Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
PENGGUNAAN METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SDN SIMOMULYO SURABAYA
Cahyo Hadi Purnomo Mahasiswa S2 Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAK Rumusan dalam penelitian ini adalah: a) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode discovery di kelas VI SDN Simomulyo I Surabaya T.A 2013/2014? dan b) Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA Siswa Kelas VI SDN Simomulyo I Surabaya T.A 2013/2014 melalui penggunaan metode discovery?. Model penelitian yang digunakan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kurt Lewin yang terdiri dari dua siklus, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan teknik observasi adalah berupa panduan lembar observasi aktivitas guru dan siswa, sedangkan pada teknik tes adalah butir-butir soal tes. Hasil penelitian ini dapat diperoleh sebagai berikut: (a) penggunaan metode discovery pada siswa Kelas VI SDN Simomulyo I Surabaya telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Hal ini dapat dilihat pada hasil skor observasi aktivitas guru meningkat dari siklus I sebesar 65 (cukup) sedangkan siklus II menjadi 91,66 (sangat baik). Dan hasil skor observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari siklus I sebesar 67,85 (kurang) sedangkan siklus II menjadi 96,4 (sangat baik), dan (b) terdapat peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas VI SDN Simomulyo I Surabaya dengan menggunakan metode discovery. Hal ini dapat dijelaskan dari perolehan nilai rata-rata kelas siswa meningkat dari siklus I yaitu 57,78 (tidak baik) menjadi 83,21 (baik) pada siklus II serta persentase ketuntasan hasil belajar siswa khususnya pada materi ciri khusus tumbuhan dan lingkungan hidupnya meningkat dari siklus 1 sebesar 35 % jumlah siswa tuntas dan pada siklus II sebesar 90 % jumlah siswa tuntas. Kata Kunci: Metode Discovery, Hasil Belajar IPA
PENDAHULUAN Dalam menjalani kehidupan ini manusia mempunyai beberapa kebutuhan. Salah satu kebutuhan manusia yang tidak dapat diabaikan diantaranya adalah hasrat untuk maju dan senantiasa menambah kemampuan diri, karena kemajuan merupakan salah satu ciri kehidupan bagi manusia. Dalam perkembangannya, proses mencapai kemajuan identik dengan pendidikan. Seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi dewasa ini, bidang pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan dengan mutu pendidikan yang baik, maka dapat digunakan sebagai modal dasar pelaksanaan pembangunan bangsa di segala bidang, sehingga tercapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan falsafah negara.
80
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
Pendidikan nasional perlu terus ditata, dikembangkan agar terbentuklah generasi bangsa yang berkualitas dan mampu bersaing dalam era globalisasi. Oleh sebab itu, pendidikan haruslah benar-benar mendapat perhatian khusus dan disinilah sangat diperlukan partisipasi suatu keluarga, masyarakat dan negara. Keberhasilan pendidikan tidak hanya ditentukan oleh faktor pendidik saja serta cara pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran melainkan faktor anak didik juga menjdi faktor yang penting. Tanpa keikutsertaan anak didik dalam rangka memajukan dirinya ke arah kedewasaan, pendidikan tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan dan diinginkan. Jadi dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar, tidak hanya guru yang aktif melainkan siswa juga harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga mampu memperoleh hasil belajar yang optimal sesuai tujuan yang diharapkan. Pada penelitian ini, peneliti memilih mata pelajaran IPA dengan materi ciri khusus tumbuhan dan lingkungan hidupnya. Pertimbangan pemilihan materi ini didasarkan pada kenyataan di lapangan yang peneliti temukan yakni masih rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi perubahan sifat benda. Hal tersebut dibuktikan oleh data nilai yang dimiliki peneliti dari pembelajaran sebelumnya dan didukung oleh data nilai tahun ajaran 2012/2013 yang hanya memperoleh nilai rata-rata sebesar 63 dengan KKM yang ditentukan sebesar 75. Berdasarkan hasil pretes yang dilakukan, maka guru melakukan refleksi yang bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya masalah di atas. Hasil refleksi pada pelajaran sebelumnya yaitu, karena tidak adanya media yang digunakan oleh guru, serta penggunaan metode pembelajaran konvensional yang kurang variatif. Dalam pembelajaran sebelumnya, guru hanya menggunakan buku paket dan LKS dengan gambar-gambar yang ada di dalamnya sebagai media pembelajaran. Padahal setelah diperiksa lebih mendalam mengenai kedalaman materi buku paket, hanya dijelaskan sekilas. Metode yang digunakan oleh guru hanya metode ceramah, siswa kurang diberi kesempatan menanyakan hal-hal yang mereka belum pahami dan menganggap semua siswa sudah mengerti. Siswa juga kurang memperhatikan materi yang disampaikan guru yang dikarenakan tidak adanya media yang menarik siswa. Siswa menjadi kurang antusias dan tidak aktif dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan guru sebelumnya. Masalah ketidak mampuan siswa dalam memahami pembelajaran IPA dengan materi ciri khusus tumbuhan dan lingkungan hidupnya ini harus segera dipecahkan. Upaya untuk mengatasi kondisi tersebut perlu diadakan inovasi dalam pembelajaran IPA. Untuk itu, peneliti sebagai guru kelas VI merencanakan untuk mengulang materi ini dengan metode ataupun media yang berbeda dengan pertemuan sebelumnya yang lebih efektif dan menyenangkan sehingga dapat menjadikan siswa aktif. Salah satu alternatif yang peneliti pilih yang diharapkan dapat menngkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan Metode Discovery.
Metode Discovery Metode Discovery merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung, dan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar. Discovery diartikan proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain mengamati, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan (Roestiyah, 2008:20). Dengan teknik
81
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Kegiatan Discovery dapat dilakukan secara perorangan, kelompok ataupun seluruh kelas (klasikal), baik dilakukan di dalam kelas ataupun di luar kelas. Temuan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti diskusi antar siswa, tanya jawab antar guru dengan murid dan sebagainya. Pelaksanaan Metode Discovery dapat dimaksudkan untuk mencari jawaban tertentu yang sudah pasti ataupun kemungkinan pilihan (alternatif) jawaban atas masalah tertentu. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri (Suherman, 2001). Menurut Encyclopedia Of Educational Research (dalam Saktiyowati, 2010:84) penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi anak didik untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian, Metode Discovery adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dalam metode ini siswa menemukan konsep permasalahan yang disajikan guru dengan mengidentifikasinya. Penggunaan metode ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalanpersoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Selain itu, siswa dapat terlatih dalam berfikir ilmiah. Dengan percobaan siswa menemukan bukti kebenaran dari teori IPA yang sedang dipelajarinya. Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode discovery, yaitu : 1. Perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik. 2. Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis. 3. Mencari informasi, data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis. 4. Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi. 5. Aplikasi kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru. (Saktyowati, 2010:84) Pemilihan metode discovery didasarkan pada keberhasilan penelitian sebelumnya yaitu, Santoso (2009) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan metode discovery pada pembelajaran IPA materi energi dan perubahannya Kelas V SDN Nguling 03 Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut terbukti dari hasil nilai rata-rata pra tindakan hanya mencapai 50,125 dengan ketuntasan belajar kelas 52,5%, meningkat menjadi 85,5 dengan ketuntasan belajar kelas 92,5% pada siklus I. meskipun ada 3 siswa (7,50%) belum mencapai ketuntasan belajar individu. Hasil Belajar Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu (Hamalik, 2007:30). Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa perubahan
82
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan, keuletan, ketabahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan sebagaimana yang menuju pada perubahan positif. Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah mengetahui garis besar indikator yang dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diukur. Indikator hasil belajar menurut Benjamin S. Bloom dalam Taxonomy of Education Objectives membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotorik (Nurgiantoro, 1988:42).
METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) yang dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. PTK termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif (Akbar, 2009:19). Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini berlangsung secara siklus, yang terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada akhir pembelajaran tiap siklusnya, siswa diberi tes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa. Pelaksanaan penelitian ini didasarkan pada prosedur pelaksanaan proses belajar mengajar dengan Metode Discovery. Penelitian ini menggunakan model Kurt Lewin dengan menggunakan Metode Discovery. Secara garis besar, pada model Kurt Lewin meliputi empat komponen, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) aksi/tindakan (acting), (3) observasi (observing) dan (4) refleksi (reflecting) (Arikunto, 2010:131). Pada siklus 1 seluruh hipotesis penelitian itu dilakukan secara terpadu. Pada akhir siklus hasilnya dianalisis baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki perlakuan yang akan diberikan pada siklus 2, demikian seterusnya. Guru sebagai subyek penelitian terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi tindakan-tindakan yang telah diberikan. Siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan oleh guru secara aktif. Untuk mengumpulkan data hasil penelitian, maka dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen penelitian sebagai berikut. 1. Lembar rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 2. Menyusun materi yang akan disampaikan. 3. Menyusun kisi-kisi soal dan rancangan tugas yang akan diberikan 4. Menyusun lembar observasi ketrampilan/aktivitas mengajar guru. 5. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh dari hasil dokumentasi berupa foto siswa pada setiap season dalam mengikuti proses pembelajaran. Serta melalui pengamatan tertulis yang dicatat pada lembar pengamatan, antara lain meliputi: 1. Hasil tes belajar siswa tentang ciri khusus tumbuhan dan lingkungan hidupnya. Data ini diperoleh dengan cara melakukan evaluasi menggunakan tes tulis yang
83
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
dikembangkan pada tahap rencana dan diselesaikan siswa setelah akhir tindakan tiap siklusnya. Berdasarkan tes ini peneliti dapat mengetahui kriteria keberhasilan siswa. 2. Data aktivitas guru selama pembelajaran perbaikan. Data ini diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat menggunakan lembar pengamatan aktivitas guru. Data ini digunakan untuk mengetahui ketercapaian kriteria keberhasilan penelitian. 3. Data aktivitas siswa selama pembelajaran perbaikan. Data ini diperoleh dari hasil pengamatan pengamat menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa. Data ini digunakan untuk mengetahui ketercapaian kriteria keberhasilan penelitian. Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Siswa mampu menyelesaikan tes tulis IPA dengan menggunakan metode discovery dengan skor minimal 75 dan kelas disebut tuntas secara klasikal jika kelas tersebut terdapat 85% peserta didik yang mencapai nilai lebih dari sama dengan 75. 2. Guru, dari hasil observasi kemampuan guru dalam mengajar minimal guru mendapatkan prosentase sebesar ≥ 80% dalam kemampuan mengajar IPA. Teknik Analisis data merupakan cara yang digunakan dalam pengelolahan data yang berhubungan erat dengan perumusan masalah yang telah diajukan sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Seperti yang diungkapkan Wardhani (2007:5.10) bahwa data PTK cenderung data kualitatif sehingga analisis dilakukan secara kualitatif-deskriptif, hasil analisis data disajikan dalam bentuk paparan (narasi) dan tabel menginterpretasikan data, yaitu: 1. Penilaian Tes Individu Data dari hasil tes belajar siswa untuk mengetahui rata-rata siswa persiklus dan sejauh mana peningkatan nilai hasil belajar siswa dalam materi perubahan sifat benda dari siklus I sampai siklus II yaitu dengan cara memberikan evaluasi yang berupa soal uji kompetensi setelah proses pembelajaran. Untuk analisis tingkat keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Sudjana (2013), bahwa untuk menghitung persentase dari hasil tes peserta didik menggunakan rumus sebagai berikut: Nilai = Skor yang diperoleh x 100 % Skor Maximum 2. Penilaian Unjuk Kerja Setelah nilai siswa diketahui, peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa tersebut sehingga diperoleh nilai ratarata. Sudjana menyatakan bahwa untuk menghitung rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus: =
(Sudjana, 2013:109)
Keterangan : = Nilai rata-rata = Jumlah semua nilai = Jumlah siswa
84
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
3. Ketuntasan belajar Sedangkan penilaian ketuntasan belajar berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, seorang siswa dikatakan berhasil jika telah mencapai taraf penguasaan mininal nilai 75. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: P=
x 100 %
(Trianto, 2011: 63)
Sesuai indikator yang telah ditentukan yaitu kriteria ketuntasan/kelulusan belajar siswa secara keseluruhan jika kelas tersebut terdapat 85% peserta didik yang mencapai nilai lebih dari sama dengan 75. 4. Data Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Observasi terhadap guru dan siswa dalam proses pembelajaran IPA dengan metode discovery, akan dicari prosentase. Adapun analisis observasi dihitung dengan menggunakan rumus: p = x 100 Keterangan : p = Prosentase yang akan dicari f = jumlah skor yang diperoleh guru N = jumlah seluruh skor ideal Adapun kriteria tingkat keberhasilan observasi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran: Sangat baik 91-100 Baik 81-90 Cukup 70-80 Kurang 50-69 Sangat kurang 0-50 (Aqib dkk, 2009:42)
HASIL PENELITIAN 1. Data Hasil Observasi Data hasil observasi ini diambil dari pengamatan terhadap penerapan Metode Discovery yang digunakan oleh peneliti dalam meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPA pada materi ciri khusus tumbuhan dan lingkungan hidupnya, mulai dari persiapan kegiatan awal (membuat perangkat pembelajaran yaitu RPP dan instrumen penelitian), kegiatan pelaksanaan sampai pada kegiatan akhir Penelitian Tindakan Kelas (Pengadaan tes akhir dan hasil yang didapat). Teknik observasi atau pengamatan pada penelitian kali ini adalah observasi terstuktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya (Arifin, 2009:154). Observasi ini dilakukan ketika dilaksanakannya proses belajar mengajar, untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan sudah mengarah pada terjadinya tindakan perubahan ke arah positif dalam kegiatan belajar mengajar.
85
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
a. Hasil observasi aktivitas guru Hasil Observasi terhadap aktivitas guru yang dilakukan oleh guru kolaborator selama kegiatan pembelajaran berlangsung sebagai berikut: Pada kegiatan awal, guru mengajak siswa mengingat kembali pelajaran sebelumnya. Namun guru lupa untuk menanyakannya sehingga hal tersebut tidak ditanyakan. Pada saat pelaksanaan siklus II, kegiatan tersebut sudah dapat terlaksana dengan sangat baik. Pada teknik pembagian kelompok, guru mengacak siswa berdasarkan kemampuan mereka. Guru memanggil nama siswa dan kelompok keberapa kemudian meminta mereka duduk di tempat yang telah diinstruksikan guru dan saling berhadap-hadapan antar anggota kelompok. Guru cukup baik dalam pengelolaan Metode Discovery, guru tidak hanya diam di mejanya, guru mengecek satu persatu siapa saja yang mengikuti dan tidak mengikuti aktivitas tersebut. Guru juga memberikan poin pada anggota kelompok dengan baik. Penghitungan nilai anggota kelompok dilakukan dengan sangat baik oleh guru, hal ini ditandai dengan kinerja mereka selama melakukan Metode Discovery. Karena ada beberapa siswa yang mengikuti dan hanya diam dalam kerja kelompok tersebut. Dalam kegiatan penutup guru memberikan penguatan tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian guru bersama dengan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang telah diajarkan. Respon mereka kurang begitu antusias karena kecapekan. Kemudian, guru memberikan motivasi agar siswa tetap semangat dalam hal belajar kapanpun dan dimanapun dia berada. Guru mengakhiri pelajaran dengan doa dan menutupnya dengan salam. Kesimpulan tugas kelompok yang diberikan oleh guru cukup baik, namun sangat disayangkan karena guru terlihat terlalu tergesa-gesa dalam menyampaikan kesimpulan, baik kesimpulan tugas kelompok maupun kesimpulan materi yang telah diberikan. Dalam pengelolaan waktu guru juga terlihat tergesa-gesa, sehingga terlihat belum optimal pelaksanaan waktunya. Akan tetapi pada siklus II, guru telah mampu mengelola waktu dengan sangat baik sesuai waktu yang direncanakan dalam RPP, sehingga penyampaian kesimpulan baik tugas kelompok maupun kesimpulan materi dapat disampaikan dengan optimal. Kelas juga menjadi lebih hidup dan kondusif. Tabel 1 Hasil Observasi Aktivitas Guru No I
II
Aspek Pengamatan
Skor Pengamatan Siklus I
Siklus II
Persiapan fisik guru dalam mengajar
3
4
Persiapan perangkat pembelajaran yaitu RPP
3
4
3
3
Persiapan
Pelaksanaan Kegiatan awal Memberi motivasi
86
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
Guru mengajak siswa mengingat kembali pelajaran sebelumnya
2
4
Menyampaikan tujuan pembelajaran
3
3
2
4
Guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
2
4
Guru menutup pelajaran dengan membaca Hamdalah dan mengucapkan salam.
3
3
Ketepatan waktu dalam belajar
2
4
Ketepatan memulai pembelajaran
3
3
Ketepatan menutup pembelajaran
2
4
Kesesuaian dengan RPP
3
4
Efektifitas waktu
3
4
Kelas kondusif
3
3
Kelas hidup
2
4
Jumlah skor perolehan
39
55
Skor maksimal
60
60
65%
91,66%
Cukup
Sangat baik
Kegiatan Inti Guru bertanya apakah yang terjadi dengan tumbuhan yang ada pada gambar tersebut? Sekarang kalian buktikan mengapa bisa demikian? Kegiatan Penutup
III
IV
Pengelolaan waktu
Suasana Kelas
Persentase skor perolehan Kategori
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA oleh guru dengan menggunakan metode discovery berjalan sangat baik sesuai RPP yang telah disusun dan terus mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. b. Observasi aktivitas siswa Dari hasilpengamatan terhadap aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran, diperoleh informasi sebagai berikut: Pada aktivitas persiapan siswa sudah terlaksana dengan baik, pada tahap kegiatan awal juga sudah dilakukan dengan baik oleh siswa, namun dalam kegiatan inti masih terdapat kekurangan ketika guru meminta siswa menggolongkan tumbuhan dengan lingkungan hidupnya berdasarkan ciri khusus yang dimiliki.
87
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
Berbeda lagi saat melakukan dugaan sementara, siswa masih kebingungan dengan apa yang akan dikatakan, sehingga masih banyak siswa yang salah mengerjakan. Siswa juga kebingungan cara membuat kesimpulan dari hasil diskusinya. Dari 5 siswa dalam satu kelompok hanya ada 1 atau 2 siswa yang memahami materi dan faham dengan pmodel pembelajaran yang dilakukan guru. Sedangkan siswa yang lainnya belum faham, jadi hanya beberapa saja yang bisa melakukan aktivitas ini. Begitu pula saat menjelaskan hasil diskusi, perwakilan kelompok masih kebingungan dalam menjelaskan di depan kelas. Pada akhirnya persentasipun masih belum dicapai hasil yang maksimal. Pada kegiatan akhir, siswa melakukannnya dengan baik. Hasil yang diperoleh pada siklus II, mengalami perbaikan dan peningkatan dibandingkan siklus I. Siswa mulai mengerti dengan model pembelajaran yang dilakukan guru sehingga ikut aktif dalam proses penemuan, diskusi kelompok, dan pembuatan kesimpulan serta pada saat presentasi kelas sebagian siswa mampu menanggapi dengan baik presentasi yang disampaikan kelompok lain. Berikut disajikan data hasil pengamatan aktivitas siswa selama dua siklus penelitian. Tabel 2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa No
Aspek Pengamatan
I
Persiapan Persiapan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Persiapan alat dan media belajar Persiapan performance siswa Pelaksanaan Kegiatan awal Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru Siswa menjawab pertanyaan dari guru. Siswa berkumpul bersama kelompoknya dengan tertib Kegiatan Inti Siswa melakukan pengamatan gambar ciri khusus tumbuhan bersama kelompok. Siswa menggolongkan tumbuhan sesuai ciri khusus yang dimiliki dengan lingkungan hidupnya
II
Siswa membuat dugaan sementara, Mengapa kaktus berdaun tebal? dll, kemudian membuat tabel berdasarkan lingkungan hidup tumbuhan Perwakilan kelompok menjelaskan di depan kelas tentang hasil diskusi Siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru
88
Skor Pengamatan Siklus I Siklus II 3
4
3 3
4 4
3
3
3 3
4 4
3
3
2
4
2
4
2
4
2
4
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
Kegiatan Penutup Siswa mengerjakan uji kompetensi individu Siswa dan guru mengakhiri pembelajaran dengan doa bersama Siswa menjawab salam dari guru Jumlah skor perolehan Skor Maksimal Persentase skor perolehan Kategori
3 3
4 4
3 38 56 67,85% Kurang
4 54 56 96,4% Sangat baik
Dari tabel 2 di atas, diketahui bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan metode discovery mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Ini menunjukkan bahwa siswa sudah bisa aktif dan berminat mengikuti pembelajaran IPA yang dilakukan guru dengan menggunakan metode discovery, sehingga diharapkan dapat berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa. 2. Data Tes Hasil Belajar Siswa a. Siklus Pertama 1) Perencanaan Pada siklus 1 materi pelajaran yang diberikan adalah konsep ciri khusus tumbuhan dan lingkungan hidupnya. Sebelum pembelajaran, kelompok siswa yang akan diamati sudah ditentukan oleh guru, dan siswa diminta menyiapkan diri dengan mempelajari materi yang akan dipelajari. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru sudah membagi secara merata dari tingkat siswa yang pandai, sedang dan kurang. 2) Pelaksanaan dan Pengamatan Pada waktu kegiatan belajar mengajar, semua kelompok diharap untuk memahami pokok bahasan. Semua itu dilakukan oleh siswa setelah mendapatkan penjelasan materi dari guru dan dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang ada dalam LKS. Hasil pengamatan kolaborator selama pembelajaran siklus ini sebagian siswa antusias mengikuti proses belajar, tetapi masih ada beberapa siswa yang masih tidak memperhatikan dan ramai waktu proses belajar mengajar dimulai. Tabel 3. Data Hasil Belajar Siswa Kelas VI Siklus I Hasil Ket No. Urut Siswa Non Tes Nilai Tes Nilai Akhir T TT 1. 62,5 42 52,25 2. 50 75 62,5 3. 75 85 80 4. 75 75 75 5. 75 95 85 6. 50 50 50 7. 50 90 70 89
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
ISSN: 2477-1317
75 40 50 20 75 80 50 10 50 10 62,5 50 50 30 75 50 75 80 50 40 50 35 56,25 48 75 75 Total Nilai Akhir Rata-rata Nilai Akhir
57,5 35 77,5 30 30 56,25 40 62,5 77,5 45 42,5 52,12 75 1155,62 57,78
Dari data tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa ketuntasan pada siklus I adalah sebanyak 7 siswa (35%) dengan rata-rata nilai siswa adalah 57,78. Hal ini dikarenakan waktu yang telah ditentukan untuk mengerjakan tugas individu habis. Banyak siswa yang belum selesai mengerjakan. Mereka beralasan soalnya terlalu banyak dan sulit serta waktunya terlalu singkat. Sehingga dapat dinyatakan bahwa ketuntasan belajar siswa masih belum mencapai KKM yang ditentukan. 3. Refleksi Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I yang telah dipaparkan di atas, maka dapatlah direfleksikan sebagai berikut : a) Guru harus lebih jelas dan sabar dalam menjelaskan konsep pembelajaran IPA yang diajarkan kepada siswa dan lebih terarah. b) Agar pelaksanaan proses pembelajaran berjalan aktif dan efektif guru hendaknya mempesiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai. c) Guru tidak mengkondisikan siswa pada saat penjelasan metode Discovery. Akibatnya siswa banyak yang tidak mendengarkan dan bingung saat metode Discovery dimulai. d) Saat tanya jawab materi, hanya guru yang aktif dalam memberikan pertanyaan dan siswa pun tidak ada inisiatif untuk mencoba menanyakan materi yang belum dimengerti. e) Guru kurang dalam manajemen waktu selama proses pembelajaran. b. Siklus Kedua 1) Perencanaan Pada siklus kedua ini, perencanaan dan materi yang diberikan adalah sama dengan siklus I. Sebelum pembelajaran dimulai, semua siswa disuruh menyiapkan semua buku-buku yang akan digunakan untuk mencatat materi yang penting dalam proses pembelajaran, serta media yang akan digunakan. 2) Pelaksanaan dan Pengamatan Pada tahap pelaksanaan siklus II, guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai RPP yang telah disusun dengan melakukan perbaikan90
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I agar kendala yang dialami pada siklus I tidak terjadi pada siklus II bahkan dapat memperoleh hasil sesuai yang diharapkan. Pada akhir kegiatan pembelajaran siklus II, guru memberikan uji kompetensi individu yang harus dikerjakan semua siswa dan guru berkeliling untuk mengamati cara belajar/mengerjakan siswa dalam proses belajar sambil memberikan bimbingan secara jelas dan sabar bagi siswa yang masih merasa kesulitan. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama penelitian siklus II, diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 4. Data Hasil Belajar Siswa Kelas VI Siklus II Hasil Keterangan No. Urut Siswa Non Tes Nilai Tes Nilai Akhir T TT 1. 75 95 85 2. 87,5 95 91,25 3. 87,5 90 88,75 4. 93,75 93 93,37 5. 87,5 100 93,75 6. 81,25 95 88,12 7. 87,5 95 91,25 8. 81,25 92 86,62 9. 75 75 75 10. 81,25 95 88,12 11. 62,5 50 56,25 12. 56,25 40 48,12 13. 87,5 90 88,75 14. 75 80 77,5 15. 100 90 95 16. 87,5 95 91,25 17. 75 85 80 18. 75 75 75 19. 75 80 77,5 20. 87,5 100 93,75 Total Nilai Akhir 1664,35 Rata-rata Nilai Ahir 83,21 Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa ketuntasan pada siklus II adalah sebanyak 18 siswa (90%) dengan rata-rata nilai siswa adalah 83,21. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II hasil belajar siswa baik secara individu maupun klasikal telah mengalami peningkatan dan berhasil mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditentukan. 3) Refleksi Hasil pengamatan yang diperoleh pada siklus II yaitu, ternyata siswa yang antusias mengikuti pelajaran semakin meningkat, para siswa lebih kompak dalam belajar, dan siswa yang sebelumnya masih malu bertanya kepada guru
91
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
sudah mulai bertanya. Selain itu pada saat demonstrasi di depan siswa sudah lebih antusias dan pada saat mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Untuk tingkat ketelitian dan kebenaran dalam mengerjakan soal uji kompetensi sudah cukup baik. Hal tersebut membuktikan bahwa penerapan metode discovery pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VI yaitu pada materi ciri khusus tumbuhan dan lingkungan hidupnya yang dikarenakan tumbuhnya minat belajar siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian dengan menggunakan metode discovery dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI SDN Simomulyo I Surabaya, maka dapat disimpulkan hasil penelitian bahwa: Penggunaan metode discovery telah dilaksanakan dengan baik oleh guru sesuai dengan RPP yang telah dibuat, sehingga aktivitas belajar siswa juga sangat baik. Hal ini dapat dilihat pada hasil skor observasi aktivitas guru meningkat dari siklus I sebesar 65 (cukup) menjadi 91,66 (sangat baik) pada siklus II. Hasil skor observasi terhadap aktivitas siswa juga meningkat dari siklus I sebesar 67,85 (kurang) pada siklus II menjadi 96,4 (sangat baik). Penggunaan metode discovery terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI SDN Simomulyo I Surabaya, yaitu pada materi ciri khusus tumbuhan dan lingkungan hidupnya. Peningkatan hasil belajar tersebut diketahui dari perolehan nilai rata-rata kelas siswa meningkat dari siklus I yaitu 57,78 (tidak baik) menjadi 83,21 (baik) pada siklus II, serta persentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat dari siklus 1 sebesar 35% dengan jumlah siswa tuntas sebanyak 7 orang pada siklus II meningkat menjadi 90% dengan jumlah siswa tuntas sebanyak 18 orang. Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini, antara lain: Guru hendaknya mencoba berbagai metode mengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan membuat pembelajaran yang bervariasi, sehingga tidak membuat siswa mudah bosan. Adapun pihak Sekolah/lembaga supaya mendukung guru untuk mengembangkan metode atau model pembelajaran yang sudah ada dan melengkapi fasilitas pembelajaran. Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar dapat tercapai secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Akbar, Sa’dun dan Luluk Faridatuz. (2009). Prosedur Penyusunan Laporan dan Artikel: Hasil Penelitian Tindakan Kelas. Yogjakarta: Cipta Media Aksara. Aqib, Zainal dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, SD, SLB, TK. Bandung: CV.Yrama Widya Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. Dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarata: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. (2007). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Moore, Kenneth D. (2005). Effective Instructional Strategies From Theory to Practice. London: Sage Publications, Inc.
92
Prosiding Nasional Seminar dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah Denpasar, 2 – 4 Nopember 2015
ISSN: 2477-1317
N. K., Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Nurgiantoro, Burhan. (1988). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah. Yogyakarta: BPFE Saktyowati, Dian Oky. (2010). Panduan Pendidik: Meningkatkan Mutu Pendidik dalam Pembelajaran SAINS. Jakarta: Ghina Walawafa. Santoso, Bambang. (2009). Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Discovery di SD Kelas V SDN Nguling 03 Kabupaten Pasuruan. Jurusan Kependidikan Sekolah dasar dan Prasekolah Universitas Negeri Malang. Sudjana, Nana. (2013). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Suherman, dkk. (2001). Common TextBook Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung. Sulistyanto , Heri, dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD dan MI Kelas V. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta:PT Bumi Aksara. Wardhani, I., Wihardit, K. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Universitas Terbuka.
93