Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP HURUF MELALUI METODE BERMAIN DENGAN PERMAINAN SUP HURUF PADA ANAK Sri Hadini Rohmah (12260860 ST) Mahasiswa PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pemahaman konsep huruf melalui metode bermain sup huruf pada anak kelompok B di Kelompok Bermain Bina Pendawa Kalierang Bumiyu (2) penerapan metode bermain sup huruf dalam meningkatkan pemahaman konsep huruf pada anak kelompok B di KB Bina Pendawa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan dua variable yaitu pemahaman konsep huruf dan metode bermain sup huruf. Obyek penelitian adalah 13 peserta didik kelompok B KB Bina Pendawa Desa Kalierang Kecamatan Bumiayu serta data dianalisis dengan menggunakan statistik sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemahaman peserta didik terhadap konsep huruf dengan menggunakan metode bermain sup huruf mengalami peningkatan dari 39% menjadi 77% atau dari lima anak didik yang mampu memahami konsep huruf menjadi 10 anak didik. (2)penerapan metode bermain sup huruf pada anak kelompok B Kb Bina Pendawa membuat aktivitas peserta kan, anak-anak semakin semangat dalam belajar kosep huruf . hal ini terlihat dari aktivitas anak didik yang semakin aktif dalam belajar huruf terutama dengan menggunakan metode sup huruf terbukti aktivitas anak didik yang aktif mencapai 84% atau sebagian besar anak didik menikmati belajar konsep huruf dengan metode sup huruf. (3) melalui metode bermain sup huruf mempermudah bagi guru dalam mengenalkan konsep huruf terhadap peserta didik di KB Bina Pendawa. Hal ini terlihat dari 10 aktivitas guru yang dapat dilaksanakan semua dengan baik mencapai 9 poin. Ini menunjukkan dengan metode bermain sup huruf pemahaman konsep huruf mengalami peningkatan dan peserta didik semakin aktif dalam proses pembelajaran serta guru lebih mudah dalam menyampaika materi konsep huruf terutama di kelompok B KB Bina Pendawa Kalierang Bumiayu. Kata kunci: konsep huruf, bermain sup huruf, anak usia dini. PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Kenyataan di lapangan saat ini masyarakat telah banyak menunjukan kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini dengan menjamurnya layanan pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun, seperti Taman Kanak-Kanak (TK), Taman Penitipan Anak (TPA). Kelompok Bermain (KB), Pos paud, dan sarana pendidikan anak usia dini yang lain. Standar tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapakan dicapai anak pada rentang usia tertentu.
Sesuai dengan standar kurikulum
pendidikan anak usia dini tercantum bahwa tujuan pendidikan anak usia dini adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai nilai agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik motorik, dan kemandirian. 106
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Potensi anak usia dini yang meliputi moral dan nilai nilai agama adalah perkembangan yang melibatkan pikiran, perasaan, dan perilaku yang mengenai aturan aturan, nilai-nilai agama, sopan santun, dan sikap anak saat berinteraksi dengan lingkungannya. Potensi sosial emosional adalah tahap perkembangan yang menstimulus anak untuk hidup bersosial, bahwa hidup ini membutuhkan orang lain dan juga mau membantu orang lain. Potensi kognitif adalah potensi yang berhubungan dengan kecerdasan atau pemikiran anak. Potensi bahasa adalah potensi yang berhubungan dengan pengucapan dan perbendaharaan kata, potensi atau aspek fisik motorik adalah kemampuan anak dalam gerakan tubuh yang meliputi motorik kasar dan motorik halus, serta aspek kemandirian yaitu melatih anak untuk mengurangi ketergantungan terhadap orang lain sesuai dengan rentang usia yang diharapkan. Potensi bahasa adalah potensi yang mengembangkan kecerdasan bahasa yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dan kosakata baik yang tertulis maupun yang diucapkan. Kecerdasan bahasa digambarkan dengan kemampuan seseorang dalam berbicara, berbahasa dan menulis, semakin baik kemampuan seseorang dalam berbicara, berbahasa dan menulis, dapat dikatakan semakin tinggi pula kecerdasan bahasanya. Kemampuan berbahasa anak berkembang sejak bayi atau sejak ia dapat mengoceh, kemudian dapat mengucapkan satu kalimat utuh, sehingga pada usia 5 tahun mempunyai koleksi kosakata yang semakin banyak. Anak akan semakin mengembangkan kemampuan bahasanya saat masuk bangku sekolah. Anak akan belajar kosakata baru, beserta arti dan bunyi kata. Anak akan belajar menyusun kalimat dengan tata bahasa dan ejaan yang baik dan benar, serta anak akan lebih banyak berkomunikasi dengan teman sebayanya. Kemampuan anak dalam bahasa tentunya tak lepas dari peran orang tua, peran guru, dan peran lingkungan. Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam merangsang kecerdasan anak, dari sejak bayi belajar mengoceh sampai anak bisa berbicara dengan jelas. Guru berperan ketika anak memasuki usia prasekolah yaitu usia 6 tahun kebawah sampai usia sekolah, dan lingkungan dimana anak bermain. Menurut Mary Ann Evan dan Deborah Shaw dari University of Guelph Canada dalam Andin Sefrina (2013) menulis artikel tentang kegiatan yang dapat dilakukan untuk mempunyai kemampuan bahasa yaitu membaca buku cerita, mengajarkan nama-nama abjad beserta bunyinya, menggambarkan huruf huruf dengan bentuk yang menarik perhatian anak serta kegiatan menulis anak. Untuk mengajarkan kemampuan bahasa anak dengan melalui metode pembelajaran yang disukai anak, pembelajaran yang menyenangkan bagi anak, yaitu dengan bermain. Operasionalisasi pendidikan bagi pendidikan anak usia dini dan prasekolah akan lebih bermakna jika dilakukan melalui metode pendidikan yang menyenangkan, edukatif sesuai dengan minat dan bakat serta kebutuhan pribadi anak.
107
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Menutrut Elizabeth B Hurlock dalam Andang Ismail (2006) aktivitas bermain memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan fisik, dorongan berkomunikasi, sumber belajar, perkembangan wawasan dan belajar bermasyarakat. Guru adalah orang yang bertanggungjawab dalam mengajarkan bahasa anak di sekolah, untuk itulah guru harus kreatif mencari metode untuk mengenalkan bahasa kepada anak usia prasekolah, yang dimulai dengan pengenalan konsep dasar huruf dan bunyinya. Pengenalan konsep dasar ini penting dilakukan untuk kemampuan anak dalam menulis dan pengucapan. Dunia anak adalah dunia bermain. Kegiatan belajar untuk anak usia dini harus kegiatan yang menyenangkan dan tidak memaksa serta tidak membebani anak. Materi belajar diberikan dalam suasana bermain. Banyak cara atau metode yang bisa digunakan untuk mengenalkan konsep huruf pada anak usia dini. Salah satunya adalah melalui metode permainan sup huruf. Metode Sup Huruf adalah metode yang menyenangkan, anak akan berperan aktif dalam permainan ini. Dalam permainan ini anak bermain masak-masakan yaitu masak sup dan sebagai pengganti sayurnya adalah huruf-huruf dengan warna-warna yang menarik. Melalui kegiatan ini anak tidak merasa sedang belajar tapi sedang bermain masak-masakan. Sehingga dari permaainan ini anak akan mengenal dan mengetahui macammacam huruf. Dari hasil pengalaman mengajar yang dilakukan di kelompok bermain Bina Pendawa Desa Kalierang kecamatan Bumiayu dijumpai masalah dikelompok B, anak masih lemah dalam memahami konsep huruf yang ditandai dengan anak masih suka keliru ketika mengucapkan huruf b dan d, anak masih susah mengeja namanya sendiri, anak masih belum hafal huruf konsonan a, i, u, e dan, o. Anak mengalami kelemahan saat ditunjukan huruf e dan anak masih susah saat menyerap kosakata baru, saat ditunjukan huruf e dari 13 anak hanya 5 anak yang bisa menyebutkan huruf e dengan benar, dan ketika disuruh mengulang kosakata baru hanya 4 anak yang mampu mengucapkan dengan benar. Sehingga kemampuan anak dalam memahami konsep huruf di Kelompok Bermain Bina Pendawa khususnya kelompok B adalah 38 %. Hal ini masih jauh dari Tingkat Pencapaian Perkembangan yang diinginkan yaitu 70%. Anak kurang dalam memahami konsep huruf kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal antara lain kurangnya alat peraga, minimnya media sebagai sumber belajar, dan metode yang digunakan masih kurang tepat, serta sarana dan prasarana yang belum memadai. Untuk mengatasi kondisi ini yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan menambah alat peraga, dan guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menggunakan metode dan memanfaatkan berbagai macam barang yang ada disekitar lingkungan untuk dijadikan sebagai
sumber belajar yang baik dan
menyenangkan serta aman bagi anak serta melengkapi sarana dan prasara yang menunjang. Setelah melakukan diskusi dengan kolaborator, dipilih metode dan alat yang mungkin dapat mengubah proses pembelajaran ke arah pembelajaran yang memungkinkan anak didik terlibat secara aktif dan menyenangkan. Oleh karena itu permasalahan tersebut akan diteliti dengan judul penelitian sebagai berikut: 108
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
“Peningkatan Pemahaman Konsep Huruf Melalui Metode Bermain Melalui Permainan Sup Huruf Pada Anak Kelompok B di KB Bina Pendawa Kalierang Bumiayu”
KAJIAN PUSTAKA Pengertian Huruf Abdul Wachid (2000) menyatakan huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad atau satuan terkecil dari penulisan lambang-lambang bunyi yang membedakan arti. Huruf juga merupakan tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa;aksara. Http://Kbbi.web.id/indeks.php?w=huruf Huruf (tipo/typeface/font) adalah bentuk verbal yang dibunyikan sebagai kebutuhan komunikasi verbal (Wikipedia bahasa Indonesia). Huruf sama juga dengan aksara yaitu unsure dari abjad yang melambangkan bunyi. Pada dasarnya setiap huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan garis (strokes) yang terbagi menjadi dua yaitu guratan garis dasar (basic stroke) dan guratan garis sekunder (secondary stroke). Apabila ditinjau dari sudut geometri, maka garis dasar yang mendominasi struktur huruf dalam alphabet dibagi menjadi empat kelompok besar, yaitu: a. Kelompok garis tegak dasar EFHIT b. Kelompok garis tegak miring AKMNVXWY c. Kelompok garis tegak lengkung BDGJPRU d. Kelompok garis lengkung COQS. Bermain Sup Huruf Sup adalah makanan yang mengandung kuah. Http://Kbbi.web.id/indeks.php?w=sup. Bermain sup huruf merupakan salah satu kegiatan bermain peran. Dalam kegiatan ini anak memainkan peran masak-masakan. Anak berpura-pura melakukan kegiatan masak sayur sop. Sebagai pengganti sayur adalah huruf-huruf abjad yang ditulis di kertas dengan warna-warna menarik.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep huruf melalui metode bermain sup huruf pada siswa kelompok B di Kelompok Bermain Bina Pendawa Desa Kalierang Kecamatan Bumiayu. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan penelitian tindakan kelas, karena penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah pembelajaran dalam kelas. Menurut Wibawa (dalam Dimyati, 2013:116) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang dihadapi oleh guru di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru maupun untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
109
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Latar Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kelompok Bermain Bina Pendawa dengan alamat kompleks lapangan Pendawa Desa Kalierang Kecamatan Bumiayu dengan pengembangan bahasa khususnya pengenalan konsep huruf di kelompok B. Penelitian berlangsung selama 6 bulan dari Februari-Juli 2014. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah anak atau peserta didik kelompok B di Kelompok Bermain Bina Pendawa Desa Kalierang kecamatan Bumiayu yang terdiri dari enam anak laki-laki dan delapan anak perempuan. Prosedur Penelitian 1. Perencanaan Tindakan 2. Pelaksanaan Tindakan 3. Observasi dan Evaluasi 4. Refleksi Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi : 1. Metode Observasi 2. Metode Tanya Jawab 3. Metode Pemberian Tugas 4. Metode Dokumentasi
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan di Kelompok Bermain Bina Pendawa dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Hasil Belajar Anak Didik George S. Morrison (2012: 78) mengatakan proses belajar bukanlah perkembangan, namun demikian proses belajar yang diatur dengan baik berakibat terhadap proses perkembangan yang tidak mungkin terjadi jika dipisahkan dari proses belajar. Dengan kata lain proses belajar memicu perkembangan, pengalaman-pengalaman anak berpengaruh terhadap perkembangan mereka. Hasil belajar anak didik Kelompok Berman Bina Pendawa di kelompok B dari kegiatan sebelum penelitian tindakan kelas sampai pada Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
110
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Gambar 1. Peningkatan Hasil Belajar Anak Didik
Berdasarkan grafik di atas terlihat hasil belajar anak didik dalam pemahaman konsep huruf sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas adalah 39%. Ini menunjukkan hasil belajar anak didik masih kurang dari indikator keberhasilan yang ditetapkan 70%. Sehingga dikatakan hasil belajar anak didik dalam pemahaman konsep huruf masih rendah karena belum mencapai indikator. Adapun indikator kemampuan anak didik dalam pemahaman konsep huruf adalah anak dapat membedakan konsep huruf vocal, anak dapat membedakan konsep huruf konsonan dan anak dapat menyebutkan huruf dari namanya sendiri. Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas pada bulan Maret sampai April tahun 2014 di Kelompok Bermain Bina Pendawa terhadap pemahaman konsep huruf maka terdapat peningkatan hasil belajar anak didik. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan dua Siklus yaitu Siklus I dengan tiga kali pertemuan dan Siklus II dengan dua kali pertemuan. Pada pertemuan hari pertema Siklus I hasil belajar anak didik sebesar 46%. Hasil ini mengalami peningkatan dari hasil belajar anak didik sebelum pra siklus 39%. Pada pertemuan ini anak didik yang baik dalam pemahaman konsep huruf ada 6 anak atau 46%, anak yang kemampuannya masih cukup ada 2 anak atau 15% dan anak yang kemampuannya masih kurang ada 5 anak atau 39%. Peningkatan ini masik kurang dari indikator yang ditetapkan 70%. Pada pertemuan hari kedua Siklus I berdasarkan gambar 25 terlihat adanya peningkatan dari pertemuan sebelumnya yaitu sebesar 54%. Anak yang sudah mampu dalam membedakan huruf ada 7 anak atau 54%, anak dengan kemampuan cukup ada 2 anak atau 15% dan anak dengan kemampuan kurang ada 4 anak atau 31%. Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan terhadap pembelajaran konsep huruf dengan metode permainan sup huruf terlihat adanya ketertarikan anak didik dengan menggunakan metode ini sehingga kemmapuan anak didik meningkat. Pada pertemuan hari ketiga Siklus I hasil belajar anak didik dalam pengenalan konsep huruf adalah 62%, anak yang berkemampuan cukup ada 15% dan anak yang berkemampuan masih kurang ada 23%. Pada pertemuan hari ketiga ini terjadi perkembangan hasil belajar anak didik 111
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
yang semakin baik, namun demikian peningkatan ini belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan 70%. Sehingga penelitian tindakan kelas dilanjjutkan dengan Siklus II. Untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan kemudian dilakukan perbaikan pada Siklus II. Berdasarkan rekomendasi yang harus diperbaiki pada Siklus II adalah guru memberikan perhatian kepada anak didik yang susah dalam berkonsentrasi, anak yang masih suka cerita sendiri, memberikan hadiah kepada anak didik yang mampu menjawab pertanyaan guru, tempat sup yang lebih besar danmemberikan alokasi waktu yang cukup dalam bermain sup huruf. Pada Siklus II pertemuan hari kesatu hasil belajar anak didik sebesar 69%. Ini menunjukkan adanya peningkatan dari Siklus I. anak yang mempunyai kemampuan baik ada 9 anak atau 69%, anak yang mempunyai kemampuan cukup ada satu anak atau 8% dan anak dengan kemampuan kurang ada 3 anak atau 23%. Kemudian pada pertemuan kedua Siklus II, hasil belajar anak mencapai 77%. Dengan demikian hasil belajar anak sudah baik karena melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan 70%. Sehingga penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampai pada hari kedua Siklus II. Dari hasil refleksi Siklus II diketahui bahwa hasil belajar anak didik semakin memuaskan, dengan demikian permainan sup huruf mampu memfasilitasi kegiatan pengenalan konsep huruf lebih baik. Terbukti kemampuan anak didik dalam mengenal konsep huruf mengalami perkembangan dari setiap siklusnya. Oleh karena itu dengan menggunakan metode bermain sup huruf mampu meningkatkan pemahaman anak didik dalam mengenal konsep huruf. Peningkatan hasil belajar anak didik dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Gambar 2. Peningkatan Hasil Belajar Anak Didik Peningkatan hasil belajar anak dalam pemahaman konsep huruf ditandai dengan kemampuan anak dalam membedakan konsep huruf vocal dan konsonan dan dapat mengeja huruf dari namanya sendiri dengan baik sebesar 77%, anak yang masih dengan bantuan sebesar 15% dan yang berkemampuan cukup ada 8%.
112
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
2. Kegiatan Anak Didik Di bawah ini adalah grafik yang menunjukkan kegiatan anak didik selama Siklus I dan Siklus II. 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Pertemuan Hari 1
Pertemuan Hari 2
Pertemuan Hari 3
Pertemuan Hari 1
Pertemuan Hari 2
Gambar 3. Kegiatan Anak Didik Proses pembelajaran dengan menggunakan metode permainan sup huruf adalah metode yang baru yang belum pernah dilakukan oleh anak anak di KB Bina Pendawa sebelumnya. Adapun kegiatan anak didik yang diamati pada saat pembelajaran dengan menggunakan metode permainan sup huruf adalah: 1. Perhatian peserta didik pada materi 2. Semangat anak didik selama proses pembelajaran berlangsung 3. Keaktifan anak didik dalam mengikuti instruktur guru 4. Keaktifan anak didik dalam menjawab pertanyaan guru 5. Kemampuan anak didik dalam menyebutkan huruf 6. Kemampuan anak didik dalam menunjukan huruf 7. Kemampuan anak didik dalam menjodohkan dan memasangkan huruf Pada pertemuan hari ke satu siklus I anak didik masih belum bisa memahami cara bermain sup huruf, sehingga mereka bermain sesuka hati mereka. Oleh karena itu aktifitas anak didik masih rendah. Sesuai gambar 28 aktifitas anak didik pada pertemuan hari ke satu siklus I yang sudah aktif dalam mengikuti pelajaran dengan menggunakan metode permainan sup huruf 7 anak atau sekitar 54% , sedangkan anak yang cukup dan pasif atau diam saja masing-masing 23% atau 3 anak. Pada pertemuan kedua siklus I keaktifan anak didik ada peningkatan menjadi 62% , karena pada pertemuan ini anak-anak mulai senang bermain sup huruf dan kreativitas anak didik mulai terlihat, selain itu ada ketertatarikan anak didik terhadap pembelajaran pengenalan konsep huruf dengan metode bermain sup huruf. Pada pertemuan ketiga siklus I aktifitas anak didik mencapai 69%. Hal ini mengalami perkembangan dari pertemuan sebelumnya 62% akan tetapi belum mencapai indikator yang di 113
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
tentukan 70% sehingga kegiatan anak didik belum berhasil. Kegiatan anak didik yang masih kurang adalah pada saat menjawab pertanyaan guru, ada anak yang masih suka main senditi dan anak yang asik dengan aktifitasnya sendiri. Karena belum mencapai indikator 70% maka penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan dengan siklus ke II dengan beberapa rekomendasi untuk pertemuan siklus II: - Guru memberikan hadiah kepada anak yang mampu menjawab pertanyaan guru dengan baik. - Guru harus lebih kreatif lagi dalam meningkatkan aktifitas anak didik selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan gambar .. kegiatan anak didik pada pertemuan ke I siklus II mencapai 77%. Proses pembelajaran lebih aktif dan kondusif dari pada pertemuan sebelumnya. Anak-anak menikmati belajar dengan permainan sup huruf. Peningkatan aktifitas anak didik di pengaruhi oleh: 1. Adanya motivasi yang menarik minat anak didik untuk belajar lebih semangat. 2. Adanya kerjasama yang lebih baik dari anak anak untuk saling memberikan pemahaman kepada teman temanya yang masih kurang mampu. Peningkatan aktifitas anak didik sudah mencapai indikator yang ditentukan 70% sehingga sudah berhasil. Namun demikian kegiatan anak didik harus terus di kembangkan lagi untuk pertemuan selanjutnya guru membantu anak didik dalam pemahaman konsep huruf. Pada pertemuan hari ke dua siklus II mengalami peningkatan menjadi 84%, ini lebih baik dari aktifitas anak didik sebelumnya. Hal ini menunjukkan ada respon yang positif pada anak dalam pembelajaran dengan permainan sup huruf. Grafik peningkatan aktifitas anak didik dapat dilihat di bawah ini: 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 1 Hari 2
Gambar 4. Peningkatan Kegiatan Anak Didik Catron dan Allen dalam Yuliani (2013:63) menulis bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan suatu karya, serta memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitif lainnya. Selama bermain, anak menerima pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan orang lain dan mulai merasakan dunia mereka. 114
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
3. Aktifitas Guru dalam Mengajar . Dalam melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan pemahaman konsep huruf di KB Bina pendawa, maka aktifitas guru dalam mengajar yang di observasi adalah : 1.
Persiapan mengajar
2.
Membuka pelajaran
3.
Motivasi siswa
4.
Penguasaan terhadap materi
5.
Penyajian sesuai dengan materi
6.
Metode yang digunakan
7.
Bimbingan terhadap kesulitan
8.
Pemberian evaluasi
9.
Ketepatan alokasi waktu
10. Media yang digunakan Wina Sanjaya (2009: 198) mengatakan dalam proses pembelajaran guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladanbagi siswa yang diajarnya, akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenya, keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Aktifitas guru selama penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 100% 80% 60% 40%
80%
80%
80%
PH 2
PH 3
PH 1
90%
50%
20% 0% PH 1
PH 2
Gambar 5. Grafik Peningkatan Aktifitas Guru Dalam Mengajar Berdasarkan gambar di atas, maka aktifitas guru alam mengajar pada pertemuan hari kesatu siklus I adalah 50%. Untuk aktifitas guru yang masih harus diperbaiki pada pertemuan selanjutnya adalah alokasi waktu, penyajian sesuai dengan materi, membuka pelajaran, memotivasi anak didik dan memberikan bimbingan kepada anak didik yang masih kesulitan. Pada pertemuan hari kedua siklus I aktifitas guru menunjukkan ada peningkatan menjadi 80%. Kondisi ini lebih baik daripada pertemuan sebelumnya yang berarti kinerja guru ada perubahan. Namun demikian masih ada satu hal yang masih harus diperbaiki yaitu pemberian alokasi waktu yang masih belum tepat. Sedangkan penyajian sesuai dengan materi sudah lebih baik dari pertemuan hari kesatu siklus I. 115
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Dari gambar 30 diatas menunjukkan pada pertemuan hari ketiga siklus I sampai dengan pertemuan hari pertama Siklus II aktifitas guru adalah 80%. Hasil ini tetap tidak ada perubahan dari pertemuan hari kedua silkus I. Walaupun tetap tapi aktifitas guru masih harus ditingkatkan demi membantu anak didik dalam pemahaman konsep huruf. Karena hasil belajar anak pada siklus II pertemuan hari kesatu masih belum berhasil. Pertemuan hari kedua siklus II menunjukkan ada peningkatan menjadi 90%. Ini menunjukkan aktifitas guru lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Ada aktifitas guru yang mengalami peningkatan yaitu penyajian sesuai dengan materi. Dalam memberikan materi guru lebih baik dalam pemberiannya sehingga anak didik lebih mudah dalam memahami kkonsep huruf. Penelitian tindakan kelas ini dihentikan pada pertemuan hari kedua Siklus II karena hasil belajar anak didik sudah mencapai indikator yang ditetapkan.
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan di Kelompok Bermain Bina Pendawa Desa Kalierang Kecamatan Bumiayu maka dapat Penulis simpulkan: 1. Metode bermain sop huruf dapat meningkatkan kemampuan dalam pengenalan konsep huruf terbukti adanya peningkatan hasil belajar anak dari 38% mencapai 77% dan hal ini melampaui pencapaian indikator keberhasilan 70%. Keberhasilan ini ditandai dengan kemampuan anak didik dalam membedakan huruf vokal dan konsonan serta anak dapat menyebutkan huruf dari namanya sendiri. 2. Dengan menggunakan metode bermain sop huruf proses belajar mengajar lebih menyenangkan bagi anak. Dari kegiatan bermain sop huruf anak mendapatkan pengetahuan baru seperti dalam bermain peran masak-masakan, anak belajar bekerjasama dan berkomunikasi dengan orang lain. Keaktifan anak semakin meningkat. Berdasarkan pengamatan keaktifan anak dalam pembelajaran adalah dari 54% meningkat menjadi 84%. 3. Dengan menggunakan metode bermain sop huruf guru mampu meningkatkan kinerjanya sehingga proses belajar mengajar lebih menyenangkan dan mencapai tujuan yang diinginkan. Terbukti guru dapat melaksanakan 9 kegiatan dengan baik dari 10 kegiatan yang telah direncanakan. Atau dengan kata lain adanya peningkatan kinerja guru dari pertemuan awal 50% menjadi 90%.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wachid. 2000. Kemahiran Berbahasa Indonesia: STAIN Purwokerto Press. Anggani Sudono. 2004. Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta: Grasindo Andang Ismail. 2006. Education Games Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media. 116
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Andin Sefrina. 2013. Deteksi Minat Bakat Anak. Jakarta: Media Pressindo. Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Fauzi.
2013. Pendidikan Komunikasi Anak Usia Dini Berbasis Kecerdasan Bahasa dan Kecerdasan Sosial. Purwokerto: STAIN Press.
Geoge S. Morrison. 2012. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks Johni Dimyati. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Mayke S. Tedjasaputra, 2001. Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: Grasindo Nurbiana Dhieni dkk. 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Rini Hildayani. 2008. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Suharsimi Arikunto dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suhardjono, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Tim 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tim 1996. Pedoman Guru Bidang Pengembangan Berbahasa di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wina Sanjaya, 2009. Kurikulum dan Pembelaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Yuliani Nurani Sujiono, 20009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. Zaenal Aqib dkk, 2010. Penelitian Kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung: Utama Widya Http://Kbbi.web.id/indeks.php?w=huruf Http://gurupaud.blogspot.com/2010/org/macam-macam-metode-mengajar.html Http//carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_info479.html Http://id.wikipedia.org/wiki/Rupa_huruf#Hak_cipta_font
117
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang