Peran Resorsinol Sebagai Aditif Dalam Perekat Tanin Urea Formaldehida (TUF) Untuk Kayu Lapis Mahoni Iwan Setiawan Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Jalan Pakuan PO.BOX 452 Bogor, Jawa Barat Email:
[email protected] Abstrak Kulit kayu mengandung senyawa tanin yang dapat digunakan sebagai bahan perekat alami. Pada penelitian ini, tanin yang terkandung dalam kulit kayu mahoni diekstrak dengan menggunakan air panas, dimana hasil ekstrak digunakan sebagai bahan tambahan perekat pada kayu lapis mahoni. Beberapa variabel fisika kimia antara lain visual, pH, kdar padatan, viskositas, bobot jenis, bilangan Stiasny dan FTIR dianalisis terhadap kandungan tanin dari hasil ekstrak. Selanjutnya dilakukan percobaan untuk mencari ramuan perekat (urea ,formaldehida dan ekstrak kulit kayu mahoni) yang baik terhadap kayu lapis mahoni terhadap visual, pH, kdar padatan, viskositas, bobot jenis, masa gelatinasi dan FTIR. Perekat yang telah dibuat ditambahkan resorsinol dan diaplikasikan pada kayu lapis mahoni kemudian di analisa kualitas dari kayu lapis antara lain kerapatan, kadar air, keteguhan rekat, dan emisi formaldehida. Berdasarkan uji keteguhan rekat pada kayu lapis mahoni, penambahan konsentrasi resorsinol 10 % menghasilkan keteguhan rekat yang memenuhi standar >10 Kg/cm². Emisi formaldehida pada semua konsentrasi memenuhi standar < 0,5 mg/L. Penambahan resorsinol menghasilkan keteguhan rekat kayu lapis yang lebih baik dibandingkan perekat yang tidak ditambahkan resorsinol. Kata kunci : kulit kayu mahni, tanin, resorsinol, perekat TRF perekat
yang
paling
banyak
digunakan pada pembuatan papan
Pendahuluan Perekat merupakan salah satu
partikel atau kayu lapis. Penggunaan
komponen penting dalam pengolahan
UF memiliki dampak yaitu terjadinya
kayu
emisi formaldehida, adanya emisi
lapis.
Saat
ini,
urea
formaldehida (UF) merupakan jenis
formaldehida
menyebabkan
1
pencemaran pada udara, mulai dari bau
yang
kurang
enak
sampai
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan
terjadinya gangguan kesehatan. Pada
ramuan
awal
tahun
dipermasalahkan
komposisi
perekat
1980
mulai
formaldehida
batas
emisi
resorsinol
sebagai
perekat
Barat dan Amerika Utara (Santoso
meningkatkan
dan
mengurangi
2004).
Untuk
tanin
(TUF)
formaldehida, terutama di Eropa
Sutigno,
aditif
dapat
daya emisi
rekat
dan
formaldehida
perekat UF maka dicari alternatif
Bahan dan Alat
alam
Bahan yang digunakan pada
perekat
penelitian ini adalah ekstrak kulit
utama. Perekat yang telah diketahui
kayu mahoni, larutan formaldehida
diantaranya tanin, lignin dan fenol
37%, larutan HCl 36%, butanol,
(Malik dan Santoso, 2006). Dalam
etanol, NaCl, indikator fenol merah,
penelitian
dilakukan
pelet NaOH, akuades, asetil aseton,
aplikasi perekat berbasis tanin yang
amonium asetat, papan kayu uji dan
terdapat
botol plastik.
sebagai
campuran
ini,
dari
dalam
sehingga
dalam kayu lapis mahoni.
perekat
urea dengan
mengurangi emisi formladehida dari
penambahan
terbaik
dari
akan
dalam
limbah
tanaman
mahoni yang tidak digunakan dan di
Alat yang digunakan pada
tambahkan dalam ramuan perekat
penelitian ini adalah ekstraktor, oven,
utama
desikator,
urea
formaldehida
(UF)
viskometer
Ostwald,
sehingga dapat mengurangi emisi
piknometer, erlenmeyer, cawan petri,
formaldehida
pipet tetes, buret, pipet mohr neraca,
pengurangan
akibat penggunaan
dari perekat
spektrofotometer
UV-Vis
dan
utama UF. Selain itu digunakan pula
spektrofotometer Fourier Transform
resorsinol sebagai zat aditif dalam
Infrared (FTIR).
penggunaan
urea
Metodologi Penelitian
untuk
Sampel
formaldehida
perekat
tanin
(TUF)
yang
digunakan
meningkatkan keteguhan rekat dan
dalam
penelitian ini yaitu ekstrak
memaksimalkan pengurangan emisi
kulit kayu mahoni. Ekstrak yang
formaldehida sehingga memenuhi
digunakan dalam sampel diperoleh
SNI 06-0060-1998.
dengan cara
serbuk kulit kayu
2
mahoni direndam di dalam ekstraktor o
berisi air panas (70-80 C) dengan perbandingan
bahan:air
kayu adalah 2-11 (Suhendra 1992).
1:3.
Kadar padatan ekstrak tanin
Ekstraksi dilakukan selama 3 jam
diperoleh rata-rata berkisar antara
dan selama proses campuran itu
0,20–0,80 % dengan rata-rata 0,46
selalu diaduk, setelah itu campuran
% (Tabel 1). Hasil ini menunjukkan
didinginkan dan disaring. Residu
jumlah partikel dalam ekstrak yang
diekstraksi
sangat
kembali
=
tanin memiliki pH yang aman untuk
seperti
sedikit,
hal
ini
dapat
sebelumnya sampai 2 kali. Ekstrak
dipengaruhi oleh keragaman bahan
yang diperoleh digunakan untuk
yang diteliti, yang antara lain terdiri
analisis fisiko kimia (uji visual, pH,
atas bagian kulit pohon yang diambil,
kadar
pengukuran
umur pohon saat dipanen, tempat
viskositas, penentuan bobot jenis,
tumbuh, ukuran partikel kulit yang
penentuan
dan
diekstrak, kadar air kulit, bahan
FTIR), pencampuran dengan perekat
pelarut dan metode ekstraksi yang
UF dan dianalisa fisiko kimia (uji
digunakan.
padatan,
visual,
bilangan
pH,
Stiasny
kadar
padatan,
viskositas,
penentuan
diperoleh nilai yang sangat rendah,
bobot jenis, masa gelatinasi dan
berkisar antara 1,0171-1,0410 PS
FTIR) serta aplikasi pada vinir dari
dengan rata-rata 1,0330 PS (Tabel 1).
perekat yang di buat dan dianalisa
Hasil
(kerapatan kayu lapis, kadar air kayu
viskositas berbanding lurus dengan
lapis, keteguhan rekat kayu lapis dan
kadar padatan yang didapatkan ( 0,46
emisi formaldehida) dari kayu lapis
%). Semakin rendah nilai viskositas
tersebut.
maka semakin rendah pula kadar
Hasil Dan Pembahasan
padatan yang didapatkan.
pengukuran
Viskositas
ini
ekstrak
menunjukkan
tanin
nilai
Secara fisik, ekstrak tanin
Bobot jenis ekstrak tanin dari
yang diteliti berupa cairan coklat
kulit kayu mahoni hasil penelitian
kehitaman yang memiliki tingkat
menunjukkan antara 1,0019-1,0023
keasaman netral (pH 7) dari tiga kali
g/ml dengan rata-rata 1,0022 g/ml
ulangan
(Tabel 1). Hasil ini menunjukkan
(Tabel
1),
hasil
ini
menunjukkan bahwa cairan ekstrak
3
bahwa bobot jenis ekstrak tanin
untuk ekstrak tanin dari kulit kayu
hampir sama dengan bobot jenis air.
mahoni, nilainya dipengaruhi oleh
Ekstrak tanin dari kulit kayu mahoni
yang
diteliti
kondisi kesegaran kulit kayu dan
memiliki
tempat tumbuh pohon. Bilangan
bilangan Stiasny yang berkisar antara
stiasny
mengindikasikan
66,67-80 % dengan rata-rata 73,34 %
kereaktifan
(Tabel 1). Hasil tersebut cukup tinggi
formaldehida.
tanin
tingkat terhadap
Tabel 1. Data Kuantitatif Ekstrak Tanin dari Kulit Kayu Mahoni BAHAN
Fisik
pH
Cokelat Ekstrak Kulit Kayu Mahoni kehitaman Cairan (Ekstrak Tanin) Rataan
UJI Kadar Padatan Viskositas (%) (PS)
senyawa
Bil.Stiasny (%)
7
0,40
1,0410
1,0019
66,67
7 7 7
0,80 0,20 0,46
1,0410 1,0171 1,0330
1,0023 1,0023 1,0022
80
standar) Identifikasi
Bobot Jenis (g/ml)
tanin
dalam ekstrak kulit kayu mahoni menggunakan FTIR memperlihatkan puncak-puncak gugus fungsi yang
yang
73,34
didominasi
oleh
senyawa eter (C-O) pada bilangan gelombang 1051
cm-1 dan
maupun
pada
fenolik
OH
bilangan
gelombang 3424 cm-1.
relatif sama dengan asam tanat (tanin
Gambar 1. Pita Serapan Spektrometer Inframerah Ekstrak Kulit Kayu Mahoni
4
Gambar 2. Pita Serapan Spektrometer Inframerah Tanin dan Asam Tanat (Mayra et al, 2012)
Gambar 3. Pita Serapan Spektrometer Inframerah Perekat TUF
Gambar 4. Pita Serapan Spektrometer Inframerah Perekat TUF+Resorsinol Tabel 2. Pita Serapan Spektrometer Inframerah Ekstrak Tanin, Perekat TUF dan 5
Perekat TUF+Resorsinol (TRF) No
Ekstrak
Perekat
Perekat
Standar Kisaran Pita
Tanin
TUF
TRF
Serapan*)
3424
3341
3336
3500-2500
2
2958
2961
3
1664
1655
1800-1650
Gugus karbonil (C=O)
1664
1655
1675-1500
Vibrasi cincin aromatik
1451
1439
1393
1392
1475-1300
Aldehida aromatik
1353
1353
1260
1257
1144
1133
1018
1018
1300-600
Gugus eter (C-O)
1
4
5
6
1621
1384
1051
Keterangan*)
Gugus OH -CH-
884
*)Sumber : (Hindriani, 2005) Hasil pengujian sifat fisikakimia
perekat
TUF
dengan
penambahan
resorsinol
dalam
tercantum
Tabel
3.
Tabel 3. Sifat Fisika-Kimia Perekat TUF+Resorsinol Parameter Kenampakan Bahan Asing Kadar Padatan (%) Viskositas (PS), 25° C Bobot Jenis (g/ml) pH Masa Gelatinasi
TUF0 C,M (-) 34,51 1,50 1,0986 8 4 Jam 18 Menit
TUF2,5 C,M (-) 34,80 0,35 1,1080 7 17 Menit
TRF TUF5 C,M (-) 35,20 0,33 1,1104 7 17 Menit
TUF7,5 C,M (-) 35,35 0,32 1,1105 7 23 Menit
TUF10 C,M (-) 35,40 0,26 1,1135 7 27 Menit
Standar Perekat PF* C,M (-) 40-45 1,3-3,0 1,16-1,20 10,0-13,0
Keterangan : *) Sumber : SNI (1998) C,M
: Coklat Kemerahan
(-) : Tidak ada Uji visual dan keberadaan
perekat
TRF
mempunyai
warna
benda asing dalam perekat TRF
coklat tua kemerahan dan tidak
dilakukan
ditemukannya
dengan
mengamati
langsung perekat TRF yang dibuat. Hasil
pengamatan
adanya
zat
asing.
Warna kemerahan disebabkan oleh
menunjukkan
6
zat pewarna yang terdapat pada urea
melarutkan resosrsinol adalah air
yang di beli di pasaran.
(H2O). Air yang memiliki viskositas
Kadar
padatan
perekat
mengidentifikasi banyaknya jumlah
rendah berpengaruh terhadap nilai viskositas perekat TUF.
partikel dalam perekat. Semakin banyak
partikel
perekat
yang
Bobot cenderung
jenis
perekat
meningkat
dengan
bereaksi dengan kayu pada proses
bertambahnya resorsinol (Tabel 3),
perekatan
meningkatkan
hal ini sejalan dengan pernyataan
keteguhan rekatnya. Dari hasil yang
Cowd (1991) yang mengemukakan
didapatkan
bahwa pengembangan
memiliki
akan
diketahui kadar
TUF10
padatan
kekristalan
yang
diikuti oleh peningkatan massa jenis.
tertinggi yaitu 35,40 %, walaupun
Hasil ini masih lebih rendah dari
menurut SNI (1998) hasil ini masih
standar SNI (1998) yang ditetapkan
lebih rendah (40-45 %).
yaitu 1.16 g/ml.
Nilai Viskositas berpengaruh terhadap
perekat
kondisi netral (pH ±7), dengan
menembus pori-pori kayu dan juga
maksud untuk menciptakan kondisi
pada masa simpan perekat. Perekat
yang
dengan viskositas tinggi mempunyai
(Suhendra 1992). Namun menurut
masa simpan yang singkat karena
Santoso (2003), pH akhir dari proses
lebih cepat mengeras dan kualitas
pembuatan perekat pada umumnya
perekatannya menjadi lebih rendah.
dibuat dalam kondisi asam atau basa,
Hasil yang didapatkan yaitu TUF0 =
hal
1,50 PS, TUF2,5 = 0,35 PS, TUF5 =
perekat
0,33 PS, TUF7,5 = 0,32 PS, TUF10
setengah matang sehingga memiliki
= 0,26 PS, hasil ini masih lebih
masa simpan yang relatif lama,
rendah dibandingkan standar SNI
karena
(1998) (1,3 - 3,0 PS). Semakin
polimerisasi berlangsung terus dalam
banyak
maka
kondisi setengah matang sampai
viskositas
seluruh reaktan bereaksi sempurna,
(Tabel 3), dalam hal ini pelarut yang
seiring dengan berjalannya waktu
digunakan yang digunakan untuk
dan kondisi penyimpanan. Resorsinol
semakin
kemampuan
Perekat TRF dibuat pada
pelarut rendah
digunakan nilai
aman
tersebut yang
pada
untuk
kayu
dimaksudkan memang
umumnya
2-11
agar dibuat
proses
7
yang
bersifat
asam,
dapat
pengerasan
dengan
waktu
yang
menurunkan kadar keasaman dari
cukup singkat yaitu TUF2,5 = 17
perekat TUF. Hal ini dapat terlihat
menit, TUF5 = 17 menit, TUF7,5 =
pada (Tabel 3), pH ekstrak tanin
23 menit, TUF10 = 27 menit.
yang sedikit basa (pH 8) dengan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penambahan resorsinol menjadi pH
resorsinol
7.
masa simpan dari perekat tanin urea
yang
berpengaruh
terhadap
Masa gelatinasi adalah waktu
formaldehid dari ekstrak kulit kayu
diperlukan
untuk
mahoni. Resorsinol yang memiliki
diperoleh
titik didih 277 °C berpengaruh
mengeras,
hasil
perekat yang
terlihat bahwa perekat yang tidak
terhadap
proses
ditambahkan resorsinol TUF0 lebih
perekat TUF.
gelatinasi
dari
lama untuk mngalami pengerasan
Mutu kayu lapis diuji melalui
yaitu 4 jam 18 menit, sedangkan
penentuan kerapatan kayu lapis,
semua
kadar air, keteguhan rekat dan emisi
perekat
yang
telah
ditambahkan resorsinol mengalami
formladehida.
Tabel 4. Aplikasi Pada Kayu Lapis Analisa
TUF0
TUF2,5
TUF5
TUF7,5
TUF10
Kerapatan Kayu Lapis (gram/cm³) Kadar Air Kayu Lapis (%) Keteguhan Rekat Kayu Lapis (Kg/cm²) Formaldehida bebas (%) Emisi Formaldehida (mg/L)
0,2696
0,2638
0,2579
0,2480
0,2420
7,95
7,93
7,41
8,18
8,35
14%
5,01525
5,1435
6,36725
7,104
10,8825
>10 Kg/cm²
0,0299
0,0164
0,0048
0,0041
0,0282
1%
1,51x10¯6
2,77x10¯6
0,5 mg/L
2,30x10¯6 2,20x10¯6 1,28x10¯6
Kerapatan kayu lapis diuji dengan
mengukur
Kadar air yang didapatkan
dan
dari seluruh kayu lapis berkisar
menimbang kayu lapis tersebut, hasil
antara 7,41-8,35 %. Nilai kadar air
yang didapatkan kerapatan kayu lapis
kayu lapis memenuhi persyaratan
berkisar
standar karena kurang dari 14%
antara 3
gram/cm . memenuhi
Nilai
dimensi
SNI 1998 0,5 gram/cm³
0,2420-0,2696 kerapatan
persyaratan
ini
(SNI,
1999).
Dengan
demikian
standar
ditinjau dari kadar airnya, semua
karena kurang dari 0,5 gram/cm3
kayu lapis yang dibuat memenuhi
(JIS, 2003).
persyaratan SNI (1999). 8
Keteguhan
uji
rekat
Hasil pengujian menunjukkan bahwa
digunakan unuk mengetahui kualitas
formaldehida bebas
perekat
dalam reaksi kondensasi TRF pada
yang
digunakan
dalam
yang terjadi
mengikat venir, dengan penambahan
berbagai
resorsinol keteguhan rekat kayu lapis
dalam batas aman karena kurang dari
meningkat seiring dengan semakin
1 % seperti yang disyaratkan bagi
banyak resorsinol yang ditambahkan.
perekat fenolik yang mengandung
Uji basah tidak dilakukan karena
formaldehida (SNI 1998).
pada proses perendaman, kayu lapis
komposisi,
Perekat
seluruhnya
yang
memakai
lepas semua, untuk uji kering data
formaldehida dalam campurannya
yang didapat yaitu TUF0 = 5,0153
mengemisikan
Kg/cm2, TUF2,5 = 5,1435 Kg/cm2,
udara. Emisi formaldehida adalah
TUF5 = 6,3673 Kg/cm2, TUF7,5 =
jumlah
2
formaldehida
formaldehida
yang
7,1040 Kg/cm , TUF10 = 10,8825
dilepaskan
Kg/cm2. Perekat dengan penambahan
menggunakan perekat formaldehida.
resorsinol 10 %, memenuhi standar
Timbulnya emisi formladehida pada
SNI (1998) yaitu > 10 Kg/cm2.
produk yang menggunakan perekat
Penambahan resorsinol berpengaruh
yang
terhadap keteguhan rekat kayu lapis.
sangatlah tidak diinginkan, karena
Kadar
formaldehida
bebas
dalam
oleh
ke
produk
mengandung
jumlah
yang
formladehida
tertentu
dapat
menggambarkan adanya kelebihan
memberikan pengaruh negatif bagi
formaldehida yang tidak bereaksi
kesehatan. Emisi formaldehida yang
dalam pembentukan suatu polimer
berlebihan
(SNI 1998). Penetapan ini dilakukan
menyebabkan
dengan tujuan mengetahui jumlah
selaput mata, hidung, tenggorokan
kelebihan formaldehida yang tidak
dan menurunkan daya penciuman
bereaksi dalam pembentukan resin
serta gangguan sirkulasi udara dalam
TRF, dan tingkat emisi yang terjadi
pernafasan (Roffael, 1993). Tabel 4
sebagai akibat formaldehida yang
menunjukan
dilepaskan. Tabel 4 menunjukkan
didapat setelah di analisa. Hasil
tingkat formaldehida bebas yang
penelitian pada kayu lapis yang
bervariasi hasil dari pengukuran.
menggunakan perekat TRF dengan
bagi
manusia
ganguan
kadar
akan
terhadap
emisi
yang
9
kadar
resorsinol
yang bervariasi
pengujian kadar padatan, viskositas,
menghasilkan emisi berkisar antara
bobot jenis, pH, emisi formaldehida,
-6
-6
1,51 x 10 – 2,77 x 10 mg/L, hasil
formaldehida bebas dan keteguhan
ini memenuhi persyaratan standar
rekat kayu lapis. Sedangkan dalam
karena kurang dari 0,5 mg/L (SNI,
pengujian kadar air kayu lapis dan
1998). Menurut Hindriani (2005),
kerapatan kayu lapis menurut hasil
tingkat
analisis tidak terlalu berpengaruh
emisi
berbanding
formaldehida
terbalik
dengan
namun
untuk
standar
yang
meningkatnya jumlah mol fenol,
disyaratkan masih memenuhi standar
sehingga dengan semakin banyaknya
yang ditetapkan. Hal ini terlihat pada
penambahan resorsinol maka emisi
Tabel 5, F hitung dari kadar air kayu
formaldehida semakin berkurang.
lapis dan kerapatan kayu lapis lebih
Penggunaan resorsinol pada
rendah dari F tabel 0,05.
perekat TUF berpengaruh nyata pada Tabel 5. Hasil Uji Statistik Data Pengujian Perekat TUF dengan Penambahan Resorsinol. Analisis
F Hitung
Solid Content Viskositas Bobot Jenis Ph Kadar Air Kayu Lapis Kerapatan Emisi Formaldehida Formaldehida Bebas Keteguhan Rekat Simpulan
8,27 4878,62 7,25 65535,00 0,49 1,77 4,90 459,48 36,66
Karakteristik perekat yang dibuat dari ekstrak kulit kayu mahoni cukup baik dalam penggunaannya
F Tabel Keterangan 0,05 3,48 Berpengaruh Nyata 3,48 Berpengaruh Nyata 3,48 Berpengaruh Nyata 3,48 Berpengaruh Nyata 5,19 Tidak Berpengaruh Nyata 5,19 Tidak Berpengaruh Nyata 3,06 Berpengaruh Nyata 5,19 Berpengaruh Nyata 3,06 Berpengaruh Nyata tipe II (tidak tahan terhadap udara luar seperti air dan kelembaban udara terbuka). Penambahan
resorsinol
pada kayu lapis, namun dalam
dengan sangat nyata mempengaruhi
aplikasinya perekat yang dibuat dari
keteguhan rekat dari kayu lapis.
ekstrak
mahoni
Semakin banyak resorsinol yang
dikategorikan sebagai kayu lapis
ditambahkan, keteguhan rekat kayu
kulit
kayu
10
lapis
akan
semakin
tinggi.
resorsinol
berpengaruh
nyata
Penambahan resorsinol 10 % pada
terhadap kadar emisi kayu lapis.
perekat
Saran
tanin
urea
formaldehida
(TUF10) memenuhi standar yaitu 10,8825
Kg/cm²
(SNI,
1998).
Perekat
tanin
urea
formladehida dengan penambahan
Kualitas perekat TUF akan semakin
resorsinol
baik seiring dengan penambahan
memenuhi persyaratan standar (SNI,
resorsinol. Penambahan resorsinol
1998) untuk keteguhan rekat pada
mempengaruhi
kayu lapis, penggunaan resorsinol
kadar
emisi
pada
formaldehida yang dilepaskan oleh
dapat
kayu lapis mahoni, terlihat dalam
keteguhan rekat kayu lapis.
statistik
bahwa
lebih
penelitian
meningkatkan
ini
nilai
penambahan
Daftar Pustaka Cowd M A. 1991. Kimia Polimer. Terjemahan. ITB. Bandung.
and Phenol-based Adhesived.
Hindriani, Heny. 2005. Sintesis Dan Pencirian
Spesies Using Tannin, Lignin
Nusa Kimia Journ. Vol. 6 No.
Kopolimer
Tanin
Formaldehida
Dari
Mayra A, Pantoja S. Dan Horacio G.
Ekstrak Kulit Pohon Mangium
R. 2012. Study by Infrared
(Acacia
Spectroscopy
Fenol
Mangium)
Serta
1:24-29.
and
Aplikasinya Sebagai Perekat
Thermogravimetric Analysis og
Papan Partikel. Tesis. Sekolah
Tannin
Pasca Sarjana Institut Pertanian
Universidad Michoacana De
Bogor.
San
Japanese Industrial Standard (JIS). 2003. Particleboards. JIS A 5908.
Japanese
Standards
Association. Tokyo.
Emission
of
Laminated Wood from Three Forest
Plantation
Tannic
Nicolas
De
Acid.
Hidalgo:
Michoacan. Roffael,
E.
1993.Formaldehyde
Release From Particleboard and Other Wood Based Panels.
Malik, J. & A. Santoso, 2006. Formaldehyde
and
Wood
Forest
Research
Institute.
Malaysia. Kuala Lumpur. Santoso
A.
Pencirian
2003.
Sintesis
Resin
dan
Lignin
11
Resorsinol Formaldehida untuk Perekat Kayu Lamina. Program Pascasarjana
IPB.
Bogor.
Disertasi (Tidak diterbitkan). Santoso, Adi dan P Sutigno. 2004. Pengaruh Fumigasi Amonium Hidroksida
Terhadap
Emisi
Formaldehida Kayu Lapis dan Papan
Partikel.
Jurnal
Penelitian Hasil Hutan Vol. 22 (1): 9–16. Standar Nasional Indonesia (SNI). 1998. Urea Formaldehida Cair Untuk Perekat Kayu Lapis. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. Standar Nasional Indonesia (SNI). 1999.
Emisi
pada
Panel
Formaldehida Kayu.
Standardisasi
Badan
Nasional.
Jakarta. Suhendra
A.
1992.
Pembuatan
Perekat Lignin Hasil Isolasi Larutan Sisa Pemasak Pulp. FATETA. IPB. Bogor. Skripsi (Tidak diterbitkan).
12