PENGUKURAN DAMPAK PENERAPAN CAPABILITY MATURITY MODEL INTEGRATION UNTUK PENINGKATAN PROSES PENGEMBANGAN APLIKASI PADA TELKOMSIGMA Satrio Arto Santoso (1), Ford Lumban Gaol (2) Bina Nusantara University, Jalan KH. Syahdan No. 9 Jakarta Barat, DKI Jakarta 11480 Indonesia
[email protected](1),
[email protected](2)
ABSTRAK Tujuan penulisan dari tesis ini adalah mengukur dampak penerapan Capability Maturity Model Integration (CMMI) untuk proses pengembangan aplikasi pada Telkomsigma. Metode yang digunakan adalah membandingkan sampel proyek pengembangan aplikasi sebelum Telkomsigma menerapkan CMMI dan sesudah menerapkan. Dalam proses pengumpulan informasi, peneliti mengobservasi dokumentasi sampel proyek pengembangan aplikasi, kebijakan dan prosedur perusahaan serta diskusi dengan pihak yang bersangkutan. Data yang telah diperoleh dievaluasi dengan praktik – praktik CMMI untuk mengukur tingkat maturity. Hasil dari pengukuran adalah perbandingan pencapaian tujuan praktik CMMI dari masing – masing sampel proyek sebelum dan sesudah penerapan CMMI di Telkomsigma. Kesimpulannya adalah, penerapan CMMI dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan proses pengembangan aplikasi pada Telkomsigma Kata Kunci: CMMI, Area Proses, Praktik, Pengembangan Aplikasi.
PENDAHULUAN Didirikan pada tahun 1987, PT Sigma Cipta Caraka (Telkomsigma) adalah perusahaan yang menyediakan end-to-end ICT Solutions. Memperkerjakan lebih dari 1200 karyawan termasuk professional IT yang memiliki sertifikasi internasional. Layanan TI yang disediakan oleh Telkomsigma mencakup layanan konsultasi, pengelolaan layanan TI, layanan pengembangan aplikasi, dan operasi data center terintegrasi untuk perusahaan yang bergerak pada sektor perbankan (konvensional dan syariah), keuangan, telekomunikasi, manufaktur, distribusi dan sektor lainnya. Portfolio solusi yang ditawarkan meliputi : Managed Services (international certified data center, cloud computing, e-transaction, telco managed services, dan edutaintment media and communication services), Financial & Banking Development Services, Consulting dan System Integrator. Saat ini layanan Telkomsigma telah digunakan oleh lebih dari 350 klien dari beragam industri di Indonesia. Pada awal tahun 2008, Telkomsigma diakuisisi oleh anak perusahaan dengan layanan provider telekomunikasi dan informasi terbesar di Indonesia, TELKOM. Sebagai bagian dari Telkom Group, Telkomsigma memberikan dukungan sesuai dengan portfolio TELKOM: TIMES (Telecommunication, Information, Media & Edutaintment dan Services). Visi Telkomsigma adalah “untuk menjadi Perusahaan Solusi Teknologi Informasi dan Komunikasi terkemuka di wilayahnya”. Sementara Misi dari Telkomsigma adalah “untuk menjadi partner yang paling
1
2 diperccaya dalam meenyediakan daan mengimplem mentasikan manfaat dari soolusi TIK untuuk memperceppat peninggkatan bisnis pelanggan”. p Saat ini strukttur organisasi diTelkomsigm d ma terdiri dari beberapa unit yang berfokus dalam d fungsi daan layanaan tertentu. Sttruktur tersebuut dibentuk aggar masing – masing unit ddapat lebih mu udah mengeloola tangguung jawab dan n wewenang un nitnya. Struktuur organisasi Telkomsigma T s secara garis beesar ditunjukkaan pada gambar g dibawaah ini:
Gam mbar 1 Diagram m Keseluruhann Struktur Orgaanisasi Telkom msigma (2013)
Gam mbar 2 Diagram m Struktur Orgaanisasi Financee & Banking S Solution (2013)) Industri penggembang aplikaasi (software house) h saat ini mengalami peerkembangan yang y kian pesaat, seiringg dengan kemaajuan teknologii dan kebutuhaan bisnis yang semakin komppleks. Perusahaaan pengembanng aplikaasi dituntut unttuk memberikaan solusi aplikaasi yang sesuaai dengan spesiifikasi, tepat waktu w dan sesuuai dengann anggaran yaang telah diteetapkan sebeluumnya. Untuk dapat mengopptimalkan pen ngiriman produuk kepadaa konsumen, diperlukan suuatu proses yaang terstandariisasi dan mennyeluruh di daalam organisassi, dimenngerti dan diguunakan oleh settiap pihak terkkait (senior ma anagement, prooject manager,, system analysst, progra ammer, dan laiin - lain), sertaa terdokumentaasi secara mem madai. Salah satu frramework yanng dapat digunnakan untuk membantu m peru rusahaan dalam m meningkatkaan prosess pengembanggan aplikasi adalah Capaability Maturrity Model In Integration (C CMMI). CMM MI dikem mbangkan oleh Software Enggineering Insituute (SEI) - Ca arnegie Mellonn University yang y merupakaan suatu kumpulan k prakktik – praktik terbaik t (best prractice’s) untukk membantu organisasi o dalam m meningkatkaan prosess mereka (Chrissis, Mary B., Konrad, Mikee., Shrum, Sanddy., 2011). Denngan CMMI, perusahaan p dappat
3 secara simultan membuat keputusan mengenai seberapa banyak rentang peningkatan proses yang mereka ingin capai. Hal ini mendorong inisiatif peningkatan proses secara menyeluruh dalam perusahaan serta membantu untuk mengembangkan dan mengukur proses dalam perusahaan. Seperti yang dipublikasikan pada situs CMMI Institute, penerapan CMMI dapat memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan, yaitu; peningkatan on-time delivery, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, peningkatan kepuasan pelanggan, dan lain sebagainya. Terdapat lima maturity level dalam CMMI, yaitu initial, managed, defined, quantitatively managed dan optimizing. Untuk mengetahui kelemahan proses dan maturity level suatu perusahaan, perlu dilakukan identifikasi proses dan pemetaan maturity level perusahaan menggunakan framework CMMI. Setelah perusahaan mengetahui kelemahan proses dan maturity level mereka. Perusahaan dapat menggunakan informasi tersebut sebagai dasar maupun panduan untuk meningkatkan proses pengembangan aplikasi mereka kedepannya. Pada bulan April 2012 sampai dengan Agustus 2013, Telkomsigma bekerjasama dengan sebuah konsultan TI untuk melakukan proyek penerapan model CMMI pada tiga unit bisnis dalam Telkomsigma guna meningkatkan proses pengembangan aplikasi yaitu: 1. Financial and Non Banking Business Unit. Berfokus dalam pengembangan aplikasi untuk industri keuangan, sekuritas, multifinance, trading, dan aplikasi terkait lainnya. 2. Banking Solution Business Unit. Berfokus dalam pengembangan aplikasi untuk industri perbankan. 3. Product and Technology Business Unit. Berfokus dalam pengembangan aplikasi keluarga produk ARIUM. Proyek ini juga bertujuan untuk membantu Telkomsigma dalam menempuh proses penilaian (appraisal) yang akan dilakukan oleh CMMI Lead Appraiser untuk mengetahui posisi maturity level CMMI perusahaan. Pada tanggal 18 September 2013, Telkomsigma telah secara resmi lolos appraisal pada tingkat CMMI maturity level 3 yang dilakukan oleh CMMI Lead Appraiser dan diumumkan dalam situs CMMI Institute. Pencapaian maturity level 3 mengindikasikan bahwa organisasi tersebut telah mencapai tingkat defined pada CMMI, dimana pada tingkat ini proses telah berjalan dan persyaratan dalam proses telah dipahami dengan cukup baik serta direalisasikan dalam bentuk standar, prosedur, alat – alat dan metode – metode. Pembahasan yang dilakukan pada tesis ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan model CMMI pada proses pengembangan aplikasi di Telkomsigma. Analisa dilakukan dengan mengevaluasi kondisi proses pengembangan aplikasi sebelum Telkomsigma menerapkan CMMI maturity level 3 dan kondisi proses pengembangan aplikasi setelah Telkomsigma menerapkan CMMI maturity level 3 Analisa yang dilakukan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana peningkatan proses pengembangan aplikasi yang diterima oleh Telkomsigma. Selain itu, informasi ini dapat menjadi referensi bagi perusahaan sejenis yang ingin menerapkan model CMMI dalam perusahaannya. Penelitian ini berusaha untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang meliputi: 1. Apakah penerapan model CMMI memberi dampak bagi peningkatan proses pengembangan aplikasi dalam organisasi? 2. Proses pengembangan aplikasi mana saja di dalam Telkomsigma yang mengalami peningkatan setelah menerapkan CMMI? 3. Hal – hal apa yang perlu diperhatikan agar organisasi dapat mempertahankan maupun meningkatkan proses pengembangan aplikasi kedepannya?
METODE PENELITIAN Untuk dapat melakukan analisa dampak penerapan CMMI dalam peningkatan proses pengembangan aplikasi pada Telkomsigma, diperlukan beberapa tahapan aktivitas yang dimulai dari definisi masalah, pemilihan sampel proyek, evaluasi kepatuhan tiap area proses terkait dengan pendekatan CMMI, analisa peningkatan proses pengembangan aplikasi, dan diskusi dan pembahasan atas hasil analisa. Berikut ini adalah tahapan metodologi penelitian yang akan digunakan: 1. Definisi Masalah Merupakan tahap awal yang dilakukan sebagai permulaan langkah untuk mengetahui secara mendalam bagaimana proses yang terjadi pada tiap proyek terkait dalam perusahaan. Hal ini bertujuan untuk menentukan tujuan dari tesis ini. Definisi masalah berguna untuk menjadi dasar pembuatan metodologi dari penulisan ini. 2. Metode Penentuan Sampel Proyek
4 Untuk melakukan pemilihan sampel proyek pengembangan aplikasi di Telkomsigma, langkah awal yang perlu dilakukan adalah memetakan proyek pengembangan aplikasi yang ada dalam Telkomsigma dengan sampling factor dibawah ini (SCAMPI Upgrade Team, 2011): a. Lokasi (misal: kantor pusat, kantor cabang) b. Pelanggan (misal: pemerintah, swasta/komersil) c. Ukuran (misal: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang) d. Struktur organisasi (misal: unit, departemen) e. Tipe pekerjaan (misal: pengembangan aplikasi, maintenance) Sampling factor memberikan pandangan mengenai ragam cara kerja yang dilakukan dalam perusahaan. Untuk setiap sampling factor, perlu dipastikan apakah pengaturan yang berbeda atas faktor tersebut mempengaruhi cara kerja perusahaan. Jika ya, maka sampling factor tersebut relevan untuk digunakan. Namun, jika tidak, maka sampling factor tersebut tidak relevan untuk digunakan. Pemetaan proyek pengembangan aplikasi kepada sampling factor berguna untuk mendapatkan informasi jumlah subgroup yang ada. Subgroup adalah sebuah cluster dari proyek yang saling memiliki kesamaan nilai sampling factor dan menunjukkan penerapan proses yang sama (O’Toole, Pat., 2012). Proses selanjutnya setelah mengetahui jumlah subgroup adalah memasukkan variabel – variabel terkait kedalam formula sampling dibawah untuk mengetahui berapa jumlah minimum sampel proyek yang dibutuhkan dalam melakukan evaluasi.
Gambar 3 Formula Sampling (2011)
3.
Hasil pemetaan tersebut kemudian akan di kelompokkan kedalam subgroup (cluster) yang nantinya digunakan dalam menentukan jumlah minimum sampel proyek penelitian. Setelah mendapatkan jumlah minimum sampel penelitian, langkah selanjutnya adalah pemilihan sampel proyek yang akan digunakan dalam penelitian. Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengambilan sampel proyek dalam penelitian adalah: a. Identifikasi sampel proyek pengembangan aplikasi yang akan dipilih dilakukan pada proyek yang telah dipetakan kedalam sampling factor (lokasi, pelanggan, ukuran, dsb). b. Salah satu atau beberapa sampel proyek pengembangan aplikasi telah dilakukan sebelum/tanpa Telkomsigma menerapkan CMMI. c. Salah satu atau beberapa sampel proyek pengembangan aplikasi telah dilakukan sesudah Telkomsigma menerapkan CMMI. Poin pertama bertujuan untuk memastikan bahwa sampel proyek pengembangan aplikasi yang digunakan dalam penelitian setara/sebanding agar dapat mendukung langkah pada poin berikutnya yaitu untuk membandingkan sampel proyek pengembangan aplikasi sebelum Telkomsigma menerapkan CMMI dan sesudah Telkomsigma menerapkan CMMI. Hal ini dilakukan agar dapat dilakukan evaluasi perbandingan antara proses pengembangan aplikasi yang dilakukan dalam proyek sebelum Telkomsigma menerapkan CMMI dan proses pengembangan aplikasi yang dilakukan dalam proyek ketika Telkomsigma sudah menerapkan CMMI. Sehingga dapat diketahui dampak penerapan CMMI kepada proses pengembangan aplikasi didalam Telkomsigma. Pengukuran Kepatuhan Tiap Area Proses Terkait pada Sampel Proyek Terpilih dengan Pendekatan CMMI Pengukuran kepatuhan tiap area proses terkait pada sampel proyek pengembangan aplikasi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh kepatuhan setiap area proses. Penilaian suatu area proses dapat dikatakan memuaskan jika tujuan dari setiap area proses tersebut sudah terpenuhi. Pengukuran kepatuhan tiap area proses terkait pada sampel proyek pengembangan aplikasi di Telkomsigma menggunakan pendekatan CMMI. CMMI telah mendefinisikan best practice yang diperlukan untuk setiap area proses agar dapat memenuhi tujuan dari area proses terkait. Pengukuran kepatuhan setiap area proses terhadap CMMI dapat dilakukan dengan
5 meninjau implementasi proses pengembangan aplikasi yang dilakukan oleh organisasi dengan praktik terbaik (best practice) yang didefinisikan dalam CMMI. Suatu area proses dapat dikatakan memuaskan jika tujuan dari setiap area proses tersebut sudah terpenuhi. Kriteria pengukuran yang digunakan untuk setiap proses pengembangan aplikasi dalam penelitian ini menggunakan kriteria SCAMPI (Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement) seperti yang ditunjukan pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Kriteria Pengukuran (2011) Kriteria NY: not yet NI: not implemented
PI: partially implemented
LI: largely implemented FI: fully implemented
Deskripsi Unit dasar atau fungsi pendukung belum mencapai tingkat dalam alur kerja, atau dari segi waktu dalam menerapkan praktik. Sebagian atau seluruh data yang dibutuhkan tidak ditemukan atau dinilai sebagai tidak mencukupi, data yang diberikan tidak mendukung kesimpulan bahwa praktik telah diterapkan, dan satu atau lebih kelemahan ditemukan. Sebagian atau seluruh data yang dibutuhkan untuk penilaian tidak ditemukan atau dinilai sebagai tidak mencukupi, sebagian data tersedia dan memperlihatkan sebagian aspek dari praktik telah diterapkan, dan satu atau lebih kelemahan ditemukan. Bukti dan/atau afirmasi tersedia dan dinilai sebagai mencukupi untuk mendemonstrasikan penerapan praktik, dan satu atau lebih kelemahan ditemukan. Bukti dan/atau afirmasi tersedia dan dinilai sebagai mencukupi untuk mendemonstrasikan penerapan praktik, dan tidak ada kelemahan ditemukan.
Pengukuran kepatuhan tiap area proses dalam penelitian ini dilakukan hingga maturity level 3. Hal ini dikarenakan dalam CMMI, maturity level setiap area proses harus memenuhi tujuan proses terlebih dahulu sebelum dapat naik ke level yang lebih tinggi, sehingga level tidak dapat dilewati/skip. Berdasarkan pencapaian appraisal CMMI Telkomsigma yang dikeluarkan oleh CMMI Institute pada 18 September 2013, Telkomsigma saat ini berada dalam maturity level 3. Sehingga berdasarkan pada pencapaian Telkomsigma saat ini, penulis membatasi evaluasi yang dilakukan hingga maturity level 3. Berikut daftar proses area dalam CMMI yang dievaluasi pada penelitian ini: Tabel 2. Daftar Area Proses yang diukur dalam Penelitian
4.
Analisa Peningkatan Proses Pengembangan Aplikasi Langkah berikutnya adalah melakukan analisa atas peningkatan proses pengembangan aplikasi yang terjadi pada Telkomsigma berdasarkan pemenuhan kepatuhan tiap area proses sesuai tujuan area proses. Hasil analisa ini dapat memberi informasi mengenai sejauh apa dampak peningkatan proses pengembangan aplikasi setelah Telkomsigma menerapkan CMMI.
5.
Diskusi
6
6.
Diskusi adalah langkah yang dilakukan atas hasil pengukuran kepatuhan dan analisa peningkatan proses pada tahapan penelitian sebelumnya. Diskusi bertujuan untuk melakukan konfirmasi antara peneliti dan pihak Telkomsigma atas hasil pengukuran kepatuhan dan analisa peningkatan yang peneliti lakukan dalam tesis ini. Kesimpulan dan Saran Merupakan langkah terakhir dimana kesimpulan analisa dan saran akan diberikan sebagai suatu kesimpulan dari penulisan tesis ini.
HASIL DAN BAHASAN Tahap dan hasil pengukuran yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1.
Penentuan Sampel Proyek Untuk dapat menentukan sampel proyek yang akan digunakan dalam penelitian, sebelumnya perlu dilakukan konfirmasi dengan perusahaan atas sampling factor yang relevan untuk digunakan. Berdasarkan diskusi yang dilakukan, diketahui bahwa beberapa sampling factor yaitu lokasi, pelanggan dan ukuran proyek tidak relevan untuk digunakan. Sementara itu sampling factor lainnya seperti struktur organisasi dan jenis pekerjaan relevan untuk digunakan dalam penelitian. Berikut dibawah ini penjelasan atas konfirmasi sampling factor penelitian. Tabel 3. Daftar Area Proses yang dievaluasi dalam Penelitian ; No
Sampling Factor
Deskripsi Tidak relevan.
1
Lokasi Hanya terdapat satu lokasi (kantor pusat). Tidak relevan.
2
Pelanggan
3
Ukuran Proyek
Cara kerja tidak berbeda berdasarkan jenis pelanggan (misal: bank, perusahaan asuransi, dst). Tidak relevan. Cara kerja tidak berbeda berdasarkan ukuran proyek. Relevan.
4
Struktur Organisasi
5
Jenis Pekerjaan
Finance and Non Banking Solution Business Unit (FNBS), Banking Solution Business Unit (BAS), Product dan Technology Business (PT) Unit digambarkan pada struktur organisasi Telkomsigma. Proyek pengembangan aplikasi berasal dari tiga bisnis unit ini. Area proses CMMI yang terpengaruh adalah Engineering process area. Relevan. Cara kerja dilakukan berbeda berdasarkan tipe pekerjaan, yaitu project development, change request (CR), dan maintenance. Area proses CMMI yang terpengaruh adalah Project Management dan Engineering process area.
1.1 Pemetaan Sampel Proyek kepada Sampling Factor Langkah selanjutnya setelah mengetahui sampling factor yang akan digunakan adalah memetakan daftar proyek yang ada dalam Telkomsigma kedalam sampling factor. Terdapat total 67 proyek yang dilakukan oleh ketiga bisnis unit pada periode April 2012 – Agustus 2013 (masa proyek penerapan CMMI). Berdasarkan pemetaan yang dilakukan, dapat diketahui informasi subgroup (cluster) proyek atau proyek – proyek yang menunjukkan kesamaan. Karena struktur organisasi dan jenis pekerjaan merupakan samping factor yang dapat digunakan maka kemungkinan subgroup yang ada dalam proyek adalah: Tabel 4. Subgroup Proyek yang Mungkin
7 No 1 2
Sampling Factor Struktur Organisasi Jenis Pekerjaan
Subgroup yang Mungkin FNBS / BAS / PT Project development / CR / maintenance Total ( i x ii)
Jumlah 3 (i) 3 (ii) 9
Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa terdapat 9 subgroup proyek yang mungkin. Untuk dapat mengetahui jumlah subgroup aktual/sebenarnya dari proyek, langkah awal yang dilakukan adalah mengkombinasikan antara proyek yang telah dipetakan dalam sampling factor (mengacu Lampiran 1) dengan subgroup yang mungkin, seperti tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Kombinasi antara Subgroup dengan Proyek yang telah dipetakan kedalam Sampling Factor No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah Proyek dalam Subgroup
Subgroup BAS, Project BAS, CR BAS, Maintenance FNBS, Project FNBS, CR FNBS, Maintenance PT, Project PT, CR PT, Maintenance
52 1 1 5 0 0 6 1 1
Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi subgroup yang tidak memiliki proyek (jumlah proyek dengan nilai sama dengan nol) pada Tabel 5 untuk mengetahui subgroup aktual. Seperti terlihat dalam tabel tersebut, terdapat 2 subgroup yang tidak memiliki proyek. Sehingga jumlah subgroup aktual adalah 7 subgroup. 1.2 Penentuan Jumlah Minimum Sampel Proyek Sebelumnya, telah diketahui bahwa jumlah total proyek adalah 67 proyek dan jumlah subgroup adalah 7 subgroup. Sehingga perhitungan menggunakan formula diatas dapat dilakukan seperti terlihat pada Tabel 6 berikut ini: Tabel 6. Perhitungan Minimum Sampel
No 1 2 3 4 5 6 7
Subgroup BAS, Project (BP) BAS, CR (BC) BAS, Maintenance (BM) FNBS, Project (FP) PT, Project (PP) PT, CR (PC) PT, Maintenance (PM)
Jumlah Proyek dalam Subgroup 52 1 1 5 6 1 1
Perhitungan Jumlah (#) Minimum Sampel Menggunakan Formula #minimum BP = (7x52)/67 = 5.43 # minimum BC = (7x1)/67 = 0.10 # minimum BM = (7x1)/67 = 0.10
Minimum Sampel yang dibutuhkan 5 1 1
# minimum FP = (7x5)/67 = 0.52 # minimum PP = (7x6)/67 = 0.60 # minimum PC = (7x1)/67 = 0.10 # minimum PM = (7x1)/67 = 0.10
1 1 1 1
Nilai yang didapat dari perhitungan menggunakan formula dibulatkan, sehingga jumlah minimum sampel yang dibutuhkan untuk penelitian dapat ditemukan seperti tertera dalam tabel diatas. 1.3 Sampel Proyek Terpilih Sebelumnya, telah diketahui bahwa jumlah total proyek adalah 67 proyek dan jumlah subgroup adalah 7 subgroup. Sehingga perhitungan menggunakan formula diatas dapat dilakukan seperti terlihat pada Tabel 6 berikut ini:
8 Untuk dapat melakukan evaluasi dampak penerapan CMMI dalam Telkomsigma, diperlukan sampel proyek pengembangan aplikasi yang dilakukan sebelum CMMI diterapkan dan sesudah CMMI diterapkan, sehingga dapat dilakukan perbandingan. Berdasarkan diskusi yang dilakukan dengan pihak perusahaan, diketahui bahwa terdapat 2 buah sampel proyek yang sesuai dengan kriteria. Sampel tersebut adalah: a. Proyek A – proyek pengembangan aplikasi ATM Interaction. b. Proyek B – proyek pengembangan aplikasi ATM Simulator. Proyek diatas dikerjakan oleh unit bisnis Finance and Non Banking Solution (FNBS) dengan jenis pekerjaan project development 2.
Pengukuran Area Proses CMMI Maturity Level 2 Proses REQM – Requirement Management Tujuan Requirement Management (REQM) adalah untuk mengelola persyaratan produk proyek dan komponen produk dan untuk memastikan keselarasan antara kebutuhan dan rencana proyek dan produk kerja. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 7 Hasil Pengukuran Area Proses REQM
1
Area Proses: Requirement Management (REQM) Deskripsi Praktik Mengembangkan pemahaman dengan penyedia kebutuhan
2 3 4
No
5
Proyek A FI
Proyek B FI
Mendapatkan komitmen atas kebutuhan Mengelola perubahan terhadap kebutuhan
FI FI
FI FI
Mengelola bidirectional traceability antara kebutuhan – kebutuhan dan work product Memastikan penyelarasan antara kebutuhan dan aktivitas proyek
LI
FI
FI
FI
Proses PP – Project Planning Tujuan Project Planning (PP) adalah untuk membangun dan mempertahankan rencana yang mendefinisikan kegiatan proyek. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 8 Hasil Pengukuran Area Proses PP No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Area Proses: Project Planning (PP) Deskripsi Praktik Menetapkan Work Breakdown Structure (WBS) dan mengestimasi lingkup proyek Mengestimasi produk kerja dan atribut tugas Mendefinisikan siklus hidup proyek Mengestimasi upaya dan biaya proyek Menetapkan dan mengelola jadwal dan anggaran proyek Mengidentifikasi dan menganalisa risiko proyek Merencanakan pengelolaan data (data management plan) proyek Merencanakan sumber daya untuk melakukan proyek Merencanakan pengetahuan dan kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan proyek Merencanakan keterlibatan stakeholder yang teridentifikasi Menetapkan dan mengelola perencanaan proyek Mengkaji semua rencana yang mempengaruhi proyek Merubah project plan untuk merekonsiliasi dan mengestimasi sumber daya yang tersedia Mendapatkan komitmen dari stakeholder terkait
Proyek A PI
Proyek B FI
PI FI
FI FI
NI NI NI NI FI NI
FI LI LI FI FI FI
PI PI PI FI
FI FI FI FI
FI
FI
9 Proses PMC – Project Monitoring and Control Tujuan Project Monitoring and Control (PMC) adalah untuk memberikan pemahaman tentang kemajuan proyek sehingga tindakan koreksi yang tepat dapat diambil ketika kinerja proyek menyimpang secara signifikan dari rencana. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 9 Hasil Pengukuran Area Proses PMC
1
Area Proses: Project Monitoring and Control (PMC) Deskripsi Praktik Proyek A Memantau nilai aktual dari perencanaan proyek FI
2 3
Memantau komitmen Memantau risiko
FI PI
FI FI
4 5 6 7 8
Memantau pengelolaan data proyek Memantau keterlibatan stakeholder Mengkaji secara periodik kemajuan proyek, kinerja dan isu Mengkaji pencapaian proyek dan hasil Mengumpulkan dan menganalisa isu dan menentukan corrective action Melakukan corrective action pada isu yang teridentifikasi Mengelola corrective action hingga terselesaikan
NI FI FI FI FI
FI FI FI FI FI
FI FI
FI FI
No
9 10
Proyek B FI
Proses SAM – Supplier Agreement Management Tujuan dari Supplier Agreement Management (SAM) adalah untuk mengelola akuisisi produk dan jasa dari pemasok. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 10 Hasil Pengukuran Area Proses SAM No 1 2
3 4 5 6
Area Proses: Supplier Agreement Management (SAM) Deskripsi Praktik Proyek A FI Menentukan tipe akuisisi untuk tiap produk atau komponen produk yang akan diakuisisi Memilih pemasok berdasarkan evaluasi kemampuan mereka untuk FI dapat memenuhi kebutuhan yang ditentukan dan kriteria yang ditetapkan FI Menetapkan dan mempertahankan perjanjian pemasok (supplier agreement) Melakukan aktivitas dengan pemasok seperti yang ditentukan dalam FI perjanjian pemasok FI Memastikan bahwa perjanjian pemasok memuaskan sebelum menerima produk yang diakuisisi Memastikan transisi produk yang diakuisisi dari supplier FI
Proyek B FI FI
FI FI FI FI
Proses M&A – Measurement and Analysis Tujuan Measurement and Analysis (MA) adalah untuk mengembangkan dan mempertahankan kemampuan pengukuran yang digunakan untuk mendukung kebutuhan informasi manajemen. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 11 Hasil Pengukuran Area Proses M&A
1
Area Proses: Measurement and Analysis (M&A) Deskripsi Praktik Menetapkan dan mempertahankan objektif pengukuran
Proyek A PI
Proyek B FI
2
Menentukan pengukuran untuk mengakomodasi objektif pengukuran
NI
FI
No
10
No 3 4 5 6 7 8
Area Proses: Measurement and Analysis (M&A) Deskripsi Praktik Menentukan bagaimana data pengukuran akan didapatkan dan disimpan Menentukan bagaimana data pengukuran akan dianalisa dan di komunikasikan Mendapatkan data pengukuran yang ditentukan Menganalisa dan menerjemahkan data pengukuran Mengelola dan menyimpan data pengukuran Mengkomunikasikan hasil pengukuran dan analisa
Proyek A NI
Proyek B FI
NI
FI
FI FI FI FI
FI FI FI FI
Proses PPQA – Process and Product Quality Assurance Tujuan Process and Product Quality Assurance (PPQA) adalah untuk menyediakan staf dan manajemen dengan wawasan ke dalam proses objektif dan terkait kerja produk. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 12 Hasil Pengukuran Area Proses PPQA No 1 2 3 4
Area Proses: Process and Product Quality Assurance (PPQA) Deskripsi Praktik Proyek A Secara objektif mengevaluasi proses terpilih yang dilakukan dengan NI deskripsi proses, standar dan prosedur yang berlaku Secara objektif mengevaluasi produk kerja dan layanan terpilih dengan PI deskripsi proses, standar dan prosedur yang berlaku Mengkomunikasikan isu terkait kualitas dan memastikan penyelesaian FI atas isu ketidakpatuhan Menetapkan dan mengelola rekaman dari aktivitas quality assurance FI
Proyek B FI FI FI FI
Proses CM – Configuration Management Tujuan dari Configuration Management (CM) adalah untuk membangun dan menjaga integritas produk kerja menggunakan identifikasi konfigurasi, konfigurasi kontrol, akuntansi konfigurasi status, dan konfigurasi audit. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 13 Hasil Pengukuran Area Proses CM No 1 2 3 4 5 6 7
Area Proses: Configuration Management (CM) Deskripsi Praktik Mengidentifikasi configuration item, komponen dan produk kerja terkait Menetapkan dan mempertahankan manajemen konfigurasi dan manajemen perubahan Membuat atau merilis baseline untuk penggunaan internal dan untuk penyampaian ke pelanggan Melakukan track permintaan perubahan atas configuration item Mengendalikan perubahan atas configuration item Menetapkan dan mengelola arsip configuration item Melakukan audit konfigurasi untuk mempertahankan integritas atas baseline konfigurasi
Proyek A NY
Proyek B FI
NY
FI
NY
FI
NY NY NY NY
FI FI FI FI
11 3.
Evaluasi Area Proses CMMI Maturity Level 3 Proses RD – Requirement Development Tujuan Requirement Development (RD) adalah untuk memperoleh, menganalisis, dan membangun pelanggan, produk, dan persyaratan produk komponen. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 14 Hasil Pengukuran Area Proses RD
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Area Proses: Requirement Development (RD) Deskripsi Praktik Memperoleh kebutuhan, harapan stakeholder, batasan dan antar muka untuk seluruh fase siklus produk Mentransformasi kebutuhan stakeholder, harapan, batasan dan antar muka menjadi kebutuhan pelanggan Menetapkan dan mengelola kebutuhan produk dan komponen produk, dimana didasarkan atas kebutuhan pelanggan Mengalokasi kebutuhan untuk tiap komponen produk Mengidentifikasi kebutuhan antar muka Menetapkan dan mengelola konsep operasional dan skenario terkait Menetapkan dan mengelola definisi atas kebutuhan fungsionalitas dan atribut kualitas Menganalisa kebutuhan untuk memastikan bahwa mereka diperlukan dan mencukupi Menganalisa kebutuhan untuk menyeimbangkan kebutuhan stakeholder dan batasan - batasan Memvalidasi kebutuhan untuk memastikan produk yang dihasilkan akan memberi kinerja seperti yang diharapkan di lingkungan pengguna
Proyek A FI
Proyek B FI
FI
FI
FI
FI
FI FI FI FI
FI FI FI FI
FI
FI
FI
FI
FI
FI
Proses TS – Technical Solution Tujuan dari Technical Solution (TS) adalah untuk memilih, merancang, dan mengimplementasikan solusi untuk persyaratan. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 15 Hasil Pengukuran Area Proses TS
1
Area Proses:Technical Solution (TS) Deskripsi Praktik Membuat solusi alternatif dan kriteria pemilihan
Proyek A FI
Proyek B FI
2 3
Memilih solusi komponen produk berdasarkan kriteria pemilihan Membuat desain produk atau komponen produk
FI FI
FI FI
4 5
Menetapkan dan mengelola paket data teknis Mendesain antar muka komponen produk menggunakan kriteria yang telah ditetapkan Mengevaluasi apakah komponen produk perlu dibuat, dibeli atan di gunakan kembali (reuse) berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan Mengimplementasi desain komponen produk Membuat dan mempertahankan dokumentasi end-use
FI FI
FI FI
FI
FI
FI FI
FI FI
No
6 7 8
Proses PI – Product Integration Tujuan Product Integration (PI) adalah untuk merakit produk dari komponen produk, memastikan bahwa produk tersebut terintegrasi, memberikan kinerja baik (yaitu, memiliki fungsi dan atribut kualitas yang diperlukan), dan mengirimkan produk seperti yang diharapkan. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut:
12 Tabel 16 Hasil Pengukuran Area Proses PI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Area Proses:Product Integration (PI) Deskripsi Praktik Menetapkan dan mempertahankan strategi integrasi produk Menetapkan dan mempertahankan lingkungan yang dibutuhkan untuk mendukung integrasi dari komponen produk Menetapkan dan mempertahankan prosedur dan kriteria untuk integrasi komponen produk Mengkaji deskripsi antar muka untuk cakupan dan kelengkapan Mengelola definisi antar muka internal dan eksternal, desain dan perubahan untuk produk dan komponen produk Mengkonfirmasi, sebelum pemasangan Memasang komponen produk sesuai dengan strategi integrasi produk dan prosedur Mengevaluasi komponen produk terpasang untuk kompabilitas antar muka Memaketkan produk yang telah terpasang atau komponen produk dan mengirimkannya ke pelanggan
Proyek A FI
Proyek B FI
FI
FI
FI
FI
FI FI
FI FI
FI FI
FI FI
FI
FI
FI
FI
Proses VER – Verification Tujuan Verification (VER) adalah untuk memastikan bahwa produk kerja yang dipilih memenuhi persyaratan yang ditentukan mereka. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 17 Hasil Pengukuran Area Proses VER No 1 2 3 4 5 6 7 8
Area Proses:Verification (VER) Deskripsi Praktik Memilih produk kerja untuk diverifikasi dan metode verifikasi yang biasa digunakan Menetapkan dan mengelola lingkungan yang dibutuhkan untuk mendukung verifikasi Menetapkan dan mengelola prosedur dan kriteria verifikasi untuk produk kerja terpilih Menyiapkan peer review untuk produk kerja terpilih Melakukan peer review pada produk kerja terpilih dan mengidentifikasi isu yang ditemukan dari peer review Menganalisa data mengenai persiapan, eksekusi dan hasil dari peer review Melakukan verifikasi dari produk kerja terpilih Menganalisa hasil dari seluruh aktivitas verifikasi
Proyek A FI
Proyek B FI
FI
FI
FI
FI
FI PI
FI FI
FI
FI
FI FI
FI FI
Proses VAL – Validation Tujuan Validation (VAL) adalah untuk menunjukkan bahwa suatu produk atau komponen produk memenuhi digunakan ketika ditempatkan di lingkungan yang dimaksudkan. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 18 Hasil Pengukuran Area Proses VAL No 1 2 3
Area Proses:Validation (VAL) Deskripsi Praktik Memilih produk dan komponen produk untuk divalidasi dan metode validasi yang akan digunakan Menetapkan dan mempertahankan lingkungan yang dibuthkan untuk mendukung validasi Menetapkan dan mempertahankan prosedur dan kriteria validasi
Proyek A FI
Proyek B FI
FI
FI
FI
FI
13
No 4 5
Area Proses:Validation (VAL) Deskripsi Praktik Melakukan validasi pada produk dan komponen produk terpilih Menganalisa hasil dari aktivitas validasi
Proyek A FI FI
Proyek B FI FI
Proses OPF – Organizational Process Focus Tujuan Organizational Process Focus (OPF) adalah merencanakan, melaksanakan, dan menggunakan perbaikan proses organisasi berdasarkan pemahaman menyeluruh tentang kekuatan dan kelemahan dari proses organisasi dan aset proses. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 19 Hasil Pengukuran Area Proses OPF No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Area Proses:Organization Process Focus (OPF) Deskripsi Praktik Menetapkan dan mengelola deskripsi kebutuhan proses dan objektif untuk organisasi Menilai proses organisasi secara periodik dan sesuai kebutuhan untuk mempertahankan pemahaman atas kekuatan dan kelemahan proses Mengidentifikasi peningkatan pada proses dan aset proses dalam organisasi Menetapkan dan mempertahankan process action plan untuk mengikutsertakan peningkatan dalam proses dan aset proses organisasi Mengimplementasi action plan proses Menyebarkan aset proses organisasi pada seluruh organisasi Menyebarkan kumpulan proses standar organisasi di awal proyek dan menyebarkan perubahan pada proyek pada siklus proyek Memantau implementasi kumpulan proses standar organisasi dan penggunaan aset proses pada seluruh proyek Mengkombinasikan produk kerja terkait proses, pengukuran serta informasi yang diturunkan dari perencanaan dan melakukan proses menggunakan aset proses organisasi.
Proyek A NI
Proyek B FI
NI
FI
FI
FI
FI
FI
PI FI FI
FI FI FI
FI
FI
FI
FI
Proses OPD – Organizational Process Definition Tujuan dari Organizational Process Definition (OPD) adalah untuk membangun dan memelihara sebuah set dan dapat digunakan sebagai aset proses organisasi, standar lingkungan bekerja, serta aturan dan pedoman bagi organisasi. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 20 Hasil Pengukuran Area Proses OPD No 1 2 3 4 5 6 7
Area Proses:Organization Process Definition (OPD) Deskripsi Praktik Menetapkan dan mempertahankan kumpulan proses standar organisasi Menetapkan dan mempertahankan deskripsi model siklus hidup yang disetujui untuk digunakan dalam organisasi Menetapkan dan mempertahankan kriteria tailoring dan panduannya untuk kumpulan proses standar organisasi Menetapkan dan mempertahankan repositori pengukuran organisasi Menetapkan dan mengelola perpustakaan aset proses organisasi Menetapkan dan mengelola standar lingkungan kerja Menetapkan dan mengelola peraturan dan panduan organisasi untuk struktur, formasi dan operasi tim
Proyek A FI
Proyek B FI
FI
FI
FI
FI
FI FI FI FI
FI FI FI FI
Proses OT – Organizational Training Tujuan Organizational Training (OT) adalah untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan orang sehingga mereka dapat melakukan peran mereka secara efektif dan efisien.
14 Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 21 Hasil Pengukuran Area Proses OT No 1 2
3 4 5 6 7
Area Proses:Organizational Training (OT) Deskripsi Praktik Menetapkan dan mengelola kebutuhan pelatihan strategis organisasi Menentukan kebutuhan pelatihan mana yang menjadi tanggung jawab organisasi dan mana yang dapat menjadi tanggung jawab proyek individual atau grup pendukung Menetapkan dan mengelola rencana taktis pelatihan organisasi Menetapkan dan mengelola kapabilitas pelatihan untuk mengakomodasi kebutuhan pelatihan organisasi Memberikan pelatihan sesuai rencana taktis pelatihan organisasi Menetapkan dan mengelola catatan pelatihan organisasi Menilai efektifitas program pelatihan organisasi
Proyek A FI
Proyek B FI
FI
FI
FI
FI
FI
FI
FI FI FI
FI FI FI
Proses IPM – Integrated Project Management Tujuan dari Integrated Project Management (IPM) adalah untuk membangun dan mengelola proyek dan keterlibatan pemangku kepentingan yang relevan sesuai dengan proses terintegrasi dan didefinisikan yang disesuaikan dari organisasi set proses standar. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 22 Hasil Pengukuran Area Proses IPM No 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10
Area Proses: Integrated Project Management (IPM) Deskripsi Praktik Menetapkan dan mengelola proses proyek dari mulai awal proyek ke seluruh hidup proyek Menggunakan repositori aset proses dan pengukuran organisasi untuk mengestimasi dan merencanakan aktivitas proyek Menetapkan dan mengelola lingkungan kerja proyek berdasarkan standar lingkungan kerja perusahaan Mengintegrasikan rencana proyek dan rencana lainnya yang mempengaruhi proyek untuk menggambarkan proses proyek terdefinisi Mengelola proyek menggunakan rencana proyek, rencana lainnya yang mempengaruhi proyek dan proses proyek terdefinisi Menetapkan dan mengelola tim Mengkontribusikan pengalaman terkait proses kedalam aset proses organisasi Mengelola keterlibatan stakeholder terkait dalam proyek Berpartisipasi dengan stakeholder terkait untuk mengidentifikasi, menegosiasi dan track ketergantungan kritis Menyelesaikan isu dengan stakeholder terkait
Proyek A PI
Proyek B FI
NI
FI
FI
FI
FI
FI
FI
FI
FI FI
FI FI
NI NI
FI FI
NI
FI
Proses RSKM – Risk Management Tujuan dari Risk Management (RSKM) adalah untuk mengidentifikasi masalah potensial sebelum terjadi sehingga risiko kegiatan penanganan dapat direncanakan dan dipanggil sesuai kebutuhan di kehidupan produk atau proyek untuk mengurangi merugikan dampak pada pencapaian tujuan. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut:
15 Tabel 23 Hasil Pengukuran Area Proses RSKM No 1 2
3 4 5
6 7
Area Proses: Risk Management (RSKM) Deskripsi Praktik Menentukan sumber risiko dan kategori Mendefinisikan parameter yang digunakan untuk menganalisa dan mengkategorikan risiko dan parameter yang digunakan untuk mengontrol upaya manajemen risiko Menetapkan dan mengelola strategi yang digunakan untuk manajemen risiko Mengidentifikasi dan mendokumentasikan risiko Mengevaluasi dan mengkategorikan setiap risiko yang teridentifikasi menggunakan kategori risiko dan parameter yang sudah didefinisikan, dan menentukan prioritas Membuat rencana mitigasi risiko sesuai dengan strategi manajemen risiko Memantau status dari setiap risiko secara periodik dan mengimplementasikan rencana mitigasi risikodengan sesuai
Proyek A FI
Proyek B FI
FI
FI
NI
FI
NI NI
FI FI
NI
FI
FI
LI
Proses DAR – Decision Analysis and Resolution Tujuan Decision Analysis and Resolution (DAR) adalah untuk menganalisis keputusan yang mungkin menggunakan proses evaluasi formal untuk mengevaluasi alternatif yang teridentifikasi dengan kriteria yang telah ditetapkan. Ringkasan mengenai hasil pencapaian level beserta rincian secara spesifik mengenai penilaian proses ini adalah sebagai berikut: Tabel 24 Hasil Pengukuran Area Proses DAR No 1 2 3 4 5 6
4.
Area Proses: Risk Management (DAR) Deskripsi Praktik Menetapkan dan mengelola panduan untuk menentukan isu apa yang menjadi subyek proses evaluasi formal Menetapkan dan mengelola kriteria untuk mengevaluasi alternatif dan peringkat relatif dari kriteria ini Mengidentifikasi solusi alternatif untuk menyelesaikan isu Memilih metode evaluasi Mengevaluasi solusi alternatif menggunakan kriteria dan metode yang telah ditetapkan Memilih solusi dari alternatif yang ada berdasarkan kriteria evaluasi
Proyek A NY
Proyek B FI
NY
FI
NY
FI
NY NY
FI FI
NY
FI
Ringkasan Hasil Pengukuran Area Proses CMMI Berdasarkan pengukuran dampak penerapan CMMI yang dilakukan pada proyek A dan B, dapat terlihat bahwa terdapat peningkatan proses pengembangan aplikasi yang terjadi setelah organisasi menerapkan CMMI. Hasil pengukuran 17 area proses CMMI di Telkomsigma, dijelaskan pada gambar berikut:
16
Gambar 4 Hasil Pengukuran pada Maturity Level 2
Gambar 5 Hasil Pengukuran pada Maturity Level 3
SIMPULAN DAN SARAN Setelah melakukan pengukuran terhadap dampak penerapan CMMI di Telkomsigma, kesimpulan yang dapat ditarik agar dapat menjawab perumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut 1.
Penerapan CMMI memberikan pengaruh terhadap peningkatan proses pengembangan aplikasi di Telkomsigma. Hal ini terlihat dari terdapat perbaikan atas proses – proses pengembangan aplikasi yang sebelumnya memiliki kelemahan seperti yang ditemukan dalam Proyek A, namun telah diperbaiki pada Proyek B.
2.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4 dan Gambar 5, beberapa proses pengembangan aplikasi mengalami peningkatan/perbaikan setelah Telkomsigma menerapkan CMMI adalah: a. Requirement Management (REQM); b. Project Planning (PP); c. Measurement and Analysis (M&A);
17 d. Process and Product Quality Assurance (PPQA); e. Configuration Management (CM); f. Verification (VER); g. Organization Process Focus (OPF); h. Integrated Project Management (IPM); i. Risk Management (RSKM); j. Decision analysis and Resolution (DAR). Peningkatan proses tersebut dapat terjadi karena telah dilakukannya kegiatan – kegiatan yang dibutuhkan seperti identifikasi bidirectional traceability antara kebutuhan, perencanaan untuk aktivitas audit proyek, identifikasi keterlibatan dari stakeholder terkait, kajian terhadap perencanaan proyek, estimasi upaya, waktu dan biaya yang dibutuhkan, anggaran, identifikasi risiko proyek, rencana pengelolaan data, identifikasi kompetensi, pengelolaan konfigurasi (configuration management), penerapan process action plan, serta adanya prosedur evaluasi formal. 3.
Beberapa proses pengembangan aplikasi telah dilakukan dengan baik dan konsisten yaitu terkait pengawasan terhadap proyek, pelaporan kepada senior manajemen atas kinerja proyek, desain produk dan komponen produk, serta validasi produk dan komponen produk.
Saran yang dapat peneliti berikan untuk menjadi pertimbangan bagi Telkomsigma agar dapat mempertahankan maupun meningkatkan proses pengembangan aplikasi kedepannya, yaitu: 1.
Perlu adanya komitmen dari senior manajemen secara konsisten atas proses pengembangan aplikasi dalam organisasi.
2.
Melakukan pelatihan dan sosialisasi secara periodik ke tingkat individu terutama terhadap tim proyek yang baru bergabung mengenai proses pengembangan aplikasi dalam organisasi agar individu terkait dapat berkontribusi terhadap proses pengembangan aplikasi.
3.
Melakukan pengelolaan sumber daya dengan seksama agar dapat memastikan kesediaan sumber daya yang dibutuhkan dalam proses pengembangan aplikasi.
4.
Melakukan pengawasan terhadap proses secara berkala, hal ini dapat ditempuh lewat proses review dan audit, serta review kinerja.
5.
Melakukan komunikasi secara berkala terhadap stakeholder yang terlibat dalam proses pengembangan aplikasi atas kinerja serta milestone yang sudah dicapai.
REFERENSI Ahern, Dennis M., Clouse, Aaron. Turner Richard. (2008). CMMI Distilled: A Practical Introduction to Integrated Process Improvement. Addison Wesley Professional. Capability Maturity Model Integration Institute. (2013). Benefit of CMMI. Diakses 20 Agustus 2013 dari: http://cmmiinstitute.com/results/benefits-of-cmmi/ Chrissis, Mary B., Konrad, Mike., Shrum, Sandy. (2011). CMMI for Development: Guideline for Process Integration and Product Improvement. 3rd ed. SEI Series in Software Engineering. Capability Maturity Model Integration Institute. (2013). CMMI Institute Published Appraisal Results (PARS): PT Sigma Cipta Caraka (telkomsigma) for Development projects executed in Finance and Non Banking Solution BU, Banking Solution BU, Product and Technology BU. Diakses 18 Oktober 2013 dari https://sas.cmmiinstitute.com/pars/ CMMI Product Team. (2010). CMMI for Development. Version 1.3, Software Engineering Process Management Program. CMMI Product Development Team. (SEI 2002b). CMMI for Systems Engineering/Software Engineering/Integrated Product and Process Development/Supplier Sourcing. Version 1.1
18 Continuous Representation (CMU/SEI-2002-TR-011, ESCTR- 2002-011). Pittsburgh, PA: Software Engineering Institute, Carnegie Mellon University. Constantinescu, R. and Mihnea, I. (2007). Capability Maturity Model Integration. Journal of Applied Quantitative Methods. Volume 2, No.1, pg. 31-37, Spring 2007. Dadhich, Reena., Chauhan, Ujana. (2012). Integrating CMMI Maturity Level-3 In Traditional Software Development Process. International Journal of Software Engineering & Applications (IJSEA). Volume 3, No.1, pg. 17-26, January 2012. Kohlegger, Michael., Maier, Ronald., and Thalmann, Stefan. (2009). Understanding Maturity Models Results of a Structured Content Analysis. Proceeding of I-KNOW’09 and I-SEMANTIC ’09, pg. 51-61, September 2009. Honda, Naomi., & Shigeru, Yamada. (2012). Success Factors to Achieve Excellent Quality: CMMI Level 5 Organizations Research Report. Software Quality Professional. ProQuest Computing, pg 21, Sept 2012. O'Brien, J., & Marakas, G. (2009). Introduction to Information Systems. 15th Edition. McGraw-Hill Companies. O’Toole, Pat. (2012). Sampling the SCAMPI Sampling Rules or Trying to Explain the Unexplainable. Process Assessment, Consulting and Training (PACT). PT Sigma Cipta Caraka (telkomsigma) News (2013). Telkomsigma Appraised CMMI Level 3. Diakses 18 Oktober 2013 dari http://www.telkomsigma.co.id/telkomsigma-appraised-cmmi-level-3/ SCAMPI Upgrade Team. (2011). Standard CMMI Appraisal Method for Process Improvement A. Version 1.3: Method Definition Document, Software Engineering Process Management.
RIWAYAT PENULIS Satrio Arto Santoso lahir di kota Jakarta pada 22 Juli 1986. Penulis menamatkan pendidikan S1 di BINUS University dalam bidang ilmu Sistem Informasi pada tahun 2008 dan kemudian menamatkan pendidikan S2 di BINUS University dalam bidang ilmu Manajemen Sistem Informasi pada 2014. Saat ini bekerja sebagai konsultan di KPMG Siddharta Advisory.