PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU DI SDI AL-IHSAN BAMBU APUS PAMULANG
Disusun Oleh: ABDUL MU’MIN 106018200727
JURUSAN KI-MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
ABSTRAK Abdul Mu’min. NIM: 106018200727. Peranan Kepala Sekolah Dalam Rangka Meningkatkan Profesionalisme Guru di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang. Skripsi Program Strata 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang peranan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru yang meliputi enam aspek, yaitu: peran kepala sekolah sebagai leader, peran kepala sekolah sebagai motivator, peran kepala sekolah sebagai supervisor, peran kepala sekolah sebagai inovator, peran kepala sekolah sebagai manajer, dan peran kepala sekolah sebagai edukator. Penelitian ini dilakukan di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang pada bulan januari – februari 2011. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru dan staff karyawan SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel guru yang mengajar di SDI Al-Ihsan sebanyak 20 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa: pelaksanaaan peran kepala sekolah di SDI Al-Ihsan berjalan dengan cukup baik dalam hal ini peran kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru sangat dominan. Pemberdayaan tenaga pengajar (peningkatan profesionalisme guru), karyawan, peningkatan sarana pembelajaran, pengawasan terhadap proses belajar mengajar yang kesemuanya dapat berjalan dengan cukup baik, ditentukan melalui peran kepala sekolah yang meliputi ke enam dimensi tersebut diatas. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi pihak sekolah yang menjadi tempat penelitian, para civitas akademika, para mahasiswa, para pengajar terutama dalam rangka memberikan motivasi
kepada
mahasiswa
agar
pendidikannya.
iv
senantiasa
meningkatkan
prestasi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahma dan hidayah-Nya kepada penulis, sholawat dan saam semoga tercurah keharibaan junjungan Alam Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dan moril maupun materil kepada penulis dalam rangka menyelesaikan skripsi ini, ole karena itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih dan salam hormat yang setingi-tingginya kepada: 1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed., M.Phil, Ketua Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Muarif SAM, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Prof. Dr. Hj. Zurinal, MA. pembimbing penulisan skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmu dan wawasannya kepada penulis, baik secara teoritis maupun praktis selama penulis berada diperkuliahan. 6. Pengurus dan karyawan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, yang telah menyediakan buku-buku dan sumber data kepustakaan lainnnya, sehingga dapat membantu kelancaran dalam studi kepustakaan. 7. Seluruh Staff Jurusan/Program Studi Kependidikan Islam/Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
8. Ayahanda tercinta Alm. H. Hasid semoga ini menjadi bagian dari amal ibadah almarhum, Ibunda tercinta Hj. Konik, kakak-kakaku tercinta yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan kasih sayang kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 9. Bapak Drs. Agus Sunardi kepala sekolah Al-Ihsan dan seluruh guru-guru serta staf SDI Al-Ihsan Bambu apus yang telah membantu memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian di SDI Al-Ihsan. Semoga jasa baik mereka diterima Allah SWT. dengan pahala yang berlipat ganda. Amiin. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Jakarta, Mei 2011
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pernyataan........................................................................................... i Pengesahan Pembimbing Skripsi ..................................................................... ii Pengesahan Dosen Penguji .............................................................................. iii Abstrak ............................................................................................................ iv Kata Pengantar ................................................................................................ v Daftar Isi .......................................................................................................... vi Daftar Tabel .................................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Peran Kepala Sekolah ...................................... 6 1. Pengertian Peranan Kepala Sekolah ........................................ 6 2. Tipologi Kepemimpinan ........................................................ 7 3. Peranan Kepala Sekolah .......................................................... 12 B. Profesionalisme Guru .................................................................... 15 1. Pengertian Profesionalisme ..................................................... 15 2. Profesionalisme Keguruan ...................................................... 16 3. Bentuk Kompetensi Guru Dalam Mengajar Di Sekolah ......... 20
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian .......................................................................... 22 B. Tempat Dan Waktu Penelitian ...................................................... 22 C. Metode Penelitian .......................................................................... 22 D. Populasi Dan Sampel Penelitian ................................................... 23 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 23 F. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ......................................... 24 G. Definisi Konseptual, Operasional, dan Kisi-kisi Instrumen Penelitian ....................................................................................... 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ............................................. 29 B. Analisis Dan Interpretasi Data ...................................................... 36 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 64 B. Saran .............................................................................................. 65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah memegang suatu peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi dan mengarahkan semua personil sekolah yang ada, agar dapat bekerja sama dalam usaha pencapaian tujuan organisasi sekolah. Tidak kalah pentingnya adalah produktivitas organisasi sekolah sebagaimana yang tampak dalam bentuk efektivitas dan efisiensi pengelolaannya serta kualitas dan kuantitas dari lulusannya, banyak ditentukan oleh adanya suatu kedisiplinan kerja yang tinggi dalam “penampilan kerja atau kinerja” (work performance) dari para personil sekolah. Kinerja guru-guru dalam suatu wujud pelaksanaan tugas mendidik dan mengajar para peserta didiknya, sangat banyak juga ditentukan atau dipengaruhi oleh adanya motivasi kerja mereka. Perilaku kepemimpinan yang efektif dari kepala sekolah sangat menentukan atau sangat mempengaruhi kinerja guru-guru. Kepala sekolah memiliki peran sebagai pemimpin di sekolahnya yang bertanggung jawab untuk memimpin proses pendidikan di sekolah, berkaitan dengan peningkatan mutu SDM, peningkatan profesionalusme guru, karyawan dan semua yang berhubungan dengan sekolah di bawah naungan kepemimpinan kepala sekolah.
1
2
Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas secara efektif, perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pengembangan SDM merupakan proses peningkatan kemampuan manusia agar mampu melakukan pilihan-pilihan. Pengertian ini memusatkan perhatian pada pemerataan dalam peningkatan kemampuan manusia dan pemanfaatan
kemampuan
itu.
Rumusan
tersebut
menunjukkan
bahwa
pengembangan SDM tidak hanya sekedar meningkatkan kemampuan, tetapi juga menyangkut pemanfaatan kemampuan tersebut.1 Kepala sekolah adalah seorang guru yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural di sekolah, ia ditugaskan untuk mengelola sekolah. Kepala sekolah yang berhasil adalah apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai
organisasi
yang
kompleks.
Studi
keberhasilan
kepala
sekolah
menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Bahkan lebih jauh studi tersebut menyimpulkan bahwa “Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah”.2 Peranan kepala sekolah sebagai pemimpin mencerminkan tanggung jawab kepala sekolah untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah, sehingga lahir etos kerja dan produktivitas yang tinggi dalam mencapai tujuan. Fungsi kepemimpinan ini amat penting sebab disamping sebagai penggerak juga berperan untuk melakukan kontrol segala aktifitas guru (dalam rangka meningkatkan professional mengajar), staf dan siswa dan sekaligus untuk meneliti persoalan-persoalan yang timbul dilingkungan sekolah.3 Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Strategi ini dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu (MMT), yang telah popular dalam dunia bisnis dan industri dengan istilah Total Quality Management (TQM). Strategi ini merupakan 1
E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 23-24. 2 Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 82. 3 Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 90.
3
usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus menerus memperbaiki kualitas layanan, sehingga fokusnya diarahkan kepelanggan dalam hal ini peserta didik, orang tua peserta didik, pemakai lulusan, guru, karyawan, pemerintah dan masyarakat. Sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah agar pelanggan puas: yakni layanan sesuai dengan yang dijanjikan (reability), mampu menjamin kualitas pembelajaran (assurance), iklim sekolah yang kondusif (tangible), memberikan perhatian penuh kepada peserta didik (emphaty), cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik responsiveness).4 Lancar atau tidaknya suatu sekolah dan tinggi rendahnya mutu sekolah tidak hanya ditentukan oleh jumlah guru dan kecakapannya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan disekolahnya. Untuk meningkatkan mutu pendidikan bukanlah memanfaatkan kesanggupan guru, dan bagaimana kepala sekolah dapat mengikutsertakan semua potensi yang ada
dalam
kelompoknya
semaksimal
mungkin.
Mengikutsertakan
dan
memanfaatkan anggota-anggota kelompoknya itu, tidak dapat dengan cara dominasi yang otoriter. Sebab dengan cara yang otoriter ia akan mempunyai sikap “lebih”, sehingga tidak dapat menimbulkan rasa tanggung jawab yang sebaikbaiknya. Dan rasa tanggung jawab inilah yang diperlukan sebagai penggerak dan penghasil potensi yang maksimal. Karena itu mengikutsertakan memanfaatkan anggota kelompok hendaknya dilakukan atas dasar; respect terhadap sesama manusia, saling menghargai dan saling mengakui kesanggupan masing-masing.5 Salah satu upaya yang dapat ditempuh oleh kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di sekolah untuk meningkatkan pemberdayaan guru dalam mengajar adalah melalui Manajemen Sumber Daya Manusia. Ini merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam hal ini masih banyak kelemahan-kelemahan yang ada dalam pendidikan di sekolah. Salah satu kelemahan yang krusial adalah manajemen yang sangat sederhana baik itu
4
E. Mulyasa, op. cit., hlm. 26 . Ahmad Rohani HM., Abu Ahmadi., Pedoman Penyelenggaran Administrasi di Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 75. 5
4
mengenai SDM, kurikulum, dan komponen-komponen pendidikan lainnya sehingga pendidikan tidak direncanakan dengan baik. Oleh
karena
itulah,
upaya
kepala
sekolah
dalam
peningkatan
profesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah melalui peningkatan manajemen sumber daya manusia (MSDM), mendesak untuk dilaksanakan. Sebab jika profesionalisme guru dalam mengajar dapat dikelola dengan baik maka segala potensi yang dimilikinya dapat didayagunakan dengan semaksimal mungkin sehingga akan lahir out put pendidikan sekolah yang bermutu dan berkualitas. Dari penjelasan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk membuat karya ilmiah yang berjudul tentang “Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di SDI AL-Ihsan Bambu Apus Pamulang”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan kepala sekolah yang dilaksanakan di SDI Al-Ihsan ? 2. Apakah peranan kepala sekolah sebagai pemimpin sudah mencerminkan tanggung jawab sebagai kepala sekolah? 3. Apakah pelaksanaan peranan kepala sekolah di SDI Al-Ihsan telah berjalan dengan baik?
C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya bahasan objek yang akan diteliti, maka masalah dibatasi pada peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru yang meliputi pada peranana kepala sekolah sebagai leadership, motivator, supervisor, innovator, manajer, dan edukator.
5
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah: Bagaimana peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru dari segi dimensi leadership, motivator, supervisor, innovator, manajer, dan edukator. E. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan tentang peran kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi kepala sekolah dapat dijadikan acuan untuk mengetahui bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di SDI Al-Ihsan. 2. Dapat dijadikan dorongan bagi para guru untuk menjadi guru yang profesional dan untuk meningkatkan kualitas kerja dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. 3. Bagi peneliti dapat bermanfaat memberikan informasi yang aktual dalam mengembangkan diri sendiri serta mengetahui peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalme guru yang ada di SDI AlIhsan Bambu Apus Pamulang Tangerang Selatan.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Peran Kepala Sekolah 1. Pengertian Peranan Kepala Sekolah a. Pengertian Peran Menurut kamus Oxford Dictionary, “peran atau role adalah actor’s part; one’s task or function, yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi. Karena itulah, ada yang disebut dengan role expectation, yaitu harapan mengenai peran seseorang atas harapan dari si pemberi tugas dan harapan dari orang yang menerima manfaat dari pekerjaan tersebut”.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “...peran berarti perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
1
Artikel diakses pada 16 Januari 2011 dari http://Digilib.sunan-ampel.ac.id/.../hubptaingdl-mohasroful-7712-3-babii.pdf.
6
7
berkedudukan di masyarakat....”2 Selanjutnya Veithzal Rivai dan Sylviana Murni menjelaskan, “peran adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu”.3 Berdasarkan definisi-definisi di atas penulis menarik simpulan, peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat atau sebuah lembaga. Dalam hal ini, kepala sekolah perlu menjalankan perannya sesuai dengan hak dan kewajibannya. Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan sekolah, maka seseorang yang diberi (atau mendapatkan) suatu posisi, diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sikap tanggung jawab dan profesional dari pemegang peran tersebut. b. Pengertian Kepala Sekolah Kata Kepala Sekolah terdiri dari dua kata kunci yaitu "Kepala" dan "Sekolah". Kepala berarti ketua atau pemimpin dalam sebuah organisasi atau lembaga. Sedangkan Sekolah adalah sebuah lembaga tempat menerima dan memberi pelajaran.4 Dengan demikian dapat diambil kesimpulan yang sederhana bahwa Kepala Sekolah berarti seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas memimpin suatu lembaga pendidikan di mana terjadi proses belajar mengajar. 2. Tipologi Kepemimpinan Dari sekian banyak pemimpin mayoritas dari mereka cara menempuh tujuan pendidikannya tidak sama walaupun prinsip-
2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Ed. III, Cet. 4, h. 854. 3 Veithzal Rivai dan Sylviana Murni, Education Management; Analisis Teori dan Praktik (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2009), h. 745. 4 Wahyu Sumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah, Tinjauan Teoritis dan Permasalahannya, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1999, h. 88
8
prinsipnya tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan karena masing-masing kepala sekolah memiliki ciri khas serta gaya kepemimpinan dengan menyertakan karakter yang ada dalam pribadi mereka sendiri, yang selanjutnya disebut dengan tipologi pemimpin. Ada empat macam tipologi pemimpin, yaitu: a) Kepemimpinan Otoriter Tipologi kepemimpinan seperti ini identik dengan seorang diktator. Bahwa memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Penafsirannya, sebagai pemimpin tidak lain adalah memberi perintah sehingga ada kesan bawahan atau anggotaanggotanya hanya mengikuti dan menjalankannya, tidak boleh membantah dan mengajukan saran.5 Tipe kepemimpinan otoriter memiliki sifat-sifat sebagai berikut: a) Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi. b) Mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi. c) Menganggap bawahan bak sebuah alat semata. d) Tidak menerima pendapat, saran atau kritik dari anggotanya. e) Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya. f) Cara pendekatan kepada bawahannya dengan pendekatan paksaan dan bersifat kesalahan menghukum.6
Efek yang ditimbulkan oleh kepemimpinan otoriter antara lain sikap menyerah tanpa kritik, sikap asal bapak senang atau sikap sumuhun dawuh terhadap pemimpin, dan adanya kecenderungan 5
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), hlm. 48. 6 Ibid., hlm. 50
9
untuk mengabaikan tugas dan perintah jika tidak ada pengawasan langsung. Dominasi yang berlebihan akan melahirkan oposan atau sikap apatis, atau sebaliknya akan timbul sifat-sifat agresif dari anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinnya. Namun
demikian
ada
beberapa
keuntungan
dari
kepemimpinan model ini, diantaranya: pemimpin dapat dikontrol dengan baik dan pekerjaan atau kegiatan dapat berjalan dengan baik pula. Hal ini disebabkan karena segala hal yang berkenaan dengan organisasi berada dibawah satu kendali yaitu di tangan pemimpin. b) Kepemimpinan Pseduo-Demokratis Pseduo (berarti palsu), Ia sebenarnya otokratis, tetapi dalam kepemimpinanya ia memberi kesan demokratis. Seorang pemimpin yang bersifat pseduo-demokratis sering memakai “topeng”. Ia purapura memperlihatkan sifat demokratis di dalam kepemimpinannya. Ia memberi hak dan kuasa kepada guru-guru untuk menetapkan dan memutuskan sesuatu, tetapi sesungguhnya ia bekerja dengan perhitungan. Ia mengatur siasat agar kemauannya terwujud kelak.7 c) Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire) Kepemimpinan model ini sifatnya memberikan kebebasan penuh kepada bawahan. Bawahan bebas berbuat apapun dan mengeluarkan ide seusai dengan keinginannya. Pemimpin disini hanya berperan sebagai pendamping dan pelayan bagi bawahan yang membutuhkan. Tidak pernah pemimpin memberikan kontrol atau koreksi. Pembagian tugas diserahkan sepenuhnya kepada bawahan. Ibaratnya kepemimpinan model ini seperti air mengalir. Ia akan terus mengalir tanpa ada halangan.
7
Soekarto Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah yang Baik, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1993), hlm. 25-26
10
Kelebihan dari kepemimpinan model ini adalah tujuan dari organisasi akan lebih cepat untuk tercapai. Namun keberhasilan ini harus didukung kemampuan, kesadaran dan dedikasi yang tinggi dari bawahan. Hal ini dikarenakan setiap individu akan melaksanakan tugasnya dengan sekuat tenaga sesuai dengan kemampuan yang ia miliki tanpa ada perasaan iri dengan yang lain ataupun terpaksa. Tanpa itu semua, mustahil tujuan dari organisasi akan tercapai. Namun demikian banyak juga kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam kepemimpinan ini, diantaranya adalah bawahan dalam melaksanakan tugas terlalu monoton. Bawahan tidak dapat mengembangkan kemampuannya dan pola pikirnya karena tidak ada pengarahan dari pimpinan hingga kendala-kendala yang dihadapi tidak dapat diselesaikan secara tuntas. Yang lebih membahayakan adalah semakin memburuknya kondisi organisasi bila bawahan terdiri dari orang-orang yang lemah dan kondisi seperti ini tentu semakin menyulitkan usaha pencapaian tujuan bersama. Dalam tipe kepemimpinan ini biasanya organisasinya tidak jelas dan kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana yang terarah dan tanpa pengawasan dari pemimpin.8 d) Kepemimpinan Demokratis Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang kooperatif dan tidak diktator. Dia selalu menstimulasi anggota-anggota kelompoknya untuk bekerja bersama-sama dalam mencapai tujuan bersama pula. Dalam tindakan dan usaha-usahanya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya dan selalu
mempertimbangkan
kesanggupan
serta
kemampuan
kelompoknya. 8
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), hlm. 49.
11
Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan mengharapkan saran-saran, bahkan kritik yang membangun dari para anggotanya. Ia mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada para anggotanya, bahwa mereka mempunyai kesanggupan kerja dengan baik dan bertanggung jawab. Beberapa ciri dari kepemimpinan yang demokratis antara lain sebagai berikut: a) Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat: manusia makhluk termulia didunia. b) Selalu berusaha untuk menyingkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan tujuan pribadi. c) Senang menerima saran, pendapat dan kritik dari bawahan. d) Mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan. e) Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan membimbingnya. f) Mengusahakan agar bawahan lebih sukses dari pada dirinya. g) Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.9 Bentuk kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting. Hubungan antara pemimpin dan orangorang yang dipimpin diwujudkan dalam bentuk human relationship yang didasari prinsip saling menghargai dan saling menghormati. Pemimpin memandang orang lain sebagai subyek yang memiliki sifat-sifat manusiawi sebagaimana dirinya. Setiap orang dihargai dan dihormati sebagai manusia yang memiliki kemampuan, kemauan, kehendak, pikiran, minat dan perhatian, pendapat dan lain-lain. Oleh karena 9
itu
setiap
orang
harus
dimanfaatkan
dengan
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), hlm. 52.
12
mengikutsertakannya
dalam
semua
kegiatan
organisasi.
Keikutsertaan itu disesuaikan dengan posisi masing-masing yang memiliki wewenang dan tanggung jawab yang sama pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama.10 3. Peran Kepala Sekolah Kedudukan kepala Sekolah adalah kedudukan yang sangat sulit. Pada satu pihak ia adalah orang atasan karena ia diangkat oleh atasan, pada lain pihak ia adalah wakil guru-guru atau stafnya, ia adalah suara dan keinginan guru-guru. Peran utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid-murid dapat belajar dengan baik. Dalam melaksanakan peran tersebut,
kepala
sekolah
memiliki
tanggungjawab
ganda
yaitu
melaksanakn administrasi sekolah sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang baik, dan melaksanakan supervisi sehingga guru-guru bertambah dalam menjalankan tugas-tugas pengajaran dan dalam membimbing pertumbuhan murid-murid. Kepala sekolah harus mampu menciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Ini berarti bahwa ia harus mampu mengelola “school plant”, pelayanan-pelayanan khusus sekolah, dan fasilitas-fasilitas pendidikan sehingga guru-guru dan murid-murid memperoleh kepuasan menikmati kondisi-kondisi kerja; mengelola personalia pengajar dan murid; membina kurikulum yang memenuhi kebutuhan anak; dan mengelola catatan-catatan pendidikan. Kesemuanya ini diharapkan, agar ia dapat memajukan program pengajaran di sekolahnya.11
10
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Yayasan Masagung, 1989), h.
95. 11
Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), h. 19-20.
13
Dalam dunia pendidikan, peran kepala sekolah sangat menentukan dalam memperlancar kegiatan belajar mengajar (KBM). Peranannya bukan hanya menguasai teori teori kepemimpinan, lebih dari itu seorang kepala sekolah harus bisa mengimplementasikan kemampuannya dalam aplikasi teori secara nyata. Untuk itu seorang kepala sekolah sudah sepatutnya memiliki ilmu pendidikan secara menyeluruh. E. Mulyasa menyebutkan bahwa untuk mendorong visinya dalam meningkatkan kualitas tenaga kependidikan kepala sekolah harus mempunyai peran sebagai berikut: 1) Kepala sekolah sebagai edukator (pendidik), meliputi pembinaan mental, pembinaan moral dan pembinaan fisik bagi tenaga kependidikan. 2) Kepala sekolah sebagai Manajer, yang pada hakekatnya merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh sumber-sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3) Kepala sekolah sebagai Administrator, dalam hal ini ia memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi
yang
bersifat
pencatatan,
penyusunan
dan
pendokumenan seluruh program sekolah. 4) Kepala sekolah sebagai Supervisor, harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. 5) Kepala sekolah sebagai Leader, harus mampu memberikan petunjuk
dan
pengawasan,
meningkatkan
kemauan
tenaga
kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasi tugas. 6) Kepala sekolah sebagai Inovator, harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan,
14
mencari
gagasan
baru,
mengintegrasikan
setiap
kegiatan,
memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan disekolah dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. 7) Kepala sekolah sebagai Motivator, harus memiliki strategi yang tepat
untuk
memotivasi
para
tenaga kependidikan dalam
melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).12 Peran khusus kepala sekolah ini tidak terlepas dari ilmu pendidikan didalam melaksanakan peranan-peranannya sebagaimana diungkapkan oleh Harry Mintzberg yang secara jelas mengungkapkan ada tiga peranan seorang pemimpin, yaitu; interpersonal roles, informational roles dan decisional roles.13 a) Peranan hubungan antar perseorangan (interpersonal roles) Peranan ini timbul akibat otoritas formal dari seorang manajer meliputi: 1) Figurehead (lambang) 2) Leadership (kepemimpinan) 3) Liasion (penghubung) b) Peranan informasional (informational roles) 1) Sebagai monitor 2) Sebagai disseminator 3) Sebagai Spokesman
12
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, (Bandung: Rosda Karya, 2005), hlm. 98-120. 13 Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 89-93.
15
c) Peranan sebagai pengambil keputusan (decisional roles) Ada empat macam peran kepala sekolah sebagai pengambil keputusan, yaitu: 1) Entrepreneur 2) Orang yang memperhatikan gangguan (disturbancehandler) 3) A negotiator roles 4) Sebagai innovator
B. Profesionalisme Guru 1. Pengertian Profesionalisme Komarudin (2000:205) mengemukakan bahwa professional berasal dari bahasa latin yaitu “profesia”, yang mengandung arti, pekerjaan, keahlian, jabatan, jabatan guru besar. Sedangkan Javis (1983) menjelaskan profesional dapat diartikan bahwa seorang yang melakukan suatu tugas profesi juga sebagai seorang ahli (expert) apabila dia secara spesifik memperolehnya dari belajar.14 Menurut Dr. Nana Sudjana, 1988 menyatakan bahwa kata “profesional” berasal dari kata sifat berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti ini guru, dokter dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan itu.15 Dalam kamus umum bahasa Indonesia, profesionalisme diartikan sebagai mutu, kualitas, yang merupakan ciri suatu profesi atau orang 14
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, t.th),
hlm.198. 15
hlm. 14.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002),
16
yang profesional. Sedangkan profesionalisme sendiri berasal dari kata professien. Profesi mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Dengan kata lain, profesi dapat diartikan sebagai suatu bidang keahlian yang khusus untuk menangani lapangan kerja tertentu yang membutuhkannya.16 Drs. Moh. Ali, mengemukakan syarat khusus untuk profesi yaitu: a. Menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam. b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan profesinya. c. Menuntut adanya tingkat keguruan yang memadai. d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya. e. Memungkinkan
perkembangan
sejalan
dengan
dinamika
kehidupan.17 Melihat beberapa definisi di atas maka profesionalisme dapat diartikan sebagai mutu atau kualitas, yang merupakan ciri dari suatu profesi atau orang yang melakukan suatu tugas profesi atau jabatan profesional bertindak sebagai pelaku untuk kepentingan profesinya dan juga sebagai ahli (expert) apabila ia secara spesifik memperoleh keahlian dari belajar. 2. Profesionalisme Keguruan Guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Betapa pun bagusnya sebuah kurikulum (official), hasilnya sangat bergantung pada apa yang dilakukan guru di luar maupun di
16
W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm. 911. 17 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 15.
17
dalam kelas (actual). Berangkat dari permasalahan tersebut maka profesionalisme ke-guru-an dalam mengajar sangat diperlukan. Guru sebagai pendidik professional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu seharihari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, member arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas. Walaupun segala prilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi yang akan dibicarakan dalam bagian ini adalah khusus prilaku guru yang berhubungan dengan profesinya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana pola tingkah laku guru dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap profesionalnya. Pola tingkah laku guru yang berhubungan dengan itu akan dibicarakan sesuai dengan sasarannya, yakni sikap professional keguruan terhadap: (1) peraturan perundangundangan, (2) Organisasi profesi, (3) Teman sejawat, (4) Anak didik, (5) Tempat kerja, (6) Pemimpin, dan (7) Pekerjaan.18 Profesi kependidikan, khususnya profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan alasan tersebut, jelas kiranya bahwa profesionalisasi keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat.
18
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) h. 42-43.
18
Untuk meningkatkan kompetensi guru, perlu dilakukan suatu sistem pengujian terhadap kompetensi guru. Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, beberapa daerah telah melakukan uji kompetensi guru, mereka melakukannya terutama untuk mengetahui kemampuan guru di daerahnya, untuk kenaikan pangkat dan jabatan, serta untuk mengangkat kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Uji kompetensi guru dapat dilakukan secara nasional, regional maupun lokal. Secara nasional dapat dilakukan oleh pemerintah pusat untuk mengetahui kualitas dan standar kompetensi guru, dalam kaitannya dengan pembangunan pendidikan secara keseluruhan. Secara regional dapat dilakukan oleh pemerintah provinsi untuk mengetahui kualitas dan standar kompetensi guru, dalam kaitannya dengan pembangunan pendidikan di provinsi masing-masing. Sedangkan secara lokal dapat dilakukan oleh daerah (kabupaten dan kota) untuk mengetahui kualitas dan standar kompetensi guru, dalam kaitannya dengan pembangunan pendidikan di daerah dan kota masing-masing.19 Kompetensi
keguruan
meliputi
kompetensi
kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Dalam banyak analisis tentang kompetensi keguruan, aspek kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial umumnya disatukan. Hal ini wajar karena sosialitas manusia (termasuk guru) dapat dipandang sebagai pengejawantahan pribadinya. Prof. Dr. Tjokorde Raka Joni, merumuskan tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang professional. Tiga kompetensi tersebut yaitu: a) kompetensi professional, artinya bahwa guru harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang subject matter 19
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan, (Bandung: Rosda Karya, 2005), hlm. 187.
19
(bidang
studi)
yang
akan
diajarkan,
serta
penguasaan
metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu
memilih
metode
yang
tepat,
serta
mampu
menggunakannya dalam proses belajar-mengajar. b) Kompetensi personal, artinya bahwa guru harus memiliki sikap kepribadin yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subjek. Arti lebih terperinci adalah bahwa ia memiliki kepribadian yang patut diteladani seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro: “Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tutwuri handayani”. c) Kompetensi sosial, artinya bahwa guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama teman guru, dengan kepala sekolah, dengan pegawai, dan tidak lupa dengan anggota masyarakat. Satu dari tiga kompetensi yang disebutkan ini akhirnya dirinci lebih kecil karena dipandang penting dan harus bukan hanya dipahami tetapi juga diraih oleh guru adalah kompetensi professional. Dalam kompetensi profesioanl, seorang guru dituntut mempunyai kemampuan dasar keguruan sebagai berikut: 1) Guru dituntut menguasai bahan yang akan diajarkan, 2) Guru mampu mengelola program belajar-mengajar, 3) Guru mampu mengelola kelas dengan baik, 4) Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran, 5) Guru menguasai landasan-landasan kependidikan, 6) Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar, 7) Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan pengajaran, 8) Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, 9) Guru mengenal dan mampu ikut menyelenggarakan administrasi sekolah, dan
20
10) Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu menafsirkan hasil-hasil penelitin pendidikan untuk kepentingan pengajaran.20 Sedangkan berdasarkan undang-undang pemerintah No.14 Tahun 2005 tentang kompetensi guru “kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.21 3. Bentuk Kompetensi Guru dalam Mengajar Di Sekolah Kompetensi menurut Abdul Majid (2005) adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab member pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasamani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu beriri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasannya, mampu memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT dan mampu sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk hidup yang mandiri (Muhaimin & Abdul Mujib, 1993). Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban dengan bertanggung jawab dan layak. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan professional dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.
20
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), h. 238-240. 21 http://www.slideshare.net/srijadi/UU No.14 Tahun 2005 Guru dan Dosen.
21
Menurut Muhibbin Syah (2004), ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu: a. Menguasai bahan b. Mengolah program belajar-mengajar c. Mengelola kelas d. Menggunakan media/sumber e. Menguasai landasan-landasan kependidikan f. Mengolah interaksi belajar dan mengajar g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran h. Mengenal program bimbingan dan penyuluhan di sekolah i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.22 Di samping itu, sebagaimana yang dikutip dalam buku Dasardasar Proses Belajar Mengajar karya Nana Sudjana (1991), Glasser menyebutkan ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni: 1) Menguasai bahan pelajaran 2) Kemampuan mendiagnosa tingkah laku siswa 3) Kemampuan melaksanakan proses pengajaran 4) Kemampuan mengukur hasil belajar siswa.23
22
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007). h. 44-46. 23 Ibid.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis adalah untuk mengetahui peran kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di SDI AlIhsan Bambu Apus Pamulang Tangerang Selatan. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga pendidikan SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang Tangerang. Sedangkan waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Februari 2011. C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu metode yang meneliti dan menemukan informasi yang seluas-luasnya tentang variabel
yang diteliti dan tidak bermaksud
mengidentifikasi hubungan antar variabel. Penelitian deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui gambaran peran kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang.
22
23
D. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.1 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru dan staff karyawan SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang, yang berjumlah sebanyak 24 orang. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.2 Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel guru yang mengajar di SDI AlIhsan sebanyak 20 orang.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: 1. Data Kualitatif : Observasi keadaan sekolah yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan pada objek yang diteliti. Dalam melakukan observasi, penulis melakukannya dengan cara mengamati lingkungan sekolah, bangunan, sarana dan prasarana sekolah. 2. Data Kuantitatif : Hasil angket. Teknik ini adalah berbentuk daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden secara langsung. Angket ini diberikan kepada guru untuk memperoleh informasi mengenai Peran Kepala Sekolah dalam Rangka Meningkatkan Profesionalisme Guru di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang.
1
Sukardi, Metodologi penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2003), h. 53 2
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), Cet. Ke-12, h. 109
24
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data Teknik analisis data yaitu data yang sudah diperolah diuraikan dengan keterangan agar data tersebut dapat dipahami oleh penulis dan orang yang ingin mengetahui hasil penelitian ini. Untuk mengolah data hasil penelitian ini, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing Pada tahap ini penulis mengecek kelengkapan dan kebenaran pengisian angket agar terhindar dari kesalahan/ kekeliruan dalam mendapatkan informasi sehingga data yang diperoleh akurat. b. Skoring Penulis memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat pada angket. Butir jawaban yang terdapat dalam angket ada empat, yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah maka skor yang diberikan yaitu: 4 untuk Selalu, 3 untuk Sering, 2 untuk Kadang-kadang, dan 1 untuk Tidak pernah.
c. Tabulating Setelah diketahui skor setiap indikatornya maka seluruh data tersebut ditabulasikan dalam sebuah tabel untuk kemudian diketahui hasil penghitungannya. 2. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis variabel yang diteliti digunakan teknik analisis secara deskriptif, dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:
25
P=
F
X 100%
N P
: Persentase Jawaban
F
: Frekuensi jawaban yang dicari presentasenya
N
: Number Of Case (Jumlah Frekuensi/banyaknya individu/Responden) : Bilangan Tetap.3
100 %
Dari data yang merupakan hasil perhitungan statistik deskriptif, yang perlu dibahas selanjutnya adalah menghitng nilai mean atau nilai rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi atau gambaran dari aspek yang diteliti berdasarkan jawaban responden. Untuk menentukan
rata-rata
digunakan
perhitungan
sederhana
dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:4 ∑X M= N ∑ X dibaca sigma X yang berarti jumlah X Tabel 1 Tabulasi Skor Kategorisasi Peran Kepala Sekolah Dalam Rangka Meningkatkan Profesionalisme Guru Berdasarkan Rentangan Skoring No Nilai Skor Kategori 1 95 – 120 Sangat Baik 2 70 – 94 Baik 3 45 – 69 Cukup Baik 4 20 – 44 Kurang Baik Jika responden menjawab 30 pertanyaan dengan frekuensi tidak pernah maka skor total yang diperoleh yaitu 30, dan termasuk dalam kategori skor Kurang Baik. Dan apabila responden menjawab 30 pertanyaan dengan frekuensi selalu 3 4
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2009), h. 43. Hartono, Statistik Untuk Penelitian, (Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar, 2004), h. 29-30
26
maka skor total yang diperoleh yaitu 120, dan termasuk dalam kategori Sangat Baik. G. Definisi Konseptual dan Operasional 1. Definisi Konseptual Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini adalah memperlihatkan bagaimana kemampuan peran kepala sekolah sebagai pemimpin di lembaga pendidikan yang bersangkutan. 2. Definisi Operasional Peran kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru disini adalah meliputi kemampuan sebagai leader, kemampuan supervisor, kemampuan motivator, kemampuan sebagai innovator, kemampuan sebagai manajer, dan kemampuan sebagai edukator. Untuk
mengetahui
peran
kepala
sekolah
dalam
rangka
meningkatkan profesionalisme guru, maka setiap dimensi memiliki indikator yang disertai dengan butir soal pertanyaan, sebagaimana yang terdapat dalam tabel berikut:
Tabel 2 Soal pertanyaan Dimensi Peran Kepala Sekolah Dalam Rangka Meningkatkan Profesionalisme Guru
27
Variabel Peran
Dimensi 1. Sebagai Leader
Indikator
Jumlah
Butir
soal
Memiliki
1,2,3, 4
Kepemimpinan
dalam menentukan
kepribadian yang
Kepala Sekolah
dan melaksanakan
mencerminkan
dalam
kebijakan
pemimpin
Meningkatkan
pendidikan
No.
4
5,6,9
3
7,8
2
Melakukan
10,11,
3
pengawasan
12,
Kepala sekolah
Profesionalisme
memiliki
Guru
kemampuan pengetahuan terhadap tenaga kependidikan 2. Sebagai supervisor
dalam rangka
Mampu Memahami visi misi
mengarahkan tenaga kependidikan
terhadap PBM yang dilakukan oleh guru
Perhatian kepala sekolah terhadap
3.
Sebagai motivator dalam rangka
15,16
2
19,18,
2
Membangun lingkungan kerja
kinerja guru
yang kondusif
Mendorong guru untuk selalu berpartisipasi dalam
sebagai Inovator
2
kinerja guru
meningkatkan
4. Kepala sekolah
13,14
penyelenggaraan
28
dalam melaksanakan
program pendidikan.
17
1
20,21,
2
22
1
guru melalui
23,24,
3
kerjasama
25
Penambahan
strategi
wawasan tentang
kepemimpinannya
pembelajaran
5. Kepala sekolah
Menjalin hubungan
sebagai manajer
yang harmonis
dalam
dengan lingkunagn
mengendalikan
sekolah
kepemimpinan
disekolah
Memiliki ide dan gagasan baru
Memberdayakan
Memberikan 26,27
2
Kepala sekolah
28,29,
3
meningkatkan
30
kesempatan guru 6. Sebagai educator
untuk meningkatkan
untuk
profesinya dan
meningkatkan
mendorong
profesionalisme
keterlibatan guru
tenaga pendidik
dalam setiap kegiatan
kinerja guru dan prestasi belajar peserta didik
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah berdirinya SDI AL-Ihsan Bambu Apus Pamulang SDI
Al-Ihsan
berdiri
pada
tahun
1974,
namum
dalam
pelaksanaannya baru pada tahun 1989 sekolah ini berjalan. SDI Al-Ihsan Bambu Apus pamulang adalah sekolah yang memiliki akreditasi “A” (unggul), sekolah yang dalam pengelolaannya ini bertujuan mencetak generasi muda yang Shalih dan Shalihah dengan ditunjang wawasan pengetahuan yang berkualitas. Sebagaimana halnya dengan kehadiran SDI pada umumnya, pendirian SDI Al-Ihsan dimaksudkan untuk mencerdaskan masyarakat melalui pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT. Hal itu dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa budaya masyarakat Bambu Apus Pamulang dan sekitarnya memang cukup kental dengan nilai-nilai keagamaan Islam, sehingga kehadiran SDI Al-Ihsan sejalan dengan corak masyarakat Bambu Apus Pamulang yang religius.
29
30
Sejalan dengan pertumbuhan ibukota Jakarta ke daerah-daerah pinggiran. Daerah Bambu Apus Pamulang kini telah menjadi penyangga kota DKI Jakarta yang memiliki karakteristik masyarakat urban, yakni dari masyarakat agraris (pertanian) ke masyarakat industri yang menghadapi perubahan-perubahan, khususnya dalam bidang sosio-kultural dan ekonomi. Ditengah-tengah kehidupan masyarakat seperti itu, SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang terpanggil untuk memberikan warna kehidupan sehingga masyarakat Bambu Apus Pamulang yang diharapkan mampu beradaptasi dengan perubahanperubahan yang diakibatkan adanya pemekaran wilayah Kota DKI Jakarta, tetapi di sisi lain juga harus mampu mempertahankan nilainilai positif kehidupan budaya pribumi Bambu Apus Pamulang yang bercorak religius. Atas dasar itulah, kini SDI Al-Ihsan ingin tampil sebagai Madrasah modern yang berkeinginan memberikan bekal keagamaan kepada siswa/siswinya sehingga mampu menjadi insan yang modern yang ditandai dengan kecerdasan akal, tetapi disisi lain juga tampil sebagai insan yang berbudi luhur yang lahir dari penghayatan dan sikap keberagamaan (religiousitas) yang mendalam. 2. Visi misi SDI AL-Ihsan Dalam rangka mewujudkan lulusan yang unggul, berkualitas dan mandiri di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan iman dan taqwa, maka SDI Al-Ihsan memiliki visi dan misi. Adapun visi dari SDI Al-Ihsan adalah: “Membekali kemampuan dasar umum dan agama serta pengamalan alQur’an sesuai dengan tingkat perkembangan sisw dan mempersiapkan mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”
31
Sedangkan misi dari SDI Al-Ihsan adalah: 1. Memotivasi peserta didik agar memiliki kemandirian dan kreatifitas 2. Mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik 3. Membina peserta didik agar berdaya dan berhasil guna di masyarakat 4. Melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang dan memadai 5. Merekrut tenaga pengajar yang profesional dan berdedikasi tinggi
3. Identitas Sekolah a. Nama Sekolah
: SDI Al-Ihsan
b. Status
: Swasta
c. Alamat Sekolah
: Jl. Bambu Apus Komp. Depag Bambu Apus Pamulang
d. Jenjang Akreditasi
: A (Unggul)
e. Tanah
: Wakaf
f. Bangunan
: Milik Sendiri
g. Telephon
: (021) 7428430
4. Sarana dan Prasarana SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang Sarana dan prasarana yang akan dikemukakan di bawah ini adalah sarana dan prasarana yang digunakan Siswa/i untuk belajar dan juga sarana dan prasarana yang menunjang kenyamanan proses pembelajaran. Sarana dan prasarana ruang tersedia di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang dapat dilihat dalam tabel berikut:
32
Tabel 3 Sarana dan Prasarana Sekolah No
Sarana dan Prasarana
Jumlah
1
Ruang Kelas
16
2
Ruang Kepala Sekolah
1
3
Ruang Guru
1
4
Ruang TU
1
5
Ruang Laboratorium
1
6
Ruang Ibadah
1
7
Ruang Perpustakaan
1
8
WC Guru
2
9
WC Murid
4
10
Gudang
1
11
Lapangan Olah Raga
1
5. Keadaan Siswa-siswi dan Guru SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang Tahun Ajaran 2009/2010 a. Jumlah siswa yang lumayan banyak tentunya diharapkan adanya pembinaan kesiswaan untuk membangun mental juara yang berlandaskan pada akhlak yang mulia. Dengan jumlah siswa yang lumayan banyak hal ini menjadi tanggung jawab pihak yayasan SDI Al-Ihsan untuk membina anak-anak yang berwawasan pengetahuan dan berakhlakul karimah.
33
Untuk lebih rincinya tentang keadaan siswa/I SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang dapat dilihat pada table berikut: Tabel 4 Keadaan siswa/i SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang 4 (Empat) Tahun Terakhir Kelas-6
Jumlah
63
60
397
60
57
55
400
66
58
53
59
374
63
60
60
52
384
Tahun
Kelas -
Kelas-
Kelas-
Kelas-
Kelas-
Pelajaran
1
2
3
4
5
74
70
65
65
2007/2008 u
79
75
74
2008/2009
70
68
77
72
b. G u
2006/2007
r
m 2009/2010
e r
upakan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar serta sebagai figur sentral dalam mengemban amanat yang mulai di suatu lembaga pendidikan. Guru juga turut berperan aktif dalam pengembangan sumber daya manusia yang sangat potensial di dalam mengoptimalisasikan hasil-hasil pembangunan. Tenaga pengajar di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang berjumlah 27 orang, sebagian besar jumlah tersebut terdiri dari latar belakang pendidikan sarjana S1. Berikut data tabel keadaan guru SDI Al-Ihsan Bambu Apus pamulang.
34
Tabel 5 Keadaan guru SDI Al-Ihsan Bambu Apus pamulang
NO
NAMA GURU
TEMPAT/TGL. LAHIR
LULUS
JABATAN
1
Drs. Agus Sunardi,MM
Tangerang, 06 Januari 1960
1999
Kepala Sekolah
2
Drs. Ai Sopandi
Bandung, 24 Juni 1966
1991
Wk. Kepala Sekolah
3
Ali Daud, S.Pd
Jakarta, 10 Desember 1968
2000
Guru
4
Idawati, S.Pd
Tangerang, 20 Februari 1980
2005
Guru
5
Bambang Suprayogi, S.pd
Jakarta, 10 Desember 1968
1987
Guru
6
Drs. Tatong Suanda
Tangerang, 12 Maret 1968
1999
Guru
7
Maimunah, S.Ag
Tangerang, 19 Februari 1971
2000
Guru
8
Ujang Sofyan, SE
Bekasi, 12 Maret 1973
2001
Guru
9
Abdul Malik, S.Ag
Tangerang, 05 Januari 1972
2001
Guru
10
N. Amalia Khaerati, S.Pd
Tangerang, 10 Maret 1982
2008
Guru
11
Tuty Alawiyah, S.Pd
Jakarta, 27 desenber 1983
2008
Guru
12
Titin Partini, S.Pd
Jakarta, 27 Desember 1972
2003
Guru
13
Nurhayati, S.Ag
Tangerang, 07 November 1972
2005
Guru
14
Udin Nurdin, A.Md
Kuningan, 25 Februari 1967
2005
Guru
15
Jamhuri, M.Pd
Tangerang, 12 Juli 1966
1993
Guru
16
Sodikin, S.Pd
Jakarta, 07 agustus 1981
2002
Guru
17
Pitria, S.Pd
Tangerang, 04 September 1980
1998
Guru
18
Nurul A Nurohman, M.Pd
Prinngtutul, 23 Maret 1968
2008
Guru
35
19
Dina Rosmalia, S.Pd
Tangerang, 06 Januari 1981
2003
Guru
20
Afianto, S.Pd
Tangerang, 02 Februari 1981
2005
Guru
21
Hj. Asamara Murni, S.Ag
Padang, 08 Juni 1952
2005
Guru
22
Hanifah Hasid
Tangerang, 15 April 1969
1988
TU/Bendahara
23
Yatiman
Purworejo, 01 Januari 1943
1999
Kepala TU
24
Kusnadi
Tangerang, 12 April 1976
1999
Satpam
6. Struktur Organisasi SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang Sekolah sebagai tempat berlangsungnya suatu proses pendidikan dan penanaman nilai-nilai terhadap siswa, memiliki berbagai jenis kegiatan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Dalam mencapai tujuan tentu memerlukan program dan pengelolaan yang teratur dan tertata dengan rapi. Oleh karena itu, diperlukan struktur organisasi yang baik untuk melaksanakan program yang dimaksud. Dengan demikian, struktur organisasi memiliki peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan dan pengkoordinasian suatu sekolah termasuk di dalamnya adalah pembagian tugas diantara personil sekolah, sesuai dengan jabatan dan kemampuan masing-masing. Dengan adanya struktur organisasi yang resmi terdapat suatu gambaran adanya suatu mekanisme kerja serta hubungan yang tidak dapat dipisahkan, karena adanya suatu komando yang jelas disertai tanggung jawab dari semua pihak. Setiap personil yang masuk dalam struktur organisasi maka akan terlihat jelas tanggung jawab masingmasing. Dengan demikian tidak ada kesalahpahaman dari setiap personil yang terdapat pada lembaga yang bersangkutan.
36
B. Analisis dan Interpretasi Data Data yang dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan pada guru, di hitung dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi. Adapun tujuan dari pengolahan data tersebut agar data yang diperoleh dapat memberikan arti dan penjelasan. Untuk memudahkan menganalisis hasil penelitian peran kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, maka dimasukan kelompok perdimensi yang kemudian dibuatkan tabulasi yang disesuaikan dengan tenik analisis data, sehingga dapat ditarik kesimpulan dari masalah yang diteliti. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: 1. Dimensi Leadership Tabel 6 Kepala Sekolah Memiliki Sikap yang Jujur No 1
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
18
90 %
b. Sering
2
10 %
c. Kadang-kadang
-
-
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Dari data yang terdapat pada tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah memiliki sikap yang jujur dalam memerankan perannya sebagai pemimpin di SDI Al-Ihsan Pamulang. Hal ini diperkuat dengan jawaban responden yang menjawab selalu sebanyak 90 %, sering 10 %, sementara kadang-kadang dan tidak pernah 0 %.
Kepala sekolah SDI Al-Ihsan terbukti memiliki sikap yang jujur dalam hal kepemimpinan. Dari responden yang ada 90 % menjawab
37
selalu. Dilihat dari sikap yang di perankan seorang pemimpin di SDI AlIhsan, maka lembaga yang dipimpinnya bertujuan mengedepankan transparansi segala kegiatan dan program yang ditetapkan secara bersama-sama. Berawal dari sikap jujur yang diperankan kepala sekolah maka diharapkan dapat memotivasi kinerja guru di sekolah sehingga dapat meningkatkan prestasi siswanya. Tabel 7 Bertanggung Jawab terhadap Tugasnya No 2
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
13
65 %
b. Sering
7
35 %
c. Kadang-kadang
-
-
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 65 % responden menjawab selalu, 35 % sering, sedangkan kadang-kadang dan tidak pernah 0 %. Ini menunjukan bahwa kepala sekolah sebagai leader/pemimpin di sekolah benar-benar melaksanakan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah. Sikap tanggung jawab yang dilaksanakan kepala sekolah akan menunjukan bahwa seorang kepala sekolah sebagai leader/pemimpin benar-benar mampu dapat memegang kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dengan tanggung jawab tersebut maka akan dapat meningkatkan profesionalitas guru disekolahnya.
38
Tabel 8 Berani Mengambil Resiko terhadap Keputusan dan Kebijakan No 3
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
6
30 %
b. Sering
12
60 %
c. Kadang-kadang
2
10 %
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Data tabel di atas menunjukan kepala sekolah berani mengambil resiko terhadap keputusan yang dibuatnya. Ini terbukti dari beberapa responden sebanyak 60 % menjawab sering, 30 % selalu, 10 % kadangkadang dan 0 % tidak pernah. Keberanian kepala sekolah dalam mengambil resiko terhadap keputusan yang dibuatnya menunjukan bahwa kepala sekolah benarbenar memiliki kepribadian yang memang harus dimiliki seorang kepala sekolah yaitu dapat bertanggung jawab terhadap semua keputusan yang di buatnya. Hal ini terbukti dari 60 % responden menjawab sering ketika diajukan pertanyaan apakah kepala sekolah berani mengambil resiko terhadap keputusan yang dibuatnya.
39
Tabel 9 Keputusan yang Diambil Demi Kepentingan Bersama No 4
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
4
20 %
b. Sering
13
65 %
c. Kadang-kadang
3
15 %
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah sering dalam mengambil keputusan demi kepentingan bersama. Ini terbukti dengan 65 % responden menjawab sering, 20 % menjawab selalu, kadang-kadang 15 %, dan 0 % untuk jawaban tidak pernah. Banyak responden yang menjawab sering sebanyak 65 % menunjukan bahwa kepala sekolah SDI Al-Ihsan mementingkan kerjasa sama dari semua guru agar tujuan dari lembaga pendidikan yang di pimpinnya dapat tercapai, yaitu memiliki kualitas yang baik dan meningkatkan kinerja guru menjadi lebih baik lagi.
Tabel 10 Memahami Kondisi dan Karakteristik Guru No 5
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
5
25 %
b. Sering
6
30 %
c. Kadang-kadang
9
45 %
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
Pilihan
40
Tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah SDI Al-Ihsan kadang-kadang mengenal dan memahami kondisi dan karakteristik guru di sekolah. Hal ini terbukti dengan jawaban sebanyak 45 % responden menjawab kadang-kadang, 30 % sering, dan 25 % selalu, sedangkan 0 % untuk jawaban tidak pernah. Memahamai kondisi dan karakteristik guru merupakan cerminan bahwa kepala sekolah memiliki sikap perhatian kepada bawahannya, dengan memahami kondisi dan karakteristik bawahnnya maka kepala sekolah akan mengetahui perkembangan prestasi pendidikan di sekolahnya. Sebanyak 45 % responden mengakui bahwa kepala sekolah SDI Al-Ihsan kadang-kadang memahami kondisi dan karakteristik guru yang ada dibawah kepemimpinannya.
Tabel 11 Menerima Masukan Saran dan Kritikan Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
16
80 %
b. Sering
4
20 %
c. Kadang-kadang
-
-
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
No 6
Pilihan
Tabel di atas menunjukan bahwa 80 % responden menjawab selalu, 20 % sering, sedangkan jawaban kadang-kadang dan tidak pernah 0 %. Ini menunjukan bahwa kepala sekolah selalu menerima saran dan masukan dari semua pihak sekolah dalam rangka untuk meningkatakn profesionalisme guru. Dalam melaksanakan kepemimpinan saran dan kritik memang harus ada karena dengan saran dan kritik itulah kinerja kepemimpinan
41
kepala sekolah dapat di evaluasi, dengan menerima saran dan kritik kepala sekolah akan selalu semakin baik kinerja kepemimpinannya dalam rangka meningkatkan profesionalsme guru.
Tabel 12 Mengembangkan Visi dan Misinya No 7
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
4
20 %
b. Sering
5
25 %
c. Kadang-kadang
9
45 %
d. Tidak Pernah
2
10 %
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Berdasarkan tabel di atas, kepala sekolah kadang-kadang mengembangkan visi dan misi sekolah. Terbukti dengan 45 % responden menjawab kadang-kadang, 25 % sering, 20 % selalu dan 10 % menjawab tidak pernah. Jawaban responden mengindikasikan bahwa kepala sekolah kadang-kadang mengembangkan visi misi di sekolahnya. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi misi sekolah dengan program yang bertahap untuk tujuan meningkatkan mutu sekolah.
42
Tabel 13 Melakukan Komunikasi Secara Aktif No 8
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
12
60 %
b. Sering
5
25 %
c. Kadang-kadang
3
15 %
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Terlihat pada tabel di atas bahwa kepala sekolah selalu melakukan komunikasi secara aktif dengan bawahan. Hal ini terbukti dengan 60 % responden menjawab selalu, 25 % sering, 15 % kadang-kadang, dan 0 % tidak pernah. Komunikasi yang aktif dengan bawahan akan membawa kondisi kerja yang kondusif, bawahan akan merasa dihargai oleh atasannya. Hal inilah yang dilakukan kepala sekolah SDI Al-Ihsan Pamulang dengan tujuan akan meningkatkan profesionalisme guru di sekolahnya. Dengan komunikasi yang aktif maka segala kebutuhan guru akan dapat diketahui oleh kepala sekolah, dengan demikian diharapkan akan tercapai proses belajar yang baik.
43
Tabel 14 Melaksanakan Program Visi Misi Sekolah dalam Tindakan No 9
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
3
15 %
b. Sering
5
25 %
c. Kadang-kadang
8
40 %
d. Tidak Pernah
4
20 %
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Melihat data di atas menunjukan bahwa kepala sekolah SDI AlIhsan kadang-kadang melaksanakan program vsi misi sekolahnya, hal ini terbukti sebanyak 40 % responden menjawab kadang-kadang, sering 25 %, tidak pernah 20 % dan 15 % selalu. Visi
misi
merupakan
tujuan
utama
dalam
pelaksanaan
berorganisasi, visi misi yang berjalan dengan baik ditunjukan dengan berjalannya program yang telah di agendakan oleh sekolah secara bersama-sama. Melihat data di atas kepala sekolah belum melaksanakan program visi misinya denan baik, hal ini terbukti dengan responden sebanyak 40 % yang menjawab kadang-kadang.
44
2. Dimensi Supervisor Tabel 15 Melaksanakan Pengawasan Proses Belajar di Kelas Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
1
5%
b. Sering
15
75 %
c. Kadang-kadang
4
20 %
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
No 10
Pilihan
Tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah sering melakukan pengawasan proses belajar di kelas. Hal ini dibuktikan sebanyak 75 % responden menjawab sering, kadang-kadang 20 %, selalu 5 %, dan 0 % tidak pernah. Mayoritas responden yang menjawab sering sebanyak 40 %, menunjukan bahwa kepala sekolah melaksanakan pengawasan terhadap proes
belajar
di
kelas
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
profesionalisme guru dan prestasi siswanya. Dengan pengawasan tersebut diharapkan kinerja guru semakin meningkat.
45
Tabel 16 Membantu Permasalahan yang Dihadapi Guru dan Mencarikan Solusinya No 11
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
3
15 %
b. Sering
5
25 %
c. Kadang-kadang
10
50 %
d. Tidak Pernah
2
10 %
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Melihat tabel di atas, menunjukan bahwa kepala sekolah kadangkadang membantu permasalahan yang dihadapi guru dan mencarikan solusinya. Hal ini dibuktikan dengan 50 % responden menjawab kadangkadang, 25 % sering, 15 % selalu, dan 10 % menjawab tidak pernah. Peran kepala sekolah untuk membantu permasalahan yang dihadapi oleh para guru sangat dibutuhkan oleh para guru, dengan tujuan untuk mencarikan solusinya sehingga tidak mengganggu dari pada pretasi kinerja guru. Hal inilah yang kadang-kadang dilakukan kepala sekolah SDI Al-Ihsan yang diperkuat dengan jawaban responden sebanyak 40 % yang menjawab kadang-kadang.
46
Tabel 17 Membantu Guru dalam Meningkatkan Program Pengajaran Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
3
15 %
b. Sering
11
55 %
c. Kadang-kadang
6
30 %
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
No 12
Pilihan
Dari tabel di atas 55 % responden menjawab sering, 30 % kadangkadang, 15 % selalu dan 0 % tidak pernah. Ini menunjukan bahwa kepala sekolah sering membantu guru dalam meningkatkan program pengajaran di kelas. Kepala sekolah SDI Al-Ihsan pamulang sering membantu guru dalam meningkatkan program pengajaran. Dalam kapasitasnya sebagai pemimpin lembaga pendidikan, maka peran kepala sekolah adalah sebagai konsultan. Dari sikap terbuka kepala sekolah tersebut berarti kepla
sekolah
telah
profesionalisme guru.
melkukan
fungsinya
sebagai
Pembina
47
Tabel 18 Melaksanakan Pembinaan Konseling Kepada Guru Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
5
25 %
b. Sering
4
20 %
c. Kadang-kadang
10
50 %
d. Tidak Pernah
1
5%
Jumlah
20
100 %
No 13
Pilihan
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 50 % responden menjawab kadang-kadang, 25 % selalu, 20 % sering, dan 5 % menjawab tidak pernah. Ini menunjukan bahwa kepala sekolah kadang-kadang dalam melakukan pembinaan konseling kepada para guru di sekolah. Pembinaan konseling dilakukan dalam rangka untuk membantu mengetahui dan memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi oleh guru. Dan memberikan kesempatan para guru untuk menyampaikan semua yang di perlukan oleh guru dalam hal pelaksanaan pembelajaran. Tabel 19 Melaksanakan Simulasi Pembelajaran No 14
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
3
15 %
b. Sering
5
25 %
c. Kadang-kadang
11
55 %
d. Tidak Pernah
1
5%
Jumlah
20
100 %
Pilihan
48
Pada tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah kadangkadang melaksanakan simulasi pembelajaran. Hal ini terbukti dengan jawaban responden sebanyak 55 % menjawab kadang-kadang, 25 % sering, 15 % selalu, dan 5 % tidak pernah. Pelaksanaan simulasi ditujukan agar sebelum pelaksanaan pembelajaran guru benar-benar memiliki persiapan yang matang, menguasai materi yang akan disampaikan sehingga pelaksanaan pembelajaran berjalan dengn baik. Tabel 20 Kepala Sekolah Meningkatkan Sarana dan Prasarana yang Nyaman No 15
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
9
45 %
b. Sering
10
50 %
c. Kadang-kadang
1
5%
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Pada tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah sering meningkatkan sarana dn prasarana demi kenyamanan pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terbukti dengan 50 % responden menjawab sering, 45 % selalu, 5 % kadang-kadang, dan 0 % tidak pernah. Peningkatan sarana dan prasarana yang nyaman sangat di perlukan oleh setiap lembaga pendidikan, hal ini ditujukan agar pelaksanan pembelajaran dapat berjalan dengan baik, program inilah yang telah dilaksanakan kepala sekolah SDI Al-Ihsan tentunya agar tujuan pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga menghasilkan prestasi yang baik bagi siswanya.
49
Tabel 21 Menciptakan Komunikasi dengan Guru dan Masyarakat Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
4
20 %
b. Sering
5
25 %
c. Kadang-kadang
8
40 %
d. Tidak Pernah
3
15 %
Jumlah
20
100 %
No 16
Pilihan
Berdasarkan pada tabel di atas kepala sekolah kadang-kadang menciptakan komunikasi yang baik dengan guru dan masyarakat lingkungan sekolah. Hal ini terbukti dengan jawaban responden sebanyak 40 % menjawab kadang-kadang, 25 % selalu, 20 % sering, dan 15 % tidak pernah. Jawaban responden mengindikasikan bahwa kepala sekolah SDI Al-Ihsan pamulang kadang-kadang menciptakan komunikasi dengan guru dan masyarakat lingkungan sekolah. Tujuan utama adanya komunikasi dengan guru dan masyarakat lingkungan sekolah adalah supaya dalam pelaksanaan program yang diagendakan sekolah dapat berjalan dengan dukungan dari guru dan masyarakat lingkungan sekolah.
50
3. Dimensi Motivator Tabel 22 Kepala Sekolah Meningkatkan Disiplin Kerja Guru No 17
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
5
25 %
b. Sering
8
40 %
c. Kadang-kadang
7
35 %
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Data tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah sering meningkatkan disiplin kerja guru. Ini terbukti dengan 40 % responden menjawab sering, 35 % kadang-kadang, 25 % selalu, dan 0 % tidak pernah. Peningkatan disiplin kerja yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru bertujuan agar efektifitas dan produktifitas sekolah dapat meningkat lebih baik lagi. Jawaban responden 40 % mengatakan sering menunjukkan bahwa kepala sekolah sangat mengutamakan disiplin kerja tenaga pendidik di sekolah yang di pimpinnya.
51
Tabel 23 Memberikan Penghargaan Kepada Guru yang Berprestasi No 18
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
9
45 %
b. Sering
6
30 %
c. Kadang-kadang
5
25 %
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Data di atas menunjukan bahwa kepala sekolah selalu memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi. Ini dibuktikan dengan 45 % responden menjawab selalu, 30 % sering, 25 % kadang-kadang dan 0 % tidak pernah. Penghargaan yang diberikan kepala sekolah kepada guru yang berprestasi merupakan program yang dilaksanakan kepala sekolah SDI Al-Ihsan, hal ini bertujuan untuk menghargai usaha yang diberikan guru dalam memberikan bimbingan kepada anak didik di sekolah dan sebagai motivasi bagi guru untuk selalu meningkatkan kinerjanya sehingga berdampak pada peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut.
52
Tabel 24 Memotivasi dengan Melengkapi Fasilitas Pembelajaran No 19
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
6
30 %
b. Sering
8
40 %
c. Kadang-kadang
4
20 %
d. Tidak Pernah
2
10 %
Jumlah
20
Pilihan
100
Tabel di atas menunjukan bahwa 40 % responden menjawab Sering, 30 % Selalu, 20 % kadang-kadang, dan 10 % tidak pernah. Ini menunjukan bahwa kepala sekolah sering memberikan motivasi kepada guru dengan memberikan kelengkapan sarana pembelajaran agar dapat mengembangkan kemampuan pribadinya secara optimal dalam upaya peningkatan profesionalisme guru. Motivasi yang diberikan kepala sekolah SDI Al-Ihsan melalui berbagai cara seperti memberikan masukan kepada guru untuk selalu meningkatkan kompetensinya dengan meningkatkan kelengkapan sarana pembelajaran hal ini dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas dari tenaga pendidik di sekolah tersebut.
53
4. Dimensi Innovator Tabel 25 Menjaga Hubungan Kekeluargaan dengan Guru dan Karyawan Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
11
55 %
b. Sering
6
30 %
c. Kadang-kadang
3
15 %
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
No 20
Pilihan
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah selalu menjaga hubungan kekeluargaan dengan guru dan karyawan sekolah. Hal ini ditunjukan dengan jawaban responden sebanyak 55 % menjawab selalu, 30 % sering, 15 % kadang-kadang, dan 0 % tidak pernah. Hubungan kekeluargaan dalm suatu organisasi sangat diperlukan, hal inilah yang dilakukan kepala sekolah SDI Al-Ihsan untuk menjaga kualitas dari tenaga pendidiknya. Tidak hanya kepada tenaga pendidik hal ini dilakukan tetapi dengan karyawan kepala sekolah juga menjaga hubungan kekeluargaan tersebut agar tercipta pendidikan yang bermutu sekolah tersebut.
54
Tabel 26 Menjadi Contoh Tauladan dan Panutan Bagi Guru No 21
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
7
35 %
b. Sering
11
55 %
c. Kadang-kadang
2
10 %
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Di lihat pada tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah SDI Al-Ihsan kadang-kadang menjadi panutan bagi guru. Hal ini terbukti sebanyak 55 % responden menjawab sering, selalu 35 %, 10 % kadangkadang, dan 0 % tidak pernah. Jawaban responden mengindikasikan bahwa kepala sekolah dalam bersikap sangat berhati-hati. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin akan dijadikan panutan bagi bawahannya dalam bersikap. Dengan sikap demikian maka kepala sekolah akan disegani dan berwibawa sehingga guru akan lebih meningkatkan tanggung jawabnya sebagai seorang guru. Tabel 27 Menempatkan Beberapa Guru Pada Bidang Studi Tertentu No 22
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
2
10 %
b. Sering
6
30 %
c. Kadang-kadang
5
25 %
d. Tidak Pernah
7
35 %
Jumlah
20
100 %
Pilihan
55
Dari tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah tidak pernah menempatkan beberapa guru pada bidang studi tertentu. Hal ini terbukti dengan jawaban responden 35 % menjawab tidak pernah, 30 % sering, 25 % kadang\-kadang, dan 10 % selalu. Dengan adanya beberapa guru pada bidang studi tertentu diharapkan akan lebih memudahkan guru untuk memberikan pengarahan kepada siswa dan akan lebih mudah untuk mengawasi kemampuan pemahaman siswa pada pelajaran. Tidak pernahnya kepala sekolah menempatkan beberapa guru dalam bidang studi tertentu di mungkinkan karena keterbatasan tenaga pendidik di sekolah tersebut. 5. Dimensi Manajer Tabel 28 Bekerja Sama dengan Guru dalam Setiap kegiatan No 23
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
5
25 %
b. Sering
8
40 %
c. Kadang-kadang
6
30 %
d. Tidak Pernah
1
5%
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah sering bekerja sama dengan guru dalam melaksanakan setiap kegiatan. Ini terbukti sebanyak 40 % responden menjawab sering, 30 % kadangkadang, 25 % selalu, dan 5 % tidak pernah. Kerja sama harus selalu diutamakan, prinsip inilah yang diterapkan kepala sekolah SDI Al-Ihsan dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin. Hal ini dilakukan sebagai uapaya untuk meningkatkan
56
profesionalisme guru di sekolah tersebut. Kerja sama yang terjalin baik antara kepala sekolah dan guru tentu akan berdampak pada kemajuan kualitas dan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Tabel 29 Memanfaatkan Seluruh Sumber Daya yang Ada Di Sekolah No
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
6
30 %
b. Sering
9
45 %
c. Kadang-kadang
5
25 %
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
Pilihan
24
Melihat tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah untuk mencapai visi misinya sering memanfaatkan sumber daya yang ada di sekolah. Hal ini terbukti dengan jawaban responden sebanyak 45 % menjawab sering, 30 % selalu, 25 % kadang-kadang, dan 0 % tidak pernah. Memanfaatkan sumber daya yang ada di sekolah dilakukan oleh kepala sekolah SDI Al-Ihsan dalam upaya untuk mengembangkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Guru merupakan sumber daya yang paling utama dalam dunia pendidikan untuk itu kepala sekolah berusaha
mengembangkan
sekolahnya.
profesionalisme
tenaga
pendidik
di
57
Tabel 30 Dalam Mengambil Keputusan Mengutamakan Kepentingan Bersama No 25
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
11
55 %
b. Sering
6
30 %
c. Kadang-kadang
3
15 %
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Pada tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah dalam mengambil keputusan selalu mementingkan kepentingan bersama. Ini di buktikan dengan jawabn responden sebanyak 55 % menjawab selalu, 30 % sering, 15 % kadang-kadang, dan 0 % tidak pernah. Keputusan yang diambil kepala sekolah dalam menentukan kebijakan sekolah untuk meningktkan mutu di sekolah. Kepala sekolah sebagai manajer berusaha untuk memuaskan semua pihak yang terkait dengan sekolah tentu hal ini dilakuakn demi tercapainya tujuan bersama yaiut meningkatkan kualitas pendidikan di sekolahnya.
58
Tabel 31 Mengikut Sertakan Guru dalam Pelatihan dan Seminar Pendidikan No 26
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
5
25 %
b. Sering
13
65 %
c. Kadang-kadang
2
10 %
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa kepala sekolah sering mengikut sertakan guru dalam pelatihan dan seminar pendidikan. Terbukti sebanyak 65 % responden menjawab sering, 25 % selalu, 10 % kadang-kadang, dan 0 % tidak pernah. Jawaban responden mengindikasikan bahwa kepala sekolah SDI Al-Ihsan sering mengikut sertakan guru dalam pelatihan dan seminar pendidikan. Tujuan utama diikut sertakannya guru dalam pelatihan dan seminar pendidikan untuk menambah wawasan pengetahuan guru dan meningkatkan profesionalisme guru di sekolah tersebut. Tabel 32 Mendorong Guru untuk Aktif Berpartisipasi dalam Setiap Kegiatan No 27
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
7
35 %
b. Sering
5
25 %
c. Kadang-kadang
6
30 %
d. Tidak Pernah
2
10 %
Jumlah
20
100 %
Pilihan
59
Melihat tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah selalu mendorong guru untuk selalu aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan di sekolah. Ini terbukti dengan jawaban responden sebanyak 35 % menjawab selalu, 30 % kadang-kadang, 25 % sering, dan 0 % tidak pernah. Dorongan kepala sekolah agar guru berperan aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan sekolah sebagai upaya untuk memajukan kualitas pendidikan di sekolahnya. Dengan peran aktif guru untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan akan berdampak pada majunya prestasi dan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. 6. Dimensi Edukator Tabel 33 Mendorong Guru untuk Memulai dan Mengakhiri Pembelajaran Sesuai Waktu yang Ditentukan No 28
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
4
20 %
b. Sering
9
45 %
c. Kadang-kadang
6
30 %
d. Tidak Pernah
1
5%
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Terlihat pada tabel di atas bahwa kepala sekolah Sering mendorong para guru agar dapat memulai dan mengakhirkan pembelajaran tepat pada waktunya. Hal ini terbukti dengan jawaban responden sebanyak 45 % menjawab Sering, kadang-kadang 30 %, selalu 20 % dan 5 % tidak pernah.
60
Dorongan dari kepala sekolah agar guru dapat melaksanakan pembelajaran untuk memulai dan mengakhirkan pembelajaran tepat pada waktunya bertujuan agar guru dapat mengefisiensikan waktu secara tepat dan tidak membuang waktu proses pembelajaran dengan sia-sia, hal ini dilakukan dengan harapan proses belajar mengajar di dalam kelas dapat berjalan maksimal. Tabel 34 Mengembangkan Program Sekolah Melalui Pengayaan dan Perbaikan Pembelajaran (Remedial Teaching) No 29
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
8
40 %
b. Sering
9
45 %
c. Kadang-kadang
3
15 %
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Melihat tabel di atas menunjukan bahwa kepala sekolah sering meningkatkan program sekolah dengan pengayaan dan perbaikan pembelajaran. Hal ini terbukti dengan sebanyak 45 % responden menjawab sering, 40 % selalu, 15 % kadang-kadang, dan 0 % tidak pernah. Sebagai bentuk usaha kepala sekolah untuk meningkatkan hasil prestasi peserta didiknya kepala sekolah berusaha mengembangkan program
sekolah
melalui
kegiatan
pengayaan
dan
perbaikan
pembelajaran hal ini dilakukan agar pemahaman peserta didik terhadap pelajaran dapat diperbaiki dan hasil prestasi yang dimiliki peserta didiknya dapat memuaskan.
61
Tabel 35 Menggerakkan dan Meningkatkan Tim Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik No 30
Frekuensi
Prosentase
a. Selalu
5
25 %
b. Sering
7
35 %
c. Kadang-kadang
8
40 %
d. Tidak Pernah
-
-
Jumlah
20
100 %
Pilihan
Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa kepala sekolah kadang-kadang menggerakan dan meningkatkan tim evaluasi belajar peserta didiknya. Hal ini terbukti dengan jawaban responden sebanyak 40 % menjawab kadang-kadang, 35 % sering, 25 % selalu, dan 0 % tidak pernah. Usaha kepala sekolah untuk menggerakkan tim evaluasi belajar siswa ditujukan untuk mengontrol hasil belajar siswa agar kedepan hasil prestasi siswa dapat menjadi lebih baik dan dilakukan perbaikan pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan pada kesimpulan tabel-tabel di atas secara keseluruhan dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab dan memilih jawaban mayoritas
memilih jawaban selalu dan sering. Ini
menunjukan bahwa peran kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang sudah berjalan dengan cukup baik.
62
Agar data tersebut mudah dipahami, maka berikut penulis paparkan dalam bentuk tabel. Tabel 36 Rata-rata Hitung Skor Dimensi Peranan Kepala Sekolah Dalam Rangka Meningkatkan Profesionalisme Guru Variabel
Peranan Kepala Sekolah Dalam Rangka Meningkatkan Profesionalisme Guru
Dimensi
Peran Kepala Sekolah Sebagai Leader
Peran Kepala Sekolah Sebagai supervisor
Peran Kepala Sekolah Sebagai motivator
Jumlah Soal
9
7
3
3
5
3
Skor
575
384
179
176
306
178
Rata-rata
63.8
54.8
59.6
58.6
61.2
59.3
Peran Kepala Sekolah Sebagai Inovator
Peran Kepala sekolah sebagai manajer
Peran Kepala sekolah sebagai edukator
Hasil Rata-rata skor variabel peranan kepala sekolah dalam rangka meningkatan profesionalisme guru : 𝟔𝟑, 𝟖 + 𝟓𝟒, 𝟖 + 𝟓𝟗, 𝟔 + 𝟓𝟖, 𝟔 + 𝟔𝟏, 𝟐 + 𝟓𝟗, 𝟑 𝟔 = 𝟓𝟗, 𝟓𝟓 (𝐂𝐮𝐤𝐮𝐩 𝐁𝐚𝐢𝐤)
Berdasarkan rata-rata hitung skor peran kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, dapat dilihat bahwa skor dimensi peran kepala sekolah yang paling tinggi adalah kemampuan peran kepala sekolah sebagai leadership yang masuk dalam kategori cukup baik dengan skor rata-rata 63.8. Sedangkan skor dimensi peran kepala sekolah yang paling rendah yaitu kemampuan peran kepala sekolah sebagai supervisor yang masuk dalam kategori cukup baik dengan skor rata-rata 54.8. Penilaian kemampuan peran kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi didasari pada melakukan pengawasan permasalahan yang dihadapi guru, melaksanakan pembinaan konseling kepada guru, dan menciptakan komunikasi dengan guru dan masyarakat
63
lingkungan sekolah, skor perhatian kepala sekolah terhadap pengawasan permasalahan yang dihadapi guru, melaksanakan pembinaan konseling kepada guru, dan menciptakan komunikasi dengan guru dan masyarakat lingkungan sekolah dinilai rendah dibandingkan dengan indikator lainnya. Dengan demikian secara keseluruhan ke 6 dimensi yang merupakan indikator
peran
kepala
sekolah
dalam
rangka
meningkatkan
profesionalisme guru di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang dikatakan cukup baik. Sesuai dengan rata-rata yang peneliti hitung berdasarkan rumus kategori di atas. Meskipun begitu masih terdapat sedikit kekurangan yang ada disekolah yang berhubungan dengan pelaksanaan peran kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, hal ini berdasarkan pada beberapa jawaban angket yang diberikan kepada guru, sebagaimana berikut: a. Kepala sekolah belum maksimal dalam mengembangkan visi misi sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan mutu sekolah. b. Pengawasan kepala sekolah kepada tenaga pendidik melalui pembinaan konseling belum maksimal. c. Komunikasi kepala sekolah dengan guru dan masyarakat lingkunagn sekolah belum sepenuhnya berjalan dengan baik. d. Kepala sekolah belum menempatkan guru pada bidang studi tertentu dengan tujuan agar guru lebih mudah melakukan pengawasan kemampuan pemahaman pelajaran terhadap siswanya. e. Kepala sekolah dalam menggerakkan dan meningkatkan tim evaluasi belajar siswa belum berjalan dengan baik.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan mengenai peran kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, yang meliputi dimensi peran kepala sekolah sebagai leadership, supervisor, motivator, inovator, manajer, dan edukator dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran kepala sekolah sebagai leadership dalam menentukan dan menjalankan kebijakan pendidikan, berada pada kategori cukup baik. Ini terbukti dari hasil penghitungan skor yang mendapat skor 575 dengan rata-rata 63,8 Kategori cukup baik. 2. Peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam mengarahkan tenaga kependidikan, berada pada kategori cukup baik. Ini terbukti dari hasil penghitungan skor yang mendapat skor 384 dengan rata-rata 54,8 Kategori cukup baik.
64
65
3. Peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru, berada pada kategori cukup baik. Ini terbukti dari hasil penghitungan skor yang mendapat skor 179 dengan rata-rata 59,6 Kategori cukup baik. 4. Peran kepala sekolah sebagai inovator dalam melaksanakan strategi kepemimpinannya, berada pada kategori cukup baik. Ini terbukti dari hasil penghitungan skor yang mendapat skor 176 dengan rata-rata 58,6 Kategori cukup baik. 5. Peran
kepala
sekolah
sebagai
manajer
dalam
mengendalikan
kepemimpinan disekolah, berada pada kategori cukup baik. Ini terbukti dari hasil penghitungan skor yang mendapat skor 306 dengan rata-rata 61,2 Kategori cukup baik. 6. Peran
kepala
sekolah
sebagai
edukator
dalam
meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan, berada pada kategori cukup baik. Ini terbukti dari hasil penghitungan skor yang mendapat skor 178 dengan rata-rata 59,3 Kategori cukup baik. Dengan demikian dari temuan diatas, secara umum peran kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru dapat dikatakan baik. B. Saran 1. Saran Praktis Berdasarkan hasil penelitian tentang peran kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di SDI Al-Ihsan Bambu Apus Pamulang, maka peneliti menyampaikan beberapa sumbang saran terkait aspek-aspek yang dalam kategori baik dan aspek tersebut pada umumnya sebagai
masukan
dalam
meningkatkan
peranan
kepala
sekolah
kedepannya. yakni: a. Hendaknya kepala sekolah yang berperan sebagai sepervisor lebih meningkatkan mutu sekolah dengan mengembangkan visi misi sekolah.
66
b. Kepala sekolah diharapkan lebih memperhatikan pembinaan guru melalui bimbingan konseling agar permasalahan yang dihadapi guru dalam melaksanakan pemblajaran dapat diketahui dan terpecahkan solusinya. c. Kepala sekolah diharapkan lebih meningkatkan komunikasi dengan guru dan masyarakat lingkungan sekolah dengan tujuan dalam pelaksanaan agenda sekolah mendapat dukungan dari guru dan masyarakat lingkungan sekolah. d. Kepala sekolah diharapkan meningkatkan kinerja tim evaluasi hasil belajar siswa dengan harapan dapat meningkatakan prestasi hasil belajar siswanya. 2. Saran Teoritis Secara teoritis ada beberapa saran yang diajukan peneliti untuk peniliti selanjutnya, diantaranya adalah: a. Untuk memeriksa kembali item-item pada instrument penelitian agar tidak ada item yang ambigu yang dapat membuat rancu responden sehingga dapat membuat hasil penelitian tidak maksimal. b. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa hendaknya menggunakan
referensi-referensi
primer,
sehingga
dapat
menghasilkan karya ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan secara akademis. c. Untuk lebih meningkatkan pemahaman tentang peran kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, disarankan kepada peneliti selanjutnya agar menggunakan instrumen penelitian yang dapat mengungkap lebih rinci setiap aspek peranan kepala sekolah, tetapi membatasi lingkup yang dinilai secara lebih spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam konteks menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004. Wahyosumidjo.
Kepemimpinan
Kepala
Sekolah
Tinjauan
Teoritik
Dan
Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Rohani, Ahmad HM dan Ahmadi, Abu. Pedoman Penyelenggaran Administrasi di Sekolah, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1991. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Rivai, Veithzal dan Murni, Sylviana. Education Management; Analisis Teori dan Praktik. Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2009. Purwanto, Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995. Indrafachrudi, Soekarto. Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 1993. Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT. Yayasan Masagung, 1989 Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988. Soetjipto dan Kosasih, Raflis. Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990.
_______ prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002. Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry.
Strategi Belajar Mengajar,
Bandung: PT. Refika Aditama, 2007. Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002. Poerwadaminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2003. McNergney, Robert F. Dan Carrier, Carol A. Teacher Development, Canada: Macmilan Publishing, 1981. Sukardi. Metodologi penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003. Hartono, Statistik Untuk Penelitian, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004. Internet. http://Digilib.sunan-ampel.ac.id/.../hubptain-gdl-mohasroful-7712-3-babii.pdf.