Jurnal Ilmiah Kopertis Wilayah IV
PERANAN BAHASA INDONESIA TERHADAP PENGEMBANGAN IPTEKS, ERA GLOBALISASI, DAN DALAM MENGHADAPI MEA (MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2017)
Dheni Harmaen & Dadang Mulyana Universitas Pasundan ABSTRAK - Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi & Seni (Ipteks) pada masa Era globalisasi yang dibarengi dengan masuknya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), tentunya sangat berdampak pengaruhnya terhadap seluruh aspek kehidupan manusia yang diikat oleh sesuatu yang disebut dengan kebudayaan. Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk memberikan pencerahan bahwa bahasa sebagai bagian dari unsur kebudayaan mempunyai peran sebagai alat komunikasi dalam menghadapi kondisi seperti ini, termasuk peranan bahasa Indonesia dalam menghadapi tiga kejadian tersebut. Dengan bahasa semua informasi yang disampaikan si pemberi dapat dimengerti dan diterima maksud dan tujuannya. Selain itu, bahasa juga digunakan untuk menyampaikan sesuatu hal, gagasan, ide, pola pikir (Mindset) kepada orang lain agar bisa memahami apa yang kita inginkan, tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) Ipteks tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berpikir modern. Kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya bukan hanya terletak pada kelebihan akalnya saja, melainkan juga kelebihan dalam kemampuan berbahasanya. Tanpa kemampuan berbahasa, manusia tidak bisa mengembangkan kebudayaannya, sebab tanpa kemampuan berbahasa hilang pula untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya. Disamping itu,tampa kemampuan berbahasa tersebut manusia tidak dapat melakukan berpikir secara sistematis dan teratur. Kata Kunci : Bahasa, Pengetahuan, Teknologi, Peran dan Fungsi ABSTRACT - The development of Science and Technology and the Arts during the era of globalization, coupled with the inclusion of the Asean Economic Community (AEC), would greatly affect the influence on all aspects of human life bound together by culture. The purpose of this discussion is to provide insights that language as part of the cultural elements that have a role as a communication tool in the face of these conditions, including the role of Indonesian Language in the face of the three events. By using the language, the information can be understood and accepted based on its goals and objectives. In addition, the language is also used to convey something, an idea, a mindset, in order to others can understand what we want. Without any language (including Indonesian), science and technology probably cannot grow and thrive. Besides, Indonesian, in the cultural structure, has a position, function, and dual role as the roots and cultural products that also functions as a means of thinking and means of supporting the growth and development of science and technology.
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
161
Without that similar role of language, science and technology will be hardly able to develop. The implication in the development of reasoning power is to make the language as an infrastructure of modern thinking. The advantages being humans compared with other creatures not only lies in the excess of mind, but also in language skills. Without the ability to speak, human beings can not develop their culture because without the ability to speak, there is no way to pass on the cultural values from one to the next generation. In addition, without the ability to speak, human can not think systematically and regularly. Keywords: Language, Science, Technology, Role and Function PENDAHULUAN Berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi & seni (Ipteks) pada era globalisasi, dan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2017 tidak bisa terhindar dari peranan dan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa semua hal dapat dimengerti maksud dan tujuan tertentu, selain itu bahasa juga digunakan untuk menyampaikan sesuatu hal, pendapat, gagasan, ide kepada orang lain agar bisa memahami apa yang kita inginkan. Menurut Moeliono (2000:6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) Ipteks tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu, bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai Alat dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berpikir modern. Menurut Ariffin, (2001:9) menjelaskan bahwa kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya bukan hanya terletak pada kelebihan akalnya saja, melainkan juga kelebihan dalam kemampuan berbahasanya. Tanpa kemampuan berbahasa, manusia tidak bisa mengembangkan kebudayaannya, sebab tanpa kemampuan berbahasa hilang pula untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya. Di samping itu, tanpa kemampuan berbahasa tersebut manusia tidak dapat melakukan berpikir secara sistematis dan teratur. Bagaimana dengan posisi bahasa Indonesia pada saat era globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu dahsyat? menuntut para pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja lebih keras untuk lebih menyempurnakan dan meningkatkan semua sektor yang perhubungan dengan masalah pembinaan bahasa. Sebagaimana di kemukakan Featherston (1996:34), globalisasi menembus batas-batas budaya melalui jangkauan luas perjalanan udara, semakin luasnya komunikasi, dan meningkatnya turis (wisatawan) ke berbagai negara. Begitu juga dengan MEA. Dr. Lim Hong Hin di sela-sela pidatonya, pada pertemuan Masyarakat Ekonomi Asean 2014, sebelumnya mengatakan, usaha menuju sebuah masyarakat ekonomi terpadu sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1992. Kita sangat senang mendengar bahwa berdasarkan catatan yang digunakan untuk memonitor kemajuan yang dicapai berbagai negara berbeda-beda, ternyata semuanya komit terhadap integrasi Asean, dan melaksanakan segala sesuatunya dengan baik, dengan mematuhi segala ketentuan, termasuk pemakaian bahasa sebagai identitas negaranya masing-masing. Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup pesat, perkembangan di luar negeri pun sangat menggembirakan, Muliono (2004:32) data terakhir menunjukkan setidaknya 52 negara asing telah membuka program bahasa Indonesia (Indonesian Language Studies). Bahkan, perkembangan ini akan semakin meningkat setelah terbentuknya Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia (BAKB) penutur bangsa asing di 162
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
Bandung tahun 1999. Walaupun di satu sisi perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat, di sisi lain peluang dan tantangan terhadap bahasa Indonesia semakin besar pula. Berbagai peluang bahasa Indonesia dalam era globalisasi ini antara lain adanya dukungan luas dari berbagai pihak, termasuk peran media massa. Sementara itu, tantangannya dapat dikategorikan atas dua, yaitu tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal berupa pengaruh negatif bahasa daerah berupa kosakata, pembentukan kata, dan struktur kalimat. Tantangan eksternal datang dari pengaruh negatif bahasa asing (teruatama bahasa Inggris) berupa masuknya kosakata tanpa proses pembentukan istilah dan penggunaan struktur kalimat dari bahasa Inggris (penyerapan) atau dari bahasa fungsional dari masingmasing keilmuan. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Bahasa Indonesia dalam Pengembangan Ipteks, Era Globalisasi, dan MEA Kita tengah memasuki abad XXI. Abad ini juga merupakan milenium III perhitungan Masehi. Perubahan abad dan perubahan milenium ini diramalkan akan membawa perubahan pula terhadap struktur ekonomi, struktur kekuasaan, dan struktur kebudayaan dunia. Fenomena paling menonjol yang tengah terjadi pada kurun waktu ini adalah terjadinya proses globalisasi. Proses perubahan inilah yang disebut penelaah MEA sebagai gelombang ketiga, setelah berlangsung gelombang pertama (agrikultur) dan gelombang kedua (industri). Perubahan yang demikian menyebabkan terjadinya pula pergeseran kekuasaan dari pusat kekuasaan yang bersumber pada tanah, kemudian kepada kapital atau modal, selanjutnya dalam gelombang ketiga, penguasaan terhadap informasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Proses globalisasi ini lebih banyak ditakuti daripada dipahami untuk kemudian diantisipasi dengan arif dan cermat. Oleh rasa takut dan cemas yang berlebihan itu, antisipasi yang dilakukan cenderung bersifat defensif membangun benteng-benteng pertahanan dan merasa diri sebagai Era globalisasi akan menyentuh semua aspek kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa yang semakin global dipakai oleh semua bangsa di dunia ialah bahasa Inggris, yang pemakainya lebih dari satu miliar. Akan tetapi, sama hanya dengan bidang-bidang kehidupan lain, sebagaimana di kemukakan Cargill, (2003:22) dalam bukunya Global Paradox, akan terjadi paradoksparadoks dalam berbagai komponen kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa Inggris misalnya, walaupun pemakainya semakin besar sebagai bahasa kedua, masyarakat suatu negara akan semakin kuat juga memempertahankan bahasa ibunya. Di Islandia, sebuah negara kecil di Eropa, yang jumlah penduduknya sekitar 250.000 orang, walaupun mereka dalam berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Inggris seabagai bahasa kedua, negara ini masih mempertahankan kemurnian bahasa pertamanya dari pengaruh bahasa Inggris. Di Usbekistan (Guebec), salama ini peraturan di negara bagian tersebut mewajibkan penggunaan bahasa Perancis untuk semua papan nama, sekarang diganti dengan bahasa sendiri. Demikian juga negara-negara pecahan Rusia seperti Ukraina, Lithuania, Estonia (yang memisahkan diri dari Rusia) telah menggantikan semua papan nama di negara tersebut yang selama itu menggunakan bahasa Rusia. B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda yang berbunyi “Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
163
dalam undang- undang dasar 1945 tercantum pada pasal khusus (BAB XV, pasal: 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai dengan sumpah pemuda 1928. Kedua, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa negara sesuai dengan undang-undang dasar 1945. Derasnya arus globalisasi yang disertai berkembangnya ilmu pengetahuan&seni (Ipteks) di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tataran era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan bangsa, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar budaya, dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagaibagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing kedalam kesatuan kebangsaan Indonesia, dan kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar didalm dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan, termasuk kedalam kegiatan-kegiatan itu adalah penulisan dokumen-dokumen dan putusanputusan, serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato kenegaraan. Sebagai fungsinya yang kedua di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi diseluruh Indonesia. Sebagai fungsinya yang ketiga di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia adalah alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan pelaksanaan pemerintah, Akhirnya, di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Di dalam hubungan ini bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa, sehingga ia memikili ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia kita pergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional kita. Memasuki MEA yang telah dicanangkan pada tahun ini, fungsi bahasa Indonesia telah pula bertambah besar. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa media massa, media massa cetak dan elektronik, baik visual, audio, maupun audio visual harus memakai bahasa Indonesia. Media massa menjadi tumpuan kita dalam menyebarluaskan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Di dalam kedudukannya sebagai sumber pemerkaya bahasa daerah, bahasa Indonesia berperanan sangat penting. Menurut Gorys Keraf (1997:1), Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang keberatan dengan mengatakan bahwa bahasa bukan satu-satunya alat untuk mengadakan komunikasi. Mereka menunjukkan bahwa dua orang atau pihak yang mengadakan komunikasi dengan
164
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
mempergunakan cara-cara tertentu yang telah disepakati bersama. Lukisan-lukisan, asap api, bunyi gendang atau tong-tong dan sebagainya. Tetapi mereka itu harus mengakui pula bahwa bila dibandingkan dengan bahasa, semua alat komunikasi tadi mengandung banyak segi yang lemah. Muliono (2004:6), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak merasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Felicia (2001:1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari. Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa, akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa, akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa Indonesia lainnya, diantaranya: a) Bahasa Sebagai Alat Ekspresi Diri Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita. Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Fungsi ini berbeda dari fungsi berikutnya, yakni bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain: 1) agar menarik perhatian orang lain terhadap kita 2) berkeinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya sendiri. b) Bahasa Sebagai Alat Komunikasi Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita. Badudu (1995:3) Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
165
perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita. c) Bahasa Sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial Di samping fungsi bahasa sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggotaanggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Keraf, 1997:5). d) Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Ceramah agama atau dak’wah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Menurut Adiwidjaya (2003:5) Peranan bahasa sebagai alat kontrol merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik, di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal. Contoh lain fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang. Eksistensi bahasa Indonesia pada era globalisasi sekarang ini, jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh alat komunikasi yang begitu canggih harus dihadapi dengan mempertahankan jati diri bangsa Indonesia, termasuk jati diri bahasa Indonesia. Ini semua menyangkut tentang kedisiplinan berbahasa nasional, pemakai bahasa Indonesia yang berdisiplin adalah pemakai bahasa Indonesia yang patuh terhadap semua kaidah atau aturan pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisinya. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif, peneliti juga sebagai instrumen utama dalam penelitian ini. Validitas data dan informasi yang dikumpulkan sangat tergantung pada keahlian, keterampilan, dan pengalaman karakteristik lapangan di mana penelitian dilakukan. Peneliti yang melakukan pendekatan kualitatif, harus benar-benar Kritis, sensitif, dan mampu mengintegrasikan dengan kehidupan masyarakat yang ditelitinya. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara
166
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
mendalam yang dilakukan pada informan kunci dan catatan lapangan tentang pembuatan peristiwa yang dihadapi oleh para peneliti di lapangan. Studi Kasus adalah studi yang menggunakan bukti empiris (bukan hasil dari exsperiments laboratorium) untuk membuktikan apakah teori bahasa dapat diimplementasikan pada kondisi atau tidak. Studi Cas didefinisikan sebagai pendekatan penelitian untuk exsplore fenomena dalam konteks dari berbagai sumber. Sehingga alur kerangka teori bahasa adalah sebagai berikut: TEORI BAHASA
DIKEDALAMAN WAWANCARA DAN WAKTU SERIES DESAIN
TEORI MENGENAI PERUBAHAN SOSIAL (LURER)
TEORI STRUKTURASI (GIDDENS)
PERUBAHAN/PERGESERAN
FUNGSI BAHASA
POSISI DARI BAHASA
PERGESERAN BAHASA
ILMU DARI BAHASA PENGETAHUAN
PEMBAHASAN A. Menyikapi Bahasa Indonesia Arus global tanpa kita sadari berimbas pula pada penggunaan dan keberadaan bahasa Indonesia di masyarakat. Penggunaan bahasa di dunia maya, facebook misalnya, memberi banyak perubahan bagi sturktur bahasa Indonesia yang oleh beberapa pihak disinyalir merusak bahasa itu sendiri. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus disikapi bersama termasuk dalam pengajarannya. Di era global pada pengembangan Ipteks sekaligus dalam mengahdapi MEA dengan berbagai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, seharusnya bisa kita manfaatkan dalam pempertahankan bahasa Indonesia. Salah satunya dengan pembelajaran bahasa Indonesia berbasis ICT (Information, Communication and Technology). Pemanfaatan ICT sudah menjadi keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi misalnya dengan memanfaatkan ICT sebagai alat bantu pembelajaran bahasa Indonesia. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk sesuai dengan fungsinya dalam pendidikan. Menurut Indrajut (2004), fungsi teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan dapat dibagi menjadi tujuh fungsi, yakni: (1) sebagai gudang ilmu, (2) sebagai alat bantu pembelajaran, (3) sebagai fasilitas pendidikan, (4) sebagai standar kompetensi, (5) sebagai penunjang administrasi, (6) sebagai alat bantu manajemen sekolah, dan (7) sebagai infrastruktur pendidikan.
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
167
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus disikapi bersama termasuk dalam pengajarannya. Bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Berbagai fenomena yang berdampak buruk pada kebenaran berbahasa yang disesuaikan dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. B. Tantangan dan Peluang Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi Era globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu dahsyat menuntut para pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja lebih keras untuk lebih menyempurnakan dan meningkatkan semua sektor yang berhubungan dengan masalah pembinaan bahasa. Featherston (1996:12), Globalisasi menembus batas-batas budaya melalui jangkauan luas perjalanan udara, semaki luasnya komunikasi, dan meningkatnya turis (wisatawan) ke berbagai negara. Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup pesat, perkembangan di luar negeri pun sangat menggembirakan. Data terakhir menunjukkan setidaknya 52 negara asing telah membuka program bahasa Indonesia (Indonesian Language Studies), bahkan, perkembangan ini akan semakin meningkat setelah terbentuk Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di Bandung tahun 1999. Walaupun perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat di satu sisi, di sisi lain peluang dan tantangan terhadap bahasa Indonesia semakin besar pula. Berbagai peluang bahasa Indonesia dalam era globalisasi ini antara lain adanya dukungan luas dari berbagai pihak, termasuk peran media massa. Sementara itu, tantangannya dapat dikategorikan atas dua, yaitu tantangan internal dan tantang eksternal. Tantang internal berupa pengaruh negatif bahasa daerah berupa kosakata, pembentukan kata, dan struktur kalimat. Era globalisasi yang di dalamnya mengadung program Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), menuntut peranan bahasa dalam pengembangan Ipteks, sumber daya manusia memegang peranan yang sangat menentukan kadar keberhasilan sesuatu, termasuk keberhasilan pembinaan dan pengembangan bahasa. Oleh karena itu, para pemegang kebijakan dan pelaksana di lapangan harus pandai-pandai memanfaatkan peluang sebaikbaiknya, sekecil apa pun peluang itu, di antara sekian peluang yang ada, peluang berikut kiranya perlu dipertimbangkan hal-hal di bawah ini: C. Adanya Dukungan Luas Telah dijelaskan bahwa pembinaan bahasa Indonesia dari waktu ke waktu memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini disebabkan oleh adanya dukungan, terutama dari pemerintah. Dukungan tersebut dapat kita lihat dengan terbitnya surat dan program berikut: 1) Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Nomor 20, tanggal 28 Oktober 1991, tentang Pemasyarakatan Bahasa Indonesi dalam Rangka Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Bangsa; 2) Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor I/U/1992, tanggal 10 April 1992, tentang Peningkatan Usaha Pemasyarakatan Bahasa Indonesia dalam Memperkukuh Persatuan dan Kesatuan Bangsa; 3) Surat Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur, Bupati, dan Walikoa seluruh Indonesia, Nomor 1021/SJ, tanggal 16 Maret 1995, tentang Penertiban Pangginaan Bahasa Asing; 4) Pencangan Disiplin Nasional oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Mei 1995 yang salah satu butirnya adalah penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar; dan
168
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
5) Kegiatan Bulan Bahasa yang dilakukan setiap bulan Oktober, yang dipelopori oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. D. Peran Serta Media Massa Tidak dapat disangkal bahwa media massa memberikan andil bagi pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Kata dan istilah baru, baik yang bersumber dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, pada umumnya lebih awal diakali oleh media massa, baik di media surat kabar, radio, atau televisi. Media massa memang memiliki kelebihan. Di samping memiliki jumlah pembaca, pendengar, dan pemirsa yang banyak, media massa mempunyai pengaruh yang besar di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, media massa merupakan salah satu mitra kerja yang penting dalam kelancaran dan penyebaran informasi tentang bahasa. Seiring dengan itu, pembinaan bahasa Indonesia di kalangan media massa mutlak diperlukan guna menangkal informasi yang menggunakan kata dan istilah yang menyalahi kaidah kebahasaan. Kalangan media massa harus diyakinkan bahwa mereka juga pembina bahasa seperti kita. E. Berbagai Tantangan dan Upaya Penanggulangannya Masalah pembinaan dan pengembangan bahasa selama ini telah memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini tidak berarti di seputar itu tidak ada hambatan atau tantangan yang memerlukan penanganan yang serius. Pada masa mendatang pembinaan dan pengembangan bahasa dihadapkan kepada berbagai tantangan yang apabila hal itu tidak ditangani dengan sungguh-sungguh akan menjadi kerikil-kerikil tajam yang dapat menghambat usaha tersebut. Tantangan yang patut dipertimbangan itu antara lain sebagai berikut: a) Sumber Daya Manusia (SDM) Keberhasilan suatu program dan usaha sangat banyak ditentukan oleh sumber daya manusianya. Keberhasilan pembinaan dan pengembangana bahasa pu antara lain juga bergantung kepada manusia pelaksananya. Sehubungan dengan itulah, sosok yang memegang kendali dalam pembinaan dan pengembangan bahasa pada masa mendatang dituntut lebih profesional lagi di bidangnya. Kemajuan atau perkembangan dalam segala sektor kehidupan sebagai dampak kemajuan ilmu dan teknologi, menuntut fungsi optimal bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia dituntut lebih efektif dan efisien dalam mewadahi berbagai konsep yang diperlukan masyarakat Idonesia yang semakin terbuka dan modern. Bahasa Indonesia juga harus bisa memenuhi keperluan masyarakat pemakainya dalam berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, pendidikan, pengetahuan, teknologi, keamanan, dan kebudayaan (Ali, 2011:22). Dengan kata lain, bahasa Indonesia harus bisa mewujudkan jati dirinya sebagai bahasa modern, sebagaimana yang diamanatkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN, 1998) b) Bahasa Asing dan Gengsi Sosial Salah satu butir tujuan pembinaan bahasa Indonesia ialah membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Hal ini memberikan isyarat bahwa masalah sikap merupakan faktor yang paling menentukan keberhasilan pembinaan tersebut. Dari sikap positif inilah akan tumbuh kecintaan dan kebanggan berbahasa Indonesia. Menurut Adiwidjaya (2003:5), sikap positif terhadap bahasa Indonesia akhit-akhir ini memang sudah menampak, walaupun belum seperti yang kita harapkan. Hal ini berarti bahwa pembinaan bahasa Indonesia yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam berbagai bentuknya telah menampakkan hasil yang cukup menggembirakan. Bahasa Indonesia telah memperlihatkan peranannya dalam kehidupan bangsa Indonesia, baik sebagai sarana komunikasi maupun sebagai pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan supaya bahasa Indonesia benar-benar menjadi kebanggan kita sebagai bangsa Indonesia. Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
169
KESIMPULAN Perubahan abad dan perubahan milenium ini diramalkan akan membawa perubahan pula terhadap struktur ekonomi, struktur kekuasaan, dan struktur kebudayaan dunia. Fenomena paling menonjol yang tengah terjadi pada kurun waktu ini adalah terjadinya proses globalisasi. Oleh rasa takut dan cemas yang berlebihan itu, antisipasi yang dilakukan cenderung bersifat defensif membangun benteng-benteng pertahanan dan merasa diri sebagai Era globalisasi akan menyentuh semua aspek kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa yang semakin global dipakai oleh semua bangsa di dunia ialah bahasa Inggris, akan terjadi paradoks-paradoks dalam berbagai komponen kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa Inggris, misalnya, walaupun pemakainya semakin besar sebagai bahasa kedua, masyarakat suatu negara akan semakin kuat juga memempertahankan bahasa ibunya. Kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan bangsa, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar budaya, dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing kedalam kesatuan kebangsaan Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan kebanggaan bagi bangsa Indonesia dapat dirasakan kita telah menemukan jati diri kita sebagai bangsa yang berdaulat di tataran negaranegara di dunia. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung disamping bendera merah putih dan lambang negara kita. Melaksanakan fungsi ini, bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula, sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan mengembangkannya sedemikian rupa, sehingga bersih dari unsur- unsur bahasa lain. Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga, sebagai bahasa nasional adalah sebagai alat perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar suku bangsa. Berkat adanya bahasa nasional kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga kesalah pahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang social budaya dan bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Kita dapat bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang lain di tanah air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat komunikasi. Fungsi bahasa Indonesia yang keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai-bagai suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda kedalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, bahasa Indonesia harus dipelihara dan dipelajari terus menerus, guna mampu penyaring datangnya tantangan dari internal dan eksternal, baik bahasa Indonesia fungsional secara khusus, ataupun bahasa Indonesia secara umum yang berlandaskan pada bahasa Indonesia yang baik dan benar. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z.(2005). Wajah Pariwisata Jawa Barat. Jakarta: Yayasan 17 Oktober Adiwidjaya, S. B., 2003,Bahasa Indonesia Hukum. Penerbit, Bandung: Penerbit CV. Pustaka. Ali, M. (2011). Memahami Riset Prilaku Sosial. Bandung: Pustaka CendikiaUtama. Ariffin, E. Zaenal (2001). Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Penerbit CV Akademika Pressindo. 170
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
Arikunto, Suharsini. 2011. Prosedur Penelitian, Suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Badan Pembinaan Hukum Nasional ( BPHN). 1974. Bahasa dan Hukum, Medan: Penerbit CV.Binacipta. Badudu, JS. (1995) Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Belladonna, A.P. (2013). Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana dalam Meningkatkan Kesadaran Hukum Mahasiswa (Sudi kasus di STKIP Pasundan Cimahi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Cargill, M. (2003). Research Artikles: Global Paradok. Sussex: John Wiley and Sons. Featherson, J.R. (2000). Hunt and Osborn, R.V, Managing Organizational Bahavior: John Wiley and Son, New York. Hadi, Ahmad, (1993). Peperenian: Kandaga Unak Anik Rusiah Basa Sunda. Bandung:CV Geger Sunten Keraf, G. (1997). Komposisi dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit CV Akademika Pressindo. Keraf, G. (1995). Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benari Jakarta: Penerbit CV Akademika Pressindo. Koentjaraningrat, 1993. Metode Penelitian Masyarakat Edisi ketiga. Jakarta: Gramedia Koentjaraningrat, 2009. Pengantar Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Moeliono, A.M. (2004). Bahasa yang Efisien dan Efektif dalam Bidang Iptek. Jakarta: Linguistik Indonesia. Mustapa, H. (1996). Adat Istiadat Sunda. Bandung: Alumni. Nasution, B. J. (1998). Bahasa Indonesia Hukum,Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Nawawi, 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jogjakarta: Gajag Mada Universitas Press. Pusat Bahasa. (2001) Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ed. Ke-3). Jakarta: Balai Pustaka. Rohendi. Cecep (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press) Sulasman, dan Setia Gumilar 2013. Teori-teori Kebidayaan dari Teori Hingga Aplikas. Bandung: CV. Pustaka Setia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang No 20 Tahun 2003, tentang Kedudukan Bahasa Indonesia
Tekno Efisiensi Vol.2 No. 2 Agustus 2017
171