PENYELIDIKAN REE DAN MINERAL IKUTAN DI DAERAH USULAN WPR KABUPATEN BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Kaswan Budiharyanto, Moe'tamar, Trisa Mulyana Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Keterdapatan unsur tanah jarang (UTJ) atau rare earth elements (REE) di Indonesia ditemukan dalam mineral-mineral seperti zirkon, monasit dan xenotim. Mineral ini ditemukan sebagai produk sampingan penambangan timah dan emas. Berpijak pada tugas dan fungsi PSDG (Pusat Sumber Daya Geologi) sebagai pusat penyedia informasi mineral bahan tambang, maka pada tahun anggaran 2015 telah dilakukan penyelidikan Rare Earth Elements (REE) dan mineral ikutan di daerah usulan WPR Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kegiatan ini atas permohonan Pemerintah Kabupaten Bangka. Kegiatan penyelidikan ini dilakukan dengan menggunakan alat bor dormer, channel sampling meliputi 4 wilayah kecamatan yaitu; Kecamatan Belinyu, Riau Silip, Pemali dan Merawang dengan luas daerah usulan WPR + 3,755 Ha, dibatasi dengan koordinat 105° 40′ s/d 106° 10′ BT dan -1° 30′ s/d -2° 20′ LS. Berdasarkan hasil analisis conto mineral butir terhadap 227 conto konsentrat dulang hasil pengeboran menunjukkan penyebaran mineral beragam dengan dominan mineral kuarsa, ilmenit dan kasiterit. Selain itu teridentifikasi pula mineral-mineral REE seperti monasit, zirkon dan mineral berat lainnya (magnetit). Hasil analisis laboratorium kimia metode ICP terhadap 210 conto diketahui seluruh lokasi dari beberapa conto bor dan channel sampling, yang terdapat peninggian unsur UTJ dibanding dengan Kelimpahan Unsur Tanah Jarang (UTJ) dalam Kerak Bumi adalah Unsur Nb rata-rata antara 82 ppm - 295 ppm, sedangkan di kerak bumi rata-rata 20 ppm, unsur tanah jarang lainnya berada dibawah Kelimpahan Unsur Tanah Jarang (UTJ) dalam Kerak Bumi (unsur Sc, Y, La, Ce, Pr, Nd, Pm, Sr, Eu, Gd, Tb, Dy, Ho, Er, Tm, Yb, Lu ). Untuk Unsur Sn terdapat peninggian kandungan yaitu rata-rata antara 3,75 ppm - 79 ppm sedangkan di kerak bumi rata-rata 2 ppm. Berdasarkan hasil penyelidikan ini tidak ditemukan komoditas UTJ yang menonjol namun dalam jumlah kecil bersama-sama dengan komoditas lainnya. Dari hasil deteksi Radio aktif dengan menggunakan alat Radiometri Gamma Surveyor II menunjukkan unsur Uranium (U) dan Thorium (Th) semua sample berada di bawah Kelimpahan Unsur Radio Aktif dalam kerak Bumi, dengan demikian di daerah penyelidikan tidak prospek untuk unsur radio aktif unsur U dan Th. Oleh karena itu usulan WPR harus mempertimbangkan semua komoditas yang ada secara terpadu (timah, besi, dll). Namun masih perlu penyelidikan detail.
PENDAHULUAN Latar Belakang Investasi di bidang eksplorasi mineral untuk unsur tanah jarang (UTJ) atau rare earth elements (REE) sudah lama dilakukan oleh negara-negara maju karena kegunaannya sebagai bahan baku industri berteknologi tinggi. Meskipun kebutuhan industri terhadap UTJ relative kecil dalam tonase, tetapi sangat penting untuk keragaman dan pengembangan aplikasi teknologi tinggi (Keith R., 2010). Produk dari industri berteknologi tinggi sudah dipakai oleh hampir sebagian besar orang Indonesia di perkotaan sampai pedesaan. Salah satu produk yang dipakai oleh kebanyakan orang adalah perangkat alat komunikasi seluler yang sebagian komponennya berasal dari UTJ. Pulau Bangka sejak dahulu dikenal sebagai daerah penghasil bahan galian timah endapan aluvial. Penambangan timah endapan aluvial di daerah ini telah berlangsung lama, dimulai oleh Bangsa Cina, kemudian Bangsa Belanda, selanjutnya dilakukan oleh perusahaan dan masyarakat setempat. Endapan aluvial timah yang diantaranya mengandung UTJ seperti : zirkon (ZrSiO4), xenotim (YPO4), monazit (Ce, La,Nd,Th)PO4. Maksud dan Tujuan Maksud kegiatan penyelidikan ini adalah untuk memperoleh data dan informasi potensi bahan galian UTJ (unsur tanah jarang) di daerah usulan WPR Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tujuan kgiatan penyelidikan adalah untuk memberikan rekomendasi keprospekan UTJ yang akan dijadikan sebagai dasar usulan WPR Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Lokasi Kegiatan Kegiatan dilaksanakan di daerah usulan WPR Kabupaten Bangka (gambar 1), yang meliputi 4 wilayah kecamatan yaitu; Kecamatan Belinyu, Riau Silip, Pemali dan Merawang dengan luas daerah usulan WPR + 3,755 Ha, dibatasi dengan koordinat 105° 40′ s/d 106° 10′ BT dan 1° 30′ s/d -2° 20′ LS. Daerah penyeldikan terletak di luar wilayah PT.Timah (Gambar 2 dan 3). METODOLOGI Metodologi penyelidikan dapat dibagi menjadi 4 tahapan yaitu : 1. Pengumpulan Data Sekunder, tahapan ini dilakukan sebelum lapangan mencakup studi literatur (mempelajari laporan-laporan terdahulu), penyediaan peta tofografi dan peta geologi regional daerah kerja, penyedian peralatan kerja serta perencanaan biaya. 2. Pengumpulan Data Primer dan Pemercontoan; berupa pengeboran dengan bor Doormer pada endapan aluvial dan pemercontoan dengan cara channel sampling pada bukaan tambang. 3. Analisis Laboratorium; meliputi analisis mineralogi butir dan Inductively Coupled Plasma (ICP) di Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi-Bandung. Pengukuran geofisika radiometrii untuk analisis Uranium dan Thorium dengan menggunakan alat Gamma Surveyor II di Pusat Sumber Daya Geologi. 4. Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan. GEOLOGI UMUM Geologi Regional Penyelidikan terdahulu U. Margono dkk., 1995, menjelaskan satuan batuan tertua adalah batuan Metamorf Kompleks Pemali (CPp) berumur Paleo-Perm yang terdiri dari batuan filit, sekis dengan sisipan
kuarsit serta lensa-lensa batugamping. Diabas Penyambung merupakan batuan berumur lebih muda (Permo-Trias (PTrd) dari Kompleks Pemali, terdiri dari batuan diabas dan menerobos Kompleks Pemali; dimana diabas ini kemudian diterbos batuan Granit Klabat (TrJkg). Pada awal Trias, bersamaan dengan pembentukan Diabas Penyabung terbentuk Formasi Tanjung Genting (Trt) terdiri dari perselingan batupasir malihan, batupasir, batupasir lempung dan batupasir dengan lensa-lensa batugamping; tersebar sangat luas meliputi hampir seluruh bagian Pulau Bangka. Pada Trias Akhir hingga pertengahan Jura, aktifitas magma membentuk Granit Klabat (TrJkg) yang menerobos semua satuan batuan terdahulu. Pada Kala Pliosen diendapkan Formasi Ranggam (TQr) yang terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung, sementara pada Zaman Kuarter (Kala Holosen) terbentuk endapan Aluvium (Gambar 4). Strukur Struktur yang teramati di di Lembar Bangka adalah kelurusan, lipatan dan sesar. Kelurusan terutama pada granit dengan arah beragam. Lipatan terdapat pada satuan batupasir dan batulempung Formasi Tanjung Genting dan Formasi Ranggam dengan kemiringan antara 180 750. Sumbu lipatan berarah TimurlautBaratdaya. Dua jenis sesar yang berkembang adalah sesar mendatar dan sesar normal. Sesar mendatar berarah Timurlaut-Baratdaya, sedangkan sesar normal Baratlaut-Tenggara. Kegiatan tektonik ditafsirkan berlangsung sejak Perem yang ditandai dengan terbentuknya Kompleks Malihan Pemali (CPp). Pada Trias Awal terjadi penurunan dan pengendapan Formasi Tanjung Genting (TRt) dalam lingkungan laut dangkal.
Mulai Miosen Tengah-Pliosen Awal pengendapan berlangsung dengan terbentuknya Formasi Ranggam (TQr) di lingkungan fluvial. Selanjutnya pengangkatan, pedataran dan pengendapan aluvium di sungai, rawa dan pantai berlangsung pada Holosen. Sumber Daya Bahan Galian Kabupaten Bangka kaya akan bahan galian tambang dan sektor pertambangan merupakan salah satu sektor andalan karena hampir seluruh wilayah Bangka terdapat bahan galian tambang seperti timah dan bahan tambang lainnya dengan cadangan yang relatif masih besar. Produksi pengolahan bijih timah (logam timah) di Kabupaten Bangka pada tahun 2011 sebanyak 8.916,024 MTon, Sedangkan produksi bijih timah sebanyak 7.910,600 Ton Sn (Sumber : Kabupaten Bangka Dalam Angka Tahun 2012). PEMBAHASAN Geologi Daerah Penyelidikan Daerah penyelidikan didominasi oleh pelapukan batuan Granit Klabat (Blok 1) dan didominasi oleh Endapan Aluvial (Blok 2) endapan ini merupakan sebagai pembawa bijijh timah. Ketebalan endapan aluvial ini dapat mencapai lebih 15 meter dan sebarannya cukup luas. Sebaran endapan ini umumnya terdapat pada lembah-lembah dan penyebaran di daerah Usulan WPR meliputi daerah BubusBelinyu, Riau Silip, Pemali dan Merawang. Blok 1 Di lokasi WPR 2, WPR 4, WPR 5, WPR 6, WPR 7, WPR 8, WPR 9, menempati pelapukan batuan Granit Klabat, sedangkan WPR 1, WPR 3, WPR 11, WPR 12, WPR 13 terletak pada pelapukan batuan malihan komplek pemali untuk WPR 10 sebagian menempati endapan aluvial (Gambar 5).
Blok 2 Berbeda pada blok 2 lokasi WPR didominasi pada endapan aluvial (WPR 15, WPR 16, WPR 17, WPR 18) pada WPR 14 menempati pelapukan batuan Granit Klabat sedangkan WPR 19 pada pelapukan batuan meta sedimen (Gambar 6). Hasil pemercontoan dengan menggunakan alat bor dormer di daerah Bubus (WPR1BH01) endapan aluvial terdiri dari lepung pasiran warna coklat kehitaman halus hingga sedang tebal 0,00 - 1,00 meter. Lempung pasiran berwarna abu kecoklatan, plastis, halus hingga sdang tebal 1,00 - 2,00 meter. Lempung pasiran berwarna abu-abu terang, plastis, halussedang, pada kedalaman 2,20-2,50 meter ditemui lempung warna putih. Sedangkan pada conto chanel sampling di daerah Gunung Muda (WPR.10/CH02) endapan aluvial tersusun lempung pasiran hingga kerikil berwarna coklat kemerahan (0,00-1,00 m), lempung pasiran warna coklat kemerahan (1,002,00 m), lempung pasiran hingga kerikilan (fragmen skis) warna coklat kekuningan (2,00-3,00 m), lempung pasiran hingga kerikilan kerakal warna coklat kekuningan (3,00-4,00 m), lapisan kuarsit warna putih susu, lempung dominan berwarna putih kotor (4,00-5,00 m), lapisan kuarsit warna putih susu, lempung dominan berwarna putih kotor sebagian warna kecoklatan (5,00-6,00 m), kaolin/ lempung warna putih kecoklatan sisipan kuarsit (6,00-7,00 m), kaolin sebagai kong (7,00-8,00 m). HASIL ANALISIS Mineralogi Butir Hasil analisis conto mineral butir terhadap 227 conto konsentrat dulang menunjukkan penyebaran mineral beragam dengan dominan mineral kuarsa, ilmenit dan kasiterit. Selain itu teridentifikasi pula mineral-mineral lainnya seperti magnetit, zirkon, piroksen, ampibol, oksida besi, dan monasit (Gambar 6a) .
Hasil analisis conto bor (Tabel 1) menunjukkan presentasi kandungan mineral kasiterit, ilmenit, kuarsa dan oksida besi teridentifikasi sangat bervariasi dan tidak merata pada setiap lubang bor. Sedangkan kandungan mineral selain kuarsa teridentifikasi dengan presentasi trace pada setiap lubang bor.
Kuarsa Ilmenit
Monasi t
Kasiter it Oks.be si
Gambar 6a. WPR.04/BH.03 (0-1M) Perbesaran 35.5x. Butiran Kuarsa, tidak berwarna, transparan, Kasiterit, coklathitam, kilap lilin, Ilmenit, hitam metalik, Monasit, coklat muda, kilap lilin, Oks.besi, coklat kemerahan, kusam. Tabel 1. Hasil Analisis Mineral Butir Conto Bor Blok 1 (WPR-1 2 (WPR-14 Mineral sd 13) sd 19) (%) (%) Magnetit 0 - Trace 0 Ilmenit Trace Trace Kuarsa 20,10 - 100 12,70 - 100 Zirkon 0 - Trace 0 - Trace 77,30 Piroksen 0 -100 Trace Amfibol 0 – 2,10 0 - Trace Oksida Trace 0 - 79,87 besi 87,30 Kasiterit 0 – 0,01 0 - 0,02 Monasit 0 - Trace 0 - Trace Leukosen 0 - Trace 0 - Trace
Dengan melihat tabel di atas maka kekayaan mineral khususnya mineral kasiterit, monasit dan ilmenit setiap lobang bor mempunyai nilai 0 % hingga trace, setiap WPR yang terdiri dari beberapa lubang bor maupun setiap blok yang terdiri dari beberapa WPR menjadi nihil atau tidak prospek untuk mineral tersebut di atas. Unsur Tanah Jarang Hasil analisis Inductively Coupled Plasma (ICP) lengkap 210 conto dari pemboran dan channel sampling pada bukaan/singkapan di lapangan, terkandung kisaran nilai unsur tanah jarang (UTJ). Dari hasil analisis laboratorium kimia metode ICP (Tabel 2), diketahui seluruh lokasi usulan WPR yang terdiri dari beberapa bor, yang terdapat peninggian unsur UTJ dibanding dengan Kelimpahan Unsur Tanah Jarang (UTJ) dalam Kerak Bumi adalah Unsur Nb rata-rata antara 82 ppm - 295 ppm sedangkan di kerak bumi rata-rata 20 ppm, unsur tanah jarang lainnya berada dibawah Kelimpahan Unsur Tanah Jarang (UTJ) dalam Kerak Bumi (unsur Sc, Y, La, Ce, Pr, Nd, Pm, Sr, Eu, Gd, Tb, Dy, Ho, Er, Tm, Yb, Lu ). Untuk Unsur Sn terdapat peninggian kandungan yaitu rata-rata antara 1,11 ppm - 79 ppm sedangkan di kerak bumi rata-rata 2 ppm. Tabel 2. Hasil analisis Inductively Coupled Plasma (ICP) Conto Bor Blok Unsur Tanah 1 (WPR-1 2 (WPR-14 Jarang sd 13) sd 19) (UTJ) (ppm) (ppm) 10,75 16,51 Ce 48,15 47,65 Dy 0,14 - 0,59 0,31 - 0,54 Eu 0,04 - 0,47 0,13 - 0,70 Gd 1,69 - 9,56 3,49 - 10,09 0,00 Ho 0,00 - 0,08 15,45 0,64 – La 8,95 - 24,66 15,92
Unsur Tanah Jarang (UTJ) Lu Nb Nd Pr Sc Sm Ta Tb Tm Y Yb Sn
Blok 1 (WPR-1 2 (WPR-14 sd 13) sd 19) (ppm) (ppm) 0,27 0,71 - 1,89 200,82 82,60 – 103,25 295,71 255,60 1.32 - 8,65 5,06 - 14,56 0,56 - 10,94 4,23 - 14,56 0,57 - 17,25 3,97 - 12,75 0,29 - 1,96 1,09 - 3,20 0,28 - 2,70 0,96 - 4,38 0,34 - 2,15 0,87 - 2,57 0,00 - 0,03 0,00 - 0,03 0,80 - 10,47 4,30 - 8,06 0,44 - 0,71 0,99 - 1,61 1,11 - 73,43 3,75 - 79,23
Kandungan Radioaktif Untuk mengetahui kandungan unsur Uranium (U) dan Thorium (Th) dilakukan deteksi dengan metode pengukuran radiometrii pada conto tanah hasil pemboran sebanyak 225 conto tanah. Dari hasil pengukuran radiometri dengan menggunakan alat Geofisika Radiometri Gamma Surveyor II (Tabel 3) menunjukkan unsur Uranium (U) dan Thorium (Th) semua sample berada di bawah Kelimpahan Unsur Radio Aktif dalam kerak Bumi, dengan demikian di daerah penyelidikan tidak prospek untuk unsur radio aktif unsur U dan Th. Tabel 3. Hasil deteksi Geofisika Rariometri Gamma Surveyor II Unsur Tanah Jarang (UTJ) Unsur Radio aktif Lokasi Uranium Thorium (Blok (U) (Thoo) WPR) (ppm) (ppm) WPR.01 2,33 - 5,65 7,15 - 10,96 WPR.02 1,58 - 6,57 8,43 - 11,99 WPR.03 1,24 - 6,45 5,17 - 11,26 WPR.04 2,28 - 6,11 6,01 - 10,82 WPR.05 1,86 - 7,43 6,70 - 10,16
Lokasi (Blok WPR) WPR.06 WPR.07 WPR.08 WPR.09 WPR.10 WPR.11 WPR.12 WPR.13 WPR.14 WPR.15 WPR.16 WPR.17 WPR.18 WPR.19
Unsur Radio aktif Uranium Thorium (U) (Thoo) (ppm) (ppm) 1,58 - 6,77 8,96 - 11,87 1,26 - 6,10 7,84 - 10,81 0,74 - 6,46 7,24 - 11,20 1,34 - 5,98 7,37 - 11,11 1,35 - 6,39 7,02 - 11,44 1,71 - 6,04 7,02 - 12,00 1,79 - 5,81 7,54 - 12,26 1,05 -7,00 7,28 -10,96 1,25 - 6,43 6,49 - 9,20 1,60 - 6,29 7,29 - 10,53 1,20 - 6,30 7,90 - 11,59 1,49 - 6,70 7,06 - 12,29 1,97 - 6,66 7,46 - 11,11 1,23 - 7,12 7,25 - 11,29
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil kegiatan pengeboran REE dan mineral ikutan di daerah usulan WPR Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang meliputi Kecamatan Belinyu, Riau Silip, Pemali dan Merawang disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil pengeboran menunjukkan penyebaran kandungan mineral beragam dengan dominan mineral
kuarsa, ilmenit dan kasiterit. Mineralmineral lain seperti magnetit, zirkon, piroksen, ampibol, oksida besi, dan monasit terdapat sedikit. 2. Kelimpahan Unsur Tanah Jarang (UTJ) berada dibawah Kelimpahan Unsur Tanah Jarang (UTJ) dalam Kerak Bumi (unsur Sc, Y, La, Ce, Pr, Nd, Pm, Sr, Eu, Gd, Tb, Dy, Ho, Er, Tm, Yb, Lu ). Untuk Unsur Sn terdapat peninggian kandungan yaitu rata-rata antara 3,75 ppm - 79 ppm sedangkan di kerak bumi rata-rata 2 ppm. 3. Dari hasil pengukuran radiometri dengan menggunakan alat Radiometri Gamma Surveyor II menunjukkan unsur Uranium (U) dan Thorium (Th). semua sample berada di bawah Kelimpahan Unsur Radio Aktif dalam kerak Bumi (Tabel 3), dengan demikian di daerah penyelidikan tidak prospek untuk unsur radio aktif unsur U dan Th. Akan tetapi secara tidak merata ditemukan UTJ dan mineral lain dalam jumlah kecil. Saran Secara umum WPR tidak prospek dikembangkan untuk unsur tanah jarang (UTJ), akan tetapi harus bersama mineral ikutan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA T. Islah., 2002, Pengawasan Pemantauan dan Evaluasi Konservasi Sumber Daya Mineral Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung. Danny Z H., 2005, Pemantauan dan Evaluasi Konservasi Sumber Daya Mineral Daerah Bangka Tengah, Provinsi Bangka-Belitung, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung. D. Widhiyatna., 2006, Inventarisasi Potensi Bahan Galian Pada Wilayah PETI di Daerah Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung. Suhandi., 2009, Penyelidikan Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan di Wilayah Usaha Pertambangan Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. Y. Pertamana., 2010, Penelitian Konservasi Bahan Galian di Wilayah Bekas Tambang Menggunakan Citra Satelit Di Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Keith R. Long, Bradley S. Van Gosen, Nora K. Foley and Daniel Cordier, 2010, The Principal Rare Earth Element Deposits of the United States—A Summary of Domestic Deposits and a Global Perspective, U.S. Geological Survey, Reston, Virginia. Rohmana, Jaenudin J, Djabar F, Sukaesih., 2012, Pemboran Untuk Penyelidikan Mineral ikutan dan Unsur Tanah Jarang Daerah Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. Rohmana, Jaenudin J, Agung N L, Handayani T., 2013, Pemboran Untuk Penelitian Mineral Ikutan dan Unsur Tanah Jarang di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. Kabupaten Bangka Dalam Angka Tahun 2012.
Gambar 1. Peta Lokasi Kesampaian Daerah
Gambar 2. Peta Lokasi Bor Blok 1, Usulan WPR Kabupaten Bangka (13 WPR)
Gambar 3. Peta Lokasi Bor Blok 2, Usulan WPR Kabupaten Bangka (6 WPR)
Gambar 4. Peta Geologi Regional Kabupaten Bangka (Sumber Peta : P3G, 1995)
Gambar 5. Peta Geologi Daerah Penyelidikan WPR Blok-1
Gambar 6. Peta Geologi Daerah Penyelidikan WPR Blok-2
Gambar 7. Peta anomali Unsur Nb, Lokasi Bor Blok 1, Usulan WPR Kabupaten Bangka (13 WPR)
Gambar 8. Peta Anomali Unsur Nb, Lokasi bor Blok 2, Usulan WPR Kabupaten Bangka (6 WPR)
Gambar 9. Sebagian Peralatan Bor Doormer
Gambar 10. Pengambilan Conto Bor Menggunakan Bor Doormer
Gambar 11. Pengukuran Volume dan Penyaringan Conto Bor
Gambar 13. Deskripsi dan Pengambilan Conto Secara Channel Sampling
Gambar 12. Conto Bor Didulang Untuk Mengambil Konsentratnya
Gambar 14. Kegiatan Pengolahan Tailing Menggunakan Sluice Box Oleh Masyarakat Setempat di Daerah Penyamun, Kabupaten Bangka