PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU MELALUI SUPERVISI PENDIDIKAN 1)
Fathul Fauzi 1) Tenaga Pengajar STAI An Najah Surabaya Abstrak : Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Selain itu juga guru merupakan komponen pendidikan yang sangat berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar dan sangat menentukan keberhasilan program pendidikan di sekolah. Kedudukan guru merupakan posisi yang penting dalam dunia pendidikan khususnya di lembaga pendidikan formal, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru. Keberadaan guru profesional akan memberikan dukungan maksimal terhadap semua komponen sekolah, oleh karena itu upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru yang dilaksanakan secara maksimal tentunya harus melalui pengelolaan yang sistematis dalam arti harus melalui perencanaan yang matang, pelaksanaan yang taat asas dan dievaluasi secara objektif. Salah satu upaya peningkatan profesionalisme guru adalah melalui supervisi pendidikan. Oleh karena itu, peran supervisi pendidikan dalam peningkatan profesionalisme guru perlu dilaksanakan terus menerus dengan sebaik mungkin sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kata Kunci : profesionalisme guru, supervisi pendidikan, peningkatan
PENDAHULUAN Dalam undang-undang 1945, salah satu tujuan nasional yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang berhasil adalah bangsa yang bisa memberikan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan. Salah satu upaya untuk memajukan ilmu pengetahuan adalah dengan cara memajukan pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, dimanapun ada masyarakat, disana pula terdapat pendidikan. Banyak negara mengakui bahwa persolan pendidikan merupakan persoalan yang pelik, namun semuanya merasakan bahwa
pendidikan merupakan tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia, tentu menyatakan bahwa pendidikan merupakan kunci, dan tanpa kunci usaha mereka akan gagal (Budiningsih, 2005). Masyarakat telah mempercayai, mengakui dan menyerahkan kepada guru untuk mendidik anak-anak bangsa dan membantu mengembangkan potensinya secara profesional. Kepercayaan, keyakinan dan penerimaan ini merupakan substansi dari pengakuan masyarakat
Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam
1
terhadap profesi guru. Implikasi dari pengakuan tersebut mensyaratkan guru harus memiliki kualitas yang memadai, tidak hanya pada tataran normatif saja namun juga menyangkut pengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional maupun sosial dalam ranah aktualisasi kebijakan pendidikan. Pendidikan merupakan investasi yang paling penting bagi setiap bangsa, bangsa yang sedang giatnya membangun. Lancarnya pembangunan disuatu bangsa ditentukan oleh mutu pendidikan. Mutu pendidikan sangat tergantung pada komponen-komponen yang terdapat dalam pendidikan, diantara komponen yang sangat mempengaruhi berhasil tidaknya pendidikan adalah tergantung dari kualitas guru dengan kata lain guru harus profesional. Sehingga guru dituntut untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kemampuan perofesional, sehingga kinerjanya meningkat menjadi lebih baik dan profesional. Kata profesional sudah melekat sejak lama setelah orang menyadari bahwa pekerjaan khusus yang selalu berdampak baik positif maupun negatif harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Guru dengan perangkat didiknya harus menyadari bahwa keprofesionalannya itu harus dibayar mahal sehingga harus cerdas dan selalu responsif dalam menanggapi dan menyikapi permasalahan yang berhubungan dengan profesinya itu dan untuk dapat dinyatakan unggul dan profesional, guru harus mengembangkan kompetensi individunya dan tidak banyak bergantung pada orang lain atau pada kekuatan eksterna (Isjoni, 2008). Adapun pengertian guru menurut undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yakni, sebagaimana tercantum dalam bab I
ketentuan umum pasal 1 ayat (1) sebagai berikut, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah. Sedangkan Moh Uzer Usman dalam bukunya menjadi guru yang profesional mendefinisikan guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Semua komponen lain mulai dari kurikulum, sarana prasarana dan sebagainya tidak akan banyak berarti apabila esensi pembelajaran yaitu interaksi guru dan peserta didik tidak berkualitas. Semua komponen lain, terutama kurikulum akan hidup apabila dilaksanakan oleh guru (Dharma, 2008). Sebagai agen pembelajaran dan pengembang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta sebagai pengabdi kepada masyarakat guru bersentuhan dengan para peserta didik hanya dalam beberapa jam saja dalam sehari, tetapi itu mempunyai dampak pembinaan kejiwaan dan intelektualitas yang sangat mempengaruhi kepribadian mereka. Bila guru benarbenar melaksanakan tugas dan fungsinya dengan kualitas sebagai pendidik (bukan hanya sebagai pengajar) maka pendidikan di sekolah akan menjadi titik awal bagi pembuka cakrawala baru bagi para peserta didik, dan ini merupakan modal yang sangat penting dan menentukan bagi perkembangan kejiwaan dan intelektual mereka Guru memiliki peran sangat penting dan strategis dalam merencanakan, menyiapkan,
Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam
2
menyelenggarakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Hal tersebut lantaran guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang profesional. Salah satu upaya yang dapat meningkatkan profesionalisme guru adalah supervisi pendidikan. Menurut konsep kuno supervisi dilaksanakan dalam bentuk inspeksi atau mencari kesalahan, sedangkan dalam pandangan modern supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yaitu sebagai salah satu bentuk bimbingan bagi guru dalam mengajar untuk membantu siswa agar lebih baik dalam proses belajar mengajar (Sagala, 2006). Pada hakekatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu pembinaan kontinyu, pengembangan kemampuan profesional personil, perbaikan situasi belajar mengajar dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan perserta didik. Dengan kata lain, supervisi adalah proses pelayanan untuk membantu dan membina guru-guru, pembinaan ini menyebabkan perbaikan dan peningkatan profesional guru (Sagala, 2006). Peningkatan profesionalisme guru dalam kinerjanya sangat berkaitan erat dengan efektifitas pelayanan supervisi pendidikan. Maka diharapkan kegiatan supervisi pendidikan hendaknya mampu mendorong guru untuk meningkatkan kualitasnya dalam berbagai kompetensi baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional maupun sosialnya sehingga
perlu secara terus menerus mendapatkan perhatian dari penanggung jawab sistem pendidikan. PEMBAHASAN KONSEP
PROFESIONALISME
GURU Pengertian Profesionalisme Guru Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus. Sahertian (1994) berpendapat bahwa “Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka (to profess artinya menyatakan), yang menyatakan seseorang mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu”. Syaifudin (2010) mengemukakan kata profesi itu ternyata mengandung berbagai makna dan pengertian sebagai berikut: a. Profesi itu menunjukkan dan mengungkapkan suatu kepercayaan bahkan suatu keyakinan atas suatu kebenaran (ajaran agama) atau kredibilitas seseorang. b. Profesi itu dapat pula menunjukkan dan mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu. Sanusi (dalam Soetjipto dan Raflis 2009) mengutarakan ciri-ciri utama suatu profesi sebagai berikut:
Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam
3
a.
b.
Suatu jabatan yang memenuhi fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan (Crusial) Jabatan yang menuntut keterampilan/ keahlian tertentu
c.
Kerampilan/ keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah
d.
Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit, yang bukan hanya sekedar pendapat kelayakan umum Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama Proses untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai- nilai profesional itu sendiri Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgment terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya Dalam prakteknya melayani masyarakat, angkatan profesi otonom dan bebas dari campur tangan orang luar Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Profesi menunjukkan lapangan yang khusus dan mensyaratkan studi dan penguasaan pengetahuan khusus yang mendalam, seperti bidang hukum, militer, keperawatan, kependidikan dan sebagainya. Seseorang yang mempunyai profesi dituntut untuk profesional, seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Jadi pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dari beberapa istilah yang sudah dipaparkan dapat dipahami bahwa profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai profesi, ada yang profesinya tinggi, sedang, atau rendah, profesioanalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya. Sedangkan Kusnandar berpendapat bahwa profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang (Kusnandar, 2011). Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Profesionalisme guru adalah suatu tingkat penampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan sebagai guru yang didukung dengan keterampilan dan kode etik (Abu Bakar dan Nurjan, 2009). Guru sebagai Tenaga Profesional
Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam
4
Kedudukan guru sebagai tenaga perofesional akan lebih tepat diketahui terlebih dahulu mengenai maksud profesi. Pengertian profesi itu memiliki banyak konotasi, salah satu di antaranya tenaga pendidikan, termasuk guru. Secara umum, profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut. Sebagai perangkat dasar untuk mengimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Dalam aplikasinya, menyangkut aspek-aspek yang lebih bersifat mental daripada yang bersifat manual work. Pekerjaan profesional akan senantiasa menggunakan teknik dan prosedur yang berpijak pada landasan intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana dan kemudian dipergunakan demi kemaslahatan orang lain (Sardiman, 1992). Eksistensi seorang guru adalah sebagai pendidik profesional di sekolah, dalam hal ini guru sebagai uswatun hasanah, jabatan administratif, dan petugas kemasyarakatan (Samana, 1994). Guru juga diartikan sebagi pejabat profesional, sebab mereka di beri tunjangan professional. (Pidarta, 2006). Gary dan Mugaret (dalam Mulyasa 2006) mengemukakan bahwa guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif b. Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran c. Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feed back) dan pengamatan (reinforcement) d. Memiliki kemampuan untuk peningkatan diri. Menurut Jurnal terkemuka manajemen pendidikan, Educational
Leadership edisi Maret 1983 (dalam Supriadi, 1999)tersebut, untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki lima hal, yakni: a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya. b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampau tes hasil belajar. d. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa. e. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi profesi lainnya. Dalam konteks aplikatif, kemampuan profesional guru dapat diwujudkan dalam penguasaan sepuluh kompetensi guru (Suryasubrata 1997) , yaitu:
Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam
5
a.
b.
c.
d.
e. f. g. h.
i. j.
Menguasai materi, meliputi: menguasai materi bidang studi dalam kurikulum serta menguasai materi pengayaan/penunjang bidang studi. Mengelola program belajarmengajar, meliputi: merumuskan tujuan pembelajaran, mengenal dan menggunakan prosedur pembelajaran yang tepat, melaksanakan program belajarmengajar serta mengenal kemampuan anak didik. Mengelola kelas, meliputi: mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran serta menciptakan iklim belajar-mengajar yang serasi. Menggunakan media atau sumber, meliputi: mengenal, memilih dan menggunakan media, membuat alat bantu yang sederhana, menggunakan perpustakaan dalam proses belajar-mengajar serta menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan. Menguasai landasan-landasan pendidikan. Mengelola interaksi-interaksi belajar-mengajar. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan konseling di sekolah, meliputi: mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan konseling serta menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Seorang guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki kompetensi tersendiri agar dapat menuju pendidikan yang berkualitas, efektif, dan efisien, serta mencapai tujuan pembelajaran. Untuk memiliki kompetensi tersebut guru perlu membina diri secara baik, karena fungsi guru adalah membina dan mengembangkan kemampuan peserta didik secara profesional dalam proses belajar mengajar (Satori, 2010). Untuk mencapai tujuan tersebut, guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi sesuai dengan UU No. 14 tahun 2005 yang mengemukakan kompetensi yang harus dikuasai seorang guru profesional meliputi: a. Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta pengevaluasian hasil belajar (dalam Abu Bakar dan Nurjan, 2009). b. Kompetensi kepribadian (dalam Abu Bakar dan Nurjan, 2009)., yaitu kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang bermental sehat dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, kreatif, sopan santun, disiplin, jujur, rapi, serta menjadi uswatun hasanah bagi peserta didik. Seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa seorang guru harus ing ngarso sungtulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri hadayani. c.
Kompetensi professional (Satori 2010), yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara mendalam dan memiliki berbagai keahlian di bidang pendidikan. Meliputi:
Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam
6
d.
penguasaan materi, memahami kurikulum dan perkembangannya, pengelolaan kelas, penggunaan strategi, media, dan sumber belajar, memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan, memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik, dan lain-lain. Kompetensi sosial (Satori 2010), yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi baik dengan peserta didik, orang tua peserta didik dan masyarakat, sesama pendidik/ teman sejawat dan dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/ komite sekolah, mampu berperan aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya masyarakat, serta ikut berperan dalam kegiatan sosial.
Konsep Supervisi Pendidikan 1. Pengertian Supervisi Pendidikan Dilihat dari sudut etimologi (dalam Maryono 2011) “supervisi” berasal dari kata “super” dan “vision” yang masing-masing kata itu berarti atas dan penglihatan. Jadi supervisi diartikan sebagai penglihatan dari atas. Melihat dalam hubungannya dengan masalah pendidikan supervisi dapat diartikan dengan menilik, mengontrol, atau mengawasi atau bisa juga diartikan sebagai pengawasan di bidang pendidikan. Dalam kamus pendidikan (dalam Daryanto 2010) supervisi adalah segala usaha dan petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru dan petugas pendidikan lainnya dan memperbaiki pengajaran, termasuk perkembangan perubahan guru-guru menyelesaikan dan merevisi tujuan pendidikan, bahanbahan pengajaran dan metode mengajar dan penilaian pengajaran. Supervisi
(Subari, 1994) dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik. Orang yang melakukan supervisi disebut dengan supervisor. Dalam Dictionary of Education, Good Carter (1959) memberikan pengertian bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru, merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, metode, dan evaluasi pengajaran (dalam Maryono 2011). Pidarta (dalam Achsanuddin 2011) mendefinisikan supervisi sebagai suatu proses pengembangan kemampuan profesional guru secara maksimum sesuai dengan tingkatan kemampuannya, sehingga tercapai tingkat efisiensi kerja yang lebih tinggi. Soetjipto dan Raflis (dalam Achsanuddin 2011) mengemukakan supervisi yaitu semua usaha yang dilaksanakan oleh supervisor untuk memberikan bantuan kepada guru dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan yang diharapkan dalam pelaksanaan pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, serta sehat dan rohani (Muslim, 2009.). Jadi, supervisi mempunyai pengertian luas. Supervisi ialah segala bantuan dari pemimpin sekolah yang bertujuan kepada pengembangan kepemimpinan guru-
Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam
7
guru dan personil sekolah lainya dalam mencapai tujuan pendidikan. Dari beberapa pengertian supervisi diatas, dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya. Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula pembinaan guru. 2. Tujuan Supervisi Pendidikan Dalam rangka pelaksanaan supervisi pendidikan , supervisi memiliki beberapa tujuan. Merumuskan tujuan supervisi pendidikan harus dapat membantu mencari dan menentukan kegiatan-kegiatan supervisi yang lebih efektif. Tujuan supervisi pendidikan ialah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. (Subroto, 1988). Tujuan umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar (www.sarjanaku.com). Semua kegiatan yang dilakukan tentu memiliki tujuan dan selalu mengarah kepada tujuan yang ingin dicapai tersebut. Supervisi pendidikan secara umum bertujuan untuk mengontrol dan menilai semua komponen-komponen yang terkait dalam dunia pendidikan. Apabila
supervisi dilaksanakan dengan baik, peningkatan kinerja semua komponen pendidikan akan menjadi baik, peran guru dan tanggung jawab sebagai tenaga pendidikan pun semakin meningkat. Tujuan supervisi pendidikan (dalam Rifai 1992) adalah: a. Membantu Guru agar dapat lebih mengerti/menyadari tujuan-tujuan pendidikan di sekolah, dan fungsi sekolah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan itu. b. Membantu Guru agar mereka lebih menyadari dan mengerti kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi siswannya; supaya dapat membantu siswanya itu lebih baik lagi. c. Untuk melaksnakan kepemimpinan efektif dengan cara yang demokratis dalam rangka meningkatkan kegiatan-kegiatan profesional di sekolah, dan hubungan antara staf yang kooperatif untuk bersama-sama meningkatkan kemampuan masingmasing. d. Menemukan kemampuan dan kelebihan tiap guru dan memanfaatkan serta mengembangkan kemampuan itu dengan memberikan tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuannya. e. Membantu guru meningkatkan kemampuan penampilannya didepan kelas. f. Membantu guru baru dalam masa orientasinya supaya cepat dapat menyesuaikan diri dengan tugasnya dan dapat mendayagunakan kemampuannya secara maksimal. g. Membantu guru menemukan kesulitan belajar murid-muridnya dan merencanakan tindakantindakan perbaikannya.
Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam
8
h. Menghindari tuntutan-tuntutan terhadap guru yang diluar batas atau tidak wajar; baik tuntutan itu datangnya dari dalam (sekolah) maupun dari luar (masyarakat). Menurut Hasbullah (dalam Maryono 2011), fungsi dan tujuan supervisi pendidikan adalah sebagai berikut : a. Sebagai arah pendidikan. Dalam hal ini, tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah tadi menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi berikutnya. Sebagai contoh, guru yang berkeinginan membentuk anak didikanya menjadi manusia yang cerdas maka arah dari usahanya ialah menciptakan situasi belajar yang dapat mengembangkan kecerdasan. b. Tujuan sebagai titik akhir. Dalam kaitan ini, apa yang diperhatikan adalah hal-hal yang terletak pada jangkauan masa datang. Misalnya, jika seorang pendidik bertujuan agar anak didiknya menjadi manusia yang berakhlak mulia, tentu penekanannya di sini adalah deskripsi tentang pribadi akhlakul karimah yang diinginkannya tersebut. c. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain. Dalam hal ini, tujuan pendidikan yang satu dengan yang lain merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. d. Memberi nilai pada usaha yang dilakukan. Dalam konteks usahausaha yang dilakukan, kadangkadang didapati tujuannya yang lebih luhur dan lebih mulia dibanding yang lainnya. Semua ini terlihat apabila berdasarkan nilainilai tertentu.
3. Fungsi Supervisi Pendidikan Fungsi utama supervisi ditujukan kepada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Baek Franseth Jane maupun Ayer (dalam encyelopedia Of Educational Research: Chester Harris), mengemukakan bahwa fungsi utama supervisi ialah membina program pengajaran yang ada sebaikbaiknya sehingga selalu ada usaha perbaikan (dalam Rifai 1992). Berdasarkan pedoman kurikulum yang tertera pada kurikulum 1975 (dalam Yusak 1994), maka fungsi supervisi adalah sebagai berikut: a. Mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan kurikulum dengan segala sarana dan prasarananya. b. Membantu serta membina guru/kepala sekolah dengan cara memberi petunjuk, penerangan dan pelatihan agar mereka dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan mengajarnya. c. Membantu kepala sekolah/guru untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah. Sergiovani (dalam Achsanuddin 2011) mengemukakan tentang fungsi supervisi pendidikan sebagai berikut: a. Fungsi pengembangan, berarti supervisi apabila dilakukan dengan sebaik-baiknya dapat mengembangkan kemampuan profesional guru semaksimal mungkin b. Fungsi motivasi, berarti supervisi apabila dilakukan dengan sebaikbaiknya dapat mendorong dan menumbuh prakarsa guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya secara terus menerus.
Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam
9
c.
Fungsi kontrol, berarti supervisi apabila dilakukan dengan sebaikbaiknya dapat untukmengetahui tentng kelemahan dan kekurangan maupun keberhasilan pengembangan kemampuan profesional guru. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan mempunyai beberapa fungsi yang antara satu dan lainnya saling bekaitan, yaitu: a. Fungsi pelayanan (Service Aktivity): kegiatan pelayanan untuk peningkatan profesionalnya b. Fungsi penelitian: untuk memperoleh data yang objektif dan relevan, misalnya untuk menemukan hambatan belajar c. Fungsi kepemimpinan: usaha untuk memperoleh orang lain agar disupervisi dapat memecahkan masalah sendiri masalah yang sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya d. Fungsi manajemen: seperti dilakukan sebagai kontrol atau pengarahan, sebagai aspek dari manajemen e. Fungsi evaluasi: seperti dilakukan untuk mengevaluasi hasil atau kemajuan yang diperoleh f. Fungsi supervisi sebagai bimbingan g. Fungsi supervisi sebagai pendidikan dalam jabatan (In Service Education) khususnya bagi guru muda atau siswa sekolah pendidikan guru. Pelaksanaan Supervisi Pendidikan dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Supervisi pendidikan merupakan proses pemberian layanan bantuan
profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Pada hakikatnya supervisi adalah perbaikan proses pembelajaran. Supervisi (dalam Arikunto 2004) merupakan istilah baru yang muncul kurang lebih dua dasawarsa terakhir ini. Dahulu istilah yang sering digunakan di sekolah adalah “pengawasan”atau “pemeriksaan”. Makanya seringkali hubungan antara guru dengan supervisor dianggap sebagai hubungan yang membahayakan dan saling mengancam. Hal ini benar apabila pertanyaanpertanyaan yang digunakan bersifat mengorek kesalahan-kesalahan saja dan bersifat inspektif. Cara-cara ini digunakan oleh supervisor konvensional yang mewarisi cara lama dengan kebiasaan bersifat inspektif dan korektif. Supervisi modern perlu pendekatan manusiawi dalam melaksanakan program supervisi pendidikan (Kusnandar 2007). Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi yanglebih menekankan pada kekuasaan dan bersifat otoriter.Sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guruguru, karena bersifat demokratis. Tujuan supervisi modern adalah mendalami kebutuhan guru secara individual, membantu mereka secara individual pula, meneliti sistem yang digunakan serta meneliti sarana dan prasarana sekolah. Hasil dari pendalaman dan penelitian tersebut dijadikan sebagai bahan masukan bagi supervisor dalam rangka memberikan atau mengadakan perbaikan di kemudian hari. Dengan demikian supervisor benarbenar membantu menanggapi peningkatan usaha sekolah secara menyeluruh.
Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam
10
Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang professional. Peningkatan sumber daya guru bisa dilaksanakan dengan bantuan supervisor yaitu orang ataupun instansi yang melaksanakan kegiatan supervisi terhadap guru. Pada kenyataannya memang masih sangat banyak guru yang kurang profesional, seperti yang diungkapkan bahwa dalam praktek pendidikan seharihari masih banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam menunaikan tugas dan fungsinya. Kesalahan-kesalahan seringkali tidak disadari oleh para guru, bahkan masih banyak diantaranya yang menganggap hal biasa dan wajar (Mulyasa, 2005). Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam kegiatan supervisi pendidikan, ada dua supervisi pengajaran, yakni: 1. Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah kepada guru-guru. Secara rutin dan terjadwal Kepala Sekolah melaksanakan kegiatan supervisi kepada guru-guru dengan harapan agar guru mampu memperbaiki proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam prosesnya, kepala sekolah memantau secara langsung ketika guru sedang mengajar. Guru mendesain kegiatan pembelajaran dalam bentuk rencana pembelajaran kemudian kepala sekolah mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru.
2. Supervisi yang dilakukan oleh Pengawas Sekolah kepada Kepala Sekolah dan guru-guru untuk meningkatkan kinerja. Kegiatan supervisi ini dilakukan oleh Pengawas Sekolah yang bertugas di suatu Gugus Sekolah. Gugus Sekolah adalah gabungan dari beberapa sekolah terdekat, biasanya terdiri atas 5-8 Sekolah Dasar. Hal-hal yang diamati pengawas sekolah ketika melakukan kegiatan supervisi untuk memantau kinerja guruadalah penyusunan program semester, penyusunan rencana pembelajaran, penyusunan rencana harian, program dan pelaksanaan evaluasi, kumpulan soal, buku pekerjaan siswa, buku daftar nilai, buku analisis hasil evaluasi, buku program perbaikan dan pengayaan, buku program Bimbingan dan Konseling serta buku pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru harus terus dilakukan. Hal tersebut perlu dilakukan karena proses belajar-mengajar yang dilaksakan guru merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu kegiatan supervisi dipandang perlu untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran. Supandi (1996) menyatakan bahwa ada dua hal yang mendasari pentingnya supervisi dalam proses pendidikan, yaitu :
Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam
11
1.
2.
Perkembangan kurikulum merupakan gejala kemajuan pendidikan. Perkembangan tersebut sering menimbulkan perubahan struktur maupun fungsi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan penyesuaian yang terusmenerus dengan keadaan nyata di lapangan. Hal ini berarti bahwa guruguru senantiasa harus berusaha mengembangkan kreativitasnya agar daya upaya pendidikan berdasarkan kurikulum dapat terlaksana secara baik. Namun demikian, upaya tersebut tidak selamanya berjalan mulus. Banyak hal sering menghambat, yaitu tidak lengkapnya informasi yang diterima, keadaan sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum, masyarakat yang tidak mau membantu, keterampilan menerapkan metode yang masih harus ditingkatkan dan bahkan proses memecahkan masalah belum terkuasai. Dengan demikian, guru dan Kepala Sekolah yang melaksanakan kebijakan pendidikan di tingkat paling mendasar memerlukan bantuan-bantuan khusus dalam memenuhi tuntutan pengembangan pendidikan, khususnya pengembangan kurikulum. Pengembangan personel, pegawai atau karyawan senantiasa merupakan upaya yang terus-menerus dalam suatu organisasi. Pengembangan personal dapat dilaksanakan secara formal dan informal. Pengembangan formal menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan melalui penataran, tugas belajar, loka karya dan sejenisnya. Sedangkan pengembangan informal merupakan tanggung jawab pegawai sendiri dan dilaksanakan secara mandiri atau
bersama dengan rekan kerjanya, melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan ilmiah, percobaan suatu metode mengajar, dan lain sebagainya. Supervisi pendidikan dapat berjalan baik apabila dilaksanakan dengan memegang teguh prinsip-prinsip tertentu sebagaimana telah banyak dikemukakan oleh para pakar supervisi pendidikan atau supervisi pengajaran, seperti Alponso, sergiovani, daresh Glickman dan Gwynn. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut (dalam Bafadal 2003) : 1. Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, hubungan kemanusiaan yang sebaliknya diciptakan adalah hubungan yang bersipat terbuka, kesetiakawanan, dan universal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru melainkan dengan pihak yang lain yang terkait dengan program supervisi. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan supervisi disekolah, kepala sekolah pengawas, dan Pembina lainya harus memiliki sifatsifat seperti membantu, memahami, terbuka, jujur, konsisten, sabar, antusias, dan penuh humor. 2. Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi pendidikan bukan tugas yang bersipat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami bahwa supervisi itu merupakan salah satu essential function keseluruhan program pendidikan, apabila guru telah berhasil mengembangkan kemampuanya tidak berarti selesailah tugas supervisor, melainkan harus tetap dibina secara berkesinambungan.
Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam
12
3.
Supervisi pendidikan harus demokrstis, supervisor tidak boleh mendominasi dalam melaksanakan supervisi, titik tekan supervisi demokratis adalah aktif dan koopertif.
4.
Program supervisi pendidikan harus komprehenshif, program supervisi harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan program pendidikan sekolah, walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan system penyelenggaraan sekolah sebelumnya.
5.
Supervisi pendidikan harus konstruktif, supervisi bukanlah mencari kesalahan guru. 6. Supervisi pendidikan harus objektif yakni dalam menyusun, melakasanakan, dan mengevaluasi keberhasilan program Supervisi pendidikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh supervisor dalam rangka peningkatan profesional guru yang dipimpinnya adalah supervisi pendidikan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinyu. Pelaksanaan supervisi pendidikan dalam rangka peningkatan kemampuan profesionalisme guru perlu diperhatikan cara-cara yang tepat dan sesuai. Yusak (1994) mengemukakan ada beberapa cara yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan supervisi yaitu: 1. Supervisi hendaknya dilaksanakan dengan persiapan dan perencanaan sistematis 2. Supervisor hendaknya memberitahukan kepada orang-orang yang bersangkutan tentang rencana supervisinya 3. Agar memperoleh data yang lengkap, supervisor hendaknya jangan hanya menggunakan satu macam teknik, melainkan beberapa macam teknik,
seperti wawancara, observasi sekolah, kunjungan kelas dan sebagainya. 4. Laporan hasil supervisi hendaknya dibuat dua rangkap, satu lembar untuk pejabat yang akan diberi laporan dan satu lembar lagi untuk sekolah yang di supervisi 5. Penilaian dalam supervisi hendaknya dituangkan dalam format-format, checklist atau rating sceale 6. Penilaian masing-masing komponen kegiatan yang di titikberatkan dari beberapa aspeknya, agar dicari nilai rata-ratanya. 7. Berdasarkan nilai semua komponen, dibuat rekapitulasi dari seluruh hasil penilaian mengenai sekolah yang bersangkutan. Dalam melaksanakan program supervisi ini sudah pasti diperlukan adanya evaluasi yang baik yaitu evaluasi yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip obyektif, kooperatif, integral dan kontinyu (Mulyasa, 2005). Evaluasi supervisi pendidikan menyangkut semua komponen yang terkait dengan pelaksanaan supervisi pendidikan meliputi aspek personal dan material serta aspek operasional dan hasil supervisi pendidikan. Evaluasi program supervisi pendidikan bukan berarti mengevaluasi suatu rencana program supervisi pendidikan, melainkan berusaha menentukan sampai sejauh mana pelaksanaan supervisi pendidikan sudah tercapai. Pelaksanaan kegiatan evaluasi program supervisi pendidikan ini diharapkan dapat mengetahui semua kekurangan dan kelebihannya, sehingga ada perbaikan-perbaikan maupun pembinaan-pembinaan yang dilakukan sehingga harapan untuk meningkatkan profesionalisme guru dapat tercapai.
Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam
13
KESIMPULAN Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Selain itu juga guru merupakan komponen pendidikan yang sangat berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kedudukan guru merupakan posisi yang penting dalam dunia pendidikan khususnya di lembaga pendidikan formal, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek guru. Kepercayaan, keyakinan dan penerimaan masyarakat terhadap guru merupakan substansi dari pengakuan masyarakat terhadap profesi guru. Implikasi dari pengakuan tersebut mensyaratkan guru harus memiliki kualitas yang memadai, tidak hanya pada tataran normatif saja namun juga menyangkut pengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, professional maupun sosial. Kompetensi guru merupakan seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif. Sedangkan guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan profesional dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Salah satu upaya meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui
progran kegiatan supervisi pendidikan. Supervisi pendidikan merupakan usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diperlukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Kegiatan supervisi dilakukan secara menyeluruh baik oleh kepala sekolah maupun pengawas sekolah secara rutin, terjadwal serta berkesinambungan sehingga hasilnya benar-benar dapat memberikan masukan untuk perbaikan kinerja guru bersangkutan. Dalam supervisi pendidikan, perlu adanya evaluasi terhadap program supervisi pendidikan itu sendiri. Hal ini perlu dilakukan karena ruang lingkup supervisi pendidikan sangat luas dan hasil pelaksanaan supervisi tidak dapat diukur dan dilihat dalam waktu singkat. Evaluasi supervisi pendidikan dilakukan untuk menentukan sejauh mana pelaksanaan supervisi pendidikan sudah tercapai. Agar evaluasi supervisi pendidikan itu berjalan baik, maka evaluasi harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip obyektif, kooperatif, integral dan kontinyu. Maka jelaslah bahwa supervisi pendidikan merupakan salah satu upaya dan sarana representatif yang dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan profesionalisme guru.
Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam
14
DAFTAR PUSTAKA Abu Bakar, Yunus dan Syarifan Nurjan. 2009. Profesi Keguruan. (Surabaya: AprintA) Achsanuddin. 2011. Program Pengalaman Lapangan. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta A.M, Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rajawali Pers) Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-Dasar Supervisi, Jakarta: PT. Rineka Cipta Bafadal, Ibrahim. 2003. Seri Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis sekolah, peningkatan Profesionalisme Guru SD. Jakarta : Bumi Aksara Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Daryanto. 2010. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta http://www.sarjanaku.com/2011/05/supervisi-pendidikan.html Isjoni. 2008. Guru Sebagai Motivator Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kusnandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada Kusnandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers Maryono. 2011. Dasar-Dasar & Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan. Yogyakarta: ArRuzz Media Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Mulyasa. E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) Muslim, Sri Banun. 2009. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru, Bandung: Alfabeta Pidarta, Made. 2006. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta Purwanto, Ngalim. 2007. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Rifai, Moh. 1982. Supervisi Pendidikan. Bandung: Jemmars Rohmad, Ali. 2005. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Bina Ilmu Satori, Djam‟an dkk. 2010. Profesi Keguruan, Jakarta: Universitas Terbuka Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Subari. 1994. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Subroto, Suryo. 1988. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Bina Aksara Supandi. 1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama Universitas Terbuka Supriadi. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa Suryasubrata. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Syaifudin, Udin. 2010. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alpabeta Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005. Jakarta: Sinar Grafik