PERANAN GURU DALAM PEMBINAAN DISIPLIN SISWA SMK NEGERI 02 BOMBANA KABUPATEN BOMBANA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh WA ODE HARNIYANTI R. A2A3 13 001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Diterangkan bahwa mahasiswa: Nama
: Wa Ode Harniyanti R.
NIM
: A2A3 13 001
Jurusan/Program Studi
: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Judul
: Peranan Guru dalam Pembinaan Disiplin Siswa SMK Negeri 02 Bombana Kabupaten Bombana
Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II setelah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
Kendari, 18 April 2017
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. La Iru, S.H., M.Si. NIP. 19601231 198610 1 001
Drs. H. Arsidik Asuru, M.Ag. NIP. 19551226 198603 1 001
Mengetahui : Ketua Jurusan/Program Studi PPKn
Dr. H. Samiruddin T, M.Si. NIP. 19660723 199403 1 007
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
PERANAN GURU DALAM PEMBINAAN DISIPLIN SISWA SMK NEGERI 02 BOMBANA KABUPATEN BOMBANA Diajukan oleh: WA ODE HARNIYANTI R. A2A3 13 001 Telah dipertahankan dan diterima oleh Panitia Ujian Skripsi pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo pada hari Selasa tanggal 18 April 2017 berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Nomor: 4258/UN29.5/PP/2017. Tertanggal 13 April 2017 dan dinyatakan lulus. Susunan Panitia Ujian Skripsi : Ketua
: Salimin, A., S.H.,MH.
( ................................. )
Sekretaris
: Dr. Abdul Halim Momo, M.Si.
( ................................. )
Anggota
: 1. Prof. Dr. La Iru, S.H., M.Si.
( ................................. )
2. Drs. H. Arsidik Asuru, M.Ag.
( ................................. )
3. Drs. Hamuni, M.Si.
( ................................. )
4. Dra. Irawaty, M.Pd.
( ................................. )
Kendari, 18 April 2017 Disahkan Oleh: Dekan FKIP Universitas Halu Oleo
Dr. H. Jamiludin, M.Hum. NIP. 19641030 198902 1 001 iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli, merupakan hasil karya sendiri, tidak pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di perguruan tinggi manapun, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam skripsi ini dan disebutkan sumber kutipan dan daftar pustakanya. Apabila di kemudian hari ditemukan bahwa dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan adanya unsur-unsur plagiasi, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Sarjana) dibatalkan, serta diproses menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kendari, 18 April 2017 Penulis,
WA ODE HARNIYANTI R. NIM. A2A3 13 001
iv
ABSTRAK
WA ODE HARNIYANTI (2017). Peranan Guru dalam Pembinaan Disiplin Siswa SMK Negeri 02 Bombana Kabupaten Bombana. Skripsi. Jurusan/Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo. Pembimbing: (1) Prof. Dr. La Iru, S.H., M.Si., (2) Drs. H. Arsidik Asuru, M.Ag. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) bentuk pelanggaran disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana, (2) bentuk pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana yang dilakukan oleh Guru, dan (3) peranan Guru dalam pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 02 Bombana pada bulan November Tahun 2016. Responden penelitian ini adalah guru dan siswa di SMK Negeri 02 Bombana. Informan penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Guru BK, 2 orang guru wali kelas, 7 orang guru mata pelajaran, dan 6 orang siswa. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah: kepustakaan, dan penelitian lapangan (field research). Teknik analisis data penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah : (1) bentuk pelanggaran disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana adalah sebagai berikut: membawa HP di Sekolah; merokok di sekolah, tidak hadir di sekolah 3 hari berturut-turut tanpa keterangan, melecehkan guru, meminum minuman keras, bolos dan datang terlambat, menonton video porno, dan tawuran, (2) bentuk pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana yang dilakukan oleh Guru adalah: memberi contoh sikap disiplin; menegur siswa yang melanggar; menyampaikan manfaat dari berdisiplin; memberikan sanksi; mengadukan siswa yang melanggar kepada wali kelas, guru BP, kepala sekolah, dan orang tua siswa, (3) peranan Guru dalam pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana adalah: meningkatkan ketaqwaan siswa; mempertinggi budi pekerti dan kepribadian siswa; meningkatkan kehadiran siswa; menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi siswa; membimbing tingkah laku siswa; meningkatkan kerajinan, ketekunan, dan kesantunan; memberikan tindakan terhadap siswa yang melanggar; melakukan pembinaan khusus kepada siswa yang bermasalah; memberikan peringatan secara lisan, peringatan khusus yang terkait dengan BP, Kepala Sekolah, dan Orang Tua siswa; memperhatikan dan membina suasana kekeluargaan dengan siswa; dan memberikan teladan yang baik kepada siswa. Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) pelanggaran disiplin yang paling sering dilakukan siswa SMK Negeri 02 Bombana adalah: membawa HP di sekolah, pulang sebelum jam pulang (bolos) dan datang terlambat, serta membawa atau merokok di sekolah. Sanksi disiplin yang paling sering dijatuhkan guru kepada siswa SMK Negeri 02 Bombana adalah: membersihkan lingkungan sekolah, berlari mengelilingi halaman sekolah, dan mengerjakan tugas tambahan, (3) bentuk pembinaan disiplin yang paling sering dilakukan guru adalah: menunjukkan/memberi contoh sikap disiplin, menyampaikan manfaat berdisiplin, dan menegur siswa yang melanggar secara lisan, (3) peran guru SMK Negeri 02 Bombana yang paling menonjol dalam pembinaan disiplin adalah: memberikan teladan yang baik kepada siswa, memperhatikan dan membina suasana kekeluargaan dengan siswa, dan membimbing tingkah laku siswa di sekolah sehari-hari. Kata Kunci: Peranan Guru, Pembinaan Disiplin
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis persembahkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan taufik-Nya, sehingga skripsi ini dapat selesai seperti sekarang ini. Penulis menghadapi hambatan selama penyusunan skripsi ini, berkat doa dan dorongan dari berbagai pihak, hambatan tersebut dapat diatasi. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibunda yang telah mendidik dan membesarkan penulis, juga kepada kakak-kakak dan adikku, terima kasih atas doa, nasehat, serta kasih sayang untuk penulis. Penulis menyampaikan terima kepada Bapak Prof. Dr. La Iru, S.H., M.Si., selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. H. Arsidik Asuru, M.Ag., selaku Pembimbing II yang dengan tekun dan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang langsung maupun tidak langsung membantu penulis, terutama kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Supriadi Rustad, M.Si., selaku Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Dr. H. Jamiludin, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo. 3. Dr. H. Samiruddin T, M.Si., selaku Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Halu Oleo. 4. Bapak/Ibu Dosen serta Staf Administrasi jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Halu Oleo.
vi
5. Bapak/Ibu Dosen serta Staf Administrasi dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo. 6. Teman-teman
angkatan
2013
pada
Program
Studi
Pendidikan
Kewarganagaraan, terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya. Penulis menyadari bahwa apa yang tertuang dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis pada khususnya.
Kendari, 18 April 2017
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN .....................................................................
iv
ABSTRAK ..................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xi
BAB
I
PENDAHULUAN ..................................................................... A. Latar Belakang Masalah ....................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................ C. Tujuan Penelitian ................................................................. D. Manfaat Penelitian ................................................................
1 1 6 6 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ A. Disiplin ................................................................................ 1. Pengertian Disiplin ......................................................... 2. Macam-macam Disiplin .................................................. 3. Aspek-aspek Disiplin ...................................................... 4. Unsur-unsur Disiplin ....................................................... 5. Faktor-faktor Disiplin ..................................................... 6. Tujuan Disiplin ............................................................... 7. Fungsi Disiplin ............................................................... B. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Disiplin Siswa .......................... C. Bentuk-Bentuk Pembinaan Disiplin ...................................... D. Gambaran Tentang Guru ...................................................... 1. Pengertian Guru .............................................................. 2. Kompetensi Guru ............................................................ 3. Tugas dan Peran Guru ...................................................... E. Peran Guru Dalam Pembinaan Disiplin Siswa .......................
8 8 8 9 9 11 12 14 15 16 18 21 21 22 23 25
BAB III
METODE PENELITIAN ......................................................... A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ B. Jenis Penelitian ..................................................................... C. Sumber Data Penelitian ........................................................ 1. Responden Penelitian ......................................................
28 28 28 28 28
viii
BAB IV
BAB V
2. Informan Penelitian ......................................................... D. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 1. Penelitian Kepustakaan ................................................... 2. Penelitian Lapangan ........................................................ E. Teknik Analisis Data ............................................................
29 29 29 29 30
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... A. Gambaran Umum SMK Negeri 02 Bombana ........................ 1. Visi Misi SMK Negeri 02 Bombana................................. 2. Tujuan SMK Negeri 02 Bombana .................................... 3. Keadaan Guru dan TU SMK Negeri 02 Bombana ........... 4. Keadaan Siswa SMK Negeri 02 Bombana ....................... 5. Keadaan Sarana dan Prasaran SMK Negeri 02 Bombana ........................................................................ B. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Disiplin Siswa SMK Negeri 02 Bombana ............................................................... C. Bentuk-Bentuk Pembinaan Disiplin Siswa SMK Negeri 02 Bombana yang Dilakukan Oleh Guru .................... D. Peranan Guru dalam Pembinaan Disiplin Siswa SMK Negeri 02 Bombana ..............................................................
32 32 32 33 34 35 36 35 52 58
PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... B. Saran ....................................................................................
84 85
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN ................................................................................................
87 89
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keadaan guru SMK Negeri 02 Bombana berdasarkan tingkat pendidikanya pada tahun 2016 ........................................................
34
Tabel 2. Keadaan Tata Usaha di SMK Negeri 02 Bombana Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Tahun 2016 .............................................
35
Tabel 3. Keadaan Siswa di SMK Negeri 02 Bombana Kabupaten Bombana Berdasarkan Jurusan Masing-Masing ..............................
35
Tabel 4. Keadaan Sarana dan Prasarana di SMK Negeri 02 Bombana Kabupaten Bombana Berdasarkan Kondisi Masing-Masing ............
36
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Wawancara ..............................................................
89
Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian ...........................................................
90
Lampiran 3. Izin Penelitian .........................................................................
94
Lampiran 4. Surat Keterangan Meneliti .......................................................
95
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasa dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan yang makin kompleks. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa Sekolah berusaha untuk menerapkan tata tertib sekolah dalam upaya membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat serta mencetak generasi-generasi penerus bangsa sesuai dengan kepribadian manusia Indonesia yang berlandasarkan Pancasila melalui pendidikan. Dalam hal ini Sekolah berusaha menerapkan kedisiplinan siswa dari awal seorang anak masuk dalam dunia pendidikan formal. Syahir (2003:91) menyatakan bahwa: Disiplin sangat penting dalam perkembangan moral. Melalui disiplin anak belajar berprilaku sesuai dengan kelompok sosialnya, anak pun belajar perilaku yang dapat diterima dan tidak diterima. Disiplin Sekolah menurut Foerster (dalam Syahir, 2003:234) adalah ukuran bagi tindakan-tindakan yang menjamin kondisi-kondisi moral yang diperlukan, sehingga proses pendidikan berjalan lancar dan tidak terganggu. Arti disiplin bila dilihat dari segi bahasa adalah latihan ingatan dan watak untuk menciptakan pengawasan (kontrol diri), atau kebiasaan mematuhi ketentuan dan perintah. Jadi arti disiplin secara lengkap adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan
1
2
peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun (Ays Mas’udi, 2000:34). Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawatirkan, seperti kehidupan sexs bebas, keterlibatan dalam narkoba, geng motor, dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti: kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemajakan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangannya dan disinilah arti penting disiplin sekolah. Disiplin siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi disiplin siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap disiplin
3
yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah. Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di Sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di Sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di Sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di Sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin Sekolah adalah usaha untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berprilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di Sekolah. Hadir di sekolah merupakan suatu hak sekaligus kewajiban sebagai sarana dalam mengenyam pendidikan dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Namun pada kenyataannya masih terdapat banyak siswa yang enggan melakukannya tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan siswa kurang memahami dan menyadari statusnya sebagai siswa serta arti tujuan hidupnya. Penyimpangan kedisplinan bukan semata-mata karena siswa itu sendiri melainkan juga dari peran guru, dalam hal ini Guru sebagai guru yang mengajarkan tentang kedisiplinan siswa. Guru dituntut harus bekerja keras untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, guru harus menekankan nilai-nilai kedisplinan pada setiap siswa. Secara umum kedisiplinan sangat berpengaruh
4
terhadap kualitas pendidikan suatu Sekolah, dan secara lebih khusus kedisiplinan juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena menyangkut minat belajarnya. Kedisiplinan di lingkungan SMK Negeri 02 Bombana masih rendah, di antaranya; siswa datang terlambat ke sekolah, pulang lebih cepat sebelum waktunya, merokok di sekolah, asyik bermain HP pada jam belajar, melecehkan guru, jarang datang ke sekolah, tawuran, dan lain-lain. Pelanggaran disiplin yang dilakukan, menjadikan siswa tidak serius mengikuti proses pembelajaran di sekolah bahkan siswa tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan guru. Siswa lebih sering melakukan perbuatan-perbuatan menyenangkan yang melanggar disiplin, sehingga motivasi untuk belajar hilang. Dampak dari semua itu adalah hasil belajar sebagian besar siswa rendah. Bahkan data alumni siswa SMK Negeri 02 Bombana menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri tidak lulus seleksi. Untuk mengatasi hal tersebut di atas maka perlu tindakan nyata untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin serta peran guru dalam pembinaan disiplin. Sehingga diharapkan akan diperoleh cara caya yang baik untuk mencegah dan membina disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana. Oleh karena itu agar tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal maka diperlukan adanya kesadaran bagi setiap siswa-siswi untuk mematuhi setiap aturan yang berlaku. Hal ini sangat dibutuhkan karena dengan kepatuhan terhadap peraturan inilah yang akan menimbulkan disiplin dalam
5
diri setiap siswa-siswi. Kemudian berdasarkan visi dan misi SMK Negeri 02 Bombana yaitu: Visi “maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi luhur dalam budi dan perilaku”, Misalnya yaitu: (1) sebagai sarana belajar yang efektif dan efisien, (2) kerjasama dengan orang tua, masyarakat, (3) menyelenggarakan ekstrakulikuler sebagai modal pengembangan bakat siswa dan bekal keterampilan hidup, (4) menumbuhkan semangat belajar dan semangat untuk melanjutkan sekolah. Maka sudah menjadi kewajiban bagi seluruh warga sekolah untuk mematuhi tata tertib. Apabila terdapat pelanggaran terhadap tata tertib maka sudah seharusnya pihak sekolah menanganinya secara serius demi terwujudnya visi dan misi SMK Negeri 02 Bombana itu sendiri. Penanaman disiplin merupakan bagian yang sangat penting dari tugas sekolah, hal ini dikarenakan sekolah adalah lingkungan di mana anak-anak sebagai peserta didik selain memperoleh pendidikan formal juga memperoleh penanaman nilai moral. Agar penanaman nilai moral dan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik maka di setiap sekolah pasti terdapat tata tertib atau peraturan yang mengatur pergaulan atau tindakan dalam lingkungan sekolah tersebut, jadi setiap warga sekolah wajib melaksanakan ketentuan yang terdapat di dalam tata tertib sekolah secara tanggung jawab dan penuh kesadaran. Namun demikian sekarang ini banyak sekali terdapat pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh para siswa.
6
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kedisiplinan SMK Negeri 02 Bombana terutama peran Guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk pelanggaran disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana? 2. Bagaimana bentuk pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana yang dilakukan oleh Guru? 3. Bagaimana peranan Guru dalam pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana? C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Bentuk pelanggaran disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana 2. Bentuk pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana yang dilakukan oleh Guru 3. Peranan Guru dalam pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana D. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan bermanfaat, baik untuk penulis, orang lain, maupun untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
7
1. Sebagai penulis Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan serta wawasan penulis berkaitan dengan pembinaan disiplin siswa sehingga nantinya dapat diterapkan pada saat menjadi guru. 2. Bagi siswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi para siswa agar tidak melanggar tata tertib sekolah sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan. 3. Bagi guru Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi para guru SMK Negeri 02 Bombana untuk mencegah pelanggaran disiplin dan lebih mengintensifkan pembinaan disiplin. 4. Bagi sekolah Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi SMK Negeri 02 Bombana sehingga lebih meningkatkan peran guru dalam pembinaan disiplin siswa.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Disiplin 1. Pengertian Disiplin Istilah disiplin berasal dari bahasa latin “disciplina” yang menunjuk kepada kegiatan belajar mengajar. Dalam bahasa Inggris “disciple” yang berarti mengikuti orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Sehingga dapat diartikan merupakan kegiatan belajar untuk patuh dan taat pada peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemimpin. Disiplin dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga tahun 2003 ada tiga makna: (1) tata tertib (di sekolah, kemiliteran dst); (2) ketaatan kepada peraturan (tata tertib, dst); (3) bidang studi yang memiliki objek sistem dan metode tertentu. Dari ketiga makna tersebut Hadisaputro menyimpulkan bahwa disiplin adalah tata tertib yang seyogyanya dipatuhi, dalam hal ini oleh pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya (Hadisaputro, 2003: 4). Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang diberlakukan bagi dirinya sendiri. (Lemhanas 1997:12). Tu’u (2004: 33) mengemukakan bahwa, disiplin sebagai upaya mengikuti dan menaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku, serta pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya
8
9
kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa disiplin adalah suatu sikap mengikuti dan menaati semua peraturan dengan tertib dan teratur serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab. 2. Macam-macam Disiplin Menurut Samsudin (2006:85) disiplin dikelompokkan sebagai berikut: a. Kedisiplinan pribadi yaitu kerelaan untuk mematuhi peraturan pada setiap individu. b. Kedisiplinan sosial yaitu sikap mental masyarakat untuk memenuhi tugas kewajiban masing-masing secara taat dan sadar. c. Kedisiplinan nasional yaitu kesadaran dan ketaatan setiap warga Negara untuk melaksanakan norma-norma atau peraturan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbagai macam disiplin menuntut orang yang bersangkutan bertanggungjawab dengan kepatuhan terhadap keputusan, perintah atau perlakuan yang diberlakukan bagi suatu sistem dimana ia berada. Seseorang yang dalam hatinya telah tertanam kedisiplinan akan terdorong untuk melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai dengan norma-norma dan peraturan yang berlaku dimana ia berada. Sikap dan perbuatan yang selalu taat pada peraturan yang berlaku tersebut merupakan perwujudan dari
10
perilaku disiplin, jadi perilaku disiplin akan menyatu dengan seluruh aspek kepribadian seseorang. 3. Aspek-aspek Disiplin Menurut Prijodarminto (1994: 23-24) ada 3 aspek disiplin yaitu sebagai berikut: a. Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dan latihan pengendalian pikiran dan pengendalian watak. b. Pemahaman yang baik mengenai sistem atau perilaku, norma, kriteria, dan standar yang sedemikian rupa sehingga pemahaman tersebut memberikan pengertian yang mendalam atau kesadaran. c. Sikap kelakuan secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib. Disiplin akan tumbuh dapat dibina melalui latihan-latihan pendidikan,
penanaman
kebiasaan
dengan
keteladanan-keteladanan
tertentu. Disiplin akan mudah ditegakkan bila muncul dari kesadaran diri, peraturan yang ada dirasakan sebagai sesuatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan dirinya dan sesama, sehingga akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju arah disiplin diri. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa aspek disiplin adalah mempunyai pemahaman yang baik mengenai sistem perilaku, mempunyai sikap mental, menunjukkan sikap kesungguhan hati, bertanggung jawab, mampu mengendalikan diri dan konsisten. Dalam
11
penelitian ini aspek yang diambil yaitu pemahaman siswa terhadap peraturan, mempunyai sikap mental dan kesungguhan terhadap adanya peraturan yang harus dilakukan. 4. Unsur-unsur Disiplin Menurut Hurlock (1990: 84-91) ada beberapa unsur disiplin yaitu sebagai berikut: a. Peraturan Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk perilaku. Pola tersebut dapat ditetapkan oleh guru dan sebagainya, tujuannya adalah untuk membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui bersama dalam kelompok, rumah, sekolah dalam situasi tertentu. b. Hukuman Hukuman menurut para ahli pendidikan dipandang mempunyai tiga peranan penting dalam membantu anak menjadi insan bermoral, fungsinya yaitu: 1) Fungsi pertama adalah menghalangi, hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. 2) Hukuman mempunyai fungsi mendidik, yakni menyadarkan anak bahwa setiap perbuatan itu mempunyai konsekuensi. 3) Hukuman mempunyai fungsi memberi motivasi anak untuk menghindari kesalahan. c. Penghargaan Penghargaan yang diberikan orang tua kepada anak-anak sebenarnya
12
tidak perlu selalu berupa materi, tetapi dapat juga berupa kata-kata, pujian, senyuman, tepukan punggung dan sebagainya. d. Konsisten Konsisten berarti keseragaman atau tingkat kestabilan, konsisten harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Harus ada konsisten dalam peraturan, hukuman dan juga penghargaan, supaya anak tidak bingung, kalau tidak konsisten anak tidak dapat tahu mana yang baik dan benar (boleh dilakukan) dan mana yang salah (tidak boleh dilakukan). 5. Faktor-faktor Disiplin Tu’u (2004: 48-50) menyebutkan bahwa,ada beberapa faktor disiplin, yaitu sebagai berikut: a. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya, selain itu kesadaran diri menjadi motif kuat terwujudnya disiplin. b. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. c. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. d. Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.
13
Selain itu ada beberapa faktor lain lagi yang dapat berpengaruh pada pembentukkan disiplin individu yaitu: a. Teladan Perbuatan dan tindakan kerap kali lebih besar pengaruhnya dibanding dengan kata-kata, jadi keteladanan sangat penting bagi perilaku disiplin siswa. Dalam disiplin di sekolah, semua insan yang ada didalamnya mengembangkan kepengikutan dan ketaatan yang lahir dari kesadaran dirinya sehingga terbentuk jiwa disiplin yang dapat menjadi contoh. b. Lingkungan Berdisiplin Seseorang dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan, bila berada di lingkungan berdisplin, seseorang dapat terbawa oleh lingkungan tersebut. Peraturan- peraturan yang ditaati dan dipatuhi adalah yang berlaku dalam lingkungan tersebut, dengan tujuan menciptakan lingkungan kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. c. Latihan Disiplin Disiplin dapat dicapai dan dibentuk melalui proses latihan dan kebiasaan, untuk membentuk suatu sikap hidup, perbuatan dan kebiasaan dalam mengikuti, menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku. Melakukan disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya dalam praktik-praktik kehidupan sehari-hari, maka disiplin akan terbentuk dalam diri seseorang. Pembiasaan disiplin di sekolah, dengan aturan yang dirasakan sebagai sesuatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar
14
untuk kebaikan, bisa berkembang menjadi kebiasaan yang berpengaruh positif bagi kehidupan siswa di masa depan. 6. Tujuan Disiplin Muliadi (2009:39) mengemukakan bahwa kedisiplian memiliki dua tujuan, yaitu memberi kenyamanan pada para siswa dan staf (guru) serta menciptakan
lingkuangan
yang
kondusif
untuk
belajar.
Disiplin
mempunyai tujuan untuk penurutan terhadap suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya peraturan itu. Disiplin mempunyai tujuan ganda yaitu mengembangkan suatu peraturan tertentu dalam tindak tanduk manusia dan memberinya suatu sasaran tertentu dan sekaligus membatasi cakrawalanya. Muliadi (2009:45) berpendapat bahwa tujuan disiplin adalah perkembangan dari pengembagan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau kendali dari luar. Disiplin adalah suatu latihan batin yang tercermin dalam tingkah laku yang bertujuan agar orang selalu patuh pada peraturan.
Dengan adanya
disiplin diharapkan anak didik
mendisiplikan diri dalam mentaati peraturan sekolah sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan lancer dan memudahkan pencapaian tujuan pendidikan. Oleh karena itu, anak didik perlu dibimbing dan ditunjukan mana perbuatan yang melanggar tata tertib dan mana peraturan yang menunjang terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik. Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan disiplin adalah memberi kenyamanan pada para siswa dan staf (guru) serta
15
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar serta perkembangan dari pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pangaruh atau kendali dari luar. 7. Fungsi Disiplin Fungsi disiplin menurut Tu’u (2004:66) adalah: a. Menata kehidupan bersama Disiplin sekolah berguna untuk menyadarkan siswa bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar. b. Membangun kepribadian Disiplin yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti, mematuhi aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya. c. Melatih kepribadian Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih. d. Pemaksaan Disiplin dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar, misalnya ketika seseorang siswa yang kurang disiplin masuk
16
ke satu sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut. e. Hukuman Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. f. Menciptakan lingkungan yang kondusif Disiplin berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
B. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Disiplin Siswa Disiplin merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada siswa di sekolah sedini mungkin. Sekolah adalah tempat utama untuk melatihkan dan memahami pentingnya disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan peraturan dan tata tertib kelas yang diterapkan setiap hari dan dengan kontrol yang terus menerus maka siswa akan terbiasa berdisiplin. Namun kenyataannya harapan guru agar siswa menaati segala tata tertib sekolah sebagai bentuk disiplin malah lebih banyak dilanggar oleh siswa. Pelanggaran disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dari persoalan perilaku negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja antara lain: kehidupan sex bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya.
17
Di lingkungan sekolah, pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti: bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Menurut Sukadji (2000:113), hal-hal yang dianggap sebagai perilaku pelanggaran disiplin dapat digolongkan dalam lima kategori umum, yaitu: a. Agresi fisik (pemukulan, perkelahian, perusakan, dan sebagainya) Agresif merupakan bentuk perilaku yang menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental. Agresif sebagai bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk melukai seseorang (secara fisik atau verbal) atau merusak harta benda. b. Kesibukan berteman (berbincang-bincang, berbisik-bisik, berkunjung ke tempat duduk teman tanpa izin) c. Mencari perhatian (mengedarkan tulisan-tulisan, memakai pakaian yang mencolok seperti penggunaan pernak-pernik yang berlebihan, dan gambargambar dengan maksud mengalihkan perhatian pelajaran) d. Menantang wibawa guru (tidak mau nurut, memberontak, memprotes dengan kasar, dan sebagainya). Dan membuat perselisihan (mengkritik, menertawakan, mencemoohkan) e. Merokok di sekolah, datang terlambat, membolos, dan “kabur”, mencuri dan menipu, tidak berpakaian sesuai dengan ketentuan, mengompas
18
(memeras teman sekolah), serta menggunakan obat-obatan terlarang maupun minuman keras di sekolah. Dalam Dokumen Lemhanas (1997:54), disiplin dapat terjadi dengan cara: a. Disiplin
tidak
terjadi
sendirinya,
malainkan
harus
ditumbuhkan,
dikembangkan dan diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman. b. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar. c. Dalam membentuk disiplin, ada pihak yan memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain kea rah tingkah laku yang diinginkannya. C. Bentuk-Bentuk Pembinaan Disiplin Tujuan pembinaan disiplin bagi siswa yang melanggar peraturan dan tata tertib sekolah adalah memperbaiki dan mendidik siswa yang melakukan pelanggaran disiplin. Menurut Mangkunegara (2011:131), tindakan yang dapat dilakukan dalam pembinaan disiplin adalah: 1. Pemberian peringatan Siswa yang melanggar disiplin perlu diberikan peringatan. Tujuan pemberian peringatan adalah agar siswa yang bersangkutan menyadari pelanggran yang telah dilakukannya. Di samping itu pula surat peringatan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan penilaian siswa.
19
2. Pemberian Sanksi Siswa yang melanggar disiplin harus diberikan sanksi yang sesuai dengan peraturan sekolah yang berlaku. Tujuannya, agar siswa yang bersangkutan memahami sanksi pelanggaran yang berlaku di sekolah. Pemberian sanksi kepada siswa yang tidak disiplin harus konsisten. Hal ini bertujuan agar siswa sadar dan menghargai peraturan-peraturan yang berlaku pada sekolah. Ketidakkonsistenan pemberian sanksi dapat mengakibatkan siswa merasakan adanya diskriminasi siswa, ringannya sanksi, dan pengabaian disiplin. Pemberian sanksi pelanggaran disiplin harus tidak membedabedakan siswa, pria-wanita, tetap diberlakukan sama sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuannya agar siswa menyadari bahwa disiplin berlaku untuk semua siswa dengan sanksi pelanggaran yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di sekolah. Pada umumnya sebagai pegangan guru meskipun tidak mutlak, tingkat dan jenis disiplin terdiri atas sanksi disiplin berat, sanksi disiplin sedang dan sanksi disiplin ringan (Rivai, 2009:831). 1. Sanksi disiplin berat, sanksi disiplin berat misalnya: a. Dikeluarkan dari sekolah b. Dipindahkan ke sekolah lain. c. Tidak dinaikan ke tingkat selanjutnya 2. Sanksi disiplin sedang a. Skorsing
20
b. Diberikan tugas tambahan 3. Sanksi disiplin ringan a. Membersihkan lingkungan sekolah b. Berlari mengelilingi halaman sekolah c. Berjanji untuk tidak mengulangi pelanggaran Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan siswa. Berat ringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik buruknya kedisiplinan siswa. Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal dan diinformasikan secara jelas kepada semua siswa. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan indisipliner, bersifat mendidik dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedisilinan dalam sekolah. 3. Teladan Dalam menentukan disiplin siswa maka guru dijadikan teladan dan panutan oleh para siswanya. Guru harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Guru harus menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan diteladani oleh para siswanya. 4. Hubungan kemanusiaan Hubungan kemanusiaan yang harmonis antara siswa dan guru ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu sekolah. Guru harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal diantara semua siswanya.
21
D. Gambaran Tentang Guru 1. Pengertian Guru Guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicaara dalam bidang-bidang tertentu, belum bisa disebut guru. Untuk menjadi guru yang professional yang harus menguasai betul seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan (Usman, 2009:4). Menurut
Syaodih
(2005:13)
menyebutkan
bahwa,
“Guru
memegang peranan yang sangat penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Lebih lanjut dikemukakannya bahwa guru adalah perencana, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya”. Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru juga merupakan barisan pengembangan kurikulum yang terdepan maka guru pulalah yang sebelum melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap kurikulum. Beberapa pengertian guru diatas yang diungkapkan oleh para ahli, seyogyana Guru harus mampu memberikan contoh yang baik di lingkungan sekolah maupun pada saat proses belajar mengajar agar tujuan yang diharapkan bisa menjadi manajer atau pengelola kelas yang professional guru terciptanya suasana kelas dan lingkungan sekolah yang kondusif sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
22
dan terbentuknya siswa-siswi yang memiliki disiplin yang tinggi (Hadi Supeno, 1998:26). 2. Kompetensi Guru Syah (2002:229) mengemukakan bahwa kompetensi adalah kemampuan atau kecakapn. Usman (2002:1) mengemukakan kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Majid (2005:37) menyebut kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seseorang individu untuk mengejarkan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang di perlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan. Jadi kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi
tertentu.
Selanjutnya
Spancer
&
Spancer
menjelaskan, kompetensi dikatakan underlying characteristic karena
23
karakteristik merupakan bagian yang mendalam dan melekat pada kepribadian seseorang dan dapat memprediksi berbagai situasi dan jenis pekerjaan. Dikatakan causally related, karena kompetensi menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja. Dikatakan criterion-referenced, karena kompetensi itu benar-benar memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik atau buruk, berdasarkan kriteria atau standar tertentu. 3. Tugas dan Peran Guru Peran yang diharapkan dari guru adalah: korektor, inspirator, informatory, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, supervisor dan evaluator (Djamarah, 1999:75). Peran guru dalam proses belajar mengajar yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut: a. Guru sebagai demonstrator b. Guru sebagai pengelola kelas c. Guru sebagai mediator dan fasilitator d. Guru sebagai evaluator (Usman, 2004:23) Guru juga memiliki banyak tugas baik yang terikat dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru yakni: tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. a. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik artinya meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
24
dan
teknologi
sedangkan
melatih
artinya
mengembangkan
keterampilan-keterampilan kepada siswa b. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpatik sehingga ia manjadi idola bagi para siswanya. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik maka ia tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya kepada para siswanya. c. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya kerena dari seorang guru diharapkan masyarakat
dapat
memperoleh ilmu
pengetahuan. Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 dan Undangundang Nomor 14 tahun 2005 peran guru adalah sebagai berikut : a. Guru sebagai pendidik artinya guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para siswa dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus menjadi pribadi yang bertanggung jawab, berwibawa, mandiri dan disiplin. b. Guru sebagai pengajar artinya di dalam tugasnya guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. c. Guru sebagai pembimbing artinya diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang bertanggung jawab, sebagai pembimbing guru harus merumuskan
25
tujuan secara jelas dalam menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. d. Guru sebagai pengarah artinya guru sebagai seorang pengarah bagi siswa bahkan sebagai orang tua. Guru harus mampu mengarahkan siswa dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, mengarahkan siswa dalam mengambil keputusan dan menemukan jati dirinya. e. Guru sebagai pelatih artinya proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih yang bertugas melatih siswa dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan kompetensi masing-masing siswa. E. Peran Guru dalam Pembinaan Disiplin Siswa Guru
atau
pendidik
memiliki tanggung
jawab
besar
dalam
menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Guru merupakan teladan bagi siswa dan memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter siswa. Dalam UU Guru dan Dosen, UU no 14 tahun 2005, guru didefinisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
26
Syahir (2003) menjelaskan secara umum bahwa performa mengajar guru meliputi aspek kemampuan kognitif, keterampilan profesional dan keterampilan sosial. Di samping itu, Mugiarso (2004) menyebutkan bahwa perilaku mengajar guru yang baik dalam proses belajar-mengajar di kelas dapat ditandai dengan adanya kemampuan penguasaan materi pelajaran, kemampuan penyampaian materi pelajaran, keterampilan pengelolaan kelas, kedisiplinan, antusiasme, kepedulian, dan keramahan guru terhadap siswa. Guru adalah orang yang diberi amanah dan tanggung jawab untuk membimbing. Guru adalah orang yang berilmu atau orang yang mengemban amanah dalam pembelajaran proses pembelajaran di sekolah dan memiliki kepribadian yang baik. Guru sebagai pendidik yang membimbing dan mengarahkan anak didik hendaknya memiliki disiplin ilmu yang luas dan relevan dalam bidang keahliannya dan memiliki moral/budi pekerti yang luhur sebagai contoh bagi anak didik serta profesional dalam merencanakan dan melaksanakan proses pendidikandan pembelajaran baik terhadp peserta didik maupun pengabdian terhadap masyarakat. Berkaitan dengan pembinaan disiplin, Syahir (2003:39) menjelaskan bahwa guru memiliki peran dalam membina siswa agar terhindar dari pelanggaran disiplin. Peran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan ketaqwaan siswa dalam kelasnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2. Mengadakan pembinaan untuk mempertinggi budi pekerti dan kepribadian anak didik dalam kelasnya
27
3. Mengetahui dan meningkatkan kehadiran anak didik setiap hari 4. Mengetahui dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi anak didik dalam kelasnya (tentang pelajaran, status sosial/ekonomi, dan lain-lain) 5. Membimbing dan menilai tingkah laku anak didik sehari-hari di sekolah 6. Mengambil tindakan terhadap siswa bila dianggap perlu 7. Melakukan pemberitahuan, pembinaan, dan pengarahan tentang anak didiknya kepada kepala sekolah, orang tua siswa, dan guru-guru yang lain 8. Memberikan peringatan secara lisan, peringatan khusus yang terkait dengan BP, Kepala Sekolah, dan Orang Tua siswa 9. Memperhatikan dan membina suasana kekeluargaan dengan siswa 10. Memberikan Teladan yang baik kepada siswa
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 02 Bombana Kecamatan Rumbia Tengah Kabupaten Bombana. Alasan Penulis melaksanakan penelitian pada SMK Negeri 02 Bombana karena berdasarkan hasil observasi awal di sekolah tersebut menunjukkan bahwa terdapat siswa yang melakukan pelanggaran-pelanggaran disiplin baik di sekolah maupun di luar sekolah (lingkungan keluarga dan masyarakat). Pelanggaran-pelanggaran yang dimaksud adalah meminum minuman keras, tidak mengikuti tata tertib sekolah, tawuran, dan lain-lain. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan November Tahun 2016.
B. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penulis memberikan gambaran secara detail sesuai dengan fakta yang ada di lokasi penelitian tentang peranan guru dalam pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana Kabupaten Bombana.
C. Sumber Data Penelitian 1. Responden Penelitian Adapun responden dalam penelitian ini adalah seluruh guru dan siswa di SMK Negeri 02 Bombana Kabupaten Bombana.
28
29
2. Informan Penelitian Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Guru BK, 2 orang guru wali kelas, 7 orang guru mata pelajaran, dan beberapa orang siswa.
D. Metode Pengumpulan Data Guna mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti menerapkan metode penelitian lapangan. Metode penelitian lapangan dilakukan dengan cara peneliti langsung datang ke lokasi penelitian dengan teknik pengumpulan data, sebagai berikut: 1. Observasi Observasi dilakukan peneliti dengan mengamati secara langsung; bentuk pelanggaran disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana, bentuk pembinaan disiplin yang dilakukan oleh Guru terhadap siswa SMK Negeri 02 Bombana, dan peranan Guru dalam pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana. 2. Wawancara dan Dokumenter Wawancara yaitu metode pengumpulan data melalui tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian (Sugiyono, 2005:194). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data dari guru, kepala sekolah, dan siswa berkaitan dengan bentuk pelanggaran disiplin siswa, bentuk pembinaan disiplin siswa, dan peranan guru dalam pembinaan disiplin siswa SMK Nengeri 2 Bombana Kabupaten Bombana.
30
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat selain diperoleh dari sumber manusia juga diperoleh dari dokumen. Dokumen ini dapat berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan sebagainya. Studi dokumen merupakan pelengkap dari metode wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah, baik kehidupan pribadi, sekolah, di masyarakat maupun autobiografi (Sugiyono, 2005:82).
E. Teknik Analisis Data Setelah
mengumpulkan
data,
maka
tahap
berikutnya
adalah
pengolahan data dan analisis data. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan (observation), wawancara (interview) dan dokumen, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu dengan cara mengolah data, menggolongkan data sesuai kategori kemudian dihubungkan dengan keterkaitan konsep atau teori yang ada dan diinterprestasikan dengan melihat fakta yang terjadi dalam upaya mengungkap; bentuk pelanggaran disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana, bentuk pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana yang dilakukan oleh Guru, dan peranan Guru dalam pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana. Sehingga ditarik suatu kesimpulan yang menggambarkan tentang peranan guru dalam pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana Kabupaten Bombana.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMK Negeri 02 Bombana Kabupaten Bombana SMK Negeri 02 Bombana merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan di Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. SMK Negeri 02 Bombana terletak di Jalan Diklat No. 1 Kelurahan Po Ea Kecamatan Rumbia Kabupaten Bombana. 1. Visi dan Misi SMK Negeri 02 Bombana Misi adalah rangkaian program kegiatan pada setiap sekolah yang harus dilakukan untuk mencapai visi yang telah ditetapkan. SMK Negeri 02 Bombana memiliki visi dan misi sebagai berikut. 1. Visi Terwujudnya lembaga pendidikan yang handal untuk menghasilkan tenaga kerja professional yang beriman dan bertaqwa serta produk unggulan yang berdaya saing tinggi memasuki era pasar bebas. 2. Misi 1) Melaksanakan pendidikan yang efektif bersama dunia usaha dan industri untuk mempersiapkan tamatan yang kompeten, terampil, mandiri, dan produktif. 2) Memberdayakan potensi sekolah untuk pengembangan teknologi, informasi, dan kesehatan sebagai tempat latihan siswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
31
32
3) Meningkatkan kualitas organisasi dan manajemen sekolah dalam menumbuhkan semangat keunggulan dan kompetitif. 4) Meningkatkan kualitas kompetensi guru dan pegawai dalam mewujudkan standar pelayanan minimal. 5) Meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar dalam mencapai kompetensi siswa yang berstandar nasional dan internasional. 6) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan dalam mendukung penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. 7) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kualitas pembinaan kesiswaan dalam mewujudkan iman dan taqwa dan sikap kemandirian. 8) Meningkatkan kualitas pengelolaan unit produksi dalam menunjang kualitas sumber daya manusia. 9) Memberdayakan lingkungan sekolah dalam mewujudkan wawasan wiyata mandala. 2. Tujuan SMK Negeri 02 Bombana a. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sesuai dengan program keahliannya. b. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet, dan gigih dalam
berkompetensi,
beradaptasi
di
lingkungan
kerja,
dan
33
mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlian yang diminatinya. c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. d. Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih. 3. Keadaan Guru dan TU SMK Negeri 02 Bombana a. Keadaan Guru Keadaan guru di SMK Negeri 02 Bombana berdasarkan tingkat pendidikannya pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Keadaan guru SMK Negeri 02 Bombana berdasarkan tingkat pendidikanya pada tahun 2016 Jumlah Ijazah Total Jumlah Guru Guru Guru Tertinggi Tetap Bantu Tidak Tetap S2 8 8 S1 35 17 52 Jumlah 43 17 60 Sumber: Data SMK Negeri 02 Bombana tahun 2016 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah guru di SMK Negeri 02 Bombana sebanyak 60 orang. Guru yang memiliki latar belakang pendidikan magister (S2) sebanyak 8 orang, Sarjana sebanyak 52 orang. Berdasarkan jumlah tersebut diketahui bahwa pegawai negeri sipil sebanyak 43 orang, dan Guru Tidak Tetap Sebanyak 17 orang.
34
b. Tata Usaha Keadaan tata usaha SMK Negeri 02 Bombana berdasarkan tingkat pendidikannya pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Keadaan Tata Usaha SMK Negeri 02 Bombana Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada Tahun 2016 Total Jumlah Ijazah Pegawai Tidak Tertinggi TU Negeri Jumlah Tetap SMA 4 4 Jumlah 4 4 Sumber: Data SMK Negeri 02 Bombana Tahun 2016 Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa jumlah tata usaha sebanyak 4 orang. Semua pegawai Tata Usaha memiliki latar belakang pendidikan SMA. Berdasarkan jumlah tersebut, diketahui bahwa Tata Usaha Pegawai tetap sebanyak 4 orang. 4. Keadaan Siswa SMK Negeri 02 Bombana Keadaan siswa di SMK Negeri 02 Bombana berdasarkan jurusan masing-masing pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Keadaan Siswa di SMK Negeri 02 Bombana Kabupaten Bombana Berdasarkan Jurusan Jumlah Jumlah No Jurusan Kelas Siswa 1 Otomotif 3 97 2 Teknik Komputer dan Jaringan 3 104 3 Teknik Sepeda Motor 3 102 4 Keperawatan 3 116 5 Akuntansi 3 98 6 Administrasi 3 93 7 Perikanan 3 89 8 Bangunan 3 113 Jumlah Keseluruhan 24 812 Sumber: Data SMK Negeri 02 Bombana Tahun 2016
35
Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa jumlah siswa SMK Negeri 02 Bombana pada tahun 2016 berjumlah 812 orang yang terdiri dari delapan jurusan. Siswa terbanyak masuk pada jurusan keperawatan dan jumlah siswa yang paling sedikit masuk pada jurusan perikanan. 5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Negeri 02 Bombana Keadaan sarana dan prasarana di SMK Negeri 02 Bombana Kabupaten Bombana berdasarkan kondisi masing-masing pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Keadaan Sarana dan Prasarana di SMK Negeri 02 Bombana Kabupaten Bombana Berdasarkan Kondisi Masing-Masing No Nama Benda/Barang Jumlah Keterangan 1 Ruang kegiatan belajar 26 24 Baik 2 Darurat 2 Laboratorium 1 Baik 3 Perpustakaan 1 Baik 4 kantor 1 Baik 5 Ruang dewan guru 1 Baik 6 Ruang kepsek 3 Baik 7 Ruang TU 1 Baik 8 Ruang komputer 1 Baik 9 Mushollah 5 Baik 10 Ruang tamu 3 Baik 11 WC siswa 5 Baik 12 WC guru 2 Baik Sumber: Data SMK Negeri 02 Bombana tahun 2016 Berdasarkantabel 4 di atas diketahui bahwa ruang kelas di SMK Negeri 02 Bombana Kabupaten Bombana ruang kegiatan belajar berjumlah 26 ruangan. Dari seluruh ruang belajar tersebut 24 ruangan belajar dalam keadaan baik dan 2 ruangan dalam keadaan rusak. Ruang laboratorium 4 ruangan dalam keadaan baik, perpustakan berjumlah 1 ruangan dalam keadaan baik, kantor berjumlah 1 ruangan dalam keadaan baik, ruang dewan guru 1 ruangan dalam keadaan baik, ruang kepala sekolah 1
36
ruangan dalam keadaan baik, ruang tata usaha 1 ruangan dalam keadaan baik, ruang komputer 2 ruangan dalam keadaan baik, ruang mushollah 1 ruangan dalam keadaan baik, ruang tamu 1 ruangan dalam keadaan baik, ruang WC siswa 5 ruangan dalam keadaan rusak ringan, ruang WC guru 3 ruangan dalam keadaan baik.
B. Bentuk-Bentuk Pelanggaran disiplin siswa SMK Negeri 2 Bombana 1. Membawa HP di Sekolah Handphone
(HP)
merupakan
salah
satu
alat
komunikasi
interpersonal. Alat komunikasi yang satu ini dinilai yang paling efektif sampai saat ini untuk membangun komunikasi perorangan. Pengguna ponsel saat ini tidak terbatas pada kalangan menengah ke atas tetapi sudah digunakan oleh semua lapisan masyarakat. Tidak mengherankan jika anak, remaja, dewasa, dan orang tua semua telah memiliki HP. Anak sekolah atau remaja termasuk komunitas paling banyak menggunakan ponsel. Bagi mereka, ponsel tidak hanya sekadar alat komunikasi. Berbagai fitur tersedia digunakan untuk kegiatan lain. Misalnya facebook, twitter, messenger, dan fasilitas lain. Tentunya alasan yang paling lazim bagi anak sekolah adalah browsing untuk mencari informasi tentang bahan belajar dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru di sekolah. Saat ini beberapa sekolah telah menerapkan larangan bagi siswa untuk membawa ponsel ke sekolah. Larangan ini tentu saja dapat diterima oleh orang tua siswa, karena tujuannya adalah untuk menghindari terganggunya konsentrasi belajar siswa.
37
SMK Negeri 02 Bombana merupakan salah satu sekolah yang melarang siswanya membawa handphone di sekolah. Larangan ini dimaksukan agar siswa tidak terganggu konsetrasinya pada saat belajar. Pada saat berada di sekolah siswa memanfaatkan waktu sepenuhnya untuk belajar, tidak digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan handphone seperti; SMS, game, FB, dan lain-lain. Sebagaimana hasil wawancara dengan Kepala SMK Negeri 02 Bombana (Sabri, S.Pd.) berikut ini: Kami di SMK Negeri 02 Bombana melarang siswanya untuk membawa handphone di sekolah. Ini kami maksudkan agar siswa tidak terganggu konsetrasinya pada saat belajar. Dengan tidak membawa handphone di sekolah, siswa dapat memanfaatkan waktu sepenuhnya untuk belajar. Apabila siswa membawa handphone di sekolah maka sebagian besar waktunya akan dihabiskan untuk: SMS, game, FB, dan lain-lain. (Wawancara, November 2016) Meskipun di SMK Negeri 02 Bombana diberlakukan larangan membawa HP di sekolah, namun masih banyak siswa yang melanggar. Setiap hari ada saja siswa yang membawa HP di sekolah. Mereka menyembunyikan dalam tas atau menyimpannya dalam sadel motornya ketika memasuki sekolah. Sebagaimana hasil wancara dengan salah satu siswa SMK Negeri 02 Bombana bernama Andi Ahmad (16 Tahun) yang menyatakan sebagai berikut: Di sekolah ini ada larangan membawa HP, namun saya dan beberapa teman masih nekad bawa HP di sekolah. Kalau ada pemeriksaan setiap hari pasti ada saja siswa yang kedapatan membawa HP di sekolah. Supaya tidak kedapatan dengan guru, HP saya sembunyikan dalam tas, tapi kalau ada pemeriksaan, saya simpan dalam sadel motor nanti setelah istrahat saya ambil baru saya gunakan. (Wawancara, November 2016) Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa masih banyak siswa pada jam istrahat yang sibuk bermain HP. Siswa-siswi ini luput dari
38
pantauan guru, mereka menyimpan HP di dalam buku pelajaran jadi seakan-akan mereka sibuk membaca ternyata mereka asyik bermain handphone. Menurut salah satu siswa SMK Negeri 02 Bombana bahwa peraturan
untuk
tidak
membawa
handphone
di
sekolah
sangat
menyusahkan mereka. Karena handphone dibutuhkan untuk menghubungi orang tua yang menjemput di sekolah atau menyampaikan informasi penting ke orang lain. Menurut siswa, pihak sekolah perlu membuat kebijakan khusus tentang aturan tidak membawa handphone di sekolah. Siswa tertentu boleh membawa HP namun harus dititipkan di meja piket atau ruang guru. Jika ada orang tua, famili, atau siapapun yang ingin berkomunikasi mendesak dengan siswa boleh menghubungi petugas piket terlebih dulu. Sebagaimana dikemukakan oleh siswa bernama Sarni Basri (16 Tahun) berikut ini: Saya kurang sepakat dengan aturan tidak boleh membawa HP di sekolah. Larangan membawa HP ini perlu dikecualikan bagi siswa yang berkepentingan misalnya yang sakit orang tuanya atau membutuhkan informasi penting dari orang lain. Kalau HP tidak bisa dipegang langsung, mungkin bisa dititipkan di meja piket atau di ruang dewan guru. (Wawancara, November 2016) Menyikapi peraturan yang melarang membawa Handphone ke sekolah, ada siswa yang setuju akan tetapi tidak sedikit juga yang menolaknya. Baik siswa yang setuju ataupun tidak setuju, mempunyai alasan masing-masing yang dianggapnya benar. Bagi siswa yang setuju dengan peraturan yang melarang membawa Handphone ke sekolah mereka berpendapat bahwa kebijakan tersebut memang benar dan wajib diikuti,
39
karena menurut mereka Handphone bisa menjadi penyebab kemalasan siswa. Siswa yang telah memiliki Handphone akan lupa dengan kewajiban belajar. Selain itu, mereka berpendapat bahwa Handphone juga bisa mengganggu kegiatan pembelajaran di sekolah karena kebanyakan siswa menggunakan Handphone pada saat jam belajar. Sedang siswa yang menolak peraturan tersebut mempunyai argumen sendiri yang tentunya kontra dengan argumen siswa yang setuju. Siswa yang setuju berpendapat bahwa tidak sepenuhnya Handphone menjadi penyebab kemalasan siswa. Selain Handphone, masih banyak berbagai hal yang bisa memicu kemalasan siswa, misalnya playstation. Baik buruknya dampak Handphone tergantung dari penggunanya sendiri. Menurut salah seorang guru SMK Negeri 02 Bombana bahwa larangan bagi siswa untuk membawa HP di sekolah adalah bukan untuk melarang siswa berkomunikasi dengan orang tua atau teman, tetapi hanya untuk melepaskan aktvitas siswa dari hal-hal yang menghambat konsentrasi belajar. Sebagaimana hasil wawancara terhadap guru bernama Yusran, S.Pd.I,M.Pd.I (43 Tahun) sebagai berikut: Larangan membawa HP ini, dikecualikan bagi siswa yang berkepentingan misalnya yang sakit orang tuanya atau membutuhkan informasi penting dari orang lain, tetapi harus seizin guru. Hanya masalahnya kalau sudah diizinkan satu orang, banyak siswa berlomba-lomba izin dengan berbagai alasan. (Wawancara, November 2016) Selanjutnya guru menjelaskan bahwa siswa yang kedapatan membawa dan mengaktifkan HP di dalam kelas pada saat jam belajar akan diberikan sanksi disiplin dengan penyitaan HP selama dua hari kemudian
40
dikembalikan dengan syarat siswa tersebut membuat perjanjian tidak akan mengulangi perbuatannya. 2. Membawa Rokok/Merokok Dewasa ini sulit untuk menemukan pelajar yang tidak menghisap rokok. Merokok bagi remaja dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Meskipun dilarang oleh orang tua maupun guru di sekolah, siswa masih saja menunjukkan perilaku merokok. Siswa tidak tanggung untuk membawa rokok di sekolah. Di SMK Negeri 02 Bombana, banyak siswa yang kedapatan membawa rokok atau sedang merokok di sekolah. Kegiatan merokok dilakukan di kantin atau di tempat yang tidak bisa dipantau oleh guru. Untuk mendapatkan siswa yang sedang merokok pada jam sekolah, guru hanya perlu datang di kantin sekolah atau dibelakan gedung sekolah yang tersembunyi. Sebagaimana hasil wawancara peneliti terhadap guru bernama Rostina, S.Ag.,M.Ped.I (42 Tahun) yang menyatakan: Sekarang ini di SMK Negeri 02 Bombana, sebagian siswa putra merokok. Meskipun ada larangan orang tua dan guru tetapi para siswa ini masih nekad juga untuk merokok. Mereka membawa rokok di sekolah, merokoknya nanti pada jam istrahat di kantin atau di tempat-tempat yang tidak dapat dilihat guru. Setiap minggu kami adakan sweeping, selalu kami dapati siswa yang membawa rokok. (Wawancara, November 2016) Faktor utama yang mempengaruhi para pelajar untuk merokok adalah teman bermain. Pertama-tama merokok hanya coba-coba hingga akhirnya mereka terbiasa dengan rokok. Siswa yang telah kencanduan dengan rokok tidak bisa lagi melepas rokoknya meskipun di sekolah. Walaupun ada larang dan sweeping rokok di sekolah tapi siswa-siswa
41
nekad membawa rokok di sekolah. Sebagaimana dijelaskan oleh Informan bernama Abdul Rahman (17 Tahun) sebagai berikut: Pertama-tama saya hanya coba-coba merokok, karena ada teman yang kasi. Lama kelamaan terbiasa dengan rokok, dan sekarang saya ketagihan. Sekarang tidak bisa lagi saya melepas rokok meskipun datang di sekolah ini. Biasanya kalau ada sweeping kadang kedapatan, kita dikasih hukuman. Jadi supaya tidak kedapatan, kita sembunyi rokok di mana saja yang aman nanti kalau tidak ada guru baru kita ambil untuk merokok. (Wawancara, November 2016) Seharusnya semua pihak, baik guru maupun orang tua harus melakukan pencegahan dan pemberantasan siswa merokok. Sekolah harus berkomitmen untuk membebaskan lingkungannya dari rokok. Baik guru, karyawan, orang tua ataupun orang yang berkunjung ke sekolah harus dilarang merokok. Hal menjadi sesuatu contoh atau bentuk keteladanan. Sangat aneh jika siswa dilarang merokok tapi gurunya ada yang merokok. Sebagaimana dijelaskan oleh Kepala SMK Negeri 2 Bombana berikut ini: Pelanggaran disiplin tentang rokok ini sering terjadi di sekolah ini. Jadi untuk mencegahnya harus ada keterlibatan berbagai pihak. Baik guru maupun orang tua harus melakukan pencegahan dan pemberantasan kepada siswa yang merokok. Sekolah harus berkomitmen untuk membebaskan lingkungannya dari rokok. Guru, karyawan, orang tua ataupun orang yang berkunjung ke sekolah harus dilarang merokok. Ini adalah suatu bentuk keteladanan. Sangat aneh jika siswa dilarang merokok tapi gurunya merokok. (Wawancara, November 2016) Uraian di atas menggambarkan bahwa di SMK Negeri 02 Bombana ada peraturan yang melarang siswa untuk membawa atau merokok di sekolah. Meskipun ada larangan tapi di sekolah tersebut sering terjadi pelanggaran disiplin oleh siswa, yakni membawa atau merokok di sekolah. Seorang pelajar remaja dapat diketahui merokok atau tidak dapat diketahui dari perubahan tingkah lakunya. Seperti sering bolos sekolah dan
42
berkumpul dengan teman yang suka merokok atau minta uang jajan yang berlebih dengan alasan tertentu. Jika anak mengalami hal seperti itu maka tugas Anda sebagai orang tua adalah mengajarinya berhenti dari rokok. Orang tua adalah pilar penting dalam mendidik anak supaya tidak merokok dan mengenalkannya pada gaya hidup yang sehat. Apabila orang tua sendiri termasuk perokok maka sebaiknya rokok dijauhkan dari jangkuan anak-anak. Ada beberapa cara dalam mencegah perilaku merokok pada kalangan siswa, antara lain: (1) menjalin komunikasi dengan siswa, (2) memberikan contoh yang baik pada siswa dengan tidak merokok di depan mereka, (3) mengawasi secara ketat siswa agar tidak mudah bergaul dengan temannya yang merokok, (4) memberikan pengetahuan dan pengarahan tentang bahaya merokok. 3. Tidak Hadir di Sekolah 3 Hari Berturut-Turut Tanpa Keterangan Pada umumnya ketidakhadiran siswa dapat dibagi kedalam tiga bagian: (1) alpa, yaitu ketidakhadiran tanpa keterangan yang jelas, dengan alasan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan; (2) ijin, ketidakhadiran dengan keterangan dan alasan tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan, biasanya disertai surat pemberitahuan dari orang tua; dan (3) sakit, ketidakhadiran dengan alasan gangguan kesehatan, biasanya disertai surat pemberitahuan dari orang tua atau surat keterangan sakit dari dokter. Salah satu pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh siswa di SMK Negeri 02 Bombana adalah tidak hadir di sekolah tanpa keterangan atau alpa. Tiap hari ada satu atau lebih siswa yang tidak datang ke sekolah,
43
penyebabnya adalah; alpa, izin atau sakit. Siswa dinyatakan melanggar disiplin apabila alpa selama tiga hari berturut-turut atau alpa lebih lima hari dalam sebulan walaupun tidak berturut-turut. Sebagaimana dijelaskan oleh Wakil Kepala SMK Negeri 02 Bombana bidang kesiswaan bernama Aswadi Lenit Pagala, S.Pd.,MM (43 Tahun) sebagai berikut. Salah satu pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh siswa di sekolah ini adalah tidak hadir di sekolah tanpa keterangan atau alpa. Siswa dinyatakan melanggar disiplin apabila alpa selama tiga hari berturut-turut. Kalau siswa yang tidak datang ke sekolah pasti ada saja setiap hari, hanya mereka memiliki alasan masing-masing misalnya izin, atau sakit. Kadang ada siswa mau izin atau kirim surat tidak sempat, maka dia tidak datang tanpa keterangan dan dinyatakan alpa meskipun ada sesuatu urusan yang penting dalam keluarganya. Tapi kalau dalam sebulan sudah lebih dari lima kali, maka itu dianggap pelanggaran disiplin besar. (Wawancara, November 2016) Siswa SMK 02 Bombana yang tidak hadir ke sekolah selama ini memiliki alasan bahwa ketidakhadirannya disekolah disebabkan karena; sakit, membantu orang tua, mengikuti kegiatan di masyarakat, hujan, atau tidak mendapat kendaraan untuk tumpangan karena jarak dari rumah ke sekolah sangat jauh. Hal ini dijelaskan oleh siswa bernama Andri (16 Tahun) sebagai berikut: Alasan saya tidak hadir ke sekolah selama ini karena sakit atau membantu orang tua, hanya saya tidak mengirim surat ke sekolah. Biasa saya hanya SMS atau telepon teman untuk disampaikan ke guru bahwa saya tidak masuk, tapi teman di sekolah juga kadang-kadang tidak menyampaikan kepada guru. (Wawancara, November 2016) Senada
dengan penjelasan
Andri di
atas,
siswa
jurusan
Keperawatan bernama Sitti Asmi (17 Tahun) menjelaskan bahwa: Saya tidak datang ke sekolah selama tiga hari, biasanya karena mengikuti kegiatan di masyarakat, kadang juga hujan, atau tidak ojek atau mobil
44
karena jarak dari rumah saya ke sekolah jauh. (Wawancara, November 2016) Penjelasan para informan di atas menggambarkan bahwa siswa SMK Negeri 02 Bombana sering melakukan penggaran disiplin dalam bentuk tidak hadir di sekolah tanpa keterangan lebih dari tiga hari. Penyebab dari pelanggaran disiplin itu adalah adanya informasi dari siswa yang tidak disampaikan langsung kepada guru. 4. Melecehkan Guru Guru tidak lepas dari penilaian siswa, untuk itu, seorang guru harus mendengarkan aspirasi murid agar perilakunya disenangi siswa. Tidak sebaliknya, bersikukuh dan cuek dengan sikapnya sendiri tanpa memperhatikan penilaian dan aspirasi murid. Harmonisasi hubungan gurusiswa sangat penting untuk efektivitas pembelajaran yanga dinamis dan progresif. Hubungan yang tidak harmonis antara guru dan siswa akan melahirkan permusuhan. Permusuhan tersebut akan menyebabkan kedua pihak mencari kelemahan pihak yang lain. Siswa yang tidak menyenangi guru akan cenderung menjadikan guru sebagai bahan lelucon dan pada saat inilah guru dilecehkan. Kasus melecehkan guru pernah terjadi di SMK Negeri 02 Bombana. Siswa meniru gaya jalan guru dengan cara mengikutinya dari belakang tanpa disadari sang guru. Siswa tersebut terus mengikuti Ibu guru berjalan, sampai melewati kerumunan siswa hingga siswa semua tertawa. Selain itu, kejadian melecehkan guru oleh siswa terjadi pada saat siswa
45
menulis sesuatu di tembok sekolah yang membuat guru tersinggung. Sebagaimana dijelaskan oleh guru BP SMK Negeri 02 Bombana (Siti Nuryana, S.Pd.) berikut ini. Melecehkan guru pernah terjadi di SMK Negeri 02 Bombana, ada siswa meniru gaya jalan guru mengikutinya dari belakang, tapi guru ini tidak tau, sampai melewati kerumunan siswa hingga siswa semua tertawa. Kejadian lain, pada saat seorang siswa menulis sesuatu di tembok sekolah yang membuat guru tersinggung. (Wawancara, November 2016) Kasus melecehkan guru yang dilakukan siswa tidak disadari oleh siswa sendiri bahwa perbuatannya adalah perbuatan yang akan melukai hati guru dan siswa sebagai pelaku akan mendapat hukuman. Sebagaimana dijelaskan oleh siswa bernama Angga (16 Tahun) berikut ini: Waktu kejadian itu, kita hanya iseng-iseng meniru gaya jalan guru, awalnya ibu guru itu tidak tau pas ada yang tertawa dia balik di belakang, dan ternyata kami ikuti langkahnya. Trus ada satu teman juga yang menulis di tembok, tulisannya begini, “Ibu Guruku Seksi”. Dikira habis ditulis bisa dihapus ternyata dia melengket, akhirnya bisa dibaca siswa lain dan guru. (Wawancara, November 2016) Hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa di SMK Negeri 02 Bombana telah terjadi pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh siswa. Pelanggaran itu adalah memperolokan guru atau melecehkan nama baik guru. 5. Membawa/Meminum Minuman Keras Minuman keras adalah minum-minuman beralkohol yang dapat menyebabkan peminumnya mabuk dan hilang kesadarannya. Minuman beralkohol ini dapat merusak pikiran, sehingga orang menjadi tidak sewajarnya atau tidak normal. Minuman keras adalah salah satu minuman yang mengandung zat adiktif (alkohol). Penyalahgunaan minuman keras
46
akan membawa dampak yang tidak baik buat kesehatan fisik dan psikis seseorang. SMK Negeri 02 Bombana sangat keras menerapkan disiplin tentang minuman keras. Kepala sekolah menyatakan bahwa siswa yang kedapatan membawa atau meminum minuman keras di sekolah, siswa tersebut akan dikeluarkan dari sekolah. Sebelum dikeluarkan, pihak sekolah meminta orang tua siswa untuk datang di sekolah kemudian dimusyawarahkan lalu siswa tersebut diberi peringatan. Setelah kejadian tersebut diulangi, pihak sekolah langsung mendatangi rumah siswa dan menyampaikan kepada orang tua siswa bahwa siswa tersebut telah dikeluarkan dari sekolah. Sebagaimana hasil wawancara berikut. Kami di sekolah ini sangat ketat dalam menegakan aturan tata tertib tentang miras. Pernah ada siswa yang membawa minuman keras dan kedapatan sedang meminumnya di belakang sekolah. Besok kami mengundang orang tuanya datang di sekoah, melalui orang tuanya kami beri peringatan. Dua minggu kemudian kedapatan lagi, hari itu juga kami mengutus guru untuk menyampaikan kepada orang tuanya bahwa anak itu dikeluarkan dari sekolah. (Wawancara, November 2016) Siswa SMK Negeri 02 Bombana yang tidak pernah mengkonsumsi minuman keras menyatakan bahwa di sekolahnya pernah ada siswa yang dikeluarkan karena kedapatan membawa dan meminum minuman keras di sekolah. Dengan kejadian tersebut siswa yang lain tidak berani lagi untuk membawa minuman keras di sekolah. Seperti hasil wawancara berikut ini: Saya belum pernah minum minuman keras, kalau lihat pernah. Di sekolahnya ini pernah ada siswa yang dikeluarkan karena kedapatan meminum minuman keras. Mereka kedapatan minum dibelakang sekolah lalu dikeluarkan dari sekolah. Sekarang tidak ada lagi siswa yang berani membawa atau meminum minuman keras di sekolah. Kalau di rumah biasa
47
mereka masih ikut-ikutan minum tapi tidak dilihat oleh guru. (Wawancara, November 2016) Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa di SMK Negeri 02 Bombana melarang siswa untuk membawa atau meminum minuman keras di sekolah. Aturan disiplinnya ketat, apabila dilanggar maka siswa tersebut akan dikeluarkan dari sekolah. Akibat kebijakan itu, saat ini siswa tidak berani lagi membawa atau meminum miras di sekolah. Namum siswa melakukannya setelah pulang dari sekolah. 6. Pulang Sebelum Jam Pulang (Bolos) dan Datang Terlambat Aksi bolos ini sudah biasa dilakukan oleh siswa di SMK Negeri 02 Bombana. Siswa mempunyai banyak cara dan alasan untuk membolos. Ada yang unik, tapi ada juga yang monoton. Bahkan sampai monotonnya, para guru hafal dan mencurigai siswa tersebut. Akhirnya untuk mengakhiri masa bolos siswa, pihak sekolah memanggil orang tua ke sekolah. Kemudian siswa itu disidang di depan guru BK dan orang tuanya. Seperti dijelaskan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan berikut ini: Pulang sekolah sebelum waktunya atau bolos ini dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang pulang dengan melalui pintu sekolah, ada yang melompat pagar (bolos tanpa alasan). Yang pulang melalui pintu sekolah dengan alasan sakit, sakit orang tuanya, ada pesta keluarga, dan lain-lain. Karena sering izin pulang, ada guru yang membentuti dan mendapati anakanak ini bukan pulan ke rumah malah singgah di tempat Play Station (PS). Setelah kedapatan begitu, kami panggil orang tua siswa dan siswa tersebut disidang. (Wawancara, November 2016) Alasan atau penyebab utama siswa SMK Negeri 02 Bombana melakukan aksi bolos karena mereka sudah merasa bosan, bosan dengan sekolah, bosan pada pelajaran, bosan kepada guru, maupun bosan terhadap
48
lingkungan sekolah. Atau bisa juga karena dari awal memang sudah tidak mau bersekolah, tapi orang tua tetap saja memaksa mereka. Sebagaimana dijelaskan oleh siswa berinisial HM berikut ini: Kami bolos karena bosan, bosan dengan sekolah, bosan pada pelajaran, bosan kepada guru, bosan di sekolah. Saya dari awal memang sudah tidak mau sekolah, tapi orang tua tetap paksa jadi tiap pagi ke sekolah kalau sudah ada kesempatan kita lompat pagar di belakang sekolah trus pergi main PS. (Wawancara, November 2016) Hasil wawancara di atas menggambarkan bahwa di SMK Negeri 02 Bombana, siswa sering bolos. Karena sering bolos, siswa melanggar disiplin sehingga orang tua mereka dihadirkan di sekolah. Siswa disidang untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. 7. Menonton Video Porno Video porno adalah video yang dikategorikan mengandung unsur yang mengeksploitasi hubungan seksual dan aurat manusia. Video porno merupakan sesuatu yang dapat mendorong penontonnya untuk melakukan kegiatan seksual. Siswa SMK Negeri 02 Bombana menonton video porno melalui HP. Siswa menyimpan video porno dalam memori HPnya, kemudian menonton di sekolah bersama teman-temannya. Teman yang menonton mencopy video dan membagikan lagi kepada teman yang lain. Sebagaimana dijelaskan oleh guru bernama Amrun S.Pd. (35 Tahun) sebagai berikut: Siswa yang kedapatan menonton video itu menggunakan HP untuk menonton. Siswa menyimpan video porno dalam memori HP, kemudian mengajak teman-temannya untuk menonton bersama di sekolah. Kemudian
49
siswa yang ikut menonton video tersebut mencopy dan membagikan lagi kepada teman yang lain. (Wawancara, November 2016) Sarana teknologi yang canggih, yang salah satu fasilitasnya bisa menampilkan video porno dimanfaatkan oleh para siswa saat ini. Tak hanya itu, siswa juga merekam adegan mereka sendiri saat bermesraan dengan pasangannya. Mungkin maksud mereka dibuat momen yang bagus, padahal tanpa mereka sadari hal ini perbuatan yang tidak baik. Sebagaimana dijelaskan oleh Guru PKn SMA Negeri 02 Bombana bernama Miniati, S.Pd.,M.Pd., sebagai berikut: Siswa mudah menonton video porno karena adanya sarana teknologi canggih. HP android saat ini bukan saja digunakan untuk media komunikasi tetapi digunakan juga untuk hal-hal negatif seperti nonton video porno. Tak hanya itu, siswa juga merekam adegan mereka sendiri saat bermesraan dengan pasangannya melalui foto-foto. Mungkin maksud mereka dibuat momen yang bagus, padahal tanpa mereka sadari hal ini adalah perbuatan yang tidak baik. (Wawancara, November 2016) Siswa yang pernah menonton video porno menjelaskan bahwa dia diajak temannya untuk menonton film korea tapi setelah video diputar ternyata video porno. Akhirnya siswa tersebut meninggalkan temantemannya yang lain. Teman-temannya yang menonton senang kegirangan dan setelah menonton, mereka membagi-bagikan video itu. Sampai akhirnya kedapatan guru, hingga kemudian guru melarang siswa membawa HP di sekolah teruatama HP android. Seperti hasil wawancara terhadap siswa berinisial NR berikut ini: Saya pernah menonton video porno, tapi hanya sekilas saya. Saya diajak teman untuk menonton film korea tapi setelah video diputar ternyata video porno. Akhirnya saya langsung pergi, tapi teman-teman lain menonton dengan senang kemudian mem-bluetoth video itu. Karena terlalu sering
50
nonton dan bagi-bagi video akhirnya kedapatan guru, dari situ HP dilarang dibawa di sekolah terutama HP android. (Wawancara, November 2016) Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa siswa SMK Negeri 02 Bombana telah melanggar disiplin sekolah tentang video porno. Siswa menonton video porno bersama teman-teman menggunakan HP, selain menonton video mereka juga membagikan vide porno dari satu HP ke HP yang lain. 8. Berkelahi/Tawuran Tawuran adalah suatu tindakan anarkis yang dilakukan oleh dua kelompok dalam bentuk perkelahian beberapa orang di tempat umum sehingga menimbulkan keributan dan rasa ketakutan (teror) pada warga yang ada di sekitar tempat kejadian. Tawuran yang paling sering terjadi sehari-hari adalah tawuran pelajar. Tawuran antar pelajar biasanya terjadi karena hal-hal yang sepele misalnya saling mengejek. Tawuran pelajar di SMK Negeri 02 Bombana jarang terjadi, selama tahun 2016 pernah terjadi satu kali tawuran di depan sekolah dan sekali di jalanan jauh dari sekolah, di luar jam sekolah. Kejadian tawuran di depan sekolah ditangani secara langsung oleh pihak sekolah sedangkan tawuran yang terjadi di luar jam sekolah dan jauh dari sekolah merupakan tanggung jawab pihak kepolisian. Hanya sekolah tetap bertanggung jawab, karena pelaku tawuran masih memakai pakaian sekolah. Sebagaimana dijelaskan oleh guru bernama Ambarwati sebagai berikut: Di sekolah ini jarang terjadi tawuran, tahun ini terjadi dua kali, satu kali di depan sekolah dan sekali terjadi di luar. Tawuran di depan sekolah kami atasi secara langsung sedangkan tawuran yang terjadi di luar tanggung
51
jawab pihak keamanan. Tapi kami tetap bertanggung jawab juga, karena siswa masih memakai pakaian sekolah. (Wawancara, November 2016) Siswa yang terlibat tawuran beralasan bahwa mereka terlibat tawuran karena membela diri. Siswa pada saat pulang sekolah dicegat oleh siswa dari sekolah lain sehingga terjadilah tawuran. Menurut siswa SMK Negeri 02 Bombana, siswa dari sekolah lain memukul temannya sehingga wajib dibela. Kalau ada teman yang lari pada saat dicegat lawan maka teman itu dikategorikan tidak setia kawan. Jadi sesama teman harus saling membela satu sama lain itu baru teman yang baik. Sebagaimana hasil wawancara terhadap seorang siswa berinisial AT berikut ini: Kita sebenarnya tidak mau tawuran, hanya kita membela diri. Waktu pulang sekolah kami dicegat oleh siswa dari sekolah lain sehingga terjadilah tawuran. Temannya kita duluan dipukul sama mereka, jadi wajib kita bela. Pada saat ada yang dipukul tidak boleh ada yang lari, kalau ada yang lari berarti dia tidak setia kawan. Sesama teman harus saling bela biar mereka tidak seenaknya pukul kita. (Wawancara, November 2016) Pernyataan informan di atas menunjukkan bahwa siswa SMK Negeri 02 Bombana pernah terlibat tawuran dengan sekolah lain. Penyebab tawuran adalah sekelompok siswa dari sekolah lain memukul siswa SMK Negeri 02 Bombana. Banyak siswa yang terlibat dalam tawuran karena solidaritas antar siswa saling membela sebagai wujud rasa setia kawan. C. Bentuk-Bentuk Pembinaan Disiplin Siswa SMK Negeri 02 Bombana Pembiasaan hidup disiplin pada anak baik di rumah maupun di sekolah akan berpengaruh positif bagi anak dalam perkembangannya. Orang tua dan guru berperan penting dalam menanamkan pembiasaan disiplin ini pada anak.
52
Dalam hal ini guru dan orang tua dapat menjadi model, pembimbing dan pengarah anak dalam berperilaku yang baik yang diterima lingkungannya. 1. Menunjukkan Sikap Teladan Kepada Siswa Untuk mengetahui pembinaan disiplin di SMK Negeri 02 Kendari, peneliti mengadakan wawancara dengan para Guru SMK Negeri 02 Bombana. Berkaitan dengan contoh sikap yang baik untuk meningkatkan kedisiplinan para siswa, para guru menyatakan bahwa mereka telah menunjukkan sikap yang baik kepada siswa. Guru SMK Negeri 02 Bombana bernama Nurhalima, S.Pd. (42 Tahun) menyatakan: “Sebagai guru sudah pasti kami harus menunjukkan sikap yang baik kepada siswa. Selain menjadi contoh, kami selalu memantau kegiatan yang dilakukan siswa saat berada di ingkungan sekolah agar siswa berlaku sopan sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Karena peraturan yang ditetapkan oleh pihak sekolah tersebut berlaku untuk seluruh siswa yang berada di lingkungan sekolah. Dan bagi siswa yang melanggar peraturan akan mendapatkan sanksi yang telah ditetapkan di lingkungan SMK Negeri 02 Bombana.” (Wawancara, November 2016) Berkaitan dengan peranan guru untuk memberikan contoh nyata tindakan yang tidak melanggar kedisiplinan di sekolah, guru berpendapat bahwa seorang guru harus mampu memberikan contoh tindakan yang sejalan dengan peraturan sekolah. Misanya, siswa tidak boleh datang terlambat maka guru harus datang lebih awal, siswa dilarang merokok maka guru harus menunjukkan diri kepada siswa dengan tidak merokok, siswa diharuskan berpakaian rapi maka guru harus memberikan contoh dengan berpakaian rapi. Dengan melakukan haal-hal tersebut siswa dapat melihat secara langsung dan diharapkan dapat mencontoh apa yang telah dilakukan oleh para guru, sehingga tercipta suasana nyaman di lingkungan
53
sekolah. Sebagaimana dijelaskan oleh Kepala SMK Negeri 02 Bombana berikut ini: Kami sebagai guru harus mampu memberikan contoh tindakan yang sejalan dengan peraturan sekolah. Kalau ada aturan siswa tidak boleh datang terlambat maka guru harus datang lebih awal, siswa dilarang merokok maka guru harus tidak merokok, siswa diharuskan berpakaian rapi maka guru harus lebih rapi. Dengan contoh-contoh tersebut diharapkan siswa dapat meneladani sehingga tercipta suasana sekolah yang aman dan nyaman. (Wawancara, November 2016) Berdasarkan wawancara di atas, penulis menyimpulkan bahwa guru harus senantiasa menjadi teladan untuk seluruh siswanya di manapun berapada, karena para siswa tersebut akan cenderung melakukan perbuatan positif jika mereka melihat secara langsung contoh yang diberikan oleh para guru tersebut. 2. Memberikan Peringatan/Teguran Selain
melakukan wawancara
dengan guru,
peneliti
juga
mewawancara beberapa siswa SMK Negeri 02 Bombana tentang tindakan yang dilakukaan oleh guru ketika melihat siswa yang melanggar peraturan sekolah. Seorang siswa bernama Fatmawati (16 Tahun) menyatakan sebagai berikut: “Biasanya guru menegur secara lisan, tetapi jika masih melanggar, maka dilaporkan ke guru BK, kemudian guru BK memanggil dan membimbing, jika masih diulangi lagi maka guru BK akan memanggil orang tua siswa melalui wali kelas masing-masing kemudian siswa disidang, dari sana kita tau kalau kita dikeluarkan dari sekolah”. (Wawancara, November 2016) Senada dengan itu siswa bernama Arham (17 Tahun) menyatakan bahwa: “Kalau kita melanggar disiplin, biasanya guru menegur lansung dan dikasi hukuman ringan seperti: membersihkan halaman sekolah, lari
54
menggelilingi lapangan ataupun membersihkan kamar mandi siswa”. (Wawancara, November 2016) Berdasarkan wawancara di atas, penulis menyimpulkan bahwa guru selalu memberikan contoh sikap yang baik kepada siswa, memantau kegiatan yang dilakukan oleh para siswa ketika berada di lingkungan sekolah. Pemantauan tersebut bertujuan agar para siswa dapat mematuhi peraturan sekolah, sehingga tercipta suasana yang nyaman dan proses belajar mengajar berjalan dengan baik. 3. Memberikan Sanksi atau Hukuman Berkaitan dengan tindakan guru untuk memberikan sanksi kepada siswa-siswi yang melanggar aturan di lingkungan sekolah, para guru menyatakan bahwa jika pelanggaran disiplin ringan maka guru langsung memberikan teguran lisan, kalau pelanggaran disiplinnya berat maka guru melaporkan kepada guru BP, apabila pelanggaran sudah dilakukan berulang kali, maka guru mengadukan kepada wali kelas, wali kelas mengundang orang tua siswa untuk membicarakan dengan pihak sekolah pola pembinaan disiplin anak di lingkungan rumah, masyarakat, dan sekolah. Sebagaimana pernyataan guru SMK Negeri 02 Bombana bernama Suryanto, SE,M.Si (39 Tahun) sebagai berikut: “Kalau mendapat siswa yang melanggar disiplin ringan seperti datang terlambat, kami beri peringatan secara lisan, tapi kalau pelanggaran berat seperti merokok di sekolah, kami laporkan kepada guru BP, jika masih melanggar diadukan kepada wali murid melalui wali kelas masing-masing untuk dibicarakan cara menangani anak yang bermasalah ini sehingga tidak terbiasa sehingga bias hidup dengan patuh di rumah, masyarakat, dan sekolah”. (Wawancara, November 2016)
55
Sejalan dengan pernyataan guru di atas, siswa SMK Negeri 02 Bombana menyatakan bahwa guru sering menegur siswa yang melakukan pelanggaran disiplin ringan tapi siswa yang melanggar disiplin berat seperti minum minuman keras, orang tua siswa pasti dilibatkan dalam penyelesaiannya. Sebagaimana dijelaskan oleh siswa inisial SM berikut ini: “Biasanya guru menegur saja kalau kita datang terlambat, tapi kalau berulang sampai tiga kali langsung dilapor sama guru BK, tapi kalau kedapatan minum minuman keras langsung ditindak, orang tua dipanggil di sekolah, siswa yang terlibat disidang”. (Wawancara, November 2016) Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis menyimpulkan bahwa guru berkewajiban menasehati siswa yang melanggar peraturan, melaporkan kepada guru BP dan Wali Kelas jika sering melanggar, melaporkan kepada orang tua siswa melalui wali kelas jika siswa melakukan pelanggaran disiplin berat. Ketika terjadi pelanggaran disiplin berat, sekolah melibatkan orang tua siswa agar orang tua dapat berperan dalam pendisiplinan anak dengan cara mengawasi kegiatan anak pada saat pulang sekolah. Anak yang merasa dirinya diawasi orang tuanya tidak akan bebas melakukan hal-hal yang merusak dirinya. 4. Menjelaskan Pentingnya Disiplin Kepada Siswa Berkaitan dengan tindakan guru untuk memberikan pengertian tentang pentingnya kedisiplinan di lingkungan sekolah, guru berpendapat bahwa kedisiplinan di lingkungan sekolah itu sangaat penting ditegakkan karena disiplin memberikan efek positif terhadap sistem pembelajaran di
56
lingkungan sekolah. Kepala sekolah dan guru menyampaikan pentingnya disiplin siswa pada saat apel, upacara bendera, serta di sela-sela proses pembelajaran di kelas. Sebagaimana dijelaskan oleh guru bernama Suniati, S.Pd. (33 Tahun) sebagai berikut: “Kedisiplinan siswa di lingkungan sekolah itu sangat penting ditegakkan karena. Disiplin memperlancar proses pendidikan di lingkungan sekolah dan proses pembelajaran dalam kelas. Kepala sekolah menyampaikan pentingnya disiplin siswa pada saat apel, upacara bendera. Guru menyampaikan pentingnya disiplin di sela-sela proses pembelajaran di kelas”. (Wawancara, November 2016) Sejalan dengan pendapat guru di atas, siswa SMK Negeri 02 Bombana berpendapat bahwa disiplin penting sekali bagi siswa, karena dengan disiplin siswa dapat menjalankan kegiatan pembelajaran di sekolah dengan baik dan lancar. Sebagaimana dijelaskan oleh siswa bernama Ahmad Arfin (16 Tahun) berikut ini: “Menurut saya disiplin di lingkungan sekolah itu sangat penting, karena dengan disiplin mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah maka kita dapat belajar dengan baik di sekolah. Bagaimana kita belajar dengan baik, kalau kita sering bolos, atau bagaimana kita bisa belajar dengan baik kalau kita suka datang terlambat di sekolah. Kalau sering melanggar peraturan pasti kita sering berurusan dengan guru BP. (Wawancara, November 2016) Berdasarkan wawancara di atas, penulis menyimpulkan bahwa guru harus lebih memberikan pengarahan lebih lanjut tentang pentingnya kedisiplinan siswa agar seluru siswa di SMK Negeri 02 Bombana bisa lebih taat lagi terhadap peraturan-peraturan sekolah. Berkaitan dengan upaya yang dilakukan untuk memberikan pengertian tentang manfaat kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan bermasyarakat, guru harus pro aktif menyampaikan kepada siswa manfaat dari kedisiplinan, setiap siswa melanggar guru
57
memberikan teguran lisan tentang pelanggaran itu dan menyampaikan pentingnya mematuhi aturan. Seperti penjelasan guru bernama Sulhaji, ST sebagai berikut: “Siswa perlu diberi penjelasan tentang manfaat disiplin, kalau dia tau manfaatnya, dia merasa bahwa kebebasannya dikungkum ada manfaatnya. Jadi guru harus sering-sering menyampaikan kepada siswa manfaat dari kedisiplinan, setiap siswa melanggar guru memberikan teguran dan menyampaikan pentingnya mematuhi aturan”. (Wawancara, November 2016) Siswa SMK Negeri 02 Bombana menyatakan bahwa awalnya merasa sangat berat untuk mengikuti aturan sekolah yang ketat, namun setelah setiap hari diingatkan, akhirnya siswa memahami manfaat mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah. Seperti pernyataan siswa bernama Abdul Rahman (17 Tahun) berikut ini. Pertama masuk sekolah ini, saya merasa tertekan karena aturannya ketat, namun guru setiap hari menegur dan menjelaskan manfaat disiplin maka akhirnya kami terbiasa dan merasakan manfaat dari disiplin tersebut. Kita tidak pernah berurusan lagi dengan guru BP atau orang tua dipanggil ke sekolah. (Wawancara, November 2016) Berdasarkan wawancara di atas, penulis menyimpulkan bahwa guru harus sebisa mungkin memberikan pengertian tentang pentingnya kedisipinan,
agar
setelah
lulus
dari
sekolah
para
siswa
dapat
mempraktekkan teori-teori yang telah didapatkan ketika sekolah agar kelak mereka dapat menjalankan kehidupannya secara baik dan benar. D. Peranan Guru dalam pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 02 Bombana 1. Meningkatkan ketaqwaan siswa dalam kelasnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa Keimanan dan ketaqwaan siswa merupakan tujuan pendidikan nasional. Dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan siswa, guru
58
mengembangkan lima strategi. Sebagaimana hasil Wawancara peneliti terhadap guru yang bernama Rostina, S.Ag.,M.Pd.I., menyatakan bahwa: Dalam rangka meningkatkan ketaqwaan siswa, maka saya sebagai wali kelas menerapkan lima langkah pokok, yakni: (a) optimalisasi pelaksanaan Pendidikan Agama di kelas dan di luar kelas, (b) integrasi Iptek dan Imtaq dalam proses pembelajaran, (c) pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler berwawasan Imtaq, (d) penciptaan situasi yang kondusif dalam kehidupan sosial di sekolah, dan (e) melaksanakan kerjasama antara sekolah dengan orangtua dan masyarakat dalam hal pembinaan disiplin (Wawancara, November 2016) Sejalan dengan hasil wawancara di atas, Guru Pendidikan Agama Islam
bernama
Yusran,
S.Ag.,M.Pd.I
menyatakan
bahwa
untuk
meningkatkan ketaqwaan siswa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, perlu dikembangkan konsep lingkungan sekolah berwawasan imtaq atau mengembangkan budaya religius. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut: Untuk meningkatkan ketaqwaan siswa maka nilai-nilai agama harus ditonjolkan, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol harus dipraktikan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat di sekolah. Dengan mengambangkan budaya reigius di sekolah, maka siswa akan terbina moralnya khususnya dalam peningkatkan ketaqwaan siswa dalam kelasnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Wawancara, November 2016) Tujuan utama peningkatkan ketaqwaan siswa dalam kelasnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa bukan hanya mengetahui tentang ajaran dan nilai-nilai agama ataupun bisa mempraktikan apa yang diketahui setalah diajarkannya di sekolah, justru lebih mengutamakan beragama atau menjalani hidup atas dasar ajaran dan nilai-nilai agama. Karena itu, pendidikan agama harus lebih diorientasikan pada tataran pembinaan disiplin, yakni agar siswa tidak hanya berhenti pada tataran kompeten,
59
tetapi sampai memiliki kemauan, dan kebiasaan dalam mewujudkan ajaran dan nilai-nilai agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaiama yang di kemukakan oleh Guru Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan bernama Muhammad Ridwan, S.Kom yang menyatakan bahwa: Peningkatan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus lebih diorientasikan pada tataran pembinaan disiplin, yakni agar siswa tidak hanya berhenti pada pengetahuan tentang Agama, tetapi sampai memiliki kemauan, dan kebiasaan dalam mewujudkan ajaran dan nilai-nilai agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Wawancara, November 2016) Hasil wawancara tersebut di atas menggambarkan bahwa tujuan dari peningkatan ketaqwaan siswa terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah pembinaan disiplin. Sehingga siswa yang taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki kemauan, dan kebiasaan dalam mewujudkan ajaran dan nilai-nilai agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 2. Mengadakan pembinaan untuk mempertinggi budi pekerti dan kepribadian anak didik dalam kelasnya Pembinaan kepribadian mengacu pada pembentukan karakter atau watak manusia ke arah yang lebih mulia. Pembinaan budi pekerti dan kepribadian memungkinkan pengembangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang seimbang. Pengembangan fungsi otak kiri yang berkecendrungan pada pola berpikir rasional, logis, linier, dan skuensial. Sedangkan pengembangan fungsi otak kanan berkecendrungan pada pola pikir acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik.
60
Penanaman nilai-nilai budi pekerti dalam kegiatan pembelajaran di SMK Negeri 02 Bombana dapat diterapkan melalui tata tertib SMK Negeri 02 Bombana antara lain: 1) membudayakan siswa untuk selalu bertanggung memperhatikan
jawab
terhadap
kebersihan,
penataan
kerapian
menanamkan kebiasaan pada
dan
ruang
kelas
kenyamanan
siswa untuk selalu
termasuk kelas,
2)
memperhatikan
kelengkapan sarana di ruang kelas, 3) penanaman nilai budi pekerti dapat dilakukan dengan: berdoa, duduk diam, bercerita tentang kebaikan dan keburukan, tentang kepahlawanan dan juga melalui kegiatan-kegiatan kelompok lainnya. Sebagaiman dikemukaan oleh Wali kelas I Jurusan Otomotif SMK Negeri 02 Bombana bernama Sulhajji, ST yang menyatakan bahwa: Pembinaan kepribadian dapat dilakukan melalui hal-hal yang kecil misalnya melalui beberapa cara, misalnya: 1) menyuruh siswa untuk bertanggung jawab terhadap penataan ruang kelas termasuk memperhatikan menyapu, merapikan kursi dan meja, 2) membiasakan siswa untuk selalu memperhatikan kelengkapan sarana di ruang kelas, 3) berdoa, belajar dengan tekun, dan pulang setelah jam pulang (Wawancara, November 2016) Penerapan nilai budi pekerti dalam pembelajaran sesungguhnya dapat dilakukan dalam setiap kegiatan belajar mengajar dari seluruh mata pelajaran di kelas. Namun demikian diperlukan kecermatan dari guru untuk membuat jaring-jaring tema, atau paling tidak guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan yang melibatkan pembinaan disiplin dan kepribadian.
61
Selain yang dijelaskan di atas pembinaan budi pekerti dan kepribadian dalam kelas dapat dilakukan melalui upaya-upaya seperti yang dikemukakan oleh guru bernama Martini Muslimin, S.Pd.,M.Si, sebagai berikut: Pembinaan disiplin dan kepribadian dapat dilakukan melalui hal-hal: membudayakan salam pertemuan/salam penghormatan untuk melalui semua mata pelajaran, menanamkan sifat ketulusan dan kesungguhan dalam mengikuti setiap mata pelajaran, menanamkan sikap yang baik, luwes dan nyaman ketika membaca (membaca dengan sopan, tidak dengan suara keras); sikap etika bertanya atau sikap empati serta simpati ketika mendengarkan orang lain berbicara, memupuk sikap bekerjasama dalam hal ini diperlukan rasa saling menghargai, kesiapan untuk menerima dan memberi, menekankan kejujuran, kebenaran, baik itu dari pihak guru ketika mengajar maupun dari siswa, lebih-lebih ketika tes ulangan atau ujian (Wawancara, November 2016) Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa dalam pembinaan disiplin sebenarnya yang didahulukan adalah tindak moral, yaitu melatih siswa untuk bertingkah laku menurut ukuran-ukuran lingkungan di mana ia hidup sesuai dengan umur yang dilaluinya. Setelah siswa terbiasa bertindak sesuai yang dikehendaki oleh aturan-aturan moral dan kecerdasan serta kematangan berpikir telah tercapai maka pembinaan disiplin akan berkembang dalam kehidupan bermasyarkat. 3. Mengetahui dan meningkatkan kehadiran anak didik setiap hari Kehadiran siswa di sekolah adalah kehadiran dan keikutsertaan siswa secara fisik dan mental terhadap aktivitas sekolah pada jam-jam efektif di sekolah. Sedangkan ketidakhadiran adalah ketiadaan partisipasi secara fisik siswa terhadap kegiatan-kegiatan sekolah. Pada jam-jam efektif sekolah, siswa memang harus berada di sekolah. Kalau tidak ada di
62
sekolah, seyogyanya dapat memberikan keterangan yang sah serta diketahui oleh orang tua atau walinya. Siswa yang hadir di sekolah hendaknya dicatat oleh guru dalam buku presensi. Sementara siswa yang tidak hadir di sekolah dicatat dalam buku absensi. Dengan perkataan lain, presensi adalah daftar kehadiran siswa, sementara absensi adalah buku daftar ketidakhadiran siswa. Begitu jam pertama dinyatakan masuk, serta para siswa masuk ke kelas, guru mempresensi siswanya satu persatu. Selain agar mengenali satu persatu siswanya yang masuk sekolah dan yang tidak masuk sekolah. Demikian juga pada jam-jam berikutnya setelah istirahat, guru perlu mempresensi kembali, barangkali ada siswanya yang pulang sebelum waktunya. Tidak jarang, siswa pulang sebelum waktunya, hanya karena sudah dinyatakan masuk melalui presensi pada jam pertama. Sebagaimana hasil wawancara terhadap Razaq, S.Pd., yang menyatakan bahwa: Pada umumnya ketidakhadiran siswa dapat dibagi kedalam tiga bagian: (1) alpa, yaitu ketidakhadiran tanpa keterangan yang jelas, dengan alasan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan; (2) ijin, ketidakhadiran dengan keterangan dan alasan tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan, biasanya disertai surat pemberitahuan dari orang tua; dan (3) sakit, ketidakhadiran dengan alasan gangguan kesehatan, biasanya disertai surat pemberitahuan dari orang tua atau surat keterangan sakit dari dokter (Wawancara, November 2016) Secara administratif, pengelolaan kehadiran dan ketidakhadiran siswa pada tingkat kelas menjadi tanggung jawab wali kelas. Oleh karena itu, wali kelas seyogyanya dapat mendata secara akurat tingkat kehadiran dan ketidakhadiran siswa di kelas yang menjadi tanggung jawabnya
63
sekaligus dapat menganalisis dan menyajikannya dalam bentuk grafik atau tabel (diusahakan tersedia catatan harian dan tabel/grafik bulanan). Informasi tingkat kehadiran dan ketidakhadiran siswa ini sangat berguna untuk pengambilan kebijakan, baik pada tingkat kelas maupun sekolah serta dapat digunakan untuk kepentingan pemberian bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menunaikan kewajiban kehadirannya di sekolah. Rekapitulasi data ketidakhadiran siswa secara perorangan, baik karena alasan alpa, sakit maupun ijin, seyogyanya disampaikan kepada orang tua, minimal dilakukan setiap bulan. Hal ini penting dilakukan agar orang tua dapat mengetahuinya dan dapat mengambil peran dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah ketidakhadiran anaknya. Hal lain yang tak kalah penting dalam pengelolaan kehadiran siswa ini adalah perlunya aturan ketidakhadiran yang tegas dan jelas, disertai dengan sanksi yang mendidik (khususnya bagi siswa yang kerap alpa). Kendati demikian, tidak diharapkan adanya bentuk sanksi yang secara eksplisit menyatakan bahwa siswa yang sering tidak hadir wajib menghadap guru BK/Konselor. Jika hal ini terjadi maka secara langsung ataupun tidak langsung, Bimbingan dan Konseling akan dipersepsi siswa sebagai “satpam-nya sekolah”, yang tentunya tidak akan menguntungkan bagi pengembangan layanan BK sebagai lembaga pelayanan bantuan psikologis di sekolah.
64
Dalam konteks pembimbingan atau bimbingan dan konseling, ketidakhadiran siswa hendaknya dipandang sebagai sebuah gejala dari inti masalah yang sesungguhnya. Oleh karena itu, dalam upaya membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam kehadirannya di sekolah, maka guru atau konselor seyogyanya dapat memahami latar belakang dan faktorfaktor penyebab ketidakhadirannya, untuk menemukan inti masalah yang sebenarnya. Dengan demikian, upaya pengentasan ketidakhadiran siswa ini tidak terjebak pada penyelesaian yang bersifat simptomik. Ada banyak sumber penyebab ketidakhadiran siswa di sekolah, baik yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri (faktor internal), misalnya karena disiplin diri dan motivasi belajar yang rendah- maupun dari luar diri siswa (faktor eksternal), misalnya lingkungan sekolah dan pergaulan yang kurang kondusif. Lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor eksternal yang mungkin bisa menyebabkan ketidakhadiran siswa di sekolah. Sebagaimana hasil wawancara terhadap guru SMK Negeri 02 Bombana bernama Sabri, S.Pd, yang menyatakan bahwa: Beberapa kemungkinan ketidakhadiran siswa yang disebabkan atau bersumber dari keluarga: (1) kedua orang tuanya baik ayah maupun ibu, bekerja, (2) ada kegiatan keagamaan atau adat di rumah, (3) ada persoalan di lingkungan keluarga, (4) Letak rumah yang jauh dari sekolah, (5) Ada keluarga yang sakit. (Wawancara, November 2016) Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa ketidakhadiran siswa di sekolah pada umumnya bersumber dari keluarga: (1) kedua orang tuanya baik ayah maupun ibu, bekerja. Hal demikian bisa terjadi, mengingat
65
disamping siswa tersebut tidak mendapatkan pengawasan keluarga, juga bisa jadi yang bersangkutan memang disuruh menjaga rumah oleh kedua orang tuanya, (2) ada kegiatan keagamaan atau adat di rumah. Kegiatan keagamaan atau adat, bisa menjadikan sebab siswa tidak hadir di sekolah, (3) ada persoalan di lingkungan keluarga. Meskipun masalah tersebut tidak bersangkut paut dengan siswa, umumnya juga mempengaruhi jiwa siswa. Misalnya adanya pertengkaran antara ayah dan ibu, bisa menjadikan penyebab bagi siswa untuk tidak hadir di sekolah, (4) Letak rumah yang jauh dari sekolah. Hal demikian tidak jarang menjadikan siswa malas untuk hadir ke sekolah. Terkecuali jika ada transportasinya. Sungguhpun demikian, jarang juga ketika sudah ada transportasinya, siswa juga masih tetap tidak hadir di sekolah, karena mungkin waktu itu tidak mempunyai uang ongkos transportasi, (5) Ada keluarga yang sakit. Pada saat salah seorang anggota keluarga ada yang sakit, tidak jarang siswa dimintai untuk menunggu atau merawatnya, sehingga menjadi penyebab siswa tidak bersekolah. Upaya mengatasi masalah ketidakhadiran siswa yang bersumber dari faktor keluarga tentu saja sangat membutuhkan peran dan keterlibatan dari keluarga itu sendiri untuk bersama-sama mencari solusi yang terbaik. Namun apabila faktor penyebabnya diduga dari dalam diri siswa, maka layanan konseling perorangan atau bantuan individual tampaknya bisa dijadikan sebagai sebuah pilihan.
66
Ada teori umum yang bisa dijadikan pegangan bahwa apabila intensitas dan frekuensi ketidakhadiran siswa di sekolah cenderung tinggi dan terjadi secara masif, maka bisa diduga faktor penyebabnya adalah lingkungan sekolah, misalnya karena faktor iklim dan budaya sekolah yang kurang kondusif. Dalam hal ini, yang patut dicermati adalah tingkat absensi guru. Dalam beberapa kasus, ditemukan korelasi yang signifikan antara maraknya tingkat absensi guru dengan tingkat absensi siswa. Oleh karena itu, untuk mengatasi kasus seperti ini maka yang perlu diperbaiki adalah lingkungan sekolah itu sendiri. Tindakan represif terhadap siswa tampaknya tidak akan membuahkan hasil yang optimal, bahkan mungkin hanya akan meniimbulkan masalah-masalah baru yang semakin rumit. Sebagaimana hasil wawancara terhadap Kepala SMK Negeri 02 Bombana Sabri, S.Pd yang menyatakan bahwa: Kehadiran siswa di sekolah perlu juga dikaitkan dengan tingkat absensi guru. Dalam beberapa kasus, ditemukan korelasi yang signifikan antara tingkat absensi guru dengan tingkat absensi siswa. “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Guru absen satu kali, siswa absen berkali-kali. Oleh karena itu, untuk mengatasi ketidakhadiran siswa di sekolah maka perlu diperbaiki lingkungan sekolah itu sendiri. Jadi kehadiran guru juga perlu ditingkatkan agar siswa dapat mencontohnya (Wawancara, November 2016) 4. Mengetahui dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi anak didik dalam kelasnya (tentang pelajaran, status sosial/ekonomi, dan lain-lain) Dalam proses pembelajaran banyak hal yang dihadapi anak siswa utamanya yang dapat menghambat jalannya pembelajaran bahkan sering menjadi sebab anak didik putus belajar. Secara garis besar problematika
67
yang dihadapi anak didik dalam belajar dikerenakan dua faktor yaitu internal dan eksternal. Sebagaima dikemukakan SMK Negeri 02 Bombana Darni, S.Pd., yang menyatakan bahwa: Masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah berkaitan dengan pembelajaran secara garis besar dikerenakan dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal yaitu keadaan atau kondisi yang ada pada diri individu masing-masing anak. Faktor ini memiliki dua sisi, yaitu fisiologis dan psikologis. Faktor eksternal berkaitan dengan Proses belajar mengajar yang kurang kondusif (Wawancara, November 2016) Selanjutnya Ruhama menjelaskan bahwa faktor fisiologis pada siswa adalah keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi fisiologis tertentu. Kondisi jasmani ini akan menentukan kondusif dan tidaknya proses pembelajaran. Kondisi fisik yang sehat akan melahirkan aktifitas belajar yang baik, dan sebaliknya kondisi fisik yang lemah akan menghasilkan proses pembelajaran yang lemah pula. Untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa maka guru melakukan kolaborasi dengan orang tua siswa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh guru SMK Negeri 02 Bombana Syamsidar, S.Pd yang menyatakan sebagai berikut: Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa adalah: bimbingan individu, memberi pengertian kepada siswa untuk mengatur kegiatannya di rumah ataupun di sekolah, mengusahakan siswa untuk bisa terbuka kepada orang tua ataupun guru pembimbing agar jika siswa mengalami masalah, menciptakan kedisiplinan kepada anak, kerjasama dengan orang tua (Wawancara, November 2016) Hasil wawancara di atas menjelaskan bahwa pihak guru dan orang tua hendaknya mampu menanamkan keyakinan kepada siswa agar tetap
68
semangat dalam belajar meskipun siswa menghadapi suatu masalah yang berat. Guru harus mampu memberi pengertian kepada siswa untuk mengatur kegiatannya di rumah ataupun di sekolah. Mengingatkan kepada siswa bahwa suatu kemampuan belajar haruslah dikembangkan, dan memotivasi siswa agar mengoptimalkan belajar sehingga prestasi tidak akan menurun, dan kemungkinan prestasi akan bisa terus dipertahankan juga semakin meningkat. Mengusahakan siswa untuk sering bertemu dan belajar bersama dengan orang yang dipercaya dan mengerti keadaan siswa, dan interaksi sosial siswa tidak akan terpuruk serta berkembang secara teratur. Mengusahakan siswa untuk bisa terbuka kepada orang tua ataupun guru pembimbing agar jika siswa mengalami masalah. Menciptakan kedisiplinan kepada anak, orang tua atau pun guru pembimbing dapat menciptakan disiplin dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Kerjasama dengan orang tua, orang tua hendaknya memberikan perhatian yang penuh kepada siswa, agar dapat menambah semangat siswa, untuk belajar lebih baik lagi, meskipun keadaan orang tua kurang harmonis. Orang tua hendaknya memberikan semangat kepada siswa agar selalu giat belajar. Orang tua harus selalu mengingatkan kepada siswa untuk memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar. 5. Membimbing dan menilai tingkah laku anak didik sehari-hari di sekolah Di lingkungan sekolah guru memegang peranan penting dalam proses pembentukan dan perkembangan akhlak siswa. Sebagai pendidik guru tidak hanya bertugas untuk menyampaikan mata pelajaran tertentu
69
saja, tetapi juga dituntut untuk dapat membimbing dan menilai tingkah laku anak didik sehari-hari di sekolah. Pada saat siswa melakukan kesalahan, guru langsung memberikan teguran dan bimbingan kepada siswa yang bersangkutan. Guru bekerja sama dengan guru bidang studi untuk melakukan bimbingan dan penilaian tingkah laku siswa sehari-hari di sekolah. Sebagaimana dikemukakan oleh Guru SMK Negeri 02 Bombana Muh. Badillah, S.Pd yang menyatakan bahwa: Setiap hari kami Wali kelas selalu melakukan pemantauan kepada siswa perwalian, jika ada siswa yang melakukan kesalahan maka kami memberikan tegursan dan bimbingan. Kami bekerja sama dengan guru lain, untuk memberikan laporan kepada wali kelas jika ada anak yang melanggar peraturan sekolah (Wawancara, November 2016) Guru idealnya harus dijadikan idola dan dihormati oleh siswa, maka guru harus mampu memanfaatkan setiap kesempatan untuk menunjukkan perilaku yang baik, berdisiplin dan menanamkan nilai-nilai moral yang sangat penting bagi perkembangan kejiwaan siswanya. Perilaku guru akan memberikan warna dan corak tersendiri terhadap watak siswa di kemudian hari. Dalam membimbing dan menilai tingkah laku anak didik seharihari di sekolah guru memegang peranan penting. Sebagai pendidik dan pengajar guru langsung bersentuhan dengan kehidupan pribadi siswa yang beragam, guru sering dijadikan teladan oleh para siswa, bahkan tidak jarang dijadikan sebagai tokoh identifikasi guru. Sebab itu guru harus dan
70
perlu memiliki perilaku yang memadai untuk dapat mengembangkan diri siswa secara utuh. Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam meningkatkan kerajinan, ketekunan, dan kesantunan, hendaknya guru jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa untuk patuh terhadap segala sesuatu yang diperintahkan, karena sikap guru yang otoroter membuat suasan kelas menjadi tegang dan sering diliputi rasa takut. Guru harus percaya diri bahwa ia mampu menegakan disiplin bagi dirinya dan siswanya. Guru tidak boleh menunjukkan kelemahan dan kekurangannya pada siswa sebab pada dasarnya siswa perlu perlindungan dan rasa aman dari gurunya. Guru tidka perlu memberikan janji-janji yang tidak mungkin dapat ditepati. Juga tidak memaksa siswa bebrjanji untuk memperbaiki perilakunya seketika sebab mengubah perilaku tidak mudah, memerlukan waktu dan bimbingan. Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan terlampau bersahabat erat sehingga hilang rasa hormat siswa terhadapnya. Akibatnya siswa menanggap guru sebagai teman dekat, sehingga cenderung akan hilang kewibawaanya. Selain peran Guru secara individu, upaya meningkatkan kerajinan, ketekunan, dan kesantunan siswa dapat dikolaborasikan dengan orang tua siswa. Peranan orang tua dalam upaya meningkatkan kerajinan, ketekunan, dan kesantunan siswa, akan sangat membantu. Karena itu perlu kolaborasi guru dan orang tua siswa dalam meningkatkan kerajinan, ketekunan, dan
71
kesantunan siswa. Sebagaimana hasil wawancara peneliti terhadap Guru SMK Negeri 02 Bombana Jurusan TKJ, yang menyatakan bahwa: Berkaiatan dengan upaya meningkatkan kerajinan, ketekunan, dan kesantunan siswa, orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus dilaksanakan putra putrinya ketika disekolah, orang tua mengawasi anaknya setelah pulang dari sekolah, turut berbicara dan turut membina putra putrinya apabila ia melanggar tata tertib atau aturan sekolah (Wawancara, November 2016) Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka upaya meningkatkan kerajinan, ketekunan, dan kesantunan siswa merupakan tanggung jawab wali kelas dan orang tua siswa. Peran orang tua sangat dibutuhkan pada saat siswa telah pulang dari sekolah. Kerja sama Guru dan orang tua siswa sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kerajinan, ketekunan, dan kesantunan siswa. 6. Mengambil Tindakan Terhadap Siswa Bila Dianggap Perlu Hukuman adalah vonis dari pengadilan terhadap seseorang yang terbukti bersalah. Pembentukan disiplin diri merupakan suatu proses yang harus dimulai sejak masa kanak-kanak. Oleh karena itu pendidikan disiplin pertama-tama sudah dimulai dari keluarga (orang tua). Hal yang sama dilakukan juga oleh sebagian besar orang tua ataupun guru dalam mendidik anak-anak atau muridnya. Kerugiannya adalah disiplin yang tercipta merupakan disiplin jangka pendek, artinya anak hanya menurutinya sebagai tuntutan sesaat, sehingga seringkali tidak tercipta disiplin diri pada mereka. Hal tersebut disebabkan karena dengan hukuman anak lebih banyak mengingat hal-hal negatif yang tidak boleh dilakukan, daripada hal-hal positif yang seharusnya dilakukan.
72
Dampak lain dari penggunaan hukuman adalah perasaan tidak nyaman pada anak karena harus menanggung hukuman yang diberikan guru jika ia melanggar batasan yang ditetapkan. Tidak mengherankan jika banyak anak memiliki persepsi bahwa disiplin itu adalah identik dengan penderitaan. Apabila siswa melanggar disiplin di sekolah, maka guru perlu mengambil tindakan terhadap siswa yang melakukan pelanggaran. Sebagaimana dijelaskan oleh Informan yang menyatakan bahwa: Jika ada siswa yang melakukan pelanggaran maka kami selalu memberikan tindakan. Apapun pelanggaran yang dilakukan siswa, prinsip menghukumnya tidak didasari emosi, balas dendam, apalagi perasaan benci. Apabila ada siswa yang tidak sopan, atau tidak mengikuti apa yang diperintahkan, maka disikapi dengan kepala dingin, bentuk hukumannya biasa dengan lari keliling lapangan (Wawancara, November 2016) Memberikan penyadaran untuk berperilaku baik kepada siswa tidak mudah, sehingga guru harus memberikan hukuman untuk memperbaiki perilaku siswa. Namun demikian, pemberian hukuman akan lebih efektif apabila dilakukan tanpa meninggalkan nilai-nilai edukasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Guru SMK Negeri 02 Bombana Miniati, S.Pd.,M.Pd., yang menyatakan bahwa: Apabila tegursan secara secara verbal dalam bentuk teguran lisan sudah tidak dapat merubah perilakunya, siswa dapat dihukum, misalnya dengan memberikan tambahan tugas, membuat kliping yang ada kaitannya dengan pelajaran di sekolah. Selain sebagai sebuah hukuman, maka pemberian tugas tambahan tersebut juga bermanfaat bagi siswa (Wawancara, November 2016) Hasil wawancara di atas memberikan gambaran bahwa pembinaan disiplin di SMK Negeri 02 Bombana berjalan dengan baik. Guru telah
73
menjalankan peran yang sesuai dengan peraturan sekolah. Hukuman yang diberikan menimbulkan efek positif bagi perkembangan moral siswa. 7. Melakukan Pembinaan dan Pelimpahan Masalah Siswa Kepada Kepala Sekolah, Orang Tua Siswa, dan Guru-Guru Lain Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dan penertian dari seseorang kepada orang lain, baik verbal maupun non verbal melalui simbol-simbol ataupun isyarat-isyarat asalkan kominikasi itu dapat dipahami dan dimengerti oleh kedua belah pihak. Dalam keaadaan seperti inilah baru dapat dikatakan komunikasi telah berhasil baik (komunikatif). Jadi, komunikasi adalah pernyataan manusia, sedangkan pernyataan tersebut dapat dilakukan dengan kata- kata tertulis ataupun lisan, disamping itu dapat dilakukan juga dengan isyarat- isyarat atau simbolsimbol. Pada umumnya komunikasi antara guru, kepala sekolah, dan orang tua/wali merupakan salah satu realisasi dari akuntabilitas sekolah. Meskipun di sekolah memiliki kesempatan untuk berinteraksi dan mempengaruhi kehidupan siswa, pada akhirnya mereka akan kembali kelingkungan keluarga atau ke pangkuan orang tuannya. Jika kita gagal dalam menjaga komunikasi dengan orang tua tentang kemajuan anak mereka di sekolah, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk membuat jembatan komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan siswa. Guru
memiliki
peran
dan
tanggung
jawab
melakukan
pemberitahuan, pembinaan, dan pengarahan tentang anak didiknya. Jika ada siswa yang sering melakukan pelanggaran maka Guru memberitahukan
74
kepada kepala sekolah, orang tua siswa, dan guru-guru yang lain. Sebagaimana hasil wawancara peneliti terhadap Guru SMK Negeri 02 Bombana, yang menyatakan bahwa: Kepada siswa yang sering melakukan pelanggaran, Guru memberitahukan kepada kepala sekolah, orang tua siswa, dan guru BP tentang pelanggaran yang dilakukan tersebut. Pemberitahuan dilakukan baik secara langsung maupun melalui surat. (Wawancara, November 2016) Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa komunikasi antara Guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa telah terjalin dengan baik. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa anak-anak belajar secara efektif
dan
mendapatkan
yang
perkembangan pribadi/karakter
terbaik
mereka.
bagi
pertumbuhan
Selain untuk
dan
memberikan
informasi perkembangan siswa, komunikasi itu pula dilakukan untuk memberikan informasi tentang pelanggaran yang dilakukan oleh siswa di sekolah. Pemberitahuan
tentang
pelanggaran
yang
dilakukan
siswa
ditindaklanjuti dengan pemanggilan orang tua siswa di sekolah untuk mencari solusi perkembangan moral anak. Orang tua diberi tanggung jawab oleh Guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan perkembangan anak di rumah. Informasi ini diperoleh dari hasil wawancara Peneliti terhadap Guru SMK Negeri 02 Bombana, yang menyatakan bahwa: Kadang kala pemberitahuan kepada orang tua siswa belum cukup membuat jera siswa melakukan pelanggaran di Sekolah, maka wali kelas dengan persetujuan Kepala Sekolah mengundang orang tua siswa untuk datang sekolah. Orang tua diundang untuk berdiskusi
75
bersama Guru dan kepala sekolah mencari solusi yang berkaitan dengan perkembangan moral anak. Biasanya kami Guru dan Kepala Sekolah menyarankan kepada orang tua siswa untuk lebih intens membimbing siswa dan mengamati perkembangan moralnya (Wawancara, November 2016) Uraian di atas menggambarkan bahwa Guru telah melibatkan kepala sekolah dan orang tua siswa dalam pengembangan moral siswa di SMK Negeri 02 Bombana. Pertemuan antara Guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa akan memberikan informasi tentang perkembangan moral anak di sekolah, lingkungan rumah, dan lingkungan masyarakat. 8. Memberikan peringatan secara lisan, peringatan khusus yang terkait dengan BP, Kepala Sekolah, dan Orang Tua siswa Sekolah sebagai organisasi kerja terdiri dari beberapa kelas, baik yang bersifat paralel maupun yang menunjukkan penjenjangan. Setiap kelas merupakan untuk kerja yang berdiri sendiri dan berkedudukan sebagai sub sistem yang menjadi bagian dari sebuah sekolah sebagai total sistem. Setiap guru kelas atau wali kelas sebagai pimpinan, menempati posisi dan peran yang penting, karena memikul tanggung jawab mengembangkan dan memajukan kelas masing-masing yang berpengaruh pada perkembangan dan kemajuan sekolah secara keseluruhan, setiap murid dan guru yang menjadi komponen penggerak aktivitas kelas, harus didayagunakan secara maksimal agar sebagai suatu kesatuan setiap kelas menjadi bagian yang dinamis di agar sebagai suatu kesatuan setiap kelas menjadi bagian yang dinamis di dalam organisasi sekolah.
76
Jika dalam suatu kelas diisi oleh beberapa siswa yang bandel maka kelas itu akan selalu gaduh baik pada saat tidak ada guru di kelas maupun dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu tugas seorang wali kelas adalah mengamati semua pola perkembangan siswa perwaliannya. Jika ada siswa yang sering melanggar, maka Guru akan memberikan surat peringan kepada siswa yang bersangkutan. Bentuk Peringatan yang diberikan kepada siswa ada dua macam yaitu peringatan lisan dan peringatan tertulis. Jadi, keduanya ini saling melengkapi. Surat yang seharusnya diberikan secara lisan seharusnya diberikan secara tertulis dan apabila diberikan secara lisan harus diikuti pula dengan peringatan secara tertulis. Peringatan tertulis ini antara lain berisi informasi tentang terjadinya suatu pelanggaran dan sanksi yang akan diperoleh. Sedangkan peringatan lisan itu berisi tentang kata-kata, ini merupakan yang paling umum digunakan oleh guru. Bentuk peringatan ini juga lebih efektif jika guru dekat dengan siswa dan bukan berada jauh, misalnya guru berada didalam kelas sedangkan siswa berada di belakang kelas. Peringatan ini juga lebih efektif bila dilakukan dengan kontak mata antara guru dan siswa. Sebagaimana hasil wawancara peneliti terhadap Guru SMK Negeri 02 Bombana Asbar, S.P.,M.Hum yang menyatakan bahwa: Bila ada siswa yang selalu melanggar tata tertib di sekolah dan kelas, maka guru memberikan peringatan. Bentuk Peringatan yang diberikan berupa peringatan lisan dan peringatan tertulis. Jadi, keduanya ini saling melengkapi. Surat yang seharusnya diberikan secara lisan seharusnya diberikan secara tertulis dan apabila diberikan secara lisan harus diikuti pula dengan peringatan secara tertulis. Hal ini bertujuan
77
untuk memberikan informasi kepada guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa berkaitan dengan pelanggaran siswa (Wawancara, November 2016) Melalui Surat Peringatan tersebut maka akan ada saling tukar informasi antara pihak sekolah, Guru dan orang tua murid. Hal ini memiliki tujuan sebagai; (a) sebagai sarana penyambung lidah antara pihak sekolah, Guru dan orang tua siswa; (b) sebagai sarana untuk mengingatkan siswa yang terkait berbuat atau melaksanakan sesuatu yang sudah disepakati, dengan baik dan disiplin; (c) sebagai contoh atau bukti setiap siswa yang berbuat tidak tertib atau tidak disiplin akan mendapat teguran, bahkan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggarannya; (d) untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sebagaimana pernyataan Guru BP SMK Negeri 02 Bombana, yang menyatakan bahwa: Jika ada siswa yang suka membuat pelanggaran dan tidak dapat ditangani oleh Guru, maka guru BP melayangkan surat peringatan. Tujuan dari pemberian surat peringatan kepada siswa adalah: (a) sebagai penyambung lidah antara pihak sekolah, wali kelas dan orang tua; (b) untuk mengingatkan siswa yang terkait peraturan dan pelanggaran; (c) sebagai contoh bagi setiap siswa yang berbuat tidak tertib atau tidak disiplin; (d) untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Wawancara, November 2016) Hasil wawancara di atas menggambarkan bahwa pembinaan disiplin siswa dapat dilakukan dengan baik, jika semua komponen sekolah dan orang tua siswa saling bekerja sama satu sama lain untuk memecahkan setiap persoalan yang muncul dalam perkembangan moral anak. Surat peringatan sangat penting artinya baik sebagai informasi maupun sebagai sanksi pada siswa yang melakukan pelanggaran.
78
9. Memperhatikan dan membina suasana kekeluargaan dengan siswa Dalam
kultur
Indonesia,
hubungan
guru
dengan
siswa
sesungguhnya tidak hanya terjadi pada saat sedang melaksanakan tugas atau selama berlangsungnya pemberian pelayanan pendidikan. Guru dan siswa merupakan dua jenis status yang dimiliki oleh manusia-manusia yang memainkan peran fungsional dalam wilayah aktivitas yang terbingkai sebagai dunia pendidikan. Masing-masing posisi yang melekat pada kedua pihak tersebut mewajibkan kepada mereka untuk memainkan seperangkat peran berbeda sesuai dengan konstruksi struktural lingkungan pendidikan yang menjadi wadah kegiatan mereka. Antara guru dan siswa terikat oleh suatu tata nilai terpola yang menopang terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan posisi yang diperankan. Antara guru dan siswa terbina hubungan kekeluargaan selayaknya guru sebagai orang tua dan siswa sebagai anak. Guru dapat menempatkan dirinya sebagai orang tua siswa dan sebagai sahabat. Sebagai seorang sahabat, sudah tentu guru akan cenderung mengembangkan bentuk komunikasi yang akrab dan menyenangkan. Dimulai dengan kebiasaan untuk menyapa mereka, menanyakan hal-hal yang sekiranya akan membuat mereka lebih merasa diperhatikan atau dihargai oleh guru, hingga memotivasi mereka untuk terus berusaha agar sukses dalam belajar. Mereka akan merasa lebih nyaman saat mendengarkan, merasa lebih perhatian saat proses pembelajaran, dan merasa lebih terkesan untuk terus belajar, tanpa bosan. Sebagaimana hasil
79
wawancara peneliti terhadap Guru SMK Negeri 02 Bombana, yang menyatakan bahwa: Dalam membina hubungan yang harmonis dengan siswa, kami Guru menyapa siswa, menanyakan hal-hal yang membuat mereka lebih merasa diperhatikan atau dihargai, hingga memotivasi mereka untuk terus berusaha agar sukses dalam belajar. Sering mengumpulkan mereka pada saat istrahat untuk bertukar pendapat dengan santai sehingga siswa merasa lebih nyaman, merasa lebih diperhatikan, dan merasa lebih terkesan untuk terus belajar, tanpa bosan (Wawancara, November 2016) Mengajar dengan hati sangat tepat dijadikan ilustrasi dalam belajarmengajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar, hati dan perasaan sangat dominan karena dalam proses belajar-mengajar sesungguhnya syarat dengan emosi. Emosi yang dimaksud adalah emosi positif yang melingkupi empati, perhatian, perasaan, dan cinta sehingga guru memiliki tanggung jawab terhadap apa yang ia ajarkan kepada siswanya. Perhatian kepada siswa pada saat mengajar akan menumbuhkan keakraban antara guru dengan siswa. Jika siswa melakukan pelanggaran cukup diberikan teguran dengan lembut sembari memberinya motivasi agar tidak melakukan pelanggaran lagi. Sebagaimana pernyataan Muniati, S.Pd.,M.Pd., sebagai berikut: Pada saat proses belajar-mengajar, guru perlu melibatkan empati, perhatian, perasaan, dan cinta agar siswa merasa diperhatikan. Perhatian kepada siswa menumbuhkan keakraban antara guru dengan siswa. Teguran kepada siswa yang melakukan pelanggaran dilakukan dengan lembut (Wawancara, November 2016) Memberikan perhatian secara personal kepada siswa sebagaimana seorang sahabat mutlak dan perlu dilakukan seorang guru. Kegiatan ini bisa saja disisipkan diawal pembelajaran dengan cara menyapa siswa,
80
memberikan pujian, menanyakan kondisi kesehatan siswa, dan hal-hal personal lainnya sehingga siswa merasa mendapatkan perhatian. Bila suasana dirasa kondusif, guru bisa memulai mengajarkan materi yang akan disampaikan. Dalam proses pembelajaran, guru tidak mesti menjelaskan seluruh materi dan mengesampingkan keterlibatan siswa. Guru cukup mengurai kerangka materi yang akan dibahas lalu memberikan porsi yang cukup kepada siswa untuk ikut terlibat di dalam pembahasan materi. Pola hubungan guru dan siswa sebagai sahabat sangat membantu guru dalam memberikan berbagai penugasan yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar. Tugas tidak akan dimaknai sebagi beban, tetapi menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan. Siswa akan memiliki motivasi yang tinggi dalam mengerjakan berbagai tugas yang diberikan bila mereka memahami bahwa tugas itu dilakukan untuk meningkatkan kemampuannya. 10. Memberikan Teladan yang Baik Kepada Siswa Guru merupakan model dan teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu, pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya. Ada beberapa hal yang mendapat perhatian guru dalam perannya sebagai model dan teladan yaitu; penggunaan gaya bahasa guru dalam berbicara, gaya kebiasaan guru bekerja, sikap guru melalui pengalaman dan kesalahan yang dilakukan, pakaian yang menampakkan ekspresi seluruh kepribadian, hubungan kemanusiaan (dalam hal pergaulan, intelektual moral, terutama bagaimana
81
berperilaku), proses berpikir dalam hal menghadapi dan memecahkan masalah, dalam hal pengambilan keputusan, kesehatan (semangat, sikap tenang, antusias dan lain-lain). Seorang guru harus menjadi teladan yang baik untuk anak didiknya. Baik dalam tingkah laku, kepribadian, berkata-kata, dan lain sebagainya. Seorang guru harus menjadi teladan yang baik, jika guru itu memberikan teladan yang baik kepada anak didiknya maka secara tidak langsung anak didik akan menirukan apa yang dilakukan oleh gurunya, begitu juga sebaliknyan jika guru itu memberikan contoh yang buruk maka anak didiknya pun akan berbuat buruk juga. Guru adalah orang yang paling dekat oleh anak didik, guru sebagai pengganti dari orang tua ketika di sekolah. Maka jadilah guru yang bisa menjadi teladan bagi anak didiknya. Sebagaimana dijelaskan oleh Kepala Sekolah SMK Negeri 02 Bombana, menyatakan bahwa: Guru harus menjadi teladan yang dalam tingkah laku, kepribadian, berkata-kata, dan lain sebagainya. Jika guru itu memberikan teladan yang baik kepada siswwanya maka secara tidak langsung siswa akan menirukan apa yang dilakukan oleh gurunya, begitu juga sebaliknyan jika guru itu memberikan contoh yang buruk maka anak didiknya pun akan berbuat buruk juga. Guru dekat dengan siswanya, guru sebagai pengganti dari orang tua ketika di sekolah. Maka jadilah guru yang bisa menjadi teladan bagi anak didiknya. Teladan itu akan memberikan sebuah apresiasi dan perubahan pola pikir kepada siswa tentang bagaimana dapat menghargai waktu, berpikir kritis, hormat pada guru, termasuk di dalamnya mengerjakan tugas tepat waktu. Jadi seorang guru teladan adalah guru yang dapat memberikan contah yang baik kepada muridnya bukan saja pada saat di sekolah tetapi
82
juga pada saat di rumah. Seperti pernyataan guru SMK Negeri 02 Bombana Jurusan Otomotif Sulhajji, ST, sebagai berikut: Teladan itu adalah memberikan contoh, bagaimana dapat menghargai waktu, cara berpakai, cara berpikir kritis, cara menghormati, termasuk di dalamnya mengerjakan tugas tepat waktu. Jadi seorang guru teladan adalah guru yang dapat memberikan contah yang baik kepada siswanya (Wawancara, November 2016) Pendidik yang jadi dambaan adalah guru yang dapat berpenampilan baik, selalu mencerminkan akhlak mulia, adil, sopan, kasih sayang, ramah tamah, rendah hati,tidak menganggap remeh dan rendah orang lain, cerdas dan profesional dalam menyampaikan materi pembelajaran, dapat menggunakan media pembelajaran dengan baik, sehingga siswa bergairah dalam belajar dan termotivasi dengan sendirinya. Jadi keteladanan guru adalah sesuatu yang patut ditiru oleh peserta didik yang ada pada gurunya. Guru disini juga dapat disebut sebagai subjek teladan atau orang yang diteladani oleh peserta didiknya.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian peranan guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMK Negeri 02 Bombana dapat di simpulkan bahwa: 1. Bentuk pelanggaran disiplin siswa SMK Negeri 2 Bombana adalah sebagai berikut: membawa HP di Sekolah; memembawa rokok atau merokok di sekolah, tidak hadir di sekolah 3 hari berturut-turut tanpa keterangan, melecehkan guru, membawa dan meminum minuman keras di sekolah, pulang sebelum jam pulang (bolos) dan datang terlambat, menonton video porno, dan berkelahi/tawuran. 2. Bentuk pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 2 Bombana yang dilakukan oleh Guru adalah: menunjukan/memberi contoh sikap disiplin; menegur siswa yang melanggar secara lisan; menyampaikan manfaat dari berdisiplin; memberikan sanksi terhadap siswa yang melanggar baik sanksi ringan maupun sanksi berat; mengadukan siswa yang melanggar kepada wali kelas, guru BP, kepala sekolah, dan orang tua siswa. 3. Peranan Guru dalam pembinaan disiplin siswa SMK Negeri 2 Bombana adalah: meningkatkan ketaqwaan siswa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; mengadakan pembinaan untuk mempertinggi budi pekerti dan kepribadian siswa;
meningkatkan
kehadiran
siswa
setiap
hari
di
sekolah;
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi siswa (tentang pelajaran, status sosial/ekonomi, dan lain-lain); membimbing tingkah laku siswa
83
84
sehari-hari
di
sekolah;
meningkatkan
kerajinan,
ketekunan,
dan
kesantunan; memberikan tindakan terhadap siswa yang melanggar; melakukan pembinaan, dan pengarahan tentang anak didiknya kepada kepala sekolah, orang tua siswa, dan guru-guru yang lain; memberikan peringatan secara lisan, peringatan khusus yang terkait dengan BP, Kepala Sekolah, dan Orang Tua siswa; memperhatikan dan membina suasana kekeluargaan dengan siswa; dan memberikan teladan yang baik kepada siswa. B. Saran Setelah
melakukan
penelitian
tentang
peranan
guru
dalam
meningkatkan kedisiplinan di SMK Negeri 02 Bombana, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi siswa SMK Negeri 02 Bombana agar tidak melakukan lagi pelanggaran disiplin seperti membawa HP di Sekolah; memembawa rokok atau merokok di sekolah, tidak hadir di sekolah 3 hari berturut-turut tanpa keterangan, melecehkan guru, membawa dan meminum minuman keras di sekolah, pulang sebelum jam pulang (bolos) dan datang terlambat, menonton video porno, dan berkelahi/tawuran. Siswa hendaknya bersikap dan bertindak yang baik sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah agar proses pembelajaran di sekolah berjalan dengan baik. 2. Guru perlu meningkatkan pembinaan disiplin terhadap siswa SMK Negeri 2 Bombana. Bentuk pembinaan disiplin seperti; menunjukan sikap disiplin; menegur siswa yang melanggar secara lisan; menyampaikan manfaat dari
85
berdisiplin; sanksi terhadap siswa yang melanggar baik sanksi ringan maupun sanksi berat; mengadukan siswa yang melanggar kepada wali kelas, guru BP, kepala sekolah, dan orang tua siswa harus dikembangkan dan lebih diintensifkan lagi. 3. Peran guru dalam membina disiplin siswa selama ini hendaknya terus ditingkatkan. Guru harus lebih memantau tingkah laku dan perbuatan siswa ketika berada di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat agar tidak ada siswa yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah. Guru perlu melibatkan orang tua siswa dan masyarakat secara luas agar untuk membina disiplin siswa, sehingga siswa dapat melaksanakan tindakan disiplin bukan saja di sekolah tetapi juga pada lingkungan keluarga dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ays Mas’udi. 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: PT. Tiga Serangkai. Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Hadisaputro. 2003. Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Hurlock, Elizabeth B. 1990. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Lemhannas. 1997. Disiplin Nasional. Jakarta: Balai Pustaka. Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muliadi, Rudi. 2009. Menumbuhkan Karakter Siswa. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Prijodarminto, Soegeng. 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Cetakan keempat. Jakarta: PT Abadi. Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Samsudin, Sadili. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia. Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sukadji, Soetarlinah. (2000). Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah (Direvisi dan Dilengkapi). Depok : Universitas Indonesia. Syahir, Abdul. 2003. Membina Disiplin Guru dan Siswa. Makassar: Rachamt Offset. Syaodih, Nana Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
86
87
Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Tu’u,Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT. Grasindo. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional. Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
88
Lampiran 1. PEDOMAN WAWANCARA Untuk Guru 1. Pelanggaran disiplin apa saja yang sering dilakukan siswa SMK Negeri 02 Bombana? 2. Apakah SMK Negeri 02 Bombana melarang siswa membawa HP di sekolah? 3. Bagaimana perilaku merokok pada siswa SMK Negeri 02 Bombana sekarang ini? Apakah ada siswa yang merokok? 4. Bagaimana langkah yang diambil oleh guru di SMK Negeri 02 Bombana dalam rangka mengatasi perilaku merokok siswa? 5. Apa yang dilakukan oleh guru terhadap siswa yang jarang masuk sekolah? 6. Menurut Bapak/Ibu, apakah pelecehan seksual itu? 7. Tindakan pelecehan seksual apa yang pernah terjadi di sekolah ini? 8. Apa tindakan guru terhadap siswa yang melakukan pelecehan seksual terhadap siswa lain? 9. Adakah siswa yang suka memperolokan guru? 10. Adakah siswa yang membawa atau meminum minuman keras di sekolah ini? Tindakan apa yang diberikan terhadap pelaku? 11. Adakah siswa yang suka membolos? Tindakan apa yang dilakukan guru terhadap siswa yang suka membolos? 12. Bagaimana cara siswa untuk meninggalkan sekolah sebelum waktunya, sedangkan ada guru Piket yang mengawasi? 13. Pernahkah ada siswa di sekolah ini yang kedapatan menonton video porno? 14. Adakah siswa di sekolah ini yang suka tawuran? Apa yang dilakukan guru terhadap siswa yang suka tawuran? 15. Bagaimana sikap yang dilakukan guru terhadap siswa berkaitan dengan pembinaan disiplin? 16. Tindakan apa yang dilakukan guru terhadap siswa yang melakukan pelanggaran disiplin? 17. Bagaimana komunikasi yang dilakukan guru kepada siswa agar siswa mengerti dan mematuhi peraturan sekolah? 18. Apa yang dilakukan guru agar siswa dapat memahami manfaat disiplin? 19. Apakah Bapak/Ibu membina dan menyarankan kepada siswa untuk melaksanakan perintah Agamanya? 20. Apakah Bapak/Ibu memantau tindakan siswa di Luar Sekolah? 21. Apakah Bapak/Ibu memberikan peringatan secara lisan kepada siswa, peringatan khusus yang terkait dengan BP, Kepala Sekolah, dan Orang Tua siswa? 22. Bagaimana Bapak/Ibu membina suasana kekeluargaan dengan siswa? 23. Bagaimana Bapak/Ibu memberikan teladan yang baik kepada siswa?
89
Untuk Siswa 1. Pelanggaran apa saja yang pernah anda lakukan di sekolah? 2. Apakah anda di larang membawa HP? Kenapa anda masih berani membawa HP? 3. Apakah anda sepakat dengan larangan membawa HP di Sekolah? 4. Apakah anda merokok? Bagaimana awalnya, sehingga anda ketagihan dengan rokok merokok? 5. Tindakan apa yang diberikan guru ketika anda kedapatan merokok? 6. Apakah anda jarang masuk sekolah? Apa yang menyebabkan anda jarang masuk sekolah? 7. Apakah anda pernah melihat ada siswa yang melecehkan guru? 8. Apa yang anda lakukan sehingga guru merasa diganggu atau dilecehkan oleh siswa? 9. Anda pernah minum minuman keras? Adakah temanmu yang pernah kedapatan membawa atau meminum minuman keras di sekolah ini? 10. Tindakan apa yang diberikan guru ketika anda kedapatan merokok membawa atau meminum minuman keras di sekolah ini? 11. Pernahkah anda membolos? Apa yang menyebabkan anda bolos? 12. Pernahkah anda dihukum karena membolos? 13. Pernahkah anda menonton video porno? 14. Tindakan apa yang diberikan guru ketika anda kedapatan menonton video porno? 15. Apa yang menyebabkan anda terlibat tawuran? 16. Apa yang dilakukan guru ketika siswa melakukan pelanggaran disiplin? 17. Bagaimana menurut anda, apakah disiplin itu penting? 18. Bagaimana perasaan anda dengan penerapan disiplin di sekolah ini?
90
Lampiran 2.
DOKUMENTASI PENELITIAN
Kantor SMK Negeri 02 Bombana
Lingkungan SMK Negeri 02 Bombana
91
\ Wawancara Dengan Kepala SMK Negeri 02 Bombana
Wawancara dengan Guru SMK Negeri 02 Bombana
92
Wawancara dengan Guru SMK Negeri 02 Bombana
Wawancara dengan Siswa SMK Negeri 02 Bombana
93
Wawancara dengan Siswa SMK Negeri 02 Bombana
Wawancara dengan Siswa SMK Negeri 02 Bombana
Wawancara dengan Siswa SMK Negeri 02 Bombana
94
95