PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORTING TAHUN 2006 PADA ENAM PERUSAHAAN DI INDUSTRI PERTAMBANGAN
Oleh GITA NUURRISMAILA AKBAR H24104081
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ABSTRAK Gita Nuurrismaila Akbar. H24104081. Pengungkapan Sustainability Reporting Tahun 2006 pada Enam Perusahaan di Industri Pertambangan. Di bawah bimbingan Beatrice Mantoroadi Perusahaan tambang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang eksplorasi alam yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan sekitar dan mendapat perhatian lebih besar dari masyarakat serta tuntutan agar dapat bertanggung jawab. Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan perusahaan yaitu reklamasi alam, reboisasi, revegetasi lahan, pengelolaan limbah, tanggung jawab terhadap kesehatan dan keselamatan baik karyawan maupun masyarakat sekitar, dan lain-lain. Dari semua itu, lahirlah konsep CSR (Corporate Social Responsibility). CSR merupakan bagian dari GCG (Good Corporate Governance) yaitu prinsip akuntabilitas, transparansi dan tanggung jawab. Untuk itu perlu adanya transparansi dalam melaporkan Sustainability Reporting ( Laporan CSR) perusahaan agar dapat memperoleh kepercayaan dan nilai bagi stakeholder (pemerintah, masyarakat dan pemegang saham) yang akan mendukung keberlanjutan perusahaan atas aktivitas-aktivitas yang telah dilakukannya mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (Triple Bottom Line). Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui pengungkapan indikator-indikator kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan dalam Sustainability Reporting periode tahun 2006, (2) Mengetahui tingkat keluasan dan kedalaman Sustainability Reporting tersebut dengan pendekatan skoring dan (3) Mengetahui tingkat level dari Sustainability Reporting masing-masing perusahaan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai dengan Mei 2008. Lokasi pengumpulan dan pengolahan data diperoleh dari publikasi instansi yaitu Ikatan Akuntansi Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif dalam periode tahun 2006. Data yang digunakan adalah laporan keberlanjutan (Sustainability Reporting) tahun 2006 dari masing-masing perusahaan di industri Pertambangan dengan mengambil sampel 6 (enam) Perusahaan yaitu PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) , PT Freeport Indonesia (PTFI), PT Internasional Nickel Indonesia Tbk (INCO), PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Timah Tbk (TIMAH). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel untuk menghitung total skoring indikator-indikator kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan serta membuat grafik sebagai ringkasannya. Sedangkan untuk mengetahui pengungkapan kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan, penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk memperoleh gambaran secara rinci mengenai pengungkapan Sustainability Reporting masing-masing perusahaan. Untuk mengukur pengungkapan Sustainability Reporting perusahaan yaitu dengan mengacu GRI G3 (Third Generation) Guideliness yang baru dikeluarkan pada tahun 2006. Analisis pengungkapan laporan tersebut dilakukan teknik skoring dalam bentuk : (1) Naratif (Penjabaran) : dengan nilai skor sebesar 1. (2) Grafik/Tabel : dengan nilai skor sebesar 2. (3) Non-moneter (Hal yang tidak berhubungan dengan keuangan, seperti hari, orang, kg, meter, hektar) : dengan nilai skor sebesar 3. (4) Moneter (Hal yang berhubungan dengan keuangan) : dengan nilai skor sebesar 4. Lalu dikelompokkan sesuai dengan kategori menurut Chapman
and Milne (2003), Sedangkan untuk mengetahui level Sustainability Reporting masing-masing perusahaan yaitu dengan menggunakan Kriteria Level Aplikasi (Application Level Criteria) dari GRI Application Level. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan komponen GRI terbesar yaitu KPC dengan 70 komponen indikator dari 79 komponen (88,61%), diikuti oleh PT Aneka Tambang Tbk sebesar 38 Komponen Indikator (48,10%), PT Timah Tbk sebesar 24 Komponen Indikator (30,38%), PT Freeport Indonesia sebesar 20 Komponen Indikator (25,32%), PT Tambang Batu Bara Bukit Asam sebesar 19 Komponen Indikator (24,05%) dan pengungkapan komponen terkecil yaitu INCO sebesar 5 Komponen Indikator (6,33%). Tingkat keluasan dan kedalaman (Breadth and Depth) dari Sustainability Reporting 6 sampel perusahaan di Industri Pertambangan pada kategori Trailblazers (skor antara 121140) yaitu KPC dengan skor 134, kategori Pressing Hard (skor antara 61-80) yaitu PT Aneka Tambang Tbk, kategori Not So Hot (skor antara 41-60) yaitu PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia dan PT Timah Tbk sedangkan kategori terendah Bottom Crawler (skor antara 0-20) yaitu PT Internasional Nickel Indonesia Tbk dengan skor 15. Sedangkan level Sustainability Reporting tertinggi yaitu KPC dengan tingkat Level A, diikuti dengan ANTAM pada Level B+, PTFI dan TIMAH di Level B, PTBA pada Level C+ dan terakhir INCO di Level C.
PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORTING TAHUN 2006 PADA ENAM PERUSAHAAN DI INDUSTRI PERTAMBANGAN
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh GITA NUURRISMAILA AKBAR H24104081
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORTING TAHUN 2006 PADA ENAM PERUSAHAAN DI INDUSTRI PERTAMBANGAN
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh GITA NUURRISMAILA AKBAR H24104081 Menyetujui, Juni 2008
Beatrice Mantoroadi, SE.Ak, MM Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.sc. Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 9 Juni 2008
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Agustus 1986. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan M. Mudji Akbar dan Eulis Mintarsih. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Dian Pratiwi Bogor pada tahun 1992, lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Pengadilan I Bogor. Pada tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Bogor dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bogor dan masuk dalam program IPA pada tahun 2001. Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis tidak aktif terlibat dalam kegiatan organisasi mahasiswa namun pada tahun 2006, penulis ikut berpartisipasi sebagai panitia dalam acara “Advertising Combination” yang diselenggarakan oleh Himpunan
Profesi
Management.
(Himpro)
Departemen
Manajemen
yaitu
Centre
of
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat
dan
karunia-Nya
kepada
penulis,
sehingga
dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Pencapaian pembangunan berkelanjutan (Sustainability Development) yang diaplikasikan dengan penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan. Salah satunya dengan mengimplementasikan prinsip tanggung jawab sosial dan transparansi serta akuntabilitas dalam pelaporannya. Sehingga diperlukan informasi yang jelas bagi seluruh stakeholder perusahaan. Skripsi ini berjudul “Pengungkapan Sustainability Reporting Tahun 2006 Pada Enam Perusahaan di Industri Pertambangan”. Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moriil maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Beatrice Mantoroadi, SE. Ak, MM sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, inspirasi, motivasi, saran dan pengarahan kepada penulis. 2. Dr. Ir. Abdul Kohar. M.Sc dan Wita Juwita Ermawati. S.TP, MM atas kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji. 3. Staf Perpustakaan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), Jakarta yang telah membantu memberikan informasi dalam skripsi ini. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM IPB. 5. Papa dan Mama tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang tidak ternilai serta do`a yang tulus. Aji (My Twins), Fakih dan Haudly buat semua keributan dan keceriaan di rumah. 6. Pandu Triyuda, Amd atas semua semangat, kasih sayang, pengertian dan kesabarannya.
7. Teman satu bimbingan Bilqis dan Ayu buat semangat dan semua bantuannya. 8. Best Friends : Billie Congoria, Iqyoh San, Nyai Windi, Nishyonk, Doclo dan Fidobz (+ ii) buat semua kebersamaan kita. I`ll miss u all....... 9. Semua Teman-teman Manajemen`41, sebuah kenangan yang tidak akan terlupakan. 10. Teman masa kecil ku Ecqa, Phe-end, Miecan, Abank, dan semuanya. 11. Asrama A3/301 Kaka Vina, Ai dan Rina 12. Ayu Raulito, Puri, Ima, Fina. 13. A tse dan om Duth. 14. Fafa kecil yang lucu 15. Mas-mas rental yang telah meminjamkan komputernya selama ini. 16. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Akhir kata, semua kekurangan dalam skripsi ini berasal dari diri penulis. Namun penulis akan berusaha memperbaikinya dengan seluruh kemampuan yang ada. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan demi kemajuan ke arah yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Bogor, Juni 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK RIWAYAT HIDUP .................................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................ iv DAFTAR ISI .............................................................................................. v DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 1.5. Batasan Penelitian ...........................................................................
1 6 7 7 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) ........................................... 2.2. Tahap-tahap Penerapan CSR ........................................................... 2.3. CSR dan Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU PT) .................. 2.4. Konsep Triple Bottom Line .............................................................. 2.5. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainability Development) ............. 2.5.1. Pengertian Berkelanjutan ........................................................ 2.5.2. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan ................................. 2.5.3. Konsep Dasar Pembangunan Berkelanjutan ............................ 2.5.4. Komponen Pembangunan Berkelanjutan ................................. 2.5.4.1. Keberlanjutan di Bidang Manusia (Human Sustainability) ........................................................... 2.5.4.2. Keberlanjutan di Bidang Sosial (Social Sustainability) ........................................................... 2.5.4.3. Keberlanjutan di Bidang Lingkungan (Environmental Sustainability) ........................................................... 2.5.4.4. Keberlanjutan di Bidang Ekonomi (Economic Sustainability) ........................................................... 2.5.5. Prinsip-Prinsip keberlanjutan .................................................. 2.5.6. Pentingnya Pembangunan Berkelanjutan ................................ 2.5.7. Manfaat Pembangunan Berkelanjutan ..................................... 2.6. Pelaporan Program CSR ................................................................ 2.7. Global Reporting Initiative (GRI) G3 Sustainability Reporting Guidelines (Panduan Laporan Keberlanjutan GRI G3) .................. 2.8 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ....................................................
9 11 13 15 17 17 17 19 19 19 20 21 21 21 21 22 23 25 27
III. METODE PENELITIAN .................................................................... 30 3.1. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 3.2. Metode Penelitian ............................................................................ 3.2.1. Pengumpulan Data .................................................................. 3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data .................................................
30 32 32 32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 35 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ......................................................... 4.1.1. PT Aneka Tambang Tbk ...................................................... 4.1.2. PT Freeport Indonesia .......................................................... 4.1.3. PT Internasional Nickel Indonesia Tbk ................................ 4.1.4. PT Kaltim Prima Coal ......................................................... 4.1.5. PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk ............................. 4.1.6. PT Timah Tbk ..................................................................... 4.2. Pengungkapan Sustainability Reporting Tahun 2006 Perusahaan di Industri Pertambangan berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI) G3 Guideliness .................................................................... 4.2.1. Pengungkapan Sustainability Reporting PT Aneka Tambang Tbk .................................................................... 4.2.2. Pengungkapan Sustainability Reporting PT Freeport Indonesia ........................................................................... 4.2.3. Pengungkapan Sustainability Reporting PT Internasional Nickel Indonesia Tbk 4.2.4. Pengungkapan Sustainability Reporting PT Kaltim Prima Coal ................................................................................... 4.2.5. Pengungkapan Sustainability Reporting PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk ........................................................ 4.2.6. Pengungkapan Sustainability Reporting PT Timah Tbk ..... 4.3. Pengungkapan Sustainability Reporting Perusahaan di Industri Pertambangan berdasarkan Skoring ............................................... 4.3.1. PT Aneka Tambang Tbk ...................................................... 4.3.2. PT Freeport Indonesia .......................................................... 4.3.3. PT Internasional Nickel Indonesia Tbk ................................ 4.3.4. PT Kaltim Prima Coal ......................................................... 4.3.5. PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk ............................. 4.3.6. PT Timah Tbk ..................................................................... 4.4. Tingkatan level Sustainability Reporting Perusahaan di Industri Pertambangan ................................................................................ 4.4.1. PT Aneka Tambang Tbk ...................................................... 4.4.2. PT Freeport Indonesia .......................................................... 4.4.3. PT Internasional Nickel Indonesia Tbk ................................ 4.4.4. PT Kaltim Prima Coal ......................................................... 4.4.5. PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk ............................. 4.4.6. PT Timah Tbk .....................................................................
35 35 35 36 37 38 38
40 40 52 61 63 84 94 104 105 106 107 108 110 111 113 113 114 114 115 116 117
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 118 A. KESIMPULAN ..................................................................................... 118 B. SARAN ................................................................................................. 119 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 120 LAMPIRAN ............................................................................................... 122 DAFTAR ISTILAH DAN DEFINISI ..........................................................
139
DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Jumlah Penduduk Miskin (dalam Juta Jiwa) ...................................... 3 2. Prinsip-prinsip Keberlanjutan ............................................................ 22 3. Tipe Pelaporan dan Waktu Awal Publikasi ........................................ 24 4. Pengelompokkan Kategori berdasarkan Skor .................................... 33 5. Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Tahun 2006 PT Aneka Tambang Tbk .................................................................................... 41 6. Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Tahun 2006 PT Freeport Indonesia .......................................................................................... 53 7. Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Tahun 2006 PT Internasional Nickel Indonesia Tbk ........................................................................ 61 8. Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Tahun 2006 PT Kaltim Prima Coal .................................................................................................. 63 9. Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Tahun 2006 PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk ............................................................... 85 10. Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Tahun 2006 PT Timah Tbk ... 94 11. Perhitungan Skoring Komponen Indikator Kinerja PT Aneka Tambang Tbk .................................................................................... 105 12. Perhitungan Skoring Komponen Indikator Kinerja PT Freeport Indonesia .......................................................................................... 106 13. Perhitungan Skoring Komponen Indikator Kinerja PT Internasional Nickel Indonesia Tbk ........................................................................ 107 14. Perhitungan Skoring Komponen Indikator Kinerja PT Kaltim Prima Coal .................................................................................................. 109 15. Perhitungan Skoring Komponen Indikator Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk ............................................................... 110 16. Perhitungan Skoring Komponen Indikator Kinerja PT Timah Tbk .... 111 17. Pengelompokkan Kategori tingkat keluasan dan kedalaman Sustainability Reporting 6 Perusahaan di Industri Pertambangan periode tahun 2006 ............................................................................ 112 18. Pengungkapan Profil GRI G3 PT Aneka Tambang Tbk ..................... 113 19. Pengungkapan Profil GRI G3 PT Freeport Indonesia ........................ 114 20. Pengungkapan Profil GRI G3 PT Internasional Nickel Indonesia Tbk ............................................. 115 21. Pengungkapan Profil GRI G3 PT Kaltim Prima Coal ....................... 115 22. Pengungkapan Profil GRI G3 PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk ................................................................................................... 116 23. Pengungkapan Profil GRI G3 PT Timah Tbk .................................... 117
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Triple Bottom Line ............................................................................ 16 2. Bagan Kerangka Pemikiran ............................................................... 31 3. Kriteria Level Aplikasi (Application Level Criteria) .......................... 34 4. Pengungkapan Kinerja Perusahaan di Industri Pertambangan Berdasarkan GRI G3 Guidelines ....................................................... 104 5. Komponen indikator kinerja PT Aneka Tambang Tbk ....................... 106 6. Komponen indikator kinerja PT Freeport Indonesia .......................... 107 7. Komponen indikator kinerja PT Internasional Nickel Indonesia Tbk .. 108 8. Komponen indikator kinerja PT Kaltim Prima Coal .......................... 108 9. Komponen indikator kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk 110 10. Komponen indikator kinerja PT Timah Tbk ...................................... 111 11. Grafik Tingkat Keluasan dan Kedalaman dari Sustainability Reporting Tahun 2006 ...................................................................... 112
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman 1. GRI G3 Guidelines ........................................................................ 122 2. Pengungkapan GRI Kriteria Level Aplikasi ................................... 130 3. Pengungkapan Komponen Kinerja Perusahaan berdasarkan GRI G3 Guidelines......................................................................... 135 4. Rekapitulasi Profil Sampel Perusahaan Go Public ......................... 138
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Umumnya perusahaan dalam bidang pertambangan lebih mendapatkan perhatian dari masyarakat dibandingkan dengan perusahaan non tambang. Perusahaan tambang merupakan perusahaan yang bergerak dalam usaha eksplorasi alam sehingga diwajibkan untuk melakukan fungsi tanggung jawab sosialnya terhadap dampak dari kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan khususnya bagi masyarakat sekitar dan lingkungan. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu reklamasi alam, reboisasi, revegetasi, pengelolaan limbah (baik limbah padat, cair bahkan limbah B3/Bahan Berbahaya dan Beracun), tanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat dan karyawan, dan lain-lain. Konflik dalam pelaksanaan otonomi daerah bidang energi dan sumber daya mineral meliputi: (1) kewenangan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota, (2) tumpang tindih lahan pertambangan dengan kegiatan sektor kehutanan, royalti dan revenue sharing antara pusat dan daerah, (3) permintaan daerah untuk bisa menerima secara langsung royalti dari perusahaan pertambangan, (4) keterbatasan akses daerah atas data produksi dan potensi energi dan sumber daya mineral, (5) peraturan perundangundangan yang ada belum memadai serta adanya peraturan yang saling bertentangan dan tumpang tindih, (6) perizinan baru yang tumpang tindih dengan perizinan sebelumnya, (7) kesulitan teknis untuk mengeluarkan perizinan, khususnya Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B), dan (8) persoalan terkait dengan program community development (Arif dalam Koran Tempo, 2008) Pada prinsipnya konflik diatas berkembang karena kurangnya komunikasi antara pemerintah pusat, daerah dan masyarakat setempat serta kurangnya pemahaman dan konsistensi masing-masing pihak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya. Kondisi tersebut juga terkait dengan lemahnya potensi sumber daya manusia di daerah di samping kurangnya sarana dan prasarana (Arif dalam Koran Tempo, 2008).
Masalah-masalah
yang
terjadi
di
industri
pertambangan
seperti
penambangan liar, kurangnya komunikasi dengan pemerintah dan masyarakat, konflik kepemilikan lahan dan lain-lain menimbulkan dampak bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Masalah sosial global yang terjadi saat ini adalah kemiskinan sebagai akibat dari ketidakseimbangan dalam bagi hasil penerimaan dan pengelolaan sumber daya alam. Masalah lain yang juga perlu diperhatikan oleh perusahaan yaitu masalah lingkungan hidup seperti bencana alam dan global warming. Dari semua masalah yang ditimbulkan perusahaan khususnya di industri pertambangan ini menuntut perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan bertanggung jawab dan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan adanya tuntutan tersebut, kemudian meningkatnya kesadaran dan kepekaan dari manajemen perusahaan maka lahirlah konsep tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) dan menjadi
bagian
yang
tidak
terpisahkan
dengan
pertumbuhan
dan
kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang. Sehingga CSR merupakan
investasi
masa
depan
perusahaan
untuk
menciptakan
pembangunan berkelanjutan (Sustainability Development). Kontribusi perusahaan dalam pembangunan dan pengembangan Indonesia tidak hanya ditentukan lewat kegiatan bisnis, tetapi juga pada seberapa besar kontribusinya terhadap lingkungan sekitar. Perusahaan bisa mempengaruhi percepatan Millenium Development Goals (MDGs) melalui aktivitas utama (bisnis), investasi sosial dan filantropi, program CSR serta advokasi kebijakan. (Erna Witoelar, Duta Besar MDGs dalam Warta Ekonomi, 2007). Program CSR merupakan proses jangka panjang
sehingga jika
dilaksanakan dengan baik, akan membantu mengurangi masalah sosial global seperti kemiskinan di berbagai negara. Hal tersebut selaras dengan tujuan MDGs pada KTT Millenium (Millenium Summit) bulan September tahun 2000. Berdasarkan Tabel 1., perkembangan penduduk miskin di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan pada tahun 2008 meskipun terjadi penurunan di tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, menjadi bagian dari
tugas perusahaan untuk membantu pemerintah dalam mengatasi masalah kemiskinan ini dengan berbagai bentuk implementasi dari CSR. Tabel 1. Jumlah Penduduk Miskin (dalam juta jiwa) Tahun
Jumlah
2002
38.4
2003
37.3
2004
36.1
2005
35.1
2006
39.3
2007
37.17
2008
41.5
Sumber : BPS dalam Republika, 2008
Pada 3-14 Juni 1992, PBB menyelenggarakan konferensi khusus tentang Masalah Lingkungan dan Pembangunan (United Nations Conference on Environment and Development/UNCED) atau yang lebih dikenal dengan KTT Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro, Brazil. Hasil dari KTT tersebut antara lain Agenda 21, yang merupakan rencana komprehensif mengenai program pembangunan
berkelanjutan ketika
memasuki abad
ke-21.
(Wibisono, 2007) Jaminan nilai perusahaan akan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) tidak hanya dilihat dari faktor kondisi keuangannya saja (single bottom line), namun perusahaan perlu memperhatikan dimensi terkait lainnya seperti dimensi sosial dan lingkungan sekitar. Dengan kata lain, perusahaan harus menerapkan konsep triple bottom line (profit, people dan planet) atau 3BL. Hal tersebut sebagai akibat dari timbulnya resistensi dari masyarakat sekitar diberbagai tempat dan waktu terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Terdapat tiga stakeholder inti yang diharapkan mendukung penuh dalam pembangunan berkelanjutan, diantaranya adalah perusahaan, pemerintah dan masyarakat. Dalam implementasi kegiatan CSR, ketiga elemen tersebut harus saling berinteraksi dan mendukung. Sehingga proses pengambilan keputusan, menjalankan keputusan dan pertanggungjawaban dari implementasi CSR dapat dilakukan bersama-sama.
Makin maraknya perusahaan-perusahaan mengimplementasikan CSR dalam bentuk pengembangan masyarakat (Community Development) hal tersebut dilakukan untuk mendekatkan perusahaan kepada masyarakat. Kegiatan yang lazim dilakukan perusahaan adalah kegiatan filantropis (dalam bentuk kegiatan amal) dan menyelenggarakan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (Community Development). Bentuk implementasi CSR bisa bermacam-macam mulai dari beasiswa, pemberian bantuan kepada korban bencana alam hingga penghijauan. CSR merupakan sendi pembangunan Good Corporate Governance (GCG) dengan prisip transparansi serta akuntabilitas (Ahmad Hadibroto, Ketua Ikatan Akuntansi Indonesia, 2004). Sesuai dengan prinsip akuntabilitas, perusahaan perlu mengungkapkan berbagai aktivitas-aktivitas sosial sebagai wujud kepedulian kepada masyarakat berupa laporan tanggung jawab sosial yang membahas pencatatan setiap transaksi keuangan perusahaan yang mempengaruhi lingkungan masyarakat. Namun masih lemahnya implementasi Good Corporate Governance (GCG) dari perusahaan menyebabkan perusahaan tidak dapat mencapai tujuannya berupa profit yang maksimal, tidak mampu mengembangkan perusahaan dalam persaingan bisnis serta tidak dapat memenuhi berbagai kepentingan stakeholder. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain adalah minimnya keterbukaan perusahaan berupa pelaporan kinerja keuangan, kewajiban kredit dan pengelolaan perusahaan terutama bagi perusahaan yang belum go public, kurangnya pemberdayaan komisaris sebagai organ pengawasan terhadap aktivitas manajemen dan ketidakmampuan akuntan dan auditor memberi kontribusi atas sistem pengawasan keuangan perusahaan. (Sekretaris Kementerian BUMN, 2002) Implementasi CSR belum tercapai dengan baik karena CSR merupakan bagian dari prinsip Good Corporate Governance (GCG) yaitu Responsibility (pertanggungjawaban) dimana perusahaan dituntut untuk mematuhi peraturan yang berlaku diantaranya masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. (Wibisono, 2007)
Menghadapi tren global dan retensi masyarakat, maka sudah saatnya setiap perusahaan memandang serius pengaruh dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan dari setiap aktivitas bisnisnya, serta berusaha membuat laporan setiap tahunnya, yaitu pelaporan kinerja sosial dan lingkungan perusahaan (Environmental and Social Reporting). Laporan bersifat non finansial yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi oleh perusahaan dalam melihat dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan serta sebagai alat komunikasi perusahaan dengan stakeholdernya. Bermacam-macam standar pelaporan dan kerangka kerja telah dibentuk untuk mengakomodasikan pengungkapan dari triple bottom line. Meliputi AccountAbility’s AA1000 standard, Global Reporting Intiative’s (GRI) Sustainability Reporting Guidelines dan Social Accountability International’s SA8000 standard. Yang terbaru yaitu kerangka kerja G3 GRI pada tahun 2006. G3 GRI yang baru-baru ini disetujui oleh Indonesian National Center for Sustainability Reporting (NCSR) untuk diadopsikan oleh perusahaanperusahaan di Indonesia. (Sihotang dan Margareth, 2008) Saat ini banyak perusahaan yang telah mengeluarkan Sustainability Reporting (laporan CSR) sendiri berdasarkan kerangka kerja G3 GRI dan masih bersifat sukarela (voluntarily), dalam pelaporan CSR pun masingmasing perusahaan menempuh cara yang beragam. Perusahaan berhak memilih bentuk pelaporan yang sesuai dengan kebutuhan atau kompleksitas organisasinya. GRI merupakan organisasi internasional yang independen, yang mengukur kemajuan pelaksanaan CSR berdasarkan triple bottom line (profit, people & planet). Laporan CSR tak hanya sekadar memuat kegiatan sosial perusahaan semata. Lebih dari itu, laporan CSR memiliki fungsi yang strategis, yaitu menjadi tolok ukur keberlanjutan suatu perusahaan. Untuk itu, GRI mengeluarkan standar pelaporan CSR perusahaan yang memuat indikatorindikator kinerja perusahaan yang mencakup konsep triple bottom line. Meskipun masih bersifat sukarela namun perusahaan berupaya membuat Sustainability Reporting agar dapat diketahui oleh stakeholder sebagai barometer
menilai
potensi
keberlanjutan
perusahaan
dalam
mangimplementasikan CSR. Khususnya bagi perusahaan yang bergerak di industri pertambangan, seperti PT Aneka Tambang Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Internasional Nickel Indonesia Tbk, PT Kaltim Prima Coal, PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk, dan PT Timah Tbk. Karena hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan baik bagi stakeholder internal perusahaan maupun masyarakat sekitar yang akan membentuk keberlanjutan perusahaan di masa yang akan datang. 1.2. Perumusan Masalah Dewan Perwakilan Rakyat telah menyetujui disahkannya UU Perseroan Terbatas (UU PT) pasal 74 ayat 1 sampai dengan ayat 4 pada Jumat 20 Juli 2007. Dengan UU tersebut, maka perusahaan wajib melaksanakan tanggung jawab sosial kepada masyarakat dan lingkungan. Meskipun UU PT tersebut menimbulkan kontroversi dalam masyarakat namun hal ini mempengaruhi visi dan misi perusahaan untuk mengeluarkan kebijakan CSR. Kebijakan CSR yang telah dirumuskan mengandung berbagai bentuk implementasi CSR dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan yang harus dijalankan perusahaan. Sebagai implikasi dari mengimplementasikan CSR, maka perusahaan perlu melakukan evaluasi terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan untuk dituangkan dalam Sustainability Reporting. Sebagai bentuk pengungkapan aspek triple bottom line yang telah dilakukan oleh perusahaan, biasanya dibuat Sustainability Reporting yang mencakup indikator-indikator kinerja perusahaan yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Sustainability Reporting tersebut bisa dilaporkan terpisah dari laporan tahunan perusahaan maupun menjadi bagian dari laporan tahunan perusahaan. Namun tidak semua perusahaan di Indonesia, hanya 12 perusahaan yang telah memiliki Sustainability Reporting tahun 2006 dan menginformasikannya kepada stakeholder perusahaan (Darwin, 2008). Hal tersebut tergantung dari komitmen manajemen masing-masing perusahaan. Untuk itu, perlu diketahui hasil dari komitmen perusahaan tersebut khususnya perusahaan pada Industri Pertambangan yang tertuang dalam Sustainability Reporting perusahaannya
dengan mengacu pada Global Reporting Intiative’s (GRI) G3 Sustainability Reporting Guidelines. Dari hal yang telah dikemukakan diatas maka, perumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengungkapan indikator-indikator kinerja ekonomi, sosial dan
lingkungan perusahaan di Industri Pertambangan dalam
Sustainability Reporting periode tahun 2006 ? 2. Bagaimana tingkat keluasan dan kedalaman Sustainability Reporting tersebut dengan pendekatan skoring ? 3. Termasuk dalam level apakah Sustainability Reporting masing-masing perusahaan tersebut ? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengungkapan indikator-indikator kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan dalam Sustainability Reporting periode tahun 2006. 2. Mengetahui tingkat keluasan dan kedalaman Sustainability Reporting tersebut dengan pendekatan skoring. 3. Mengetahui tingkat level dari Sustainability Reporting masing-masing perusahaan. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Diharapkan dapat mampu memberikan acuan kepada perusahaan untuk mengeluarkan
Sustainability Reporting sebagai bahan
evaluasi dan komunikasi terhadap stakeholder. 2. Dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya di bidang Corporate Social Responsibility (CSR).
1.5. Batasan Penelitian Batasan dari penelitian ini yaitu sampel perusahaan yang diambil dalam penelitian ini merupakan perusahaan di industri pertambangan yang telah memiliki Sustainability Reporting periode tahun 2006 yang baru dikeluarkan pada tahun 2007.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. (Wibisono, 2007) Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD), dalam publikasinya Making Good Business Sense mendefinisikan CSR sebagai komitmen dunia untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. (Wibisono, 2007) Bank Dunia memandang CSR sebagai “ the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives, the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development.”. Versi Uni Eropa, yaitu “CSR is a concept whereby companies integrate social and environmental concerns in their business operations and in their interaction with their stakeholders on voluntary basis.” (Wibisono, 2007) Menurut Kotler dan Lee dalam Mulyadi. D (2007), tanggung jawab sosial adalah komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan penerapan praktek bisnis yang baik dan sumbangsih sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Sedangkan menurut Robbins dan Coulter dalam Asih. M (2007), tanggung jawab sosial perusahaan adalah kewajiban perusahaan bisnis yang dituntut oleh hukum dan pertimbangan ekonomi, untuk mengejar berbagai sasaran jangka panjang yang baik bagi masyarakat.
Menurut Syam (2007), Pandangan lain tentang CSR yang lebih komprehensif, dikemukakan oleh Prince of Wales International Business Forum yang di Indonesia dipromosikan oleh Indonesia Business Links. CSR menyangkut lima pilar yaitu : 1. Building Human, adalah menyangkut kemampuan perusahaan untuk memiliki dukungan sumber daya manusia yang andal (internal) dan masyarakat
(ekternal).
Perusahaan
dituntut
untuk
melakukan
pemberdayaan, biasanya melalui community development. 2. Strengthening
Economies,
adalah
memberdayakan
ekonomi
komunitas. 3. Assesing
Social
Cohesion,
maksudnya
perusahaan
menjaga
keharmonisan dengan masyarakat sekitar agar tidak menimbulkan konflik. 4. Encouraging Good Governance, artinya perusahaan dijalankan dalam tata kelola yang baik. 5. Protecting The Environment, artinya perusahaan harus menjaga kelestarian lingkungan. Kotler dan Lee dalam Mulyadi. D (2007), mengidentifikasi enam pilihan program bagi perusahaan untuk melakukan inisiatif dan aktivitas yang berkaitan dengan berbagai masalah sosial sebagai wujud komitmen dari tanggung jawab sosial perusahaan. Keenam inisiatif sosial yang bisa diputuskan oleh perusahaan adalah : 1. Cause Promotions, dalam bentuk memberikan kontribusi dana atau penggalangan dana untuk meningkatkan kesadaran akan masalahmasalah sosial tertentu, seperti misalnya bahaya narkotika. 2. Cause-related Marketing, yaitu bentuk kontribusi perusahaan dengan menyisihkan sepersekian persen dari pendapatan sebagai donasi bagi masalah sosial tertentu, untuk periode tertentu atau produk tertentu. 3. Corporate Social Marketing, dengan membantu pengembangan maupun implementasi dari kampanye dengan fokus untuk mengubah perilaku tertentu yang mempunyai pengaruh negatif, seperti misalnya, kebiasaan berlalu lintas yang tidak beradab.
4. Corporate
Philantrophy,
berupa
inisiatif
perusahaan
dengan
memberikan kontribusi langsung kepada suatu aktivitas amal, lebih sering dalam bentuk donasi atau sumbangan tunai. 5. Community Volunteering, yang memberikan bantuan dan mendorong karyawan serta mitra bisnisnya untuk secara sukarela terlibat dan membantu masyarakat setempat. 6. Social Responsible Business Practices, yang berupa inisiatif dimana perusahaan mengadopsi dan melakukan praktik bisnis tertentu serta investasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas komunitas dan melindungi lingkungan. 2.2. Tahap-Tahap Penerapan CSR Menurut Wibisono (2007) perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan sebagai berikut : 1. Tahap Perencanaan Perencanaan terdiri atas tiga langkah utama yaitu Awareness Building, CSR Assessement dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok dan lain-lain. CSR Assessement merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Langkah selanjutnya adalah membangun CSR Manual. Hasil penilaian
merupakan dasar
penyusunan
manual
atau
pedoman
implementasi CSR. Upaya yang mesti dilakukan antara lain melalui benchmarking, menggali dari referensi atau bagi perusahaan yang menginginkan langkah praktis, penyusunan manual ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Manual ini merupakan inti dari perencanaan karena memberikan petunjuk pelaksanaan CSR bagi komponen perusahaan. Penyusunan
manual CSR dinuat sebagai acuan, pedoman dan panduan dalam pengelolaan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya program yang terpadu, efektif dan efesien. 2. Tahap Implementasi Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan berdampak apapun bila tidak diimplementasikan dengan baik. Akibatnya tujuan CSR secara keseluruhan tidak akan tercapai, masyarakat tidak merasakan manfaat yang optimal. Padahal, anggaran yang telah dikeluarkan tidak kecil. Oleh karena itu, perlu disusun strategi untuk menjalankan rencana yang telah dirancang. Tahap implementasi terdiri atas tiga langkah utama yakni sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR. Tujuan utama sosialisasi ini adalah program CSR mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan lancar. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasar pada roadmap yang telah disusun. Sedangkan internalisasi adalah tahap
jangka panjang.
Internalisasi mencakup upaya-upaya memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan misalnya melalui sistem manajemen kinerja, prosedur pengadaaan, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya.Sehingga penerapan CSR menjadi strategi perusahaan bukan lagi sebagai upaya untuk compliance tapi sudah beyond compliance. 3. Tahap Evaluasi Setelah program CSR diimplementasikan, langkah berikutnya adalah evaluasi program. Tahap evaluasi adalah tahap yang diperlukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana
efektifitas penerapan CSR. Evaluasi dilakukan untuk pengambilan keputusan. Misalnya keputusan untuk menghentikan, melanjutkan atau memperbaiki dan mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program yang telah diimplementasikan. Evaluasi juga bisa dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang telah dilakukan. Langkah ini tidak terbatas pada kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur operasi standar tetapi juga mencakup pengendalian risiko perusahaan. Evaluasi dalam bentuk assessement audit atau scoring juga dapat dilakukan secara mandatori. 4. Tahap Pelaporan Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material yang relevan mengenai perusahaan. Jadi selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder lainnya yang memerlukan. 2.3. CSR dan Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU PT) Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU PT) pasal 74 ayat 1 sampai dengan ayat 4 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Jumat 20 Juli 2007 menyatakan bahwa : § Pasal 74 ayat 1 menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan CSR. § Pasal 74 ayat 2 berbunyi, tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. § Pasal 74 ayat 3 menggariskan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagimana pasal 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. § Pasal 74 ayat 4 menyatakan ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
Bagi perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, pengungkapan kegiatan sosial seperti CSR telah diatur dalam Peraturan Bapepam No.KEP-13/BL/2006 tanggal 7 Desember 2006 sebagai pengganti Peraturan
Bapepam
No.KEP-38/PM/1996.
Peraturan
itu
diupayakan
memberikan gambaran yang jelas tentang kinerja manajemen kepada publik. Serta diharapkan dapat membuat manajemen mengungkapkan informasi lain di luar yang telah diwajibkan. Kondisi tersebut bisa terjadi selama perusahaan akan memperoleh manfaat yang lebih besar daripada biaya yang dikorbankan. Kompas dalam Asih. M (2007), menyatakan bahwa UU PT Pasal 74 Ayat 1 sampai 4 memiliki multitafsir dan berpotensi tumpang tindih dengan aturan pada tingkat bawahnya. Misalnya, peraturan tentang lingkungan hidup mengharuskan limbah dari kegiatan produksi dikelola oleh perusahaan sesuai standar yang dimasukkan pemerintah, belum jelas apakah masuk dalam bentuk CSR yang dimasukkan dalam UU PT atau ada bentuk lain. Multitafsir CSR dalam UU PT ini terjadi karena dalam UU PT ini tidak mendefinisikan CSR secara jelas, belum ada kesamaan persepsi mengenai CSR dikalangan pelaku usaha, pemerintah dan DPR. Apalagi pengaturan CSR dalam UU PT disahkan oleh DPR tanpa proses partisipatif pelaku usaha. Untuk itu pemerintah dan pelaku usaha perlu mengupayakan komunikasi lebih baik untuk menjembatani kesenjangan persepsi tentang CSR. Ketentuan lebih lanjut mengenai CSR ini juga akan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP), pengusaha di Indonesia mengaharapkan PP yang mengatur CSR tidak membuat aturan yang menetapkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan perseroan untuk membiayai pelaksanaan CSR, karena hal tersebut sama saja dengan pajak tambahan. Selain itu, pengusaha di Indonesia juga mengharapkan dengan ditetapkannya CSR dalam UU PT yang lebih lanjut akan diatur dalam
PP, tidak akan merugikan iklim investasi Indonesia.
Kewajiban untuk melaksanakan CSR dalam UU PT sebaiknya diimbangai insentif berupa pengurangan pajak karena tanpa insentif suatu perusahaan bisa menempuh berbagai car agar kewajiban tersebut tidak dilaksanakan. Sebaliknya jika ada insentif sebgai imbalan, CSR akan dilaksanakan dengan baik dan benar (Kompas dalam Asih. M, 2007).
2.4. Konsep Triple Bottom Line Istilah Triple Bottom Line dipopulerkan oleh John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya “Cannibals with Forks, the Triple Bottom line of Twentieth Century Business”. Elkington mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah economic prosperity, environmental quality dan social justice. Elkington memberi pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan harus memperhatikan “3P”. Selain mengejar profit, perusahaan juga mesti memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) dapat terlihat pada gambar 1. Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi finansialnya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. 1. Profit (Keuntungan) Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha. Tidak heran apabila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi-tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Profit sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan
aktivitas
yang
dapat
ditempuh
antara
lain
dengan
meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambah semaksimal mungkin. Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen kerja melalui penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Termasuk juga menggunakan material sehemat mungkin dan biaya serendah mungkin.
Hubungan ini kemudian diilustrasikan dalam bentuk segi tiga sebagai berikut :
Gambar 1. Triple Bottom Line (Wibisono, 2007) 2. People ( Masyarakat Pemangku Kepentingan) Masyarakat merupakan stakeholder penting bagi perusahaan, karena
dukungan
mereka
sangat
diperlukan
bagi
keberadaan,
kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Sehingga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan perusahaan. Untuk itu jika ingin tetap bertahan dan diterima, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat sekitar. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat. 3. Planet (Lingkungan) Unsur ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan manusia. Semua kegiatan yang manusia lakukan berhubungan dengan lingkungan. Lingkungan dapat menjadi teman atau musuh manusia tergantung bagaimana memperlakukannya. Hubungan manusia dengan lingkungan adalah hubungan sebab akibat, dimana jika manusia merawat lingkungan, maka lingkungan pun akan memberikan manfaat kepada manusia. Sebaliknya, jka lingkungan dirusak, maka akan mendapat akibatnya.
Namun sebagian besar dari manusia masih kurang peduli dengan lingkungan sekitar. Hal ini antara lain disebabkan karena tidak ada keuntungan langsung di dalamnya. Keuntungan merupakan inti dari dunia bisnis, namun banyak pelaku industri yang haya mementingkan bagaimana menghasilkan laba sebesar-besarnya tanpa melakukan upaya pelestarian lingkungan. Kurangnya kepedulian terhadap lingkungan berakibat dengan timbulnya bermacam penyakit, bencana lingkungan atau kerusakan alam lainnya. Mendongkrak laba dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi memang penting namun tidak kalah pentingnya juga memperhatikan kelestarian lingkungan. Untuk itu perlu penerapan konsep Triple Bottom Line atau 3BL, yakni profit, people dan planet. 2.5. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainability Development) 2.5.1. Pengertian Keberlanjutan Keberlanjutan perusahaan adalah suatu pendekatan bisnis yang menciptakan nilai pemegang saham secara jangka panjang dengan menggunakan peluang-peluang yang ada dan mengelola risiko yang diukur dari segi ekonomi, lingkungan dan pembangunan sosial. Pemimpin perusahaan berkelanjutan meningkatkan nilai jangka panjang pemegang saham dengan cara menyusun strategi dan manajemen mereka untuk mengusahakan dengan terus menerus pasar potensial bagi keberlanjutan produk dan jasa sedangkan dalam waktu yang sama dengan sukses mengurangi dan menghindari biaya dan risiko berkelanjutan. (www.sustainability-indexes.com, 2006). 2.5.2. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan Hasil Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro, Brazil, 1992 telah menyepakati perubahan sebuah paradigma pembangunan yang selama ini dilaksanakan. Dari sebuah paradigma yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi (economic growth) menjadi pembangunan berkelanjutan (sustainability development). Menurut Budimanta, dkk (2004), Pembangunan berkelanjutan adalah suatu gagasan paradigma yang berupaya untuk dapat memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu sasaran utama dari pembangunan berkelanjutan adalah upayanya dalam meningkatkan taraf hidup manusia sehingga kemiskinan dapat ditekan sedemikian rupa. Kemiskinan memang merupakan masalah utama yang dihadapi oleh dunia. Kemiskinan tidak hanya akan mengurangi akses masyarakat untuk mendapatkan sumbersumber penghidupannya namun juga akan meningkatkan kerawanan sosial karena akan selalu memunculkan rasa ketidakpuasan dan kecurigaan antar pihak. Kemiskinan disini tidak hanya berbicara pada dimensi kesempatan ekonomi semata tetapi juga kemampuan untuk mengelola diri sendiri dan pemberdayaannya. Salah satu usulan utama yang berkembang adalah untuk dapat mempunyai
kemampuan
berkembang,
dengan
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sebagai usaha untuk melepaskan diri dari keterbatasan kesempatan ekonomi dan juga tidak melupakan azas-azas keberlanjutan lainnya seperti sosial dan lingkungan. Kemudian hasil ini dimatangkan dalam pertemuan Yohanesburg tahun 2002 dengan mengacu pada keberlanjutan dalam sektor manusia, sosial, lingkungan dan ekonomi. Menurut terlaksananya
Lonergan dalam Yakin (1997) untuk pembangunan
yang
berwawasan
menjamin lingkungan/
berkelanjutan, ada 3 dimensi penting yang harus dipertimbangkan yaitu: 1. Dimensi ekonomi, yang menghubungkan antara pengaruhpengaruh
unsur
makroekonomi
dan
mikroekonomi
pada
lingkungan dan bagaimana sumberdaya alam diperlakukan dalam analisa ekonomi. 2. Dimensi politik, yang mencakup proses politik yang menentukan penampilan dan sosok pembangunan, pertumbuhan pendidikan dan degradasi lingkungan pada semua negara. Dimensi ini juga
termasuk peranannya sebagai agen masyarakat dan struktur sosial dan pengaruhnya terhadap lingkungan. 3. Dimensi sosial dan budaya, yang mengkaitkan antara tradisi atau sejarah, dominasi ilmu pengetahuan barat serta pola pemikiran dan tradisi agama. Ketiga dimensi ini berinteraksi satu sama lain untuk mendorong terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainability development). 2.5.3. Konsep Dasar Pembangunan Berkelanjutan Dalam konsep dasar pembangunan berkelanjutan ada 2 aspek penting yang menjadi perhatian utama yaitu lingkungan (environment) dan pembangunan (development). Oleh karena itu, pembangunan berkelanjutan berarti pembangunan
yang
baik
dari sudut
pandang
lingkungan.
Berwawasan lingkungan berarti adanya keharmonisan dalam hubungan manusia dan alamnya. Pada sisi lain, pembangunan merupakan proses perubahan yang terus menerus yang ditandakan oleh kegiatan pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi sebagai modal untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat. Dalam konsep pembangunan berkelanjutan, kedua aspek ini harus berjalan secara harmonis dan terpadu serta memperoleh perhatian yang sama dalam kebijaksanaan pembangunan.(Yakin, 1997) Konsep dasar pembangunan berkelanjutan berawal dari gagasan bahwa sumber daya itu terbatas (langka) dalam memenuhi kebutuhan manusia (human needs) yang cenderung tidak terbatas, sehingga perlu dilestarikan dan dipelihara supaya bisa dimanfaatkan baik untuk generasi kini dan yang akan datang (Yakin, 1997). 2.5.4. Komponen Pembangunan Berkelanjutan Untuk memahami konsep keberlanjutan (sustainability) harus dijelaskan empat komponen yang merupakan bagian dari keberlanjutan itu sendiri, yaitu : manusia (human), sosial (social), lingkungan (environment) dan ekonomi (economic). 2.5.4.1. Keberlanjutan di Bidang Manusia (Human Sustainability) Yaitu adanya pemeliharaan terhadap modal manusia (human capital) secara individual, yang terdiri dari kesehatan, pendidikan,
keterampilan, pengetahuan, kepemimpinan dan akses terhadap jasa modal manusia. Maksudnya adalah suatu kualitas kemampuan individu baik dari segi fisik maupun non fisik untuk mampu berkreasi dan mampu menanggapi segala perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan. Kemampuan ini menjadi dasar dalam keberlanjutan bagi diri individu itu sendiri dalam menata pola kehidupan yang sesuai dengan pranata sosial yang mendukungnya. Dapat terlihat bahwa human sustainability merupakan modal yang pokok dalam melaksanakan kegiatan selanjutnya bagi manusia. Dan tentunya tidak akan terlepas dari pola kehidupan budaya yang melingkupi manusia
itu
sendiri
tanpa
harus
merubah
secara
total
kebudayaannya, akan tetapi munculnya upaya elastisitas dalam memahami kebudayaan dan pola hidup lain. Pola kehidupan yang kecukupan (subsisten) diusahakan untuk berubah menjadi pola hidup berkelanjutan dengan menggunakan modal yang sudah diperoleh. Dasar kehidupan keberlanjutan adalah diawali dari kehidupan masa sekarang yang tidak meninggalkan permasalahan bagi kehidupan generasi selanjutnya. 2.5.4.2. Keberlanjutan di Bidang Sosial (Social Sustainability) Yaitu adanya modal sosial, biaya untuk kebersamaan dan fasilitas kerjasama. Hal ini dapat dicapai melalui partisipasi secara sistematis dan kekuatan masyarakat sipil termasuk didalamnya pemerintah, kerjasama antar komuniti, hubungan antar kelompok dalam masyarakat, pertukaran, toleransi, etika, pertemanan dan kejujuran. Yang tercermin pada aturan-aturan, hukum dan disiplin menuju ke arah kebersamaan. Menghindari marginalisasi komuniti atau menghindari perusakan kebudayaan. Keberlanjutan di bidang sosial ini pada dasarnya merupakan keberlanjutan dari bertahannya pranata sosial dalam mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi. Artinya ada suatu kemampuan pranata sosial dalam menanggapi dan mengolah perubahan-
perubahan yang terjadi di masyarakat atau komuniti, suatu daya adaptif yang dimiliki oleh pranata sosial yang ada. 2.5.4.3.
Keberlanjutan
di
Bidang
Lingkungan
(Environmental
Sustainability) Diartikan sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia dan kepedulian sosial. Manusia harus belajar untuk tinggal dan hidup dalam
keterbatasan
lingkungan
hidup.
Dalam
keberlanjutan
lingkungan hidup, modal alam harus dipelihara untuk menjamin kebutuhan yang dapat dipenuhi bagi generasi masa depan. Adanya kemampuan dari manusia, baik secara individu maupun sosial budaya untuk dapat mengantisipasi serta menanggulangi masalah-masalah yang berkenaan dengan lingkungan hidupnya. Kemampuan-kemapuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif manusia sebagai makhluk sosial untuk bertindak dengan bijaksana terhadap perubahan yang terjadi dan dapat mengatasinya. 2.5.4.4. Keberlanjutan di Bidang Ekonomi (Economic Sustainability) Diartikan sebagai penggunaan modal secara efisien dan menjamin produktivitas investasi dan pertumbuhan seluruh sektor. 2.5.5. Prinsip-Prinsip Keberlanjutan Dow Jones Sustainability Indexes mengembangkan prinsip-prinsip sebagaimana yang tercantum pada Tabel 2. 2.5.6. Pentingnya Pembangunan Keberlanjutan Keberlanjutan merupakan suatu program sebagai dampak dari usahausaha yang telah dilakukan berdasarkan konsep kemitraan dan rekanan dari masing-masing stakeholder. Terdapat lima elemen sebagai alasan dari pentingnya keberlanjutan dalam perusahaan energi dan suber daya mineral, yaitu adanya ketersediaan dana, misi lingkungan, tanggung jawab sosial, terimplementasi dalam kebijakan (masyarakat, perusahaan dan pemerintah) dan mempunyai nilai keuntungan.
Tabel 2. Prinsip-prinsip Keberlanjutan No Prinsip-Prinsip Keberlanjutan 1. Teknologi
2.
Tata Pamong
3.
Pemegang saham
4.
Industri
5.
Masyarakat
Komponen Kreasi, produksi dan pengiriman barang dan jasa yang didasarkan pada organisasi dan teknologi inovatif yang memanfaatkan sumber-sumber daya alam, finansial dan sosial secara efektif, efesien dan ekonomis dalam jangka panjang. Keberlanjutan perusahaan didasarkan pada standar tertinggi tat pamong termasuk tanggung jawab manajemen, kapasitas organisasional, kultur korporat dan hubungan dengan stakeholder. Tuntutan pemegang saham hendaknya sesuai dengan kebutuhan timbal balik (return) finansial, pertumbuhan ekonomi berjangka panjang, peningkatan produktivitas berjangka panjang, menjamin daya kompetitif global dan memberi sumbangan pada kapital intelektual. Perusahaan perusahaan yang berkelanjutan hendaknya mengarahkan industrinya untuk beralih pada keberlanjutan dengan menunjukkan komitmennya dan mempublikasikan kinerjanya yang unggul. Perusahaan perusahaan yang berkelanjutan hendaknya mendorong kesejahteraan sosial yang abadi melalui respons yang cepat dan tepat, peningkatan demografis, arus migrasi, pergeseran polapola kultural dan kebutuhan pada pendidikan sepanjang hayat dan pendidikan berkelanjutan.
Sumber : Wibisono, 2007 2.5.7. Manfaat Pembangunan Keberlanjutan Manfaat yang dapat diambil dari keberlanjutan (sustainability) adalah mengurangi biaya, menambah pendapatan/keuntungan, mengurangi risiko, membentuk reputasi, membangun modal sosial (kualitas sumber daya manusia) dan meningkatkan akses ke pasar. Kesemuanya dapat dicapai melalui pelaksanaan perbaikan lingkungan, keterikatan dengan masyarakat, meningkatkan manajemen sumber daya manusia dan keterikatan dengan kebijakan perusahaan.
Manfaat yang diperoleh dari pembangunan berkelanjutan di bidang energi dan sumber daya mineral yaitu : •
Dapat membantu pencapaian, termasuk di dalamnya penghematan biaya, biaya operasional (seperti tenaga kerja, kesehatan, material dan asuransi), biaya finansial, biaya transaksi dan biaya penutupan perusahaan.
•
Berdasarkan pada penghematan biaya dapat diperoleh solusi yang inovatif dan proses produksi yang bersih.
•
Manfaat terbesar yaitu pada kemampuan keseimbangan, pengaruh praktek pada regulasi, kemampuan pasar dan akses pada etika pemberi sumbangan.
•
Berdasarkan konsep partisipasi dan keberlanjutan tersebut maka indikator-indikator keberhasilan program community development dapat dilihat dari dua sisi yaitu dalam konteks internal (sisi korporat) dan eksternal (sisi pemerintah dan masyarakat)
Dari sisi internal, indikator keberhasilan tersebut dapat diukur antara lain melalui : •
Kebijakan perusahaan tentang community development
•
Institusionalisasi kebijakan dalam organisasi
•
Program community development dan alokasi biaya
•
Kinerja atau output yang dihasilkan program
Dari sisi eksternal, indikator keberhasilan tersebut antara lain adalah : •
Tingkat partisipasi program, mulai dari rencana implementasi hingga monitoring dan evaluasi
•
Tingkat kemandirian masyarakat
•
Keberlanjutan (sustainability) dari program
2.6. Pelaporan Program CSR Pembuatan laporan CSR oleh perusahaan sebagai bahan evaluasi, juga bisa menjadi alat komunikasi dengan shareholder dan stakeholdernya. Secara historis, pelaporan CSR perusahaan berkembang seperti dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3. Tipe Pelaporan dan Waktu Awal Publikasi Tipe Pelaporan Financial Accounting & Reporting Financial Aspects of corporate Governance Environmental Reporting Social Accounting & Reporting Sustainable Reporting (Reporting on Environmental, Social and Wider Economic Impact)
Waktu Sejak 1850-an Sejak Awal 1990-an Sejak Awal 1990-an Sejak Awal 1990-an Sejak 2000
Sumber : Wibisono, 2007 Secara umum, perusahaan memiliki alasan yang berbeda dalam pembuatan laporan tersebut. Diantaranya adalah : •
Values driven approach (sifatnya demonstrative)
•
Regulation driven (bersifat comply, keinginan untuk memenuhi standar)
•
Business case/reputation driven (bersifat proteksi/membangun reputasi)
•
Stakeholder/trust driven (membangun kepercayaan)
•
Competition peer driven (keinginan untuk tampil beda) Perusahaan juga bebas menentukan bentuk atau format pelaporan yang
dibuatnya. Karena memang belum ada standar baku yang diberlakukan. Misalnya, perusahaan dapat membuat laporan sebagai bagian tersendiri dalam annual report. Tidak perlu berlebihan yang terpenting adalah kecukupan informasi tentang apa yang telah dilakukan perusahaan atas tanggung jawab sosialnya. Bentuk laporan dapat bersifat kualitatif, kuantitatif atau gabungan antara keduanya. Pada umumnya format laporan mengandung unsur-unsur antara lain : 1. CEO Statement 2. Profil Perusahaan 3. Ruang Lingkup 4. Dampak 5. Tata Kelola 6. Kebijakan-kebijakan 7. Sistem Manajemen dan Prosedur 8. Hubungan dengan stakeholder 9. Kinerja dan pemenuhan terhadap standar 10. Target dan pencapaiannya
11. Penghargaan-penghargaan / External Assurance Khusus untuk praktik dan pelaporan CSR sejumlah institusi di Eropa sudah cukup lama mengeluarkan pedomannya. Misalnya, The Accounting Standards Steering Committee of the Institute of Chartered Accountant di Inggris pada tahun 1975 mengeluarkan pedoman bagi perusahaan untuk membuat pelaporan yang berisi informasi tentang aktivitas sosial dan lingkungannya. Tahun 1990-an pelaporan CSR mulai populer setelah stakeholder menuntut agar perusahaan tidak hanya membuat laporan yang berpijak pada single bottom line, namun juga mencakup kinerja sosial dan lingkungan. Sehingga muncul beragam cara dari perusahaan dalam membuat laporannya dengan tujuan yang berbeda pula, baik untuk kepentingan internal dan eksternal. Wibisono,
2007,
Saat
ini
sejumlah
institusi telah
berinisiatif
menciptakan sistem pelaporan (guideliness) yang bisa berlaku universal untuk semua perusahaan. Beberapa diantaranya adalah : 1. Global Compact yang dirintis PBB 2. Global Reporting Initiative guideliness on Sustainability Reporting 3. The
Equator
Principles
based
on
the
International
Finance
Corporation’s environmental and social screening process 4. IBRD&IDA Safeguard policies 5. The Aarhus Convention, UN Economic Commision for Europe 6. Publish what You Pay, Global Witness, UK 2.7. Global Reporting Initiative (GRI) G3 Sustainability Reporting Guideliness (Panduan Laporan Keberlanjutan GRI G3) Guideliness yang paling banyak dijadikan bahan rujukan dalam CSR Reporting (Pelaporan CSR) saat ini adalah Global Reporting Initiative (GRI) G3 Framework. GRI yang berdiri tahun 1997 merupakan sebuah inisiatif bersama antara koalisi LSM di Amerika Serikat, Coalition for Environmentally Responsible Economies (CERES) dengan United Nation Environment Programme (UNEP). (Wibisono, 2007)
Tahun 2000, untuk pertama kalinya GRI mempublikasikan guidelinenya diikuti publikasi untuk expanded version pada bulan Agustus 2002. Saat ini tidak kurang dari 460 perusahaan dari 45 negara mengadopsi total atau sebagian dari GRI untuk digunakan sebagai sustainability report guideline pada perusahaannya. GRI membuat sustainability report guideline yang memberi petunjuk pembuatan laporan dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerangka kerja GRI telah diperbaiki secara kontinu dan pada tahun 2006, The Third Generation (G3) dari kerangka kerja keberlanjutan GRI telah diperkenalkan di Amsterdam, Belanda. GRI G3 Guideliness mencakup indikator kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan yang terdiri dari 79 komponen. 1. Indikator Kinerja Ekonomi (EC) Terdiri atas 9 Komponen, meliputi : • Kinerja Ekonomi • Aspek Keberadaan Pasar • Dampak Ekonomi Tidak Langsung 2. Indikator Kinerja Sosial Terdiri atas 40 Komponen, meliputi : • Aspek Tenaga Kerja dan Praktik Kerja yang Layak (LA) Mencakup Tenaga Kerja, Hubungan Manajemen, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Pendidikan dan Pelatihan, Keberagaman dan Kesempatan yang Sama serta Indikator Tambahan. • Aspek Hak Asasi Manusia (HR) Mencakup Praktek Investasi dan Pengadaan (Strategi dan Manajemen), Anti Diskriminasi, Kebebasan Berserikat dan Perundingan Bersama, Pekerja Anak, Tenaga Kerja Wajib dan Terpaksa, Praktik Kedisiplinan serta Hak Masyarakat Adat. • Aspek Masyarakat (SO) Mencakup
Masyarakat
(komunitas),
Penyuapan
dan
Kebijakan Publik, Perilaku Anti Persaingan, dan Kepatuhan.
Korupsi,
• Aspek Tanggung Jawab Produk (PR) Mencakup Keselamatan dan Kesehatan Konsumen, Pelabelan Produk dan Jasa, Komunikasi Pemasaran dan Privasi Konsumen. 3. Indikator Kinerja Lingkungan (EN) Terdiri atas 30 Komponen, meliputi : • Bahan/Material • Energi • Air • Keanekaragaman Hayati • Emisi, Efluen dan Limbah • Produk dan Jasa • Kepatuhan • Transportasi • Aspek Keseluruhan 2.8. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu Mulyadi. D (2007), menganalisis kebijakan perusahaan terhadap konsep tanggung jawab sosial perusahaan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang menunjukkan bahwa konsep kebijakan yang dibuat PT Telkom telah mengarahakan tindakannya untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan dalam menetapkan kebijakan tanggung jawab sosial serta mengkaji kebutuhan sosial yang perlu ditanggapi perusahaan. Pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan Telkom belum memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya, sehingga program tanggung jawab sosial PT Telkom masih dikategorikan sebatas ”karitas” yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan sesaat dan masih bersifat jangka pendek. Sehingga program tanggung jawab sosial PT Telkom masih berada pada lingkup Community Service. Asih. M (2007),
menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengembalian kredit pengusaha kecil pada program kemitraan yang dilakukan oleh PT Telkom Divre II Jakarta. Peneliti menggunakan analisis deskriptif
untuk mengetahui karakteristik pengusaha dan usaha yang menjadi mitra binaan PT Telkom dengan pengembalian kredit yaitu dengan metode Tabulasi Silang (Cross Tabulation). Sedangkan analisis statistik dilakukan untuk menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengembalian
kredit
pengusaha kecil, analisis ini dilakukan dengan menggunakan model Binary (Probit). Hasil penelitian diperoleh faktor-faktor yang berpengaruh nyata dalam pengembalian kredit pad Program Kemitraan CSR PT Telkom Divre II Jakarta adalah jumlah pinjaman, tingkat suku bunga, penghasilan bersih, dummy bencana (force major) dan dummy penghasilan lain di luar usaha. Sihotang. P dan Poppy Margareth (2008), menganalisis pengungkapan Sustainability Reporting dengan mengambil 30 sampel (6 industri) dari 50 perusahaan dengan modal terbesar di Indonesia yang listing di Bursa Efek Jakarta. Serta untuk mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan seperti industri, usia, struktur kepemilikan dan pemodalan saham dari pengungkapan Sustainability Reporting dan pengungkapan komponen CSR selama periode 2003-2005. Penelitian tersebut menggunakan metode Content Analysis dengan bentuk naratif, moneter, non-moneter dan grafik/tabel. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa beberapa perusahaan di Indonesia sudah memiliki Sustainability Reporting independen meskipun dapat ditemukan pula pada Annual Report. Pengungkapan komponen CSR terbesar untuk tahun 2005 terdapat pada PT Aneka Tambang Tbk sedangkan terkecil terdapat pada Matahari Putra Prima Tbk. Untuk semua komponen terdapat 21 dari 79 komponen (26.58%) yang tidak diungkapkan oleh masing-masing perusahaan dengan bentuk naratif. Indikator yang mendominasi yaitu indikator ekonomi dan masyarakat. Untuk semua sektor kecuali Barang Konsumsi, Perdagangan, Jasa dan Investasi menunjukkan pola peningkatan. Sedangkan untuk sektor keuangan tidak memiliki pengungkapan indikator lingkungan. Pengungkapan utama dari 5 indikator kinerja diperingkatkan dari indikator ekonomi, masyarakat kemudian indikator tenaga kerja. Chapman R. and M. J.Milne (2003), menganalisis laporan triple bottom line Tahun 2002 di New Zealand dengan sampel 30 perusahaan yang menjadi anggota New Zealand Business Council for Sustainable Development
(NZBCSD). Alat yang digunakan berdasarkan pada UNEP/Sustainability yaitu UNEP/Sustainability Report Scoring Criteria yang membandingkan dengan 50 item yang terdiri dari 5 bagian yaitu (1) Kebijakan dan Sistem Manajemen, (2) Persediaan Input/Output, (3) Keuangan, (4) Hubungan Stakeholder dan Kerjasama serta (5) Pembangunan Berkelanjutan. Sebanyak 48 dari 50 item tersebut diberikan skor dengan skala 0-4 sedangkan 2 item lainnya berskala 0 atau 1. Skala tertinggi berarti bahwa informasi laporannya disajikan lebih lengkap dan komprehensif. Skor 0 : ”Tidak melaporkan”, Skor 1: Sedikit detail, Skor 2 : Detail dan jujur (meliputi keterbukaan dan komitmen dari perusahaan), Skor3 : Komitmen dan kemajuan terhadap pembangunan berkelanjutan dalam inti bisnis, dan Skor 4: Komitmen dan kemajuan terhadap konsep triple bottom line dari pembangunan berkelanjutan dalam inti bisnis ditambah usaha untuk mengungguli persaingan dan praktik terbaik di sektor lain. Sebagian besar pelaporan dari sampel perusahaan dikategorikan sebagai Bottom Crawler, Ultra Narrow dan Not So Hot yang mengindikasikan bahwa sifat laporan masih dalam proses embrionik. Dua perusahaan (WaterCare Services dan Landcare Research) termasuk dalam kategori New Benchmarks yaitu level tertinggi mengidentifikasikan bahwa laporan tersebut dapat menjadi contoh yang baik bagi perusahaan lain dan telah mendapatkan penghargaan. Secara keseluruhan, meskipun jumlah perusahaan yang telah memiliki triple bottom line reporting di New Zealand meningkat, namun umumnya standar laporannya masih tertinggal jauh. Penelitian tersebut menunjukkan hanya dua perusahaan yang berada pada posisi tertinggi dan sebagian besar pengungkapan dihubungkan pada Kebijakan dan Sistem Manajemen. Sedangkan karyawan dan masyarakat lokal adalah stakeholder yang frekuensinya lebih banyak dilaporkan dalam laporan perusahaan.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Perusahaan memiliki visi dan misi yang berkomitmen untuk mengeluarkan kebijakan mengimplementasikan CSR sesuai dengan UU PT Pasal 74 Ayat 1 sampai 4 tahun 2007 dimana perusahaan wajib melaksanakan kegiatan CSR sebagai bentuk memberikan timbal balik positif kepada masyarakat sekitar. Bentuk implementasi CSR bermacam-macam seperti pemberian sumbangan, beasiswa kepada siswa berprestasi, pembangunan infrastruktur, penciptaan lapangan kerja hingga penghijauan. Setelah implementasi CSR dilakukan, tahap evaluasi diperlukan untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan CSR. Evaluasi juga dilakukan untuk pengambilan keputusan. Apakah perlu dilanjutkan atau dihentikan kegiatan CSR yang telah dilakukan tersebut. Oleh karena itu perlu dibuat Sustainability Reporting (Pelaporan CSR) yang mencakup indikator kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan dengan mengacu pada GRI G3 Guidelines untuk mengukur kinerja perusahaan. Hasil pengukuran Sustainability Reporting perusahaan menggunakan GRI G3 Guidelines dapat diketahui komponen dari masing-masing indikator yang akan diberikan skor kemudian dikualifikasikan dalam tingkatan level. Kinerja perusahaan yang baik akan memberikan nilai bagi para stakeholder dalam hal ini yaitu pemerintah dan masyarakat sekitar. Selanjutnya
akan mendukung sustainabilitas (keberlanjutan) perusahaan
dalam jangka panjang. Penjelasan ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Visi dan Misi Perusahaan
UU PT Pasal 74 Ayat 1 sampai 4
Kebijakan CSR
Implementasi CSR
GRI G3 Guidelines
Indikator Kinerja Ekonomi Indikator Kinerja Sosial Indikator Kinerja Lingkungan
Evaluasi CSR Komponen Indikator Kinerja
Total Skor
Tingkat Level
Sustainability Reporting
Kinerja Perusahaan
Nilai bagi Para Stakeholder
Sustainabilitas Perusahaan
Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Keterangan :
: Berhubungan
: Mempengaruhi
3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Pengumpulan Data Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai dengan Mei 2008. Lokasi pengumpulan dan pengolahan data diperoleh dari publikasi instansi yaitu Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif dalam periode tahun 2006. Data yang digunakan adalah laporan keberlanjutan (Sustainability Reporting) tahun 2006 dari 6 sampel perusahaan di industri Pertambangan. Sebagai penunjang digunakan data yang relevan dengan penelitian yang diperoleh dari literatur/buku, jurnal, laporan penelitian, koran dan publikasi elektronik. 3.2.2. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel, untuk menghitung total skoring indikator-indikator kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan. Dan membuat grafik sebagai ringkasannya. Sedangkan untuk mengetahui pengungkapan kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan, penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Agar dapat diperoleh gambaran secara rinci baik kualitatif maupun kuantitatif mengenai pengungkapan Sustainability Reporting masingmasing perusahaan. Untuk
mengukur
pengungkapan
Sustainability
Reporting
perusahaan yaitu dengan mengacu GRI G3 (Third Generation) Guideliness yang baru dikeluarkan pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 1. Selanjutnya dilakukan analisis pengungkapan laporan tersebut untuk diketahui skor dari komponen masing-masing indikator dalam bentuk : 1. Naratif (Penjabaran) : dengan nilai skor sebesar 1. 2. Grafik/Tabel : dengan nilai skor sebesar 2. 3. Non-moneter (Hal yang tidak berhubungan dengan keuangan, seperti hari, orang, kg, meter, hektar) : dengan nilai skor sebesar 3.
4. Moneter (Hal yang berhubungan dengan keuangan): dengan nilai skor sebesar 4. Teknik skor tersebut digunakan agar terdapat kelengkapan dan informasi yang komprehensif dalam Sustainability Reporting. Bentuk Moneter dengan skor tertinggi dimaksudkan karena lebih mudah untuk membandingkan dengan bentuk yang lain (fleksibel). Dari skor tersebut dikelompokkan dalam kategori menurut Chapman and Milne (2003), yaitu dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4. Pengelompokkan Kategori berdasarkan Skor Kategori Over the Horizon
Skor 141-194
Trailblazers
121-140
New Benchmarks
101-120
State-of-the-Art
81-100
Pressing Hard
61-80
Not So Hot
41-60
Ultra Narrow
21-40
Bottom Crawler
0-20
Sumber: Chapman and Milne, 2003 Sedangkan untuk mengetahui level Sustainability Reporting masing-masing perusahaan yaitu dengan menggunakan Kriteria Level Aplikasi (Application Level Criteria) dari GRI Application Level yang dapat dilihat pada Gambar 3 dan pengungkapannya pada Lampiran 2.
Laporan Keberlanjutan setiap perusahaan dikualifikasikan pada level C, C+, B, B+, A atau A+ yang harus mengandung masing-masing kriteria yang dipresentasikan pada Gambar 3.
Standar Pengungkapan
Gambar 3. Kriteria Level Aplikasi GRI ( GRI Application Level Criteria, 2006)
A+ A B+ B C+ C Level Aplikasi Laporan
34
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. PT Aneka Tambang Tbk PT Aneka Tambang Tbk (Antam) adalah perusahaan milik pemerintah yang bergerak dalam bidang pertambangan logam dan mineral lainnya yang telah menemukan, menggali, memproses, menyempurnakan dan memasarkan ke seluruh dunia sejak tahun 1968. Antam menjual nikel ke Jepang dan China serta memproses nikel menjadi ferronikel untuk dijual ke perusahaan-perusahaan stainless steel di Eropa dan Asia Timur. Antam juga menjual emas dan produk-produknya, silver hingga perhiasan di Indonesia dan luar negeri. Bauksit Antam merupakan bahan mentah untuk aluminium yang dijual ke Jepang dan China. Antam merupakan perusahaan terdiversifikasi dalam aset, budaya dan jangka panjang. Meskipun mempertahankannya dalam integrasi vertikal, Antam tidak diunggulkan menjadi perusahaan memproses logam. Kekuatan perusahaan terletak pada rendahnya biaya operasi meskipun harga ferronikel tinggi karena mahalnya bahan bakar dan besarnya biaya penyimpanan. Kepemilikan Antam oleh publik sebesar 5% sedangkan saham mayoritas dimiliki oleh institusi luar negeri. Ketika listing di Bursa Efek Jakarta dan Australian Stock Exchange, Antam dikenal dengan level tertinggi secara relatif dari transparansi dan tata kelolanya. Antam juga memiliki hubungan baik dengan karyawannya dan menjaga kepuasan serta kesetiaan konsumen. 4.1.2. PT Freeport Indonesia Sejarah PT Freeport Indonesia (PTFI) bermula saat seorang manajer eksplorasi Freeport Minerals Company; Forbes Wilson, melakukan ekspedisi pada tahun 1960 ke Papua setelah membaca sebuah laporan tentang ditemukannya Ertsberg atau Gunung Bijih;
sebuah cadangan mineral, oleh seorang geolog Belanda, Jean Jacques Dozy, pada tahun 1936. Setelah ditandatanganinya Kontrak Karya pertama dengan Pemerintah Indonesia bulan April 1967, PTFI memulai kegiatan eksplorasi di Ertsberg pada Desember 1967. Konstruksi skala besar dimulai bulan Mei 1970, dilanjutkan dengan ekspor perdana konsentrat tembaga pada bulan Desember 1972. Setelah para geolog menemukan cadangan kelas dunia Grasberg pada tahun 1988, operasi PTFI menjadi salah satu proyek tambang tembaga/emas terbesar di dunia. Di akhir tahun 1991, Kontrak Karya kedua ditandatangani dan PTFI diberikan hak oleh Pemerintah Indonesia untuk meneruskan operasinya selama 30 tahun. Dalam tahun 2005, PTFI telah menghasilkan dan menjual konsentrat yang mengandung 1,7 miliar pon tembaga dan 3,4 juta ons emas. PTFI merupakan salah satu pembayar pajak terbesar bagi negara. Sejak tahun 1992 sampai dengan 2005, manfaat langsung dari operasi perusahaan terhadap Indonesia dalam bentuk dividen, royalti dan pajak mencapai sekitar 3,9 miliar dolar AS. Selain itu, PTFI juga telah memberikan manfaat tidak langsung dalam bentuk upah, gaji dan tunjangan, reinvestasi dalam negeri, pembelian barang dan jasa, serta pembangunan daerah dan donasi. PTFI merupakan salah satu pembayar pajak terbesar bagi negara. Sejak tahun 1992 sampai dengan 2005, manfaat langsung dari operasi perusahaan terhadap Indonesia dalam bentuk dividen, royalti dan pajak mencapai sekitar 3,9 miliar dolar AS. Selain itu, PTFI juga telah memberikan manfaat tidak langsung dalam bentuk upah, gaji dan tunjangan, reinvestasi dalam negeri, pembelian barang dan jasa, serta pembangunan daerah dan donasi. 4.1.3. PT Internasional Nickel Indonesia Tbk PT Internasional Nickel Indonesia Tbk (Inco) merupakan produsen nikel terkemuka di dunia. Nikel adalah logam serba guna yang berperan penting meningkatkan taraf hidup dan mendorong
pertumbuhan ekonomi. Selama lebih dari tiga dasawarsa sejak penandatanganan kontrak karya dengan pemerintah Indonesia pada tahun 1968, perusahaan telah menyediakan lapangan kerja dan pelatihan, mewujudkan kepedulian terhadap kebutuhan masyarakat sekitar, menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham dan memberikan sumbangsih positif terhadap ekonomi Indonesia. PT Inco menghasilkan nikel dalam matte, yaitu produk setengah jadi yang diolah dari bajih laterit di fasilitas pertambangan dan pengolahan terpadu dekat Sorowako, Sulawesi. Seluruh produksi PT Inco dijual dalam mata uang dolar AS berdasarkan kontrak-kontrak jangka panjang. Daya saing PT Inco mencakup cadangan badan bijih yang berlimpah, tenaga kerja terampil dan terlatih, pembangkit listrik tenaga air berbiaya rendah dan pasar yang terjamin untuk produknya. Visi PT Inco adalah tumbuh berkembang bersama masyarakat yang mandiri untuk mendukung kegiatan operasi PT Inco melalui pemanfaatan sumber daya lokal secara berkelanjutan. Misi PT Inco adalah memfasilitasi transformasi sosial dalam meningkatkan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan melalui asistensi teknis, tukar informasi dan diskusi publik, peningkatan kapasitas serta penerapan hasil-hasil penelitian secara berkelanjutan. 4.1.4. PT Kaltim Prima Coal Kaltim Prima Coal (KPC) merupakan perusahaan tambang batu bara yang terletak di Kabupaten Kutai Timur. Lokasi kantor pusat KPC yaitu PT Kaltim Prima Coal, Mine Site Building, Sengatta, kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Sejak awal beroperasi pada tahun 1992, KPC merupakan perusahaan modal asing (PMA) yang dimiliki oleh Beyond Petroleum (BP) dan Rio Tinto dengan pembagian saham masing-masing 50%. Berdasarkan Akta No.9 tanggal 6 Agustus 2003 dan Bukti Pelaporan dari Menteri Kehakiman No. C-UM 02 01.12927 tertanggal 11 Agustus 2003, saham KPC yang dimiliki oleh BP dan Rio Tinto telah dialihkan kepada Kalimantan Coal Ltd dan Sangatta Holding Ltd. Selanjutnya
tanggal 18 Oktober 2005, sesuai dengan akta notaries No.3 tanggal 18 Oktober 2005, Bumi Resources telah mengakuisisi saham Kalimantan Coal Ltd dan Sangatta Holding Ltd sebesar 95% dan 5% oleh Kutai Timur Energi. Berdasarkan Perjanjian Karya Pengusahaan Batu Bara (PKP2B), Pemerintah memberikan izin kepada KPC untuk melaksanakan eksplorasi, produksi dan memasarkan batu bara dari wilayah perjanjian sampai dengan tahun 2021. Wilayah perjanjian PKP2B ini mencakup daerah seluas 90.938 ha di Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur. 4.1.5. PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk didirikan pada 2 Maret 1981 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 1980 dengan akte notaris No.5 tanggal 6 Maret 1984 dan No.51 tanggal 29 Mei 1985 dari notaris yang sama. Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan energi berbasis batubara yang berdaya saing dan memberikan nilai optimal bagi stakeholders. Misi perusahaan adalah memproduksi dan memasarkan batubara dan produk derivatifnya dengan cara terbaik, biaya dan harga yang kompetitif serta berkembang harmonis bersama lingkungan. 4.1.6. PT Timah, Tbk PT Timah (Persero) Tbk menentukan struktur korporat; strategi pemasaran; membuat anggaran dan pengadaan modal; mengelola keuangan korporat dan perusahaan anak; merumuskan nilai, norma, dan sikap dasar korporat; menentukan pengembangan usaha, baik akuisisi maupun aliansi, yang perlu dilakukan oleh perusahaan anak. Visi PT Timah adalah menjadi perusahaan pertambangan kelas dunia dan pemimpin pasar timah global. Misinya sebagai berikut : (1) Mengoptimalkan nilai perusahaan, kontribusi kepada pemegang saham dan tanggungjawab sosial. (2) Membangun SDM yang berkompeten dan memiliki nilai-nilai positif, integritas, kreativitas
serta bermartabat. (3) Memperluas produk-produk yang bernilai tambah. (4) Mengembangkan usaha baru berbasis kompetensi. (5) Mewujudkan harmonisasi dan komunikasi yang lebih baik kepada semua pihak. PT Timah (Persero) Tbk mewarisi sejarah panjang usaha pertambangan timah di Indonesia yang sudah berlangsung lebih dari 200 tahun. Sumber daya mineral timah di Indonesia ditemukan tersebar di daratan dan perairan sekitar pulau-pulau Bangka, Belitung, Singkep, Karimun dan Kundur. Di masa kolonial, pertambangan timah di Bangka dikelola oleh badan usaha pemerintah kolonial "Banka Tin Winning Bedrijf" (BTW). Di Belitung dan Singkep dilakukan oleh perusahaan swasta Belanda, masing-masing
Gemeeenschappelijke
Mijnbouw
Maatschappij
Biliton (GMB) dan NV Singkep Tin Exploitatie Maatschappij (NV SITEM). Setelah kemerdekaan R.I., ketiga perusahaan Belanda tersebut dinasionalisasikan antara tahun 1953-1958 menjadi tiga Perusahaan Negara yang terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-tambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah) untuk mengkoordinasikan ketiga perusahaan negara tersebut, pada tahun 1968, ketiga perusahaan negara dan BPU tersebut digabung menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah. Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 9 Tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah dan Proyek Peleburan Timah Mentok diubah menjadi bentuk Perusahaan Perseroan (Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan namanya diubah menjadi PT Tambang Timah (Persero). Krisis industri timah dunia akibat hancurnya the International Tin Council (ITC) sejak tahun 1985 memicu perusahaan untuk melakukan
perubahan
mendasar
untuk
mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Restrukturisasi perusahaan yang dilakukan
dalam
kurun
1991-1995,
yang
meliputi
program-program
reorganisasi, relokasi Kantor Pusat ke Pangkalpinang, rekonstruksi peralatan pokok dan penunjang produksi, serta penglepasan aset dan fungsi yang tidak berkaitan dengan usaha pokok perusahaan. Restrukturisasi perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan daya saing perusahaan, menjadikan PT Timah (Persero) Tbk layak untuk diprivatisasikan sebagian. PT Timah (Persero) Tbk melakukan penawaran
umum perdana
di pasar
modal Indonesia dan
internasional, dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan the London Stock Exchange pada tanggal 19 Oktober 1995. Sejak itu, 35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam dan luar negeri, dan 65% sahamnya masih dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui diversifikasi usaha, pada tahun 1998 PT Timah (Persero) Tbk melakukan reorganisasi
kelompok
usaha
dengan
memisahkan
operasi
perusahaan ke dalam 3 (tiga) anak perusahaan, yang secara praktis menempatkan PT Timah (Persero) Tbk menjadi induk perusahaan (holding company) dan memperluas cakupan usahanya ke bidang pertambangan, industri, keteknikan, dan perdagangan. Saat ini PT Timah (Persero) Tbk dikenal sebagai perusahaan penghasil logam timah terbesar di dunia dan sedang dalam proses mengembangkan usahanya di luar penambangan timah dengan tetap berpijak pada kompetensi yang dimiliki dan dikembangkan. 4.2. Pengungkapan Sustainability Reporting Tahun 2006 Perusahaan di Industri Pertambangan berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI) G3 Guideliness 4.2.1. Pengungkapan Sustainability Reporting PT Aneka Tambang Tbk Tahun 2006 merupakan tahun kedua PT Aneka Tambang Tbk mengeluarkan laporan keberlanjutan yang mencakup kinerja di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. PT Aneka Tambang Tbk menempatkan konsep keberlanjutan perusahaan sebagai inti dari
filosofi perusahaan. Antam mulai menerapkan berbagai program sosial dan pengembangan masyarakat sejak tahun 1992. Laporan ini berisi 60 halaman yang mencakup pemaparan mengenai kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan perusahaan. Berdasarkan komponen-komponen yang terdapat dalam kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan sesuai dengan GRI G3 Guidelines, Laporan Keberlanjutan PT Aneka Tambang Tbk tahun 2006 mencakup 38 komponen yaitu 4 komponen kinerja Ekonomi (EC), 10 komponen kinerja Lingkungan (EN), 11 komponen kinerja Tenaga Kerja (LA), 8 komponen kinerja Hak Asasi Manusia (HR), 3 komponen kinerja Masyarakat (SO) dan 2 komponen kinerja Tanggungjawab Produk (PR). Berikut deskripsi pengungkapan Sustainability Reporting Antam seperti dijelaskan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Tahun 2006 PT Aneka Tambang Tbk 1. Indikator Kinerja Ekonomi
Kinerja dan Upaya Antam
Kinerja Ekonomi EC1
Nilai Ekonomi yang dihasilkan dan
didistribusikan
Laba bersih Antam naik 84% menjadi Rp
secara 1,553 triliun dengan pendapatan sebesar
langsung, termasuk pendapatan, Rp 5,629 triliun. biaya
operasi,
kompensasi
kepada karyawan, donasi dan
Pada tahun 2006, Antam membayarkan royalti sebesar Rp 128,2 miliar.
investasi ke masyarakat, laba ditahan serta pembayaran ke penyedia
modal
dan
pemerintah. EC3
Cakupan rencana dan
Program
pengembangan
masyarakat
kewajiban benefit
Antam memiliki anggaran Rp 34 miliar di tahun 2006 dengan kegiatan yang terbagi dalam : 1. Aktivitas Community Development 2. Program Bina Lingkungan 3. Program Kemitraan Sistem remunerasi Antam melebihi dari apa yang ditentukan oleh pemerintah.
Lanjutan Tabel 5. Sebagai
tambahan,
Antam
juga
memberikan hal-hal lain di luar ketentuan pemerintah seperti tunjangan perumahan, tunjangan hari raya, santunan kematian, bonus, tunjangan kinerja tahunan dan tunjangan lainnya. EC4
Bantuan keuangan finansial
Meski
signifikan yang diperoleh dari
mayoritas Antam, Antam tidak menerima
pemerintah
special
pemerintah
previlige
memiliki
maupun
saham
bantuan
keuangan finansial yang signifikan. Dampak Ekonomi Tidak Langsung EC9
Memahami mendeskripsikan
dan
Mengembangkan analisis yang mendalam
dampak
sebagai langkah awal untuk memahami
ekonomi tidak langsung yang
tantangan
yang
signifikan, termasuk seberapa stakeholders. jauh dampak dihasilkan
Antam
terkait
dengan
berupaya
untuk
menganalisa dampak yang ditimbulkan pada stakeholders secara bertanggung jawab.
2. Indikator Kinerja di Bidang
Kinerja dan Upaya Antam
Lingkungan Material EN2
• Limbah
Persentase material yang digunakan yang berasal dari
laboratorium
:
875
liter,
ditangani dan digunakan kembali • Limbah oli bekas dan Lumpur minyak
bahan daur ulang
bekas dari bengkel dan pembangkit listrik
:
471.122
liter,
digunakan
kembali dan dibakar • Lumpur minyak bekas dari gudang dan bengkel : 27.202 liter, digunakan kembali Energi EN6
Inisiatif
untuk
menyediakan
Antam melakukan penanaman tanaman
produk
dan
jasa
yang
Jarak, guna mengkaji potensi produksi bio
menggunakan
energi
yang
diesel di Indonesia. Pada tahun 2006,
efisien
sumber
daya
Antam menanam tanaman Jarak di lahan
atau
Lanjutan Tabel 5. terbarukan, serta pengurangan
seluas 6 hektare di Pomalaa dan 4 hektar
kebutuhan penggunaan energi
di Gebe. Pada tahun 2007, Antam
sebagai dampak dari inisiatif ini
menargetkan
luas
penanaman
lahan
tanaman Jarak sebesar 15 hektar. Keanekaragaman Hayati EN11
Lokasi dan luas lahan yang
Lokasi : Pongkor, Jawa Barat
dimiliki, disewakan, dikelola,
Berlokasi di Kawasan Taman Nasional
atau berdekatan dengan area
Gunung Halimun
yang
dilindungi
dan
area
dengan nilai keanekaragaman hayati yang tinggi di luar area yang dilindungi EN12
Deskripsi dampak signifikan
Keanekaragaman hayati merujuk pada
yang ditimbulkan oleh aktivitas, jumlah produk
dan
jasa
dan
pada termasuk
jenis
organisme
keberagaman
hidup, genetis,
keanekaragaman hayati yang
keberagaman spesies dan keberagaman
ada di wilayah yang dilindungi
ekologi. Mempertahankan keberagaman
serta
ini merupakan hal yang kompleks yang
area
dengan
nilai
keanekaragaman hayati di luar harus wilayah yang dilindungi
dipikirkan
dampak
yang
ditimbulkan
selama
kegiatan
penambangan.
Terlebih,
Indonesia
terkenal
kaya
akan
keanekaragaman
hayati. Antam
memahami
dan
menerima
tanggung jawab yang timbul sehubungan dengan dampak yang ditimbulkan baik langsung maupun tidak langsung terhadap keanekaragaman hayati. Hal inilah yang menjadikan hayati
masalah
tercantum
keanekaragaman dalam
Kebijakan
Lingkungan. Antam saat ini tengah merencanakan sistem
manajemen
pendekatan
yang
sistemik
keanekaragaman hayati.
memiliki terhadap
Lanjutan Tabel 5. EN13
Habitat yang dilindungi atau
Taman Nasional Gunung Halimun
dikembalikan kembali
EN14
Strategi, aktivitas saat ini dan
Untuk membantu upaya Antam dalam
rencana
rehabilitasi lahan dan preservasi flora dan
masa
mengelola
depan
dampak
untuk
terhadap
keanekaragaman hayati
fauna,
Antam bekerja
organisasi
eksternal
pendidikan,
Badan
sama
seperti
dengan institusi
Penelitian
dan
Pengembangan Kehutanan, LSM dan stakeholders lain. Antam percaya bahwa kerja sama ini akan dapat menguntungkan upaya reklamasi dan preservasi terkait dengan
konservasi
keanekaragaman
hayati. EN15
Jumlah spesies IUCN Red List
Jumlah spesies IUNC Red List -Flora : 6,
dan spesies yang masuk dalam Fauna : 9 daftar
konservasi
nasional
dengan habitat di wilayah yang terkena
dampak
Jumlah spesies dalam daftar konservasi nasional - Flora : 306, Fauna 201
operasi,
berdasarkan risiko kepunahan Emisi, Efluen dan Limbah EN18
Inisiatif untuk mengurangi emisi Perhatian emisi udara Antam termasuk gas rumah kaca dan pengurangan NO2, SO2, partikel dan metal. yang berhasil dilakukan
EN24
Berat
dari
diimpor, • Limbah
ditransportasikan, diekspor
yang • Limbah medis : 1.031 kg, dibakar
limbah
atau
diolah
yang
diklasifikasikan
berbahaya
berdasarkan
Convetion
Basel
Annex I, II, III dan VIII, dan
laboratorium
:
875
liter,
ditangani dan digunakan kembali • Lumpur
minyak
bekas
dari
bengkel/pabrik : 27.202 liter, digunakan kembali
yang • Pelumas/Tac Gear : dari bengkel/pabrik dikapalkan secara internasional : 7200 liter, dibakar dan dikirim ke persentase
limbah
PPLI • Bahan kimia kadaluarsa dari pabrik :
Lanjutan Tabel 5. 400 liter, dikirim ke PPLI Bahan tercemar minyak dan bahan kimia dari bengkel dan pabrik : 9.394 kg, dibakar • Minyak bekas dan lumpur minyak dari bengkel dan tangki BBM : 471.122 liter, digunakan kembali dan dibakar • Abu dari pembakaran : 60752 kg, dikirim ke PPLI Keseluruhan EN30
Jumlah biaya untuk lingkungan Semenjak tahun 2002 sampai 2006, biaya dan investasi berdasarkan jenis
pengelolaan lingkungan naik dari Rp 13,4
kegiatan
miliar sampai Rp 40,3 miliar.
3. Indikator Praktik Tenaga Kerja dan Kinerja dan Upaya Antam Kinerja Pekerja yang Layak Ketenagakerjaan LA1
Komposisi jumlah tenaga kerja
Jumlah tenaga kerja Antam di tahun 2006
berdasarkan tipe pekerjaan dan sebesar 2.958 orang yang tersebar di : • Kantor Pusat Jakarta : 331 orang
lokasi
• Emas dan Pemurnian : 769 orang • Bauksit dan Pasir Besi : 228 orang • Nikel dan Pemurnian : 1.630 orang
LA2
Penciptaan lapangan kerja neto Jumlah tenaga kerja yang baru direkrut di dan
rata-rata
turnover tahun 2006 adalah 146 orang untuk
berdasarkan unit
keseluruhan
Antam.
Antam
juga
melakukan pensiun dini bagi sekitar 900 karyawannya. Hubungan Manajemen dengan Tenaga Kerja LA3
Persentase
karyawan
yang Dari total karyawan 2.958 orang, 94%
diwakili oleh serikat pekerja
merupakan anggota dua serikat pekerja
independen
yang ada di Antam yakni Perpantam dan SPSI, sementara sisa 6% merupakan manajemen senior dan karyawan yang
Lanjutan Tabel 5. tidak bergabung dalam serikat pekerja. LA4
Kebijakan dan prosedur terkait informasi,
konsultasi
negosiasi terkait
dengan dengan
Kebijakan SDM Antam secara jelas
dan mencantumkan bahwa setiap karyawan
karyawan mendapatkan
penghargaan
penuh
perubahan berdasarkan kebijakan perusahaan dan
pekerjaan
setiap perubahan yang dilakukan akan diinformasikan kepada setiap karyawan. Praktiknya, terhadap lembaga bipartit yang terdiri dari masing-masing 9 orang perwakilan manajemen dan karyawan. Lembaga
ini
mengadakan
pertemuan
triwulan secara rutin untuk membahas setiap kebijakan serta isu yang muncul. Dalam lembaga ini, pandangan karyawan selalu dihormati dan didengar. Keselamatan dan Kesehatan Kerja LA5
Praktik, pencatatan dan notifikasi Antam secara rigrid mengikuti regulasi kecelakaan kerja serta kesehatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di sesuai
Kode
ILO
Code
of Lingkungan
Pekerjaan
untuk
sektor
pertambangan dan dalam pelaporannya
Practice
Antam
mengikuti
prosedur
standar
pemerintah SMK3 yang mengadopsi ILO OSH Guidelines. LA6
Persentase dari total angkatan Bab kerja
yang
keselamatan memonitor
mengenai
Keselamatan
dan
direpresentasikan Kesehatan Kerja merupakan perjanjian
dalam manajemen formal-serikat resmi kesehatan
V
pekerja yang dan
antara
dan manajemen
membantu
serikat
pekerja
dan
yang merupakan regulasi
tentang lingkungan kerja yang sehat dan
memberikan aman. Karyawan Antam memiliki hak
saran dalam program kesehatan untuk menolak instruksi pekerjaan jika dan keselamatan
mereka merasa bahwa keselamatan kerja yang ada tidak memadai.
LA7
Tingkat dan jumlah kecelakaan, Pada tahun 2006, terjadi 18 kecelakaan jumlah hari hilang, dan tingkat ringan, 12 kecelakaan berat, 1 kecelakaan absensi, termasuk subkontraktor
fatal. Waktu hilang sebesar 10.228 hari,
Lanjutan Tabel 5. dan tingkat keparahan 880,79. Pelatihan dan Pendidikan LA9
Rata-rata jam pelatihan per tahun Target pelatihan rata-rata adalah 12 hari per karyawan
pelatihan per orang per tahun, namun di tahun 2006 jumlah hari pelatihan sudah mencapai 13,5 hari per orang per tahun.
Keberagaman dan Kesempatan yang Sama LA10
Deskripsi kebijakan kesempatan Kebijakan yang
sama
dan
sistem bahwa
pengawasannya
SDM
semua
Antam
aktivitas
memastikan SDM
harus
berdasarkan perlakuan dan kesempatan yang sama. Standar Etika Antam juga menyatakan bahwa rekrutmen, seleksi, penempatan, pelatihan, kompensasi dan promosi
harus
dilakukan
tanpa
ada
diskriminasi. Antam memiliki mekanisme untuk menangani keluhan yang mucul sebagaimana tercantum dalam Kebijakan SDM serta Perjanjian Kerja Bersama (Bab XII mengenai Keluhan). LA11
Deskripsi
program
untuk Kompetensi yang tinggi merupakan salah
kontinuitas satu ketentuan dalam kebijakan SDM
mendukung
pekerjaan serta mengelola career
Antam. Selain itu, kebijakan SDM juga
endings
menentukan pengembangan kompetensi pegawai.
Menjelang
masa
pensiun,
seluruh karyawan diberikan kesempatan untuk
mengikuti
pelatihan
tambahan
menurut pilihan mereka (pada umumnya berupa pelatihan kewirausahaan). Hal ini dilakukan untuk menunjang aktivitas sosial dan ekonomi para karyawan selepas bekerja di Antam. Indikator Tambahan LA13
Komposisi Manajemen Senior
Tata kelola perusahaan di Antam terdiri
dan organ tata kelola perusahaan lima anggota Direksi. Selain itu, terdapat termasuk
rasio
pria
dan pula lima Komite yang membantu tugas
Lanjutan Tabel 5. perempuan
Komisaris yakni Komite GCG, Komite Nominasi,
Remunerasi
Pengembangan SDM,
dan
Komite Audit,
Komite Manajemen Risiko dan Komite Lingkungan dan Pasca Tambang. 4. Indikator Kinerja Hak Asasi
Kinerja dan Upaya Antam
Strategi dan Manajemen HR1
Persentase dan total jumlah dari Praktik aspek SDM Antam didasrkan pada perjanjian
investasi
yang Kebijakan SDM, Standar Etika, serta
signifikan meliputi klausa hak perjanjian Kerja Bersama. Kesemuanya asasi manusia atau sesuai dengan ini mengacu pada peraturan perundangan hak asasi manusia
nasional. Standar Etika Antam juga memastikan operasional
bahwa tidak
setiap
aktivitas
melanggar
prinsip-
prinsip HAM. Beberapa isu yang dibahas dalam
Standar
Etika
diantaranya
non
diskriminasi,
persamaan
hak,
kebebasan
berserikat,
tidak
adanya
pekerja anak-anak atau pekerja paksa serta proteksi sosial. Sehingga kesemuanya ini sudah memenuhi persyaratan 8 ILO Core Convention. HR2
Persentase signifikan dari suplier
Secara jelas Antam memiliki komitmen
dan kontraktor
tinggi untuk tidak melanggar prinsipprinsip
HAM
operasionalnya.
dalam
kegiatan
Terkait
dengan
pengadaan atau pemilihan pemasok atau kontraktor, Antam mematuhi Standar Etika
mengenai
Hubungan
dengan
Pemasok yang didasarkan pada nilai-nilai etika yang tinggi. Anti Diskriminasi HR4
Total jumlah dari insiden dari Kebijakan tindak diskriminasi
SDM,
Perjanjian
Kerja
Bersama dan Standar Etika memastikan bahwa rekrutmen, seleksi, penempatan,
Lanjutan Tabel 5. promosi dan pemberhentian dilakukan secara
transparan
dengan
tetap
mempertimbangkan hak asasi manusia, termasuk
peraturan
mengenai
tenaga
perundangan
kerja
dan
ILO
Convention. Kebebasan Berserikat dan Perundingan Bersama HR5
Asosiasi kebebasan berserikat Kebijakan SDM dan Standar Etika Antam dan daya tawar kelompok mengakui akan
berada
pada
kebebasan
berserikat
dan
risiko perundingan bersama berdasarkan UU No.
signifikan dan tindakan untuk 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Pada aspek ini, praktik aspek SDM Antam
mendukungnya
selaras dengan ILO Convention No.87 dan 98 Penerapan aspek-aspek ini terlihat jelas dengan keberadaan dua serikat pekerja yakni Perpantam dan SPSI, serta adanya penandatanganan Bersama
Perjanjian
antara
Kerja
manajemen
dan
Perpantam. Pekerja Anak HR6
Risiko
signifikan
untuk Secara legal Antam mematuhi UU No.
insiden dari pekerja anak dan 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, yang mengukur untuk berkontribusi mencakup Bab X mengenai Pekerja Anak. mengeliminasikan
pekerja
Perjanjian Kerja Bersama secara spesifik menyebutkan batas usia minimum pekerja
anak
di Antam adalah 18 tahun, sementara Standar
Etika
membolehkan
Antam adanya
juga
tidak
pekerja
anak.
Kedua hal ini jelas telah sesuai dengan ILO Convention 138. Tenaga Kerja Wajib dan Terpaksa HR7
Risiko
signifikan
untuk Antam mematuhi secara penuh UU No.
insiden dari pekerja paksa dan 13/2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengukur untuk berkontribusi melarang
setiap
jenis
paksaan
Lanjutan Tabel 5. mengeliminasikan
pekerja sebagaimana juga dicantumkan dalam ILO Convention 29. Terkait dengan
paksa
keselamatan dan kesehatan kerja, setiap karyawan
dapat
menolak
untuk
melakukan instruksi kerja jika ia merasa keselamatan
dirinya
tidak
terjamin.
Pelecehan juga merupakan pelanggaran terhadap Kebijakan SDM dan Antam memiliki Tim Musyawarah Kepegawaian yang mengurus seluruh aspek disiplin pegawai. Indikator Tambahan, Praktik Kedisiplinan HR8
Deskripsi prosedur konsultasi
Deskripsi prosedur
konsultasi
Antam
tercantum dalam Kebijakan SDM dan Perjanjian
Kerja
Bersama.
Prosedur
konsultasi dapat dilakukan melalui atasan langsung,
kepala
departemen,
kepala
SDM, badan bipartit atau badan tripartit (sesuai ketentuan legal). Hak Masyarakat Adat HR9
Total jumlah dari insiden Berdasarkan Standar Etika, Antam akan pelanggaran
atas
hak-hak memprioritaskan prinsip-prinsip hak asasi
warga pribumi dan tindakan manusia
dalam
penanganan
konflik
maupun keluhan yang mungkin muncul
menghadapinya
dengan bekerja sama dengan aparat pemerintah maupun LSM. 5. Indikator Kinerja Masyarakat
Kinerja dan Upaya Antam
Masyarakat SO1
Deskripsi kebijakan pengelolaan Standar
Etika
Antam
mendukung
dampak
bagi
masyarakat, pemenuhan hak-hak asasi manusia dan
termasuk
sistem
pengawasan mempertimbangkan
yang ada
diakibatkan pada
dampak
yang
masyarakat
sekitar.
Berdasarkan Standar Etika, Antam juga memastikan bahwa masyarakat sekitar memperoleh
keuntungan
bersamaan
Lanjutan Tabel 5. dengan penghormatan terhadap budaya lokal mereka Untuk memonitor program dan aktivitas yang dilaksanakan, Antam mendirikan Community
Development
Group
di
Kantor Pusat untuk mengkoordinasikan aktivitas
pengembangan
masyarakat
secara lebih baik. Penyuapan dan Korupsi SO2
Kebijakan,
prosedur
dan Standar Etika Antam mengatur praktek
mekanisme bagi perusahaan dan dan aktivitas manajemen dan karyawan karyawan terkait penyuapan dan terkait korupsi
kemungkinan
perolehan
keuntungan finansial secara tidak wajar dan tidak transparan. Antam memiliki standar
etika
untuk
mengungkapkan
keuntungan finansial yang diperoleh dari pihak eksternal seperti penerimaan hadiah, diskon, perlakuan istimewa, pembayaran tidak wajar, penerimaan biaya perjalanan atau akomodasi, dan lain-lain. Dengan kata lain, seluruh karyawan Antam harus dapat membuktikan bahwa mereka tidak memperoleh keuntungan finansial yang tidak wajar, ilegal atau tidak transparan. Sesuai dengan Standar Etika, karyawan Antam
harus
sesegera
mungkin
melaporkan jika ada indikasi kecurangan. Kebijakan Publik SO5
Deskripsi kebijakan dan prosedur Terkait untuk mengelola lobi politik dan Standar kontribusi
lobi Etika
politik
dan
Antam
kontribusi,
secara
jelas
melarang penggunaan dana perusahaan untuk
keperluan politik baik
dalam
maupun luar negeri. Hal ini juga berlaku bagi mitra kerja Antam.
Lanjutan Tabel 5. 6. Indikator Kinerja Tanggung Jawab Kinerja dan Upaya Antam dari Dampak Produk Keselamatan dan Kesehatan Konsumen PR1
Deskripsi
kebijakan
untuk Terkait
dengan
aspek
keselamatan
mempertahankan kesehatan dan penggunaan produk, Standar Etika Antam keselamatan konsumen dalam memastikan untuk mengeliminir seluruh penggunaan produk atau jasa risiko yang mungkin muncul dari aktivitas perusahaan
operasional
maupun
produk
yang
dihasilkan. Standar Etika juga menyatakan bahwa
Antam
peraturan
menghormati terkait
seluruh
perdagangan
internasional. Pelabelan Produk dan Servis PR2
Deskripsi mekanisme
kebijakan kepatuhan
dan Terkait dengan informasi produk dan terkait
informasi produk dan pelabelan
pelabelan,
seluruh
informasi
yang
disampaikan ke publik terkait korporasi, produk atau jasa yang ditawarkan, adalah akuntabel, informatif dan jelas sesuai dengan Kebijakan Hubungan Eksternal Antam dan bahwa pejabat unit bisnis juga memiliki
tanggungjawab
untuk
memastikan bahwa informasi material terkait produk atau jasa selaras dengan kebijakan Antam.
4.2.2. Pengungkapan Sustainability Reporting PT Freeport Indonesia Laporan berkelanjutan PT Freeport Indonesia (PTFI) berjudul “Nilai Mendasar” yang berisi 54 halaman. PTFI memiliki Kebijakan Lingkungan serta Kebijakan Sosial, Ketenagakerjaan dan HAM sebagai
pedoman
dalam
mencapai
tujuan
pembangunan
berkelanjutan. PTFI telah menanamkan modal sebesar USD 100 Juta untuk berbagai program pembangunan berkelanjutan di Papua selama tahun 2006, termasuk USD 27 Juta untuk pengelolaan lingkungan hidup dan USD 77 Juta untuk pengembangan sosial.
Laporan tersebut mencakup 20 komponen indikator kinerja yaitu 3 komponen indikator kinerja Ekonomi (EC), 7 komponen indikator kinerja Lingkungan (EN), 6 komponen indikator kinerja Tenaga Kerja (LA), 3 komponen indikator kinerja HAM (HR) dan 1 komponen indikator kinerja Masyarakat (SO). Berikut deskripsi Sustainability Reporting PTFI yang dijelaskan pada Tabel 6. Tabel 6. Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Tahun 2006 PT Freeport Indonesia 1. Indikator Kinerja Ekonomi
Kinerja dan Upaya Freeport
Kinerja Ekonomi EC1
Nilai Ekonomi yang dihasilkan Manfaat langsung dari PTFI terdiri dari dan
didistribusikan
secara kontribusi kepada negara yaitu jumlah
langsung, termasuk pendapatan, pajak, royalti, dividen dan retribusi biaya operasi, kompensasi kepada untuk tahun 2006 mencapai sekitar USD karyawan, donasi dan investasi ke 1,6 miliar. Sebagai tambahan, sekitar masyarakat, laba ditahan serta USD 0,2 miliar telah disetorkan pada pembayaran ke penyedia modal triwulan pertama tahun 2007. dan pemerintah.
Pekerjaan langsung dari PTFI bagi hampir 9.000 orang selama tahun 2006. Dari jumlah ini, sekitar 2.400 orang (hampir 27%) adalah orang Papua. Jumlah upah yang dibayarkan PTFI kepada karyawannya mencapai sekitar USD 1,3 miliar sejak tahun 1992.
Dampak Ekonomi Tidak Langsung EC8
Pembangunan dan dampak dari PTFI telah menanamkan modal sebesar investasi infrastruktur dan jasa
lebih
dari
USD
5
miliar
untuk
pembangunan infrastruktur di Papua termasuk kota, bandara udara, jalan, rumah sakit serta sarana lainnya yang dimanfaatkan secara bersama dengan masyarakat. EC9
Memahami dan mendeskripsikan Kontribusi 2,5%, 49% dan 94% masingdampak ekonomi tidak langsung masing bagi PDB (Pendapatan Domestik yang
signifikan,
termasuk Bruto) Indonesia, Provinsi Papua dan
Lanjutan Tabel 6. seberapa jauh dampak dihasilkan
Kabupaten Mimika selama tahun 2006, sebesar lebih daripada 80 triliun bagi PDB nasional, setoran pajak sebesar 2,3% dari APBN dan menyediakan 66% dari
seluruh
dana
pengembangan
masyarakat yang disumbangkan dari sektor pertambangan Indonesia melalui program sosial perusahaan. Memberi kontribusi 1,3% dari jumlah ttal pendapatan rumah tanga secara nasional dan 34% dari jumlah total penapatan rumah tangga di Provinsi Papua. 2. Indikator Kinerja Lingkungan
Kinerja dan Upaya Freeport
Keanekaragaman Hayati EN11
Lokasi
dan
luas
lahan
yang Kawasan wilayah proyek PTFI terletak
dimiliki,
disewakan,
atau di
berdekatan
dengan
yang bersebelahan dengan Taman Nasional
area
Provinsi
Papua,
Indonesia
dan
dilindungi dan area dengan nilai Lorentz, dengan luas 2,5 juta hektar keanekaragaman
hayati
yang yang telah dijadikan lokasi warisan
tinggi di luar area yang dilindungi
dunia
(World
Heritage
Site)
oleh
UNESCO pada tahun 1999. Pada seluruh wilayah Papua Selatan terdapat tingkat endemisme yang tinggi serta tingkat keanekaragaman hayati yang
termasuk
Tertinggi
tertinggi
di
Asia
di
Asia
Tenggara.
Sebagaimana wilayah proyek PTFI, taman tersebut mencakup transek yang terus menerus dan utuh mulai dari pegunungan
yang
tinggi
hingga
lingkungan laut tropis, termasuk daerah rawa yang cukup luas sepanjang pesisir. Tidak ada kegiatan PTFI didalam Taman Nasional Lorentz.
Lanjutan Tabel 6. EN13
Habitat
yang
dilindungi
atau Pada tanggal 28 Agustus 2006, sebanyak
dikembalikan kembali
3.000 ekor labi-labi moncong babi yang akan diselundupkan ke Hongkong untuk dikonsumsi, berhasil diselamatkan PTFI dari Jakarta menuju habitat aslinya di Papua.
EN14
Strategi, aktivitas saat ini dan • PTFI melakukan Pengelolaan Tailing rencana
masa
mengelola
depan
dampak
untuk
yang dikenal dengan nama Pasir Sisa
terhadap
Tambang (SIRSAT)-yaitu sisa pasir
keanekaragaman hayati
tambang
yang
dihasilkan
dari
pengeolahan bijih mineral. • PTFI
melakukan
maupun
audit
eksternal
internal terhadap
lingkungan secara berkala. • Reklamasi dan Penghijauan kembali • Pengelolaan
Overburden
(Batuan
Penutup) dan Air Asam Tambang
EN15
Jumlah spesies IUCN Red List dan Pada
kolonisasi
bakau
telah
spesies yang masuk dalam daftar diidentifikasi 7 spesies tanaman bakau, konservasi nasional dengan habitat 40 spesies kepiting dan udang dan di wilayah yang terkena dampak beberapa siput, kerang, ikan dan cacing operasi,
risiko laut Polychaentes.
berdasarkan
kepunahan Emisi, Efluen dan Limbah EN24
Berat
dari
limbah
ditransportasikan, diekspor
atau
yang Program minimalisasi limbah meliputi diimpor, pengurangan dan pengantian dengan
diolah
yang produk yang ramah lingkungan.
diklasifikasikan
berbahaya • Wadah
berdasarkan
Convetion
curah, wadah limbah oli, tempat
Annex I, II, III dan VIII, dan
penyimpanan kertas bekas dan ban
persentase limbah yang dikapalkan
bekas
secara internasional
kembali setempat dengan cara yang
Basel
seperti
kontainer
seluruhnya
ramah lingkungan.
barang
dimanfaatkan
Lanjutan Tabel 6. • Bahan yang dapat didaur ulang seperti aluminium, besi tua dan baterai
bekas
dkumpulkan
dan
disimpan dalam lokasi penyimpanan sementara untuk didaur ulang atau dipindahkan
sesuai
persyaratan
peraturan pemerintah Indonesia. • Limbah B3 yang ditimbulkan oleh pekerjaan pengujian emas (assay) terhadap sampel bijih, labratorium analitik serta proses lainnya dikelola sesuai peraturan yang berlaku. • Limbah medis dipisahkan dari limbah lain dan
dikemas
dalam wadah
khusus untuk dimusnahkan dalam tungku
pembakaran
(incenerator)
limbah medis khusus beremperatur tinggi yang harus memiliki izin, yang berada di lokasi PTFI. • Limbah padat lainnya dibuang di 3 lokasi
yang
telah
diperuntukkan
khusus, termasuk TPA untuk limbah yang tidak terbakar (inert waste) serta TPA yang mampu diurai (biodegrable wastes) yang diberi lapisan dan dilengkapi
dengan
sistim
pengumpulan dan pengolahan air lindi. EN25
Identitas,
ukuran,
status Pada tahun 2006, PTFI memantau mutu
perlindungan
dan
nilai air di lebih 200 lokasi yang tersebar
keanekaragaman
dari
hubungan signifikan
habitat
air
dan pada
seluruh
wilayah
proyek,
dengan mengumpulkan hampir 6.000 sampel air, serta melakukan hampir 45.000 analisa terhadap mutu air. PTFI telah memantau
lebih
dari
100
lokasi
Lanjutan Tabel 6.
pengambilan sampel nekton, benths, plankton maupun invertebarata bakau dalam rangka program biota air. Data dari pengambilan sampel tersebut tetap menunjukkan bahwa estuaria di bagian hilir kawasan pengendapan sirsat merupakan ekosistem yang berfungsi, berdasarkan jumlah spesies yang ada maupun
jumlah
spesimen
yang
terkumpul terdiri dari makhluk nektonik atau perenang bebas seperti ikan, udang dan fauna perairan hutan bakau. Produk dan Jasa EN26
Inisiatif
untuk
meringankan Program jangka panjang pemantauan
dampak lingkungan dari produk lingkungan dan
jasa,
dampaknya
dan
seberapa
jauh evalusi
hidup
PTFI
potensi
melakukan
dampak
yang
ditimbulkan oleh kegiatannya dengan secara rutin mengukur mutu air, biologi, hidrologi, sedimen, mutu udara maupun meteorologi secara berkala. Pada tahun 2006, secara keseluruhan program pemantauan tersebut mencakup pengumpulan
hampir
7.500
sampel
lingkungan hidup serta analisa terhadap 53.000 sampel, termasuk biota air, jaringan biota air, jaringan tumbuhan, air tambang, air permukaan, air bawah tanah, air limbah sanitasi, sedimen sungai dan sirsat. PTFI
tidak
menggunakan
merkuri
maupun sianida dalam setiap proses yang
dilakukan,
melainkan
menggunakan proses flotasi yang secara fisik
memisahkan
mineral
yang
mengandung tembaga dan emas dari
Lanjutan Tabel 6. bijih. 3. Indikator Praktik Tenaga Kerja dan Kinerja dan Upaya Freeport Kinerja Pekerja yang Layak Tenaga Kerja LA1
Komposisi jumlah tenaga kerja Pekerja langsung PTFI hampir 9.000 berdasarkan tipe pekerjaan dan orang pada tahun 2006. Dari jumlah lokasi
tersebut, sekitar 2.400 orang adalah asal Papua.
Penyediaan
pekerjaan
bagi
karyawan perusahaan kontraktor dari privatisasi dan perusahaan lainnya yang menyediakan jasa bagi PTFI, berjumlah 10.700 karyawan, artinya jumlah orang yang bekerja atau menyediakan jasa bagi kegiatan PTFI seluruhnya sebanyak kurang lebih 19.700 orang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja LA5
Praktik, pencatatan dan notifikasi Keselamatan merupakan pioritas utama kecelakaan kerja serta kesehatan
di
PTFI.
Kebijakan
ini
diimplementasikan di seluruh Sistim Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Freeport, yang juga diterapkan pada
perusahaan
kontraktor
dan
privatisasi yang menjadi rekanan PTFI di Papua. LA6
Persentase dari total angkatan Menyangkut lebih dari 19.000 pekerja kerja
yang
direpresentasikan pada kegiatan pertambangan dan pabrik
dalam manajemen formal-serikat pengolahan, arus bijih dan pemrosesan, kesehatan pekerja dan keselamatan instalasi pembangkit listrik, transportasi yang membantu memonitor dan darat, penerbangan, kegiatan pelabuhan memberikan saran dalam program dan kapal laut, perkotaan, asrama dan kesehatan dan keselamatan LA7
hotel.
Tingkat dan jumlah kecelakaan, Selama tahun 2006, tingkat kerugian jumlah hari hilang, dan tingkat waktu akibat cidera pada setiap 200.000 absensi, termasuk subkontraktor
jam kerja di PTFI adalah 0,10 , yang merupakan
sebuah
perbaikan
bila
Lanjutan Tabel 6.
dibandingkan dengan jumlah di tahun 2005 dan merupakan prestasi yang sangat baik dibandingkan angka ratarata industri penambangan logam di AS dan perusahaan tambang lainnya untuk tahun 2005, yaitu sebesar 2,15. Total tingkat cedera menjadi 0,31. Pendidikan dan Pelatihan LA9
Rata-rata jam pelatihan per tahun Pelatihan per karyawan
merupakan bagian sangat
penting dari program pengembangan PTFI. Pada tahun 2006, Departemen Pelayanan Manajemen Mutu (Quality Management
Services
Departement)
menyediakan lebih dari 7 juta jam pelatihan bagi sekitar 15.000 pesertakenaikan 16% dari jumlah jam pelatihan pada tahun 2005. LA11
Program keahlian manajemen dan Dalam rangka pengembangan SDM jangka panjang yang mendukung warga asal Papua, pada tahun 2003 PTFI kemampuan pekerja selanjutnya mendirikan dan
melindungi
dalam
mengelola
para
Institut
Pertambangan
pekerja Nemangkawi. Sasaran Institut tersebut
akhir
dari adalah menyediakan peluang program Pra-Magang,
karirnya
Magang
serta
pengembangan lanjut jenjang karir bagi ratusan warga Papua setiap tahunnya. Pada tahun 2006, lebih dari 1000 warga Papua terdaftar pada program PraMagang dan Magang. 4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia
Kinerja dan Upaya Freeport
Strategi dan Manajemen HR1
Persentase dan total jumlah dari Freeport-McMoran Copper&Gold Inc. perjanjian
investasi
yang (FCX) bersama PTFI telah membangun
signifikan meliputi klausa hak komitmen
yang
kokoh
dan
tegas
asasi manusia atau sesuai dengan terhadap masalah HAM. Komitmen hak asasi manusia
tersebut dituangkan dalam Kebijakan
Lanjutan Tabel 6. Sosial, Ketenagakerjaan dan HAM yang secara resmi diterapkan oleh Dewan
Direksi
Copper&Gold Komisaris
Freeport-McMoran
Inc.
PTFI-
maupun yang
Dewan
mewajibkan
untuk melaksanakan operasi perusahaan sesuai
Deklarasi
Universal
tentang
HAM. HR3
Total jam dari pelatihan karyawan Selama
tahun
2006,
PTFI
telah
dalam kebijakan dan prosedur menyelenggarakan pelatihan mengenai mengenai aspek hak asasi manusia Kebijakan Sosial, Ketenagakerjaan dan yang relevan untuk beroperasi, HAM bagi lebih dari 5000 karyawan. meliputi persentase dari pekerja yang dilatih Tenaga Kerja Wajib dan Terpaksa HR8
Persentase
pelatihan Karyawan pengamanan sipil PTFI (yang
dari
keamanan
personel
kebijakan
perusahaan
dalam berjumlah sekitar 675 orang) tidak atau menyandang senjata dan menjalankan
prosedur mengenai aspek hak asasi tugas-tugasnya sejalan dengan peran manusia relevan untuk beroperasi
mereka
selaku
petugas
keamanan
internal. Pada tahun 2006, total biaya untuk
departemen
keamanan
sipil
internal tersebut adalah sebesar USD 15,3 Juta (USD 14,2 Juta neto bagi PTFI). Departemen keamanan tersebut telah diberi pelatihan dalam bidang HAM dan setiap anggotanya diwajibkan membuat
pernyataan
mengenai
kepatuhannya pada kebijakan HAM. 5. Indikator Kinerja Masyarakat
Kinerja dan Upaya Freeport
Masyarakat SO1
Deskripsi kebijakan pengelolaan PTFI dampak
bagi
melakukan
yaitu
masyarakat, kompensasi yang dibayarkan kepada
termasuk sistem pengawasan yang masyarakat ada
rekognisi
atas
pelepasan
hak
masyarakat adat (hak ulayat). Ada 2
Lanjutan Tabel 6. program rekognisi jangka panjang yang tengah berlangsung di daerah dataran tinggi dan dataran rendah.
4.2.3. Pengungkapan Sustainability Reporting PT Internasional Nickel Indonesia Tbk PT Internasional Nickel Indonesia Tbk telah melakukan program pemberdayaan masyarakat sejak tahun 1975. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen PT Internasional Nickel Indonesia, Tbk untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan sosial. Laporan Berkelanjutan PT Internasional Nickel Indonesia Tbk tahun 2006 berjudul Kisah dari Ranah Sulawesi Laporan Pembangunan Berkelanjutan dan Lingkungan Hidup berisi 24 halaman. Laporan tersebut lebih banyak memaparkan mengenai aktivitas pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan PT Internasional Nickel Indonesia Tbk di tahun 2006 sehingga hanya sedikit komponen dari G3 GRI Guidelines yang termasuk didalamnya. Hanya terdapat 5 komponen indikator kinerja yaitu 2 komponen kinerja Ekonomi (EC) dan 3 komponen kinerja Lingkungan (EN). Berikut deskripsi Sustainability Reporting PT Internasional Nickel Indonesia Tbk yang dijelaskan pada Tabel 7. Tabel 7. Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Tahun 2006 PT Internasional Nickel Indonesia Tbk 1. Indikator Kinerja Ekonomi
Kinerja dan Upaya Inco
Kinerja Ekonomi EC1
Nilai ekonomi yang dihasilkan dan Perusahaan telah membayar sebesar didistribusikan
secara
langsung, US$ 136 juta dalam bentuk pajak,
termasuk pendapatan, biaya operasi, deviden, royalti dan pungutan resmi kompensasi
kepada
karyawan, lainnya.
Di
tahun
2006,
terjadi
donasi dan investasi ke masyarakat, peningkatan penerimaan negara sebesar laba ditahan serta pembayaran ke US$ 171 juta. Pemberian dana sekitar penyedia modal dan pemerintah
US$ 236 Juta untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Sorowako dan sekitarnya
Lanjutan Tabel 7. Dampak Ekonomi Tidak Langsung EC9
Memahami dan mendeskripsikan Inco turut mendorong pertumbuhan dampak ekonomi tidak langsung sektor
ekonomi
yang
lebih
luas.
yang signifikan, termasuk seberapa Penyerapan tenaga kerja dari kegiatan jauh dampak dihasilkan
pertambangan mencapai sekitar 2.464 orang
2. Indikator Kinerja Lingkungan
Kinerja dan Upaya Inco
Air EN9
Sumber Air yang Terpengaruh
Meskipun limbah air hasil tambang dialirkan ke danau, kualitasnya lebih baik dari batas aman yang ditetapkan pemerintah, setelah pengendapan lagi,
Inco
melalui proses
sebelumnya.
Terlebih
memenuhi
standar
pemerintah untuk Krom Bervalensi VI Keanekaragaman Hayati EN14
Strategi, aktivitas saat ini dan Memulihkan kembali ekosistem dan rencana mengelola
masa
depan
dampak
keanekaragaman hayati
untuk tegakan tanaman seperti sedia kala terhadap sehingga
ragam
flora
dan
fauna
endemik Sulawesi seperti Anoa tetap terjaga
Emisi, Efluen dan Limbah EN18
Inisiatif untuk mengurangi emisi Seluruh Stack, Dryers, Kilns, Converter gas rumah kaca dan pengurangan dan Furnace No. 3 telah memenuhi yang berhasil dilakukan
persyaratan emisi pada akhir tahun 2006. Sejak pemasangan peralatan pengontrol debu pada Furnace No. 3 pada pertengahan tahun 2005, emisi telah berkurang jauh dibawah 50 mm/meter kubik. Perusahaan juga telah memajang alat penangkap debu di Furnace No. 4, yang membuat emisi turun ke bawah nilai ambang batas
4.2.4. Pengungkapan Sustainability Reporting PT Kaltim Prima Coal Laporan Keberlanjutan PT Kaltim Prima Coal Tbk tahun 2006 adalah laporan keempat yang telah dikeluarkan perusahaan. KPC menggunakan
pihak
independen
untuk
mengaudit
dan
memverifikasi laporan keberlanjutannya yaitu oleh SGS Indonesia System and
Service
Certification.
Laporan tersebut
telah
memenangkan Indonesian Sustainability Reporting Award 2006, kategori The Best Sustainability Reporting. Laporan Pembangunan Berkelanjutan PT Kaltim Prima Coal Tbk mengacu pada indikator GRI G3 Guideliness tahun 2006. Laporan ini berisi 52 halaman yang mencakup 70 komponen indikator kinerja yaitu 3 komponen Kinerja Ekonomi (EC), 29 komponen Kinerja Lingkungan (EN), 12 komponen Kinerja Tenaga Kerja (LA), 9 komponen Kinerja Hak Asasi Manusia (HR), 8 komponen Kinerja Masyarakat (SO) dan 9 komponen Kinerja Tanggung Jawab Produk (PR) komponen-komponen indikator kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan. Berikut deskripsi Sustainability Reporting PT Kaltim Prima Coal Tbk yang dijelaskan pada Tabel 8. Tabel 8. Laporan Keberlanjutan Tahun 2006 PT Kaltim Prima Coal 1. Indikator Kinerja Ekonomi Kinerja dan Upaya KPC Kinerja Ekonomi EC1 Nilai ekonomi yang dihasilkan Dana investasi KPC dan
didistribusikan
secara 23.055.719,77
untuk
US$ bidang
termasuk infrastruktur, pembelian alat-alat berat. KPC
langsung, pendapatan,
operasi, telah membayar royalti batu bara sebesar US$
biaya
kompensasi kepada karyawan, donasi
digunakan
sebesar
dan
investasi
239,64 juta kepada pemerintah. Pajak tahun
ke 2006 mencapai Rp 1.377 triliun (terhitung sejak
masyarakat, laba ditahan serta tanggal pembayaran
ke
penyedia
modal dan pemerintah
13
September
2006,
KPC
dan
perusahaan lain yang tergolong dalam PKP2B generasi
pertama,
telah
dibebaskan
dari
pembayaran pajak ekspor). EC2
Dampak keuangan dan risiko
Pengaruh curah hujan terhadap produksi KPC
lainnya dan kesempatan bagi
tidak berdampak secara langsung terhadap
aktivitas perusahaan akibat
keuangan perusahaan namun secara langsung
Lanjutan Tabel 8. perubahan iklim
berdampak pada jumlah batu bara yang dihasilkan. Saat ini, harga batu bara dunia (spot market) memiliki kecenderungan untuk naik, sehingga dapat mengimbangi perubahan produksi akibat perubahan cuaca tersebut.
EC3
Cakupan program tunjangan
Pada tahun 2006, KPC mempekerjakan 3.645 karyawan yang berasal dari berbagai daerah. Untuk mempekerjakan karyawan tersebut, KPC telah mengeluarkan dana sebesar US$ 56,89 juta.
Dana
tersebut
digunakan
untuk
pembayaran gaji, bonus, THR, pengobatan, akomodasi dan benefit lainnya. EC4
Bantuan
keuangan
pemerintah
dari Dalam menjalankan kegiatan pembangunannya selama ini, KPC tidak menerima bantuan keuangan dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah.
Keberadaan Pasar EC5 Rasio-rasio Upah Awal
Jika dilihat dari perbandingan upah karyawan, KPC
memberikan
gaji
pada
karyawan
perusahaan sebesar 19,8 % lebih tinggi dari Upah Minimum Sektor Kabupaten (UMSK) Kutai Timur untuk sektor batu bara. Jika dibandingkan dengan standar gaji daerah, KPC memberikan gaji pada karyawan perusahaan sebesar 70,1 % diatas Upah Minimum Regional (UMR). EC6
Pemakaian Pemasok Lokal
Dalam menjalankan operasinya, KPC didukung oleh 206 supplier barang dan 120 kontraktor pelayanan jasa. Dari jumlah tersebut, 96 supplier (atau 47%) merupakan supplier lokal dan 92 kontraktor (atau 77%) merupakan kontraktor lokal.
EC7
Pemakaian tenaga lokal dan Komposisi proporsi
dari
tenaga
kerja
lokal
yang
manajemen dipekerjakan oleh PT Dharma Henwa sebagai
Lanjutan Tabel 8. senior
kontraktor utama KPC di Bengalon. Total tenaga kerja Non Lokal sebesar 1981 orang, Bengalon sebesar 1529 orang, dan Nasional sebesar 3510 orang.
Dampak Ekonomi Tidak Langsung EC8 Pembangunan dan dampak Pengembangan infrastruktur masyarakat oleh dari investasi infrastruktur dan KPC bersama pemerintah setempat melalui jasa
dana kemitraan dengan dinas Pekerjaan Umum, dengan melakukan perbaikan fasilitas umum, olahraga, perbaikan jalan, semenisasi gang, pembuatan drainase dan pengadaan tempat sampah serta pengadaan sumur bor dan program air bersih untuk sanitasi lingkungan, dengan jumlah keseluruhan mencapai 50 proyek. Selain itu, penyediaan bangunan sekolah dasar sebanyak 12 lokal kelas di kawasan Munthe yang diperuntukkan bagi anak karyawan namun juga masyarakat sekitar.
EC9
dan Pengaruh curah hujan terhadap produksi KPC
Memahami mendeskripsikan
dampak tidak berdampak secara langsung terhadap
ekonomi tidak langsung yang keuangan perusahaan namun secara langsung signifikan, termasuk seberapa berdampak pada jumlah batu bara yang jauh dampak dihasilkan
dihasilkan. Berdasarkan hasil sementara studi input-output BPS tahun 2005, dampak kegiatan KPC terhadap total output perekonomian di Kutai Timur mencapai Rp 19,6 triliun. Dari jumlah tersebut,
dampak
terhadap
Kutai
Timur
mencapai Rp 13,6 triliun. Operasional KPC juga
menciptakan
pendapatan
masyarakat
keseluruhan sebesar Rp 1,6 triliun, dimana Rp 550
miliar
diantaranya
dinikmati
oleh
masyarakat Kutai Timur. Dan dari jumlah tersebut, Rp 380 miliar diantaranya dinikmati oleh masyarakat yang bekerja di sektor
Lanjutan Tabel 8. ekonomi lainnya. Jumlah tenaga kerja yang terserap akibat operasional KPC mencapai 142.988 orang. 2. Indikator Kinerja Lingkungan Kinerja dan Upaya KPC Bahan EN1 Penggunaan material dengan Jenis Material : berat atau volume
• Amonium Nitrat : sebagai bahan peledak, berjumlah 97,03 ton • Magnetite : untuk pencucian batu bara, berjumlah 1.055 ton • Flocculant :
untuk pencucian batu bara,
berjumlah 32,10 ton • Lime : untuk pencucian batu bara, berjumlah 248 ton • Solar : sebagai bahan bakar, berjumlah 419.178,30 KL • Oli : sebagai pelumas, berjumlah 2.845 KL • Bensin : sebagai bahan bakar, berjumlah 770,5 KL • Limbah kertas yang berasal dari kantorkantor dikumpulkan dan diolah sebagai bahan
baku
kompos
(untuk
kegiatan
reklamasi). EN2
Persentase dari penggunaan Pelumas bekas (used oil) yang dihasilkan oleh material yang didaur ulang KPC dari input material
dimanfaatkan
untuk
bahan
bakar
pembantu dalam peledakan (ANFO-emulsi) dengan komposisi yang diizinkan 75% pelumas bekas dan 25% solar baru. KPC telah memiliki izin dari Menteri Negara Lingkungan Hidup. Pelumas bekas yang tidak digunakan
untuk
bahan bakar pembantu, dikumpulkan di areal penyimpanan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) di Tanjung Bara, untuk kemudian dikirim ke pengelola oli bekas berizin. Pada tahun 2006,
terlihat peningkatan yang
Lanjutan Tabel 8. signifikan yaitu sekitar 3.255.000 L (68%) dari total oli bekas yang diproduksi oleh KPC telah digunakan sebagai campuran bahan peledak. Energi EN3
Energi
langsung
yang Untuk memenuhi keperluan energi listrik yang
digunakan
dibutuhkan,
KPC
mengoperasikan
PLTU
berkapasitas 2 x 5 MW dan beberapa genset pendukung. Konsumsi keseluruhan pada tahun 2006 adalah 98.205,69 MWh (sumber listrik dari PLTU KPC sebesar 66.886, 80 MWh dan Genset 31.318,89 MWh). EN5
Energi yang disimpan untuk Pengelolaan oli bekas yang baik sebagai bagian konservasi
dan
efisiensi dari upaya konservasi energi, abu batu bara (fly
perbaikan
ash dan bottom ash) sisa pembakaran dari PLTU dikumpulkan di areal penyimpanan limbah B3 di Tanjung Bara untuk uji coba pemanfaatan abu batu bara sebagai subtitusi pasir, concrete dan subtitusi semen sesuai dengan izin yang tertera Surat Tidak Keberatan Deputy
IV
MENLH
no.
B-4045/2006
tertanggal 29 Juni 2006. EN6
Inisiatif untuk menyediakan KPC produk
dan
jasa
menggunakan efisien
energi
atau
melakukan
pembukaan
lahan
dan
yang reklamasi lahan bekas tambang. Area seluas yang 1.469,17
sumberdaya
hektar
dibuka
untuk
kegiatan
penambangan termasuk daerah penimbunan
terbarukan, serta pengurangan batuan penutup.Reklamasi areal bekas tambang kebutuhan penggunaan energi di Sengata dan Bengalon pada tahun 2006 sebagai dampak dari inisiatif mencapai total seluas 248,08 hektar, dibawah ini
rencana
seluas
301,63
hektar
(realisasi
reklamasi 84%). Peningkatan penggunaan
oli
bekas
yang
signifikan menunjukkan adanya pengurangan penggunaan bahan oli sebagai pelumas. EN7
Inisiatif konsumsi
untuk
mengurangi Melakukan pembukaan lahan dan reklamasi
energi
tidak lahan bekas tambang.
Lanjutan Tabel 8. langsung Air EN8
Total penarikan air
Pengambilan air permukaan dan air tanah di Air Sungai Sengata sebesar 2.265.222 meter kubik dan Sumur bor Tanjung Bara sebesar 490.982 meter kubik. Sehingga total pemakaian air baku adalah sebesar 2.756.204 meter kubik.
EN9
Sumber air yang terpengaruh Seluruh oleh penarikan air
air
keluaran
dari
kegiatan
penambangan dikelola melalui kolam-kolam pengendap serta upaya pengapuran apabila diperlukan. Setiap keluaran dipantau secara rutin untuk mengetahui kualitas airnya. Untuk memastikan pemenuhan standar kualitas air yang keluar dari kegiatan penambangan, upaya perbaikan terus dilakukan seperti pengerukan sedimen, pengendap
peningkatan dan
kapasitas
kolam
pembangunan
kolam
pengendap baru. Upaya tersebut dilakukan KPC untuk mengurangi dampak dari air keluaran dari kegiatan tambang. EN10
Persentase dan total volume Untuk proses pencucian batu bara di CPP dan dari pemakaian ulang air dan kegiatan penyiraman jalan tambang dan areal CPP menggunakan air dari kolam pengendap
penggunaan kembali
secara daur ulang. Keanekaragaman Hayati EN11 Lokasi dan luas lahan yang Penggunaan dimiliki,
disewakan,
lahan
untuk
kegiatan
atau pertambangan KPC yaitu Area Konsesi seluas
berdekatan dengan area yang 90.938 ha, Area Tambang seluas 7.505 ha, dilindungi dan area dengan Area Infrastruktur seluas 326,43 ha dan Area nilai keanekaragaman hayati rehabilitasi seluas 2.575,08 ha. yang tinggi di luar area yang dilindungi EN12
Deskripsi
dari
dampak Penambangan terbuka akan mengakibatkan
signifikan yang ditimbulkan perubahan rona awal lingkungan termasuk oleh aktivitas, produk dan jasa punahnya keanekaragaman hayati. Dampak pada keanekaragaman hayati terhadap keberadaan flora dan fauna :
Lanjutan Tabel 8. yang ada di wilayah yang
•
dilindungi serta area dengan
kehilangan habitat satwa liar terutama
nilai keanekaragaman hayati
yang dilindungi.
di
luar
wilayah
yang
•
dilindungi EN13
Terbukanya akses lepada perburuan dan
Terganggunya populasi flora, khususnya yang bernilai endemik/langka.
Habitat yang dilindungi atau Kelompok tanaman spesies endemik berjumlah dikembalikan kembali
13 spesies, buah-buahan berjumlah 4 spesies dan tanaman lokal / asli Kalimantan berjumlah 69 spesies, sehingga terdapat total 86 spesies. KPC telah melakukan suvey dan budidaya ikan lokal di kolam bekas tambang (Kolam DS2), jenis spesiesnya yaitu ikan dan udang-udangan.
EN14
Strategi, aktivitas saat ini dan
•
KPC bekerjasama dengan tim UNMUL
rencana masa depan untuk
untuk melaksanakan survey flora dan
mengelola dampak terhadap
fauna pada daerah rencana penambangan 5
keanekaragaman hayati
tahun ke depan. Sebanyak 98 spesies flora dan 98 spesies fauna yang tercatat dalam survey tersebut dengan luas lahan sebesar 4.225,07 ha. •
Pemantauan flora yang tumbuh di areal reklamasi
dilakukan
oleh
karyawan
Departemen Lingkungan, yang meliputi tinggi tanaman, diameter dan kesehatan tanaman. Sebanyak 95 spesies tanaman telah tercatat dari hasil pemantauan di areal reklamasi seluas 215,82 ha. •
Pemantauan fauna telah dilakukan oleh tim dari Pusat Penelitian hutan Tropis (PPHT) Samarinda di areal reklamasi Gajah Hitam, Albaret Hatari, D2 Surya, dan DS2 Dump dengan total luas 120,55 ha.Dari
hasil
pemantauan
tersebut
ditemukan berbagai spesies satwa dari jenis mamalia, burung (22 spesies), reptil
Lanjutan Tabel 8. dan amphibi, serta kupu-kupu (42 spesies) dan capung (35 spesies). EN15
Jumlah spesies IUCN Red List
Spesies endemik yaitu Shorea balangeran,
dan spesies yang masuk dalam Shorea johorensis, Shorea daftar
konservasi
leprosula, Shorea
nasional macrophila, Shorea paquiteana, Shorea seminis,
dengan habitat di wilayah Shorea
smithiana,
yang terkena dampak operasi, Eusideroxylon berdasarkan risiko kepunahan
Shorea
solanica,
swageri, Durio acutifolius,
Diospyros borneensis, Oroxylon, dan Durio kutejensis (13 spesies).
Emisi, Efluen dan Limbah EN16 Total emisi gas rumah kaca langsung dan tidak langsung
Sumber PLTU •
Nox : dengan baku mutu 850 mg/m3, cerobong 1 mengandung 371 mg/m3 dan 290
mg/m3
sedangkan
cerobong
2
mengandung 207 mg/m3 dan 302 mg/m3. •
Sox : dengan baku mutu 750 mg/m3, cerobong 1 mengandung 398 mg/m3 dan 326
mg/m3
sedangkan
cerobong
2
mengandung 268 mg/m3 dan 348 mg/m3. EN17
Emisi gas rumah kaca tidak Sumber Genset emisi gas lainnya yaitu NH3, langsung yang relevan lainnya
Cl2, HF, HCl, NO2, SO2, H2S, Hg, As, Sb, Cd, Zn, dan Pb.
EN18
Inisiatif
untuk
mengurangi Upaya pengelolaan udara yang timbul dari
emisi gas rumah kaca dan kegiatan penambangan dilakukan dengan cara pengurangan dilakukan
yang
berhasil yaitu penyiraman jalan tambang dengan truk air, penanaman pohon di daerah industri, memodifikasi
dan
menambah
peralatan
penyemprot debu (dust suppression system) di lokasi pemroresan batu bara (CPP), serta perawatan stasiun pembangkit listrik dan cerobong PLTU. Hasil pemantauan kualitas
udara ambien
(ambient air monitoring) dan pemantauan emisi udara dari cerobong PLTU dan cerobong genset menunjukkan hasil yang memenuhi
Lanjutan Tabel 8. baku mutu selama tahun 2006. EN19
Emisi pengurangan ozon
Upaya pengelolaan udara yang timbul dari kegiatan penambangan dilakukan dengan cara yaitu penyiraman jalan tambang dengan truk air, penanaman pohon di daerah industri, memodifikasi
dan
menambah
peralatan
penyemprot debu (dust suppression system) di lokasi pemroresan batu bara (CPP), serta perawatan stasiun pembangkit listrik dan cerobong PLTU. EN20
Tipe dan berat NOx, SOx dan Nox dengan baku mutu 850 mg/m3, Sox emisi udara yang sinifikan dengan baku mutu 750 mg/m3, NH3 dengan lainnya
baku mutu 0,5 mg/m3, CL2 dengan baku mutu 10%, HF dengan baku mutu 10 mg/m3, HCl dengan baku mutu 5 mg/m3, NO2 dengan baku mutu 1000 mg/m3, SO2 dengan baku mutu 800 mg/m3, H2S dengan baku mutu 35 mg/m3.
EN21
Total pembuangan air dengan Kolam Endapan Tambang Sengata : kualitas dan tujuannya
• Tujuan Sungai Sengata yaitu Melawan South (Titik keluaran air : Melaso), Kedapat (Titik keluaran air : WQ06), Villa Pond (Titik keluaran air : WQ27D), Sisi Danau (Titik keluaran air : WQ33), Kenyamukan-2 (Titik keluaran air : Keny-2),dan Pit J Sump 4 (Titik keluaran air : Pit J Sump 4). • Tujuan Sungai Pinang Bengalon yaitu Northlist (Titik keluaran air : WQ47) • Tujuan Laut Tanjung Bara yaitu Kolam Pengendap terminal batubara utara dan selatan (Titik keluaran air : WQ19). Kolam Endapan Tambang Bengalon : • Tujuan Sungai Lembak yaitu NWD1 (Titik keluaran air : NWD1), NMW2 (Titik keluaran air : NMW2), Keluu (Titik keluaran air : Keluu), Penebaran (Titik
Lanjutan Tabel 8. keluaran air : Penebaran) dan Kelawitan (Titik keluaran air : Kelawitan). EN22
Total berat dari limbah dengan • tipe dan metode penjualan
•
Pelumas Bekas : Alat berat, 4.755.000 Liter Majun Terkontaminasi : Bengkel, 440.072 Kg
•
Filter Bekas : Alat Berat, 258.054 Kg
•
Lumpur Beroli : Oli Interceptor, 234 m3
•
Baterai Bekas : Bengkel, 708 Buah
•
Abu Batubara : PLTU, 8.135 m3
•
Abu Pembakaran Insinerator : Insinerator , 14.076 Kg
•
H2O2 (Hidrogen Peroksida) : Laboratorium, 18.600 Liter
•
Limbah Medis : Klinik, 260 Kg
•
Ban Bekas : Alat Berat, 565 Buah
•
Limbah
Umum
:
Kantor/Bengkel,
213.791,20 m3 EN23
Total jumlah dan volume dari Selama tahun 2006 tidak terjadi tumpahan oli tumpahan yang signifikan
atau minyak yang masuk dalam kategori signifikan.
Hal ini
dimungkinkan karena
adanya suatu kontrol dengan standar yang tertuang dalam ”Hydrocarbon Management Handbook”
dan
“Waste
Management
Handbook”. EN24
Berat
dari
limbah
ditransportasikan,
yang •
diimpor,
Pelumas Bekas : Alat berat, Pemanfaatan internal KPC dan pihak ketiga
diekspor atau diolah yang •
Majun Terkontaminasi : Bengkel, Insinerasi
berbahaya • berdasarkan Basel Convetion •
Filter Bekas : Alat Berat, Insinerasi
Annex I, II, III dan VIII, dan
Bioremediasi
persentase
Baterai Bekas : Bengkel, Pihak Ketiga
diklasifikasikan
dikapalkan internasional
limbah
yang • secara • •
Lumpur
Beroli
:
Oli
Interceptor,
Abu Batubara : PLTU, Pemanfaatan Abu Pembakaran Insinerator : Insinerator , Pihak Ketiga
Lanjutan Tabel 8. •
H2O2 (Hidrogen Peroksida) : Laboratorium, Pihak Ketiga
•
Limbah Medis : Klinik, Insinerasi
•
Ban Bekas : Alat Berat, Struktur pengendali erosi
•
Limbah Umum : Kantor/Bengkel, Dikirim ke TPA
EN25
Identitas,
ukuran,
perlindungan
dan
status Seluruh
air
keluaran
dari
kegiatan
nilai penambangan dikelola melalui kolam-kolam
keanekaragaman dari air dan pengendap serta upaya pengapuran apabila hubungan
habitat
signifikan
dengan diperlukan. Setiap keluaran dipantau secara rutin untuk mengetahui kualitas airnya. Untuk memastikan pemenuhan standar kualitas air yang keluar dari kegiatan penambangan, upaya perbaikan terus dilakukan seperti pengerukan sedimen, pengendap
peningkatan dan
kapasitas
kolam
pembangunan
kolam
pengendap baru. Upaya tersebut dilakukan KPC untuk mengurangi dampak dari air keluaran dari kegiatan tambang. Produk dan Jasa EN26 Inisiatif untuk meringankan Produk batubara KPC yaitu Batubara Prima, dampak
lingkungan
dari Pinang dan Melawan memiliki kualitas yang
produk dan jasa, dan seberapa baik dan bermutu tinggi. Sehingga tidak jauh dampaknya
berdampak buruk bagi
lingkungan.
melakukan
terhadap
pemantauan
KPC
kualitas
produk. Sebagai bagian dari program ini, KPC telah
membentuk
Departemen
Teknologi
batubara yang memfokuskan diri pada : • Pengelolaan
Manajemen
Kualitas
dan
Kuantitas batubara • Pemasaran Teknis Hingga saat ini belum pernah terjadi adanya keluhan dari konsumen mengenai penggunaan
Lanjutan Tabel 8. produk KPC. EN27
Persentase
dari
reklamasi Terdapat 565 ban bekas yang berasal dari alat
produk yang telah terpakai
berat telah digunakan pada sistem drainage (drop structure) di areal reklamasi.
Kepatuhan EN28 Denda
dan
total
sanksi Tidak terdapat pelanggaran undang-undang
terhadap pelanggaran undang- lingkungan. undang
lingkungan
dan
regulasi Keseluruhan EN30 Jumlah
biaya
lingkungan
dan
untuk Total biaya pengelolaan lingkungan yaitu investasi sebesar USD 28.277.136.
berdasarkan jenis kegiatan 3. Indikator Praktik Tenaga Kerja dan Kinerja dan Upaya KPC Kinerja Pekerja yang Layak Tenaga Kerja menjalani operasinya, LA1 Komposisi jumlah tenaga Dalam kerja
berdasarkan
KPC
tipe memperkerjakan 3.645 karyawan. Berdasarkan status kepegawaian : permanen sebanyak 3.338
pekerjaan dan lokasi
orang dan kontrak sebanyak 297 orang. Sedangkan berdasarkan asalnya : Indonesia sebanyak 3.635 orang dan Ekspatriat sebanyak 21 orang. LA2
Penciptaan
lapangan
kerja
Turnover karyawan berdasarkan jenis kelamin
neto dan rata-rata turnover yaitu pria sebanyak 95 orang dan wanita 10 orang sedangkan berdasarkan asalnya yaitu
berdasarkan unit
Indonesia sebanyak 105 orang dan Ekspatriat sebanyak 5 orang. LA3
Persentase
karyawan
yang Tercatat ada lima Serikat Pekerja dan Serikat
diwakili oleh serikat pekerja
Buruh yang aktif di KPC dengan keanggotaan
independen
sebagai berikut : • KORPPRA : 1058 orang • SPKEP : 650 orang • SBSI : 756 orang • PPMI : 221 orang • SPK : 600 orang
Lanjutan Tabel 8. • Anggota bebas (tidak terikat) : 353 orang Tenaga Kerja / Hubungan Manajemen LA4 Kebijakan dan prosedur terkait informasi,
konsultasi
Seluruh
karyawan
KPC
termasuk
level
dan manajemen diatur hak dan kewajibannya dalam
negosiasi dengan karyawan Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Dalam PKB terkait
dengan
perubahan tahun 2005-2007, ada beberapa item perubahan
pekerjaan
sebagai hasil perundingan, tunjangan shift, uang
perumahan,
tunjangan
hari
raya
keagamaan, bantuan penguburan, uang cuti, penghargaan masa kerja dan program pensiun. Kesehatan dan Keselamatan Kerja LA5 Praktik, pencatatan dan KPC berkomitmen untuk selalu notifikasi
kecelakaan
kerja
kesehatan
dan
keselamatan
menjaga
karyawannya.
serta kesehatan sesuai Kode Berbagai aturan telah diberlakukan untuk ILO Code of Practice
mencapai tujuan tersebut, diantaranya tetap berkomitmen melaksanakan Aturan Baku yang telah dikenal dengan istilah ”Golden Rules”.
LA6
Persentase dari total angkatan Tercatat 423 karyawan tingkat supervisor dan kerja yang direpresentasikan koordinator HSE telah mengikuti program dalam
formal- sertifikasi, Pengawas Operasional Pratama dan
manajemen
serikat kesehatan pekerja dan 98 keselamatan yang membantu
dalam
Superintendent
dan
Manajer telah mengikuti program sertifikasi,
memonitor dan memberikan dan saran
karyawan tingkat
Pengawas
Operasional
Madya
dari
program Departemen Pertambangan dan Energi.
kesehatan dan keselamatan LA7
Tingkat kecelakaan,
dan
jumlah Tercatat tidak ada kejadian fatal yang terjadi
jumlah
hari pada tahun 2006. terjadi penurunan angka
hilang, dan tingkat absensi,
kekerapan terjadinya LTI dari 0,16 (tahun
termasuk subkontraktor
2005) menjadi 0,10 (tahun 2006) per 200.000 jam kerja. Penurunan juga terjadi pada angka kekerapan
terjadinya
kecelakaan
yang
berpotensi fatal dari 0,2 (tahun 2005) menjadi 0,09 (tahun 2006). Pendidikan dan Pelatihan LA8 Pendidikan, konseling,
pelatihan,
pencegahan
Untuk terus menerus meningkatkan kapasitas
dan serta
kemampuan
menangani
persoalan
Lanjutan Tabel 8. program kontrol risiko untuk kesehatan dan keselamatan kerja karyawan, melindungi anggota pekerja, tercatat 423 karyawan tingkat supervisor dan keluarganya
atau
anggota koordinator HSE telah mengikuti program
masyarakat
yang
terserang sertifikasi Pengawas Operasional Pratama dan
penyakit serius
98
karyawan
tingkat
superintendent
dan
Manager telah mengikuti program sertifikasi Pengawas Operasional Madya dari Departemen Pertambangan dan Energi. LA9
Rata-rata jam pelatihan per
Rata-rata jam pelatihan per tahun per karyawan
tahun per karyawan
KPC sebesar 48,01 jam per tahun per karyawan.
Keragaman dan Peluang yang Setara LA11 Program keahlian manajemen Untuk mendukung kemampuan kerja karyawan dan
jangka
mendukung pekerja melindungi
panjang
yang secara
berkesinambungan
kemampuan karyawan
selanjutnya para
dalam
dan memberikan pekerja
dan
meniti
beberapa
membantu
karir,
program
KPC keahlian
manajemen, yaitu :
dalam mengelola akhir dari •
Pelatihan Masa Persiapan Pensiun
karirnya
Pelatihan ini membantu para karyawan dan keluarganya untuk mempersiapkan diri mereka dalam menghadapi masa pensiun dan
membekali
mereka
dengan
keterampilan maupun pengetahuan dalam mengelola
kesehatan,
keuangan mereka.
hubungan
serta
Pelatihan ini juga
memberikan pengetahuan praktis di bidang kewiraswastaan. KPC melaksanakan 40 jam pelatihan MPP unutk semua karyawan. Pada Tahun 2006, sebanyak 46 peserta mengikuti pelatihan ini, dengan jumlah waktu sebanyak 1.840 jam. •
Pelatihan Bahasa Inggris KPC
membuka
kelas-kelas
Pelatihan
Bahasa Inggris Umum untuk seluruh
Lanjutan Tabel 8. karyawan KPC. Pelatihan ini membekali peserta dengan keterampilan berbahasa yang mereka butuhkan dalam pekerjaan serta memberikan nilai tambah dalam meniti karir mereka. Pada tahun 2006, sebanyak 418 peserta mengikuti pelatihan ini dengan jumlah waktu sebanyak 25.080 jam. LA13
Komposisi Manajemen Senior dan
organ
tata
•
kelola
Karyawan
berdasarkan
golongan
:
golongan A sebanyak
398 orang ,
kategori
golongan
B
sebanyak
2187
orang,
meliputi jenis kelamin, grup
golongan
C
sebanyak
383
orang,
usia, anggota minoritas dan
Supervisor
indikator keberagaman lainnya
Superintendent
perusahaan
per
Manajer sebanyak
sebanyak
37
sebanyak orang,
10
516
orang,
orang,
115
General dan
orang, Manajer
Managing
Director/Executive Officer sebanyak 1 orang. •
Berdasarkan jenis kelamin : Karyawan pria sebanyak 3.463 orang dan wanita sebanyak 193 orang.
•
Berdasarkan grup usia : usia kurang dari 20 tahun sebanyak 21 tahun, usia antara 20-30 tahun sebanyak 812 orang, usia antara 3040 tahun sebanyak 1.693 orang, usia antara 40-50 tahun sebanyak 955 orang, usia antara 50-55 tahun sebanyak 168 orang dan usia lebih dari 55 tahun sebanyak 7 orang.
LA14
Rasio dari gaji pria dan wanita
Klasifikasi General Manager (pria : wanita / 1 : 0,732632), Manajer (pria : wanita / 1 : 0,949844), Superintendent (pria : wanita / 1 : 0,93832), Supervisor (pria : wanita / 1 : 0,99189), Leading Hand/Officer (pria : wanita / 1
:
Operator/Mechanic/Administration
0,943725), (pria
:
Lanjutan Tabel 8. wanita / 1 : 0,967348), dan Trainee/Tool Storeman (pria : wanita / 1 : 0,947775) 4. Indikator Hak Asasi Manusia Kinerja dan Upaya KPC di tahun 2006 Praktek Investasi dan Pengadaan HR1 Persentase dan total jumlah KPC menjalin kerjasama dengan suplier dan dari perjanjian investasi yang kontraktor,
terdapat
perjanjian
kontrak
signifikan meliputi klausa hak kerjasama yang mengharuskan suplier ataupun asasi
manusia
atau sesuai kontraktor
dengan hak asasi manusia
mengikuti
peraturan
ketenagakerjaan yang diberlakukan pemerintah. Selain itu, mereka harus memenuhi standar keamanan dan praktek lingkungan yang ada di KPC.
HR2
Persentase
signifikan
dari Dalam menjalankan operasinya, KPC didukung
suplier dan kontraktor
oleh 206 supplier barang dan 120 kontraktor pelayanan jasa. Dari jumlah tersebut, 96 supplier (atau 47%) merupakan supplier lokal dan 92 kontraktor (atau 77%) merupakan kontraktor lokal.
HR3
Total
jam
karyawan
dari
pelatihan Hingga akhir 2006, KPC belum memiliki
dalam
kebijakan program pelatihan terkait dengan kebijakan
dan prosedur mengenai aspek penanganan hak asasi manusia. hak
asasi
relevan meliputi
manusia
untuk
yang
beroperasi,
persentase
dari
pekerja yang dilatih Anti Diskriminasi HR4 Total jumlah dari insiden dari Hingga akhir 2006, tidak pernah terjadi insiden tindak diskriminasi
akibat tindakan diskriminasi di KPC. Dalam melakukan bisnisnya, KPC tidak membedakan karyawan dari segi agama, suku maupun jenis kelamin.
Bahkan
karyawan
perempuan
menerima benefit yang sama dengan karyawan laki-laki. Proses seleksi karyawan didasarkan pada kualitas, kompetensi dan pengalaman kandidat. Kebebasan Berserikat dan Perundingan Bersama
Lanjutan Tabel 8. HR5
Asosiasi kebebasan berserikat KPC
membolehkan karyawannya
menjadi
dan daya tawar kelompok anggota Serikat Pekerja dan Serikat Buruh akan
berada
pada
risiko (SP/SB) yang ada. Tercatat ada lima SP/SB
signifikan dan tindakan untuk yang aktif di KPC (KORPPRA, SPKEP, SBSI, mendukungnya Pekerja Anak HR6 Risiko
PPMI, SPK dan Anggota bebas (tidak terikat).
signifikan
untuk KPC tidak memperkerjakan buruh anak-anak.
insiden dari pekerja anak dan Usia terendah karyawan KPC hingga akhir mengukur untuk berkontribusi 2006 adalah 18 tahun. mengeliminasikan
pekerja
anak Tenaga Kerja Wajib dan Terpaksa HR7 Risiko signifikan untuk Dalam tahun 2006 dan tahun-tahun sebelumnya insiden dari pekerja paksa dan sepanjang operasi KPC tidak pernah terjadi mengukur untuk berkontribusi pemaksaan pekerjaan yang menyalahi aturan mengeliminasikan
pekerja
yang terjadi.
paksa HR8
Persentase
jam kerja Depnaker. Sehingga tidak ada insiden
pelatihan Terkait pelaksanaan hak asasi manusia bagi
dari
dalam para petugas keamanan, KPC tidak secara
keamanan
personel
kebijakan
perusahaan
atau khusus melakukan pelatihan tentang kebijakan
prosedur mengenai aspek hak hak asasi manusia. Namun demikian, setiap asasi manusia relevan untuk dilakukannya pendidikan dasar bagi anggota keamanan selalu disisipkan materi terkait hal
beroperasi
tersebut. Hak Masyarakat Adat HR9 Total jumlah pelanggaran
dari atas
insiden Dalam
menjalankan
operasinya,
KPC
hak-hak senantiasa berkomunikasi dengan penduduk
warga pribumi dan tindakan lokal di sekitar daerah pertambangan. Hingga menghadapinya
akhir 2006, tidak pernah terjadi insiden ataupun kekerasan dari pihak KPC terhadap masyarakat lokal. Hubungan baik selalu dibina melalui berbagai
program
kemasyarakatan
yang
diorientasikan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat lokal. 5. Indikator Masyarakat Sosial SO1 Deskripsi
Kinerja dan Upaya KPC kebijakan Selain
kegiatan
pertambangan,
KPC
Lanjutan Tabel 8. pengelolaan
dampak
bagi mempunyai
tekad
untuk
melaksanakan
masyarakat, termasuk sistem tanggung jawab sosial perusahaan sesuai pengawasan yang ada
dengan visi dan misi Divisi ESD. Berbagai program
pengembangan
masyarakat
terus
dilakukan untuk meningkatkan ekonomi lokal, mengentaskan kemiskinan dan mempertinggi kualitas hidup masyarakat. KPC
mengelompokkan
program-program
tersebut ke dalam 7 (tujuh) bidang yaitu pengembangan sanitasi,
agribisnis,
pendidikan
kesehatan dan
pembangunan
infrastruktur,
usaha
dan
kecil
dan
pelatihan,
pengembangan
menengah
(UMKM),
pelestarian alam dan budaya, serta penguatan kapasitas masyarakat dan pemerintah. Program pemberdayaan masyarakat tersebut diarahkan kepada pengembangan sumber daya alam (SDA) yang dapat diperbaharui dan diselaraskan
dengan
program
pemerintah
Kabupaten Kutai Timur yang mencanangkan Gerakan Daerah Pembangunan
Agribisnis
(GERDABANGAGRI). Korupsi SO2
Persentase dan total jumlah Selama tahun 2006, KPC telah melakukan PHK dari unit bisnis yang dianalisis untuk
risiko
terhadap 6 karyawan yang terbukti terlibat
yang dalam praktek korupsi
dihubungkan dengan korupsi SO3
Persentase dari pekerja yang Pada awal tahun 2006, induk perusahaan KPC, dilatih dalam kebijakan dan PT Bumi Resources, Tbk telah menetapkan prosedur korupsi
organisasi
anti semangat kerja yang sekaligus merupakan kode etik bagi karyawan perusahaan yang dikenal dengan Mr.SPIRIT (Semangat, Profesional, Independen, Rajin, Integritas, dan Tanggung Jawab).
Mr.SPIRIT
merupakan
bentuk
komitmen segenap karyawan KPC mulai dari
Lanjutan Tabel 8. pemegang
saham,
komisaris,
direktur,
manajemen, karyawan sampai ke petugas lapangan untuk menerapkan Good Corporate Governance dan Code of Conduct. Penerapan program ini dilakukan oleh Focal Point
Team dibentuk dan dilatih untuk
mensosialisasikan pedoman tersebut. SO4
Tindakan
dalam
merespon Tata kelola perusahaan yang baik diwujudkan
insiden dalam korupsi
melalui Surat Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang mengatur tentang konsekuensi terhadap karyawan
yang
terbukti
melakukan
penyalahgunaan wewenang seperti korupsi. Konsekuensi ini meliputi pemberian sanksi berupa teguran tertulis hingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kebijakan Publik SO5 Posisi kebijakan publik Komitmen dan KPC untuk menjadi mitra pembangunan partisipasi pengembangan publik dan lobi
dalam bagi masyarakat serta pemerintah telah mendapat kebijakan sambutan yang baik. Melalui organisasi-organisasi publik yang ada,
masyarakat
dan pemerintah
memberikan kepercayaan kepada perwakilan perusahaan untuk ikut mengambil
bagian
dalam
menentukan
kebijakan-kebijakan publik. Organisasi-organisasi
tersebut
adalah
Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI), Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Gerakan Daerah
Pembangunan
(GERDABANGAGRI), Stakeholder
dan
Agribisnis Forum
Corporate Social
Multi
Responsible
(MSH-CSR). Selain itu, KPC juga anggota aktif dari Corporate Forum on Community Development (CFCD), Indonesia Business
Lanjutan Tabel 8. Link (IBL), Asosiasi Pertambangan Indonesia (API) serta Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI). SO6
Total
nilai
finansial
kontribusi politik,
dalam
orang
hubungan
dan Perusahaan melarang setiap karyawan untuk partai terlibat dalam pesta politik negara. Kebijakan
politik
institusi
dan ini dilakukan untuk menghindari konflikdalam konflik
negara
politik
yang
dapat
mengancam kegiatan operasional perusahaan.
Perilaku Anti Persaingan SO7 Total jumlah dari tindakan Guna resmi
kepentingan
untuk
perilaku
menghindari
praktek
monopoli,
anti perusahaan membentuk Contract Committee
persaingan, anti kepercayaan Meeting
yang
terdiri
atas
managing
dan praktik monopoli serta Director/CEO, CFO, GM Supply, GM ESD dan pengeluarannya
GM Finance. Setiap proyek pekerjaan di KPC harus melalui Contract Committee Meeting ini terlebih dahulu. Untuk proyek yang sifatnya bantuan
dilakukan
melalui
persetujuan
Sponsorship Committee. Kepatuhan SO8 Nilai
pelanggaran total
dari Selama tahun 2006, KPC telah melakukan PHK
moneter
jumlah
signifikan sanksi
dan terhadap 6 karyawan yang terbukti terlibat non- dalam praktek korupsi.
moneter untuk pelanggaran hukum dan regulasi 6. Indikator Tanggung Jawab Produk Kinerja dan Upaya KPC Kesehatan dan Keselamatan Konsumen PR1 Deskripsi kebijakan untuk Sebagai bagian dari komitmen perusahaan mempertahankan
kesehatan untuk
menghasilkan
dan keselamatan konsumen pemantauan dalam
penggunaan
atau jasa perusahaan
produk
terhadap
yang
kualitas
aman, produk
produk merupakan komponen yang sangat penting dalam
proses
perencanaan,
pelaksanaan,
pemantauan serta kontrol terhadap proses penambangan, penyediaan batu bara, serta proses pengangkutan. Quality Control Team memonitor proses tersebut selama 24 jam untuk memastikan tidak
Lanjutan Tabel 8. adanya produk yang tidak berkualitas. PR2
Total
jumlah
dari Hingga saat ini, belum pernah terjadi keluhan
ketidakpatuhan dalam regulasi dari konsumen mengenai adanya dampak dan dampak dari produk dan negatif
dari
jasa mengenai kesehatan dan Intensitas keselamatan konsumen
penggunaan pelanggan
produk
KPC.
yang
terus
memperpanjang kontrak pembelian menjadi indikator bahwa produk KPC aman digunakan.
Pencantuman Label Produk dan Jasa PR3 Pencantuman label informasi Mutu dan ukuran sumber daya batu bara dan dari produk dan jasa
kemampuannya
untuk
memuati
armada
angkutan besar dari terminal kelas dunia yang dimilikinya membuat KPC mampu memiliki portfolio yang berbeda untuk kontrak berkala. PR4
Total
jumlah
insiden Tidak terdapat insiden dari ketidakpatuhan
dari
ketidakpatuhan
terhadap
dalam pencantuman
label
informasi
dari
regulasi dan informasi produk produk. dan pelabelan PR5
Praktek
yang
berhubungan KPC memiliki produk-produk dan mutu yang
dengan kepuasan konsumen, meliputi
hasil
pengukuran konsumen
dari
cukup cocok dengan semua desain pembangkit
survei tenaga listrik di seluruh dunia.
kepuasan Teknologi Batubara KPC memberikan Bantuan Teknis
kepada
Konsumen
Akhir
dalam
Penanganan dan Pembakaran Batubara dan secara aktif terlibat dengan konsumen untuk menjamin agar mutu batubara memenuhi syarat. Selain
itu,
Bagian
Pemasaran
KPC
mengirimkan sampel kepada pembeli sesuai persyaratan
kontrak
penjualan
dan
juga
mengirimkan sampel kepada pihak independen, jika diminta oleh konsumen. Dengan demikian kepuasan konsumen dapat terjaga. Komunikasi Pemasaran PR6 Program yang berhubungan Tim Pemasaran KPC tetap berkomunikasi dan dengan hukum, stándar dan melakukan kunjungan konsumen seperti yang komunikasi
pemasaran, diminta. Untuk konsumen jangka panjang,
Lanjutan Tabel 8. meliputi periklanan, promosi dilakukan pula negosiasi harga setiap tahun. dan sponsorship
Komunikasi dijalin melalui email, faksimili, telepon dan kunjungan ke lokasi.
PR7
Total jumlah dari insiden dari Kehadiran sebagai peserta di dalam lokakarya ketidakpatuhan regulasi
dengan dan konferensi atau menjadi pembicara dapat
dan
komunikasi
mengenai mendukung upaya pemasaran KPC dalam pemasaran, menjual
dan
mempromosikan
produk-
meliputi periklanan, promosi produknya ke seluruh dunia. Sehingga tidak dan sponsorship
terjadi insiden mengenai program pemasaran tersebut.
Privasi Konsumen PR8 Total jumlah dari pelanggaran Hingga saat ini belum pernah terjadi keluhan privasi
konsumen
dan dari
kehilangan data konsumen
konsumen
sehubungan
dengan
pelanggaran privasi konsumen. Telah dibuat sistem untuk melindungi privasi konsumen.
PR9
Nilai
moneter
pelanggaran
hukum
dari ”Confidentiality
Agreement”
merupakan
dan bagian dari perjanjian penjualan dengan pihak
regulasi mengenai provisi dan konsumen. Sampai saat ini tidak pernah terjadi pelanggaran terhadap perjanjian tersebut.
penggunaan produk dan jasa
4.2.5. Pengungkapan Sustainability Reporting PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk Laporan Keberlanjutan PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk tahun 2006 yaitu ”Komitmen pada Kehidupan”. Laporan tersebut mengacu pada GRI G3 Guidelines. Titik fokus CSR dalam laporan keberlanjutan PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk adalah pada kinerja ekonomi dan tata kelola perusahaan terkait dengan kinerja lingkungan dan sosial. Laporan tersebut berisi 95 halaman yang mengungkapkan 19 komponen indikator GRI G3 Guideliness yaitu 2 komponen indikator kinerja Ekonomi (EC), 7 komponen indikator kinerja Lingkungan (EN), 9 komponen indikator kinerja Tenaga Kerja (LA) dan 1 komponen indikator kinerja
Tanggung
Jawab
Produk
(PR).
Berikut
deskripsi
Sustainability Reporting Tahun PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk yang dijelaskan pada Tabel 9. Tabel 9. Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Tahun 2006 PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk 1. Indikator Kinerja Ekonomi
Kinerja dan Upaya PTBA
Kinerja Ekonomi EC1
Nilai
ekonomi
yang Sepanjang 2006, Perseroan membukukan
dihasilkan dan didistribusikan laba bersih sebesar Rp.485.670 juta atau naik secara
langsung,
pendapatan,
termasuk 4%
biaya
tahun
2005
sebesar
operasi, Rp.467.060 juta.
kompensasi karyawan,
dibanding
kepada Kontribusi kepada negara pada tahun 2006 donasi
dan berupa pajak sebesar Rp 470.549 miliar dan
investasi ke masyarakat, laba bukan pajak (bea masuk, royalti, iuran tetap, ditahan serta pembayaran ke retribusi&SP3D, penyedia
modal
pungutan
ekspor
dan
dan dividen) sebesar Rp 402.298 miliar.
pemerintah
Penyisihan
Manfaat
Pensiun
dan
Kesejahteraan Karyawan sebesar Rp 292.950 miliar. Keberadaan Pasar EC5
Rasio-rasio Upah Awal
Kesejahteraan karyawan merupakan salah satu prioritas PTBA. Di tahun 2006 gaji terendah karyawan PTBA masih cukup jauh di atas ketetapan Upah Minimum Regional (UMR) untuk daerah Kabupaten Muara Enim sebesar Rp.724.400,- per bulan. - per bulan.
2. Indikator Kinerja Lingkungan
Kinerja dan Upaya PTBA
Keanekaragaman Hayati EN11
Lokasi dan luas lahan yang Sampai dengan tanggal 31 Desember 2006, dimiliki,
disewakan,
atau Perseroan
memiliki
izin
ekplorasi
dan
berdekatan dengan area yang eksploitasi yang tercakup dalam Kuasa dilindungi dan area dengan Pertambangan (KP) seluas seluas 66.413,7 nilai keanekaragaman hayati hektar di Unit Pertambangan Tanjung Enim,
Lanjutan Tabel 9. yang tinggi di luar area yang 3.950 hektar di Unit Pertambangan Ombilin dilindungi EN12
Deskripsi
dan 17.100 hektar di Cerenti. dari
dampak Air Asam Tambang (Acid Mine Drainage)
signifikan yang ditimbulkan merupakan masalah terbesar yang dihadapi oleh aktivitas, produk dan akibat kegiatan penambangan. Hal ini terjadi jasa pada keanekaragaman karena
aktifitas
tambang
hayati yang ada di wilayah menggunakan
sistem
yang dilindungi serta area mengakibatkan
mineral-mineral
umumnya
terbuka
yang sulfidik
dengan nilai keanekaragaman (pirit, markasit, kalkopirit, dan lain-lain) hayati di luar wilayah yang teroksidasi. dilindungi EN13
Strategi, aktivitas saat ini dan Berdasarkan pengamatan jejak dan informasi rencana masa depan untuk dari penduduk sekitar lokasi, satwa liar yang mengelola dampak terhadap berada di sekitar tambang seperti babi hutan, keanekaragaman hayati
biawak, kera, burung belibis, ayam hutan, ular, burung elang, burung bangau dan rusa, saat ini masih berkembang biak dengan baik Hal
ini
menunjukkan
bahwa
kegiatan
penambangan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan satwa liar. Tumbuhan
ikutan
yang
dijumpai
pada
seluruh lokasi tambang adalah Euphatorium sp dan Mimosa indica. Ada jenis vegetasi ikutan yang hanya dijumpai di lokasi KP Banko Barat, tetapi tidak ditemukan di lokasi KP Air Laya (TAL), yaitu Cyperus sp, dan paku resam (Gleyhenia sp.). Sedangkan di lokasi KP TAL banyak ditemukan tumbuhan rambutan hutan (Passiflora latifolia) yang tumbuh di bawah tegakan naungan pohon petai cina dan sengon. EN14
Strategi, aktivitas saat ini dan Di tahun 2006, PTBA telah melakukan rencana masa depan untuk berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan mengelola dampak terhadap termasuk di dalamnya pemulihan fisik yang keanekaragaman hayati
meliputi:
Lanjutan Tabel 9. a. Melakukan revegetasi seluas 191,4 hektar pada lahan-lahan pasca penambangan dengan keragaman jenis vegetasi yang mengacu pada fungsi hidrologis, orologis (menciptakan tatanan iklim mikro dengan keragaman jenis tanaman) dan konservasi. b. Menjaga kualitas air buangan dan limpasan dari area tambang sebelum keluar ke perairan umum sehingga tetap memenuhi standar Baku Mutu Lingkungan (BML) dengan melakukan: • Pembuatan Kolam Pengendap Lumpur (KPL) sebanyak 5 (lima) unit; • Pengapuran untuk menjaga stabilitas pH sebanyak 1.430,6 ton pada KPL; • Pembuatan saluran sepanjang 655 m di Muara Tiga Besar (MTB) dan Banko Barat; • Pengurasan lumpur pada KPL sebanyak 328.516 m3. c. Melakukan pengelolaan tanah humus sebanyak 473.779 bcm untuk menyiapkan lahan revegetasi dan pencegahan pencemaran tanah dari limbah Bahan beracun dan Berbahaya
(B3) dengan cara
membuat
fasilitas oil trap pada setiap bengkel tambang (workshop). d. Menjaga kualitas udara agar tetap dalam ambang batas
Baku
Mutu
Lingkungan
dengan melakukan penyiraman secara rutin pada jalan produksi, memasang sprayer di belt conveyor, dan penanaman tanaman di kiri kanan jalan produksi. EN22
Total dengan
berat
dari
limbah Proses eksploitasi penambangan batubara
tipe
dan
metode yang menggunakan alat-alat berat tak bisa
Lanjutan Tabel 9. penjualan
dilepaskan dari pemakaian bahan bakar minyak dan pelumas yang termasuk dalam kelompok senyawa hidrokarbon. Senyawa ini dikenal toksik, sukar terdegradasi sehingga dapat membahayakan lingkungan. PTBA
sangat
menyadari
dampak
hidrokarbon terhalogenasi yang terkandung dalam
minyak
pelumas
dari
kegiatan
operasional PTBA. Senyawa hidrokarbon terhalogenasi yang terkandung dalam minyak pelumas bekas menurut PP No. 18 tahun 1999 dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang jika mencemari
tanah
dapat
mengganggu
fungsinya. Diperlukan upaya pemulihan yang intensif agar tanah bisa produktif kembali. Produk dan Jasa EN26
Inisiatif untuk meringankan Untuk dampak
lingkungan
menjaga
kelestarian
lingkungan,
dari PTBA melakukan berbagai tindakan nyata
produk dan jasa, dan seberapa yang memberikan dampak signifikan seperti: jauh dampaknya
melakukan penataan dan revegetasi lahan bekas
tambang
dengan
menggunakan
tanaman rumput-rumputan dan pohon jenis kayu keras untuk menjaga kestabilan lereng serta memanfaatkan lahan pasca tambang secara
menguntungkan
menimbulkan
beban
dan bagi
tidak generasi
mendatang, serta dapat tetap berfungsi secara ekologis maupun ekonomis. Upaya meminimalkan dampak lingkungan dilakukan
melalui
Pemantauan
Penanganan
Lingkungan
Hidup
dan yang
meliputi: Pertama, Penanganan Tanah Pucuk (Top soil), Penanganan Erosi, Pemantauan Kualitas
Air,
Pengendalian
Air
Asam
Lanjutan Tabel 9. Tambang
(AAT),
dan
Penanganan
&
Pemantauan Biodiversity yang terdiri atas Revegetasi,
Pemantauan
Tanaman,
Pemantauan Biota Aquatik (Benthos & Plankton), dan Pemantauan Satwa Liar. Kedua,
Penanganan
dan
Pemantauan
Lingkungan Kerja dengan memantau kualitas udara, efek kebisingan dan penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) terhadap pegawai di daerah penambangan. Kepatuhan EN28
Denda
dan
total
sanksi Selama tahun 2006 tidak ada sanksi terhadap
terhadap pelanggaran
Perseroan
terkait
penanganan
K3
dan
lingkungan. Sanksi, denda maupun teguran resmi dari pejabat yang berwenang belum pernah diterima PTBA atas kinerjanya. Meskipun di tahun 2006, pernah terjadi unjuk rasa oleh masyarakat di sekitar Dermaga Kertapati akibat
debu
yang berasal
dari
proses
pembongkaran batubara dari gerbong kereta api ke stockpile. Masalah ini bisa diatasi karena PTBA langsung merespon tuntutan masyarakat tersebut dengan cara memasang penyemprot
air
(sprayer)
agar
tidak
menimbulkan debu yang dipermasalahkan.
3. Indikator Praktik Tenaga Kerja Kinerja dan Upaya PTBA dan Kinerja Pekerja yang Layak Tenaga Kerja LA1
Komposisi kerja
jumlah
berdasarkan
pekerjaan dan lokasi
tenaga Sampai
akhir
2006,
PTBA
memiliki
tipe karyawan tetap sebanyak 3.418 orang terdiri dari 3.298 orang yang bekerja di Perseroan dan 120 karyawan diperbantukan pada Anak Perusahaan
serta
Dana
Pensiun
yang
Lanjutan Tabel 9. didirikan PTBA. Di samping pegawai tetap, PTBA juga mempekerjakan tenaga kerja kontrak dan tenaga
kerja
honorer
sebagai
bentuk
kepedulian PTBA menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat umum. Tenaga kontrak dan honorer ditempatkan di: kantor Tanjung Enim Sistem, UP Ombilin, UP Briket Gresik, Kantor Unit Dermaga Kertapati, Kantor Unit Dermaga Tarahan, anak perusahaan dan pengelolaan Dana Pensiun. Tenaga Kerja / Hubungan Manajemen LA4
Kebijakan
dan
prosedur Safety
talk
(Diskusi)
karyawan
yang
terkait informasi, konsultasi dilaksanakan setiap awal giliran kerja di dan
negosiasi
karyawan
terkait
dengan lingkungan satuan kerja PTBA UPT dan dengan kontraktor pada periode tahun 2006 sebanyak 3.092 frekuensi dengan peserta 112.559
perubahan pekerjaan
orang. Safety talk yang dilakukan oleh satuan kerja PTBA sebanyak 1.733 kali dengan jumlah peserta 38.866 orang;
Safety talk yang
dilakukan oleh kontraktor sebanyak 1.359 kali dengan jumlah peserta 73.693 orang. Kesehatan dan Keselamatan Kerja LA5
Praktik,
pencatatan
dan PTBA mengoptimalkan penerapan Sistem
notifikasi kecelakaan kerja Manajemen Keselamatan dan Kesehatan serta kesehatan sesuai Kode Kerja yang bersifat mandatori sesuai dengan ILO Code of Practice
UU No. 13/2003 dan Sistem Manajemen Lingkungan
standar
ISO 14001,
untuk
mengantisipasi risiko K3. Untuk memenuhi standar
sistem
manajemen
keamanan
Pelabuhan, PTBA telah menerapkan sistem International Code for the Security of Ships and Port Facilities (ISPS Code).
Lanjutan Tabel 9. LA6
Persentase dari total angkatan PTBA telah melakukan audit internal SMK3 kerja yang direpresentasikan (64 kriteria) sebanyak 1 (satu) kali terhadap 9 dalam
manajemen
formal- (sembilan) satuan kerja di UPTE dan 2 (dua)
serikat kesehatan pekerja dan perusahaan
mitra
kerja/
kontraktor.
Di
keselamatan yang membantu samping itu juga telah dilakukan audit memonitor dan memberikan internal saran
dalam
SMK3
dengan
pengembangan
program implementasi penuh (166 kriteria) sebanyak 2
kesehatan dan keselamatan
(dua kali terhadap 9 (sembilan) satuan kerja di UPTE. Total Jam Pembinaan K3 pada periode tahun 2006 sebesar 80.389,5 jam, dengan rata-rata jumlah karyawan per bulan yang mendapat pembinaan sebanyak 9.685 orang. Sehingga rasio jam pembinaan K3 per karyawan sebesar 14,61 jam.
LA7
Tingkat kecelakaan,
dan
jumlah Karyawan yang mendapat kecelakaan kerja
jumlah
hari di lingkungan unit penambangan Tanjung
hilang, dan tingkat absensi, Enim selama periode tahun 2006 berjumlah 4 termasuk subkontraktor
orang, terdiri dari 2 orang kecelakaan fatal dan 2 orang kecelakaan berat atau meningkat dibandingkan dengan tahun 2005 sebanyak 3 orang (1 orang kecelakaan berat dan 2 orang kecelakaan ringan). Dengan demikian jumlah angka kekerapan kecelakaan (Frequency Rate) tahun 2006 menjadi 0,3 atau meningkat dari tahun 2005 sejumlah 0,22. Jumlah
hari
kerja
hilang
akibat
dari
kecelakaan (bersifat ringan/berat/fatal) pada periode tahun 2006 sebesar 18.190 hari atau meningkat dari tahun 2005 sebesar 127 hari. Sehingga
jumlah
angka
kecelakaan
(severity
rate)
keparahan tahun
2006
menjadi 1.378,82 atau meningkat dari tahun 2005 sejumlah 9,22. Sedangkan indeks kejadian (kecelakaan)
Lanjutan Tabel 9. periode tahun 2006 sebesar 0,418 atau meningkat dari tahun 2005 sebesar 0,002. Jumlah kerusakan unit/peralatan produksi maupun penunjang yang diakibatkan oleh kecelakaan selama periode tahun 2006 sebanyak 55 kasus, atau meningkat dari tahun 2005 sebanyak 27 kasus. Pendidikan dan Pelatihan LA8
Pendidikan,
pelatihan, Di tahun 2006 telah dilakukan pemeriksaan
konseling, pencegahan dan kesehatan
khusus
terhadap
12
orang
program kontrol risiko untuk karyawan, penyuluhan kesehatan kepada melindungi anggota pekerja, 1.429 karyawan, dan pemeriksaan kesehatan keluarganya
atau
anggota berkala
(PKB)
terhadap
1.785
orang
masyarakat yang terserang karyawan atau 71,3% dari 2.504 orang penyakit serius
karyawan yang terdaftar untuk pemeriksaan kesehatan berkala.
LA10
kebijakan Kebijakan komisaris dan direksi memberikan
Deskripsi
kesempatan yang sama dan kesempatan dan keleluasaan bagi karyawan sistem pengawasannya
berserikat
untuk
bergabung
dengan
organisasi buruh yang ada sebagai wujud kebebasan berdemokrasi termasuk kebebasan menyalurkan aspirasi politiknya sesuai hati nurani. Seluruh karyawan juga diberikan kebebasan untuk berserikat dengan organisasi buruh yang ada.
LA11
Program keahlian manajemen Untuk
meningkatkan
dan jangka panjang yang kompetensi mendukung pekerja
daya
dan
manusianya,
kemampuan Perseroan secara rutin menyelenggarakan
selanjutnya
melindungi
sumber
keahlian
para
dan pendidikan
dan
pelatihan
yang
terkait
pekerja masalah Teknis (tambang, mesin, listrik,
dalam mengelola akhir dari administrasi, umum), dan masalah Manajerial karirnya
(Executive Development Program, Global Leadership
Development
Program,
Lanjutan Tabel 9. Manajemen
Bisnis),
Penataan
Moral
(Pencegahan Praktik KKN dan Pembekalan Spritual ESQ training guna membentuk moral baik). Kepedulian terhadap SDM juga diwujudkan dengan memberikan akses untuk menjawab kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang seperti asuransi dan dana pensiun. Jumlah pegawai yang mengikuti pelatihan selama tahun 2006 sebanyak 2.777 orang, meningkat 27,74% dari tahun 2005. LA13
Komposisi
Manajemen
• Berdasarkan
jenjang
pendidikan,
Senior dan organ tata kelola
komposisi karyawan yang bekerja di
perusahaan
kategori
PTBA sebanyak 0,4% bergelar Sarjana
meliputi jenis kelamin, grup
Strata-2, Sarjana Strata-1 7,5%, 4,7%
usia, anggota minoritas dan
berijazah D3, 51,6% berijazah SLTA,
indikator
22,9% berijazah SLTP dan 13% SD.
per
keberagaman
• Berdasarkan Usia Pegawai 1,2% diatas 55
lainnya
tahun, 13,1% antara 50-55%, 32,3% antara 45-50%, 39,7% antara 40-45 tahun, 8,7% antara 35-40 tahun, 4,9% antara 30-35 tahun. • Berdasarkan jabatan 0.6% (peringkat level 1), 2,3% (peringkat level 2), 7,5% (peringkat level 3), 40,0% (peringkat level 4), 44,5% (peringkat level 5) ,dan 4,9% (peringkat level 6).
6.
Indikator
Tanggung
Jawab Kinerja dan Upaya PTBA
Produk Pencantuman Label Produk dan Jasa PR5
Praktek yang berhubungan Untuk menjaga kepuasan pelanggan, PTBA dengan kepuasan konsumen,
secara rutin melakukan survey terhadap
meliputi hasil dari survei tingkat kepuasan konsumen akan layanan pengukuran konsumen
kepuasan PTBA.
Melalui
mendapatkan
survey
masukan
ini
tentang
PTBA harapan,
Lanjutan Tabel 9. standar layanan dan keluhan pelanggan secara periodik sehingga memudahkan PTBA meningkatkan
kinerja
dan
membangun
hubungan yang lebih baik dengan pelanggan (Customer Relationship Management (CRM). Berdasar indeks skala 4, tingkat kepuasan pelanggan tahun 2006 adalah 3,72.
4.2.7. Pengungkapan Sustainability Reporting PT Timah Tbk PT Timah Tbk telah mengeluarkan laporan keberlanjutan sejak tahun 2004. Tahun 2006 dengan tema Mewujudkan Kepedulian mengacu pada GRI G3 Guideliness. Laporan tersebut berisi 58 halaman yang mencakup kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan. Terdapat 24 komponen indikator yaitu meliputi 3 komponen indikator kinerja Ekonomi (EC), 10 komponen indikator kinerja Lingkungan (EN), 8 komponen indikator kinerja Tenaga Kerja (LA) dan 3 komponen indikator kinerja Tanggung Jawab Produk (PR). Berikut deskripsi Sustainability Reporting PT Timah Tbk yang dijelaskan pada Tabel 10. Tabel 10. Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Tahun 2006 PT Timah Tbk 1. Indikator Kinerja Ekonomi
Kinerja dan Upaya Timah
Kinerja Ekonomi EC1
Nilai ekonomi yang dihasilkan dan Tahun 2006, laba bersih Timah sebesar didistribusikan secara langsung, termasuk operasi,
pendapatan, kompensasi
Rp 208,147 Miliar. Pembayaran pajak
biaya langsung Rp 132,393 Juta, pajak tidak kepada
langsung Rp
33,217
Juta,
dividen
karyawan, donasi dan investasi ke sebesar Rp 32,993 Juta, royalti sebesar masyarakat, laba ditahan serta Rp 90,944 Juta, dan PNBP lainnya Rp pembayaran ke penyedia modal 29,519 Juta. dan pemerintah Dampak Ekonomi Tidak Langsung EC8
Pembangunan dan dampak dari Untuk kelancaran transportasi dan arus investasi infrastruktur dan jasa
barang
antara
lokasi
dengan
pusat
produksi
penambangan dibutuhkan
Lanjutan Tabel 10. sarana dan prasarana seperti jalan dan adakalanya harus membuat jalan baru dan atau memelihara jalan yang ada.
EC9
Memahami dan mendeskripsikan Timah merupakan penggerak utama dampak ekonomi tidak langsung ekonomi Kepulauan Bangka Belitung. yang signifikan, termasuk seberapa Berbagai
kegiatan
jauh dampak dihasilkan
oleh
dilakukan
langsung
perusahaan
yang adalah
memberikan kontribusi terhadap roda perekonomian wilayah sekitar. Dampak ekonomi adanya
langsung dengan
kegiatan
Timah
adalah
kesempatan bekerja dan berusaha yang terkait dengan kegiatan penambangan seperti
penyerapan
tenaga
lokal,
pemasok dan pemborong serta mitra binaan tambang. Kegiatan ini membangkitkan
berbagai
kegiatan ekonomi dalam bentuk barang dan jasa yang diikuti arus uang dalam bentuk
transaksi
melalui
lembaga
keuangan dan perbankan sebesar Rp 2-3 Triliun per tahun dan dengan demikian akan berputar di masyarakat dan secara tidak
langsung
akan
menggerakan
perekonomian daerah dan masyarakat.
2. Indikator Kinerja Lingkungan
Kinerja dan Upaya Timah
Energi EN5
Energi
yang
disimpan
untuk Penggantian HSD (High Speed Diesel)
konservasi dan efisiensi perbaikan
sebesar 50% dengan briket batu bara untuk operasional rotary drayer sejak bulan September 2006 dan HSD hanya dipakai untuk operasi alat berat. Mulai bulan Desember 2006, HSD
Lanjutan Tabel 10. hanya untuk BBM penyulut dan repair dan seluruh rotary drayer menggunakan briket batu bara. Mulai bulan September 2006, penggunaan BBM pada Tanur SSF dan Flame Oven dialihkan dari HSD menjadi Fuel Oil. Sehingga terjadi pengurangan pemakaian HSD sekitar 50% pada proses peleburan timah. EN6
Inisiatif
untuk
produk
dan
menyediakan • Penggantian BBM (HSD) dengan jasa
yang
briket batu bara dan Fuel Oil/bensin
menggunakan energi yang efisien • Optimalisasi operasi rotary drayer atau sumberdaya terbarukan, serta
dan perawatannya karena dari data
pengurangan
bulan
penggunaan
kebutuhan energi
sebagai
dampak dari inisiatif ini
Mei
efisiensi
s.d
rotary
Desember drayer
2005,
mencapai
82,14% lebih kecil dari efisiensi disain
sebesar
85,66%.
Artinya
terdapat kekurangan sebesar 4,11% • Pemasangan pengukur suhu
kerja
rotary drayer Air EN8
Total penarikan air
Pemakaian air permukaan baik untuk Tambang Bangka, Belitung, peleburan timah serta pemakaian air perumahan Timah sebesar lebih dari 350.000 meter kubik di tahun 2006.
Emisi, Efluen dan Limbah EN16
Total
emisi
gas
rumah
kaca Gas polutan yang merupakan emisi gas
langsung dan tidak langsung
rumah kaca berupa CO, Nox, SO2, ASH3 dan
H2S
serta
senyawa
lainnya
dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (HSD, pelumas dan lain-lain). EN18
Inisiatif untuk mengurangi emisi Untuk mengurangi dampak emisi udara gas rumah kaca dan pengurangan di pusat peleburan dan pemurnian dalam
Lanjutan Tabel 10. yang berhasil dilakukan
rangka penerapan SML ISO 14001, pada tahun 1997 digunakan filterback dan water siklon pada cerobong asap. Selain itu
juga
dapat
meningkatkan nilai
tambah karena debu yang berada di cerobong pipa dapat ditangkap dan dimanfaatkan lalu dilebur kembali. Pemantauan
emisi
cerobong
PLTD
menunjukkan bahwa kadar SO2 dan NO2 masih dibawah baku mutu emisi sumber tak bergerak untuk jenis kegiatan lain. Untuk mencegah potensi pencemaran emisi NOx, Timah berupaya dengan cara: • Pemasangan instalasi injeksi urea cair • Pemasangan dengan
Exhaust
tujuan
permanen
untuk
menjaga
kestabilan temperatur ambeien di dalam ruangan PLTD • Rutinitas
penggantian
filter
HSD/solar dan udara • Perawatan mesin secara rutin • Rasio pemakaian BBM yang tepat
EN22
Total berat dari limbah dengan tipe Limbah padat di Balai Karya berupa dan metode penjualan
slag, limbah domestik, limbah non daur ulang dibuang ke TPA Pemda yang sesuai dengan prosedur yang berlaku. • Pasir Furan sebanyak 271,53 Kwintal • Slage sebanyak 15.138,96 Kwintal • Limbah domestik sebanyak 26,82 Kwintal • Limbah non daur ulang sebanyak
Lanjutan Tabel 10. 696,38 Kwintal • Limbah daur ulang sebanyak 68,86 Kwintal • Tembaga 3 sebanyak 3 Kwintal Limbah B3 yang disimpan di Gudang Limbah B3 Pabrik Peleburan Timah tahun 2006 yaitu : • Baterai bekas sebanyak 128 Pc • Filter Oil sebanyak 360 Pc • Acfog sebanyak 45 Kaleng • Botol HCL ex Labor sebanyak 375 Botol • Strip Tes Refotron sebanyak 2.309 Pc • Disposible Syringe EN24
Berat
dari
diimpor, 2006 di Balai Karya berupa besi yang
ditransportasikan, diekspor
yang Pemanfaatan limbah padat pada tahun
limbah
atau
diolah
yang rusak untuk didaur ulang kembali, selain
diklasifikasikan
berbahaya itu juga berasal dari logam berupa besi
berdasarkan
Convetion dan baja yang diperoleh dari Pabrik
Basel
Annex I, II, III dan VIII, dan Peleburan Timah dan dari supplier. persentase limbah yang dikapalkan secara internasional
• Produk rusak yang didaur ulang sebanyak 12.902 Kg • Dari Supplier sebanyak 116.420,5 Kg • Logam berupa limbah dari Pabrik Peleburan Timah • Kapal Keruk Menumbing sebanyak 146.086 Kg
EN26
Inisiatif
untuk
meringankan Kegiatan
penambangan
mempunyai
dampak lingkungan dari produk aspek dan dampak terhadap lingkungan dan
jasa,
dampaknya
dan
seberapa
jauh seperti
rusaknya
bentang
alam,
hilangnya vegetasi dan tanah pucuk. Langkah
Timah
dimulai
dengan
melaksanakan stripping tanah yang tidak mengandung bijih timah (overburden) dan
menempatkan/menyimpan
tanah
Lanjutan Tabel 10. atas dan solum tanah tersebut pada tempat tertentu (dumping area) yang nantinya dikembalikan ke tempat semula (backfilling) dan selanjutnya dilakukan reklamasi. EN27
Persentase dari reklamasi produk Pada tahun 2006 telah dilaksanakan yang telah terjual
EN30
reklamasi seluas 15 Ha.
Jumlah biaya untuk lingkungan Total Penyisihan Biaya Rehabilitasi dan investasi berdasarkan jenis
Lingkungan sebesar Rp 47,519 Juta.
kegiatan
Yaitu untuk : • Biaya
Estimasi
Penggunaan
Penyisihan yang akan Dilaksanakan dalam Satu Tahun sebesar Rp 6,69 Juta • Biaya
Estimasi
Penggunaan
Penyisihan yang akan Dilaksanakan dalam Jangka Waktu lebih dari Satu Tahun sebesar Rp 40,829 Juta 3. Indikator Tenaga Kerja dan Kinerja Kinerja dan Upaya Timah Pekerja yang Layak Tenaga Kerja LA1
Komposisi jumlah tenaga kerja
Timah didukung oleh 5.668 tenaga kerja
berdasarkan tipe pekerjaan dan di tahun 2006 yang terdiri dari 4.002 lokasi
orang karyawan tetap, PKWT sebanyak 20 orang dan outsourcing sebanyak 1.626 orang.
LA2
Penciptaan lapangan kerja neto Perubahan karyawan pada tahun 2005dan rata-rata turnover berdasarkan 2006 sebanyak 326 orang. unit
LA3
Persentase karyawan yang diwakili Sebagai wadah untuk berserikat dan oleh serikat pekerja independen
mewakili
karyawan
menyampaikan
dalam
pendapat
hubungan
perburuhan,
membentuk
serikat
dalam karyawan
pekerja
ikatan
karyawan dengan anggota sebanyak
Lanjutan Tabel 10. 3.621 orang. Kesehatan dan Keselamatan Kerja LA7
Tingkat dan jumlah kecelakaan, Kegitan
penambangan
mempunyai
jumlah hari hilang, dan tingkat potensi yang tinggi untuk terjadinya absensi, termasuk subkontraktor
kecelakaan.
Kecelakaan
kerja
yang
kerap terjadi sangat beragam. Potensi risiko paling tinggi berada pada lokasi penambangan, kapal keruk dan kapal isap dan peleburan timah. Risiko
mencakup
cidera
kerja,
tenggelam, ledakan (kegiatan seismik), penyakit
akibat
kerja
(kebisingan,
getaran mesin/alat pemboran, debu, panas), kebakaran kapal keruk/kapal isap (karena pemotongan, pengelasan, listrik, BBM) dan kecelakaan lalu lintas (pada lokasi sarana transportasi alat berat). Pada tahun 2006 terjadi 8 kecelakaan tambang
di
Tambang
lingkungan
Timah
kerta
yang
PT
berakibat
kematian 3 orang, kecelakaan ringan 1 orang
dan
4
orang
mengalami
kecelakaan berat. Dalam
periode
2004-2006
terjadi
penurunan angka absentisme karyawan, angka kehilangan hari kerja tahun 2006 sebanyak 1.037 hari. Pendidikan dan Pelatihan LA8
Pendidikan, pelatihan, konseling,
Kecelakaan yang terjadi berawal dari
pencegahan dan program kontrol kondisi yang tidak aman dan tindakan risiko untuk melindungi anggota tidak aman. Untuk itu dilaksanakan pekerja, keluarganya atau anggota berbagai upaya untuk mengatasi kondisi masyarakat penyakit serius
yang
terserang tidak aman dan tindakan tidak aman seperti : Membentuk Safety Committee,
Lanjutan Tabel 10. mempersiapkan alat
pelindung diri,
Safety Talk dan Safety Patrol, promosi dan kampanye Keselamatan Kerja (K2), pendidikan dan pelatihan di bidang keselamatan kerja Kasus
penyakit
malaria
masih
ditemukan dalam angka yang cukup tinggi, sekitar 453 kasus. Karena itu secara
berkala
lingkungan
program kerja
pemberantasan
kesehatan melakukan
sumber-sumber
penyebab malaria. Pada tahun 2006, sampai dengan bulan Juni 2006, telah dilakukan 7
kali penyemprotan
di
lokasi-lokasi yang berpotensi. LA9
Rata-rata jam pelatihan per tahun Total waktu yang dicurahkan untuk per karyawan
mengikuti pelatihan mencapai 5.918 jam.
Keragaman dan Peluang yang Setara LA12
Persentase
dari
menerima
kinerja
pekerja regular
yang Tahun
2006,
1
orang
karyawan
dan mengikuti program pasca sarjana dan
pembangunan karir kembali
1.367
orang
pelatihan
(33,98%)
berkaitan
mengikuti
dengan
bidang
keahlian yang dibutuhkan oleh Timah. Jenis-jenis pelatihan yang diikuti oleh karyawan administrasi,
mencakup keuangan,
bidang hukum,
manajemen dan teknis pertambangan, kesehatan dan keselamatan kerja serta keahlian lain yang dibutuhkan oleh Timah. LA13
Komposisi Manajemen Senior dan • Pada tahun 2006, Manajemen Senior organ tata kelola perusahaan per
sebanyak 37 orang (0,92%), Middle
kategori meliputi jenis kelamin,
Management sebanyak 120 orang
grup usia, anggota minoritas dan
(2,98%),
Site
sebanyak
316
Lanjutan Tabel 10. indikator keberagaman lainnya
orang(7,86%), Kasi sebanyak 617 orang
(15,34%),
Mandor/Karus
sebanyak 1.386 orang (34,46%) dan petugas
sebanyak
1.546
orang
(38,44%) • Berdasarkan usia karyawan : usia lebih dari 25 tahun (0,5%), usia antara 25-29 tahun (1,12%), usia antara 30-34 tahun (0,7%), usia antara 35-39 tahun (1,47%), usia antara 40-44 tahun (4,6%), usia antara 45-49 tahun (24,69%), usia antara 50-53 tahun (47,14) dan usia antara 54-56 tahun (19,79%) 4. Indikator Tanggung jawab Produk
Kinerja dan Upaya Timah
Kesehatan dan Keselamatan Konsumen PR1
Deskripsi
untuk Dalam perserikatan yang sinergis dan
kebijakan
mempertahankan kesehatan dan strategis dengan perusahaan produsen keselamatan penggunaan perusahaan
konsumen produk
atau
dalam timah lainnya, Timah adalah sponsor jasa utama dari ITRI (International Tin Research Institute). Sejauh ini, ITRI telah mampu mengantisipasi penurunan permintaan atas timah dengan hasil penelitian yang telah mengembangkan penggunaan dan penerapan baru pada timah seperti : pencegah kebakaran, free-lead
solder,
kaleng
minuman,
anticorrosive (bahan anti rusak) dan lain-lain. Sebagai bagian dari tanggung jawab pengelolaan proses penambangan dan pengembangan produk
yang ramah
lingkungan, Timah juga telah sejak lama menjadi
anggota
The
International
Council on Metals and the Environment
Lanjutan Tabel 10. (ICME)
yaitu
sebuah
lembaga
independen yang didirikan pada 1991 untuk
mempromosikan
penerapan
kebijaksanaan lingkungan dan kesehatan dalam produksi, penggunaan, daur ulang dan pembuangan berbagai jenis logam. PR2
Total jumlah dari ketidakpatuhan Badan-badan regulasi yang bertanggung dalam regulasi dan dampak dari jawab mengamankan air minum bagi produk kesehatan
dan
jasa dan
konsumen
mengenai warga negara dan warga dunia tidak keselamatan melihat perlunya mengatur penggunaan timah
dalam
ketentuan-ketentuan
mereka. Tidak seperti seng, tembaga, timbal dan merkuri, yang mudah bereaksi dengan unsur-unsur dalam tanah dan larut dalam air sehingga menimbulkan pencemaran, timah adalah logam yang sangat stabil (inert). Timah tidak larut dalam air pada derajat keasaman
yang
ekstrim
sekalipun,
sehingga timah tidak akan mencemari lingkungan hidup, termasuk air minum dan udara. Karena itu Badan Kesehatan Dunia
(WHO)
mencantumkan
timah
tidak
pernah
dalam
daftar
bahan pencemar anorganik primer. PR3
Pencantuman label informasi dari Tidak ada keharusan mencantumkan produk dan jasa
label “Berbahaya Jika Ditelan” pada bahan kemasan timah, karena logam timah dianggap tidak membahayakan. Timah tidak hanya dipakai sebagai bahan amalgam penambal gigi, tetapi juga menjadi bahan campuran dalam berbagai jenis obat.
Berdasarkan pengungkapan Sustainability Reporting dari masing-masing perusahaan yang telah dideskripsikan dalam tabeltabel sebelumnya atau pada Lampiran 3, komponen indikator kinerja masing-masing perusahaan dapat terlihat pada Gambar 4. Komponen Indikator Kinerja Perusahaan
70 60 50 40
Kinerja Lingkungan
Jumlah Komponen 30
Kinerja Sosial 20
Kinerja Ekonomi
10 0 ANT AM
P T FI
INCO
KPC
P T BA
T IMAH
Perusahaan
Gambar 4. Pengungkapan Komponen Kinerja Perusahaan di Industri Pertambangan Berdasarkan GRI G3 Guidelines 4.3.
Pengungkapan
Sustainability Reporting Perusahaan
di
Industri
Pertambangan berdasarkan Skoring Pengungkapan komponen indikator masing-masing kinerja yaitu indikator kinerja Ekonomi (a), kinerja lingkungan (b), kinerja tenaga kerja dan praktik tenaga kerja yang layak (c), kinerja hak asasi manusia (d), kinerja masyarakat (e) dan kinerja tanggung jawab produk (f) diberikan skor dengan skala 1-4 dalam bentuk naratif, grafik/tabel, non-moneter dan moneter. 4.3.1. PT Aneka Tambang Tbk Berdasarkan Tabel 11, total skor Sustainability Reporting PT Aneka Tambang Tbk yaitu sebesar 65. Dengan pengungkapan terbanyak dalam bentuk naratif. Sedangkan indikator komponen terbesar yaitu indikator kinerja lingkungan.
Tabel 11. Perhitungan Skoring Komponen Indikator Kinerja PT Aneka Tambang Tbk
-
EN6 EN15
3
2
6
Total Indikator
-
∑ Total (1)x(2)
-
EC1
4
1
4
9
EN30
4
1
4
24
∑ Komponen (2) Skor (1)
f
-
Komponen
e
∑ Total (1)x(2)
d
LA4 LA5 LA6 LA10 LA11 LA13 HR1 HR2 HR4 HR5 HR6 HR7 HR8 HR9 SO1 SO2 SO3 PR1 PR2
∑ Komponen (2)
c
2
Skor (1)
EN14
EN2 EN15 EN18 EN24 EN30 LA1 LA7
1
Moneter
Komponen
4
2
Non-Moneter ∑ Total (1)x(2)
4
EC1
∑ Komponen (2)
3
Skor (1)
3
Komponen
1
∑ Total (1)x(2)
1
Grafik/Tabel
∑ Komponen (2)
EC3 EC4 EC9 EN11 EN12 EN13
Skor (1)
b
Komponen
Pengungkapan a
Naratif
2
5
10
2
2
4
LA2 LA3 LA9
3
3
9
-
-
-
-
19
1
6
6
1
8
8
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8
1
3
3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3
1
2
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
26
Total Grafik/Tabel
Total Moneter
8
Total Naratif
16
Total Non-Moneter
15
Total Keseluruhan
2
65
Pengungkapan komponen indikator Sustainability Reporting PT Aneka Tambang Tbk dapat terlihat pada Gambar 5. Komponen Indikator PT Aneka Tambang Tbk
4.61%
2. Indikator Kinerja Lingkungan
3.08% 13.85%
12.31%
29.23%
1. Indikator Kinerja Ekonomi
36.92%
3. Indikator Praktik Tenaga Kerja dan Kinerja Pekerja yang Layak 4. Indikator Kinerja Hak Asasi 5. Indikator Kinerja Kemasyarakatan 6. Indikator Kinerja Tanggung Jawab dari Dampak Produk
Gambar 5. Komponen indikator kinerja PT Aneka Tambang Tbk
4.3.2. PT Freeport Indonesia Berdasarkan Tabel 12, total skor Sustainability Reporting PT Freeport Indonesia yaitu sebesar 54. Dengan pengungkapan terbanyak dalam bentuk non-moneter. Sedangkan indikator komponen terbesar yaitu indikator kinerja lingkungan. Tabel 12. Pengungkapan Komponen Indikator Sustainability Reporting PT Freeport Indonesia Non-Moneter
1
2
2
-
-
-
-
EN11 EN13 EN15 EN25 EN26 LA1 LA6 LA7
d e
1
HR1 1 SO1 1 Total Naratif
-
3
5
15
3
3
9
HR3 3 1 Total 0 Total Grafik/Tabel Non-Moneter Total Keseluruhan
3 27
1
1
-
1 1
1 1 5
-
-
-
-
EC1 EC8 EC9
∑ Total (1)x(2)
EN14 EN24
-
∑ Komponen (2)
b
-
Skor (1)
-
Komponen
-
∑ Total (1)x(2)
-
∑ Komponen (2)
-
Skor (1)
-
Komponen
Skor (1)
-
LA5
∑ Total (1)x(2)
Komponen
-
c
∑ Komponen (2)
∑ Total (1)x(2)
-
Skor (1)
-
Komponen
a
Moneter
Total Indikator
Grafik/Tabel
∑ Komponen (2)
Pengungkapan
Naratif
4
3
12
12
-
-
-
-
17
-
-
-
-
16
4 16
8 1
HR8 4 1 Total Moneter
54
Pengungkapan komponen-komponen indikator pada Sustainability Reporting PT Freeport Indonesia dapat terlihat pada Gambar 6. Komponen Indikator PT Freeport Indones ia
1. Indikator Kinerja Ekonomi 2. Indikator Kinerja Lingkungan
14.81%
1.85% 22.22%
29.63%
3. Indikator Praktik Tenaga Kerja dan Kinerja Pekerja yang Layak 4. Indikator Kinerja Hak Asasi M anusia
31.48% 5. Indikator Kinerja Kemasyarakatan
Gambar 6. Komponen indikator kinerja PT Freeport Indonesia
4.3.3. PT Internasional Nickel Indonesia Tbk Berdasarkan Tabel 13, total skor Sustainability Reporting PT Internasional
Nickel
Indonesia
yaitu
sebesar
15.
Dengan
pengungkapan terbanyak dalam bentuk non-moneter. Sedangkan indikator komponen terbesar yaitu indikator kinerja ekonomi. Tabel 13. Pengungkapan Komponen Indikator Sustainability Reporting PT Internasional Nickel Indonesia Tbk
Total Non-Moneter Total Keseluruhan 2
3 3
EC1 -
6
4 -
1 -
4 -
Total Moneter
4
Pengungkapan komponen-komponen indikator pada Sustainability Reporting PT Internasional Nickel Indonesia Tbk yang juga dapat terlihat pada Gambar 7. Komponen Indikator PT Internasional Nickel Indonesia Tbk
1. Indikator Kinerja Ekonomi
40.00% 60.00%
2. Indikator Kinerja Lingkungan
Gambar 7. Komponen indikator kinerja PT Internasional Nickel Indonesia Tbk 4.3.4. PT Kaltim Prima Coal Berdasarkan Tabel 14, total skor Sustainability Reporting PT Kaltim Prima Coal yaitu sebesar 134. Dengan pengungkapan terbanyak dalam bentuk non-moneter. Sedangkan indikator komponen terbesar yaitu indikator kinerja lingkungan.
Total Indikator
1 1
∑ Total (1)x(2)
3 3
∑ Komponen (2) Skor (1)
EC9 EN18
Komponen
2 -
Moneter ∑ Total (1)x(2)
Total Grafik/Tabel
1 -
∑ Komponen (2) Skor (1)
2 -
Komponen
3
EC1 -
Non-Moneter ∑ Total (1)x(2)
Total Naratif
Skor (1)
3
∑ Komponen (2)
3
Komponen
1
Grafik/Tabel ∑ Total (1)x(2)
EN9 EN14 EN18
∑ Komponen (2) Skor (1)
Komponen
Pengungkapan a b
Naratif
9 6
15
Tabel 14. Pengungkapan Komponen Indikator Sustainability Reporting PT Kaltim Prima Coal
6
18
EC1 EC3 EC9
4
3
12
32
3
4
12
-
-
-
-
45
25
11
22
2
7
14
LA6 LA8 LA11
3
3
9
-
-
-
-
2
1
2
HR2
3
1
3
-
-
-
-
11
SO2 SO8
3
2
6
-
-
-
-
12
-
-
-
-
-
-
-
-
9
6
6
-
-
-
-
1
9
9
-
-
-
-
36
3
2
1
Total Naratif
Total Indikator
HR5
∑ Total (1)x(2)
6
∑ Komponen (2)
6
Skor (1)
1
EC3 EC5 EC6 EC7 EC8 EC9 EN2 EN3 EN8 EN27
Komponen
2
EN1 EN6 EN11 EN13 EN15 EN16 EN20 EN21 EN22 EN24 EN30 LA1 LA2 LA3 LA7 LA9 LA13 LA14
∑ Total (1)x(2)
2
-
∑ Komponen (2)
1
-
Moneter
Skor (1)
f
11
-
-
Komponen
e
HR1 HR3 HR4 HR7 HR8 HR9 SO1 SO3 SO4 SO5 SO6 SO7 PR1 PR2 PR3 PR4 PR5 PR6 PR7 PR8 PR9
11
∑ Total (1)x(2)
d
1
∑ Komponen (2)
c
2
Non-Moneter
Skor (1)
EN5 EN7 EN9 EN10 EN12 EN18 EN19 EN23 EN25 EN26 EN28 LA4 LA5
2
Komponen
b
1
∑ Total (1)x(2)
EC2 EC4
Grafik/Tabel
∑ Komponen (2)
a
Skor (1)
Komponen
Pengungkapan
Naratif
Total Grafik/Tabel
38
Total Non-Moneter
48
Total Moneter
12 134
Total Keseluruhan
Pengungkapan
komponen-komponen
indikator
pada
Sustainability Reporting PT Kaltim Prima Coal yang juga dapat terlihat pada Gambar 8.
1. Indikator Kinerja Ekonomi
Komponen Indikator PT Kaltim Prima Coal
2. Indikator Kinerja Lingkungan
8.96%
6.72%
3. Indikator Praktik Tenaga Kerja dan Kinerja Pekerja yang Layak 4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia
23.88%
8.21% 18.65%
5. Indikator Kinerja Kemasyarakatan
33.58%
6. Indikator Kinerja Tanggung Jawab dari Dampak Produk
Gambar 8. Komponen indikator kinerja PT Kaltim Prima Coal 4.3.5. PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk Berdasarkan Tabel 15, total skor Sustainability Reporting PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk yaitu sebesar 43. Dengan pengungkapan terbanyak dalam bentuk non-moneter. Sedangkan indikator komponen terbesar yaitu indikator kinerja tenaga kerja dan kinerja pekerja yang layak. Tabel 15. Pengungkapan Komponen Indikator Sustainability Reporting PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk Non-Moneter
Moneter
-
-
-
-
-
b
EN12 EN13 EN22 EN26 EN28 LA5 LA10
1
5
5
-
-
-
-
EN11 EN14
3
2
1
2
2
LA1 LA13
2
2
4
3
-
-
-
-
-
-
-
LA4 LA6 LA7 LA8 LA11 PR5
Total Naratif
7
∑ Total (1)x(2)
∑ Komponen (2)
-
-
∑ Komponen (2)
Skor (1)
-
f
Skor (1)
∑ Total (1)x(2)
-
4
2
8
8
6
EC1 EC5 -
-
-
-
11
5
15
-
-
-
-
21
3 1 Total Total Grafik/Tabel 4 Non-Moneter Total Keseluruhan
3
-
-
-
-
3
24
Total Moneter
8
Komponen
∑ Komponen (2)
-
c
∑ Total (1)x(2)
Skor (1)
-
Komponen
∑ Total (1)x(2)
-
Komponen
∑ Komponen (2)
-
Komponen
a
Total Indikator
Grafik/Tabel
Skor (1)
Pengungkapan
Naratif
Pengungkapan komponen-komponen indikator pada Sustainability Reporting PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk yang juga dapat terlihat pada Gambar 9.
43
Komponen Indikator PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk
1. Indikator Kinerja Ekonomi 2. Indikator Kinerja Lingkungan
6.98%
18.60%
48.84%
3. Indikator Praktik Tenaga Kerja dan Kinerja Pekerja yang Layak 4. Indikator Kinerja Tanggung Jawab dari Dampak Produk
25.58%
Gambar 9. Komponen indikator kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk 4.3.6. PT Timah Tbk Berdasarkan Tabel 16, total skor Sustainability Reporting PT Timah Tbk yaitu sebesar 55. Dengan pengungkapan terbanyak dalam bentuk grafik/tabel. Sedangkan indikator komponen terbesar yaitu indikator kinerja lingkungan. Tabel 16. Pengungkapan Komponen Indikator Sustainability Reporting PT Timah Tbk
2
-
-
-
-
c
LA8
1
1
1
f
PR1 PR2 PR3
1
3
3
EN5 EN6 EN8 EN22 EN24 EN30 LA1 LA2 LA7 LA9 LA12 LA13 -
2
6
12
EN6 EN8 EN27
3
3
2
6
12
LA8
3
-
-
-
-
-
9
Total Grafik/Tabel
Total Non-Moneter Total Keseluruhan 26
∑ Total (1)x(2)
1
∑ Komponen (2) Skor (1)
3
Total Naratif
2
Komponen
3
Moneter ∑ Total (1)x(2)
1
EC1
∑ Komponen (2) Skor (1)
2
Komponen
2
∑ Total (1)x(2)
∑ Komponen (2) Skor (1)
Komponen
1
b
EC8 EC9 EN5 EN18 EN26
a
Non-Moneter
Total Indikator
Grafik/Tabel ∑ Total (1)x(2)
∑ Komponen (2) Skor (1)
Komponen
Pengungkapan
Naratif
4
2
8
8
9
EC1 EC9 EN5
4
1
4
28
1
3
-
-
-
-
16
-
-
-
-
-
-
3
12
Total Moneter
12 55
Pengungkapan
komponen-komponen
indikator
pada
Sustainability Reporting PT Timah Tbk yang juga dapat terlihat pada Gambar 10. Komponen Indikator PT Timah Tbk 5.45%
14.55%
1. Indikator Kinerja Ekonomi 2. Indikator Kinerja Lingkungan
29.10% 50.91%
3. Indikator Praktik Tenaga Kerja dan Kinerja Pekerja yang Layak 4. Indikator Kinerja Tanggung Jawab dari Dampak Produk
Gambar 10. Komponen indikator kinerja PT Timah Tbk Dari total skor tersebut, dikelompokkan kembali berdasarkan kategori pada Tabel 16. untuk mengetahui tingkat keluasan dan kedalaman (breadth and depth) Sustainability Reporting masingmasing perusahaan sebagai berikut serta dapat dilihat pada Gambar 11. Tingkat Keluasan dan Kedalaman Sustainability Reporting Tahun 2006 di Industri Pertambangan
Skor 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Antam Freeport Inco KPC PTBA Timah Bottom Craw el
Ultra Narrow
Not So Hot
Pressing Hard State-of-theart
New Benchmarks
Trailblazers
Over the Horizon
Kategori
Gambar 11. Tingkat Keluasan dan Kedalaman Sustainability Reporting Tahun 2006 Berikut pengelompokkan kategori dari tingkat keluasan dan kedalaman Sustainability Reporting masing-masing perusahaan yang dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Pengelompokkan Kategori tingkat keluasan dan kedalaman Sustainability Reporting 6 Perusahaan di Industri Pertambangan periode tahun 2006 Kategori Over the Horizon
Skor 141-194
Perusahaan -
Trailblazers
121-140
KPC
New Benchmarks
101-120
-
State-of-the-Art
81-100
-
Pressing Hard
61-80
ANTAM
Not So Hot
41-60
PTFI , PTBA, TIMAH
Ultra Narrow
21-40
-
Bottom Crawler
0-20
INCO
4.4. Tingkatan level Sustainability Reporting Tahun 2006 Perusahaan di Industri Pertambangan Tingkatan level Sustainability Reporting dikualifikasikan berdasarkan kriteria pada Gambar 3. meliputi pengungkapan profil G3, pendekatan manajemen G3 dan indikator kinerja G3. 4.4.1. PT Aneka Tambang Tbk a. Pengungkapan Profil G3 Pengungkapan Profil G3 PT Aneka Tambang Tbk dapat terlihat pada Tabel 18. Tabel 18. Pengungkapan Profil GRI G3 PT Aneka Tambang Tbk Bagian Pengungkapan Profil
Pengungkapan Profil GRI G3
GRI G3 Strategi dan Analisis Profil Organisasi Parameter Laporan Pengelolaan, Komitmen dan Keterikatan
Profil 1.1, 1.2 Profil 2.1, 2.2, 2.3, 2.4 dan 2.10 Profil 3.3, 3.9 dan 3.12 Profil 4.1, 4.3, 4.4, 4.5, 4.9, 4.14 dan 4.19
b. Pengungkapan Pendekatan Manajemen G3 telah diungkapkan untuk masing-masing kategori Indikator, mencakup : 1. Indikator Kinerja Ekonomi 2. Indikator Kinerja Lingkungan 3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja
4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia 5. Indikator Kinerja Masyarakat 6. Indikator Kinerja Tanggung Jawab Produk c. Indikator Kinerja G3 PT Aneka Tambang telah melaporkan 38 Komponen Indikator Kinerja G3. Berdasarkan kriteria pengungkapan profil GRI G3, pendekatan manajemen G3 dan indikator kinerja G3 , maka PT Aneka Tambang termasuk pada Level B+. 4.4.2. PT Freeport Indonesia a. Pengungkapan Profil G3 Pengungkapan Profil G3 PT Freeport Indonesia dapat terlihat pada Tabel 19. Tabel 19. Pengungkapan Profil GRI G3 PT Aneka Tambang Tbk Bagian Pengungkapan Profil
Pengungkapan Profil GRI G3
GRI G3 Strategi dan Analisis Profil Organisasi Parameter Laporan Pengelolaan, Komitmen dan Keterikatan
Profil 1.1 Profil 2.1, 2.2, 2.5 dan 2.9 -
b. Pengungkapan Pendekatan Manajemen G3 telah diungkapkan untuk masing-masing kategori Indikator, mencakup : 1. Indikator Kinerja Ekonomi 2. Indikator Kinerja Lingkungan 3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja 4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia 5. Indikator Kinerja Masyarakat c. Indikator Kinerja G3 PT Freeport Indonesia telah melaporkan 20 Komponen Indikator Kinerja G3.
Berdasarkan kriteria pengungkapan profil GRI G3, pendekatan manajemen G3 dan indikator kinerja G3 , maka PT Freeport Indonesia termasuk pada Level B. 4.4.3. PT Internasional Nickel Indonesia Tbk a. Pengungkapan Profil G3 Pengungkapan Profil G3 PT Internasional Nickel Indonesia Tbk dapat terlihat pada Tabel 20. b. Pengungkapan Pendekatan Manajemen G3 telah diungkapkan untuk masing-masing kategori Indikator, mencakup : 1. Indikator Kinerja Ekonomi 2. Indikator Kinerja Lingkungan Tabel 20. Pengungkapan Profil GRI G3 PT Internasional Nickel Indonesia Tbk Bagian Pengungkapan Profil
Pengungkapan Profil GRI G3
GRI G3 Strategi dan Analisis Profil Organisasi Parameter Laporan Pengelolaan, Komitmen dan Keterikatan
Profil 1.1 Profil 2.10 Profil 4.8
c. Indikator Kinerja G3 PT Internasional Nickel Indonesia Tbk hanya melaporkan 5 Komponen Indikator Kinerja G3. Laporan lebih banyak memfokuskan pada Program Pemberdayaan Masyarakat dan kegiatan sosial. Berdasarkan kriteria pengungkapan profil GRI G3, pendekatan manajemen G3 dan indikator kinerja G3 , maka PT Internasional Nickel Indonesia termasuk pada Level C. 4.4.4. PT Kaltim Prima Coal a. Pengungkapan Profil G3 Pengungkapan Profil G3 PT Kaltim Prima Coal dapat terlihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Pengungkapan Profil GRI G3 PT Kaltim Prima Coal Bagian Pengungkapan Profil
Pengungkapan Profil GRI G3
GRI G3 Strategi dan Analisis Profil Organisasi Parameter Laporan
Semua Profil Semua Profil Semua Profil kecuali Profil 3.4 Semua Profil
Pengelolaan, Komitmen dan Keterikatan
b. Pengungkapan Pendekatan Manajemen G3 telah diungkapkan untuk masing-masing kategori Indikator, mencakup : 1. Indikator Kinerja Ekonomi 2. Indikator Kinerja Lingkungan 3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja 4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia 5. Indikator Kinerja Masyarakat 6. Indikator Kinerja Tanggung Jawab Produk c. Indikator Kinerja G3 PT Kaltim Prima Coal telah melaporkan 70 Komponen Indikator Kinerja G3. Berdasarkan kriteria pengungkapan profil GRI G3, pendekatan manajemen G3 dan indikator kinerja G3 , maka PT Kaltim Prima Coal termasuk pada Level A. 4.4.5. PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk a. Pengungkapan Profil G3 Pengungkapan Profil G3 PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk dapat terlihat pada Tabel 22. Tabel 22. Pengungkapan Profil GRI G3 PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk Bagian Pengungkapan Profil
Pengungkapan Profil GRI G3
GRI G3 Strategi dan Analisis Profil Organisasi Parameter Laporan Pengelolaan, Komitmen dan Keterikatan
Profil 1.1 Profil 2.1, 2.2, 2.4, 2.6 dan 2.10 Profil 3.3, 3.5 dan 3.9 Profil 4.4 dan 4.9
b. Pengungkapan Pendekatan Manajemen G3 telah diungkapkan untuk masing-masing kategori Indikator, mencakup : 1. Indikator Kinerja Ekonomi 2. Indikator Kinerja Lingkungan 3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja 4. Indikator Kinerja Tanggung Jawab Produk c. Indikator Kinerja G3 PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk telah melaporkan 19 Komponen Indikator Kinerja G3. Berdasarkan kriteria pengungkapan profil GRI G3, pendekatan manajemen G3 dan indikator kinerja G3 , maka PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk termasuk pada Level C+. 4.4.6. PT Timah Tbk a. Pengungkapan Profil G3 Pengungkapan Profil G3 PT Timah Tbk dapat terlihat pada Tabel 23. Tabel 23. Pengungkapan Profil GRI G3 PT Timah Tbk Bagian Pengungkapan Profil
Pengungkapan Profil GRI G3
GRI G3 Strategi dan Analisis Profil Organisasi Parameter Laporan Pengelolaan, Komitmen dan Keterikatan
Profil 1.1, 1.2 Profil 2.1, 2.2 dan 2.4 Profil 3.3 dan 3.9 -
b. Pengungkapan Pendekatan Manajemen G3 telah diungkapkan untuk masing-masing kategori Indikator, mencakup : 1. Indikator Kinerja Ekonomi 2. Indikator Kinerja Lingkungan 3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja 4. Indikator Kinerja Tanggung Jawab Produk c. Indikator Kinerja G3 PT Timah Tbk telah melaporkan 24 Komponen Indikator Kinerja G3.
Berdasarkan kriteria pengungkapan profil GRI G3, pendekatan manajemen G3 dan indikator kinerja G3 , maka PT Timah Tbk termasuk pada Level B.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengungkapan terbanyak indikator kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan yang terdapat pada Sustainability Reporting 6 sampel perusahaan di Industri Pertambangan yaitu oleh PT Kaltim Prima Coal sebesar 70 Komponen Indikator (88,61%) dari 79 Komponen Indikator GRI G3 Guidelines diikuti oleh PT Aneka Tambang Tbk sebesar 38 Komponen Indikator (48,10%), PT Timah Tbk sebesar 24 Komponen Indikator (30,38%), PT Freeport Indonesia sebesar 20 Komponen Indikator (25,32%), PT Tambang Batu Bara Bukit Asam sebesar 19 Komponen Indikator (24,05%) Sedangkan pengungkapan terkecil yaitu oleh PT Internasional Nickel Indonesia Tbk sebesar 5 Komponen Indikator (6,33%). 2. Tingkat keluasan dan kedalaman (Breadth and Depth) dari Sustainability Reporting 6 sampel perusahaan di Industri Pertambangan pada kategori Trailblazers (skor antara 121-140) yaitu PT Kaltim Prima Coal dengan skor 134, kategori Pressing Hard (skor antara 61-80) yaitu PT Aneka Tambang Tbk, kategori Not So Hot (skor antara 41-60) yaitu PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia dan PT Timah Tbk sedangkan kategori terendah Bottom Crawler (skor antara 0-20) yaitu PT Internasional Nickel Indonesia Tbk dengan skor 15. 3. Level Sustainability Reporting tertinggi yaitu PT Kaltim Prima Coal dengan tingkat Level A, diikuti dengan PT Aneka Tambang Tbk pada Level B+, PT Freeport Indonesia dan PT Timah Tbk di Level B, PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk pada Level C+ dan terakhir PT Internasional Nickel Indonesia Tbk di Level C. Secara keseluruhan, level Sustainability Reporting masing-masing sampel perusahaan tersebar secara merata diantara keenam sampel perusahaan.
B. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian ini, dapat disarankan bagi perusahaanperusahaan di Indonesia dan peneliti selanjutnya yaitu : 1. Diharapkan bagi penelitian selanjutnya, pengambilan sampel perusahaan diperhatikan kembali perusahaan mana yang telah memiliki Sustainability Reporting agar lebih mudah pengelompokkannya ke dalam GRI G3 Guidelines. 2. Dapat membandingkan penelitian ini dengan menggunakan standar pelaporan yang lain. 3. Perusahaan
di
Indonesia
diharapkan
mengeluarkan
Sustainability
Reporting yang terpisah dari Annual Report agar terdapat transparansi dari pertanggungjawaban seluruh kegiatan perusahaan dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan sehingga kepercayaan stakeholder terhadap perusahaan dapat semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Aneka Tambang. 2007. Laporan Keberlanjutan (Jalan Keberlanjutan). Asih, M. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility (CSR) (Studi Kasus PT Telkom Divre II Jakarta). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Budimanta, A., Adi Prasetijo., Bambang Rudito. 2004. Jawaban Bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini. ICSD (Indonesia Center for Sustainable Development). Chapman, R and Markus J. Milne. 2003. The Tripple Bottom Line : How New Zealand Companies Measure Up. Journal of Accountancy, pp 6-9. Darwin, A. 2008. Sustainability Reporting : An Effective Media Report Your CSR Performance. Makalah pada The 1st Parahiyangan International Accounting and Business Conference. 13 Februari 2008, Bandung. Freeport
Indonesia. 2007. Nilai Mendasar (Laporan Berkarya Menuju
Pembangunan Berkelanjutan 2006). Global Reporting Initiatives (2007a). Making The Connection (The GRI Guidelines and The UNGC Communication on Progress). Global Reporting Initiatives (2007b). GRI Application Levels. Hadibroto, A. 2004. Ketua Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Internasional Nickel Indonesia. 2007. Kisah dari Ranah Sulawesi (Laporan Program Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan Hidup). Kaltim Prima Coal. 2007. Laporan Pembangunan Keberlanjutan 2006. Mulyadi, D. 2007. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dalam Usaha Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, Jln Raya Gatot Subroto Kav. 52 Jakarta). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Republika (Jakarta). 9 Mei 2008. BBM Naik, Si Miskin Membludak. Hlm 13 (Kolom 13).
Ruru, B. 2002. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di Lingkungan BUMN. Palembang. Sihotang, P and Poppy Margareth. 2008. Sustainability Reporting A Case Study on Indonesian Leading Companies. Department Accounting, Bina Nusantara Internasional. Syam. 2007. Konsep Kedermawanan Korporasi Bisnis. http://www.ima-unhas.com [22 Maret 2008] Tambang Batu Bara Bukit Asam. 2007. Laporan Keberlanjutan Komitmen pada Kehidupan. Timah. 2007. Mewujudkan Kepedulian. Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Cetakan Kedua. Fascho Publishing, Gresik. Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan (Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan). Cetakan Pertama. Akademika Presindo, Jakarta. www.bei.co.id [Februari 2008 – Mei 2008] www.globalreporting.org [Maret 2008 – April 2008] www.sustainability-indexes.com [Maret 2008-April 2008] www.wartaekonomi.com [Maret 2008]
Lampiran 1. GRI G3 Guidelines Bagian
Pengungkapan GRI G3
Pengungkapan GRI G3 Ekonomi
Pengungkapan dalam Pendekatan Manajemen – Ekonomi Meliputi ringkasan pengungkapan dengan mengikuti item Pendekatan Manajemen: tujuan dan kinerja, kebijakan; tambahan termasuk informasi Kinerja Ekonomi
EC1 - Nilai ekonomi yang dihasilkan dan didistribusikan secara langsung, termasuk pendapatan, biaya operasi, kompensasi kepada karyawan, donasi dan investasi ke masyarakat, laba ditahan serta pembayaran ke penyedia modal dan pemerintah EC2 - Dampak keuangan dan risiko lainnya dan kesempatan bagi aktivitas perusahaan akibat perubahan iklim EC3 - Cakupan program tunjangan EC4 - Bantuan keuangan dari pemerintah
Keberadaan Pasar
EC5 - Rasio-rasio Upah Awal EC6 - Pemakaian Pemasok Lokal EC7 - Pemakaian tenaga lokal dan proporsi dari manajemen senior
Dampak Ekonomi
EC8 - Pembangunan dan dampak dari
Tidak Langsung
investasi infrastruktur dan jasa EC9 - Memahami dan mendeskripsikan dampak
ekonomi
tidak
langsung
yang
signifikan, termasuk seberapa jauh dampak dihasilkan.
Lanjutan Lampiran 1. Pengungkapan dalam Pendekatan Manajemen – Lingkungan Meliputi ringkasan pengungkapan dengan mengikuti item Lingkungan
Pendekatan Manajemen: tujuan dan kinerja, kebijakan; tanggung jawab organisasi, pelatihan dan penghargaan, pengontrolan, tambahan termasuk informasi Bahan
EN1 - Penggunaan material dengan berat atau volume EN2 - Persentase dari penggunaan material yang didaur ulang dari input material
Energi
EN3 - Energi langsung yang digunakan EN4 - Energi tidak langsung yang digunakan EN5
-
Energi
yang
disimpan
untuk
konservasi dan efisiensi perbaikan EN6 - Inisiatif untuk menyediakan produk dan jasa yang menggunakan energi yang efisien atau sumberdaya terbarukan, serta pengurangan kebutuhan penggunaan energi sebagai dampak dari inisiatif ini EN7 - Inisiatif untuk mengurangi konsumsi energi tidak langsung dan pengurangan telah dicapai Air
EN8 – Total penarikan air EN9 - Sumber air yang terpengaruh oleh penarikan air EN10 - Persentase dan total volume dari pemakaian ulang air dan penggunaan kembali
Keanekaragaman
EN11 – Lokasi dan luas lahan yang dimiliki,
Hayati
disewakan, atau berdekatan dengan area yang dilindungi
dan
area
dengan
nilai
keanekaragaman hayati yang tinggi di luar area yang dilindungi EN12 – Deskripsi dari dampak signifikan yang ditimbulkan oleh aktivitas, produk dan
Lanjutan Lampiran 1. jasa pada keanekaragaman hayati yang ada di wilayah yang dilindungi serta area dengan nilai keanekaragaman hayati di luar wilayah yang dilindungi EN13
–
Habitat
yang dilindungi
atau
dikembalikan kembali EN14 – Strategi, aktivitas saat ini dan rencana masa
depan
untuk
mengelola
dampak
terhadap keanekaragaman hayati EN15 – Jumlah spesies IUCN Red List dan spesies yang masuk dalam daftar konservasi nasional dengan habitat di wilayah yang terkena dampak operasi, berdasarkan risiko kepunahan Emisi, Efluen dan
EN16 – Total emisi gas rumah kaca langsung
Limbah
dan tidak langsung EN17 – Emisi gas rumah kaca tidak langsung yang relevan lainnya EN18 - Inisiatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan pengurangan yang berhasil dilakukan EN19 – Emisi pengurangan ozon EN20 – Tipe dan berat NOx, SOx dan emisi udara yang sinifikan lainnya EN21 – Total pembuangan air dengan kualitas dan tujuannya EN22 – Total berat dari limbah dengan tipe dan metode penjualan EN23 – Total jumlah dan volume dari tumpahan yang signifikan EN24
-
Berat
ditransportasikan, diolah
yang
dari diimpor,
limbah
yang
diekspor
atau
diklasifikasikan
berbahaya
berdasarkan Basel Convetion Annex I, II, III dan VIII, dan persentase limbah yang
Lanjutan Lampiran 1. dikapalkan secara internasional
EN25 – Identitas, ukuran, status perlindungan dan nilai keanekaragaman dari air dan hubungan habitat dengan signifikan Produk dan Jasa
EN26 – Inisiatif untuk meringankan dampak lingkungan dari produk dan jasa, dan seberapa jauh dampaknya EN27 – Persentase dari reklamasi
produk
yang telah terjual Kepatuhan
EN28 – Denda dan total sanksi terhadap pelanggaran undang-undang lingkungan dan regulasi
Transportasi
EN29 – Dampak lingkungan yang signifikan dari mentransportasikan produk dan barang serta material lainnya yang digunakan untuk operasi organisasi dan mentransportasikan tenaga kerja
Keseluruhan
EN30 - Jumlah biaya untuk lingkungan dan investasi berdasarkan jenis kegiatan
Praktik
Pengungkapan dalam Pendekatan Manajemen – Praktik
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja dan Kinerja Pekerja yang Layak
dan Kinerja
Meliputi ringkasan pengungkapan dengan mengikuti item
Pekerja
Pendekatan Manajemen: tujuan dan kinerja, kebijakan; tanggung
yang Layak
jawab organisasi, pelatihan dan penghargaan, pengontrolan, tambahan termasuk informasi. Tenaga Kerja
LA1 - Komposisi jumlah tenaga kerja berdasarkan tipe pekerjaan dan lokasi LA2 - Penciptaan lapangan kerja neto dan rata-rata turnover berdasarkan unit LA3 - Persentase karyawan yang diwakili oleh serikat pekerja independen
Tenaga Kerja /
LA4 - Kebijakan dan prosedur terkait
Hubungan
informasi, konsultasi dan negosiasi dengan
Manajemen
karyawan terkait dengan perubahan pekerjaan
Kesehatan dan
LA5 - Praktik, pencatatan dan notifikasi
Keselamatan
kecelakaan kerja serta kesehatan sesuai Kode
Kerja
ILO Code of Practice LA6 – Persentase dari total angkatan kerja yang direpresentasikan dalam manajemen formal-serikat
kesehatan
pekerja
dan
keselamatan yang membantu memonitor dan memberikan saran dalam program kesehatan dan keselamatan LA7 - Tingkat dan jumlah kecelakaan, jumlah hari hilang, dan tingkat absensi, termasuk subkontraktor Pendidikan dan
LA8 – Pendidikan, pelatihan, konseling,
Pelatihan
pencegahan dan program kontrol risiko untuk melindungi anggota pekerja, keluarganya atau anggota masyarakat yang terserang penyakit serius LA9 - Rata-rata jam pelatihan per tahun per karyawan
Keragaman dan
LA10 - Deskripsi kebijakan kesempatan yang
Peluang yang
sama dan sistem pengawasannya
Setara
LA11 – Program keahlian manajemen dan jangka panjang yang mendukung kemampuan pekerja selanjutnya dan melindungi para pekerja dalam mengelola akhir dari karirnya LA12
–
Persentase
dari
pekerja
yang
menerima kinerja regular dan pembangunan karir kembali LA13 - Komposisi Manajemen Senior dan organ tata kelola perusahaan per kategori meliputi jenis kelamin, grup usia, anggota minoritas dan indikator keberagaman lainnya LA14 – Rasio dari gaji pria dan wanita
Hak Asasi
Pengungkapan dalam Pendekatan Manajemen – Hak Asasi
Manusia
Manusia Meliputi ringkasan pengungkapan dengan mengikuti item Pendekatan Manajemen: tujuan dan kinerja, kebijakan; tanggung jawab organisasi, pelatihan dan penghargaan, pengontrolan, tambahan termasuk informasi. Praktek Investasi
HR1 – Persentase dan total jumlah dari
dan Pengadaan
perjanjian investasi yang signifikan meliputi klausa hak asasi manusia atau sesuai dengan hak asasi manusia HR2 – Persentase signifikan dari suplier dan kontraktor HR3 – Total jam dari pelatihan karyawan dalam kebijakan dan prosedur mengenai aspek hak asasi manusia yang relevan untuk beroperasi, meliputi persentase dari pekerja yang dilatih
Anti Diskriminasi
HR4 – Total jumlah dari insiden dari tindak diskriminasi
Kebebasan
HR5 – Asosiasi kebebasan berserikat dan
Berserikat dan
daya tawar kelompok akan berada pada risiko
Perundingan
signifikan dan tindakan untuk mendukungnya
Bersama Pekerja Anak
HR6 – Risiko signifikan untuk insiden dari pekerja anak dan mengukur untuk berkontribusi mengeliminasikan pekerja anak
Tenaga Kerja
HR7 – Risiko signifikan untuk insiden dari
Wajib dan
pekerja paksa dan mengukur untuk
Terpaksa
berkontribusi mengeliminasikan pekerja paksa
Indikator
HR8 – Persentase dari pelatihan keamanan
Tambahan,
personel dalam kebijakan perusahaan atau
Praktik
prosedur mengenai aspek hak asasi manusia
Kedisiplinan
relevan untuk beroperasi
Hak Masyarakat
HR9 – Total jumlah dari insiden pelanggaran
Adat
atas hak-hak warga pribumi dan tindakan
menghadapinya Masyarakat
Pengungkapan dalam Pendekatan Manajemen – Masyarakat Meliputi ringkasan pengungkapan dengan mengikuti item Pendekatan Manajemen: tujuan dan kinerja, kebijakan; tanggung jawab organisasi, pelatihan dan penghargaan, pengontrolan, tambahan termasuk informasi. Masyarakat
SO1 - Deskripsi kebijakan pengelolaan dampak bagi masyarakat, termasuk sistem pengawasan yang ada
Penyuapan dan
SO2 – Persentase dan total jumlah dari unit
Korupsi
bisnis yang dianalisis untuk risiko yang dihubungkan dengan korupsi SO3 – Persentase dari pekerja yang dilatih dalam kebijakan dan prosedur organisasi anti korupsi SO4 – Tindakan dalam merespon insiden dalam korupsi
Kebijakan Publik
SO5 – Posisi kebijakan publik dan partisipasi dalam pengembangan kebijakan publik dan lobi SO6 – Total nilai finansial dan kontribusi dalam partai politik, orang politik dan hubungan institusi dalam negara
Perilaku Anti
SO7 – Total jumlah dari tindakan resmi untuk
Persaingan
perilaku anti persaingan, anti kepercayaan dan praktik monopoli serta pengeluarannya
Kepatuhan
SO8 – Nilai moneter dari pelanggaran signifikan dan total jumlah sanksi nonmoneter
untuk pelanggaran hukum
dan
regulasi
Tanggung
Pengungkapan dalam Pendekatan Manajemen – Tanggung
jawab Produk
jawab Produk Meliputi ringkasan pengungkapan dengan mengikuti item
Pendekatan Manajemen: tujuan dan kinerja, kebijakan; tanggung jawab organisasi, pelatihan dan penghargaan, pengontrolan, tambahan termasuk informasi. Kesehatan dan
PR1
-
Deskripsi
kebijakan
untuk
Keselamatan
mempertahankan kesehatan dan keselamatan
Konsumen
konsumen dalam penggunaan produk atau jasa perusahaan PR2 – Total jumlah dari ketidakpatuhan dalam regulasi dan dampak dari produk dan jasa mengenai kesehatan dan keselamatan konsumen
Pencantuman
PR3 – Pencantuman label
Label Produk
produk dan jasa
dan Jasa
PR4
-
Total
ketidakpatuhan
informasi dari
jumlah
terhadap
dari
insiden
regulasi
dan
informasi produk dan pelabelan PR5 – Praktek yang berhubungan dengan kepuasan konsumen, meliputi hasil dari survei pengukuran kepuasan konsumen Komunikasi
PR6 – Program yang berhubungan dengan
Pemasaran
hukum, stándar dan komunikasi pemasaran, meliputi periklanan, promosi dan sponsorship PR7 – Total jumlah dari insiden dari ketidakpatuhan dengan regulasi dan mengenai komunikasi pemasaran, meliputi periklanan, promosi dan sponsorship
Privasi Konsumen
PR8 – Total jumlah dari pelanggaran privasi konsumen dan kehilangan data konsumen PR9 – Nilai moneter dari pelanggaran hukum dan
regulasi
mengenai
penggunaan produk dan jasa
provisi
dan
Lampiran 2. Pengungkapan GRI Kriteria Level Aplikasi Bagian Pengungkapan
Pengungkapan GRI G3
GRI G3 Strategi dan Analisis
Pengungkapan Profil 1.1
Pernyataan
dari
pembuat
keputusan
tertinggi
dari
organisasi (CEO, pemimpin atau posisi senior yang sama) Pengungkapan Profil 1.2
Deskripsi dari dampak, risiko dan peluang
Profil Organisasi
Pengungkapan Profil 2.1
Nama Organisasi
Pengungkapan Profil 2.2
Produk utama, produk dan jasa
Pengungkapan Profil 2.3
Struktur
operasional
organisasi,
meliputi
utama,
divisi
pengoperasian
perusahaan,
tambahan
dan
joint venture Pengungkapan Profil 2.4
Lokasi pusat organisasi
Pengungkapan Profil 2.5
Jumlah
Negara
tempat
beroperasi, dan nama Negara dengan operasi besar atau yang relevan secara khusus untuk isu sustainabilitas yang dicantumkan dalam laporan Pengungkapan Profil 2.6
Kepemilikan asli dan bentuk hukum
Pengungkapan Profil 2.7
Pelayanan
pasar
(meliputi
geografis, pelayanan sektor dan tipe dari pelanggan) Pengungkapan Profil 2.8
Skala
dalam
pelaporan
organisasi Pengungkapan Profil 2.9
Perubahan signifikan selama pelaporan mengenai ukuran, struktur dan kepemilikan
Pengungkapan Profil 2.10
Penghargaan yang diterima
Lanjutan Lampiran 2. selama periode pelaporan Parameter Laporan
Pengungkapan Profil 3.1
Periode Laporan (fiskal/tahun kalender)
untuk
informasi
yang tersedia Pengungkapan Profil 3.2
Tanggal yang baru-baru ini lebih dahulu dilaporkan
Pengungkapan Profil 3.3
Siklus pelaporan (tahunan, dua tahun, dan lain-lain)
Pengungkapan Profil 3.4
Titik kontak bagi pertanyaan mengenai laporan atau isinya
Pengungkapan Profil 3.5
Proses untuk mendefinisikan isi laporan
Pengungkapan Profil 3.6
Batasan
laporan
(negara,
divisi, tambahan, fasilitas yang disewakan,
joint
venture,
batasan
khusus
pemasok) Pengungkapan Profil 3.7
Pernyataan dari laporan
Pengungkapan Profil 3.8
Dasar
untuk
melaporkan
dalam joint venture, tambahan, fasilitas yang disewakan dan lainnya yang bisa berdampak secara signifikan dibandingkan dari period ke periode dan atau antara organisasi Pengungkapan Profil 3.9
Teknik pengukuran data dan perhitungan, meliputi asumsi dan teknik yang menjadi dasar estimasi
untuk
digunakan
sebagi
kompilasi
indikator-indikator informasi
lainnya
dari dan dalam
laporan Pengungkapan Profil 3.10
Keterangan
dari
dampak
beberapa pengulangan kembali
Lanjutan Lampiran 2. pernyataan
dari
informasi
yang tersedia dalam laporan sebelumnya dan alas an untuk pernyataan tersebut Pengungkapan Profil 3.11
Perubahan
signifikan
dari
laporan peride sebelumnya, batasan
atau
metode
pengukuran yang digunakan dalam laporan Pengungkapan Profil 3.12
Tabel yang mengidentifikasi lokasi
dari
Pengungkapan
Standar dalam laporan Pengungkapan Profil 3.13
Kebijakan dan praktik dengan tujuan
melihat
jaminan
eksternal laporan Pengungkapan Profil 4.1
Pengelolaan, Komitmen
Struktur tata kelola organisasi, meliputi
dan
komite
pemimpin
Keterikatan
dibawah
tertinggi
untuk
tugas-tugas spesifik, seperti menyiapkan
strategi
atau
kekeliruan organisasi Pengungkapan Profil 4.2
Mengindikasikan pemimpin
apakah
tertinggi
juga
sebagai Executive Officer Pengungkapan Profil 4.3
Bagi organisasi yang memiliki struktur
komisi
menyatakan anggota
unit,
jumlah dari
dari
tingkatan
tertinggi secara independent ataupun anggota non-eksekutif Pengungkapan Profil 4.4
Mekanisme bagi shareholder dan
karyawan
menyediakan
untuk
rekomendasi
atau perintah untuk pemimpin tertinggi
Lanjutan Lampiran 2.
Pengungkapan Profil 4.5
Hubungan antara kompensasi bagi
anggota
pemimpin
tertinggi, manajer senior dan eksekutif
dan
kinerja
organisasi (meliputi kinerja sosial dan lingkungan) Pengungkapan Profil 4.6
Proses dari pemimpin tertinggi untuk
menjamin
bahwa
konflik dapat terhindarkan Pengungkapan Profil 4.7
Proses
untuk
menentukan
kualifikasi dan keahlian dari anggota untuk
pimpinan
tertinggi
memimpin
strategi
organisasi
secara
ekonomi,
lingkungan dan sosial Pengungkapan Profil 4.8
Pernyataan
yang
dibangun
secara internal dari misi/nilainilai-nilai,
kode
dari
memimpin dan prinsip-prinsip yang relevan bagi ekonomi,
kinerja
sosial
dan
lingkungan serta status dari implementasi Pengungkapan Profil 4.9
Prosedur
dari
pimpinan
tertinggi
untuk
mengawasi
pengidentifikasian organisasi dan manajemen dari kinerja ekonomi, lingkungan,
sosial meliputi
dan risiko
dan peluang yang relevan serta kepatuhan/pelanggaran sesuai
standar internasional Pengungkapan Profil 4.10
Proses
untuk
mengevaluasi
Lanjutan Lampiran 2. kinerja pemimpin tertinggi, secara
khusus
yang
menghormati kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan Pengungkapan Profil 4.11
Menjelaskan dan bagaimana tindak pendekatan pencegahan atau prinsip oleh organisasi
Pengungkapan Profil 4.12
Bagian ekonomi, sosial dan lingkungan secara
yang
dibangun
eksternal,
prinsip-
prinsip atau inisiatif lainnya bagi penandatangan organisasi atau pembenaran Pengungkapan Profil 4.13
Keanggotaan
dari
(misalnya
asosiasi asosiasi
industri/nasional/internasional) Pengungkapan Profil 4.14
Daftar grup dari stakeholder yang diikat oleh organisasi
Pengungkapan Profil 4.15
Dasar untuk mengidentifikasi dan menyeleksi stakeholder
Pengungkapan Profil 4.16
Pendekatan
kepada
stakeholder,
meliputi
frekuensi tipe keterikatan dan grup stakeholder Pengungkapan Profil 4.17
Topik utama dan mengenai keterikatan stakeholder yang telah diangkat, dan bagaimana organisasi telah merespon hal tersebut, meliputi laporannya
Total Kinerja Ekonomi 2. Kinerja Lingkungan
Pengungkapan GRI G3 EC1 Kinerja Ekonomi EC2 EC3 EC4 EC5 Keberadaan Pasar EC6 EC7 Dampak Ekonomi Tidak EC8 Langsung EC9 Bahan Energi
Air
Keanekaragaman Hayati
Emisi, Efluen dan Limbah
EN1 EN2 EN3 EN4 EN5 EN6 EN7 EN8 EN9 EN10 EN11 EN12 EN13 EN14 EN15 EN16 EN17 EN18 EN19 EN20 EN21 EN22 EN23
ANTAM ü
PTFI ü
INCO ü
ü ü
KPC ü ü ü
PTBA ü
TIMAH ü
ü
ü 4
ü ü 3
ü 2
ü
ü ü ü ü ü ü ü ü
ü ü ü ü
ü
ü
ü ü 3 ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü ü
2
3
ü ü ü ü ü ü ü ü ü
ü
ü
Lampiran 3. Pengungkapan Komponen Kinerja Perusahaan Berdasarkan GRI G3 Guidelines
Bagian Pengungkapan GRI G3 1. Kinerja Ekonomi
Kepatuhan Transportasi Keseluruhan Total Kinerja Lingkungan 3. Praktik Tenaga Kerja dan Kinerja
Tenaga Kerja
Pekerja yang Layak Tenaga Kerja / Hubungan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pendidikan dan Pelatihan Keragaman dan Peluang yang Setara
LA1 LA2 LA3 LA4 LA5 LA6 LA7 LA8 LA9 LA10 LA11 LA12 LA13
ü
ü 10 ü ü ü ü
ü ü ü
7 ü
ü ü ü ü ü
ü ü ü
ü ü ü
ü ü ü
ü
ü ü ü ü ü
ü
ü
ü
ü
ü
ü 12 ü ü ü ü
HR5
ü
ü
HR6 HR7
ü ü
ü ü
LA14 Total Praktik Tenaga Kerja dan Kinerja Pekerja yang Layak 4. Kinerja Hak Asasi Manusia Praktek Investasi dan Pengadaan Anti Diskriminasi Kebebasan Berserikat dan Perundingan Bersama Pekerja Anak Tenaga Kerja Wajib dan Terpaksa
ü 29 ü ü ü ü
3
HR1 HR2 HR3 HR4
11 ü ü
6 ü ü
0
ü ü
ü ü
ü
7 ü
ü 10 ü ü ü
ü ü ü ü ü
ü ü ü
ü ü ü
ü ü
9
8
Lanjutan Lampiran 3.
Produk dan Jasa
EN24 EN25 EN26 EN27 EN28 EN29 EN30
Total Kinerja Hak Asasi Manusia 5. Kinerja Masyarakat
Masyarakat Penyuapan dan Korupsi
Kebijakan Publik Perilaku Anti Persaingan Kepatuhan Total Kinerja Masyarakat 6. Kinerja Tanggung jawab Produk
Kesehatan dan Keselamatan Konsumen Pencantuman Label Produk dan Jasa Komunikasi Pemasaran Privasi Konsumen
Total Kinerja Tanggung jawab Produk Total Keseluruhan
HR8
ü
ü
HR9
ü 8 ü ü
3 ü
0
1
0
SO1 SO2 SO3 SO4 SO5 SO6 SO7 SO8 PR1 PR2 PR3 PR4 PR5
ü
ü
3 ü ü
PR6 PR7 PR8 PR9 2 38 (48.10%)
0 20 (25.32%)
0 5 (6.33%)
ü 9 ü ü ü ü ü ü ü ü 8 ü ü ü ü ü
ü
ü ü ü ü 9 70 (88.61%)
1 19 (24.05%)
0
0
0
0 ü ü ü
3 24 (30.38%)
Lanjutan Lampiran 3.
Indikator Tambahan, Praktik Kedisiplinan Hak Masyarakat Adat
Perusahaan
ANTAM
INCO
PTBA
TIMAH
05 Juli 1968
25 Juli 1968
2 Maret 1981
01 Agustus 1976
No. NPWP
01.001.663.2-051.000
01.000.541.1-091.000
01.000.011.5-051.000
01.001.665.7-051.000
Klasifikasi
Pertambangan Logam dan Mineral Lainnya
Pertambangan Logam dan Mineral Lainnya
Pertambangan Batu Bara
Pertambangan Logam
dan Gambut
dan Mineral Lainnya
Status
Company Listing
Company Listing
Company Listing
Company Listing
Harga Perdana
Rp. 1.400,00
Rp. 9.800,00
Rp. 575,00
Rp. 2.900,00
Modal Dasar
Rp.3.799.999.999.500
Rp.2.972.032.000.000
Rp.4.000.000.000.000
Rp.500.000.000.000
Modal Disetor
Rp. 953.845.974.500
Rp.2.972.032.000.000
Rp.1.065.750.000.000
Rp.251.651.000.000
Tanggal Listing
27 November 1997
16 Mei 1990
23 Desember 2002
19 Oktober 1995
Lampiran 4. Rekapitulasi Profil Sampel Perusahaan Go Public
Profil Berdiri
DAFTAR ISTILAH DAN DEFINISI
No Istilah 1. Global Reporting Initiave (GRI)
Definisi Sebuah inisiatif bersama antara koalisi LSM di Amerika Serikat, Coalition for Environmentally Responsible Economies (CERES) dengan United Nation Environment Programme (UNEP) yang mengeluarkan standar pelaporan bagi perusahaan di dunia.
2.
Global Reporting Initiave (GRI) Criteria Level Aplication (GRI Kriteria Level Aplikasi)
Kriteria level yang dibuat oleh GRI untuk mengkualifikasikan laporan berkelanjutan perusahaan.
3.
Global Reporting Initiave (GRI) G3 (Third Generation) Guidelines
Panduan pelaporan kerangka kerja GRI yang baru dikeluarkan pada tahun 2006 di Amsterdam, Belanda.
4.
Good Corporate (GCG)
5.
Sustainability Development Pembangunan atau perkembangan yang memenuhi kebutuhan masa (Pembangunan Keberlanjutan) sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.
6.
Sustainability Reporting (Laporan Berkelanjutan)
Laporan yang mencakup komponen indikator kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan, dampak dan kinerja dari organisasi dan produk yang dihasilkan dalam konteks pembangunan berkelanjutan.
7.
Stakeholder
Pihak yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Misalnya, pemegang saham, direksi dan manajer profesional, karyawan, keluarga karyawan, konsumen, penyalur dan pemasok, pers,
Governance Tata Kelola Perusahaan yang baik dengan meliputi prinsip-prinsip seperti transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,kemandirian, dan keadilan.
pesaing, pemerintah dan masyarakat.