semangat ini sering
kesulitan. Seseorang yang tidak memiliki
disebut sebagai motivasi kerja (Robbins,
keyakinan akan kemampuan yang ia miliki,
1993).
usaha dan motivasi dalam menjalankan
motivasi
akan
tertantang
dorongan
karier
efficacy
dalam
yang
baik
atau
menjalankan
dibutuhkan
semangat
yang
Disamping motivasi kerja, kinerja
ia
mampu
bertahan
menghadapi
tugas dan pekerjaannya pun akan melemah
wanita karier didukung pula oleh adanya
dan
keyakinan akan kemampuan diri dalam
Mereka yang memiliki kepercayaan diri
menjalankan
yang kuat pada kemampuan diri akan
pekerjaannya.
Keyakinan
2
mempengaruhinya
dengan
cepat.
berusaha lebih keras dan lebih termotivasi
Self efficacy dipengaruhi pula oleh
bekerja ketika menghadapi kesulitan. Hal ini
vicarious
juga menyangkut self efficacy individu
orang
dalam pencapaian kariernya.
kesuksesan dapat menimbulkan persepsi
experiences. lain
seseorang
yang
tentang
Mengamati mendapatkan
keyakinan
diri
seseorang.
TINJAUAN PUSTAKA Self Efficacy
c.
Bandura (dalam Baron & Bern
Verbal Persuasion Verbal persuasion digunakan untuk
1997) mengatakan self efficacy merupakan
meyakinkan
penilaian seseorang akan kemampuan atau
memliki kemampuan tertentu.
seseorang
bahwa
ia
suatu
d. Physiological State (Keadaan Fisilogis)
tugas, mencapai tujuan atau menghadapi
Individu biasanya memberikan tanda-
rintangan.
tanda fisiolagis sebagai cara untuk
kompetensinya
untuk
melakukan
Fiske dan Taylor (dalam Fitriani,
menilai dirinya. Misalnya dalam situasi
1991) mengatakan self efficacy merupakan
yang menekan, individu cenderung
konsep yang secara spesifik mengontrol
menjadikan ketegangan yang timbul
keyakinan,
sebagai petanda dimana ia tidak cukup
dimana
perhatiannya
pada
kemampuan untuk melakukan sesuatu yang
mampu
untuk
menguasai
khusus. Self efficacy yang kuat akan lebih
padahal ia mampu.
keadaan,
mendesak usaha dan tahan terhadap tugas. Stajkovic
dan
Luthans
(1998)
Faktor-faktor yang mempengaruhi Self
menyebutkan bahwa sel efficacy memiliki
Efficacy
dua dimensi, yaitu: Magnitude pada self Faktor-faktor yang mempengaruhi
efficacy di definisikan sebagai tingkat
keyakinan diri dapat berasal dari empat
kesulitan
prinsip sumber informasi yaitu: performance
sesorang merasa mampu melaksanakannya,
attainment, vicarious experience, verbal
dan Strenght dari self efficacy menjelaskan
persuasion,
tingkat dari keyakinan seseorang mengenai
dan
physiological
state
masalah
atau
tugas
dimana
(Bandura, 1986).
kompetensi atau kemampuan diri yang ia
a.
rasakan.
Performance Attainment Performance attainment didasari oleh mastery
experiences.
Sedangkan
Penguasaan
menurut
Bandura
(1986), self efficacy memiliki 3 komponen
materi yang menghasilkan kesukesan
yaitu
dapat
Generality dari self efficacy dan srenght dari
membangun
keyakinan
diri
seseorang.
Magnitude
self efficacy.
b. Vicarious Experience
3
pada
self
efficacy,
Karakteristik Self Efficacy Karakteristik
self
Motivasi Kerja efficacy
Menurut
Gibson,
dkk
(1990),
digambarkan oleh Bandura (1986) pada
motivasi kerja merupakan konsep yang
tabel berikut:
menguaraikan kekuatan yang ada didalam
N0 a.
b. c. d. e.
f. g. h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o. p.
q.
Tabel 1. Karakteristik Self Efficacy Self efficacy tinggi Self efficacy rendah Menetapkan tujuan Menetapkan citacita-cita atau tujuan cita atau tujuan yang tinggi yang rendah Lebih komitmen Kurang komitmen Mengerahkan Mengerahkan banyak usaha sedikit usaha Lebih ulet Menyerah pada sedikit tantangan Membayangkan Membayangkan skenario skenario kegagalan keberhasilan Optimis Pesimis Menerima tugasMenghindari tugas sulit tugas-tugas sulit Bersedia mencoba Kurang berani hal-hal baru mencoba hal-hal baru Berusaha Cenderung mengembangkan membatasi diri diri Memendang Memandang kekampuan sebagai kemampuan keahlian yang sebagai kapasitas dapat diandalkan yang tidak dapat diubah Mengatribusikan Mengatribusikan kegagalan karena kegagalan karena kurangnya usaha kurang atau keterampilan kemampuan Meningkatkan Menekankan peningkatan diri perbedaan dengan dan penyelesaian orang lain Tidak mundur Gentar dalam dalam menghadapi menghadapi tugastugas-tugas sulit tugas sulit Merasa mampu Merasa tidak dapat untuk dapat dan tidak mampu mengatasi mengatasi persoalan lebih persoalan sesukses sukses dari orang orang lain lain Bertahan dalam Bertahan dalam kegigihan defisiensi Tidak mudah Lebih mudah mengalami stress, cemas dan gangguan depresi emosional Memiliki sistem Memiliki syaraf otonam yang kerusakan pada lebih sehat respon sistem syaraf otonom seperti rusaknya fungsi kekebalan
diri
karyawan
mengarahkan
yang
perilaku
memulai untuk
dan
bekerja.
Motivasi mengarahkan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan potensi
yang
dimiliki.
Motivasi
bisa
meningkatkan semangat individu dalam melakukan aktivitasnya, termasuk dalam bekerja. Menurut
Schermerhorn
(1996),
motivasi kerja adalah dorongan dari dalam diri individu yang menjelaskan derajat, arah dan
ketekunan
dalam
berusaha
yan
diterapkan dalam bekerja. Dari bebrapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi kerja adalah dorongan dari dalam diri individu
untuk
melakukan
serangkaian
kegiatan atau tindakan dan mengarahkan prilaku
seseorang
untuk
bekerja
yang
mengarah ketercapaiannya tujuan tertentu dalam pekerjaan, sesuai dengan tanggung jawab dan kewajibannya.
Teori-teori Motivasi Kerja Berikut ini akan dijelaskan dua teori motivasi kerja, yaitu teori Dua Faktor dari Herzberg dan teori dari Mclelland (Three Needs Theory): a.
Teori Dua Faktor dari Herzberg Menurut Herzberg (dalam munandar, 2001)
ada
dua
faktor
yang
mempengaruhi semangat para pekerja yaitu hygiene dan motivator factors.
4
Hygiene factor merupakan faktor-faktor
2) The needs for power (nPow), yaitu
ketidakpuasan (dissatisfaction), yang
kebutuhan untuk dapat memerintah
bila faktor-faktor tersebut tidak ada
orang lain. 3) The needs for affiliation (n Aff),
akan menimbulkan perasaan tidak puas (dissatisfied).
Sedangkan
factors
merupakan
kepuasan
(satisfaction),
yaitu
motivator
akan
kawan,
hubungan akrab antar pribadi.
faktor-faktor yang
kebutuhan
bila Orang yang tinggi nAch-nya lebih
faktor-faktor tersebut tidak ada akan menimbulkan perasaan tidak lagi puas
senang
(not
Herzberg
berprestasi daripada imbalannya. Atau lebih
kebalikan atau lawan dari “kepuasan”
halusnya, prestasi dulu baru imbalan. Orang
bukan
Lawan
yang tinggi nPow-nya, punya semangat
kepuasan adalah “tidak ada kepuasan”,
kompetisi lebih pada jabatan daripada
dan lawan dari ketidakpuasan adalah
prestasi. Orang tipe demikian senang bila
“tidak ada ketidakpuasan”.
diberi jabatan yang dapat memerintah orang
Menurut Herzberg (dalam Ridho, 2005),
lain. Dan orang yang tinggi nAff-nya kurang
yang
faktor
kompetitif, mereka lebih senang berkawan,
pekerjaan
kooperatif, dan hubungan antar pribadi yang
satisfied).
Menurut
“ketidakpuasan”.
tergolong
motivasional
sebagai
adalah
seseorang, keberhasilan yang diraih,
menghadapi
tantangan
untuk
akrab.
kesempaan bertumbuh, kemajuan dalam berkarier, dan pengakuan orang lain.
Indikator Motivasi Kerja
hygiene
Banyak sekali hal yang dapat
mencakup antara lain status seseorang
menjadi indikator tinggi rendahnya motivasi
dalam organisasi, hubungan seseorang
karyawan dalam satu oraganisasi. Menurut
dengan
Hasibuan (2001) motivasi kerja yang tinggi
Sedangkan
faktor-faktor
rekan-rekan
kebijaksanaan
sekerjanya,
organisasi,
menyebabkan:
sistem
a.
administrasi dalam organisasi, kondisi
Timbulnya gairah dan semangat kerja karyawan.
kerja dan sistem imbalan yang berlaku. b.
Terciptanya suasana dan hubungan kerja yang baik.
b. Teori Mclelland (Three Needs Theory) c.
David Mclelland (dalam Anoraga,
Tingginya
rasa
tanggung
jawab
terhadap tugas-tugasnya.
1995) berpendapat ada tiga macam d.
motif atau kebutuhan (needs) yang
Meningkatnya moral dan kepuasan kerja karyawan
relevan dengan situasi lingkungan kerja. 1) The needs for achievement (nAch), yaitu kebutuhan untuk berprestasi,
e.
Meningkatnya produktivitas karyawan
f.
Meningkatnya kreatifitas dan partisipasi karyawan.
untuk mencapai sukses.
5
g.
Meningkatnya kesejahteraan karyawan
h.
Meningkatnya
efisiensi
terhadap diri sendiri dan organisasi.
penggunaan
6.
alat-alat dan bahan baku. i.
Meningkatnya
tanggung
jawab,
akan
diliputi dengan rasa percaya.
mutu
hasil
kerja
7.
karyawan. j.
Pelimpahan
Kesempatan,
merupakan
motivator
untuk berprestasi dan menjadi lebih
Terciptanya
suasana
kerja
yang
pekerja
yang
produktif.
bersahabat. k.
Terciptanya
kinerja
Pendapat lain Schultz, dkk (1990)
memuaskan l.
m.
mengatakan bahwa motivasi kerja dapat
Karyawan
berusaha
untuk
dipengaruhi oleh keadaan pekerjaannya,
mengembangkan diri
antara lain: kebutuhan, usia, jenis kelamin,
Meningkatnya disiplin karyawan dalam
tingkat pendidikan, keterampilan masa kerja,
menjalankan tugas.
tingkat jabatan dan jenis pekerjaan.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dari
Motivasi Kerja Motivasi karyawan ditentukan oleh
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi motivasi kerja yang telah
motivator yang merupakan faktor pendorong
disebutkan
yang dapat menimbulkan karyawan sehingga
kesimpulan
mempengaruhi
mempengaruhi motivasi kerja meliputi:
perilakku
karyawan.
diatas,
maka
bahwa
dapat
faktor-faktor
ditarik yang
Menurut Hasibuan (2001) faktor-faktor yang
uang,
mempengaruhi motivasi kerja antara lain:
kebanggaan,
1.
kebutuhan (needs), usia, jenis kelamin,
Uang,
dianggap
sebagai
lambang
pujian,
perhatian,
persaingan,
perlimpahan,
kesempatan,
prestise, prestasi dan dapat digunakan
tingkat
sebagai alat untuk mempertahankan
kerja, tingkat jabatan, serta bidang atau jenis
karyawan agar tidak berpindah ke
pekerjaan.
pendidikan,
keterampilan,
masa
organisasi lain. 2.
Pujian, diberikan oleh atasn ketika karyawan bekerja dengan baik, sehingga dapat
3.
4.
5.
mendorong
karyawan
Wanita Karir Menurut
untuk
Gibson
(dalam
bekerja lebih baik lagi.
Satiadarma, Suryadi & Wirawan, 2004)
Perhatian, dapat menimbulkan susana
wanita karir adalah dimana wanita memiliki
informal yang akrab jika diberikan
rangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan
dengan sungguh-sungguh.
dengan pengalaman dan aktivitas kerja
Persaingan,
disukai
sebagian
besar
selama rentang waktu kehidupannya dan
karyawan dan akan melakukannya bila
rangkaian
memiliki peluang untuk menang.
berkelanjutan. Sedangkan menurut Dadan
Kebanggan,
(dalam Noegroho & Tanajaya, 1995) wanita
meliputi
kebanggan
6
aktivitas
kerja
yang
terus
karir ialah seseorang yang memiliki ilmu
Sumber-sumber Masalah Pada Wanita
pengetahuan, Keterampilan, dan jabatan
Karir
penting tertentu didalam pekerjaannya.
Menurut
Wanita
karir
adalah
Fairbairn
(dalam
Satiadarma,
Suryadi & Wirawan, 2004) Faktor-faktor
seseorang
wanita yang melakukan aktivitas di luar
yang
menjadi sumber permasalahan bagi
urusan keluarganya baik itu di kantor,
wanita karir, antara lain:
yayasan, atau usaha wiraswasta
(Susanti
a.
Faktor internal
dalam Satiadarma, Suryadi & Wirawan,
b.
Faktor Eksternal
2004). Wanita karir ialah individu yang
Manfaat Berkarir Bagi Wanita
memiliki pikiran untuk bekerja artinya
Menurut
Siregar
(dalam
berada dikantor (Tyler dalam Noegroho &
Satiadarma, Suryadi & Wirawan, 2004) ada
Tanajaya, 1995).
beberapa manfaat positif baik bagi wanita
Berdasarkan
dari
beberapa
yang berkarir maupun bagi keluarga, antara
definisi yang telah disebutkan diatas maka
lain :
dapat disimpulkan bahwa wanita karir ialah seorang wanita yang memiliki rangkaian sikap, ilmu pengetahuan, serta keterampilan
a.
Mendukung ekonomi rumah tangga
b.
Meningkatkan
harga
diri
dan
pemantapan identitas
yang berkaitan dengan pengalaman selama rentang waktu kehidupannya dan melakukan
c.
aktivitas di dalam kantor, yayasan maupun
Relasi yang sehat dan positif dengan keluarga yang bekerja
usaha wiraswasta.
Faktor-Faktor Yang Mendasari Wanita
d.
Pemenuhan kebutuhan sosial
e.
Peningkatan skill dan kompetensi
Berkarir Faktor-faktor
yang
Hubungan Antara Self Efficacy Dengan
mendasari
Motivasi Kerja Pada Wanita Karir
kebutuhan seorang wanita untuk berkarier
Di
hingga mereka mau menghadapi berbagai
zaman
yang
semakin
resiko yang akan dihadapi (Rambo dalam
berkembang saat ini, keterlibatan kaum
Noegroho & Tanajaya, 1995). Berikut ini
wanita dalam dunia kerja sebenarnya bukan
adalah beberapa diantaranya:
hal yang baru, kaum wanita mempunyai kedudukan yang sama dengan kaum laki-
a.
Kebutuhan Finansial
b.
Kebutuhan Sosial-Relasional
c.
Kebutuhan Aktualisasi diri
laki,
baik
dalam
memperoleh
jenjang
hal
kesempatan
pendidikan
maupun kesempatan untuk bekerja.
7
tinggi,
Wanita karir adalah dimana wanita
melakukan berbagai aktivitasnya, termasuk
memiliki rangkaian sikap dan perilaku yang
dalam bekerja (Gibson, 1990).
berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas
Disamping motivasi kerja, kinerja
kerja selama rentang waktu kehidupannya
wanita karier didukung pula oleh adanya
dan rangkaian aktivitas kerja yang terus
keyakinan akan kemampuan diri dalam
berkelanjutan (Gibson, dalam Satiadarma,
menjalankan
Suryadi & Wirawan, 2004).
individu mengenai kemampuannya dalam
pekerjaannya.
Keyakinan
Dalam menjalankan pekerjaannya
menjalankan tugas tertentu dikenal dengan
wanita karir memiliki motivasi kerja yang
istilah self efficacy. Self efficacy seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
menentukan seberapa besar usaha dan
mendasari sehingga seorang wanita karier
motivasi seseorang dalam bekerja dan
mau menghadapi berbagai resiko yang akan
menyelesaikan tugasnya (Bandura, 1996).
dihadapi, faktor tersebut adalah kebutuhan
Self
finansial, kebutuhan sosial-relasional, dan
kemampuan
kebutuhan aktualisasi diri (Rambo, dalam
membentuk perilaku yang relevan pada
Noegroho & Tanajaya, 1995).
tugas atau situasi khusus. Self efficacy atau
Fairbairn
(dalam
Satiadarma,
perasaan
efficacy
mengacu
kepada
yang
dirasakan
untuk
mampu
untuk
menampilkan
Suryadi & Wirawan, 2004) mengatakan
tindakan yang relevan
adanya motivasi kerja merupakan salah satu
memainkan
sarana atau jalan yang dapat dipergunakan
memotivasi secara terus menerus sehingga
oleh wanita dalam menemukan makna
mempengaruhi seseorang untuk memilih
hidupnya.
tujuan, usaha dan ketekunan
Dengan
mencipta,
berkarya,
berkreasi,
mengekspresikan
mengembangkan
diri
dan
diri,
orang
peranan
dengan situasi, penting
dalam
menghadapi
pencapaian tujuan tersebut (Pervin, 1994). Seseorang
lain,
yang
memiliki
pengalaman,
kemampuan menguasai tugas-tugas yang
menghasilkan sesuatu, serta mendapatkan
diberikan dan motivasi kerja yang tinggi
penghargaan merupakan bagian dari proses
terlihat mengeluarkan usaha yang lebih
penemuan dan pencapaian kepenuhan diri.
besar dibandingkan jika ia memiliki keragu-
membagikan
ilmu
dan
Motivasi kerja merupakan konsep
raguan akan kemampuan diri dan motivasi
yang menguraikan tentang kekuatan yang
kerja yang rendah (Bandura, 1986). Individu
ada dalam diri individu (self efficacy) yang
yang meyakini bahwa ia kurang memiliki
memulai dan mengarahkan perilakunya
kemampuan cenderung untuk menghindari
dalam
aktifitas
bekerja.
Motivasi
mengarahkan
yang
menantang
yang
dapat
individu untuk melakukan suatu pekerjaan
meningkatkan kemampuan dirinya, dan
tertentu sesuai dengan motivasi kerja yang
lebih cepat menyerah ketika mengalami
dimilikinya.
kesulitan.
Motivasi
kerja
mampu
meningkatkan semangat individu dalam
8
Dalam menjalankan pekerjaannya,
METODE PENELITIAN
seseorang yang memiliki self efficacy yang
Penelitian
ini
menggunakan
tinggi, cenderung akan memiliki keyakinan
kuantitatif dengan 2 variabel yang akan
yang tinggi, semangat yang tinggi dan sikap
diteliti yaitu motivasi kerja sebagai variabel
yang tidak mudah putus asa. Self efficacy
kriterium dan self efficacy sebagai variabel
yang tinggi dapat mendorong seseorang
prediktor. menggunakan teknik wawancara
untuk berusaha menampilkan kemampuan
dan observasi.
dapat
Populasi dan sampel penelitian
mendorongnya untuk lebih giat bekerja,
dalam penelitian ini adalah wanita karier
berusaha berusaha lebih keras serta tidak
pada sebuah perusahaan
mudah
mengalami
orang. Karakteristik subjek dalam penelitian
membuat
ini adalah wanita karir yang bekerja di suatu
sesuatu
perusahaan, berpendidikan minimal SMU
mengerahkan baik tenaga, sumber daya
dan memiliki masa kerja minimal 2 tahun
kognitif, dan segala kemampuan yang
dengan asumsi, wanita karir yang memiliki
dimilikinya untuk mencapai hasil yang
masa kerja 2 tahun akan lebih memikirkan
terbaik (Bandura, 1986).
jenjang karirnya dalam suatu perusahaan.
dan
kinerja
terbaiknya
menyerah
kesulitan.
Self
seseorang
dalam
Self
dan
sekalipun
effcacy
akan
mengerjakan
efficacy
yang
dimiliki
Alat
seseorang berperan dalam mempengaruhi
penelitian
dan
kuesioner.
motivasinya
dalam
bekerja
yang
berjumlah 39
pengumpulan ini
dengan
Adapun
data
dalam
menggunakan
kuesioner
yang
meliputi beberapa aspek seperti dalam
digunakan berisi data isian identitas subjek,
menentukan tujuan yang seseorang tetapkan
skala motivasi kerja, dan skala self efficacy.
untuk dirinya, seberapa besar usaha yang
Data isian identitas subjek berisi usia, masa
mereka
kerja, jabatan, dan tingkat pendidikan.
lakukan,
berapa
lama
mereka
1.
mampu bertahan menghadapi kesulitan dan
Skala Motivasi Kerja
ketika
Dalam hal ini motivasi kerja dapat
dan
diukur dengan menggunakan faktor-
kesulitan. Wanita karier yang tidak memliki
faktor motivasi kerja yang disusun
kemampuan usaha dan motivasi kerjanya
berdasarkan teori dua faktor Herzberg,
akan
antara lain :
ketahanan berhadapan
dalam dengan
melemah
dan
kegagalan kehilangan
mempengaruhinya
a.
dengan cepat. Sedangkan mereka yang mempunyai
kepercayaan
diri
Faktor Motivator Aspek-aspek
akan
dalam
berhubungan
faktor
kemampuannya akan berusaha lebih keras
motivator
dan lebih termotivasi untuk bekerja ketika
aspek
menghadapi kesulitan (Bandura, 1986).
pekerjaan itu sendiri. Jadi dalam hal
yang
terkandung
dengan dalam
ini berhubungan dengan job content
9
atau
aspek
instrinsik
dalam
Tehnik Analisa Data
pekerjaan. b.
Untuk menguji penelitian ini, yaitu
Faktor Hygiene
melihat adanya peranan positif dari self
Faktor-faktor hygiene ini berfungsi
efficacy terhadap motivasi kerja, teknik
dalam pengurangan rasa sakit dan
analisis dilakukan dengan menggunakan
sama sekali tidak berhubungan
teknik regresi sederhana, dengan bantuan
dengan faktor motivator. Faktor
program komputer SPSS versi 13.0
hygiene ini adalah faktor yang berada
di
sekitar
pelaksanaan
PEMBAHASAN
pekerjaan, yaitu yang berhubungan
2.
Penelitian
ini
berusaha
untuk
dengan job context, atau aspek
mengetahui adanya peranan dari self efficacy
ekstrinsik dari pekerjaan. Faktor
terhadap motivasi kerja pada wanita karir.
yang
Hasil analisis setelah dilakukan uji regresi
tergolong
dalam
faktor
hygiene ini merupakan faktor yang
sederhana
dapat menimbulkan ketidakpuasan
diterima. Peranan self efficacy terhadap
kerja
motivasi kerja gabungan
jikan
faktor-faktor
tidak
diketahui
bahwa
hipotesis
diperoleh R
dipenuhi. Sebaliknya, jika faktor-
Square sebesar 0,168. Jadi terdapat peranan
faktor ini terpenuhi maka dapat
positif dari self efficacy terhadap motivasi
menghindari ketidakpuasan kerja
kerja gabungan sebesar 16,8%. Selebihnya,
namun tidak akan menyebabkan
83,8% diprediksi dari faktor-faktor lain,
kepuasan kerja.
diantaranya
uang,
persaingan,
kebanggaan,
Skala Self efficacy Validitas
dan
pujian,
perhatian, perlimpahan,
kesempatan, kebutuhan (needs), tingkat Reliabilitas
Alat
pendidikan,
keterampilan,
masa
kerja,
Pengumpulan data menurut Anastasi &
tingkat jabatan, serta bidang atau jenis
Urbina (1997), menyatakan bahwa konsep
pekerjaan.
mengenai validitas pada sebuah alat tes
Bahwa
self
efficacy
memiliki
menyangkut apa yang diukur dalam tes dan
peranan positif terhadap motivasi kerja, hal
seberapa baik tes itu bisa diukur. Uji
ini sesuai dengan teori dari Bandura (1997)
validitas alat ukur dalam penelitian ini
yang
menggunakan analisa product moment dari
mempengaruhi motivasi dalam beberapa
Karl Pearson dengan cara mengkorelasikan
aspek seperti dalam menentukan tujuan yang
skor tiap-tiap item dengan skor total dari
seseorang tetapkan untuk dirinya, seberapa
skala.
besar usaha yang mereka lakukan, berapa
1.
Uji Validitas
lama
2.
Uji Reliabilitas
kesulitan dan ketahanan dalam kegagalan,
10
mengatakan
ia
mampu
self
bertahan
efficacy
menghadapi
ketika berhadapan dengan kehilangan dan
penelitian yang dituntut harus memiliki
kesulitan.
tingkat
Berdasarkan
hasil
uji
regresi
keyakinan
diri
untuk
dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-
sederhana antara self efficacy dengan faktor
baiknya
motivator diperoleh R Square sebesar 0,090.
pekerjaannya.
dan
bertanggung
jawab
atas
Jadi peranan self efficacy terhadap motivasi
Berdasarkan deskripsi data subjek
kerja sebesar 9%. Sedangkan hasil uji
penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa
regresi sederhana antara self efficacy dengan
subjek yang berusia lebih dari 40 tahun
faktor hygiene diperoleh R Square sebesar
mempunyai motivasi kerja yang tinggi, hal
0,121. Jadi peranan self efficacy terhadap
ini sesuai dengan teori Schultz, dkk (1990),
motivasi kerja sebesar 12,1%. Dengan
bahwa motivasi kerja meningkat sejalan
demikian diketahui bahwa self efficacy
dengan meningkatnya usia pekerjaan. Hal ini
mempunyai
kuat
disebabkan oleh pekerja yang lebih muda
terhadap faktor hygiene. Menurut Herzberg
masih sering berpindah-pindah pekerjaan,
(dalam
ini
mungkin pula pekerja yang masih muda
dikarenakan wanita karir dalam subjek
masih belum berpijak pada realitas, sehingga
penelitian bekerja lebih mengembangkan
sering
sikapnya dengan faktor eksternal (hygiene)
bekerja
yang mencakup antara lain status seseorang
motivasi kerja dan kepuasan kerjanya.
peranan
Munandar,
yang
lebih
2001),
hal
mengalami dan
kekecewaan
menyebabkan
dalam
rendahnya
seseorang
Dari hasil deskripsi data subjek
sekerjanya,
penelitian diketahui bahwa subjek penelitian
sistem
dengan masa kerja 2 sampai dengan 4 tahun
administrasi dalam organisasi, kondisi kerja
mempunyai motivasi kerja yang lebih tinggi
dan sistem imbalan yang berlaku.
daripada kelompok masa kerja yang lain.
dalam
organisasi,
dengan
hubungan
rekan-rekan
kebijaksanaan
organisasi,
Berdasarkan
kategori
Hal ini sesuai dengan teori Schultz, dkk
subjek penelitian dalam motivasi kerja,
(1990), yang menyebutkan bahwa hubungan
diketahui
ini
antara masa kerja dengan motivasi dan
termasuk dalam kategori tinggi, hal ini
kepuasan kerja adalah merupakan suatu hal
karena subjek penelitian memiliki pekerjaan
yang kompleks. Pada awal masa kerja
yang
dapat
biasanya pekerja memiliki motivasi kerja
menyelesaikan dengan tepat waktu dan
yang masih tinggi karena masih tertantang
menggunakan kreatifitas yang dimiliki.
untuk mempelajari berbagai keahlian baru.
bahwa
menuntut
subjek
karyawan
Berdasarkan subjek diketahui
penelitian bahwa
deskripsi
penelitian
agar
deskripsi dalam
subjek
kategori
Selain itu, pekerjaan terasa lebih menarik
self-efficacy, penelitian
karena merupakan sesuatu yang baru.
ini
termasuk dalam kategori sangat tinggi, hal ini berkaitan dengan pekerjaan subjek
11
SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut: 1.
Bagi perusahaan, diharapkan untuk tetap
memperhatikan
karyawannya,
khususnya karyawan wanita bahwa pentingnya peranan self efficacy dalam kaitannya mereka.
dengan
motivasi
Perusahaan
harus
kerja mampu
mempertahankan self efficacy yang tinggi yang dimiliki oleh karyawannya untuk meningkatkan motivasi kerja yang dimiliki. Beberapa hal yang dapat dilakukan
perusahaan
misalnya
penberian bonus yang sesuai terhadap karyawan
yang
berprestasi
dan
mengadakan kegiatan yang bersifat meningkatkan pelatihan
–
self
efficacy,
pelatihan
dan
seperti familiy
gathering.
2. Bagi wanita karir, diharapkan untuk dapat mempertahankan self efficacy yang
sudah
tinggi
atau
bahkan
meningkatkan lagi self efficacy, agar dapat memilliki motivasi kerja yang tinggi dan dapat memberikan kinerja terbaiknya bagi perusahaan tempatnya bekerja. 3. Bagi
peneliti
disarankan
untuk
variabel
lainnya
selanjutnya, memperhatikan yang
mungkin
berpengaruh pada self efficacy maupun motivasi kerja, misalnya tingkat usia, pendidikan, kecerdasan emosi agar hasil penelitian yang lebih komprehensif.
12
DAFTAR PUSTAKA Gibson, L. Dkk. (1990). Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Anastasi, A. & Susana, U. (2003). Tes psikologi. Jakarta: PT Indeks Gramedia Group.
Gilbert,
O.
Anoraga, P. & Suyadi, S. (1995). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. As'ad, Moh. (2003). Psikologi industri. Yogyakarta: Liberty.
Hall, C. S. & Lindsy. G. Alih bahasa: A. Supratiknya. (1993). Psikologi Kepribadian: Teori-teori sifat dan behavioristik. Yogyakarta: Kanisius.
Azwar, S. (2002). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Bandura, A. (1986). Social foundation of though and action: Social cognitive theory. Eglewoog Cliff, New Jersey: Preenpice Hall. Bandura,
A.
(1994). Hubungan antara motivasi kerja dengan komitmen karyawan terhadap organisasi. Makalah. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Ilmiah.
Hasibuan, M. S. P. (2001). Manajemen: dasar, pengertian dan masalah. Jakarta: PT Bumi Aksara. Khotimah, K. (2005). Hubungan antara persepsi terhadap gaya kepemimpinan partisipasif dengan motivasi kerja pada karyawan millenium Hotel di Jakarta. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.
(1997). Self efficacy in changing societies. New York: Cambrige University Press.
Baron, R. A. dan Byrne, D. (1997). Social ed). phychology (5th Massachusetts Allyn & Bacon.
Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Berry, J. W., Pootiga, Y. H., Segall, M. H., & Dasen, P. R. (1996). Psikologi lintas budaya: Riset dan aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Nasir,
Cahyono, B. T. (1996). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Badan Penerbit IPWI.
M.
(1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Noegroho, F. M. & Tanajaya, M. (1995). Perbedaan Faktor-faktor Keikatatan Karir Karyawan Terhadap Orang Ditinjau dari Jenis Kelamin. Jurnal Ilmiah Psikologi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Desi, F. (2001). Hubungan Antara Self efficacy dengan pemulihan pada pengguna narkoba. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara.
Pervin, L. A & John, O. P. 1996. Personality Theory and Reseach (7th ed). United State: Jhon Wiley & Sons. Inc.
Fitriani, D. (1991). Hubungan antara self efficacy dengan goal orientation. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Rini, J. F. (2005). Wanita Bekerja. www.epsikologi.com.
13
Robbins, S. P. (1993). Organizational Behavior : Concept, Controversies and Applications. Sixth Edition. New Jersey : Prentice Hall International, Inc Robbins, S. P. (2001). Perilaku Organisasi. Alih bahasa : Lilian Yowono. Jakarta: PT Prenhallindo. Satyadarma, M. Suryadi, D. & Wirawan, H. (2004). Gambaran Konflik Emosional Wanita Dalam Menentukan Prioritas Peran Ganda. Jurnal Ilmiah Psikologi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara. Schermon. (1996). Management (5th ed). New York : John Wiley & Sons. Schultz,
dkk. (1990). Psychology and Industry Today : An Introduction to Industrial & Organizational Psychology (5th ed). London : Maxwell Macmillan International Editions
Stajkovic, S & Luthans, M.(1998). Dimensi dari Self Efficacy Available Http : //www.emory.edu./EDUcation /effstajkovic.ppt;Sept 7, 2004 Suprapto. (2007). Karir Wanita dan Wanita Karir. wordpress.com. Suryadewi, D. M. (2002). Hubungan Antara Self Efficacy Beliefs dengan Stress Kerja Pada Manager Madya. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Wexley, J. N & Yulk, G. A. (1997). Organizational Behaviour & Personal Psychology. Alih Bahasa : Moh. Sobaruddin. Jakarta : Rineka Cipta
14