ISSN: 2355-5106
Vol. 2 | No. 1
PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA SEKOLAH DASAR Dek Ngurah Laba Laksana
Fransiska Wawe
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar STKIP Citra Bakti Ngada-NTT
[email protected]
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran IPA dengan menggunakan media berbasis budaya lokal untuk meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep siswa sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di Kelas IV SD Ngoramawo Kabupaten Ngada. Jumlah subjek yang digunakan 32 orang siswa, yang terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi dan tes pemahaman konsep IPA. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada Juni 2013. Data kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep IPA siswa. Dari hasil temuan pembelajaran IPA dengan bantuan media terutama media berbasis budaya lokal memperlihatkan hasil yang memuaskan. Aktivitas belajar meningkat yang diertai dengan penguatan pemahaman konsep IPA siswa. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan pemahaman konsep IPA, diperoleh rata-rata pemahaman konsep IPA siklus I mencapai adalah 70,44 dengan persentase ketuntasan klasikalnya 70,59%. Sedangkan hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I dengan rata-rata skor 74,82. Skor ini ada pada kategori kurang aktif. Sedangkan perolehan rata-rata pemahaman konsep IPA siklus II mencapai adalah 80,59 dengan persentase ketuntasan klasikalnya 88,24%. Sedangkan hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II dengan rata-rata skor 82,23. Skor ini ada pada kategori aktif. Kata kunci: media, budaya lokal, aktivitas belajar, pemahaman konsep IPA
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I
27
ISSN: 2355-5106
Vol. 2 | No. 1
USING MEDIA BASED LOCAL GENIUS IN SCIENCE LEARNING TO IMPROVE LEARNING ACTIVITY AND UNDERSTANDING CONCEPT OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS Abstract This study aims to improve science learning using media based local genius to improve the activity of learning and understanding the concept of elementary school students. This a class action research, performed in Class grade 4 elementary school Ngoramawo Ngada. The number of subjects are 32 students, which consisted of 14 male students and 20 female students. Data collected used observation and test of understanding science concepts. The research was conducted in June 2013. Data analyzed by descriptively to describe the activity of learning and students' understanding of science concepts. Research findings of science learning with the help of the media, especially the local genius media showed satisfactory results. Accompanied learning activity increased by strengthening students' understanding of science concepts. Based on observation of student learning activities and understanding of science concepts, gained an average understanding of science concepts cycle I reached was 70.44 with a percentage of 70.59% classical completeness. While the observation of student learning activities first cycle with an average score of 74.82. This score is in the category of less active. While the average achieved understanding of science concepts cycle II reached was 80.59 with a percentage of 88.24% classical completeness. While the observation of student learning activities first cycle with an average score of 82.23. This score is in the active category. Keywords: media, local genius, learning activities, understanding of science concepts PENDAHULUAN Dalam standar isi Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 mengisyaratkan dalam proses pembelajaran, guru harus menyusun bahan ajar yang kontekstual sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan masyarakat setempat (Depdiknas, 2003). Apalagi pembelajaran yang dilakukan di sekolah dasar, sesuai dengan teori perkembangan Piaget, bahwa anak usia 7-10 tahun (masa operasional konkret) harus belajar dari pengalaman yang bersifat nyata untuk bisa dipahamai dan dimengerti dengan baik oleh siswa (Bredekamp & Copple, 1997). Penguatan dari teori belajar ini dituangkan kembali oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan uji publik sebagai pijakan lanjutan dalam mengimplementasikan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Esensi kurikulum ini pada pendidikan dasar adalah penerapan pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif (pembelajaran terintegrasi) untuk menghasilkan pembelajaran yang bermakna (Bafadal, 2013). Pembelajaran bermakna akan dapat diperoleh jika anak belajar sesuai dengan lingkungan sosialnya. Sehingga unsur budaya tidak bisa direduksi dalam merancang sebuah pembelajaran di sekolah. Selain itu, dalam kerangka kurikulum 2013 juga disebutkan bahwa dalam menyusun dan mengembangkan kegiatan pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan dan pengembangan sesuai dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I
28
ISSN: 2355-5106
Vol. 2 | No. 1
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik (Kemendikbud, 2013). Pembelajaran
terintegrasi
merupakan
pendekatan
pembelajaran
yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam 2 (dua) hal, yaitu integrasi sikap, kemampuan/keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran serta pengintegrasian berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema memberikan makna kepada konsep dasar tersebut sehingga peserta didik tidak mempelajari konsep dasar tanpa terkait dengan kehidupan nyata. Dengan demikian, pembelajaran memberikan makna nyata kepada peserta didik.Tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Keduanya adalah pemberi makna yang substansial terhadap bahasa, PPKn, matematika dan seni budaya karena keduanya adalah lingkungan nyata dimana peserta didik dan masyarakat hidup (Fogarty, 1991). Namun pada prakteknya di lapangan, pembelajaran yang terjadi di Kabupaten Ngada lebih umumnya di wilayah NTT masih banyak mengedepankan fungsi guru sebagai nakhoda utama dan satu-satunya dalam kelas. Apalagi pada sekolah-sekolah yang berada di daerah pinggiran. Sarana dan prasarana yang tersedia sangat minim. Selain itu, kegiatan pembelajaran belum memanfaatkan teknologi
informasi
sebagai media
pengantar
sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum 2013. Siswa yang bersekolah rata-rata berasal dari keluarga menengah ke bawah. Sehingga guru hanya memanfaatkan buku sebagai media dalam pembelajaran (Laksana, 2014). Realitanya masih banyak guru yang menggunakan bahan ajar yang sudah jadi seperti Buku Elektronik yang telah disediakan oleh pemerintah atau LKS yang merupakan hasil dari suatu penerbit
yang mungkin tidak sesuai dengan lingkungan di mana siswa
tersebut belajar. Kondisi ini tentunya dapat mempersulit siswa dalam memahami materi yang seharusnya mereka kuasai. Bahan ajar cetak kurang mengedepankan unsur lingkungan dan budaya lokal masyarakat setempat (Laksana, 2014). Sehingga guru sebagai pendidik yang profesional harus menyiapkan media ajar. Media ajar tersebut harus memperhatikan kondisi lingkungan dan budaya masyarakat setempat dan mengakomodasi teknologi pembelajaran. Selain itu hasil temuan Laksana (2013) memperlihatkan pemahaman konsep IPA guru-guru di Ngada masih rendah. Rata-rata pemahaman konsep ada pada kategori sedang. Bahkan ditemukan, konsep-konsep IPA diajarkan dengan keliru sehingga menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Selain itu, penggunaan bahan ajar jadi ini, tidak mengedepankan unsur budaya lokal. Padahal unsur ini sangat penting untuk dimasukkan ke dalam proses pembelajaran melalui penyusunan bahan ajar yang memiliki konten budaya lokal. Beberapa kearifan lokal yang bisa masuk dalam konten pembelajaran antara lain: 1) Reba, yaitu rumah adat sebagai bahan pembelajaran menjaga keseimbangan makluk hidup dan lingkungan, pemanfaatan
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I
29
ISSN: 2355-5106
Vol. 2 | No. 1
sumber daya alam. 2) Nalo-nalo, yaitu: konsep gotong royong. 3) Kasa’o, yaitu: tari ja’i sebagai bahan gerakan dasar melompat, berputar, gerak. 4) Moke, yaitu: pembelajaran perubahan wujud zat (menguap, mengembun, konsep volumen, debit). 5) Hui Wu’u, yaitu: sistem pengawetan daging dengan cara khas ngada (Laksana, 2014). Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu diadakan inovasi dengan cara memperbaiki pola pembelajaran agar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Salah satu inovasi tersebut adalah dengan memanfaatkan media ajar berbasis budaya lokal. Media tersebut dapat berupa lembar kerja siswa berbasis budaya lokal. Lembar Kerja Siswa merupakan lembaran kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat Azhar (2006). Dalam lembar kerja siswa akan mendapatkan uraian materi, tugas, dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diberikan. Di samping itu, penggunaan lembar kerja siswa berbasis budaya lokal adalah untuk membantu siswa memahami makna materi ajar dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari yang ada dilingkungan terdekat siswa. METODE PENELITIAN Penelitian dirancang dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki aktivitas belajar dan pemahaman konsep IPA siswa pada kelas yang mempunyai permasalahan dalam pembelajaran. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus di mana setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi (Kemmis & Taggart, 1990). Penelitian dilaksanakan di SDI Ngoramawo, di mana siswa kelas IV dipilih untuk menjadi subjeknya. Subjek yang digunakan sebanyak 34 siswa dengan rincian 14 siswa lakilaki dan 20 siswa perempuan. Bentuk keterlibatan peneliti dalam penelitian ini adalah bentuk kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas yang mengajar mata pelajaran IPA kelas IV. Objek dalam penelitian ini adalah, 1) objek tindakan yaitu pembelajaran dengan menggunakan media berbasis budaya lokal, 2) objek dampak yaitu pemahaman konsep IPA dan aktivitas belajar siswa. Pembelajara IPA dilakukan pada materi sumber daya alam. Pada tahap Pelaksanaan Tindakan guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun dan disepakati pada tahap perencanaan. Kemudian peneliti melakukan observasi yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai aktivitas belajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan memberikan tes pemahaman konsep IPA. Langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan sintaks pembelajaran langsung dengan menggunakan media LKS berbasis budaya lokal. Pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus diawali dengan menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa. Pada kegiatan inti dilakukan, 1) pembagian kelompok secara heterogen dan JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I
30
ISSN: 2355-5106
Vol. 2 | No. 1
pembagian LKS berbasis budaya lokal, 2) observasi yaitu beberapa orang murid menyebutkan contoh sumber daya alam yang dapat diperbarui yang berada di lingkungan sekolah siswa, 3) presentasi yaitu memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dan 4) diskusi secara klasikal. Langkah terakhir setelah dilaksanakan pembelajaran yaitu mengerjakan soal tes bagian akhir yang berupa pilihan ganda dan isian berstruktur untuk mengetahui seberapa besar aktivitas belajar dan pemahaman konsep IPA setelah menggunakan lembar kerja siswa berbasis budaya lokal sebagai sumber belajar. Instrumen penelitian yang digunakan untuk menperolah data aktivitas belajar dan pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 1 Instrumen Penelitian No
Data yang diteliti
1.
Aktivitas belajar
2.
Pemahaman konsep IPA
Bentuk Instrumen Lembar observasi Tes pemahaman konsep
Waktu Pelaksanaan Setiap pertemuan Akhir siklus
Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Kemudian data aktivitas dan pemahaman konsep yang didapat dianalisis secara deskriptif. Pembelajaran IPA yang dilakukan dengan menggunakan media berbasis budaya lokal dikatakan berhasil apabila aktivitas belajar siswa ada pada kategori cukup aktif dan pemahaman konsep IPA siswa minimal berada di atas nilai yaitu 60. HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek yang di amati dalam setiap siklus adalah kegiatan atau aktivitas belajar siswa dan pemahaman konsep IPA saat proses belajar mengajar berlangsung pada mata pelajaran IPA. Dalam hal ini guru dapat melihat tingkah laku siswa, mengetahui kemajuan tingkat belajar yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat pengumpulan data yang sudah disebutkan di atas. Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada tahap awal diperoleh data nilai rata-rata tes awal pemahaman konsep IPA adalah 58,38. Kegiatan Pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus I disesuaikan dengan rancangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya pada tahap perencanaan. Selain itu, proses pembelajaran yang berlangsung juga disesuaikan dengan pembelajaran yang akan diterapkan yaitu pemanfaatan lembar kerja siswa berbasis budaya lokal. Deskripsi pembelajaran siklus I Berdasarkan pembelajaran dengan menggunakan media lembar kerja siswa berbasis budaya lokal pada materi sumber daya alam. Pada siklus I, materi yang digunakan adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Kegiatan pembelajaran diawali dengan
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I
31
ISSN: 2355-5106
menyampaikan
Vol. 2 | No. 1
indicator
dan
tujuan
pembelajaran.
Kemudian
dilanjutkan
dengan
memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa. Pada kegiatan inti pembelajaran, siswa diminta untuk menunjukkan jenis tumbuhan (jagung, ubi-ubian, enau) dan jenis hewan (ayam, babi, kerbau) berbasis budaya lokal yang ada dilingkungan siswa. Dengan demikian, siswa dapat aktif dalam menemukan konsep IPA dan memahami materi tentang sumber daya alam dari media berbasis budaya lokal dan melihat secara nyata dan langsung sehingga diperoleh pemahaman yang relevan. Kegiatan yang dilakukan siswa untuk mengetahui secara nyata tentang sumber daya alam dengan memilih berbagai jenis tumbuhan dan hewan di lingkungan siswa yang sering digunakan pada acara reba setempat khususnya di wilayah Ngada. Melalui kegiatan mengamati berbagai jenis tumbuhan dan hewan tersebut siswa akan menemukan konsep mengenai jenis tumbuhan dan hewan yang berbeda. Jadi, selain memahami materi ajar tentang berbagai sumber daya alam, siswa memiliki keaktifan belajar dan dapat memahami konsep dengan baik. Siswa dapat memberikan contoh sumber daya alam yang dapat digunakan sebagai bahan makanan dan hewan kurban dalam acara reba. Guru berperan mengarahkan siswa melaksanakan tugas belajar untuk memahami konsep IPA dan mengetahui tentang sumber daya alam dengan memberikan pemahaman kepada siswa melalui lembar kerja siswa berbasis budaya lokal yang ada dilingkungan siswa. Jadi selain berperan dalam membentuk pemahaman terhadap materi ajar, guru juga dapat menjelaskan manfaat tumbuhan dan hewan dalam acara pesta adat (reba), menghubungkan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa dalam kehidupan
keseharian
mereka. Untuk melakukan kegiatan pembelajaran selanjutnya, siswa dibagi menjadi 4 (empat) kelompok dan masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 orang. Siswa yang telah terbagi kedalam beberapa kelompok memulai kegiatan belajar dengan memanfaatkan lembar kerja siswa berbasis budaya lokal sebagai acuan kegiatan belajar yang akan dikerjakan. Selanjutnya siswa diberikan kesempatan untuk menunjukan beberapa jenis tanaman dan hewan yang berada dilingkungan sekolah sebagai bahan acuan untuk dipelajari. Siswa kemudian berdiskusi dalam kelompoknya. Siswa menunjukan secara langsung manfaat dari tumbuhan dan hewan yang digunakan pada setiap acara pesta adat (reba). Setelah mengerjakan tugas dalam kelompok dengan bimbingan guru, perwakilan kelompok melaporkan hasil kerja kelompok didepan kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain dan guru memberikan penilaian. Selanjutnya dengan bimbingan guru pula siswa memajangkan hasil kerja kelompoknya di dinding kelas. Tugas yang dikerjakan oleh siswa akan mengarahkan siswa untuk mengetahui sumber daya alam. Pelaksanaan aktivitas belajar siswa dan tes pemahaman konsep IPA akhir siklus I yang dijawab oleh siswa digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa selama mengikuti
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I
32
ISSN: 2355-5106
Vol. 2 | No. 1
pembelajaran. Tes akhir siklus I terdiri dari 10 (sepuluh) soal pilihan ganda dan 5 (lima) soal isian. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan pemahaman konsep IPA, diperoleh rata-rata pemahaman konsep IPA siklus I mencapai adalah 70,44 dengan persentase ketuntasan klasikalnya 70,59%. Sedangkan hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I dengan rata-rata skor 74,82. Skor ini ada pada kategori kurang aktif. Hasil refleksi siklus I menemukan beberapa hambatan dalam pembelajaran sehingga belum mendapatkan hasil sesuai dengan indicator pencapaian penelitian. Hambatanhambatan yang dihadapi dalam proses pembelajaran siklus I antara lain. 1) Pemanfaatan lembar kerja siswa berbasis budaya lokal dalam proses pembelajaran belum optimal. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan lembar kerja siswa yang berbasis budaya lokal dalam kegiatan pembelajaran. Ini terlihat ketika siswa diberikan kebebasan untuk belajar secara nyata dilingkungan sekolah, siswa masih terlihat bingung dan ragu untuk melakukan kegiatan belajar di lingkungan sekolah. 2) Kegiatan diskusi kelompok yang masih didominasi oleh beberapa siswa yaitu siswa yang pandai. Interaksi dalam karya kelompok baru terlihat ketika siswa dalam kelompok belum mengerti tugas kelompok yang diberikan. Sehingga siswa cenderung terlihat bekerja sendiri-sendiri dengan sedikit interaksi untuk membahas tugas kerja kelompok yang diberikan. 3) Kurang adanya kemauan siswa untuk mengajukan atau menjawab pertanyaan. 4) Siswa masih kurang mampu menyampaikan simpulan materi yang telah dipelajari dengan bahasa yang baik dan benar. Deskripsi pembelajaran siklus II Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan materi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan memperhatikan hambatan-hambatan yang terjadi pada pembelajaran sebelumnya. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut. 1) Memberikan penjelasan kepada siswa mengenai kegiatan pembelajaran yang dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung. Berdasarkan kegiatan tersebut siswa memiliki kesiapan dalam mengikuti pembelajaran dengan pemanfaatan media LKS berbasis budaya lokal. 2) Agar kegiatan pembelajaran tidak dominasi oleh siswa yang pandai dalam kerja kelompok siswa dikelompokan secara merata. Setiap anggota kelompok diarahkan untuk mengerti hasil dari kerja kelompok yang telah mereka kerjakan secara bersama-sama. 3) Guru membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan ataupun mengajukan pertanyaan. Hal ini dilakukan adalah dengan mengaitkan kembali penjelasan yang telah disampaikan dan memberikan kesempatan kepada siswa yang kurang aktif untuk menjawab pertanyaan dan mengulang kembali jawaban yang telah disampaikan oleh temannya. 4) Guru memberikan contoh nyata dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I
33
ISSN: 2355-5106
Vol. 2 | No. 1
Kegiatan pembelajaran pada siklus II diawali dengan menjelaskan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Kegiatan apersepsi diberikan melalui kegiatan siswa membaca materi dibantu dengan menunjukan pasir naru (pasir asli daerah Ngada) sebagai contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Siswa diarahkan untuk melaksanakan tugas belajar dengan didahului memberikan penjelasan dan tujuan dari kegiatan yang siswa lakukan. Berdasarkan penjelasan guru mengenai tugas belajar yang diberikan, siswa diarahkan untuk menemukan konsep secara mandiri dengan cara membaca konsep dan menghubungkannya dengan media (pasir naru) yang dapat diamati secara langsung. Pelaksanaan tindakan pada siklus II juga memberikan peran terhadap budaya lokal dalam pembelajaran. Selain memperoleh pemahaman akan materi yang dipelajari melalui hewan dan tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat Bajawa dalam acara Reba, siswa juga akan memperoleh pemahaman tentang pasir naru sebagai salah satu contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Untuk melakukan kegiatan pembelajaran selanjutnya, keseluruhan siswa yang berjumlah 34 siswa dibagi menjadi lima (5) kelompok. Kegiatan pembelajaran pada siklus II adalah kegiatan diskusi kelompok dengan dibantu lembar kerja siswa berbasis budaya lokal yang dijadikan acuan siswa dalam mengerjakan kegiatan belajar dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan siswa untuk mengetahui menjelaskan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui adalah dengan memilih pasir naru sebagai contoh dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Sebelum diskusi dilakukan guru memberikan penjelasan mengenai kegiatan yang akan dilakukan siswa serta menjelaskan hal-hal yang perlu diamati dan dicatat oleh siswa selama diskusi berlangsung. Kegiatan diskusi selanjutnya adalah pemanfaatan pasir naru dalam kehidupan sehari-hari. Siswa mengerjakan hasil diskusi pada lembar kerja siswa lembar kerja siswa yang telah dibagikan dan melaporkan hasil diskusi didepan kelas oleh perwakilan kelompok. Pada kegiatan penutup siklus II dilaksanakan pemberian tes akhir siklus II. Tes hasil belajar yang dijawab oleh siswa digunakan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa selama mengikuti pembelajaran dengan memanfaatkan lembar kerja siswa berbasis budaya lokal pada materi sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Tes akhir siklus II terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal isian. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan pemahaman konsep IPA, diperoleh rata-rata pemahaman konsep IPA siklus II mencapai adalah 80,59 dengan persentase ketuntasan klasikalnya 88,24%. Sedangkan hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II dengan rata-rata skor 82,23. Skor ini ada pada kategori aktif. Dari hasil temuan pembelajaran IPA dengan bantuan media terutama media berbasis budaya lokal memperlihatkan hasil yang memuaskan. Aktivitas belajar meningkat yang
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I
34
ISSN: 2355-5106
Vol. 2 | No. 1
disertai dengan penguatan pemahaman konsep IPA siswa. Melalui pemanfaatan media berbasis budaya lokal ini terlihat hubungan siswa dengan guru sangat signifikan karena guru tidak dianggap sosok yang menakutkan, tetapi sebagai fasilitator dan mitra untuk berbagi pengalaman. Guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan efisien yaitu bagaimana cara belajar dalam hal ini guru hanya sebagai pemberi arah/petunjuk untuk membantu siswa jika menemukan kesulitan dalam menyelesaikan lembar kerja siswa yang berbasis budaya lokal. Studi para ahli yang telah menghasilkan temuan bagaimana memperkuat pembelajaran sains melalui budaya lokal pada kehidupan tematik dan lingkungan. Untuk hidup dalam komunitas mereka, belajar IPA harus mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah, berpikir global bertindak lokal, dan membawa ilmu pengetahuan untuk melayani hidup (Hadzigeorgiou & Konsolas, 2001). Hal ini didukung pula oleh temuan Nuangchalerm (2008) yang menyatakan bahwa lingkungan belajar IPA berdasarkan budaya lokal dapat melayani siswa dalam membangun pengetahuan ilmiah. Siswa dapat mengkombinasikan pengetahuan ilmiah dari budaya mereka sendiri dengan penyelidikan yang mereka lakukan. Belajar harus memiliki keseimbangan antara pengetahuan lokal dan pengetahuan ilmiah modern. Siswa dapat belajar dan memahami hal-hal penting untuk melayani kebutuhan riil mereka. Mereka dapat melestarikan lingkungan dan hidup bersama dengan alam melalui budaya lokal mereka masing-masing (Na Thalang, 1991). Studi yang terkait bagaimana penguatan belajar IPA melalui budaya lokal. Ini memberikan cara untuk mengenalkan pembelajaran IPA dan studi budaya lokal. Guru dapat membawa suasana tersebut ke dalam kelas dengan menciptakan kurikulum pendidikan berdasarkan sekolah dan konteks budaya masyarakat setempat. Peserta didik akan membangun pengetahuan tentang dunia alam dan fisik. Budaya lokal dan IPA tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Hal ini seiring dengan cara berkomunikasi, berlatih, dan berpikir mereka (Kawagley et al., 1998). Melalui pembelajaran berbasis budaya lokal, siswa bukan sekedar meniru atau menerima saja informasi yang disampaikan tetapi siswa menciptakan makna, pemahaman, dan arti dari informasi yang diperolehnya. Transformasi menjadi kunci dari penciptaan makna dan pengembangan pengetahuan. Dimana proses pembelajaran berbasis budaya lokal bukan sekedar mentransfer atau menyampaikan budaya atau perwujudan budaya tetapi menggunakan budaya lokal untuk menjadikan siswa mampu menciptakan makna, menembus batas imajinasi dan kreativitas untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang mata pelajaran yang dipelajarinya. Dalam pelaksanaan pembelajaran, terlihat adanya perubahan pembejaran yang awalnya berpusat pada guru menjadi lebih memberikan kebebasan siswa belajar, bertanya
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I
35
ISSN: 2355-5106
Vol. 2 | No. 1
dan mengemukakan pendapat dalam pembelajaran. Siswa mampu mempelajari konsep baru melalui budaya sehari-hari. Pembelajaran IPA dapat memanfaatkan media LSK berbasis budaya lokal sebagai salah satu alternatif strategi penyampaian materi di sekolah dasar. Melalui memanfaatkan lembar kerja siswa berbasis budaya lokal guru dapat dengan mudah merespon potensi siswa. Dengan demikian guru dapat lebih efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan proses belajar, serta dengan mudah dapat merespons perbedaan-perbedaan potensi yang dimiliki peserta didiknya. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil temuan pembelajaran IPA dengan bantuan media terutama media berbasis budaya lokal memperlihatkan hasil yang memuaskan. Aktivitas belajar meningkat yang diertai dengan penguatan pemahaman konsep IPA siswa. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan pemahaman konsep IPA, diperoleh rata-rata pemahaman konsep IPA siklus I mencapai adalah 70,44 dengan persentase ketuntasan klasikalnya 70,59%. Sedangkan hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I dengan ratarata skor 74,82. Skor ini ada pada kategori kurang aktif. Sedangkan perolehan rata-rata pemahaman konsep IPA siklus II mencapai adalah 80,59 dengan persentase ketuntasan klasikalnya 88,24%. Sedangkan hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II dengan ratarata skor 82,23. Skor ini ada pada kategori aktif. Pelaku pendidikan hendaknya dapat
menggunakan hasil penelitian ini sebagai
masukan. Masukan ini terutama sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pemanfaatan media berbasis budaya lokal. Dengan pemanfaatan ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman konsep IPA pada materi yang lainnya. DAFTAR PUSTAKA Bafadal, I. (2013). Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Jakarta: Kemendikbud. Bredekamp, S.,& Copple, C. (1997). Developmentally appropriate practice in early childhood program (Rev. Ed.) Washinton, DC: National Association for the Education of Young Children Fogarty, R. (1991). Ten ways to integrated curriculum. Educational Leadership, Oktober 1991 , 61-65. Hadzigeorgiou, Y. and Konsolas, M. (2001). Global Problems and the Curriculum: Toward a Humanistic and Constructivist Science Education. Curriculum and Teaching. 16(2): 3949. Kawagley, A.O., Norris-Tull, D. and Norris-Tull, R.A. (1998). The Indigenous Worldview of Yupiaq Culture: Its Scientific Nature and Relevance to the Practice and Teaching of Science. Journal of Research in Science Teaching. 35(2): 133-144.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I
36
ISSN: 2355-5106
Vol. 2 | No. 1
Kemmis, S. & Taggart, R. (1990). The Action Research Planner. Melbourne: Deakin University. Laksana, D.N.L. (2013). Profil Pemahaman Konsep IPA Guru-Guru Kelas Sekolah Dasar di Kabupaten Ngada. Jurnal Ilmiah Pendidikan Citra Bakti, 1(1), 15-26. Laksana, D.N.L. (2014). Identifikasi Konten dan Konteks Kearifan Lokal Masyarakat Ngada untuk Diintegrasikan dalam Bahan Ajar Tematik SD Kelas IV. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Program Studi PGSD, STKIP Citra Bakti Ngada. Na Thalang, E. Education and Culture. In Na Thalang, E. (1991). Cultural Understanding. Bangkok : Amarint Printing Group. (in Thai) Nuangchalerm, P. (2008). Reinforcement of Science Learning through Lokal Culture: A Delphi Study. [online]. http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED501192.pdf diunduh tanggal 18 Pebruari 2015. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 tentang Standar Pendidikan Indonesia. Jakarta: Lembaran Negara.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN I
37