PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL JURISPRUDENSIAL BERBASIS WISATA LAPANGAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BATANG
SKRIPSI Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Nama : Heni Kurniawati NIM
: 2101409026
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
SARI Kurniawati, Heni. 2013. “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Batang.” Skripsi, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1: Dr. Ida Zulaeha, M.Hum. Pembimbing II: Santi Pratiwi Tri Utami, S.Pd., M.Pd. Kata Kunci: keterampilan menulis laporan, model jurisprudensial, wisata lapangan Keterampilan siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang dalam menulis laporan masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata sebelum pemberian tindakan, yaitu 59,18. Nilai rata-rata siswa yang masih di bawah KKM disebabkan kurangnya pengetahuan siswa dalam menulis laporan pengamatan. Selain itu, model yang digunakan guru selama pembelajaran adalah metode ceramah dari awal pelajaran hingga pelajaran berakhir. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk menggali kemampuannya dalam menulis. Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah (1) proses pembelajaran menulis laporan pengamatan selama menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan; (2) keterampilan menulis laporan pengamatan setelah menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan; dan (3) perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis lapaoran melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pembelajaran menulis laporan pengamatan selama menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, keterampilan menulis laporan pengamatan siswa setelah menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, dan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapanganpada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis laporan pengamatan siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang. Siswa kelas VIII B berjumlah 40 siswa yang terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Tiap siklus terdiri atas beberapa tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil kuantitatif. Hasil kuntitatif diperoleh dari tes keterampilan menulis laporan pengamatan siswa, sedangkan teknik nontes digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Teknik nontes diperoleh dengan panduan observasi, panduan wawancara, jurnal siswa dan jurnal guru, serta dokumentasi foto. Teknik analisis data penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif.
ii
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan proses pembelajaran menulis laporan pengamatan selama menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Peningkatan proses tersebut dibuktikan dengan pembelajaran menulis laporan pengamatan yang makin lancar pada siklus II dan suasana kelas makin kondusif. Peningkatan pada hasil penelitian terdapat pada keterampilan menulis laporan pengamatan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang. Keterampilan menulis laporan pengamatan meningkat sebesar 12,62 atau sebanyak 18,73%. Peningkatan ini terlihat dari nilai rata-rata kelas pada siklus I sebasar 67,38 menjadi 80,00 pada siklus II. Selain kedua hal tersebut, peningkatan terjadi pada perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan. Siswa makin aktif dalam mengikuti pembelajaran karena pembelajaran lebih menarik sehingga perilaku negatif siswa pada siklus II lebih berkurang. Berdasar hasil penelitian, peneliti menyampaikan saran kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya menggunakan model pembelajaran jurispridensial berbasis wisata lapangan pada kompetensi menulis laporan, khususnya laporan pengamatan untuk meningkatkan keterampilan menulis laporan pengamatan siswa. Penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan memudahkan siswa dalam menulis laporan pengamatan karena siswa dapat menuangkan ide dan gagasannya ke dalam sebuah tulisan berdasar pengamatan yang telah dilakukan secara langsung sehingga meningkatakan keterampilan menulis siswa dalam menulis laporan pengamatan.
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Batang telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi.
Semarang, Juli 2013 Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Ida Zulaeha, M.Hum. NIP 197001091994032001
Santi Pratiwi Tri Utami, S.Pd., M.Pd. NIP 198307212008122001
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang pada hari
: Jumat
tanggal
: 26 Juli 2013 Panitia Ujian Skripsi
Ketua,
Sekretaris,
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. NIP 196008031989011001
Suseno, S.Pd., M.A. NIP 197805142003121002 Penguji I,
Drs. Bambang Hartono, M.Hum. NIP 196510081993031002
Penguji II,
Penguji III,
Santi Pratiwi Tri Utami, S.Pd., M.Pd. NIP 198307212008122001
Dr. Ida Zulaeha, M.Hum. NIP 197001091994032001
v
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasar kode etik ilmiah.
Semarang, Juli 2013
Heni Kurniawati NIM 2101409026
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO 1.
Hidup adalah perjuangan
2.
Percaya dan yakin jika semua yang telah dan akan terjadi sudah ada yang mengatur, hanya perlu bersabar dan berusaha. Ikhlas adalah kuncinya
3.
Akar pohon pendidikan itu pahit, tetapi buahnya manis (Aristoteles)
4.
Anda akan mengalami penderitaan-penderitaan berat ketika mendekati tercapainya cita-cita (Panglima Sudirman)
PERSEMBAHAN Karya kecil ini dipersembahkan untuk 1.
kedua orang tuaku tercinta, Ibu Yayat dan Bapak Ahmad Daliono serta Mbah Putri yang kusayang, yang selalu memberiku semangat dalam menjalani kehidupan;
2.
kedua kakakku, Farida Ariani dan Arif Budiman;
3.
Hernadi yang selalu memberiku motivasi;
4.
Saudariku, Arina Hanani, Siwi Prasetyani, dan Eka Wati; dan
5.
almamaterku
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Ilahi Robbi, Allah Swt. atas limpahan rahmat dan hidayahnya-Nya, skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Menggunakan Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Batang” dapat penulis selesaikan dengan baik. Tersusunnya skripsi ini tidak semata-mata karena usaha penulis saja, tetapi berkat dukungan dari berbagai pihak. Dengan ketulusan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ida Zulaeha, M.Hum. sebagai pembimbing I dan Santi Pratiwi Tri Utami, S.Pd., M.Pd. sebagai pembimbing II. Tidak lupa, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada 1.
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. yang telah memberikan izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini;
2.
Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang, Dr. Subyantoro, M.Hum. yang telah memberikan fasilitas administratif dan motivasi dalam penulisan skripsi ini;
3.
Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing dalam perkuliahan sebagai bekal ilmu;
4.
Kepala SMP Negeri 5 Batang, Achmad Suroso, S.Pd. dan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII, Sugeng, S.Pd. yang telah membantu pelaksanaan penelitian;
viii
5.
rekan-rekan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2009 yang saya sayangi; dan
6.
semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat, khusunya untuk penulis dan untuk
pembaca pada umumnya, serta dapat memberi sumbangan pemikiran daam kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan.
Semarang, Juli 2013
Penulis
ix
DAFTAR ISI
SARI ................... .....................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................
v
SURAT PERNYATAAN .......................................................................
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................................
vii
PRAKATA .... ........ .................................................................................
viii
DAFTAR ISI .. .........................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..................................................................................
xvi
DAFTAR BAGAN ..................................................................................
xviii
DAFTAR DIAGRAM ............................................................................
xix
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xx
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ ..............
xxii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................
1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................
5
1.3 Pembatasan Masalah ............................................................
7
1.4 Rumusan Masalah ................................................................
8
1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................
8
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1
Kajian Pustaka
10
2.2
Landasan Teoretis ........................................................
17
2.2.1 Hakikat Menulis ...........................................................
18
2.2.2 Pengertian Menulis .......................................................
18
2.2.3 Tujuan Menulis ............................................................
20
2.2.4 Manfaat Menulis ..........................................................
22
2.2.5 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan ..................
26
x
2.2.6 Aspek-Aspek
yang
Diukur
dalam
Keterampilan
Menulis Laporan .............................................................
31
2.2.6.1 Judul ...............................................................................
32
2.2.6.2 Isi Karangan ....................................................................
32
2.2.6.3 Kerangka Karangan ........................................................
34
2.2.6.4 Keruntutan Pemaparan ...................................................
35
2.2.6.5 Ejaan ...............................................................................
35
2.2.6.6 Pilihan Kata atau Diksi ...................................................
36
2.2.6.7 Kalimat Efektif ...............................................................
37
2.2.6.8 Kerapian .........................................................................
38
2.2.7 Hakikat Laporan .............................................................
38
2.2.8 Pengertian Laporan .........................................................
39
2.2.9 Bentuk Laporan ..............................................................
40
2.2.10 Langkah Penyusunan Laporan ........................................
43
2.2.11 Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan .........
47
2.2.12 Hakikat Model Jurisprudensial .......................................
47
2.2.13 Tahapan-Tahapan Model Jurisprudensial .......................
49
2.2.14 Sintakmatik Model Jurisprudensial .................................
52
2.2.15 Sistem Sosial ..................................................................
53
2.2.16 Sistem Pendukung ..........................................................
53
2.2.17 Dampak Instruksional dan Pengiring .............................
54
2.2.18 Wisata Lapangan ............................................................
54
2.2.19 Aktivitas Penindak lanjut Wisata Lapangan ...................
57
2.2.20 Langkah-Langkah Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan .............................................................
58
2.2.21 Penerapan Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan dalam Pembelajaran Menulis Laporan............
60
2.3
Kerangka Berpikir ..........................................................
64
2.4
Hipotesis Tindakan .........................................................
68
xi
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Desain Penelitian ..........................................................
69
3.2
Proses Tindakan Siklus I ..............................................
70
3.2.1
Tahap Perencanaan .......................................................
70
3.2.2
Tindakan .......................................................................
71
3.2.3
Observasi ......................................................................
74
3.2.4
Refleksi .........................................................................
75
3.3
Proses Tindakan Siklus II .............................................
76
3.3.1
Perencanaan ..................................................................
76
3.3.2
Tindakan .......................................................................
76
3.3.3
Observasi ......................................................................
80
3.3.4
Refleksi .........................................................................
82
3.4
Subjek Penelitian ..........................................................
82
3.5
Variabel Penelitian .......................................................
82
3.5.1
Variabel Keterampilan Menulis Laporan .....................
83
3.5.2
Variabel Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ......................................................................
83
3.6
Instrumen Penelitian .....................................................
85
3.6.1
Instrumen Tes ...............................................................
86
3.6.2
Instrumen Nontes .......................................................
91
3.6.2.1 Panduan Observasi .......................................................
91
3.6.2.2 Jurnal ............................................................................
91
3.6.2.3 Panduan Wawancara ....................................................
92
3.6.2.4 Dokumentasi Foto ........................................................
93
3.7
Teknis Pengumpulan Data ...........................................
94
3.7.1
Teknis Tes ....................................................................
94
3.7.2
Teknik Nontes ..............................................................
95
3.7.2.1 Observasi ......................................................................
95
3.7.2.2 Jurnal ............................................................................
96
3.7.2.3 Panduan Wawancara ....................................................
97
3.7.2.4 Dokumentasi Foto ........................................................
97
xii
3.8
Teknik Analisis Data ....................................................
98
3.8.1
Teknik Kuantitatif ........................................................
98
3.8.2
Teknik Kualitatif ..........................................................
99
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian ........................................................
101
4.1.1
Hasil Penelitian Siklus I ..........................................
102
4.1.1.1
Proses Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan Melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan .................................................................
4.1.1.2
Keterampilan
Menulis
Laporan
102
Pengamatan
melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ................................................................. 4.1.1.2.1
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Karakteristik Judul ...................................................
4.1.1.2.2
146
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerapian Tulisan ......................................................
xiii
140
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Penggunaan Kalimat ................................................
4.1.1.2.8
131
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Diksi .......................................................
4.1.1.2.7
125
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Ejaan .......................................................
4.1.1.2.6
122
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Keruntutan Pemaparan ............................................
4.1.1.2.5
119
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerangka Laporan ...................................................
4.1.1.2.4
116
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kesesuaian Isi Laporan ............................................
4.1.1.2.3
113
156
4.1.1.3
Perubahan Perilaku Siswa dalam Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan .............
161
4.1.1.3.1
Hasil Observasi ........................................................
161
4.1.1.3.2
Hasil Jurnal ..............................................................
175
4.1.1.3.2.1 Jurnal Siswa .............................................................
176
4.1.1.3.2.2 Jurnal Guru ..............................................................
181
4.1.1.3.3
Hasil Wawancara .....................................................
185
4.1.1.3.4
Dokumentasi Foto ....................................................
188
4.1.1.4
Refleksi Siklus I .......................................................
198
4.1.2
Hasil Penelitian Siklus II .........................................
200
4.1.2.1
Proses Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan .................................................................
4.1.2.2
Keterampilan
Menulis
Laporan
201
Pengamatan
melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ................................................................. 4.1.2.2.1
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Karakteristik Judul ...................................................
4.1.2.2.2
240
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Penggunaan Kalimat ................................................
xiv
237
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Diksi .......................................................
4.1.2.2.7
229
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Ejaan .......................................................
4.1.2.2.6
225
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Keruntutan Pemaparan ............................................
4.1.2.2.5
218
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerangka Laporan ...................................................
4.1.2.2.4
216
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kesesuaian Isi Laporan ............................................
4.1.2.2.3
214
243
4.1.2.2.8
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerapian Tulisan ......................................................
4.1.2.3
249
Perubahan Perilaku Siswa dalam Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan .............
254
4.1.2.3.1
Hasil Observasi ........................................................
254
4.1.2.3.2
Hasil Jurnal ..............................................................
269
4.1.2.3.2.1 Jurnal Siswa .............................................................
269
4.1.2.3.2.2 Jurnal Guru ..............................................................
273
4.1.2.3.3
Hasil Wawancara .....................................................
276
4.1.2.3.4
Dokumentasi Foto ....................................................
280
4.1.2.4
Refleksi Siklus II .....................................................
289
4.2
Pembahasan .............................................................
291
4.2.1
Peningkatan Proses Pembelajaran Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan .............
4.2.2
Peningkatan
Keterampilan
Pengamatan
melalui
Menulis
Model
Laporan
Jurisprudensial
Berbasis Wisata Lapangan ....................................... 4.2.3
291
294
Perubahan Perilaku Siswa setelah Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan .............
302
5.1 Simpulan ...............................................................................
316
5.2 Saran .....................................................................................
318
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
320
LAMPIRAN ............................................................................................
323
BAB V PENUTUP
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sintakmatik Penerapan Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan dalam Pembelajara Menulis Laporan Pengamatan ..............................................................................
60
Tabel 2 Penilaian Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan ............
86
Tabel 3 Rubik Penilaian Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan..
87
Tabel 4 Kategori Penilaian .....................................................................
90
Tabel 5 Perolehan Nilai Tiap Aspek ......................................................
90
Tabel 6 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurispridensial Berbasis Wisata Lapangan Siklus I ................. Tabel 7 Keterampilan
Menulis
Laporan
Pengamatan
Aspek
Karakteristik Judul.................................................................... Tabel 8 Keterampilan
Menulis
Laporan
Pengamatan
113 116
Aspek
Kesesuaian Isi Laporan ............................................................
119
Tabel 9 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerangka Laporan .................................................................................... Tabel 10 Keterampilan
Menulis
Laporan
Pengamatan
122
Aspek
Keruntutan Pemaparan .............................................................
126
Tabel 11 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Ejaan .........................................................................................
132
Tabel 12 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Diksi ......................................................................................... Tabel 13 Keterampilan
Menulis
Laporan
Pengamatan
140
Aspek
Penggunaan Kalimat ................................................................
146
Tabel 14 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerapian Tulisan ......................................................................................
157
Tabel 15 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Tiap Aspek pada Siklus I .....................................................................................
xvi
160
Tabel 16 Hasil Tes
Siklus
II
Keterampilan
Menulis
Laporan
Pengamatan .............................................................................. Tabel 17 Keterampilan
Menulis
Laporan
Pengamatan
Aspek
Karakteristik Judul ................................................................... Tabel 18 Keterampilan Kesesuaian
Menulis Isi
Laporan
Laporan dengan
Pengamatan Judul
dan
214 217
Aspek Objek
Pengamatan...............................................................................
219
Tabel 19 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerangka Laporan .................................................................................... Tabel 20 Keterampilan
Menulis
Laporan
Pengamatan
225
Aspek
Keruntutan Pemaparan .............................................................
229
Tabel 21 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Ejaan .........................................................................................
237
Tabel 22 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Diksi ......................................................................................... Tabel 23 Keterampilan
Menulis
Laporan
Pengamatan
240
Aspek
Penggunaan Kalimat ................................................................
244
Tabel 24 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerapian Tulisan ......................................................................................
249
Tabel 25 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Tiap Aspek pada Siklus II ....................................................................................
253
Tabel 26 Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan pengamatan Siklus I dan Siklus II ................................................................
295
Tabel 27 Peningkatan Hasil Tes Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan pada Siklus I dan Siklus II .......................................
296
Tabel 28 Persentase Kenaikan Perilaku Positif Siswa pada Siklus I ke Siklus I .....................................................................................
305
Tabel 29 Perubahan Perilaku Negatif Siswa dari Siklus I ke Siklus II....
307
xvii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Sintakmatik Model Jurisprudensial ............................................
52
Bagan 2 Dampak Instruksional dan Pengiring Model Jurisprudensial ....
54
Bagan 3 Kerangka Berpikir ......................................................................
67
xviii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Persentase Ketercapaian Tiap Aspek pada Siklus I ...............
161
Diagram 2 Hasil Observasi Siklus I .........................................................
162
Diagram 3 Persentase Ketercapaian Tiap Aspek pada Siklus II ..............
253
Diagram 4 Hasil Observasi Perilaku Siswa .............................................
255
Diagram 5 Peningkatan Nilai Rata-rata Awal, Siklus I, dan Siklus II ....
296
Diagram 6 Peningkatan Nilai Rata-rata Tiap Aspek pada Siklus I dan II
301
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Desain Penelitian Tindakan Kelas .......................................
69
Gambar 2
Tahap Orientasi terhadap Kasus ........................................
105
Gambar 3 Aktivitas Siswa Mendiskusikan Data Hasil Pengamatan pada Tahap Identifikasi Isu atau Kasus .............................. Gambar 4
Aktivitas Menulis Laporan pada Tahap Eksplorasi Contoh dan Pola Argumentasi .........................................................
Gambar 5
106
Aktivitas Siswa pada Tahap Menjernihkan dan Menguji Posisi ...................................................................................
Gambar 6
106
107
Aktivitas Uji Laporan Pengamatan pada Tahap Mengetes Asumsi Faktual ....................................................................
109
Gambar 7
Aktivitas Siswa saat Merespon Pembelajaran .....................
162
Gambar 8
Aktivitas Siswa saat Melakukan Kegiatan Diskusi ............
164
Gambar 9
Respon Siswa terhadap Model yang Digunakan Guru ........
167
Gambar 10 Aktivitas Siswa saat Bertanya dan Mengeluarkan Pendapat
172
Gambar 11 Aktivitas Siswa dalam Mengerjakan Tugas (Menulis Laporan Pengamatan ...........................................................
174
Gambar 12 Aktivitas Siswa saat Mendengarkan Penjelasan Guru ........
189
Gambar 13 Aktivitas Siswa saat Bertanya Kepada Guru ......................
190
Gambar 14 Aktivitas Siswa saat Melakukan Pengamatan ....................
191
Gambar 15 Aktivitas Siswa saat Mewawancarai Narasumber ..............
193
Gambar 16 Aktivitas Siswa saat Mendiskusikan Laporan Pengamatan
194
Gambar 17 Aktivitas Siswa saat Presentasi Laporan Pengamatan ........
195
Gambar 18 Aktivitas saat Pengujian Laporan pengamatan oleh Guru ..
196
Gambar 19 Aktivitas saat Penyerahan Penghargaan oleh Guru ............
197
Gambar 20 Tahap Orientasi terhadap Kasus ........................................
204
Gambar 21 Aktivitas Siswa Mendiskusikan Data Hasil Pengamatan pada Tahap Identifikasi Isu atau Kasus ...............................
206
Gambar 22 Tahap Eksplorasi Contoh dan Pola Argumentasi ................
209
xx
Gambar 23 Tahap Menjernihkan dan Menguji Posisi ............................
210
Gambar 24 Tahap Mengetes Asumsi Faktual yang Melatarbelakangi Posisi yang Diluluskannya ..................................................
211
Gambar 25 Aktivitas Siswa saat Merespon Penjelasan Guru ................
257
Gambar 26 Aktivitas Siswa saat Kegiatan Diskusi ................................
260
Gambar 27 Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran yang Digunakan Guru ..................................................................
263
Gambar 28 Aktivitas Siswa saat Bertanya dan Mengeluarkan Pendapat
266
Gambar 29 Aktivitas Siswa dalam Mengerjakan Tugas (Menulis Laporan Pengamatan ...........................................................
268
Gambar 30 Aktivitas Siswa saat Mendengarkan Penjelasan Guru .......
281
Gambar 31 Aktivitas Siswa saat Bertanya kepada Guru .......................
282
Gambar 32 Aktivitas
Siswa
saat
Mengamati
Contoh
Laporan
Pengamatan .........................................................................
283
Gambar 33 Aktivitas Siswa saat Melakukan Pengamatan .....................
283
Gambar 34 Aktivitas Siswa saat Mewawancarai Narasumber ...............
284
Gambar 35 Aktivitas Siswa saat Mendiskusikan Laporan Pengamatan
285
Gambar 36 Aktivitas
Siswa
saat
Mempresentasikan
Laporan
Pengamatan .........................................................................
286
Gambar 37 Aktivitas saat Pengujian Laporan Pengamatan oleh Guru ..
287
Gambar 38 Aktivitas saat Penyerahan Penghargaan .............................
288
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ........................
323
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .......................
336
Lampiran 3 Contoh Lembar Pengamatan .................................................
349
Lampiran 4 Contoh Kerangka Laporan ....................................................
351
Lampiran 5 Contoh Laporan Pengamatan ................................................
352
Lampiran 6 Instrumen Tes Siklus I ..........................................................
353
Lampiran 7 Instrumen Tes Siklus II .........................................................
354
Lampiran 8 Panduan Observasi ................................................................
355
Lampiran 9 Jurnal Siswa ..........................................................................
357
Lampiran 10 Jurnal Guru ..........................................................................
358
Lampiran 11 Panduan Wawancara ...........................................................
359
Lampiran 12 Panduan Dokumentasi Foto Siklus I ...................................
360
Lampiran 13 Panduan Dokumentasi Foto Siklus II ..................................
361
Lampiran 14 Daftar Siswa ........................................................................
362
Lampiran 15 Daftar Nilai Siswa ...............................................................
363
Lampiran 16 Daftar Nilai Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Siklus I .................................................................................
365
Lampiran 17 Daftar Nilai Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Siklus II ...............................................................................
368
Lampiran 18 Hasil Observasi Siklus I ......................................................
371
Lampiran 19 Hasil Observasi Siklus II ...............................................
374
Lampiran 20 Lembar Jurnal Siswa Siklus I .............................................
377
Lampiran 21 Lembar Jurnal Siswa Siklus II ............................................
382
Lampiran 22 Deskrispi Jurnal Guru Siklus I ............................................
387
Lampiran 23 Deskripsi Jurnal Guru Siklus II ...........................................
391
Lampiran 24 Deskripsi Wawancara Siklus I ............................................
394
Lampiran 25 Deskripsi Wawancara Siklus II ...........................................
402
Lampiran 26 Hasil Tes Siklus I ................................................................
408
xxii
Lampiran 27 Hasil Tes Siklus II ...............................................................
412
Lampiran 28 Surat Keterangan Lulus UKDBI .........................................
415
Lampiran 29 Surat Izin Penelitian ............................................................
416
Lampiran 30 Surat Keterangan Penelitian ................................................
417
Lampiran 31 Surat Keterangan Dosen Pembimbing (SK dosbing) ..........
418
Lampiran 32 Form Laporan Selesai Bimbingan .......................................
419
Lampiran 33 Lembar Bimbingan ..............................................................
420
xxiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Laporan merupakan sebuah tulisan eksposisi dengan bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan. Laporan berisi fakta yang disampaikan oleh pelapor berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada pelapor secara langsung dengan objek tertentu.Di dalam menulis laporan perlu adanya keterampilan khusus, yaitu ketelitian dan kecermatan. Menulis laporan secara teliti dan cermat biasanya hanya dapat dilakukan oleh orang yang benar-benar telah terlatih dan telah terbiasa. Oleh karena itu, di dalam menulis laporan perlu berlatih dengan rajin agar lebih terampil. Siswa akan dapat menulis laporan dengan benar jika ia dapat menguasai masalah yang dibebankan kepadanya. Kompetensi dasar dikembangkan menjadi sebuahindikator yang harus dicapai oleh siswa dalam menulis laporan. Indikator tersebut di antaranya adalah mampu merangkai pokok-pokok laporan berdasarkan urutan waktu, ruang atau tempat, serta topik dan mampu mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Untuk mencapai indikator tersebut, selain siswa harus dapat berlatih dengan keras, guru juga berperan besar dalam membimbing penulisan laporan. Guru harus memiliki model khusus dalam pembelajaran menulis laporan agar siswa dapat dengan mudah menuangkan ide dan gagasannya ke dalam sebuah tulisan. Ketepatan
1
2
model yang digunakan oleh guru mempermudah siswa dalam pencapaian indikator. Berdasarkan hasil observasi, keterampilan menulis laporan pengamatan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang kurang memuaskan, yaitu hanya mencapai nilai rata-rata kelas sebesar 59,18. Nilai rata-rata tersebut berada dalam kategori kurang dan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70,00. Presentase ketercapaian KKM sebelum dilakukan tindakan sebesar 22,5% dalam satu kelas. Artinya, persentase siswa yang telah mampu memenuhi KKM sebesar 70,00 sebanyak 9 siswa, dengan 1 siswa berada dalam kategori sangat baik dan 8 siswa berada dalam kategori baik. Rendahnya persentase ketercapaian KKM pada kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menulis laporan. Selain kurangnya pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menulis laporan, rendahnya nilai tersebut disebabkan oleh pembelajaran yang diberikan kurang mengaktifkan siswa. Selama ini, siswa tidak diberi kesempatan untuk menggali potensi yang ada pada dirinya. Saat pembelajaran menulis laporan, siswa tidak pernah mempraktikkan menulis laporan karena yang diberikan hanya berupa teori dan penjelasan. Siswa tidak memiliki pengalaman dalam menulis laporan. Oleh karena itu, siswa merasa bosan dengan pelajaran dan cenderung tidak memperhatikan pelajaran dan lebih asyik bergelut dengan dunaianya, seperti mengobrol, tidur, menulis hal-hal yang tidak berkaitan dengan pelajaran, bercanda, dan keluar kelas dengan alasan pergi ke kamar kecil, dan lain-lain.
3
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, siswa tidak diberikan kesempatan untuk aktif dengan alasan keadaan atau situasi tidak akan kondusif ketika siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan kemampuannya. Pada kenyataannya, kebebasan yang diberikan dapat menambah ide dan wawasan siswa.Kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis laporan antara lain siswa belum dapat menulis laporan secara sistematis sesuai dengan urutan waktu, ruang atau tempat, dan topik, serta siswa belum dapat mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Agar siswa mampu mencapai standar ketuntasan, strategi khusus dalam mengajar sangat diperlukan. Strategi yang dimaksud adalah model yang dipakai dalam pembelajaran. Salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis laporan adalah menggunakan model jurisprudensial dan wisata lapangan. Dengan model dan wisata lapangan, siswa diberikan kebebasan menuangkan ide atau gagasannya terhadap suatu peristiwa untuk dituangkan ke dalam sebuah tulisan yang bersumber dari apa yang mereka alami. Wisata lapangan merupakan salah satu cara yang dapat membantu siswa menerapkan pengalaman dan pembelajaran di kelas kepada dunia yang lebih besar dan lebih luas sehingga siswa mampu mengenal dunia luar. Dari berbagai hal di atas, alternatif yang digunakan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis laporan adalah penerapan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Model jurisprudensial memiliki perbedaan dengan model-model lain, yakni di dalam model jurisprudensial
4
terdapat tahapan di mana siswa harus berorientasi atau terlebih dahulu mengetahui masalah yang akan mereka hadapi ketika melakukan pengamatan objek secara langsung. Selain itu, model jurispruidensial dapat membuat siswa berpikir kritis tentang masalah yang sedang mereka hadapi pada objek yang diamati dan mengaitkan masalah tersebut dengan kondisi saat itu. Dengan menggunakan model ini, siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengembangkan wawasan, pengetahuan, dan pengalamannya dalam pembelajaran di kelas. Siswa merupakan subjek utama dalam pembelajaran. Siswa dilatih untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya ke dalam bentuk tulisan. Pembelajaran dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan melibatkan siswa secara langsung dari awal hingga akhir pembelajaran, yakni sejak perencanaan (penentuan topik), proses observasi atau pengamatan, diskusi, pemaparan atau presentasi, dan evaluasi. Dengan demikian, siswa mengetahui kesalahankesalahan yang terjadi atau kekurangan-kekurangan yang ada, serta membantu siswa terampil dalam menulis laporan. Penggunaan model ini dapat membantu siswa untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik. Di dalam penggunaan model jurisprudensial, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan jumlah siswa 5-6 siswa tiap kelompoknya. Dalam satu kelompok, masing-masing siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Setelah setiap siswa mendapatkan kelompok, siswa diajak mengamati objek pengamatan secara langsung kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas.
5
Penelitian tindakan kelas dengan pemberian model jurisprudensial berbasis wisata lapangan sebagai alternatif pembelajaran dapat menarik, memotivasi, dan mengenalkan serta menunjukkan bagaimana menulis laporan sesuai dengan kriteria dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Dengan model tersebut, diduga keterampilan menulis laporan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang dapat meningkat. Selain itu, penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat mengubah siswa agar lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis, khususnya menulis laporan.
1.2 Identifikasi Masalah Salah satu kompetensi dasar yang terdapat pada kelas VIII SMP adalah menulis laporan. Menulis laporan memiliki peran penting dalam pencapaian mutu pendidikan sehingga siswa diharapkan mampu mencapai mutu pendidikan yang lebih baik. Dengan demikian, siswa diharapkan menguasai hal-hal yang berkaitan dengan menulis laporan. Berdasarkan hasil observasi keterampilan siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang dalam menulis laporan masih kurang memuaskan meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk mengajarkan keterampilan menulis laporan. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang masih jauh dari harapan. Kesulitankesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis laporan antara lain siswa belum dapat menulis laporan secara sistematis dan siswa belum dapat mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Di antara penyebab rendahnya kemampuan siswa
6
dalam menulis laporan adalah proses pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai objek sehingga siswa merasa tidak suka atau bosan dalam pembelajaran. Pembelajaran pada kompetensi dasar menulis laporan, siswa hanya mendapatkan teori menulis laporan, tetapi tidak diberi kesempatan untuk menulis laporan secara benar. Selain selain hal di atas, terdapat pula penyebab lain penghambat pembelajaran, yaitu (1) siswa belum dapat membuat pendahuluan untuk laporannya; (2) siswa belum dapat menggambarkan objek pengamatan secara jelas; (3) siswa belum dapat membedakan jenis-jenis karangan; (4) siswa merasa bosan dan jenuh dengan pelajaran Bahasa Indonesia, terutama menulis (5) siswa belum mengerti bagaimana caranya menuangkan ide atau gagasan untuk mendeskripsikan rangkaian pengamatan pada objek; dan (6) siswa kurang memperhatikan pelajaran. Dipilihya model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dalam pembelajaran menulis laporan karena dengan model ini terlebih dahulu siswa berorientasi mengetahui masalah yang akan mereka hadapi ketika melakukan pengamatan objek secara langsung. Selain itu, model jurispruidensial dapat membuat siswa berpikir kritis tentang masalah yang sedang mereka hadapi pada objek yang diamati dan mengaitkan masalah tersebut dengan kondisi saat itu. Dengan penggunaan model ini siswa mampu mengembangkan ide dan daya kreasinya secara optimal. Di samping itu, pembelajaran akan berjalan aktif dan menarik, sehingga siswa antusias terhadap pembelajaran tersebut.
7
Dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan proses yang sistematis agar indikator yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Proses yang sitematis tersebut tertuang dalam langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun sebelum proses pembelajaran berlangsung. Hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan langkah-langkah pembelajaran adalah kegiatan yang bersifat kreatif, inovatif, terbuka, tidak membosankan, dan menumbuhkan tanggung jawab. Dalam proses pembelajaran dimungkinkan adanya komunikasi dua arah, yaitu antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa.
1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, banyak ditemukan masalah yang menghambat keterampilan menulis siswa, khususnya keterampilan menulis laporan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang, yaitu siswa belum dapat menyusun kerangka laporan berdasar data yang telah diperoleh dan mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan bahasa yang baik dan benar. Karena adanya keterbatasan pada penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada upaya mengatasi kesulitan siswa dalam menyusun kerangka laporan berdasar data yang diperoleh dan mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan bahasa yang baik dan benar. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti menggunakan model jurisprudensial agar siswa dapat meningkatkan keterampilan dalam menulis laporan dan siswa dapat lebih aktif di dalam kelas ketika pembelajaran.
8
1.4 Rumusan Masalah Berdasar latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, permasalahan yang diteliti sebagai berikut. 1.
Bagaimana proses pembelajaran menulis laporan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang selama menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan?
2.
Bagaimana peningkatan keterampilan menulis laporan siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang setelah mengikuti pembelajaran yang menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan?
3.
Bagaimana perubahan perilaku siswa setelah pembelajaran menulis laporan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang?
1.5 Tujuan Penelitian Berdasar latar belakang dan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian sebagi berikut. 1.
Mendeskripsikan proses pembelajaran dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang.
2.
Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis laporan siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang setelah menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
9
3.
Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran menulis laporan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang.
1.6
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, siswa, sekolah, dan
peneliti. Manfaat bagi guru adalah mengembangkan dan meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan serta mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan terhadap isu-isu yang sedang dihadapi. Manfaat bagi siswa adalah mengembangkan kreativitas dan kemandirian siswa, membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu siswa dalam mengamati serta memberikan pengalaman dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa dalam menulis laporan pengamatan. Manfaat bagi sekolah adalah memberikan kontribusi positif bagi sekolah dalam mengembangkan model pembelajaran, sedangkan manfaat bagi peneliti adalah menambah wawasan dalam menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS
2.1
Kajian Pustaka Penelitian tindakan kelas yang berhubungan dengan menulis laporan
antara lain dilakukan oleh Ervin Novianto (2006), Rizka Kusuma Wardani (2008), Rudi Roose, Andre Mottart, Nele Dejonckheere, Carol Van Nijnatten, Maria De Bie (2009), Susan Kay Davidson, Cynthia Passmore, David Anderson (2009), John C O’Grady (2009), Dwi Santi (2009), Umi Kholifah (2010), Dyah Sofafia (2010) dan Stewart Marshall (2011). Novianto
(2006)
dalam
penelitian
yang
berjudul
“Peningkatan
Keterampilan Menulis Laporan dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Kelas VIII B SMP Nusantara 1 Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan” menggunakan
menunjukkan pendekatan
bahwa
penelitian
kontekstual
menulis
komponen
laporan
dengan
pemodelan
mampu
meningkatkan keterampilan menulis laporan. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Berdasarkan penelitian tersebut, keterampilan menulis laporan siswa dari prasiklus, siklus 1 sampai siklus II mengalami peningkatan. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata menulis laporan sebesar 50,02. Pada siklus I terjadi peningkatan 19,68% dari hasil tes prasiklus, dengan nilai rata-rata 60,08 dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 20,94% dari hasil tes siklus I, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 72,66. Jadi, peningkatan secara keseluruhan dari prasiklus sampai siklus II sebesar
10
11
44,74%. Peningkatan keterampilan menulis laporan siswa juga diikuti dengan perubahan perilaku negatif menjadi perilaku positif. Pada siklus II siswa makin antusias dalam mengikuti pembelajaran karena siswa merasa senang mengikuti pembelajaran menulis laporan dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang diterapkan guru. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Novianto dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah mengkaji tentang menulis laporan. Sementara itu, perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh Novianto dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada pemberian tindakan. Novianto menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, sedangkan penulis menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Wardani
(2008)
dalam
penelitian
yang
berjudul
“Peningkatan
Keterampilan Menulis Laporan Perjalanan dengan Menggunakan Metode 5W+1H dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VIIID MTs Al-Asror Patemon Gunung Pati” menunjukkan bahwa metode 5W+1H dapat meningkatkan keterampilan menulis laporan. Penelitian tersebut menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tersebut dilakukan dengan dua siklus. Sebelum tindakan dilakukan, nilai rata-rata menulis laporan perjalanan sebesar 55,4. Pada siklus I nilai rata-rata 65,1 dan pada siklus II mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata kelas sebesar 77,9. Jadi, peningkatan keseluruhan dari nilai prasiklus sampai siklus II sebesar 40,70%. Perilaku siswa dapat berubah setelah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode tersebut. Perilaku siswa yang awalnya cenderung pasif, bermalas-malasan, dan meremehkan penjelasan
12
dan tugas yang diberikan oleh guru berubah menjadi senang, aktif, dan serius terhadap materi atau pun tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu, dengan menggunakan metode 5W+1H, siswa terlihat antusias dan menikmati proses pembelajaran sehingga kelas terlihat hidup dan tugas-tugas yang diberikan dapat diselesaikan dengan baik. Persamaan dalam penelitian ini adalah menulis laporan, sedangkan yang membedakan adalah tindakan yang digunakan dalam pengajaran. Wardani menggunakan
metode
5W+1H,
sedangkan
penulismenggunakan
model
jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Roose, dkk. (2009) dalam artikel yang berjudul Participatory Social Work and Report Writing berhubungan dengan bagaimana paradigma partisipatif muncul ke permukaan dalam praktik penulisan laporan bagi anak-anak setelah mereka melihat dan bekerja. Hasilnya, pendekatan perspektif lebih mendukung dalam
pembelajaran
menulis
laporan
dibandingkan
dengan
pendekatan
partisipatif. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Roose, dkk.dengan penulis terletak pada fokus penelitian, yaitu sama-sama mengkaji tentang menulis laporan. Perbedaan penelitian yang dilakukan Roose, dkk dengan peneliti terletak pada tindakan yang diberikan. Roose, dkk menggunakan metode pendekatan perspektif, sedangkan penulis menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Selain Roose, dkk.,Davidson, dkk. (2009) dalam artikel penelitian yang berjudul Learning on Zoo Field Trips: The Interaction of Agendas and Practices of Students, Teachers, and Zoo Aducators yang meneliti tentang menulis laporan
13
dengan penggunaan teknik pengamatan dan interaksi langsung. Dalam penelitian tersebut, terdapat perubahan siswa kearah yang lebih baik. Praktik pedagogis guru kelas dan agenda pembelajaran yang mereka pegang untuk siswa mereka, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran siswa dan persepsi dari pengalaman. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Davidson, dkk. dengan penelitian yang dilakukan penulis terletak pada fokus penelitian, yaitu sama-sama mengkaji menulis laporan. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Davidson, dkk. dengan penulis terletak pada tindakan yang diberikan terhadap siswa. Davidson, dkk. menggunakan metode langsung, sedangkan penulis menggunkan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Grady (2009) dalam artikel penelitiannya yang berjudul Report Writing for the Criminal Court dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa tugas utama dalam pengadilan pidana adalah menerjemahkan temuan kejiwaan ke dalam bahasa. Pengadilan dapat memahami dan menerjemahkan bahasa medis untuk hukum. Ketika penulis laporan menerima mandat untuk menulis laporan kasus yang tengah dihadapi, ia harus memberikan informasi yang cukup kepada pengadilan tentang waktu kejadian dan lain-lain agar laporan tersebut dapat berfungsi secara efisien di pengadilan. Selain itu, kompetensi yang dimiliki seorang penulis harus benar-benar diawasi agar laporannya dapat dipertangungawabkan di depan pengadilan. Tujuan utama penulisan laporan medis hukum di dalam hukum pidana tersebut untuk memberikan pendapat kepada pengadilan dengan pendapat
14
tentang gangguan mental. Struktur laporan harus menetapkan tindakan yang diambil untuk menghasilkan laporan dan fakta sebagai bahan pemikiran. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Grady terletak pada fokus penelitian yaitu menulis laporan, sedangkan perbedaannya adalah Grady meneliti penulisan laporan untuk digunakan dalam dunia hukum tetapi penulis meneliti penulisan laporan yang digunakan di dalam dunia pendidikan. Selain itu, perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Grady dan penulis terletak pada tindakan yang dilakukan. Grady menggunakan tindakan study kejiwaan yang dituangkan ke dalam bahasa, sedangkan penulis menggunakan tindakan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Penelitian tindakan kelas juga dilakukan oleh Santi (2009) dengan judul penelitian
“Peningkatan
Keterampilan
Menulis
Laporan
melalui
Model
Pembelajaran Kooperatif Group Investigation pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 03 Purwodadi”. Dari data yang dikumpulkan pada penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan dengan pembelajaran kooperatif metode group investigation rata-rata nilai dalam menulis laporan siswa kelas VIII D SMP Negeri 03 Purwodadi mengalami peningkatan sebesar 20,39. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata klasikal menulis laporan sebesar 65,6. Pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 13,24 dengan rata-rata sebesar 78,8 dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 7,15 dengan rata-rata nilai sebesar 85,5. Peningkatan keterampilan menulis laporan siswa ini juga diikuti dengan perubahan tingkah laku yang tadinya perilaku siswa bersifat negatif berubah menjadi perilaku yang positif. Pada siklus II siswa terlihat
15
senang dan menikmati pembelajaran. Mereka makin aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Santi dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah menulis laporan. Sementara itu, perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Santi dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada tindakan yang diberikan kepada siswa. Santi menggunakan model pembelajaran kooperatif group investigation, sedangkan penulis menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Penelitian yang dilakukan oleh Khalifah memiliki kesamaan fokus penelitian, yaitu menulis laporan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardani. Penelitian yang dilakukan oleh Khalifah (2010) meneliti tentang menulis laporan perjalanan dengan judul penelitian “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Perjalanan melalui Teknik Pelatihan Terbimbing dengan Media Foto Berangkai pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 17 Semarang”. Hasil penelitian yang dilakukan Khalifah menunjukkan peningkatan dari prasiklus hingga siklus II. Nilai rata-rata kelas pada prasiklus adalah 58,22, siklus I sebesar 63,85, dan siklus II sebesar 75,37. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dari prasiklus ke siklus I sebesar 5,63 atau 9,67%, siklus I ke siklus II sebesar 11,52 atau 18,04%, sedangkan peningkatan dari prasiklus ke siklus II sebesar 17,15 atau 27,71%. Dengan demikian, dari penelitian yang dilakukan oleh Khalifah dengan teknik pelatihan terbimbing menggunakan media foto berangkai mampu meningkatkan keterampilan menulis laporan perjalanan siswa dan dapat
16
mengubah perilaku siswa kelas VIII A SMP Negeri 17 Semarang kearah yang positif. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Khlaifah dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah kompetensi menulis laporan. Perbedaan terletak pada tindakan yang digunakan ketika menerapkan kompetensi menulis laporan. Khalifah menggunakan teknik pelatihan terbimbing dengan media foto berangkai. Sementara itu, penulis menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Khalifah, Sofafia (2010) melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul penelitian “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Hasil Kegiatan melalui Metode Dispres pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Randudongkal”.Hasil penelitian tersebut menunjukkan
peningkatan
pada
keterampilan
menulis
laporan
dengan
menggunakan metode dispres. Nilai rata-rata kelas pada prasiklus adalah 59,14, sedangkan pada siklus I sebesar 67,59, dan pada siklus II menjadi 81,56. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari prasiklus ke siklus II sebesar 37,8%. Secara rinci, siklus II menjadi 81,30. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Sofafia dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada kompetensi menulis laporan, sedangkan perbedaannya terletak pada strategi pembelajaran yang digunakan. Sofafia menggunakan
metode
dispres,
sementara
Jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
penulis
menggunakan
model
17
Marshall (2011) dalam artikel penelitiannya yang berjudul A Genre-Based Approach to the Teaching of Report-Writing. Dalam penelitiannya, Marshall menggunakan pendekatan genre-based dalam mengajarkan penulisan laporan terhadap siswanya dan menunjukkan bagaimana sebuah genre digunakan untuk umpan balik pada laporan tertulis yang telah dibuat dan diimplementasikan. Marshall menjelaskan bahwa penulisan laporan sangat penting bagi siswa karena dalam penulisan laporan tidak hanya sebagai sarana untuk mengekspresikan dan menyajikan
informasi
secara
efektif,
tetapi
juga
untuk
memfasilitasi
perkembangan pemikiran ilmiah. Hasilnya, dengan menggunakan pendekatan tersebut siswa dapat menyajikan dan memberikan informasi secara tepat yang dituangkan ke dalam laporannya. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Marshall dan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada fokus penelitian, yaitu menulis laporan, sedangkan perbedaannya terletak pada tindakan yang diberikan. Marshall menggunakan pendekatan genre-based, sedangkan penulis menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
2.2
Landasan Teoretis Beberapa konsep yang mejadi landasan teoretis dalam penelitian ini adalah
mengenai hakikat menulis, menulis laporan, model jurisprudensial, wisata lapangan, dan pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
18
2.2.1 Hakikat Menulis Hakikat menulis diuraikan menjadi beberapa bagian, yaitu pengertian, tujuan, dan manfaat. Dalam subbab ini diuraikan tentang teori-teori tersebut.
2.2.2 Pengertian Menulis Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipakai untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif (Tarigan 1993:3). Menyempurnakan pendapatnya terdahulu, Tarigan mengatakan bahwa menulis ialah
menurunkan
atau
melukiskan
lambang-lambang
grafik
yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orangorang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Sependapat dengan Tarigan, Lado (dalam Suriamiharja 1997:1) mengartikan bahwa menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya. Suriamiharja (1997:1) mengemukakan bahwa menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Menyempurnakan pendapatnya terdahulu, Suriamiharja, dkk. (1997:12) menyimpulkan bahwa keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh
19
penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang memunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut. Sementara itu, Akhadiah (1998:3) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari menemukan gagasan sampai menghasilkan tulisan. Kata menulis memunyai dua arti. Pertama, menulis berarti mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat. Kedua, kata menulis memunyai arti kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis (Wiyanto 2004:1). Hakim (2005:15) berpendapat bahwa menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan.Menulis menurut Nurudin (2007:4) adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan. Tulisan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh seseorang akibat kegiatan proses kreatif penulisannya. Menulis (writing) adalah bagian dari kegiatan yang sering kita lakukan setiap hari. Selain itu, menulis adalah bagian dari kegiatan komunikasi yang dilakukan menggunakan bahasa tulisan (writing), selain mendengar (listening), membaca (reading), dan berbicara (speaking). Jadi, menulis adalah kegiatan berkomunikasi dalam bahasa tulisan. Pesan yang disampaikan bisa berupa informasi, gagasan, pemikiran, ajakan, dan sebagainya (Estiati 2008:33). Menulis secara sederhana dapat diawali dengan melakukan: (1) melihat langsung suatu peristiwa atau objek. Ide adalah kunci utama seseorang dapat melakukan pekerjaan menulis. Ide akan muncul bila memiliki pengetahuan, wawasan, dan pengalaman. Maka dengan melihat objek secara langsung, ide akan
20
mudah untuk didapatkan; (2) mendiskusikan apa yang menarik dari yang dilihat, atau menemukan informasi atau data dari buku; (3) menulis draf/membuat kerangka tulisan; (4) menyampaikan kepada orang lain yang dipercaya mampu membimbing dan mengarahkan; (5) menulis ulang dan memeriksa tanda baca pada tahap akhir, bukan pada awal atau saat membuat drafkarena dapat mengganggu kelancaran mengekspresikan gagasan, dan (6) mempublikasikan tulisan, merancang desain penampilan (Suwarno 2011:106) Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkanmenulis merupakan suatu penuangan ide atau gagasan, perasaan, pikiran ke dalam sebuah tulisan untuk menyampaikan informasi yang ingin disampaikan dalam bentuk tertulis.
2.2.3 Tujuan Menulis Setiap jenis tulisan memiliki berbagai tujuan yang berbeda. Dengan keberbedaan tersebut maka penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan kategori sebagai berikut: memberitahukan atau mengajar, meyakinkan
atau
mendesak,
menghibur
atau
menyenangkan,
mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api (Tarigan 1993:23). Sehubungan dengan tujuan penulisan, Hugo Hartig (dalam Tarigan 1993:24) merangkum tujuan penulisan sebagai berikut; (1) assignment purpose (tujuan penugasan), yaitu tujuan menulis karena ditugaskan, bukan karena kamauan sendiri, (2) altrustic purpose (tujuan altrustik), yaitu tujuan menulis untuk menyenangkan pembaca, menghadirkan kedukaan para pembaca, ingin
21
menolong para pembaca mamahami, menghargai perasaan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu, (3) persuasive purpose (tujuan persuasif) adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan, (4) informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) adalah tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca, (5) self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri), yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca, (6) creative purpose (tujuan kreatif). Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian, dan (7) problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah). Dalam tulisan seperti ini, sang penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca. Tujuan menulis menurut Suriamiharja (1997:2) adalah agar tulisan yang ditulis dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang memunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Dengan demikian, keterampilan menulis menjadi salah satu cara berkomunikasi, karena dalam pengertian tersebut muncul satu kesan adanya pengiriman dan penerimaan pesan. Sementara itu, tujuan pembelajaran menulis laporan menurut Suyatno (2004:91) adalah agar siswa dapat menulis laporan yang mereka lakukan melalui pengamatan, pengalaman, maupun hasil bacaan.
22
Untuk dapat menguasai keterampilan menulis, ada tiga hal yang dilakukan, yaitu adanya niat, bukan niat biasa melainkan niat yang kuat, banyak belajar dan berlatih, dan terakhir tidak ragu-ragu dan malu untuk membaca tulisan yang sudah ada (Wiyanto 2004:8). Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan menulis bertujuan untuk menungkan ide, gagasan dan pengetahuan ke dalam bentuk tulisan agar dapat dibaca oleh orang lain serta dapat memecahkan masalah yang tengah dihadapi oleh penulis.
2.2.4 Manfaat Menulis Bahasa tulis berbeda dengan bahasa lisan. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulis adalah sekunder. Bahasa tulis dapat menembus waktu dan ruang, tetapi bahasa lisan begitu diucapkan segera hilang tidak berbekas. Bahasa tulis dapat disimpan lama dalam sampai waktu yang tidak terbatas, karena itulah kita dapat memperoleh informasi dari masa lalu atau dari tempat yang jauh melalui bahasa tulis, tetapi tidak melalui bahasa lisan (Chaer 1994:82). Banyak keuntungan yang didapat dan diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut Akhadiah, dkk. (2003:1-2) ada delapan kegunaan menulis sebagai berikut. 1) penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis, penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu
23
topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir menggali pengetahuan dan pengalamannya; 2) penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis,
penulis
terpaksa
bernalar,
menghubung-hubungkan,
serta
membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya; 3) penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan; 4) penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar; 5) penulis akan dapat meninjau serta manilai gagasannya sendiri secara lebih objektif; 6) dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret; 7) dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain, dan; 8) dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur. Adapun manfaat menulis laporan menurut Widyamartaya (2005:8), yaitu (1) pembuatan laporan melatih kita untuk berbuat cermat dan selalu bertujuan; (2)
24
penyusunan laporan merupakan penciptaan dokumen yang dapat dijadikan bahan studi, bahan perbandingan, bahan diskusi kemasyarakatan, dan sebagainya; (3) penyampaian laporan merupakan pertanggungjawaban kepada atasan atau organisasi, baik yang telah dilakukan, uang yang telah dibelanjakan, maupun tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh pimpinan organisasi atau badan usaha. JK. Rowling (dalam Nurudin 2007:20) memetik manfaat dari menulis sebagai berikut. 1) sarana untuk mengungkapkan diri (a tool for self expression), yaitu dengan menulis dapat mengungkapkan perasaan hati; 2) sarana untuk pemahaman (a tool for understanding). Jika seseorang membaca buku, ibarat melekatkan pengetahuan dalam pikiran tetapi seseorang yang membaca disertai menulis ia sedang mengikat kuat ilmu pengetahuan dalam otaknya; 3) membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, perasaan diri ((a tool to help developing personal satisfaction, pride, a feeling of self worth). Dengan memiliki kemampuan menulis, akan menimbulkan perasaan bangga terhadap diri sendiri karena tidak banyak orang yang memiliki kemampuan menulis; 4) meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan (a tool for increasing awareness and perception of environment). Orang yang menulis dituntut untuk terus belajar. Dengan belajar, pengetahuan akan bertambah dan menjadi luas. Terhadap masalah sosial, seorang penulis akan diasah kepekaan
25
inderawinya, tidak hanya peka terhadap persoalan sosial, tetapi juga sikap peduli dengan orang lain yang menderita; 5) keterlibatan secara bersemangat dan bukannya penerimaan yang pasrah (a tool for active involvement, not passive acceptance) seorang penulis adalah seorang pencipta. Dengan kata lain, penulis adalah manusia kreatif. Jika ada sesuatu yang menuntut tidak baik, penulis akan terpanggil untuk mengomentari lewat tulisan-tulisannya; dan 6) mengembangkan suatu pemahaman dan kemampuan tentang penggunaan bahasa (a tool for developing an understanding of and ability to use the language) seseorang menulis tidak asal tulis. Penulis harus memiliki alat, yaitu bahasa. Seseorang yang ingin menulis harus menguasai bahasa yang dijadikan alat untuk menulis. Dengan demikian, menulis tanpa memiliki bahasa yang memadai adalah omong kosong. Selain manfaat yang telah dipaparkan di atas, manfaat lain yang bisa diperoleh dari aktivitas menulis, yaitu (1) menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan; (2) mendorong untuk mencari referensi; (3) terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen secara runtut, sistematis, dan logis; (4) mengurangi tingkat ketegangan; (5) mendapatkan kepuasan batin karena bermanfaat bagi orang lain (Komaidi 2007:12). Penulisan laporan dalam bentuk apapun sangat berperan bagi kemajuan dunia ilmu pengetahuan. Tidak banyak manfaat yang diperoleh dari penelitian jika tidak membuat laporan. Suatu penelitian akan sangat bermanfaat jika hasil
26
penelitian tersebut dituangkan ke dalam suatu laporan yang baik dan sistematis (Kosasih 2010:106). Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat kegiatan menulis adalah dapat mengungkapkan perasaan, pengalaman diri, dan gagasan terhadap sebuah tulisan dan dapat mengenali diri sendiri.
2.2.5 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Secara harfiah, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan, sedangkan kata keterampilan memiliki pengertian kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Kata menulis berarti melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Secara harfiah, laporan berarti segala sesuatu yang dilaporkan, sedangkan pengamatan berarti perbuatan mengamati dengan sungguh-sungguh. Jadi, keterampilan menulis laporan pengamatan merupakan kecakapan dalam melahirkan pikiran atau perasaan ke dalam tulisan setelah mengamati dengan sungguh-sungguh pada objek tertentu. Laporan pengamatan merupakan salah satu jenis karangan eksposisi. Eksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek, misalnya menjelaskan pengertian kebudayaan, komunikasi, perkembangan teknologi, dan lain-lain kepada pembaca. Eksposisi juga menjadi alat untuk menjelaskan bagaimana pertalian suatu objek dengan objek lain, atau dapat digunakan oleh seorang penulis untuk menganalisis struktur suatu barang, menganalisis karakter
27
seorang individu, atau situasi. Pada waktu memberikan penjelasan atau pengarahan mengenai suatu hal, tindakan tertentu, atau membetasi pengertian sebuah istilah sehingga biasanya digunakan eksposisi (Keraf 1995:8). Bentuk wacana ini menyajikan penjelasan yang akurat dan padu mengenai topik-topik yang rumit seperti struktur negara atau pemerintahan, struktur sebuah jam tangan, atau teori mengenai timbulnya suatu penyakit. Eksposisi digunakan untuk menjelaskan proses terjadinya sesuatu, beroperasinya sebuah mesin atau peralatan, dan sebagainya. Penulis eksposisi tidak berusaha mempengaruhi atau menggerakkan
pembaca
dan
tidak
berusaha
memberi
kesan,
kecuali
menyampaikan pernyataan yang lengkap dan dapat dipercaya mengenai suatu objek. Secara singkat, eksposisi adalah bentuk wacana yang tujuan utamanya adalah memberitahukan atau memberi informasi mengenai suatu objek tertentu. Dengan informasi tadi, pengetahuan pembaca bertambah luas. Sebuah eksposisi diwarnai oleh sifat topik yang digarap dan teknik penyajian yang digunakan. Keterampilan penulis dalam memadukan kedua unsur itu dengan jalinan bahasa yang baik dan lancar akan menandai kualitas eksposisi. Walaupun demikian, sebuah tulisan yang paling umum digarap, eksposisi tetap mengandung tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, tbuh eksposisi, dan kesimpulan. Bagian pendahuluan menyajikan latar belakang, alasan memilih topik itu, pentingnya topik, luas lingkup, batasan pengertian topik, permasalahan dan tujuan penulisan, kerangka acuan yang digunakan. Agar uraian mengenai tubuh atau isi eksposisi disajikan dengan teratur, penulis harus mengembangkan sebuah
28
organisasi atau kerangka karangan terlebih dahulu. Berdasarkan organisasi tadi, penulis kemudian menyajikan uraiannya mengenai tiap-tiap bagian secara terpernci sehingga konsep atau gagasan yang ingin disampaikan kepaa pembaca tampak jelas. Eksposisi dapat menggunakan bermacam-macam metode penyajian, di antaranya dengan mengadakan analisis mengenai topik garapan (analisis umum, analisis bagian, analisis fungsi, analisis proses, dan analisis kausal), menyodorkan sebuah klasifikasi, memberi batasan tentang objek, mengadakan perbandingan, menyajikan ilustrasi mengenai pokok bahasan sehingga gagasan atau informasi yang disampaikan jelas bagi pembaca. Dalam ruang lingkup metode-metode yang disajikan, penulis mengajukan fakta-fakta untuk mengonkretkan informasi yang disampaikan itu. Kaitan antara fakta dengan fakta harus dijalin agar kelihatan logis dan masuk akal. Pendapat dan gagasan-gagasan yang disampaikan biasanya dijalin dalam alinea-alinea yang padu dna kompak. Setelah penyajian gagasan yang disajikan dengan fakta yang nyata yang kemudian dianalisis, penulis menyajikan kesimpulan mengenai apa yang disajikan dalam karangan ekposisi tersebut. Sesuai dengan sifat eksposisi, apa yang disimpulkan tidak mengarah kepada usaha memengaruhi pembaca. Kesimpulan yang diberikan hanya bersifat semacam pendapat atau kesimpulan yang dapat diterima atau ditolak pembaca. Hal terpenting adalah penulis sudah menyajikan informasi mengenai topik untuk memperluas wawasan atau pandangan pembaca (Keraf 1995:9-10).
29
Dalam menulis laporan pengamatan diperlukan pengembangan gagasan. Pengembangan gagasan inilah yang dapat menuangkan ide secara utuh dan padu untuk disampaikan secara tertulis. Gagasan yang disampaikan secara tertulis sebaiknya menggunakan bahasa yang baik dan benar agar terjalin hubungan yang baik antara penuis dan pembaca. Ide adalah sesuatu yang melintas dalam pikiran kita yang sifatnya masih sangat umum. Bisa dalam bentuk sebuah pengalaman, kata, kalimat, gambar, simbol, warna, isyarat, tanda, bisa saja nama orang, binatang, hewan, dan tumbuhan. Dari hal-hal seperti itu muncullah sebuah gagasan. Secara sederhana, gagasan adalah cikal bakal suatu kegiatan atau pekerjaan yang akan dilakukan. Dalam bahasa psikologi, gagasan adalah suatu hal yang memotivasi kita untuk melakukan sesuatu pernyataan, sikap, atau tindakan tertentu (Sumadiria 2004:26). Menuangkan ide adalah memberi bentuk kepada segala sesuatu yang kita pikirkan dan segala sesuatu yang kita rasakan, berupa rangkaian kata yang tersusun dengan sebaik-baiknya sehingga ide tersebut dapat dipahami dan dipetik manfaatnya dengan mudah oleh pembaca (Widyamartaya 1990:31). Menuangkan ide secara tertulis dapat dianalogikan dengan merangkaikan bunga atau bingkai kado untuk orang lain. Karangan bunga atau bingkisan kado mewujudkan sesuatu yang jadi, utuh, atau lengkap. Demikian pula bila kita “membingkiskan ide”, bingkisan ide tersebut harus merupakan suatu tulisan yang jadi, utuh, dan lengkap. Dengan kata lain, untuk membuat suatu tulisan (karangan) yang baik, segala ide harus dipadatkan menjadi satu kesatuan yang utuh dan harmonis sehingga dapat menyuguhkan suatu bentuk tulisan yang utuh.
30
Penuangan dan pemaduan ide dalam kegiatan membutuhkan suatu kemampuan seperti yang penulis sampaikan di atas. Kemampuan yang diperlukan adalah kemampuan menyusun kerangka laporan berdasar data yang telah diperoleh dan mengembangkan kerangka laporan tersebut menjadi beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kerangka laporan harus mampu mengungkapkan sebuah pikiran. Akan tetapi, kerangka laporan saja belum dapat mewujudkan suatu tulisan yang jadi atau utuh. Oleh karena itu, tiap kerangka laporan diuraikan menadi sebuah kalimat kemudian kalimat-kalimat tersebut dirangkaikan dengan kalimat lain yang meluas, menguraikan, dan menjelaskan ide yang terdapat pada sebuah kerangka laporan ehingga tercipta satu pikiran yang lengkap. Bentuk seperti itulah yang disebut dengan paragraf. Suatu paragraf belum dapat dikatakan sebagai bentuk tulisan (karangan) karena paragraf hanyalah bagian dari sebuah karangan. Oleh karena itu, dalam menciptakan sebuah tulisan hendaknya mampu menciptakan paragraf lain dan merangkaikannya secara harmonis sehingga menjadi suatu komponen yang saling menunjang dan membentuk sebuah karangan yang diinginkan. Namun demikian, kemampuan menyusun sebuah kerangka laporan berdasar data yang telah diperoleh dan mengembangkan kerangka laporan tersebut ke dalam paragraf yang utuh bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Kemampuan tersebut memerlukan suatu pengetahuan yang memadai dan latihan yang cukup. Pada umumnya, siswa SMP masih mengalami kesulitan dalam menyusun kerangka laporan berdasar data yang telah diperoleh kemudian mengembangkan
31
kerangka laporan tersebut menjadi paragraf yang utuh. Oleh karena itu, agar kesulitan dapat diatasi perlu disajikan suatu cara yang mampu menuntun dan mengarahkan siswa. Salah satu cara yang dimaksuda adalah dengan adanya wisata lapangan. Dengan berwisata lapangan, siswa akan dengan mudah mendapatkan ide dan gagasan untuk selanjutnya dituangkan dalam sebuah tulisan. Wisata lapangan membantu siswa mendapatkan ide karena dihadapkan pada sebuah objek yang dirasa menarik untuk diamati. Pengalama yang diperolehnya selama berwisata lapangan merupakan pengalaman nyata dan dihadapi pada saat itu sehingga siswa mudah mengungkapkan gagasannya ke dalam sebuah karangan, yaitu laporan pengamatan. Dengan demikian, siswa dapat dengan mudah atau terampil dalam membuat salah satu karangan eksposisi, yaitu laporan pengamatan karena siswa terlibat secara langsung saat mengamati objek pengamatan. Keterampilan dalam menulis laporan tentunya tidak secara langsung dapat diperoleh, tetapi secara bertahap dan pembiasaan.
2.2.6 Aspek-Aspek yang Diukur dalam Keterampilan Menulis Laporan Komponen tulisan di antaranya judul, isi karangan, kerangka karangan, keruntutan pemaparan, ejaan, pilihan kata atau diksi, kalimat efektif (Akhadiah, dkk. 2003) dan kerapian (Aqib 2003:20).
32
2.2.6.1 Judul Judul merupakan nama, titel, atau semacam label untuk suatu karangan. Dalam karangan fiktif, kerap kali judul karangan tidak menunjukkan topik, sedangkan dalam karangan formal atau karangan ilmiah judul harus tepat menunjukkan topiknya. Penentuan judul harus dipikirkan sungguh-sungguh dengan mengingat beberapa persyaratan. Persyaratan judul yang baik di antaranya; 1) harus sesuai dengan topik atau isi karangan beserta jangkauannya; 2) judul dinyatakan dalam bentuk frase benda dan bukan kalimat; 3) judul karangan singkat; dan 4) judul jelas dan tidak dinyatakan dalam kata kiasan atau tidak mengandung kata yang menimbulkan arti ganda (Akhadiah, dkk. 2003:10).
2.2.6.2 Isi Karangan Karangan mungkin menyajikan fakta berupa benda, kejadian, gejala, atau ciri sesuatu, pendapat atau sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan sebagainya. Karya ilmiah membahas fakta meskipun untuk pembahasan itu diperlukan teori atau pendapat. Hal-hal yang berhubungan dengan fakta, yaitu generalisasi dan spesifikasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, hubungan sebab akibat, dan analogi (Akhadiah 2003). Sejumlah fakta atau gejala khusus yang diamati kemudian ditarik kesimpulan umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati disebut dengan generalisasi. Jadi, generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Oleh karena itu, suatu generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau yang menonjol, bukan rincian. Dalam
33
pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang atau dibuktikan dengan fakta-fakta, contoh-contoh, data statistik, yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus sebagai penjelas lebih lanjut. Generalisasi mungkin mengemukakan fakta atau pendapat. Generalisasi faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada generalisasi pendapat atau penilaian. Fakta mudah diuji, dan dibuktikan kebenarannya, sedangkan pendapat atau penilaian sulit dibuktikan dan diuji kebenarannya. Klasifikasi adalah pengelompokan fakta-fakta yang berdasar atas patokan atau kriteria tertentu. Patokan tersebut haruslah merupakan ciri esensial yang ada atau tidak ada pada fakta-fakta yang akan diklasifikasikan. Dalam pengembangan karangan, klasifikasi dapat merupakan topik karangan atau paragraf, dapat pula dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan urutan pembicaraan. Selain generalisasi dan klasifikasi, dalam isi karangan terdapat pula perbandingan dan pertentangan. Perbandaingan dan pertentangan sebenarnya merupakan dua hal yang berbeda, tetapi erat hubungannya sehingga sering kali dibahas bersama-sama. Keduanya sering kali terdapat dalam satu karangan. Perbandingan adalah pernyataan mengenai persamaan dan kemiripan, sedangkan pertentangan adalah pernyataan tentang perbedaan dan ketidakmiripan. Hubungan sebab akibat merupakan hubungan ketergantungan antara dua hal atau lebih. Artinya, suatu akibat hanya akan terjadi bila ada sebabnya. Dengan kata lain, sebab selalu mendahului akibat. Karena itu, hubungan sebab akibat menampakkan persamaan dengan urutan waktu atau kronologis, tetapi tidak semua urutan waktu atau kronologis merupakan hubungan sebab akibat.
34
Hal lain yang mungkin terdapat dalam isi karangan adalah analogi. Pada dasarnya analogi adalah perbandingan. Perbandingan mengenai sekurangkurangnya dua hal yang dibandingkan. Dari kedua hal yang berlainan itu dicari persamaannya. Secara pintas, kesimpulan analogi menyerupai generalisasi karena yang dipergunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan adalah gejala-gejala khusus yang diamati. Akan tetapi, dalam generalisasi kesimpulan lebih bersifat umum, lebih luas daripada yang dinyatakan dalam premis-premis, sedangkan pada analogi kesimpulan bersifat khusus. Jadi, dalam proses analogi induktif dari faktafakta yang dibandingkan langsung ditarik kesimpulan khusus.
2.2.6.3 Kerangka Karangan Penyusunan kerangka karangan merupakan satu cara untuk menyusun suatu rangkaian yang jelas dan struktur yang teratur dari karangan yang akan ditulis. Sebuah kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang mengandung ketentuan-ketentuan bagaimana kita menyusun karangan itu. Kerangka karangan juga menjamin penulis menyusun gagasan secara logis dan teratur. Penyusunan
kerangka
karangan
sangat
dianjurkan
karena
akan
menghindarkan penulis dari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu terjadi. Kegunaan kerangka karangan di antaranya: 1) kerangka karangan dapat membantu penulis menyusun karangan secara teratur, tidak membahas satu gagasan dalam dua kali bahasan, serta dapat mencegah penulis ke luar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik atau judul; 2) kerangka karangan
35
memperlihatkan bagian-bagian pokok karangan serta memberi perluasan bagianbagian tersebut; dan 3) kerangka karangan memperlihatkan kepada penulis bahanbahan atau materi yang diperlukan dalam pembahasan (Akhadiah, dkk. 2003:25).
2.2.6.4 Keruntutan Pemaparan Suatu karangan harus merupakan satu kesatuan yang berarti bahwa karangan harus dikembangkan dalam urutan yang sistematis, jelas, dan tegas. Dalam hal ini, urutan dapat disusun berdasarkan waktu dan ruang. Urutan kronologis di dalam tulisan secara eksplisit dinyatakan dengan kata-kata atau ungkapan-ungkapan seperti: sekarang, sebelum, sementara, sejak itu, selanjutnya, mula-mula, pertama, kedua, akhirnya, dan lain-lain. Pengembangan tulisan dengan urutan kronologis biasanya dipergunakan dalam memaparkan sejarah, proses, asal-usul, dan riwayat hidup. Urutan waktu digunakan untuk menyatakan tempat, atau hubungan dengan ruang. Dalam pemakaiannya, urutan ini sering digabungkan dengan urutan waktu (Akhadiah, dkk. 2003:44-45).
2.2.6.5 Ejaan Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandardisasikan yang lazimnya mempunyai tiga aspek, yaitu fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis, dan semantik yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca (Suriamiharja, dkk 1997:80).
36
Gagasan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah atau lebih cepat dipahami daripada secara tertulis. Hal ini disebabkan, dalam bahasa lisan faktor gerak-gerik, mimik, intonasi, irama, jeda, serta unsur-unsur nonbahasa lainnya ikut memperlancar. Unsur-unsur nonbahasa tersebut tidak terdapat di dalam bahasa tulis. Ketiadaan itu menyulitkan komunikasi dan memberikan peluang untuk kesalahpahaman. Ejaan berperan sampai batas-batas tertentu, menggantikan beberapa unsur nonbahasa yang diperlukan untuk memperjelas gagasan atau pesan (Akhadiah 2003:179). Ejaan mencakup pemakaian huruf, pemakaia huruf kapital dan huruf miring, singkatan dan akronim, dan pemakaian tanda baca (Waridah 2008).
2.2.6.6 Pilihan Kata atau Diksi Menulis harus menggunakan pilihan kata atau diksi yang tepat. Menurut Keraf (2009:24) pilihan kata atau diksi dapat diturunkan ke dalam tiga kesimpulan. Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansanuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengans ituasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan
37
kata bahasa itu. Yang dimaksud dengan perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
2.2.6.7 Kalimat Efektif Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada praktiknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik harus memenuhi persyaratan gramatikal. Hal ini berarti kalimat itu harus disusun berdasar kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah-kaidah tersebut meliputi unsurunsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat, aturan-aturan tentang ejaan yang disempurnakan, dan cara memilih kata dalam kalimat tersebut. Kalimat yang benar dan jelas dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif harus memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti yang terdapat pada pikiran penulis dan pembicara. Hal ini berarti kalimat efektif disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembaca. Pada umumnya, dalam sebuah kalimat terdapat satu ide atau gagasan yang hendak disampaikan serta komentar atau penjelasan mengenai ide tersebut (Akhadiah 2003:116). Menurut Anggraini (dalam Purwandari 2012:65) penulisan kalimat yang digunakan dalam bahasa tulis harus berupa ragam tulis baku. Kalimat ragam tulis baku hendaknya berupa kalimat efektif, yaitu kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, dan nyaman dibaca. Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara
38
tepat. Dengan kalimat efektif, komunikasi penulis dan pembaca atau pembicara dan pendengar tidak akan menghadapi keraguan, salah komunikasi, salah informasi, atau salah pengertian.
2.2.6.8 Kerapian Tulisan ilmiah menyajikan ringkasan atau hal-hal yang menarik dari suatu hasil kegiatan ilmiah. Tulisan ilmiah sering juga disebut sebagai makalah. Makalah dapat menjadi artikel bila termuat dari majalah ilmiah, sebagai bahan tulisan dari siaran radio atau televisi, bahan tertulis dalam sajian lisan pertemuan ilmiah. Tulisan ilmiah memunyai ciri khusus, yaitu isi penyajian berada dalam kawasan ilmu, penulisan cermat, tepat, benar, rapi, menggunakan sistematika yang umum dan jelas, dan bersifat objektif (Aqib 2003:20). Dengan demikian, komponen yang digunakan dalam penulisan di antaranya adalah judul, kerangka tulisan, keruntutan, kesesuaian isi, pilihan kata/diksi, kalimat efektif, ejaan, dan kerapian.
2.2.7
Hakikat Laporan Hakikat menulis laporan diuraikan menjadi beberapa bagian, yaitu
pengertian, bentuk, dan langkah penyusunan laporan. Dalam subbab ini diuraikan teori-teori tersebut.
39
2.2.8 Pengertian Laporan Keraf (2004:324) menyatakan bahwa laporan adalah suatu cara komunikasi penulis menyampaikan informasi kepada seseorang atau suatu badan karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Dapat dikatakan pula bahwa laporan merupakan suatu macam dokumen yang menyampaikan informasi mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diselidiki, dalam bentuk faktafakta yang diarahkan kepada pemikiran dan tindakan yang akan diambil. Selain pendapat yang disampaikan oleh Keraf, pengertian laporan disampaikan pula oleh Hasnun (2004:49). Hasnun menyatakan bahwa laporan berasal dari bahasa Latin reportare, membawa kembali dokumen tertulis yang disusun sebagai hasil dari prosedur untuk menjelaskan informasi. Pertelaan (daftar perincian tentang suatu hal) formal tentang fakta, catatan atau hasil dari sesuatu dengan cara sistematis. Laporan adalah segala sesuatu yang dilaporkan. Pendapat lain mengenai laporan disampaikan oleh Widyamartaya (2005:7) yang menyatakan bahwa penulisan laporan adalah penyampaian informasi yang bersifat faktual tentang sesuatu dari satu pihak kepada pihak lain. Dengan kata lain, penulisan laporan menyangkut tiga hal, yaitu (1) apa yang dilaporkan, (2) siapa yang melaporkan, dan (3) kepada siapa laporan itu disampaikan. Dari berbagai pengertian tentang laporan dapat disimpulkan bahwa laporan merupakan suatu bentuk informasi yang disampaikan kepada orang lain atau suatu instansi atau badan lain dalam bentuk tertulis dengan menggunakan sistematika tertentu yang menguraikan atau membahas sebuah masalah yang dihadapi disertai bukti-bukti dan fakta-fakta yang nyata.
40
2.2.9 Bentuk Laporan Menurut Hamilton (1995:47) mengetahui tipe laporan yang ditulis dengan pengertian yang objektif. Ada tiga prinsip laporan, yaitu laporan data, laporan analitis,
dan
laporan
rekomendasi.
Laporan
data
maksudnya
adalah
memberitahukan informasi. Terdapat dua macam penggolongan laporan data secara umum. Pertama adalah informatif yang menadakan bahwa informasi mudah ditangkap maknanya. Kedua adalah laporan riset. Laporan ini melibatkan penggalian fakta. Laporan analitik merupakan tipe laporan yang tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga menafsirkan data sebaik mungkin. Laporan rekomendasi merupakan laporan yang difokuskan pada aksi. Sasaran dalam penulisan laporan ini adalah memberi nasihat seseorang untuk berbuat sesuatu. Bentuk laporan menurut Keraf (2004:327), Keraf berpendapat bahwa laporan memiliki beberapa bentuk: 1) laporan berbentuk formulir isian, yaitu laporan yang bersifat rutin, dan seringkali berbentuk angka-angka. Walaupun laporan berbentuk angka-angka itu bukan merupakan tulisan, namun semua angka itu harus dilakukan dengan secermat-cermatnya; 2) laporan berbentuk surat, yaitu laporan yang tidak jauh berbeda dengan surat biasa, kecuali ada suatu subjek yang ingin disampaikan agar dapat diketahui oleh penerima laporan. Bila penulis memutuskan untuk mempergunakan bentuk surat bagi laporannya, maka nada dan pendekatan yang bersifat pribadi memegang peran penting, seperti halnya dengan surat-surat lainnya, namun bentuknya jauh lebih panjang daripada surat-surat biasa. Sebuah
41
laporan berbentuk surat dapat dipakai untuk menyampaikan segala macam topik; 3) laporan berbentuk memorandum, laporan yang berbentuk memorandum (saran, nota, catatan pendek) mirip dengan laporan berbentuk surat, namun biasanya lebih singkat. Laporan berbentuk memorandum sering digunakan untuk suatu laporan yang singkat dalam bagian-bagian suatu organisasi, atau antara atasan dan bawahan dalam suatu hubungan kerja; 4) laporan perkembangan dan laporan keadaan. Laporan perkembangan pada prinsipnya berbeda dari laporan keadaan. Laporan perkembangan adalah suatu macam laporan yang bertujuan untuk menyampaikan perkembangan, perubahan, atau tahap mana yang sudah dicapai dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Sebaliknya, laporan keadaan mengandung konotasi bahwa tujuan dari laporan itu adalah menggambarkan kondisi yang ada pada saat laporan itu dibuat. Laporan perkembangan lebih menekankan apa yang sudah terjadi dari permulaan sampai saat laporan itu dibuat, sedangkan laporan keadaan lebih menekankan kondisi yang ada sebagai akibat dari kejadian-kejadian yang telah dicapai sampai saat laporan itu dibuat; 5) laporan berkala atau laporan periodik. Laporan semacam ini dibuat dalam jangka waktu tertentu; 6) laporan laboratoris, salah satu laporan laboratoris adalah menyampaikan hasil dari percobaan atau kegiatan yang dilakukan dalam laboratoria. Sebab itu
42
seringkali laporan ini hanya memuat percobaan-percobaan yang telah dilakukan; 7) laporan formal dan semiformal, laporan formal adalah laporan yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, misalnya harus ada halaman judul, biasanya ada surat penyerahan, selalu memiliki sebuah daftar isi, ada sebuah ikhtisar untuk mengawali laporan, ada pendahuluan, simpulan dan saran diberi judul tersendiri, isi laporan terdiri atas judul-judul dengan tingkat yang berbeda, nada yang digunakan adalah nada resmi, bila perlu laporan disertai pula tabel-tabel dan angka-angka, baik yang terjalin dalam teks laporan, ataupun lampiran, laporan formal biasanya didokumentasikan secara khusus. Bila ada satu atau dua persyaratan tersebut tidak dipenuhi maka laporan itu dinamakan laporan semiformal. Sebaliknya jika semua persyaratan yang terdapat pada laporan formal tidak dipenuhi maka laporan tersebut dinamakan laporan nonformal. Seperti tulisan-tulisan lain, laporan harus disampaikan dengan bentuk dan struktur yang baik. Bentuk lebih banyak dipertalikan dengan cara pengetikan dan penyusunan, sedangkan struktur lebih dipertalikan dengan dengan organisasinya. Sistematika laporan formal adalah 1) halaman judul; 2) surat penyerahan; 3) daftar isi; 4) ikhtisar atau abstrak; 5) pendahuluan; 6) isi laporan; 7) kesimpulan; 8) saran; 9) apendiks atau lampiran; 10) bibliografi atau daftar pustaka. Sementara itu, penulisan laporan tidak resmi tidak memiliki sistematika tertentu, tetapi disusun dengan langkah-langkah dalam penyusunan karangan eksposisi. Langkah-langkah dalam menyusun karangan eksposisi, yaitu: 1)
43
menentukan topik karangan; 2) menentukan bahan atau materi penulisan; 3) menyusun kerangka kerangka karangan; dan 4) menyusun kata-kata menjadi kalimat efektif kemudian dikembangkan menjadi paragraf-paragraf (Akhadiah 2003). Macam-macam laporan memang tak terbatas apalagi jika diinjau dari segi pokok
persoalannya.
Widyamartaya
(2005:8)
menggolongkan
laporan
berdasarkan tujuan, waktu, dan gaya tulis. Laporan merdasarkan tujuan terdiri atas laporan perencanaan, dan laporan pengontrolan; laporan menurut waktu dibedakan atas laporan berkala, dan laporan khusus; laporan menurut gaya tulis dibedakan menjadi dua, yaitu laporan resmi (informatif atau persuasif), dan laporan tak resmi (informatif atau persuasif). Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai bentuk laporan. Laporan dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu laporan resmi dan laporan tidak resmi. Laporan resmi disusun dengan memperhatikan sistematika tertentu, sedangkan laporan tidak resmi tidak menggunakan sistematika, tetapi disusun dengan langkah-langkah dalam menyusun karangan eksposisi.
2.2.10 Langkah Penyusunan Laporan Menulis laporan pengamatan merupakan salah satu bentuk penulisan eksposisi. Dalam menulis eksposisi langkah yang ditempuh, yaitu 1) menentukan topik karangan; 2) menentukan bahan atau materi penulisan; 3) menyusun kerangka kerangka karangan; dan 4) menyusun kata-kata menjadi kalimat efektif kemudian dikembangkan menjadi paragraf-paragraf (Akhadiah 2003). Langkah
44
pertama adalah menentukan topik. Hal ini berarti menentukan apa yang akan dibahas di dalam tulisan. Topik yang dibahas dapat diperoleh dari berbagai sumber.
Pengalaman,
pengalaman
membaca,
dan
pengamatan
terhadap
lingkungan. Langkah selanjutnya adalah menentukan bahan atau materi penulisan, macamnya, berapa luasnya, dan dari mana diperoleh. Yang dimaksud dengan bahan penulisan adalah semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penulisan. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber. Dua sumber utama adalah pengalaman dan inferensi dari pengalaman. Pengalaman adalah keseluruhan pengetahuan yang diperoleh melalui pancaindera, sedangkan inferensi adalah kesimpulan atau nilai-nilai yang ditarik dari pengalaman. Bahan yang diperoleh dari pengalaman dapat didapatkan melalui dua sumber, yaitu observasi (pengamatan) langsung atau melalui bacaan. Langkah selanjutnya ialah menyusun kerangka atau rancang bangun sebuah karangan. Menyusun kerangka berarti memecahkan topik ke dalam subsubtopik. Kerangka itu dapat berbentuk kerangka topik atau kerangka kalimat. Butir-butir kerangka topik terdiri atas topik-topik (bukan kalimat-kalimat), sedangkan
butir
kerangka
kalimat
berupa
kalimat-kalimat.
Pada
taraf
pengembangan karangan, kerangka kalimat lebih mengarahkan penulisan daripada kerangka topik. Selanjutnya kerangka itu dapat disusun dengan berbagai cara. Yang penting, kerangka itu harus logis, sistematik, dan konsisten. Setiap butir pada kerangka itu harus dibahas. Pembahasan itu merupakan isi karangan. Dalam
45
mengembangkan gagasan menjadi suatu karangan yang utuh, diperlukan bahasa. Dalam hal ini kita harus mengetahui kata-kata yang mendukung gagasan. Ini berarti kita harus mampu memilih kata-kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat. Kata-kata dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif. Selanjutnya kalimat-kalimat harus disusun menjadi paragraf-paragraf yang memenuhi persyaratan. Tulisan harus ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai dengan tanda baca yang digunakan secara tepat. Di samping itu, harus diketahui bagaimana menuliskan judul, subjudul, kutipan, catatan kali dan daftar pustaka, teknik penulisan, atau “layout” dan lain-lain. Jika seluruh tulisan telah selesai, tulisan tersebut perlu dibaca kembali untuk direvisi atau disunting. Yang dilakukan pada tahap revisi atau penyuntingan adalah revisi secara menyeluruh sebelum diketik atau ditulis sebagai akhir penulisan naskah. (Akhadiah 1988:3). Sebelum menyusun laporan, siswa harus menyiapkan alat seperti kertas kerja atau buku. Menyusun sebuah laporan haruslah melakukan tahap-tahap sebagai berikut: tahap persiaan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, tahap penyuntingan, dan tahap penyajian (Suyatno 2004:91). Tahap persiapan merupakan tahap yang berisi kegiatan penentuan pokokpokok masalah, menentukan judul, dan membuat kerangka laporan. Peranan judul dalam pembuatan laporan sangat penting. Ada beberapa syarat agar judul laporan sesuai dengan isi laporan, yaitu judul harus singkat, relevan, dan provokatif (membuat pembaca ingin lebih jauh mengetahui isi laporan tersebut).
46
Kerangka laporan pada hakikatnya adalah merencanakan paragraf-paragraf dari laporan yang akan dibuat. Kerangka laporan tersebut bermanfaat untuk menyusun laporan agar sesuai dengan tujuan penulisan untuk mencari data atau fakta. Pada akhirnya kerangka laporan tersebut dikembangkan menjadi paragraf utuh dengan bahasa yang komunikatif dan sesuai dengan pokok-pokok penulisan laporan secara sistematis. Tahap pengumpulan data yang merupakan tahap semua data yang akan dilaporkan dikumpulkan untuk diolah dan disusun lebih lanjut. Pengelompokan itu didasarkan pada ciri kesamaan antara data yang satu dengan data yang lain. Tahap penyuntingan merupakan tahap untuk memeriksa dan mengecek laporan yang telah tersusun rapi, yaitu untuk mengetahui apakah masih ada susunan yang belum tepat, bahasa yang belim benar, atau data yang belum lengkap. Tahap yang terakhir adalah tahap penyajian yang merupakan tahap laporan yang sudah diketik atu ditulis rapi, telah selesai dijilid, disajikan kemudian dilaporkan kepada pihak yang memberi kegiatan. Proses penyusunan laporan akan menjadi lebih mudah jika dirangsang dengan pertanyaan sebanyak-banyaknya mengenai berbagai segi dari hal yang hendak dilaporkan. Pertanyaan-pertanyaaan itu bekisar seputar 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, How) atau biasa disebut 3A+3M (Apa, si-Apa, mengApa, di Mana, bila-Mana, bagai-Mana) (Widyamartaya 2005:12). Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan langkah penulisan laporan dimulai dari penentuan topik, materi atau bahan tulisan, kerangka laporan,
47
penjabaran kerangka laporan menjadi kalimat utuh kemudian dijabarkan menjadi paragraf-paragraf yang padu, serta langkah terakhir adalah penyuntingan laporan.
2.2.11 Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan Hal-hal yang akan dibahas dalam model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan ini adalah hakikat model Jurisprudensial, tahapan-tahapan model jurisprudensial, hakikat wisata lapangan, langkah-langkah model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, dan penerapan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dalam pembelajaran menulis laporan.
2.2.12 Hakikat Model Jurisprudensial Model pembelajaran jurisprudensial menurut Joyce dan Weil (dalam Winataputra 2001:40) memiliki sejumlah karakteristik. Dasar pemikiran model ini adalah konsepsi tentang masyarakat yang memiliki pandangan dan prioritas yang berbeda mengenai nilai sosial yang secara hukum saling bertentangan satu dengan yang lain. Untuk memecahkan masalah yang kontroversial dalam konteks sosial yang produktif, setiap warga negara perlu memunyai kemampuan untuk dapat berbicara kepada orang lain dan berhasil dengan baik melakukan kesepakatan dengan orang lain. Setiap warga negara harus mampu menganalisis secara cerdas dan mengambil contoh masalah sosial yang paling tepat, yang pada hakikatnya berkenaan dengan konsep keadilan, hak asasi manusia yang memang menjadi inti dari kehidupan demokrasi. Untuk dapat melakukan aktivitas tersebut diperlukan tiga kemampuan, yaitu: (a) mengenal dengan baik nilai yang berlaku dalam sistem
48
hukum dan politik yang ada di lingkungan negaranya, (b) memiliki seperangkat keterampilan untuk dapat digunakan dalam menjernihkan dan memecahkan masalah lain, dan (c) menguasai atau memilkki pengetahuan tentang masalah politik yang bersifat kontemporer yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan negaranya. Model yang telah dikembangkan oleh Donald Oliver dan James P. Shaver (dalam Wena 2008:71) bertujuan mengajari siswa untuk menganlisis isu-isu yang sedang hangat di masyarakat. Sejalan dengan Joyce dan Weil, kemudian model tersebut dikembangkan oleh Donal Oliver dan James P. Shaver (dalam Hamzah 2011:30-31) mengungkapkan bahwa
model pembelajaran Jurisprudensial
didasarkan atas pemahamana masyarakat di mana setiap orang berbeda pandangan dan prioritas satu sama lain, dan nilai-nilai sosialnya saling berkonfrontasi satu sama lain. Memecahkan masalah kompleks dan kontroversial di dalam konteks aturan sosial yang produktif membutuhkan warga negara yang mampu berbicara satu sama lain dan bernegosiasi tentang keberbedaan tersebut. Model tersebut kemudian diperkuat oleh Abin (dalam Ahmadi 2011:37) bahwa model ini didasarkan atas pemahaman masyarakat di mana setiap orang berbeda pandangan dan prioritas satu sama lain, di mana nilai-nilai sosialnya saling berkonfrontasi satu sama lain. Memecahkan masalah kompleks dan kontroversial di dalam konteks aturan sosial yang produktif membutuhkan warga negara yang mampu berbicara satu sama lain dan bernegosiasi tentang keberbedaan tersebut.
49
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model jurisprudensial merupakan model yang didasarkan pada perbedaan pandangan dan prioritas terhadap masalah sekitar mengenai nilai-nilai sosial yang membutuhkan pemecahan terhadap masalah tersebut dan membutuhkan warga negara yang mampu berbicara satu sama lain dan mau bernegosiasi mengenai keberbedaan yang menjadi masalah di dalam masyarakat tersebut.
2.2.13 Tahapan-Tahapan Model Jurisprudensial Model Jurisprudensial memiliki enam tahap (Joyce dan Weil dalam Winataputra 2001:41). Tahap pertama dalam model ini adalah orientasi terhadap kasus,
yang
di
dalamnya
terdapat
dua
kegiatan,
yaitu
(1)
pengajar
memperkenalkan bahan-bahan; dan (2) pengajar merevieu data yang tersedia. Tahap kedua adalah mengidentifikasi isu atau kasus, yang memiliki empat kegiatan siswa, yaitu (1) menyintesiskan fakta-fakta ke dalam isu yang dihadapi; (2) memilih salah satu isu kebijaksanaan pemerintah untuk didiskusikan; (3) mengidentifikasi nilai-nilai dan konflik nilai dan; (4) mengenali fakta yang melatarbelakangi isi dan pertanyaaan yang didefinisikan. Tahap ketiga yaitu menetapkan posisi. Pada tahap ini siswa menimbangnimbang posisi atau kedudukannya, kemudian menyatakan kedudukannya dalam konflik nilai itu dan dalam hubungannya dengan konsekuensi dari kedudukan itu. Tahap
keempat,
yaitu
mengeksplorasi
contoh-contoh
dan
pola
argumentasi. Pada tahap ini terdapat empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu (1) menetapkan titik di mana terlihat adanya perusakan nilai atas dasar data yang
50
diperoleh; (2) membuktikan konsekuensi yang diinginkan dan tidak diinginkan dari posisi yang dipilih; (3) menjernihkan konflik nilai dengan melakukan proses analogi; (4) menetapkan prioritas dengan cara membandingkan nilai yangsatu dengan yang lain dan mendemonstrasikan kekurangannya bila memiliki salah satu nilai. Tahap kelima pada model ini adalah menjernihkan dan menguji posisi. Pada tahap ini terdapat dua kegiatan siswa, yaitu (1) menyatakan posisinya dan memberikan rasional mengenai posisinya itu, kemudian menguji sejumlah situasi yang serupa; (2) siswa meluruskan posisinya. Tahap yang paling akhir atau tahap keenam pada model ini adalah mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi posisi yang diluluskannya. Pada tahap ini terdapat dua kegiatan, yaitu (1) mengidentifikasi asumsi faktual dan menetapkan sesuai tidaknya; dan (2) menetapkan konsekuensi yang diperkirakan dan menguji kesahihan faktual dari konsekuensi itu. Donald Oliver dan Shaver (dalam Wena 2009:71) yang mengembangkan model ini membagi tahapan model Jurisprudensial ke dalam enam tahap, yaitu (1) orientasi kasus/ permasalahan (orientation to the case), (2) identifikasi isu (identifying the issue), (3) penetapan posisi/pendapat (talking position), (4) menyelidiki cara berpendirian, pola argumentasi (exploring the stance, patterns of argumentation), (5) memperbaiki dan mengkualifikasi posisi (refining and qualifying the positions), dan (6) melakukan pengujian asumsi-asumsi terhadap posisi/ pendapatnya (testing factual asssumtion behind qualified positions).
51
Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan tahapan model jurisprudensial terdiri atas enam tahap, yaitu 1) orientasi terhadap kasus; 2) identifikasi isu atau kasus; 3) menetapkan posisinya; 4) mengeksplorasi contoh dan pola argumentasi; 5) siswa menguji posisinya; dan 6) melakukan pengujian asumsi-asumsi terhadap posisi/pendapatnya.
52
2.2.14 Sintakmatik Model Jurisprudensial KEGIATAN PENGAJAR
• Perkenalkan Bahanbahan • Review Data yang Tersedia
• Ciptakan Suasana Menantang
• Ajukan Pertanyaan Nilai
• Minta Contoh dan Alasannya
• Minta Satu Pilihan Nilai
•
Ajukan Variasi Pelacakan
LANGKAH POKOK
Orientasi Kasus
Identifikasi Masalah
Penetapan Posisi
Contoh dan Argumentasi
Pengujian Posisi
Pengetesan Asumsi
KEGIATAN SISWA
• Temukan dan Pilih Suatu Kasus
• Kaitkan Fakta dengan Kasus • Rumuskan Satu Masalah • Identifikasi Konflik Nilai • Jajagi Berbagai Posisi Nilai • Antisipasi Konsekuensi Setiap Posisi • Cari Variasi Contoh yang Mendukung Posisi yang Dipilih • Beri Argumen Nilai atas Pilihan Nilai • Nyatakan Satu Posisi Nilai • Beri Penalaran atas Posisi Tersebut • Kaji Kesahihan Posisi Nilai yang Dipilih
Bagan 1 Sintakmatik Model Jurisprudensial (dalam Winataputra 2001)
53
2.2.15 Sistem Sosial Struktur dari model jurisprudensial ini bervariasi mulai dari yang terstruktur rendah sampai pada yang terstruktur ketat. Secara umum, pengajar memulai membuka tahapan dan bergerak dari tahap satu ke tahap yang lainnya bergantung pada kemampuan para siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas belajarnya untuk setiap tahapan. Setelah siswa mengalami satu kali proses jurisprudensial diharapkan masing-masing akan dapat melakukannya tanpa bantuan dari orang lain (Winataputra 2001:42).
2.2.16 Sistem Pendukung Bahan utama yang dibutuhkan dalam model ini adalah sumber-sumber dokumen yang relevan dengan masalah. Seyogyanya disediakan sumber-sumber yang dipublikasikan secara resmi mengenai kasus-kasus yang aktual. Dapat pula pengajar mengembangkan dengan cara merangkum informasi mengenai kasuskasus dari berbagai sumber informasi yang sangat langka atau yang memang sukar diperoleh siswa. Di dalam menerapkan model ini perlu memerhatikan halhal, seperti tingkat usia siswa dan lingkungan belajar siswa(Winataputra 2001:43)
54
2.2.17 Dampak Instruksional dan Pengiring Kerangka untuk Menganalisis Isu-isu Sosial Model Penelitian Jurisprudensial
Kemampuan Mengasumsikan Peranan Orang Lain Kemampuan dalam Berdialog Empathy/ Pluralisme
Kemampuan untuk Berpartisipasi dan Kesediaan untuk Melakukan Tindakan Sosial
Keterangan :
Fakta tentang Masalah Sosial
dampak instruksional dampak pengiring
Bagan 2 Dampak Instruksional dan Pengiring Model Penelitian Jurispudensial (Joyce dan Weil dalam Winataputra 2001:44)
2.2.18 Wisata Lapangan Segenap penjuru dunia dapat menjadi sumber pembelajaran jika pedomanyang berpengetahuan menunjukkan caranya. Wisata lapangan yang terorganisasi baik, dapat menjadi salah satu cara paling berharga saat membantu siswa menerapkan buku teks dan pembelajaran di kelas kepada dunia yang lebih besar. Terdapat berbagai keistimewaan untuk menjadikan wisata lapangan menjadi pengalaman belajar yang bermanfaat (Partin 2009:165). 1.
Segenap wisata kelas memiliki tujuan yang berarti yang secara jelas dikomunikasikan
kepada
siswa.
Juga
sangat
penting
untuk
55
mengomunikasikan maksud itu kepada para pemandu di luar situs dan orang tua maupun orang lain yang berfungsi sebagai pendamping. 2.
Menjelaskan prosedur dan persyaratan sekolah sebelum merencanakan wisata lapangan.
3.
Menjelaskan alat transportasi yang akan digunakan.
4.
Jika para pendamping akan mendampingi siswa, terlabih dahulu harus ada komunikasi antara pendamping dengan siswa.
5.
Memastikan agar kunjungan yang diusulkan itu tepat bagi para siswa.
6.
Berupaya
untuk
menjadikan
wisata
lapangan
adalah
pengalaman
pembelajaran yang aktif. 7.
Sebanyak mungkin wisata lapangan harus dipadukan ke dalam serangkaian aktivitas kelas yang telah direncanakan. Sebelum wisata lapangan, siswa diberikan informasi latar belakang tentang topik wisata lapangan.
8.
Waktu pelaksanaaan wisata lapangan harus ditegaskan beberapa hari sebelum pelaksanaan.
9.
Mempersiapkan diri sebelum pelaksanaan, menyampaikan harapan-harapan yang ingin dicapai ketika kegiatan wisata lapangan berlangsung.
10. Jika
mungkin,
menginformasikan
berapa
lama
perjalanan
menuju
tempattujuan. 11. Menghitung jumlah siswa. 12. Membawa buku catatan atau kartu ketika melalukan wisata lapangan untuk mencatat ide-ide yang akan dikembangkan.
56
13. Membawa kamera untuk mendokumentasikan kegiatan atau mengabdikan foto yang dapat digunakan menjadi presentasi Power Point, termasuk situs web di kelas, atau digunakan dalam peragaan papan buletin. 14. Setelah wisata lapangan, sebaiknya mengucapkan terima kasih kepada organisasi atau orang yang memfasilitasi kunjungan itu. 15. Mengevalusi wisata lapangan tersebut. Apakah wisata lapangan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai? Agar dapat mengetahui hal itu, diperlukan adanya umpan balik dari siswa. 16. Jika merencanakan menggunakan wisata lapangan di masa yang akan datang, diharapkan mencatat perubahan yang akan menjadikan wisata itu lebih bermanfaat. Sebaiknya, formulir surat, struk perizinan, aktivitas siswa, dan brosur promosi diarsipkan. Ide – Ide untuk Wisata Lapangan yang Potensial 1. Bandara
11. Kebun raya
2. Taman hiburan
12. Perusahaan pialang
3. Akuarium
13. Kantor pemerintahan
4. Tempat
yang
sengaja
14. Makam
ditumbuhi pepohonan dan
15. Museum sejarah
semak untuk tujuan ilmiah
16. Situs atau gedung bersejarah
dan pendidikan
17. Rumah sakit
5. Pameran kesenian
18. Perpustakaan
6. Studio artis
19. Laboratorium
7. Fasilitas bantuan hidup
20. Perpustakaan
lingkungan
57
8. Bank
tempat tinggal
9. Medan laga
21. Kebun binatang
10. Perusahaan penerbitan buku
22. Pesisir, sungai, atau danau
Dari beberapa ide tempat yang dapat diamati saat berwisata lapangan, dipilih satu tempat yang dapat dikunjungi siswa selama pelajaran, yaitu lingkungan sekolah. Beberapa tempat yang dapat diamati di lingkungan sekolah antara lain musala, taman sekolah, koperasi sekolah, perpustakaan sekolah, dan lapangan olah raga.
2.2.19 Aktivitas Penindak Lanjut Wisata Lapangan 1.
Mengizinkan siswa untuk membuat CD atau VCD dari wisata itu untuk menggunakan foto-foto digital atau klip video selama acara ke luar rumah.
2.
Memberikan semangat kepada siswa untuk mengirimkan ucapan terimakasih kepada organisasi atau lembaga atau badan yang telah memberikan izin melaksanakan wisata lapangan.
3.
Menciptakan peragaan atas hasil studi wisata lapangan yang melukiskan bahan yang telah dipelajari atau didapatkan selama wisata lapangan, kemudian mengundang atau meminta siswa kelas lain untuk menyimak peragaan tersebut.
4.
Mengundang para siwa yang sukarela untuk membuat papan pengumuman yang menggambarkan isi wisata lapangan.
58
5.
Mengundang siswa untuk mengevaluasi pengalaman wisata lapangan. Menanyakan bagian paling favorit atau yang paling menyenangkan dari wisata lapangan itu, meminta saran terhadap siswa agar wisata lapangan layak diikuti, dan menganalisis apakah wisata lapangan itu memenuhi tujuan yang diumumkan sebelumnya.
6.
Memilih salah satu siswa guna mengisahkan wisata lapangan untuk digunakan di dalam newsletter kelas yang akan dikirimkan kepada orang tua.
7.
Menugaskan beberapa tim untuk membuat laporan tentang beragam aspek wisata. Semua ini akan disuguhkan dalam beragam cara (presentasi power point, presentasi lisan, pusat pembelajaran) (Partin 2009:167).
2.2.20 Langkah-Langkah Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan Langkah-langkah pembelajaran menulis laporan dengan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan sebagai berikut; (1) orientasi terhadap kasus: pada langkah ini siswa mendapat arahan dari guru sebelum melaksanakan wisata lapangan pada objek yang telah ditentukan. Setelah siswa mendapatkan arahan, siswa melaksanakan wisata lapangan kemudian mencatat hal-hal penting yang mereka temukan selama melakukan pengamatan; (2) mengidentifikasi isu atau kasus; pada tahapan ini, siswa mengemukakan temuannya kepada guru dengan disertai penyebab terjadinya masalah yang mereka temukan. Setelah itu, bersama dengan kelompoknya siswa mendiskusikan data-data yang telah didapatkannya dengan mencari penyelesaian dari masalah yang mereka temukan kemudian siswa menyusun kerangka laporan berdasar data-
59
data yang telah ditemukan; (3) tahap ini adalah tahap penetapan posisi. Siswa mulai menentukan kedudukannya di dalam masalah yang telah mereka temukan selama berwisata lapangan. Setelah siswa menetapkan kedudukannya, selanjutnya siswa berusaha mencari jalan ke luar untuk menyelesaikan masalahnya dan usaha yang
harus
dilakukannya
di
dalam
masalah
yang
mereka
hadapi;(4)
mengeksplorasi contoh-contoh dan pola argumentasi. Pada langkah ini, bersama dengan kelompoknya, siswa menulis laporan dengan mengacu pada kerangka laporan yang telah disusun dan dengan melihat contoh laporan yang diterima pada awal pelajaran. Selain itu, siswa juga dianjurkan untuk menuliskan beberapa pendapatnya di dalam laporan pengamatannya dengan disertai data-data yang mendukung;(5) menjernihkan dan menguji posisi: di dalam laporannya, siswa menetapkan posisinya sebagi warga sekolah dan kedudukan itu dipaparkan di dalam tulisannya. Setelah siswa menulis laporan, tiap-tiap perwakilan kelompok mempresentasikan laporannya pengamatannya di depan kelas. Ketika perwakilan kelompok mempresentasikan laporannya, siswa lain menanggapi hasil laporan yang tengah dipresentasikan;(6) mengetes asumsi faktual yang melatarabelakangi posisi yang diluruskannya. Dalam langkah ini, guru memberikan beberapa pertanyaan kepada perwakilan kelompok presentasi tentang laporannya. Belajar memberi hasil yang sebaik-baiknya bila didasarkan pada pengalaman. Pengalaman ialah interaksi, yakni aksi dan reaksi. Antara individu dengan lingkungan, jadi aksi dari lingkungan terhadap individu. Akan tetapi sebaliknya individu bereaksi terhadap pengaruh lingkungan (Nasution 2008:75).
60
2.2.21 Penerapan Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan dalam Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan Pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dilaksanakan sesuai dengan tahapan yang terdapat pada model jurisprudensial yang dipadukan dengan pengamatan terhadap objek atau berwisata lapangan. Tabel 1 Sintakmatik Penerapan Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan dalam Pembelajara Menulis Laporan Pengamatan
Tahapan Tahap Orientasi terhadap Kasus
Kegiatan ¾ Siswa mendapat arahan dari guru sebelum melaksanakan wisata lapangan ¾ Siswa berwisata lapangan selama 20-30 menit ¾ Siswa mencatat hal-hal penting yang mereka temukan
Tahap Identifikasi Isu
¾ Siswa mendiskusikan data-data
atau Kasus
¾ siswa
mengembangkan
data-data
menjadi
kerangka laporan Tahap Penetapan Posisi ¾ Siswa menentukan kedudukannya di dalam masalah yang telah mereka temukan selama berwisata lapangandan berusaha mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah tersebut kemudian menuliskan jalan keluar pada laporan pengamatan yang ditulisnya Tahap Engeksplorasi Contoh dan Pola Argumentasi
¾ Siswa
mendapatkan
contoh
laporan
yang
dibagikan oleh guru ¾ Siswa menulis laporan dengan mengacu pada kerangka laporan ¾ Siswa menuliskan beberapa pendapatnya
Tahap Menjernihkan
¾ Tiap-tiap kelompok mempresentasikan laporan
61
dan Menguji Posisi
hasil pengamatannya ¾ Siswa lain menanggapi hasil laporan pengamatan yang dipresentasikan
Tahap Mengetes
¾ Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada
Asumsi Faktual yang
perwakilan kelompok setelah presentasi laporan
Melatarbelakangi Posisi
hasil pengamatan yang telah ditulisnya.
yang Diluluskannya
Penerapan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dalam pembelajaran menulis laporan meliputi enam tahap, yaitu 1) orientasi terhadap kasus; 2) identifikasi isu atau kaus; 3) penetapan posisi; 4) eksplorasi contoh dan pola argumentasi; 5) menjernihkan dan menguji posisi; dan 6) mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi posisi yang diluluskannya. Pada tahap orientasi terhadap kasus, kegiatan yang dilakukan, yaitu siswa mendapat arahan dari guru sebelum melaksanakan wisata lapangan. Wisata lapangan dilakukan selama 20-30 menit pada objek yang telah diilih oleh tiap-tiap kelompok. Pada saat berwisata lapangan, tiap kelompok mencatat hal-hal penting yang ditemukan pada objek yang selanjutnya menjadi data dalam penulisan laporan pengamatan. Tahap selanjutnya, yaitu identifikasi isu atau kasus. Pada kegiatan ini, bersama kelompoknya siswa mendiskusikan data-data yang telah diperoleh selama pengamatan kemudian mengembangkan data-data tersebut menjadi sebuah kerangka laporan. Kerangka laporan yang disusun menjadi sebuah acuan untuk dikembangkan menjadi sebuah laporan.
62
Pada tahap penetapan posisi, kegiatan yang dilakukan adalah siswa menentukan kedudukannya di dalam masalah yang telah mereka temukan selama berwisata lapangandan berusaha mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah tersebut kemudian menuliskan jalan keluar pada laporan pengamatan yang ditulisnya. Dalam penulisan laporan, siswa menetapkan posisinya sebagai warga sekolah. Tahap eksplorasi contoh dan pola argumentasi, kegiatan yang dilakukan di antaranya siswa mendapatkan contoh laporan yang dibagikan oleh guru. Contoh laporan diberikan sebagi acuan dalam penulisan laporannya. Setelah itu, siswa menulis laporan pengamatan berdasar kerangka laporan yang disusun. Dalam penulisan laporannya, siswa menuliskan beberapa pendapat tentang objek yang diamati. Tahap menjernihkan dan menguji posisi, kegiatan yang dilaksanakan di antaranya tiap-tiap kelompok mempresentasikan laporan hasil pengamatannya di depan kelas. Laporan yang telah dipresentasikan ditanggapi oleh siswa dari kelompok lain. Setelah itu, kelompok yang telah mempresentasikan laporan pengamatannya mendapat pertanyaan dari guru untuk memperkuat laporan yang telah ditulisnya. Pertanyaan yang diberikan oleh guru merupakan tahap mengetes asumsi fatual yang meletarbelakangi posisi yang diluluskannya. Dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan siswadapat menulis laporan dengan mudah dan terampil karena ide dan sumber pemikiran bersumber dari pengalaman yang telah dialami. Penerapan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dalam penulisan laporan, yaitu 1) tujuan pembelajaran
63
menulis laporan. Salah satu kompetensi dasar menulis yang diajarkan pada siswa kelas VIII SMP adalah menulis laporan. Untuk mencapai kompetensi tersebut, siswa perlu mendapat pembelajaran menulis laporan dengan ide yang diperoleh diri sendiri yang bersumber dari pengalaman. Hal semacam itu merupakan cara untuk mempermudah siswa dalam penulisan laporan. Siswa menulis laporan dengan menggunakan kalimat yang efektif sehingga dapat melatih siswa untuk melaporkan kejadian di sekitar mereka. Indikator yang ingin dicapai dalam kompetensi dasar ini, yaitu mampu menyusun kerangka laporan berdasar data yang diperoleh selama pengamatan dan mampu menulis laporan pengamatan berdasar kerangka laporan yang telah disusun dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Untuk mencapai indikator tersebut, disamping siswa harus berlatih, guru juga harus mampu membimbing dan mengajarkan siswa menulis laporan denganbaik dan dengan cara yang mudah sehingga tujuan pembelajaran menulis laporan dapat tercapai secara maksimal. 2) Materi pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Materi terdiri atas langkah-langkah membuat kerangka laporan, langkah-langkah menulis laporan, dan bahasa yang baik dan benar. 3) Strategi pembelajaran menulis laporan. Strategi dalam pembelajaran melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, yaitu kelompok belajar aktif dengan pengamatan secara langsung di lapangan. Kegiatan awal pembelajaran dilakukan dengan aktivitas bertanya jawab dengan siswa mengenai laporan yang telah mereka tulis atau pernah mereka baca. Selanjutnya, guru mengaitkan pelajaran dengan fungsinya dalam kehidupan siswa. Kegiatan ini meliputi berbagai aktivitas, di antaranya: (1) guru membagi siswa ke
64
dalam beberapa kelompok; (2) secara berkelompok, siswa mengamati objek yang telah ditentukan bersama kelompoknya. Objek berada di lingkungan sekolah; (3) siswa mendata hal-hal yang ditemui ketika mengamati objek pengamatan; (4) siswa menyusun kerangka laporan berdasarkan data-data yang telah diperoleh; (5) siswa menulis laporan pengamatan berdasar kerangka laporan dan data-data yang telah diperoleh dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar; (6) masingmasing kelompok mempresentasikan laporannya di depan kelas dan ditanggapi oleh guru dan kelompok lain; dan (7) guru memberikan beberapa pertanyaan kepada kelompok presentasi sebagai pengujian laporan pengamatan. Kegiatan akhir meliputi dua hal, yaitu penguatan dan penugasan. Terlebih dahulu guru memberikan penguatan mengenai materi pembelajaran yang telah disampaikan, kemudian guru memberikan tindak lanjut kepada siswa berupa panugasan mengenai materi yang sama.
2.3 Kerangka Berpikir Keterampilan menulis laporan dengan bahasa yang baik dan benar merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai siswa SMP kelas VIII. Siswa seringkali mendapatkan kesulitan saat pembelajaran menulis, khususnya menulis laporan. Kesulitan tersebut di antaranya adalah menyusun kerangka laporan berdasar data-data yang diperoleh, mengawali penulisan laporan, mengembangkan kerangka laporan menjadi sebuah laporan, dan lain-lain. Untuk mengatasi dan meminimalisasi hal itu, peran guru sangat diperlukan. Keberhasilan pembelajaran dapat dicapai apabila guru menerapkan pembelajaran yang dapat
65
membuat siswa tertarik dan tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran. Dengan cara seperti itu, siswa akan lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran menulis, khususnya menulis laporan dengan bahasa yang baik dan benar. Keterampilan menulis laporan siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batangmasih sangat rendah dengan nilai rata-rata kelas, yaitu 59,18. Rendahnya nilai rata-rata siswa dalam menulis laporan disebabkan oleh metode yang digunakan oleh guru hanyalah metode ceramah sehingga siswa kebingungan dalam penulisan laporan. Guru memberikan materi kepada siswa hanya dengan cara menjelaskan dari awal pelajaran hingga pelajaran usai. Oleh karena itu, siswa merasa bosan dengan pelajaran dan cenderung tidak memerhatikan guru dan lebih asyik bergelut dengan dunianya, seperti mengobrol, tidur, menulis hal-hal yang tidak berkaitan dengan pelajaran, bercanda, dan keluar kelas dengan alasan pergi ke kamar kecil. Selain itu, siswa tidak mengetahui apa yang disampaikan oleh guru, siswa tidak mampu mengeluarkan ide atau gagasannya untuk membuat sebuah laporan, siswa tidak dapat mengetahui caranya melakukan observasi atau pengamatan, siswa tidak dapat menulis laporan dengan bahasa yang baik dan benar. Faktor lain adalah kurangnya pengetahuan siswa mengenai pokok-pokok penulisan laporan, siswa tidak dapat membedakan antara menulis laporan dan tulisan yang lain, kurangnya pemahaman siswa tentang kerangka laporan dan cara mengembangkan kerangka laporan menjadi sebuah laporan. Hal penting yang telah dilupakan oleh guru ketika pembelajaran di kelas, khususnya menulis laporan adalah guru tidak
66
menghendaki siswa untuk ke luar kelas guna menyusun laporan pengamatan yang akan ditulisnya. Siswa hanya terpaku dengan suasana kelas dan tidak ada kebebasan untuk mengetahui dunia luar kelas. Penulismenggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dalam pembelajaran yang melibatkan keaktifan dan kreativitas siswa. Penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dianggap sebagai salah satu model yang efektif karena melatih siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan bagi dirinya dan orang lain yang bersumber dari pengalaman yang dialami sendiri. Siswa tidak hanya mendengarkan guru berceramah ketika proses belajar mengajar, tetapi juga siswa dapat berkreasi sendiri untuk menggali pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan.
67
Keterampilan menulis laporan pengamatan siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang masih rendah
1. Siswa belum mampu menyusun kerangka laporan berdasar data-data yang telah diperoleh 2. Siswa belum mampu mengembangkan kerangka laporan menjadi sebuah laporan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
Model
Pembelajaran menulis laporan
Wisata
Jurisprudensial
pengamatan siswa kelas VIII
Lapangan
B SMP Negeri 5 Batang
Siswa harus berorientasi atau terlebih
Memudahkan siswa menyusun
dahulu mengetahui masalah yang akan
kerangka laporan berdasar data yang
dihadapi ketika melakukan pengamatan
diperoleh selama wisata lapangan,
secara langsung dan siswa berpikir kritis
memudahkan siswa mengembangkan
tentang masalah yang sedang dihadapi
kerangka laporan menjadi sebuah
ketika pengamatan dan mengaitkan masalah
laporan pengamatan
tersebut dengan masala kondisi saat itu
Berbagai kelebihan yang terdapat dalam tindakan diharapkan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami siswa
Peningkatan keterampilan menulis laporan pengamatan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang
68
Bagan 3 Kerangka Berpikir 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teoretis dan kerangka berpikir, hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan sehingga guru dapat memantau proses pembelajaran dengan maksimal dan dapat meningkatkan keterampilan menulis laporan siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang.
69
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Penelitian tentang menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penelitian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Subyantoro 2009:10). Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan tindakan kelas yang mencakup beberapa siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Desain penelitian tindakan kelas tersebut dapat dilihat pada gambar berikut. Siklus I
Siklus II
Perencanaan
Perencanaan
Refleksi
Tindakan
Refleksi
Tindakan
Observasi
Observasi
Gambar 1 Desain Penelitian Tindakan Kelas (dalam Subyantoro 2009:27)
Sebelum pelaksanaan penelitian tindakan siklus I, dilakukan kegiatan observasi. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk mengetahui keterampilan siswa
69
70
terhadap materi menulis laporan. Hasil observasi menunjukkan nilai rata-rata keterampilan siswa dalam menulis laporan, yaitu 59,18 yang berada dalam kategori kurang. Hasil tersebut dijadikan pedoman untuk pemberian tindakan pada siklus I dan siklus II.
3.2 Proses Tindakan Siklus I Proses tindakan siklus I dilakukan dalam empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
3.2.1 Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan, dilakukan persiapan pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan. Langkah awal yang dilakukan adalah (1) menyusun rencana pembelajaran yang merupakan program guru. Rencana pembelajaran berisi tentang skenario pembelajaran yang dilakukan ketika penelitian. Tahap penyusunan ini, peneliti menentukan titik fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati kemudian membuat instrumen pengamatan; (2) selain menyusun rencana pembelajaran, guru menyiapkan materi yang diujikan melalui lembar tes menulis laporan hasil pengamatan disertai dengan kriteria penilaiannya; (3) guru menyiapkan lembar jurnal, lembar observasi, lembar wawancara, dan dokumentasi foto; (4) melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran tentang kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
71
3.2.2 Tindakan Tahap tindakan pada pelaksanaan siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan atau 4x40 menit. Tahap tindakan ini terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Proses tindakan yang dilaksanakan pada pertemuan pertama siklus I dipaparkan sebagai berikut. Kegiatan awal pertemuan pertama siklus I (1) mengondisikan siswa agar siap untuk belajar; (2) guru mengadakan apersepsi tentang materi sebelumnya; (3) guru menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari pada saat itu; (4) guru dan siswa bertanya jawab tentang tujuan dan manfaat pembelajaran pada hari itu; (5) guru menyampaikan pokok-pokok materi pembelajaran. Kegiatan inti pertemuan pertama siklus I Tahap Pertama: Orientasi terhadap Kasus (1) siswa mendapat arahan dari guru sebelum melaksanakan wisata lapangan (2) siswa berwisata lapangan untuk melakukan pengamatan dengan objek yang telah ditentukan selama 20 menit (3) siswa mencatat hal-hal penting yang mereka temukan selama melakukan pengamatan Tahap kedua: Mengidentifikasi isu atau kasus (4) siswa mengemukakan temuannya kepada guru dengan disertai penyebab terjadinya masalah yang mereka temukan
72
(5) bersama
kelompoknya,
siswa
mendiskusikan
data-data
yang
telah
didapatkannya dengan mencari penyelesaian dari masalah yang mereka temukan kemudian siswa mengembangkan pokok-pokok laporan yang telah mereka catat (6) bersama dengan kelompoknya, siswa menyusun kerangka laporan berdasar data-data yang telah mereka catat Tahap ketiga: Menetapkan posisi (7) siswa menentukan kedudukannya di dalam masalah yang telah mereka temukan selama berwisata lapangan (8) siswa berusaha mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya dan usaha yang harus dilakukannya di dalam masalah yang mereka hadapi Kegiatan penutup pertemuan pertama siklus I (1)
guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajarinya pada saat itu
(2)
guru dan siswa merefleksikan pembelajaran pada saat itu
(3)
guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk mempelajari aspek-aspek yang terdapat di dalam laporan Proses tindakan pada pertemuan kedua siklus I merupakan tindakan
lanjutan pertemuan pertama. Kegiatan-kegiatan tersebut dipaparkan sebagai berikut.
Kegiatan awal pertemuan kedua siklus I (1) guru mengondisikan siswa agar siap belajar
73
(2) guru mengadakan apersepsi tentang materi sebelumnya (3) guru menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari pada saat itu (4) guru dan siswa bertanya jawab tentang tujuan dan manfaat pembelajaran pada hari itu Kegiatan Inti pertemuan kedua siklus I Tahap keempat: Mengeksplorasi contoh-contoh dan pola argumentasi (1) Bersama kelompoknya, siswa mulai menulis laporan dengan mengacu pada kerangka laporan yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya (2) Siswa menuliskan beberapa pendapatnya di dalam laporan pengamatan yang mereka tulis dengan disertai data-data yang mendukung Tahap kelima: Menjernihkan dan menguji posisi (3) Di dalam laporannya, siswa menetapkan posisnya sebagai warga sekolah dan kedudukan itu dipaparkan di dalam tulisannya (4) Tiap-tiap perwakilan kelompok mempresentasikan laporan pengamatannya di depan kelas (5) Siswa lain menanggapi hasil laporan pengamatannya Tahap keenam: Mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi posisi yang diluluskannya (6) Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada perwakilan kelompok presentasi tentang laporannya Kegiatan penutup pertemuan kedua siklus I (1) Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajarinya pada saat itu
74
(2) Guru dan siswa merefleksikan pembelajaran pada saat itu (3) Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk mempelajari materi aspek-aspek yang terdapat di dalam laporan guna perbaikan penulisan laporannya
3.2.3 Observasi Obesrvasi atau pengamatan dilakukan terhadap aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi pada siklus I dilihat berdasarkan peningkatan hasil tes dan perilaku siswa selama pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai kelebihan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan yang diterapkan dalam menulis laporan. Dalam proses observasi ini, data diperoleh melalui beberapa cara, yaitu (1) tes untuk mengetahui kemampuan menulis laporan siswa, (2) observasi untuk mengetahui perilaku dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Sikap yang diamati, yaitu sikap siswa yang positif maupun sikap siswa yang negatif dalam mengikuti pelajaran, kesiapan siswa pada awal pembelajaran, keaktifan siswa selama pembelajaran; (3) jurnal diberikan untuk mengetahui kesan, tanggapan, dan saran terhadap cara mengajar guru dan model mengajar yang telah diberikan. Data jurnal digunakan untuk perbaikan siklus berikutnya; (4) wawancara dilakukan kepada beberapa siswa dengan kategori nilai sangat baik, baik, cukup, dan kurang baik. Wawancara dilakukan setelah diketahui nilai hasil tes untuk menentukan siswa yang akan di wawancarai pada siklus I; (5)
75
dokumentasi foto yang digunakan sebagai laporan yang berupa gambar aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran. Pada tahapan observasi, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut: 1.
Melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis laporan
2.
Melakukan pengamatan aktivitas siswa selama mengikuti pelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis laporan
3.
Mengumpulkan data hasil belajar siswa setelah menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
3.2.4 Refleksi Tahap ini merupakan evaluasi terhadap proses tindakan dan hasil menulis pada siklus 1. Data-data yang terkumpul baik dari hasil tes, jurnal, observasi, atau pengamatan dan wawancara kemudian dianalisis. Analisis ini untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model yang digunakan dalam proses pembelajaran, serta tindakan-tindakan siswa selama proses pembelajaran. Setelah dilakukan analisis terhadap data yang terkumpul, guru dan peneliti melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut. 1.
Mengevaluasi proses dan hasil belajar pada siklus I
2.
Mengkaji pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus I
3.
Membuat daftar permasalah yang terjadi pada siklus I
4.
Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk perbaikan pada siklus II dengan mengacu pada hasil siklus I.
76
3.3 Proses Tindakan Siklus II Proses tindakan pada siklus II masih terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
3.3.1 Perencanaan Tindakan yang dilakukan peneliti pada perencanaan siklus II adalah memperbaiki hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilihat dari hasil refleksi pada siklus I. Adapun kegiatan yang dilaksanakan (1) membuat perbaikan rencana pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan sebagai model pembelajaran;(2) menyiapkan lembar observasi, dan lembar wawancara untuk memperoleh data nontes;(3) guru menyiapkan lembar tes dan nontes untuk siklus II, dan;(4) berkoordinasi kembali dengan guru mata pelajaran.
3.3.2 Tindakan Tindakan pada siklus II adalah penyempurnaan dari tindakan siklus I. Pada tahap ini, guru menjelaskan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada laporan yang telah ditulis pada siklus I. Selanjutnya siswa diberi bimbingan agar pelaksanaan kegiatan menulis laporan pada siklus II lebih baik dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II sama seperti pelaksanaan pada siklus I, yakni dua kali pertemuan atau 4x40 menit. Pelaksanaan tindakan siklus II dipaparkan sebagi berikut. Kegiatan Awal Pertemuan Pertama Siklus II
77
(1)
Guru mengondisikan siswa agar siap belajar
(2)
Guru mengadakan apersepsi tentang materi sebelumnya
(3)
Guru menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari pada saat itu
(4)
Guru dan siswa bertanya jawab tentang tujuan dan manfaat pembelajaran pada hari itu
(5)
Guru menyampaikan pokok-pokok materi pembelajaran.
Kegiatan Inti Pertemuan Pertama Siklus II Tahap Pertama: Orientasi terhadap Kasus (1)
Siswa mendapat arahan dari guru sebelum melaksanakan wisata lapangan
(2)
Siswa berwisata lapangan untuk melakukan pengamatan dengan objek yang sama seperti pertemuan sebelumnya selama 30 menit
(3)
Siswa mencatat hal-hal penting yang mereka temukan selama melakukan pengamatan sebagai perbaikan data pada pengamatan sebelumnya
Tahap kedua: Mengidentifikasi isu atau kasus (4)
Siswa mengemukakan temuan barunya kepada guru dengan disertai penyebab terjadinya masalah yang mereka temukan
(5)
Bersama kelompoknya, siswa mendiskusikan data-data baru yang telah didapatkannya dengan mencari penyelesaian dari masalah yang mereka temukan kemudian siswa mengembangkan pokok-pokok laporan yang telah mereka catat
(6)
Bersama dengan kelompoknya, siswa menyusun kerangka laporan berdasar data-data yang telah mereka catat sebagai perbaikan dari kerangka laporan sebelumnya
78
Tahap ketiga: Menetapkan posisi (7)
Siswa menentukan kedudukannya di dalam masalah yang telah mereka temukan selama berwisata lapangan
(8)
Siswa berusaha mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya dan usaha yang harus dilakukannya di dalam masalah yang mereka hadapi
Kegiatan Penutup Pertemuan Pertama Siklus II (1)
Guru
dan
siswa
menyimpulkan
materi
pembelajaran
yang
telah
dipelajarinya pada saat itu (2)
Guru dan siswa merefleksikan pembelajaran pada saat itu
(3)
Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk mempelajari aspek-aspek yang terdapat di dalam laporan Proses tindakan pada pertemuan kedua siklus II merupakan tindakan
lanjutan pertemuan pertama dan perbaikan siklus I. Kegiatan-kegiatan tersebut dipaparkan sebagai berikut.
Kegiatan Awal Pertemuan Kedua Siklus II (1)
Guru mengondisikan siswa agar siap belajar
(2)
Guru mengadakan apersepsi tentang materi sebelumnya
(3)
Guru menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari pada saat itu
(4)
Guru dan siswa bertanya jawab tentang tujuan dan manfaat pembelajaran pada hari itu
Kegiatan Inti Pertemuan Kedua Siklus II Tahap keempat: Mengeksplorasi contoh-contoh dan pola argumentasi
79
(1)
Siswa mendapatkan contoh laporan yang dibagikan oleh guru sebagai contoh penulisan isi laporan
(2)
Bersama kelompoknya, siswa mulai menulis laporan dengan mengacu pada kerangka laporan yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya dan telah diperbaiki
(3)
Siswa menuliskan beberapa pendapatnya di dalam laporan pengamatan yang mereka tulis dengan disertai data-data yang mendukung
Tahap kelima: Menjernihkan dan menguji posisi (4)
Di dalam laporannya, siswa menetapkan posisnya sebagai warga sekolah dan kedudukan itu dipaparkan di dalam tulisannya
(5)
Tiap-tiap perwakilan kelompok mempresentasikan laporan pengamatannya di depan kelas
(6)
Siswa lain menanggapi hasil laporan pengamatannya
Tahap keenam: Mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi posisi yang diluluskannya (7)
Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada perwakilan kelompok presentasi tentang laporannya
Kegiatan Penutup Pertemuan Kedua Siklus II (1)
Guru memberikan hadiah kepada kelompok yang memiliki nilai tertinggi sebagai apresiasi
(2)
Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajarinya pada saat itu
(3)
Guru dan siswa merefleksikan pembelajaran pada saat itu
80
(4)
Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk mempelajari materi selanjutnya
3.3.3 Observasi Observasi atau pengamatan dilakukan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Guru kelas sebagai pengajar yang memandu proses pembelajaran dari awal hingga akhir dan peneliti sebagai pengamat dan fasilitator bertugas mengamati perilaku siswa dan memfasilitasi perlengkapan yang dibutuhkan oleh guru dan siswa. Aspek-aspek yang dinilai adalah hasil tulisan dan perilaku siswa selama proses pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai kelebihan dan kekurangan model jurispridensial berbasis wisata lapangan yang diterapkan dalam menulis laporan. Data observasi diperoleh melalui beberapa cara, yaitu (1) tes untuk mengetahui kemampuan menulis laporan siswa; (2) observasi untuk mengetahui perilaku dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, perilaku yang diamati yaitu sikap siswa baik positif maupun negatif dalam mengikiti pembelajaran menulis laporan, kesiapan siswa pada awal pembelajaran menulis, dan keaktifan siswa ketika pembelajaran menulis; (3) jurnal diberikan untuk mengetahui kesan, tanggapan, dan saran terhadap cara mengajar dan metode yang digunakan guru. Data hasil jurnal guru digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran; (4) wawancara kepada beberapa siswa yang memiliki kategori nilai sangat baik, baik, dan cukup. Wawancara dilaksanakan setelah diketahui nilai hasil tes untuk menentukan siswa yang telah bersungguh-sungguh menulis
81
laporan; (5) dokumnetasi foto yang digunakan sebgai laporan berupa gambar aktivitas siswa selama pembelajaran. Pada tahapan observasi, peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut: 1.
Melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis laporan setelah diadakan perbaikan dari siklus I
2.
Melakukan pengamatan aktivitas siswa selama mengikuti pelajaran bahasa Indonesia pada materi menulis laporan
3.
Mengumpulkan data hasil belajar siswa setelah menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
3.3.4 Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, peningkatan keterampilan menulis laporan hasil pengamatan dan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan nontes. Berdasarkan analisis tersebut, dapat diketahui bahwa perbaikan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II dapat meningkatkan keterampilan menulis laporan atau tidak. Analisis hasil nontes yang berupa hasil observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto menunjukkan perubahan perilaku ke arah positif.
82
3.4 Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah keterampilan menulis laporan pengamatan siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang. Berdasarkan hasil observasi, kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang memiliki nilai rata-rata menulis laporan pengamatan yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan, yaitu 70 yang berada dalam kategori baik.
3.5 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel keterampilan menulis laporan dan variabel penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
3.5.1
Variabel Keterampilan Menulis Laporan Variabel keterampilan menulis laporan merupakan keterampilan siswa
dalam mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan bahasa yang komunikatif dengan indikator yang tertuang dalam kompetensi dasar menulis laporan siswa kelas VIII SMP. Siswa mampu mengembangkan kerangka laporan ke dalam beberapa paragraf dengan bahasa yang komunikatif. Target keterampilan yang diharapkan adalah siswa mampu menulis laporan sesuai dengan target penilaian. Aspek
penilaian
pembelajaran
menulis
laporan
melalui
model
jurisprudensial berbasis wisata lapangan menurut Akhadiah (2003) dan Aqib
83
(2003), meliputi (1) karakteristik judul; (2) kesesuaian isi laporan; (3) kerangka laporan; (4) keruntutan pemaparan; (5) ketepatan ejaan; (6) ketepatan diksi; (7) penggunaan kalimat; dan (8) kerapian tulisan. Pembelajaran menulis laporan yang diterapkan dikatakan berhasil apabila nilai rata-rata tes secara klasikal telah mencapai nilai ketuntasan sebesar 70 yang telah ditentukan oleh sekolah tersebut.
3.5.2
Variabel Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan Variabel penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan
adalah pembelajaran menulis laporan dengan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Selain pemodelan dan group investigation yang telah dikembangkan oleh peneliti lain, model jurisprudensial berbasis wisata lapangan juga dapat digunakan sebagai pengembangan keterampilan menulis laporan pada siswa. Pembelajaran menulis laporan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan merupakan pembelajaran yang dilakukan di dalam dan di luar kelas dengan berkelompok untuk mendiskusikan hal-hal yang berkaiatan dengan menulis laporan berdasarkan pengamatan kegiatan di lingkungan sekolah berdasar objek yang telah dipilih. Pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial melatih siswa untuk menggali pengetahuan dan keterampilan yang terdapat dalam dirinya. Selain itu, pembelajaran dengan model tersebut dapat melatih serta meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Model ini terdiri atas enam tahap, yaitu orientasi terhadap kasus, identifikasi isu atau kasus, penetapan posisi, eksplorasi contoh dan pola argumentasi, menjernihkan
84
dan menguji posisi, dan mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi posisi yang diluluskannya. Pembelajaran dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dimulai dengan siswa membentuk kelompok dengan pilihan sendiri. Tiap kelompok mendapatkan lembaran berupa kriteria dan aspek penilaian di dalam menulis sebuah laporan hasil pengamatan. Setelah siswa bergabung dengan kelompoknya, siswa mengadakan pengamatan di lingkungan sekolah pada objek yang telah ditentukan dan dipilihnya selama 20-30 menit. Setelah pengamatan, siswa bersama kelompoknya menulis laporan berdasarkan pengamatan yang dilakukan di sekitar lingkungan sekolah. Selanjutnya, guru berinteraksi ketika siswa mengalami kesulitan dan berusaha mengarahkan siswa. Kegiatan terakhir dari proses pembelajaran dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan adalah perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan atau memaparkan
hasil
penulisan
laporannya.
Setelah
tiap
kelompok
mempresentasikan laporan hasil pengamatannya, guru memberikan beberapa pertanyaan sebagai pengujian terhadap laporan yang telah ditulis siswa. Usai kegiatan inti dilaksanakan, guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran pada saat itu. Selanjutnya, masukan atau pertanyaan yang diberikan guru usai presentasi, dijadikan bahan sebagai tambahan dalam isi laporan pada pelajaran berikutnya. Guru bersama siswa membahas hasil penulisan siswa untuk diketahui kesalahankesalahan yang terdapat dalam penulisan siswa yang digunakan sebagai perbaikan pada pertemuan selanjutnya. Perubahan tingkah laku dan respon siswa diamati selama proses pembelajaran.
85
3.6 Instrumen Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menggunakan dua instrumen yang berbeda fungsi dan jenisnya. Kedua instrumen tersebut adalah instrumen tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan siswa tentang keterampilan menulis laporan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, sedangkan instrumen nontes dapat berupa pedoman observasi, pedoman jurnal, pedoman wawancara, dan dokumentasi foto yang digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa saat pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran dilakukan.
3.6.1 Instrumen Tes Guru dan peneliti mengadakan tes menulis laporan guna mengetahui kemampuan menulis laporan pengamtan setelah mengikuti pembelajaran menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Tes yang diberikan adalah tes tertulis, yaitu menulis laporan pengamatan sesuai dengan objek yang diamati. Tes dilakukan pada akhir pembelajaran pertemuan kedua. Jumlah nilai hasil tes diambil dari gabungan tiap-tiap aspek. Aspek penilaian pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan meliputi: 1) karakteristik judul; 2) kesesuaian isi laporan dengan objek pengamatan; 3) kerangka laporan; 4) keruntutan pemaparan; 5) ketepatan ejaan; 6) ketepatan
86
diksi; 7) penggunaan kalimat; 8) kerapian tulisan. Adapun aspek penilaian tes tersebut dapat dilihat pada rubrik penilaian berikut. Tabel 2 Penilaian Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan No
Aspek penilaian
Bobot
Skor
Nilai
1.
Karakteristik judul
2
4
8
2.
Kesesuaian isi laporan dengan objek pengamatan
4
4
16
3.
Penyusunan kerangka laporan
4
4
16
4.
Keruntutan pemaparan
4
4
16
5.
Ketepatan ejaan
2
4
8
6.
Ketepatan diksi
3
4
12
7.
Penggunaan kalimat
3
4
12
8.
Kerapian tulisan
2
4
8
25
100
Jumlah
Tabel 3 Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan No.
Aspek Penilaian
1.
Karakteristik judul
Skor
(menarik, singkat, profokatif, gambaran isi) a. Judul
menarik,
singkat,
isi/informasi yang disampaikan b. Judul menarik, singkat c. Judul menarik, panjang
Kategori
relevan
dengan 4
Sangat Baik
3
Baik
2
Cukup
87
d. Judul tidak menarik, panjang, dan tidak relevan 2.
1
Kesesuaian isi laporan dengan objek pengamatan
a. Isi laporan yang dibuat sesuai objek yang
dilihat/diamati, sistematis (sesuai kerangka), mendalam, semua ide tersampaikan b. Isi laporan yang dibuat sesuai objek yang dilihat/diamati, sistematis
4
Sangat Baik
c. Isi laporan yang dibuat sesuai objek yang 3 dilihat/diamati, tidak sistematis
2
Cukup
1
Kurang
Penyusunan kerangka laporan
(kronologis, lengkap, sesuai data)
dilihat/diamati, tidak sistematis, dan tidak mendalam.
a. Kerangka laporan disusun secara kronologis, 4 lengkap, dan sesuai dengan data yang ada
3
Baik
2
Cukup
tidak sesuai data
1
Kurang
Keruntutan pemaparan
c. Kerangka laporan tidak kronologis, namun sesuai data d. Kerangka laporan tidak kronologis, tidak lengkap,
a. Sederhana, mudah dipahami, jalan cerita runtut, 4
Sangat Baik
b. Kerangka laporan kronologis dan sesuai data
4.
Baik
d. Isi laporan yang dibuat tidak sesuai objek yang
3.
Kurang
Sangat Baik
88
b. Jalan cerita runtut, mudah dipahami, dan jelas
3
Baik
c. Jalan cerita sederhana, tetapi mudah dipahami
2
Cukup
semua ide tersampaikan
d. Jalan cerita tidak runtut, tidak jelas, dan tidak 1
Kurang
mudah dipahami 5.
Ketepatan ejaan
a. Jumlah kesalahan kurang dari 5 dan tidak 4 mengubah ide b. Jumlah kesalahan bekisar 6‐10 dan tidak mengubah ide c. Jumlah kesalahan bekisar 11‐15, tidak mengubah ide
6.
3
Baik
2
Cukup
Kurang
a. Diksi yang dipilih tepat, bermakna tunggal, dan 4
Sangat Baik
b. Diksi yang dipilih tepat, bermakna tunggal, tetapi sulit dipahami c. Diksi yang dipilih tepat tetapi sulit dipahami d. Diksi yang dipilih kurang tepat dan sulit dipahami
1
Ketepatan diksi
mudah dipahami
7.
Sangat Baik
d. Jumlah kesalahan lebih dari 15 dan tidak mengubah ide
Penggunaan kalimat
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
89
8.
a. Singkat, jelas, tidak ambigu.
4
Sangat Baik
b. Panjang tetapi jelas, tidak ambigu
3
Baik
c. Singkat, tidak jelas
2
Cukup
d. Panjang dan tidak jelas, ambigu
1
Kurang
Kerapian tulisan
a. Tulisan rapi, mudah dibaca, dan tidak ada coretan
4
Sangat Baik
b. Tulisan rapi, mudah dibaca, dan terdapat coretan kurang dari 5 c. Tulisan mudah dibaca, dan tedapat coretan bekisar 6‐10 d. Tulisan tidak dapat dibaca
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
Guru dapat menilai kemampuan siswa dalam menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dengan berpedoman pada rubrik penilaian di atas. Setelah guru mendapatkan gambaran tentang nilai siswa, guru dapat mengelompokkan siswa dalam kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang. Tes dilakukan satu kali dalam tiap siklus yang dilaksanakan pada akhir pertemuan tiap siklus. Jika siklus I belum mencapai hasil yang maksimal dilaksanakan tindakan siklus II. Siswa dikatakan mencapai kategori sangat baik jika memperoleh nilai antara 85-100, kategori baik dengan rentang nilai 70-84,
90
kategori cukup dengan rentang nilai antara 60-69, dan kategori kurang dengan rentang nilai antara 0-59. Kategori dan rentang nilai tersebut secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel penilaian berikut.
Tabel 4 Kategori Penilaian No.
Kategori
Interval
1.
Sangat Baik
85‐100
2.
Baik
70‐84
3.
Cukup Baik
60‐69
4.
Kurang
0‐59
Rincian perolehan nilai siswa tiap aspek disajikan sesuai dengan tabel berikut. Tabel 5 Perolehan Nilai Tiap Aspek No. Nama
1.
Ahmad
Aspek Penilaian
Nilai Akhir
1
2
3
4
5
6
7
8
Kategori
Rifa’i 2.
.............
Keterangan: 1. karakteristik judul 2. kesesuian isi
91
3. kerangka laporan 4. keruntutan pemaparan 5. ketepatan ejaan 6. ketepatan diksi 7. keefektifan kalimat 8. kerapian tulisan 3.6.2
Instrumen Nontes Instrumen nontes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah panduan
observasi, panduan jurnal, panduan wawancara, dan dokumentasi foto. Berikut adalah paparan tentang panduan-pandunag yang terdapat dalam instrumen nontes.
3.6.2.1 Panduan Observasi Pedoman observasi digunakan untuk mengamati perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung. Adapun aspek-aspek yang diamati antara lain: (1) respon dan antusias siswa dalam pembelajaran; (2) partisipasi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok; (3) respon positif siswa terhadap pelajaran; (4) aktivitas siswa dalam bertanya; (5) keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas.
3.6.2.2 Jurnal Jurnal diberikan usai pelajaran yang digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas jurnal guru dan jurnal siswa. Aspek yang terdapat dalam jurnal siswa meliputi: (1)
92
perasaan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan yang dilakukan secara berkelompok dan dihadapkan dengan objek langsung; (2) kesulitan siswa dalam menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan; (3) tanggapan siswa berkaitan dengan model pembelajaran yang digunakan guru; (4) pendapat siswa terhadap cara mengajar guru, dan; (5) saran siswa terhadap pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Jurnal guru berisi seluruh kegiatan yang dilihat dan dirasakan oleh guru selama kegiatan menulis laporan berlangsung. Hal-hal yang perlu dicatat dalam jurnal guru meliputi: (1) kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan; (2) respon siswa terhadap pemilihan topik atau tema yang dilakukan secara berkelompok; (3) keaktifan siswa saat melakukan observasi di lapangan; (4) tingkah laku siswa saat melakukan observasi dan menulis lapaporan dengan kelompoknya, dan; (5) peristiwa-peristiwa yang muncul saat pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasi wisata lapangan.
3.6.2.3 Panduan Wawancara Wawancara dilaksanakan setelah diketahui nilai tes untuk menentukan siswa yang diwawancarai pada siklus I. Pedoman wawancara berfungsi sebagai sarana untuk mencari data tentang pembelajaran menulis laporan. Wawancara berisi pertanyaan yang ditunjukkan kepada siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang dalam tes.
93
Aspek-aspek yang digunakan dalam pedoman wawancara siklus I dan siklus II adalah: (1) perasaan siswa saat berdiskusi menentukan topik yang akan dijadikan objek pengamatan; (2) pendapat siswa saat melakukan pengamatan di lapangan; (3)
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis laporan
melalui model jurisprudensial berbasi wisata lapangan; (4) manfaat bagi siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan melaui model jurisprudensial bebasis wisata lapangan, dan; (5) apakah setelah mengikut pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan siswa sudah dapat menulis laporan dengan tepat.
3.6.2.4 Dokumentasi Foto Kegiatan siswa dalam pembelajaran didokumentasikan dalam bentuk foto. Foto-foto yang diambil mempermudah peneliti untuk mendeskripsikan hasil penelitian. Dokumentasi foto dijadikan bukti dalam melakukan observasi. Dengan dokumentasi foto, peneliti memiliki rekaman aktivitas siswa dan perilaku siswa berupa: (1) aktivitas siswa saat menyimak penjelasan dari guru;(2) aktivitas siswa saat bertanya; (3) aktivitas siswa saat mengamati contoh; (4) aktivitas
siswa
saat
melakukan
pengamatan;
(5)
aktivitas
siswa
saat
mewawancarai narasumber; (6) aktivitas siswa saat berdiskusi, (7) aktivitas siswa saat mempresentasikan laporan yang telah ditulisnya; dan (8) saat penyerahan penghargaan. Selain itu, dokumentasi foto juga dapat membantu peneliti untuk mengingat data kuantitatif yang mungkin terlewatkan dan tidak teramati saat penelitian.
94
3.7 Teknik Pengumpulan Data Penelitian tindakan kelas ini menggunakan pengumpulan data yang berbentuk tes dan nontes. Teknik tes berfungsi sebagai sarana untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menyerap pelajaran yang diberikan guru dan untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis laporan melalui
model
jurisprudensial berbasis wisata lapangan, sedangkan teknik nontes digunakan untuk mengetahui aktivitas dan opini siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan. Untuk memperoleh data-data tersebut, digunakan observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Berikut adalah cara-cara yang ditempuh penulis untuk mendapatkan data dalam teknik pengumpulan data melalui tes maupun nontes.
3.7.1 Teknik Tes Teknik tes yang digunakan oleh peneliti adalah tes yang diberikan saat akhir pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Tes akhir ini dilakukan dengan cara memberikan tugas kepada tiap siswa untuk menulis laporan hasil pengamatan yang telah mereka lakukan. Tes akhir diberikan kepada siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menulis laporan dengan memperhatikan aspekaspek yang harus diperhatikan dalam menulis laporan. Kriteria penilaian tes dilakukan pada siklus I dan siklus II adalah sama. Data tes dalam penelitian tindakan kelas ini diperolah dari laporan hasil pengamatan yang ditulis siswa pada
95
setiap siklus dan dianalisis kemudian dari hasil analisis tersebur dapat diketahui kelemahan-kelemahan siswa dalam menulis laporan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan data dengan teknik tes, yaitu (1) menyiapkan soal tes yang berupa soal uraian; (2) siswa ditugasi mengamati lingkungan sekitar sekolah yang akan dijadikan objek pengamatan dan mencatat hal-hal penting yang terjadi selama melakukan pengamatan; (3) setelah memperoleh data dari hasil pengamatan, kemudian siswa ditugasi untuk menulis kerangka laporan kemudian dikembangkan menjadi sebuah laporan; (4) guru menilai dan mengolah data.
3.7.2
Teknik Nontes Teknik nontes digunakan untuk mengetahui keadaan kelas selama proses
pembelajaran. Dalam melakukan teknik nontes ini, peneliti menggunakan teknik observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto.
3.7.2.1 Observasi Observasi dilakukan pada saat pembelajaran dimulai hingga pembelajaran berakhir. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar semua kegiatan siswa yang merupakan sasaran observasi dapat diawasi. Tahap-tahap observasi, yaitu; (1) menyiapkan lembar observasi yang berisi butir-butir sasaran pengamatan tentang keaktifan siswa dalam belajar kelompok, keseriusan siswa dalam mengamati dan menganalisis laporan, keseriusan siswa dalam merumuskan masalah, keseriusan siwa dalam menggali informasi dari objek yang dilihat yang berada di lingkungan
96
sekolah, keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas dari guru (menulis laporan), keaktifan dan keseriusan siswa dalam mempresentasikan pekerjaannya; (2) melaksanakan observasi selama proses pembelajaran, yaitu mulai dari awal sampai akhir pembelajaran; (3) mencatat hasil observasi. Untuk memudahkan dalam mengamati keadaan siswa dilakukan dengan memberi tanda cek list (√). Pada lembar panduan yang berisi segala macam tindakan yang menggambarkan perilaku siswa selama proses pembelajaran, baik perilaku positif maupun perilaku negatif, dan; (4) menganalisis hasil observasi yang dideskripsikan dalam bentuk uraian atau penjabaran.
3.7.2.2 Jurnal Jurnal siswa dan jurnal guru dibuat pada akhir pelajaran menulis laporan melalui
model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Jurnal dibuat pada
selembar kertas yang berisi tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Dalam penelitian ini, jurnal diisi oleh siswa yang meliputi semua yang dirasakan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Jurnal yang telah diisi oleh siswa dikumpulkan pada hari itu juga kemudian data tersebut diolah dan dideskripsikan oleh peneliti, sedangkan jurnal guru dibuat dan diisi oleh guru mengeni segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam penulisan pedoman jurnal, yaitu; (1) menyiapkan lembar jurnal yang berisi kesan dan tanggapan siswa
97
terhadap pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, serta kendala yang dialami siswa selama pembelajaran berlangsung; (2) membagikan lembar jurnal dan mengarahkan siswa mengenai penulisan pedoman jurnal tersebut, dan; (3) mengumpulkan jurnal yang telah diisi siswa.
3.7.2.3 Panduan Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Dalam hal ini, peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan data tentang seberapa besar minat siswa dalam menulis laporan melaui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan siklus II. Wawancara pada siklus II dilakukan kepada tiga siswa yang mewakili siswa berkemampuan sangat baik, baik, dan cukup. Selain itu, wawancara juga digunakan untuk mengetahui kesulitan siswa dan hambatan yang dialami siswa selama proses pembelajaran menulis laporan berlangsung. Langkah-langkah yang ditempuh peneliti pada kegiatan wawancara adalah (1) menyiapkan lembar pertanyaan yang berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan pada siswa; (2) menentukan siswa yang hasil menulis laporannya memiliki kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, dan (3) mencatat hasil wawancara dengan menulis tanggapan tiap butir pertanyaan.
98
3.7.2.4 Dokumentasi Foto Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berbentuk gambar yang diambil pada saat pembelajaran menulis laporan berlangsung. Kemudian gambar-gambar tersebut disimpan sebagai arsip. Pengambilan data dengan dokumentasi foto dilakukan oleh peneliti sebagai pengamat terhadap guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek. Langkah-langkah yang ditempuh peneliti pada kegiatan dokumentasi foto, yaitu; (1) menyiapkan alat yang akan digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan yang berlangsung selama pembelajaran; (2) mendokumantasikan dengan foto setiap kegiatan; dan (3) menyimpan hasil dokumentasi.
3.8 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif.
3.8.1
Teknik Kuantitatif Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data berupa angka
berdasarkan hasil tes menulis laporan hasil pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siklus I dan siklus II. Langkah-langkah analisis data kuantitatif, yaitu (1) memberikan tes tertulis berupa penulisan laporan pengamatan kepada tiap siswa sesuai dengan objek yang diamati; (2) memberikan penilaian terhadap
99
penulisan laporan pengamatan tiap-tiap aspek; (3) menjumlahkan nilai tiap-tiap aspek sehingga menjadi nilai penulisan laporan siswa; dan (4) menghitung persentase keterampilan menulis laporan pengamatan secara klasikal. Persentase keterampilan menulis laporan pengamatan secara klasikal dihitung dengan rumus berikut: Keterangan : NP : Nilai Persentase R: Jumlah Responden dalam satu kelas K: Nilai Komulatif dalam satu kelas N: Nilai Maksimal Soal yang diujikan Hasil perhitungan tes keterampilan menulis laporan hasil pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan antara siklus I dan siklus II jika dibandingkan akan memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan keterampilan menulis laporan hasil pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang. Nilai yang diperoleh siswa kemudian dirata-rata untuk mendapatkan nilai keberhasilan individu dan keberhasilan klasikal sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
3.8.2
Teknik Kualitatif Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data nontes berupa
panduan obeservasi, panduan wawancara, jurnal siswa, jurnal guru, dan dokumentasi foto.
100
Hasil analisis data secara kualitatif menggunakan deskripsi kualitatif dengan membandingkan hasil siklus I dengan siklus II. Dari analisis tersebut dapat dilihat siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis laporan hasil pengamatan, kelebihan atau pun kekurangan model pembelajaran jurisprudensial dalam pembelajaran, dan untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa dalam menulis laporan hasil pengamatan. Langkah-langkah analisis data kualitatif, yaitu (1) menyiapkan lembar instrumen non tes berupa panduan observasi, panduan jurnal siswa, panduan jurnal guru, panduan wawancara, dan alat untuk mendokumentasikan (kamera); (2) panduan observasi digunakan ketika pembelajaran berlangsung untuk mengetahui aktivitas dan antusias siswa dalam pembelajaran; (3) panduan jurnal siswa dibagikan pada akhir pembelajaran untuk mengetahui perasaan siswa, kesulitan yang dialami, tanggapan terhadap penggunaan model pembelajaran, pendapat cara mengajar guru, dan saran yang ingin disampaikan terhadap proses pembelajaran; (4) jurnal guru diisi oleh guru ketika pembelajaran berlangsung dan usai pembelajaran untuk menegtahui kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran, respon siswa terhadap pemilihan topik atau tema, keaktifan siswa saat melakukan observasi, perilaku siswa saat observasi, dan peristiwa yang muncul
saat
pembelajaran;
(5)
panduan
wawancara
digunakan
untuk
mewawancarai siswa setelah diketahui nilai tiap siswa dalam menulis laporan pengamatan. Siswa yang diwawancarai adalah siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang; dan (6) dokumentasi foto
101
digunakan untuk memperoleh bukti otentik tiap kegiatan siswa. Dokumentasi foto diperoleh dari kegiatan selama pembelajaran menulis laporan pengamatan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari siklus I dan siklus II.
Hasil penelitian siklus I dan siklus II berupa proses pembelajaran menulis laporan pengamatan selama menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, keterampilan siswa dalam menulis laporan pengamatan setelah pembelajaran menulis laporan pengamatan dengan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, dan perubahan perilaku siswa setelah pembelajaran menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Hasil nontes berupa hasil observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto. Penelitian menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan terdiri atas dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Pada tiap siklus, pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua kali pertemuan. Satu kali pertemuan terdiri atas dua jam pelajaran yang setiap jamnya adalah 40 menit. Mengacu pada prosedur penelitian tindakan kelas, tiap siklus terdiri atas beberapa tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Sebelum dilakukan tindakan, nilai rata-rata kelas pada kompetensi dasar menulis laporan pengamatan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang adalah 59,18 yang berada dalam kategori cukup. Persentase ketercapaian KKM sebelum dilakukan tindakan sebesar 22,5% dalam satu kelas. Artinya, persentase
101
102
siswa yang telah mampu memenuhi KKM sebesar 70 sebanyak 9 siswa, dengan 1 siswa berada dalam kategori sangat baik dan 8 siswa berada dalam kategori baik. Rendahnya persentase ketercapaian KKM pada kela VIII B SMP Negeri 5 Batang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menulis, khususnya menulis laporan.
4.1.1 Hasil Penelitian Siklus I Kegiatan siklus I merupakan tindakan lanjutan setelah melihat data yang diperoleh dari hasil observasi. Hasil tes menulis laporan pengamatan siklus I merupakan data awal setelah diberlakukannya tindakan pembelajaran dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Siklus I menguraikan proses pembelajaran menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, keterampilan menulis laporan pengamatan menggunakan model urisprudensial berbasis wisata lapangan, dan perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
4.1.1.1 Proses Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan Proses pembelajaran siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan atau 4x40 menit. Proses ini terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Proses tindakan yang dilaksanakan pada pertemuan pertama siklus I dipaparkan sebagai berikut.
103
Kegiatan awal atau pendahuluan pada pertemuan pertama siklus I dilakukan dengan:1) mengondisikan siswa agar siap untuk belajar; 2) guru mengadakan apersepsi tentang materi sebelumnya; 3) guru menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari pada saat itu; 4) guru dan siswa bertanya jawab tentang tujuan dan manfaat pembelajaran pada hari itu; 5) guru menyampaikan pokok-pokok materi pembelajaran. Siswa dikondisikan sebelum memulai pelajaran agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Dilanjutkan dengan apersepsi tentang materi sebelumnya. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan pemberian pertanyaan pancingan yang berhubungan dengan materi. Kegiatan pertama ini dapat dikategorikan dalam proses pembelajaran karena pengajuan pertanyaan pada siswa merupakan langkah awal dalam pembelajaran untuk mengetahui kesiapan siswa dalam menerima pelajaran. Sebelum guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi, siswa masih saja tak acuh dengan keberadaan guru di depan kelas, namun setelah guru mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi, ada beberapa siswa yang aktif menjawab dan memperhatikan guru. Ada juga siswa yang ingin menjawab tapi malu untuk mengeluarkan pendapat. Setelah semuanya terkondisi dengan baik, siswa aktif berinteraksi dengan guru kemudian guru menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari pada saat itu. Guru dan siswa bertanya jawab tujuan dan manfaat pembelajaran kemudian guru menyampaikan pokok-pokok materi pembelajaran. Kegiatan awal dilaksanakan dengan baik dilanjutkan dengan kegiatan kedua, yaitu inti. Kegiatan inti dilakukan dengan memberikan penjelasan tentang
104
pembelajaran
menggunakan
model
jurisprudensial
berbasis
wisata
lapangan.Kegiatan inti pada pertemuan pertama siklus I dilakukan dengan beberapa tahap sesuai dengan tahapan pada model pembelajaran yang digunakan. Tahap pertama adalah orientasi terhadap kasus. Pada kegiatan ini, terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan, diantaranya: 1) siswa mendapat arahan dari guru sebelum melaksanakan wisata lapangan; 2) siswa berwisata lapangan untuk melakukan pengamatan dengan objek yang telah ditentukan selama 20 menit; 3) siswa mencatat hal-hal penting yang mereka temukan selama melakukan pengamatan. Sebelum pelaksanaan kegiatan orientasi terhadap kasus, terlebih dahulu siswa berkumpul dengan kelompoknya sesuai dengan objek pengamatan yang telah dipilih pada pertemuan sebelumnya. Setelah berkumpul dengan kelompoknya, siswa mendapat arahan dari guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan selama pembelajaran menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
2.1 Siswa mendengarkan penjelasan Guru
2.2 Guru membagikan lembar pengamatan pada tiap kelompok
105
2.3 Aktivitas siswa saat mengamati objek pengamatan
2.4 Aktivitas siswa saat mewawancarai narasumber
Gambar 2 Tahap Orientasi terhadap Kasus
Pada pertemuan pertama, siswa dan kelompoknya melakukan pengamatan di lingkungan sekolah dengan objek yang telah dipilihnya. Sebelum siswa melakukan pengamatan, siswa mendapatkan lembar kerja yang diberikan oleh guru untuk diisi ketika pelaksanaan pengamatan. Objek yang telah ditentukan terdiri atas 5 objek pengamatan, yaitu musala, taman sekolah, koperasi sekolah, perpustakaan sekolah, dan lapangan olah raga. Setiap kelompok memilih satu objek yang diamati. Proses pengamatan dilaksanakan selama 20 menit. Ketika pengamatan, siswa mencari tahu tentang objek yang diamatinya kepada narasumber atau pihak lain yang mengetahui tentang objek yang diamati kemudian mencatat hal-hal penting yang ditemukan. Data-data yang diperoleh selama pengamatan dicatat pada lembar pengamatan. Dari dokumentasi di atas, dapat dilihat antuasias siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan. Seluruh siswa aktif dalam pembelajaran sehingga tercipta suasana belajar yang tidak membosankan. Setelah tahap orientasi terhadap kasus, tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi isu atau kasus. Sebelum pelaksanaan identifikasi isu atau kasus,
106
tiap-tiap kelompok kembali ke dalam kelas untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya setelah pengamatan. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan, diantaranya: 1) siswa mengemukakan temuannya kepada guru dengan disertai penyebab terjadinya masalah yang mereka temukan; 2) bersama kelompoknya, siswa mendiskusikan data-data yang telah didapatkannya dengan mencari penyelesaian
dari
masalah
yang
mereka
temukan
kemudian
siswa
mengembangkan pokok-pokok laporan yang telah mereka catat; 3) bersama dengan kelompoknya, siswa menyusun kerangka laporan berdasar data-data yang telah dicatat.
Gambar 3 Aktivitas Siswa Mendiskusikan Data Hasil Pengamatan pada Tahap Identifikasi Isu atau Kasus
Dari gambar di atas dapat dilihat antusias siswa dalam mendiskusikan data hasil pengamatan bersama kelompoknya. Sebagian besar anggota kelompok memperhatikan perwakilan kelompok yang sedang membacakan data yang diperoleh selama pengamatan, sedangkan terdapat satu anggota kelompok yang tidak menikuti diskusi dengan baik. Siswa tersebut malah memperhatikan kelompok lain daripada aktif dengan kelompoknya. Hal semecam itulah yang mengakibatkan rendahnya keterampilan menulis laporan pengamatan.
107
Pada kegiatan penetapan posisi siswa, siswa menentukan kedudukannya di dalam masalah yang telah mereka temukan selama berwisata lapangan dan berusaha mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya dan usaha yang harus dilakukan di dalam masalah yang mereka hadapi. Penetapan posisi siswa dalam masalah yang ditemukan selama pengamatan, menjadi pendapat yang memperkuat pemaparan pada penulisan laporan. Kegiatan inti siklus I pertemuan pertama dilaksanakan sampai pada tahap ketiga, yaitu penetapan posisi. Tahap selanjutnya dilaksanakan pada pertemuan kedua siklus I. Usai kegiatan inti, kegiatan penutup pertemuan pertama siklus I dilaksanakan dengan penarikan simpulan materi pembelajaran yang telah dipelajari pada saat itu kemudian guru dan siswa merefleksikan pembelajaran. Pada saat merefleksikan pembelajaran, siswa menyampaikan beberapa kesulitan yang dihadapi. Siswa merasa kesulitan dalam melakukan pengamatan dan menyusun kerangka laporan. Hasil refleksi yang dilaksanakan pada kegiatan penutup, dicatat oleh peneliti untuk perbaikan kegiatan selanjutnya. Setelah merefleksikan pembelajaran pada saat itu, guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk mempelajari aspek-aspek yang terdapat di dalam laporan. Kegiatan siklus I dilaksanakan dengan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama yang dilaksanakan sebelumnya mencapai tahap penetapan posisi. Proses tindakan pada pertemuan kedua siklus I merupakan tindakan lanjutan pertemuan pertama. Kegiatan awal pertemuan kedua siklus I sama halnya dengan kegiatan awal pertemuan pertama. Pembeda pada pertemuan pertama dan kedua adalah penyampaian pokok materi pembelajaran. Pada pertemuan pertama, materi
108
pembelajaran
disampaikan
secara
keseluruhan
dengan
penekanan
pada
penyusunan kerangka laporan, tetapi pada pertemuan kedua materi yang ditekankan adalah langkah penulisan laporan berdasar kerangka laporan yang telah disusun pada pertemuan sebelumnya dan bahasa yang baik dan benar yang digunakan dalam penulisan laporan. Setelah kegiatan awal dilaksanakan, dilanjutkan dengan kegiatan inti. Kegiatan inti pertemuan kedua terdiri atas tiga tahap yang merupakan tahap lanjutan. Tahap tersebut adalah mengeksplorasi contoh dan pola argumentasi, menjernihkan dan menguji posisi, dan mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi posisi yang diluluskannya. Pada kegiatan eksplorasi contoh dan pola argumentasi, setelah siswa menyusun kerangka laporan yang dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya, siswa menulis laporan pengamatan dengan mengacu pada kerangka laporan. Di dalam laporannya, siswa menuliskan beberapa pendapat dengan disertai data-data yang mendukung. Selain menuliskan beberapa pendapat, siswa menetapkan posisnya sebagai warga sekolah pada laporan pengamatan yang dituliskan.
Gambar 4 Aktivitas Menulis Laporan pada Tahap Eksplorasi Contoh dan Pola Argumentasi
109
Dari gambar tersebut dapat diketahui antusias siswa dalam menulis laporan hasil pengamatan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Pada saat menulis laporan, siswa dapat menulis laporan secara berkelompok, tetapi tiap individu harus memiliki laporan pengamatan. Usai penulisan laporan pengamatan, tiap-tiap perwakilan kelompok mempresentasikan laporan pengamatan di depan kelaskemudiansiswa atau kelompok lain menanggapi laporan pengamatan yang telah dipresentasikan. Sebelum melakukan presentasi, kelompok terlihat malu dan enggan untuk mempresentasikan laporan pengamatannya, namun dengan bujukan guru dan peneliti, akhirnya tiap-tiap kelompok mempresentasikan laporan pengamatannya secara bergantian. Setelah presentasi dilaksanakan, guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi laporan pengamatan yang telah dipresentasikan. Tahap tersebut adalah tahap menjernihkan dan menguji posisi.
Aktivitas Siswa Mempresentasikan Laporan Aktivitas Siswa Menanggapi Hasil Presentasi Gambar 5 Aktivitas Siswa pada Tahap Menjernihkan dan Menguji Posisi
Dari gambar
di atas, dapat diketahui keseriusan siswa dalam
mempresentasikan laporan hasil pengamatan yang telah ditulis bersama dengan
110
kelompoknya setelah melaukan pengamatan pada objek yang telah dipilihnya. Setelah perwakilan kelompok mempresentasikan hasil laporannya, kelompok lain menanggapi hasil presentasi sebagai tahap menguji posisi. Dari gambar aktivitas siswa saat menanggapi presentasi, terlihat antusias siswa dalam menanggapi laporan pengamatan yang dipresentasikan oleh kelompok lain. Namun, seorang siswa yang berada di sebelahnya menertawakan penanggap. Hal seperti itulah yang menyebabkan kebanyak siswa enggan atau malu untuk bertanya atau pun menanggapi. Setelah itu, tiap-tiap kelompok mendapatkan pertanyaan dari guru untuk mengujikan laporannya. Perwakilan kelompok menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pertanyaan yang diujikan kepada tiap-tiap kelompok merupakan pengujian atau penguatan terhadap laporan yang telah ditulis. Selain itu, pengujian dijadikan sebagai revisi dan tambahan yang harus diperbaiki untuk penulisan laporan berikutnya. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan terakhir pada model jurisprudensial, yaitu mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi posisi yang diluluskannya. Pada akhir kegiatan inti, siswa mengumpulkan laporan pengamatan yang ditulisanya sebagai hasil pekerjaan siswa dari tes siklus I.
111
Gambar 6 Aktivitas Uji Laporan Pengamatan pada Tahap Mengetes Asumsi Faktual
Dari gambar tersebut dapat diketahui aktivitas siswa saat mendapatkan pertanyaan
dari
guru
sebagai
tahap
mengetes
asumsi
faktual
yang
melatarbelakangi posisi yang diluluskannya. Pada tahap tersebut, siswa masih terlihat malu dalam menjawab pertanyaan dari guru. Siswa merasa malu karena belum terbiasa tampil di depan kelas dan menjawab pertanyaan dari guru. Oleh karena itu, perlu adanya pembelajaran yang dapat memunculkan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Proses pembelajaran pada tahap ini dikatakan baik karena siswa sudah bisa menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan meskipun terdapat beberapa kekurangan. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan penutup. Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari pada saat itu kemudian merefleksikan pembelajaran sebagai penutup. Sebelum guru menutup pelajaran, guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah kepada siswa untuk mempelajari aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menulis laporan pengamatan.
112
Berdasarkan hasil wawancara terhadap siswa mengenai pembelajaran menulis laporan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, beberapa pernyataan yang diberikan, yaitu (1) siswa merasa senang karena dapat menulis laporan pengamatan berdasarkan objek yang diinginkannya. Selain itu, siswa merasa tertarik dengan pembelajaran yang dilaksanakan karena berbeda dengan pembelajaran yang lain. Siswa merasa lebih santai dan lebih mudah dalam menuangkan ide dan gagasannya ke dalam sebuah laporan karena bisa mengamati objek secara langsung dan mendalam, (2) manfaat yang diperoleh siswa setelah pembelajaran menulis laporan pengamatan dengan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan adalah siswa merasa lebih mudah menulis laporan dengan lebih baik dan lebih kritis, siswa mengharapkan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat diterapkan pada pembelajaran yang lain. Berdasarkan
uraian
tersebut,
dapat
disimpulkan
bahwa
proses
pembelajaran menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan sudah berjalan dengan baik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Secara keseluruhan, kegiatan yang dilakukan pada siklus I merupakan kegiatan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis laporan pengamatan.
113
4.1.1.2 Keterampilan
Menulis Laporan Pengamatan melalui Model
Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan Keterampilan
menulis
laporan
pengamatan
menggunakan
model
jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat dilihat dari hasil tes menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Hasil tes pada siklus I merupakan hasil tes menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang. Kriteria penilaian yang digunakan pada siklus I meliputi 8 aspek, yaitu (1) karakteristik judul; (2) kesesuaian isi laporan; (3) kerangka laporan; (4) keruntutan pemaparan; (5) ketepatan ejaan; (6) ketepatan diksi; (7) penggunaan kalimat; dan (8) kerapian tulisan. Penilaian pada kompetensi menulis laporan pengamatan adalah hasil tes menulis laporan pengamatan pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurispridensial Berbasis Wisata Lapangan Siklus I No
Rentang Kategori Frekuensi Nilai
1.
Sangat
Jumlah Nilai
%
85‐100
1
85
2,5
70‐84
21
1548
52,5
Rata‐rata Skor
Persentase ketercapaian KKM
Baik 2.
Baik
3.
Cukup
60‐69
10
647
25
4
Kurang
0‐59
8
415
20
Baik
Kategori Cukup Baik
114
Jumlah
40
2695
100
Hasil tes menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siklus I sebesar 67,38 yang berada dalam kategori cukup baik dengan ketutasan sebesar 55%. Skor rata-rata tersebut mengalami peningkatan sebesar 8,2 atau 13,85% dari nilai prasiklus, yaitu sebesar 59,18 yang berada dalam kategori kurang. Pada siklus I, kategori sangat baik dicapai oleh 1 siswa atau 2,5% dalam rentang nilai 85-100. Kategori baik dicapai oleh 21 siswa atau 52,5% dalam rentang nilai 70-84. Kategori cukup baik dicapai oleh 10 siswa atau 25% dalam rentang nilai 60-69, dan kategori kurang baik dicapai oleh 8 siswa atau 20% dalam rentang nilai 0-59. Jadi, dari data tersebut dapat dilihat 22 siswa yang memperoleh nilai memenuhi kriteria ketuntasan minimal, yaitu 70. Data di atas menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh kategori baik adalah siswa yang sudah dapat menulis laporan pengamatan dengan baik. Siswa sudah dapat menuangkan ide, gagasan, dan pengetahuannya berdasarkan data-data yang telah diperolehnya selama mengamati objek pengamatan ke dalam sebuah laporan tertulis. Selain itu, siswa dapat menerapkan delapan aspek di dalam penulisan laporan pengamatan dengan baik. Hal tersebut dapat menjadi contoh untuk siswa yang lain agar dalam penulisan laporan pada siklus II lebih baik dari siklus I. Siswa yang memperoleh nilai dalam kategori cukup baik merupakan siswa yang belum dapat menerapkan delapan aspek yang harus diperhatikan di dalam penulisan laporan pengamatan. Selain itu, siswa yang mendapat nilai kurang baik adalah siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pelajaran, tidak
115
hanya dalam pelajaran bahasa Indonesia kompetensi menulis laporan saja, tetapi dalam pelajaran bahasa Indonesia kompetensi lain. Hal tersebut disebabkan oleh lingkungan dan pergaulan siswa yang kurang mendukung untuk siswa tersebut dalam berperilaku positif. Oleh karena itu, siswa kurang maksimal dalam mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan. Beberapa hal tersebut dijadikan bahan refleksi untuk mencari solusi yang tepat dalam menangani masalah tersebut. Peneliti dan guru mata pelajaran bekerja sama dalam mencari solusi tersebut agar pada siklus berikutnya siswa dapat mengikuti pembelajaran menulis laporan dengan baik, dapat melakukan pengamatan pada objek yang telah dipilihnya, dapat menuangkan segala ide dan gagasannya ke dalam sebuah laporan tertulis, dan siswa dapat lebih antusias dalam menerima pelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya kompetensi menulis laporan sehingga penulisan laporan pengamatan pada siklus II lebih sempurna. Hasil
keterampilan
menulis
laporan
pengamatan
pada
siklus
I
menunjukkan kategori cukup baik, namun hasil tersebut belum menunjukkan ketuntasan atau KKM yang memiliki nilai ketuntasan sebesar 70. Hasil yang kurang maksimal tersebut dimungkinkan karena beberapa hal, di antaranya adalah model yang digunakan adalah model baru yang belum pernah diterima siswa selama proses pembelajaran sehingga siswa merasa asing dengan adanya model tersebut. Hal lain adalah kurangnya antusias siswa dalam mengikuti pelajaran karena faktor dalam individu siswa sendiri. Oleh karena itu, kurang maksimalnya
116
nilai siswa selama pembelajaran berlangsung tidak hanya disebabkan oleh model pembelajaran yang baru tetapi lebih cenderung pada faktor individu itu sendiri. Hasil tersebut merupakan gabungan dari hasil tiap aspek yang harus diperhatikan
dalam
menulis
laporan
pengamatan
menggunakan
model
jurisprudensial berbasis wisata lapangan yang meliputi delapan aspek, yaitu (1) karakteristik judul; (2) kesesuaian isi laporan; (3) penyusunan kerangka laporan; (4) keruntutan pemaparan; (5) ketepatan ejaan; (6) ketepatan diksi; (7) penggunaan kalimat; dan (8) kerapian tulisan. Hasil tes menulis laporan pengamatan dengan menggunkan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan tiap aspek dapat dilihat pada uraian berikut.
4.1.1.2.1 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Karakteristik Judul Aspek karakteristik judul laporan difokuskan pada kesesuaian judul laporan dengan topik atau isi laporan, berupa frase dan bukan kalimat, singkat, jelas, dan sesuai objek pengamatan. Aspek ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membuat judul laporan yang sesuai dengan objek pengamatan dan isi laporan. Hasil tes dengan aspek karaktersistik judul dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Karakteristik Judul No
1.
Kategori
Sangat Baik
Skor
F
Bobot
(%)
8
30
240
75
Rata‐rata Skor
Persentase Ketercapaian KKM
117
2.
Baik
6
2
12
5
3.
Cukup Baik
4
2
8
5
4.
Kurang Baik
2
6
12
15
40
272
100
Jumlah
Tabel tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 8 dalam kategori sangat baik sebanyak 30 siswa atau 75%. Siswa yang mendapat nilai baik sebanyak 2 siswa atau 5% dengan nilai 6, siswa yang mendapat nilai 4 berada dalam kategori cukup berjumlah 2 siswa atau 5%, dan siswa yang berada dalam kategori kurang berjumlah 6 siswa dengan nilai 2. Skor rata-rata yang diperoleh siswa adalah 6,8 atau 85% dan masuk dalam kategori sangat baik. Ketuntasan siswa pada aspek karakteristik judul dicapai oleh 32 siswa atau sebanyak 80%. Rata-rata skor pada aspek karakteristik judul adalah 6,8. Data tersebut menunjukkan siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik adalah siswa yang sudah dapat menulis judul dengan baik dan mencerminkan isi laporan pengamatan yang ditulisnya meskipun terdapat beberapa siswa yang belum dapat menulis judul dengan baik. Kutipan judul laporan yang ditulis siswa disajikan sebagai berikut. a. b. c. d.
Taman Sekolah SMP Negeri 5 Batang Koperasi Sekolah SMP Negeri 5 Batang Perpustakaan SMP Negeri 5 Batang Lingkungan Mushala SMP Negeri 5 Batang Beberapa judul di atas merupakan contoh judul dengan kategori sangat
baik karena judul tersebut mencerminkan isi laporan pengamatan yang ditulis siswa. Judul laporan pada huruf d menggunakan ejaan yang kurang tepat, yaitu mushala yang seharusnya adalah musala.
118
Tidak semua judul laporan siswa masuk dalam kategori sangat baik. terdapat beberapa siswa yang menggunakan judul tidak sesuai dengan isi laporan atau judul tersebut belum mencerminkan objek yang diamati. Karakteristik judul yang dimaksud sebagai berikut. “Laporan Pengamatan di Lingkungan SMP Negeri 5 Batang” Judul laporan di atas adalah judul laporan pengamatan yang tidak tepat karena judul laporan tersebut adalah judul laporan pengamatan yang tidak sesuai dengan objek meskipun objek yang diamati berada di lingkungan sekolah SMP Negeri 5 Batang, tetapi tiap-tiap kelompok telah mendapat objek pengamatan yang berbeda. Jika dilihat dari isi laporan yang ditulis siswa, judul laporan di atas seharusnya adalah “Laporan Pengamatan Lapangan Olah Raga SMP Negeri 5 Batang”. “Laporan Pengamatan Kegiatan Sekolah SMP Negeri 5 Batang” Judul di atas tidak tepat karena judul tersebut bukanlah judul yang digunakan untuk laporan pengamatan, tetapi laporan kegiatan. Jika dilihat dari isi laporan yang ditulis siswa, judul laporan di atas seharusnya adalah “ Laporan Pengamatan Perpustakaan Sekolah SMP Negeri 5 Batang”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menuliskan judul laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan berada dalam kategori sangat baik. Melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat membantu siswa dalam memperoleh ide untuk penulisan judul laporan pengamatan sesuai dengan objek yang diamati.
119
4.1.1.2.2 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kesesuaian Isi Laporan Aspek kesesuaian isi laporan difokuskan pada kesesuaian isi laporan dengan judul laporan dan dengan objek yang diamati. Aspek ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis laporan pengamatan berdasarkan objek yang telah diamati, sistematis, dan sesuai dengan kerangka laporan yang telah dibuat berdasarkan data-data yang diambil ketika pengamatan di lapangan sehingga laporan yang ditulis memuat semua ide mengenai objek yang diamati. Hasil tes menulis laporan aspek kesesuaian isi laporan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kesesuaian Isi Laporan dengan Judul dan Objek Pengamatan No
Kategori
F
Bobot
(%)
1.
Sangat Baik
16
30
480
75
2.
Baik
12
7
84
17,5
3.
Cukup Baik
8
3
24
7,5
4.
Kurang Baik
4
0
0
0
40
588
100
Jumlah
Skor
Rata‐rata Skor
Persentase Ketercapaian KKM
120
Tabel di atas menunjukkan bahwa di dalam aspek kesesuaian isi laporan terdapat 30 siswa mendapatkan skor 16 atau sebesar 75% yang berada dalam kategori sangat baik. Siswa yang mendapatkan skor 12 terdapat 7 siswa atau sebesar 17,5% berada dalam kategori baik, dan 3 siswa atau sebesar 7,5% mendapat skor 8 yang berada dalam kategori cukup. Skor rata-rata pada aspek kesesuaian isi laporan adalah 14,7 dengan nilai rata-rata 91,88 dan masuk dalam kategori sangat baik. Ketuntasan nilai siswa pada aspek kesesuaian isi laporan dicapai oleh 37 siswa dengan kategori nilai sangat baik dan baik atau dengan ketuntasan sebanyak 92,5%. Aspek kesesuaian isi laporan tersebut memiliki skor rata-rata sebesar 14,7. Kesesuaian isi laporan dengan judul laporan yang berada dalam kategori sangat baik dijabarkan sebagai berikut. a.
L aporan Pengamatan “Taman Sekolah SMP Negeri 5 Batang” Saya mengamati taman sekolah dan saya menemukan beberapa macam tanam-tanaman. Tanam-tanaman itu ada yang berwarna hijau dan kuning. Di taman ada tiang bendera yang berbentuk panjang, berwarna putih, dan benderanya berwarna merah putih. Ada tanggul yang terbuat dari batu bata dan semen. Tiang lampu berwarna pink yang terbuat dari besi. Di sana saya juga mengamati ukiran berbentuk gua yang terbuat dari batu. Ada beberapa tempat sampah terbuat dari plastik dan karet. Kran air berwarna pink, abu-abu, dan biru yang berada di pinggir taman. Pembatas taman berwarna hitam dan kuning. Ada beberapa tanaman bentuknya bervariasi yang berbentuk, balon udara, bulat, love, dan sebagainya. Di taman sekolah terdapat 37 pohon. Taman ini setiap agi hari dibersihkan oleh petugas taman sekolah, yaitu pak bon. Siswa tidak boleh merusak tanaman. Jika siswa merusak tanaman akan dikenakan sanksi. Oleh: Diana Safitri
121
Tulisan tersebut merupakan salah satu kutipan tulisan siswa aspek kesesuaian isi laporan. Laporan tersebut sesuai dengan objek pengamatan, yaitu taman sekolah SMP Negeri 5 Batang. Di dalam laporan tersebut berisikan hal-hal yang berkaitan dengan taman sekolah yang disertai data-data pendukung. Dengan adanya data-data yang disajikan dalam laporan tersebut, laporan di atas termasuk dalam kategori sangat baik dalam aspek kesesuaian isi laporan. b.
L aporan Pengamatan “Koperasi Sekolah” Lokasi koperasi sekolah belum memenuhi syarat sebagai koperasi sekolah. Di dalam koperasi terdiri dari berbagai jenis barang dari mulai berbagai jenis jajanan seperti roti2x, permen, minuman, dan juga dikoperasi sekolah bersisi bermacam-macam buku penunjang siswa atau LKS. Peralatan alat tulis dan atribut2x sekolah yaitu Topi, dasi, kaos kali, dan ikat pinggang. Jajanan di koperasi sekolah banyak dikirimkan langsung oleh distributor. Juga ada dari jajanan kantin yang menitipkan di koperasi sekolah. Jajanan di koperasi sekolah dibeli oleh para murid2x yang sedang istirahat. Buku penunjang (LKS) dan perlengkapan sekolah lainnya juga dikirimkan langsung oleh Distributor. Tatanan koperasi sekarang diganti dengan baru. Sebelumnya koperasi dgn tatanan murid membeli dari luar dan sekarang para murid dapat masuk dan memilih yang diinginkan. Oleh: Ana Restu Khumaeroh Isi laporan di atas sesuai dengan objek pengamatan, yaitu koperasi
sekolah. Dalam laporan di atas, siswa menuangkan pendapatnya ke dalam tulisan dengan disertai data-data yang mendukung pendapatnya. Data-data tersebut, diantaranya adalah barang-barang yang terdapat di koperasi sekolah. Isi laporan siswa berada dalam kategori sangat baik karena isi laporan tersebut sesuai dengan judul laporan dan dengan objek yang diamati meskipun
122
dalam isi laporan tersebut masih terdapat ejaan, diksi, dan kalimat yang kurang efektif. Mengenai ejaan, diksi, dan kalimat dibahas dalam pembahasan aspek masing-masing. Dalam pengembangan isi laporan, siswa mengacu pada data yang diperolehnya selama mengamati objek. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis isi laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan berada dalam kategori sangat baik. Melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat membantu siswa dalam memperoleh ide untuk penulisan isi laporan pengamatan sesuai dengan objek yang diamati, sistematis, dan sesuai dengan kerangka laporan yang telah ditulisnya. Dengan penggunaan model tersebut memudahkan siswa dalam menuangkan ide dan gagasannya karena model jurisprudensial berbasis wisata lapangan mengajak siswa berpikir secara luas tentang objek yang diamati. Siswa diharuskan menggali pengetahuan yang dimiliki dan mencari tahu kepada narasumber tentang objek yang diamati.
4.1.1.2.3 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerangka Laporan Aspek kerangka laporan difokuskan pada penyusunan kerangka laporan yang jelas dan terstruktur. Aspek ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyusun kerangka laporan pengamatan berdasarkan objek yang telah diamati, disusun secara kronologis, lengkap, dan sesuai dengan data. Hasil tes
123
menulis laporan pengamatan aspek penyusunan kerangka laporan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Penyusunan Kerangka Laporan No
Kategori
Skor
F
Bobot
(%)
1.
Sangat Baik
16
3
48
7,5
2.
Baik
12
15
180
37,5
3.
Cukup Baik
8
19
152
47,5
4.
Kurang Baik
4
3
12
7,5
40
392
100
Rata‐rata Skor
Persentase Ketercapaian KKM
Jumlah
Data yang terdapat pada tabel 9 menunjukkan hasil tes menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada aspek penyusunan kerangka laporan. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa di dalam penyusunan kerangka laporan, terdapat 3 siswa atau 7,5% dalam kategori sangat baik dengan skor 16, 15 siswa atau sebanyak 37,5% mendapat kategori baik dengan skor sebanyak 12. Siswa yang berada dalam kategori cukup baik berjumlah 19 siswa atau 47,5% dengan skor 8, dan 3 siswa atau sebanyak 7,5% mendapat kategori kurang baik dengan skor 4. Siswa yang memperoleh ketuntasan dalam menulis laporan pengamatan pada aspek penyusunan kerangka laporan sebanyak 18 siswa yang masuk dalam kategori baik dan sangat baik. Secara keseluruhan, skor rata-rata pada aspek penyusunan kerangka laporan adalah 9,8 atau dengan ketuntasan sebesar 45%. Hal ini perlu mendapat perbaikan
124
agar mendapat hasil yang diharapkan. Contoh penyusunan kerangka laporan yang berada dalam kategori cukup disajikan sebagai berikut. a) b) c) d) e) f) g) h) i) j)
Mengamati taman Tiang bendera Beberapa macam tanaman Tanggul Tiang lampu Ukiran berbentuk gua Pohon cemara Kran air Batas taman Terdiri atas 37 tanaman Oleh: Diana Safitri Penyusunan kerangka laporan di atas seharusnya dikelompokkan atau
diklasifikasikan terlebih dahulu sesuai dengan jenisnya. a) kegiatan mengamati taman. Kegiatan mengamati taman dijadikan satu kerangka laporan, sedangkan tiang bendera, beberapa macam tanaman, tanggul, tiang lampu, ukuran berbenuk gua, pohon cemara, kran air, batas taman, dan terdiri atas 37 pohon merupakan satu klasifikasi dengan “benda-benda yang terdapat di taman sekolah” Perbaikan kerangka laporan di atas sebagai berikut. a) Kegiatan mengamati taman b) Benda-benda yang terdapat di taman sekolah Selain contoh di atas, terdapat contoh lain pada aspek penyusunan kerangka laporan. Contoh tersebut sebagai berikut. a) b) c) d) e) f)
Lokasi yang belum memenuhi syarat sebagai koperasi Barang yang dijual untuk kepentingan siswa cukup Jajanan yang dijual dikoperasi Minuman22x yang dijual dikoperasi Jenis2x minuman yang ditemukan dikoperasi Jenis2x atribut yang di jual dikoperasi Oleh : Ana Restu Khumaeroh
125
Contoh kerangka laporan di atas adalah salah satu contoh kerangka laporan yang baik. kerangka laporan tersebut merupakan jenis kerangka laporan berupa kalimat sehingga pada tiap kalimat mencakup yang akan dibahas pada laporannya. Siswa menyusun kerangka laporan agar lebih mudah dalam menulis laporan pengamatan. Akan tetapi, penyusunan kerangka laporan tersebut diabaikan siswa sebelum menulis laporan sehingga penulisan isi laporan tidak sesuai dengan kerangka laporan yang telah disusun. Penyusunan kerangka laporan mengacu pada data yang telah diambil selama mengamati objek pengamatan yang telah ditulis pada lembar pengamatan yang dibagikan guru. Penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan yang dibantu dengan adanya lembar pengamatan siswa, memudahkan siswa dalam penyusunan kerangka laporan. Kerangka laporan tersebut dijadikan sebagai acuan untuk dikembangkan menjadi isi laporan yang baik dan benar. Rendahnya hasil tes aspek penyusunan kerangka laporan disebabkan oleh siswa masih merasa sulit menyusun kerangka laporan meskipun data yang dijadikan acuan telah tersedia. Kesulitan tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan siswa mengenai kerangka laporan. Menurut beberapa siswa, mereka tidak pernah diberikan pengetahuan tentang penulisan sebuah kerangka tulisan atau karangan, khususnya kerangka laporan.
4.1.1.2.4 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Keruntutan Pemaparan
126
Aspek keruntutan pemaparan difokuskan pada pemaparan yang sederhana, mudah dipahami, runtut, jelas, tegas dan semua ide tersampaikan. Aspek ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memaparkan laporannya berdasar kerangka laporan yang telah disusunnya sehingga jalan cerita yang terdapat dalam laporan mudah dipahami. Hasil tes menulis laporan pengamatan aspek keruntutan pemaparan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 10 Keterampilan Menulis Laporan Pemaparan No. Kategori Skor F Bobot
Pengamatan (%)
1.
Sangat Baik
16
3
48
7,5
2.
Baik
12
24
288
60
3.
Cukup Baik
8
12
96
30
4.
Kurang Baik
4
1
4
2,5
Jumlah
40
588
100
Aspek
Skor Rata‐ Rata
Keruntutan
Persentase Ketercapaian KKM
Tabel 10 di atas merupakan data tes menulis laporan aspek keruntutan pemaparan. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa aspek keruntutan pemaparan berada dalam kategori cukup. Siswa yang masuk dalam kategori sangat baik berjumlah 3 siswa atau 7,5% dengan perolehan skor 16. Kategori baik yang
127
berarti memiliki skor 12 berjumlah 24 siswa atau 60%, kategori cukup dengan skor 8 berjumlah 12 siswa atau 30%, dan selebihnya, yaitu kategori kurang yang memilliki skor 4 berjumlah 1 siswa atau sama dengan 2,5%. Secara keseluruhan, skor rata-rata aspek keruntutan pemaparan berada dalam kategori cukup, yaitu 10,9 atau dengan persentase ketercapaian sebesar 67,5%. Hasil tulisan siswa aspek keruntutan pemaparan yang berada dalam kategori cukup dijabarkan sebagai berikut.
Pada hari Selasa tanggal 26 Februari 2013, saya melakukan pengamatan diperpustakaan SMP negeri 5 Batang. Di sana terdapat fasilitas yang memuaskan, seperti: komputer, meja, kipas angin, kursi, almari, lampu, speaker, jam, ral buku, dan tempat sampah, dan jumlahnya juga sangat banyak. Disana juga terdapat gedung yg baik dan bagus. Gedung perpustakaan sudah sesuai dgn ukuran karena perpustakaan tersebut mendapatkan DAK. Keadaan gedung disana sangat baik, bersih, dan nyaman. Pengurus perpustakaan setiap hari selalu membersihkan Lantai. Menata buku jadi setiap hari perpustakaan itu selalu rapi Dan rajin. Fasilitas buku diperpustakaan juga lengkap jumlah seluruh buku disana ada 18009, dan jumlah judul buku ada 1610. Dan juga ada bermacam2x buku di perpustakaan jadi perpustakaan itu sebagai sumber ilmu untuk kita semua. Oleh: Siti Mufandila Penulisan laporan di atas kurang sesuai dengan kerangka laporan yang telah disusun siswa dan kurang sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas dalam laporan. Kerangka laporan di atas sebagai berikut. a) membaca buku
128
b) mengamati fasilitas perpustakaan c) mengamati keadaan gedung d) mengamati jumlah fasilitas e) mengamati jumlah buku f) mengamati macam-macam jumlah buku Penulisan laporan pengamatan aspek keruntutan pemaparan yang pertama dibahas adalah fasilitas perpustakaan dan bukanlah membaca buku karena kerangka laporan tahap membaca buku tidak diuraikan pada laporannya, sedangkan fasilitas perpustakaan merupakan kerangka laporan tahap kedua setelah membaca buku. Di dalam laporan tersebut kembali membahas fasilitas perpustakaan, padahal bahasan tentang fasilitas perpustakaan telah dibahas sebelumnya sehingga penulisan laporan tersebut tidak runtut. Penulisan laporan nomor 1 agar lebih baik seharusnya disusun berdasar kerangka laporan yang disusun secara sistematis, yaitu membaca buku, fasilitas perpustakaan, jenis-jenis buku di perpustakaan, keadaan gedung perpustakaan. Penulisan laporan di atas jika disusun secara sistematis sesuai dengan kerangka laporan yang telah disusun, dijabarkan sebagai berikut. Pada hari Selasa tanggal 26 Februari 2013 saya dan teman satu kelompok melakukan pengamatan di perpustakaan sekolah. Saat pertama berada di perpustakaan, saya membaca sebuah buku yang menarik untuk saya baca. Fasilitas di ruang perpustakaan sangat memadai. Di dalam perpustakaan sekolah kami terdapat komputer, beberapa meja yang digunakan untuk membaca, kipas angin, kursi, almari, lampu, speaker, jam dinding, rak buku yang digunakan untuk menyimpan buku, dan beberapa tempat sampah agar siswa tidak membuang sampah di sembarang tempat. Buku yang terdapat di sana memiliki jumlah yang sangat banyak. Jumlah seluruh buku yang terdapat di perpustakaan adalah 18009 dengan 1610 judul buku. Terdapat berbagai jenis buku di perpustakaan. Buku-buku tersebut terdiri atas buku fiksi dan nonfiksi. Buku-buku yang termasuk dalam buku fiksi, misalnya buku-buku cerita, novel, dongeng, hikayat, dan lain-lain, sedangkan buku-buku yang termasuk dalam buku nonfiksi, diantaranya
129
buku pelajaran atau buku paket, kamus, ensiklopedia, atlas, dan buku penunjang lain. Kondisi gedung perpustakaan masih baik. Gedung perpustakaan dibangun sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan. Gedung perpustakaan dibangun menggunakan anggaran yang berasal dari pemerintah atau DAK (Dana Alokasi Khusus) sehingga pembangunan gedung harus sesuai dengan ketentuan. Selain kutipan di atas, terdapat kutipan lain yang menggambarkan contoh pemaparan laporan yang kurang tepat dan tidak sesuai dengan kerangka laporan.
Lingkungan lapangan SMP Negeri 5 Batang tertata rapi dan memunyai lapangan yg sangat luas. di lapangan SMP N 5 Btg memunyai kondisi yang lengkap dan kondisi lapangan yg kurang lengkap. Seperti halnya lapangan yang membaik adl lapangan voly, lapangan basket, kantin, tiang bendera, dan banyak pohon2x di lapangan yg membuat lapangan menjadi teduh dan enak dipandang, lapangan SMP 5 batang memunyai beberapa tempat sampah disekelilingnya, dan memunyai jum;ah bola basket maupun bola volly yg sudah lengkap. dan seperti halnya lagi kondisi lapangan SMP Negeri 5 Btg yg kurang lengkap misalnya lapangan SMP N 5 Btg tdk menyediakan lapangan sepak bola, bulutangkis, futsal. adapun SMP N 5 Batang menyediakan tmpt parkir siswa SMP N 5 Btg. Oleh: Erlina Pramesti Laporan di atas ditulis kurang sesuai dengan kerangka laporan yang disusun. Di dalam kerangka laporan, yang pertama dibahas adalah fasilitas lapangan olah raga yang tidak lengkap, sedangkan pada penulisan laporan yang pertama dibahas adalah lapangan olah raga yang lengkap sehingga laporan
130
tersebut tidak sistematis dan tidak sesuai dengan kerangka laporan yang disusun. Berikut kerangka laporan pada tulisan di atas. Kondisi lapangan kurang lengkap ii. tidak ada lapangan olah raga iii. tidak ada lapangan bulu tangkis iv. tidak ada lapangan futsal v. tidak ada lapangan sepak bola kondisi lapangan yang mulai membaik a) ada lapangan voly b) ada lapangan basket c) ada tiang bendera d) perlengkapan olah raga sudah lengkap e) ada pohon-pohon, yaitu mangga dan pohon jati f) ada tempat sampah Laporan di atas, jika diperbaiki sesuai dengan pemaparan yang sistematis, sebagai berikut. Lingkungan lapangan olah raga SMP Negeri 5 Batang tertata dengan rapi dan lapangan tersebut sangat luas. Lapangan olah raga SMP Negeri 5 Batang dapat dikatakan memiliki fasilitas yang kurang lengkap dan dapat pula dikatakan fasilitas yang terdapat di sana lengkap. Lapangan olah raga dikatakan memiliki fasilitas kurang lengkap karena lapangan tersebut tidak memiliki lapangan bulu tangkis, lapangan futsal, dan lapangan sepak bola, sedangkan dikatakan lengkap karena di lapangan tersebut terdapat lapangan voly, lapangan basket. Di lapangan terdapat tiang bendera yang biasanya digunakan untuk menaikkan bendera pada saat upacara bendera. Perlengkapan olah raga yang terdapat di sekolah sudah cukup memadai sehingga pada saat membutuhkan peralatan tersebut, dapat langsung digunakan. Di sekitar lapangan olah raga terdapat beberapa pohon, diantaranya pohon mangga dan pohon jati. Pohon-pohon tersebut bermanfaat sebagai peneduh lapangan jika hari sedang panas. Selain itu, di lapangan olah raga terdapat tempat sampah yang disediakan untuk membuang bungkus bekas jajan minuman atau makanan siswa karena letak lapangan berdekatan dengan kantin siswa. Kedua kutipan di atas merupakan kutipan contoh laporan aspek keruntutan pemaparan. Aspek keruntutan pemaparan pada kedua laporan pengamatan
131
tersebut berada dalam kategori cukup karena laporan tersebut menunjukkan pemaparan yang cukup sesuai dengan kerangka laporan meskipun terdapat beberapa topik yang tidak sesuai dengan kerangka laporan. Ketidaksesuaian tersebut dapat dilihat pada kerangka laporan yang disusun siswa. Penyusunan kerangka laporan sangatlah penting sebelum melakukan penulisan laporan. Laporan dapat dikatakan runtut apabila sesuai dengan kerangka laporan dan pembahasan topik tidak “melompat-lompat”. Laporan dikatakan baik apabila laporan tersebut memiliki satu ide pokok dalam satu paragraf dan tiap paragraf memiliki ide pokok yang berbeda dengan paragraf yang lain. Dengan melihat skor rata-rata, nilai rata-rata dan penjabaran di atas yang masih berada dalam kategori cukup maka perlu adanya perbaikan pada siklus selanjutnya agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. Rendahanya hasil tes menulis laporan pada aspek keruntutan pemaparan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan siswa dalam mengembangkan kerangka laporan yang telah ditulis siswa sehingga keruntutan pemaparan dalam penulisan laporannya masih rendah. Terdapat beberapa siswa yang dalam menulis laporannya masih sering “melompat-lompat” dari pembahasan yang satu ke pembahasan yang lain. Penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan perlu diperbaiki lagi agar pada siklus selanjutnya mengalami peningkatan yang signifikan khusunya pada aspek keruntutan pemaparan.
4.1.1.2.5 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Ejaan
132
Aspek ketepatan ejaan difokuskan pada penggunaan ejaan yang terdiri atas pemakaian huruf, tanda baca, dan kata dalam penulisan laporan. Aspek ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa dalam menggunakan ejaan pada setiap tulisannya. Jumlah kesalahan yang berkaitan dengan ejaan pada penulisan laporan pengamatan siswa dihitung berdasarkan kriteria penilaian yang dikalikan dengan skor sesuai dengan jumlah kesalahan. Hasil tes menulis laporan pengamatan aspek ketepatan ejaan dapat dilihat pada berikut.
Tabel 11 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Ejaan No
1.
Kategori
Sangat Baik
Skor
F
Bobot
(%)
8
6
48
15
Skor Rata‐ rata
Persentase Ketercapaian KKM
2.
Baik
6
10
60
25
3.
Cukup Baik
4
10
40
25
4.
Kurang Baik
2
14
28
35
40
188
100
Jumlah
133
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam aspek ketepatan ejaan masih sangat rendah atau dalam kategori kurang. Kategori sangat baik dengan skor 8 hanya terdapat 6 siswa atau 15%. Siswa yang mendapat kategori baik dalam penulisan laporan pengamatan berjumlah 10 atau 25% dengan jumlah skor 6, kategori cukup baik atau dengan skor 4 terdapat 10 siswa atau 25%, sedangkan yang mendapatkan kategori kurang baik berjumlah 14 siswa atau 35% dengan skor 2. Jika dilihat dari hasil keseluruhan menulis laporan pengamatan aspek ketepatan ejaan memiliki skor rata-rata 4,7 atau dengan nilai rata-rata 58,75 dan masuk dalam kategori kurang. Tulisan siswa aspek ejaan yang kurang tepat disajikan sebagai berikut a. “... mempunyai lapangan yg sangat luas” (oleh: Fina Ida) b. “... di lapangan SMP N 5 Btg” (oleh: Fina Ida) Kata yang dicetak miring pada kutipan kalimat a adalah “yg” yang merupakan singkatan atau kependekan dari kata “yang” dan pada kutipan kalimat b kata yang dicetak miring adalah kata “Btg” yang merupakan singkatan dari nama kota, yaitu “Batang”. Dalam penulisan ilmiah, kata-kata yang lazim digunakan tidak diperbolehkan untuk disingkat, kecuali kata tersebut lazim atau biasa digunakan dengan singkatan, seperti DAK, SPP, dan sebagainya. Kedua kata tersebut agar menjadi ejaan yang tepat menjadi yang dan Batang. c. “... lapangan yang semakin baik adl lapangan voly” (oleh: Fina Ida) Kata yang dicetak miring pada kutipan kalimat di atas adalah kata “adl” dan kata “voly”. Kata “adl” adalah singkatan dari kata “adalah” yang seharusnya tidak disingkat dalam penulisan ilmiah, kecuali dalam penulisan catatan harian atau catatan yang bersifat tidak resmi, sedangkan kata “voly” dicetak miring
134
karena kata tersebut menggunakan ejaan yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan EYD. Ejaan baku dari kata “voly” adalah “voli” sehingga pada kutipan kalimat nomor di atas agar menjadi ejaan yang sesuai menjadi adalah dan voli. d. “... dan banyak pohon2x” (oleh: Trisnani) Kata yang dicetak miring pada kutipan kalimat di atas adalah kata “pohon2x”. Kata tersebut dicetak miring karena tidak menggunakan ejaan yang tepat. Kata itu seharusnya ditulis berulang karena merupakan jenis kata ulang atau reduplikasi. Kata tersebut agar tepat ditulis menjadi pohon-pohon. e. “... lapangan menjadi teduh dan Enak dipandang” (oleh: Erlina) Kata “Enak” pada kutipan kalimat di atas dicetak miring karena menggunakan pemakaian huruf yang tidak tepat. Kata tersebut memakai huruf kapital di awal kata, padahal kata tersebut berada di tengah kalimat dan bukan merupakan nama diri. Kata “Enak” di tengah kalimat agar menjadi sesuai dengan ejaan seharusnya menggunakan huruf kecil di awal kata sehingga menjadi enak.
f. “... melakukan pengamatan diperpustakaan” (oleh: Annisa) Kata
yang
dicetak
miring
pada
kutipan
di
atas
adalah
kata
“diperpustakaan”. Kata tersebut dicetak miring karena kata “di” dan “perpustakaan” ditulis gabung yang seharusnya kedua kata tersebut ditulis terpisah. Kedua kata tersebut seharusnya ditulis terpisah karena kata “perpustakaan” merujuk tempat dan kata “di” merupakan kata depan. Kata dicetak miring pada kutipan kalimat di atas agar tepat menjadi di perpustakaan. g. “... speaker, jam, rak buku, dan tempat sampah. dan jumlahnya banyak” (oleh Annisa)
135
Pada kutipan kalimat di atas yang dicetak miring adalah penggunaan tanda baca titik (.) yang berada di antara kata “sampah” dan kata “dan”. Tanda baca tersebut dicetak miring karena penggunaan tanda baca titik (.) tidak tepat digunakan jika masih terdapat frase atau kata lanjutan (seperti dan jumlahnya banyak). Tanda baca yang sesuai adalah koma (,) karena masih meneruskan kata sebelumnya yang berkaitan. h. “... dan juga ada bermacam2x buku” (oleh: Annisa) Kata “bermacam2x” pada kutipan kalimat di atas dicetak miring karena kata ulang tersebut disingkat menggunakan “2x” yang seharusnya kata ulang tersebut ditulis secara penuh, yaitu bermacam-macam. i. “Pengurus perpustakaan setiap hari selalu membersihkan Lantai. menata Buku.” (oleh: Annisa) Kata yang dicetak miring pada kutipan kalimat di atas adalah kata “Lantai” dan “ Buku”. Kedua kata tersebut dicetak miring karena kedua kata tersebut menggunakan huruf kapital di awal kata dan di tengah kalimat, padahal kedua kata tersebut bukanlah nama diri atau kata sapaan. Kedua kata tersebut agar menjadi ejaan yang tepat seharusnya menggunakan huruf kecil, menjadi lantai dan buku. j. “disana saya juga mengamati ukiran berbentuk gua ...” (oleh: Diana) Kata “disana” pada kutipan kalimat di atas dicetak miring karena tidak sesuai ejaan. Kata “di” dan “sana” seharusnya ditulis terpisah karena kata “di” merupakan kata depan dan kata “sana” merujuk pada tempat sehingga kata “disana” agar menjadi ejaan yang tepat seharusnya di sana.
136
k. “ada tanggul yang terbuat dari batu, bata, dan semen.” (oleh: Windasari) Kata “ada” pada kutipan kalimat di atas dicetak mring karena menggunakan huruf kecil di awal kalimat. Penulisan huruf di awal kalimat seharusnya menggunakan huruf kapital di awal kata. Huruf “a” pada kata “ada” di awal kata agar menjadi ejaan yang tepat seharusnya ditulis “A” kapital menjadi Ada. l. “... lapangan SMP N 5 Batang tdk menyediakan lapangan sepak bola” (oleh: Eko) Kata “tdk” pada kutipan kalimat di atas dicetak miring karena kata tersebut merupakan singkatan dari kata “tidak”. Dalam penulisan resmi, tidak diperbolehkan menyingkat kata. Agar kata tersebut tepat, kata “tdk” seharusnya menjadi tidak. m. “Kami juga mempertanyakan kepada Pak Bon Tentang Bunga2x yang ada di taman...” (oleh: Trisnani) Kata “mempertanyakan” dan frase “Tentang Bunga2x” pada kutipan kalimat di atas dicetak miring karena pada kata-kata tersebut ejaan yang digunakan kurang tepat. Kata “mempertanyakan” akan lebih tepat jika diubah dengan kata “bertanya” karena imbuhan “memper-kan” yang terdapat pada kata “mempertanyakan” memiliki makna ‘menjadikan sesuatu sebagai bahan pertanyaan atau persoalan, sedangkan maksud dari “mempertanyakan” pada kalimat di atas adalah bertanya sehingga kata “mempertanyakan” lebih tepat jika menggunakan kata bertanya. Frase “Tentang Bunga2x” pada kalimat di atas dicetak miring karena penggunaan ejaan yang tidak tepat pada frase tersebut. Huruf “T” pada kata “Tentang” seharusnya menggunakan “t” kecil karena bukan
137
nama diri atau kata yang lazim menggunakan huruf kapital sehingga menjadi tentang, begitu pula dengan huruf “B” pada kata “Bunga” seharusnya menggunakan “b” kecil sehingga menjadi bunga dan kata “bunga2x” seharusnya ditulis berulang karena merupakan kata ulang sehingga menjadi bunga-bunga. Jadi frase “Tentang Bunga2x” jika menggunakan ejaan yang tepat menjadi tentang bunga-bunga. n. “disana sangat rame murid-murid...” (oleh: Eko Setyo) Kata “disana” dan kata “rame” pada kutipan kalimat di atas dicetak miring karena tidak sesuai ejaan. Kata “di” dan “sana” seharusnya ditulis terpisah karena kata “di” merupakan kata depan dan kata “sana” merujuk pada tempat sehingga kata “disana” agar menjadi ejaan yang tepat seharusnya di sana, sedangkan kata “rame” tidak sesuai dengan ejaan karena seharusnya huruf “e” pada kata tersebut menggunakan diftong “ai” menjadi “ramai”. Jadi, kata “rame” ejaan bakunya adalah ramai.
o. “Saya menemukan 2 buah Al-Qur’an Yang berwarna biru dan kuning” (oleh: Faizin) Angka “2” dan “Al-Qur’an” pada kutipan kalimat di atas dicetak miring karena angka “2” menyatakan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu kata sehingga angka “2” ditulis dengan huruf menjadi dua, sedangkan “AlQur’an” dicetak miring karena penulisan tersebut jika menggunakan ejaan yang tepat menjadi Alquran. “Alquran” tidak menggunakan tanda hubung (-) karena “Alquran” merupakan satu kesatuan dan tidak menggunakan tanda apostrof (‘)
138
karena tanda apostrof digunakan untuk menghilangkan bagian kata atau bagian angka tahun sehingga kata “Alquran” tidak meggunakan tanda apostrof. p. “Semua kebutuhan sholat Tercukupi dan layak dipakai.” (oleh: Dios) Kata “sholat” dan kata “Tercukupi” pada kutipan kalimat di atas dicetak miring karena pada kata “sholat” tidak menggunakan konsonan “sh” karena dalam bahasa Indonesia tidak dikenal konsonan tersebut sehingga kata “sholat” dalam ejaan yang disempurnakan adalah salat, sedangkan kata “Tercukupi” dicetak miring karena huruf “T” pada kata tersebut menggunakan huruf kapital yang harusnya menggunakan huruf kecil karena kata tersebut berada di tengah kalimat dan bukan merupakan nama diri. Jadi, huruf “T” kapital pada kata “Tercukupi” lebih tepat jika menggunakan huruf “t” kecil, menjadi tercukupi. q. “... b3nd3ra yg b3rwarna m3rah putih ...” (oleh: Ika Agustina) Kutipan kalimat pada di atas dicetak miring karena huruf “e” pada kutipan kalimat tersebut menggunakan angka “3” dan hal tersebut tidak diperbolehkan dalam penulisan bahasa Indonesia. Kutipan kalimat tersebut seharusnya bendera yang berwarna merah bukan “b3nd3ra yang b3rwarna m3rah”. r. “Pada hari Selasa, 26 februari 2013 ...” (Oleh: Nur Lilah) Kata “februari” yang terdapat pada kutipan kalimat di atas dicetak miring karena huruf “f” yang terdapat pada kata “”februari” menggunakan huruf kecil. Kata “februari” seharusnya menggunakan huruf “F” kapital pada huruf pertama karena “Februari” merupakan nama bulan. Jadi, kata “februari” seharusnya Februari. s. “Gedung perpustakaan sudah sesuai dgn ukran.” (Oleh: Siti Mufandila)
139
Kata “dgn” pada kutipan kalimat di atas dicetak miring karena kata tersebut merupakan singkatan dari kata “dengan” yang seharusnya ditulis lengkap, yaitu dengan agar menjadi ejaan yang tepat. t. “Saya melakukan pengamatan di mushalah SMP N 5 Batang.” (oleh: Dios) Kata “mushalah” yang terdapat pada kutipan kalimat di atas dicetak miring karena kata tersebut masih menggunakan ejaan daerah. Ejaan yang tepat pada kata “mushalah” adalah musala yang berarti tempat ibadah agama Islam. u. “Saya menemukan Al-Qur’an berwarna kuning bergambar ka’bah.” (oleh: Faizin) Kata “Al-Quran” dan “ka’bah” pada kutipan kalimat di atas dicetak miring karena penulisan tersebut jika menggunakan ejaan yang tepat menjadi Alquran dan Kakbah. “Alquran” tidak menggunakan tanda hubung (-) karena “Alquran” merupakan satu kesatuan dan tidak menggunakan tanda apostrof (‘) karena tanda apostrof digunakan untuk menghilangkan bagian kata atau bagian angka tahun, sedangkan pada kata “Alquran” tidak ada bagian kata yang dihilangkan. Kata “ka’bah” dicetak miring karena pada huruf “k” pada kata tersebut menggunakan huruf kecil, sedangkan pada kata-kata atau ungkapan yang berhubungan dengan keagamaan huruf pertama menggunakan huruf kapital. Tanda apostrof (‘) pada kata “Ka’bah” digunakan sebagai penyingkat bagian kata. Tanda apostrof tersebut menggantikan huruf “k” pada kata “Ka(k)bah”. Dalam penulisan ilmiah, bagian kata tidak diperkenankan untuk disingkat sehingga ditulis secara utuh. Jadi, kata “ka’bah” dalam ejaan yang tepat adalah Kakbah. “Juga ditemukan jam dinding yang buat dari plastik” v. “Al-Quran digunakan untuk praktek ...” (Oleh: Umi)
140
Sama halnya dengan penulisan “Al-Quran” pada kutipan kalimat di atas, kata tersebut dicetak miring karena kata tersebut tidak menggunakan ejaan yang tepat. Ejaan yang tepat pada kata Al-Quran adalah Alquran dengan alasan yang sama dengan penjelasan kata “Alquran” pada penjelasan sebelumnya. Kata “praktek” pada kutipan di atas dicetak miring karena ejaan tepat pada kata tersebut adalah praktik. Penggunaan ejaan yang tepat mencakup pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, tanda baca, penggunaan unsur serapan, serta singkatan dan akronim. Rendahnya aspek ketepatan ejaan dalam penulisan laporan pengamatan disebabkan kurangnya pengetahuan siswa dalam penggunaan ejaan yang benar. Selain itu, kebiasaan siswa dalam menulis ejaan dengan kurang tepat merupakan faktor yang dominan dari rendahnya kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan dengan tepat. Rendahnya kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan yang tepat perlu diperbaiki agar siswa dapat menggunakan ejaan dengan tepat. Kesalahan yang biasanya dilakukan siswa adalah menyingkat kata dan penggunaan huruf. Masih terdapat beberapa siswa yang senang menyingkat kata dan menggunakan huruf kapital pada tengah kata dan penggunaan huruf kecil pada awal kalimat.
4.1.1.2.6 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Diksi
141
Hasil tes menulis laporan pengamatan pada aspek ketapatan diksi difokuskan pada penggunaan pilihan kata yang tepat pada penulisan laporan pengamatan yang ditulis siswa. Ketepatan diksi yang dimaksud adalah ketepatan pilihan kata, bermakna tunggal dan mudah dipahami. Hasil tes menulis laporan pengamatan aspek ketepatan diksi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 12 No
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Diksi Kategori
Skor
F
Bobot
(%)
1.
Sangat Baik
12
3
36
7,5
2.
Baik
9
16
144
40
3.
Cukup Baik
6
19
114
47,5
4.
Kurang Baik
3
2
6
5
40
330
100
Jumlah
Skor Rata‐ rata
Persentase Ketercapaian KKM
Data yang terdapat pada tabel tersebut menunjukkan rata-rata nilai menulis laporan pada aspek ketepatan diksi atau pilihan kata. Siswa yang mendapat kategori sangat baik dalam aspek pilihan kata berjumlah 3 siswa atau 7,5% dengan skor 12. Siswa yang mendapat kategori baik berjumlah 16 atau 40% dengan skor 9. Sementara itu, siswa yang mendapat kategori cukup lebih banyak jika dibandingkan dengan kategori yang lain, yaitu berjumlah 19 siswa atau 47,5% dengan skor 6 dan siswa yang memperoleh kategori kurang berjumlah 2 siswa atau 5% dengan skor 3. Skor rata-rata yang terdapat pada aspek ketepatan diksi
142
berjumlah 8,25 atau dengan persentase ketercapaian KKM sebesar 45% yang berada dalam kategori cukup. Penggunaan diksi atau pilihan kata pada tulisan siswa yang termasuk dalam kategori cukup disajikan sebagai berikut. a. “Di sana terdapat fasilitas yang memuaskan.” (oleh: Siti Mufandila) Kata memuaskan pada kutipan di atas dicetak miring karena “memuaskan” memiliki makna menjadikan puas. Untuk menyertai kata “fasilitas”, kata “memuaskan” lebih tepat jika diganti dengan kata memadai atau lengkap. Kata “fasilitas” memiliki makna sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi. Dengan demikian, untuk menyertai kata “fasilitas” lebih tepat jika menggunakan kata memadai atau lengkap. b. “Jadi, setiap hari perpustakaan itu selalu rapi dan rajin.” (oleh: Siti Mufandila) Kata “rajin” yang terdapat pada kutipan kalimat di atas dicetak miring karena kata tersebut tidak tepat digunakan dalam rangkaian kalimat tersebut dan tidak memiliki hubungan dengan kata-kata sebelumnya. Kata “rajin” lebih tepat jika diganti dengan frase tertata dengan baik karena memiliki hubungan dengan kata sebelumnya, yaitu rapi.
c. “Lapangan SMP Negeri 5 Batang memunyai kondisi yang lengkap.” (oleh: Siska) Kata “kondisi” pada kutipan di atas dicetak miring karena kata “kondisi” memiliki makna keadaan atau persyaratan, sedangkan setelah kata “kondisi” terdapat kata “lengkap”. Agar kata sebelumnya dapat berkaitan dengan kata
143
sesudahnya, kata “fasilititas” lebih tepat digunakan dibandingkan kata “kondisi”. Jadi, rangkaian kalimat di atas dengan menggunakan diksi yang tepat menjadi “Lapangan SMP N 5 Batang memiliki fasilitas yang lengkap.” d. “Seperti halnya lapangan yang membaik adalah lapangan voli.” (oleh: Siska) Kata “membaik” pada kutipan di atas di atas dicetak miring karena kata tersebut biasanya digunakan untuk menyatakan keadaaan diri, sedangkan untuk menyatakan keadaan lapangan, lebih tepat jika kata tersebut diubah menggunakan frase memiliki fasilitas lengkap. Jadi, kutipan kalimat tersebut menggunakan diksi yang tepat menjadi “Seperti halnya lapangan yang memiliki fasilitas lengkap adalah lapangan voli.” e. “Satu buah cermin digunakan untuk mengaca.” (oleh: Handi) Kata “mengaca” pada kalimat di atas dicetak miring karena yang dimaksud siswa adalah alat yang digunakan untuk melihat muka ketika bersolek, sedangkan “kaca” merupakan benda bening yang biasanya digunakan sebagai jendela, gelas atau botol. Jadi, alat yang digunakan untuk melihat wajah ketika bersolek adalah “cermin” sehingga kata yang lebih tepat digunakan bukanlah “berkaca” melainkan “becermin”.
f. “Lokasi koperasi sekolah belum memenuhi syarat sebagai koperasi.” (Oleh: Habibah) Kata “lokasi” yang terdapat pada kutipan di atas dicetak miring karena kata tersebut kurang tepat digunakan untuk menunjukkan keadaan ruangan atau
144
gedung sehingga kata lokasi lebih tepat jika diganti menggunakan kata “gedung atau ruangan”. g. “... dan di lapangan disertai lapangan voli ...” (oleh: Ali) Kata “disertai” pada kutipan di atas dicetak miring karena kata “disertai” bermakna “diikuti”, sedangkan di lapangan terdapat lapangan bola voli bukan diikuti lapangan bola voli. Jadi, kutipan tersebut menjadi lebih tepat adalah “... dan di lapangan terdapat lapangan voli...”. h. “Pohon dan bunga-bunganya pada subur dan mekar.” (oleh: Mareta) Kata “pada” dalam kutipan di atas dicetak miring karena salah satu makna dari kata “pada” adalah sama-sama (digunakan untuk menyatakan bahwa yang melakukan banyak), sedangkan kata tersebut lebih tepat jika menggunakan kata “tumbuh” untuk menyatakan keadaan pohon dan bunga. Jadi, kutipan kalimat tersebut lebih tepat “Pohon dan bunga-bunga tumbuh subur dan mekar.” i. “... dan yang menaikkan bendera itu harus memakai pakaian yang lengkap dan menghormati bendera.” (Oleh: Dina Kusuma) Kata “dan” yang terdapat dalam kutipan di atas dicetak miring karena kata hubung yang digunakan tersebut tidak tepat untuk menyatakan sebab atau alasan. Kata “dan” menyatakan kata hubung yang setara serta memiliki fungsi yang sama, sedangkan kata hubung yang tepat untuk menyatakan sebab atau alasan adalah kata untuk. Oleh karena itu, kata hubung yang tepat digunakan dalam kitipan tersebut adalah untuk. j. “Di musolah juga ditemukan 14 mukenah dengan warna putih.” (oleh: Rifki)
145
Kata “ditemukan” pada kutipan di atas dicetak miring karena kata tersebut tidak tepat digunakan dalam kalimat tersebut. Kata “ditemukan” bermakna “mendapatkan sesuatu yang belum ada sebelumnya”, sedangkan mukena atau rukuh telah ada di dalam musala sebelum pengamatan dilaksanakan. Jadi, kata yang lebih tepat digunakan untuk mengganti kata “ditemukan” adalah kata terdapat. k. “Kami mengamati tiang bendera yg ada ditaman sekolah yang bertempatnya tepat di t3ngah taman s3kolah.” (oleh: Ika) Kata “bertempatnya” pada kutipan kalimat di atas dicetak miring karena penggunaan kata tersebut kurang tepat digunakan pada kalimat yang menyatakan sesuatu yang dipakai untuk menaruh, menyimpan atau meletakkan, sedangkan kata “bertempat” bermakna menggunakan tempat atau mengambil tempat. Jadi kata “bertempatnya” lebih tepat jika diganti dengan kata tempatnya atau berada sehingga kutipan kalimat tersebut menjadi “Kami mengamati tiang bendera yang ada ditaman sekolah yang tempatnya tepat di tengah taman sekolah.” l. “Di dalam koperasi terdiri dari berbagai jenis barang.” (Oleh: Devi) Kata “dari” yang terdapat pada kutipan di atas dicetak miring karena kata “dari” bermakna kata depan yang menyatakan tempat permulaan, sedangkan maksud kalimat yang ditulis siswa adalah menyebutkan beberapa hal yang setara sehingga kata yang lebih tepat adalah “atas”. Pasangan kata “terdiri” adalah “atas” bukan “dari” sehingga menjadi frase “terdri atas”. Kutipan di atas merupakan kutipan kalimat tulisan laporan pengamatan siswa aspek ketepatan diksi. Kata-kata yang bercetak miring adalah penggunaan
146
pilihan kata atau diksi yang kurang tepat. Ketidaktepatan diksi tersebut dijabarkan sebagai berikut. Tidak semua siswa dapat menggunakan diksi yang tepat pada penulisan laporan pengamatan. Tulisan bercetak miring pada kutipan di atas merupakan contoh penggunaan diksi yang kurang tepat pada penulisan laporan pengamatan siswa. Kutipan contoh yang dicetak miring di atas, menggunakan diksi yang benar disusun sebagai berikut. Rendahnya ketepatan diksi yang digunakan siswa dalam menulis laporan disebabkan oleh jarangnya penuangan ide dan gagasan siswa ke dalam sebuah tulisan sehingga kosakata yang dimiliki siswa masih sangat rendah. Selain itu, rendahnya keterbacaan siswa yang mengakibatkan kurangnya kosakata yang dimiliki sehingga siswa merasa sulit dalam memilih kata yang tepat dalam penulisan laporannya. Dengan penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, ketepatan diksi yang digunakan siswa dalam penulisan laporannya lebih baik jika dibandingkan dengan pilihan kata yang digunakan ketika pelaksanaan prasiklus. Dengan demikian, penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan siswa dalam penggunaan diksi atau pilihan kata sehingga pada siklus berikutnya penggunaan diksi dapat lebih baik. 4.1.1.2.7 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Penggunaan Kalimat Hasil tes menulis laporan aspek penggunaan kalimat difokuskan pada penggunaan kalimat yang efektif dalam penulisan laporan pengamatan sesuai
147
dengan objek yang telah ditentukan. Penggunaan kalimat yang dimaksud adalah kalimat yang singkat, jelas, tidak ambigu, ejaan dan diksi yang tepat, serta penghubung yang tepat sehingga mudah dipahami dan kalimat menjadi efektif. Hasil tes menulis laporan pada aspek penggunaan kalimat dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 13 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Penggunaan Kalimat No
Kategori
Skor
F
Bobot
(%)
1.
Sangat Baik
12
0
0
0
2.
Baik
9
21
189
52,5
3.
Cukup Baik
6
17
102
42,5
4.
Kurang Baik
3
2
6
5
40
303
100
Jumlah
Skor Rata‐ rata
Persentase Ketercapaian KKM
Data yang terdapat pada tabel di atas menunjukkan hasil tes menulis laporan pengamatan aspek penggunaan kalimat. Pada aspek ini, tidak terdapat siswa yang mendapat skor 12 dengan kategori sangat baik atau 0%. Pada kategori baik terdapat 21 siswa atau 52,5% dengan skor 9, 17 siswa atau 42,5% mendapat skor 6 yang berada dalam kategori cukup dan 2 siswa atau sebnayak 5% dengan kategori kurang mendapat skor 3. Secara keseluruhan, skor rata-rata pada aspek penggunaan kalimat adalah 7,58 atau dengan persentase ketrcapaian KKM sebesar 52,5% dan berada dalam kategori cukup. Kutipan kalimat yang kurang efektif dan
148
berkategori cukup dalam penulisan laporan pengamatan siswa dilampirkan sebagai berikut. a. “Ada beberapa tanaman bentuknya bervariasi yang berbentuk balon udara, bulat, love, dan sebagainya.” (oleh: Windasari) Kutipan kalimat tersebut tidak efektif karena terlalu banyak pengulangan kata “bentuk” dalam satu kalimat. Kalimat tersebut jika disusun menjadi kalimat efektif adalah Terdapat beberapa tanaman yang bentuknya bervariasi. Ada yang berbentuk balon udara, bulat, love, dan sebagainya. b. “Tanaman ini setiap pagi hari dibersihkan oleh petugas taman sekolah yaitu pak bon.” (oleh: Ayu) Kalimat di atas kurang efektif karena susunan kalimat tersebut tidak sistematis. Kalimat tersebut kurang efektif karena kurang nyaman dibaca. Kalimat di atas memiliki susunan kalimat tanaman ini (S), setiap pagi hari (Ket), dibersihkan (P), oleh petugas taman sekolah, yaitu pak bon (Pel). Kalimat tersebut lebih nyaman dibaca jika menjadi Setiap pagi tanaman ini dibersihkan oleh petugas taman sekolah, yaitu Pak Bon. atau Tanaman ini dibersihkan oleh Pak Bon setiap pagi. c. “di dalam koperasi terdiri dari berbagai jenis barang dari mulai berbagai jenis jajanan seperti roti2x, permen, minuman, dan juga dikoperasi sekolah berisi bermacam buku penunjang siswa atau LKS.” (oleh: Tyan) Kalimat di atas kurang efektif karena terlalu banyak pengulangan kata, panjang, dan tidak nyaman dibaca. Frase “terdiri dari” seharusnya “terdiri atas”, kata depan dan nama tempat seharusnya dipisah yang terdapat pada “dikoperasi” yang seharusnya “di koperasi” dan setelah kata “seperti” menggunakan tanda titik dua (:) karena didikuti rangkaian atau pemerian. Kalimat tersebut lebih efektif jika
149
menjadi beberapa kalimat. Selain itu, fungsi subjek seharusnya diisi oleh kata atau frase benda tetapi pada kalimat tersebut fungsi subjek mengandung frase preposisi atau frase depan, yaitu “di dalam”. Kalimat tersebut lebih nyaman dibaca jika Berbagai jenis jajanan dijual di koperasi, seperti roti-roti, permen, dan minuman. Selain jajanan, koperasi menyediakan buku-buku penunjang atau LKS. d. “Seperti hal nya lapangan yang membaik adalah lapangan voly, lapangan basket, kantin, tiang bendera, dan banyak pohon-pohon di lapangan yg membuat lapangan menjadi teduh dan enak di pandang.” (oleh: Heru) Kalimat di atas tidak nyaman dibaca karena frase “sama halnya” yang digunakan di awal kalimat tidak berkesinambungan dengan kalimat sebelumnya. Kalimat sebelumnya adalah “Di lapangan SMP Negeri 5 Batang memunyai kondisi yang lengkap dan kondisi lapangan yang kurang lengkap.” Jika kalimat tersebut dikaitkan dengan kalimat pada nomor 4, tidak terjadi kesinambungan yang baik karena frase “seperti halnya” merupakan frase yang menandakan kesamaan dengan kalimat sebelumnya, sedangkan kalimat sebelumnya adalah kalimat utama yang membutuhkan kalimat penjelas. Selain itu, pada kalimat nomor 4 terdapat pemborosan kata. Kata “pohon-pohon” menandakan “banyak” tetapi pada kalimat tersebut terdapat kata “banyak” dan “pohon-pohon”. Agar tidak terjadi pemborosan kata, dapat memilih satu frase “banyak pohon” atau “pohon-pohon”. Kalimat di atas adalah kalimat penjelas dari kalimat sebelumnya. Kalimat penjelas tersebut lebih efektif jika diubah menjadi Lapangan yang makin baik adalah lapangan voli dan lapangan basket. Di tengah-tengah lapangan terdapat tiang bendera yang telah diperbaiki dan di samping lapangan terdapat kantin.
150
Beberapa pohon tumbuh subur di tepi lapangan sehingga lapangan menjadi teduh. e. “Gedung perpustakaan memunyai beberapa buku2x gedung ini dibangun belum lama.” (oleh: Oktha) Kalimat tersebut tidak efektif karena menggunakan pemborosan kata dan terdapat frase yang rancu atau ambigu. Kata “beberapa” dan “buku-buku” bermakna lebih dari satu tetapi kedua kata itu ditulis dalam satu kalimat dan kerancuan terdapat pada kata “gedung”. Kata “gedung” yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah “buku-buku gedung” atau “gedung yang dibangun belum lama”. Klausa tersebut menimbulan pengertian ganda sehingga menimbulkan dua pemikiran. Kemungkinan yang dimaksud siswa adalah “memunyai beberapa buku-buku”, sedangkan klausa “gedung ini dibangun belum lama” menjadi kalimat baru. Di antara kedua klausa tersebut perlu tanda baca untuk memperjelas maksud penulis. Kalimat nomor 5 jika diubah ke dalam kalimat efektif menjadi Di dalam gedung perpustakaan terdapat beberapa buku. Gedung ini dibangun belum lama. f. “Keadaan gedung PxLxT karena perpustakaan tersebut mendapat DAK.” (oleh: Eko Setyo) Kalimat tersebut tidak efektif karena kata “karena” dalam kalimat itu tidak menandakan hubungan sebab akibat. Kata “keadaan” tidak berhubungan dengan luas gedung yang ditandai dengan PxLxT karena PxLxT merupakan luas gedung bukan keadaan gedung, sedangkan DAK adalah kependekan dari dana alokasi khusus dan pernyataan tersebut bukanlah akibat dari luas gedung (PxLxT). Kalimat di atas agar efektif, diubah menjadi Luas gedung perpustakaan adalah
151
PxLxT. Pembangunan gedung perpustakaan mendapat dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah. g. “Disana banyak orang-orang yang meminjam buku dan untuk membaca buku di pepustakaan itu.” (oleh: Aar) Kalimat tersebut tidak efektif karena terdapat pengulangan dan pemborosan kata. Pengulangan kata terdapat pada kata “buku” dan pemborosan kata terdapat pada “banyak” dan “orang-orang”. Kata “buku” cukup ditulis satu kali dalam satu kalimat pada frase terakhir “meminjam dan membaca buku”. Pemborosan pada kata “banyak” dan “orang-orang” masih sering terjadi dalam tulisan siswa. Kata “orang-orang” menunjukkan “banyak”, jadi dalam penulisan yang efektif dapat membuat frase dari kedua kata tersebut, yaitu “banyak orang” atau “orang-orang”. Frase “di sana” menunjukkan “di perpustakaan” sehingga dapat memilih salah satu dari kedua frase tersebut. Agar awal kalimat menjadi frase atau kata benda, frase “di sana” dapat diletakkan di akhir kalimat. Kalimat di atas menjadi kalimat efektif adalah Banyak orang yang membaca dan meminjam buku di sana. atau Banyak orang membaca dan meminjam buku di perpustakaan. h. “Disana sangat rame murid-murid dapat membaca sepuas-puasnya disana.” (Oleh: Aar) Kalimat tersebut tidak efektif karena tidak nyaman dibaca, ambigu, dan terdapat pengulangan pada frase “di sana”. Informasi kalimat tersebut tidak dapat langsung diterima pembaca karena tidak adanya penekanan atau intonasi. Informasi yang disampaikan menimbulkan makna ganda atau ambigu. Situasi “ramai” yang dimaksud adalah karena murid-murid membaca sepuasnya di sana, atau karena di sana memang banyak murid-murid sehingga situasi menjadi ramai?
152
Perlu penekanan pada kalimat tersebut agar tidak menimbulkan informasi ganda. Kalimat di atas dapat menjadi Murid-murid ramai karena dapat membaca sepuasnya di sana. atau Banyak murid-murid yang datang sehingga suasana menjadi ramai di sana. i. “Saya mengamati taman sekolah saya menemukan beberapa macam tanaman berwarna hijau, kuning.” (Oleh: Trisnani) Kalimat tersebut tidak nyaman dibaca karena terdapat pengulangan kata “saya” dan informasi yang disampaikan tidak tepat. Kata yang sama cukup ditulis satu kali dalam kalimat. Informasi ganda yang terjadi adalah “taman sekolah itu milik saya” atau “saya mengamati taman sekolah dan menemukan beberapa macam tanaman”. Kurangnya penekanan pada kalimat tersebut menimbulkan informasi ganda pada pembaca. Kalimat di atas diubah menjadi kalimat efektif agar nyaman dibaca dan tidak menumbulkan informasi ganda. Pengubahan kalimat tersebut agar menjadi kalimat efektif dapat dilakukan dengan penambahan kata hubung atau pemisahan menjadi beberapa kalimat. Kata hubung yang dapat digunakan pada kalimat tersebut adalah “dan” sehingga menjadi Saya mengamati taman sekolah dan menemukan beberapa macam tanaman berwarna hijau dan kuning. Atau dengan pemisahan menjadi beberapa kalimat Saya mengamati taman sekolah saya. Di sana saya menemukan beberapa macam tanaman berwarna hijau dan kuning.
j. “Di sana juga terdapat gedung yang baik dan bagus. Gedung perpustakaan sudah sesuai dengan ukuran. Karena gedung tersebut mendapatkan DAK.” (Oleh: Iyan)
153
Pada kalimat di atas, frase “di sana” pada kalimat tersebut menandakan suatu tempat yang memiliki gedung yang baik dan bagus atau menandakan perpustakaan. Jika menandakan tempat yang memiliki gedung yang baik dan bagus, tidak adanya penjelas yang menandakan maksud demikian dan jika menandakan gedung perpustakaan, kalimat tersebut terdapat kata “terdapat” yang menandakan “ada” gedung yang baik dan bagus meskipun tidak diketahui gedung yang dimaksud. Frase “di sana” dapat diubah dengan menggunakan nama tempat yang jelas atau menggunakan penjelas agar dapat diketahui informasi tempat yang disampaikan. Kalimat pertama dapat diubah menjadi Di sana juga terdapat gedung yang baik dan bagus sehingga memberi rasa nyaman pada pembaca. Kalimat tersebut menggunakan penjelas dengan kata “pembaca”. Penjelas tersebut dapat memperkuat informasi berikutnya yang memberikan informasi tentang perpustakaan. Selain menggunakan penjelas, pada kalimat pertama dapat langsung menggunakan tempat yang dimaksud Keadaan gedung perpustakaan baik dan bagus. Kalimat selanjutnya adalah “Gedung perpustakaan sudah sesuai dengan ukuran. Karena gedung tersebut mendapatkan DAK.” Kalimat tersebut menandakan hubungan sebab akibat, hanya saja penggunaan kata hubung di awal kalimat tidak tepat. Selain itu, syarat untuk mendapat DAK adalah tersedianya ukuran tanah yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mendirikan bangunan. Jadi, kalimat tersebut diubah ke dalam kalimat efektif Gedung perpustakaan dibangun sesuai dengan ukuran karena mendapatkan DAK. atau Gedung perpustakaan mendapat DAK sehingga dibangun sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. Kalimat di atas diubah ke dalam kalimat efektif menjadi Di sana juga terdapat
154
gedung yang baik dan bagus sehingga memberi rasa nyaman pada pembaca. Gedung perpustakaan dibangun sesuai dengan ukuran karena mendapatkan DAK. Atau Keadaan gedung perpustakaan baik dan bagus. Gedung perpustakaan mendapat DAK sehingga dibangun sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. k. “Pengurus perpustakaan setiap hari selalu membersihkan lantai, menata buku jadi setiap hari perpustakaan itu selalu rapi.” (oleh: Oktha) Kalimat tersebut tidak efektif karena terdapat pemborosan kata, pengulangan frase pada satu kalimat, dan kalimat utama berada dalam satu kalimat dengan kalimat penjelas. Pemborosan kata terdapat pada frase “setiap hari” yang berarti “selalu” tetapi dalam kalimat terdapat pula kata “selalu”. Pemborosan tresebut dapat diminimalisasi dengan penghilangan frase “setiap hari” atau kata “selalu” pada kalimat setara. Jadi, kalimat di atas agar tidak terjadi pemborosan kata dan pengulangan frase, menjadi Pengurus perpustakaan setiap hari membersihkan lantai dan menata buku sehingga perpustakaan selalu rapi., sedangkan jika kalimat tersebut menggunakan simpulan, dibagi menjadi beberapa kalimat. Pengurus perpustakaan setiap hari membersihkan lantai dan menata buku. Jadi, perpustakaan selalu rapi. l. “Ditaman kami juga mengamati pohon, lampu taman, keran air, batu, dan keadaan taman.” (oleh: Erlina) Kalimat tersebut tidak efektif karena penyampaian informasi yang tidak jelas. Informasi yang disampaikan dalam kalimat tersebut adalah “di taman kami” atau “di taman, kami”. Jika informasi yang disampaikan adalah “di taman kami”, kalimat tersebut benar, tetapi jika informasi yang disampaikan adalah “di taman, kami” kalimat tersebut perlu penambahan tanda baca sebagai penjelas. Kalimat di
155
atas diubah ke dalam kalimat efektif menjadi Di taman kami, juga mengamati pohon, lampu taman, keran air, batu, dan keadaan taman. atau Di taman, kami juga mengamati pohon, lampu taman, keran air, batu, dan keadaan taman. m. “Di lapangan olah raga tempat tiang bendera masih direnovasi berwarna putih murid2x selalu menaikkan bendera dan murid2x selalu menghormati bendera yang dinaikkan oleh murid2x yang bertugas untuk menaikkan bendera dan yang menaikkan bendera itu harus memakai pakaian yang lengkap dan menghormati bendera tersebut.” (Oleh: Linna) Kalimat di atas tidak efektif karena tidak nyaman dibaca karena kalimat terlalu panjang, banyak pengulangan kata atau frase, dan informasi yang disampaikan rancu. Frase “tempat tiang bendera” bermakna milik lapangan olah raga, atau tempat tiang bendera itu berada di lapangan olah raga. Jika “tempat tiang bendera” adalah milik lapangan olah raga, kalimat efektif tersebut menjadi Di lapangan olah raga tempat tiang bendera, masih direnovasi... , sedangkan jika “tempat tiang bendera” tersebut bermakna berada di lapangan olah raga, kalimat efektifnya adalah Di lapangan olah raga, tempat tiang bendera masih direnovasi ... Jika kedua kalimat tersebut dianalisis, hal yang mungkin terjadi adalah pada kalimat kedua, yaitu “Di lapangan olah raga, tempat tiang bendera masih direnovasi ...” karena pada kalimat pertama bermakna lapangan adalah tempat olah raga tempat tiang bendera. Hal tersebut tidak dapat diterima secara logika karena yang biasanya berolah raga adalah manusia sebagai makhluk hidup, bukan tiang bendera sebagai makhluk tak hidup. Selain itu, frase “berwarna putih” tidak dapat diketahui mengacu pada hal apa. Frase tersebut mengacu pada “tempat tiang bendera yang berwarna putih masih direnovasi” atau mengacu pada “murid-murid yang selalu menaikkan
156
bendera”. Jika “berwarna putih” mengacu pada tempat tiang bendera, perlu adanya penekanan terhadap kalimat tersebut. Kutipan kalimat agar dapat menyampaikan informasi dengan tepat adalah Di lapangan olah raga, tempat tiang bendera yang berwarna putih masih direnovasi. Akan tetapi, jika “berwarna” putih mengacu pada murid-murid yang selalu menaikkan bendera, kalimat tersebut adalah Murid-murid yang selalu menaikkan bendera memakai pakaian berwarna putih. Kluasa selanjutnya adalah “...dan murid2x selalu menghormati bendera yang dinaikkan oleh murid2x yang bertugas untuk menaikkan bendera ...” Kutipan kalimat tersebut tidak tepat karena terdapat pengulangan frase “murid-murid”. Klausa tersebut agar menjadi efektif diubah menjadi ... dan murid-murid selalu menghormati bendera yang dinaikan oleh petugas pengibar bendera ... dan klausa ... dan yang menaikkan bendera itu harus memakai pakaian yang lengkap dan menghormati bendera tersebut... tidak nyaman dibaca. Agar kluasa tersebut nyaman untuk dibaca, dapat diubah menjadi ... dan yang menaikkan bendera harus memakai pakaian lengkap sebagai tanda penghormatan kepada bendera. Kutipan kalimat di atas agar menjadi kalimat efektif dan informasi yang disampaikan dapat diterima dengan tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat tersebut diantaranya adalah Di lapangan olah raga, tempat tiang bendera yang berwarna putih masih direnovasi. Murid-murid selalu menghormati bendera yang dinaikkan oleh petugas pengibar bendera. Petugas pengibar bendera harus memakai pakaian yang lengkap sebagai tanda penghormatan kepada bendera. Atau Di lapangan olah raga, tempat tiang bendera masih direnovasi. Murid-murid yang
157
selalu menaikkan bendera memakai pakaian berwarna putih. Murid-murid selalu menghormati bendera yang dinaikkan oleh petugas pengibar bendera. Petugas pengibar bendera harus memakai pakaian lengkap sebagai tanda penghormatan kepada bendera. Sebuah kalimat dikatakan efektif jika kalimat tersebut singkat, padat, jelas, lengkap, dapat menyampaikan informasi secara tepat dan nyaman dibaca. Rendahnya kemampuan siswa dalam menggunakan kalimat yang efektif disebabkan oleh kurangnya kebiasaan siswa dalam menggunakan kalimat yang efektif dan kurangnya pengetahuan siswa tentang kalimat efektif. Selain itu, ketika menuangkan ide dan gagasan pada sebuah tulisan, siswa terlalu asyik menuliskan laporan pengamatannya sehingga tidak memperhatikan keefektifan kalimat yang ditulisnya.
4.1.1.1.8 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerapian Tulisan Hasil tes menulis laporan pengamatan aspek kerapian tulisan difokuskan pada kerapian tulisan siswa. Kerapian tulisan yang dimaksud adalah tulisan yang rapi, mudah dibaca, dan tidak terdapat coretan. Hasil tes menulis laporan pengamatan aspek kerapian tulisan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 14 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerapian Tulisan No
Kategori
Skor
F
Bobot
(%)
Skor Rata‐ rata
Persentase Ketercapaian KKM
158
1.
Sangat Baik
8
13
104
32,5
2.
Baik
6
13
78
32,5
3.
Cukup Baik
4
13
52
32,5
4.
Kurang Baik
2
1
2
2,5
40
236
100
Jumlah
Data yang terdapat pada tabel tersebut merupakan data hasil menulis laporan pengamatan pada siklus I aspek kerapian tulisan. Dari data tersebut dapat diketahui sebanyak 13 siswa atau 32,5% berada dalam kategori sangat baik dengan skor 8. Kategori baik ditempati oleh 13 siswa atau sebanyak 32,5% dengan skor 6, kategori cukup ditempati oleh 13 siswa atau sebanyak 32,5% dengan skor 2, dan selebihnya, yaitu 1 siswa atau sebanyak 2,5% berada dalam kategori kurang dengan skor 2. Secara keseluruhan, aspek kerapian tulisan berada dalam kategori baik, yaitu 5,9 atau dengan persentase ketercapaian sebanyak 65%. Tulisan laporan pengamatan siswa aspek kerapian tulisan disajikan sebagai berikut.
159
160
Lampiran di atas merupakan lampitan tulisan siswa yang berkategori baik. Termasuk kategori baik karena tulisan tersebut rapi, mudah dibaca dan apabila hanya terdapat coretan kurang dari 5. Coretan yang terdapat di dalam tulisan siswa di atas tidak lebih dari 5 coretan. Aspek tulisan siswa kategori baik apabila tulisan tersebut mudah dibaca dan coretan tidak lebih dari 5, sedangkan apabila lebih dari 5 coretan, tulisan siswa berada dalam kategori cukup dan kurang. Kerapian tulisan yang diutamakan adalah rapi dan mudah tidaknya tulisan dapat dibaca. Apabila tulisan terdapat beberapa coretan, tetapi mudah dibaca dapat dikategorikan baik,
161
sedangkan tulisan sulit untuk dibaca dan hanya terdapat sedikit coreta, dapat dikategorika cukup. Peningkatan tersebut disebabkan oleh pengetahuan siswa tentang aspek yang dinilai dalam penulisan laporannya yang salah satunya adalah kerapian tulisan sehingga siswa lebih hati-hati dalam menuliskan semua ide dan gagasannya agar kesalahan pada tulisannya dapat dihindari. Aspek kerapian tulisan adalah aspek yang memperhatikan kerapian tulisan, tulisan mudah dibaca, dan ada atau tidaknya coretan pada penulisan laporan pengamatannya. Siswa masih cenderung menggunakan tipe-x jika terdapat kesalahan pada tulisannya sehingga mengakibatkan tulisan siswa tidak rapi. Tabel di bawah ini merupakan data rekap hasil tes menulis laporan pengamatan tiap-tiap aspek. Tabel 15
Keterampilan Menulis Laporan pengamatan Tiap Aspek pada Siklus I Aspek Penilaian
No.
Skor Rata‐
Persentase
rata
Ketercapaian KKM
1.
Karakteristik judul
6,8
80%
2.
Kesesuaian isi laporan
14,7
92,5%
3.
Penyusunan kerangka laporan
9,8
45%
4.
Keruntutan pemaparan
10,9
67,5%
5.
Ketepatan ejaan
4,7
40%
6.
Ketepatan diksi
8,25
45%
7.
Penggunaan kalimat
7,58
52,5%
162
8.
Kerapian tulisan
5,9
65%
Nilai rata-rata tes menulis laporan pengamatan siklus I masing-masing aspek dapat dilihat pada diagram berikut. Keterangan: 1. Karakteristik Judul 2. Kesesuaian isi laporan 3. Penyusunan kerangka laporan 4. Keruntutan pemaparan 5. Ketepatan ejaan 6. Ketepatan diksi 7. Penggunaan kalimat 8. Kerapian tulisan
Diagram 1. Persentase Ketercapaian Tiap Aspek pada Siklus I
4.1.1.3 Perubahan Perilaku Siswa dalam Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan Data perubahan perilaku siswa pada siklus I diperoleh melalui hasil observasi, wawancara, jurnal siswa dan guru, dan dokumentasi foto. Berikut adalah penjelasan perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran siklus I.
163
4.1.1.3.1 Hasil Observasi Untuk mengetahui perilaku dan perubahan perilaku siswa selama pembelajaran menulis laporan pengamatan pada siklus I dilakukan observasi. Observasi dilakukan secara langsung oleh peneliti sebagai pengamat karena pemberian materi diberikan langsung oleh guru mata pelajaran. Observasi ini dilakukan dengan tujuan agar dapat mengetahui respon dan perilaku siswa selama mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurispudensial berbasis wisata lapangan. Seluruh kegiatan yang terjadi ketika pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan berlangsung dapat diamati oleh peneliti sebagai pengamat secara cermat. Hasil observasi
perilaku
siswa
selama
proses
pembelajaran
kemudian
dideskripsikan secara cermat oleh peneliti.
Diagram 2. Hasil Observasi Siklus I
Perilaku Positif
1. Siswa
memperhatikan
merespons (bertanya,
dengan
dan
antusias
menanggapi,
dan
Perilaku Negatif
1. Siswa
tidak
memperhatikan
penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu (bicara
164
membuat catatan)
sendiri, mondar‐mandir, tiduran, dan membuat catatan yang tidak penting)
2. Siswa berpartisipasi secara aktif
2.
dalam kegiatan diskusi kelompok
Siswa kurang berpartisipasi atau pasif
dalam
kegiatan
diskusi
kelompok 3. Siswa merespons positif (senang)
terhadap proses pembelajaran
3. Siswa
merespons
negatif
(mengabaikan pelajaran) selama proses pembelajaran;
4. Siswa aktif menjawab dan selalu
4. Siswa pasif dan malas untuk
bertanya apabila menemukan
bertanya mengenai materi yang
kesulitan
disampaikan guru
5. Siswa
mengerjakan
tugas
(menulis laporan) dengan baik
5. Siswa tidak mengerjakan tugas dengan baik.
Berdasar diagram di atas, dapat diketahui bahwa tidak semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik selama proses pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan berlangsung. Perilaku siswa yang menjadi objek observasi, yaitu 1) siswa memperhatikan dan merespon dengan antusias (bertanya, menanggapi, dan membuat catatan) selama proses pembelajaran berlangsung; 2) siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi kelompok; 3) siswa merespon positif terhadap proses pembelajaran menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan; 4) siswa aktif menjawab dan selalu bertanya apabila menemukan kesulitan; dan 5) siswa mengerjakan tugas menulis laporan pengamatan dengan baik.
165
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa siswa yang memperhatikan dan merespon dengan antusias (bertanya, menanggapi, dan membuat catatan) sebanyak 32 siswa atau sebesar 80% dan sebanyak 8 siswa atau sebesar 20% adalah siswa yang tidak merespon dengan antusias atau siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu, seperti berbicara sendiri, mondar mandir, tiduran, dan membuat catatan yang tidak penting dan tidak berkaitan dengan materi pelajaran yang diajarkan pada saat itu. Banyaknya siswa yang merespon dengan antusias (membuat catatan, bertanya, dan menanggapi) disebabkan oleh pendekatan guru dengan siswa sebelum dilaksanakan tindakan siklus I. Pendekatan tersebut mengakibatkan keterbukaan dan keakraban siswa dengan guru sangat baik sehingga tidak menimbulkan kecanggungan antara siswa dengan guru ketika berlangsungnya proses pembelajaran. Aktivitas siswa ketika merespon dengan antusias (membuat catatan, bertanya, dan menanggapi) dapat dilihat pada gambar berikut.
7.1 Aktivitas siswa saat mendengarkan penjelasan guru
7.2Aktivitas siswa saat mencatat materi pelajaran
166
7.3Aktivitas siswa saat bertanya Gambar 7 Aktivitas Siswa saat Merespon Pembelajaran
Pada gambar 7.1 merupakan aktivitas siswa ketika memperhatikan penjelasan guru. Siswa terlihat memperhatikan penjelasan guru dengan sangat baik meskipun dari gambar tersebut terlihat siswa duduk dengan santai namun tetap memperhatikan penjelasan guri. Gambar 7.2 merupakan gambar siswa saat mencatat materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa mencatat dengan baik materi yang disampaikan oleh guru meskipun terdapat siswa yang asyik mengobrol dengan teman sebelahnya. Hal semacam itulah salah satu penyebab rendahnya keterampilan siswa dalam menulis laporan. Siswa lain sedang serius mencatat pelajaran, sedangkan terdapat beberapa siswa yang melakukan hal-hal yang tidak berguna. Gambar 7.3. merupakan aktivitas siswa ketika bertanya tentang materi pelajaran. Dengan adanya gambar tersebut, siswa berani bertanya ketika siswa berada dalam kelompoknya. Setelah diselidiki lebih lanjut, ternyata siswa yang berani bertanya merupakan ketua kelompok dari kelompoknya. Observasi yang selanjutnya, yaitu mengamati perilaku dan aktivitas siswa ketika kegiatan diskusi bersama kelompoknya. Keaktifan siswa selama berdiskusi kelompok dapat dikatakan baik. Sebanyak 35 siswa atau sebesar 87,5% siswa
167
aktif berdiskusi bersama kelompoknya, sedangkan sebanyak 5 siswa atau sebesar 12,5% siswa kurang berpartisipasi atau pasif dalam kegiatan diskusi kelompok. Banyaknya siswa yang aktif ketika kegiatan diskusi kelompok disebabkan oleh pemilihan kelompok berdasarkan keinginan sendiri sehingga interaksi antarsiswa terjalin dengan baik. Selain itu, siswa dalam satu kelompok dapat memilih objek pengamatan yang akan dijadikan bahan penulisan laporan pengamatan adalah pilihan atau keinginan tiap kelompok. Sebanyak 5 siswa yang pasif dalam kegiatan diskusi kelompok disebabkan oleh kurangnya motivasi diri dalam mengikuti setiap proses pembelajaran. Beberapa siswa mengeluh lelah usai mengikuti pelajaran praktik olah raga. Oleh karena itu, siswa kurang aktif dalam diskusi kelompok. Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi dapat dilihat pada gambar 8 di bawah ini.
8.1 Diskusi siswa saat pengamatan
8.2 Diskusi aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam penulisan laporan
168
8.3 Aktivitas siswa saat menganalisis data hasil pengamatan Gambar 8 Aktivitas Siswa Saat Melakukan Kegiatan Diskusi
Gambar 8.1 merupakan aktivitas siswa ketika mengamati objek pengamatan. kerjasama dalam kelompok terjalin dengan baik. Gambar 8.2 merupakan aktivitas siswa saat berdiskusi tentang aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menulis laporan pengamatan. pada gambar tersebut terlihat salah satu siswa yang berperan sebagai ketua kelompok mebacakan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menulis laporan, sedangkan anggota kelompok yang lain memperhatikan aspek-aspek tersebut. Gambar 8.3 merupakan aktivitas siswa ketika menganalisis data yang diperolehnya selama mengamati objek. Data-data yang diperolehnya dicatat dalam lembaran pengamatan yang dibagikan oleh guru. Data tersebut menjadi bahan atau dasar dalam penulisan kerangka laporan. Dari ketiga gambar tersebut terlihat antusias siswa dalam menerima pelajaran di dalam atau pun di luar kelas. ketika berada di luar kelas, siswa antusias mengamati objek pengamatan. hal tersebut dapat dilihat dari ekpresi siswa pada gambar. Selain itu, pada saat berada di dalam ruang kelas antusias siswa tidak berkurang. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar aktivitas siswa
169
mendiskusikan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam penulisan laporan. Selain itu, pada gambar aktivitas siswa mencatat hasil analisis data yang diperoleh, seluruh siswa dalam anggota kelompok aktif mencatat. Hal tersebut membuktikan bahwa siswa antusias dalam proses pembelajaran. Selain dua aspek yang telah dipaparkan di atas, dalam kegiatan observasi peneliti terhadap perilaku siswa adalah respon positif siswa terhadap penggunaan model pembelajaran, yaitu model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Sebanyak 33 siswa atau 82,5% siswa merespon positif proses terhadap penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru, sedangkan sebanyak 7 siswa atau 17,5% siswa merespon negatif (mengabaikan pelajaran) selama proses pembelajaran. Banyaknya siswa yang merespon positif terhadap model pembelajaran yang digunakan disebabkan oleh kemenarikan model yang digunakan. Model jurisprudensial berbasis wisata lapangan yang digunakan selama proses pembelajaran merupakan model baru yang diterima siswa sehingga siswa merasa tertantang dan antusias mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan.
Sebelumnya,
selama
proses
pembelajaran,
siswa
hanya
mendengarkan ceramah guru dari awal pelajaran hingga pelajaran usai sehingga mengakibatkan siswa merasa bosan mengikuti pelajaran. Dengan berwisata lapangan, siswa diajak ke luar kelas atau ke objek yang diamati untuk melakukan pengamatan secara tepat sehingga siswa dapat mengeksplor pengetahuannya terhadap objek yang diamati. Sebanyak 7 siswa atau sebesar 17,5% siswa merespon negatif atau mengabaikan pembelajaran karena siswa merasa lelah setelah mengikuti mata
170
pelajaran lain sebelum pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dilaksanakan. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berlangsung pada dua jam terakhir. Selain itu, dalam satu kelas tersebut terdapat 2 siswa berperilaku negatif ketika proses pembelajaran, akibatnya 2 siswa tersebut memengaruhi siswa lain dalam menerima pelajaran pada saat itu. Respon siswa terhadap penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan dapat dilihat pada gambar berikut.
9.1 Siswa memperhatikan penjelasan guru
9.2 Aktivitas siswa saat melakukan pengamatan pada objek pengamatan
9.3 Aktivitas siswa saat presentasi
9.4 Aktivitas siswa saat pengujian hasil laporan pengamatan
Gambar 9 Respon Siswa terhadap Model yang Digunakan Guru
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada gambar 9.1 merupakan aktivitas siswa ketika mendengarkan penjelasan guru sebelum melakukan
171
pengamatan di luar kelas pada objek yang telah ditentukan. Guru menjelaskan cara-cara melakukan pengamatan dan cara mengisi lembar pengamatan yang telah dibagikan. Guru memberikan arahan dalam proses pengamatan yang harus dilaksanakan. Dari gambar tersebut terlihat antusias siswa memperhatikan penjelasan guru meskipun terlihat beberapa siswa mengobrol dengan teman di sebelahnya. Hal tersebut karena posisi guru membelakangi siswa tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya guru memberikan perhatiannya kepada seluruh siswa. Gambar 9.2 merupakan aktivitas siswa saat melakukan pengamatan di lingkungan sekolah dengan objek yang telah ditentukan. Pengamatan dilakukan secara berkelompok. Tiap-tiap kelompok beranggotakan 5 siswa. Tiap-tiap kelompok memiliki seorang ketua kelompok yang bertanggung jawab di dalam kelompoknya. Pengamatan dilaksanakan dengan baik oleh tiap kelompok. Dari gambar tersebut terlihat aktivitas siswa saat mengamati dan saat mewawancarai narasumber. Adanya gambar tersebut menunjukkan antusias siswa saat mengamati objek. Aktivitas yang tedapat pada gambar 9.3 merupakan aktivitas siswa saat presentasi yang termasuk dalam tahap kelima dalam sintagmatik model jurisprudensial, yaitu menjernihkan dan menguji posisi. Tiap kelompok mempresentasikan laporan pengamatannya yang dibacakan oleh satu orang perwakilan kelompok, namun semua anggota kelompok mendampingi perwakilan kelompoknya yang sedang presentasi. Dari gambar tersebut terlihat seluruh anggota kelompok antusias dalam presentasi yang sedang dilakukannya. Hal
172
tersebut dibuktikan dengan eluruh anggota menyimak laporan pengamatan yang telah ditulisnya yang pada saat yang sama sedang dipresentasikan. Ekspresi serius siswa pada gambar tersebut menunjukkan keseriusan siswa pada tahapan menjernihkan posisi. Gambar 9.4 merupakan aktivitas siswa saat mendapatkan pertanyaan dari guru sebagai tahap terakhir dari model jurisprudensial, yaitu mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi penyusunan laporannya. Dalam tahap tersebut, setiap siswa yang telah presentasi diberikan beberapa pertanyaan oleh guru untuk mengetes atau menguji laporan yang telah ditulisnya. Semua anggota kelompok dapat menjawab pertanyaan tersebut tidak hanya ketua kelompok. Dari gambar tersebut dapat diketahui antusias siswa menerima ujian atas laporannya. Beberapa anggota kelompok terlihat malu saat menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut disebebkan oleh kurangnya kebiasaan siswa berinteraksi dengan guru ketika pembelajaran. Aspek yang diamati ketika observasi adalah keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dan selalu bertanya ketika menjawab pertanyaan. Dalam aspek ini sebanyak 12 siswa atau sebesar 30% dari jumlah siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan dan bertanya ketika mendapat kesulitan. Siswa yang aktif tersebut setelah diamati adalah siswa yang berprestasi di kelasnya dan siswa yang mengikuti organisasi di sekolahnya. Keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan yang masih sangat rendah disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri dalam disi siswa sedangkan siswa yang aktif dalam bertanya dan
173
menjawab pertanyaan karena adanya kebiasaaan siswa dalam mengeluarkan pendapat. Jumlah siswa yang kurang aktif dalam menjawab pertanyaan dan dalam bertanya sebanyak 28 siswa atau 70%. Banyaknya jumlah siswa yang kurang aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan disebabkan oleh kurangnya kebiasaan siswa dalam mengeluarkan pendapat. Masih banyak siswa yang merasa malu ketika bertanya dan menjawab pertanyaan. Siswa menganggapnya kalau yang bertanya adalah orang yang bodoh sehingga siswa merasa takut jika ingin bertanya karena siswa tersebut berpikir bahwa siswa lain akan menertawakannya jika ia bertanya. Ternyata memang hampir seluruh siswa beranggapan demikian. Hal itulah yang menyebabkan siswa enggan bertanya meskipun siswa tersebut merasa kesulitan dalam menerima pelajaran. Selain siswa malu dalam bertanya, siswa juga merasa malu ketika menjawab pertanyaan. Siswa selalu merasa ragu ketika ia akan menjawab pertanyaan karena siswa tersebut merasa takut jika jawabannya salah sehingga ditertawakan oleh teman-temanya. Hal itulah yang menyebabkan siswa tidak berani atau malu dalam menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Aktivitas siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dapat dilihat pada gambar berikut.
174
10.1 Aktivitas siswa saat bertanya
10.2 Aktivitas siswa saat mengeluarkan Pendapat
Gambar 10 Aktivitas Siswa Saat Bertanya dan Mengeluarkan Pendapat
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa gambar 10.1 merupakan aktivitas siswa ketika bertanya. Ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, ternyata hanya terdapat beberapa siswa yang ingin bertanya mengenai materi yang belum jelas. Ketika siswa tersebut bertanya, siswa lain malah melihat siswa yang akan bertanya dengan raut muka heran. Gambar 10.2 merupakan gambar aktivitas siswa saat mengeluarkan pendapat. Ketika guru meminta siswa untuk mengeluarkan pendapatnya tentang aktivitas yang sedang berjalan di ruangan kelas, terdapat satu siswa yang mengeluarkan pendapatnya, sedangkan siswa lain malah menertawakan siswa yang mengeluarkan pendapat tersebut. Hal seperti itulah yang menghambat siswa dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat. Hasil observasi yang memiliki aspek terbesar merupakan hasil observasi yang terakhir, yaitu aspek pengerjaan tugas. Siswa mengerjakan tugas menulis laporan pengamatan dengan sangat baik. Sejumlah 39 siswa atau sebesar 97,5%, siswa mengerjakan tugasnya dengan sangat baik. Banyaknya siswa yang
175
mengerjakan tugas dengan baik disebabkan oleh dorongan dari teman-teman dalam satu kelompoknya, meskipun hasilnya kurang begitu maksimal. Dorongan teman merupakan dorongan yang besar dalam setiap perilaku siswa. Perbedaan proses pembelajaran yang digunakan ketika pembelajaran menulis laporan pengamatan dengan pembelajaran kompetensi lain juga merupakan faktor yang mendorong siswa lebih aktif dalam mengerjakan tugas karena dengan model yang digunakan, siswa merasa lebih senang dalam mengikuti pelajaran pada saat itu. Siswa yang mengerjakan tugas tidak secara maksimal berjumlah 1 orang siswa atau sebesar 2,5%. Siswa yang tidak mengerjakan tugas tersebut merupakan siswa yang selalu berperilaku negatif pada tiap pembelajaran. Ketika proses pembelajaran, siswa tersebut tidak memperhatikan guru dan malah mengganggu siswa lain. Siswa tersebut tidak naik kelas bukan karena ia kurang pandai melainkan perilaku yang dimilikinya merupakan perilaku negatif. Aktivitas siswa saat mengerjakan tugas dapat dilihat pada gambar berikut.
11.1 Aktivitas siswa saat menulis laporan
11.2 Keseriusan siswa saat menulis laporan
176
11.3 Siswa yang kurang serius dalam menulis laporan pengamatan Gambar 11 Aktivitas Siswa dalam Mengerjakan Tugas (Menulis Laporan pengamatan)
Gambar tersebut menunjukkan seluruh aktivitas siswa ketika menulis laporan pengamatan. Ketiga gambar di atas, yaitu gambar 11.1 dan 11.2 menunjukkan keseriusan siswa dalam menulis laporan, sedangkan gambar 11.3 menunjukan kurangnya keseriusan siswa dalam menulis laporan. Pada gambar 11.3 memperlihatkan kesantaian siswa dalam menulis laporan, sedangkan teman satu kelompoknya sedang menulis laporan dengan baik. Setelah guru menanyakan hal tersebut, ternyata siswa itu tengah beristirahat karena merasa lelah. Perilaku negatif yang tampak pada gambar tersebut harus dapat diminimalisasi agar tidak dilakukan oleh siswa yang lain. Dengan melihat hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I, hasil observasi secara klasikal berada dalam kategori baik, yaitu 75,5. Dengan melihat hasil tersebut, perilaku positif siswa harus dapat dipertahankan dan perilaku siswa yang mencerminkan perilaku negatif dapat diubah menjadi perilaku yang positif. Dalam aspek bertanya dan menjawab pertanyaan,
aspek tersebut memiliki
177
presentase paling rendah diantara aspek yang lain dalam observasi yang dilakukan pada proses pembelajaran.
4.1.1.3.2 Hasil Jurnal Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan perasaan siswa dan guru selama pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudesnial berbasis wisata lapangan. Pengisian jurnal dilaksanakan menjelang berakhirnya pelajaran menulis laporan pengamatan. Tujuan diadakannya jurnal siswa untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, tanggapan penggunaan model yang digunakan guru, pendapat tentang cara mengajar guru, dan saran yang ingin disampaikan siswa terhadap pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurispridensial berbasis wisata lapangan. Sementara itu, tujuan diadakannya jurnal guru untuk mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, respon siswa terhadap hasil pemilihan topik atau objek yang dilakukan secara berkelompok, keaktifan siswa, perilaku siswa saat melakukan pengamatan dan penulisan laporan hasil pengamatan, dan peristiwa yang muncul saat pembelajaran. Hasil jurnal siswa dan guru diuraikan secara rinci sebagai berikut.
4.1.1.3.2.1 Jurnal Siswa Jurnal siswa berisi tentang perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata
178
lapangan yang dilakukan secara berkelompok dan langsung, kesulitan yang dihadapi siswa saat pembelajaran menulis laporan pengamatan, tanggapan siswa mengenai model pembelajaran yang digunkan guru, pendapat siswa terhadap cara mengajar guru, dan saran yang ingin disampaikan terhadap pembelajaran menulis laporan pengamatan. Ketika guru akan membagikan lembaran yang berisi jurnal siswa, semua siswa merasa penasaran dengan isi yang terdapat pada lembaran tersebut. Setelah jurnal tersebut dibagikan, siswa antusias untuk mengisi jurnal tersebut meskipun belum ada perintah atau penjelasan dalam melakukan pengisian jurnal. Antusias siswa dalam mengisi jurnal tersebut karena sebelumnya siswa belum pernah mengisi jurnal di akhir pembelajaran. Jurnal yang telah diisi siswa kemudian direkap yang selanjutnya digunakan sebagai perbaikan pembelajaran berikutnya. Hasil jurnal siswa diuraikan sebagai berikut. Perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan yang dilakukan secara berkelompok dan secara langsung pada objek pengamatan, siswa merasa senang karena siswa dapat menambah wawasan dalam penulisan laporan pengamatan. Siswa dapat secara langsung mengamati objek sehingga memudahkannya dalam menulis laporan pengamatan. Dengan berkelompok, siswa dapat bertukar pikiran mengenai objek yang telah diamatinya. Selama melakukan pengamatan, siswa mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan objek pengamatan. Data-data yang telah dicatat selama melakukan pengamatan, membantu siswa dalam penulisan laporan pengamatan. Setelah siswa mendapatkan data-data secara
179
lengkap yang berkaitan dengan objek pengamatan, siswa berdiskusi untuk menyusun kerangka laporan sebagai dasar dan kerangka penyusunan laporan pengamatan. Tiap-tiap siswa berinteraksi bersama kelompoknya dengan sangat baik karena anggota kelompok merupakan siswa yang telah dipilihnya. Sebagian besar kelompok merasa mudah melakukan pengamatan, tetapi ada beberapa kelompok yang masih merasa kesulitan melakukan pengamatan. Kesulitan tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan siswa tentang objek yang diamati dan kurangnya keberanian siswa dalam mewawancarai narasumber, namuk kesulitan tersebut masih dapat diatasi oleh tiap-tiap kelompok dengan bertanya kepada peneliti atau kepada guru secara langsung. Jika penulisan laporannya telah selesai dilaksanakan, tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil penulisan laporan pengamatannya di depan kelas. tiaptiap kelompok berebut untuk segera mempresentasikan hasil penulisan laporan pengamatannya. Antusias dan semangat siswa dalam mempresentasikan laporannya sangat tinggi. Selain tentang perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan, di dalam jurnal siswa terdapat pertanyaan tentang kesulitan yang dihadapi siswa saat pelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Sebagian besar siswa tidak mendapatkan kesulitan dalam menghadapi pelajaran menulis laporan. Hal tersebut disebabkan oleh materi tentang menulis laporan telah dikuasai oleh siswa dan siswa memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika guru menjelaskan materi pelajaran menulis laporan pengamatan. Siswa juga melakukan pengamatan
180
dengan serius pada objek yang diamati sehingga data yang diperoleh selama pengamatan tercatat dengan baik. Beberapa siswa merasa kesulitan dalam menyusun kerangka laporan, padahal materi dan contoh kerangka dalam penulisan laporan telah disampaikan oleh guru dengan baik. Setelah diselidiki lebih lanjut, ternyata siswa yang merasa mengalami kesulitan dalam menyusun kerangka laporan adalah siswa yang tidak memperhatikan dengan serius ketika guru menjelaskan materi penyusunan kerangka laporan. Dengan adanya hal seperti itu, guru kembali menjelaskan kepada siswa secara pribadi tentang cara penyusunan kerangka laporan yang baik. Setelah dijelaskan kembali oleh guru, siswa baru memahami cara penyusunan kerangka laporan. Selain kurangnya perhatian siswa terhadap materi penyusunan kerangka laporan, siswa juga merasa asing dengan “kerangka” yang terdapat di dalam pelajaran Bahasa Indonesia karena sebelumnya siswa belum pernah mendapat materi tentang penyusunan kerangka. Siswa hanya mengetahui “kerangka” dalam istilah biologi. Kurangnya pengetahuan siswa tentang kerangka laporan mengakibatkan rendahnya nilai siswa dalam menulis laporan secara sistematis. Siswa merasa senang dan mudah memahami pelajaran dengan penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Beberapa tanggapan siswa terhadap model yang digunakan oleh guru sangat memuaskan. Siswa merasa tertarik dengan model yang digunakan oleh guru karena siswa tidak lagi bosan di dalam kelas. Dengan penggunaan model jurispridensial berbasis wisata lapngan, siswa diajak ke luar kelas untuk mengamati objek secara langsung. Objek tersebut
181
di antaranya musala, taman sekolah, kopersi sekolah, perpustakaan sekolah, dan lapangan oleh raga. Dengan pengamatan secara langsung, siswa tertantang untuk menguji keberanian meraka dalam melakukan pengamatan dan dalam mewawancarai
narasumber.
Pengamatan
secara
langsung
pada
objek
memudahkan siswa menuangkan ide dan gagasannya ke dalam sebuah tulisan, yitu laporan pengamatan. Siswa merasa tertantang tidak hanya ketika di luar ruangan, tetapi juga ketika kembali ke dalam kelas. Setelah siswa melakukan pengamatan, siswa diwajibkan untuk menulis laporan pengamatan pada sebuah kertas yang dibagikan oleh guru. Setelah menuliskan laporan pengamatan, siswa bersama kelompoknya mempresentasikan laporannya. Setelah laporan pengamatannya dipresentasikan, kelompok tersebut mendapat tantangan berikutnya, yaitu mepertanggungjawabkan penulisan laporan pengamatannya dengan menjawab beberapa pertanyaan dari guru yang baerkaitan dengan laporan yang telah ditulisnya. Siswa yang bisa menjawab pertanyaan tersebut, mengacungkan tangannya untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Setelah siswa presentasi dan menjawab pertanyaan dari guru, kemudian guru dan siswa menyimpulkan laporan pengamatan yang telah ditulis oleh siswa. Dengan adanya beberapa tantangan itulah siswa antusias dan termotivasi dalam menulis laporan pengamatan agar lebih baik lagi. Selain perasaan siswa ketika mengikuti pelajaran, kesulitan yang dihadapi siswa, dan tanggapan terhadap model pembelajaran yang digunakan, di dalam jurnal siswa terdapat pendapat cara guru dalam mengajar. Menurut siswa, cara
182
mengajar guru sangat baik dan mudah dipahami oleh siswa. Ketika siswa mengalami kesulitan, guru selalu membantunya untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Dengan pendekatan guru dan siswa, siswa merasa nyaman dengan guru karena di dalam memberikan pelajaran dan menyampaikan materi, guru dapat menguasai situasi sehingga tidak tegang namun serius. Materi yang disampaikan dapat diserap oleh siswa. Pada kegiatan berkelompok, guru selalu menghampiri tiap kelompok untuk menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa. Jika siswa mendapatkan kesulitan, guru langsung menjelaskan kembali kepada siswa tentang kesulitan yang dihadapi di dalam kelompoknya. Dalam mengajar, guru sangat sabar dan tenang menghadapi siswa-siswanya, meskipun siswa-siswa tersebut lebih banyak berperilaku negatif selama proses pembelajaran. Kesabaran itulah yang membuat siswa merasa nyaman dan senang ketika diajar oleh guru. Dengan kenyamanan yang dirasakan siswa selama pembelajaran Bahasa Indonesia, sebagian besar siswa mengharapkan kegiatan pada hari itu agar lebih lama terutama ketika melakukan pengamatan yang dirasa waktunya kurang maksimal. Siswa mengharapkan tambahan waktu dalam melakukan pengamatan. Saran lain yang disampaikan siswa terhadap pembelajaran menulis laporan melalui model jurisprudensial berbasis waisata lapangan adalah penggunaan model yang sama dalam kompetensi yang berbeda atau pelajaran yang berbeda sehingga siswa tidak merasa bosan belajar di dalam kelas.
4.1.1.3.2.2 Jurnal Guru
183
Jurnal guru berisi segala sesuatu yang dirasakan guru selama proses pembelajaran berlangsung, baik di dalam maupun di luar kelas. Objek catatan yang terdapat dalam jurnal guru sebagai berikut: 1) kesiapan siswa dalam mengikuti
pembelajaran
menulis
laporan
pengamatan
melalui
model
jurisprudensial berbasis wisata lapangan; 2) respon siswa terhadap hasil pemilihan topik atau tema yang dilakukan secara berkelompok; 3) keaktifan siswa saat melakukan observasi dan pengamatan di lapangan; 4) perilaku siswa saat melakukan observasi dan menulis laporan hasil pengamatan; dan 5) peristiwa yang muncul saat pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurispridensial berbasis wisata lapangan. Jurnal guru tersebut diisi pada akhir pembelajaran menulis laporan pengamatan. Jurnal guru yang pertama berisi tentang kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Kesiapan siswa pada awal pembelajaran khususnya pada siklus I pertemuan pertama, pada 10 menit pertama, siswa kurang siap karena siswa masih merasa lelah setelah mengikuti pelajaran olah raga. Selain itu terdapat beberapa siswa yang meminta tambahan jam istirahat untuk membeli minuman karena merasa haus. Kurang kondusifnya suasana di dalam kelas hanya terjadi pada 10 menit pertama awal pelajaran. Hal tersebut dapat diatasi dengan pengondisian siswa oleh guru dengan memerkenalkan peneliti atau pengamat yang kemudian dilanjutkan dengan pembukaan pelajaran oleh guru. Setelah itu suasana kelas menjadi kondusif dan siap untuk melanjutkan pelajaran Bahasa Indonesia. Pada
184
saat guru memerkenalkan kompetensi yang akan diberikan pada saat itu, siswa mulai antusias mengikuti pelajaran. Hal kedua yang terdapat dalam jurnal guru adalah respon siswa terhadap hasil pemilihan topik atau tema dalam penulisan laporan. Pemilihan topik atau tema tersebut dilakukan secara berkelompok sehingga dalam satu kelompok mendapatkan satu tema atau satu topik dalam penulisan laporan pengamatannya dan topik tersebut menjadi objek yang diamati dalam pengamatan. Dalam pemilihan topik, langkah pertama yang dilakukan guru adalah mendata objek yang dijadikan sebagai objek penelitian. Satu objek penelitian boleh dilakukan oleh satu atau dua kelompok. Objek pertama adalah musala yang diamati oleh satu kelompok, objek kedua adalah taman sekolah yang diamati oleh dua kelompok, objek ketiga adalah kopersi sekolah yang diamati oleh satu kelompok, objek keempat adalah perpustakaan sekolah diamati oleh dua kelompok, dan objek terakhir adalah lapangan olah raga yang diamati oleh dua kelompok. Pemilihan objek tersebut dilakukan secara rebutan. Perwakilan kelompok mengacungkan tangan untuk memilih objek yang diinginkan. Kelompok tercepat berhak memilih objek yang diinginkan, sedangkan kelompok yang kurang tangkas dalam mengacungkan tangan mendapatkan objek pengamatan yang masih tersisa. Dalam pemilihan objek ini, diberlakukan istilah “siapa cepat dia dapat”. Cara ini dilakukan untuk mengantisipasi menumpuknya kelompok pada satu objek pengamatan. Respon siswa ketika melakukan pemilihan objek sangat antusias dan tidak ingin terkalahkan dalam adu cepat mengacungkan tangan. Hal tersebut terjadi
185
karena setiap kelompok ingin mendapatkan objek pengamatan sesuai dengan harapannya. Suasana kelas saat melakukan pemilihan objek sangat hidup dan tidak ada satu kelompokpun yang pasif. Pemilihan objek dengan cara seperti itu menumbuhkan keaktifan dan ketangkasan siswa. Setelah mendapatkan objek yang akan diamati, tiap-tiap kelompok melakukan pengamatan pada objek yang telah dipilihnya. Pada saat siswa melakukan pengamatan, guru memantau siswa selama mengamati objek. Ada beberapa kelompok yang masih bingung dalam melakukan pengamatan, namun kelompok yang lain langsung dapat melakukan pengamatan dengan baik. Kelompok yang belum paham dalam mengamati malah duduk manis melihat kelompok lain mengamati objek. Setelah guru mendekatinya dan menanyakan mengapa mereka tidak mengamati objek, guru memahami kesulitan kelompok tersebut sehingga guru menjelaskan kembali apa yang harus dilakukan selama mengamati objek. Setelah mendapat arahan dari guru, semua kelompok aktif mengemati objek pengamatan sesuai dengan objek yang dipilihnya, meskipun terdapat beberapa anggota kelompok yang tidak aktif dalam melakukan pengamatan. Hal tersebut tidak mengganggu anggota kelompok yang lain untuk melakukan pengamatan dengan baik. Selama melakukan pengamatan, terdapat beberapa siswa yang bertindak negatif atau berperilaku negatif. Ada yang bermain, mengobrol, dan ada yang memilih jajan di kantin, sedangkan teman dalam satu kelompoknya mengamati objek. Setelah guru menanyakan mengapa siswa tersebut berperilaku demikian, ternyata memang siswa tersebut biasanya berperilaku seperti itu pada semua
186
pelajaran. Perilaku negatif beberapa siswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaraya lingkungan dan pergaulan sehari-hari. Faktor lingkungan dan pergaulan merupakan faktor terbesar dalam perilaku siswa. Lingkungan siswa yang berada di daerah pesisir atau daerah laut cenderung memiliki perilaku yang negatif. Kebiasaan siswa mendapat didikan keras dari orang tua dan lingkungan yang mengakibatkan negatifnya perilaku siswa. Selain ketika melakukan observasi, perilaku siswa dipantau oleh guru ketika menulis laporan pengamatan. Perilaku siswa ketika menulis laporan cenderung berperilaku positif karena siswa telah berada di dalam kelas dan bergabung dengan kelompoknya. Perilaku positif yang timbul pada diri siswa dipicu oleh semangat teman-teman dalam satu kelompoknya dalam menulis laporan pengamatan. Dalam penulisan laporan pengamatan, siswa diperbolehkan untuk bekerja sama dengan teman satu kelompoknya. Dengan adanya izin tersebut, siswa merasa senang karena mereka dapat bertukar pikiran dengan teman satu kelompoknya. Tidak semua kelompok menulis laporan pengamatan bekerja sama dengan kelompoknya. Ada beberapa kelompok memilih mengerjakan tugas menulis lapiran hasil pengamatannya secara individu. Selain perilaku siswa, dalam jurnal guru terdapat hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa yang muncul saat pembelajaran. Terdapat beberapa peristiwa yang muncul saat pelajaran menulis laporan pengamatan, di antaranya adalah siswa merasa kepanasan dengan ruang kelas yang tanpa penyejuk sehingga siswa menggunakan bukunya sebagai kipas, beberapa siswa yang usul terhadap teman
187
yang lain, ada anak yang mengerjai guru dengan berpura-pura tidak mengerti apa yang harus dilakukan, dan lain-lain.
4.1.1.3.3 Hasil Wawancara Kegiatan wawancara dilakukan usai pembelajaran siklus I dan setelah mengetahui nilai hasil tes siklus I. Peneliti mewawancarai 4 siswa dengan kriteria siswa yang memiliki nilai sangat baik, baik, cukup, dan kurang. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa saat wawancara, di antaranya: 1) perasaan siswa saat berdiskusi menentukan tempat yang dijadikan objek pengamatan; 2) pendapat siswa saat melakukan pengamatan di lapangan atau objek pengamatan; 3) kesulitan yang dialami dalam menulis laporan pengamatan; 4) manfaat yang diperoleh setelah mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan; dan 5) dapatkah siswa menulis laporan pengamatan dengan baik setelah mengikuti pelajaran manulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Pertanyaan pertama yang diberikan kepada siswa ketika wawancara adalah perasaan siswa saat berdiskusi menentukan tempat yang dijadikan objek pengamatan. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap keempat siswa, siswa mengaku merasa senang dengan adanya pemilihan tempat yang dilakukan secara berkelompok. Siswa yang mendapat nilai sangat baik dan baik mengaku senang dengan adanya pemilihan objek secara berebut dan adu cepat dengan kelompok
188
yang lain karena melatih ketangkasan dan ia dapat memilih objek yang diinginkannya. Sementara itu, siswa yang medapatkan nilai cukup dan kurang mengaku merasa senang meskipun tidak mendapatkan objek yang diinginkannya karena telah dipilih oleh kelompok lain. Kedua anak tersebut mengakui kurang cepat dalam mengacungkan tangan sehingga kalah cepat oleh kelompok lain. Secara keseluruhan, siswa yang diwawancarai mengaku senang dengan objek yang dipilih secara berkelompok. Pertanyaan yang kedua adalah pendapat siswa saat melakukan pengamatan pada objek pengamatan. Dari hasil wawancara dengan keempat siswa, siswa mengeluarkan pendapat yang berbeda. Siswa yang mendapat nilai sangat baik berpendapat bahwa siswa tersebut merasa kekurangan waktu dalam melakukan pengamatan sehingga data yang diperoleh kurang maksimal, sedangkan siswa yang mendapat nilai baik bependapat bahwa ia merasa kesulitan dengan nama tumbuh-tumbuhan yang terdapat pada objek yang diamati. Siswa tidak mengetahui nama tumbuhan yang tumbuh di lingkungan sekolah sehingga siswa hanya menulis tumbuhan tersebut berdasar ciri-cirinya. Siswa yang mendapat nilai cukup dan kurang berpendapat bahwa ia merasa kesulitan dalam melakukan pengamatan. Kedua siswa tersebut belum memahami apa yang harus dilakukannya ketika melakukan pengamatan pada objek pengamatan. Perbedaan pendapat dari keempat siswa tersebut dijadikan dasar untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Saat melakukan wawancara dengan keempat siswa, guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa saat menulis laporan pengamatan. Dari hasil
189
wawancara, keempat siswa memberikan jawaban yang berbeda. Siswa yang mendapat nilai sangat baik memberikan jawaban bahwa ia masih kesulitan dalam menggunakan ejaan yang tepat dalam penulisan laporan pengamatanya. Siswa yang mendapat nilai baik merasa masih kesulitan dalam membuat kerangka laporan,
siswa
yang
mendapat
nilai
cukup
merasa
kesulitan
dalam
mengembangkan kerangka laporan ke dalam isi laporan, sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang, merasa kesulitan dalam menggunakan ejaan dan menyusun kerangka laporan. Dengan adanya wawancara tersebut guru dapat mengetahui manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudesnial berbasis wisata lapangan. Dari keempat siswa yang diwawancarai mengenai manfaat yang mereka peroleh setelah mengikuti pelajaran, anak yang mendapat nilai tinggi dan baik memberikan jawaban yang sama, yaitu dapat menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar mekipun masih terdapat beberapa kekurangan misalnya dalam penggunaan ejaan dan pembuatan kerangka. Hal itu tidaklah menjadi hambatan bagi kedua anak tersebut karena kedua anak tersebut berusaha dengan maksimal agar mendapatkan hasil yang baik dalam menulis laporan pengamatan. Sementara itu, dua anak yang memiliki nilai cukup dan kurang mengaku mendapatkan banyak ilmu setelah melakukan pengamatan meskipun ia belum dapat menulis laporan dengan baik dan benar. Menurutnya, hal tersebut karena siswa belum menguasai ejaan dan masih merasa kesulitan dalam mengembangkan kerangka laporan. Kedua anak tersebut menganggap bahwa kerangka laporan yang disusunnya merupakan
190
kalimat dan tidak perlu dijabarkan atau dikembangkan. Menurut keempat siswa yang diwawancarai, adanya model jurisprudensial berbasis wisata lapangan membantu dapat membantu siswa dalammenulisa laporan pengamatan meskipun masih terdapat beberapa kekurangan. Dengan mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan, keempat siswa mengakui sudah dapat menulis laporan pengamatan, meskipun terdapat beberapa kekurangan dalam penulisan laporan itu. Keempat siswa tersebut berharap agar mereka bisa menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat di dalam penulisan laporan pengamatan.
4.1.1.3.4 Dokumentasi Foto Dokumentasi
foto
diambil
ketika
pembelajaran
menulis
laporan
pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Pada kegiatan siklus I, dokumentasi foto yang diambil meliputi: 1) aktivitas siswa saat mendengarkan penjelasan guru; 2) aktivitas siswa saat bertanya kepada guru; 3) aktivitas siswa saat melakukan pengamatan; 4) aktivitas siswa saat mewawancarai narasumber; 5) aktivitas siswa saat mendiskusikan laporan pengamatan; 6) aktivitas siswa saat mempresentasikan laporan pengamatan; 7) aktivitas saat pengujian laporan pengamatan oleh guru; dan 8) aktivitas saat penyerahan penghargaan. Berikut merupakan deskripsi hasil dokumentasi foto pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
191
Gambar 12 Aktivitas Siswa Saat Mendengarkan Penjelasan Guru
Pada gambar 12 merupakan aktivitas siswa saat mendengarkan penjelasan guru. Berdasar gambar tersebut terlihat bahwa siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik, meskipun ada beberapa siswa yang kurang serius dalam mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya siswa yang tengah mengobrol dengan teman sebelahnya. Selain itu, terdapat beberapa siswa yang bersandar pada dinding kelas dan melakukan aktivitas lain, seperti mengipas-kipaskan buku tulisnya karena kepanasan, siswa yang mengantuk, dan lain-lain. Secara keseluruhan, aktivitas siswa dalam memperhatikan penjelasan guru sudah cukup baik meskipun perlu ditingkatkan agar keseriusan dan konsentrasi siswa dapat terfokus pada penjelasan guru.
Gambar 13 Aktivitas Siswa Saat Bertanya kepada Guru
192
Pada gambar 13 dapat dilihat aktivitas siswa saat bertanya kepada guru tentang kesulitan atau hambatan yang dihadapi dalam penulisan laporan pengamatan. Dari gambar tersebut dapat dilihat keseriusan siswa dalam menguasai materi pelajaran dan keberanian siswa dalam bertanya kepada siswa tentang kesulitan yang dihadapi. Keseriusan siswa dalam menulis laporan pengamatan dapat dilihat dalam gambar tersebut. Dalam gambar tersebut terlihat beberapa siswa yang menengok ke belakang untuk melihat temannya yang akan bertanya. Siswa yang akan melontarkan pertanyaan kepada guru terlihat malumalu dan kurang serius.
14.1 Aktivitas siswa saat pengamatan di taman sekolah
14.2 Aktivitas siswa saat melakukan pengamatan di koperasi sekolah
193
14.3 Aktivitas siswa saat pengamatan di lapangan olah raga
14.4 Aktivitas siswa saat pengamatan di perpustakaan
14.5 Aktivitas siswa saat pengamatan di musala Gambar 14 Aktivitas Siswa saat Melakukan Pengamatan
Gambar tersebut merupakan aktivitas siswa saat melakukan pengamatan pada objek pengamatan yang telah dipilih oleh masing-masing kelompok. Pada gambar 14.1 merupakan aktivitas siswa saat melakukan pengamatan di taman sekolah. Pada gambar tersebut, terlihat aktivitas seluruh anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam melakukan pengamatan dilingkungan taman sekolah. Aktifnya seluruh anggota kelompok karena antusias mereka dalam melakukan pengamatan pada objek sesuai dengan keinginan anggota kelompok sehingga pengamatan yang dilakukan berjalan dengan maksimal. Gambar 14.2 adalah
194
gambar aktivitas siswa saat melakukan pengamatan di koperasi sekolah. Pada siklus I, siswa tidak berani menanyakan tentang koperasi sekolah kepada narasumber. Hal itu dikarenakan siswa belum terbiasa berwawancara dengan narasumber. Gambar 14.3 merupakan gambar aktivitas siswa saat melakukan pengamatan di lapangan olah raga. Pada gambar tersebut terlihat beberapa siswa sedang mengamati tiang bendera yang sedang dalam renovasi atau perbaikan. Siswa tersebut antusias mengamati lapangan olah raga dan sekeliling lapangan olah raga yang sedang dalam perbaikan. Siswa tersebut tidak malu bertanya kepada tukang yang sedang bekerja memperbaiki tiang bendera. Keberanian siswa dalam bertanya kepada tukang, menjadikan data yang dicarinya lengkap sehingga akan memudahkan kelompok tersebut dalam penulisan laporan pengamatan. Gambar 14.4 adalah gambar aktivitas siswa saat mengamati perpustakaan sekolah. Pada gambar tersebut terlihat kerjasama antaranggota kelompok yang terjalin dengan baik dalam melakukan pengamatan. Terlihat beberapa siswa mendata halhal penting yang ditemukan. Pada gambar tersebut terlihat narasumber sedang mendampingi siswa dalam melakukan pengamatan. Gambar 14.5 merupakan gambar aktivitas siswa saat melakukan pengamatan di musala. Siswa terlihat santai dalam mengamati musala. Anggota kelompok terlihat kompak dalam melakukan pengamatan. Selain dengan pengamatan langsung, anggota kelompok tersebut mencari tahu fasilitas yang terdapat di dalam musala dari data yang terdapat di musala. Selain gambar aktivitas siswa saat mendengarkan penjelsan guru, saat bertanya kepada guru, dan saat melakukan pengamatan, gambar berikut
195
merupakan gambar aktivitas siswa ketika mewawancarai narasumber. Gambar tersebut ditunjukkan pada gambar 15.
Gambar 15 Aktivitas Siswa saat Mewawancarai Narasumber
Gambar 15 merupakan gambar aktivitas siswa saat mewawancarai narasumber. Beberapa siswa terlihat aktif bertanya kepada narasumber untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan objek yang sedang diamatinya. Wawancara dengan narasumber melatih keberanian siswa dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dari gambar tersebut dapat dilihat keseriusan siswa dalam keingintahuan siswa terhadap objek yang diamati. Wawancara dengan narasumber membantu siswa mendapatkan data-data yang dibutuhkan secara akurat. Dalam gambar tersebut terlihat pula narasumber memberikan informasi tentang objek yang diamati.
Selain dalam mewawancarai narasumber, gambar berikut
merupakan gambar aktivitas siswa ketika mendiskusikan laporan pengamatan.
196
Gambar 16 Aktivitas Siswa saat Mendiskusikan Laporan Pengamatan
Gambar 16 merupakan gambar aktivitas siswa saat melakukan diskusi bersama kelompoknya tentang laporan pengamatan yang ditulisnya. Kelompok yang terlihat pada gambar tersebut tidak semua aktif dalam diskusi kelompok, ada yang menulis, ada yang mencontek, ada yang berdiskusi, dan ada yang sedang menoleh kearah kelompok lain. Diskusi kelompok tentang menulis laporan pengamatan belum terjadi dengan baik karena tidak semua anggota kelompok mengikti diskusi tersebut. Penulisan laporan pengamatan ditulis secara individu meskipun dalam pelaksanaan pengamatan, penulisan data, dan penyususnan kerangka laporan dilaksanakan secara berkelompok. Meskipun terdapat beberapa kelompok yang menulis laporan pengamatan secara kelompok, namun seluruh anggota kelompok menulis laporan pengamatan secara individu dengan isi laporan yang sama antaranggota kelompok. Setelah siswa menulis lapran hasil pengamatan,
kemudian
tiap-tiap
kelompok
mempresentasiakn
laporan
pengamatan yang ditulisnya. Presentasi laporan pengamatan ditunjukkan dengan gambar berikut.
197
Gambar 17 Aktivitas Siswa saat Presentasi Laporan Pengamatan
Gambar 17 merupakan gambar aktivitas siswa saat mempresentasikan laporan pengamatan yang telah ditulisnya. Tiap-tiap kelompok mempresentasikan laporan hasil pengamatn tersebut di depan kelas. Perwakilan kelompok membacakan laporan pengamatan yang telah ditulis bersama kelompoknya. Dari gambar tersebut seluruh anggota kelompok terlihat menyimak tulisan laporan pengamatan miliknya saat perwakilan kelompok mempresentasikan laporan pengamatan. Hal tersebut dilakukan anggota kelompok untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan pada saat perwakilan kelompok membacakan laporan pengamatan sehingga jika terjadi kesalahan, anggota kelompok dapat membantu membenarkan pembacaan. Setelah tiap-tiap kelompok mempresentasikan laporan pengamatan, guru memberikan beberapa pertanyaan untuk mengetes tiap kelompok tentang laporan pengamatan yang telah ditulisnya. Aktivitas tersebut ditunjukkan dengan gambar berikut.
198
Aktivitas siswa saat mendapat pengujian laporan pengamatan oleh guru
Aktivitas siswa saat akan menjawab pertanyaan dari guru Gambar 18 Aktivitas saat Pengujian Laporan Pengamatan oleh Guru
Dari gambar 18 dapat dilihat aktivitas saat pengujian laporan pengamatan yang dilakukan oleh guru terhadap kelompok yang telah melaporkan laporannya. Pada gambar pertama, siswa terlihat santai menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru, sedangkan pada gambar kedua, siswa terlihat serius menanggapi pertanyaan guru. Guru terlihat serius pula memberikan pertayaan kepada siswa sebagai pengujian atas laporan yang telah dipaparkannya. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan serius pula. Jika siswa akan menjawab pertanyaan yang disampaikan guru, terlebih dahulu siswa tersebut harus mengacungkan tangan sebagai tanda siap menjawab pertanyaan guru. Pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh siswa diberikan kepada kelompok lain yang mendapatkan objek
199
sama dengan kelompok presentasi. Pertanyaan dan jawaban yang diberikan dijadikan tambahan sebagai perbaikan dlam penulisan laporan pada siklus II.
Penyerahan Penghargaan kepada Kelompok Terbaik
Penyerahan Penghargaan kepada Siswa yang Mendapat Nilai Tertinggi
Gambar 19 Aktivitas saat Penyerahan Penghargaan oleh Guru
Gambar 19 merupakan aktivitas saat penyerahan penghargaan oleh guru kepada kelompok dan siswa yang mendapatkan nilai tertinggi pada penulisan laporan pengamatan yang telah ditulisnya. Gambar pertama adalah penyerahan hadiah kepada kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi, sedangkan gambar kedua adalah penyerahan hadiah kepada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi pada siklus I. Penyerahan hadiah tersebut dilakukan sebagai penghargaan kepada siswa berprestasi dalam penulisan laporan pengamatan yang telah ditulisnya dengan tujuan agar siswa lain termotivasi dan lebih baik dalam mengikuti pelajaran. Dari gambar tersebut, terlihat siswa menerima hadiah dengan senang hati.
200
4.1.1.4 Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil tes ketermpilan menulis laporan pengamatan pada siklus I dapat diketahui bahwa nilai rata-rata menulis laporan pengamatan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang sebesar 67,38. Hasil tes tersebut belum memenuhi target minimal atau kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 70. Sebanyak 22 siswa memperoleh nilai memenuhi kriteria ketuntasan minimal atau KKM, yaitu 70 dan >70. Sebanyak 18 siswa memperoleh nilai belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal, yaitu nilai masih di bawah 70. Rendahnya hasil tes menulis laporan pengamatan disebabkan oleh siswa belum terbiasa menulis laporan pengamatan dengan memperhatikan aspek-aspek penting dalam menulis laporan. Selain itu, siswa tidak pernah mengetahui laporan yang baik dan benar sehingga siswa menulis laporan dengan kemampuan sendiri tanpa memperhatikan aspek-aspek dalam menulis khususnya menulis laporan. Pengetahuan siswa dalam menulis laporan juga masih sangat rendah. Materi laporan hanya diberikan oleh guru tanpa meminta siswa untuk menuliskan laporan sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga siswa hanya mengetahui materi tanpa pengalaman dalam menulis laporan. Materi yang diajarkan guru hanya terpaku pada lembar kerja siswa (LKS) dan tidak mengambil materi dari buku teks sehingga pengetahuan siswa hanya sebatas pada LKS. Hasil tes keterampilan menulis laporan pengamatan siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang secara keseluruhan tergolong dalam kategori cukup dengan nilai rata-rata 67,38. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tes keterampilan menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapngan perlu
201
ditingkatkan. Tindakan yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan perlu diperhatikan lebih cermat. Tindakan tersebut merupakan keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas menulis laporan pengamatan, keseriusan siswa dalam berdiskusi kelompok, dan keseriusan siswa dalam melakukan pengamatan. Hal ini membantu siswa dalam menghasilkan tulisan menulis laporan pengamatan yang lebih baik. Selain hasil tes, hasil observasi, jurnal siswa dan jurnal guru, serta dokumetasi foto memperlihatkan perilaku siswa yang beragam. Perilaku tersebut ada yang positif dan ada yang negatif. Sebagian besar siswa dalam kelas tersebut merasa senang mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan, tetapi masih terdapat beberapa siswa yang belum mampu menulis laporan pengamatan dengan baik. Hal-hal negatif yang terjadi pada tindakan siklus I harus diperbaiki agar dapat menjadi hal yang positif pada pelaksanaan siklus II. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, pendekatan terhadap siswa harus dimaksimalkan agar siswa lebih percaya diri dalam melakukan pengamatan, dalam proses diskusi, dan dalam menulis laporan pengamatan. Kelebihan model pembelajaran jurisprudensial berbasis wisata lapangan yang diterapkan adalah siswa dapat menggali pengetahuannya sendiri dengan melakukan pengamatan pada objek pengamatan, siswa mendapat tambahan pengetahuan, yaitu pada kegiatan pengujian hasil laporan yang dilakukan oleh guru, serta seluruh siswa aktif dalam pembelajaran. Kekurangan model pembelajaran yang digunakan oleh guru, di antaranya siswa merasa asing dengan
202
model yang digunakan guru karena kegiatan pembelajaran sebelumnya belum pernah menggunakan model yang sama sehingga sebagian siswa masih bingung apa yang harus dilakukan. Penekanan terhadap materi menulis laporan khususnya aspek-aspek yang harus dipehatikan dalam menulis laporan harus lebih ditingkatkan. Aspek-aspek tersebut di antaranya, karaktersitik judul, kesesuaian isi, penyusunan kerangka laporan, keruntutan pemaparan, ejaan, diksi, kalimat, dan kerapian tulisan. Dengan adanya kemantapan dalam menguasai aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menulis laporan, penulisan laporan tersebut dilaksanakan secara maksimal agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal pula. Selain itu, diharapkan adanya perubahan perilaku siswa kearah yang lebih baik. Untuk itu, pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siklus II direncanakan dengan lebih baik.
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II Tindakan yang diberikan pada siklus II merupakan tindakan perbaikan dari siklus I. Tindakan tersebut dilakukan karena pada siklus I hasil tes mneulis laporan pengamatan siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang berada dalam kategori cukup, yaitu 67,38. Hasil tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal atau KKM yang telah ditentukan, yaitu 70. Selain untuk memperbaiki nilai tes dalam menulis laporan pengamatan, siklus II dilakukan sebagai perbaikan perilaku negatif siswa yang terjadi pada siklus I dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan. Dengan demikian, tindakan yang dilakukan pada siklus II
203
untuk memerbaiki nilai tes menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa. Perbaikan pada siklus II dilaksanakan dengan rencana yang lebih matang dan lebih baik. Rencana tersebut di antaranya melakukan perbaikan yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Melalui usaha tersebut, diharapkan hasil penelitian pada siklus II dapat meningkat dari kategori cukup menjadi kategori baik. Harapan meningkatnya nilai tes menulis laporan pengamatan siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang, diharapkan pula adanya perubahan perilaku siswa ke arah positif dalam mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Hasil tes dan nontes pada siklus II diuraikan sebagai berikut.
4.1.2.1 Proses Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan Melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan Pemberian tindakan pada siklus II adalah penyempurnaan dari tindakan siklus I. Pada tahap ini, guru menjelaskan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada laporan yang telah ditulis pada siklus I. Selanjutnya siswa diberi bimbingan agar pelaksanaan kegiatan menulis laporan pada siklus II lebih baik dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II sama seperti pelaksanaan pada siklus I, yakni dua kali pertemuan atau 4x40 menit. Proses pembelajaran keterampilan
menulis laporan pengamatan
melalui model
jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siklus II hampir sama dengan
204
proses pembelajaran pada siklus I. Kegiatan yang dilaksanakan saat pembelajaran siklus II sama dengan kegiatan pada siklus I, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pelaksanaan tindakan siklus II dipaparkan sebagai berikut. Kegiatan pendahuluan pada pertemuan pertama diawali dengan mengulas pembelajaran yang dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya serta memberikan motivasi pada siswa agar lebih baik dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siklus II. Materi yang ditekankan pada pertemuan pertama siklus II adalah langkah penyusunan kerangka laporan agar siswa tidak mendapat kesulitan pada penyusunan laporan pengamatan siklus II. Pada pertemuan pertama, siswa sudah dapat melakukan persiapan dan pengondisian kelas tanpa perintah guru sebelum pembelajaran dilaksanakan. Siswa sudah terbiasa dengan kehadiran guru dan peneliti sehingga siswa berperilaku baik terhadap guru dan peneliti. Suasana kelas yang sebelumnya sulit dikendalikan oleh guru, pada siklus II suasana kelas sudah dapat dikendalikan dengan baik sehingga siswa lebih siap dalam menerima pelajaran. Kondisi kelas yang sudah dapat dikendalikan dengan baik membuat pembelajaran pada siklus II berjalan dengan lancar. Pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang pelajaran yang telah dilaksanakan sebelumnya, siswa antusias dan semangat menjawab pertanyaan tersebut, bahkan hampir seluruh siswa menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru. Pada pertemuan pertama siklus II, siswa ingin segera melakukan pengamatan pada objek pengamatan karena siswa merasa data atau hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I kurang maksimal. Pertemuan
205
kedua pada tahap pendahuluan juga sudah dikatakan berhasil karena adanya perubahan perilaku siswa yang semula kurang baik menjadi lebih baik. Selain itu, siswa yang biasanya tidak mematuhi perintah guru, pada pertemuan kedua siklus II siswa sudah dapat berinisiatif sendiri untuk melakukan aktivitas belajar seperti siswa yang lain. Perubahan tersebut terlihat saat guru akan memberikan aba-aba untuk bergabung dengan kelompoknya, ternyata siswa sudah paham dan sudah duduk langsung dengan kelompoknya sehingga siswa hanya membalikan kursi agar membentuk sebuah kelompok. Kegiatan yang selanjutnya adalah kegiatan inti. Kegiatan inti pada siklus II sama halnya dengan kegiatan inti pada siklus I, hanya saja terdapat perbedaan dari siklus I. Pada kegiatan inti siklus II pertemuan pertama, tahapan orientasi terhadap kasus, siswa mendapat arahan dari guru sebelum melakukan wisata lapangan untuk pengamatan pada objek. Ketika siswa mendapat arahan dari guru, siswa memperhatikan arahan tersebut dengan serius. Antusias siswa terlihat meningkat dibandingkan pada siklus I. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar aktivitas siswa mendengarkan penjelasn guru. Perbaikan yang dilakukan oleh guru saat menjelaskan adalah pandangan guru yang menyeluruh terhadap siswa sehingga seluruh siswa dapat dipantau oleh guru. Pada saat siswa mendapatkan lembar pengamatan yang dibagikan guru, perwakilan kelompok terlihat antusias untuk mengambil lembar tersebut karena seluruh kelompok ingin segera melakukan pengamatan kembali untuk memperbaiki data hasil pengamatan sebelumnya. Setelah mendapat arahan dan menerima lembar pengamatan, siswa melakukan pengamatan dengan penambahan waktu 10 menit yang tadinya lama
206
pengamatan 20 menit menjadi 30 menit. Penambahan waktu tersebut berdasar hasil refleksi pada siklus I. Selama pengamatan, siswa mencatat pada lembar pengamatan hal-hal penting yang ditemukan sebagai perbaikan dari data sebelumnya.
Aktivitas siswa saat mendengarkan penjelasan guru
Aktivitas siswa saat mendapat lembar pengamatan
Aktivitas siswa saat mengamati objek Gambar 20 Tahap Orientasi terhadap Kasus
Pada gambar tahap orientasi terhadap kasus, siswa terlihat begitu antusias. Hampir seluruh anggota kelompok aktif dalam proses pengamatan. Antusias siswa dalam melakukan pengamatan dapat dilihat pada gambar aktivitas siswa saat mengamati objek. Dari gambar tersebut dapat dilihat hampir seluruh anggota
207
kelompok mengamati objek pengamatan dengan serius, sedangkan anggota kelompok yang lain mencatat temuan yang ditemukan ketika pengamatan. Usai orientasi terhadap kasus yang dilakukan dengan beberapa kegiatan, kegiatan selanjutnya adalah mengidentifikasi isu atau kasus. Pada kegiatan ini, siswa mengemukakan temuan barunya kepada guru dengan disertai penyebab terjadinya masalah yang mereka temukankemudian bersama kelompoknya, siswa mendiskusikan data-data baru yang telah didapatkannya dengan mencari penyelesaian
dari
masalah
yang
mereka
temukan
kemudian
siswa
mengembangkan pokok-pokok laporan yang telah mereka catat. Setelah itu, bersama kelompoknya, siswa menyusun kerangka laporan berdasar data-data yang telah mereka catat sebagai perbaikan dari kerangka laporan sebelumnya. Pada kegiatan penetapan posisi yang merupakan kegiatan setelah identifikasi isu atau kasus, siswa menentukan kedudukannya di dalam masalah yang telah mereka temukan selama berwisata lapangan kemudiansiswa berusaha mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya dan usaha yang harus dilakukannya di dalam masalah yang mereka hadapi. Hal tersebut dicantumkan pada kerangka laporan sebagai bahan penulisan laporan pengamatan.
208
Gambar 21 Aktivitas Siswa Mendiskusikan Data Hasil Pengamatan pada Tahap Identifikasi Isu atau Kasus
Dari gambar
tersebut terlihat anggota kelompok yang antusias
mengungkapkan dan mendiskusikan data hasil pengamatannya pada objek yang telah dipilihnya. Dalam kelompok itu seluruh anggota kelompok aktif menyimak dan berdiskusi dengan baik. perwakilan anggota kelompok yang membacakan data-data pengamatan terlihat gembira. Salah satu penyebab meningkatnya keterampilan siswa dalam menulis laporan, yaitu antusias dan rasa senang. Sama halnya dengan kegiatan pada siklus I, kegiatan pada siklus II berlangsung sampai pada tahap ketiga. Siswa mampu menulis laporan pengamatan hanya sampai pada penyusunan kerangka laporan, namun perbedaannya adalah siswa tidak mengalami kesulitan saat penyusunan kerangka laporan pada siklus II. Setelah penyusunan kerangka laporan, siswa ingin segera menulis laporan pengamatan sebagai perbaikan siklus I. Hal tersebut tidak dapat dilaksanakan pada pertemuan pertama siklus II karena waktu pelajaran tidak mencukupi sehingga penulisan laporan pengamatan dilaksanakan pada petemuan kedua.
209
Kegiatan inti pertemuan pertama siklus II berlangsung lebih baik dibanding pada siklus I. Setelah kegiatan inti, pada pertemuan pertama siklus II diakhiri dengan kegiatan penutup. Pada kegiatan penutup, guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajarinya pada saat itu, yaitu tentang penyusunan kerangka laporan dan pengamatan yang dilakukan dengan wisata lapangan. Setelah itu, guru dan siswa merefleksikan pembelajaran pada saat itu yang diisi dengan tanya jawab materi yang didapatkan, ungkapan perasaan siswa selama pembelajaran, dan kesulitan yang dihadapi. Kemudian,guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk mempelajari aspekaspek yang terdapat di dalam laporan dan materi yang telah disampaikan. Pelaksanaan siklus II pertemuan kedua merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Kegiatan awal pertemuan kedua sama halnya dengan pertemuan pertama, yaitu pengondisian siswa agar siap belajar. Pada kegiatan pengondisian siswa siklus II lebih mudah dilakukan dibanding pada siklus I. Setelah siswa terkondisi dengan baik, guru mengadakan apersepsi tentang materi sebelumnya. Pada kegiatan apersepsi, guru menyampaikan kekurangan yang terdapat pada penulisan laporan pengamatan siklus I. Setelah itu, guru menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari pada saat itu kemudian guru dan siswa bertanya jawab tentang tujuan dan manfaat pembelajaran. Setelah kegiatan pendahuluan, kegiatan inti siklus II merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan inti pertemuan pertama siklus II. Kegiatan inti yang dilaksanakan pada pertemuan kedua diantaranya mengeksplorasi contoh-contoh dan pola argumentasi. Pada kegiatan ini, siswa mendapatkan contoh laporan yang
210
dibagikan oleh guru sebagai contoh penulisan laporan pengamatan. Pemberian contoh laporan hanya diberikan pada siklus II. Hal ini merupakan pembeda proses pembelajaran antara siklus I dan siklus II. Pada kegiatan inti siklus I, siswa tidak mendapatkan contoh laporan pengamatan sehingga pada siklus I siswa menulis laporan sesuai dengan kemampuan individu, sedangkan pada pertemuan kedua siklus II, guru memberikan contoh laporan kepada siswa sebagai acuan siswa dalam perbaikan penulisan laporan pengamatannya. Setelah mendapat contoh laporan, siswa mulai menulis laporan dengan mengacu pada kerangka laporan yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya dan telah diperbaiki. Pada laporan pengamatan yang ditulis, siswa menuliskan beberapa pendapatnya disertai data-data yang mendukung. Pada kegiatan inti ini, siswa duduk dengan kelompoknya untuk mendiskusikan laporan yang dibuatnya agar menjadi lebih baik. Siswa sudah dapat mengembangkan kerangka laporan menjadi sebuah laporan pengamatan dengan sistematis sesuai dengan kerangka laporan yang telah disusun. Hal tersebut menandakan bahwa pembelajaran menulis laporan pengamatan pada siklus II mengalami peningkatan baik dalam pemahaman materi atau pun dalam perubahan perilaku.
211
Aktivitas siswa saat mengamati contoh laporan dan menulis laporan
Aktivitas siswa saat diskusi kelompok
Gambar 22 Tahap Eksplorasi Contoh dan Pola Argumentasi
Dari gambar tahap eksplorasi contoh dan pola argumentasi terlihat antusias dan keseriusan siswa dalam mengamati contoh laporan, menulis laporan, dan berdiskusi kelompok dalam penulisan laporan. Seluruh siswa dalam anggota kelompok terlihat aktif. Antusias dan keaktifan siswa dalam kelompok berpengaruh terhadap proses pembelajaran sehingga mengakibatkan adanya peningkatan dalam keterampilan menulis laporan pengamatan. Setelah penulisan laporan pengamatan dilaksanakan, dilanjutkan pada kegiatan menjernihkan dan menguji posisi. Pada kegiatan ini, siswa menetapkan posisnya sebagai warga sekolah dan kedudukan itu dipaparkan di dalam tulisannya yang dilanjutkan dengan kegiatan presentasi. Tiap-tiap perwakilan kelompok
mempresentasikan
laporan
pengamatannya
di
depan
kelas
kemudiansiswa atau kelompok lain menanggapi hasil laporan pengamatannya.
212
Aktivitas Siswa Mempresentasikan Laporan Pengamatan
Aktivitas Siswa Menanggapi Laporan Pengamatan yang Dipresentasikan
Gambar 23 Tahap Menjernihkan dan Menguji Posisi
Dari gambar tahap menjernihkan dan menguji posisi, terlihat antusias dan keseriusan siswa dalam mempresentasikan laporan pengamatan. perwakilan kelompok sungguh-sungguh dalam membacakan laporan pengamatan di depan kelas dan di hadapan guru. Anggota kelompok lain menyimak dengan serius laporan yang dibacakan perwakilan kelompoknya. Setelah pembacaan laporan, terdapat kelompok lain yang menanggapi laporan pengamatan yang telah dipresentasikan. Dari gambar siswa saat menanggapi, terlihat keberanian siswa dalam menanggapi, namun anggota kelompok lain menertawakan penanggap. Hal semacam itulah yang mengakibatkan randahnya keberanian siswa dalam menanggapi atau pun bertanya. Perbedaan yang terjadi pada siklus II ini terlihat signifikan. Pada siklus I, kelompok yang akan mempresentasikan laporan pengamatannya masih malu-malu dan enggan maju untuk membacakan hasil laporannya, namun pada siklus II ini, siswa antusias dalam mempresentasikan laporan pengamatan sehingga tiap-tiap kelompok rebutan untuk segera presentasi di depan kelas. Guru kewalahan
213
menertibkan siswa sehingga dicari alternatif lain, yaitu memilih kelompok berdasar kecepatan menyelesaikan penulisan laporan pengamatan. Saat siswa menulis laporan pengamatan, peneliti membantu guru mata pelajaran dalam memantau siswa menulis laporan pengamatan. Peneliti menanyakan kepada tiap kelompok apakah siswa sudah selesai menulis laporan pengamatannya atau belum. Peneliti mengingat kelompok-kelompok yang telah selesai terlebih dahulu dalam menulis laporan pengamatan. Dengan cara itulah ketertiban siswa dapat dipetahankan meskipun beberapa kelompok merasa kecewa karena tidak mendapat giliran pertama dalam mempresentasikan laporan pengamatan. Guru memberikan pertanyaan kepada tiap-tiap kelompok yang telah mempresentasikan laporan pengamatannya. Tiap-tiap kelompok mendapatkan pertanyaan dari guru sebagai pengujian asumsi yang melatarbelakangi penulisan laporan dan sebagai pertanggungjawaban siswa dalam penulisan laporannya.
Pengujian laporan pengamatan oleh guru
Aktivitas siswa saat menjawab pertanyaan dari guru
Gambar 24 Tahap Mengetes Asumsi Faktual yangMelatarbelakangi Posisi yang Diluluskannya
214
Siswa yang menjawab pertanyaan guru makin meningkat. Pada siklus I, siswa yang menjawab pertanyaan guru hanya satu siswa pada tiap kelompok, sedangkan pada siklus II siswa yang menjawab pertanyaan guru lebih meningkat, yaitu dua sampai dengan tiga siswa. Setelah semua kelompok mempresentasikan laporan pengamatan dan mendapatkan ujian dari guru tentang laporan yang ditulisnya, tiap-tiap siswa mengumpulkan laporan pengamatannya kepada guru untuk diketahui nilai dan mengetahui siswa dan kelompok dengan nilai tertinggi dalam penulisan laporan pengamatan. Pemnerian pertanyaan sebagai pengetesan asumsi faktual yang melatarbelakangi posisi yang diluluskannya merupakan tahapan terakhir pada model jurisprudensial. Setelah semua kelompok mempresentasikan
hasil
laporannya,
guru
meminta
tiap
siswa
untuk
mengumpulkan hasil penulisan laporannya untuk diketahui nilai laporan pengamatan pada siklus II. Kegiatan inti pertemuan kedua dilaksanakan dengan baik dan dilanjutkan dengan kegiatan penutup. Kegiatan penutup pada siklus II pertemuan kedua dilakukan dengan menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari saat itu, guru dan siswa merefleksikan pembelajaran. Pada kegiatan refleksi, guru menanyakan kesan-kesan selama mengikuti pelajaran menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, manfaat yang diperoleh siswa, dan harapan siswa dalam pembelajaran. Kegiatan terakhir adalah guru memberikan arahan kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Proses pembelajaran pada tahap ini sudah dapat dikatakan baik karena siswa sudah dapat menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial
215
berbasis wisata lapangan dengan lebih baik jika dibandingkan dengan penulisan laporan pengamatan pada siklus I. Semangat siswa yang muncul saat pembelajaran menulis laporan pengamatan berbasis wisata lapangan pada siklus II dibuktikan dengan aktifnya siswa pada saat bertanya dan mengeluarkan pendapat dibanding pada siklus I. Siswa lebih aktif berbagi dan berdiskusi dengan teman satu kelompoknya pada kegiatan diskusi maupun pada kegiatan pengamatan. Siswa jauh lebih terlibat dalam menulis laporan pengamatan dibandingkan pada siklus I. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa pada siklus II, dapat diketahui bahwa siswa sangat mendukung pembelajaran menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan karena model tersebut memudahkan siswa dalam menulis laporan pengamatan. selain itu, model tersebut dapat melatih keberanian siswa dalam berwawancara dengan narasumber. Perilaku-perilaku negatif siswa pada siklus I makin berkurang pada siklus II. Berdasarkan
uraian
tersebut,
dapat
disimpulkan
bahwa
proses
pembelajaran menggunkan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan sudah berjalan dengan baik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Secara keseluruhan, kegiatan yang dilakukan pada siklus II merupakan kegiatan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis laporan pengamatan.
216
4.1.2.2 Keterampilan
Menulis Laporan Pengamatan melalui Model
Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan Peningkatan keterampilan menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat dilihat dari hasil tes menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siklus II. Hasil tes pada siklus II merupakan perbaikan hasil tes menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang pada siklus II. Kriteria penilaian yang digunakan pada siklus II sama seperti aspek yang dinilai pada siklus I yang meliputi 8 aspek, yaitu (1) karakteristik judul; (2) kesesuaian isi laporan; (3) kerangka laporan; (4) keruntutan pemaparan; (5) ketepatan ejaan; (6) ketepatan diksi; (7) penggunaan kalimat; dan (8) kerapian tulisan. Secara keseluruhan, hasil tes pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 16 Hasil Tes Siklus II Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan
No.
Kategori
Rentang Nilai
F
Jumlah Nilai
%
1.
Sangat Baik
85‐100
15
1326
37,5
2.
Baik
70‐84
19
1477
47,5
3.
Cukup
60‐69
6
397
15
4
Kurang Baik
0‐59
0
0
0
Jumlah
40
3200
100
Persentase
Rata‐rata
Ketercapaian
Skor
KKM
217
Hasil tes menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siklus II sebesar 80 yang berada dalam kategori baik dengan ketutasan sebesar 85%. Skor rata-rata tersebut mengalami peningkatan sebesar 12,62 atau 18,73% dari hasil siklus I. Kategori sangat baik dicapai oleh 15 siswa atau 37,5% dalam rentang nilai 85-100. Kategori baik dicapai oleh 19 siswa atau 47,5% dalam rentang nilai 70-84. Kategori cukup baik dicapai oleh 6 siswa atau 15% dalam rentang nilai 60-69, dan tidak ada siswa yang berada dalam kategori kurang baik atau dalam rentang nilai 0-59. Jadi, siswa yang telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal sebanyak 34 siswa yang terdiri atas kategori sangat baik dan baik. Data di atas menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh kategori baik adalah siswa yang sudah dapat menulis laporan pengamatan dengan baik. Siswa tersebut sudah dapat menuangkan ide, gagasan, dan pengetahuannya berdasarkan data-data yang telah diperolehnya selama mengamati objek pengamatan ke dalam sebuah laporan tertulis. Selain itu, siswa dapat menerapkan delapan aspek di dalam penulisan laporan pengamatan dengan baik. Siswa yang memperoleh nilai dalam kategori cukup baik merupakan siswa yang belum dapat menerapkan delapan aspek yang harus diperhatikan di dalam penulisan laporan pengamatan yang tidak hanya dalam pelajaran bahasa Indonesia kompetensi menulis laporan saja tetapi dalam pelajaran yang lain. Hasil keterampilan menulis laporan pengamatan pada siklus II menunjukkan kategori baik dan sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal,
218
yaitu sebesar 70. Dari peningkatan nilai siswa yang signifikan, masih terdapat 6 siswa yang masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal atau KKM. Meskipun nilai keenam siswa tersebut belum mencapai KKM, tetapi sudah menunjukkan peningkatan dari hasil tes siklus I. Hasil tersebut merupakan gabungan dari hasil setiap aspek yang harus diperhatikan
dalam
menulis
laporan
pengamatan
menggunakan
model
jurisprudensial berbasis wisata lapangan, yang meliputi delapan aspek, yaitu (1) karakteristik judul; (2) kesesuaian isi laporan; (3) penyusunan kerangka laporan; (4) keruntutan pemaparan; (5) ketepatan ejaan; (6) ketepatan diksi; (7) penggunaan kalimat; dan (8) kerapian tulisan. Hasil tes menulis laporan pengamatan dengan menggunkan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan tiap aspek dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel-tabel di bawah ini merupakan perincian hasil tes siswa dalam menulis laporan pengamatan untuk tiap-tiap aspek pada siklus II.
4.1.2.2.1 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Karakteristik Judul Aspek karakteristik judul laporan difokuskan pada kesesuaian judul laporan dengan isi laporan, objek pengamatan, berupa frase, dan jelas.
Aspek ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membuat judul laporan yang sesuai dengan objek pengamatan dan isi laporan. Hasil tes dengan aspek karaktersistik judul dapat dilihat pada tabel berikut.
219
Tabel 17 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Karakteristik Judul No.
Kategori
Skor
F
Bobot
(%)
1.
Sangat Baik
8
33
264
82,5
2.
Baik
6
7
42
17,5
3.
Cukup Baik
4
0
0
0
4.
Kurang Baik
2
0
0
0
40
306
100
Jumlah
Skor Rata‐ rata
Persentase Ketercapaian KKM
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai 8 dalam kategori sangat baik sebanyak 33 siswa atau 82,5%. Siswa yang mendapat nilai baik sebanyak 7 siswa atau 17,5% dengan nilai 6 dalam kategori baik dan tidak ada siswa yang mendapat nilai 4 dan dua atau dalam kategori cukup dan kurang. Skor rata-rata yang diperoleh siswa adalah 7,65 atau 95,62 dan masuk dalam kategori sangat baik. Ketuntasan siswa pada aspek karakteristik judul dicapai oleh seluruh siswa, yaitu 40 siswa. Kutipan judul laporan pengamatan siswa yang berkategori sangat baik disajikan sebagai berikut. a. b. c. d. e.
Hasil Pengamatan di Koperasi Sekolah Laporan Pengamatan di Lapangan Olah Raga Laporan Pengamatan “Musala SMP Negeri 5 Batang” Laporan Pengamatan “Perpustakaan SMP Negeri 5 Batang” Laporan Pengamatan “Taman Sekolah SMP Negeri 5 Batang”
Kutipan judul laporan pengamatan di atas merupakan kutipan judul laporan pengamatan yang berkategori sangat baik. Judul-judul tersebut berada
220
dalam kategori sangat baik karena judul-judul di atas menandakan laporan pengamatan pada objek yang jelas dengan menyertakan objek pengamatan. Penyertaan objek pengamatan pada judul laporan pengamatan memudahkan pembaca mengetahui lokasi pengamatan. Terdapat beberapa judul laporan siswa yang kurang lengkap sehingga pembaca tidak dapat langsung mengetahui lokasi pengamatan. Laporan yang ditulis siswa hanya menggunakan judul “Laporan Hasil Pengamatan” tanpa menuliskan objek atau lokasi pengamatan. Akan tetapi, objek pengamatan ditulis siswa pada identitas “Lokasi Pengamatan”. Judul laporan yang baik ditulis secara lengkap seperti pada kutipan di atas. Berdasarkan hasil tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menuliskan judul laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan berada dalam kategori sangat baik. Melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat membantu siswa dalam memperoleh ide untuk penulisan judul laporan pengamatan sesuai dengan objek yang diamati.
4.1.2.2.2 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kesesuaian Isi Laporan Aspek kesesuaian isi laporan difokuskan pada kesesuaian isi laporan dengan objek yang diamati. Aspek ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis laporan pengamatan berdasarkan objek yang telah diamati, sistematis, dan sesuai dengan kerangka laporan yang telah dibuat berdasarkan data-data yang diambil ketika pengamatan di lapangan sehingga laporan yang
221
ditulis memuat semua ide mengenai objek yang diamati. Hasil tes menulis laporan aspek kesesuaian isi laporan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 18 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kesesuaian Isi Laporan dengan Judul dan Objek Pengamatan No
Kategori
Skor
F
Bobot
(%)
1.
Sangat Baik
16
30
480
75
2.
Baik
12
10
120
25
3.
Cukup Baik
8
0
0
0
4.
Kurang Baik
4
0
0
0
40
600
100
Skor Rata‐ rata
Persentase Ketercapaian KKM
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa di dalam aspek kesesuaian isi laporan terdapat 30 siswa mendapatkan skor 16 atau sebesar 75% yang berada dalam kategori sangat baik. Siswa yang mendapatkan skor 12 terdapat 10 siswa atau sebesar 25% berada dalam kategori baik, dan tiak terdapat siswa yang berada dalam kategori cukup dan kurang sehingga seluruh siswa mendapat ketuntasan dalam aspek kesesuaian isi laporan. Skor rata-rata pada aspek kesesuaian isi laporan adalah 15 dengan persentase ketercapaian KKM 100% dan masuk dalam kategori sangat baik. Ketuntasan nilai siswa pada aspek kesesuaian isi laporan dicapai oleh seluruh siswa yang berjumlah 40. Hal tersebut menunjukkan keberhasilan siswa dalam menulis laporan pengamatan. Kutipan tulisan siswa aspek kesesuaian isi laporan pada laporan pengamatan disajikan sebagai berikut.
222
a. Laporan Pengamatan “Perpustakaan SMP Negeri 5 Batang” Pada hari Sabtu, 2 Maret 2013 kelas VIIIB diperintahkan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk melakukan pengamatan di lingkungan sekolah. kami memilih perpustakaan sebagai objek pengamatan. Gedung perpustakaan teretak di belakang laboratorium TIK. Keadaan gedung perpustakaan SMP Negeri 5 Batang baik, bersih, dan nyaman. Setiap hari buku-buku selalu tertata rapi. Gedung dibangun belum lama. Dibangun sesuai dengan ukuran dan mendapatkan DAK. Fasilitas perpustakaan banyak dan memuaskan, seperti komputer, meja, kipas angin, kursi, almari, lampu, speaker, jam, rak buku, dan tempat sampah. fasilitas di sana cukup bagus dan memunyai jumlah yang banyak. Jumlah buku di perpustakaan sangat banyak. Jumlah seluruh buku ada 18.009 dan jumlah seluruh judul 1.601. Sebagian besar buku berbentuk persegi panjang, kotak, dan lain-lain. Macam-macam buku di perpustakaan, seperti buku fiksi, buku agama, Ilmu sosial, bahasa, matematika, dan lain-lain. Sebagian besar bermacammacam bentuk dan warna. Alat yang digunakan untuk peminjaman buku, yaitu kartu katalog dan waktu peminjaman buku untuk siswa dalam waktu satu minggu. Dengan demikian, perpustakaan memiliki banyak manfaat bagi siswa. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai tempat membaca buku, meminjam buku, dan mengerjakan tugas. Oleh: Lina Kumalasari Isi laporan di atas memaparkan tentang perpustakaan. Dalam laporan tersebut dipaparkan keadaan gedung perpustakaan, fasilitas perpustakaan, jumlah buku di perpustakaan, macam-macam buku di perpustakaan, alat yang digunakan untuk peminjaman buku. Pemaparan tersebut menandakan hal-hal yang berkaitan dengan objek pengamatan, yaitu perpustakaan. Dari pemaparan isi laporan tersebut, dapat diketahui kesesuaian isi laporan pengamatan dengan judul laporan
223
pengamatan. Selain isi laporan yang disajikan di atas, terdapat kutipan lain aspek kesesuaian isi laporan pengamatan disajikan sebagai berikut.
b. Laporan Pengamatan ”Musala SMP Negeri 5 Batang” Musala SMP Negeri 5 Batang adalah tempat ibadah setiap warga SMP Negeri 5. Musala SMP Negeri 5 terletak di bagian depan pojok sekolah. Keadaan musala belum tertata rapi tetapi sudah tercukupi peralatanperalatan salat. Pencetus musala di SMP Negeri 5 adalah Drs. Paham Suhardi. Aktivitas di musala SMP 5, yaitu salat sunah Duha yang diimami oleh wali kelas masing-masing, kecuali wali kelasnya wanita bisa diwakilkan oleh Pak Tarto, Pak Siswadi, dan guru laki-laki lain yang beragama Islam. Barang-barang yang ada di musala, meliputi dua buah Alquran dengan warna kuning dan biru dengan gambar Kakbah. Tujuh buah sarung dengan motif kotak-kotak, karpet sajadah dengan warna merah bergambar masjid berbahan karpet. Delapan sajadah berwarna kuning, biru, merah, hijau dengan gambar masjid terbuat dari kain. Empat belas mukena berwarna putih, kuning, cokelat yang terbuat dari kain. Satu buah jam dinding yang terbuat dari plastik dengan warna biru putih, satu cermin terbuat dari kaca, satu almari terbuat dari kayu, berwarna cokelat dan ada kacanya. Oleh: Dios Bagus Kutipan isi laporan di atas memaparkan tentang musala SMP Negeri 5 Batang. Laporan pengamatan tersebut memaparkan lokasi dan keadaan gedung musala, aktivitas di musala, dan barang-barang yang terdapat di musala. Pemaparan tersebut sesuai dengan judul laporan dan sesuai dengan objek pengamatan. Selain itu, isi laporan tersebut fokus dalam satu objek pengamatan, yaitu musala SMP Negeri 5 Batang.
224
c. Laporan Pengamatan “Lapangan Olah Raga SMP Negeri 5 Batang” Kondisi lapangan SMP Negeri 5 Batang tertata dengan rapi. Kondisi lapangan SMP Negeri 5 Batang memunyai kondisi yang lengkap dan tidak lengkap. Seperti halnya kondisi lapangan yang kurang lengkap adalah tidak menyediakan lapangan sepak bola, tidak menyediakan lapangan bulu tangkis, tidak menyediakan lapangan futsal, dan lain-lain. Dan kondisi lapangan yang lengkap adalah menyadiakan lapangan voly, lapangan basket, dan menyadiakan bola basket dan bola voly yang lengkap. Keadaan sekeliling lapangan SMP Negeri 5 Batang di kelilingi olah banyaknya pohon di keliling lapangan yang membuat lapangan menjadi teduh dan enak dipandang. Di lapangan SMP negei 5 Batang menyediakan beberapa tempat sampah di sekelilingnya, dan banyak penjual di pinggir lapangan. Dan menyediakn tempat parkir untuk siswa. Parkiran itu yang terletak di samping lapangan. Guru olah raga SMP Negeri 5 Batanng adalah Drs. Suharto, S.Pd. dan Drs.Waluyo, S.Pd.. Drs Suharto mengajarkan untuk kelas VII dan kelas VIII, sedangkan Drs. Waluyo mengajar kelas VIII dan kelas IX. Drs. Suharto memiliki sifat yang baik, selalu berusaha, rajin, dan keras, dan Drs. Waluyo memiliki sifat yang kelas, selalu berusaha, senang bercanda dengan murid-muridnya. Kedua pengajar itu sama-sama memiliki karekter yang keras, dan mereka juga selalu berusaha mengajar muridnya sampai bisa. Oleh: Siska Rinawati Kutipan isi laporan di atas memaparkan tentang lapangan olah raga SMP Negeri 5 Batang. Laporan pengamatan tersebut memaparkan tentang keadaan lapangan, keadaan di sekitar lapangan, dan nama pengajar olah raga. Pemaparan tersebut sesuai dengan judul laporan, yaitu laporan pengamatan di lapangan olah raga SMP Negeri 5 Batang. Kesesuaian isi dengan judul tersebut menandakan kesesuaian isi laporan dengan objek pengamatan.
225
d. Laporan Pengamatan “Koperasi Sekolah SMP Negeri 5 Batang” Pada hari sabtu, 2 Maret 2013 kelas VIII B diperintahkan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk melakukan pengamatan di lingkungan sekolah. Kami memilih koperasi sekolah sebagai objek pengamatan. Lokasi koperasi sekolah yang strategis mudah dijangka oleh para guru dan para murid, hanya gedung koperasi sekolah yang masih sangat kecil dan sempit. Di dalam koperasi ditata dengan sebaik-baiknya dan dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung, seperti kipas angin dan kulkas. Barang-barang penunjang guru dan siswa telah memadai, seperti buku penunjang untuk murid-murid, alat-alat tulis. Jajanan yang disediakan koperasi sekolah banyak dan bermacam-macam, seperti makanan ringan, minuman, jenis-jenis permen, dan juga jenis-jenis atribut sekolah. Didirikannya koperasi sekolah bertuuan untuk mensejahterakan anggotaanggota. Anggota koperasi sekolah terdiri dari para guru dan para siswa. Kaitan koperasi sekolah dengan pembelajaran tentang pelajaran IPS khususnya pada materi koperasi sekolah. Oleh: Ana Restu Kutipan isi laporan di atas memaparkan tentang koperasi sekolah yang ada di SMP Negeri 5 Batang. Dalam laporan tersebut dipaparkan tentang lokasi koperasi sekolah, barang-barang penunjang guru dan siswa, jajanan yang dijual di koperasi, tujuan koperasi sekolah, kaitan koperasi sekolah dengan pelajaran. Pemaparan pada kutipan isi laporan nomor 4 tersebut sesuai dengan judul laporan dan objek pengamatan. Kesesuaian isi laporan yang tepat dengan objek pengamatan menjadikan laporan pengamatan aspek kesesuaian isi laporan berada dalam kategori sangat baik.
e. Laporan Pengamatan “Taman Sekolah SMP Negeri 5 Batang”
226
Pada hari Sabtu, 2 Maret 2013 kelas VIII B diperintahkan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk melakukan pengamatan di lingkungan sekolah. Kami memilih taman sekolah sebagai objek pengamatan. Sejarah taman sekolah dan pencetus taman sekolah ialah Drs. Sugito, S.Pd. Taman sekolah dibangun pada tahun 1999 dan dirawat oleh bapa Muzazen sehingga taman itu kelihatan bersih dan enak dipandang. Benda-benda yang ada di taman sekolah, yaitu tiang bendera, pohon, lampu taman, kran air, dan batu. Di taman sekolah ada berbagai jenis pohon, dan lampu taman, begitu juga dengan batu-batunya. Keadaan taman sekolah yang bersih dan indah menajdikan suasana sekolah menjadi lebih indah dan enak dipandang oleh semua siswa siswi, bapak dan ibu guru, dan tamu yang datang ke SMP Negeri 5 Batang. Oleh: Nur Lilah Kutipan isi laporan di atas memaparkan tentang taman sekolah SMP Negeri 5 Batang. Dalam laporan tersebut dipaparkan tentang pencetus taman sekolah, perawat taman sekolah, benda-benda yang ada di taman sekolah, dan keadaan taman. Pemaparan pada kutipan isi laporan nomor 5 tersebut sesuai dengan judul laporan dan objek pengamatan, yaitu taman sekolah. Kutipan tulisan siswa aspek kesesuaian isi laporan di atas berada dalam kategori sangat baik karena kelima laporan tersebut menginformasikan lokasi pengamatan. Berdasarkan tabel dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis isi laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan berada dalam kategori sangat baik. Melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dapat membantu siswa dalam memperoleh ide untuk penulisan isi laporan pengamatan sesuai dengan objek yang diamati, sistematis, dan sesuai dengan kerangka laporan yang telah ditulisnya. Dengan penggunaan model tersebut memudahkan siswa dalam menuangkan ide dan gagasannya karena model jurisprudensial berbasis wisata
227
lapangan mengajak siswa berpikir secara luas tentang objek yang diamati. Siswa diharuskan menggali pengetahuan yang dimiliki dan mencari tahu kepada narasumber tentang objek yang diamati.
4.1.2.2.3 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerangka Laporan Aspek kerangka laporan difokuskan pada penyusunan kerangka laporan. Aspek ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyusun kerangka laporan pengamatan berdasarkan objek yang telah diamati, disusun secara kronologis, lengkap, dan sesuai dengan data. Hasil tes menulis laporan pengamatan aspek penyusunan kerangka laporan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 19 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerangka Laporan No
Kategori
Skor
F
Bobot
(%)
1.
Sangat Baik
16
23
368
57,5
2.
Baik
12
7
84
17,5
3.
Cukup Baik
8
10
80
25
4.
Kurang Baik
4
0
0
0
40
532
100
Jumlah
Skor Rata‐ rata
Persentase Ketercapaian KKM
Data yang terdapat pada tabel 19 menunjukkan hasil tes menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada aspek penyusunan kerangka laporan. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa di
228
dalam penyusunan kerangka laporan, terdapat 23 siswa atau 57,5% mendapat kategori sangat baik dengan skor 16, 7 siswa atau sebanyak 17,5% mendapat kategori baik dengan skor sebanyak 12. Siswa yang berada dalam kategori cukup baik berjumlah 10 siswa atau 25% dengan skor 8, dan tidak terdapat siswa yang berada dalam ketegori kurang. Siswa yang memperoleh ketuntasan dalam menulis laporan pengamatan pada aspek penyusunan kerangka laporan sebanyak 30 siswa yang masuk dalam kategori baik dan sangat baik. Secara keseluruhan, skor ratarata pada aspek penyusunan kerangka laporan adalah 13,3 atau dengan persentase ketercapaian sebesar 75% berada dalam kategori baik. Kutipan tulisan siswa aspek penyusunan kerangka laporan disajikan sebagai berikut. Kerangka laporan pengamatan “Perpustakaan SMP Negeri 5 Batang” a) Keadaan gedung perpustakaan b) Fasilitas perpustakaan c) Jumlah buku di perpustakaan d) Macam-macam buku di perpustakaan e) Alat yang digunakan untuk peminjaman buku Oleh: Lina Kumalasari Kerangka laporan yang di atas disusun secara sistematis. Diawali dengan keadaan gedung perpustakaan kemudian fasilitas perpustakaan dan dilanjutkan dengan jumlah buku di perpustakaan, macam-macam buku di perpustakaan dan terakhir adalah alat yang digunakan untuk peminjaman buku. Pemaparan tersebut dikatakan sistematis karena dimulai dari hal-hal yang bersifat umum, yaitu tentang keadaan gedung menuju ke hal-hal yang bersifat khusus, seperti alat yang digunakan untuk peminjaman buku. Kerangka laporan pengamatan “Musala SMP Negeri 5 Batang” a) Sejarah pembuatan musala b) Aktivitas di musala
229
c) Barang-barang yang ada di musala Oleh: Dios Bagus Sama halnya dengan kerangka laporan sebelumnya, kerangka laporan di atas disusun secara sistematis. Penyusunan kerangka laporan tersebut diawali dengan hal yang bersifat umum, yaitu sejarah pembuatan musala dan dapat pula dikatakan sebagai pendahuluan pada penulisan laporan, dilanjutkan dengan aktivitas di musala, serta barang-barang yang ada di musala. Penyusunan kerangka laporan yang sistematis memudahkan siswa dalam mengembangkan kerangka laporan ke dalam sebuah laporan pengamatan. Kerangka laporan pengamatan “Lapangan Olah Raga” a) Keadaan lapangan b) Keadaan disekitar lapangan c) Nama pengajar olah raga Oleh: Siska Rinawati Kerangka laporan di atas disusun secara sistematis yang diawali dengan pembuatan kerangka laporan yang bersifat umum menuju ke yang bersifat khusus. Keadaan lapangan menjadi kerangka kalimat pertama yang disusun siswa karena hal tersebut memaparkan tentang keadaan lapangan yang menjadi objek pengamatan. dilanjutkan dengan keadaan di sekitar lapangan yang menjadi bahasan tambahan dalam memaparkan lapangan olah raga, dan terakhir adalah guru yang mengajar olah raga sebagai bahasan yang lebih khusus dan sebagai pelengkap. Kerangka laporan pengamatan “Koperasi Sekolah” a) Lokasi koperasi sekolah b) Barang-barang penunjang guru dan siswa c) Jajanan yang dijual di koperasi d) Tujuan koperasi sekolah e) Kaitan koperasi sekolah dengan pelajaran
230
Oleh: Ana Restu Kerangka laporan tersebut disusun secara sistematis, tidak ganda, dan tidak “melompat-lompat”. Satu ide disampaikan dalam satu kerangka dan dilanjutkan dengan kerangka yang lain sehingga pengembangan kerangka laporan menjadi menjadi terarah. Lokasi koperasi sekolah disusun pertama karena hal tersebut merupakan pendahuluan sebelum membahas hal yang lebih khusus mengenai koperasi sekolah dan diakhiri dengan kaitan koperasi sekolah dengan pelajaran. Kaitan koperasi sekolah dengan pelajaran dibahas diakhir karena hal tersebut merupakan pelengkap dari pemaparan sebelumnya. Kerangka laporan “Taman Sekolah SMP Negeri 5 Batang” a) Pencetus taman sekolah b) Yang merawat taman sekolah c) Benda-benda yang ada di taman sekolah d) Keadaan taman Oleh: Nur Lilah Berbeda dengan kerangka laporan yang lain, kerangka laporan di atas disusun dari hal yang bersifat khusus ke hal yang bersifat umum. Pencetus taman sekolah merupakan hal yang bersifat khusus karena lebih khusus dibandingkan dengan bahasan setelahnya. Keadaan taman sekolah dianggap lebih umum dari yang lain karena keadaan taman merupakan simpulan dari laporan pengamatan tentang taman sekolah. Kutipan-kutipan di atas merupakan kutipan tulisan siswa aspek kerangka laporan. Aspek kerangka laporan pada siklus II berada dalam kategori baik. Hal tersebut dibuktikan dengan kutipan-kutipan di atas yang sistematis dan tidak berulang atau “melompat-lompat” dari bahasan satu ke bahasan yang lain.
231
Hasil tes pada penyusunan kerangka laporan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan ini disebabkan oleh pemahaman siswa tentang kerangka laporan yang makin matang. Dengan penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dan dibantu dengan adanya lembar pengamatan siswa dapat memudahkan siswa dalam penyusunan kerangka laporan. Kerangka laporan tersebut dijadikan sebagai acuan untuk dikembangkan menjadi isi laporan yang baik dan benar.
4.1.2.2.4 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Keruntutan Pemaparan Aspek keruntutan pemaparan difokuskan pada pemaparan yang sederhana, mudah dipahami, runtut, jelas, tegas, dan semua ide tersampaikan. Aspek ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memaparkan laporannya berdasar kerangka laporan yang telah disusunnya sehingga jalan cerita yang terdapat dalam laporan mudah dipahami. Hasil tes menulis laporan pengamatan aspek keruntutan pemaparan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 20 Keterampilan
Menulis
Laporan
Pengamatan
Aspek
Keruntutan
Pemaparan No.
Kategori
Skor
F
Bobot
(%)
1.
Sangat Baik
16
28
448
70
2.
Baik
12
9
108
22,5
3.
Cukup Baik
8
3
24
7,5
Skor Rata‐ rata
Persentase Ketercapaian KKM
232
4.
Kurang Baik Jumlah
4
0
0
0
40
580
100
Tabel tersebut merupakan data tes menulis laporan aspek keruntutan pemaparan. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa aspek keruntutan pemaparan berada dalam kategori sangat baik. Siswa yang mendapat kategori sangat baik berjumlah 28 siswa atau 70% dengan perolehan skor 16. Kategori baik yang berarti memiliki skor 12 berjumlah 9 siswa atau 22,5%, kategori cukup dengan skor 8 berjumlah 3 siswa atau 7,5%, dan tidak ada siswa yang mendapat kategori kurang baik. Secara keseluruhan, skor rata-rata pada aspek keruntutan pemaparan berada dalam kategori sangat baik, yaitu 14,5 atau dengan persentase ketercapaian sebesar 92,5%. Kutipan tulisan siswa aspek keruntutan pemaparan disajikan sebagai berikut. Pada hari Sabtu, 2 Maret 2013 kelas VIIIB diperintahkan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk melakukan pengamatan di lingkungan sekolah. Kami memilih perpustakaan sebagai objek pengamatan. Gedung perpustakaan teretak di belakang laboratorium TIK. Keadaan gedung perpustakaan SMP Negeri 5 Batang baik, bersih, dan nyaman. Setiap hari buku-buku selalu tertata rapi. Gedung dibangun belum lama. Dibangun sesuai dengan ukuran dan mendapatkan DAK. Fasilitas perpustakaan banyak dan memuaskan, seperti komputer, meja, kipas angin, kursi, almari, lampu, speaker, jam, rak buku, dan tempat sampah. fasilitas di sana cukup bagus dan memunyai jumlah yang banyak. Jumlah buku di perpustakaan sangat banyak. Jumlah seluruh buku ada 18.009 dan jumlah seluruh judul 1.601. Sebagian besar buku berbentuk persegi panjang, kotak, dan lain-lain. Macam-macam buku di perpustakaan, seperti buku fiksi, buku agama, Ilmu sosial, bahasa, matematika, dan lain-lain. Sebagian besar bermacammacam bentuk dan warna. Alat yang digunakan untuk peminjaman buku, yaitu kartu katalog dan waktu peminjaman buku untuk siswa dalam waktu satu minggu. Dengan demikian, perpustakaan memiliki banyak manfaat bagi siswa. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai tempat membaca buku, meminjam buku, dan mengerjakan tugas.
233
Oleh: Lina Kumalasari Kutipan tulisan siswa di atas berdasarkan aspek keruntutan pemaparan berada dalam kategori sangat baik. Kutipan tersebut berada dalam kategori sangat baik karena disusun secara runtut, sesuai dengan kerangka laporan, dan semua ide tersampaikan. Kerututan tulisan siswa sesuai dengan susunan kerangka laporan sebagai berikut. Kerangka laporan pengamatan “Perpustakaan SMP Negeri 5 Batang” a. Keadaan gedung perpustakaan b. Fasilitas perpustakaan c. Jumlah buku di perpustakaan d. Macam-macam buku di perpustakaan e. Alat yang digunakan untuk peminjaman buku Hal pertama yang dibahas dalam laporan tersebut adalah keadaan gedung perpustakaan. Setelah penjabaran gedung perpustakaan, dilanjutkan dengan fasilitas yang terdapat di dalam gedung perpustakaan. Susunan kerangka laporan tersebut sangat runtut sehingga memudahkan penjabaran. Jumlah buku dijabarkan setelah fasiltas yang terdapat di perpustakaan karena jumlah buku merupakan salah satu fasilitas yang terdapat di perpustakaan. Setelah penjabaran jumlah buku, hal yang selanjutnya dibahas adalah macam-macam buku. Macam-macam buku dibahas setalah jumlah buku karena macam-macam buku merupakan perincian dari jumlah buku yang terdapat di perpustakaan. Alat yang digunakan untuk meminjam buku dijabarkan terakhir karena merupakan bahasan lain dari sebelumnya. Hal tersebut merupakan pelengkap penjabaran sebelumnya dan untuk menginformasikan kepada pembaca tentang hal lain yang berkaitan dengan perpustakaan.
234
Pada hari Sabtu, 2 Maret 2013 kelas VIII B diperintah guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk melakukan pengamatan di lingkungan sekolah. Kami memilih musala sebagai objek pengamatan. Sejarah pembuatan musala SMP Negeri 5 Batang yang mencetuskan adalah Paham Suhardi, S.Pd. yang diberi nama musala Al-Hikmah. Aktivitas yang dilakukan di musala adalah salat sunah Duha yang diimami oleh Pak Tarto, Pak Suharto, Pak Sugeng, dan diimami oleh wali kelas masing-masing kecuali yang wali kelasnya perempuan, diimami oleh Pak Siswadi. Barang-barang yang ada di musala, meliputi Alquran 2 buah berwarna kuning dan biri dengan gambar Kakbah, berjumlah 33 juz, 114 surat, 6666 ayat. 7 buah sarung bermotif kotak-kotak, karpet sajadah berwarna merah dengan gambar masjid berbahan karpet. Sajadah 8 buah berwarna kuning, biru, merah, hijau dengan gambar masjid terbuat dari kain. 14 buah mukena berwarna biru, kuning, cokelat. Jam dinding terbuat dari plastik dengan warna biru, putih. Cermin terbuat dari kaca, dan almari satu buah terbuat dari kayu berwarna cokelat, ada kacanya. Oleh: Umi Istiqoma Kutipan tulisan siswa di atas berdasarkan aspek keruntutan pemaparan berada dalam kategori sangat baik. Kutipan tersebut berada dalam kategori sangat baik karena disusun secara runtut, sesuai dengan kerangka laporan, dan semua ide tersampaikan. Kerututan tulisan siswa sesuai dengan susunan kerangka laporan sebagai berikut. Kerangka laporan pengamatan “Musala SMP Negeri 5 Batang” a. Sejarah pembuatan musala b. Aktivitas di musala c. Barang-barang yang ada di musala Hal pertama yang dipaparkan dalam laporan di atas adalah sejarah pembuatan musala dan dianjutkan dengan aktivitas di musala. Sejarah pembuatan musala dipaparkan di awal karena dianggap sebagai pendahuluan atau terlebih dahulu menceritaka asal usul pembangunan musala SMP Negeri 5 Batang. Bahasan kedua yang dipaparkan setelah sejarah pembuatan musala adalah aktivitas di musala. Hal yang selanjutnya dipaparkan adalah barang-barang yang
235
terdapat di musala. Hal tersebut merupakan bagian penting dari isi laporan pengamatan. Laporan pengamatan berisi segala sesuatu yang diamati selama mengamati objek. Kondisi lapangan SMP negeri 5 Batang tertata dengan rapi. Kondisi lapangan SMP Negeri 5 Batang memunyai kondisi yang lengkap dan tidak lengkap. Seperti halnya kondisi lapangan yang kurang lengkap adalah tidak menyediakan lapangan sepak bola, tidak menyediakan lapangan bulu tangkis, tidak menyediakan lapangan futsal, dan lain-lain. Dan kondisi lapangan yang lengkap adalah menyadiakan lapangan voly, lapangan basket, dan menyadiakan bola basket dan bola voly yang lengkap. Keadaan sekeliling lapangan SMP Negeri 5 Batang di kelilingi olah banyaknya pohon di keliling lapangan yang membuat lapangan menjadi teduh dan enak dipandang. Di lapangan SMP negei 5 Batang menyediakan beberapa tempat sampah di sekelilingnya, dan banyak penjual di pinggir lapangan. Dan menyediakn tempat parkir untuk siswa. Parkiran itu yang terletak di samping lapangan. Guru olah raga SMP Negeri 5 Batanng adalah Drs. Suharto, S.Pd. dan Drs.Waluyo, S.Pd.. Drs Suharto mengajarkan untuk kelas VII dan kelas VIII, sedangkan Drs. Waluyo mengajar kelas VIII dan kelas IX. Drs. Suharto memiliki sifat yang baik, selalu berusaha, rajin, dan keras, dan Drs. Waluyo memiliki sifat yang kelas, selalu berusaha, senang bercanda dengan murid-muridnya. Kedua pengajar itu sama-sama memiliki karekter yang keras, dan mereka juga selalu berusaha mengajar muridnya sampai bisa. Oleh: Eko Khoirunisak Kutipan tulisan siswa di atas berdasarkan aspek keruntutan pemaparan berada dalam kategori sangat baik. Kutipan tersebut berada dalam kategori sangat baik karena disusun secara runtut, sesuai dengan kerangka laporan, dan semua ide tersampaikan. Kerututan tulisan siswa sesuai dengan susunan kerangka laporan sebagai berikut. Kerangka laporan pengamatan “Lapangan Olah Raga” a. Keadaan lapangan b. Keadaan disekitar lapangan c. Nama pengajar olah raga
236
Keadaan lapangan olah raga dibahas pertama kali dalam laporan pengamatan di atas. Hal tersebut terjadi karena siswa megamati keadaan lapangan terlebih dahulu sebelum mengamati keadaan sekitar lapangan. Keadaan lapangan merupakan salah satu inti dari isi laporan pengamatan yang harus dipaparkan siswa. Selain keadaan lapangan, hal yang dipaparkan siswa dalam laporan pengamatannya adalah keadaan di sekitar lapangan. Keadaan di sekitar lapangan termasuk hal penting yang harus dipaparkan dalam lapoan pengamatan siswa. Nama pengajar olah raga dibahas setelah keadaan lapangan dan keadaan di sekitar lapangan karena hal tersebut merupakan pelengkap informasi yang berkaitan dengan lapangan olah raga. Pada hari Sabtu, 2 Maret 2013 kelas VIII B diperintahkan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk melakukan pengamatan di lingkungan sekolah. Kami memilih koperasi sekolah sebagai objek pengamatan. Lokasi koperasi sekolah yang strategis mudah dijangka oleh para guru dan para murid, hanya gedung koperasi sekolah yang masih sangat kecil dan sempit. Di dalam koperasi ditata dengan sebaik-baiknya dan dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung, seperti kipas angin dan kulkas. Barang-barang penunjang guru dan siswa telah memadai, seperti buku penunjang untuk murid-murid, alat-alat tulis. Jajanan yang disediakan koperasi sekolah banyak dan bermacam-macam, seperti makanan ringan, minuman, jenis-jenis permen, dan juga jenis-jenis atribut sekolah. Didirikannya koperasi sekolah bertuuan untuk mensejahterakan anggotaanggota. Anggota koperasi sekolah terdiri dari para guru dan para siswa. Kaitan koperasi sekolah dengan pembelajaran tentang pelajaran IPS khususnya pada materi koperasi sekolah. Oleh: Ana Restu Kutipan tulisan siswa di atas berdasarkan aspek keruntutan pemaparan berada dalam kategori sangat baik. Kutipan tersebut berada dalam kategori sangat baik karena disusun secara runtut, sesuai dengan kerangka laporan, dan semua ide
237
tersampaikan. Kerututan tulisan siswa sesuai dengan susunan kerangka laporan sebagai berikut. Kerangka laporan pengamatan “Koperasi Sekolah” a. Lokasi koperasi sekolah b. Barang-barang penunjang guru dan siswa c. Jajanan yang dijual di koperasi d. Tujuan koperasi sekolah e. Kaitan koperasi sekolah dengan pelajaran Lokasi koperasi sekolah dipaparkan pertama kalinya karena hal tersebut merupakan pemaparan yang bersifat umum sebelum pemaparan pada hal yang bersifat khusus. Barang-barang penunjang guru dan siswa serta jajanan yang dijual di koperasi dipaparkan setelah lokasi koperasi sekolah karena kedua hal tersebut merupakan hal-hal yang bersifat khusus dan salah satu inti isi laporan pengamatan yang ditulis siswa. Tujuan koperasi sekolah dan kaitan koperasi sekolah dengan pelajaran merupakan paparan pelengkap dari paparan sebelumnya. Pada hari Sabtu, 2 Maret 2013 kelas VIII B diperintahkan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk melakukan pengamatan di lingkungan sekolah. Kami memilih taman sekolah sebagai objek pengamatan. Sejarah taman sekolah dan pencetus taman sekolah ialah Drs. Sugito, S.Pd. Taman sekolah dibangun pada tahun 1999 dan dirawat oleh bapa Muzazen sehingga taman itu kelihatan bersih dan enak dipandang. Benda-benda yang ada di taman sekolah, yaitu tiang bendera, pohon, lampu taman, kran air, dan batu. Di taman sekolah ada berbagai jenis pohon, dan lampu taman, begitu juga dengan batu-batunya. Keadaan taman sekolah yang bersih dan indah menajdikan suasana sekolah menjadi lebih indah dan enak dipandang oleh semua siswa siswi, bapak dan ibu guru, dan tamu yang datang ke SMP Negeri 5 Batang. Oleh: Nur Lilah Kutipan tulisan siswa di atas berdasarkan aspek keruntutan pemaparan berada dalam kategori sangat baik. Kutipan tersebut berada dalam kategori sangat baik karena disusun secara runtut, sesuai dengan kerangka laporan, dan semua ide
238
tersampaikan. Kerututan tulisan siswa sesuai dengan susunan kerangka laporan sebagai berikut. Kerangka laporan “Taman Sekolah SMP Negeri 5 Batang” a. Pencetus dan perawat taman sekolah b. Benda-benda yang ada di taman sekolah c. Keadaan taman Hal pertama yang dipaparkan dalam laporan tersebut adalah pencetus dan perawat taman sekolah. Dipaparkan di awal karena pencetus taman sekolah termasuk dalam sejarah pembuatan taman sekolah SMP Negeri 5 Batang dan kemungkinan besar siswa menganggap hal tersebut merupakan bagian awal sebelum memaparkan inti laporan. Benda-benda yang terdapat di taman sekolah dan keadaan taman dipaparkan setelah pencetus dan perawat taman sekolah karena hal tersebut merupakan inti laporan pengamatan. Laporan pengamatan memaparkan hal-hal yang ditemukan pada saat pengamatan. Dengan melihat peningkatan hasi tes pada siklus II aspek keruntuan pemaparan, dapat diketahui bahwa model jurisprudensial berbasis wisata lapangan membantu siswa dalam menata penulisan laporan pengamatannya sehingga menjadi sebuah laporan yang baik. Pada siklus II, sudah tidak ada siswa yang “melompat-lompat” dari pembahasan yang satu ke pembahasan yang lain sehingga penulisan laporan pada siklus II sudah runtut dan sesuai dengan kerangka laporan.
4.1.2.2.5 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Ejaan
239
Aspek ketepatan ejaan difokuskan pada penggunaan ejaan yang terdiri atas pemakaian huruf, tanda baca, dan kata dalam penulisan laporan. Aspek ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan siswa dalam menggunakan ejaan pada setiap tulisannya. Jumlah kesalahan yang berkaitan dengan ejaan pada penulisan laporan pengamatan siswa dihitung berdasarkan kriteria penilaian yang dikalikan dengan skor sesuai dengan jumlah kesalahan. Hasil tes menulis laporan pengamatan aspek ketepatan ejaan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 21 No
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Ejaan Kategori
Skor
F
Bobot
(%)
1.
Sangat Baik
8
13
104
30
2.
Baik
6
14
84
35
3.
Cukup Baik
4
10
40
25
4.
Kurang Baik
2
3
6
10
40
234
100
Jumlah
Skor Rata‐ rata
Persentase Ketercapaian KKM
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam aspek ketepatan ejaan sudah meningkat dari siklus I yang awalnya berada dalam kategori kurang baik, pada siklus II berada dalam kategori baik. Kategori sangat baik dengan skor 8 terdapat 13 siswa atau 30%. Siswa yang mendapat kategori baik dalam penulisan laporan pengamatan berjumlah 14 atau sebanyak 35% dengan jumlah skor 6, kategori cukup baik atau dengan skor 4 terdapat 10 siswa
240
atau 25%, sedangkan yang mendapatkan kategori kurang baik berjumlah 3 siswa atau 10% dengan skor 2. Jika dilihat dari hasil keseluruhan menulis laporan pengamatan aspek ketepatan ejaan memiliki skor rata-rata 5,85 atau persentase ketercapaian 67,5%. Kutipan tulisan siswa aspek ketepatan ejaan yang masuk dalam kategori baik disajikan sebagai berikut. a. “... ditata dengan sebaik-baiknya dan dilengkapai dengan vasilitas yang mendukung, seperti: kulkas dan kipas angin.” (oleh: Devi Intan) Kesalahan yang terdapat pada kutipan di atas terletak pada kata “vasilitas”. Kata “vasilitas” tersebut kurang tepat karena ejaan yang seharusnya digunakan adalah huruf “f” pada huruf pertama kata tersebut dan bukan huruf “v”. Kesalahan tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan siswa tentang ejaan yang benar dan kata “fasilitas” jarang digunakan dalam penulisan sehari-hari. Selain pada kesalahan penggunaan huruf pada kata “fasilitas”, kutipan yang dicetak miring terdapat pada penggunaan tanda baca sebelum kata “seperti”, yaitu koma (,). Penggunaan koma sebelum kata “seperti” kurang tepat digunakan karena pernyataan tersebut merupakan pernyataan lengkap, sedangkan tanda titik dua (:) yang digunakan setelah kata “seperti” tepat digunakan jika pernyataan lengkap tersebut diikuti rangkaian atau pemerian. Kutipan kalimat pada nomor 1 dengan penggunaan ejaan yang tepat adalah “ditata dengan sebaik-baiknya dan dilengkapai dengan fasilitas yang mendukung seperti: kulkas dan kipas angin.” b. “Alat yang di gunakan untuk peminjaman buku, yaitu: kartu katalog...” (oleh: Heru Wijaya) Kesalahan yang terjadi pada penggunaan ejaan kutipan di atas, yaitu penggunaan titik dua yang tidak tepat. Penggunaan tanda titik dua pada kutipan di
241
atas digunakan setelah kata “yaitu” untuk menjawab hal sebelumnya. Hal yang dibahas adalah kartu yang digunakan untuk meminjam buku yang dinamakan kartu katalog. Penggunaan ejaan yang tepat pada kutipan kalimat di atas adalah “Alat yang di gunakan untuk peminjaman buku, yaitu kartu katalog...“ c. “Benda-benda yang ada di taman sekolah yaitu, tiang bendera, pohon, ...” (oleh: Mareta) Kesalahan penggunaan tanda baca yang terdapat pada kutipan di atas terletak pada penggunaan tanda koma (,) setelah kata “yaitu” yang seharusnya terletak sebelumnya. Penggunaan ejaan yang tepat pada kutipan kalimat di atas adalah “Benda-benda yang ada di taman sekolah, yaitu tiang bendera, pohon, ...” Aspek ketepatan ejaan pada siklus II berada dalam kategori baik. Kutipan penggunaan ejaan yang berada dalam kategori baik disajikan di atas. Kutipan tersebut dikatakan dalam kategori baik karena kesalahan terjadi secara umum atau wajar. Meningkatnya hasil tes siswa pada aspek ketepatan ejaan karena siswa selalu mendapat arahan dari guru tentang ejaan yang digunakan dengan melihat hasil tes menulis laporan pengamatan pada aspek ketepatan ejaan siklus I. Peningkatan penggunaan ejaan pada siklus II terlihat signifikan dari siklus I. Meskipun masih terdapat beberapa siswa kurang tepat dalam penggunaan ejaan, namun lebih sedikit jika dibandingkan dengan siklus I. Kebiasaan yang masih sering terjadi pada tulisan siswa adalah penggunaan huruf kapital pada tiap-tiap kata, misalnya dalam kalimat “Fasilitas Perpustakaan Banyak Dan Memuaskan, Seperti Komputer, Meja, Kipas Angin, Kursi, Almari, Lampu, Speaker, Jam, Rak Buku, Dan Tempat Sampah. Fasilitas Di Sana Cukup Bagus Dan Memunyai
242
Jumlah Yang banyak.” Kebiasaan tersebut sulit dihindari siswa karena siswa terbiasa menyingkat kata-kata tersebut sejak kelas rendah. Pada siklus II, sebanyak 27 siswa mendapat nilai yang baik dalam penggunaan ejaan dengan jumlah kesalahan tidak lebih dari 10. Selebihnya, yaitu 13 siswa masih menggunakan ejaan yang kurang tepat pada tulisannya dengan jumlah kesalahan lebih dari 10.
4.1.2.2.6
Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Diksi
Hasil tes menulis laporan pengamatan pada aspek ketapatn diksi difokuskan pada penggunaan pilihan kata yang tepat pada penulisan laporan pengamatan yang ditulis siswa. Ketepatan diksi yang dimaksud adalah ketepatan pilihan kata, bermakn tunggal dan mudah dipahami. Hasil tes menulis laporan pengamatan aspek ketepatan diksi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 22 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Ketepatan Diksi No
Kategori
F
Bobot
(%)
1.
Sangat Baik
12
10
120
25
2.
Baik
9
18
162
45
3.
Cukup Baik
6
5
30
12,5
4.
Kurang Baik
3
7
21
17,5
40
333
100
Jumlah
Skor
Skor Rata‐ rata
Persentase Ketercapaian KKM
243
Data yang terdapat pada tabel tersebut menunjukkan rata-rata nilai menulis laporan pada aspek ketepatan diksi atau pilihan kata. Siswa yang mendapat kategori sangat baik dalam aspek pilihan kata berjumlah 10 siswa atau 25% dengan skor 12. Siswa yang mendapat kategori baik berjumlah 18 atau 45% dengan skor 8. Sementara itu, siswa yang mendapat kategori cukup lebih sedikit jika dibandingkan dengan kategori yang lain, yaitu berjumlah 5 siswa atau 12,5% dengan skor 6 dan siswa yang memperoleh kategori kurang berjumlah 7 siswa atau 17,5% dengan skor 3. Skor rata-rata yang terdapat pada aspek ketepatan diksi berjumlah 8,33 atau 69,42 dan masih berada dalam kategori cukup. Kutipan tulisan siswa aspek ketepatan diksi disajikan sebagai berikut. a. “Kondisi lapangan SMP Negeri 5 Batang mempunyai kondisi yang lengkap dan tidak lengkap.” (oleh: Erlina) Penggunaan pilihan kata yang tidak tepat pada kutipan di atas terletak pada kata “kondisi”. Kondisi merupakan kata lain dari “keadaan”, sedangkan yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah fasilitas atau sarana yang terdapat di lapangan olah raga. Kutipan kalimat di atas jika menggunakan diksi yang tepat adalah “Fasilitas lapangan SMP Negeri 5 Batang memunyai fasilitas yang lengkap dan tidak lengkap.” b. “Pada hari Sabtu, 2 Maret 2013 kelas VIIIB diperhatikan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk melakukan pengamatan.” (oleh: Diyan Novita) Dalam kutipan kalimat di atas terdapat penggunaan pilihan kata yang tidak tepat.
Penggunaan diksi yang tidak tepat pada kutipan di atas terletak pada
penggunaan kata “diperhatikan”. Kata “diperhatikan” tidak tepat digunakan
244
karena di dalam kalimat tersebut terdapat frase “guru bahasa Indonesia” dan frase “untuk melakukan pengamatan”, sedangkan kata yang lebih tepat untuk mengganti kata “diperhatikan” adalah “diperintahkan”. Jadi, kutipan di atas setelah menggunakan diksi yang tepat “Pada hari Sabtu, 2 Maret 2013 kelas VIIIB diperintahkan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk melakukan pengamatan.” Penggunaan kata “diperintahkan” lebih dapat diterima logika daripada kata “diperhatikan” untuk melengkapi kalimat tersebut. c. “Fasilitas disana cukup bagus dan mempunyai jumlah yang cukup bagus.” (oleh: Oktha) Penggunaan diksi yang tidak tepat pada kutipan di atas terletak pada penggunaan kata “bagus” dalam klausa “fasilitas di sana cukup bagus” dan “memunyai jumlah yang cukup bagus”. Kata “bagus” yang terdapat dalam kedua klausa tersebut tidak tepat digunakan karena kata bagus bermakna “elok” atau “baik sekali”, sedangkan untuk menandakan fasilitas yang baik lebih tepat menggunakan kata “lengkap” dan untuk menandakan jumlah, lebih tepat menggunakan kata “banyak”. Kutipan kalimat di atas setelah menggunakan diksi yang tepat adalah “Fasilitas disana cukup lengkap dan memunyai jumlah yang cukup banyak.” d. “Guru olah raga SMP Negeri 5 Batang adalah Drs. Suharto S.Pd dan Drs. Waluyo S.Pd.” (oleh: Dina Kusuma) Penggunaan diksi yang tidak tepat pada kitipan di atas terdapat pada penggunaan akronim “Drs” dan “S.Pd” secara bersamaan. Hal tersebut tidak tepat karena antara akronim “Drs” dan “S.Pd” berada dalam tingkatan yang sama atau merupakan hal yang sama, yaitu sama-sama gelar yang diberikan kepada
245
sessorang yang telah lulus ujian sarjana. Perbedaannya terletak pada periode pemberian gelar tersebut. “Drs” merupakan akronim dari “doktorandus” yang bermakna gelar akademis untuk laki-laki yang telah lulus ujian sarjana di perguruan tinggi, sedangkan gelar “S.Pd” kependekan dari “sarjana pendidikan” yang bermakna gelar strata satu yang dicapai oleh seseorang yang telah menamatkan pendidikan tingkat terakhir di perguruan tinggi. Gelar “Drs” diberikan kepada lulusan sarjana sebelum tahun 1993, sedangkan gelar “S.Pd” diberikan kepada lulusan sarjana setelah tahun 1993. Penggunaan gelar tersebut hanya satu gelar dengan menggunakan “Drs” atau “S.Pd”. Dengan demikian, penggunaan gelar dan nama yang tepat adalah “Guru olah raga SMP Negeri 5 Batang adalah Drs. Suhartodan Drs. Waluyo.” Atau “Guru olah raga SMP Negeri 5 Batang adalah Suharto S.Pd dan Waluyo S.Pd.” Penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan membantu siswa dalam menggunakan diksi yang tepat dalam penulisan laporan pengamatan jika dibandingkan dengan pilihan kata yang digunakan ketika pelaksanaan prasiklus dan siklus II. Peningkatan dalam aspek ketepatan diksi memang tidak begitu signifikan, tetapi pada siklus II, hasil tes menulis laporan pengamatan aspek ketepatan diksi mengalami peningkatan.
4.1.2.2.7 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Penggunaan Kalimat Hasil tes menulis laporan aspek penggunaan kalimat difokuskan pada penggunaan kalimat yang efektif dalam penulisan laporan pengamatan sesuai
246
dengan objek yang telah ditentukan. Penggunaan kalimat yang dimaksud adalah kalimat yang singkat, jelas, tidak ambigu, dan menggunakan penghubung yang tepat sehingga mudah dipahami dan kalimat menjadi efektif. Hasil tes menulis laporan pada aspek penggunaan kalimat dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 23 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Penggunaan Kalimat No
Kategori
Skor
F
Bobot
(%)
1.
Sangat Baik
12
9
108
22,5
2.
Baik
9
24
216
60
3.
Cukup Baik
6
6
36
15
4.
Kurang Baik
3
1
3
2,5
40
363
100
Jumlah
Skor Rata‐ rata
Persentase Ketercapaian KKM
Data yang terdapat pada tabel di atas menunjukkan hasil tes menulis laporan pengamatan aspek penggunaan kalimat. Pada aspek ini, terdapat 9 siswa yang mendapat skor 12 dengan kategori sangat baik atau 22,5%. Pada kategori baik terdapat 24 siswa atau sebanyak 60% dengan skor 9, 6 siswa atau 15% mendapat skor 6 yang berada dalam kategori cukup dan 1 siswa atau sebanyak 2,5% dengan kategori kurang dengan skor 3. Secara keseluruhan, skor rata-rata pada aspek penggunaan kalimat adalah 9,08 atau persentase ketercapaian 77,5% dan berada dalam kategori baik. Kutipan kalimat yang berkategori baik disajikan sebagai berikut.
247
a. “Jumlah buku di perpustakaan sangat banyak, jumlah seluruh buku ada 18.009 dan jumlah seluruh judul buku ada 1.610.” (oleh: Firda Amelia) Kutipan kalimat di atas adalah kutipan kalimat yang termasuk dalam kalimat efektif karena nyaman dibaca dan informasi yang disampaikan tepat. Hanya saja, akan lebih efektif lagi jika setelah klausa “jumlah buku di perpustakaan sangat banyak” adalah tanda titik sehingga menjadi kalimat utama. Klausa “jumlah seluruh buku ada 18.009 dan jumlah seluruh judul buku ada 1.610.” menjadi kalimat penjelas dari kalimat utama banyaknya jumlah buku di perpustakaan. Jadi, kalimat di atas menginformasikan bahwa jumlah buku yang terdapat di perpustakaan sangat banyak dengan perincian yang dipaparkan pada kalimat penjelas. Informasi yang disampaikan mudah diterima pembaca. b. “Alat yang digunakan untuk meminjam buku adalah kartu katalog dan waktu peminjaman buku untuk siswa, dikembalikan dalam waktu menurut buku yang dipinjam. Kalau buku paket dikembalikan dalam waktu satu setengah tahun, sedangkan buku cerita dan lainya dikembalikan dalam waktu satu minggu.” (oleh: Mega Diah) Kutipan kalimat di atas merupakan salah satu kutipan kalimat laporan pengamatan siswa dengan perpustakaan sebagai objek pengamatan. Kalimat tersebut memaparkan atau menginformasikan tentang peminjaman buku di perpustakaan. Kutipan di atas terdiri atas dua kalimat yang saling berkaitan. Kalimat pertama memaparkan alat yang digunakan untuk meminjam buku dan lama peminjaman buku perpustakaan. Hanya saja, dalam kalimat pertama, kalimat yang digunakan agak sulit dipahami secara langsung sehingga menyebabkan kebingungan terhadap pembaca. Informasi rinci yang terdapat dalam kalimat pertama adalah “alat yang digunakan untuk meminjam buku adalah kartu katalog”, dan “lama peminjaman buku untuk siswa bergantung jenis buku yang
248
dipinjam”. Kalimat pertama akan lebih mudah dipahami pembaca apabila dipecah menjadi dua kalimat, yaitu “Alat yang digunakan untuk meminjam buku adalah kartu katalog.” dan “Lama peminjaman buku untuk siswa bergantung pada jenis buku yang dipinjam.” Kalimat b merupakan kalimat efektif karena kalimat tersebut memaparkan informasi yang tepat dan mudah diterima pembaca sehingga tidak perlu adanya perbaikan dalam kalimat tersebut. Dengan demikian, kutipan kalimat di atas setelah mendapat perbaikan menjadi “Alat yang digunakan untuk meminjam buku adalah kartu katalog. Lama peminjaman buku untuk siswa bergantung pada jenis buku yang dipinjam. Kalau buku paket dikembalikan dalam waktu satu setengah tahun, sedangkan buku cerita dan lainya dikembalikan dalam waktu satu minggu.” c. “Gedung perpustakaan terletak di belakang laboratorium TIK. Keadaan gedung perpustakaan SMP Negeri 5 Batang baik, bersih, dan nyaman. Setiap hari buku-buku selalu tertata rapi.” (oleh: Firda Ameliana) Kutipan pada kalimat di atas termasuk dalam kategori baik karena informasi yang dipaparkan pada kalimat di atas mudah dipahami pembaca. Kutipan di atas terdiri atas tiga kalimat. Kalimat pertama menginformasikan letak gedung perpustakaan, kalimat kedua dan ketiga memaparkan keadaan gedung perpustakaan. Ketiga kalimat tersebut merupakan kalimat yang efektif karena dapat dipahami dengan satu kali membaca informasi yang dipaparkan. d. “Seperti halnya kondisi lapangan yang kurang lengkap adalah tidak menyediakan lapangan bulu tangkis, tidak menyediakan lapangan sepak bola, tidak menyediakan lapangan futsal, dan lain-lain.” (oleh: Erlina) Kutipan kalimat di atas kurang efektif karena menggunakan pengulangan frase yang berlebihan, yaitu pada frase “tidak menyediakan”. Untuk menyebutkan
249
hal yang sama, dapat menggunakan satu kali frase pada awal penjabaran, yaitu “Seperti halnya kondisi lapangan yang kurang lengkap adalah tidak menyediakan lapangan bulu tangkis, lapangan sepak bola, lapangan futsal, dan lain-lain.”. Perbedaan kalimat yang terdapat pada kutipan d terletak pada penggunaan frase “tidak menyediakan”. Pada kutipan di atas, frase “tidak menyediakan” ditulis berulang sebelum menyebutkan kondisi lapangan, sedangkan pada perbaikan, frase tersebut hanya ditulis satu kali pada awal penyebutan kondisi lapangan. e. “Keadaan taman sekolah yang bersih dan indah menjadikan suasana sekolah menjadi lebih indah dan enak dipandang oleh semua siswa-siswi, bapak, ibu guru, dan tamu yang datang ke SMP Negeri 5 Batang.” (oleh: Ika Agustina) Kutipan di atas mudah dipahami oleh pembaca, hanya saja kurang nyaman dibaca pada klausa “oleh semua siswa-siswi”. Klausa tersebut lebih nyaman dibaca jika kata “semua” dan kata ulang “siswa-siswi” hanya ditulis dengan memilih diantara keduanya. Frase “semua siswa” atau “siswa-siswi” lebih nyaman dibaca karena kata “semua” menandakan “seluruh” tidak hanya siswa, melainkan termasuk bapak, ibu guru, dan tamu yang datang. Selain itu, frase “dan indah” pada klausa “yang bersih dan indah” lebih tepat dihilangkan agar pembaca lebih nayaman dalam menerima informasi yang diapaparkan. Jadi, kutipan kalimat di atas setelah mendapat perbaikan adalah “Keadaan taman sekolah yang bersih menjadikan suasana sekolah menjadi lebih indah dan enak dipandang oleh semua siswa, bapak, ibu guru, dan tamu yang datang ke SMP Negeri 5 Batang.” Atau “Keadaan taman sekolah yang bersih menjadikan suasana sekolah menjadi lebih indah dan enak dipandang oleh siswa-siswi, bapak, Ibu guru, dan tamu yang datang ke SMP Negeri 5 Batang.”
250
f. “Musala SMP Negeri 5 Batang adalah tempat ibadah setiap warga SMP Negeri 5. Musala SMP Negeri 5 terletak di bagian depan pojok sekolah.” (oleh: Rifqi) Kutipan kalimat di atas mudah dipahami oleh pembaca karena memaparkan informasi yang tepat. Pemakaian frase “SMP Negeri 5” pada kalimat pertama akan lebih tepat jika menggunakan kata “sekolah” karena di awal sudah dituliskan “musala SMP Negeri 5 Batang”. SMP Negeri 5 yang dimaksud adalah “sekolah” sehingga frase kedua cukup dengan menggunakan kata “sekolah” agar tidak terjadi pengulangan frase yang sama pada satu kalimat. Meskipun demikian, kalimat di atas mudah diterima pembaca karena menggunakan kalimat yang sederhana. Kutipan kalimat di atas setelah diubah menjadi kalimat efektif “Musala SMP Negeri 5 Batang adalah tempat ibadah setiap warga sekolah. Musala SMP Negeri 5 terletak di bagian depan pojok sekolah.” Kutipan kalimat di atas merupakan kutipan yang termasuk dalam kategori baik. Meningkatnya hasil tes menulis laporan pengamatan aspek penggunaan kalimat disebabkan oleh ulasan materi yang dilakukan oleh guru tentang penggunaan kalimat dengan mengacu pada hasil tes siklus I. Selain itu, pada pelaksanaan siklus II, siswa lebih memperhatikan penggunaan kalimat yang ditulisanya pada sebuah laporan pengamatan.
251
4.1.2.2.8 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerapian Tulisan Hasil tes menulis laporan pengamatan aspek kerapian tulisan difokuskan pada kerapian tulisan siswa. Kerapian tulisan yang dimaksud adalah tulisan yang rapi, mudah dibaca, dan tidak terdapat coretan. Hasil tes menulis laporan pengamatan aspek kerapian tulisan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 24 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Aspek Kerapian Tulisan No
1.
Kategori
Sangat Baik
Skor
F
Bobot
(%)
8
8
64
20
Skor Rata‐ rata
Persentase Ketercapaian KKM
2.
Baik
6
29
174
72,5
3.
Cukup Baik
4
2
8
5
4.
Kurang Baik
2
1
2
2,5
40
248
100
Jumlah
Data yang terdapat pada tabel tersebut merupakan data hasil menulis laporan pengamatan pada siklus II aspek kerapian tulisan. Dari data tersebut dapat diketahui sebanyak 8 siswa atau 20% berada dalam kategori sangat baik dengan skor 8. Kategori baik ditempati oleh 29 siswa atau sebanyak 72,5% dengan skor 6, kategori cukup ditempati oleh 2 siswa atau sebanyak 5% dengan skor 2, dan selebihnya, yaitu 1 siswa atau sebanyak 2,5% berada dalam kategori kurang
252
dengan skor 2. Secara keseluruhan, aspek kerapian tulisan berada dalam kategori baik, yaitu 6,2 atau sebesar 77,5. Tulisan siswa aspek kerapian tulisan dilampirkan sebagai berikut.
253
254
Lampiran di atas merupakan lampiran tulisan siswa yang berkategori baik. Termasuk kategori baik karena tulisan tersebut rapi, mudah dibaca dan apabila hanya terdapat coretan kurang dari 5. Coretan yang terdapat di dalam tulisan siswa di atas tidak lebih dari 5 coretan. Aspek tulisan siswa kategori baik apabila tulisan tersebut mudah dibaca dan coretan tidak lebih dari 5, sedangkan apabila lebih dari 5 coretan, tulisan siswa berada dalam kategori cukup dan kurang. Kerapian siswa dalam penulisan laporan pengamatan mengalami peningkatan dari siklus I. Peningkatan tersebut disebabkan oleh pengetahuan siswa tentang aspek yang dinilai dalam penulisan laporannya yang salah satunya adalah kerapian tulisan sehingga siswa lebih hati-hati dalam menuliskan semua ide dan gagasannya agar kesalahan pada tulisannya dapat dihindari dan kerapian tulisan tidak hanya dilihat dari banyaknya coretan saja, tetapi juga mudah atau tidaknya tulisan untuk dibaca. Penggunaan tipe-x pada tulisan yang salah tidak dapat dihindari pada penulisan laporan pengamatan siklus II. Hal tersebut karena siswa terbiasa menggunakan tipe-x jika terdapat kesalahan pada tulisannya sehingga tulisan yang dihasilkan menjadi kurang rapi. Tabel 25 merupakan data rekap hasil tes menulis laporan pengamatan tiaptiap aspek.
255
Tabel 25 Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Tiap Aspek pada Siklus II
Aspek Penilaian
Skor Rata‐rata
Persentase
No.
Ketercapaian KKM
1.
Karakteristik judul
7,65
100%
2.
Kesesuaian isi laporan
15
100%
3.
Penyusunan kerangka laporan
13,3
75%
4.
Keruntutan pemaparan
14,5
92,5%
5.
Ketepatan ejaan
5,85
67,5%
6.
Ketepatan diksi
8,33
70%
7.
Penggunaan kalimat
9,08
77,5%
8.
Kerapian tulisan
6,2
95%
Persentase ketercapaian KKM menulis laporan pengamatan siklus II masing-masing aspek dapat dilihat pada diagram berikut.
Keterangan: 1. Karakteristik Judul 2. Kesesuaian isi laporan 3. Penyusunan kerangka laporan 4. Keruntutan pemaparan 5. Ketepatan ejaan 6. Ketepatan diksi 7. Penggunaan kalimat 8. Kerapian tulisan
256
Diagram 3 Persentase Ketercapaian pada Siklus II
4.1.2.3 Perubahan Perilaku Siswa dalam Pembelajaran Menulis Laporan pengamatan
melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata
Lapangan Data perubahan perilaku siswa pada siklus II diperoleh melalui hasil observasi, wawancara, jurnal siswa dan guru, dan dokumentasi foto. Berikut adalah penjelasan perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran siklus II.
4.1.2.3.1 Hasil Observasi Untuk mengetahui perilaku dan perubahan perilaku siswa selama pembelajaran menulis laporan pengamatan pada siklus II dilakukan observasi. Sama halnya dengan observasi yang dilakukan pada siklus I, pada siklus II, observasi dilakukan secara langsung oleh peneliti sebagai pengamat karena pemberian materi diberikan langsung oleh guru mata pelajaran. Observasi ini dilakukan dengan tujuan dapat mengetahui respon dan perilaku siswa selama mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurispudensial berbasis wisata lapangan setelah diadakan perbaikan. Diagram di bawah ini merupakan perubahan perilaku siswa pada siklus II.
257
Diagram 4 Hasil Observasi Perilaku Siswa
Perilaku Positif
1. Siswa
memperhatikan
merespons (bertanya,
dengan
dan
1. Siswa
antusias
menanggapi,
Perilaku Negatif tidak
memperhatikan
penjelasan guru dan melakukan
dan
kegiatan yang tidak perlu (bicara
membuat catatan)
sendiri, mondar‐mandir, tiduran, dan membuat catatan yang tidak penting)
2. Siswa berpartisipasi secara aktif
2. Siswa kurang berpartisipasi atau
dalam kegiatan diskusi kelompok
pasif
dalam
kegiatan
diskusi
kelompok 3. Siswa merespons positif (senang)
3.
terhadap proses pembelajaran
Siswa
merespons
negatif
(mengabaikan pelajaran) selama proses pembelajaran;
4. Siswa aktif menjawab dan selalu
4. Siswa pasif dan malas untuk
bertanya apabila menemukan
bertanya mengenai materi yang
kesulitan
disampaikan guru
5. Siswa
mengerjakan
tugas
(menulis laporan) dengan baik
5. Siswa tidak mengerjakan tugas dengan baik.
258
Berdasar diagram di atas, dapat diketahui bahwa tidak semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik selama proses pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan berlangsung, namun dari hasi tersebut dapat diketahui perubahan siswa kearah yang lebih positif dengan frekuensi yang bertambah dari siklus I. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada siklus II, dapat diketahui bahwa siswa yang memperhatikan dan merespon dengan antusias (bertanya, menanggapi, dan membuat catatan) pada siklus II sebanyak 38 siswa atau sebesar 90% yang berada dalam kategori sangat baik. Sebanyak 2 siswa atau sebesar 5% adalah siswa yang tidak merespon dengan antusias atau siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu, seperti berbicara sendiri, mondar mandir, tiduran, dan membuat catatan yang tidak penting dan tidak berkaitan dengan materi pelajaran yang diajarkan pada saat itu. Siswa yang memperhatikan penjelasan guru dan merespon dengan antusias lebih dominan dibanding dengan siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Pada siklus II, siswa sudah mendengarkan penjelasan guru dengan baik dan dengan serius, meskipun masih terdapat beberapa siswa yang melakukan perilaku negatif saat guru menjelaskan materi pelajaran. Siswa yang lebih dominan dalam bertindak positif saat pelajaran tetap fokus pada materi yang disampaikan guru dan tidak terpengaruh oleh kedua anak yang berperilaku negatif. Aktivitas siswa ketika merespon dengan antusias (membuat catatan, bertanya, dan menanggapi) pada siklus II dapat dilihat pada gambar berikut.
259
25.1 Aktivitas siswa saat mendengarkan penjelasan guru
25.2 Aktivitas siswa saat mencatat materi pelajaran
25.3 Aktivitas siswa saat bertanya Gambar 25 Aktivitas Siswa Saat Merespon Penjelasan Guru
Pada gambar 25.1. merupakan aktivitas siswa ketika memperhatikan penjelasan guru. Siswa terlihat memperhatikan penjelasan guru dengan sangat baik meskipun dari gambar tersebut terlihat siswa duduk dengan santai namun tetap memperhatikan penjelasan guru. Perubahan perilaku aspek merespon penjelasan guru mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus II. Pada siklus I terdapat lebh dari lima siswa yang tidak merespon penjelsan guru namun pada siklus II kurang dari lima siswa yang merespon negatif penjelsan guru.
260
Gambar 25.2 merupakan gambar siswa saat mencatat materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa mencatat dengan baik materi yang disampaikan oleh guru meskipun terdapat beberapa siswa yang tidak mencatat, tetapi memperhatikan penjelasan guru di depan kelas. Siswa yang tidak mencatat materi pelajaran biasanya hanya memperhatikan penjelsan guru tanpa mencatat apa yang dijelsakan, hanya sesekali mencatat. Perilaku tersebut tidak termasuk dalam perilaku negatif karena siswa tetap memperhatikan penjelasan guru. Gambar 25.3 merupakan aktivitas siswa ketika bertanya tentang materi pelajaran. Dengan adanya gambar tersebut, terdapat perubahan perilaku siswa saat bertanya pada siklus II. Pada siklus I siswa berani bertanya ketika siswa berada dalam kelompoknya, tetapi pada siklus II siswa berani bertanya meskipun tidak dalam bentuk kelompok. Selain itu, pada siklus I, yang berani bertanya kepada guru hanya ketua kelompok, tetapi pada siklus II, anggota kelompok atau siswa lain berani mengajukan pertanyaan kepada guru. Observasi yang selanjutnya, yaitu mengamati perilaku dan aktivitas siswa ketika kegiatan diskusi bersama kelompoknya. Keaktifan siswa selama berdiskusi kelompok berada dalam kategori sangat baik. Sebanyak 39 siswa atau sebesar 97,5% siswa aktif berdiskusi bersama kelompoknya. Hal ini mengalami peningkatan yang signifikan dari tindakan pada siklus I, sedangkan sebanyak 1 siswa atau sebesar 2,5% kurang berpartisipasi atau pasif dalam kegiatan diskusi kelompok, namun hal tersebut mengalami peningkatan dari siklus I. Pada siklus I terdapat lebih dari 5 siswa yang berperilaku negatif, tetapi pada siklus II hanya terdapat satu siswa yang melakukan perilaku negatif. Pada siklus II, siswa lebih
261
aktif dalm kegiatan dsikusi kelompok, selain disebabkan oleh pemilihan kelompok berdasarkan keinginan sendiri, tetapi juga siswa lebih ingin menggali dan melengkapi kekurangan yang terdapat dalam siklus I. Kekurangan tersebut di antaranya adalah kurangnya data yang diperoleh siswa sehingga laporan yang ditulis siswa kurang lengkap dan siswa ingin melengkapi laporan pengamatan yang mereka tulis agar lebih baik. Kebersamaan dan kekompakan dalam kelompok pada siklus II terjalin lebih baik jika dibanding dengan siklus I. Kekompakan tersebut karena siswa ingin mendapatkan data yang lengkap dan laporan yang baik pada siklus II. Siswa yang pasif dalam kegiatan diskusi kelompok disebabkan oleh kurangnya motivasi diri dalam mengikuti setiap proses pembelajaran dan tidak adanya keinginan yang muncul dari dalam dirinya untuk beperilaku baik saat mengikuti pembelajaran, baik dalam pelajaran bahasa Indonesia atau pun pelajaran lain. Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi dapat dilihat pada gambar berikut.
262
26.1 Aktivitas diskusi siswa saat melakukan pengamatan
26.2 Aktivitas siswa saat mendiskusikan data pengamatan
26.3 Aktivitas siswa saat menyusun kerangka laporan Gambar 26Aktivitas Siswa Saat Kegiatan Diskusi
Gambar 26.1 merupakan aktivitas siswa ketika mengamati objek pengamatan. Dari gambar tersebut terlihat kerjasama dalam kelompok terjalin dengan baik. Hubungan antaranggota kelompok yang terjalin dengan baik akan menghasilkan hasil yang baik pula. Hal tersebut yang selalu dipegang oleh siswa ketika melakukan kegitan kelompok. Gambar 26.2 merupakan aktivitas siswa saat mendiskusikan data yang telah didapatkan dan dicatanya selama mengamati objek pengamatan. Tiap-tiap kelompok mendiskusikan data yang telah diperolehnya selama melakukan pengamatan untuk disusun menjadi sebuah kerangka laporan
263
yang baik dan sistematis. Perwakilan kelompok membacakan data yang diperoleh oleh kelompoknya dan anggota kelompok memperhatikan data tersebut kemudian berdiskusi dalam menyusun keranka laporan. Gambar 26.3 merupakan aktivitas siswa dalam penyusunan kerangka laporan yang disusun berdasar data yang diperoleh tiap-tiapkelompok. Data-data yang diperoleh tiap kelompok dicatat pada lebar pengamatan yang telah diberikan guru sebelum melakukan pengamatan. ketika menganalisis data yang diperolehnya selama mengamati objek. Pada siklus II, selain siswa mengamati objek, siswa juga menanyakan kepada narasumber atau pihak yang bersangkutan tentang tambahan yang diberikan oleh guru pada akhir siklus I sebagai perbaikan pada penulisan laporan siklus II. Selain dua aspek yang telah dipaparkan di atas, dalam kegiatan observasi peneliti terhadap perilaku siswa adalah respon positif siswa terhadap penggunaan model pembelajaran, yaitu model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Sebanyak 39 siswa atau 97,5% siswa merespon positif proses terhadap penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru. Perubahan perilaku siswa kearah positif pada aspek ini mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus I respon negatif siswa pada penggunaan model pembelajaran lebih dari lima siswa, sedangkan pada siklus II kurang dari lima siswa atau hanya satu siswa. Seorang siswa yang merespon negatif tidak hanya pada aspek ini saja, tetapi pada aspek observasi yang lain. Pada siklus II, siswa sudah terbiasa dengan adanya penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan sehingga siswa tidak kaget lagi dengan adanya model tersebut. Siswa makin antusias dalam mengikuti pembelajaran
264
dengan model jurisprudesnial berbasis wisata lapangan karena siswa tidak lagi bosan dengan pelajaran bahasa Indonesia khusunya menulis laporan pengamatan menggunakan model jursiprudensial berbasis wisata lapangan.
Respon siswa
terhadap penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dalam pembelajarn menulis laporan pengamatan dapat dilihat pada gambar berikut.
27.1 Aktivitas siswa saat mendengarkan penjelasan guru
27.2 Aktivitas siswa saat melakukan pengamatan
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada gambar 27.1 merupakan aktivitas siswa ketika mendengarkan penjelasan guru pada siklus II sebelum melakukan pengamatan di luar kelas pada objek yang sama. Guru menjelaskan kembali cara-cara melakukan pengamatan dan cara mengisi lembar pengamatan yang telah dibagikan dan guru mengingatkan kembali tambahan yang harus dicantumkan dalam data objek pengamatan. Pada siklus II, guru memberikan arahan dalam proses pengamatan yang harus dilaksanakan dengan jelas agar tidak ada data pengamatan yang terlewatkan. Gambar 27.2 merupakan aktivitas siswa saat melakukan pengamatan di lingkungan sekolah dengan objek yang telah ditentukan. Pengamatan
dilakukan
secara
berkelompok.
Tiap-tiap
kelompok
beranggotakan 5 siswa. Kekompakan antaranggota pada kelompok lebih terlihat
265
jika dibandngkan dengan siklus I. Semua anggota kelompok bekerja mengamati dan mencatat objek pengamatan. Ketua kelompok adalah siswa yang sama seperti pada siklus I. Ketua kelompok bertanggung jawab di dalam kelompoknya dan mengarahkan anggota kelompoknya dalam melakukan pengamatan. pada kegiatan siklus II, pengamatan dilaksanakan dengan lebih baik oleh tiap kelompok.
27. 3 Aktivitas siswa saat presentasi laporan pengamatan
27.4 Aktvitas siswa saat pengujian laporan pengamatan
27.5 Aktivitas siswa saat menjawab pertanyaan guru Gambar 27 Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran yang Digunakan Guru
Aktivitas yang tedapat pada gambar 27.3 merupakan aktivitas siswa saat presentasi yang termasuk dalam tahap kelima dalam sintagmatik model jurisprudensial, yaitu menjernihkan dan menguji posisi. Tiap kelompok mempresentasikan laporan pengamatannya yang dibacakan oleh satu orang
266
perwakilan kelompok, namun semua anggota kelompok mendampingi perwakilan kelompoknya yang sedang presentasi. Kegiatan presentasi dilaksanakan di dalam kedua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Presentasi pada siklus II merupakan presentasi laporan pengamatan yang telah mendapatkan perbaikan dari siklus I. Gambar 27.4 merupakan aktivitas siswa saat mendapatkan pertanyaan dari guru sebagai tahap terakhir dari model jurisprudensial, yaitu mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi penyusunan laporannya. Dalam tahap tersebut, setiap siswa yang telah presentasi diberikan beberapa pertanyaan oleh guru untuk mengetes atau menguji laporan yang telah ditulisnya. Semua anggota kelompok dapat menjawab pertanyaan tersebut tidak hanya ketua kelompok. Pada siklus II, anggota kelompok yang menjawab pertanyaan guru lebih banyak jika dibanding dengan siklus I. Pada siklus I yag menjawab pertanyaan hanya bekisar satu sampai dengan dua siswa saja, tetapi pada siklus II yang menjawab pertanyaan lebih meningkat, yaitu dua atau tiga siswa. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 27.5. Pada gambar tersebut dapat dilihat aktivitas siswa ketika menjawab pertanyaan. Terdapat tiga siswa yang mengacungkan tangannya untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Pada siklus II, siswa terlihat lebih antusias dalam menjawab petanyaan yang berkaitan dengan penulisan laporan pengamatan. Aspek yang diamati ketika observasi siklus II adalah keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dan selalu bertanya ketika menjawab pertanyaan. Dalam aspek ini sebanyak 20 siswa atau sebesar 50% dari jumlah siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan dan bertanya ketika mendapat kesulitan. Pada siklus
267
II, jumlah siswa yang bertanya dan menjawab pertayaan lebih banyak jika dibanding dengan siklus I, meskipun masih setengah dari jumlah siswa pada kelas tersebut. Setelah diamati, siswa yang aktif bertanya pada siklus II tidak hanya siswa yang berprestasi pada kelas itu atau hanya ketua kelompok saja, tetapi siswa yang benar-benar mendapat kesulitan dalam materi menulis laporan. Hal demikian sama dengan siswa yang menjawab pertanyaan dan mengeluarkan pendapat. Hal tersebut disebabkan adanya keseriusan siswa dalam menerima materi menulis laporan dan keberanian siswa pada siklus II dalam menjawab pertanyaan karena siswa sudah terbiasa dengan adanya model yang digunakan. Selain itu, keakraban antara guru, siswa, dan peneliti sudah terjalin dengan lebih baik jika dibanding pada siklus I sehingga siswa tidak lagi merasa malu atau sungkan dalam bertanya atau menjawab pertanyaan. Jumlah siswa yang kurang aktif dalam menjawab pertanyaan dan dalam bertanya sebanyak 20 siswa atau 50% atau setengah dari jumlah siswa pada kela tersebut. Pada siklus II, siswa yang aktif dan pasif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan berbanding sama, yaitu 20:20 atau 20 siswa yang aktif dan 20 siswa yang pasif. Terdapat 20 siswa masih yang pasif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Banyaknya siswa yang pasif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan masih dengan hal yang sama, yitu kurangnya keberanian siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Siswa masih merasa takut dalam bertanya dan menjawab pertanyaan karena siswa takut salah sehingga teman-teman yang lain menertawakannya. Padahal, dalam hal tesebut guru sudah memberikan motivasi
268
kepada siswa untuk berani betanya dan menjawab pertanyaan, tetapi siswa masih tidak berani untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Aktivitas siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dapat dilihat pada gambar berikut.
28.1 Aktivitas siswa saat bertanya
28.2 Aktivitas siswa saat mengeluarkan pendapat
Gambar 28 Aktivitas Siswa Saat Bertanya dan Mengeluarkan Pendapat
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa gambar 28.1 merupakan aktivitas siswa ketika bertanya. Ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, jumlah siswa yang bertanya mengalami peningkatan. Pada siklus I, siswa yang bertanya hanya terdapat satu siswa, sedangkan pada siklus II jumlah tersebut menjadi lebih dari 10 siswa sehingga jika dijumlahkan siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan menjadi 20 siswa. Siswa tidak lagi aneh atau heran saat temn-teman yang lain bertanya atau menjawab pertanyaan. Gambar 28.2 merupakan gambar aktivitas siswa saat mengeluarkan pendapat. Ketika guru meminta siswa untuk mengeluarkan pendapat tentang kegiatan menulis laporan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan,
beberapa
siswa
mengacungkan
tangan
untuk
mengeluarkan
pendapatnya. Siswa antusias dalam mengelarkan pendapat tentang pembelajaran
269
pada siklus II. Banyaknya siswa yang mengeluarkan pendapat menunjukkan keberanian siswa dalam berpendapat lebih meningkat dibandigkan pada siklus I. Hasil observasi yang memiliki persentase terbesar dengan jumlah siswa terbanyak terdapat pada aspek terakhir observasi, yaitu menulis laporan pengamatan. Seluruh siswa mengerjakan tugas menulis laporan pengamatan dengan baik. Hal tersebut menunjukkan peningkatan dari siklus I yang masih terdapat 1 siswa tidak menulis laporan pengamatan, sedangkan pada siklus II tidak terdapat siswa yang tidak menulis laporan pengamatan. Banyaknya siswa yang mengerjakan tugas dengan baik disebabkan oleh dorongan dari teman-teman dalam satu kelompoknya, meskipun hasilnya kurang begitu maksimal. Dorongan teman dan motivasi diri merupakan dorongan yang besar dalam setiap perilaku siswa. Perbedaan model pembelajaran yang digunakan ketika pembelajaran menulis laporan pengamatan dengan pembelajaran kompetensi lain juga merupakan faktor yang mendorong siswa lebih aktif dalam menulis laporan. Siswa merasa lebih senang dalam mengikuti pembelajaran pada saat itu. Aktivitas siswa saat menulis laporan dapat dilihat pada berikut.
Ga mbar 29 Aktivitas Siswa dalam Mengerjakan Tugas (Menulis Laporan pengamatan
270
Gambar tersebut menunjukkan seluruh aktivitas siswa ketika menulis laporan pengamatan. Kedua gambar tersebut menunjukkan keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas atau menulis laporan pengamatan. Seluruh siswa terlihat mengerjakan tugas dengan serius karena ingin mendapatkan hasil yang lebih baik dalam menulis laporan pengamatan pada siklus II. Dorongan atau motivasi siswa lebih dibutuhkan dalam menulis laporan pengamatan agar kegiatan menulis berlangsung dengan baik. Dengan melihat hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus II, hasil obesrvasi secara klasikal berada dalam kategori sangat baik, yaitu 88,5. Dengan melihat hasil tersebut, perilaku positif siswa harus dapat dipertahankan dan perilaku siswa yang mencerminkan perilaku negatif dapat diubah menjadi perilaku yang positif tertutama dalam menjawab pertanyaan dan dalam bertanya jika mendapat kesulitan yang memiliki presentase paling rendah diantara aspek yang lain dalam observasi yang dilakukan pada proses pembelajaran.
4.1.2.3.2 Hasil Jurnal Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus II sama halnya dengan jurnal yang digunakan pada penelitian siklus I. Jurnal tersebut terdiri atas jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan perasaan siswa dan guru selama pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudesnial berbasis wisata lapangan. Pengisian jurnal dilaksanakan menjelang berakhirnya pelajaran menulis laporan pengamatan. Tujuan diadakannya jurnal
271
siswa untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, tanggapan penggunaan model yang digunakan guru, pendapat tentang cara mengajar guru, dan saran yang ingin disampaikan siswa terhadap pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurispridensial berbasis wisata lapangan. Sementara itu, tujuan diadakannya jurnal guru untuk mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, respon siswa terhadap hasil pemilihan topik atau objek yang dilakukan secara berkelompok, kekatifan siswa, perilaku siswa saat melakukan pengamatan dan penulisan lapoan hasil pengamatan, dan peristiwa yang muncul saat pembelajaran. Hasil jurnal siswa dan guru diuraikan secara rinci sebagai berikut.
4.1.2.3.2.1 Jurnal Siswa Pada saat siswa mendapatkan lembar jurnal, siswa sudah tidak merasa penasaran lagi dengan lembaran yang dibagikan karena lembaran tersebut pernah mereka terima pada akhir pelajaran siklus I. Siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam pengisian jurnal yang diberikan guru. Hal yang pertama ditanyakan pada jurnal siswa adalah perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran mneulis laporan pengamatan menggunkan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Beragam perasaan siswa tertuang di dalam jurnal siswa. Ada yang merasa senang, ada yang merasa bingung, ada yang kurang puas. Dari beberapa lembar jurnal yang telah diisi siswa, lebih banyak siswa yang merasa senang dengan pembelajaran menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Ada yang merasa
272
kecewa karena di dalam kelompoknya terdapat anggota kelompok yang berlainan jenis atau adanya gabungan laki-laki dan perempuan dalam satu kelompok. Pada dasarnya siswa tersebut merasa senang dengan adanya pembelajaran menulis laporan dengan menggunakan model baru yang mereka dapatkan selama mengikuti pembelajaran di sekolah. Selain itu, siswa merasa senang dengan adanya pengamatan di luar kelas untuk mengamati objek karena pada pelajaran bahasa indonesia sebelumnya, siswa belum pernah ke luar kelas untuk mengetahui lebih jauh tentang dunia luar sehingga siswa hanya terpaku dengan keadaan ruang kelas. hal itulah yang menyebabkan siswa merasa bosan mengikuti pelajaran. Hal kedua yang dibahas adalam jurnal siswa adalah kesulitan yang dihadapi siswa saat embelajaran menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Pada saat menjawab hal tersebut, siswa merasa sulit dalam mencari tahu sejarah objek yang diamati. Misalnya, siswa merasa kesulitan saat diminta melengkapi sejarah musala SMP Negeri 5 Batang. Siswa tidak mengetahui pendiri musala tersebut sehingga masih dibantu oleh guru untuk menemukan jawaban tersebut. Hampir seluruh siswa tidak mengalami kesulian yang berarti ketika mengikuti pelajatrn mneulis laporan pengamatan dengan model jurispridensial berbasis wisata lapangan. Kesulitan yang dirasa siswa dapatdiatasi sendiri oleh siswa dengan meminta bantuan guru dan teman dalam satu kelompoknya. Pada siklus II, siswa yang mengalami kesulitan dalam menyususn kerangka laporan sudah berkurang dari siklus I. Pada siklus ini siswa sudah dapat menyusun kerangka laporan dengan menggunakan data-data hasil pengamatan yang diperolehnya. Berbagai kesulitan yang dihadapi siswa tidak
273
berpengaruh dalam penulisan laporan pengamatan yang ditulisnya karena tiap-tiap siswa dapat mengatasi kesulitan tersebut. Selain perasaan dan kesulitan yang dialami siswa saat menulis laporan pengamatan menggunakana model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, hal yang dibahas dalam jurnal siswa adalah tanggapan siswa dengan penggunaan model pembelajaran. Berdasar jurnal yang telah ditulis siswa, siswa menanggapi dengan positif terhadap model yang digunakan. Tanggapan positif siswa didasari dengan adanya alasan bahwa siswa merasa mendapatkan pengetahuan yang lebih setelah mendapatkan pelajaran menulis laporan pengamatan yang sebelumnya belum diketahui oleh siswa. Misalnya, sejarah objek yang diamati oleh siswa, dan hal-hal yang berkaitan dengan objek pengamatan. Selain itu, siswa beranggapan bahwa model pembelajaran yang diberikan berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Adanya penggunaan model tersebut siswa dapat mengetahui tentang lingkungan tempatnya menimba ilmu, yaitu SMP Negeri 5 Batang. Siswa dapat mengetahui hal tersebut berawal dari beberapa pertanyaan yang diberikan guru kepada tiap kelompok setelah memepresentasikan laporan pengamatan pada siklus I. Pertanyaan tersebut dijadikan data tambahan yang harus dicantumkan pada laporan pengamatan pada siklus II. Dengan adanya pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru setelah persentasi, siswa mendapat tambahan pengetahuan yang sebelumnya tidak mereka ketahui.
Dengan penggunaan model tersebut,
memudahkan siswa dalam menulis laporan pengamatan dengan baik.
274
Selain membahas tentang tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran, di dalam jurnal siswa juga terdapat pendapat siswa tentang cara mengajar guru. Siswa berpendapat bahwa cara mengajar guru sudah baik, tetapi perlu medapat perbaikan dalam volume suara guru. Ada siswa yang merasa volume suara guru kurang keras sehingga suara guru kurang terdengar jelas ke bagian belakang, tetapi ada pula siswa yang merasa suara guru terlalu keras sehingga perlu pengurangan volume suara. Hal tersebut disebabkan oleh ruang kelas yang luas jadi pada saat guru berada di depan kelas, suara guru terdengar terlalu keras di bagian depan, tetapi kurang jelas di bagian belakang. Selain itu, siswa berpendapat, dalam mengajar guru sangat sabar dalam menghadapi siswa. Pada saat siswa mendapat kesulitan dalam pembelajaran tersebut, guru menjelaskan dan mengajari siswa tersebut dengan sabar dan telaten hingga siswa tidak mengalami kesulitan. Secara keseluruhan, pendapat siswa tentang cara mengajar guru sudah baik, materi yang diberikan dapat dipahami, dan siswa dapat denganmudah menerima pelajaran yang diberikan. Saran yang disampaikan siswa pada jurnal yang ditulisnya tentang pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudesnial berbasis wisata lapangan sangat beragam. Ada beberapa siswa yang memberikan saran agar pantang menyerah saat mencoba agar menjadi lebih bisa, ada yang menginginkan dapat melakukan penelitian dengan lebih baik lagi, dan ada yang ingin dapat menulis laporan dengan baik dan benar karena menulis laporan itu sulit. Bebagai saran yang disampaikan siswa pada jurnal siswa bergantung dari perasaan yang dirasakan siswa saat penulisan laporan pengamatan melalui model
275
jurisprudensial berbasis wisata lapngan. Saran yang diberikan tiap siswa sangat membatu guru dalam melakukan perbaikan proses pembelajaran selanjutnya meskipun dengan kompetensi yang berbeda. Dengan adanya jurnal siswa, guru dapat mengetahui perasaan, kesulitan, tanggapan, dan pendapat siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Jurnal tersebut membantu guru dalam memperbaiki proses pembelajaran yang diterapkan. Dengan penggunaan model pembelajaran, ternyata memudahkan siswa dalam mencapai kompetensi yang diharapkan, lain halnya dengan hanya pemberian materi dengan ceramah dari awal hingga akhir pelajaran yang mengakibatkan siswa merasa bosan.
4.1.2.3.2.2 Jurnal Guru Hal pertama yang dibahas pada jurnal guru adalah kesiapan siswa dalam menerima pelajaran dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Pada pembeajaran siklus II, kesiapan siswa dalam menerima pelajaran lebih baik jika diandingkan dengan siklus I. Pada siklus II, siswa sudah memahami apa yang harus dilakukan sebelum guru memasuki ruangan kelas. Pertemuan siklus II, sudah tidak ada siswa yang masih berada di luar kelas saat jam pelajaran dimulai. Siswa sudah duduk dengan rapi tanpa guru harus menertibkan kembali siswa sebelum pelajaran berlangsung dan tanpa guru memberikan aba-aba siswa duduk dengan kelompoknya, siswa sudah memahami sendiri sehingga siswa hanya membalikan kursi agar dapat bergabung dengan kelompoknya tanpa harus berpindah tempat. Selain itu, sebelum melakukan pengamatan pada objek yang
276
akan diamati, siswa bertanya kepada guru untuk menegaskan yang akan dilakukan saat pengamatan. Hal tersebut membuktikan kesiapan siswa yang lebih baik dari sebelumnya. Hal kedua adalah respon siswa terhadap hasil pemilihan topik atau tema yang dilakukan secara berkelompok. Respon siswa terhadap pemilihan topik secara berkelompok sangat baik dan antusias. Siswa melanjutkan pengamatan dan penulisan laporan pengamatan tentang objek yang diamati pada siklus II. Pengamatan yang dilaksanakan pada siklus II dilakukan pada objek yang sama seperti siklus II. Hal tersebut dilakukan agar siswa lebih mantap dalam penulisan laporan pengamatan. Selain itu, semua kelompok tidak menginginkan berpindah atau bertukar objek pengamatan dengan kelompok lain, diaharapkan agar penulisan laporan pengamatan mendapatkan hasil yang lebih baik dengan melengkapi data-data yang belum tercantum dalam lembar pengamatan sehingga laporan yang ditulis menjadi semakin baik dan lengkap. Secara keseluruhan respon siswa terhadap pemilihan topik yang dilakukan secara berkelompok mengalami peningkatan dari siklus I. Kelompok yang pada siklus I tidak mendapatkan objek yang diinginkan, pada siklus II kelompok tersebut makin senang dengan objek yang didapatkan meskipun pada awalnya tidak diharapkan. Dengan adanya respon positif siswa terhadap pemilihan objek pengamatan yang dilakukan secara berkelompok, siswa aktif saat melakukan observasi di lapangan. Pada siklus II, siswa lebih aktif mengamati objek dan mencari tahu seluk beluk objek yang sedang diamatinya untuk melengkapai data yang diperolehnya. Data pada siklus I dijadikan dasar pada siklus II sehingga pada
277
siklus II data yang diperoleh menjadi makin lengkap. Aktifnya anggota kelompok saat mengamati objek, membuahkan lengkapnya data yang diperoleh selama pengamatan pada siklus II. Selain itu, perilaku siswa saat melakukan pengamatan pada objek pengamatan dan saat siswa menulis laporan pengamatan menunjukkan perilaku yang positif dibandingkan pada siklus sebelumnya. Saat melakukan pengamatan, hampir seluruh siswa melakukan pengamatan dan aktif dalam pengamatan denan kelompoknya meskipun terdapat seorang siswa yang tidak mau aktif dalam pengamatan. Siswa tersebut hanya mengandalkan teman dalam satu kelompoknya untuk mengamati objek, sedangkan kelompok yang lain, selurh anggota berperan aktif dalam mengamati objek sehingga data yang diperoleh saat pengamatan menjadi lebih maksimal. Setelah melakukan pengamatan, siswa menulis laporan pengamatan tentang objek yang ditentukan berdasar data-data yang telah diperolehnya. Seluruh siswa mengikuti pembelajaran setelah pengamatan, yaitu menulis laporan pengamatan. Pada kegiatan menulis laporan pengamatan, seluruh siswa menulis laporan pengamatan termasuk satu siswa yang tidak aktif dalam pengamatan. Seorang siswa yang tidak aktif dalam pengamatan tetap aktif dalam menulis laporan hsil pengamatan. Siswa tersebut mengandalkan teman dalam satu kelompoknya dalam menulis laporan karena ia tidak dapat mengembangkan data yang diperoleh kelompoknya ke dalam sebuah laporan. Selain perilaku siswa yang muncul saat pengamatan dan saat menulis laporan, hal terakhir yang dibahas dalam jurnal guru adalah peristiwa yang
278
muncul saat pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Peristiwa yang muncul pada pembelajaran siklus II adalah siswa yang awalnya tidak menulis laporan pengamatan, pada siklus II siswa tersebut mau menulis laporan pengamatan meskipun dengan raut muka malas dan sesekali mengganggu teman dalam satu kelompoknya. Perilaku tersebut tidak dapat dihindari oleh siswa itu karena ia terbiasa beperilaku negatif saat pembelajaran berlangsung. Secara keseluruhan, peristiwa yang muncu saat pembelajaran siklus II sudah mengalami peningkatan kearah yang lebih baik.
4.1.2.3.3 Hasil Wawancara Kegiatan wawancara dilakukan usai pembelajaran siklus II dan setelah mengetahui nilai hasil tes siklus II. Peneliti mewawancarai tiga siswa dengan kriteria siswa yang memiliki nilai sangat baik, baik, dan cukup karena pada siklus II ini tidak terdapat siswa yang mendapat nilai dalam kategori kurang. Pertanyaan pertama yang diberikan kepada tiga siswa yang telah ditunjuk adalah perasaan siswa saat menentukan tempat yang dijadikan objek pengamatan. Tiap siswa menjawab pertanyaan dengan jawaban yang berbeda sesuai dengan perasaan tiap siswa. Perasaan siswa yang mendapat nilai sangat baik dan baik adalah mereka merasa senang pada saat berdiskusi menentukan tempat yang dijadikan objek pengamatan. Siswa tersebut merasa senang karena mendapatkan objek pengamatan yang sama dengan pembelajaran pada siklus I sehingga kelompoknya dapat mencari data-data yang lebih lengkap dari objek yang diamati.
279
Siswa yang mendapatkan nilai cukup mengungkapkan perasaannya bahwa ia senang dengan pemilihan objek pengamatn yang dilakukan secara berkelompok karena ia dan kelompoknya dapat memilih sendiri objek yang akan diamati saat pengamatan. Pertanyaan kedua yang diberikan saat wawancara adalah pendapat siswa saat melakukan pengamatan pada objek pengamatan. Siswa yang mendapat nilai sangat baik berpendapat bahwa siswa-siswa dapat melakukan pengamatan pada objek pengamatan sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Fakta yang ditemukan pada saat pengamatan kemudian dicatat pada lembar pengamatan tiap-tiap kelompok. Siswa yang mendapat nilai baik memberikan pendapat bahwa objek pengamatan yang diamatinya kurang lengkap dan objek tersebut perlu mendapat perbaikan, namun objek tersebut bersih karena setiap hari mendapatkan perawatan dari petugas objek itu. Siswa yang mendapat nilai cukup berpendapat bahwa ia bangga bisa melakukan pengamatan pada objek pengamatan, meskipun pada awalnya ia merasa terkejut saat pertama melakukan pengamatan itu. Siswa tersebut merasa kaget karena pelajaran sebelumnya tidak pernah melakukan pengamatan objek secara langsung. Secara keseluruhan, pendapat dari keempat siswa saat melakukan pengamatan pada objek pengamatan adalah mereka merasa harus dapat melakukan pengamatan dengan baik dan sesuai dengan fakta yang ada. Pertanyaan selanjutnya, yaitu kesulitan yang dialami siswa dalam menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Siswa yang mendapat nilai sangat baik merasa mendapatkan kesulitan dalam penggnaan ejaan yang tepat. Siswa tersebut sejak dahulu tidak terbiasa menulis
280
dengan ejaan yang tepat sehingga saat menulis laporan siswa tersebut menggunakan ejaan yang biasa dipakai, namun sudah berusaha untuk memperbaikinya. Siswa yang mendapat nilai baik mengalami kesulitan pada saat menyusun kerangka laporan dan mengamati objek. Siswa tersebut masih merasa kesulitan dalam menyusun kerangka laporan karena ia belum memahami cara menyusun kerangka laporan yang mengacu pada data pengamatan. Tidak hanya mengalami kesulitan saat menyusun kerangka laporan, siswa tersebut juga mengalami kesulitan saat mengamati objek pengamatan. Kesulitan tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan siswa tentang nama-nama benda yang terdapat pada objek pengamatan. Siswa yang mendapat nilai cukup mengalami kesulitan dalam penggunaan ejaan yang tepat saat menulis laporan pengamatan. Selain itu, siswa merasa sulit dalam menyusun kerangka laporan. Selain tentang kesulitan yang dialami siswa, pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara mengenai manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Siswa yang mendapat nilia sangat baik menyatakan bahwa manfaat yang ia dapatkan adalah siswa tersebut dapat menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dengan baik dan benar. Siswa yang mendapat nilai baik memberikan jawaban bahawa ia dapat mengerti banyak hal yang pada awalnya tidak ia ketahui. Selain itu, siswa tersebut dapat memahami cara-cara melakukan pengamatan yang baik agar mendapatkan data yang akurat, dan ilmu yang didapatkan makin bertambah dari kegiatan menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Siswa yang
281
mendapat nilai cukup mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut, yaitu ia dapat mengetahu sejarah berdirinya bangunan yang ada di sekolahnya, yaitu SMP Negeri 5 Batang yang sebelumnya tidak ia ketahui. Terdapat beberapa manfaat yang didapatkan oleh siswa setelah mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Dengan adanya manfaat yang didapatkan oleh siswa, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model tersebut dapat membantu siswa dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. Pertanyaan terakhir yang diberikan saat wawancara adalah apakah siswa sudah dapat menulis laporan pengamatan setelah mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Siswa yang mendapat nilai sangat baik dan cukup memberikan jawaban bahwa ia sudah dapat menulis laporan pengamatan meskipun masih terdapat beberapa kekurangan, di antaranya dalam menggunakan ejaan yang tepat. Siswa yang mendapat nilai baik memberikan jawaban, yaitu ia belum bisa menulis laporan pengamatan karena ia merasa masih banyak ide yang belum tersampaikan dalam penulisan tersebut sehingga laporan yang ia tulis dirasa kurang lengkap. Siswa tersebut merasa waktu masih kurang untuk menulis laporan pengamatan sehingga laporan yang ia tulis belum lengkap. Siswa tersebut bertekad pada dirinya bahwa ia tidak akan menyerah sebelum ia mencapai keinginan yang harus dicapai.
4.1.2.3.4 Dokumentasi Foto
282
Dokumentasi
foto
diambil
ketika
pembelajaran
menulis
laporan
pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan siklus II berlangsung. Pada kegiatan siklus II, dokumentsi foto yang diambil meliputi: 1) aktivitas siswa saat mendengarkan pejelasan guru; 2) aktivitas siswa saat bertanya kepada guru; 3) aktivita siswa saat mengamati contoh laporan; 4) aktivitas siswa saat melakukan pengamatan; 5) aktivitas siswa saat mewawancarai narasumber; 6) aktivitas siswa saat mendiskusikan laporan pengamatan; 7) aktivitas siswa saat mempersentasikan laporan pengamatan; 8) aktivitas saat pengujian laporan pengamatan; dan 9) aktivitas saat penyerahan penghargaan. Berikut merupakan deskripsi hasil dokumetasi foto pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
30.1 Aktivitas siswa saat mendengarkan penjelasan guru
30.2 Aktivitas siswa saat memperhatikan guru dalam membahas kesalahan penulisan laporan pengamatan siklus I
283
30.3 Aktivias siswa saat mendengarkan penjelasan guru Gambar 30 Aktivitas Siswa Saat Mendengarkan Penjelasan Guru
Gambar 30 merupakan gambar aktivitas siswa saat mendengarkan penjelasan guru pada siklus II. Dari gambar tersebut terlihat siswa mendengarkan penjelasan guru dengan serius dan fokus pada keberadaan guru di depan kelas. Gambar 30.1 merupakan gambar saat guru mengadakan apersepsi sebagai tanda pelajaran dimulai. Gambar 30.2 adalah gambar saat guru menjelaskan kesalahan yang terdapat pada penulisan laporan pengamatan siklus I sebagai bahan perbaikan pada siklus II. Gambar 30.3 merupakan gambar saat guru memberikan arahan sebelum penulisan laporan pengamatan. Kesiapan dan keseriusan siswa pada siklus II lebih baik jika dibandingkan pada siklus I. Pada siklus II, siswa sudah lebih peka dengan keberadaan guru di dalam kelas sehingga siswa dapat menghargai keberadaan guru. Penjelasan yang disamapikan oleh guru diserap dengan sangat baik oleh siswa. Pada saat guru mengulas laporan pengamatan yang telah ditulis siswa pada siklus II, siswa benarbenar memperhatikan penjelasan guru dengan serius agar dapat menulis laporan dengan baik dan benar.
284
Gambar 31 Aktivitas Siswa Saat Bertanya Kepada Guru
Gambar 31 merupakan aktivitas siswa saat bertanya kepada guru tentang materi yang diajarkan. Dari gambar tersebut dapat dilihat banyaknya siswa yang mengacungkan tangan dengan tujuan agar guru mengetahui siswa yang akan menanyakan materi pelajaran pada saat itu.
Gambar 32 Aktivitas Siswa Saat Mengamati Contoh Laporan pengamatan
Pada gambar di atas merupakan gambar aktivitas siswa saat mengamati contoh laporan pengamatan yang dibagikan guru pada siklus II. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa siswa mengamati contoh laporan dengan cermat dan teliti. Siswa terlihat serius saat mengamati contoh laporan tersebut.
285
Aktivitas siswa saat melakukan pengamatan di koperasi sekolah
Aktivitas siswa saat pengamatan di perpustakaan
Akti vitas siswa saat pengamatan di taman sekolah
Aktivitas siswa saat pengamatan di musala
Gambar 33 Aktivitas Siswa Saat Melakukan Pengamatan
Gambar di atas merupakan gambar aktivitas siswa saat mengamati objek pengamatan. Dari kelima gambar tersebut dapat dilihat kekompakan tiap kelompok dalam mengamati objek pengamatan. Siswa terlihat antusias dan serius dalam mengamati objek. Pada saat melakukan pengamatan, siswa mencatat halhal penting yang mereka lihat dan mereka dengar mengenai objek yang sedang diamatinya. Siswa mencatat hal-hal penting tersebut pada lembar pengamatan yang telah diterima siswa sebelum kegiatan pengamatan berlangsung. Objek pengamatan yang dilakukan pada siklus II sama dengan objek pengamatan yang dialkukan pada siklus I. Tempat yang dijadikan objek pengamatan adalah tempat disekitar lingkungan sekolah, yaitu musala, koperasi,
286
taman sekolah, perpustakaan, dan lapangan olah raga. Tiap-tiap kelompok melakukan pengamatan dengan baik dan serius agar mendapatkan data yang lengkap untuk melengkapi data sebelumnya.
Gambar 34 Aktivitas Siswa Saat Mewawancarai Narasumber
Gambar di atas merupakan gambar aktivitas siswa saat mewawancarai narasumber. Dari gamabar tersebut dapat dilihat keseriusan siswa saat mewawancarai narasumber. Siswa sudah tidak sungkan atau malu untuk bertanya kepada narasumber yang mengetahui tentang informasi yang berkaitan dengan objek yang diamatinya. Adanya kegiatan wawancara dengan narasumber bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat dan sesuai dengan fakta untuk dijadikan bahan penulisan laporan pengamatan.
Gambar 35 Aktivitas Siswa Saat Mendiskusikan Laporan Pengamatan
287
Gambar di atas merupakan gambar aktivitas siswa saat mendiskusikan laporan pengamatan bersama kelompoknya. Dari gambar tersebut dapat dilihat keseriusan siswa dalam mendiskusikan laporan pengamatan yang sedang dibuatnya. Siswa terlihat serius dalam mendiskusikan penulisan laporan pengamatan yang dilakukan dengan kelompoknya. Pada gambar tersebut, terlihat pula siswa yang sedang menulis laporan pengamatan seorang diri karena kelompoknya telah selesai mendiskusikan penulisan laporannya. Siswa yang tadinya pasif dalam penulisan laporan pengamatan, pada siklus II sudah tidak terlihat lagi.
Gambar 36 Aktivitas Siswa Saat Mempresentasikan Laporan Pengamatan
Gambar 36 merupakan gambar aktivitas siswa saat mempresentasikan laporan pengamatan yag telah ditulisnya. Kedua gambar tersebut menunjukkan keseriusan dan konsentrasi siswa saat presentasi. Tiap-tiap kelompok menunjuk satu siswa sebagai perwakilan kelompok untuk mempresentasikan laporan pengamatannya. Perwakilan kelompok tersebut berbeda dengan perwakilan kelompok pada siklus I.
288
Pemilihan kelompok yang terlebih dahulu presentasi dilakukan dengan cara menunjuk kelompok yang menulis laporan pengamatannya lebih cepat dibandingkan dengan kelompok yang lain. Tindakan ini dilakukan karena tiap-tiap kelompok berebut untuk mempresentasikan laporan pengamatan yang telah ditulisnya. Oleh karena itu, guru mengambil alternatif lain yaitu dengan cara menunjuk kelompok yang telah selesai terlebih dahulu dalam menulis laporan pengamatan.
Aktivitas siswa mendapatkan pertanyaan dari guru
Aktivitas siswa sebelum menjawab pertanyaan guru Gambar 37 Aktivitas Saat Pengujian Laporan Pengamatan Oleh Guru
Gambar 37 merupakan gambar aktivitas saat pengujian laporan pengamatan yang dilakukan oleh guru terhadap tiap-tiap kelompok usai presentai. Pertanyaan yang diajukan oleh guru adalah pertanyaan yang berkaitan dengan
289
objek pengamatan yang telah dilakukan oleh tiap-tiap kelompok. Anggota kelompok berhak menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu mengacungkan tangan sebagai bukti bahwa siswa tersebut siap untuk menjawab. Dari gambar tersebut terlihat beberapa siswa mengacungkan tangan untuk siap menjawab pertanyaan dari guru usai presentasi. Antusias siswa dalam menjawab pertanyaan sangat besar. Setelah siswa mengumpulkan hasil penulisan lapoan hasil pengamatan kemudian guru mengambil nilai tiap-tiap aspek pada laporan pengamatan yang telah ditulis siswa. Setelah diketahui hasil tes menulis laporan pengamatan, guru memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada siswa dan kelompok yag berprestasi. Berikut merupakan gambar aktivitas saat penyerahan penghargaan oleh guru.
Gambar 38 Aktivitas Saat Penyerahan Penghargaan
Gambar 38 merupakan gambar aktivitas saat penyerahan penghargaan kepada kelompok dan siswa yang berprestasi. Kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi mendapatkan penghargaan dari guru, begitu juga dengan siswa atau individu yang berprestasi. Penghargaan diberikan kepada kelompok dan individu karena selama pembelajaran, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk
290
mendapatkan hasil yang memuaskan dalam serangkaian kegiatan menulis laporan pengamatan, sedangkan penghargaan diberikan kepada individu karena tiap-tiap siswa menulis laporan pengamatan sehingga hasil tes tiap individu berbeda. Penghargaan diberikan kepada individu yang mendapat nilai tertinggi pada penulisan laporan siklus II.
4.1.2.4 Refleksi Siklus II Proses pembelajaran pada siklus II berlangsung dengan sukses. Siswa sudah terbiasa dengan model jurisprudensial berbais wisata lapangan dalam kompetensi menulis laporan pengamatan. Pada siklus II, siswa sudah memahami apa yang diperintahkan guru dan mau bertanya jika mendapat kesulitan dalam pengamatan atau dalam penulisan laporan pengamatan. Pembelajaran pada siklus II berlangsung dengan tertib. Pada siklus ini, siswa sudah tidak terlihat lagi di luar kelas pada saat pembelajaran akan dimulai. Saat guru memasuki ruangan kelas, semua siswa siap mengikuti pelajaran pada saat itu dan siswa sudah bergabung dengan kelompoknya tanpa diminta oleh guru. Hasil keterampilan menulis laporan pengamatan pada siklus II telah mengalami peningkatan dari siklus I. Pada siklus I, nilai rata-rata kelas yang dicapai pada tiap aspek tidak ada yang berada dalam kategori kurang. Nilai ratarata kelas pada siklus II mencapai 80 dalam kategori baik dengan jumlah ketuntasan sebanyak 34 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 6 siswa. Hasil tersebut mengalami peningkatan dari siklus I. Pada siklus I, nilai rata-rata
291
kelas siswa adalah 67,38 yang berada dalam kategori cukup dengan jumlah ketuntasan sebanyak 22 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 18 siswa. Dengan demikian, nilai rata-rata keterampilan menulis laporan pengamatan siswa mengalami peningkatan sebesar 12,62 atau 18,73%. Nilai rata-rata kelas pada siklus II telah mencapai kriteria ketuntasan minimal atau KKM yang telah ditentukan, yaitu 70. Berdasar hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus II, perilaku negatif siswa pada siklus II makin berkurang. Hal ini terbukti dengan meningkatnya perilaku siswa kearah positif. Pada saat pembentukan kelompok, siswa tidak lagi menunggu perintah guru untuk duduk berkelompok, tetapi siswa sudah duduk dengan kelompoknya sehingga pada saat guru meminta berkelompok, siswa hanya membalikan kursi. Pada saat guru berada di depan kelas menjelaskan materi dan memberikan arahan kepada siswa, siswa merespon dengan baik kegiatan tersebut. Siswa mencatat dengan baik materi yang dijelaskan oleh guru pada buku catatannya. Selain itu, jika siswa mendapatkan kesulitan dalam materi pelajaran, siswa berani bertanya tentang materi tersebut. Pada siklus II ini, siswa sudah tidak pasif lagi ketika menerima pelajaran di dalam atau pun di luar kelas. Siswa makin serius dalam mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh guru, yaitu mengamati objek dan menulis laporan pengamatan. Siswa mengamati objek dengan maksimal agar mendapatkan data yang lebih lengkap dalam mengamati objek. Keseriusan siswa dalam menulis laporan jugaa ditunjukkan pada siklus II. Pembelajaran yang dilakukan pada siklus II merupakan tindakan perbaikan dari siklus I. Pada siklus I masih banyak ditemukan kesulitan-kesulitan yang
292
dialami siswa saat mengikuti pelajaran menulis laporan hasil pengamatn melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Dengan melihat refleksi pada siklus I dan diterapkan pada siklus II sebagai perbaikan, guru dan peneliti mencari jalan keluar untuk memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut. Guru mengingatkan kembali mengenai aspek-aspek penulisan laporan pengamatan dengan tujuan agar siswa dapat menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar. 4.2
Pembahasan Pembahasan dalam skripsi ini berdasarkan hasil penelitian dua siklus, yaitu
siklus I dan siklus II. Pembahasan kedua siklus tersebut terdiri atas pembahasan mengenai proses pembelajaran, peningkatan keterampilan menulis laporan pengamatan, dan perubahan perilaku siswa pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang setelah mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siklus I dan siklus II berupa hasil tes dan nontes. Pemerolehan hasil penelitian merujuk pada pemerolehan skor yang dicapai siswa saat menulis laporan pengamatan. aspek yang dijadikan penilaian dalam tes, yaitu (1) karakteristik judul; (2) kesesuaian isi laporan; (3) penyusunan kerangka laporan; (4) keruntutan pemaparan; (5) ketepatan ejaan; (6) ketepatan diksi; (7) penggunaan kalimat; dan (8) kerapian tulisan. Pembahasan hasil nontes didasarkan pada lima instrumen yang digunakan, yaitu observasi, jurnal siswa, jurnal guru, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil tes dan nontes dibahas secara terpisah sebagai berikut.
293
4.2.1 Peningkatan Proses Pembelajaran Keterampilan Menulis Laporan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan Proses pembelajaran keterampilan menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan secara keseluruhan pada siklus I dan siklus II memunyai alur yang hampir sama. Pada siklus II terdapat beberapa langkah pada inti pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran pada siklus I. Semua proses pembelajaran diawali dengan apersepsi. Awal pertemuan siklus I, siswa menerima penjelasan tentang materi menulis laporan dan penjelasan tentang cara-cara melakukan pengamatan di lapangan, sedangkan pertemuan kedua pembelajaran diawali dengan mengulas materi sebelumnya dan membahas aspek-aspek yang harus diperhatikan di dalam menulis laporan pengamatan. Pada awal pertemuan siklus II juga diawali dengan mengulas pembelajaran pada pertemuan siklus I, begitu juga dengan pertemuan kedua siklus II membahas kekurangan yang terdapat pada pertemuan siklus I untuk menjadi perbaikan. Inti pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama berisi aktivitas siswa saat melakukan pengamatan pada objek pengamatan dan penyusunan kerangka laporan dengan melihat data pengamatan yang telah dicatat dengan cara berdiskusi kelompok. Pertemuan pertama siklus I dan siklus II siswa melaksanakan proses pembelajaran mengamati objek pengamatan dan menyusun kerangka laporan. Pada pertemuan pertama siklus II, siswa kembali mengamati objek pengamatan yang sama dengan tujuan melengkapi data-data yang kurang
294
lengkap saat pengamatan pada siklus I sebagai bahan perbaikan penulisan laporan pengamatan pada siklus II. Data yang diperoleh siswa selama proses pengamatan kemudian disusun menjadi sebuah kerangka laporan yang selanjutnya untuk dikembangkan menjadi laporan pengamatan. Kerangka laporan yang disusun setelah melakukan pengamatan pada objek pengamatan
dikembangkan
menjadi
sebuah
laporan
pengamatan
yang
dilaksanakan pada pertemuan kedua siklus I dan siklus II. Pada pertemuan kedua siklus I dan siklus II, setelah penulisan laporan pengamatan dilaksanakan, perwakilan kelompok mempresentasikan laporan pengamatan yang telah ditulisnya di depan kelas. Setelah kegiatan presentasi, tiap kelompok mendapat pertanyaan dari guru sebagai pengujian tentang laporan yang telah ditulisnya. Pada kegiatan inti siklus I, siswa menulis laporan pengamatan berdasar data-data dan kerangka laporan yang telah ditulisnya tanpa mengetahui contoh laporan pengamatan yang baik, sedangkan pada pertemuan siklus II, siswa mendapatkan contoh laporan pengamatan yang dibagikan oleh guru kepada tiaptiap kelompok sehingga siswa dapat mengetahui laporan pengamatan yang baik dan benar. Hasil penulisan laporan tiap-tiap siklus dikumpulkan kepada guru untuk diambil nilai tiap-tiap aspek penulisan laporan pengamatan. Setelah guru mengetahui nilai siswa, guru memberikan penghargaan kepada kelompok dan siswa yang mendapatkan nilai tertinggi dalam penulsian laporan pengamatan. Pembelajaran pada siklus I dan siklus II selalu ditutup dengan membuat catatan berupa jurnal siswa dan jurnal guru pada tiap akhir pembelajaran. Pada
295
perteuan awal tiap siklus, siswa dan guru menyimpulkan pembeajaran yang telah dilaksanakan pada pertemuan itu. Berdasar uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perbedaan proses pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan siklus I dan siklus II terletak pada inti pembelajaran, namun secara keseluruhan kegiatan yang dilakukan antara siklus I dan siklus II hampir sama. Jika dipadukan dengan teori pembelajaran jurisprudensial berbasis wisata lapangan, proses pembelajaran menulis laporan pengamatan mengalami peningkatan sesuai dengan harapan. Peningkatan proses yang dimaksud, yaitu pembelajaran berlangsung sesuai dengan tahapan-tahapan yang terdapat pada model jurisprudensial yang dipadukan dengan wisata lapangan. Tahapan tersebut adalah orientasi terhadap kasus, identifikasi isu atau kasus, penetapan posisi, eksplorasi contoh dan pola argumentasi, menjernihkan dan menguji posisi, dan mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi posisi yang diluluskannya.
4.2.2 Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan Hasil menulis lapoan hasil pengamatan yang telah dilakukan melalui siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata pada prasiklus mengalami peningkatan pada siklus I dan meningkat lagi pada siklus II. Nilai rata-rata prasiklus, siklus I, dan siklus II secara berurutan adalah 59,18, 67,38, dan 80,00. Nilai rata-rata kelas pada siklus II telah mencapai kriteria ketuntasan minimal, yaitu 70 dengan nilai rata-rata kelas 80,00. Oleh karena itu,
296
penelitian ini telah brehasil meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis laporan pengamatan tidak perlu diulang pada siklus berikutnya.
Tabel 26 Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II No. Kategori F
Jumlah nilai
F
Jumlah Nilai
1.
Sangat Baik
1
85
15
1326
2.
Baik
21
1548
19
1477
3.
Cukup
10
647
6
397
4.
Kurang
8
415
0
0
40
2695
40
3200
Jumlah Nilai Rata‐rata
67,38
80,00
Berdasar tabel di atas dapat dilihat nilai rata-rata kelas tiap siklus. Nilai rata-rata kelas pada siklus I setelah mendapat tindakan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan sebesar 67,38 dan berada dalam kategori cukup, sedangkan nilai rata-rata kelas pada siklus II sebesar 80,00 dan berada
297
dalam kategori baik. terjadi peningkatan pada siklus I dan siklus II setlah mendapat tindakan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Peningkatan nilai rata-rata kelas atau nilai kumulatif dalam persentase sebesar 18,73% dari siklus I ke siklus II. Perbandingan nilai rata-rata pada prasiklus, siklus I, dan siklus II digambarkan dengan diagram berikut.
Diagram 5 Peningkatan Nilai Rata-rata Awal, Siklus I, dan Siklus II
Perbandingan nilai tiap aspek setelah pemberian tidakan melalui model juripsrudensial berbasis wisata lapangan pada siklus I dan siklus II, dapat dilihat pada tabel 27 berikut. Tabel 27 Peningkatan Hasil Tes Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan melalui Model Jurisprudensial Berbasis Wisata Lapangan pada Siklus I dan Siklus II No
Aspek Penilaian
Persentase Ketercapaian S I
1.
Karakteristik judul
80
Peningkatan (%)
S II
100
SI‐SII Peningkatan skor
Persentase (%)
20
25
298
2.
Kesesuaian isi laporan
92,5
100
7,5
8,10
3.
Penyusunan kerangka laporan
45
75
30
66,7
4.
Keruntutan pemaparan
67,5
92,5
25
37,04
5.
Ketepatan ejaan
40
67,5
27,5
68,75
6.
Ketepatan diksi
45
70
25
55,55
7.
Penggunaan kalimat
52,5
77,5
25
47,62
8.
Kerapian tulisan
65
95
30
46,15
67,38
80,00
12,62
18,73
Nilai Rata‐rata
Tabel tersebut menunjukkan hasil tes keterampilan menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan dari siklus I ke siklus II. Dari tabel tersebut dapat dilihat persentase ketercapaian dan peningkatan tiap-tiap aspek. Aspek pertama yang dinilai pada penulisan laporan pengamatan adalah aspek karakteristik judul. Aspek karakteristik judul mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, aspek karakteristik judul dengan persentase ketercapaian 80% meningkat 20 atau sebesar 25% menjadi 100% pada siklus II. Peningkatan ini disebabkan oleh pemahaman siswa mengenai judul yang harus digunakan dalam penulisan laporan pengamatan yang telah dilakukan. Aspek selanjutnya, yaitu aspek kesesuaian isi laporan. Aspek kesesuaian isi laporan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, persentase ketercapaian aspek kesesuaian isi laporan adalah 92,5 meningkat sebanyak 7,5 atau 8,10% menjadi 100% pada siklus II. Pada siklus I, aspek keseuaian isi berada dalam kategori sangat baik dan pada siklus II berada dalam
299
kategori sangat baik pula dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas. Tingginya hasil penilaian pada aspek kesesuaian isi karena model yang digunakan oleh guru membantu siswa dalam memudahkan siswa dalam menuangkan ide dan pikirannya ke dalam sebuah tulisan setelah mengamati tempat yang dijadikan objek pengamatan. Aspek ketiga, yaitu aspek penyusunan kerangka laporan. Aspek penyusunan kerangka laporan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, aspek tersebut berada dalam kategori cukup, tetapi pada siklus II aspek tersebut berada dalam kategori baik. persentase ketercapaian aspek penyusunan kerangka laporan pada siklus I sebesar 45% mengalami peningkatan sebesar 30 atau 66,7% menjadi 75% pada siklus II. Peningkatan nilai pada aspek penyusunan kerangka laporan, karena siswa makin memahami cara menyusun kerangka laporan berdasar data-data yang didapatkan ketika pengamatan pada objek pengamatan. Pada siklus I, siswa masih kesulitan dalam menyusun kerangka laporan sehingga nilai rata-rata kelas pada siklus I rendah. Aspek keempat, yaitu aspek keruntutan pemaparan. Aspek keruntutan pemaparan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, aspek tersebut berada dalam kategori cukup, tetapi pada siklus II berada dalam kaegori sangat baik. Persentase ketercapaian pada siklus I sebesar 67,5 meningkat sebasar 25 atau 37,04% menjadi 92,5% pada siklus II. Tingginya peningkatan tersebut karena siswa sudah dapat menulis laporan pengamatan secara runtut berdasar kerangka laporan yang telah disusunnya, sedangkan pada siklus I, siswa menulis
300
laporan pengamatan tidak secara runtut diuraikan dan tidak sesuai dengan kerangka laporan yang telah disusunnya. Aspek yang selanjutnya, yaitu aspek ketepatan ejaan. Aspek ketapatan ejaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada siklus I, persentase ketercapaian aspek ketepatan ejaan sebesar 40% yang berada dalam kategori kurang, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 27,5 atau sebesar 68,75% menjadi 67,5%. Meningkatnya nilai rata-rata kelas pada aspek ketepatan ejaan karena siswa sudah mengetahui ejaan yang kurang tepat namun selalu digunakan sehingga siswa lebih hati-hati dalam penggunaan ejaan. Aspek keenam, yaitu aspek ketepatan diksi atau pilihan kata. Pada aspek ini, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan meskipun tidak secara signifikan. Pada siklus I, persentase ketercapaian aspek ketepatan diksi sebesar 45% dan berada dalam ketegori cukup. Pada siklus II, aspek ini mengalami peningkatan sebesar 25 atau 55,55% menjadi 70% pada siklus II.. Rendahnya persentase ketercapaian aspek ketepatan diksi pada siklus I dan siklus II disebabkan oleh kurangnya pengetahuan siswa tentang penggunaan diksi yang tepat dalam tulisannya. Pada aspek ketujuh, yaitu aspek penggunaan kalimat efektif dalam penulisan laporan pengamatan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada siklus I, aspek ini berada dalam kategori cukup, sedangkan pada siklus II berada dalam kategori baik. Persentase ketercapaian pada aspek penggunaan kalimat efektif adalah 52,5% meningkat 25 atau 47,62% menjadi 77,5% pada siklus II. Meningkatnya nilai pada aspek penggunaan kalimat efektif dari siklus I
301
ke siklus II karena siswa mengetahui kekurangan dalam menggunakan kalimat pada siklus I sehingga siswa dapat memperbaikinya pada siklus II. Aspek terakhir aspek penilaian pada penulisan laporan pengamatan adalam aspek kerapian tulisan. Aspek kerapian tulisan pada laporan pengamatan siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus I. Pada siklus I, persentase kerecapaian aspek kerapian tulisan adalah 65% mengalami peningkatan 30 atau 46,5% menjadi 95 pada siklus II. Kerapian tulisan dilihat dari banyaknya jumlah coretan pada tulisan siswa. Pada siklus II coretan pada tulisan siswa lebih sedikit jika dibandingkan dengan siklus I, namun penggunaan tipe-x pada kesalahan penulisan siswa tidak dapat dihindari. Berdasar data di atas, dapat disimpulkan keterampilan siswa dalam menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan mengalami peningkatan sebesar 12,62 atau 18,73%, yaitu dari nilai ratarata kelas pada siklus I sebesar 67,38 menjadi 80,00 pada siklus II. Untuk memperjelas pembahasan di atas, berikut disajikan diagram yang menyatakan perbandingan persentase ketercapaian tiap aspek pada siklus I dan siklus II. Penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis laporan pengamatan. Model jurisprudensial dan wisata lapangan memudahkan siswa dalam menulis laporan pengamatan. Tahap orientasi terhadap kasus dan wisata lapangan memudahkan siswa dalam menentukan judul laporan pengamatan. Tahap identifikasi isu atau kasus memudahkan siswa dalam penyusunan kerangka laporan yang mengacu pada data yang diperoleh selama pengamatan.
302
Tahap
penetapan
posisi
memudahkan
siswa
dalam
menentukan
kedudukannya sebagai warga sekolah, khususnya sebagai warga yang mengamati objek tertentu yang selanjutnya ditulis menjadi bagian isi laporan. Tahap eksplorasi contoh dan pola argumentasi memudahkan siswa dalam menulis laporan pengamatan yang mengacu pada kerangka laporan yang telah disusun sehingga pemaparan dalam menulis laporan menjadi runtut. Pada tahap ini pula, contoh laporan yang diberikan dapat meningkatkan siswa dalam penggunaan ejaan, diksi, dan kalimat yang tepat.Terlebih dahulu siswa dan guru mengidentifikasi contoh laporan dari segi judul, kesesuaian isi laporan dengan judul dan objek yang diamati, ejaan, diksi, dan kalimat sebelum menulis laporan. Selain itu, pada tahap ini siswa diberi pengarahan oleh guru untuk menulis laporan dengan cermat dan teliti agar kerapian tulisan siswa dapat dipetahankan. Tahap menjernihkan dan menguji posisi memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan keberaniannya dalam mempresentasikan laporan pengamatan yang telah ditulisnya. Selain pada saat presentasi, keberanian siswa diuji ketika menanggapi laporan yang telah dipresentasikan. Tahap mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi posisi yang diluluskannya menguji tanggung jawab siswa terhadap laporan pengamatan yang telah ditulisnya.
303
Keterangan: 1. Karakteristik Judul 2. Kesesuaian isi laporan 3. Penyusunan kerangka laporan 4. Keruntutan pemaparan 5. Ketepatan ejaan 6. Ketepatan diksi 7. Penggunaan kalimat 8. Kerapian tulisan
Diagram 6 Peningkatan Nilai Rata-rata tiap Aspek pada Siklus I dan Siklus II
4.2.3 Perubahan Perilaku Siswa Setelah Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan
melalui
Model
Jurisprudensial
Berbasis
Wisata
Lapangan Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis laporan pengamatan merupakan bukti bahwa pembelajaran melalui model jurisprudensial berbasis wisata
lapangan
dapat
menumbuhkan
semangat
belajar,
meningkatkan
pemahaman, memudahkan pemunculan ide, dan meningkatkan kreativitas dan aktivita siswa kearah positif. Peningkatan prestasi siswa dalam menulis laporan pengamatan diikuti pula dengan perubahan perilaku siswa dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan hasil nontes yang didapat melalui panduan observasi, jurnal harian siswa, jurnal harian guru, panduan wawancara, dan dokumentasi foto pada
304
siklus I dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan cukup memuaskan. Akan tetapi, masih terdapat beberapa perilaku negatif siswa saat mengikuti pelajaran, di antaranya mengobrol dengan teman sebangku, mengantuk, mencatat hal-hal yang tidak perlu, bolakbalik ke kamar kecil, dan bermalas-malasan saat melakukan pengamatan. Dari data yang diperoleh melalui jurnal siswa dan wawancara dengan siswa, masih terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis laporan
pengamatan,
khususnya
dalam
menyusun
kerangka
laporan,
menggunakan ejaan dan diksi yang tepat, dan penggunaan kalimat. Kesulitan yang dialami siswa pada siklus I merupakan permasalahan yang haru dicari solusinya dan perlu adanya tindakan siklus II sebagai tindakan perbaikan terhadap kekurangan tersebut sehingga dapat tercipta pembelajaran yang lebih berkualitas. Untuk mengatasi hal itu, peneliti melakukan perbaikan dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan persiapan yang lebih matang dari siklus I. Perbaikan pada pengelolaan kelas dengan mendekati siswa yang belum memahami materi atau penjelasan guru, mengajak siswa untuk aktif bertanya dan mengeluarkan pendapat, serta memberi motivasi kepada siswa agar dapat berpartisispasi aktif dan sungguh-sungguh dalam kegiatan pembelajaran. Manfaat yang diperoleh siswa dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan adalah siswa menjadi lebih mudah dalam mendapatkan ide dan gagasan yang kemudian dituangkan ke dalam sebuah tulisan, siswa mendapatkan tambahan pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya yang diperolehnya dari kegiatan pengujian
305
hasil laporan, siswa dapat mengetahui aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menulis khususnya menulis laporan pengamatan, dan yang lebih penting adalah siswa dapat menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar. Siswa merasa senang selama mengikuti pebbelajaran menulis laporan pengamatan mealalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan karena melalui kegiatan kelompok, siswa dapat mengamati objek pengamatan dengan baik, siswa dapat berdiskusi tentang data-data yang diperoleh sehingga menghasilkan kerangka laporan yang baik, dan dengan berdiskusi bersama teman satu kelompoknya, memudahkan siswa dalam menulis laporan pengamatan. Contoh laporan pengamatan yang dibagikan kepada tiap-tiap kelompok pada pelaksanaan siklus II memudahkan siswa dalam menulis laporan pengamatan. kesulitan yang dihadapi siswa ketika menulis laporan pengamatan adalah penggunaan ejaan dan diksi yang tepat. Siswa masih merasa sulit dalam menggunakan ejaan dan diksi yang tepat sehingga siswa masih sering bertanya kepada guru. Tiap-tiap pertemuan, guru selalu mengulas tentang ejaan dan diksi yang tepat dan dapat digunakan dalam penulisan laporan. Model jurisprudensial berbasis wisata lapangan memberikan pengetahuan bagi siswa. Dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, siswa mendapatkan pengamalam dan pengetahuan baru dalam penulisan laporan pengamatan. tanggapan yang diberikan siswa dalam pembelajaran adalah pembelajaran
menulis
laporan
pengamatan
yang
diberikan
membosankan sehingga siswa leih tertarik mengikuti pelajaran.
guru
tidak
306
Dari hasil observasi, dapat dilihat perubahan perilaku siswa dari siklus I ke siklus II. Panduan observasi yang digunakan pada siklus II sama dengan panduan bservasi yang digunakan pada siklus I. Aspek-aspek dalam observasi meliputi aspek perilaku positif dan perilaku negatif. Aspek-aspek yang menunjukkan perilaku positif, yaitu 1) siswa memperhatikan dan merespon dengan antusias (bertanya, menanggapi, dan membuat catatan) selama proses pembelajaran berlangsung; 2) siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi kelompok; 3) siswa merespon positif terhadap proses pembelajaran menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan; 4) siswa aktif menjawab dan selalu bertanya apabila menemukan kesulitan; dan 5) siswa mengerjakan tugas menulis laporan pengamatan dengan baik. Sementara itu, aspek-aspek yang menunjukkan perilaku negatif, yaitu 1) siswa tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu (bicara sendiri, mondar-mandir, tiduran, dan membuat catatan yang tidak penting); 2) siswa kurang berpartisipasi atau pasif dalam kegiatan diskusi kelompok; 3) siswa merespons negatif (mengabaikan pelajaran) selama proses pembelajaran; 4) siswa pasif dan malas untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan guru; dan 5) siswa tidak mengerjakan tugas dengan baik. Berdasar observasi yang dilakukan pada siklus I dan siklus II dapat diketahui perubahan perilaku siswa. Terjadi perubahan perilaku siswa yang menunjukkan perilaku positif dan perilaku negatif. Perubahan perilaku tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 28 Persentase Kenaikan Perilaku Positif Siswa pada Siklus I ke Siklus II
307
No.
Aspek
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
80%
95%
15%
87,5%
97,5%
10%
82,5%
97,5%
15%
30%
50%
20%
97,5%
100%
2,5%
Perilaku Positif 1.
Siswa memperhatikan dan merespons dengan
antusias
(bertanya,
menanggapi, dan membuat catatan)
2.
Siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan diskusi kelompok
3.
Siswa merespons positif (senang) terhadap proses pembelajaran
4.
Siswa aktif menjawab dan selalu bertanya apabila menemukan kesulitan
5.
Siswa mengerjakan tugas (menulis laporan) dengan baik
Dari tabel tersebut dapat dilihat persentase perubahan perilaku siswa. Siswa memperhatikan penjelsan guru dan merespon dengan antusias (bertanya, menanggapi, dan membuat catatan) dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 15% yang pada siklus I sebanyak 80% menjadi 95% pada siklus II. Pada siklus II, siswa sudah merespon dengan baik pembelajaran yang dilaksanakan. Tanpa harus diperintah guru, siswa mengerti apa yang harus dilakukan pada saat guru menjelskan materi pelajaran. Pada saat diskusi kelompok, siswa labih aktif dalam kelompoknya pada siklus II. Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok mengalami peningkatan
308
sebanyak 10% yang pada siklus I sebesar 87,5% menjadi 97,5% pada siklus II. Kenaikan tersebut disebabkan oleh antusias siswa dalam mengikuti pelajaran pada siklus II. Selama kegiatan pembelajaran siswa merespon positif atau sennag terhadap proses pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perubahan perilaku siswa yang meningkat saat pembelajaran. Pada siklus I, siswa yang merasa senang terhadap proses pembelajaran sebesar 83,5% meningkat sebesar 15% menjadi 97,5% pada siklus II. Hal tersebut disebabkan oleh antusias siswa dalam mengikuti pelajaran karena model yang digunakan guru merupakan model yang baru bagi siswa sehingga siswa tidak merasa bosan di dalam kelas. Ketika guru mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang dipelajari, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan meningkat pada siklus II. Selain menjawab pertanyaan, siswa aktif dalam bertanya saat menemukan kesulitan dalam penulisan laporan pengamatan. Perubahan tersebut dibktikan dengan meningkatnya presentase siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan bertanya saat mengalami kesulitan. Pada siklus I, aktivitas tersebut memiliki presentase sebesar 30% mengalami peningkatan sebesar 20% menjadi 50% pada siklus II. Keberanian siswa makin bertambah dalam menjawab pertanyaan dan dalam mengajukan pertanyaan. Aktivitas siswa yang memiliki persentase terbesar baik pada siklus I maupun pada siklus II, yaitu siswa mengerjakan tugas menulis laporan pengamatan dengan baik. Pada aspek ini, persentase dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan. Pada siklus I memiliki presentase sebesar 97,5% mengalami
309
peningkatan sebesar 2,5% menjadi 100% pada siklus II. Hal tersebut menandakan bahwa pada siklus II seluruh siswa kelas VIII B aktif dalam penulisan laporan pengamatan. Tabel 29 Perubahan Perilaku Negatif Siswa Siklus I ke Siklus II No 1.
Perilaku Negatif Siswa
tidak
memperhatikan
Siklus I
Siklus I
Peningkatan
20%
5%
‐15%
12,5%
2,5%
‐10%
17,5%
2,5%
‐15%
70%
50%
‐20%
2,5%
0
‐2,5%
penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu (bicara sendiri, mondar‐mandir, tiduran, dan membuat catatan yang tidak penting) 2.
Siswa kurang berpartisipasi atau pasif
dalam
kegiatan
diskusi
kelompok 3.
Siswa
merespons
negatif
(mengabaikan pelajaran) selama proses pembelajaran; 4.
Siswa pasif dan malas untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan guru
5.
Siswa tidak mengerjakan tugas dengan baik.
Dari tabel 29 tersebut dapat dilihat perubahan perilaku negatif siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan melakukan kegiatan yang tidak perlu, seperti berbicara sendiri, mondar-
310
mandir, tiduran, dan membuat catatan yang tidak penting selama pembelajaran sebanyak 20% dan mengalami penurunan sebanyak 15% sehingga pada siklus II menjadi 5%. Hal tersebut disebabkan siswa yang antusias mengikuti pelajaran lebih banyak dibanding dengan siswa yang tidak antusias. Penggunaan model baru oleh guru memacu semangat siswa mengikuti pelajaran khususnya menulis laporan pengamatan. Siswa yang kurang berpartisipasi pada siklus I menunjukkan 12,5% dan mengalami penurunan sebanyak 10% sehingga menjadi 2,5% pada siklus II. Penurunan tersebut disebabkan siswa merasa memiliki kewajiban untuk aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, baik saat melakukan pengamatan atau pun saat diskusi kelompok di dalam kelas. Siswa yang
mengabaikan
pelajaran
selama
proses
pembelajaran
mengalami penurunan yang signifikan. Pada siklus I, siswa yang mengabaikan pelajaran sebanyak 17,5%, sedangkan pada siklus II sebanyak 2,5%. Dari perubahan tersebut terlihat penurunan yang signifikan sebanyak 15%. Penurunan tersebut disebabkan semangat siswa agar dapat menulis laporan pengamatan lebih baik daripada siklus sebelumnya. Perubahan persentase perilaku negatif siswa juga terjadi pada aspek ketidakaktifan siswa dalam bertanya mengenai materi yang disampaikan oleh guru. Pada siklus I, aspek tersebut memiliki persentase sebanyak 70%, sedangkan pada siklus II menjadi 50%. Hal tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan sebanyak 20%. Adanya perubahan tersebut karena siswa sudah memiliki
311
keberanian untuk bertanya setelah mendapat motivasi dari guru dan siswa merasa perlu bertanya saat tidak memahami materi pelajaran. Pada saat siswa mengerjakan tugas (menulis laporan pengamatan) dengan baik, perubahan persentase perilaku siswa terjadi secara segnifikan. Pada siklus I, siswa yang tidak menulis laporan sebanyak 2,5%, sedangkan pada siklus II seluruh siswa mengerjakan tugas dengan baik sehingga perilaku negatif siswa mengalami penurunan sebanyak 2,5%. Hal tersebut karena siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan baik pada siklus I menyadari kesalahannya mengabaikan pelajaran menulis laporan pengamatan dan ia berusaha maksimal agar mengerjakan tugas dengan baik. Penurunan perubahan perilaku negatif siswa dari siklus I ke siklus II terjadi secara signifikan. Hal yang menyebabkan penurunan perilaku negatif siswa diantaraya adalah motivasi yang diberikan guru dan motivasi diri untuk dapat lebih baik dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan. Hasil jurnal pada siklus I mengalami perubahan pada siklus II. Pada siklus I, siswa merasa senang setelah mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan yang dilakukan secara berkelompok dan secara langsung pada objek pengamatan karena siswa dapat menambah wawasan dalam penulisan laporan pengamatan. Siswa dapat secara langsung mengamati objek sehingga memudahkannya dalam menulis laporan pengamatan. Pada siklus II, beragam perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran mneulis laporan pengamatan menggunkan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan.
312
Ada yang merasa senang, ada yang merasa bingung, ada yang kurang puas. Dari beberapa lebar jurnal yang telah diisi siswa, lebih banyak siswa yang merasa senang dengan pembelajaran menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Selain tentang perasaan siswa setelah mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan, di dalam jurnal siswa terdapat pertanyaan tentang kesulitan yang dihadapi siswa saat pelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Sebagian besar siswa tidak mendapatkan kesulitan dalam menghadapi pelajaran menulis laporan. Akan tetapi, beberapa siswa merasa kesulitan dalam menyusun kerangka laporan, penggunaan ejaan yang tepat, dan cara mengamati, sedangkan pada siklus II, siswa merasa sulit dalam mencari tahu sejarah objek yang diamati. Misalnya, siswa merasa kesulitan saat diminta melengkapi sejarah musala SMP Negeri 5 Batang. Siswa tidak mengetahui pendiri musala tersebut sehingga masih dibantu oleh guru untuk menemukan jawaban tersebut. Tanggapan siswa tentang model pembelajaran yang digunakan guru pada siklus I, yaitu model yang digunakan guru memudahkan siswa memahami pelajaran dan siswa merasa puas dengan model yang digunakan. Demikian pula pada siklus II, siswa menanggapi positif dengan penggunaan model jurisprudnsial berbasis wisata lapangan karena siswa dapat mendapatkan pengetahuan yang lebih dari model yang digunakan. Pada jurnal siswa, ditanyakan tentang pendapat siswa tentang cara mengajar guru. Pada siklus I, siswa berpendapat bahwa cara mengajar guru sangat baik dan
313
mudah dipahami oleh siswa, sedangkan pada siklus II siswa berpendapat bahwa cara mengajar guru sudah baik, tetapi perlu mendapat perbaikan dalam volume suara guru yang terlalu keras. Ketika siswa mengalami kesulitan, guru selalu membantunya untuk memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Dengan pendekatan guru dan siswa, siswa merasa nyaman dengan guru karena di dalam memberikan pelajaran dan menyampaikan materi, guru dapat menguasai situasi sehingga tidak tegang namun serius. Materi yang disampaikan dapat diserap oleh siswa. Perubahan lain yang terjadi pada siklus I dan siklus II terdapat pada saran yang ditulis siswa. Saran yang ditulis siswa pada siklus I adalah siswa mengharapkan penggunaan model yang sama dalam kompetensi yang berbeda agar siswa tidak merasa bosan di dalam kelas, sedangkan pada siklus II beberapa siswa menyarankan agar pantang menyerah dalam menggapai hal yang diharapkan. Perasaan siswa saat menentukan topik yang akan dijadikan objek pengamatan, siswa merasa senang dengan cara yang digunakan guru dalam pemilihan topik. Pada siklus I dan siklus II, siswa yang mendapat nilai sangat baik dan baik merasa senang karena cara yang digunakan guru melatih siswa dalam kecepatan mengacungkan tangan untuk adu cepat dalam memilih topik dan siswa merasa senang karena mendapatkan objek yang mereka inginkan sehingga siswa dapat melengkapi data-data yang belum lengkap. Siswa yang mendapat nilai cukup dan kurang pada siklus I dan siklus II mengaku merasa senang pula dengan penentuan
objek
yang
dilakukan
secara
berkelompok
meskipun
tidak
314
mendapatkan objek yang diinginkan karena kalah cepat dalam mengacungkan tangan, tetapi siswa tetap melaksanakan tugasnya selama mengamati objek pengamatan. Selain tentang perasaan siswa, dalam kegiatan wawancara yang dilakukan dengan siswa, ditanyakan pula pendapat siswa saat melakukan pengamatan. siswa yang mendapat nilai sangat baik pada siklus I dan siklus II berpendapat bahwa waktu yang digunakan kurang lama sehingga data yang diperoleh kurang maksimal dan siswa harus melakukan pengamatan sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Siswa yang mendapat nilai baik pada siklus I dan siklus II berpendapat objek yang diamatiny memiliki fasilitas yang kurang lengkap sehingga perlu adanya perbaikan pada objek tersebut dan siswa tersebut berpendapat pula bahwa ia tidak mengetahui nama tumbuhan yang diamati sehingga hanya menulis nama tumbuhan berdasar ciri-ciri yang dilihatnya. Siswa yang mendapat nilai cukup dan kurang pada siklus I dan siklus II merasa sangat bangga mengamati objek yang diamati meskipun pada awalnya ia merasa bingung karena tiap anggota kelompok harus mengamati objek pengamatan sesuai dengan fakta yang ada. Kesulitan siswa pada saat menulis laporan pengamatan siklus I dan siklus II memiliki kesulitan yang berbeda. Siswa yang mendapatkan nilai sangat baik pada siklus I dan siklus II mendapat kesulitan yang sama, yaitu penggunaan ejaan yang tepat. Siswa yang mendapatkan nilai baik pada siklus I memiliki kesulitan dalam menyusun kerangka laporan, sedangkan pada siklus II merasa kesulitan dalam menyusun kerangka laporan dan mengamati objek. Siswa yang mendapat nilai cukup pada siklus I merasa kesulitan dalam mengembangkan kerangka
315
laporan menjadi isi laporan, sedangkan pada siklus II siswa yang mendapat nilai cukup merasa kesulitan dalam penggunaan ejaan dan penyusunan kerangka laporan. Siswa yang memiliki nilai kurang pada siklus I merasa kesulitan dalam menggunakan ejaan yang tepat dan dalam menyusun kerangka laporan, sedangkan pada siklus II siswa yang mendapat nilai kurang merasa kesulitan dalam pengamatan terhadap objek yang dilakukan. Perbedaan kesulitan yang terdapat pada siklus I dan siklus II disebabkan oleh perbedaan siswa yang mendapat nilai sangat baik, baik, dan cukup pada siklus II dengan siklus II. Setelah siswa mengikuti pembelajaran melalui model juripsrudensial berbasis wisata lapangan, siswa mendapatkan manfaat yang berbeda. Siswa yang mendapat nilai sangat baik dan baik pada siklus I mendapatkan manfaat yang sama, yaitu dapat menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar meskipun masih terdapat beberapa kekurangan, misalnya dalam penggunaan ejaan, sedangkan siswa yang mendapat nilai sangat baik pada siklus II mengaku bahwa ia dapat menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar. Siswa yang mendapatkan nilai baik pada siklus II, mengaku bahwa ia mengatahui dan mengerti banyak banyak hal yang sebelumnya tidak ia ketahui dan mendapatkan tambahna pengetahuan. Siswa yang mendapat nilai cukup dan kurang pada siklus I merasa belum dapat menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar karena belum dapat menyusun kerangka lapoan dengan baik, tetapi kedua anak tersebut mengaku bahwa penggunaan model tersebut membantunya dalam menulis laporan pengamatan meskipun belum mencapai hasil yang maksimal. Sedangkan pada siklus II, siswa yang medapat nilai cukup mendapatkan manfaat, yaitu mengetahui
316
sejarah berdirinya sekolah tempatnya menimba ilmu, sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang mengaku menjadi bisa melakukan pengamatan pada objek dengan baik. Dengan mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan, keempat siswa pada siklus I dan siklus II mengaku sudah dapat menulis laporan pengamatan dengan baik dan benar sesuai dengan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menulis laporan pengamatan meskipun masih kurang tepat dalam menggunakan ejaan. Dokumentasi foto siklus I ke siklus II merupakan perbandingan dokumentasi aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II. Dokumentasi foto pada siklus I memiliki perbedaan pada siklus II. Perbedaan tersebut terletak pada aktivitas siswa saat mengamati contoh laporan pengamatan. Pada siklus I, tidak terdapat dokumentasi aktivitas siswa saat pembacaan contoh laporan karena pada siklus I siswa belum diberikan contoh laporan sehingga pada penulisan laporan pengamatan siklus I siswa menulis laporan sesuai dengan kemampuan individu, sedangkan pada siklus II terdapat dokumentasi aktivitas siswa saat mengamati contoh laporan. Pemberian contoh laporan pada siklus II sebagai usaha untuk memperbaiki laporan pengamatan pada siklus II. Penjabaran tersebut menggambarkan keberhasilan penggunaan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada perubahan perilaku siswa selama pembelajaran. Perilaku siswa selama pembelajaran menulis laporan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan memperlihatkan perilaku yang positif. Model jurisprudensial dan wisata lapangan mengaktifkan siswa dalam
317
pembelajaran sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat atau menyimpang dari pembelajaran pembelajaran. Tahap awal hingga akhir pembelajaran melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan diisi dengan kegiatan yang mengaktifkan siswa.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Simpulan berdasarkan hasil penelitian keterampilan menulis laporan pengamatan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan sebagai berikut. 1.
Proses
pembelajaran
menulis
laporan
pengamatan
melalui
model
jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siklus I dan siklus II berlangsung dalam alur dan tahapan yang sama. Akan tetapi, guru dan peneliti melakukan perbaikan pada siklus II berdasar hasil refleksi pada siklus I. Pada siklus I, siswa menulis laporan pengamatan berdasar kemampuan tiap-tiap individu dengan memperhatikan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menulis laporan pengamatan. Pada siklus II, siswa mendapatkan contoh laporan pengamatan dari guru agar memudahkan siswa dalam menulis laporan pengamatan. Selain dengan mendapatkan contoh laporan, siswa menerima arahan dari guru mengenai kekurangankekurangan yang terdapat pada siklus I, terutama dalam menulis laporan dan siswa mendapat penjelasan yang lebih mendalam tentang aspek-aspek yang belum dapat dikuasai siswa. Dengan adanya perbaikan pada siklus II, proses pembelajaran menulis laporan pengamatan pada siklus II berlangsung dengan lancar dan mengalami peningkatan dibanding pada siklus I.
316
317
2.
Keterampilan menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang mengalami peningkatan. Nilai rata-rata yang dicapai siswa pada siklus I sebesar 67,38 yang berada dalam kategori cukup. Nilai rata-rata pada siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu sebesar 70 sehingga perlu dilakukan tindakan pada siklus II. Pada siklus II, nilai ratarata menulis siswa mengalami peningkatan sebesar 12,62 atau 18,73% dari hasil siklus I dan nilai rata-rata menulis laporan pengamatan siswa pada siklus II sebesar 80.00 yang berada dalam kategori baik. Peningkatan nilai rata-rata tersebut membuktikan keberhasilan pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasi wisata lapangan.
3.
Perilaku siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Batang setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan mengalami perubahan ke arah positif. Perubahan perilaku siswa dibuktikan dengan data nontes berupa panduan observasi, jurnal siswa, jurnal guru, dan dokumentasi foto. Berdasar analisis data nontes pada siklus I, terdapat beberapa siswa yang berperilaku negatif selama mengikuti pelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Sebagian besar siswa belum aktif dalam mengikuti pembelajaran seperti: tidak aktif bertanya jika mendapat kesulitan, tidak menulis laporan dengan baik, tidak mendengarkan penjelasan guru dengan baik, dan beberapa siswa tidak mencatat hal-hal penting tentang materi pelajaran. Namun pada siklus II, siswa lebih aktif
318
bertanya jika mendapat kesulitan, menulis laporan pengamatan dengan baik, mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal penting yang berkaitan dengan meteri pelajaran.
5.2 Saran Berdasar simpulan penelitian tersebut, saran yang diberikan penulis sebagai berikut. 1.
Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya menggunakan model pembelajaran jurispridensial berbasis wisata lapangan pada kompetensi menulis laporan, khususnya laporan pengamatan untuk meningkatkan keterampilan menulis laporan pengamatan. Selain itu, model tersebut merangsang minat siswa dalam mengikuti pembelajaran karena model yang digunakan lain dari model pembelajaran yang selama ini diterima siswa. Siswa dapat menuangkan ide dan gagasannya ke dalam sebuah tulisan berdasar pengamatan yang telah dilakukan secara langsung.
2.
Penggunaan
model
jurisprudensial
berbasis
wisata
lapangan
pada
pembelajaran menulis laporan pengamatan meningkatkan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru pada tahap pengujian laporan pengamatan yang telah ditulisnya. Siswa makin aktif dalam pembelajaran karena siswa mendapat hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah diketahuinya. 3.
Peneliti yang menekuni bidang Bahasa dan Sastra Indonesia agar dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai keterampilan menulis laporan
319
pengamatan. Selain dengan menggunakan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, para peneliti dapat menggunakan berbagai model pembelajaran agar meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil penelitian diharapkan dapat membantu guru dalam memecahkan masalah yang timbul selama pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sehingga berdampak positif bagi perkembangan pendidikan agar lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Iif Khoiru, Sofan Amri, Hendro Ari Setyono, dan Tatik Elisah. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Ahmadi, Iif Khoiru, Sofan Amri, dan Tatik Elisah. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka. Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsyad, dan Sakura Ridwan. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1998. Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Anderson, David, Susan Kay Davidson, and Cynthia Passmore. 2009. Learning on Zoo Field Trips: The Interaction of the Agendas and Practices of Students, Teachers, and Zoo Educators. http://www3.interscience.wiley.com/journal/122384384/abstract (diunduh pada 13 Desember 2012). Aqib, Zaenal. 2003. Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengembangan Profesi Guru. Lamongan: Yama Widya. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Hakim, Arief. 2005. Kiat Menulis artikel di Media: Dari Pemula Sampai Mahir. Bandung: Nuansa Cendekia. Hamilton, Alexander. 1995. Menulis Laporan dan Proposal. Semarang: Dahara Prize. Hamzah. 2011. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hasnun. 2004. Pedoman dan Petunjuk Praktis Karya Tulis. Yogyakarta: Absolut. Keraf, Gorys. 1995. Eksposisi. Jakarta: PT. Grasindo. Keraf, Gorys. 2004. Komposi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Jakarta: Nusa Indah. Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
320
321
Khalifah, Umi. 2010. “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Perjalanan Melalui Teknik Pelatihan Terbimbing dengan Media Foto Berangkai Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 17 Semarang”. Skripsi. Semarang: Unnes. Komaidi, Didik. 2007. Aku Bisa Menulis. Yogyakarta: Sabda Media. Kosasih. 2010. Bimbingan Menulis Karya Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia. Marshall,Stewart. 2011. A Genre-Based Approach to the Teaching of ReportWriting. Vol 10. http://dx.doi.org/10.1016/0889-4906(91)90012-L (Diunduh pada 8 Januari 2013) Nasution. 2008. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Novianto, Ervin. 2006. “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Kelas VIII B SMP Nusantara 1 Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan”. Skripsi. Semarang: Unnes Press. Nurudin. 2010. Dasar-Dasar Penulisan. Malang: UMM Press. O'Grady,John C. 2009. Report Writing for the Criminal Court. Vol 3 , Issue 11 . http://dx.doi.org/10.1383/psyt.3.11.34.53585 (Diunduh pada 7 Januari 2013) Partin, Ronald L. 2009. Kiat Nyaman Mengajar di Dalam Kelas. Jakarta: Indeks. Purwandari, Retno. 2012. Buku Pintar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Familia. Roose, Rudi. Andre Mottart, Nele Dejonckheere, Carol Van Nijnatten, and Maria De Bie. 2009. Participatory Social Work and Report Writing. http://www3.interscience.wiley.com/journal/122505829/abstract (diunduh pada 13 Desember 2012). Santi, Dwi. 2009. “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 03 Purwodadi”. Skripsi. Semarang: Unnes. Setiati, Eni. 2008. 7 Jurus Jitu Menulis Buku Best Seller. Yogyakarta: Andi Offset. Sofafia, Dyah. 2010. “Peningkatan Keterampulan Menulis Laporan Hasil Kegiatan Melalui Metode Dispress pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Randudongkal, Pemalang”. Skripsi. Semarang: Unnes.
322
Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang. Sumadiria, Haris. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Suparno dan Mohamada Yunus. 2009. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Suriamiharja, Agus, Akhlan Husein, dan Nunuy Nurjanah. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suwarno, Wiji. 2011. Perpustakaan dan Buku. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC. Tarigan, Henry Guntur. 1993. Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung. Wardani, Rizka Kusuma. 2008. “Peningkatan Keterampilan Menulis Laporan Perjalanan dengan Menggunakan Metode 5W+1H dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas VIIID MTS Al-Asror Patemon Gunungpati”. Skripsi. Semarang: Unnes. Wena, Made. 2008. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. Widyamartaya. 1990. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius. Widyamartaya, Lic. Phil dan Vero Sudiati. 2005. Mahir Menulis Berbagai Laporan. Yogyakarta: Kanisius. Winataputra, Udin S. 2001. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: PAUPPAI. Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo Anggola IKAPI.
323
LAMPIRAN 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1 Satuan Pendidikan : SMP Negeri 5 Batang Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas
: VIII
Semester
: Gasal
Alokasi Waktu
: 4 x 40’ (2 Pertemuan)
A.
STANDAR KOMPETENSI 5.
Menulis Mengungkapkan informasi dalam bentuk laporan, surat dinas, dan petunjuk
B.
KOMPETENSI DASAR 4.1 Menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
C.
INDIKATOR 1. Siswa mampu menulis kerangka laporan 2. Siswa mampu menulis laporan pengamatan berdasar kerangka laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
D.
TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Siswa dapat menulis kerangka laporan 2. Siswa dapat menulis laporan pengamatan berdasar kerangka laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
E.
MATERI PEMBELAJARAN : 1. Langkah-langkah menyusun kerangka laporan
324
Menyusun kerangka laporan merupakan satu cara untuk menyusun suatu rangakaian yang jelas dan terstruktur yang teratur dari karangan yang akan ditulis. Langkah-langkah dalam menyusun kerangka laporan adalah pertama, semua gagasan yang dikumpulkan, dicatat kemudian dipilih mana saja yang dapat dijadikan gagasan utama. Kedua, tiap-tiap pikiran utama dikembangkan dengan beberapa pikiran penjelas. Ketiga, pikiran penjelas itu masing-masing dikembangkan dengan menyebutkan penjelasan yang lebih teliti atau detail sesuai dengan keperluan. Penjelasan yang lebih detail dapat diperoleh dari hasil pengamatan atau wawancara. 2. Langkah menulis laporan Pada saat menulis laporan, membahas butir topik yang ada di dalam kerangka yang telah disusun. Pada saat menulis laporan, yang digunakan adalah bahan-bahan yang telah diklasifikasikan menurut keperluan sendiri. Dalam menulis laporan, diperlukan bahasa yang harus dikuasai. Dalam hal ini yang harus dikuasai adalah kata-kata yang mendukung gagasan. Penulis laporan harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata itu harus dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif. Selanjutnya, kalimat-kalimat harus disusun menjadi paragraf-paragraf yang memenuhi persyaratan. Selain itu, tulisan harus ditulis dengan ejaan yang berlaku dan digunakan secara tepat. Di samping itu, yang harus diperhatikan adalah menuliskan judul, subjudul, kutipan, catatan kaki, daftar pustaka, teknik penulisan, dan sebagainya. 3. Bahasa yang baik dan benar Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi dan benar dalam aturan kebahasaannya. Dengan kata lain, berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia sesuai dengan situasi dan kondisi,
325
sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah berbahasa Indonesia sesuai dengan kaidah kebahasaan yang berlaku atau biasa disebut dengan Ejaan yang Disempurnakan. Dalam situasi resmi harus digunakan bahasa Indonesia yang mencerminkan sifat keresmian, sedangkan dalam situasi tidak resmi atau santai tidak seharusnya digunakan bahasa baku. Contoh “Mbak, berapakah harga ikan ini satu kilogramnya?” kepada seorang penjual ikan di pasar. Dari segi kaidah, kalimat tersebut benar tetapi tidak baik karena situasi atau suasana penggunaannya. Sebaiknya dalam situasi tidak resmi seperti itu akan lebih baik jika menggunakan bahasa yang tidak terlalu formal, seperti “Harga ikannya berapa, Mbak?” atau “Ikannya sekilo berapa, Mbak?
F.
MODEL PEMBELAJARAN Model pembelajaran
: ceramah, jurisprudensial, wisata lapangan, diskusi
kelompok,
penugasan,
presentasi,
simpulan, refleksi, penguatan
G.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 (2 X 40 menit) No A.
Kegiatan Kegiatan Awal (6)Guru mengondisikan siswa agar siap belajar. (7)Guru mengadakan apersepsi (8)Guru menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari pada saat itu (9)Guru dan siswa bertanya jawab tentang tujuan dan manfaat pembelajaran pada hari itu
Alokasi Waktu
Metode
10 menit Ceramah
326
(10)
Guru menyampaikan pokok-pokok materi
pembelajaran. B.
60’
Kegiatan Inti Tahap Pertama: Orientasi terhadap Kasus (9)Siswa
mendapat
arahan
dari
guru
sebelum
melaksanakan wisata lapangan (10)
Siswa berwisata lapangan untuk melakukan
pengamatan dengan objek yang telah ditentukan
Wisata lapangan
selama 20 menit (11)
Siswa mencatat hal-hal penting yang mereka
temukan selama melakukan pengamatan Tahap kedua: Mengidentifikasi isu atau kasus (12)
Siswa mengemukakan temuannya kepada guru
dengan disertai penyebab terjadinya masalah yang mereka temukan (13)
Bersama kelompoknya, siswa mendiskusikan data-
data yang telah didapatkannya dengan mencari penyelesaian dari masalah yang mereka temukan kemudian siswa mengembangkan data-data tersebut menjadi kerangka laporan (14)
Bersama dengan kelompoknya, siswa menyusun
kerangka laporan berdasar data-data yang telah mereka catat Tahap ketiga: Menetapkan posisi (15)
Siswa
menentukan
kedudukannya
di
dalam
masalah yang telah mereka temukan selama berwisata lapangan (16)
Siswa berusaha mencari jalan keluar untuk
menyelesaikan masalahnya dan usaha yang harus dilakukannya di dalam masalah yang mereka hadapi kemudian menuliskan jalan keluar tersebut dalam
Diskusi kelompok
327
laporannya C.
Kegiatan Penutup
10’
(4)Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran
Simpulan
yang telah dipelajarinya pada saat itu (5)Guru dan siswa merefleksikan pembelajaran pada saat
Refleksi
itu (6)Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan
Penguatan
rumah untuk mempelajari aspek-aspek yang terdapat di dalam laporan
Pertemuan 2 (2x40 menit) No A.
Kegiatan Kegiatan Awal
Alokasi Waktu
Metode
10 menit Ceramah
(1) Guru mengondisikan siswa agar siap belajar. (2) Guru mengadakan apersepsi tentang materi sebelumnya (3) Guru menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari pada saat itu (4) Guru dan siswa bertanya jawab tentang tujuan dan manfaat pembelajaran pada hari itu (5) Guru memperkuat pokok-pokok materi pembelajaran. B.
Kegiatan Inti
60’
Tahap keempat: Mengeksplorasi contoh-contoh dan pola argumentasi (7) Bersama kelompoknya, siswa mulai menulis laporan dengan mengacu pada kerangka laporan yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya (8) Siswa menuliskan beberapa pendapatnya di dalam laporan pengamatan yang mereka tulis dengan disertai
Penugasan
328
data-data yang mendukung Tahap kelima: Menjernihkan dan menguji posisi (9) Di dalam laporannya, siswa menetapkan posisnya sebagai warga sekolah dan kedudukan itu dipaparkan di dalam tulisannya (10)
Presentasi
Tiap-tiap kelompok mempresentasikan laporan
pengamatannya di depan kelas (11)
Secara lisan, siswa lain menanggapi hasil laporan
pengamatannya Tahap keenam: Mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi posisi yang diluluskannya (12)
Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada
tiap kelompok setelah presentasi laporan hasil pengamatannya (13)
Guru memberikan hadiah kepada kelompok dan
siswa terbaik dalam penulisan laporan pengamatan C.
Kegiatan Penutup (4) Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran
10’ Simpulan
yang telah dipelajarinya pada saat itu (5) Guru dan siswa merefleksikan pembelajaran pada saat
Refleksi
itu (6) Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan
Penguatan
rumah untuk mempelajari materi aspek-aspek yang terdapat di dalam laporan
H. SUMBER BELAJAR 1.
Contoh laporan
2.
Lingkungan sekolah
3.
Abdi Guru, Tim. 2008. Seribu Pena Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
4.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
329
5.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.
6.
Suparno dan Muhamad Yunus. 2009. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.
I.
PENILAIAN 1. Penilaian a.
Teknik penilaian : Tes unjuk kerja
b.
Contoh soal 1) Bentuklah kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa 2) Lakukanlah pengamatan bersama kelompokmu di lingkungan sekolah
dengan
objek
yang
telah
ditentukan
dengan
menggunakan lembar kerja yang telah dibagikan! 3) Catat dan rangkailah pokok-pokok pengamatan dan hal-hal penting yang kamu temukan ketika melakukan pengamatan! 4) Tulislah laporan hasil pengamatan dengan mengembangkan pokok-pokok pengamatan yang telah kamu tulis! 5) Presentasikanlah hasil laporanmu di depan teman-temanmu yang lain!
330
LEMBAR PENGAMATAN SISWA
Nama Kelompok
:
Anggota
:
Objek
:
Waktu
:
No.
Kegiatan
Temuan
Ciri‐ciri
Keterangan
331
332
Rubrik Penilaian Indikator Penilaian
1. Mampu
mencatat
merangkai
Teknik
Bentuk
Penilaian
Instrumen
dan
Tes
Instrumen
Unjuk Kerja 1. Catat dan rangkailah
pokok‐pokok
pokok‐pokok
pengamatan dan hal‐hal
pengamatan
penting yang ditemukan
hal‐hal penting yang
selama mengamati objek
telah kamu temukan
berdasarkan urutan waktu,
selama mengamati
tempat, serta topik
objek urutan
2. Mampu menulis laporan
dan
berdasarkan waktu,
tempat, serta topik!
pengamatan berdasarkan
2. Tulislah
urutan waktu, tempat,
laporan
serta topik pengamatan
pengamatanmu
dengan
berdasarkan urutan
menggunakan
waktu, tempat, serta
bahasa yang baik
topic
dengan
menggunakan bahasa yang baik!
Penilaian Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan No
Aspek penilaian
Bobot
Skor
Nilai
1.
Karakteristik judul
2
4
8
2.
Kesesuaian isi laporan
4
4
16
3.
Penyusunan kerangka laporan
4
4
16
4.
Keruntutan pemaparan
4
4
16
5.
Ketepatan ejaan
2
4
8
333
6.
Ketepatan diksi
3
4
12
7.
Penggunaan kalimat
3
4
12
8.
Kerapian tulisan
2
4
8
25
100
Jumlah
Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan No.
Aspek Penilaian
1.
Karakteristik judul (menarik, singkat, profokatif, gambaran isi)
Skor
e. Judul menarik, singkat, relevan dengan 4 isi/informasi yang disampaikan f. Judul menarik, singkat g. Judul menarik, panjang h. Judul tidak menarik, panjang, dan tidak relevan
2.
Sangat Baik
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
Kesesuaian isi laporan dengan objek pengamatan
a. Isi laporan yang dibuat sesuai objek yang
dilihat/diamati, sistematis (sesuai kerangka), mendalam, semua ide tersampaikan. b. Isi laporan yang dibuat sesuai objek yang dilihat/diamati, sistematis.
4
Sangat Baik
c. Isi laporan yang dibuat sesuai objek yang 3 dilihat/diamati, tidak sistematis d. Isi laporan yang dibuat tidak sesuai objek yang
Kategori
Baik
334
dilihat/diamati, tidak sistematis, dan tidak 2 mendalam.
3.
1
Kurang
Penyusunan kerangka laporan
(kronologis, lengkap, sesuai data)
e. Kerangka laporan disusun secara kronologis, 4 lengkap, dan sesuai dengan data yang ada f. Kerangka laporan kronologis dan sesuai data g. Kerangka laporan tidak kronologis, namun sesuai data h. Pengembangan
kerangka
laporan
tidak
kronologis, tidak lengkap, tidak sesuai data
4.
Sangat Baik
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
Keruntutan pemaparan
e. Sederhana, mudah dipahami, jalan cerita 4
Sangat Baik
runtut, semua ide tersampaikan f. Jalan cerita runtut, mudah dipahami, dan jelas g. Jalan cerita sederhana, tetapi mudah dipahami h. Jalan cerita tidak runtut, tidak jelas, dan tidak mudah dipahami
Cukup
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
335
5.
Ketepatan ejaan
e. Jumlah kesalahan kurang dari 5 dan tidak 4 mengubah ide f.
Jumlah kesalahan bekisar 6‐10 dan tidak mengubah ide
g. Jumlah
kesalahan
bekisar
11‐15,
tidak
mengubah ide
6.
Ketepatan diksi
3
Baik
2
Cukup
Kurang
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
Penggunaan kalimat
e. Singkat, jelas, tidak ambigu.
4
Sangat Baik
f. Panjang tetapi jelas, tidak ambigu
3
Baik
g. Singkat, tidak jelas
2
Cukup
h. Panjang dan tidak jelas, ambigu
1
Kurang
tetapi sulit dipahami g. Diksi yang dipilih tepat tetapi sulit dipahami h. Diksi yang dipilih kurang tepat dan sulit dipahami
8.
Sangat Baik
f. Diksi yang dipilih tepat, bermakna tunggal,
7.
1
e. Diksi yang dipilih tepat, bermakna tunggal, dan 4 mudah dipahami
Sangat Baik
h. Jumlah kesalahan lebih dari 15 dan tidak mengubah ide
Kerapian tulisan
336
e. Tulisan rapi, mudah dibaca, dan tidak ada 4 coretan f. Tulisan rapi, mudah dibaca, dan terdapat coretan kurang dari 5 g. Tulisan mudah dibaca, dan tedapat coretan berkisar 6‐10 h. Tulisan tidak dapat dibaca
Sangat Baik
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
Batang, 1 Februari 2013
LAMPIRAN 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
337
SIKLUS II Satuan Pendidikan : SMP Negeri 5 Batang Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas
: VIII
Semester
: Gasal
Alokasi Waktu
: 4 x 40’ (2 Pertemuan)
A.
STANDAR KOMPETENSI 4. Menulis Mengungkapkan informasi dalam bentuk laporan, surat dinas, dan petunjuk
B.
KOMPETENSI DASAR 4.2 Menulis laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
C.
INDIKATOR 1. Siswa mampu menulis kerangka laporan 2. Siswa mampu menulis laporan pengamatan berdasar kerangka laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
D.
TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Siswa dapat menulis kerangka laporan 2. Siswa dapat menulis laporan pengamatan berdasar kerangka laporan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar
E.
MATERI PEMBELAJARAN : 1. Langkah-langkah menyusun kerangka laporan Menyusun kerangka laporan merupakan satu cara untuk menyusun suatu rangakaian yang jelas dan terstruktur yang teratur dari karangan
338
yang akan ditulis. Langkah-langkah dalam menyusun kerangka laporan adalah pertama, semua gagasan yang dikumpulkan, dicatat kemudian dipilih mana saja yang dapat dijadikan gagasan utama. Kedua, tiap-tiap pikiran utama dikembangkan dengan beberapa pikiran penjelas. Ketiga, pikiran penjelas itu masing-masing dikembangkan dengan menyebutkan penjelasan yang lebih teliti atau detail sesuai dengan keperluan. Penjelasan yang lebih detail dapat diperoleh dari hasil pengamatan atau wawancara. 2. Langkah menulis laporan Pada saat menulis laporan, membahas butir topik yang ada di dalam kerangka yang telah disusun. Pada saat menulis laporan, yang digunakan adalah bahan-bahan yang telah diklasifikasikan menurut keperluan sendiri. Dalam menulis laporan, diperlukan bahasa yang harus dikuasai. Dalam hal ini yang harus dikuasai adalah kata-kata yang mendukung gagasan. Penulis laporan harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata itu harus dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif. Selanjutnya, kalimat-kalimat harus disusun menjadi paragraf-paragraf yang memenuhi persyaratan. Selain itu, tulisan harus ditulis dengan ejaan yang berlaku dan digunakan secara tepat. Di samping itu, yang harus diperhatikan adalah menuliskan judul, subjudul, kutipan, catatan kaki, daftar pustaka, teknik penulisan, dan sebagainya. 3. Bahasa yang baik dan benar Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi dan benar dalam aturan kebahasaannya. Dengan kata lain, berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia sesuai dengan situasi dan kondisi, sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah berbahasa Indonesia sesuai dengan kaidah kebahasaan yang berlaku atau biasa
339
disebut dengan Ejaan yang Disempurnakan. Dalam situasi resmi harus digunakan bahasa Indonesia yang mencerminkan sifat keresmian, sedangkan dalam situasi tidak resmi atau santai tidak seharusnya digunakan bahasa baku. Contoh “Mbak, berapakah harga ikan ini satu kilogramnya?” kepada seorang penjual ikan di pasar. Dari segi kaidah, kalimat tersebut benar tetapi tidak baik karena situasi atau suasana penggunaannya. Sebaiknya dalam situasi tidak resmi seperti itu akan lebih baik jika menggunakan bahasa yang tidak terlalu formal, seperti “Harga ikannya berapa, Mbak?” atau “Ikannya sekilo berapa, Mbak?
F.
MODEL PEMBELAJARAN Model pembelajaran
: ceramah, jurisprudensial, wisata lapangan, diskusi
kelompok,
penugasan,
presentasi,
simpulan, refleksi, penguatan
G.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 (2 X 40 menit) No A.
Kegiatan Kegiatan Awal 1. Guru mengondisikan siswa agar siap belajar. 2. Guru mengadakan apersepsi tentang materi sebelumnya 3. Guru menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari pada saat itu 4. Guru dan siswa bertanya jawab tentang tujuan dan manfaat pembelajaran pada hari itu
Alokasi Waktu
Metode
10 menit Ceramah
340
5. Guru menyampaikan pokok-pokok materi pembelajaran. B.
60’
Kegiatan Inti Tahap Pertama: Orientasi terhadap Kasus 1. Siswa mendapat arahan dari guru sebelum melaksanakan wisata lapangan 2. Siswa berwisata lapangan untuk melakukan pengamatan dengan objek yang sama seperti
Wisata lapangan
pertemuan sebelumnya selama 30 menit 3. Siswa mencatat hal-hal penting yang mereka temukan selama melakukan pengamatan sebagai perbaikan data pada pengamatan sebelumnya Tahap kedua: Mengidentifikasi isu atau kasus 4. Siswa mengemukakan temuan barunya kepada guru dengan disertai penyebab terjadinya masalah yang mereka temukan 5. Bersama kelompoknya, siswa mendiskusikan datadata baru yang telah didapatkannya dengan
Diskusi
mencari penyelesaian dari masalah yang mereka
kelompok
temukan kemudian siswa mengembangkan datadata tersebut menjadi kerangka laporan 6. Bersama dengan kelompoknya, siswa menyusun kerangka laporan berdasar data-data yang telah mereka catat sebagai perbaikan dari kerangka laporan sebelumnya Tahap ketiga: Menetapkan posisi 7. Siswa
menentukan
kedudukannya
di
dalam
masalah yang telah mereka temukan selama berwisata lapangan 8. Siswa berusaha mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalahnya dan usaha yang harus
341
dilakukannya di dalam masalah yang mereka hadapi kemudian menuliskan jalan keluar pada laporan pengamatan yang ditulisnya C.
Kegiatan Penutup 1. Guru
dan
10’ siswa
menyimpulkan
materi
Simpulan
pembelajaran yang telah dipelajarinya pada saat itu 2. Guru dan siswa merefleksikan pembelajaran pada
Refleksi
saat itu 3. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk mempelajari aspek-aspek yang
Penguatan
terdapat di dalam laporan
Pertemuan 2 (2x40 menit) No A.
Kegiatan Kegiatan Awal
Alokasi Waktu
Metode
10 menit
1. Guru mengondisikan siswa agar siap belajar.
Ceramah
2. Guru mengadakan apersepsi tentang materi sebelumnya 3. Guru menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari pada saat itu 4. Guru dan siswa bertanya jawab tentang tujuan dan manfaat pembelajaran pada hari itu B.
Kegiatan Inti
60’
Tahap keempat: Mengeksplorasi contoh-contoh dan pola argumentasi 1. Siswa mendapatkan contoh laporan yang dibagikan oleh guru sebagai contoh penulisan isi laporan hasil pengamatan
Penugasan
342
2. Bersama kelompoknya, siswa mulai menulis laporan dengan mengacu pada kerangka laporan yang telah dibuat
pada
pertemuan
sebelumnya
dan
telah
diperbaiki 3. Siswa menuliskan beberapa pendapatnya di dalam laporan pengamatan yang mereka tulis dengan disertai data-data yang mendukung Tahap kelima: Menjernihkan dan menguji posisi 4. Di dalam laporannya, siswa menetapkan posisnya sebagai warga sekolah dan kedudukan itu dipaparkan di dalam tulisannya Presentasi
5. Tiap-tiap kelompok mempresentasikan laporan hasil pengamatannya di depan kelas 6. Siswa lain menanggapi hasil laporan pengamatannya Tahap keenam: Mengetes asumsi faktual yang melatarbelakangi posisi yang diluluskannya 7. Guru
memberikan
beberapa
pertanyaan
kepada
perwakilan kelompok setelah presentasi laporan hasil pengamatan yang telah ditulisnya. 8. Guru memberikan hadiah kepada kelompok dan siswa yang mendapat nilai tertinggi sebagai apresiasi C.
Kegiatan Penutup 1.
Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran
10’ Simpulan
yang telah dipelajarinya pada saat itu 2.
Guru dan siswa merefleksikan pembelajaran pada saat itu
3.
Refleksi
Guru memberikan arahan untuk mempelajari materi selanjutnya Penguatan
H. SUMBER BELAJAR 1.
Contoh laporan
343
2.
Lingkungan sekolah
3.
Abdi Guru, Tim. 2008. Seribu Pena Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
4.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Flores: Nusa Indah.
5.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.
6.
Suparno dan Muhamad Yunus. 2009. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.
I.
PENILAIAN 1. Penilaian a.
Teknik penilaian : Tes unjuk kerja
b.
Contoh soal 1) Bentuklah kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa 2) Lakukanlah pengamatan bersama kelompokmu di lingkungan sekolah
dengan
objek
yang
telah
ditentukan
dengan
menggunakan lembar kerja yang telah dibagikan! 3) Catat dan rangkailah pokok-pokok pengamatan dan hal-hal penting yang kamu temukan ketika melakukan pengamatan! 4) Tulislah laporan hasil pengamatan dengan mengembangkan pokok-pokok pengamatan yang telah kamu tulis! 5) Presentasikanlah hasil laporanmu di depan teman-temanmu yang lain!
344
LEMBAR PENGAMATAN SISWA
Nama Kelompok
:
Anggota
:
Objek
:
Waktu
:
No.
Kegiatan
Temuan
Ciri‐ciri
Keterangan
345
345
Rubrik Penilaian Indikator Penilaian
1.
Mampu
mencatat
merangkai
2.
Teknik
Bentuk
Penilaian
Instrumen
dan
Tes
Instrumen
Unjuk Kerja 1.
Catat dan rangkailah
pokok‐pokok
pokok‐pokok
pengamatan dan hal‐hal
pengamatan
penting yang ditemukan
hal‐hal penting yang
selama mengamati objek
telah
berdasarkan urutan waktu,
temukan
tempat, serta topic
mengamati
kamu selama objek
berdasarkan urutan
Mampu menulis laporan
waktu,
pengamatan berdasarkan
tempat,
serta topik!
urutan waktu, tempat, serta topik pengamatan dengan
dan
2. Tulislah
menggunakan
laporan
pengamatanmu
bahasa yang baik dan
berdasarkan urutan
benar.
waktu,
tempat,
serta topic dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar!
Penilaian Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan No
Aspek penilaian
Skor
Nilai
1.
Karakteristik judul
2
4
8
2.
Kesesuaian isi laporan
4
4
16
3.
Penyusunan kerangka laporan
4
4
16
Bobot
346
4.
Keruntutan pemaparan
4
4
16
5.
Ketepatan ejaan
2
4
8
6.
Ketepatan diksi
3
4
12
7.
Penggunaan kalimat
3
4
12
8.
Kerapian tulisan
2
4
8
Jumlah
25
100
Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan No.
Aspek Penilaian
Skor
Kategori
1.
Karakteristik judul
(menarik, singkat, profokatif, gambaran isi)
a. Judul menarik, singkat, relevan dengan 4 isi/informasi yang disampaiakn
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
a. Isi laporan yang dibuat sesuai objek yang
b. Judul menarik, singkat c. Judul menarik, panjang d. Judul tidak menarik, panjang, dan tidak relevan
2.
Kesesuaian isi laporan dengan objek pengamatan
dilihat/diamati, sistematis (sesuai kerangka), mendalam, semua ide tersampaikan. b. Isi laporan yang dibuat sesuai objek yang dilihat/diamati, sistematis. c. Isi laporan yang dibuat sesuai objek yang
Sangat Baik
4
Sangat Baik
347
3
dilihat/diamati, tidak sistematis
d. Isi laporan yang dibuat tidak sesuai objek yang dilihat/diamati, tidak sistematis, dan tidak mendalam.
3.
Cukup
1
Kurang
(kronologis, lengkap, sesuai data)
a. Kerangka laporan disusun secara kronologis, 4 lengkap, dan sesuai dengan data yang ada b. Kerangka laporan kronologis dan sesuai data c. Kerangka laporan tidak kronologis, namun sesuai data kerangka
laporan
tidak
kronologis, tidak lengkap, tidak sesuai data
4.
Keruntutan pemaparan
runtut, semua ide tersampaikan b. Jalan cerita runtut, mudah dipahami, dan jelas c. Jalan cerita sederhana, tetapi mudah dipahami d. Jalan cerita tidak runtut, tidak jelas, dan tidak mudah dipahami
Sangat Baik
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
a. Sederhana, mudah dipahami, jalan cerita 4
2
Penyusunan kerangka laporan
d. Pengembangan
Baik
Sangat Baik
3
Baik
2
Cukup
348
5.
1
Kurang
Ketepatan ejaan
a. Jumlah kesalahan kurang dari 5 dan tidak 4
Sangat Baik
mengubah ide b. Jumlah kesalahan bekisar 6‐10 dan tidak mengubah ide c. Jumlah
kesalahan
bekisar
11‐15,
tidak
mengubah ide
3
Baik
2
Cukup
d. Jumlah kesalahan lebih dari 15 dan tidak mengubah ide
6.
Ketepatan diksi
1
Kurang
a. Diksi yang dipilih tepat, bermakna tunggal, dan 4 mudah dipahami
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
Penggunaan kalimat
a. Singkat, jelas, tidak ambigu.
4
Sangat Baik
b. Panjang tetapi jelas, tidak ambigu
3
Baik
c. Singkat, tidak jelas
2
Cukup
tetapi sulit dipahami c. Diksi yang dipilih tepat tetapi sulit dipahami d. Diksi yang dipilih kurang tepat dan sulit dipahami
Sangat Baik
b. Diksi yang dipilih tepat, bermakna tunggal,
7.
349
d. Panjang dan tidak jelas, ambigu 8.
1
Kurang
Kerapian tulisan
a. Tulisan rapi, mudah dibaca, dan tidak ada 4
Sangat Baik
coretan b. Tulisan rapi, mudah dibaca, dan terdapat coretan kurang dari 5 c. Tulisan mudah dibaca, dan terdapat coretan berkisar 6‐10 d. Tulisan tidak dapat dibaca
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
Batang, 1 Februari 2013
350
LAMPIRAN 3 Contoh LEMBAR PENGAMATAN SISWA
Nama Kelompok
: Yulistya Eka
Anggota
: Dinda, Amanda, Aisyah, Amira
Objek
: Kampung Jati Karya
Waktu
: Jumat, 18 April 2012
No. 1.
Kegiatan
Temuan
Ciri‐ciri
Mengamati
Rumah tidak
Bangunan rumah
Tidak mengikuti
rumah
tertata rapi
berimpitan
peraturan
penduduk
2.
pemerintah
Tidak ada sirkulasi
Mengamati
Halaman tidak
halaman
ditanami tanaman
3. Mengamati
Keterangan
Ditutup semen
Kurangnya resapan air, banjir
Banyak sampah
Sampah di mana‐
kebersihan
berserakan
mana
Tidak dibuang
pada tempatnya
Banyak tikus dan kecoa berkeliaran
Menyebabkan
Saluran air
penyumbatan
tersumbat sampah, menimbulkan banjir
351
4.
Mengamati
Banyak gedung
Gedung menjulang
gedung disekitar besar
tinggi
rumah penduduk
Hotel ternama di
Jakarta
Kurangnya saluran Wawancara resapan air
dengan warga
Menimbulkan banjir
352
LAMPIRAN 4 CONTOH KERANGKA LAPORAN
Lokasi pengamatan
: Kampung Jati Karya
Hari, tanggal pengamatan
: Jumat, 18 April 2012
1. Rumah-rumah penduduk tidak tertata rapi 2. Bangunan rumah berimpitan, tidak ada sirkulasi 3. Halaman rumah ditutup semen, menimbulkan banjir 4. Kesadaran warga akan kebersihan masih rendah 5. Sampah berserakan menimbulkan penyumbatan 6. Gedung–gedung tinggi menyebabkan banjir
353
LAMPIRAN 5 Contoh Laporan Pengamatan
Laporan Hasil Pengamatan Lingkungan Kampung Jati Karya Hari, tanggal pengamatan
: Jumat, 18 April 2012
Lokasi pengamatan
: Kampung Jati Karya
Pengamat
: Yulistya Eka
Kelas
: VIII F Rumah-rumah penduduk di kawasan Kampung Jati karya tidak tertata rapi.
Sebagian besar rumah penduduk dibangun tidak mengikuti Peraturan Pemerintah Daerah. Bangunannya berimpitan satu sama lain sehingga tidak ada sirkulasi udara. Penduduk yang mempunyai halaman kebanyakan tidak ditanami tanamtanaman. Halaman itu ditutup dengan semen agar tidak kotor ketika hujan datang. Hal tersebut menimbulkan kurangnya resapan air ketika hujan datang sehingga menimbulkan banjir. Selain halaman yang ditutup dengan semen, kesadaran warga akan kebersihan juga masih rendah. Sampah berserakan di mana-mana, tidak dibuang pada tempatnya sehingga banyak hewan yang senang akan sampah, seperti tikus dan kecoa. Sampah yang berserakan menimbulkan penyumbatan saluran air di sekitar kampung. Banyak gedung menjulang tinggi tak jauh dari rumah penduduk. Gedunggedung itu adalah hotel ternama di Jakarta. Menurut warga sekitar, selain karena halaman rumah warga yang ditutup semen, keberadaan hotel itu yang menyebabkan kampung Karya Jati sering banjir karena tidak ada saluran resapan air.
354
LAMPIRAN 6 INSTRUMEN TES SIKLUS 1 1. Lakukan observasi di lingkungan sekolah dan sekitarnya! 2. Tulislah temuanmu pada lembar pengamatan selama mengamati objek! 3. Tulislah kerangka laporan berdasarkan temuanmu sesuai dengan objek yang telah kamu pilih! 4. Tulislah laporan hasil pengamatan berdasarkan kriteria penulisan laporan dengan memperhatikan: 1. karakteristik judul 2. kesesuian isi 3. kerangka laporan 4. keruntutan pemaparan 5. ketepatan ejaan 6. ketepatan diksi 7. keefektifan kalimat 8. kerapian tulisan
355
LAMPIRAN 7 INSTRUMEN TES SIKLUS 2 1. Lakukan observasi di lingkungan sekolah dan sekitarnya! 2. Tulislah temuanmu pada lembar pengamatan selama mengamati objek! 3. Tulislah kerangka laporan berdasarkan temuanmu sesuai dengan objek yang telah kamu pilih! 4. Tulislah laporan hasil pengamatan berdasarkan kriteria penulisan laporan dengan memerhatikan: a. karakteristik judul b. kesesuian isi c. kerangka laporan d. keruntutan pemaparan e. ketepatan ejaan f. ketepatan diksi g. keefektifan kalimat h. kerapian tulisan
356
LAMPIRAN 8 PANDUAN OBSERVASI
Nama
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Hari/Tanggal
:
Kelas
:
Tahun Pelajaran
:
Aspek Pengamatan 1
2
3
4
5
6
7
8
R-1
9
Keterangan
10
1. Perilaku positif 1) Siswa
R-2
memperhatikan
R-3
merespons
R-4
(bertanya, menanggapi, dan
R-5
membuat catatan); 2) Siswa
R-6
dengan
dan
berpartisipasi
antusias
secara
R-7
aktif dalam kegiatan diskusi
R-8
kelompok; 3) Siswa
R-9
merespons
positif
terhadap
proses
R-10
(senang)
R-11
pembelajaran; 4) Siswa aktif menjawab dan
R-12
selalu
R-13
bertanya
apabila
menemukan kesulitan;
R-14
5) Siswa
R-15
mengerjakan
tugas
dengan baik;
R-16 R-17 R-18
2. Perilaku negatif
R-19
6) Siswa tidak memperhatikan
R-20
357
R-21
penjelasan
R-22
melakukan kegiatan yang tidak
R-23
perlu (bicara sendiri, mondar-
R-24
mandir, tiduran, dan membuat
R-25
catatan yang tidak penting); 7) Siswa kurang
R-26 R-27
atau
R-28
diskusi kelompok
pasif
8) Siswa
R-29
dan
berpartisipasi
dalam
kegiatan
merespons
negatif
R-30
(mengabaikan
R-31
selama proses pembelajaran;
R-32
9) Siswa pasif dan malas untuk bertanya
R-33
pelajaran)
mengenai
materi
yang disampaikan guru;
R-34
10)
R-35
Siswa tidak mengerjakan
tugas dengan baik.
R-36 R-37 R-38 R-39 R-40
guru
358
LAMPIRAN 9 JURNAL SISWA
1.
Nama Siswa
:
No. Absen
:
Hari/Tanggal
:
Kelas
:
Tahun Pelajaran
:
Bagaimana perasaan kamu setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan melalui model Jurisprudensial berbasis wisata lapangan yang dilakukan secara berkelompok? ............................................................................................................................. ..............................................................................................................
2.
Apa kesulitan yang kamu hadapi saat pembelajaran menulis laporan melalui model Jurisprudensial berbasis wisata lapangan? ………………………………………………………………………………… …………………………………………….........…………………………….
3.
Bagaimana tanggapan kamu dengan model pembelajaran yang digunakan guru? ............................................................................................................................. ...................................................................................................................
4.
Bagaimana pendapat kamu terhadap cara mengajar guru? ………………………………………………………………………………… ……………………………………………………….........………………….
5.
Apa saran yang ingin kamu sampaikan terhadap pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan melalui model Jurisprudensial berbasis wisata lapangan? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………..
359
LAMPIRAN 10 JURNAL GURU
Pertanyaan: 1. Bagaimana kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan? 2. Bagaimana respon siswa terhadap hasil pemilihan topik atau tema yang dilakukan secara berkelompok? 3. Bagaimana keaktifan siswa saat melakukan observasi di lapangan? 4. Bagaimana perilaku siswa saat melakukan observasi dan menulis laporan hasil pengamatan dengan kelompoknya? 5. Apa sajakah peristiwa yang muncul saat pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan?
360
LAMPIRAN 11 PANDUAN WAWANCARA Nama
:
Kelas/Semster : Hari/Tanggal : 1.
Bagaimana perasaan kamu saat berdiskusi menentukan tempat yang akan dijadikan objek pengamatan? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………..
2.
Bagaimana pendapat kamu saat melakukan pengamatan pada objek? ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
3.
Apa saja kesulitan yang kamu alami dalam menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan? ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
4.
Apa manfaat yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………..
5.
Apakah setelah mengikuti pembelajaran tadi kamu sudah dapat menulis laporan hasil pengamatan dengan tepat? ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………
361
LAMPIRAN 12 PANDUAN DOKUMENTASI FOTO SIKLUS 1 1. Aktivitas siswa saat mendengarkan penjelasan guru 2. Aktivitas siswa saat bertanya kepada guru 3. Aktivitas siswa saat melakukan pengamatan 4. Aktivitas siswa saat mewawancarai narasumber 5. Aktivitas siswa saat mendiskusikan laporan hasil pengamatan 6. Aktivitas siswa saat mempresentasikan laporan hasil pengamatan 7. Aktivitas saat pengujian laporan hasil pengamatan oleh guru 8. Aktivitas saat penyerahan penghargaan
362
LAMPIRAN 13 PANDUAN DOKUMENTASI FOTO SIKLUS 2 1. Aktivitas siswa saat mendengarkan penjelasan guru 2. Aktivitas siswa saat bertanya kepada guru 3. Aktivitas siswa saat mengamati contoh laporan hasil pengamatan 4. Aktivitas siswa saat melakukan pengamatan 5. Aktivitas siswa saat mewawancarai narasumber 6. Aktivitas siswa saat mendiskusikan laporan hasil pengamatan 7. Aktivitas siswa saat mempresentasikan laporan hasil pengamatan 8. Aktivitas saat pengujian laporan hasil pengamatan oleh guru 9. Aktivitas saat penyerahan penghargaan
363
LAMPIRAN 14 DAFTAR SISWA KELAS VIII B
No. NIS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
6030 6073 6153 6196 6198 6241 6042 6159 6202 6247 6124 6079 6080 6165 6208 6253 6048 6171 6085 6130 6259 6054 6173 6214 6091 6177 6060 6183 6265 6220 6226 6103 6228 6191 6067 6271 6150 6193 6005 5931 L= P=
NAMA A'AR WICAKSONO AHMAD SHOLEHUL YAHYA ALINA BIDIN ANA RESTU KHUMAEROH ANNISA ARININGSIH AYU MIFTAKHUSSIFA DEVI INTAN GUS SULISTYANI DHINA KUSUMAWATI DIANA SEFRIANTI DIOS BAGUS SETIYONO DIYAN NOVITA EKO KHOIRUNISAK EKO SETYO NUGROHO ERLINA PRAMESTI FINA IDA MATUSILMI FIRDA AMILIANA HANDI MULIAWAN IKA AGUSTINA ARI KAWATI IYAN RUKHIDA MUBARAK KHOIRUN NISA' KHUSNUL FAIZIN LINA KUMALASARI MARETA OLIVIA PUTRI MEGA DIAH NOTO SAPUTRI MISDALINAH MUCHAMMAD HADI RIFA'I MUHAMMAD RIFQI RAHMAWAN NUR HABIBAH NUR LILLAH MEIDIS ANGGRAENI PAYUTO SAFANA DIAH LESTARI SISKA RINAWATI VALENTINA SITI MUFANDILAH TAPSIR SAYFUDIN TIAN KUSUMANING PUTRI TRISNANI UMI ISTIKOMAH WINDA SARI OCHTAVIANI HERU WIJAYA OKTHA SULISTIYA 16 24
L/P L L L P P P P P P L P L L P P P L P L L L P P P P L L P P L P P P L P P P P L L
364
jml
40
LAMPIRAN 15 DAFTAR NILAI MENULIS LAPORAN HASIL PENGAMATAN KELAS VIII B SMP NEGERI 5 BATANG Tahun Ajaran 2012/2013
NO.
NAMA
PRASIKLUS
SIKLUS II
A'ar Wicaksono
46
61
66
35
66
66
62
61
68
74
70
94
73
72
70
6
Ahmad Solehul Yahya Ali Nabidin Ana Restu K. Annisa Ariningsih Ayu Miftakhussifa
69
72
91
7
Devi Intan Gus Sulistyani
58
72
86
61
71
71
78
80
85
69
73
90
58
80
83
49
71
80
47
50
71
70
72
84
63
57
76
69
68
84
17
Dhina Kusumawati Diana Sefrianti Dios Bagus Setiyono Diyan Novita Eko Khoirunisak Eko Setyo Nugroho Erlina Pramesti Fina Ida Matusilmi Firda Amiliana Handi Muliawan
35
71
88
18
Ika Agustina Ari Kawati
49
70
81
19
49
52
66
75
83
84
46
77
91
85
67
87
23
Iyan Ruchida Mubarak Khoirun Nisa' Khusnul Faizin Lina Kumalasari Mareta Olivia Putri
55
68
82
24
Mega Diah Noto Saputri
50
70
83
63
62
86
26
Misdalinah Muchamad Hadi Rifa'i
35
42
70
27
Muhammad Rifqi Rahmawan
64
77
88
28
Nur Habibah
67
78
88
1 2 3 4 5
8 9 10 11 12 13 14 15 16
20 21 22
25
SIKLUS I
365
Nur Lilah Meidis Anggraeni
61
64
89
56
54
74
31
Payuto Safana Diah Lestari
73
85
87
32
Siska Rinawati Valentina
54
63
82
Siti Mufandilah Tapsir Sayfudin Tian Kusumaning Putri Trisnani Umi Istikomah Winda Sari Ochtaviani Heru Wijaya Oktha Sulistiya
64
72
86
48
51
71
65
72
73
74
67
90
67
73
80
71
72
74
39
56
65
41
53
66
TERTINGGI
85
85
94
TERENDAH
35
42
65
RATA-RATA
59,18
67,38
79,90
NILAI KUMULATIF
2367
2695
3196
TUNTAS
9
22
34
TIDAK TUNTAS
31
18
6
29 30
33 34 35 36 37 38 39 40
366
LAMPIRAN 16 DAFTAR NILAI MENULIS LAPORAN PENGAMATAN SIKLUS I KELAS VIII B SMP NEGERI 5 BATANG TAHUN AJARAN 2012/2013
1
2
3
ASPEK 4 5
6
7
8
A'ar Wicaksono
6
12
8
12
4
9
6
2
Ahmad Solehul Yahya
6
12
8
12
4
9
3
Ali Nabidin
4
12
8
12
6
4
Ana Restu K.
8
16
12
8
5
Annisa Ariningsih
8
16
12
6
Ayu Miftakhussifa
8
16
7
Devi Intan Gus Sulistyani
8
8
Dhina Kusumawati
9
NO
NAMA
NA
Ket.
1
4
61
TIDAK TUNTAS
9
6
66
TIDAK TUNTAS
9
6
4
61
TIDAK TUNTAS
6
6
6
8
70
TUNTAS
12
2
9
9
4
72
TUNTAS
8
12
6
9
9
4
72
TUNTAS
16
12
8
8
6
6
8
72
TUNTAS
8
16
12
12
8
3
6
6
71
TUNTAS
Diana Sefrianti
8
16
12
12
6
12
6
8
80
TUNTAS
10
Dios Bagus Setiyono
8
16
16
12
2
6
9
4
73
TUNTAS
11
Diyan Novita
8
16
12
12
6
9
9
8
80
TUNTAS
12
Eko Khoirunisak
8
16
8
12
6
6
9
6
71
TUNTAS
13
Eko Setyo Nugroho
2
12
8
8
4
6
6
4
50
TIDAK TUNTAS
367
14
Erlina Pramesti
8
16
8
16
6
6
6
6
72
TUNTAS
15
Fina Ida Matusilmi
8
16
8
8
2
6
3
6
57
TIDAK TUNTAS
16
Firda Amiliana
8
16
12
12
2
6
6
6
68
TIDAK TUNTAS
8
16
8
16
4
6
9
4
71
TUNTAS
8
16
8
12
2
9
9
6
70
TUNTAS
17 18
Handi Muliawan Ika Agustina Ari Kawati
19
Iyan Ruchida Mubarak
2
12
4
8
4
9
9
4
52
TIDAK TUNTAS
20
Khoirun Nisa'
8
16
12
12
6
12
9
8
83
TUNTAS
21
Khusnul Faizin
8
16
16
12
2
6
9
8
77
TUNTAS
22
Lina Kumalasari
8
16
12
12
2
6
3
8
67
TIDAK TUNTAS
23
Mareta Olivia Putri
8
16
8
12
2
9
9
4
68
TIDAK TUNTAS
24
Mega Diah Noto Saputri
8
16
12
12
6
6
6
4
70
TUNTAS
25
Misdalinah
8
16
8
8
2
6
6
8
62
TIDAK TUNTAS
26
Muchamad Hadi Rifa'i
2
8
4
4
4
9
9
2
42
TIDAK TUNTAS
27
Muhammad Rifqi Rahmawan
8
16
12
16
4
6
9
6
77
TUNTAS
28
Nur Habibah
8
16
12
8
8
9
9
8
78
TUNTAS
29
Nur Lilah Meidis Anggraeni
8
16
8
12
2
6
6
6
64
TIDAK TUNTAS
30
Payuto
2
8
8
8
4
9
9
6
54
TIDAK TUNTAS
8
16
12
12
8
12
9
8
85
TUNTAS
8
16
8
8
8
3
6
6
63
TIDAK
31 32
Safana Diah Lestari Siska Rinawati
368
Valentina
TUNTAS
33
Siti Mufandilah
8
16
12
12
4
6
6
8
72
TUNTAS
34
Tapsir Sayfudin
2
12
4
6
8
9
6
4
51
TIDAK TUNTAS
35
Tian Kusumaning Putri
8
16
12
8
2
9
9
8
72
TUNTAS
36
Trisnani
8
16
8
12
2
9
6
6
67
TIDAK TUNTAS
37
Umi Istikomah
8
16
16
12
2
6
9
4
73
TUNTAS
38
Winda Sari Ochtaviani
8
16
8
12
2
9
9
8
72
TUNTAS
39
Heru Wijaya
4
8
8
12
6
6
6
6
56
TIDAK TUNTAS
40
Oktha Sulistiya
2
12
8
8
4
6
9
4
53
TIDAK TUNTAS
297
236
2695
JUMLAH
272 588 392
434
TUNTAS
22
TIDAK TUNTAS
18
176 300
369
LAMPIRAN 17 DAFTAR NILAI MENULIS LAPORAN PENGAMATAN SIKLUS II KELAS VIII B SMP NEGERI 5 BATANG TAHUN AJARAN 2012/2013
ASPEK NO
NAMA
1
NA
KET.
6
66
TIDAK TUNTAS
9
6
66
TIDAK TUNTAS
9
9
6
68
TIDAK TUNTAS
6
12
12
8
94
TUNTAS
16
2
3
3
6
70
TUNTAS
16
16
8
9
12
6
91
TUNTAS
16
16
16
6
9
9
6
86
TUNTAS
8
16
12
12
8
3
6
6
71
TUNTAS
1
2
3
4
5
6
7
8
A'ar Wicaksono
6
12
8
12
4
9
9
2
Ahmad Solehul Yahya
6
12
8
12
4
9
3
Ali Nabidin
6
12
8
12
6
4
Ana Restu K.
8
16
16
16
Annisa Ariningsih Ayu Miftakhussifa Devi Intan Gus Sulistyani Dhina Kusumawati
8
16
16
8
16
8
5 6 7 8 9
Diana Sefrianti
8
16
8
16
8
12
9
8
85
TUNTAS
10
Dios Bagus Setiyono
8
16
16
16
8
12
12
2
90
TUNTAS
11
Diyan Novita
8
16
8
16
8
9
12
6
83
TUNTAS
Eko Khoirunisak Eko Setyo Nugroho
8
16
16
16
6
3
9
6
80
TUNTAS
8
12
12
12
6
6
9
6
71
TUNTAS
12 13 14
Erlina Pramesti
8
16
16
16
8
3
9
8
84
TUNTAS
15
Fina Ida Matusilmi
8
16
16
16
4
3
9
4
76
TUNTAS
16
Firda Ameliana
8
16
16
16
4
12
6
6
84
TUNTAS
370
17 18
Handi Muliawan Ika Agustina Ari Kawati
8
16
16
16
8
9
9
6
88
TUNTAS
8
16
16
16
4
6
9
6
81
TUNTAS
19
Iyan Ruchida Mubarak
6
12
8
12
4
9
9
6
66
TIDAK TUNTAS
20
Khoirun Nisa'
8
12
8
16
8
12
12
8
84
TUNTAS
21
Khusnul Faizin
8
16
16
16
8
9
12
6
91
TUNTAS
Lina Kumalasari Mareta Olivia Putri Mega Diah Noto Saputri
8
16
16
16
2
12
9
8
87
TUNTAS
8
16
16
16
2
9
9
6
82
TUNTAS
8
16
16
16
6
9
6
6
83
TUNTAS
Misdalinah
8
16
16
16
6
6
12
6
86
TUNTAS
Muchamad Hadi Rifa'i Muhammad Rifqi Rahmawan
6
12
12
12
4
9
9
6
70
TUNTAS
8
16
16
16
8
9
9
6
88
TUNTAS
22 23 24 25 26 27 28
Nur Habibah
8
16
16
16
6
9
9
8
88
TUNTAS
29
Nur Lilah Meidis Anggraeni
8
16
16
16
6
12
9
6
89
TUNTAS
30
Payuto
8
16
12
16
4
6
6
6
74
TUNTAS
Safana Diah Lestari Siska Rinawati Valentina
8
16
12
16
8
12
9
6
87
TUNTAS
8
16
16
16
8
3
9
6
82
TUNTAS
31 32 33
Siti Mufandilah
8
16
16
16
4
12
6
8
86
TUNTAS
34
Tapsir Sayfudin
8
12
12
12
6
9
6
6
71
TUNTAS
35
Tian Kusumaning Putri
8
16
8
8
6
9
12
6
73
TUNTAS
36
Trisnani
8
16
16
16
4
12
12
6
90
TUNTAS
37
Umi Istikomah
8
16
16
16
6
3
9
6
80
TUNTAS
371
38
Winda Sari Ochtaviani
8
16
8
8
8
9
9
8
74
TUNTAS
39
Heru Wijaya
6
12
8
12
6
6
9
6
65
TIDAK TUNTAS
40
Oktha Sulistiyo
6
12
12
8
6
9
9
4
66
TIDAK TUNTAS
248
3196
JUMLAH
306 600 532 580 234 333 363
TUNTAS TIDAK TUNTAS
34 6
LAMPIRAN 18 HASIL OBSERVASI SIKLUS I Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Hari, tanggal
: Selasa, 26 Februari 2013
Kelas
: VIII B
Tahun Pelajaran
: 2012/2013 Aspek Pengamatan
Res. 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
R-1
−
−
−
−
√
√
√
√
√
−
R-2
−
−
−
−
√
√
√
√
√
−
R-3
√
√
√
√
√
−
−
−
√
−
Keterangan A. Perilaku positif 1. Siswa memperhatikan dan dengan
merespons antusias
372
R-4
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
(bertanya,
R-5
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-6
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
2. Siswa
R-7
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
secara
R-8
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-9
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
3. Siswa
merespons
R-10
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
positif
(senang)
R-11
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-12
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
4. Siswa aktif menjawab
R-13
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
dan selalu bertanya
R-14
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-15
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-16
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-17
−
−
−
−
√
√
√
√
√
−
R-18
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-19
−
√
√
−
√
√
−
−
√
−
memperhatikan
R-20
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
penjelasan guru dan
R-21
√
√
√
−
√
−
−
−
−
−
R-22
√
√
√
√
√
−
−
−
√
−
R-23
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-24
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-25
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
menanggapi,
dan
membuat catatan); berpartisipasi aktif
dalam
kegiatan
diskusi
kelompok;
terhadap
proses
pembelajaran;
apabila
menemukan
kesulitan; 5. Siswa
mengerjakan
tugas dengan baik;
B. Perilaku negatif 6. Siswa
tidak
melakukan yang
kegiatan
tidak
(bicara
perlu sendiri,
mondar-mandir, tiduran, dan membuat
catatan penting);
yang
tidak
373
R-26
−
√
−
−
√
√
−
√
√
−
R-27
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-28
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-29
√
√
√
−
√
−
−
−
−
−
R-30
√
√
−
√
√
−
−
−
−
−
R-31
√
√
√
−
√
−
−
−
−
−
R-32
√
√
√
−
√
−
−
√
√
−
R-33
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-34
−
√
−
−
√
√
−
−
√
−
R-35
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-36
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-37
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-38
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-39
−
−
−
√
−
√
√
√
−
−
R-40
−
−
−
−
√
√
√
√
√
√
7. Siswa
kurang
berpartisipasi
atau
pasif dalam kegiatan diskusi kelompok 8. Siswa
merespons
negatif (mengabaikan pelajaran)
selama
proses pembelajaran; 9. Siswa pasif dan malas untuk
bertanya
mengenai materi yang disampaikan guru; 10.
Siswa
tidak
mengerjakan
tugas
dengan baik.
374
LAMPIRAN 19 PANDUAN OBSERVASI SIKLUS II Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Hari, tanggal
: Sabtu, 2 Maret 2013
Kelas
: VIII B
Tahun Pelajaran
: 2012/2013 Aspek Pengamatan
Res. 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
R-1
√
√
√
−
√
√
−
−
√
−
R-2
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
Keterangan A. Perilaku positif 1. Siswa memperhatikan dan
R-3
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
dengan
R-4
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
(bertanya,
R-5
√
√
√
−
√
−
−
−
−
−
R-6
√
√
√
−
√
−
−
−
−
−
2. Siswa
R-7
√
√
√
−
√
−
−
−
−
−
secara
R-8
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-9
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
3. Siswa
merespons
R-10
√
√
√
√
√
−
−
−
√
−
positif
(senang)
R-11
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-12
√
√
√
−
√
−
−
−
−
−
R-13
√
√
√
−
√
−
−
−
−
−
R-14
√
√
√
√
√
−
−
−
√
−
antusias
menanggapi,
dan
membuat catatan); berpartisipasi aktif
dalam
kegiatan
diskusi
kelompok;
terhadap
proses
pembelajaran; 4. Siswa aktif menjawab dan selalu bertanya apabila
merespons
menemukan
375
R-15
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-16
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-17
√
√
√
−
√
−
−
√
√
−
R-18
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-19
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-20
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
kesulitan; 5. Siswa
mengerjakan
tugas dengan baik;
B. Perilaku negatif 6. Siswa
tidak
memperhatikan penjelasan guru dan
R-21
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-22
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-23
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-24
√
√
√
√
√
−
−
−
√
−
tiduran, dan membuat
R-25
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
catatan
R-26
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-27
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
berpartisipasi
R-28
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
pasif dalam kegiatan
R-29
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-30
√
√
√
√
√
−
−
−
√
−
negatif (mengabaikan
R-31
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
pelajaran)
R-32
√
√
√
√
√
−
−
√
−
−
R-33
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
R-34
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-35
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-36
√
√
√
−
√
−
−
−
√
−
melakukan yang
kegiatan
tidak
perlu
(bicara
sendiri,
mondar-mandir, yang
tidak
penting); 7. Siswa
kurang atau
diskusi kelompok 8. Siswa
merespons selama
proses pembelajaran; 9. Siswa pasif dan malas untuk
bertanya
mengenai materi yang disampaikan guru;
10.
Siswa
tidak
mengerjakan
tugas
376
R-37
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-38
√
√
√
√
√
−
−
−
−
−
R-39
−
√
−
−
√
√
√
−
√
−
R-40
−
−
√
−
√
−
−
√
√
−
dengan baik.
377
LAMPIRAN 20
378
379
380
381
382
LAMPIRAN 21
383
384
385
386
387
LAMPIRAN 22 DESKRIPSI JURNAL GURU SIKLUS I
1.
Kesiapan siswa pada awal pembelajaran khususnya pada siklus I pertemuan pertama, pada 10 menit pertama, siswa kurang siap karena siswa masih merasa lelah setelah mengikuti pelajaran olah raga. Selain itu terdapat beberapa siswa yang meminta tambahan jam istirahat untuk membeli minuman karena merasa haus. Kurang kondusifnya suasana di dalam kelas hanya terjadi pada 10 menit pertama awal pelajaran. Hal tersebut dapat diatasi dengan pengondisian siswa oleh guru dengan memperkenalkan peneliti atau pengamat yang kemudian dilanjutkan dengan pembukaan pelajaran oleh guru. Setelah itu suasana kelas menjadi kondusif dan siap untuk
melanjutkan
pelajaran
Bahasa
Indonesia.
Pada
saat
guru
memerkenalkan kompetensi yang akan diberikan pada saat itu, siswa mulai antusias mengikuti pelajaran. 2.
Pemilihan topik atau tema tersebut dilakukan secara berkelompok sehingga dalam satu kelompok mendapatkan satu tema atau satu topik dalam penulisan laporan pengamatannya dan topik tersebut menjadi objek yang diamati dalam pengamatan. Langkah pertama yang dilakukan guru adalah mendata objek yang dijadikan sebagai objek penelitian. Satu objek penelitian boleh dilakukan oleh satu atau dua kelompok. Objek pertama adalah musala yang diamati oleh satu kelompok, objek kedua adalah taman
388
sekolah yang diamati oleh dua kelompok, objek ketiga adalah koperasi sekolah yang diamati oleh satu kelompok, objek keempat adalah perpustakaan sekolah diamati oleh dua kelompok, dan objek terakhir adalah lapangan olah raga yang diamati oleh dua kelompok. Pemilihan objek tersebut dilakukan secara rebutan. Perwakilan kelompok mengacungkan tangan untuk memilih objek yang diinginkan. Kelompok tercepat berhak memilih objek yang diinginkan, sedangkan kelompok yang kurang tangkas dalam mengacungkan tangan mendapatkan objek pengamatan yang masih tersisa. Dalam pemilihan objek ini, diberlakukan istilah “siapa cepat dia dapat”. Cara ini dilakukan untuk mengantisipasi menumpuknya kelompok pada satu objek pengamatan. Respon siswa ketika melakukan pemilihan objek sangat antusias dan tidak ingin terkalahkan dalam adu cepat mengacungkan tangan. Hal tersebut terjadi karena setiap kelompok ingin mendapatkan objek pengamatan sesuai dengan harapannya. Siasana kelas saat melakukan pemilihan objek sangat hidup dan tidak ada satu kelompokpun yang pasif. 3.
Pemilihan objek dengan cara seperti itu menumbuhkan keaktifan dan ketangkasan siswa. Setelah mendapatkan objek yang akan diamati, tiap-tiap kelompok melakukan pengamatan pada objek yang telah dipilihnya. Pada saat siswa melakukan pengamatan, guru memantau siswa selama mengamati objek. Ada beberapa kelompok yang masih bingung dalam melakukan pengamatan, namun kelompok yang lain langsung dapat melakukan pengamatan dengan baik. Kelompok yang belum paham dalam mengamati
389
malah duduk manis melihat kelompok lain mengamati objek. Setelah guru mendekatinya dan menanyakan mengapa mereka tidak mengamati objek, guru memahami kesulitan kelompok tersebut sehingga guru menjelaskan kembali apa yang harus dilakukan selama mengamati objek. Setelah mendapat arahan dari guru, semua kelompok aktif mengemati objek pengamatan sesuai dengan objek yang dipilihnya, meskipun terdapat beberapa anggota kelompok yang tidak aktif dalam melakukan pengamatan. Hal tersebut tidak mengganggu anggota kelompok yang lain untuk melakukan pengamatan dengan baik. 4.
Selama melakukan pengamatan, terdapat beberapa siswa yang bertindak negatif atau berperilaku negatif. Ada yang bermain, ada yang mengobrol, dan ada yang memilih jajan di kantin, sedangkan teman dalam satu kelompoknya mengamati objek. Setelah guru menanyakan mengapa siswa tersebut berperilaku demikian, ternyata memang siswa tersebut biasanya berperilaku seperti itu pada semua pelajaran. Perilaku negatif beberapa siswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaraya lingkungan, dan pergaulan sehari-hari. Faktor lingkungan dan pergaulan merupakan faktor terbesar dalam perilaku siswa. Lingkungan siswa yang berada di daerah pesisir atau daerah laut cenderung memiliki perilaku yang negatif. Kebiasaan siswa mendapat didikan keras dari orang tua dan lingkungan yang mengakibatkan negatifnya perilaku siswa.
5.
Selain ketika melakukan observasi, perilaku siswa dipantau oleh guru ketika menulis laporan pengamatan. Perilaku siswa ketika menulis laporan
390
cenderung berperilaku positif karena siswa telah berada di dalam kelas dan bergabung dengan kelompoknya. Perilaku positif yang timbul pada diri siswa dipicu oleh semangat teman-teman dalam satu kelompoknya dalam menulis laporan pengamatan. Dalam penulisan laporan pengamatan, siswa diperbolehkan untuk bekerja sama dengan teman satu kelompoknya. Dengan adanya izin tersebut, siswa merasa senang karena mereka dapat bertukar pikiran dengan teman satu kelompoknya. Tidak semua kelompok menulis laporan pengamatan bekerja sama dengan kelompoknya. Ada beberapa kelompok memilih mengerjakan tugas menulis lapiran hasil pengamatannya secara individu.
391
LAMPIRAN 23 DESKRIPSI JURNAL GURU SIKLUS II
1.
Pada pembelajaran siklus II, kesiapan siswa dalam menerima pelajaran lebih baik jika diandingkan dengan siklus I. Pada siklus II, siswa sudah memahami apa yang harus dilakukan sebelum guru memasuki ruangan kelas. Pertemuan siklus II, sudah tidak ada siswa yang masih berada di luar kelas saat jam pelajaran dimulai. Siswa sudah duduk dengan rapi tanpa guru harus menertibkan kembali siswa sebelum pelajaran berlangsung dan tanpa guru memberikan aba-aba siswa duduk dengan kelompoknya, siswa sudah memahami sendiri sehingga siswa hanya membalikan kursi agar dapat bergabung dengan kelompoknya tanpa harus berpindah tempat. Selain itu, sebelum melakukan pengamatan pada objek yang akan diamati, siswa bertanya kepada guru untuk menegaskan yang akan dilakukan saat pengamatan. Hal tersebut membuktikan kesiapan siswa yang lebih baik dari sebelumnya.
2.
Respon siswa terhadap pemilihan topik secara berkelompok sangat baik dan antusias. Siswa melanjutkan pengamatan dan penulisan laporan pengamatan tentang objek yang diamati pada siklus II. Pengamatan yang dilaksanakan pada siklus II dilakukan pada objek yang sama seperti siklus II. Hal tersebut dilakukan agar siswa lebih mantap dalam penulisan laporan pengamatan. Selain itu, semua kelompok tidak menginginkan berpindah atau bertukar objek pengamatan dengan kelompok lain, diaharapkan agar penulisan
392
laporan pengamatan mendapatkan hasil yang lebih baik dengan melengkapi data-data yang belum tercantum dalam lembar pengamatan sehingga laporan yang ditulis menjadi semakin baik dan lengkap. Secara keseluruhan respon siswa terhadap pemilihan topik yang dilakukan secara berkelompok mengalami peningkatan dari siklus I. Kelompok yang pada siklus I tidak mendapatkan objek yang diinginkan, pada siklus II kelompok tersebut makin senang dengan objek yang didapatkan meskipun pada awalnya tidak diharapkan. 3.
Pada siklus II, siswa lebih aktif mengamati objek dan mencari tahu seluk beluk objek yang sedang diamatinya untuk melengkapai data yang diperolehnya. Data pada siklus I dijadikan dasar pada siklus II sehingga pada siklus II data yang diperoleh menjadi makin lengkap. Aktifnya anggota kelompok saat mengamati objek, membuahkan lengkapnya data yang diperoleh selama pengamatan pada siklus II.
4.
Saat melakukan pengamatan, hampir seluruh siswa melakukan pengamatan dan aktif dalam pengamatan denan kelompoknya meskipun terdapat seorang siswa yang tidak mau aktif dalam pengamatan. Siswa tersebut hanya mengandalkan teman dalam satu kelompoknya untuk mengamati objek, sedangkan kelompok yang lain, selurh anggota berperan aktif dalam mengamati objek sehingga data yang diperoleh saat pengamatan menjadi lebih maksimal. Pada kegiatan menulis laporan pengamatan, seluruh siswa menulis laporan pengamatan termasuk satu siswa yang tidak aktif dalam pengamatan. Seorang siswa yang tidak aktif dalam pengamatan tetap aktif
393
dalam menulis laporan hsil pengamatan. Siswa tersebut mengandalkan teman dalam satu kelompoknya dalam menulis laporan karena ia tidak dapat mengembangkan data yang diperoleh kelompoknya ke dalam sebuah laporan. 5.
Selain perilaku siswa yang muncul saat pengamatan dan saat menulis laporan, hal terakhir yang dibahas dalam jurnal guru adalah peristiwa yang muncul saat pembelajaran menulis laporan pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Peristiwa yang muncul pada pembelajaran siklus II adalah siswa yang awalnya tidak menulis laporan pengamatan, pada siklus II siswa tersebut mau menulis laporan pengamatan meskipun dengan raut muka malas dan sesekali mengganggu teman dalam satu kelompoknya. Perilaku tersebut tidak dapat dihindari oleh siswa itu karena ia terbiasa beperilaku negatif saat pembelajaran berlangsung. Secara keseluruhan, peristiwa yang muncu saat pembelajaran siklus II sudah mengalami peningkatan kearah yang lebih baik.
394
LAMPIRAN 24 DESKRIPSI WAWANCARA SIKLUS I Nama
: Safana Diah Lestari
Kelas/Semester : VIII B / 2 Hari, tanggal Pertanyaan
: Selasa, 26 Februari 2013 :
1. Bagaimana perasaan kamu saat berdiskusi menentukan tempat yang akan dijadikan objek pengamatan? Jawaban : Safana merasa senang saat berdiskusi menentukan tempat yang akan dijadikan objek pengamatan. Dengan diskusi kemudian guru menggunakan cara dengan adu cepat dalam memilih objek dapat melatih ketangkasan sehingga kelompok siapa yang tercepat dapat memilih objek pengamatan yang diinginkan. 2. Bagaimana pendapat kamu saat melakukan pengamatan pada objek? Jawaban : Safana mengungkapkan pendapat bahwa kelompoknya merasa kekurangan waktu saat melakukan pengamatan pada objek sehingga data yang diperolehnya kurang maksimal. Meskipun waktu yang kurang kelompoknya tetap merasa senang dan asyik dalam melakukan pengamatan pada objek. 3. Apa saja kesulitan yang kamu alami dalam menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan?
395
Jawaban : Safana merasa masih kesulitan dalam penggunaan ejaan yang tepat dalam penulisan laporan hasil pengamatannya. Hal tersebut disebabkan oleh tidak terbiasanya menggunakan ejaan yang tepat sejak sekolah dasar sehingga terbawa sampai sekolah menengah pertama. 4. Apa manfaat yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan? Jawaban : Manfaat yang didapatkannya setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan adalah dapat menulis laporan hasil pengamatan dengan baik dan benar meskipun masih terdapat kesalahan dalam penulisannya, misalnya dalam penggunaan ejaan dan penyusunan kerangka laporan. Selain itu, Safana mengaku bahwa ia dapat mengetahui taman sekolah karena kelompoknya mendapat objek pengamatan di taman sekolah. 5. Apakah setelah mengikuti pembelajaran tadi kamu sudah dapat menulis laporan hasil pengamatan dengan tepat? Jawaban : Setelah mengikuti pelajaran menulis laporan hasil pengamatan, Safana merasa sudah dapat menulis laporan hasil pengamatan meskipun masih terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan laporan hasil pengamatannya.
396
DESKRIPSI WAWANCARA SIKLUS I Nama
: Mega Diah Noto Saputri
Kelas/Semester : VIII B / 2 Hari, tanggal Pertanyaan
: Selasa, 26 Februari 2013 :
1. Bagaimana perasaan kamu saat berdiskusi menentukan tempat yang akan dijadikan objek pengamatan? Jawaban : Mega merasa senang saat berdiskusi menentukan tempat yang akan dijadikan objek pengamatan karena Mega dan kelompoknya dapat mengetahui banyak hal penting yang sebelumnya belum diketahuinya, misalnya aspek-aspek yang harus dperhatikan dalam penulisan laporan hasil pengamatan. Selain itu, dengan adanya adu cepat antarkelompok dalam pemilihan objek pengamatan dapat melatih kecepatan dalam mengacungkan tangan. 2. Bagaimana pendapat kamu saat melakukan pengamatan pada objek? Jawaban : Mega berpendapat bahwa ia merasa kesulitan dengan namanama tumbuhan yang terdapat pada objek pengamatan karena di setiap tanaman itu tidak terdapat identitas sehingga kelompoknya hanya menulis tumbuh-tumbuhan berdasar ciri-cirinya. Mega mengaku mengetahui banyak hal tentang keadaan sekitar sekolah dan mendapatkan banyak ilmu setelah mengamati objek dan berwawancara dengan narasumber. 3. Apa saja kesulitan yang kamu alami dalam menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan?
397
Jawaban : Mega mengaku merasa kesulitan dalam menyusun kerangka laporan. Dalam hal penggunaan ejaan, ia masih merasa kesulitan pula namun ia ingin tetap berlatih agar dapat menggunakan ejaan dengan tepat dalam setiap tulisannya dan tidah hanya dalam penulisan laporan hasil pengamatan. 4. Apa manfaat yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan? Jawaban : Mega mengaku mendapatkan manfaat setelah menerima pelajaran melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan adalah dapat menulis laporan dengan baik meskipun masih terdapat beberapa kekurangan dalam penulisan ejaan. 5. Apakah setelah mengikuti pembelajaran tadi kamu sudah dapat menulis laporan hasil pengamatan dengan tepat? Jawaban : Mega mengaku sudah bisa menulis laporan hasil pengamatan meskipun terdapat sedikit kesalahan dalam penggunaan ejaan pada tulisannya. Mega berharap pada kesempatan yang lain ingin dapat menulis laporan hasil pengamatna dengan memerhatikan delapan aspek dalam penulisan laporan.
398
DESKRIPSI WAWANCARA SIKLUS I
Nama
: Firda Ameliana
Kelas/Semester : VIII B / 2 Hari, tanggal Pertanyaan
: Selasa, 26 Februari 2013 :
1. Bagaimana perasaan kamu saat berdiskusi menentukan tempat yang akan dijadikan objek pengamatan? Jawaban : Firda merasa senang saat berdiskusi menentukan tempat yang akan dijadikan objek pengamatan meskipun ia tidak mendapatkan objek yang diinginkan karena kelompoknya kalah cepat dengan kelompok lain saat mengacungkan tangan untuk memilih objke pengamatan. 2. Bagaimana pendapat kamu saat melakukan pengamatan pada objek? Jawaban : Firda berpendapat bahwa ia merasa senang saat melakukan pengamatan pada objek pengamatan meskipun pada awalnya ia dan kelompoknya merasa bingung apa yang harus dilakukan saat pengamatan, tetapi setelah guru memantau pelaksanaan pengamatan di lapangan, kelompoknya dapat mengamati objek pengamatan dengan baik setelah bertanya dan berdiskusi dengan guru. 3. Apa saja kesulitan yang kamu alami dalam menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan? Jawaban : Kesulitan yang dialami Firda saat menulis laporan hasil pengamatan adalah sulit mengembangkan kerangka laporan ke dalam isi
399
laporan, namun setelah guru menjelaskan kembali kepada kelompoknya, kesulitan itu dapat diatasi dengan bekerja sama dengan kelompoknya. 4. Apa manfaat yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan? Jawaban : Manfaat yang diperoleh Firda setelah mengikuti pelajaran menulis laporan hasil pengamatan melalui model jurisprudensial berbasi wisata lapangan adalah mendapat ilmu saat melakukan pengamatan dan mengatahui banyak hal. Namun ia belum dapat menulis laporan hasil pengamatan dengan baik dan benar karena belum dapat menguasai ejaan dan belum dapat mengembangkan keangka laporan dengan baik. 5. Apakah setelah mengikuti pembelajaran tadi kamu sudah dapat menulis laporan hasil pengamatan dengan tepat? Jawaban : Setelah mengikuti pelajaran menulis laporan hasil pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan, Firda mengaku sudah dapat menulis laporan hasil pengamatan dengan baik meskipun belum benar karena belum dapat menggunakan ejaan dengan tepat. Firda memiliki harapan yang sama dengan teman-temannya untuk dapat menulis laporan hasil pengamatn dengan baik dan benar dengan menerapkan delapan aspek dalam penulisan laporan hasil pengamatan.
400
DESKRIPSI WAWANCARA SIKLUS I
Nama
: Muhammad Hadi Rifa’i
Kelas/Semester : VIII B / 2 Hari, tanggal Pertanyaan
: Selasa, 26 Februari 2013 :
1. Bagaimana perasaan kamu saat berdiskusi menentukan tempat yang akan dijadikan objek pengamatan? Jawaban : Hadi merasa gembira saat berdiskusi menentukan tempat yang dijadikan objek pengamatan karena dapat menentukan objek dengan teman kelompoknya meskipun kelompoknya tidak mendapatkan objek yang diharapkan karena kalah cepat dengan kelompok lain. 2. Bagaimana pendapat kamu saat melakukan pengamatan pada objek? Jawaban : Pendapat Hadi sama dengan pendapat yang disampaikan oleh Firda. Ia merasa kebingungan saat berada pada objek pengamatan. Ia dan kelompoknya belum dapat memahami apa yang harus dilakukan dengan objek tersebut. Dengan kebingungan yang dirasaknnya, ia merasa nyaman karena dapat keluar dari dalam kelas dan dapat belajar di luar kelas. 3. Apa saja kesulitan yang kamu alami dalam menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan? Jawaban : Hadi mendapat kesulitan dalam menulis laporan hasil pengamatan pada aspek penggunaan ejaan dan penyusunan kerangka laporan berdasar data-data yang telah didapatkannya selama mengamati
401
objek pengamatan. Kesulitan tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan Hadi dalam menyusun kerangka laporan dan ejaan yang tepat. 4. Apa manfaat yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan? Jawaban : Setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan, Hadi mengaku mendapatkan banyak manfaat, diantaraya ia mnedapatkan banyak ilmu saat pengamatan dan dapat mengetahui aspekaspek yang harus diperhatikan dalam penulisan laporan hasil pengamatan. Hadi pun merasa dapat menulis laporan hasil pengamatan meskipun belum baik dan benar. 5. Apakah setelah mengikuti pembelajaran tadi kamu sudah dapat menulis laporan hasil pengamatan dengan tepat? Jawaban : Hadi mengaku sudah dapat menulis laporan hasil pengamatan meskipun belum tepat karena masih terdapat kekurangan dalam penulisannya, khususnya dalam penggunaan ejaan. Selain itu, Hadi masih merasa belum dapat menyusun kerangka laporan berdasar data-data yang ada.
402
LAMPIRAN 25 DESKRIPSI WAWANCARA SIKLUS II
Nama
: Ana Restu Khumaeroh
Kelas/Semester : VIII B / 2 Hari, tanggal Pertanyaan
: Sabtu, 2 Maret 2013 :
1. Bagaimana perasaan kamu saat berdiskusi menentukan tempat yang akan dijadikan objek pengamatan? Jawaban : Perasaan Ana saat berdiskusi menentukan tempat yang akan dijadikan objek pengamatan merasa senang karena objek yang diamati adalah objek yang sama sehingga kelompoknya dapat melengkapi datadata yang belum lengkap. 2. Bagaimana pendapat kamu saat melakukan pengamatan pada objek? Jawaban : Menurut Ana, siswa-siswa dapat melakukan pengamatan pada objek pengamatan sesuai dengan fakta-fakta yang ada, sesuai dengan yang dilihatnya, dan sesuai dengan nformasi yang didapatannya dari narasumber. 3. Apa saja kesulitan yang kamu alami dalam menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan? Jawaban : Kesulitan yang dialami Ana dalam menulis laporan hasil pengamatan adalah penggunaan ejaan yang tepat dalam penulisannya. Ana
403
mengaku, sejak dahulu ia tidak terbiasa menulis dengan ejaan yang tepat sehingga terbawa sampai sekolah menengah. Ia hanya menggunakan ejaan yang biasa ia gunakan sejak dulu. 4. Apa manfaat yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan? Jawaban : Manafaat yang diperoleh Ana setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan adalah ia dapat menulis laporan hasil pengamatan dengan baik dan benar sesuai dengan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam penulisan laporan. 5. Apakah setelah mengikuti pembelajaran tadi kamu sudah dapat menulis laporan hasil pengamatan dengan tepat? Jawaban : Setelah mengikuti pelajaran menulis laporan hasil pengamatan, Ana sudah dapat menulis laporan hasil pengamatan meskipun masih terdapat beberapa kesalaha, khususnya dalam penggunaan ejaan.
404
DESKRIPSI WAWANCARA SIKLUS II
Nama
: Umi Istiqomah
Kelas/Semester : VIII B / 2 Hari, tanggal Pertanyaan
: Sabtu, 2 Maret 2013 :
1. Bagaimana perasaan kamu saat berdiskusi menentukan tempat yang akan dijadikan objek pengamatan? Jawaban : Umi merasa senang saat berdiskusi menentukan tempat yang akan dijadikan objek pengamatan karena ia mendapatkan objek pengamatan sesuai dengan keinginan anggota kelompoknya. Umi ingin lebih mengetahui banyak hal yang terdapat di dalam musala sehingga ia memilih tempat yang sama seperti pada pengamatan sebelumnya. 2. Bagaimana pendapat kamu saat melakukan pengamatan pada objek? Jawaban : Pendapat Umi saat melakukan pengamatan pada objek adalah objek yang diamati fasilitasnya kurang lengkap sehingga perlu mendapat perbaikan untuk melengkapi fasilitas pada objek tersebut. Umi juga berpendapat bahwa objek yang diamatinya cukup bersih karena merupakan tempat ibadah umat Islam warga SMP negeri 5 Batang. 3. Apa saja kesulitan yang kamu alami dalam menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan? Jawaban : Umi merasa mengalami kesulitan pada penyusunan kerangka laporan dan saat mengamti objek. Umi melakukan pengamatan di musala
405
SMP Negeri 5 Batang. Ia merasa kesulitan karena fasilitas yang terdapat di dalam musala tersebut terbatas. Namun kesulitan yang dialami Umi dapat diatasinya dengan berdiskusi bersama teman satu kelompoknya. 4. Apa manfaat yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan? Jawaban : Manfaat yang diperoleh Umi setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan adalah ia dapat mengerti banyak hal yang sebelumnya tidak ia ketahui. Selain itu, Umi dapat memahami caracara pengamatan yang baik agar mendapatkan data yang akurat. Umi merasa mendapatkan tambahan ilmu setelah mengikuti pelajaran menulis laporan hasil pengamatan melalui model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. 5. Apakah setelah mengikuti pembelajaran tadi kamu sudah dapat menulis laporan hasil pengamatan dengan tepat? Jawaban : Setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan, Umi merasa belum bisa menulis laporan hasil pengamatan dengan lengkap karena masih banyak ide yang belum tersampaikan dalam penulisan tersebut. Umi merasa bahwa waktu dalam penulisan laporan hasil pengamatan masih kurang.
406
DESKRIPSI WAWANCARA SIKLUS II
Nama
: Annisa Ariningsih
Kelas/Semester : VIII B / 2 Hari, tanggal Pertanyaan
: Sabtu, 2 Maret 2013 :
1. Bagaimana perasaan kamu saat berdiskusi menentukan tempat yang akan dijadikan objek pengamatan? Jawaban : Annisa merasa senang saat berdiskusi menentukan tempat yang akan dijadikan objek pengamatan karena ia dan teman satu kelompoknya dapat memilih sendiri tempat yang dijadikan objek pengamatan agar dapat melengkapi data yang belum lengkap saat pengematan sebelumnya. 2. Bagaimana pendapat kamu saat melakukan pengamatan pada objek? Jawaban : Annisa berpendapat bahwa ia sangat bangga dapat melakukan pengamatan pada objek pengamatan, meskipun pada awalnya ia merasa terkejut saat pertama melakukan pengamatan. Annisa merasa kaget karena pada pelajaran sebelumnya tidak pernah melakukan pengamatan pada objek secara langsung. 3. Apa saja kesulitan yang kamu alami dalam menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan? Jawaban : Kesulitan yang dialami oleh Annisa dalam hal penggunaan ejaan yang tepat dalam penulisan laporan hasil pengamatannya dan penyusunan kerangka laporan.
407
4. Apa manfaat yang kamu peroleh setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan? Jawaban : Manfaat yang diperoleh Annisa setelah mengikuti pelajaran menulis laporan hasil pengamatan adalah ia dapat mengetahui sejarah beridrinya bangunan yang ada di sekolahnya yang sebelumnya belum ia ketahui. 5. Apakah setelah mengikuti pembelajaran tadi kamu sudah dapat menulis laporan hasil pengamatan dengan tepat? Jawaban : Annisa merasa sudah dapat menulis laporan hasil pengamatan setelah mengikuti pembelajaran menulis laporan hasil pengamatan dengan model jurisprudensial berbasis wisata lapangan. Meskipun Annisa merasa sudah dapat menulis laporan hasil pengamatan, namun ia mengakui ia belum dapat menulis laporan hasil pengamatan dengan baik dan benar karena masih terdapat kekurangan dalam penggunaan ejaan yang tepat.
408
LAMPIRAN 26
409
410
411
412
LAMPIRAN 27
413
414
415
LAMPIRAN 28
416
LAMPIRAN 29
417
LAMPIRAN 30
418
LAMPIRAN 31
419
LAMPIRAN 32
420
LAMPIRAN 33
421
422
423