JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
PENGINTEGRASIAN PENGETAHUAN KEBENCANAAN KE DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SD SEKOTA BANDA ACEH Khairuddin dan Niswanto Abstract This study aims to identify the capacity of teachers to understand the knowledge of disaster, disaster and integrate knowledge mapped into the unit level curriculum, implement SBC that has been compiled into the syllabus and lesson plans, and implement the syllabus and Learning Program Plan into the learning process. The method used was a descriptive qualitative and action research. Subjects were school committee, working group supervisor, the Working Group Principals, Congress Subject Teacher and elementary school students in the city of Banda Aceh research found that teachers do not fully have the capacity of disaster knowledge and socialization of teachers SBC still not understood, there is still wrong in integrating disaster knowledge between syllabus and lesson plans and have not been able to spontaneously reflect on the knowledge of disaster awareness in the learning process. Keywords: Integration, KTSP, Natural Disasters A. Pendahuluan Sekolah memiliki pengaruh langsung dalam mewariskan budaya dari satu generasi kepada generasi berikutnya, yaitu merupakan usaha untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan tradisional dan konvensional kepada generasi penerus. Anak-anak usia sekolah merupakan harapan masa depan. Untuk melindungi anak-anak kita dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatan di sekolah Gempa dan tsunami telah memporakporandakan hampir sebagian besar fasilitas pendidikan di NAD. Berdasarkan data sementara dari Departemen Pendidikan Nasional, ada sekitar 1.626 gedung sekolah rusak dan hancur di seluruh Propinsi NAD dan Sumut. Jumlah tersebut terdiri dari 1.347 bangunan TK/SDM, 187 Strategi Kepala … (Khairuddin, 29:40)
29
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
bangunan SW/MTs, dan 92 bangunan SMA/S11K/MA, sekitar 1.539 guru hilang/meninggal sedangkan 28.672 siswa hilang/meninggal. (Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPK LIPI) Dari kerugian yang dihasilkan bencana tersebut mengakibatkan hilangnya sejumlah guru yang menjadi tulang punggung dalam dunia pendidikan, menurunnya gerakan pembangunan manusia seutuhnya, serta stagnan-nya proses pencerdasan kehidupan masyarkat Aceh yang relijius dan berperadaban. Murid-murid yang menjadi asset intelektual masyarakat Aceh yang sedianya sebagai menara intelektual makin berkurang karena dahsyatnya bencana alam yang melanda Aceh. Sedangkan menurut penelitian LIPI dan BKMG, wilayah sumatera termasuk didalamnya Aceh adalah wilayah rawan gempa. Anak usia sekolah dasar merupakan salah satu komponen masyarakat yang kritis apabila terjadi bencana. Disamping itu, sekolah yang berada di daerah rawan bencana di Aceh sangat besar jumlahnya. Untuk melindungi anak usia sekolah dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan tentang pengurangan risiko bencana (PRB) dan keselamatan di sekolah. Upaya mengurangi risiko bencana dimulai dari sekolah yang meliputi komponen-komponen anak-anak sekolah, guru, pemimpin masyarakat, orangtua, maupun individu yang tertarik dengan pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatan di sekolah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi lokal/nasional, sektor swasta dan publik untuk dapat berpartisipasi secara aktif. The Dakar Framework for Action (Kerangka Kerja Aksi Dakar) telah memperjelas bagaimana pentingnya pendidikan bagi semua orang, mulai dari anak-anak hingga remaja; lingkungan pendidikan formal, nonformal maupun informal dan karena itu, maka seluruh lapisan masyarakat (para ‘stakeholders’) harus dilibatkan dalam penyusunan suatu rencana nasional pendidikan untuk seluruh lapisan masyarakat. Para perencana di tingkat nasional bersama para perwakilan masyarakat mungkin belum terlalu familiar dengan istilah pendidikan kebencanaan. Program ini dimasukkan sejumlah isu yang berkenaan dengan pendidikan kebencanaan dan memberikan beberapa
Strategi Kepala … (Khairuddin, 29:40)
30
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
petunjuk bagaimana pendidikan semacam ini dapat diintegrasikan kedalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adapun topik pertama yang harus menjadi pertimbangan adalah hak universal untuk mendapatkan pendidikan pengetahuan dan apakah hak ini dapat pula dinikmati oleh anak-anak atau remaja yang mengalami keadaan bencana. Beberapa ukuran spesifik untuk respon dan kesiapan dalam menghadapi keadaan bencana merupakan bagian dasar penelitian strategis guna mencapai tujuan Pendidikan untuk Semua atau lebih dikenal dengan EFA (Education for All,). UU no. 24 tahun 2007 tentang penanggulanan bencana menyebutkan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana salah satunya adalah melalui pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, dan untuk pengembangan budaya sadar bencana. Konferensi Sedunia tentang Pengurangan Risiko Bencana di Jepang Tahun 2005 mengamanatkan bahwa risiko bencana dapat diredam atau dikurangi risikonya secara berarti jika masyarakat yang rentan kena risiko mempunyai informasi yang cukup dan didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana. Untuk itu diperlukan pengumpulan dan penyebaran pengetahuan dan informasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitasnya terhadap kebencanaan. Banyak usaha yang bisa dilakukan, antara lain dimasukkannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana sebagai bagian yang relevan dalam kurikulum pendidikan pada semua tingkat, menggalakkan secara terintegrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen instrinsik yang berkelanjutan untuk pendidikan bagi pembangunan berkelanjutan. UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal 36 ayat (1) menekankan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang dilanjutkan dengan ayat (2) yang mengamanatkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip, diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Pendidikan yang terkait bencana terutama untuk anak usia sekolah diarahkan agar mereka lebih memiliki kesiapan mental baik Strategi Kepala … (Khairuddin, 29:40)
31
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
pada waktu terjadinya bencana maupun setelah peristiwa bencana. Memiliki sikap yang benar pada saat-saat genting dan kritis. Meminimalisir rasa panik karena ketidakpahaman terhadap kebencanaan. Serta mengurangi korban bencana yang berlebihan bila mengetahui bahaya rentan dilingkungannya seperti jatuhnya genteng, kayu-kayu atap karena dihasilkan oleh goncangan-goncangan gempa. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah melalui pengintegrasian pendidikan kesiapsiagaan mengurangi risiko bencana ke dalam kurikulum melalui penyusunan KTSP yang dilakukan oleh satuan pendidikan. KTSP yang luwes memungkinkan sekolah untuk memasukkan materi pengetahuan kebencanaan atau kompetensi yang sesuai keperluannya. Menurut Sutikno (2007) bencana dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai informasi yang cukup dan didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana. Untuk itu diperlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan dan informasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Banyak usaha yang bisa dilakukan, antara lain: (1) menggalakkan dimasukkannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana sebagai bagian yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda dan anak-anak dengan informasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 2005–2015 untuk Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade of Education for Sustainable Development); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat lokal dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan aktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir efek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana dengan sasaran sektor tertentu, misalnya para siswa SMK jurusan bangunan sebagai calon tenaga teknis pembangunan gedung dan perumahan; dan (5) menggalakkan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan risiko bencana. Untuk mengurangi risiko kebencanaan harus dimulai dari sekolah. Mulai dari anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin Strategi Kepala … (Khairuddin, 29:40)
32
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
masyarakat, orangtua, maupun individu yang tertarik dengan pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatan di sekolah. Secara umum materi kebencanaan yang perlu mendapat perhatian untuk di integrasikan kedalam kurikulum sekolah meliputi bencana alam dan bencana akibat ulah manusia. Bencana Alam meliputi banjir, tanah longsor, letusan gurung berapi, tsunami, angin topan, kekeringan, hama tanaman, dan wabah penyakit. Sedangkan bencana karena ulah manusia meliputi: kebakaran, musibah industri, kegagalan industri, pencememaran lingkungan, kecelakaan, konflik/kerusuhan social, aksi terror/sabotase. Tujuan penelitian ini yaitu: (1) melakukan assessment terhadap kapasitas guru dalam memahami tentang pengetahuan kebencanaan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (2) memetakan permasalahan pengetahuan kebencanaan dan mengintegrasikan ke dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. (3) mengimplementasikan KTSP yang telah disusun kedalam modul dan silabus pembelajaran, (4) serta mengimplementasikan modul dan silabus pembelajaran kedalam proses pembelajaran. Manfaat penelitian ini adalah ; (1) membantu tenaga pendidik dan kependidikan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dengan budaya siaga bencana, (2) dengan pengintegrasian pengetahuan kebencanaan kedalam KTSP pada sekolah dasar dapat menumbuh kembangkan budaya sadar bencana pada anak-anak usia sekolah yang berada di daerah rawan bencana, (3) dapat mewariskan budaya sadar bencana (tsunami) kepada generasi berikutnya, (4) dengan pengetahuan kebencanaan dapat meningkatkan potensi ketahanan diri untuk menciptakan kehidupan harmonis di lingkungan rawan bencana. B. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan Action Research. Alur yang digunakan sebagai berikut:
Strategi Kepala … (Khairuddin, 29:40)
33
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
Penelitian ini melibatkan stakehoders; Komite Sekolah, Kelompok kerja pengawas, Kelompok Kerja Kepala Sekolah, Musyawarah Guru Mata Pelajaran di kota Banda Aceh. Instrumen Penelitian ini berupa: (1) dokumen peraturan perundang-undangan otonomi pendidikan, silabus dan RPP, (2) perangkat foto dan rekaman video dalam beberapa workshop dan situasi pembelajaran di kelas, (3) kuesioner guru, (4) diskusi kelompok fokus. Untuk masing-masing metode dan instrumen akan dianalisis menjadi deskripsi KTSP yang meliputi perumusan misi, visi, strategi, dan tujuan satuan pendidikan, struktur kurikulum dan kalender pendidikan, silabus dan RPP, Selanjutnya dari hasil masing-masing analisis data diatas akan dirangkumkan dan disintesakan menjadi identifikasi masalah dan kebutuhan yang meliputi beberapa aspek. C. Hasil Penelitian Dari masing-masing hasil analitis data untuk setiap instrument selanjutnya diperoleh identifikasi masalah dan kebutuhan yang meliputi beberapa aspek
Strategi Kepala … (Khairuddin, 29:40)
34
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
Tabel 1 Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Masalah Kebutuhan Guru belum memahami Guru sudah memahami sepenuhnya jenis-jenis gejala jenis-jenis gejala alam dan alam dan kerentanan bahaya kerentanan bahaya dalam dalam kebencanaan kebencanaan Guru belum sepenuhnya Guru sudah memiliki memiliki kapasitas dalam kapasitas dalam memahami materi memahami materi pengetahuan kebencanaan pengetahuan kebencanaan disetiap pelajaran yang disetiap pelajaran yang relevan dalam mentransfer relevan dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa pengetahuan kepada siswa untuk meningkatkan dan untuk meningkatkan dan pengembangan budaya sadar pengembangan budaya bencana. sadar bencana. KTSP belum sepenuhnya Semua guru memahami dipahami oleh guru KTSP Dokumen yang tersedia Telah lengkap berbagai belum memadai dokumen yang tersedia dan dibutuhkan Sosialisasi dan pelatihan Sosialisasi memiliki focus belum efektif, baik secara dan sasaran yang tepat, kualitatif atau kuantitatif menghasilkan efektifitas secara kualitatif dan kuantitatif Belum memiliki standarisasi; Seharusnya sudah memiliki materi, strategi dan standarisasi dalam hal pendekatan penyampaian, materi, strategi dan maupun narasumbernya. pendekatan penyampaian, maupun narasumbernya Kurang adanya kordinasi, Sudah ada jalinan kordinasi masih berjalan sendiriyang kuat, tidak berjalan sendiri sendiri-sendiri Permasalahan yang ada Tidak ada lagi hampir sama dengan ketika permasalahan yang KBK diberlakukan berulang seperti halnya KBK diberlakukan
Strategi Kepala … (Khairuddin, 29:40)
35
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
Masih didapatkan faktorfaktor yang menghambat pengintegrasian pengetahuan kebencanaan dalam KTSP
Guru masih ada yang keliru dalam mengintegrasikan kebencanaan antara RPP dan Silabus Masih ada kegamangan guru dalam implementasi Bahan Ajar, Silabus, RPP tentang penegetahuan kebencanaan kedalam proses pembelajaran di SD Kota Banda Aceh Guru sudah ada yang memahami namun belum mampu merefleksikan secara spontan mengenai sadar bencana
Faktor-faktor yang menghambat pengintegrasian pengetahuan kebencanaan dalam KTSP sudah tereleminir dengan baik. Tidak adanya kekeliruan dalam mengintegrasikan kebencanaan antara RPP dan Silabus Guru memiliki kekuatan pemahaman dalam implementasi Bahan Ajar, Silabus, dan RPP tentang pengetahuan kebencanaan kedalam proses pembelajaran di SD Kota Banda Aceh Guru mampu merefleksikan sikap budaya sadar bencana dalam proses pembelajaran
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa guru belum sepenuhnya memiliki kesadaran untuk mengenalkan budaya sadar bencana kepada muridnya, bahkan kapasitas guru terhadap pengetahuan kebencanaan masih membutuhkan bimbingan dan pengarahan. Demikian halnya pada tataran implementasi dalam pengintegrasian pengetahuan kebencanaan ke dalam KTSP perlu sosialisasi secara sistematis. Sehingga guru dapat mengaktualisasikan kapasitasnya dalam proses pembelajaran. Sinclair (2000) mengatakan bahwa upaya mengurangi risiko bencana yang dimulai dari sekolah yang meliputi komponenkomponen anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin masyarakat, orangtua, maupun individu yang tertarik dengan pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatan di sekolah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi lokal/nasional, sektor Strategi Kepala … (Khairuddin, 29:40)
36
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
swasta dan publik untuk dapat berpartisipasi secara aktif. Keterlibatan media juga diperlukan untuk mendorong sebuah budaya ketahanan terhadap bencana dan keterlibatan komunitas yang kuat dalam rangka kampanye pendidikan publik secara terus-menerus dan dalam rangka konsultasi publik di segenap lapisan masyarakat. Berdasarkan hasil Konferensi Sedunia tentang Pengurangan Risiko Bencana (World Conference on Disaster Reduction) yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo Jepang; dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 20052015 dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana’ memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konferensi tersebut menekankan perlunya mengidentifikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Pada hasil penelitian, guru-guru masih belum sepenuhnya memahami KTSP, dokumen dan sosialisasi masih belum sampai kepada sebagian kalangan sekolah. Sehingga yang ada, guru-guru masih berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya kordinir yang rapi. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, kebutuhan dan kondisi peserta didik. KTSP dikembangkan oleh sekolah dan Komite sekolah yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, terutama Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, yang terdiri dari komponen tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan(visi dan misi sekolah), struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, silabus masing-masing mata pelajaran dan RP masing-masing mata pelajaran, dan implementasinya pada tingkat proses pembelajaran. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Strategi Kepala … (Khairuddin, 29:40)
37
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
Pada hasil penelitian guru masih ada kegamangan dalam implementasi Bahan Ajar, Silabus, RPP tentang pengetahuan kebencanaan kedalam proses pembelajaran di SD Kota Banda Aceh. Dalam PP nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan BAB IV Pasal 19 menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selayaknya guru memiliki kekuatan pemahaman dalam implementasi Bahan Ajar, Silabus, dan RPP tentang pengetahuan kebencanaan kedalam proses pembelajaran. Guru sudah memahami tentang pengintegrasian pengetahuan kebencanaan ke dalam KTSP namun belum mampu merefleksikan secara spontan mengenai sadar bencana dalam proses belajar mengajar. D. Penutup Kesimpulan dari tulisan ini adalah masalah yang ditemukan sehubungan dengan pengintegrasian pengetahuan kebencanaan ke dalam kurikulum KTSP di SD Kota Banda Aceh adalah sebagai berikut: (1) guru belum sepenuhnya memiliki kapasitas dalam memahami materi pengetahuan kebencanaan disetiap pelajaran yang relevan dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa untuk meningkatkan dan pengembangan budaya sadar bencana, (2) guru belum memahami sepenuhnya jenis-jenis gejala alam dan kerentanan bahaya dalam kebencanaan , (3) KTSP belum sepenuhnya dipahami oleh guru, (4) dokumen yang tersedia belum memadai, (5) sosialisasi dan pelatihan belum efektif, baik secara kualitatif atau kuantitatif, (6) Sosialisasi KTSP belum memiliki standarisasi; materi, strategi dan pendekatan penyampaian, maupun narasumbernya, (7) kurang adanya kordinasi, masih berjalan sendiri-sendiri, (8) masih didapatkan faktorfaktor yang menghambat pengintegrasian pengetahuan kebencanaan dalam KTSP, (9) masih ada kegamangan guru dalam implementasi Modul dan Silabus penegetahuan kebencanaan kedalam proses pembelajaran di SD Kota Banda Aceh, (10) guru masih ada yang keliru dalam mengintegrasikan kebencanaan antara RPP dan Silabus. Kebutuhan yang dipandang perlu dilakukan sebagai solusi dari masalah-masalah diatas adalah sebagai berikut: (1) Guru harus terus Strategi Kepala … (Khairuddin, 29:40)
38
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
menerus mendapatkan sosialisasi dan pelatihan tentang KTSP, (2) dokumen-dokumen yang berkenaan dengan pelatihan dan sosialisasi serta contoh-contoh standar sudah sepenuhnya dimiliki oleh sekolah dan guru, (3) sosialisasi dan pelatihan harus dilakukan dengan efektif, baik secara kualitatif atau kuantitatif, dengan menghadirkan narasumber yang ahli dalam pengembangan kurikulum, (4) Sosialisasi KTSP dilakukan dengan memiliki standarisasi; materi, strategi dan pendekatan penyampaian, maupun narasumbernya, (4) Adanya control dan kordinasi dari disdik sampai kepada sekolah-sekolah dan mengaktifkan unsure-unsur stakeholder, sehingga tidak berjalan sendiri-sendiri, (5) Efektifitas dan efesiensi terus dilakukan, sehingga permasalahan yang ada tidak terus menerus berulang, (6) guru diberikan pemahaman utuh dalam pelatihan kebencanaan atau PRB (Pengurangan Resiko Bencana) yang berfokus pada jenis-jenis gejala alam dan kerentanan bahaya dalam kebencanaan, (7) Meningkatan ‘capacity building’ guru dalam memahami materi pengetahuan kebencanaan dan kesiapsiagaan disetiap pelajaran yang relevan dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa untuk meningkatkan budaya sadar bencana, (8) faktor-faktor yang menghambat pengintegrasian pengetahuan kebencanaan dalam KTSP segera diselesaikan dalam berbagai workshop, (9) Hilangkan kegamangan guru dalam implementasi Modul dan Silabus penegetahuan kebencanaan kedalam proses pembelajaran di SD Kota Banda Aceh, (10) Meningkatkan kemampuan guru dalam mengintegrasikan kebencanaan dalam RPP dan Silabus. Daftar Pustaka Al-Baghdady, Abudurahman, 2004, Tsunami Tanda Kekuasaan Allah, (diterjemahkan oleh Kuwais, Pengatar Din Syamsuddin), Jakarta: Cakrawala. Bensalah, Kacem, 2002, Guidelines for Education in Situations ef Emergency an Crisis: EFA Strategic Planning, UNESCO: Divition of Policy and Strategic of Education. Pemerintah Daerah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2006, Kebijakan Strategis dan Kerangka Kerja Pendidikan: Rencana Strategis Pendidikan NAD 2009-2011, Januari 2007, Banda Aceh: Sekretariat Daerah Pemerintah Daerah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.. Strategi Kepala … (Khairuddin, 29:40)
39
JURNAL TABULARASA PPS UNIMED Vol.11 No.1, April 2014
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Qanun Nomor 5 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Robbins, Stephen P. and Nancy Langton, 2001, Organization Behavior, 2nd ed., Canada: Pearson Education. Sinclair, Margaret, 2002, Planning Education In and After Emergencies, Paris: UNESCO: International Institute for Educational Planning. Sommers, Marc, 2004, Co-ordination Education During Emergencies and Reconstruction: Challenges and Responsibilities, UNESCO: International Institute for Educational Planning. UNESCO, 2001, EFA Planing Guide: Southeast and East Asia, Bangkok: Unesco-Proap. Undang-Undang Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomoe 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Sutikno (2007), Renungan Hari pengurangan Resiko, http://sutikno. org/
Strategi Kepala … (Khairuddin, 29:40)
40