PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI PADA SISWA KELAS X 1 SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA MELALUI METODE PEMBELAJARAN SCAFFOLDING
Diajukan Kepada Program Studi Pengkajian Bahasa Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Pengkajian Bahasa Indonesia
Oleh: SRI KISNAHENI NIM : S. 200 080 010
PROGRAM STUDI PENGKAJIAN BAHASA SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
HALAMAN PERSETUJUAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI PADA SISWA KELAS X 1 SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA MELALUI METODE PEMBELAJARAN SCAFFOLDING ARTIKEL PUBLIKASI
SRI KISNAHENI S200080010
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI PADA SISWA KELAS X 1 SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA MELALUI METODE PEMBELAJARAN SCAFFOLDING
oleh: SRI KISNAHENI Q. S. 200 080 010
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada Hari: Senin, 10 April 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji
1.
Prof. Dr. Markhamah, M.Hum. (Ketua Dewan Penguji)
(............................)
2.
Prof. Dr. Abdul Ngalim, M.Hum. (Anggota I Dewan Penguji)
(............................)
Prof. Dr.Ali Imron Al Ma’ruf, M.Hum. (Anggota II Dewan Penguji)
(............................)
3.
Surakarta, 10 April 2017 Universitas Muhammadiyah Surakarta Sekolah Pascasarjana Direktur
Prof. Dr. Khudzaifah Dimyati iii
ii
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam artikel publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta,
April 2017
Yang membuat pernyataan
Sri Kisnaheni S. 200 080 010
iii
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI PADA SISWA KELAS X 1 SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA MELALUI METODE PEMBELAJARAN SCAFFOLDING
Oleh: Sri Kisnaheni, Abdul Ngalim, Markhamah. Abstract The objectives of the research are to know and describe: 1) the implementation of contextual teaching and learning using scaffolding strategy in improving students’ learning interest to Indonesian language learning in the competence standard of poetry reading; and 2) the implementation of contextual teaching and learning using scaffolding strategy in improving students’ skills in interpreting poetry of X-1 grade students of the semester II in SMA Muhammadiyah 3 Surakarta academic year 2009/2010. The type of the research is classroom action research. The research was administered in class X-1 of the semester II in SMA Muhammadiyah 3 Surakarta academic year 2009/2010. The subjects of the research were X-1 grade students of the semester II in SMA Muhammadiyah 3 Surakarta academic year 2009/2010 consisted of 20 students. The research concludes that: 1) The implementation of contextual teaching and learning using scaffolding strategy by paraphrasing and marking techniques may improve product effects in poetry reading skill. It is demonstrated with the improvement in students competence in poetry interpretation; 2) The implementation of contextual teaching and learning using scaffolding strategy by paraphrasing and marking techniques may improve process effects in learning of X-1 grade students of the semester II in SMA Muhammadiyah 3 Surakarta academic year 2009/2010, namely the students’ learning interest. It is demonstrated with the improvement in students’ learning interests score throughout the cycles. Keywords: poetry reading skills, scaffolding Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1) penggunaan metode pembelajaran kontekstual dengan strategi scaffolding dalam meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia kompetensi membaca puisi; dan 2) penggunaan metode pembelajaran kontekstual dengan strategi scaffolding dalam meningkatkan ketrampilan mengapresiasi puisi pada siswa kelas X1 Semester II SMA Muhammadiyah 3 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian 1
dilakukan di kelas X-1 SMA Muhammadiyah 3 Surakarta pada semester I tahun pelajaran 2009/2010. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 3 Surakarta pada semester I tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 20 siswa. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1) Penggunaan metode pembelajaran scaffolding dengan teknik pengkalimatan dan penandaan dapat meningkatkan dampak produk dalam pembelajaran ketrampilan membaca puisi. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat ketuntasan dan prestasi belajar membaca puisi pada siswa; 2) Penggunaan metode pembelajaran scaffolding dengan teknik pengkalimatan dan penandaan dapat meningkatkan dampak proses pembelajaran ketrampilan membaca puisi pada siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. Hal ini dapat diketahui dari semakin meningkatnya skor rata-rata minat belajar siswa dan semakin baik kategori minat belajar siswa pada setiap siklus tindakan. Kata kunci: ketrampilan membaca puisi, scaffolding.
I. LATAR BELAKANG Salah satu materi dalam pembelajaran sastra di SMA adalah apresiasi puisi. Apresiasi puisi merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA. Namun, kenyataan di lapangan, kegiatan ini sering menemui berbagai kendala, baik dari pihak guru maupun siswa. Guru yang tidak menyukai sastra cenderung menghindari pembelajaran apresiasi puisi ini. Kalau pun mau mengajarkan, mereka akan mengajarkannya dengan sepintas lalu, dengan cara ala kadarnya, sehingga tidak menarik dan terasa sangat membosankan. Sebagai salah satu bentuk sastra, puisi sangat berbeda dengan prosa. Ada unsur kebebasan dan permainan simbolik kata yang melebihi karya sastra prosa. Semua terwujud hanya melalui kata-kata yang mungkin memiliki maksud dan mungkin juga tidak. Pada saat ide penyair muncul akan lahirlah untaian kata-kata indah yang memiliki maksud. Kadang pula untaian kata tersebut muncul secara tiba-tiba dan menimbulkan keindahan bunyi yang luar biasa tanpa ada pretensi ataupun maksud dari untaian kata yang tercipta. Hasilnya kadang permainan simbolik dan bentuk tersebut melahirkan nuansa misteri yang sangat menarik untuk dikaji. Pembelajaran Sastra masih dipandang sebelah mata baik oleh guru maupun siswa. Hal ini menyebabkan pembelajaran sastra menjadi tidak menarik dan membosankan. Guru sering dituding sebagai penyebab pembelajaran sastra yang gagal. Padahal pembelajaran sastra di sekolah tidak bisa kita anggap sebagi materi tambahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Sastra menjadi jembatan bagi
2
guru dan siswa untuk menemukan realita kehidupan sesungguhnya melalui kajiankajian karya sastra. Hal yang sama juga tidak jauh berbeda dengan kondisi siswa di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta. Sebagian besar siswa di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta dapat dikatakan cukup rendah dalam memahami karya sastra. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya nilai yang mereka peroleh dalam pemahaman sastra. Di antara beberapa kelas paralel yang ada, siswa di kelas X 1 merupakan kelas dengan rata-rata kemampuan pemahaman sastra yang terendah. Rendahnya kemampuan dalam memahami sastra pada siswa, ditunjukkan dengan rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa. Hasil tes akhir semester I pada tahun pelajaran 2009/2010 untuk siswa kelas X 1 menunjukkan bahwa dari 20 siswa yang ada, baru sekitar 11 atau 55,00% siswa yang memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 65. Hal ini berarti bahwa sekitar 9 orang siswa atau 45,00% harus mengikuti pembelajaran remedial. Hasil pengamatan awal terhadap kelas-kelas pelajaran bahasa Indonesia di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta menunjukkan bahwa kelas-kelas pembelajaran bahasa Indonesia tampak monoton. siswa-siswa kurang diberi ruang dan waktu yang memadai untuk mempraktekkan dan menggunakan bahasa Indonesia yang mereka pelajari dalam berwacana. Mereka pada umumnya hanya menjawab dan mengerjakan tugas-tugas bahasa secara sepotong-sepotong. Sangat jarang siswa dilatih membuat tugas mengarang atau tugas-tugas kewacanaan lainnya untuk mengutarakan pikiran dan penalaran mereka, baik individu maupun kelompok sebagai praktek wacana dalam tindakan sosial. Pengelolaan pembelajaran pun tampak statis. Akibatnya, banyak pembelajar yang menganggap enteng pelajaran bahasa Indonesia. Mereka kurang serius mengikuti pelajaran. Bahkan, sering dijumpai pembelajar yang bersifat antipati. Terkait dengan pembelajaran sastra, salah satu materi yang diajarkan kepada siswa adalah puisi. Pemahaman terhadap karya sastra berupa puisi relatif lebih sulit dibandingkan dengan pemahaman terhadap bentuk-bentuk lain dari karya sastra. Hal ini dikarenakan dalam puisi digunakan kata-kata yang berupa kata kiasan sehingga memerlukan upaya lain berupa paraphrasing dalam pemahamannya. Berangkat dari pemikiran ini, peneliti mencoba untuk melakukan kajian terhadap penggunaan metode pembelajaran dengan bantuan (scaffolding) dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran yang digunakan adalah puisi, dengan kajian berupa apresiasi dan membaca. Penelitian yang dilakukan oleh Henriono Nugroho (2007) dengan judul “Reader’s Socio Cultural Context in the Interpretation of the Poem” mengkaji tentang
3
konteks sosiokultural pembaca dalam apresiasi puisi. Kajian dilakukan dengan menggunakan analisis sistem semiotik. Sistem semiotik suatu karya verbal berkaitan dengan verbalisasi (expression) artikulasi simbolik (symbolic articulation) dan tema (theme/ content). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum sistem semiotika puisi saling berkaitan satu sama lain. Hal ini dijelaskan oleh Henriono di bawah ini, (Hasan, 1985): “Generally three strata of the semiotic system of the poem are related to one another. At the stratum of verbalization subject matter (the second order field) is produced by the main lexical chain of participant, process and circumstance in the sense that the process is the linguistically automatized meaning produced by the experiential semantics. Thus subject matter is the meaning of linguistically automatized meanings. At the stratum of symbolic articulation” Penelitian lain tentang pembelajaran puisi dilakukan oleh Weisner (2004) dengan judul ”What Can Education Learn from the Arts about the Practice of Education?”. Weisner mengkaji tentang keterkaitan antara karya sastra dengan pelaksanaan pembelajaran. Menurut pendapat Weisner (2004:1) dikatakan bahwa karya seni yang dikembangkan sebagai suatu sumber pembelajaran “… are considered, at best, a fall back position, a court of last resort, something you retreat to when there is no science to provide guidance. It is widely believed that no field seeking professional respectability can depend on such an undependable source”. Menurut Weisner suatu karya seni yang dikembangkan sebagai sumber pembelajaran akan sangat baik apabila tidak dibatasi pada batasan-batasan ilmiah. Kajian lain yang berkaitan dengan penggunaan karya sastra dalam pembelajaran bahasa dilakukan oleh Murat Hismanoglu (2005) dengan judul “Teaching English Through Literature”. Hismanoglu mengkaji penggunaan sastra untuk mengajarkan bahasa Inggris dalam konteks pendidikan di Turki. Penggunaan karya sastra dalam pengajaran bahasa mencakup “basic language skills (i.e. reading, writing, listening and speaking) and language areas (i.e. vocabulary, grammar and pronunciation)” (Hismanoglu, 2005: 1). Hasil penelitian yang dilakukan Hismanoglu menyimpulkan bahwa karya sastra dan pengajaran bahasa diuntungkan oleh berbagai genre dalam karya sastra seperti puisi, cerita pendek, drama, dan novel sehingga sangat mendukung dalam pembelajaran bahasa dalam konteks pembelajaran bahasa asing. Penelitian yang dilakukan oleh Van der Stuyf (2008) yang berjudul “Scaffolding as a Teaching Strategy” membahas mengenai penggunaan metode Scaffolding dalam pembelajaran. Menurut Van der Stuyf, strategi scaffolding merupakan pengembangan dari teori Vigotsky tentang zone of proximal development (ZPD). Menurut Vigotsky seperti dikutip oleh Van der Stuyf (2008: 3) dikatakan bahwa
4
“…theorized that learning occurs through participation in social or culturally embedded experiences.” Berdasarkan pengertian tersebut, pembelajaran sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial yang berlangsung dalam konteks yang bermakna. Interaksi sosial anak-anak dengan orang dewasa yang mempunyai pengetahuan lebih banyak secara signifikan akan membantu cara berpikir mereka dan cara mereka melakukan interpretasi terhadap situasi. Interaksi tersebut akan membantu anak untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang konsep yang sedang dipelajari. Dalam penelitian ini, ada 2 tujuan yang ingin dicapai. Pertama, untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia kompetensi membaca puisi. Kedua, untuk meningkatkan ketrampilan mengapresiasi puisi pada siswa kelas X 1 Semester II SMA Muhammadiyah 3 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 melalui penggunaan metode pembelajaran kontekstual dengan strategi scaffolding. Ada dua hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini. maka dapat dirumuskan 2 hipotesis tindakan. Pertama, penggunaan metode pembelajaran kontekstual dengan strategi scaffolding dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Kedua, penggunaan metode pembelajaran kontekstual dengan strategi scaffolding dapat meningkatkan ketrampilan mengapresiasi puisi pada siswa kelas X-1 Semester II SMA Muhammadiyah 3 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. 2. METODOLOGI Penelitian dilakukan di kelas X-1 SMA Muhammadiyah 3 Surakarta. Pemilihan lokasi penelitian ini dilandasi beberapa alasan, yaitu: a) peneliti merupakan salah satu guru di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pelaksanaan tindakan; dan b) kelas X-1 merupakan kelas dengan nilai rata-rata pelajaran bahasa Indonesia paling rendah di SMA Muhammadiyah 3, sehingga memerlukan upaya perbaikan melalui tindakan pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam pembelajaran. Penelitian dilakukan selama 8 minggu pada awal semester II tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian dilakukan mulai awal semester, yaitu pada bulan Maret tahun 2010 hingga April 2010. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-1 semester II SMA Muhammadiyah 3 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Jumlah siswa kelas X-1 di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 adalah sebanyak 20 orang siswa. Alat pengumpul data dalam penelitian tindakan ini berupa tes kemampuan membaca dan mengapresiasi puisi, catatan observasi, dokumen dan panduan wawancara. Prosedur analisisnya menggunakan model alur dari Kemmis dan
5
Taggart yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perubahan subjek setelah subjek sampel diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi tertentu dengan pembelajaran tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulangulang sampai program dinyatakan berhasil. 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Deskripsi Kondisi Awal Tes perbuatan membaca puisi dinilai berdasarkan tiga aspek penilaian, yaitu suara (vokal), intonasi (jeda), dan penghayatan. Berdasarkan hasil tes perbuatan membaca puisi tersebut, dapat diketahui bahwa dari 20 siswa kelas X-1 baru ada 11 orang siswa atau 55,00% yang sudah mencapai batas tuntas nilai 60. Sisanya sebanyak 9 siswa atau 45,00% belum mencapai batas tuntas nilai 60. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tahap awal adalah sebesar 59,25. Dengan demikian maka secara klasikal dapat dikatakan bahwa siswa kelas X-1 belum mencapai batas tuntas belajar membaca puisi. Hasil penilaian keterampilan membaca puisi kondisi awal dapat diringkaskan sebagai berikut. Tabel 1. Ringkasan Hasil Tes Membaca Puisi Tahap Awal Tindakan No. Ketuntasan Belajar 1 Tuntas 2. Belum Tuntas Jumlah Nilai Rata-rata Sumber: Arsip Penilaian Guru
Jumlah 11 9 20
% 55,00 45,00 100,00 59,25
Hasil non tes diperoleh dari penyebaran angket minat belajar siswa dalam membaca puisi yang terdiri dari 10 butir pertanyaan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala likert 5 tingkatan, yaitu dari 1 sampai 5. Dengan demikian maka skor minimal yang dapat diperoleh adalah 10 sedangkan skor maksimal adalah 50. Hasil skoring terhadap angket minat belajar membaca puisi dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu minat rendah, sedang, dan tinggi. Adapun batas-batas tiap kategori dapat ditentukan sebagai berikut: 1) kategori rendah dengan skor antara 10 – 23; 2) kategori sedang dengan rentang skor antara 24 – 37; dan 3) kategori tinggi dengan rentang skor antara 38 – 50. Berdasarkan hasil skoring terhadap penyebaran angket pada tahap awal tindakan, dapat diketahui bahwa skor terendah yang diperoleh siswa adalah 17, dan skor tertinggi adalah 39. Rerata skor minat belajar membaca puisi siswa pada tahap awal adalah sebesar 24,90. Data hasil skoring minat belajar siswa pada tahap awal tindakan berdasarkan kategori minat dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut: 6
Tabel 2. Ringkasan Hasil Skoring Angket Minat Belajar Membaca Puisi Tahap Awal No. 1. 2. 3.
Kategori Minat Rendah (Skor 10 – 23) Sedang (Skor 24 – 37) Tinggi (Skor 38 – 50)
Jumlah 8
% 40,00
10
50,00
2
10,00
20
100,00
Total Sumber: Data Diolah 3.2 Deskripsi Tindakan Siklus I
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap kegiatan guru dalam pembelajaran mengindikasikan bahwa tingkat keberhasilan yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran scaffolding sudah cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan skor hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap indikator-indikator dengan total skor 79 atau sebesar 79% dari jumlah skor ideal sebesar 100. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap kegiatan siswa mengindikasikan bahwa tingkat aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran scaffolding masih kurang. Hal ini ditunjukkan dengan skor hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap indikator-indikator dengan total skor baru mencapai 60 atau sebesar 60% dari jumlah skor ideal sebesar 100. Hasil non-tes diperoleh dari penyebaran angket tentang minat belajar membaca puisi yang dilakukan pada akhir tindakan pembelajaran siklus I. Berdasarkan hasil skoring terhadap penyebaran angket pada tindakan pembelajaran siklus I, dapat diketahui bahwa skor terendah yang diperoleh siswa adalah 23 dan skor tertinggi adalah 44. Rerata skor minat belajar membaca puisi siswa pada akhir tindakan siklus I adalah sebesar 30,75. Data hasil skoring minat belajar siswa pada tindakan pembelajaran Siklus I berdasarkan kategori dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut ini.
7
Tabel 3. Ringkasan Hasil Skoring Angket Minat Belajar Tindakan Pembelajaran Siklus I No. 1. 2. 3.
Kategori Minat Rendah (Skor 10 – 23) Sedang (Skor 24 – 37) Tinggi (Skor 38 – 50)
Jumlah 1
% 5,00
15
75,00
4
20,00
20
100,00
Total Sumber: Data Diolah
Refleksi hasil tindakan diperoleh dari hasil tes maupun hasil pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan hasil tes yang diperoleh dari tes akhir tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 55 dan nilai tertinggi sebesar 70.00. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 63,75. Atas dasar hal ini maka secara klasikal siswa sudah dianggap tuntas dalam belajar membaca puisi yang ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata kelas sebesar 63,75 > 60. Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar siswa, jumlah siswa yang sudah mencapai batas tuntas nilai 60 adalah sebanyak 15 orang siswa atau 75,00%. Sedangkan siswa yang masih belum mencapai batas tuntas sebanyak 5 orang siswa atau 15,00%. Data tingkat ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata hasil pembelajaran dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut ini. Tabel 4. Ringkasan Hasil Tes Membaca Puisi Kondisi Awal dan Tindakan Siklus I No.
Ketuntasan Belajar
1 Tuntas 2. Belum Tuntas Jumlah Nilai Rata-rata Sumber: Arsip Penilaian Guru
Kondisi Awal Jmlh % 11 55,00 9 45,00 20 100 59.25
Siklus I Jmlh % 15 75,00 5 25,00 20 100 63.75
3.3 Deskripsi Tindakan Siklus II Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap kegiatan guru dalam pembelajaran mengindikasikan bahwa tingkat keberhasilan yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran scaffolding sudah cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan skor hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap indikator-indikator dengan total skor 82 atau sebesar 82% dari jumlah skor ideal sebesar 100.
8
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap kegiatan siswa mengindikasikan bahwa tingkat aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran scaffolding meningkat dibandingkan siklus sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan skor hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap indikator-indikator dengan total skor mengalami peningkatan dari 60% pada tindakan Siklus I menjadi 70% pada tindakan Siklus II. Hasil non-tes diperoleh dari penyebaran angket tentang minat belajar membaca puisi yang dilakukan pada akhir tindakan pembelajaran siklus II. Berdasarkan hasil skoring terhadap penyebaran angket pada tindakan pembelajaran siklus II, dapat diketahui bahwa skor terendah yang diperoleh siswa adalah 27 dan skor tertinggi adalah 48. Rerata skor minat belajar membaca puisi siswa pada akhir tindakan siklus II adalah sebesar 36,05. Perolehan data hasil skoring terhadap minat belajar siswa selanjutnya dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Data hasil skoring minat belajar siswa pada tindakan Siklus II dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut: Tabel 5. Ringkasan Hasil Skoring Angket Minat Belajar Tindakan Siklus II No. 1. 2. 3.
Kategori Minat Rendah (Skor 10 – 23) Sedang (Skor 24 – 37) Tinggi (Skor 38 – 50)
Total Sumber: Data Diolah
Jumlah 0
% 0,00
12
60,00
8
40,00
20
100,00
Berdasarkan hasil penilaian, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa pada tindakan pembelajaran siklus II adalah 55,00 dan nilai tertinggi sebesar 75.00. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 66,50. Atas dasar hal ini maka secara klasikal siswa sudah dianggap tuntas dalam belajar membaca puisi yang ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata kelas sebesar 66,50 > 60. Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar siswa, jumlah siswa yang sudah mencapai batas tuntas nilai 60 adalah sebanyak 18 orang siswa atau 90,00%. Sedangkan siswa yang masih belum mencapai batas tuntas sebanyak 2 orang siswa atau 10,00%. Data tingkat ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata hasil pembelajaran dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut:
9
Tabel 6. Ringkasan Hasil Tes Membaca Puisi Kondisi Awal, Tindakan Siklus I dan Tindakan Siklus II No.
Ketuntasan
Awal Jmlh % 1 Tuntas 11 55,00 2. Belum Tuntas 9 45,00 Jumlah 20 100 Nilai Rata-rata 59.25 Sumber: Arsip Penilaian Guru
Siklus I Jmlh % 15 75,00 5 25,00 20 100 63.75
Siklus II Jmlh % 18 90,00 2 5,00 20 100 66.50
3.4 Deskripsi Tindakan Siklus III Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap kegiatan guru dalam pembelajaran mengindikasikan bahwa tingkat keberhasilan yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran scaffolding mengalami peningkatan dibandingkan tindakan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan skor hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap indikator-indikator dengan total skor 96 atau sebesar 96% dari jumlah skor ideal sebesar 100. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terhadap kegiatan siswa mengindikasikan bahwa tingkat aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran scaffolding meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian indikator dengan total skor yang sudah mencapai 84 atau sebesar 84% dari jumlah skor ideal sebesar 100. Hasil non-tes diperoleh dari penyebaran angket tentang minat belajar membaca puisi yang dilakukan pada akhir tindakan pembelajaran siklus III. Berdasarkan hasil skoring terhadap penyebaran angket pada tindakan pembelajaran siklus III, dapat diketahui bahwa skor terendah yang diperoleh siswa adalah 31 dan skor tertinggi adalah 50. Rerata skor minat belajar membaca puisi siswa pada akhir tindakan siklus III adalah sebesar 39,60. Data hasil skoring minat belajar siswa pada tindakan pembelajaran Siklus III berdasarkan kategori dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut: Tabel 7. Ringkasan Hasil Skoring Angket Minat Belajar Tindakan Siklus III No. 1. 2. 3.
Kategori Minat Rendah (Skor 10 – 23) Sedang (Skor 24 – 37) Tinggi (Skor 38 – 50)
Jumlah 0
% 0,00
10
50,00
10
50,00
20
100,00
Total Sumber: Data Diolah
10
Refleksi hasil tindakan Siklus III diperoleh dari hasil tes yang dilaksanakan pada akhir tindakan. Berdasarkan hasil penilaian, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa pada tindakan pembelajaran siklus III adalah 55,00 dan nilai tertinggi sebesar 80.00. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 69,50. Atas dasar hal ini maka secara klasikal siswa sudah dianggap tuntas dalam belajar membaca puisi yang ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata kelas sebesar 69,50 > 60. Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar siswa, jumlah siswa yang sudah mencapai batas tuntas nilai 60 adalah sebanyak 19 orang siswa atau 95,00%. Sedangkan siswa yang masih belum mencapai batas tuntas sebanyak 1 orang siswa atau 5,00%. Data tingkat ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata hasil pembelajaran dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut: Tabel 8. Ringkasan Hasil Tes Membaca Puisi Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus III Awal Ketuntasan Belajar Jml % 1 Tuntas 11 55,00 2. Belum Tuntas 9 45,00 Jumlah 20 100 Nilai Rata-rata 59.25 Sumber: Arsip Penilaian Guru
Siklus I Jml % 15 75,00 5 25,00 20 100 63.75
No.
Siklus II Jml % 18 90,00 2 5,00 20 100 66.50
Siklus III Jml % 19 95.0 1 5.0 20 100 69.50
4. PEMBAHASAN Pembelajaran membaca puisi dengan teknik pengkalimatan dan penandaan dapat meningkatkan dampak produk pembelajaran pada siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 3 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 yang berupa meningkatnya keterampilan membaca puisi pada siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat ketuntasan belajar siswa dan meningkatnya nilai rata-rata yang diperoleh siswa dalam pembelajaran membaca puisi. Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar, keterampilan membaca puisi siswa pada kondisi awal baru mencapai 55,00%. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada akhir tindakan pembelajaran siklus I mengalami peningkatan menjadi 75,00%. Tingkat ketuntasan tersebut meningkat lagi pada akhir tindakan pembelajaran siklus II hingga menjadi 90,00%. Pada tindakan pembelajaran siklus III, tingkat ketuntasan belajar meningkat menjadi 95%. Peningkatan ketuntasan siswa pada setiap siklus tindakan dapat disajikan ke dalam tabel berikut:
11
Tabel 9. Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus III No. Ketuntasan 1. Tuntas 2. Belum Tuntas Jumlah Sumber: Data Diolah
Awal 55,00% 45,00% 100.0%
Siklus I 75,00% 15,00% 100.0%
Siklus II 90.0% 10.0% 100.0%
Siklus III 95.0% 5.0% 100.0%
Ditinjau dari nilai rata-rata keterampilan membaca puisi, keterampilan membaca puisi mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dari sebesar 59,25 pada tahap awal tindakan menjadi 63,75 pada akhir tindakan siklus I. Nilai rata-rata tersebut mengalami peningkatan menjadi sebesar 66,50 pada akhir tindakan pembelajaran siklus II. Pada akhir tindakan pembelajaran Siklus III, nilai rata-rata mengalami peningkatan hingga mencapai 69,50. Keterampilan siswa yang semakin meningkat pada setiap siklus tindakan menunjukkan bahwa tindakan pembelajaran yang dilakukan guru mampu memperbaiki kualitas pembelajaran. Sebagaimana diketahui bahwa karya sastra berupa puisi merupakan suatu jenis karya sastra yang sangat abstrak. Untuk itu, diperlukan suatu teknik yang dapat menggambarkan hal-hal yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret. Teknik tersebut berupa penandaan untuk membantu siswa membacakan puisi dengan intonasi yang tepat dan teknik pengkalimatan untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa mengenai puisi yang diajarkan. Langkah tersebut sesuai dengan taksonomi pembelajaran menurut pendapat Bloom sebagaimana dikutip oleh Good dan Brophy (1994: 128) yang menyatakan “one must proceed linearly from lower to higher levels when teaching content”. Mengacu pada pendapat tersebut, pembelajaran harus dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, dari hal-yang dekat ke yang jauh, dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang diketahui ke yang belum diketahui, dan dari yang bersifat konkrit ke hal-hal yang bersifat abstrak. Penggunaan teknik penandaan dan pengkalimatan dalam puisi dapat membantu siswa dalam membaca puisi sesuai dengan intonasi dalam puisi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Syah (1995: 209) yang menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran dengan metode pengkalimatan dan penandaan adalah metode pengajaran dengan cara memberikan tanda intonasi naik dan turun pada setiap baris puisi dan penulisan kembali kata-kata dalam puisi dengan kata-kata dalam bahasa sehari-hari. Temuan tersebut mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Van der Stuyf (2008). Menurut temuan penelitian yang dilakukan oleh Van der Stuyf, strategi scaffolding merupakan pengembangan dari teori Vigotsky tentang zone of
12
proximal development (ZPD). Menurut Vigotsky seperti dikutip oleh Van der Stuyf (2008: 3) dikatakan bahwa “…theorized that learning occurs through participation in social or culturally embedded experiences.” Temuan bahwa melalui teknik pengkalimatan, siswa akan lebih memahami makna puisi yang dibacakan sehingga pada gilirannya kemampuan penghayatan mereka dalam membaca puisi semakin bagus mendukung hasil penelitian Weisner (2004). Berdasarkan temuan Weisner (2004:1) dikatakan bahwa karya seni yang dikembangkan sebagai suatu sumber pembelajaran “… are considered, at best, a fall back position, a court of last resort, something you retreat to when there is no science to provide guidance. It is widely believed that no field seeking professional respectability can depend on such an undependable source”. Menurut Weisner suatu karya seni yang dikembangkan sebagai sumber pembelajaran akan sangat baik apabila tidak dibatasi pada batasan-batasan ilmiah. Pembelajaran membaca puisi dengan teknik pengkalimatan dan penandaan dapat meningkatkan dampak proses pembelajaran membaca puisi pada siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 3 Surakarta, yaitu berupa meningkatnya minat siswa dalam belajar membaca puisi. Hal ini dapat diketahui dari semakin meningkatnya skor rata-rata minat belajar siswa dan semakin baik kategori minat belajar siswa pada setiap siklus tindakan. Minat belajar membaca puisi pada siswa ditinjau dari kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan. Pada tahap awal, jumlah siswa dengan minat belajar rendah adalah 40,00%. Jumlah ini mengalami penurunan menjadi 5,00% pada akhir tindakan pembelajaran siklus I. Siswa dengan kategori minat belajar sedang, pada tahap awal tindakan adalah sebanyak 50,00%. Jumlah ini mengalami peningkatan menjadi 75,00% pada akhir tindakan pembelajaran siklus I. Kemudian pada akhir tindakan pembelajaran siklus II jumlahnya menurun hingga menjadi 60,00%. Pada akhir tindakan pembelajaran Siklus III menurun menjadi 50%. Jumlah siswa dengan kategori minat belajar tinggi pada tahap awal adalah sebanyak 10,00%. Jumlah ini mengalami kenaikan menjadi 20,00% pada akhir tindakan pembelajaran siklus I. Pada akhir tindakan pembelajaran siklus II, jumlah siswa dengan kategori minat belajar tinggi mengalami peningkatan menjadi 40,00%. Kemudian, pada akhir tindakan pembelajaran siklus III, jumlah siswa dengan kategori minat belajar tinggi mengalami peningkatan menjadi 50,00%. Skor rata-rata minat belajar siswa pada tahap awal tindakan adalah sebesar 24,90. Skor tersebut mengalami peningkatan pada akhir tindakan pembelajaran siklus I menjadi sebesar 30,75. Skor rata-rata minat belajar siswa pada akhir tindakan
13
pembelajaran siklus II mengalami peningkatan menjadi 36,05. Kemudian pada akhir tindakan pembelajaran Siklus III, skor rata-rata minat belajar siswa meningkat menjadi 39,60. Peningkatan skor rata-rata minat belajar siswa tersebut dapat disajikan ke dalam tabel berikut: Tabel 10. Perbandingan Minat Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus III No. Ketuntasan 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi Jumlah Sumber: Data Diolah
Awal 40.0% 50.0% 10.0% 100.0%
Siklus I 5,00% 75,00% 20,00% 100.0%
Siklus II 0 60.0% 40.0% 100.0%
Siklus III 0 50.0% 50.0% 100.0%
Dikaitkan dengan pembelajaran membaca puisi, minat menjadi salah satu pendorong siswa dalam mempelajari puisi. Dengan demikian, pembelajaran puisi yang pada awalnya dirasa sulit dapat menyebabkan siswa kurang memiliki kemampuan dalam memahami dan menghayati makna puisi yang diajarkan. Teknik pengkalimatan dan penandaan dalam puisi sebagai alat bantu dalam pemahaman makna puisi dan pembacaan intonasi yang tepat memudahkan siswa dalam memahami makna puisi. Dengan pemahaman yang meningkat, secara bertahap minat siswa dalam mempelajari puisi semakin meningkat pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (1983: 30) yang menyatakan bahwa “minat adalah kecenderungan yang agak menetap dimana seseorang merasa tertarik akan sesuatu obyek tertentu dan senang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan obyek itu sehingga menganggap bahwa obyek itu bernilai dalam kehidupannya”. Temuan bahwa melalui penggunaan teknik pengkalimatan dan penandaan dalam puisi sebagai alat bantu dalam pemahaman makna puisi dan pembacaan intonasi yang tepat memudahkan siswa dalam memahami makna puisi mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Murat Hismanoglu (2005). Hasil penelitian yang dilakukan Hismanoglu menyimpulkan bahwa karya sastra dan pengajaran bahasa diuntungkan oleh berbagai genre dalam karya sastra seperti puisi, cerita pendek, drama, dan novel sehingga sangat mendukung dalam pembelajaran bahasa dalam konteks pembelajaran bahasa asing. Temuan tersebut juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Henriono Nugroho (2007). Menurut Henriono dikatakan bahwa sistem semiotik suatu karya verbal berkaitan dengan verbalisasi (expression) artikulasi simbolik (symbolic articulation) dan tema (theme/ content). Dengan demikian, maka penggunaan teknik pengkalimatan dan penandaan dalam pembelajaran membaca puisi akan memudahkan pembelajar dalam mengapresiasi suatu puisi.
14
5. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, selanjutnya dapat diperoleh dua simpulan. Pertama, penggunaan metode pembelajaran scaffolding dengan teknik pengkalimatan dan penandaan dapat meningkatkan dampak produk dalam pembelajaran ketrampilan membaca puisi pada siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat ketuntasan dan prestasi belajar membaca puisi pada siswa. Kedua, penggunaan metode pembelajaran scaffolding dengan teknik pengkalimatan dan penandaan dapat meningkatkan dampak proses pembelajaran ketrampilan membaca puisi pada siswa kelas X-1 SMA Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. Hal ini dapat diketahui dari semakin meningkatnya skor rata-rata minat belajar siswa dan semakin baik kategori minat belajar siswa pada setiap siklus tindakan. Skor rata-rata minat belajar siswa pada tahap awal tindakan adalah sebesar 24,90. Skor tersebut mengalami peningkatan pada akhir tindakan pembelajaran siklus I menjadi sebesar 30,75. Skor rata-rata minat belajar siswa pada akhir tindakan pembelajaran siklus II mengalami peningkatan menjadi 36,05. Skor rata-rata minat belajar siswa pada akhir tindakan pembelajaran siklus III mengalami peningkatan menjadi 39,60. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Eisner, Elliot W. 2004. What Can Education Learn from the Arts about the Practice of Education? International Journal of Education & Arts, Vol. 5 Number 4, October 2004, pp: 1 – 12, http://www.proquest.umi.com diakses pada 22 Agustus 2009. Elliott, John. 2001. Classroom Action Research. Article. http:// www.madison.edu diakses pada 25 April 2008. Hismanoglu, Murat. 2005. Teaching English Through Literature. Journal of Language and Lingustics Studies, Vol. 1 No. 1, April 2005, pp: 53 – 66, http://www.proquest.umi.com diakses pada 22 Agustus 2009. Implementasi Kurikulum, 2004. Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosydakarya Johnson, Elaine B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press. 15
Nugroho, Henriono. 2007. Reader’s Socio Cultural Context in the Interpretation of the Poem. Jurnal Bahasa dan Sastra UNEJ Vol. 1 No. 1, 2007. Suparno dan Martutik. 1998. Wacana Bahasa Indonesia Modul 1 – 6. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Proyek Penataran Guru SLTA. Van Der Stuyf, Rachel R. 2008. Scaffolding as a Teaching Strategy. Adolescent Learning and Development Journal Vol. 2 No. 2, 2008, pp: 1 – 16, http://www.proquest.umi.com diakses pada 22 Agustus 2009. Waluyo, Herman J., 2003. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Wiriaatmaja, Rochiati, 2006. Metode Tindakan Kelas, Jakarta: Remaja Rosdakarya.
16