PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN DI PUSKESMAS PEKAN LABUHAN TAHUN 2013 (THE WEIGHT IMPROVEMENT OF UNDER FIVE YEARS WHO RECEIVED SUPPLEMENTARY FEEDING IN PUSKESMAS PEKAN LABUHAN 2013) Lisparyanda Sihombing1, Zulhaida Lubis2, Etti Sudaryati3 1 Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU 2,3 Staf Pengajar Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM USU ABSTRACT Children under five years are group of society that very unstable from nutrition problem. They have a very fast Growth and development in this period so need enough and gratify food and nutrition supply. If malnutrition happens and even severe malnutrition can cause permanent growth and development disturbance physically, mentally, socially, and intelligently that will be brought until adult. If this problem ignored, the worst probability in the next 30 years is lost generation where decreasing human quality in many aspects and will influence productifity so when productifity is low the result is low also. So, to create a better Human Resources quality must begin early that is watch out nutrition status of children of five. This research is observational method by using secunder data from Health center of Pekan Labuhan to learn correlation of Supplementary Feeding Program of Recovery with body weight improvement of children under five that severe malnutrition. According to researched variables, known that there was different body weight of children under five before and after receiving Supplementary Feeding Program of Recovery in Health centre of Pekan Labuhan where all children under five years undergo improvement body weight. During follow Supplementary Feeding Program of Recovery process suggested always given socialitation inorder mothers watch out energy intake of children under five and make sure that they complete PMT-P. Keywords: Supplementary Feeding, Severe Malnutrition, Children Under Five Years
Menurut Sanoesi (2003) anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang sangat rawan terhadap masalah gizi. Mereka mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dalam periode ini sehingga membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Seandainya terjadi kurang gizi bahkan sangat kurang maka dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial, dan intelektual yang sifatnya menetap dan akan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Secara lebih spsifik, kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan
PENDAHULUAN Garis- garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas manusia Indonesia dimasa yang akan datang harus lebih baik dari sekarang. Kualitas manusia dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu segi sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan, kesehatan dan lain-lain. Dari aspek gizi, kualitas manusia diartikan dalam 2 hal pokok, yaitu: kecerdasan otak atau kemampuan intelektual dan kemampuan fisik atau produktifitas kerja (Supariasa, 2002). 1
badan dan keterlambatan perkembangan otak serta dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Menciptakan kesehatan yang baik dan kecerdasan anak maka faktor yang paling penting untuk mendukung adalah gizi dimana apabila terjadi kekurangan gizi maka dapat menyebabkan berat badan kurang, mudah terserang penyakit, badan letih, penyakit defisiensi gizi, malas, terhambat pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik, psikomotor, dan maupun mental (Rahayu, 2008). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 prevalensi gizi buruk di Indonesia berdasarkan indeks BB/U sebesar 5,4%, gizi kurang 13%, sedangkan menurut indeks BB/TB sangat kurus 6,2%, kurus 7,4%. Pada tahun 2010 prevalensi gizi buruk berdasarkan indeks BB/U sebesar 4,9%, gizi kurang 13% Jika dibandingkan dengan prevalensi di Propinsi Sumatera Utara jauh lebih tinggi yaitu pada tahun 2007 menurut indeks BB/U gizi buruk 8,4%, gizi kurang 14,3%, menurut indeks BB/TB sangat kurus 9,1%, kurus 7,9% dan pada tahun 2010 prevalensi berdasarkan indeks BB/U gizi buruk 7,8%, gizi kurang 13,5%, sedangkan berdasarkan BB/TB kurus 5,6% dan kurus 8,4% (Riskesdas, 2010). Prevalensi balita gizi buruk dan kurang berdasarkan survey Penilaian Status Gizi (PSG) tahun 2005-2009 mengalami penurunan khususnya sejak tahun 2006. Penurunan ini cukup bermakna terutama pada kasus balita dengan gizi buruk yang mampu diturunkan hampir 50% dalam kurun waktu 3 tahun (2006- 2009) yaitu dari sekitar 8% menjadi 4%. Dilain pihak, dalam kurun waktu yang sama, penurunan kasus gizi kurang lebih lambat sekitar 20% yaitu dari sekitar 21% menjadi 16%. Dengan angka sebesar 20,2% prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di Sumatera Utara masih termasuk dalam kategori tinggi (standar WHO; 5-
9% rendah, 10-19% medium, 20-39% tinggi, >40% sangat tinggi). Berdasarkan data surveilans gizi buruk yang dilaksanakan pada tahun 2008 di Kota Medan berdasarkan indeks BB/U gizi buruk sebanyak 447 balita (0,6%), gizi kurang 6545 balita (9,6%), tahun 2009 terdapat gizi buruk sebanyak 761orang (0,6%), gizi kurang sebanyak 7036 orang ( 5,9%), tahun 2010 terdapat gizi buruk sebesar 1018 balita (0,8%), gizi kurang 5466 balita (4,6%) (Dinkes Kota Medan), 2010. Medan Utara merupakan salah satu daerah Medan yang angka balita gizi buruknya tinggi khususnya daerah Medan Labuhan dimana Puskesmas yang wilayah kerjanya di daerah tersebut adalah Puskesmas Medan Labuhan, Pekan Labuhan, dan Martubung. Hasil penelitian Betti (2009) yang dilakukan di Kabupaten Rokan Hulu menunjukkan bahwa status gizi balita yang dilihat dari hasil pemantauan berdasarkan indeks BB/U setelah mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) selama 3 bulan mengalami peningkatan. Dimana sebelum mendapatkan PMTP balita dengan status gizi kurang sebanyak 48 orang(100%) tetapi setelah mendapatkan PMT-P pada bulan I satus gizi balita menjadi baik sebanyak 21 orang (43,3%) dan status gizi kurang sebanyak 27 orang (56,2%) serta tidak terdapat balita yang mempunyai status gizi lebih dan gizi buruk. Pada bulan II balita dengan status gizi baik sebanyak 33 orang (68,8%) dan status gizi kurang sebanyak 13 orang (27,1%) dan status gizi buruk ssebanyak 2 orang (4,1%) serta tidak terdapat balita yang mempunyai status gizi lebih. Sedangkan pada bulan III balita dengan status gizi baik sebanyak 36 orang (54,2%), kurang sebanyak 9 orang (18,8%) dan buruk sebanyak 3 orang (6,2%) serta tidak terdapat balita dengan status gizi lebih. Masih terdapatnya 3 orang balita dengan status gizi buruk disebabkan karena balita sering mengalami sakit
2
terutama penyakit infeksi seperti diare dan ISPA. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terjadi peningkatan berat badan balita gizi buruk setelah mendapatkan PMTPemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Manfaat dari penelitian ini yaitu Sebagai sumber informasi untuk Puskesmas dalam hal pencapaian berat badan balita gizi buruk selama diberikan PMT-P serta Sumber informasi bagi masyarakat tentang pengaruh PMT-P dengan peningkatan berat badan balita gizi buruk selama perawatan.
Nelayan indah yang terletak di Kelurahan Nelayan Indah. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan sebanyak 37.836 jiwa. Berdasarkan table 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga (KK) terbanyak di Kelurahan Pekan Labuhan dengan 27917 jiwa dan 6574 KK. Jumlah lingkungan terbanyak terdapat di Kelurahan Pekan Labuhan yaitu 31 lingkungan sedangkan wilayah terluas di Kelurahan Nelayan Indah dengan luas wilayah 420 Ha. Tabel 1. Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013 KELURAHAN
METODE Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan data sekunder untuk melihat efek dari Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan terhadap peningkatan berat badan balita gizi buruk di Puskesmas Pekan Labuhan tahun 2013. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan dengan alasan bahwa Puskesmas Pekan Labuhan merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang berada di daerah Kec. Medan labuhan. Sampel dalam penelitian ini adalah balita yang memenuhi kriteria inklusi yaitu balita gizi buruk dan mendapatkan PMT-P selama 90 hari di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan 2013 yaitu 18 balita. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Laporan Puskesmas dan catatan pemantauan status gizi balita gizi buruk dari Januari sampai Desember 2013. HASIL DAN PEMBAHASAN Puskesmas Pekan Labuhan terletak di Jalan K.L. Yos Sudarso kilometer 18,5 Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan. Luas wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan sekitar 781 H, mencakup dua kelurahan yaitu kelurahan Pekan Labuhan dan Kelurahan Nelayan Indah. Dalam pelayanan kesehatan, Puskesmas Pekan Labuhan dibantu satu satelit yaitu Puskesmas Pembantu (Pustu)
N O
KETERANGAN
PEKAN LABUHAN
NELAY AN INDAH
TOTAL
1
Luas
361
420
781
2
Jumlah Lingkungan
31
8
39
3
Jumlah KK
6574
2129
8703
4
Jumlah Penduduk
27917
9919
37836
Karakteristik Balita Gizi Buruk Kondisi gizi buruk sangat banyak dialami oleh balita (usia <59 bulan) dengan beragam faktor yang mempengaruhi. Menurut baku standar WHO – NHCS dalam Depkes (2000) jenis kelamin juga mempengaruhi ukuran tubuh dimana laki – laki lebih berat dan lebih tinggi dari perempuan pada umur yang sama dalam keadaan status gizi baik. Sehingga kebutuhan zat gizi laki – laki lebih tinggi daripada perempuan karena perbedaan luas tubuh dan aktifitasnya (Suhardjo, 1986). Berikut disajikan tabel karakteristik balita gizi buruk yang mendapa PMT-P di Puskesmas Pekan Labuhan.
3
Tabel 2. Karakteristik Balita Gizi Buruk Karateristik
n
Tabel 3. Karakteristik Kepala Keluarga
f
Karateristik
Jenis Kelamin Laki-laki
12
67
Perempuan
6
33
Total
18
f
21-35 tahun
10
56
> 35 tahun
8
44
18
100
Jawa
7
39
Batak Toba
6
33
Melayu
4
22
Umur
100
Total
Usia 6-24 bulan
9
50
25-59 bulan
9
50
Suku
18
100
BBLR
2
11
Total
Tidak BBLR
16
89
Pendidikan Terakhir
18
100
Total Status BBL
Total
Banjar
Imunisasi Tidak Imunisasi
4
22
Lengkap
6
33
Tidak Lengkap Total
8
45
18
100
6
33
Tidak ISPA
12
65
18
100
Total
1
6
18
100
Tamat SD
6
33
Tamat SMP
8
45
Tamat SMA
4
22
18
100,
Wiraswasta
3
17
Petani
7
38
Pekerja Bebas
8
45
18
100
Total Pekerjaan Utama
Riwayat Penyakit ISPA
KK n
Total
Dari tabel di atas digambarkan bahwa usia kepala keluarga yang paling dominan adalah usia 21-35 tahun (56%). Pendidikan terakhir kepala keluarga yakni mayoritas tamatan SMP, sebanyak 8 orang (45%). Pekerjaan kepala keluarga adalah pekerja bebas sebanyak 8 orang (45%) dan suku kepala keluarga yang paling dominan adalah suku Jawa yakni 7 orang (39%).
Tabel di atas menggambarkan bahwa dari 18 balita gizi buruk yang mendapatkan PMT-P di Puskesmas Pekan Labuhan tahun 2013 ada sebanyak 12 orang jenis kelamin laki-laki (67%) dan 6 orang perempuan (33%) dengan jumlah yang sama di dua kategori usia, terdapat 2 balita yang BBLR, 8 orang yang tidak memiliki imunisasi lengkap serta 6 orang balita yang menderita ISPA di awal PMTP. Gizi buruk lebih banyak diderita oleh jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 12 orang (67%),sedangkan perempuan hanya 6 orang (33%).
Karakteristik Ibu Ibu merupakan sosok yang sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup individu dalam rumah tangga. Pada umumnya, ibu menjadi penyedia makanan dalam rumah tangga sehingga bijaksana seorang ibu dalam mengolah pangan dan menyajikan makanan sedikit banyak akan mempengaruhi status kesehatan individu dalam rumah tangganya. Berikut ini merupakan tabel yang memperlihatkan karakteristik Ibu balita gizi buruk yang mendapatkan PMT-P di Puskesmas Pekan Labuhan tahun 2013.
Karakteristik Kepala Keluarga Berikut ini digambarkan karakteristik kepala keluarga balita gizi buruk yang mendapatkan PMT-P di Puskesmas Pekan Labuhan tahun 2013.
4
Tabel 4. Karakteristik Ibu Balita Gizi Buruk
Tabel 5. Karakteristik Keluarga Karateristik
Karateristik
n
f
Kecil (<4 orang)
5
28
Sedang (5-6 orang)
10
55
Besar (>7 orang)
3
17
18
100
Jumlah Anggota Keluarga
KK n
f
21-35 tahun
15
83
> 35 tahun
3
17
18
100
1 Orang
12
67
Jawa
7
39
2 Orang
5
28
Batak Toba
6
33
3orang
1
5
Melayu
4
22
18
100
Banjar
1
6
18
100
9
50
Tamat SD
7
39
9
50
Tamat SMP
3
17
Total
18
100,
Tamat SMA
8
44
Sumber Air Bersih
18
100
PAM
8
44
Sumur Bor
10
56
18
100
Umur
Total
Total Jumlah Balita
Suku
Total
Total Pendapatan Keluarga < Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000– Rp. 2.000.000
Pendidikan Terakhir
Total Pekerjaan Utama Ibu Rumah Tangga
17
94
Total
Dan Lain-lain
1
6
Jenis Rumah
18
100
Permanen
3
17
Semi Permanen
3
17
Tidak Permanen
12
66
18
100
Total
Tabel diatas menggambarkan bahwa rata- rata usia Ibu balita berada pada rentang 21-35tahun yaitu 15 orang (83%), suku yang paling tinggi adalah suku Jawa dan 94% (17 0rang) ibu balita hanya berperan penuh sebagai Ibu Rumah Tangga
Total
Gambaran PMT-P PMT ada 2 (dua) macam yaitu PMT Pemulihan dan PMT Penyuluhan. PMT Penyuluhan diberikan satu bulan sekali di posyandu dengan tujuan disamping untuk pemberian makanan tambahan juga sekaligus memberikan contoh pemberian makanan tambahan yang baik bagi ibu balita. PMT Pemulihan adalah PMT yang diberikan selama 90 hari pada balita gizi buruk dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi balita tersebut.
Karakteristik Keluarga Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan jumlah anggota keluarga balita gizi buruk yang mendapatkan PMTP di Puskesmas Pekan Labuhan tahun 2013.
Dalam pemberian PMT-P tidak hanya diberikan makanan olahan pabrik berupa susu formula maupun biskuit namun juga tetap mengolah produk/hasil lokal seperti bubur kacang ijo dan hasil pangan lainnya. Selama pemberian PMT-P tidak ada pencatatan khusus tentang 5
frekuensi PMT-P yang habis dan yang sisa sehingga sangat sulit menduga masalah kenaikan berat badan balita yang mayoritas mengalami kenaikan pada bulan II dan III. Pemberian PMT-P mempengaruhi kenaikan berat badan balita setiap bulannya meskipun tidak semua balita mengalami perubahan/ pergeseran status gizi buruk menjadi baik.
tidak signifikan. Pada bulan ke III pemberian PMT-P semua balita mengalami perubahan yang semakin baik meskipun sebagian balita tidak mengalami penambahan BB yang signifikan karena ada balita yang BB-nya hanya meningkat 2 ons selama 3 bulan pemberian PMT-P. Hal ini bisa disebabkan karena riwayat penyakit balita seperti ISPA. Menurut Pudjadi (2003), dampak penyakit infeksi terhadap pertumbuhan dan status gizi adalah menurunnya berat badan. Keadaan demikian disebabkan oleh hilangnya nafsu makan pada penderita infeksi (ISPA) sehingga masukan gizi dan energi kurang dari kebutuhan.
Berat Badan Balita Sebelum dan setelah PMT-P Berikut ini disajikan tabel untuk menggambarkan perubahan frekuensi jumlah balita gizi buruk yang mengalami peningkatan berat badan setiap bulan pemberian PMT-P di Puskesmas Pekan Labuhan tahun 2013. Tabel 6. Perubahan Berat Badan Balita selama 3 Bulan PMT-P Bulan I PMT-P Karateristik
Naik n
Tidak Naik f
n
f
Naik n
f
Bulan II PMT-P Tidak Naik Naik n f n f
Bulan III PMT-P Tidak Naik n f
Riwayat Penyakit ISPA
33
4
67
6
100
5
41
7
59
12
100
5
42
7
58
12
100
2
23
4
67
6
100
2
22
7
78
9
100
4
44
9
100
2
67
3
100
2
67
3
100
-
7
58
12
100
-
2
Tidak ISPA
-
-
6
100
-
12
100
-
-
12
100
-
6
100
-
9
100
-
9
100
-
3
100
-
3
100
-
-
-
12
100
-
-
-
-
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
-
-
-
Usia 6-24 bulan >24 bulan
5
56
1
33
-
-
-
Jenis Rumah Permanen Semi Permanen
1
33
Tidak Permanen
5
42
-
-
Dari hasil penelitian pada balita gizi buruk, setelah mendapatkan PMT-P mengalami perubahan atau peningkatan. Dimana pada bulan I pemberian PMT-P belum semua balita yang mengalami peningkatan berat badan. Hal ini dapat dikarenakan penyakit penyerta balita dan juga belum stabilnya sistem pencernaan tubuh balita karena gizi buruk. Pada bulan II, keseluruhan balita (100%) mengalami peningkatan BB meskipun perubahannya 6
KESIMPULAN 1. PMT-Pemulihan memberikan perubahan pada berat badan balita gizi buruk dimana pada bulan I hanya 7 balita (39%) yang mengalami peningkatan, selanjutnya pada bulan II sebanyak 18 balita (100%) mengalami peningkatan namun belum signifikan dan pada bulan III 18 balita (100%) telah mengalami peningkatan yang signifikan. 2. Makanan yang diberikan oleh pihak Pusat Pemulihan Gizi (PPG) Puskesmas Pekan Labuhan adalah produk makanan lokal/makanan biasa yang diolah di dapur Puskesmas Pekan Labuhan dan juga makanan produk pabrik berupa biskuit dan susu formula WHO F 75 selama 2 hari pertama dan susu Formula WHO F 100 selama 5 hari setelah F 75. SARAN 1. Sebaiknya dibuat sistem pemantauan pemberian PMT-P serta penyakit penyerta sehingga semua pelaporan hasil dan pemantauan status gizi dapat dilaporkan secara lengkap. 2. Selama proses mengikuti PMT-P hendaknya sembari diberikan
penyuluhan agar ibu-ibu balita memperhatikan asupan energi balita dan memastikan balita menghabiskan PMT-P.
Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012. Kemenkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta. Kemenkes RI Depkes. 2008. Pedoman Respon Cepat Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta. Bina Gizi Masyarakat
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka. DepKes RI. 1998. Pedoman Penanggulangan KEP dan Petunjuk pelaksanaan PMT pada balita. Jakarta: Depkes RI DepKesRI. 2009. Petunjuk Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta : Dirjen Binkesmas Direktorat Gizi Masyarakat. Krisno, Agus. 2009. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press Mulyati, S., dkk. 2006. Pencapaian pertumbuhan pada Balita Gizi Buruk selama Mengikuti Pemulihan di Klinik Gizi Bogor. Puslitbang Gizi dan Makanan, Badan Litbang Kes Depkes RI. DepKes. 2006. Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta : Dirjen Binkesmas Direktorat Gizi Masyarakat DepKes. 2002. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta : Dirjen Binkesmas Direktorat Gizi Masyarakat Pardede, Nancy.2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto Proverawati, A., & Asfuah, S. 2009. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Pudjiadi, S. 2001. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. Kemenkes RI. 2011. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. 7