PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH KELAS I DI SDN PETUKANGAN SELATAN 04 PETANG JAKARTA SELATAN Suharti ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan hasil belajar IPS tentang rumah sehat melalui metode Cooperative Learning Tipe Make a Macth pada kelas I di SDN Petukangan Selatan 04 Petang Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan di SDN Petukangan Selatan 04 Petang Jakarta Selatan yang beralamat Jalan Inpres Rt 014/02 Kelurahan Petukangan Selatan Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Peneitian ini metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa serta untuk memperbaiki pembelajaran, sehingga menimbulkan rasa puas bagi guru karena sudah melakukan sesuatu untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Hasil penelitian yang diperoleh melalui metode cooperative learning tipe make a match berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar IPS di SD. Hal ini dapat dilihat dari penilaian kognitif terus meningkat dari siklus I pertemuan 2 mencapai siklus II. Pada siklus I, hasil belajar aspek kognitif menunjukkan presentase rata-rata nilai kelas sebesar 56.13%. Pada siklus II berhasil diperoleh presentase rata-rata nilai kelas meningkat sebesar 84.80%. Hal ini melebihi target peneliti yakni 80%. Hasil belajar aspek afektif menunjukkan presentase rata-rata nilai kelas pada siklus I sebesar 61.29% dan mengalami peningkatan sebesar 87.56% pada siklus II. Skor pemantauan tindakan guru pada siklus I adalah 70% dan siswa adalah 87.56%. Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode cooperative learning tipe make a match dapat peningkatan hasil belajar IPS tentang mengenal rumah sehat kelas I SDN Petukangan Selatan 04 Petang Jakarta Selatan. Metode cooperative learning tipe make a match dapat menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna, siswa merasa lebih senang dan aktif. Siswa dapat meningkatkan kerjasamanya dalam interaksi antara siswa berkemampuan akademik tinggi dengan siswa berkemampuan sedang dan siswa berkemampuan rendah. Kata Kunci : Hasil Belajar IPS, Metode cooperative learning tipe make a match. cerah
PENDAHULUAN. Sekolah
masyarakat dimana sekolah tersebut berada
lembaga pendidikan formal yang berperan
serta para orang tua murid yang mandiri,
penting
dasar-dasar
kreatif, dan inovatif, serta bertanggung jawab
berbagai ilmu dan keterampilan terhadap
terhadap diri dan lingkungannya. Dengan
siswa, agar siswa dapat melanjutkan ke
demikian, Sekolah Dasar sebagai lembaga
jenjang pendidikan berikutnya secara mandiri
pendidikan dasar memiliki tugas yang amat
dan kompetitif. Oleh karena itu, Sekolah Dasar
berat dalam upaya mempersiapkan peserta
sebagai lembaga pendidikan memiliki peran
didiknya, sehingga pelaksanaan pendidikan di
penting
Sekolah Dasar harus mendapat perhatian
dan
menyiapkan
(SD)
dari
merupakan
dalam
Dasar
yaitu warga Negara maupun
meletakkan
strategis generasi
dalam
penerus,
upaya menjadi
penuh
dari
pemerintah
yang
berwenang
generasi yang memiliki masa depan yang
maupun dari masyarakat dimana sekolah
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
95
tersebut berada dan dikelola oleh guru yang
tetapi juga pada proses dari pembelajaran
berkualitas, kerjasama yang baik dari semua
tersebut.
pihak sangat diperlukan.
Selama ini siswa berangapan bahwa
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan mata pelajaran yang berusaha
dirasakan sangat membosankan, Kebosanan
membantu
memecahkan
ini bisa disebabkan oleh berbagai pendekatan
permasalahan yang dihadapi, sehingga siswa
atau metode yang digunakan guru kurang
menjadi semakin mengerti dan paham akan
bervariasi,
lingkungan
yaitu
digunakan adalah metode tradisional yaitu
lingkungan siswa tumbuh dan berkembang
guru hanya menyampaikan dengan informasi,
sebagai bagian dari masyarakat. Dimana
ide, atau gagasan dengan tulisan dan lisan
lingkungan masyarakat dari waktu ke waktu
dengan guru berada di depan kelas dalam
terus mengalami perubahan sesuai dengan
menyampaikan materi pelajaran. siswa hanya
tuntutan
IPS
mendengarkan, menyimak dan mencatat, dan
dalam
kadangkala diselingi pertanyaan dan latihan,
siswa
dalam
sosial
dan
masyarakatnya,
perubahan
merupakan
salah
pendidikan.
Mata
jaman.
satu
unsur
pelajaran
IPS
telah
padahal
metode
guru
pembelajaran
mempunyai
peranan
yang
yang
diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat
sangat menentukan bagi tercapainya tujuan
dasar sampai ke jenjang yang lebih tinggi,
pembelajaran di sekolah. Telah banyak upaya
namun demikian kegunaan IPS bukan hanya
yang dilakukan oleh guru
memberikan kemampuan berfikir social tetapi
pada teman sejawat, memanfaatkan materi
juga bagaimana siswa dapat memecahkan
pelatihan, menggunakan buku rujukan, tapi
masalah
dalam
usaha yang dilakukan belum membuahkan
menganalisis,
hasil. Oleh karena itu penulis merasa perlu
membuat sintesis, melakukan evaluasi hingga
dicarikan solusi bagaimana cara mengatasi
kemampuan memecahkan masalah. Dengan
masalah tersebut, karena bila hal tersebut
kenyataan ini bahwa IPS mempunyai potensi
dibiarkan
yang
memacu
negatif pada hasil belajar siswa. Teknik
terjadinya perkembangan secara cermat dan
pembelajaran konvensional yang selama ini
tepat
digunakan
yang
dihadapi
pembentukan
kemampuan
sangat
besar
maupun
masyarakat
terutama
dalam
yang
perkembangan
dalam
hal
mempersiapkan
mampu
dengan cara
mengantisipasi berpikir
berlarut-larut
seperti bertanya
akan
cenderung
berdampak
berpusat
dan
bergantung pada guru, dirasa membuat siswa
dan
jenuh dalam memperoleh materi. Siswa hanya
bersikap pula. Pembelajaran hendaknya lebih
menerima materi yang diberikan dari guru
menekankan pada bagaimana upaya guru
sebatas kemampuan yang dimiliki oleh guru
mendorong atau memfasilitasi siswa belajar,
sehingga sangat memacu kebosanan dan
bukan pada apa yang dipelajari siswa. Jadi,
lebih jauh menjadi kemalasan siswa untuk
pembelajaran IPS merupakan upaya guru
menerima materi pelajaran .
mendorong atau memfasilitasi siswa dalam
Melihat permasalahan diatas, maka
mengkonstruksi pemahamannya akan hakikat
guru
harus
mampu
melaksanakan
tugas
IPS. Keberhasilan guru dalam pembelajaran
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan
bukan hanya dilihat dari hasil belajar siswa
menekankan keaktifan siswa dalam mengikuti
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
95
pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan
setelah siswa mengikuti proses pembelajaran.
penyajian
Hasil
pembelajaran
yang
melibatkan
belajar
menurut
Gagne
adalah
siswa, dimana dalam penyajian pembelajaran
kemampuan siswa dari hasil belajar yang
siswa diajak langsung berhadapan dengan
meliputi: (1) informasi verbal, (2) kemahiran
lingkungan dimana fakta atau gejala alam
intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan
tersebut berada. Salah satu metode yang
(5)
diperkirakan dapat mengatasi hal tersebut
informasi
diatas adalah metode cooperative learning tipe
menyimpan
Make a Match.
Kemahiran intelektual merupakan kemampuan
Berdasarkan uraian tersebut mengenai
keterampilan
untuk
verbal
motorik.
Kemampuan
adalah
kemampuan
informasi
menggunakan
dalam
ingatan.
simbol
dalam
pentingnya metode cooperative learning tipe
berinteraksi, mengorganisir, dan membentuk
Make a Match sebagai upaya meningkatkan
arti. Strategi kognitif adalah kemampuan untuk
hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
mengatur dan mengontrol proses berpikir
khususnya tentang rumah sehat, maka penulis
dalam
mencoba mengatasi permasalahan tersebut
merupakan
dengan cara melakukan Penelitian Tindakan
mempengaruhi
Kelas (PTK), bertujuan untuk mengupayakan
keterampilan motorik merupakan kemahiran
agar
dalam melakukan gerak tubuh.
tercapainya
Pengetahuan
pembelajaran
Sosial
(IPS)
yang
Ilmu
diri
sendiri. suatu
Hasil
belajar
sikap
kondisi
mental
yang
prilaku
siswa,
sedangkan
ideal,
Hasil belajar merupakan pengaruh
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
yang memberikan suatu ukuran nilai dari
siswa dan meningkatkan kinerja guru. Adapun
metode, pendekatan, atau strategi alternatif
penelitian tindakan kelas ini mengambil judul
yang dipilih dalam kondisi yang berbeda. Ada
“Peningkatan Hasil Belajar IPS Tentang
hasil
rumah sehat melalui Metode Cooperative
kehidupan nyata dalam menggunakan metode
learning tipe Make a Match di Kelas I SDN
dan pendekatan pembelajaran yang spesifik,
Petukangan Selatan 04 Petang Jakarta
sedangkan
Selatan .”
tujuan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai
berikut:
“Apakah
nyata
yang
hasil
Tujuan
diinginkan,
yang (goals)
yaitu
diinginkan yang
berpengaruh pada pemilihan
hasil
adalah
umumnya
suatu metode.
metode
Ini berarti hasil belajar sangat erat kaitannya
cooperative learning tipe make a match dapat
dengan metode, pendekatan, atau strategi
meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan
pembelajaran yang digunakan pada suatu
Sosial (IPS) siswa kelas I SDN Petukangan
kondisi tertentu sehingga hasil belajar akan
Selatan 04 Petang Jakarta Selatan “?
semakin baik. Menurut Gagne secara spesifik hasil
TINJAUAN PUSTAKA
(performance)
A. Hasil Belajar
memiliki tujuan yang harus dicapai pada setiap proses
adalah yang
suatu
kinerja
diindikasikan
sebagai
suatu kemampuan (kapabilitas) yang telah
Proses pembelajaran di kelas tentu
akhir
belajar
pembelajaran.
Tujuan
diperoleh, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk tujuan-tujuan (khusus) atau perilaku (unjuk kerja).
pembelajaran dikatakan tercapai apabila siswa memperoleh hasil belajar yang diharapkan Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
95
Berkaitan dengan hasil belajar, dalam
terdahulu. Selanjutnya pengertian hasil belajar
sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
adalah kemampuan yang diperoleh anak
pendidikannya menggunakan klasifikasi hasil
setelah
belajar Benyamin S. Bloom, yang secara garis
Kemampuan
besar membaginya kedalam tiga ranah yaitu;
kemampuan siswa dalam berbagai aspek yang
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah
tampak
kognitif berkenaan dengan hasil belajar dalam
pembelajaran. Adanya interaksi yang harmonis
kemampuan intelektual yang terdiri dari enam
dalam proses pembelajaran antara siswa dan
aspek, yaitu: a) mengingat, b) mengerti, c)
guru yang disertai dengan kebebasan yang
menggunakan,
terarah dapat memotivasi siswa untuk terlibat
d)
menganalisis,
e)
mengikuti yang
setelah
siswa
belajar.
dimaksud
adalah
mengikuti
secara
afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri
pengalaman belajarnya secara alami, serta
dari lima aspek, yaitu: a) kesadaran, b)
memperoleh hasil yang maksimal.
c)
penghayatan
mengembangkan
d)
Berkaitan dengan hasil belajar, Bloom
pengornanisasian nilai, dan e) karakterisasi
mengklasifikasikan hasil belajar kedalam tiga
diri.
ranah, yaitu: (1) ranah kognitif, (2) ranah
Sedangkan
berkenaan
pada
dengan
nilai,
dalam
proses
mengevaluasi, dan f) mencipta. Pada ranah
partisipasi,
aktif
kegiatan
ranah
psikomotor
keterampilan
anggota
afektif, dan (3) ranah psikomotor. Di dalam
tubuh, yang meliputi: a) gerakan reflek, b)
ranah
gerakan dasar, c) kemampuan perseptual, d)
berhubungan dengan intelektual. Kemampuan
kemampuan
ini
jasmani,
e)
gerakan-gerakan
terlatih, dan f) komunikasi nondiskursif. Hasil
belajar
adalah
lain:
perubahan
pengertian,
pengetahuan,
hubungan
menganalisis
atas:
kemampuan
mengingat
yang
(remember),
(analyze),
mengevaluasi
(evaluate), dan mencipta (create).
emosional,
Hasil
belajar
adalah
adanya
kebiasaan,
perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai
jasmani, keterampilan, budi pekerti, apresiasi
akibat dari pengalaman. Perubahan tingkah
dan sikap. Hasil belajar yang dimaksud adalah
laku dapat terjadi pada aspek kognitif, afektif,
perubahan tingkah laku yang dapat dilihat
dan
secara
aspek
tingkah laku yang disebabkan karena bukan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil
pengalaman, tetapi karena sebab-sebab yang
belajar
tingkat
lainnya seperti pertumbuhan, kematangan,
atau
kelelahan, atau penyakit, maka perubahan itu
bertanggung
tidak dapat dikatakan sebagai hasil dari proses
jawab, dan tingkat kedewasaan yang dinilai
belajar. Belajar pada diri manusia merupakan
dengan
tingkatan
suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung
sekolah, dan tingkat nasional. Atas dasar
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
pengertian tersebut, struktur kognitif bahan
menghasilkan perubahan-perubahan bersifat
pelajaran
relatif konstan dan berbekas.
nyata
merupakan
perkembangan tingkat
dan
sosial,
terdiri
meliputi
mengerti (understand), menggunakan (apply),
tingkah laku yang terlihat dari beberapa aspek, antara
kognitif
umum
puncak
mental
kemandirian,
dari
secara tingkat
ukuran-ukuran
harus
dari
disusun
guru,
utuh
menurut
urutan
tingkat kesukaran yang logis dan berdasarkan
psikomotorik.
Berdasarkan
Bila
terjadi
beberapa
perubahan
pengertian
atas pengalaman-pengalaman belajar yang
hasil belajar yang telah dikemukakan di atas,
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
95
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
fungsi kognitif. Faktor ini sangat berhubungan
pada penelitian ini adalah perubahan tingkah
dengan
laku siswa kelas I Sekolah Dasar sebagai
kognitif. Dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan
akibat dari adanya pengalaman belajar, yang
Sosial, jika materi dianggap terlalu rumit dan
meliputi aspek pengetahuan yang dapat diukur
abstrak,
dan diamati, dimana perubahan yang terjadi
metode yang dipilih untuk kegiatan belajar
bersifat relatif konstan.
siswa tidak cukup menunjang kejelasan pada
tahapan
serta
perkembangan
strategi,
secara
pendekatan,
dan
diri siswa, maka hasil belajar yang diharapkan B. Hasil Belajar IPS
tidak akan tercapai dengan baik. Oleh karena
Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dapat berupa faktor internal, seperti minat dan kesiapan belajar, serta faktor eksternal seperti bahan ajar dan gaya belajar (learning style). Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar semua sama untuk setiap mata pelajaran. Selain faktor-
itu materi yang dianggap rumit dan abstrak harus disajikan dengan media belajar yang tepat sehingga dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan sifat abstrak pada materi ajar tersebut.
kondisi
fisiknya
yang
berhubungan
dengan panca indera, juga dapat berpengaruh terhadap
hasil
belajar
Ilmu
Pengetahuan
Sosial siswa.
dengan
dengan keadaan siswa secara objektif, dalam hal ini pengalaman dan tingkat intelegensi. Tersedianya
bahan
ajar
yang
memberi
kemudahan bagi siswa untuk mempelajarinya, sehingga mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Minat belajar siswa sangat berpengaruh terhadap
tingkat
hasil
belajar
Ilmu
Pengetahuan
Dengan
suatu kegiatan. Dengan minat dan rasa ingin tahu yang besar terhadap Ilmu Pengetahuan Sosial, maka keinginan untuk belajar dan berusaha memahami Ilmu Pengetahuan Sosial dapat terlihat dengan jelas. Kesiapan belajar adalah wujud penyerapan pengetahuan dan
pemahaman
demikian
strategi,
siswa
serta
hasil
belajar
yang
diharapkan akan tercapai. Dengan demikian hasil Pengetahuan adalah
Sosial
perubahan
dalam
belajar Ilmu penelitian
tingkah
laku
ini dan
kemampuan berpikir siswa dalam mempelajari manusia
di
masyarakat
yang
berkenaan dengan tingkah laku, hubungan sosial, serta pemenuhan kebutuhan yang disebabkan belajar,
karena
sehingga
adanya
pengalaman
terjadilah
perubahan
kemampuan siswa dalam memecahkan setiap permasalahan sosial yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari, yang berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa di sekolah.
Sosial, karena minat merupakan dorongan instrinsik yang sangat besar untuk melakukan
dengan
keragaman dan tingkat kesukaran bahan ajar.
kehidupan
Faktor bahan ajar sangat berhubungan
pula
pendekatan, dan metode harus disesuaikan
faktor di atas, kemampuan kecerdasan siswa dan
Demikian
Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat dari proses belajar dapat berupa perubahan-perubahan yang sifatnya baru
atau
perubahan
penyempurnaan.
yang
Perubahan
sifatnya
tingkah
laku
dalam aspek pengetahuan ialah dari tidak mengerti
menjadi
mengerti.
Dari
aspek
keterampilan ialah dari tidak bias menjadi bias,
pengalaman belajar yang berlangsung pada Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
95
dari tidak terampil menjadi terampil. Dalam
Pengetahuan
Sosial
aspek sikap ialah dari ragu-ragu menjadi
pelajaran
untuk
yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dari
pengetahuan, nilai, sikap, dan ketrampilan
kurang paham menjadi paham sekali.
siswa
Rumusan-rumusan tentang belajar
tentang
(IPS)
adalah
mata
mengembangkan
masyarakat,
bangsa
dan
Negara Indonesia.
sebagaimmana terurai di atas, pada prinsipnya
Di lihat dari unsur substansi materi
sama, kesemuanya mengandung dimensi-
Ilmu
dimensi sebagai berikut: 1) adanya dimensi
mendalam
perubahan tingkah laku, 2) adanya dimensi
tentang pendalamanan materi sama halnya
relative
dimensi
dengan tunntutan yang dikembangkan dalam
adanya
kurikulum
permanent,
interaksi
dengan
3)
adanya
lingkungan,
4)
Pengetahuan
Sosial
walaupun
1994.
(IPS)
secara
sebenarnya
wacana
Sedangkan
rumusan
KTSP,
dilihat
dari
dimensi yang dihasilkan sebagai akibat dari
konteks
mengisyaratkan
latihan atau pengalaman, dan 5) adanya
bahwa pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
dimensi yang dapat dilihat dalam perubahan
(IPS) mempunyai tujuan kearah pembentukan
tersebut.
warga Negara yang baik sama halnya dengan tujuan yang dikembangkan dalam Pendidikan
C. Hakikat Pengertian IPS Dalam
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada KTSP,
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia ilmu pengetahuan sosial artinya: a) berkenaan
dengan
masyarakat,
b)
perlu
adanya komunikasi. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu bahan kajian yang mempelajari tentang hubungan masyarakat dengan linkungan sekitarnya.
Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang konsep-konsep
dasar
dari
berbagi ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaan bagi siswa dan
disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan
ilmu
yang
mencakup
geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan generelisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang berkembang di masyarakat serta disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologi sehingga dapat bermakna bagi siswa dalam kehidupannya. Sehingga jika dikaitkan kedua pengertian
diatas
pada
Sekolah
Dasar
dan
Madrasah Ibtidaiyah adalah sebagai berikut : 1) Mengenali dan berprilaku sesuai dengan ajaran agama yang diyakini. 2) Mengenali
dan
menjalankan
hak
dan
kewajiban diri, beretos kerja, dan peduli terhadap lingkungan.
berkomunikasi melalui berbagai media. 4) Menyenangi keindahan. 5) Membiasaka hidup bersih, bugar, dan sehat. 6) Memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air.
kehidupannya. Berdasarkan pengertian diatas
(IPS)
lulusan
3) Berfikir secara logis, kritis, dan kreatif serta
Menurut Samlawi, Ilmu Pengetahuan
memadukan
kompetensi
dasarnya
Adapun unsur materi pembelajaran, Ilmu
Pengetahuan
Sosial
(IPS)
di
SD
merupakan ilmu yang disederhanakan untuk keperluan pendidikan, sedangkan komponen pengetahuan dipecahkan
(knowledge)
ilmu-ilmu
sosial
berdasarkan
metode
ilmiah
melalui penyeledikan (problem solving). Hasil belajar siswa ditentukan oleh berbagai
faktor
yang
mempengaruhinya.
Ilmu
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
95
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
yang dianggap rumit dan abstrak harus
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat berupa
disajikan dengan media belajar yang tepat
faktor internal, seperti minat dan kesiapan
sehingga dapat mengurangi atau bahkan
belajar, serta faktor eksternal
menghilangkan sifat abstrak pada materi ajar
seperti bahan
ajar dan gaya belajar. Pada dasarnya faktor-
tersebut.
Demikian
faktor yang mempengaruhi hasil belajar semua
pendekatan, dan metode harus disesuaikan
sama untuk setiap mata pelajaran. Selain
dengan
faktor-faktor di atas, kemampuan kecerdasan
keragaman dan tingkat kesukaran bahan ajar.
tingkat
pula
dengan
pemahaman
strategi,
siswa
serta
siswa dan kondisi fisiknya yang berhubungan
Dengan demikian hasil belajar Ilmu
dengan panca indera, juga dapat berpengaruh
Pengetahuan Sosial (IPS) dalam penelitian ini
terhadap
adalah
hasil
belajar
Ilmu
Pengetahuan
Sosial siswa.
perubahan
tingkah
laku
dan
kemampuan berpikir siswa dalam mempelajari
Faktor bahan ajar sangat berhubungan
kehidupan
manusia
di
masyarakat
yang
dengan keadaan siswa secara objektif artinya
berkenaan dengan tingkah laku, hubungan
faktor lingkungan sekitarnya, dalam hal ini
sosial, serta pemenuhan kebutuhan yang
pengalaman
dan
disebabkan
Tersedianya
bahan
tingkat ajar
intelegensi.
yang
memberi
belajar,
karena
sehingga
adanya terjadilah
pengalaman perubahan
kemudahan bagi siswa untuk mempelajarinya,
kemampuan siswa dalam memecahkan setiap
sehingga mendapatklan hasil belajar yang
permasalahan sosial yang dihadapinya dalam
lebih
kehidupan sehari-hari, yang berpengaruh pada
baik.
Minat
berpengaruh
belajar
terhadap
hasil
siswa
sangat
belajar
Ilmu
peningkatan hasil belajar siswa di sekolah.
Pengetahuan Sosial, karena minat merupakan dorongan intrinsik yang sangat besar untuk melalukan suatu kegiatan . Dengan minat dan rasa ingin tahu yang besar terhadap Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), maka keinginan untuk belajar dan berusaha memahami Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat terlihat jelas. Kesiapan belajar adalah wujud penyerapan pengetahuan dan pengalaman belajar yang berlangsung pada fungsi kognitif. Faktor ini sangat
berhubungan
perkembangan
secara
dengan kognitif.
tahapan Dalam
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), jika materi dianggap terlalu rumit dan abstrak, serta strategi, pendekatan, dan metode yang dipilih untuk kegiatan belajar siswa tidak cukup menunjang kejelasan pada diri siswa, maka hasil belajar yang diharapkan tidak akan tercapai dengan baik. Oleh karena itu materi
D. Konsep Metode Cooperative Learning Tipe Make a Match Penerapan metode cooprative learning tipe Make a Match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode ini dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan siswa, proses pembelajaran lebih menarik dan tampak sebagain besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masingmasing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran seperti yang dikemukakakan oleh Lie bahwa, cooperatif learning adalah pembelajaran
yang
menitikberatkan
pada
gotong royong dan kerja sama kelompok. Terkait belum optimalnya hasil belajar IPS siswa kelas I SDN Petukangan Selatan 04
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
95
Petang
Jakarta
berupaya
Selatan,
untuk
maka
menerapkan
penulis
siswa
untuk
metode
dukungan
aktif
dalam
dan kerja
saling
memberi
kelompok
untuk
cooperatif learning tipe make a match sebagai
menuntaskan masalah dalam materi belajar.
salah satu alternatif pembelajaran bermakna.
Menurut Ibrahim, metode cooperative learning
1. Pengertian Cooperative Learning
merupakan
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara
bersama-sama
dengan
metode
pembelajaran
yang
membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial.
saling
Cooperative learning adalah suatu
membantu satu sama lainnya sebagai satu
model pembelajaran yang saat ini banyak
kelompok atau satu tim.
digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar
Menurut Sugandi dalam Tukiran T, dkk mengemukakan
cooperative
learning
mengajar yang berpusat pada siswa (studend oriented),
terutama
untuk
mengatasi
merupakan sistem pengajaran yang memberi
permasalahan yang ditemukan guru dalam
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja
mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja
sama dengan sesama siswa dalam tugas-
sama dengan orang lain, siswa yang agresif
tugas
Pembelajaran
dan tidak peduli pada yang lain. Karena
pembelajaran
dengan mencampurkan para siswa dengan
secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif
kemampuan yang beragam tersebut, maka
lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja
siswa yang kurang akan sangat terbantu dan
kelompok karena dalam belajar kooperatif ada
termotivasi siswa yang lebih. Demikian juga
struktur dorongan atau tugas yang bersifat
siswa yang lebih akan semakin terasah
kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya
pemahamannya.
yang
kooperatif
terstruktur.
dikenal
dengan
interaksi secara terbuka dan berhubungan
Menurut Stahl menyatakan bahwa
yang bersifat interdepedensi efektif diantara
pembelajaran
anggota kelompok.
menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu
Menurut Johnson, cooperative learning
cooperative
learning
sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil
adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas
yang
ke dalam kelompok kecil agarsiswa dapat
menurut
bekerja sama dengan kemampuan maksimal
learning dengan istilah pembelajaran gotong-
yang mereka miliki dan memperlajari satu sma
royong,
lain dalam kelompok tersebut.
memebri kesempatan kepada peserta didik
Metode
cooprative
learning
mengutamakan
kerja
sama
dalam
menyelesaikan
permasalahan
untuk
optimal Anita
yaitu
dalam Lie
belajar.
Sedangkan
menyebut
cooperative
sistem
pembelajaran
yang
untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstuktur. Jadi,
dapat
disimpulkan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan
Cooperative
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
pembelajaran yang berkelompok sehingga
Siswa dalam kelompok kooperatif belajar
siswa-siswi dapat bekerja sama, berdiskusi,
diskusi, saling membantu dan mengajak teman
saling membantu, menyelesaikan persoalan,
satu sama lain untuk mengatasi masalah
mengajak satu sama lain dan mengkondisikan
belajar. Cooperative Learning mengkondisikan
siswa
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
untuk
Learning
aktif
dan
adalah
bahwa
saling
kegiatan
memberi
95
dukungan
dalam
kerja
kelompok
untuk
menuntaskan materi masalah dalam belajar.
jawaban
dari
pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Adapun
2. Pengertian Make A Match
metode
dengan
pembelajaran
kooperatif
mencari
pasangan
cara
soal/jawaban yang tepat, siswa yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas
Match) menurut Suprijono hal-hal yang perlu dipersiapkan
a) Mempersiapkan
kartu
Match
kartu-kartu.
Kartu-
lainnya
berisi
dan jawaban
kartudari
pertanyaan-pertanyaan. b) Guru
tersebut memiliki tujuan umum diantaranya
membagi
menjadi
isi
3
pertama
akademik dan mengajarkan keterampilan
komunitas
kelompok. merupakan
pembawa
sosial.
kartu
kelas
Kelompok kelompok
berisi
pertanyaan.
Kelompok kedua adalah kelompok
Metode pembelajaran make a match
pembawa kartu berisi jawaban dan
merupakan pembelajaran dimana setiap
kelompok
siswa memegang kartu soal atau jawaban dan
a
pertanyaan-pertanyaan
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
penguasaan
Make
kartu tersebut terdiri dari kartu berisi
yang menekankan pada struktur-struktur
meningkatkan
dengan
pembelajaran
adalah:
merupakan bagian dari metode struktural
pola-pola interaksi siswa. Struktur-struktur
jika
dikembangkan
waktu akan mendapat poin. Make a Match
untuk
teknik
belajar mengajar mencari pasangan (Make a
Make a match atau mencari pasangan adalah
langkah-langkah
siswa
dituntut
untuk
bekerjasama
c) Guru
berikir
dan
buku
maka
membunyikan
peluit
kedua
saling
bergerak
pertanyaan-jawaban yang cocok. e) Guru memberikan kesempatan kepada
siswa mencari pasangan sambil belajar
a match adalah kartu-kartu. Kartu tersebut
dan
mereka bertemu, mencari pasangan
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
pembelajaran dikembangkan dengan make
guru
maupun
dalam cooperative learning. Metode ini
Hal-hal yang perlu disiapkan jika
pertama
sebagai tanda agar kelompok pertama
merupakan salah satu jenis dari metode
suasana yang menyenangkan.
kelompok
berada di posisi yang telah ditentukan,
mengemukakan metode make a match
mengenai suatu konsep atau topik, dalam
kelompok-
d) Jika masing-masing kelompok sudah
Rusman
Salah satu keunggulan teknik ini adalah
posisi
kedua saling berhadapan.
menumbuhkan semangat kerjasama. Dalam
mengatur
Upayakan
pasangannya dengan batas waktu tertentu, siswa
kelompok
kelompok tersebut berbentuk huruf U.
jawaban maupun kartu soal yang dipegang
membuat
adalah
penilai.
dengan siswa lain dalam menemukan kartu
sehingga
ketiga
siswa untuk berdiskusi. f)
Hasil diskusi ditandai oleh pasanganpasangan antara anggota kelompok pembawa
kartu
pertanyaan
dan
anggota kelompok pembawa kartu jawaban.
dari kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu yang lainnya berisi dari Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
95
g) Pasangan-pasangan terbentuk
yang
wajib
sudah
menunjukan
yaitu
penilai.
penilaian. penilai
kemudian
apakah
pasangan
pertanyaan-jawaban itu cocok. Setelah
penilaian
Menurut diantara
lain
memasangkan
dan
melaksankan
Prawindra
Dwitantra
meningkatkan
aktivitas
belajar siswa, baik secara kognitif maupun
dilakukan,
guru
fisik, metode ini menyenangkan karena
mengatur sedemikian rupa kelompok
ada
pertama dan kelompok kedua bersatu
pemahaman siswa terhadap materi yang
kemudian
dipelajari, dapat meningkatkan motivasi
memposisikan
dirinya
unsur
permainan,
belajar
kelompok penilai pada sesi pertama
melatih keberanian siswa untuk tampil
tersebut di atas dipecah menjadi dua,
presentasi dan efektif melatih kedisiplinan
sehingga anggota memegang kartu
siswa menghargai waktu untuk belajar.
sebagai
siswa,
efektif
meningkatkan
menjadi kelompok penilai. Sementara,
pertanyaan
sebagai
sarana
lainnya
Jika guru tidak merancangnya
memegang kartu jawaban. Posisikan
dengan baik, maka akan banyak waktu
mereka dalam bentuk huruf U.
yang terbuang, pada awal penerapan
Guru kembali membunyikan peluitnya
teknik ini, banyak siswa bisa yang malu
menandai kelompok pemegang kartu
berpasangan dengan lawan jenisnya, jika
pertanyaan dan jawaban bergerak
guru tidak mengarahkan siswa dengan
mencari,
dan
baik, saat presentasi banyak siswa yang
pertanyaan-jawaban.
kurang memperhatikan, guru harus hati-
mencocokan,
mendiskusikan Berikutnya
adalah
pasangan
masing-masing
pertanyaan-jawaban
hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada
siswa
yang
tidak
mendapat
menunjukan hasil kerjanya kepada
pasangan karena mereka bisa malu, dan
penilai.
penggunaan metode ini secara terus
Perlu diketahui bahwa tidak semua siswa
lakukan
pertanyaan-jawaban
membacakan
j)
telah
pertanyaan-jawaban kepada kelompok
h) Kelompok
i)
mengkomfirmasikan hal-hal yang mereka
baik
pemegang
yang
kartu
berperan
pertanyaan,
menerus akan menimbulkan kebosanan.
sebagai pemegang
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan
kartu jawaban, maupun penilai mengetahui dan memahami secara pasti apakah kartu pertanyaan-jawaban
yang
mereka
pasangkan sudah cocok. Demikian halnya bagi siswa kelompok penilai. Siswa juga belum mengetahui pasti apakah penilaian mereka benar atas pasangan pertanyaanjawaban. Berdasarkan kondisi inilah guru memfasilitasi kesempatan
diskusi kepada
untuk
memberikan
seluruh
siswa
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa serta untuk memperbaiki pembelajaran, sehingga menimbulkan rasa puas bagi guru karena
sudah
melakukan
sesuatu
untuk
meningkatkan kualitas pembelajarannya. Hal ini dilakukan melalui penerapan langsung dikelas, dilakukan sendiri oleh guru secara sistematis
yang
berkolaborasi
dengan
95
berbagai pihak seperti siswa dikelas, rekan
proses pengkajian berdaur (ciclycal) yang
sejawat, dan kepala sekolah.
terdiri dari empat tahap, yaitu merencanakan,
PTK
merupakan
penelitian
yang
melakukan tindakan, mengamati, merefleksi.
dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki sehingga
kinerjanya
hasil
meningkat.
sebagai
belajar
Refleksi
diri
kembali
atau
siswa
menjadi
dapat
diartikan
merespon
suatu
kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui dan hal yang belum diketahui agar
dapat
dilakukan
suatu
tindakan
penyempurnaan. Refleksi akan efektif jika guru mempunyai
pemahaman/kesadaran
yang
tinggi akan fungsi pembelajaran dan jujur terhadap sendiri. Jadi PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis terhadap berbagai tindakan oleh seorang guru yang sekaigus bertindak sebagai peneliti untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran dikelas. Penelitian ini berlangsung di kelas I SDN Petukangan
Selatan
04
Petang
Jakarta
Selatan, yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Model
Penelitian
(PTK), merupakan didasarkan
pada
Tindakan
Kelas
tradisi kualitatif yang prinsip
natural
setting,
situasional, kontektual, adaptif, dan bergayut dengan
realitas
lapangan.
bahwa
dalam
pelaksanaan
Dimaksudkan penelitian
bersandar pada pengamatan setting kelas secara
obyektif
tanpa
rekayasa
Data
guru,
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan melihat
PEMBAHASAN penelitian
ini
mengenai
peningkatan hasil belajar IPS melalui metode cooperative learning tipe make a match. Data yang terkumpul dari penelitian ini antara lain data pemantauan tindakan guru dan siswa, catatan lapangan dalam pembelajaran melalui metode cooperative learning tipe make a match serta hasil dokumentasi selama prose pembelajaran berlangsung. Data ini disusun dalam
bentuk
narasi
menjadi
deskripsi
penelitian dengan dua aspek, yaitu 1) lembar analisis proses pembelajaran yaitu pada setiap kejadian yang terjadi di lapangan peneliti mencatat berdasarkan situasi yang nyata dan observer dapat dilihat dari lembar observasi dan catatan lapangan; dan 2) analisis hasil belajar siswa yaitu melalui tes hasil belajar (formatif) yang diberikan pada setiap siklus pertemuan kedua yang dituangkan dalam bentuk
presentase.
Pelaksanaan
pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe make a match dibuat dalam bentuk
foto
pembelajaran
dokumentasi dengan
selama
proses
memperhatikan
tahapan-tahapan yang nyata dari metode cooperative learning tipe make a match. Analisis hasil belajar dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
peneliti.
Langkah-langkah yang dirancang berdasarkan 4 tahap:
perencanaan, tindakan, observasi,
refleksi dengan mengacu pada model Elliot’s. Penelitian Tindakan Kelas, dilihat secara prosedural beserta langkah-langkah proses penelitian tindakan kelas, dilaksanakan berupa
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
95
tipe make a match dapat terlihat meningkat dengan baik.
1. Data Hasil Belajar Tabel 1 Analisis Data Hasi Belajar IPS Hasil Penelitian Aspek Hasil Siklus Siklus Belajar I II Kognitif 56.13% 84.80% Afektif 61.29% 87.56% Psikomotor 61.1% 87.7%
hasil
tindakan
merupakan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran pada tiap siklus berlangsung melalui metode cooperative learning tipe make a match. Untuk pemantauan
tindakan
tersebut
dilakukan
dengan instrument pemantauan tindakan yang telah divalidasi oleh Kepala Sekolah.
2. Data Hasil Pematauan Tindakan Presentase
Data pemantauan
Berdasarkan
pengamatan
diagram
peningkatan
pemantauan terhadap aktivitas guru dan siswa
aktivitas guru dan siswa di atas menunjukkan
dalam proses pembelajaran IPS menggunakan
bahwa terdapat perbedaan dalam hal tingkat
metode cooperative learning tipe make a
optimalisasi
match pada siklus I sebesar 70% dan 65%,
pembelajaran IPS siswa kelas I melalui
sedangkan pada siklus II sebesar 96.25% dan
metode cooperative learning tipe make a
92.5%. Beikut ini tabel penilaian aktivitas guru
match. Pada siklus I penerapan metode
dan siswa pada setiap siklusnya.
cooperative learning tipe make a match yang
Tabel 2: Hasil Pemantauan Aktivitas Guru dan Siswa Hasil Pemantauan Pengamatan
Siklus
Siklus I
II
tindakan
dalam
proses
belum maksimal, sedangkan pada siklus II dengan metode yang sama terlihat sudah maksimal.
Hal
tersebut
terbukti
dengan
adanya peningkatan instrument tindakan guru dan
siswa
dalam
menerapkan
metode
Aktivitas Guru
56%
96.25%
cooperative learning tipe make a match
Aktivitas Siswa
65%
92.5%
memperoleh
persentase
pada
setiap
penelitian
yang
siklusnya. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan adanya
peningkatan
hasil
adanya
telah dilakukan pada mata pelajaran Ilmu
peningkatan pada hasil pemantauan tindakan
Pengetahuan Sosial tentang rumah sehat yang
terhadap aktivitas guru
diperoleh pada pemantauan tindakan dan hasil
sebesar
40.25%.
bahwa
Berdasarkan
pada siklus I dan II
Sedangkan
hasil
belajar melalui metode cooperative learning
pemantauan tindakan terhadap aktivitas siswa
tipe make a match yang dilakukan sebanyak
pada siklus I dan II sebesar 27.5% dalam
dua
proses
dengan
peningkatan terhadap hasil belajar siswa pada
menggunakan metode cooperative learning
setiap siklus. Hasil intervensi tindakan yang
tipe make a match. Peningkatan presentase
telah dilaksanakan oleh peneliti tiap siklus
aktivitas guru dan siswa pada kelas I SDN
menunjukkan
Petukangan
dalam pelaksanaan berdasarkan butir-butir
pembelajaran
Selatan
04
pada
IPS
Petang
Jakarta
siklus,
maka
menunjukkan
peningkatan.
Pada
adanya
siklus
I
Selatan dalam proses pembelajaran pada
pembelajaran
siklus
sehat
menggunakan metode cooperative learning
menggunakan metode cooperative learning
tipe make a match pada pertemuan pertama
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
95
I
dan
II
tentang
rumah
tindakan
guru
dengan
sebesar 57.6%, Dilihat hasil belajar aspek
peneliti
kognitif pada siklus I menunjukkan persentase
pembelajaran dan kurang maksimalkan media
rata-rata nilai kelas sebesar 61.89% sehingga
pembelajaran yang telah disiapkan, kurang
belum
luasnya
dinyatakan
tuntas
belajar
karena
dalam
merencanakan
materi
proses
pembelajaran
ketuntasan belajarnya masih dibawah Kriteria
disampaikan
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 80%.
terbiasanya siswa dalam bekerja kelompok
Melihat tersebut
hasil
yang
membuktikan
telah
bahwa
kepada
teman
lain,
siswa
yang kurang
dicapai
dengan
metode
menjelaskan secara jelas tentang langkah-
peneliti
langkah
digunakan oleh peneliti dalam peningkatan
banyak siswa terlihat bingung. Sedangkan
hasil belajar IPS dengan materi rumah sehat.
pada siklus II terlihat sudah diperbaiki dan
Hal tersebut dibuktikan dengan cara adanya
hasilnya lebih meningkat dari siklus I dan
peningkatan nilai hasil belajar IPS serta
dengan menggunakan metode cooperative
presentase pemantauan tindakan penelitian
learning tipe make a match dapat menjadikan
yang dilakukan oleh observer dalam tiap
siswa lebih aktif dan merasa senang. Peneliti
permainan,
kurang
cooperative learning tipe make a match yang
siklus. Implementasi dari penggunaan metode
melakukan
dan
dan
dalam
sehingga
melaksanakan
cooperative learning tipe make a match dapat
pembelajaran dengan menggunakan metode
peningkatan hasil belajar IPS siswa dengan
cooperative learning tipe make a match dapat
materi rumah sehat.
berjalan dengan baik dan sesuai rancangan
Penelitian
tindakan
ini
dan target yang diharapkan oleh peneliti.
dilaksanakan di SDN Petukangan Selatan 04
Dengan demikian dapat membuktikan bahwa
Petang Jakarta Selatan dengan menggunakan
dengan menggunakan metode cooperative
metode penelitian PTK (Penelitian Tindakan
learning tipe make a match menjadi salah satu
Kelas) dengan empat penelitian terdiri dari dua
alternatif untuk meningkatan hasil belajar
siklus. Setiap siklus terdiri dua pertemuan
siswa di kelas I, khususnya pada mata
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (1
pelajaran IPS dengan materi mengenai rumah
pertemuan).
sehat. Peningkatan tersebut dapat terlihat dari
Dalam
kelas
pembahasan
hasil
penelitian, analisis data yang diperoleh dari siklus
I
dan
keseluruhan. evaluasi
II
dapat
Data
terhadap
dilihat
tersebut
dari
data
merupakan
Petang
disimpulkan
bahwa
dengan
Jakarta
tipe make a match dapat meningkatkan hasil
Selatan tentang peningkatan hasil belajar IPS
belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran
tentang
IPS dengan materi rumah sehat dianggap
rumah
04
sehat
melalui
I
dapat
menggunakan metode cooperative learning
Selatan
kelas
Berdasarkan hasil analis data, maka
SDN
Petukangan
siswa
setiap siklus.
metode
cooperative learning tipe make a match pada
berhasil.
setiap siklus data itu merupakan hasil dari penelitian tes formatif siswa oleh peneliti.
PENUTUP
Pada siklus I proses pembelajaran hasil belajar IPS dengan materi rumah sehat dipengaruh oleh kurangnya persiapan dari
telah
Berdasarkan
hasil
dilaksanakan
di
penelitian
SDN
yang
Petukangan
Selatan 04 Petang Jakarta Selatan dari bulan Maret sampai Mei 2013 serta pembahasan
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
95
yang telah diuraikan, hasil penelitian yang
menyampaian materi pembelajaran yang
menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa
lebih menarik dan
mencapai target yang telah ditentukan 80%
atau ketahui dengan kongret melalui media
dari siswa kelas I mencapai KKM. Dari hasil
pembelajaran.
pengamatan dan dengan memperhatikan data
2) Bagi
Guru,
dapat siswa pahami
disarankan
dalam
mata
yang diperoleh dalam penelitian ini, maka
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial lebih
dapat diperoleh:
peningkatan hasil belajar siswa dengan
1) Hasil penelitian yang diperoleh melalui
menggunakan metode cooperative learning
metode cooperative learning tipe make a
tipe make a match yang dilengkapi dengan
match
terhadap
media gambar serta kartu-kartu permainan
peningkatan hasil belajar IPS di SD. Hal ini
yang berisi pertanyaan dan jawaban. Guru
dapat dilihat dari penilaian kognitif terus
hendaknya
meningkat
pembelajaran secara
berdampak
dari
positif
siklus
I
pertemuan
2
mempersiapkan matang
perangkat sehingga
mencapai siklus II. Pada siklus I, hasil
ketika proses pembelajaran berlangsung
belajar
menunjukkan
terdapat kesiapan dalam mengajar. Guru
presentase rata-rata nilai kelas sebesar
dalam menerapkan metode cooperative
56.13%. Pada siklus II berhasil diperoleh
learning tipe make a match ini karena
presentase rata-rata nilai kelas meningkat
terbukti mampu melibatkan siswa dalam
sebesar 84.80%. Hal ini melebihi target
proses pembelajaran.
aspek
kognitif
peneliti yakni 80%.
3) Bagi Peneliti Lain, penelitian ini masih
2) Hasil belajar aspek afektif menunjukkan
memiliki keterbatasan, oleh karena itu bagi
presentase rata-rata nilai kelas pada siklus
peneliti
I
memperdalam
sebesar
61.29%
dan
mengalami
peningkatan sebesar 87.56% pada siklus II. 3) Skor pemantauan tindakan guru pada
selanjutnya dan
agar
memperluas
lebih dalam
metode cooperative learning tipe make a match tentang IPS di SD.
siklus I adalah 70% dan siswa adalah 87.56%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dengan
menggunakan
metode
cooperative learning tipe make a match dapat peningkatan mengenal
hasil rumah
belajar sehat
IPS kelas
tentang I
SDN
Petukangan Selatan 04 Pagi Jakarta Selatan. Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil
penelitian
ini,
maka
penulis
menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1) Bagi Kepala Sekolah, disarankan kepada beliau agar memberikan dukungan untuk pengadaan pembelajaran
atau yang
persediaan menunjang
media untuk
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
95
DAFTAR PUSTAKA Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Surabaya: Pustaka Belajar, 2009), h. 54. Arief S Sadiman, Media Pendidikan,(Penerbit: PT. Rajawali Grasindo Persada, Jakarta, 1996), h. 1 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Depdikbud, 1994), h. 293. Etin Solihatin dan Raharjo. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 5 Fakih Samlawi, Konsep Dasar IPS, (Bandung: Depdikbud), h.1 Hopkins, David. A Teacher Guide to Classroom Research, (Philadephia: Open Univercity Press), h.43 (http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/423/T1_152008015_BAB%20II.pdf?se quence=3) diunduh tanggal 2 maret 2013 http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/07140005-rina-andriani.ps http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/822/T1_%20292008059_BAB%20II.pdf . Diunduh tanggal 20 juli 2013 (http://www.tarmizi.wordpress.com/.../pembelajaran-kooperatif-make-a-match.html), Isjoni, Cooperative learning Mengembangkan kemampuan belajar berkelompok, (Bandung: ALFABETA, 2010), h. 17 Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), h.14. Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru, (Penerbit: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), h.89. Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2003), h. 37. Nurani. (http://nurani-mustintin.blogspot.com/2012/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-make-match.html). Diunduh tanggal 5 maret 2013 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2003), h. 30. Penerapan Model Pembelajaran Make a Match Hasil Belajar Sejarah Siswa Kelas X-5 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga. Prawindra Dwitantra, 2011, http://matahati99.blogspot.com/2013/02/kelebihan-dan-kelemahanmetode.html. Sabtu, 23 Maret 2013 Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar (Jakarta: Depdiknas, 2003), h. 5. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung : Alfabeta, 2005), h. 33. Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 324 W.S.Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta : PT.Gramedia, 1991), h.36 Daftar Riwayat Hidup Penulis : Suharti, S.Pd, adalah Guru SDN Petukangan Selatan 04 Petang Jakarta Selatan.
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
95