Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN Volume 18 (2) 2006
Nurhaida Pasaribu
PENGGUNAAN SISTEM MULTI LAPISAN TANAH UNTUK MENURUNKAN TINGKAT PENCEMARAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET REMAH Nurhaida Pasaribu*) Abstrak Limbah cair industri karet remah diperlakukan dengan sistem Multi Lapisan Tanah (Multi Soil Layering / MSL ) yang telah terbukti banyak memberikan keuntungan. Di antaranya dapat menurunkan BOD, COD, Nitrogen secara serempak dengan menggunakan material yang mudah didapat dan tersedia dengan jumlah yang berlimpah. Pada konstruksi MSL, tanah dicampur dengan arang yang diisikan pada box ukuran 50 x 15 x 50 cm sebagai box yang diselang-seling dengan lapisan perlitdalam bentuk susunan batu bata. Dari konfigurasi yang dihasilkan saistem MSL dibagi dua zona, yaitu: zona aneorobik dan zona aerobik. Limbah cair karet remah diperlakukan terlebih dahulu dalam bak pengendap yang berisi ijul untuk mengurangi sedimen sebelum dialirkan pada sistem MSL. Dari hasil penelitian didapat, limbah cair yang diolah dengan sisem MSL memenuhi baku mutu limbah cair untuk industri karet. Dengan memberikan aerasi dapat memperbaiki efisiensi penurunan BOD, COD dan N-NH4. Akan tetapi aerasi yang berlebihan akan membuat keseluruhan sistem MSL dalam kondisi aerob sehingga menghambat proses denitrifikasi. Untuk menaikkan kecepatan alir atau loading harus dipertimbangkan betul agar tidak melebihi batas optimum. Hal ini disebabkan karena pada kecepatan alir yang tinggi akan terjadi penurunan persentase penghilangan dari TSS, BOD dan COD. Kata kunci: Limbah cair, Karet remah, Industri
A. PENDAHULUAN Air merupakan sumber daya alam yang mempunyai peranan yang sangat vital, bahkan menentukan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Kebutuhan akan air cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun baik untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia maupun sebagai sumber daya untuk kegiatan pembangunan. Kegiatan industri merupakan salah satu kegiatan yang sangat banyak menggunakan air yang diperuntukkan untuk berbagai tahap produksi dan utilitas. Air dimanfaatkan pada proses produksi, alat transportasi, air pendingin dan air umpan ketel. Dari berbagai rangkaian kegiatan tersebut secara umum akan menghasilkan limbah cair yang mengandung polutan organik dan anorganik dan dapat membahayakan manusia maupun lingkungan. Bila dibuang ke badan perairan umum, akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Dari sekian banyak industri yang memanfaatkan air, maka salah satunya
adalah industri karet remah. Industri karet remah memproduksi bahan mentah karet alam menjadi karet setengah jadi berupa SIR 10, SIR 20 dan sebagainya. Industri karet remah dalam proses produksinya sangat sederhana yaitu berupa pembersihan, pencucian, homogenisasi dan pengeringan. Pada proses pengolahan karet remah, air merupakan komponen pokok sebagai bahan penolong produksi. Air banyak dimanfaatkan sebagai media pencucian bahan baku dan media transportasi/ pengantar dari proses yang satu ke proses yang berikutnya. Untuk mengembalikannya kebadan air, maka air limbah ini perlu diolah terlebih dahulu, agar tidak menurunkan baku mutu dari badan perairan umum yang menerima limbah cair tersebut. Dalam IPAL karet remah, dibutuhkan kolam besar dan luas yang dipergunakan untuk pengendapan/sedimentasi. Di lokasi penelitian ini, pada umumnya areal yang dimiliki oleh industri karet remah sangat terbatas/kecil yang berkisar 3-5 Ha. Luas areal tersebut sudah termasuk
*)
Staf Pengajar pada Program Studi Kimia FMIPA USU
23
Nurhaida Pasaribu
untuk kantor proses awal, sebagainya.
perumahan pimpinan, produksi, IPAL dan
Dari berbagai aspek yang ada, maka pemanfaatan Metoda Multi Lapisan Tanah merupakan salah satu alternatif yang diharapkan akan dapat menurunkan tingkat pencemaran industri karet remah tersebut, di mana dalam pelaksanaannya tidak membutuhkan lahan yang luas. Metode Multi lapisan Tanah (MSL) pertama kali dilaporkan tahun 1993 (Wakatsuki et al., 1993). MSL diaplikasikan untuk treatment limbah cair domestik menggunakan model house. Metode MSL berkemampuan tinggi untuk pemurnian air, dan telah diperluas dengan berbagai macam studi untuk limbah cair domestik (Tahir et al. 1997, Wakatsuki et al., 2002), treatment Limbah Cair Kafetaria (Attanandana et al., 2001) dan Eksperimen Labor dengan kecepatan tinggi pada HLR 2m3 m-2 hari-1 (Matsunaga el al, 1998). Beberapa keuntungan dari metoda MSL: 1. Menghilangkan secara serentak material organik seperti: BOD, COD, Nitrogen dan Posfor dari limbah cair. 2. Sistem mencegah Clogging yang terjadi pada sistem tradisional yang
Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN Volume 18 (2) 2006 menggunakan tanah sebagai parit dan sistem lahan. 3. Laju muatan tinggi 1000-4000 Lm-2 hari1 yang dibandingkan sistem tradisional. Sistem dapat disusun dari sumber lokal yang tersedia seperti zeolit, perlit, arang dan gravel (Attananda et al 2001, Luanmance et al 2001) Alat dan Bahan Peralatan dan bahan untuk sistem MSL: bak acrilik ukuran 15 cm x 50 cm x 50 cm, gravel (diameter 2-3 mm), perlit (diameter 2-3 mm), triplek, plastik net halus,tanah vulkanik (tanah gunung), arang tempurung kelapa (diameter 2-3 mm), pipa paralon. Peralatan dan bahan untuk analisa: 1 unit peralatan spektrofotometer, peralatan gelas, neraca, penangas air, filter gelas fiber, H2SO4 pekat, KMnO4 0,1 N, merkuri sulfat, sodium thio sulfat, kalium iodida, mangan sulfat, kalium bikromat, pereaksi Nessler dan lain –lain. B. METODE PENELITIAN Box dari acrilik digunakan sebagai model pada sistem MSL Peralatan sistem MSL, dibuat dengan konstruksi seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Susunan Bejana pada Sistem Pengaliran Kontinu
24
Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN Volume 18 (2) 2006
Nurhaida Pasaribu
Dasar bak dengan ketinggian 4 cm diisi dengan gravel, lalu seluruh permukaan gravel ditutup dengan net plastik. Lapisan kedua berikutnya dengan ketinggian 4 cm diisi dengan perlit. Campuran arang, tanah ditarok pada kotak sebagai blok membentuk seperti susunan batu bata. Bentuk susunan batu bata dilakukan dengan cara: Empat buah bingkai triplek masingmasing dengan dimensi dalam (4 cm x 9 cm x 15 cm) dipasang sejajar pada jarak masing-masing 4 cm. Ke dalam bingkai triplek dialas dengan plastik net halus yang dapat membungkus blok campuran tanah untuk mencegah butiran tanah lolos ke lapisan perlit. Campuran tanah dan arang tempurung kelapa 1 : 1 (perbandingan volume kering) diisi ke dalam bingkai triplek lalu dipadatkan. Angkat bingkai triplek lalu lapisan selanjutnya diisi dengan perlit setinggi 4 cm. Lapisan lain diisikan dengan cara yang sama sampai membentuk 5 lapisan blok tanah. Lapisan paling atas ditutup dengan perlit setinggi 4 cm. Pipa untuk limbah cair diinstalasi pada lapisan atas. Pipa aerasi diinstalasi pada lapisan ketiga. Pipa aerasi dengan jarak antara lubang aerasi 5 cm, ukuran lubang pipa aerasi 1 mm. C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Air Limbah Karet Remah pada Sistem MSL Hasil yang diperoleh dengan sistem MSL dalam skala laboratorium dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2 (Lampiran). Kondisi operasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: Perlakuan
: dengan aerasi
Kec. Alir Oksigen : 3,856 L min-1 Laju alir : 75 ml min-1 Lama aliran : 8 jam day-1 Kec. Loading : 36 L/day. 0,075 m-2 = 480 Lm-2 day-1
Catatan: luas permukaan MSL = 0,075 m-2
Air dengan nilai BOD yang tinggi menunjukkan jumlah pencemar yang tinggi, terutama yang disebabkan oleh bahan organik. Penguraian zat organik yang mengalami biodegradasi diukur dengan konsentrasi SS, BOD, COD, di mana aktivitas microorganisme memainkan peranan penting pada proses ini. (Tohir et al., 1977). Peranan mikroba pada biodegradasi asam organik dan asam lemak akan makin lambat bila atom C makin panjang, tetapi keberadaan ikatan rangkap akan mempercepat biodegradasi (Sumarno, 1997). Pengaruh Aerasi terhadap Efisiensi Penurunan SS, BOD, N-NH4, N-NO3, NNO2 dengan Sistem MSL Pengaruh aerasi terhadap efisiensi penurunan beberapa parameter dengan sistem MSL dapat dilihat pada Tabel 4 (Lampiran). Dari Tabel 3 dapat dibuat persentase perubahan kualitas limbah cair dari beberapa parameter yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh Aerasi terhadap Persentase Perubahan Kualitas Limbah Cair Periode Sampling Inf PH Effl Inf T OC Effl Inf SS Effl Inf BOD Effl Inf COD Effl Inf NH4-N Effl
27 Mei 5,8 6,7 26,6 26,8 55,0 12,0 50,2 18,1 51,9 27,0 11,0 0,75
3 Juni 5,9 6,7 26,2 26,6 55,7 17,0 35,4 9,4 42,1 19,6 12,52 0,57
8 Juni 6,2 6,4 25,8 25,6 30,0 10,0 29,2 8,4 37,8 18,0 14,0 0,50
12 Juni 6,1 6,5 26,5 26,8 31,3 13,0 28,6 9,0 35,6 17,6 14,8 0,71
19 Juni 5,3 6,7 26,6 26,8 57,3 11,0 38,3 8,6 66,9 14,0 45,3 0,71
24 Juni 5,9 6,3 27,1 27,6 30,0 9,0 31,5 6,2 64,6 30,6 45,2 6,48
25
Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN Volume 18 (2) 2006
Nurhaida Pasaribu
Tabel 2. Efisiensi Pengurangan SS, BOD, COD, dan NH4+-N dari Karet Remah dengan Sistem MS Periode Sampling SS BOD COD NH4=N
27 Mei 78.2 63.9 48.0 93.2
3 Juni
8 Juni
69.5 73.3 53.4 95.4
66.7 71.1 52.3 92.9
12 Juni 58.5 68.3 50.4 95.2
19 Juni 80.8 77.5 79.1 98.4
24 Juni 70.3 80.4 52.7 85.7
27 Mei 70.7 724 56.0 93.5
Tabel 3. Kualitas air Limbah Karet Remah Untreated dan Treated pada Sistem MSL Parameter Untreated Treated Untreated Treated Untreated Treated Untreated Treated Untreated Treated
Ph SS BOD COD N-NH3
3 juni 6.18 6.26 250 68 201.13 72.41 291.20 174.72 32.70 0.66
8 juni 6.18 6.38 143 43 128.65 48.18 168.50 97.73 27.91 2.19
Tanggal Pengaliran 12 juni 19 juli 6.15 6.9 6.56 7.19 127 117 49 47 143 147.23 60.06 53 177.38 232.96 92.24 139.80 38.37 34.81 0.77 0.49
24 juli 6.18 6.28 117 53 142 58.06 170 92 30 2.2
Tabel 4. Persentase Perubahan Kualitas Limbah Karet Remah Untreated dan Treated pada Sistem MSL Parameter SS (%) BOD (%) COD(%) N-NH3 (%)
3 juni 72.80 63.99 40 97.98
8 juni 69.99 62.55 42 92.15
Tanggal Pengaliran 12 juni 19 juli 61.42 59.83 58 64 47.99 39.98 97.99 98.59
24 juli 54.70 59.11 45.88 92.67
3 juni 52.70 61.53 43.17 95.88
Tabel 5. pengaruh Kecepatan Air terhadap Perubahan Kualitas Limbah Cair Parameter pH SS (mg L-1) -1
BOD (mg L ) COD (mg L-1) N-NH3(mg L-1) N-NO3-(mg L-1) N-NO2-(mg L-1) T-IN(mg L-1)
Untreated treated Untreated treated Untreated treated Untreated treated Untreated treated Untreated treated Untreated treated Untreated treated
36 6.4 6.52 143 43 184.41 63.72 272.48 125.34 50.70 3.07 0.125 12.8 0.05 0.23 50.875 16.1
Kecepatan Alir (L/jam) 54 6.50 6.60 66 17 148.28 47.58 227.40 118.25 27.91 2.19 0.28 13.16 0.05 0.29 28.24 10.64
60 6.53 6.4 117 47 125.30 57.71 212.16 131.54 30.05 3.5 0.79 10.27 0.03 0.14 31.32 13.91
72 6.67 6.64 103 53 90 54 152.88 99 25.91 6.09 0.58 7.07 0.09 0.22 26.08 13.38
Tabel 6. Pengaruh Kecepatan Alir terhadap Persentase Perubahan Kualitas Limbah Cair Parameter SS (%) BOD (%) COD(%) N-NH3 (%) N-NO3- (%) N-NO2- (%) T-IN (%)
26
36 70 65.45 54 93.94 -98.05 -78.26 68.35
Tanggal Pengaliran 54 60 74.24 59.84 67.70 53.84 56 37.99 94.15 90.41 -90.27 -9235 -82.76 -78.57 62.32 55.58
72 48.54 40 35.44 76.11 -88.75 -59.09 48.70
Nurhaida Pasaribu
Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN Volume 18 (2) 2006
Dengan adanya aerasi terjadi kenaikan persentase perubahan kualitas limbah cair untuk SS, BOD, COD, N-NH3. Tidak demikian halnya untuk N-NO3, N-NO2.
Nitrifikasi merupakan proses autotropik (energi untuk pertumbuhan bakteri berasal dari oksidasi senyawa nitrogen, terutama amonia).
Dengan adanya aerasi, terjadi kenaikan persentase perubahan kualitas limbah cair untuk SS dan BOD. Kenaikan ini disebabkan oleh mikroorganisme aerob dapat berkembang dengan baik. Pada kondisi oksigen yang cukup, bakteri akan merubah BOD menjadi senyawa karbon yang tak larut (solid) disertai peningkatan sel-sel bakteri.
Untuk mengkonversi Nitrat-Nitrogen melibatkan berbagai macam bakteri seperti: Achromobacter, Acrobacter, Alkaligenes, Bacillus, Laktobacillus, Mikrococcus, Pseudomonas dan Sprilium. Bakteri ini bersifat heterotrop (membutuhkan karbon organik untuk sistem sel baru.
BOD material + O2
solid + CO2 + H2 + mo + energi
Untuk nilai COD, kenaikan persentase perubahan kualitas limbah cair dengan perlakuan aerasi tidak begitu besar karena limbah karet kemungkinan banyak bersifat non biodegradable. Tingginya kadar N-NH3 dari limbah atau dari dekomposisi senyawa organik dapat diserap pada sisi perlit dan dioksidasi jadi N-NO3 dari sistem. Pada kondisi tanpa aerasi terjadi % penurunan konsentrasi NNH3 57,14% dan dengan adanya aerasi terjadi kenaikan persentase konsentrasi N-NH3 94,03%. Dari Tabel 4 terlihat, dengan perlakuan aerasi konsentrasi N-NO3 dan N-NO2 akan naik, akibatnya persentase perubahan kualitas limbah cair menjadi 83,79 dan 67,04%. Hal ini disebabkan oleh karena dengan kondisi aerasi yang berlebihan akan membuat keseluruhan sistem MSL dalam kondisi aerobik sehingga dapat menghambat terjadinya proses denitrifikasi yang merubah N-NO2 dan N-NO3 menjadi gas nitrogen. Adanya dua mekanisme prinsip yang berhubungan dengan penghilangan nitrogen yaitu proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Pada tahap pertama, amonia dikonversi menjadi nitrat secara aerobik (nitrifikasi). Dan pada tahap kedua, nitrat dikonversi menjadi gas nitrogen secara anaerobik (denitrifikasi).
Pada konsentrasi yang rendah dalam zona anaerobik tersedianya sumber karbon yang cukup akan mempertahankan kecepatan denitrifikasi yang tinggi. Untuk treatmentt limbah pertanian miskin dengan karbon organik, biasanya digunakan metanol sebagai sumber karbon. Sedangkan limbah industri miskin dengan nutrien tetapi mengandung sumber karbon. Pada sistem MSL, ditambahkan arang tempurung kelapa pada lapisan tanah yang berfungsi sebagai sumber karbon untuk meningkatkan proses denitrifikasi. Pengaruh Kecepatan Alir/Kecepatan Loading Dari Tabel 5 dapat dilihat bagaimana pengaruh kecepatan alir terhadap perubahan konsentrasi dari masingmasing parameter setelah limbah diperlakukan dengan sistem MSL. D. KESIMPULAN Setelah dilakukan penelitian tentang penggunaan sistem MSL untuk menurunkan tingkat pencemaran limbah cair industri karet remah, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem MSL dapat menurunkan tingkat pencemaran limbah cair industri karet remah, yaitu: a. Nilai TSS berkisar 52,79-62, 96% b. Nilai BOD berkisar 57, 87-61,53% c. Nilai COD berkisar 43,17-50,7% d. Nilai N-NH3 berkisar 94,0395,88%
27
Nurhaida Pasaribu
Bila ditinjau Kep Men LH No 51/MENLH/10/1995, limbah cair yang telah diolah memenuhi baku mutu limbah cair untuk industri karet. 2. Secara umum pemberian aerasi akan memperbaiki efisiensi penurunan BOD, COD,dan N-NH4. Akan tetapi aerasi yang berlebihan akan membuat keseluruhan sistem MSL dalam kondisi aerobik, sehingga menghambat proses denitrifikasi. Ini terbukti dengan tingginya konsentrasi N-NO3 dan N-NO2 treated lebih tinggi dari antreated. 3. Kecepatan alir/kecepatan loading 36L-54L/jam~480-720Lmday dapat menaikkan persentase penurunan konsentrasi SS, BOD, COD 74,24; 67,70; dan 56. Pada kecepatan alir yang lebih tinggi, terjadinya penurunan persentase penghilangan TSS menjadi 48,54%. E. DAFTAR PUSTAKA Azman Firdaus, S., M. Tusirin, M.N. Andrew, D., Shawaluddin, T. dan G. Pieralisasi. 1993. Golden HopePieralisasi Process for Palm Processing. Paper Presented at PORIM International Palm Oil Conference 1993, Kuala Lumpur. Alaerts, G dan Sri Sumestri, Santika. 1987. Metoda Penelitian Air, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya, 184-230. APPA. 1992. Standard Method for the Examination of Water and Wastewater, 18thEd., American Public Health Association. Washington D.C. Attanandana, T., B. Saitthiti, .S. Thongpae, S. Kritapirom, and T .Wakatsuki, . 1999. Multi-MediaLayering System for Food Service Wastewater Treatment, Ecological Engineering, Elsevier, 15, 133-138. Aliayulisari. Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji Sebagai Bahan Penyerap Zat Warna Methylen Blue. Skripsi Sarjana Kimia, 2003. Elizarni, 2003, Penggunaan System Multi Lapisan Tanah Untuk Menurunkan
28
Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN Volume 18 (2) 2006 Tingkat Pencemaran Limbah Cair Industri Karet Remah, Thesis Pasca Sarjana UNAND Erningpraja, L., Z. Poeloengan dan P.L. Tobing, 1995, Prospek Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Minyak Kepala Sawit Untuk Perkebunan Kepala Sawit. Kongres Himpunan Ilmu Tanah Indonesia-IV, Jakarta. Firdaus, A, S, M., Tusirin, M.N., Andrew, D., Shawaluddin, T., dan G, Pieralisasi. 1993. Golden HopePieralisasi Process for Palm Processing Paper Presented at PORIM International Palm Oil Conference 1993, Kuala Lumpur. Fitrina, N. Penyerapan Ion Kromium Oleh Serbuk Gergaji Tumbuhan (P. lucida sp) yang dimodifikasi dengan Zat Warna Kongo Merah. Skripsi Sarjana Kimia 2002. Gumbira Sa’id, E. 1994. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Industri Kelapa Sawit. Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan-IPB. Hammer, M.J. 1996. Water and Wastewater Technology, S1 Version, 3rd ED. Prentice Hall International, Inc. USA. Irmanto, 2002. Pengolahan Air Limbah Tahu dengan Metoda Multi-SoilLayering. Thesis Pasca Sarjana UNAND. Kep Men LH No. 51/Men LH / 10 /1996. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1996. Kelter, P.B. J, Grudman,. S.H. David,. And D.C. James, . 1997. J. Chem, Educ, 74, 12-20. Lubis, B. dan P.L. Tobing, 1989. Potensi pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit. Buletin perkebunan 20(1). Hal. 49-56. Lin, S.H. Yen, Y.L 1997. Amonia and Nitrit Removal From Sea Water By Ozonation, Environ. Tech, 18, 6573. Linberg, C.F and B. Carlsson, 1996, Adaptive Control of External Flow Rate in an Activated Sludge Process. Wat. Sci. Tech. 34 (3-4), 173-180.
Nurhaida Pasaribu
Lopes, D.A., C. Peres and F.A. Lopes, . 1997. Sorption of Heavy Metals on Blast Furnace Sludge, Anal. Chim. Acta, 989-996. Luanmanee, S., T. Attanandana, Saitthiti, BN. Panichakajul, C. And T. Wakatsuki, 2000. Efficiency of Multi-Soil-Layering Systems with Various Organic Material on Domestic Wastewater Treatment, Paper Submitted on Managing Water and Waste in New Millennium, Johanesburg, 23-26 May, 2000. Masunaga, T., and T. Wakatsuki, 1999. High Quality Water Remediation by The Multi Soil Layering Method. Proceeding of The 12th International Conference on Chemistry For Protection of The Environment. 303309 Masunaga, T., S. Kunaki, T. Zennami, S. Fujii, and T. Wakatsuki, 2001. Application of the Multi-Soil-Layering Method to Direct Treatment of Population River Water, 1th IWA Asia-Pasific Regional Conference, Asian Waterqual 2001, Fukuoka, Japan Ngan Ma Ah. 1984. Process control for anaerobic digestion of palm oil mill effluent. Proceeding of the Workshop on Review of Palm Oil Mill Effluent Technology. Departement of Environmental Standart PORIM. Kuala Lumpur. Malaysia
Jurnal KOMUNIKASI PENELITIAN Volume 18 (2) 2006 Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat, Rineka Cipta, Jakarta, 10-13. Schlegel, H. G and Karin Schmidt, 1994. Mikrobiologi Umum, Gadjah Mada University Press. (6) 202-351. Subagio, H. 1988. Pengendalian Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit Secara Anaerobik. Prosiding Seminar Nasional Pengendalian Limbah Pabrik Minyak Sawit dan Karet. 2021 Desember 1988. Medan. Tobing, P.L dan Sj. Lubis. 1994. Penggunaan Betagen-Rispa Untuk Pengendalian Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Berita PPKS. 2 (3) 221-230. Tahir, Y .T. Harada, T. Wakatsuki, 1997. Enhancement and Control of the Functions of Soil Resources for Biogenic Waste Water Treatment by Multi-Soil-Layering Method, The Proceeding of the 4th International Conference, East and Southeast Asia Federation of Soil Sciences, on “Soil Quality Management and AgroEcosystem Health”. Cheju, Republic of Korea, 241-252. Ulmann’s. 1996. Encyclopedia of Industrial Chemistry, 5th ED, A 2, 224-231, A17, 286-290. Wakatsuki, T., H. Esumi, S. Omura, 1993 High Performance and N & P Removable on-site Domestic Wastewater Treatment System by Multi-Soil-Layering Method, Wat. Sci. Tech, 27, 31-40.
29